You are on page 1of 162

Laporan Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang


Bank Indonesia
Triwulan II 2019

Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu
wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia selama Triwulan II 2019.
LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG
BANK INDONESIA TRIWULAN II 2019

1 2 Pertumbuhan 3 Neraca 4 Cadangan


Inflasi
Ekonomi Pembayaran Devisa

Inflasi Triwulan II 2019 tetap Pertumbuhan ekonomi Kinerja NPI pada triwulan II Cadangan devisa masih
terkendali dalam kisaran pada Triwulan II 2019 2019 tetap baik ditopang cukup tinggi dan berada
sasarannya 3,5 ± 1%. Inflasi tercatat 5,05% (yoy), sedikit berlanjutnya surplus neraca diatas standar kecukupan
Indeks Harga Konsumen (IHK) lebih rendah dibandingkan transaksi modal dan internasional.
menurun didorong oleh triwulan sebelumnya, finansial yang tetap besar
peningkatan inflasi inti dan terutama akibat pertumbu- ditengah defisit neraca
volatile food di tengah han ekspor yang masih transaksi berjalan yang TW I
penurunan inflasi administered mengalami kontraksi meningkat. 2019
prices.
Neraca Pembayaran Indonesia 124,5 miliar dollar AS

TW I TW II
2019 2019
TW II surplus defisit TW II
2019 2,4 miliar 2,0 miliar 2019
123,8 miliar
dolar AS dolar AS

3,28% (yoy) Transaksi Berjalan


dollar AS

TW I Produk Domestik Bruto TW I TW II cukup untuk membiayai:


2019 2019 2019

2,48% (yoy) TW I 2019 TW II 2019 defisit


7,0 miliar
dolar AS
defisit
8,4 miliar
dolar AS
7,1 BULAN
IMPOR
5,07% 5,05% atau
(yoy) (yoy) Transaksi Modal dan Finansial

IHK 6,8
+
TW I TW II Pembayaran
Utang
2019 2019 bulan Luar Negeri
surplus surplus impor Pemerintah
10,1 miliar
dolar AS 7,1 miliar
dolar AS
Angka tersebut berada di atas standar kecukupan
internasional sekitar 3 bulan impor

5 6 Sistem 7 Sistem 8 Pengedaran


Nilai Tukar
Keuangan Pembayaran Uang Rupiah
Rp

Nilai tukar Rupiah pada Stabilitas sistem keuangan Sistem pembayaran berjalan Uang kartal yang diedarkan
triwulan II 2019 cenderung tetap terjaga disertai fungsi dengan AMAN, (UYD) meningkat sejalan
menguat ditopang ketidakpas- intermediasi yang berjalan dengan meningkatnya
tian global yang mereda dan baik dan risiko kredit yang
LANCAR, EFISIEN, kebutuhan uang kartal
kinerja sektor eksternal yang terkendali. dan ANDAL. selama Ramadhan dan Idul
terus membaik. Fitri 2019.

Transaksi RTGS
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
18,94% (yoy)
0,94
Nilai
Rp stabil volume 5,83% (yoy)
pada level normal
$
Permodalan tetap kuat dan masih berada Transaksi SSSS
pada level yang cukup tinggi.
Nilai tukar Rupiah Tw II 2019
Nilai 14,00% (yoy) UYD pada Triwulan II 2019
secara point to point (ptp): Rp.
Rasio Kecukupan
Modal (CAR) 22,53%
22,5% volume 9,96% (yoy) Rp737,9 triliun
menguat
Intermediasi tetap berlanjut meskipun sedikit melambat meningkat
9,4% (qtq)
Rp.
Transaksi SKNBI
0,8% (ptp)
Pertumbuhan
Kredit Perbankan 9,92% Nilai 6,44% (yoy)
mencapai
Likuiditas berada pada level memadai volume 8,04% (yoy) Bank Indonesia mampu memenuhi
peningkatan kebutuhan uang dalam

Rp14.141 Alat Likuiditas/


Dana Pihak Ketiga 19,05%
jumlah cukup dan layak edar.

/dolar AS (DPK)

ii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
KEBIJAKAN BANK INDONESIA

Kebijakan Moneter Kebijakan Sistem Pembayaran

• Sepanjang triwulan II 2019, posisi (stance) suku bunga acuan • Penyelenggaraan Rakorpusda menyepakati 12 program sinergi dalam
Bank Indonesia 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 6,00% rangka mendorong inovasi dan memperluas Elektronifikasi Transaksi
dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan Lending Pemerintah yang difokuskan dalam tiga area yaitu Bantuan Sosial
Facility sebesar 6,75%. (Bansos), Transaksi Pemerintah Daerah, dan Transportasi.
• Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan operasi • Bank Indonesia terus memperkuat persiapan Mutual Evaluation (ME)
moneter, memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang, serta terkait persyaratan menjadi anggota Financial Action Task Force (FATF)
mendukung pendalaman pasar keuangan, Bank Indonesia dengan melaksanakan pertemuan Komite Tindak Pidana Pencucian
melakukan penguatan operasi moneter melalui perubahan Uang (TPPU)
paradigma operasi moneter dari paradigma lama (one sided
monetary operation/kontraksi) ke paradigma baru (two sided • Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri,
monetary operation/kontraksi dan ekspansi). KPK, BPK dan OJK guna menyepakati arah perluasan elektronifikasi
transaksi di lingkungan Pemerintah Daerah mencakup peningkatan
• Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, akses keuangan, pencegahan korupsi, dan peningkatan akuntabilitas
Bank Indonesia menyempurnakan sistem otomasi lelang moneter serta transparansi
valas meliputi perubahan mekanisme lelang OPT yang mencakup
transaksi Term Deposit OPT Konvensional dalam valuta asing, • Bank Indonesia melakukan intensifikasi layanan sistem pembayaran di
transaksi Swap, dan transaksi Term Deposit OPT Syariah dalam destinasi prioritas sebagai Program Jangka Menengah (Juni 2019 –
valuta asing. 2022) berupa Strategi Akses, Amenitas dan Atraksi dalam bentuk
piloting elektronifikasi wisata.
• Bank Indonesia melakukan sinergi dan koordinasi dalam upaya
meningkatkan ketahanan eksternal melalui pelaksanaan kerja • Dalam rangka memastikan arus digitalisasi berkembang dalam
sama berorientasi ekspor melalui pembentukan Focal Point atau ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang kondusif, Bank
Kantor Bersama Ekspor di daerah. Indonesia melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia.
• Bank Indonesia menerbitkan aturan pelaksanaan terkait Transaksi
Derivatif Suku Bunga Rupiah berupa Transaksi Interest Rate Swap • Bank Indonesia meluncurkan 5 Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI)
(IRS) dalam rangka mendorong pelaku ekonomi untuk 2025 yang diarahkan untuk menjadikan sistem pembayaran sebagai
mengurangi eksposur risiko aset dan/atau kewajiban terhadap platform yang mengintegrasikaan ekonomi dan keuangan digital.
fluktuasi suku bunga pasar.
• Sebagai upaya menciptakan pasar Domestic Non-Deliverable
Forward (DNDF) yang aktif dan efisien, serta meningkatkan Kebijakan
supply DNDF di pasar valas, Bank Indonesia menyempurnakan
aturan terkait Transaksi DNDF dengan meningkatkan threshold Pengelolaan Uang Rupiah
underlying transaksi jual DNDF.
• Untuk meningkatkan fleksibilitas manajemen likuiditas bank, Bank • Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah Republik Indonesia
Indonesia menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk dalam Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan Uang
Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha
Syariah sebesar 50 bps hingga masing-masing menjadi 6,0% dan • Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia mengenai
4,5%, dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0%. jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan selama
tahun 2018 dan menyampaikan informasi jumlah dan nilai nominal
uang Rupiah yang dimusnahkan periode Triwulan I 2019 ke
Kementerian Keuangan.
Kebijakan
• Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia melakukan pencetakan uang
Stabilitas Sistem Keuangan Rupiah sebesar Rp97,1 triliun bekerjasama dengan Perusahaan Umum
Percetakan Uang Republik Indonesia.
• Bank Indonesia memperkuat kebijakan akomodatif dengan • Pencegahan dan penanggulangan uang palsu di wilayah NKRI melalui
menetapkan batas bawah target Rasio Intermediasi Perbankan Iklan Layanan Masyarakat terkait ciri-ciri keaslian uang rupiah dan
(RIM) 84 persen, dan batas atas RIM 94 persen yang mulai sosialisasi langkah-langkah untuk memperoleh klarifikasi atas uang
berlaku pada Juli 2019 Rupiah yang diragukan keasliannya.
• Guna mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong • Untuk menjaga ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup,
fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta tepat waktu dan kualitas yang layak edar, Bank Indonesia melakukan
meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan, distribusi uang Rupiah ke seluruh Indonesia yang mencapai Rp127,7
pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia melaksanakan systemic triliun pada Triwulan II 2019.
risk surveillance untuk menentukan eskalasi risiko sistemik pada
sistem keuangan. • Bank Indonesa bekerjasama dengan TNI-AL dalam Pendistribusian,
Pengamanan, dan Pengawalan Uang Rupiah ke Wilayah Perbatasan
• Penyelenggaraan Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem dan Terdepan, Terluar serta Terpencil di Negara Kesatuan Republik
Keuangan dalam rangka koordinasi pemantauan dan Indonesia.
pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan.
• Dalam memenuhi kebutuhan uang di masyarakat selama Ramadhan
• Pemeriksaan terhadap kesiapan bank dalam dan Idul Fitri 2019, Bank Indonesia melakukan Persiapan pemenuhan
mengimplementasikan Peraturan Bank Indonesia tentang persediaan uang Rupiah dan Peningkatan kerja sama dengan
Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) sebagai bagian dari perbankan dan lembaga lainnya untuk memperluas cakupan kegiatan
pelaksanaan fungsi Lender of the Last Resort Bank Indonesia. penukaran uang Rupiah pada masyarakat.

iii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa domestik. Kinerja NPI yang tetap baik ditopang oleh
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga Bank berlanjutnya surplus neraca Transaksi Modal dan Finansial
Indonesia dapat menjalankan tugas dan wewenang sesuai (TMF) akibat prospek perekonomian Indonesia yang
amanat undang-undang dengan baik pada Triwulan II tetap positif dan daya tarik investasi keuangan domestik
2019. Pada periode laporan, momentum pertumbuhan yang tinggi. Sementara itu, defisit transaksi berjalan
ekonomi domestik masih terus berlanjut di tengah meningkat dari 7,0 miliar dolar AS (2,6% dari PDB) pada
melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Meskipun Triwulan I 2019 menjadi 8,4 milliar dolar AS (3% dari PDB)
pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit lebih rendah dari dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividen dan
triwulan sebelumnya akibat kinerja ekspor yang tertekan pembayaran bunga utang luar negeri, serta menurunnya
dan perkembangan ekonomi dunia yang kurang kondusif, harga komoditas dan volume perdagangan dunia. Dengan
stabilitas perekonomian tetap terkendali. Inflasi tetap perkembangan ini, meski NPI pada Triwulan II 2019 tercatat
rendah dan stabil sesuai dengan kisaran sasarannya, aliran defisit 2,0 miliar dolar AS, NPI selama semester I 2019
masuk modal asing terus berlanjut, dan nilai tukar Rupiah masih surplus 0,4 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa
terapresiasi. Sistem keuangan juga tetap terjaga, disertai pada akhir Triwulan II 2019 tercatat sebesar 123,8 Milliar
dengan risiko kredit yang terkendali dan fungsi intermediasi Dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor atau
yang berlanjut. Perkembangan ini tidak lepas dari solidnya pembiayaan 6,8 bulan impor dan pembiayaan utang luar
bauran kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah serta negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
otoritas lainnya dalam menjaga stabilitas pekonomian Internasional. Ke depan NPI diprakirakan akan tetap baik,
dan mendorong berlanjutnya momentum pertumbuhan ditopang berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial
ekonomi nasional. serta terkendalinya defisit transaksi berjalan yaitu pada
kisaran 2,5-3% PDB.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II 2019
tercatat 5,05% (yoy) sedikit melambat dibandingkan Tetap baiknya kinerja sektor eksternal dan konsistensi
dengan triwulan sebelumnya 5,07% (yoy), terutama kebijakan untuk meningkatkan ketahanan eksternal,
akibat pertumbuhan ekspor yang masih mengalami mampu mendorong penguatan nilai tukar Rupiah pada
kontraksi. Namun, permintaan domestik naik dipengaruhi Triwulan II 2019 sebesar 0,8% secara point to point, lebih
oleh konsumsi yang lebih tinggi dan investasi yang stabil tinggi dari beberapa negara peers. Perkembangan positif
sehingga tetap mendukung pertumbuhan ekonomi nasional ini didorong oleh persepsi positif terhadap perekonomian
pada Triwulan II 2019. Secara spasial, pertumbuhan Indonesia yang membaik, termasuk peningkatan sovereign
ekonomi ditopang membaiknya ekonomi Sumatera, rating Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), di samping
Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta stabilnya prakiraan arah kebijakan moneter global yang melonggar,
pertumbuhan ekonomi Jawa. Ke depan, Bank Indonesia yang pada gilirannya mendorong aliran masuk modal asing
memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan tetap baik ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Ke depan,
didukung oleh permintaan domestik, khususnya investasi. nilai tukar Rupiah diprakirakan akan bergerak stabil sesuai
Berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi didukung nilai fundamentalnya, sesuai dengan mekanisme pasar
oleh bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif yang tetap terjaga.
serta kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang
Inflasi pada Triwulan II 2019 tetap rendah dan terkendali
ditempuh Pemerintah. Secara keseluruhan, pertumbuhan
dalam kisaran sasarannya. Inflasi Juni 2019 tetap terjaga
ekonomi 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-
pada level 3,28% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan
5,4% dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5%
inflasi triwulan sebelumnya, akibat peningkatan permintaan
pada tahun 2020.
Hari Besar Keagamaan. Meski sedikit meningkat, inflasi
Dari sisi eksternal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia inti tetap terkendali didukung konsistensi kebijakan
(NPI) pada Triwulan II 2019 tetap terjaga di tengah kondisi Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi,
global yang kurang kondusif dan perilaku musiman termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai

iv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
fundamentalnya. Inflasi tahunan Volatile Food (VF) 10,68% (yoy), yang didominasi oleh instrumen ATM-Debit
meningkat akibat terganggunya pasokan produksi dalam dengan pangsa 94,04%. Transaksi UE terus mengalami
negeri khususnya cabai akibat musim kemarau yang pelonjakan dengan pertumbuhan 241,42% (yoy),
lebih cepat di tengah meningkatnya permintaan terkait mengindikasikan preferensi masyarakat terhadap uang
Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, inflasi tahunan digital yang terus menguat.
Administered Prices (AP) menurun, sejalan dengan
Kinerja positif perekonomian Indonesia di atas tidak
penurunan Tarif Batas Atas (TBA) angkutan udara. Bank
terlepas dari konsitensi implentasi bauran kebijakan Bank
Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan
Indonesia, bersinergi kuat dengan Pemerintah dan otoritas
Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna
terkait lainnya, untuk mempertahankan stabilitas ekonomi,
memastikan inflasi tetap rendah dan stabil, termasuk
mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan
dalam mengantisipasi musim kemarau yang lebih awal
ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing. Dalam
dan panjang. Inflasi 2019 diprakirakan berada di bawah
konteks memperkuat stabilitas eksternal di tengah
titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1%.
ketidakpatian pasar keuangan yang masih tinggi, Bank
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia pada Triwulan Indonesia tetap mempertahankan Bank Indonesia 7-day
II 2019 membaik dengan risiko kredit yang terkendali Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga
dan fungsi intermediasi yang berlanjut. Ketahanan SSK Depocit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending
meningkat sejalan dengan menurunnya volatilitas pada Facility sebesar 6,75% selama Triwulan II 2019.
pasar keuangan dan nilai tukar Rupiah. Volume rata-rata
Sementara itu, untuk mendorong permintaan domestik,
harian transaksi pasar uang Rupiah dan pasar valas juga
Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan yang lebih
meningkat masing-masing sebesar 0,7% dan 5,51%
akomodatif yang telah ditempuh sebelumnya. Giro Wajib
dibandingkan triwulan sebelumnya. Ketahanan industri
Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional
perbankan tetap terjaga didukung oleh kuatnya tingkat
dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah diturunkan
permodalan serta terkelolanya risiko kredit dan risiko
50 bps sehingga masing-masing menjadi 6,0% dan 4,5%,
likuiditas. Hal ini tercermin pada rasio kecukupan modal
dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0%
perbankan (CAR) yang tetap tinggi yakni 22,5%, Non
untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam
Performing Loan (NPL) yang rendah yakni 2,5% secara
pembiayaan ekonomi. Stance kebijakan makroprudensial
gross atau 1,2% secara net, serta terjaganya rasio alat
yang akomodatif terus dipertahankan untuk mendorong
likuid terhadap dana pihak ketiga sebesar 19,1%. Dari sisi
penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan
intermediasi, kredit yang disalurkan masih tumbuh meski
bagi perekonomian. Demikian pula dengan strategi
lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Kredit tumbuh
operasi moneter yang tetap ditujukan untuk memastikan
melambat menjadi 9,9% (yoy) dari 11,54% (yoy) pada
ketersediaan likuiditas perbankan. Upaya peningkatan
triwulan sebelumnya. Namun, dana pihak ketiga tumbuh
sumber pembiayaan ekonomi juga ditempuh dengan
meningkat 7,4% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan
mengembangkan pasar Surat Berharga Komersial (SBK)
triwulan sebelumnya yang tercatat 7,16%. Ke depan, Bank
sebagai alternatif sumber pendanaan jangka pendek
Indonesia memandang terbuka ruang untuk mendorong
oleh korporasi. Kebijakan sistem pembayaran juga tetap
pertumbuhan kredit tanpa mengganggu SSK. Siklus kredit
diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berada di bawah level optimum dan terdapatnya
termasuk secara aktif mendukung transformasi ekonomi
potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya
dan keuangan digital, antara lain dengan mendorong
kebijakan makroprudensial akomodatif. Bank Indonesia
perluasan elektronifikasi bansos nontunai, dana desa,
memprakirakan kredit perbankan 2019 berada pada
moda transportasi, dan operasi keuangan Pemerintah.
kisaran 10-12% (yoy) sedangkan DPK tumbuh dalam
Bank Indonesia juga menyempurnakan layanan Sistem
kisaran 8-10%.
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menjadi lebih
Penyelenggaraan sistem pembayaran selama triwulan cepat dan murah. Dalam konteks pengembangan ekonomi
laporan juga berjalan aman, lancar, dan terjaga, baik di dan keuangan digital, Bank Indonesia telah meluncurkan 5
sisi tunai maupun nontunai. Tingkat ketersediaan layanan (lima) Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang
sistem pembayaran mencapai 100% dan permintaan diarahkan untuk menjadikan sistem pembayaran sebagai
uang tunai terpenuhi dengan baik, termasuk dalam rangka platform yang mengintegrasikaan ekonomi dan keuangan
menyambut Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H. Uang Tunai digital. Bank Indonesia telah membentuk 5 (lima) working
Yang Diedarkan (UYD) per Juni 2019 tumbuh 1,4% (yoy), group guna mengimplementasikan Visi SPI 2025 tersebut,
sementara transaksi pembayaran nontunai menggunakan yang nantinya akan bekerja sama dengan industri dan
ATM-Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik (UE) tumbuh otoritas terkait.

v
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Bauran kebijakan yang ditempuh BI juga didukung oleh perencanaan program kerja 2020. Selain itu, sebagai
penguatan internal berupa penguatan good governance bagian dari transformasi organisasi, Bank Indonesia
secara berkelanjutan untuk memastikan pelaksanaan fungsi juga mengimplementasikan metode value chain untuk
tugas dan kewenangan Bank Indonesia dilakukan secara meningkatkan kualitas perencanaan strategis. Penerapan
efektif sesuai dengan amanat undang-undang. Penerapan metode ini untuk memastikan agar setiap program yang
good governance menuntut upaya keberlanjutan dari dilaksanakan mampu mencapai hasil sesuai destination
waktu ke waktu, seiring dengan meningkatnya tantangan statement 2024, sekaligus memastikan sumber daya yang
dan ekspektasi stakeholders. Sebagai bentuk akuntabilitas dialokasikan juga tepat dan optimal.
Bank Indonesia maka secara berkala Bank Indonesia
Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati kondisi pasar
menyampaikan dan mempertanggungjawabkan laporan
keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian
pelaksanaan tugas dan wewenangnya secara triwulanan
Indonesia dalam mempertimbangkan penurunan suku
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk memperkuat
bunga kebijakan, sejalan dengan rendahnya inflasi dan
fungsi pengawasan, Dewan Perwakilan Rakyat melalui
perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam
Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) juga melakukan
negeri. Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk
telaahan terhadap aspek anggaran dan operasional.
memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang.
Terkait hal ini, Bank Indonesia menyampaikan apresiasi
Kebijakan makroprudensial juga tetap akomodatif untuk
yang sebesar-besarnya dan telah memberikan tanggapan
mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas
atas telaahan tersebut. Selain itu, Bank Indonesia telah
pembiayaan bagi perekonomian. Demikian pula dengan
pula melakukan penguatan terhadap proses penetapan
kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar
kebijakan prinsipil dan strategis melalui Rapat Dewan
keuangan yang juga terus diperkuat guna mendukung
Gubernur, untuk meningkatkan kualitas pengelolaan tata
pertumbuhan ekonomi. Koordinasi dengan Pemerintah
kelola dalam decision making process di Bank Indonesia.
dan otoritas terkait terus dipererat untuk mempertahankan
Selanjutnya, sesuai dengan siklus manajemen strategis stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta
Bank Indonesia, pada Triwulan II 2019 telah dilaksanakan meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal
evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja 2019 dan asing.

Jakarta, September 2019


GUBERNUR BANK INDONESIA

Perry Warjiyo

vi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Isi
Bab 3
Bab 1 Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Ringkasan Eksekutif Bank Indonesia Triwulan II 2019

1.1. Kinerja Perekonomian 2


3.1. Stabilitas Moneter 53
1.2. Kebijakan yang Ditempuh 4
3.3.1. Kebijakan Moneter 53
3.3.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar 54
3.1.2.1. Pengelolaan Moneter 54
3.1.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar 58
Bab 2 3.1.2.3. Operasi Moneter Syariah 59
Perkembangan Kondisi 3.1.3. Koordinasi dan Kerja Sama dengan
Makroekonomi, Moneter, Sistem Pemerintah dan Otoritas terkait 59
Keuangan, Sistem Pembayaran
3.1.4. Ekonomi dan Keuangan Syariah 62
3.1.4.1. Pemberdayaan Ekonomi Syariah 62
2.1. Pertumbuhan Ekonomi Global 12 3.1.4.2. Edukasi Ekonomi dan Keuangan
2.2. Pertumbuhan Ekonomi Domestik 14 Syariah 63
2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi 14 3.1.4.3. Koordinasi dan Kerja Sama
2.2.2. Neraca Pembayaran Indonesia 20 Kelembagaan Ekonomi Syariah 63
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah 22 3.1.5. Kebijakan Internasional 64
2.2.4 Inflasi 23 3.1.5.1. Kebijakan Internasional untuk
2.3. Perkembangan Sistem Keuangan 26 Mendukung Resiliensi 64
2.3.1. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Valas 26 3.1.5.2. Kerja Sama Internasional untuk
2.3.1.1. Perkembangan Pasar Uang 27 Mendorong Pertumbuhan Ekonomi 65
2.3.1.2. Perkembangan Transaksi di 3.1.6. Pengelolaan Utang Luar Negeri 67
Pasar Valuta Asing 28 3.1.7. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) 68
2.3.2. Perkembangan Kinerja Keuangan Korporasi 29 3.1.8. Pelaksanaan Kegiatan Statistik, Survei, dan
2.3.2.1. Perkembangan Industri Perbankan 29 Liaison untuk Mendukung Perumusan
2.3.2.2. Perkembangan Industri Institusi Kebijakan 69
Keuangan Non Bank (IKNB) 32 3.1.8.1. Publikasi Statistik 69
2.3.2.3. Perkembangan Sektor Riil (Sektor 3.1.8.2. Pelaksanaan Survei 69
Korporasi dan Rumah Tangga) 35 3.1.8.3. Kerja Sama dengan Stakeholder 70
2.3.3. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil 3.1.8.4. Pemenuhan Komitmen Internasional 71
dan Menengah (UMKM) dan Kredit Usaha 3.1.8.5. Partisipasi dalam Fora Internasional 72
Rakyat (KUR) 36 3.1.8.6. Pengembangan dan Pengaturan
2.4. Perkembangan Sistem Pembayaran 39 Statistik 73
2.4.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran 3.1.9. Pengawasan Moneter 74
oleh Bank Indonesia 39 3.2. Kebijakan Pendalaman Pasar Keuangan 75
2.4.2. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan 3.2.1. Pengembangan Instrumen untuk Mendukung
Industri 42 Sumber Pembiayaan Ekonomi dan
2.4.3. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah 44 Pengelolaan Risiko 76
3.2.2. Pengembangan Infrastruktur Pasar 77
3.2.3. Koordinasi Kebijakan, Harmonisasi Ketentuan,
dan Edukasi 77

vii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
3.3. Kebijakan Makroprudensial 78
3.3.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan
Makroprudensial 78
3.3.1.1. Pengaturan Makroprudensial 78
3.3.1.2. Pengawasan Makroprudensial 81 LAMPIRAN
3.3.2. Sinergi dan Koordinasi dalam Memperkuat
Ketahanan Sistem Keuangan 82 1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) 136
3.4. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 84 2. Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) 136
3.4.1. Kebijakan Sistem Pembayaran Non Tunai 85 3. Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia (PDG) 137
3.4.2. Perlindungan Konsumen 92 4. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Intern
3.4.3. Program Keuangan Inklusif 93 Peraturan Anggota Dewan Gubernur
3.4.4. Pengawasan Sistem Pembayaran 94 Daftar Istilah 138
3.4.5. Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah 95 Daftar Singkatan 145
Boks : Sinergi Bank Indonesia dan Perbankan Memenuhi
Kebutuhan Uang Masyarakat selama Ramadhan dan
Idul Fitri 2019 105
Boks : Visi Sistem Pembayaran 2025 107

Bab 4
bank indonesia

Kapabilitas Intern
Bank Indonesia

4.1. Tata Kelola 113


4.2. Manajemen Strategis Dan Kinerja 115
4.3. Manajemen Risiko 116
4.4. Audit Internal 118
4.5. Keuangan Internal 119
4.6. Sistem Informasi 120
4.7. Organisasi Dan Sumber Daya Manusia (SDM) 121
4.7.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia 121
4.7.2. Manajemen Sumber Daya Manusia 122
4.7.3. Pengembangan SDM 123
4.8. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan 124
4.8.1. Komunikasi Kebijakan 124
4.8.2. Edukasi Kebanksentralan 128
4.9. Aspek Hukum 129
4.10. Program Sosial Bank Indonesia 130

viii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Grafik
Grafik 2.53. Sumber Dana Perusahaan Pembiayaan 34
Grafik 2.54. Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada Perusahaan
Pembiayaan 34
Grafik 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Global 12 Grafik 2.55. Perkembangan ROA, ROE dan BOPO Perusahaan
Grafik 2.2. Volume Perdagangan Dunia 12 Pembiayaan 34
Grafik 2.3. Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy AS 13 Grafik 2.56. Kegiatan Dunia Usaha Tw II 2019 35
Grafik 2.4. Pasar Saham Jepang 13 Grafik 2.57. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK),
Grafik 2.5. Aliran Modal 14 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), Indeks
Grafik 2.6. EMBI dan CDS 14 Ekspektasi Konsumen (IEK) 36
Grafik 2.7. Path Pertumbuhan Ekonomi 15 Grafik 2.58. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga
Grafik 2.8. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga 15 Menurut Jenisnya 36
Grafik 2.9. Indeks Keyakinan Konsumen 16 Grafik 2.59. Pertumbuhan Kredit UMKM (%, YoY) 37
Grafik 2.10. NTP dan Upah Buruh Tani 16 Grafik 2.60. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan
Grafik 2.11. Realisasi Bantuan Sosial 16 Sektor (%, YoY) 37
Grafik 2.12. Kontribusi Pertumbuhan Investasi 17 Grafik 2.61. Pangsa Sektor Ekonomi terhadap Kredit UMKM (%) 37
Grafik 2.13. Penjualan Semen dan Impor Barang Modal 17 Grafik 2.62. Pangsa Wilayah terhadap Kredit UMKM (%) 38
Grafik 2.14. Penjualan Alat Berat 17 Grafik 2.63. NPL Kredit UMKM 38
Grafik 2.15. Kontribusi Ekspor Migas dan Nonmigas 18 Grafik 2.64. Pencapaian Realisasi KUR terhadap Target 38
Grafik 2.16. Ekspor Nonmigas Riil 18 Grafik 2.65. Realisasi KUR berdasarkan Sektor Ekonomi 38
Grafik 2.17. Kontribusi Impor Migas dan Nonmigas 18 Grafik 2.66. Realisasi KUR berdasarkan Provinsi 39
Grafik 2.18. Impor Nonmigas Riil 18 Grafik 2.67. Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) 44
Grafik 2.19. Neraca Pembayaran Indonesia 21 Grafik 2.68. Komposisi UYD di Bank dan Masyarakat 44
Grafik 2.20. Transaksi Modal dan Finansial 21 Grafik 2.69. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia 44
Grafik 2.21. Transaksi Berjalan 22 Grafik 2.70. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia
Grafik 2.22. Neraca Perdagangan 22 Menurut Jenis Pecahan (Uang Kertas dan Uang Logam)
Grafik 2.23. Cadangan Devisa 22 selama Triwulan II 2019 ) 45
Grafik 2.24. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan Triwulanan 23 Grafik 2.71. Jumlah Temuan Uang Palsu 46
Grafik 2.25. Volatilitas Nilai Tukar Tahunan 23 Grafik 2.72. Perkembangan Temuan Uang Palsu Per Wilayah 46
Grafik 2.26. Inflasi 23 Grafik 2.73. Pangsa Temuan Uang Palsu per Wilayah pada
Grafik 2.27. Inflasi Inti Traded vs Nontraded 24 Triwulan II 2019 46
Grafik 2.28. Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast 24
Grafik 2.29. Inflasi Volatile Food 24 Grafik 3.1. Deviasi Policy Rate dengan Suku Bunga PUAB O/N 55
Grafik 2.30. Inflasi Administered Prices 25 Grafik 3.2. Posisi Operasi Moneter Kontraksi 55
Grafik 2.31. RRH Volume Transaksi dan Frekuensi PUAB 27 Grafik 3.3. Koridor Suku Bunga dan Volume PUAB O/N 55
Grafik 2.32. Pelaku PUAB 27 Grafik 3.4. Posisi Outstanding Operasi Moneter - Total 56
Grafik 2.33. Pergerakan Suku Bunga PUAB dan Policy Rate 27 Grafik 3.5. Komposisi Instrumen Operasi Moneter – Kontraksi 56
Grafik 2.34. Volume Transaksi Repo (RRH) 28 Grafik 3.6. Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi Moneter
Grafik 2.35. Frekuensi Transaksi Repo (RRH) 28 Triwulanan (Sisa Jatuh Waktu) 56
Grafik 2.36. Jumlah Pelaku Repo 28 Grafik 3.7. Perkembangan OMS 59
Grafik 2.37. Pergerakan Suku Bunga Repo 28 Grafik 3.8. Lelang Term Repo Syariah 59
Grafik 2.38. Perkembangan suku bunga pasar uang tenor 1 bulan 28 Grafik 3.9. RRH Transaksi DNDF 76
Grafik 2.39. Komposisi Transaksi Derivatif Valas 29 Grafik 3.10. Perkembangan PLM Syariah 79
Grafik 2.40. RRH Volume Transaksi Valas 29 Grafik 3.11. Porfolio Surat Berharga BUS 79
Grafik 2.41. RRH Transaksi DNDF dan kurs USD/IDR 29 Grafik 3.12. Data Pengaduan Konsumen 93
Grafik 2.42. Rasio Non Performing Loan 30 Grafik 3.13. Jumlah Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank ke
Grafik 2.43. Rasio NPL gross per Jenis Penggunaan 30 Bank Indonesia 100
Grafik 2.44. Rasio NPL gross per Sektor Ekonomi 30 Grafik 3.14. Jumlah Penarikan Uang Rupiah oleh Bank dari
Grafik 2.45. Pertumbuhan DPK (yoy) 30 Bank Indonesia 100
Grafik 2.46. Rasio AL/DPK Perbankan 31 Grafik 3.15. Pangsa Penukaran Uang Rupiah melalui Kas Keliling
Grafik 2.47. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan 31 Berdasarkan Wilayah pada Triwulan II 2019 100
Grafik 2.48. Aset dan Investasi Industri Asuransi 33 Grafik 3.16. Proyeksi dan Realisasi Penarikan Uang Rupiah selama
Grafik 2.50. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan 33 Periode Ramadhan/Idul Fitri 2019 per Regional 101
Grafik 2.49. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi 33 Grafik 3.17. Proyeksi dan Realisasi Penarikan Uang Rupiah selama
Grafik 2.51. Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Periode Ramadhan/Idul Fitri 2019 per Kegiatan 101
Jenis Usaha 33
Grafik 2.52. Rasio Non Performing Financing 34

ix
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Tabel Daftar Gambar
Tabel 2.1. Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia 13 Gambar 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Regional Triwulan II 2019 20
Tabel 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran 15 Gambar 2.2 Peta Inflasi Daerah (%, yoy) 26
Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 19 Gambar 2.3. Peta Sebaran Temuan Uang Palsu Nasional 47
Tabel 2.4. Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food 25
Tabel 2.5. Penyumbang Inflasi/Deflasi Komoditas
Administered Prices 25 Gambar 3.1. Peta Wilayah Klaster UMKM Binaan Bank Indonesia 61
Tabel 2.6. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Gambar 3.2. Peta Sebaran Kasus Uang Palsu Nasional 98
Perbankan 32 Gambar 3.3. Jalur Distribusi Uang Rupiah oleh Bank Indonesia 99
Tabel 2.7. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan 32 Gambar 3.4. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia 102
Tabel 2.8. Kinerja Korporasi Publik Tw II 2018 dan Tw II 2019 35
Tabel 2.9. Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia 41 Gambar 4.1. Governance Framework Bank Indonesia 113
Tabel 2.10. Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia 41 Gambar 4.2. Proses Bisnis Terintegrasi Melalui Value Chain 116
Tabel 2.11. RRH Nilai Transaksi Sistem Pembayaran
Bank Indonesia 42
Tabel 2.12. RRH Volume Transaksi Sistem Pembayaran
Bank Indonesia 42
Tabel 2.13. Nilai Transaksi APMK dan Uang Elektronik 43
Tabel 2.14. Volume transaksi APMK dan Uang Elektronik 43
Tabel 2.15. Volume dan Nilai Transaksi Transfer Dana 43
Tabel 2.16. Nominal Transaksi UKA-TC 43
Tabel 2.17. Perkembangan Indikator Pengelolaan Uang Rupiah
secara Triwulanan (miliar Rp) 45

Tabel 3.1. Posisi Outstanding Instrumen OM 57


Tabel 3.2. Suku Bunga Hasil Lelang OPT pada Akhir
Triwulan II 2019 57
Tabel 3.3. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah 67
Tabel 3.4. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah 68
Tabel 3.5. Bank Pengelola dan Peserta Kas Titipan 103

x
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
xi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 1

Ringkasan Eksekutif

xii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
1
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
1.1. Kinerja Perekonomian diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Berlanjutnya momentum
pertumbuhan ekonomi juga didukung bauran kebijakan
Pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal
didorong masih berlanjutnya ketegangan hubungan dan reformasi struktural yang akan ditempuh Pemerintah.
dagang antara AS dan Tiongkok serta sejumlah risiko Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2019
geopolitik, sehingga memberikan tekanan terhadap volume diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-
perdagangan dunia. Menyikapi hal tersebut, berbagai 5,4% dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5%
negara merespons dengan stimulus fiskal dan kebijakan pada 2020.
moneter longgar sehingga mendorong berlanjutnya
aliran masuk modal asing ke negara-negara emerging Sejalan dengan kondisi tersebut, inflasi pada Triwulan II
market. Sejalan kondisi ekonomi global, perekonomian 2019 tetap rendah dan terkendali dalam sasaran target yaitu
Indonesia juga turut mengalami perlambatan namun tetap 3,28% (yoy) dari 2,48% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
menunjukkan kinerja yang baik dan struktur yang kuat. Laju inflasi yang terkendali didukung menurunnya inflasi
Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Indonesia Administered Prices (AP) dan terkendalinya inflasi inti
tercatat 5,05% (yoy), sedikit melambat dibanding ditengah meningkatnya tekanan inflasi Volatile Food (VF).
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy). Kondisi ini juga didukung dengan konsistensi kebijakan
Secara umum, perlambatan bersumber dari berlanjutnya Bank Indonesia menjaga stabilitas harga, mengelola
kontraksi ekspor akibat tekanan pada harga komoditas permintaan agregat, dan minimalnya pengaruh harga
khususnya yang berasal dari penurunan harga CPO dan global. Sumber inflasi pada triwulan laporan berasal dari
komoditas logam lainnya. kenaikan permintaan terkait perayaan Ramadhan dan
Idul Fitri serta musim kemarau yang lebih awal sehingga
Namun, momentum pertumbuhan masih tetap terjaga mengganggu produksi dalam negeri.
didorong oleh meningkatnya permintaan domestik
dipengaruhi konsumsi yang tinggi dan investasi yang stabil. Inflasi VF meningkat signifikan dari 0,16% (yoy) menjadi
Peningkatan konsumsi bersumber dari konsumsi rumah 4,91% (yoy) didorong oleh kenaikan harga komoditas
tangga yang tumbuh 5,17% (yoy) khususnya konsumsi aneka cabai. Sementara inflasi inti tetap terkendali yaitu
nonmakanan akibat meningkatnya kebutuhan tersier sebesar 3,25% (yoy) meskipun sedikit lebih tinggi dari
sejalan dengan masa liburan sekolah dan perayaan Hari triwulan sebelumnya sebesar 3,03% (yoy) yang berasal
Besar Keagamaan Nasional. Hal ini sejalan dengan tingkat dari kenaikan kelompok traded dan nontraded. Kenaikan
keyakinan konsumen yang terjaga dan kebijakan stimulus kelompok traded didorong peningkatan harga beberapa
fiskal pemerintah yang menopang pendapatan rumah komoditas pangan global sementara peningkatan
tangga. Selain itu, tingginya konsumsi Lembaga Non- kelompok non-traded sejalan dengan naiknya inflasi
profit Rumah Tangga (LNPRT) seiring penyelenggaraan VF akibat gangguan produksi dalam negeri. Inflasi VF
pemilihan umum (Pemilu) 2019 juga turut memberikan didorong oleh kenaikan harga komoditas aneka cabai
kontribusi. akibat terbatasnya pasokan dalam negeri. Di sisi lain,
inflasi AP tercatat menurun dari 3,25% (yoy) menjadi
Kinerja investasi tumbuh stabil yaitu 5,01% (yoy) 1,89% (yoy) sejalan dengan penurunan Tarif Batas Atas
ditopang oleh investasi nonbangunan yang dipengaruhi (TBA) tarif angkutan udara. Ke depan, Bank Indonesia
peningkatan impor mesin industri. Hal ini sejalan akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan
dengan industri pengolahan besi dan baja yang tumbuh, Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna
serta peningkatan impor barang perlengkapan untuk memastikan inflasi tetap rendah dan stabil, termasuk
mendukung pembangunan proyek ketenagalistrikan. dalam mengantisipasi musim kemarau yang lebih awal
Di tengah pertumbuhan investasi nonbangunan yang dan panjang. Inflasi 2019 diprakirakan berada di bawah
membaik, investasi bangunan masih tumbuh terbatas yang titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1% dan terjaga dalam
tercermin dari kontraksi penjualan semen pada Triwulan II kisaran sasaran 3,0±1% pada 2020.
2019. Kelanjutan penyelesaian beberapa proyek Program
Strategis Nasional (PSN), antara lain proyek infrastruktur Sejalan dengan kondisi global yang kurang kondusif
jalan tol dan ketenagalistrikan diperkirakan baru akan dan perilaku musiman domestik, defisit neraca transaksi
berdampak positif terhadap investasi bangunan pada berjalan meningkat dari 7,0 miliar dolar AS (2,6% dari PDB)
semester II 2019. pada Triwulan I 2019 menjadi 8,4 miliar dolar AS ( 3,0% dari
PDB). Peningkatan tersebut dipengaruhi perilaku musiman
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri,
memprakirakan pertumbuhan ekonomi tetap baik serta dampak penurunan volume perdagangan dunia. Di
didukung permintaan domestik, khususnya investasi yang sisi lain, surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) pada

2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 1 - Ringkasan Eksekutif

Triwulan II 2019 tetap besar tercatat 7,1 miliar dolar AS dan nilai tukar Rupiah. Rata-Rata Harian (RRH) volume
yang ditopang oleh aliran masuk investasi langsung dan transaksi pasar uang pada Triwulan II 2019 berada di level
investasi portofolio. Hal tersebut mencerminkan persepsi Rp37,59 triliun, meningkat 0,7% dibanding triwulan
positif investor terhadap perekonomian Indonesia yang sebelumnya terutama didorong kenaikan transaksi FX
didukung oleh daya tarik investasi aset keuangan domestik Swap. Sementara itu, volume RRH transaksi repo naik pada
yang tetap tinggi. kisaran Rp1,6 triliun. Hal ini sejalan dengan upaya Bank
Indonesia mendorong pengembangan pasar repo sebagai
Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran instrumen pengelolaan likuiditas Rupiah yang lebih aman
Indonesia (NPI) menunjukkan ketahanan eksternal yang karena memiliki agunan (bersifat collateralized). Sedangkan
tetap terjaga. Secara keseluruhan NPI pada Triwulan II volume transaksi pasar uang antarbank uncollateralized
2019 mengalami defisit 2,0 miliar dolar AS atau surplus 0,4 (PUAB) pada Triwulan II 2019 relatif stabil. Di sisi lain, RRH
miliar dolar AS sampai dengan Semester I 2019. Dengan volume transaksi valuta asing (valas) di pasar domestik
perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia meningkat 5,51% ke level 5,90 miliar dolar AS didukung
tercatat cukup tinggi untuk mendukung ketahanan peningkatan volume transaksi spot sebesar 5,42% dan
eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan volume transaksi derivatif sebesar 5,65%. Masuknya dana
sistem keuangan. Pada akhir Triwulan II 2019, cadangan investor asing kembali ke Indonesia (capital inflow) serta
devisa tercatat 123,8 miliar dolar AS, setara pembiayaan meningkatnya aktivitas hedging korporasi mendorong
7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran peningkatan keseluruhan volume transaksi valas.
utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas
standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Dari sisi perbankan, ketahanan industri perbankan tetap
Ke depan, NPI diprakirakan tetap baik sehingga dapat terjaga didukung oleh tingkat permodalan yang tinggi serta
terus menopang ketahanan sektor eksternal didukung terjaganya risiko kredit dan likuiditas. Tingkat permodalan
berlanjutnya surplus neraca TMF serta tetap terkendalinya industri perbankan pada Triwulan II 2019 tetap kuat yang
defisit transaksi berjalan, yang pada tahun 2019 dan 2020 tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
diprakirakan dalam kisaran 2,5–3,0% PDB. Ratio/CAR) yang mencapai 22,53%. Dari sisi intermediasi,
pertumbuhan kredit industri perbankan tercatat sebesar
Dalam kondisi tersebut, dinamika Rupiah bergerak sesuai 9,92% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
fundamentalnya sehingga turut menopang ketahanan yang mencapai 11,54% (yoy) sebagai dampak dari
eksternal. Pada Triwulan II 2019 Rupiah terapresiasi 0,8% perlambatan aktivitas perekonomian terutama di sektor
secara point to point didukung masih berlanjutnya aliran industri dan perdagangan.
masuk modal asing seiring pasar valas domestik yang
mencatatkan net jual valas. Penguatan Rupiah tersebut Sejalan dengan hal tersebut, rasio Non Performing Loan
juga sejalan pergerakan mayoritas mata uang kawasan (NPL) gross relatif stabil sebesar 2,50%, sementara, NPL
dipengaruhi optimisme perbaikan hubungan dagang net tercatat sebesar 1,18%, jauh di bawah threshold
antara AS dan Tiongkok serta menurunnya ketidakpastian yakni 5%. Sebaliknya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
pasar keuangan global seiring prakiraan kebijakan moneter (DPK) mengalami peningkatan dari 7,16% (yoy) pada
global yang lebih longgar. triwulan sebelumnya menjadi 7,42% (yoy) antara lain
karena net ekspansi pemerintah. Sejalan dengan hal
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tersebut, likuiditas perbankan juga meningkat didukung
tetap stabil sesuai mekanisme pasar yang terjaga, ditopang ketersediaan alternatif sumber dana lain serta rangkaian
prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap kebijakan Bank Indonesia untuk meningkatkan fleksibilitas
terjaga seiring ekonomi domestik yang tetap baik, dan manajemen likuiditas bank. Bank Indonesia memprakirakan
imbal hasil yang menarik serta dampak positif kebijakan pertumbuhan kredit perbankan kisaran 10-12% (yoy)
moneter longgar di negara maju. Namun demikian, selama 2019 dan 11-13% (yoy) pada 2020. Sementara
sejumlah potensi risiko terkait dinamika perang dagang DPK diprakirakan dalam kisaran 7-9% (yoy) pada 2019
dan ekonomi global yang melambat masih perlu untuk dan 8-10% (yoy) pada 2020.
diwaspadai. Bank Indonesia akan terus mengakselerasi
pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun Penyelenggaraan sistem pembayaraan baik tunai maupun
valas, guna mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar nontunai pada triwulan laporan berjalan baik, sesuai
dan memperkuat pembiayaan domestik. komitmen Bank Indonesia menciptakan sistem pembayaran
yang efisien, aman, lancar dan andal. Pada Triwulan II
Stabilitas sistem keuangan Indonesia juga membaik 2019, nilai transaksi SPBI mencapai Rp47.664,56 triliun
yaitu terjaga pada level 0,94% dibawah threshold 2,00% meningkat 17,24% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya,
didukung membaiknya volatilitas pada pasar keuangan didorong oleh meningkatnya nilai transaksi pada semua

3
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
layanan SPBI yaitu BI-RTGS (18,94%), BI-SSSS (14,00%) stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap
dan SKNBI (6,44%). Dari sisi volume, transaksi SPBI juga terjaga, serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 7,89% (yoy) hingga mencapai 38,70 nasional. Upaya ini ditempuh dengan terus memperkuat
juta transaksi. koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui bauran
kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem
Sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh pembayaran. Di bidang moneter, sepanjang Triwulan II
Industri juga berjalan aman, efisien, lancar, dan andal, 2019 Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan
yang tercermin dari tidak adanya gangguan signifikan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 6,00% dengan
dalam memfasilitasi pembayaran ritel nontunai suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan Lending
masyarakat. Transaksi ritel menggunakan instrumen Facility sebesar 6,75%. Kebijakan tersebut diarahkan untuk
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) memperkuat stabilitas eksternal dan menjaga momentum
tercatat Rp1.972 triliun meningkat 9,36% (yoy) didorong pertumbuhan ekonomi khususnya dalam memperkuat
oleh meningkatnya volume transaksi. Selanjutnya, permintaan domestik dan mendorong ekspor, pariwisata
nilai transaksi Uang Elektronik (UE) mencapai Rp35,36 dan aliran modal asing di tengah ketidakpastian pasar
triliun meningkat signifikan yaitu 241,42 (yoy) didorong keuangan global.
maraknya promo yang diberikan penerbit uang elektronik
yang bekerja sama dengan merchant serta peningkatan Sementara terkait dengan pengelolaan moneter dan nilai
konsumsi masyarakat dalam rangka Hari Raya Idul Fitri tukar, Bank Indonesia konsisten mengarahkan kebijakan
dan libur sekolah. Bank Indonesia senantiasa mendorong untuk mengendalikan inflasi agar berada dalam koridor
perluasan penggunaan instrumen pembayaran nontunai sasarannya dan defisit transaksi berjalan terjaga pada
melalui kebijakan serta sosialisasi dan edukasi kepada tingkat yang sehat. Dengan kondisi likuiditas pasar uang
masyarakat untuk mendorong penggunaan instrumen yang tidak selonggar tahun sebelumnya, Bank Indonesia
pembayaran non tunai di masyarakat. melakukan penyempurnaan melalui perubahan paradigma
operasi moneter dari one sided monetary operation
Dari sisi transaksi tunai, Posisi Uang Tunai Yang Diedarkan (kontraksi) ke paradigma baru (two sided monetary
(UYD) pada akhir Triwulan II 2019 mencapai Rp737,9 operation/kontraksi dan ekspansi). Two sided monetary
triliun tumbuh 1,4% (yoy), sejalan dengan meningkatnya operation merupakan upaya redistribusi likuiditas di sistem
kebutuhan uang kartal selama Ramadhan dan Idul Fitri perbankan yang cenderung tidak merata sebagai implikasi
2019 (seasonal factor). Selain itu, perkembangan aktivitas segmentasi di pasar uang.
ekonomi nasional yang tumbuh positif, juga mendorong
peningkatan kebutuhan uang kartal di masyarakat. Selanjutnya, pengelolaan nilai tukar dilakukan melalui
Peningkatan terjadi pada seluruh komponen UYD, yaitu serangkaian manajemen nilai tukar dan pengaturan pasar
uang di masyarakat (currency outside bank/CoB) maupun valuta asing domestik maupun pemantauan pergerakan
uang di perbankan. nilai tukar. Upaya ini dilakukan melalui intervensi spot
di pasar valuta asing dan optimalisasi operasi moneter
Transaksi uang kartal melalui Bank Indonesia yaitu penarikan valas untuk pengelolaan likuditas bank yaitu TD Valas, FX
dan penukaran uang Rupiah (outflow) oleh perbankan Swap dan SBBI valas, serta sarana lindung nilai seperti
dan masyarakat (reateler, institusi/lembaga,dll) mencapai FX Swap Hedging dan DNDF. Semua dilakukan dengan
Rp278,3 triliun. Di sisi lain, jumlah penyetoran uang Rupiah tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar melalui
ke Bank Indonesia (inflow) mencapai Rp230,4 triliun. implementasi kebijakan yang pre-emptive, front loading
Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan laporan dan ahead of the curve.
terjadi net outflow sebesar Rp48 triliun, berbeda dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow. Ke Terkait pendalaman pasar keuangan, pada Triwulan II 2019
depan, Bank Indonesia akan terus berupaya meningkatkan kebijakan pengembangan pasar keuangan diarahkan untuk
kinerja sistem pembayaran secara berkesinambungan, memperluas alternatif instrumen lindung nilai (hedging)
baik sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank dan meningkatkan penggunaan instrumen yang ada
Indonesia maupun oleh industri. sehingga mendorong pelaku ekonomi dalam melakukan
mitigasi risiko. Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan
regulasi yang mengatur sarana pelaksanaan transaksi di
1.2. Kebijakan yang Ditempuh pasar keuangan (market operator) untuk meningkatkan
governance dan efisiensi infastruktur pasar keuangan.
Bank Indonesia senantiasa mencermati berbagai Bank Indonesia juga mendorong akselerasi penerbitan
perkembangan domestik dan eksternal untuk memastikan dan transaksi instrumen Surat Berharga Komersial/SBK

4
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 1 - Ringkasan Eksekutif

(Commercial Paper) sebagai sumber pendanaan jangka meluncurkan 5 (lima) Sistem Pembayaran Indonesia (SPI)
pendek nonperbankan. 2025 yang diarahkan untuk menjadikan sistem pembayaran
sebagai platform yang mengintegrasikaan ekonomi dan
Di bidang makroprudensial, Bank Indonesia tetap keuangan digital. Bank Indonesia telah membentuk 5 (lima)
menerapkan kebijakan yang akomodatif untuk mendorong working group guna mengimplementasikan Visi SPI 2025
penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan tersebut, yang nantinya akan bekerja sama dengan industri
bagi perekonomian. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia dan otoritas terkait.
melakukan pelonggaran ketentuan RIM dengan kisaran
Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar 84- Dari sisi tunai, Bank Indonesia terus berupaya untuk
94%. Untuk mendorong permintaan domestik, Bank meningkatkan ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas
Indonesia terus memperkuat kebijakan yang lebih dan terpercaya melalui penyediaan uang layak edar di
akomodatif yang telah ditempuh sebelumnya. Giro Wajib masyarakat. Dalam upaya mencapai misi menyediakan
Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional uang yang layak edar, Bank Indonesia melakukan evaluasi
dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah diturunkan strategi pencapaian melalui tiga pilar pengelolaan uang
50 bps sehingga masing-masing menjadi 6,0% dan 4,5%, Rupiah, yaitu (i) ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas
dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0% dan terpercaya, (ii) sistem distribusi uang yang efisien dan
untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam Layanan Kas Prima, serta (iii) infrastruktur pengelolaan
pembiayaan ekonomi. uang Rupiah yang memadai dan berbasis teknologi.

Kebijakan ini berdasarkan asesmen Bank Indonesia Untuk itu, secara berkala Bank Indonesia melakukan
terhadap industri perbankan yang menunjukkan bahwa perencanaan, pencetakan dan pemusnahan uang yang
fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik pada berkoordinasi dengan pemerintah sejalan dengan amanat
level yang memadai, namun demikian masih terdapat UU Mata Uang. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank
ruang untuk meningkatkan pertumbuhan kredit atau Indonesia secara berkala menyusun Estimasi Kebutuhan
pembiayaan dari industri perbankan. Ketentuan tersebut Uang, yang merupakan perhitungan proyeksi kebutuhan
mulai efektif berlaku pada 1 Juli 2019. Stance kebijakan uang Rupiah meliputi jumlah dan komposisi pecahan
makroprudensial yang akomodatif terus dipertahankan dalam periode tertentu. Pada triwulan laporan, Bank
untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan Indonesia juga melakukan pemusnahan uang yang sudah
memperluas pembiayaan bagi perekonomian. Demikian tidak layak edar (lusuh, rusak, dianggap tidak berharga
pula dengan strategi operasi moneter yang tetap ditujukan karena alasan tertentu, serta yang telah dicabut/ditarik
untuk memastikan ketersediaan likuiditas perbankan. dari peredaran). Pencabutan dan penarikan uang Rupiah
dari peredaran juga dilakukan untuk untuk mencegah dan
Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia konsisten menekan peredaran uang Rupiah palsu yang berpotensi
memperkuat kebijakan sistem pembayaran guna mengganggu kestabilan ekonomi dan menurunkan
mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan kepercayaan masyarakat terhadap Rupiah.
digital. Dalam rangka memperluas akses keuangan Bank
Indonesia dan Pemerintah menyepakati 12 program Terkait dengan sistem distribusi dan Layanan Kas, Bank
sinergi mendorong elektronifikasi transaksi pada 3 (tiga) Indonesia juga menerapkan mekanisme distribusi uang
area yaitu (i) mempercepat perluasan penyaluran Bantuan melalui Kantor Depo Kas (KDK) dengan mempertimbangkan
Sosial (Bansos), (ii) mendorong inovasi dan perluasan efisiensi jalur distribusi dan ketersediaan moda
elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah, dan (iii) transportasi. Saat ini terdapat 12 KDK yang tersebar di
mendukung implementasi elektronifikasi pembayaran Sumatera (4), Jawa (3), Kalimantan (2) serta Sulampua
di sektor transportasi. Selain itu, juga melakukan sinergi Bali Nusra (3). Pada triwulan laporan Bank Indonesia juga
terkait Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan melakukan perpanjangan kerjasama dengan TNI-AL untuk
Terorisme (APU PPT), serta intensifikasi layanan sistem pendistribusian uang layak edar ke wilayah 3T (Terpencil,
pembayaran di destinasi pariwisata prioritas. Selanjutnya, Terluar, dan Tertinggal). Selanjutnya, dalam memenuhi
untuk memastikan arus digitalisasi berkembang dalam kebutuhan uang di masyarakat selama Ramadhan dan Idul
ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang kondusif Fitri 2019, Bank Indonesia juga melakukan penjadwalan
dilakukan perluasan layanan Sistem Kliring Nasional Bank pengiriman uang ke seluruh KPwDN dan bekerjasama
Indonesia/SKNBI yaitu terkait penambahan waktu dan dengan berbagai jasa penyedia transportasi. Selain juga
percepatan setelmen, peningkatan batas nominal transaksi, melakukan perluasan cakupan kegiatan penukaran uang
dan penurunan tarif. Dalam konteks pengembangan di masyarakat.
ekonomi dan keuangan digital, Bank Indonesia telah

5
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Peran Bank Indonesia dalam mengedarkan uang Tengah Tahun Rapat Kerja Tahun (ETT RKT) dengan tema
Rupiah ke masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peran “Memperkuat Fondasi Serta Sinergitas Transformasi
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR). Kebijakan, Organisasi dan Budaya Kerja untuk
Sampai Triwulan II 2019, Bank Indonesia telah memberikan mewujudkan Visi Bank Indonesia”. Selain melalui evaluasi
izin operasional 26 PJPUR dan persetujuan pembukaan semesteran, kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja juga
341 kantor cabang PJPUR di seluruh Indonesia. Bank dilakukan secara bulanan melalui Evaluasi Kinerja Bulanan
Indonesia juga dapat melakukan pengawasan terhadap (EKB). Sebagai bagian dari transformasi organisasi Bank
kegiatan PJPUR agar kualitas uang yang beredar sesuai Indonesia juga mengimplementasikan metode value chain
dengan standar Bank Indonesia, serta meminimalisasi untuk meningkatkan kualitas perencanaan strategis.
peredaran uang palsu. Penerapan metode ini memastikan tiap program yang
dikerjakan mampu mencapai hasil sesuai destination
Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan uang statement 2024, sekaligus memastikan sumber daya yang
kartal dan memperhatikan best practices bank sentral lain, dialokasikan juga tepat dan optimal.
Bank Indonesia melakukan asesmen teknologi pengolahan
uang yang efisien, terintegrasi, prinsip Kesehatan dan Bersamaan dengan itu, pada Triwulan II 2019 Bank
Keselamatan Kerja (K3), less human intervention, serta Indonesia menjalankan audit internal yang dilakukan
forward looking. Penerapan kebijakan infrastruktur di tujuh Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) dan
pengelolaan uang Rupiah berbasis teknologi diwujudkan dua Kantor Perwakilan Luar Negeri (KPwLN). Sebagai
dalam penggunaan barcode secara end to end untuk kelanjutan transformasi audit intern dan manajemen
kegiatan operasional pengelolaan uang Rupiah. Selain risiko yang terintegrasi, Bank Indonesia juga melakukan
itu, digunakan pula tracking system pada kendaraan Bank pemetaan proses bisnis dan/Risk Control Matrix (RCM) di
Indonesia untuk melakukan distribusi uang dan kegiatan tiga KPwDN. Hingga Triwulan II 2019, pemetaan proses
layanan Kas Keliling secara nasional. bisnis dan RCM sudah dilakukan di delapan KPwDN dan
satu KPwLN.
Selanjutnya, untuk memastikan pelaksanaan fungsi tugas
dan kewenangan Bank Indonesia dilakukan secara efektif Dari sisi keuangan internal, pada Triwulan II 2019 Laporan
sesuai dengan amanat UU perlu didukung oleh penguatan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) Tahun 2018
internal berupa penguatan good governance secara telah selesai diaudit oleh BPK-RI, dan memperoleh opini
berkelanjutan. Penerapan good governance menuntut Wajar Tanpa Pengecualian selama 16 tahun berturut-turut.
upaya keberlanjutan dari waktu ke waktu, seiring dengan Selain itu, Bank Indonesia juga menyetorkan sisa surplus
meningkatnya tantangan dan ekspektasi stakeholders. kepada Pemerintah sebesar Rp30,09 triliun, untuk posisi
Sebagai bentuk akuntabilitas Bank Indonesia, maka pada rasio modal sebesar 11,62% per 31 Desember 2018 pada
triwulan laporan Bank Indonesia telah menyampaikan dan Triwulan II 2019.
mempertanggungjawabkan laporan pelaksanaan tugas
Dalam upaya mewujudkan Destination Statement 2024,
dan wewenangnya kepada DPR dan Pemerintah serta
Bank Indonesia melakukan berbagai penyempurnaan
memublikasikan laporan dimaksud kepada masyarakat.
organisasi, pengelolaan sumber daya manusia, serta
Selanjutnya, untuk memperkuat fungsi pengawasan, pengelolaan kinerja pegawai. Pada Triwulan II 2019
DPR melalui Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) dilakukan perhitungan proximity kebutuhan formasi efektif
juga melakukan telaahan terhadap aspek anggaran untuk 16 satuan kerja yang mengalami penyempurnaan
dan operasional. Terkait hal ini, Bank Indonesia telah pada triwulan lalu. Perhitungan dilakukan dengan prinsip
memberikan tanggapan atas telaahan tersebut. Di mempertahankan kebutuhan Formasi Efektif (FE) BI-Wide,
samping menyampaikan laporan tanggapan, Bank serta pola kerja flat – kelompok dan adanya fungsi baru di
Indonesia juga aktif melakukan monitoring status telaahan satuan kerja.
yang disampaikan oleh BSBI pada periode sebelumnya.
Terkait dengan komunikasi, Bank Indonesia senantiasa
Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia juga menginisiasi
melakukan secara proaktif dan mengedepankan
high level meeting antara anggota BSBI dengan Dewan
interaksi dengan stakeholder melalui berbagai instrumen
Gubernur untuk membahas recent economic development
komunikasi. Pada Triwulan II 2019, komunikasi Bank
dan arah strategis Bank Indonesia.
Indonesia didominasi oleh komunikasi kebijakan moneter,
Sesuai dengan siklus manajemen strategis Bank komunikasi kebijakan makroprudensial, komunikasi
Indonesia, pada Triwulan II 2019 telah dilaksanakan kebijakan sistem pembayaran dan pengelolaan uang
tahap evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja 2019 Rupiah, kebanksentralan, serta komunikasi pada pegawai
dan perencanaan kerja 2020, melalui kegiatan Evauasi internal.

6
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 1 - Ringkasan Eksekutif

7
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2

Perkembangan Ekonomi Global dan


Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan
Sistem Pembayaran

Bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah mendorong berlanjutnya momentum


pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II 2019 tercatat 5,05%
(yoy) ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat sejalan dengan konsumsi
yang tumbuh lebih tinggi dan investasi yang tumbuh stabil. Perlambatan pertumbuhan
ekonomi global, serta penurunan volume perdagangan dan harga komoditas
dunia akibat ketegangan hubungan dagang yang masih berlanjut berdampak pada

8
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
penurunan kinerja ekspor sehingga capaian pertumbuhan ekonomi sedikit lebih rendah
dari triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy).
Inflasi IHK pada Triwulan II 2019 tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil
yaitu sebesar 3,28% (yoy) sehingga tetap mendukung pencapaian inflasi sebesar
3,5±1%. Sementara itu, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga tetap baik ditopang
berlanjutnya surplus neraca transaksi modal dan finansial di tengah defisit neraca
transaksi berjalan yang meningkat.

9
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
RINGKASAN

1. Pertumbuhan ekonomi Triwulan II 2019 tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy), terutama akibat
pertumbuhan ekspor yang masih mengalami kontraksi.
2. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia pada Triwulan II 2019 tetap baik ditopang berlanjutnya
surplus neraca transaksi modal dan finansial di tengah defisit neraca transaksi berjalan yang
meningkat.
3. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat ditopang berlanjutnya aliran masuk modal asing.
Pada Triwulan II 2019, Rupiah mengalami penguatan sebesar 0,80% secara point to point.
4. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2019 tercatat sebesar 3,28% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,48% dan masih berada dalam kisaran sasaran
inflasi yang ditetapkan yaitu sebesar 3,5±1% (yoy).
5. Rata-rata Harian nominal transaksi pasar uang Rupiah tercatat sebesar Rp37,59 triliun,
meningkat 0,7% dibanding triwulan sebelumnya didorong oleh kenaikan transaksi FX Swap.
6. Ketahanan permodalan industri perbankan tetap kuat tercermin pada rasio kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 22,53%, jauh diatas persyaratan minimum 8%.
7. Pertumbuhan Kredit Perbankan tercatat 9.92% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
sebagai dampak dari perlambatan aktivitas perekonomian terutama di sektor industri dan
perdagangan.
8. Selama periode laporan, Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi
(KK) masing-masing tumbuh sebesar 9,22% (yoy), 13,85% (yoy) dan 7,64% (yoy).
9. Penyaluran kredit UMKM pada Triwulan II 2019 tumbuh 11,1% (yoy), meningkat dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 10,9% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan kredit usaha mikro.
10. Realisasi penyaluran KUR pada mencapai Rp75,1 triliun atau 53,9% dari target yang
ditetapkan sebesar Rp139 triliun.
11. Nilai transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) pada Triwulan II 2019 mencapai
Rp47.664,56 triliun meningkat 17,24% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya atau meningkat
12,26% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, transaksi SPBI pada
Triwulan II 2019 juga meningkat sebesar 7,89% (yoy) hingga mencapai 38,70 juta transaksi
dari 35,85 juta transaksi pada tahun sebelumnya.
12. Selama periode laporan, nilai transaksi Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
(APMK) tercatat Rp1.972 triliun, meningkat 9,36% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya,
didorong oleh meningkatnya volume transaksi APMK.

10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

13. Nilai transaksi uang elektronik pada Triwulan II 2019 menunjukkan peningkatan yang
signifikan mencapai Rp35,36 triliun, meningkat 70,46% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya
sejalan dengan meningkatnya volume transaksi sebesar 100,02% (yoy) atau 27,75% (qtq).
14. Posisi Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada akhir Triwulan II 2019 tercatat Rp737,9 triliun,
naik 9,4% (qtq) dibanding posisi akhir triwulan sebelumnya Rp674,2 triliun sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan uang kartal perbankan dan masyarakat selama Ramadhan dan
Idul Fitri 2019.

11
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
7
2.1. Perkembangan Ekonomi Global Dunia (yoy) 6

Negara Maju 5
3.6 3.6 4

Pertumbuhan ekonomi global lebih rendah 2

dari prakiraan. Berlanjutnya ketegangan 1

hubungan dagang dan sejumlah risiko 0


Negara Berkembang
geopolitik mendorong risiko ketidakpastian -1

1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
pasar keuangan global tetap tinggi dan
menekan volume perdagangan dan Sumber: Bloomberg, diolah

pertumbuhan ekonomi dunia. Sejalan dengan Grafik 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Global
hal tersebut, berbagai otoritas moneter
merespons dengan kebijakan moneter semakin menurun. Melemahnya hubungan antara WTV
longgar sehingga mendorong berlanjutnya dan PDB global tersebut disebabkan oleh intensitas impor
aliran masuk modal asing ke negara-negara dalam investasi merupakan yang tertinggi dibandingkan
emerging market. dengan intensitas impor pada komponen PDB lainnya.
Dengan demikian, penurunan investasi yang terjadi
saat ini menyebabkan penurunan WTV yang lebih tajam
dibandingkan dengan PDB dunia. Perbaikan WTV pada
paruh kedua 2019 terbantu oleh stimulus investasi
Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang dan sejumlah pemerintah yang dilakukan berbagai negara. Perbaikan
risiko geopolitik makin menekan volume perdagangan dan juga terbantu oleh pergeseran supply chain global untuk
pertumbuhan ekonomi dunia (Grafik 2.1). Perekonomian mengatasi tarif impor AS.
Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat akibat menurunnya
Pelemahan ekonomi global terus menekan harga
ekspor dan juga investasi nonresidensial. Pertumbuhan
komoditas. Harga komoditas ekspor Indonesia pada
ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih
Triwulan II 2019 mengalami penurunan terutama karena
rendah dipengaruhi penurunan kinerja sektor eksternal
penurunan harga CPO dan komoditas logam lainnya (Tabel
serta permintaan domestik. Pelemahan ekonomi global
2.1). Penurunan harga CPO terutama disebabkan oleh
terus menekan harga komoditas, termasuk harga minyak.
pasokan dari Indonesia dan Malaysia yang jauh lebih tinggi
Untuk merespons dampak perlambatan pertumbuhan
dibandingkan dengan permintaan CPO yang menurun.
ekonomi tersebut, berbagai negara melakukan stimulus
Sementara itu, permintaan CPO menurun seiring dengan (i)
fiskal dan memperlonggar kebijakan moneter, termasuk
implementasi pelarangan impor CPO untuk biofuel di Eropa
bank sentral AS yang pada Juli 2019 telah menurunkan
secara bertahap sejak Mei 2019; (ii) peningkatan produksi
suku bunga kebijakannya. Ketidakpastian pasar keuangan
rapeseed – substitusi CPO di India; serta (iii) penurunan
global juga berlanjut dan mendorong pergeseran
harga soybean – substitusi CPO. Ekspor komoditas logam
penempatan dana global ke aset yang dianggap aman
seperti obligasi pemerintah AS dan Jepang, serta
komoditas emas. Dinamika ekonomi global tersebut perlu % yoy
7
dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan
ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai IMF WEO Apr-19 (G&S) 6

penopang stabilitas eksternal. 5

3,3 3,4 4
Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada
perlambatan volume perdagangan dunia (Grafik 2.2). 3
3,0
Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) diprakirakan 2,6 2
tetap tumbuh rendah pada Triwulan II 2019. Perlambatan
1
WTV tersebut dipengaruhi oleh penurunan volume ekspor WTO Outlook Apr-19
0
akibat penetapan tarif dan perlambatan investasi karena 2015 2016 2017 2018 2019f 2020f
ketidakpastian global seiring ketegangan hubungan Sumber : WEO Apr 2019 dan WTO Apr 2019
dagang yang berlanjut. Rasio WTV terhadap PDB juga
Grafik 2.2. Volume Perdagangan Dunia

12
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Tabel 2.1. Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia

KOMODITAS 2016 2017 2018 2019 YTD


Tembaga -10,5 27,1 6,7 -5,8
Batu Bara 6,8 48,2 2,5 -19,8
CPO 21,3 5,7 -19,2 -9,2
Karet -2,2 28,1 -16,8 21,4
Nikel -15,4 8,9 27,8 -6,2
Timah 13,1 13,1 0,5 1,1
Aluminium -3,5 22,9 7,4 -12,5
Kopi 4,3 -2,9 -15,4 -12,3
Lainnya 1,0 6,8 1,2 0,2
Indeks Harga Komoditas
Ekspor Indonesia 5,4 21,7 -2,8 -6,6
*Data s.d 1 Juli 2019
Sumber: Bloomberg, diolah

Indonesia berada pada tren menurun seiring pelemahan investor ke safe haven assets. Penguatan Japannese
permintaan global, terutama dari Tiongkok akibat Yen (JPY) dan harga Japannese Government Bond (JGB)
pelemahan aktivitas perekonomiannya. mengindikasikan terdapat risk aversion yang menyebabkan
aliran dana investor ke safe haven assets. Imbal hasil (yield)
Ketegangan hubungan dagang yang terus berlanjut Jepang juga mengalami penurunan, sejalan dengan imbal
menyebabkan peningkatan ketidakpastian pasar hasil (yield) AS, selaras dengan kenaikan permintaan
keuangan. Hal ini tercermin dari indikator Economic JGB dan US Treasury (Grafik 2.4). Selain itu, terdapat
Policy Uncertainty (EPU) dan Volatility Index (VIX) yang peningkatan permintaan atas komoditas emas sebagai
menunjukkan peningkatan (Grafik 2.3). Risk aversion karena safe haven assets, yang tercermin pada kenaikan harga
ketegangan hubungan dagang mendorong peningkatan emas.
permintaan US Treasury yang berdampak pada imbal hasil
(yield) AS yang semakin rendah. Selain itu, telah terjadi Otoritas moneter di berbagai negara menempuh kebijakan
inverted yield curve sejak Mei 2019, terutama untuk tenor longgar. Amerika Serikat telah menurunkan target FFR
3 bulan dan 10 tahun. Inversi tersebut dibaca oleh pelaku sebesar 25 bps menjadi 2-2,25%. Penurunan FFR
pasar sebagai peningkatan ekspektasi terjadinya resesi. dilakukan sebagai langkah pre-emptive untuk mengatasi
Kendati demikian, prakiraan tersebut tidak didukung oleh perlambatan ekonomi global dan eskalasi ketegangan
kinerja ekonomi AS yang masih baik. perdagangan. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai
otoritas moneter (RBI, BSP, BoT, RBNZ, RBA, dan BdeM )
Peningkatan kekhawatiran perlambatan ekonomi global menurunkan policy rate-nya pada Agustus 2019, rata-rata
dan peningkatan ketidakpastian terutama akibat eskalasi sebesar 25 bps. Selain itu, beberapa negara yang telah
ketegangan hubungan dagang menyebabkan aliran dana

Indeks Indeks Indeks Indeks


30 350 25000 0,2
24000
300 0,15
23000
VIX 250 22000 0,1
20
200 21000 0,05
20000
150 19000 Yield Japan 10Y (Skala kanan) 0
10 EPU AS (Skala kanan)
100 18000 -0,05
Saham Nikkei
17000
50 -0,1
16000
EPU Trade (Skala kanan) 10m Moving Average
0 0 15000 -0,15
4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 6 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2017 2018 2019
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Grafik 2.3. Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy AS Grafik 2.4. Pasar Saham Jepang

13
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
miliar USD, akumulasi aliran miliar USD, akumulasi aliran penurunan suku bunga AS untuk mendorong pertumbuhan
modal sejak Nov-08 modal sejak Nov-08
340 2100 ekonomi. Aliran modal ke negara berkembang juga sejalan
330 dengan penurunan risiko negara EM (EMBI spread) yang
320 2050 mencapai level 371,5 dan risiko Indonesia (CDS) yang
316,52 menurun mencapai level 100,7 (Grafik 2.6).
310
2000
300
290 Aliran Modal Negara 1950
280 Maju (Skala kanan)

270
Aliran Modal Negara
Berkembang 1.896,73
2.2. Perkembangan Ekonomi Domestik
1900
260
250 1850
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2018 2019
Sumber: Bloomberg
Momentum pertumbuhan ekonomi domestik terus
Grafik 2.5. Aliran Modal berlanjut. Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan
II 2019 tumbuh 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah
menurunkan suku bunga acuannya pada bulan Juli 2019, dari triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy).
seperti BCB, FED, dan BoK diprakirakan juga masih akan Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kinerja ekspor
menurunkan suku bunga acuannya kembali. Sementara yang masih mengalami kontraksi sebagai dampak
itu, ECB dan BoJ diprakirakan akan mempertahankan dari perlambatan ekonomi global. Kinerja NPI tetap
suku bunga acuannya hingga akhir tahun 2019.
baik ditopang berlanjutnya surplus neraca transaksi
Terdapat potensi FFR turun kembali. Forward guidance dari modal dan finansial di tengah defisit neraca
the Fed mengarah pada berlanjutnya penurunan FFR pada transaksi berjalan yang meningkat. Nilai tukar
2019-2020. Meskipun demikian, pasca penurunan FFR Rupiah cenderung menguat ditopang berlanjutnya
dan percepatan normalisasi neraca the Fed pada FOMC aliran masuk modal asing dan inflasi IHK yang
Juli 2019, maka ruang penurunan FFR ke depan menjadi tetap terjaga pada level rendah dan berada dalam
tidak sebesar sebelumnya atau lebih terbatas. Sementara kisaran sasaran inflasi.
itu, pasar lebih dovish melihat stance kebijakan the Fed ke
depan di tengah eskalasi ketegangan hubungan dagang
AS-Tiongkok dan perlambatan perekonomian global.

Respons kebijakan moneter longgar, terutama di negara


maju, mendorong aliran masuk modal asing ke negara- 2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi
negara emerging market tetap berlanjut. Aliran modal ke
Bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dapat
negara berkembang masih tinggi (Grafik 2.5). Hal tersebut
mendorong berlanjutnya momentum pertumbuhan
sejalan dengan penguatan mata uang regional, termasuk
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Triwulan II 2019
Rupiah terhadap dolar AS akibat peningkatan ekspektasi
tercatat 5,05% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,07%
Indeks Indeks (yoy), terutama akibat pertumbuhan ekspor yang masih
500 170 mengalami kontraksi (Tabel 2.2 dan Grafik 2.7). Sementara
160 itu, permintaan domestik naik dipengaruhi konsumsi
CDS Indonesia (Skala kanan)
450 150
yang lebih tinggi dan investasi yang stabil sehingga tetap
140
380,46 mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Secara
400 130
120
spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh membaiknya
350 EMBI Spread 110 ekonomi Sumatera, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara,
100 serta stabilnya pertumbuhan ekonomi Jawa. Ke depan,
300 90 Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi
80 tetap baik didukung permintaan domestik, khususnya
93.526
250 70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
investasi yang akan tumbuh tetap tinggi. Berlanjutnya
2018 2019 momentum pertumbuhan ekonomi didukung oleh bauran
Sumber: Bloomberg kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan
Grafik 2.6. EMBI dan CDS fiskal dan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah.

14
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Tabel 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran


Persen, yoy
2018 2019
Komponen 2017 2018
I II III IV I II
Konsumsi Rumah Tangga 4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,02 5,17
Konsumsi Lembaga Nonprofit
6,93 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08 16,95 15,27
Melayani Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah 2,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21 8,23
Investasi (PMTDB) 6,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 5,01
Investasi Bangunan 6,24 6,16 5,02 5,66 5,02 5,45 5,48 5,46
Investasi Nonbangunan 5,90 13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69 3,70
Ekspor 8,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -1,86 -1,81
Impor 8,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,36 -6,73
PDB 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05
Sumber: BPS

% yoy pendorong peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk


6,0
restoran dan hotel, serta perlengkapan rumah tangga.

6 Periods Moving Average (PDB) 5,5 Peningkatan konsumsi rumah tangga didukung oleh
5,21
tingkat keyakinan konsumen yang terjaga dan kebijakan
5,07 5,0 stimulus fiskal pemerintah yang menopang pendapatan
5,05
PDB rumah tangga. Hasil survei konsumen menunjukkan
4,74 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari berbagai kelompok
4,5
konsumen, baik dengan pengeluaran Rp1-2 juta per
bulan, Rp2-5 juta per bulan maupun lebih dari Rp5
4,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II juta per bulan berada pada zona positif (>100) (Grafik
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2.9). Sejalan dengan hal itu, penjualan ritel juga tetap
Sumber: BPS, diolah
menunjukkan pertumbuhan positif, terutama penjualan
Grafik 2.7. Path Pertumbuhan Ekonomi produk pakaian serta penjualan online barang elektronik
dan produk fashion. Perkembangan Nilai Tukar Petani
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2019 berada (NTP) dan upah buruh tani riil tetap positif (indeks >100),
di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% dan meningkat meskipun melambat (Grafik 2.10). Kebijakan stimulus fiskal
menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020. pemerintah melalui penyaluran bantuan sosial, antara lain
Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan
Permintaan domestik ditopang terutama oleh konsumsi Nontunai (BPNT) yang berlangsung di sepanjang Triwulan
rumah tangga yang bersumber dari peningkatan II 2019 juga turut berdampak positif menopang konsumsi
konsumsi nonmakanan. Konsumsi rumah tangga pada rumah tangga khususnya bagi kelompok berpendapatan
Triwulan II 2019 tercatat tumbuh 5,17% (yoy), lebih bawah (Grafik 2.11).
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya sebesar 5,02% (yoy) (Grafik 2.8). Peningkatan % yoy
5,5
konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh meningkatnya Konsumsi Makanan 5,39

konsumsi nonmakanan yang bersumber dari kenaikan


konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan tersier, antara 5,17
Konsumsi Rumah
lain pendidikan, kesehatan, restoran dan hotel, serta 5,05
Tangga
perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Kenaikan 5,0
pengeluaran pendidikan meningkat seiring dengan
periode pendaftaran pendidikan untuk tahun ajaran baru
Konsumsi
yang berlangsung pada Triwulan II 2019. Sementara Nonmakanan
itu, peningkatan pengeluaran kesehatan rumah tangga 4,5
antara lain dipengaruhi oleh peningkatan klaim asuransi I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2019
kesehatan. Masa liburan sekolah dan perayaan Hari Besar
Sumber: BPS, diolah
Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri juga menjadi faktor
Grafik 2.8. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

15
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Indeks triwulan sebelumnya sebesar 16,95% (yoy). Aktivitas
135
Pengeluaran Rp1-2 juta persiapan dan penyelenggaraan pemilihan anggota
129,5
Pengeluaran Rp2-5 juta 128,3 130
legislatif maupun presiden dan wakil presiden menjadi
127,9
126,5 125
pendorong utama konsumsi LNPRT. Kontribusi konsumsi
120 LNPRT terhadap pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II
Pengeluaran >Rp5 juta
126,4 115 2019 sebesar 0,18%, lebih rendah dibandingkan dengan
127,6 Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
110 kontribusi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,20%.
105
Konsumsi pemerintah yang tumbuh meningkat turut
100
menopang permintaan domestik. Konsumsi pemerintah
95
I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 tumbuh 8,23% (yoy) pada Triwulan II 2019, lebih tinggi
2016 2017 2018 2019 2018 2019 dari pertumbuhan pada Triwulan I 2019 sebesar 5,21%
Sumber: Bank Indonesia
(yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah dipengaruhi
Grafik 2.9. Indeks Keyakinan Konsumen peningkatan belanja barang dan belanja pegawai.
Realisasi belanja barang pada Triwulan II 2019 lebih tinggi
% yoy dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
4
Peningkatan realisasi tersebut didorong oleh peningkatan
3
Nilai Tukar Petani pengeluaran konsumsi kolektif yang antara lain digunakan
2
Upah Buruh Tani untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu 2019. Selain
(riil) 0,5
0,9 1 itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga bersumber dari
0,5
0 peningkatan belanja pegawai seiring dengan pembayaran
0,3
-1 kenaikan gaji dan rapel Aparatur Sipil Negara (ASN).
-2
Investasi yang tumbuh stabil berkontribusi bagi terus
-3
berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi. Kinerja
-4
I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 investasi pada Triwulan II 2019 tumbuh 5,01% (yoy),
2016 2017 2018 2019 2018 2019 relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada
Sumber: BPS, diolah triwulan sebelumnya sebesar 5,03% (yoy) (Grafik
Grafik 2.10. NTP dan Upah Buruh Tani 2.12). Pertumbuhan investasi ditopang oleh investasi
nonbangunan yang tumbuh sedikit meningkat menjadi
Rp Triliun Persen, yoy 3,70% (yoy) pada Triwulan II 2019, dari 3,69% (yoy) pada
45 250
39,7
triwulan sebelumnya. Kinerja investasi nonbangunan yang
40
200 sedikit membaik sejalan dengan kontraksi impor barang
35
150 modal yang berkurang pada Juni 2019 (Grafik 2.13). Hal itu
30 Bansos
dipengaruhi oleh peningkatan impor mesin industri sejalan
25 74,4 100
dengan industri pengolahan besi dan baja yang tumbuh,
20 50 serta peningkatan impor barang perlengkapan untuk
15 45,9
10,2 0 mendukung pembangunan proyek ketenagalistrikan.
10 gBansos (skala kanan)
-50
5 Di tengah pertumbuhan investasi nonbangunan yang
0 -100 sedikit membaik, investasi bangunan masih tumbuh
I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6
2017 2018 2019 2019 terbatas. Akselerasi pertumbuhan investasi bangunan
Sumber: Kemenkeu RI pada Triwulan II 2019 tertahan sehingga tumbuh sebesar
Grafik 2.11. Realisasi Bantuan Sosial 5,46% (yoy), dari Triwulan I 2019 yang tumbuh 5,48%
(yoy). Tertahannya pertumbuhan investasi bangunan
Di samping konsumsi rumah tangga, permintaan sejalan dengan pertumbuhan penjualan semen pada
domestik juga ditopang oleh konsumsi Lembaga Non- Triwulan II 2019 yang mengalami kontraksi, meskipun pada
profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh tinggi seiring Juni 2019 sudah mulai menunjukkan tanda perbaikan.
penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2019. Konsumsi Kebijakan relaksasi pajak penjualan dan pajak penghasilan
LNPRT pada Triwulan II 2019 tumbuh tinggi sebesar atas barang mewah belum memberikan dampak signifikan
15,27% (yoy), meskipun tumbuh melambat dibandingkan terhadap sektor properti pada Triwulan II 2019, terutama

16
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

% pct % yoy
9 120 Mining Agro Construction 15
Investasi
8 100 Forestry All Investasi Non Bangunan - rhs

7 80 10
Nonbangunan 6
5,01 60
5 5
0,95 40
4
Bangunan 20
3 -
0
4,05 2
1 -20 (5)
0 -40
-1 -60 (10)
I II III IV I II III IV I II III IV I II

Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2016 2017 2018 2019
2017 2018 2019 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: United Tractors

Grafik 2.12. Kontribusi Pertumbuhan Investasi Grafik 2.14. Penjualan Alat Berat

terhadap peningkatan permintaan rumah tipe besar1. oleh kendala produksi akibat pemeliharaan di beberapa
Selain itu, kelanjutan penyelesaian beberapa proyek dari kilang gas dan penurunan alami cadangan minyak bumi,
Program Strategis Nasional (PSN), antara lain proyek serta disebabkan juga oleh implementasi kebijakan
infrastruktur jalan tol dan ketenagalistrikan diperkirakan substitusi impor.
baru akan terlihat dampak positifnya terhadap investasi
Perkembangan beberapa ekspor produk manufaktur
bangunan pada semester II 2019.
masih cukup kuat, dengan negara tujuan ekspor yang
Tertahannya pertumbuhan investasi juga dipengaruhi oleh lebih terdiversifikasi (Grafik 2.16). Ekspor produk industri
kinerja ekspor yang mengalami kontraksi. Perlambatan pengolahan besi baja masih cukup baik, didukung oleh
pertumbuhan ekonomi global dan ketegangan hubungan pasokan produksi yang memadai. Tujuan ekspor produk
dagang yang terus berlanjut memengaruhi terbatasnya tersebut juga mulai terdiversifikasi, tidak hanya ke
permintaan dan menurunnya harga komoditas dunia. Tiongkok namun mulai terdiversifikasi ke beberapa negara
Selain terjadi penurunan ekspor Indonesia pada produk ASEAN. Di samping itu, ekspor kendaraan bermotor
berbasis komoditas pertanian dan pertambangan, ekspor berupa motor bertransmisi otomatis dengan negara tujuan
migas juga menurun. Penurunan ekspor pertambangan Vietnam juga menunjukkan peningkatan. Permintaan
migas dan nonmigas tersebut sejalan dengan penjualan ekspor produk kimia juga masih tumbuh sejalan dengan
alat berat di sektor pertambangan yang juga mengalami masih kuatnya permintaan produk turunan Crude Palm
penurunan (Grafik 2.14). Ekspor migas pada Triwulan II Oil (CPO) dalam bentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME).
2019 menurun lebih dalam (Grafik 2.15). Hal ini disebabkan Dengan perkembangan tersebut, kinerja ekspor sedikit
membaik meskipun masih mengalami kontraksi, yakni dari
% yoy semula tumbuh -1,86% (yoy) pada Triwulan I 2019 menjadi
50
tumbuh -1,81% (yoy) pada Triwulan II 2019.
Impor Barang Modal 40

30 Perkembangan ekspor yang tumbuh negatif dan investasi


20 yang belum meningkat signifikan memengaruhi penurunan
12,7
10
impor. Pertumbuhan impor mengalami kontraksi sebesar
6,73% (yoy) pada Triwulan II 2019, dari pertumbuhan
0
-3,8 -2,6 pada triwulan sebelumnya yang juga mengalami
Penjualan Semen -10
-10,2 kontraksi sebesar 7,36% (yoy) (Grafik 2.17). Penurunan
-20
impor berlangsung merata, baik pada barang konsumsi,
-30
I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
bahan baku dan barang modal (Grafik 2.18). Penurunan
2016 2017 2018 2019 2018 2019 impor barang konsumsi pada Triwulan II 2019 antara
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, Bank Indonesia lain dipengaruhi oleh impor beras yang lebih rendah
Grafik 2.13. Penjualan Semen dan Impor Barang Modal dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

1 Penurunan pajak tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 92/PMK.03/2019 tentang Perubahan Kedua atas PMK No. 253/PMK.03/2008
tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli Atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah yang berlaku sejak 19
Juni 2019. Dalam PMK tersebut diatur mengenai Pajak Penghasilan (PPh) terhadap barang yang tergolong barang mewah, khusus untuk rumah dan apartemen, yaitu
menurun dari 5% menjadi 1% dari harga jual, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).

17
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
% % yoy
20 50

40
15
30
Total Ekspor 10 Pertanian
Pertambangan 20
Ekspor Jasa
5 10
Ekspor Barang-NonMigas Total 2,2
-1,9 1,8
1,7 0
0 -4,0
-1,8 -10
Ekspor Barang-Migas -5,0
-3,5 -5 Manufaktur -7,6
-15,4 -20

-10 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2018 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.15. Kontribusi Ekspor Migas dan Nonmigas Grafik 2.16. Ekspor Nonmigas Riil

Sementara itu, kinerja lapangan usaha industri pengolahan pemerintah terkait kewajiban penjualan minyak mentah
yang melambat dan proyek pembangunan infrastruktur (crude) dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di
yang baru akan marak pada semester II berdampak dalam negeri. Impor migas menurun akibat dari kebijakan
pada penurunan impor bahan baku. Impor barang modal pemerintah terkait dengan penggunaan produk migas
juga menurun akibat pelemahan kinerja lapangan usaha dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
pertambangan seiring dengan penurunan permintaan dan
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan ekonomi
harga komoditas dunia, serta kendala dari sisi produksi.
ditopang oleh sektor tersier yang tumbuh tinggi. Tingginya
Penurunan impor barang modal tersebut antara lain berupa
pertumbuhan sektor tersier didorong oleh LU transportasi,
impor alat angkut bagi kegiatan pertambangan. Sejalan
pergudangan, informasi dan komunikasi serta LU jasa-
dengan penurunan impor barang tersebut, impor jasa
jasa lainnya dengan kontribusi terhadap pertumbuhan
pengangkutan barang (freight) juga mengalami penurunan.
ekonomi yang terus meningkat. Pertumbuhan di sektor
Penurunan impor juga tidak terlepas dari dampak bauran primer juga membaik, terutama ditopang oleh perbaikan
kebijakan Pemerintah, Bank Indonesia dan otoritas lainnya di LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di
untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. tengah LU pertambangan dan penggalian yang menurun.
Berbagai bauran kebijakan untuk mengurangi defisit Sementara itu, pertumbuhan di sektor sekunder melambat
neraca transaksi berjalan telah ditempuh, antara lain sejalan dengan pertumbuhan LU industri pengolahan yang
melalui program Biodiesel 20 (B20), penundaan proyek lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
infrastruktur dengan kandungan impor tinggi, penerapan triwulan sebelumnya (Tabel 2.3).
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta kebijakan

% % yoy
20 60
Impor Barang dan Jasa
50
Impor Jasa 15
40
10 Barang Konsumsi 30

14,0 20
Impor Barang-NonMigas 5 Bahan Baku
7,0 10
0 0
Total Impor -3,1 -2,6
-4,8 -5,9
-10,2
-10
Impor Barang-Migas -1,6 -5 Barang Modal -10,6
-20
-6,7
-10 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2018 2019
Sumber: BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.17. Kontribusi Impor Migas dan Nonmigas Grafik 2.18. Impor Nonmigas Riil

18
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


2018 2019
Komponen 2017 2018
I II III IV I II
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,91 1,81 5,33
Pertambangan dan Penggalian 0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 2,16 2,32 -0,71
Industri Pengolahan 4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,27 3,86 3,54
Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air * 1,76 3,33 7,29 5,62 5,64 5,47 4,48 2,65
Konstruksi 6,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,09 5,91 5,69
Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** 4,63 5,02 5,29 5,39 4,68 5,10 5,38 4,80
Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** 9,12 8,12 6,70 7,01 6,35 7,03 7,35 7,88
Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** 5,43 4,63 4,22 4,47 6,13 4,87 7,33 6,07
Jasa-jasa Lainnya***** 4,37 6,01 6,85 7,68 6,82 6,85 7,13 8,39
PDB 5,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air
**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan Akomodasi dan Mamin
***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi
****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan
*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

Kinerja sektor primer meningkat sejalan dengan perbaikan Triwulan II 2019, dari tumbuh 3,86% (yoy) pada triwulan
LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan2. LU sebelumnya. Perlambatan LU industri pengolahan antara
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh lain dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri alat
5,33% (yoy) pada Triwulan II 2019, lebih tinggi dari triwulan angkut, terutama alat angkut untuk memenuhi kebutuhan
sebelumnya yang hanya tumbuh 1,81% (yoy). Kenaikan aktivitas pertambangan. Di samping itu, perlambatan
tersebut sejalan dengan panen raya bahan pangan yang juga disebabkan oleh penurunan kinerja industri otomotif
berlansung di Triwulan II 2019, didukung oleh cuaca yang terutama produksi mobil akibat angka penjualan yang lebih
cukup kondusif. Hal ini terkonfirmasi oleh perkembangan rendah. Penurunan produksi tambang bijih logam juga
inflasi beras yang rendah. Perbaikan juga didorong oleh turut memengaruhi kegiatan industri pengolahan logam
produksi kelapa sawit yang meningkat untuk memenuhi dasar sejalan dengan pasokan input bahan baku yang
kebutuhan domestik seiring dengan kebijakan pemerintah lebih terbatas.
terkait B-20.
Sektor tersier menjadi penopang berlanjutnya momentum
Sementara itu, kinerja LU pertambangan dan penggalian pertumbuhan ekonomi, disertai kontribusinya yang
menurun. Pertumbuhan LU pertambangan dan penggalian terus meningkat4. Perkembangan positif kinerja sektor
pada Triwulan II 2019 menurun sebesar 0,71% (yoy), dari tersier pada Triwulan II 2019 terutama bersumber dari LU
triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan transportasi, pergudangan, informasi dan komunikasi,
positif sebesar 2,32% (yoy). Penurunan tersebut dan LU jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan LU transportasi,
terkonfirmasi oleh ekspor produk pertambangan yang pergudangan, informasi dan komunikasi pada Triwulan II
mengalami kontraksi. Penurunan kinerja LU pertambangan 2019 meningkat menjadi 7,88% (yoy), dari 7,35% (yoy)
dan penggalian utamanya disebabkan oleh sub-LU biji pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong
logam dan tambang migas yang terkontraksi lebih dalam oleh meningkatnya belanja iklan selama masa kampanye
pada Triwulan II 2019 yang disebabkan oleh menurunnya Pemilu 2019, serta meningkatnya komunikasi terkait
produksi tembaga dan emas. Penurunan produksi tembaga perayaan HBKN Idulfitri. Kegiatan di subLU pergudangan
dan emas dipengaruhi oleh masa transisi tambang bawah juga meningkat sejalan dengan konsumsi rumah tangga
tanah Grasberg di Papua yang masih tengah berlangsung. yang masih tumbuh sehingga mendorong kegiatan
pergudangan, shipping dan delivery penjualan online.
Kinerja sektor sekunder melambat sejalan dengan LU
Pertumbuhan sektor tersier juga ditopang oleh peningkatan
industri pengolahan yang tumbuh lebih rendah3. LU industri
pertumbuhan LU jasa-jasa lainnya yang dipengaruhi oleh
pengolahan tumbuh melambat menjadi 3,54% (yoy) pada peningkatan kegiatan jasa pendidikan di periode ajaran

2 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian.
3 Sektor usaha sekunder meliputi: LU Industri Pengolahan.
4 Sektor tersier meliputi LU: 1) Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin; 2) Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi; 3) Jasa Keuangan, Real
Estate dan Jasa Perusahaan; 4) Jasa-jasa lainnya; 5) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air; 6) Konstruksi.

19
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
baru, peningkatan jasa kesehatan terkait program jaminan
2.2.2. Neraca Pembayaran Indonesia
kesehatan pemerintah, serta jasa pemerintahan lainnya
untuk mendukung penyelenggaraan Pemilu 2019. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan
ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga,
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh
di tengah kondisi global yang kurang kondusif dan perilaku
ekonomi Sumatera, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara
musiman domestik. NPI pada Triwulan II 2019 tetap baik
(Balinusra) yang membaik, serta ekonomi Jawa yang
ditopang berlanjutnya surplus neraca transaksi modal
tumbuh stabil (Gambar 2.1). Peningkatan pertumbuhan
dan finansial yang tetap besar ditengah defisit neraca
ekonomi Kalimantan didorong oleh perbaikan kinerja
transaksi berjalan yang meningkat. Kondisi tersebut
ekspor, terutama ekspor batu bara untuk memenuhi
antara lain dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi
permintaan India dan Tiongkok yang masih kuat. Sementara
dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta
itu, perbaikan ekonomi Sumatera dan Balinusra bersumber
dampak volume perdagangan dunia dan harga komoditas
dari permintaan di daerah tersebut yang tumbuh meningkat.
yang turun. Dengan perkembangan tersebut, NPI sampai
Kinerja investasi di Sumatera membaik sejalan dengan
dengan semester I 2019 tetap surplus sebesar 0,4 miliar
peningkatan LU konstruksi terkait pembangunan koridor
dolar AS, meskipun pada Triwulan II 2019 mengalami
baru jalan tol lintas Sumatera. Peningkatan konsumsi di
defisit 2,0 miliar dolar AS (Grafik 2.19).
Balinusra didorong oleh perbaikan pendapatan dari LU
pertanian seiring masuknya masa panen, disertai oleh Surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) pada Triwulan
maraknya aktivitas perdagangan sejalan dengan konsumsi II 2019 tetap besar, di tengah ketidakpastian pasar
rumah tangga yang masih kuat. Di tengah perbaikan keuangan dunia yang masih tinggi dan pola musiman
ekonomi di beberapa wilayah tersebut, ekonomi Sulampua pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo.
terutama Mapua tumbuh melambat. Perlambatan Surplus neraca TMF pada Triwulan II 2019 tercatat sebesar
disebabkan oleh penurunan kinerja LU pertambangan dan 7,1 miliar dolar AS, terutama ditopang oleh aliran masuk
penggalian di Papua sejalan dengan masa transisi dalam investasi langsung dan investasi portofolio (Grafik 2.20). Hal
pengelolaan daerah tambang Grasberg.

Sumber: BPS, diolah

Gambar 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Regional Triwulan II 2019

20
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Miliar Dolar AS Miliar Dolar AS


20 20
Transaksi Berjalan Investasi Langsung Investasi Lainnya
Transaksi Modal dan Finansial Investasi Portofolio Transaksi Modal dan Finansial
15 15
Neraca Keseluruhan

10 7,1
10
5
7,1 4,5
5
0 5,4
-2,0 0
-5 -2,8

-8,4 -10 -5

-15 -10
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II** I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II**
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
*angka sementara **angka sangat sementara *angka sementara **angka sangat sementara
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.19. Neraca Pembayaran Indonesia Grafik 2.20. Transaksi Modal dan Finansial

tersebut mencerminkan persepsi positif investor terhadap sampai dengan semester I 2019 masih terkendali dalam
perekonomian Indonesia yang didukung oleh daya tarik batas aman yaitu 2,8% dari PDB.
investasi aset keuangan domestik yang tetap tinggi.
Perkembangan positif terlihat pada neraca perdagangan
Namun demikian, surplus tersebut tercatat lebih rendah
Indonesia Triwulan II 2019 yang kembali mencatat surplus.
dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya
Neraca perdagangan Indonesia pada Triwulan II 2019
sebesar 9,9 miliar dolar AS. Kondisi tersebut disebabkan
kembali mencatat surplus sebesar 0,30 miliar dolar AS,
oleh defisit pada investasi lainnya yang dipengaruhi oleh
meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan surplus pada
faktor musiman sejalan dengan meningkatnya pembayaran
triwulan sebelumnya sebesar 0,67 miliar dolar AS. Surplus
pokok pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta yang
neraca perdagangan tersebut terutama bersumber dari
jatuh tempo. Dengan perkembangan tersebut, surplus
surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat di
TMF sampai dengan semester I 2019 tercatat 17,0 miliar
tengah defisit neraca perdagangan migas yang meningkat.
dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada
Surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat
semester I tahun sebelumnya sebesar 5,3 miliar dolar AS.
dipengaruhi oleh penurunan ekspor nonmigas yang
Defisit neraca Transaksi Berjalan (TB) pada Triwulan II diimbangi oleh penurunan impor nonmigas. Sementara itu,
2019 melebar dipengaruhi perilaku musiman repatriasi peningkatan defisit neraca perdagangan migas terutama
dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri, serta disebabkan oleh kinerja ekspor migas yang menurun
perekonomian global yang kurang menguntungkan. Defisit disertai oleh impor migas yang meningkat (Grafik 2.22).
neraca transaksi berjalan meningkat dari 7,0 miliar dolar
Neraca perdagangan nonmigas Triwulan II 2019
AS (2,6% dari PDB) pada Triwulan I 2019 menjadi 8,4 miliar
mengalami surplus 1,26 miliar dolar AS, meningkat jika
dolar AS (3,0% dari PDB) pada Triwulan II 2019 (Grafik 2.21).
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat
Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi
surplus 1,05 miliar dolar AS. Kondisi tersebut dipengaruhi
oleh defisit neraca pendapatan primer yang membesar
oleh penurunan impor nonmigas yang lebih dalam yakni
didorong oleh faktor musiman peningkatan kebutuhan
sebesar 9,87 miliar dolar AS pada Triwulan II 2019,
repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar
menurun 2,15 miliar dolar AS dibandingkan dengan impor
negeri. Selain itu, kinerja ekspor nonmigas juga menurun
pada triwulan sebelumnya. Penurunan impor nonmigas
sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat
terutama terjadi pada komponen mesin/pesawat mekanik,
dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun.
mesin dan peralatan listrik, serta besi dan baja. Sementara
Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat,
itu, penurunan ekspor nonmigas yakni dari 12,98 miliar
seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan
dolar AS pada Triwulan I 2019 menjadi 11,05 miliar dolar
peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari
AS pada Triwulan II 2019. Penurunan terutama terjadi
raya Idulfitri dan libur sekolah. Defisit neraca transaksi
pada komponen bahan bakar mineral, kendaraan dan
berjalan yang melebar juga dipengaruhi oleh meningkatnya
bagiannya, serta lemak dan minyak hewani/nabati.
defisit neraca jasa yang dipengaruhi oleh menurunnya
surplus jasa perjalanan, di tengah membaiknya defisit jasa Neraca perdagangan migas defisit 0,97 miliar dolar AS
transportasi terutama jasa freight (pengangkutan). Dengan pada Triwulan II 2019, meningkat dibandingkan dengan
perkembangan tersebut, defisit neraca transaksi berjalan defisit pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,38 miliar

21
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Miliar Dolar AS % PDB Miliar Dolar AS Bulan
8 5 150 10
4 Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)
6 9
3 Cadangan Devisa 123,8
4 2,1 120 8
2
2 6,8 7
0,2
1
0 0
-2,0 90 6
-2 -1
5
-4 -8,7 -2
-3 60 4
-6
-3,0 -4
-8 3
-5
-10 -8,4 30 2
-6
-12 -7 1
-14 -8 0 0
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II** 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: Bank Indonesia
Neraca Jasa Neraca Perdagangan
Neraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan Sekunder
Transaksi Berjalan Defisit TB/PDB (%) (skala kanan) Grafik 2.23. Cadangan Devisa
*angka sementara **angka sangat sementara
Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.21. Transaksi Berjalan likuiditas valas terkait siklus pembayaran dividen
beberapa perusahaan asing dan pada saat libur panjang
dolar AS. Melebarnya defisit neraca perdagangan migas lebaran. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan
dipengaruhi oleh meningkatnya impor migas dari 1,52 pembiayaan 7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan
miliar dolar AS pada Triwulan I 2019 menjadi 1,71 miliar pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada
dolar AS pada Triwulan II 2019. Peningkatan impor migas di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan
terjadi pada seluruh komponen baik minyak mentah, impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut
hasil minyak, maupun gas. Sementara itu, ekspor migas tetap memadai dan mampu mendukung ketahanan sektor
menurun dari 1,14 miliar dolar AS menjadi 0,75 miliar dolar eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan
AS pada Triwulan II 2019. Penurunan terutama terjadi pada sistem keuangan.
komponen ekspor gas sejalan dengan menurunnya volume
Ke depan, NPI diprakirakan tetap baik sehingga dapat
dan harga ekspor gas.
terus menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek NPI
Cadangan devisa tercatat cukup tinggi untuk mendukung tersebut ditopang oleh berlanjutnya surplus neraca modal
ketahanan eksternal. Posisi cadangan devisa Indonesia dan finansial serta tetap terkendalinya defisit transaksi
pada akhir Triwulan II 2019 tercatat 123,8 miliar dolar AS, berjalan, yang pada tahun 2019 dan 2020 diprakirakan
sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir dalam kisaran 2,5–3,0% PDB. Bank Indonesia akan
Triwulan I 2019 yang sebesar 124,5 miliar dolar AS (Grafik terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah
2.23). Penurunan cadangan devisa tersebut terutama dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan
dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan
negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valas Penanaman Modal Asing (PMA). Bank Indonesia juga
perbankan di Bank Indonesia sebagai antisipasi kebutuhan senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat
memengaruhi prospek NPI, seperti pertumbuhan ekonomi
Miliar Dolar AS global yang melambat, adanya ketidakpastian di pasar
3 keuangan global, serta volume perdagangan dunia dan
2
harga komoditas global yang menurun.
1,16
0,196
1

0
2.2.3. Nilai Tukar Rupiah
-1
-0,97 Dinamika Rupiah ditopang berlanjutnya aliran masuk
-2 modal asing ditengah pola musiman peningkatan
Nonmigas Migas Total permintaan valas nonresiden. Pada Triwulan II 2019,
-3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 Rupiah mengalami penguatan sebesar 0,80% secara point
2016 2017 2018 2019
to point (Grafik 2.24). Perkembangan tersebut didukung
Sumber: Bank Indonesia
masih berlanjutnya aliran masuk modal asing seiring pasar
Grafik 2.22. Neraca Perdagangan valas domestik yang mencatatkan net jual valas. Hal ini

22
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

terutama berasal dari penjualan valas nasabah nonresiden %


35
untuk pembelian aset domestik di tengah pola musiman 2018
YTD 2019 30
permintaan valas nonresiden untuk kebutuhan repatriasi Average YTD 2019
dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri. Masih 25
berlanjutnya aliran masuk modal asing ditopang persepsi 19,9
20
16,8 17,5
positif terhadap prospek ekonomi Indonesia yang
15
terjaga, seiring peningkatan peringkat kredit Indonesia 10,98
8,4 10
oleh Standard and Poor’s (S&P). Perekonomian yang 6,5 7,1 6,4 5,3
kondusif tersebut juga tercermin dari inflasi yang rendah 5
dan stabil serta posisi cadangan devisa yang masih tetap 22,7 19,3 30,4 8,5 6,9 5,7 9,3 5,5
0
tinggi sampai dengan Triwulan II 2019. Penguatan Rupiah ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR
tersebut juga sejalan dengan pergerakan mayoritas mata Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah

uang kawasan dipengaruhi optimisme perbaikan hubungan


Grafik 2.25. Volatilitas Nilai Tukar Tahunan
dagang antara AS dan Tiongkok dan ketidakpastian
pasar keuangan global yang berkurang seiring prakiraan
nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank
kebijakan moneter global yang lebih longgar.
Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar
Volatilitas Rupiah yang tetap terjaga menopang dinamika keuangan, baik di pasar uang maupun valas.
Rupiah. Volatilitas Rupiah pada Triwulan II 2019 menurun
dibandingkan dengan volatilitas pada triwulan sebelumnya.
Volatilitas Rupiah pada Triwulan II 2019 tersebut juga lebih 2.2.4. Inflasi
rendah dibandingkan dengan volatilitas rata-rata negara
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Triwulan II
kawasan (Grafik 2.25). Volatilitas Rupiah tersebut juga
2019 tetap terkendali, meskipun meningkat dibandingkan
masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas mata
dengan periode sebelumnya (Grafik 2.26). Secara tahunan,
uang rand Afrika Selatan, real Brasil dan lira Turki. Bank
inflasi IHK pada Triwulan II 2019 mencapai 3,28% (yoy),
Indonesia akan terus menjaga volatilias nilai tukar Rupiah
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 2,48% (yoy),
tetap terjaga sesuai dengan mekanisme pasar.
didorong oleh peningkatan inflasi inti dan volatile food
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah di tengah penurunan inflasi administered prices. Secara
tetap stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang terjaga. triwulanan, inflasi IHK tercatat 1,67% (qtq) pada Triwulan
Prakiraan ini ditopang prospek aliran masuk modal asing II 2019, meningkat dari inflasi pada triwulan sebelumnya
ke Indonesia yang tetap terjaga seiring ekonomi domestik sebesar 0,35% (qtq). Inflasi IHK secara triwulanan didorong
yang tetap baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak oleh peningkatan seluruh kelompok inflasi seiring dengan
positif kebijakan moneter longgar di negara maju. Namun peningkatan tekanan permintaan pada periode Hari
demikian, sejumlah potensi risiko terkait dinamika perang Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Kelompok inflasi inti
dagang dan ekonomi global yang melambat masih perlu mengalami kenaikan, baik pada kelompok traded maupun
untuk diwaspadai. Untuk mendukung efektivitas kebijakan non-traded. Sementara itu, inflasi volatile food meningkat

Triwulan II vs Triwulan I % yoy


-3,85 20
TRY -8,48 Point to point
-2,25
CNY -1,08 Rerata
KRW -1,70 16
-3,57
-1,21
MYR -1,34
INR
0,19
1,33 Volatile Food
12
0,20 Administered Prices
SGD -0,61
0,80
IDR -0,84 8
1,36
EUR -1,08 1,89
4,91
2,94
ZAR -2,45 Inti 3,25 4
2,45
PHP 0,67
1,85 IHK 3,28
BRL -3,85 0
2,79
JPY 0,20
3,45
THB 0,13
-4
-10,0 -8,0 -6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
% 2016 2017 2018 2019
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah. Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.24. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan Grafik 2.26. Inflasi


Triwulanan

23
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
didorong oleh kenaikan harga komoditas holtikultura akibat % yoy
6,0
terganggunya pasokan dalam negeri serta meningkatnya
permintaan pada periode HBKN. Sementara, penurunan 5,5

Inflasi administered prices didorong terutama oleh


5,0
penurunan Tarif Batas Atas (TBA) tarif angkutan udara. Ekspektasi Inflasi
2017
4,5
Ekspektasi Inflasi Ekspektasi Inflasi
Inflasi inti pada Triwulan II 2019 tetap terkendali, meskipun 2018 Ekspektasi Inflasi 2020
2019 3,50 4,0
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
3,10
Secara triwulanan, inflasi inti sedikit meningkat dari 0,72% 3,5
(qtq) pada Triwulan I 2019 menjadi sebesar 0,82% (qtq)
3,0
pada Triwulan II 2019. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
sebesar 3,25% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 2017 2018 2019

sebesar 3,03% (yoy). Peningkatan inflasi inti pada Triwulan Sumber: BPS, diolah

II 2019 didorong oleh kenaikan inflasi inti baik makanan Grafik 2.28. Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
maupun nonmakanan. Kelompok inflasi inti makanan
mengalami kenaikan baik pada kelompok traded seiring
dengan peningkatan harga beberapa komoditas pangan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi 0,35%
global maupun nontraded sejalan dengan meningkatnya (qtq). Secara tahunan, inflasi VF Triwulan II 2019 juga
inflasi volatile food akibat gangguan produksi dalam negeri meningkat signifikan dari 0,16% (yoy) menjadi 4,91%
(Grafik 2.27). Terkendalinya Inflasi inti pada Triwulan II 2019 (yoy). Kenaikan inflasi VF didorong oleh kenaikan harga
juga didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia komoditas aneka cabai akibat terbatasnya pasokan dalam
dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam negeri serta musim kemarau yang lebih cepat, di tengah
menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. meningkatnya permintaan pada periode HBKN (Tabel 2.4).
Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2019 dalam kisaran
sasaran inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Inflasi Administered Prices (AP) pada Triwulan II 2019 juga
Forecast (CF) Juni 2019 sebesar 3,10% (average yoy), meningkat seiring dengan kenaikan tarif angkutan. Secara
lebih rendah dibandingkan hasil survei bulan sebelumnya tahunan, inflasi AP tercatat menurun dari 3,25% (yoy)
(Grafik 2.28). menjadi 1,89% (yoy) pada Triwulan II 2019 sejalan dengan
dampak penurunan Tarif Batas Atas (TBA) tarif angkutan
Sementara itu, inflasi volatile food (VF) meningkat sejalan udara. Sementara, secara triwulanan, inflasi AP tercatat
dengan terbatasnya pasokan dalam negeri di tengah 0,55% (qtq) meningkat dari triwulan sebelumnya (0,02%
meningkatnya permintaan (Grafik 2.29). Secara triwulanan, qtq) dikontribusi oleh kenaikan harga tarif angkutan dan
kelompok VF tercatat mengalami inflasi 5,47% (qtq) komoditas rokok (Tabel 2.5) (Grafik 2.30).
pada Triwulan II 2019, meningkat signifikan dibandingkan

% yoy % mtm % yoy


5 12 12
4
Inti Nontraded 3,30 10 10
4 Volatile Food (yoy)-
Inti 3,25 Skala kanan
8 8
3
3,19 6 6
3 4,91
2 4 4
Volatile Food
Inti Traded 2 (mtm)
2 2
1
0 0
1 1,78
0 -2 -2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Sumber: Consensus forecast Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.27. Inflasi Inti Traded vs Nontraded Grafik 2.29. Inflasi Volatile Food

24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Tabel 2.4. Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food


Inflasi/Deflasi Sumbangan
No. Komoditas
(% mtm) (%)

Inflasi
1 Cabai Merah 31.66 0.19
2 Tomat Sayur 14.39 0.03
3 Bayam 9.23 0.02
4 Jeruk 2.38 0.01
5 Kentang 5.20 0.01
6 Petai 23.53 0.01
7 Kelapa 4.43 0.01
8 Cabe Hijau 23.39 0.01
9 Kacang Panjang 4.99 0.01
10 Kangkung 3.31 0.01
Deflasi
1 Bawang Putih -16.77 -0.06
2 Daging Ayam Ras -1.74 -0.02
3 Telur Ayam Ras -2.10 -0.02
Sumber: BPS, diolah

% mtm % yoy Secara spasial, inflasi IHK terkendali di berbagai daerah,


5,00 14
meskipun tekanan harga komoditas pangan di sejumlah
4,00 12
daerah perlu diwaspadai. Inflasi IHK tahunan terendah
3,00 10
Administered Prices terjadi di Bali-Nusa Tenggara (2,31%), diikuti Kalimantan
Administered Prices (yoy)-
(mtm)
Skala Kanan
8
2,00 (2,75%) dan Sulawesi (2,92%). Inflasi IHK di hampir
6
1,00 -0,09 seluruh provinsi juga tetap terjaga di dalam rentang
4
0,00
2
sasaran, kecuali Sumatera Utara (6,28%), Maluku (5,24%)
1,89 dan Sulawesi Utara (4,53%) (Gambar 3.2). Inflasi yang
-1,00 0
-2,00 -2 tinggi di Sumatera Utara dipicu oleh kenaikan harga cabai
-3,00 -4 merah dan cabai rawit. Sementara itu, inflasi yang tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 di Maluku dan Sulawesi Utara didorong, antara lain oleh
2016 2017 2018 2019
kenaikan harga ikan segar.
Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.30. Inflasi Administered Prices

Tabel 2.5. Penyumbang Inflasi/Deflasi Komoditas Administered Prices

Inflasi/Deflasi Sumbangan
No. Komoditas
(% mtm) (%)

Inflasi
1 Rokok Kretek Filter 0,60 0,01
2 Rokok Kretek 0,55 0,01
Deflasi
1 Angkutan Udara -3,75 -0.05
Sumber: BPS, diolah

25
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Sumber: BPS, diolah

Gambar 2.2 Peta Inflasi Daerah (%, yoy)

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan 2.3.1. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan
dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, Valas
guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil, termasuk
Selama Triwulan II 2019, outstanding pasar uang Rupiah
dalam mengantisipasi musim kemarau yang lebih awal
mencapai Rp657,48 triliun. Outstanding terbesar terlihat
dan panjang. Inflasi 2019 diprakirakan berada di bawah
pada transaksi FX Swap antarbank, diikuti instrumen
titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1%.
operasi moneter Bank Indonesia (Sertifikat Bank Indonesia/
SBI dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia/SDBI) sebagai
upaya menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang. Di
2.3. Perkembangan Sistem Keuangan
pasar valas, Rata-Rata Harian (RRH) volume transaksi
derivatif valas mencapai 2,33 miliar dolar AS, dengan total
transaksi valas mencapai 5,90 miliar dolar AS. Tingginya
transaksi derivatif terutama didorong peningkatan aktivitas
lindung nilai korporasi.
Kondisi Sistem Keuangan membaik didukung
oleh penurunan tekanan dari sisi pasar keuangan Size pasar uang Rupiah dan komposisi transaksi derivatif
dan sisi institusi keuangan. Volume transaksi di pasar valas merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU)
pasar uang Rupiah dan pasar Valuta Asing (valas) untuk memonitor kedalaman pasar keuangan Rupiah
selama Triwulan II 2019 mengalami peningkatan dan valuta asing. Semakin besar outstanding pasar uang
Rupiah menunjukkan semakin besar kapasitas pasar uang
dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi Industri
dalam menyediakan kebutuhan likuiditas jangka pendek
perbankan tetap terjaga, kinerja sektor rumah
bagi pelaku pasar.
tangga menunjukan perbaikan sementara
kinerja sektor korporasi dan Industri Keuangan Selain itu, semakin tinggi rasio transaksi derivatif valas
Non Bank (IKNB) tumbuh melambat. Disisi lain, terhadap total transaksi valas menunjukkan semakin baik
perkembangan kredit UMKM juga tumbuh lebih struktur pasar valas dalam menopang stabilitas nilai tukar
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya ditopang Rupiah. Secara fundamental, size dan volume transaksi
oleh usaha mikro dan kecil. dipengaruhi ketersediaan instrumen yang beragam. Juga
akses dan kapabilitas pelaku pasar, ditopang infrastruktur
pasar keuangan yang handal dan bertata kelola baik.
Keseluruhan aspek tersebut merupakan program
pengembangan pasar keuangan Bank Indonesia untuk

26
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

menciptakan pasar keuangan yang dalam, likuid, efisien, 96


95 95
inklusif, dan aman. Hanya saja, berbagai perkembangan 95
94 94
isu domestik dan global turut mempengaruhi size dan
93 93
volume transaksi dalam jangka pendek. 93
92 92 92 92
91
90
90
2.3.1.1. Perkembangan Pasar Uang 89
89
88
Rata-rata harian (RRH) volume transaksi pasar uang pada
87
Triwulan II 2019 berada di level Rp 37,59 triliun, meningkat
86
0,7% dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan volume Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
2017 2018 2019
transaksi terutama didorong kenaikan transaksi FX
Swap. Penguatan nilai tukar Rupiah pada Triwulan II 2019 Grafik 2.32. Pelaku PUAB
mendorong penurunan biaya instrumen swap (implied
swap rate), sehingga meningkatkan pemanfaatan transaksi sampai 3 bulan khususnya kenaikan pada tenor 2
FX Swap untuk pengelolaan likuiditas Rupiah. minggu.

Sementara itu, transaksi repo mengalami kenaikan volume Rata-rata frekuensi transaksi harian PUAB untuk
RRH mencapai kisaran Rp1,6 triliun. Ini sejalan dengan seluruh tenor naik menjadi 218 transaksi. Meski
upaya Bank Indonesia mendorong pengembangan pasar begitu untuk tenor sampai dengan 1 minggu turun dari
repo sebagai instrumen pengelolaan likuiditas Rupiah yang 211 transaksi menjadi 208 transaksi pada Triwulan II
lebih aman karena memiliki agunan (bersifat collateralized). 2019. Pada akhir Triwulan II 2019, volume transaksi
Sedangkan volume transaksi pasar uang antarbank PUAB tenor O/N mendominasi keseluruhan transaksi
uncollateralized (PUAB) pada Triwulan II 2019 relatif stabil. sebanyak 66,5%, diikuti porsi tenor 1 minggu sebesar
17,23%.
a. Perkembangan Pasar Uang Uncollateralized
Dari sisi suku bunga, suku bunga PUAB tenor 1
Pada Triwulan II 2019, RRH volume transaksi pasar
minggu ke atas pada Triwulan II 2019 mengalami
uang antarbank uncollateralized (PUAB) Rupiah
penurunan. Penurunan terjadi pada seluruh tenor,
mengalami kenaikan 3,26% ke level Rp19,98 triliun,
berkisar antara 7-16 basis point (bp). Selama Triwulan
sejalan dengan kenaikan frekuensi dan pelaku PUAB.
II 2019, RRH suku bunga PUAB tenor 1 minggu, 1
Kenaikan terjadi terutama pada tenor O/N (naik
bulan, dan 3 bulan masing-masing berada di level
5,36% dari triwulan sebelumnya), sementara volume
6,23%, 6,98%, dan 7,14%. Pergerakan suku bunga
transaksi tenor 2 hari sampai. 1 minggu cenderung
PUAB jangka pendek di Triwulan II 2019 bergerak
turun.
sejalan dengan pergerakan BI 7DRR BI rate. Ini
Volume transaksi tenor 2 minggu sampai 3 bulan menunjukkan efektivitas transmisi kebijakan moneter
mengalami kenaikan 112% (menjadi Rp905 miliar) yaitu suku bunga pasar uang jangka pendek bergerak
dibanding triwulan sebelumnya. Ini sejalan dengan tidak terlalu jauh dari BI 7DRR.
kenaikan frekuensi transaksi pada tenor 2 minggu

Miliar Rp Suku Bunga


21.000 240 8,00%
o/n 2-4 1m 2m Frekuensi DF Rate LF Rate Policy Rate O/N 1m 1b 3b
19.000 220
7,00%
17.000
200
15.000 6,00%
180
13.000
160 5,00%
11.000
140
9.000
4,00%
7.000 120

5.000 100 3,00%


Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
2017 2018 2019 2017 2018 2019

Grafik 2.31. RRH Volume Transaksi dan Frekuensi PUAB Grafik 2.33. Pergerakan Suku Bunga PUAB dan Policy Rate

27
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
b. Perkembangan Pasar Uang Collateralized (Repo) 29

27 27
Rata-rata harian (RRH) volume transaksi repo pada
25 25
Triwulan II 2019 meningkat 50,13%, yaitu dari 23
23 23
Rp1,07 triliun pada Triwulan I 2019 menjadi Rp1,60
triliun pada Triwulan II 2019. Peningkatan volume 21 21 21
20
transaksi didorong kenaikan volume pada tenor O/N, 20
19
19
1 minggu dan 1 bulan. Aktivitas transaksi di pasar 18
17
repo berdasarkan tenor didominasi tenor O/N sampai
dengan 1 minggu, dengan porsi 60%. 15
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
2017 2018 2019
Dari sisi suku bunga, suku bunga repo pada Triwulan
II 2019 cenderung lebih rendah dibanding suku bunga Grafik 2.36. Jumlah Pelaku Repo
PUAB. Selama Triwulan II 2019, RRH suku bunga repo
8,00%
tenor 1 minggu dan 1 bulan masing-masing berada di
level 6,23% dan 6,57%. 7,00%

6,00%

5,00%
Miliar Rp
1800 4,00%
1600 3,00%
1400
2,00%
1200
1,00%
1000 o/n 2-4h 1m 2m 1b
0,00%
800 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
600 2017 2018 2019
400
Grafik 2.37. Pergerakan Suku Bunga Repo
200
0 8,00%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2017 2018 2019
7,00%
o/n 2-4hr 1m 2m 3m 1b 2b 3b >3b s/d 12b >12b

6,00%
Grafik 2.34. Volume Transaksi Repo (RRH)
5,00%

Kali
4,00%
500
450 PUAB 1 Bulan REPO 1 Bulan
3,00%
400
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
350 2016 2017 2018 2019
300
Grafik 2.38. Perkembangan suku bunga pasar uang
250
tenor 1 bulan
200
150
100 2.3.1.2. Perkembangan Pasar Valuta Asing
50
0 RRH volume transaksi valuta asing (valas) di pasar
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2017 2018 2019
domestik pada Triwulan II 2019 meningkat 5,51% ke level
5,90 miliar dolar AS. Volume transaksi spot meningkat
o/n 2-4 1m 2m 3m 1b 2b 3b above 3b >12b
5,42% ke level 3,57 miliar dolar AS, Sedangkan volume
Grafik 2.35. Frekuensi Transaksi Repo (RRH) transaksi derivatif meningkat 5,65% ke level 2,33 miliar
dolar AS. Masuknya dana investor asing kembali ke
Indonesia (capital inflow) serta meningkatnya aktivitas
hedging korporasi mendorong peningkatan keseluruhan
volume transaksi valas. Komposisi transaksi derivatif

28
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Juta dolar AS % derivatif USD Juta USD/IDR


7.000 40% 100 14.800
88
39% 90 14.700
6.000
38% 80
67 14.600
5.000 37% 70
36% 60 54 56 14.500
4.000
35% 50 14.400
3.000 40
34% 33 35
14.300
29
2.000 33% 30
14.200
32% 20
1.000 8 14.100
31% 10
- 30% - 14.000
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2018 2019 2018 2019
Spot Derivatif % derivatif

Grafik 2.39. Komposisi Transaksi Derivatif Valas Grafik 2.41. RRH Transaksi DNDF dan kurs USD/IDR

valas terhadap total keseluruhan transaksi valas menjadi 2.3.2. Perkembangan Kinerja Keuangan Korporasi
sebesar 39,5% pada Triwulan II 2019.
2.3.2.1. Perkembangan Industri Perbankan
Berdasarkan jenis transaksi derivatif, kenaikan terbesar
berdasarkan volume terjadi pada transaksi FX swap, Sepanjang Triwulan II 2019, ketahanan industri perbankan
diikuti transaksi forward. Volume transaksi RRH FX swap tetap terjaga didukung oleh tingkat permodalan yang
meningkat 2,58% dari 1.76 miliar dolar AS menjadi 1,81 tinggi serta terjaganya risiko kredit dan risiko likuiditas.
miliar dolar AS. Volume transaksi RRH forward meningkat Dari sisi intermediasi, kredit yang disalurkan tumbuh
10,17% dari 333,47 juta dolar AS menjadi 367,38 juta dolar melambat menjadi 9,9% (yoy) dari 11,54% (yoy) pada
AS. Sementara perubahan volume transaksi Option, Cross triwulan sebelumnya. Namun, dana pihak ketiga tumbuh
Currency Swap (CCS), dan Call Spread Option (CSO) meningkat 7,4% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan
secara nominal relatif terbatas. triwulan sebelumnya yang tercatat 7,16%. Bank Indonesia
memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan kisaran
Sejak implementasi pada November 2018, volume 10-12% (yoy) selama 2019 dan 11-13% (yoy) pada 2020.
transaksi derivatif berupa Domestic NonDeliverable Sementara DPK diprakirakan dalam kisaran 7-9% (yoy)
Forward (DNDF) juga terus menunjukkan peningkatan. pada 2019 dan 8-10% (yoy) pada 2020.
Selama Triwulan II 2019 volume transaksi DNDF mencapai
64,58 juta dolar AS per hari, meningkat 35,48% dibanding a. Ketahanan Permodalan Industri Perbankan
triwulan sebelumnya 47,7 juta dolar AS per hari. Sampai
Ketahanan permodalan industri perbankan tetap kuat
akhir Triwulan II 2019, terdapat penurunan RRH transaksi
sebagaimana tercermin dari rasio kecukupan modal
DNDF menjadi 29 juta dolar AS per hari karena penurunan
(Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang berada di
transaksi interbank dan pembelian pihak asing, seiring
atas persyaratan minimum. Rasio CAR perbankan posisi
menguatnya kurs Rupiah.
Triwulan II 2019 tercatat sebesar 22,53%, sedikit lebih
rendah dari triwulan sebelumnya (23,30%), namun lebih
Juta dolar AS
7.000 tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (21,97%).
CSO CCS Option Forward FX Swap Spot
Ketahanan permodalan yang terjaga di level relatif tinggi
6.000
tersebut selain sebagai penyangga/bantalan untuk
5.000
menyerap kerugian yang mungkin timbul juga berfungsi
4.000 sebagai sumber dana bagi perbankan untuk membiayai
3.000 kegiatan usahanya.

2.000 b. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri


1.000 Perbankan
-
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
Pada Triwulan II 2019, pertumbuhan kredit industri
2018 2019 perbankan tercatat sebesar 9,92% (yoy), lebih rendah
Grafik 2.40. RRH Volume Transaksi Valas dari triwulan sebelumnya sebesar 11,54% (yoy). Selama

29
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
(%) (%)
3,5 8
Tr 1 2018 Tr 2 2018 Tr 3 2018 Tr 4 2018 Tr 1 2019 Tr 2 2019
3,0
2,50
6
2,5

2,0 3,94
4 3,67
3,58
1,5 1,18 2,87
2,07
1,0 1,78 1,78
2 1,46 1,65
0,86
0,5
NPL Gross NPL Net
- -
Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun gan in-lain ndustri gkutan struksi rtanian saha osia
l gan Listrik
agan La I gan Kon Pe ia U Jasa S rtamban
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Perd Pen Dun Pe
Jasa

Grafik 2.42. Rasio Non Performing Loan Grafik 2.44. Rasio NPL gross per Sektor Ekonomi

periode laporan, Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit 1,77%, cenderung naik dibandingkan dengan triwulan
Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing sebelumnya sebesar 3,09%, 2,35%, dan 1,71% (Grafik
tumbuh sebesar 9,22% (yoy), 13,85% (yoy) dan 7,64% 2.43).
(yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
perlambatan terjadi pada KMK dan KK karena di triwulan Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan NPL gross pada
sebelumnya masing-masing tumbuh 12,03% (yoy) dan sektor Jasa, Industri, dan Lain-Lain diimbangi dengan
9,00% (yoy), sedangkan KI mengalami peningkatan penurunan pada sektor Pertambangan, Pengangkutan,
(triwulan sebelumnya 13,56%). Perlambatan pertumbuhan dan Listrik (Grafik 2.44). Sektor Perdagangan masih
kredit jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun merupakan sektor penyumbang risiko kredit tertinggi
sebelumnya (kecuali KI) antara lain sebagai dampak dari dengan pangsa NPL mencapai 31,77%.
perlambatan aktivitas perekonomian terutama di sektor
Bank Indonesia senantiasa berkoordinasi dengan Otoritas
industri dan perdagangan.
Jasa Keuangan (OJK) untuk mengevaluasi ketahanan
Dari sisi risiko kredit, rasio Non Performing Loan (NPL) permodalan perbankan dalam menyerap potensi risiko
gross relatif stabil sebesar 2,50% dibandingkan triwulan melalui pelaksanaan stress test secara berkala. Selain itu,
sebelumnya (2,51%), namun lebih rendah dari triwulan Bank Indonesia juga secara rutin memantau perkembangan
yang sama tahun sebelumnya (2,67%). Sementara itu, risiko kredit perbankan serta dampaknya terhadap
NPL net tercatat sebesar 1,18% pada periode laporan atau Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) untuk memitigasi dan
masih berada di bawah threshold yakni 5%. Penurunan mengantisipasi peningkatan risiko kredit kedepan.
tersebut menunjukkan upaya dan kebijakan yang dilakukan
c. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri
perbankan untuk menurunkan NPL (Grafik 2.42).
Perbankan
Berdasarkan jenis penggunaannya, peningkatan risiko
Pada Triwulan II 2019, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
kredit terjadi pada KMK dan KK. Rasio NPL gross KMK,
(DPK) industri perbankan mengalami peningkatan dari
KI dan KK masing-masing sebesar 3,12%, 2,16%, dan

(%) 18% 9,5%


4,00 Pertumbuhan DPK (yoy) BI 7-Day RR
Tr 1 2018 Tr 2 2018 Tr 3 2018 Tr 4 2018 Tr 1 2019 Tr 2 2019 16% Pertumbuhan DPK Adj Va (yoy) BI Rate 9,0%
3,50
3,12
14% 8,5%
3,00
12% 8,0%
2,50
2,16
10% 7,5%
2,00 1,77 7,83%
8% 7,42% 7,0%
1,50
6% 6,5%
1,00 6,50% 6,00%
4% 6,0%
0,50
2% 5,5%
- Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun
KMK KI KK 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Grafik 2.43. Rasio NPL gross per Jenis Penggunaan Grafik 2.45. Pertumbuhan DPK (yoy)

30
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

7,16% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,42% (yoy) dibandingkan DPK (AL/DPK) yang tercatat sebesar 19,05%
(Grafik 2.45) antara lain karena net ekspansi pemerintah. pada periode laporan (Grafik 2.46).
Pertumbuhan DPK tersebut juga lebih tinggi dibandingkan
d. Perkembangan Suku Bunga Perbankan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,00%).
Tren suku bunga relatif stabil selama Triwulan II 2019
Berdasarkan komponen, pertumbuhan DPK perbankan
sejalan dengan suku bunga kebijakan (BI 7-Days Reverse
pada Triwulan II 2019 berasal dari Giro dan Deposito. Giro
Repo) yang stabil di level 6,00%. Suku bunga deposito
naik dari 6,65% (yoy) menjadi 7,24% (yoy) dan Deposito
Rupiah satu bulan tercatat sebesar 6,71% pada periode
tumbuh dari 7,89% (yoy) menjadi 8,30% (yoy). Sementara
laporan, turun 7 bps dari 6,78% pada triwulan sebelumnya
pertumbuhan Tabungan melambat dari 6,48% (yoy)
namun meningkat 101 bps dibandingkan triwulan yang
menjadi 6,34% (yoy). Dari sisi pangsa, pangsa Deposito
sama tahun sebelumnya.
menurun dari 45,95% menjadi 44,26%. Sementara itu
pangsa Giro dan Tabungan meningkat masing-masing dari Seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan
23,21% dan 30,84% menjadi 24,25% dan 31,49%. ke depan, industri perbankan cenderung menurunkan suku
bunga kredit perbankan. Suku bunga KI, KK, dan KMK
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan DPK,
menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 10 bps,
likuiditas perbankan juga menunjukkan peningkatan.
7 bps, dan 12 bps, menjadi 10,24%, 11,57%, dan 10,42%
Kecukupan likuiditas perbankan didukung dengan
pada periode laporan (Grafik 2.47). Hal ini mendorong
ketersediaan alternatif sumber dana yang lain seperti
penurunan suku bunga kredit Rupiah industri perbankan
penerbitan surat berharga dan Utang Luar Negeri (ULN)
sebesar 10 bps menjadi 10,75% pada Triwulan II 2019,
serta rangkaian kebijakan Bank Indonesia yang ditujukan
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
untuk meningkatkan fleksibilitas manajemen likuiditas
(10,85%) dan juga triwulan yang sama tahun sebelumnya
bank. Sejumlah kebijakan Bank Indonesia tersebut
(turun 32 bps).
termasuk penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah
untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/ Sementara itu, pergerakan rata-rata Suku Bunga Dasar
Unit Usaha Syariah sebesar 50 bps hingga masing-masing Kredit (SBDK) industri perbankan pada periode laporan
menjadi 6,0% dan 4,5%, dengan GWM Rerata masing- relatif stabil seiring dengan suku bunga kebijakan BI 7-DRR
masing tetap sebesar 3,0%. Selain itu kebijakan yang lain yang stabil. SBDK kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit
adalah mempertahankan rasio Countercyclical Capital ritel tercatat turun masing-masing menjadi 10,06% dan
Buffer (CCB) sebesar 0%, rasio Penyangga Likuiditas 10,05%. Sementara SBDK kredit konsumsi non-KPR
Makroprudensial (PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas dan kredit korporasi pada Triwulan II 2019 menunjukkan
repo sebesar 4%, dan kisaran Rasio Intermediasi kenaikan dari triwulan sebelumnya masing-masing menjadi
Makroprudensial (RIM) sebesar 84-94%. Secara agregat, 12,41% dan 9,99%.
kecukupan likuiditas juga tercermin dari rasio Alat Likuid

%
35,00 13 15

30,00 12
14
11
25,00 13
19,05 10
20,00 9 11,57 12

15,00 8 10,75
11
10,42
10,00 7 10,24
10,00 10
6,69 6,71
6
6,00
5,00 9
5
AL/DPK (avg minim) Treshold
0,00 4 8
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
Des-10
Feb-11
Apr-11
Jun-11
Ags-11
Okt-11
Des-11
Feb-12
Apr-12
Jun-12
Ags-12
Okt-12
Des-12
Feb-13
Apr-13
Jun-13
Ags-13
Okt-13
Des-13
Feb-14
Apr-14
Jun-14
Ags-14
Okt-14
Des-14
Feb-15
Apr-15
Jun-15
Ags-15
Okt-15
Des-15
Feb-16
Apr-16
Jun-16
Ags-16
Okt-16
Des-16
Feb-17
Apr-17
Jun-17
Ags-17
Okt-17
Des-17
Feb-18
Apr-18
Jun-18
Ags-18
Okt-18
Des-18
Feb-19
Apr-19
Jun-19

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
TS OM 12 Bl SB Dep 1bln Rp BI 7-Day RR SB Kredit Rp (RHS)
SB KI (RHS) SB KK (RHS) SB KMK (RHS)

Grafik 2.46. Rasio AL/DPK Perbankan Grafik 2.47. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan

31
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Tabel 2.6. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan
Des-16 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Des-17 Mar-18 Jun-18 Sep-18 Des-18 Mar-19 Jun-19 qtq Jun’19-Jun’18
Konsumsi KPR 10,50 10,42 10,39 10,41 10,24 10,18 10,13 10,22 10,23 10,23 10,06 (0,17) (0,07)
Konsumsi Non KPR 10,62 11,68 11,66 11,29 11,17 11,04 11,11 11,29 11,37 11,45 12,41 0,96 1,30
Kredit Korporasi 10,28 10,17 10,20 10,02 9,88 9,78 9,78 9,90 9,91 9,93 9,99 0,06 0,20
Kredit Ritel 10,54 10,51 10,50 10,48 10,36 10,26 10,22 10,30 10,41 10,43 10,05 (0,38) (0,17)

2.3.2.2. Perkembangan Industri Institusi Keuangan Non


a. Asuransi
Bank (IKNB)
Selama Triwulan II 2019, kinerja industri asuransi
Sepanjang Triwulan II 2019, kinerja Industri Keuangan
mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.
NonBank (IKNB) secara yoy tumbuh melambat dibanding
Total aset meningkat Rp33,22 triliun (2,66%) lebih tinggi
triwulan sebelumnya, terutama perusahaan pembiayaan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,27%,
yang terlihat dari sisi asset sementara pembiayaan
namun lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya
sedikit meningkat. Secara tahunan, kinerja perusahaan
yaitu 0,26% (Grafik 2.48). Jika dibandingkan secara
pembiayaan dari sisi aset maupun pembiayan pada
tahunan antara Triwulan II 2019 dengan Triwulan II 2018,
Triwulan II 2019 melambat dibanding tahun sebelumnya.
pertumbuhan aset di Triwulan II 2019 tumbuh melambat
Sementara kinerja industri asuransi pada Triwulan II
sebesar 11,50% (yoy) dibandingkan Triwulan II 2018 yang
2019 melambat, baik dari sisi aset maupun investasi,
mencapai 13,61%.
dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah pembiayaan
yang berasal dari pasar modal di Triwulan II 2019 Secara triwulanan, portofolio investasi meningkat Rp21,80
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triliun (2,03%), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
Triwulan I 2018, terutama pada jumlah penggalangan dana yang tumbuh 3,69% maupun posisi yang sama tahun
IPO, Right Issue dan obligasi korporasi. Namun, angka ini sebelumnya (-0,40%). Jika dilihat secara tahunan,
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi yang portofolio investasi industri asuransi meningkat Rp116,01
sama di tahun sebelumnya (Tabel 2.7). triliun atau tumbuh 11,83% (yoy) dari tahun sebelumnya
menjadi Rp1.096 triliun.

Tabel 2.7. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan


2017 2018 2019
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
A Kredit Perbankan
Posisi (Rp T) 4.370,00 4.491,37 4.543,59 4.737,94 4.743,24 4.974,10 5.120,10 5.294,88 5.291,23 5.467,65
Pertumbuhan (Rp T) (7,20) 121,37 52,21 194,36 5,29 230,86 146,00 174,78 (3,65) 176,42
B Pasar Modal*
IPO Saham
Jumlah Emiten 2 18 6 12 6 23 15 14 6 23
Jumlah Fundraise (Rp T) 0,57 3,22 1,74 4,06 0,72 10,98 2,34 2,39 0,66 7,84
Rata-rata Fundraise (Rp T) 0,29 0,18 0,29 0,34 0,12 0,48 0,16 0,17 0,11 0,34
Right Issue
Jumlah Emiten 8 9 4 14 3 13 6 6 3 9
Jumlah Fundraise (Rp T) 9,49 44,27 10,57 23,87 0,85 19,01 6,24 9,35 5,29 20,37
Rata-rata Fundraise (Rp T) 1,19 4,92 2,64 1,70 0,28 1,46 1,04 1,56 1,76 2,26
Obligasi & Sukuk
Jumlah Emisi 14 40 17 30 13 37 12 20 20 32
Jumlah Fundraise (Rp T) 23,09 58,68 30,56 44,78 29,39 46,86 21,23 16,70 21,82 40,28
Rata-rata Fundraise (Rp T) 1,65 1,47 1,80 1,49 2,26 1,27 1,77 0,84 1,09 1,26
Total Fundraise Pasar Modal 33,15 106,17 42,87 72,71 30,97 76,84 29,81 28,44 27,77 68,49
C Perusahaan Pembiayaan*
Posisi (Rp T) 395,19 406,28 410,84 414,84 419,20 427,33 435,72 436,27 440,86 445,65
Pertumbuhan (Rp T) 7,68 11,09 4,56 3,99 4,37 8,12 8,40 0,54 4,59 4,78
Total Pasar Modal dan IKNB 40,84 117,26 47,44 76,70 35,33 84,97 38,21 28,98 32,36 73,27
Source: Laporan Statistik Pasar Modal OJK Maret minggu ke-4 2019

32
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Rp. T % Rp. T %
1.400 86 450 137,89
140
86,05
1.282 400 419 138
1.200 1.210 1.249 86
1.147 1.150 1.175 136
1.097
350
1.000 85,84 1.037 1.075 86 132,90
985 981 1.006 134
300 310 316
800 85,70 86
133,16 132
85,65 250 132,54
233 130
85,52 200 214
600 85 208 128
150 127,43
168
400 85,27 85 151 126
126,86
100 103 107 124
200 85 77 84
50 122
- 85 - 120
Mar Jun Sep Des Mar Jun Mar Jun Sep Des Mar Jun
2018 2019 2018 2019
Aset Investasi Rasio Investasi/Aset (rhs) Premi Bruto Klaim Bruto Rasio Premi/Klaim Bruto (rhs)

Grafik 2.48. Aset dan Investasi Industri Asuransi Grafik 2.49. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi

Pertumbuhan tingkat investasi sebesar 2,03% yang lebih Peningkatan pembiayaan terutama disebabkan naiknya
rendah dibanding pertumbuhan aset sebesar 2,66%, pembiayaan pada sektor perdagangan (15,67%), rumah
menyebabkan rasio investasi terhadap aset menurun tangga (17,35%) serta sektor transportasi & pergudangan
menjadi 85,52% pada Triwulan II 2019. Peningkatan (11,81%). Berdasarkan jenisnya, pembiayaan didominasi
portofolio investasi asuransi terutama dalam bentuk SBN oleh multiguna dan investasi dengan pangsa masing-
dan reksa dana. masing sebesar 60,29% dan 30,35% dari total pembiayaan.
Pangsa pembiayaan multiguna sedikit meningkat
Sementara itu, rasio kecukupan premi terhadap dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
pembayaran klaim bruto menurun dari 137,89% pada 59,43%. Sedangkan pangsa pembiayaan investasi turun
Triwulan II 2018 menjadi 126,86% pada periode laporan. secara terbatas dari 31,14% di Triwulan I 2019 (Grafik
Dibanding triwulan sebelumnya, rasio ini mencatat 2.51).
penurunan sebesar 0,57% (Grafik 2.49) yang disebabkan
pertumbuhan klaim (11,69%, yoy) lebih tinggi dibandingkan Pada periode laporan, risiko kredit perusahaan pembiayaan
premi yang tumbuh lebih rendah yaitu 2,76%. yang tercermin dari Non Performing Financing (NPF)
sebesar 2,82% pada triwulan laporan, sedikit meningkat
b. Perusahaan Pembiayaan dibanding Triwulan I 2019 sebesar 2,71%. Namun secara
Secara triwulanan, pertumbuhan pembiayaan meningkat tahunan, NPF tersebut lebih rendah dibanding Triwulan II
Rp4,85 triliun (0,95%), cenderung stabil jika dibanding 2018 (3,15%) (Grafik 2.52).
Triwulan I 2019 sebesar Rp3,60 triliun (0,71%) (Grafik
2.50). Sementara itu, jika dibandingkan dengan triwulan
yang sama di tahun sebelumnya, pembiayaan meningkat
Rp13,88 triliun atau tumbuh 2,78% (yoy).

Rp. T Rp. T
600 500
Aset Pembiayaan

500
499 511 505 508 513 400
484
400 427 436 436 441 446
419
300
300
200
200

100
100

- -
Mar Jun Sep Des Mar Jun Mar Jun Sep Des Mar Jun
2018 2019 2018 2019

Investasi Modal Kerja Multiguna Lainnya Berdasarkan Persetujuan OJK Syariah

Grafik 2.50. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan Grafik 2.51. Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan
Jenis Usaha

33
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
% Rp. T
4 200
Share Sumber Pendanaan per
3,25 3,17 Tw II 2019
3,15
2,82 14% Pinjaman DN
3 2,71 2,71 150
44% Pinjaman LN
16%
SSB
26% Modal
2 100

1 50

NPF
- -
Mar Jun Sep Des Mar Jun Pinjaman DN Pinjaman LN SSB Modal
2018 2019
Jun-18 Sep-18 Des-18 Mar-19 Jun-19

Grafik 2.52. Rasio Non Performing Financing Grafik 2.53. Sumber Dana Perusahaan Pembiayaan

Selama Triwulan II 2019, komposisi sumber pendanaan Meskipun suku bunga dalam negeri cenderung menurun,
perusahaan pembiayaan terdiri atas pinjaman yang berasal namun suku bunga ULN ditambah biaya hedging, dinilai
dari dalam negeri (44%), pinjaman luar negeri (26%), surat tetap lebih murah dibanding cost of fund dalam negeri,
berharga (16%), dan modal (14%). Porsi pendanaan dari sehingga sejumlah perusahaan pembiayaan memperbesar
dalam negeri yang bersumber dari kredit perbankan relatif porsi pendanaan ULN dalam rangka efisiensi.
lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (42%) (Grafik
Kinerja perusahaan pembiayaan yang tumbuh melambat
2.53).
juga berdampak pada penurunan profitabilitas. Rasio Biaya
Selama periode laporan, tercatat 49 perusahaan Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO)
pembiayaan memiliki ULN dengan total outstanding pada periode laporan tercatat 79,41%, cenderung stabil
mencapai Rp104,87 triliun. Dari jumlah itu, delapan dibanding triwulan sebelumnya (79,18)%, namun lebih baik
perusahaan di antaranya memiliki afiliasi kepemilikan dari periode yang sama tahun sebelumnya 80,37% (Grafik
perbankan dengan porsi kepemilikan lebih dari 20% dan 2.55). Sementara itu, profitabilitas perusahaan pembiayaan
total outstanding ULN sebesar Rp24,94 triliun. Pembiayaan berdasarkan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity
yang diberikan kepada delapan perusahaan tersebut (ROE) tercatat sebesar 4,67% dan 14,46% pada Triwulan II
didominasi pembiayaan dalam Rupiah sebesar Rp83,34 2019. Angka ini menurun dari triwulan sebelumnya (4,73%
triliun. Sedangkan pembiayaan dalam valuta asing hanya dan 14,58%).
Rp2,03 triliun.

% % %
16

14
60 81
12
50 80
10
40
8 80
30
6
79
20 4
10 79
2

- - 78
Mar Jun Sep Des Mar Jun Mar Jun Sep Des Mar Jun
2018 2019 2018 2019
0%-10% 53,54 58,82 60,00 65,35 65,00 66,34 ROA 4,36 4,38 4,35 4,34 4,73 4,67
10,01%-12% 20,20 17,65 19,00 16,83 22,00 21,78 ROE 13,20 13,97 14,03 13,87 14,58 14,46
>12% 26,26 23,53 21,00 17,82 13,00 11,88 BOPO (RHS) 80,02 80,37 80,63 80,72 79,18 79,41

Grafik 2.54. Suku Bunga Pinjaman Bank Kepada Perusahaan Grafik 2.55. Perkembangan ROA, ROE dan BOPO Perusahaan
Pembiayaan Pembiayaan

34
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

(% qtq) (% SBT)
2.3.2.3. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan 5,0 25,0
4,21
4,20
Rumah Tangga) 4,0
20,89
19,17 20,0
3,0 3,09
a. Kinerja Sektor Korporasi 5
2,0
14,23 16,19 15,0
Perlambatan perekonomian turut menekan kinerja 1,0
8,23 8,65 10,0
korporasi selama Triwulan II 2019. Hal tersebut terindikasi 0,0
-0,42 -0,52
dari melambatnya berbagai indikator keuangan korporasi 7,40
-1,0 6,19
5,0
sepanjang Triwulan II 2019. Pada periode laporan, aktivitas -2,0 -1,70 -1,84
korporasi mengalami penurunan sehingga berdampak
-3,0 0,0
pada menurunnya profitabilitas korporasi. Berdasarkan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2015 2016 2017 2018 2019
sektor, penurunan profitabilitas terjadi terutama di
Pertumbuhan PDB (sb. kiri) Nilai SBT SKDU (sb. kanan)
sektor pertanian dan pertambangan yang diakibatkan
*) Angka Perkiraan
oleh pelemahan harga serta menurunnya permintaan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia, periode Triwulan II 2019

global. Sebagai respons atas perlambatan perekonomian


Grafik 2.56. Kegiatan Dunia Usaha Tw II 2019
domestik, serta melambatnya permintaan global, korporasi
telah melakukan upaya untuk menjaga tingkat leverage
pada level yang aman dengan tendensi menurun. Upaya Sejalan dengan perlambatan kinerja korporasi dan kegiatan
tersebut terlihat dari membaiknya indikator Debt Equity dunia usaha, pertumbuhan kredit pada sektor korporasi
Rasio (DER) pada Triwulan II 2019 yang lebih rendah pada Triwulan II 2019 juga mengalami perlambatan.
dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Selain itu, Kredit sektor korporasi pada Triwulan II 2019 mencapai
perlu dicermati aspek likuiditas korporasi yang sedikit Rp2.683,97 triliun atau tumbuh 11,98% (yoy). Pertumbuhan
menurun sebagaimana tercermin dari Current ratio yang tersebut melambat dibanding triwulan sebelumnya
menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, maupun triwulan yang sama di tahun 2018. Pada Triwulan I
meski masih cukup berada pada kisaran aman. 2019, pertumbuhan kredit korporasi sebesar 14,98% (yoy).
Sementara, pada Triwulan II 2018, kredit korporasi mampu
Sementara itu, indikator kegiatan usaha pada Triwulan
tumbuh 12,19% (yoy). Meskipun demikian, perlambatan
II 2019 terpantau membaik sesuai polanya. Namun,
pertumbuhan kredit pada sektor korporasi tersebut belum
perbaikan tersebut cenderung lebih rendah bila
mengakibatkan kenaikan risiko kredit. Pada Triwulan II
dibandingkan dengan kegiatan usaha di Triwulan II 2018.
2019, rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),
2,57%, lebih rendah dibanding Triwulan I 2019 sebesar
nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Triwulan II 2019
2,67% dan Triwulan II 2018 sebesar 2,90%.
mencapai sebesar 19,97% menurun dibandingkan nilai
SBT pada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar
20,89% (Grafik 2.56).

Tabel 2.8. Kinerja Korporasi Publik Tw II 2018 dan Tw II 2019


ROA ROE DER Current Ratio TA/TL Asset TO Inventory TO
No. Sektor
2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019
1 Pertanian 2,87% 0,66% 5,79% 1,33% 0,81 0,74 1,33 1,11 1,95 1,96 0,57 0,59 6,47 6,25
2 Pertambangan 7,13% 4,67% 15,73% 11,08% 0,83 0,79 1,73 1,57 1,80 1,69 0,61 0,66 18,03 17,26
3 Industri 6,99% 7,04% 14,21% 14,29% 0,60 0,47 1,45 1,15 1,97 1,97 0,89 0,90 5,69 5,72
4 Listrik, Gas dan Air 4,99% 6,11% 9,89% 11,99% 0,70 0,63 1,94 2,16 2,07 2,02 0,49 0,56 8,51 8,98
5 Konstruksi 3,95% 2,96% 9,36% 7,24% 0,71 0,78 1,41 1,35 1,68 1,71 0,39 0,31 3,60 3,10
6 Perdagangan 6,80% 5,88% 13,93% 12,05% 0,46 0,39 1,55 1,50 1,94 1,98 1,43 1,39 8,15 8,05
7 Pengangkutan 3,12% 2,60% 7,59% 6,61% 0,90 0,86 0,65 0,66 1,65 1,64 0,58 0,59 51,31 48,44
8 Jasa dunia Usaha 3,09% 8,40% 5,13% 14,28% 0,40 0,52 1,47 1,81 2,33 2,46 0,84 0,72 6,64 7,41
9 Jasa Sosial 2,19% 1,54% 3,83% 2,63% 0,42 0,30 2,16 1,67 2,41 2,40 0,38 0,42 5,39 5,64
Agregat 5,36% 4,77% 11,42% 10,33% 0,66 0,59 1,36 1,21 1,86 1,86 0,73 0,72 6,69 6,59
Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg. Diolah
Posisi data Tw I 2018 dan Tw I 2019 (431 korporasi)

5 Korporasi yang dimaksud merupakan korporasi publik nonkeuangan.

35
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
b. Kinerja Sektor Rumah Tangga dengan melambatnya konsumsi rumah tangga. Kontributor
penurunan terbesar dialami oleh kredit kendaraan bermotor
Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia mengindikasikan
dan kredit multiguna.
optimisme konsumen mengalami peningkatan pada
periode laporan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Dari sisi penggunaan, sebagian besar kredit rumah
Triwulan II 2019 tercatat mencapai 126,4. Terjaganya tangga terutama digunakan untuk keperluan multiguna
optimisme konsumen terutama ditopang kuatnya persepsi (43,30%) dan kredit pemilikan rumah (40,32%), diikuti
konsumen terhadap kondisi saat ini dan tingginya kredit kendaraan bermotor (11,19%), kredit rumah tangga
ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam lainnya (4,53%), dan kredit pemilikan peralatan rumah
bulan mendatang. Secara triwulanan, rata-rata IKK tangga (0,67%) (Grafik 2.25). Dibandingkan komposisi
Triwulan II 2019 sebesar 127,5, meningkat dibanding 125,0 tahun sebelumnya, kredit multiguna, pemilikan rumah, dan
pada Triwulan I 2019 (Grafik 2.57). pemilikan peralatan rumah tangga mengalami peningkatan.
Sedangkan untuk kredit rumah tangga lainnya dan kredit
Sementara itu, kredit perbankan ke sektor rumah tangga
kendaraan bermotor mengalami penurunan.
pada Triwulan II 2019 mencapai Rp1.270,17 triliun atau
tumbuh 9,31% (yoy). Pertumbuhan ini masih lebih rendah Pertumbuhan kredit rumah tangga diiringi dengan risiko
dibanding triwulan sebelumnya maupun periode yang kredit yang tetap terjaga. Rasio NPL gross kredit rumah
sama tahun sebelumnya yang tercatat masing-masing tangga pada Triwulan II 2019 tercatat 1,84%, lebih tinggi
tumbuh 10,41% (yoy) dan 12,34% (yoy). Tren perlambatan dari triwulan sebelumnya (1,76%), namun sedikit menurun
pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (1,85%).
permintaan kredit konsumsi sejak awal tahun 2019 terkait Rasio NPL gross untuk masing-masing jenis penggunaan
kredit rumah tangga juga masih terkendali di bawah
(Indeks) threshold 5%, dengan NPL tertinggi di kredit pemilikan
150 rumah sebesar 2,78%.
138,06
140
140,17
130 126,38

120
127,5
125,0 124,54 114,71
2.3.3. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) dan Kredit Usaha Rakyat
OPTIMIS

110
108,92 (KUR)
100
Penyaluran kredit UMKM selama Triwulan II 2019 tumbuh
PESIMIS

90
IKK IKE IEK Rata-rata IKK Triwulanan lebih tinggi dibanding Triwulan I 2019 yaitu dari 10,9%
80
Ags SepOkt NovDes Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags SepOkt NovDes Jan Feb Mar Apr Mei Jun
(yoy) menjadi 11,1% (yoy), serta lebih tinggi dibanding
2017 2018 2019 pertumbuhan kredit non UMKM sebesar 9,7% (yoy)
Sumber: Survei Konsumen Juni 2019, Bank Indonesia pada Triwulan II 2019. Akselerasi pertumbuhan kredit
Grafik 2.57. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen tidak diiringi dengan perbaikan risiko, di mana rasio NPL
(IKK), Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), Indeks Ekspektasi Triwulan II 2019 sebesar 3,9% lebih tinggi dari Triwulan
Konsumen (IEK)

Juni 2018 Juni 2019

39,4 % 11,6 % 40,3 % 11,2 %


42,9 % 5,4% 43,3 % 4,5%
0,6 % 0,7%

Multiguna KPR Kendaraan RT Lainnya Peralatan RT

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Periode Juni 2019

Grafik 2.58. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya

36
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

I 2019 sebesar 3,7%. Kredit UMKM pada Triwulan II yoy


40%
2019 mencapai Rp1.082,7 triliun dengan pangsa 19,6%
30%
terhadap total kredit perbankan, pangsanya meningkat 26,3%
20,8%
dari Triwulan I 2019 sebesar 19,4%. 20%

10% 9,4%
Pertumbuhan kredit UMKM sejalan dengan hasil Survei 8,4%
5,9%
0% 5,3%
Perbankan (SP) yang menunjukkan peningkatan Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) realisasi kredit baru sebesar -10%
78,3% dari Triwulan I 2019 sebesar 57,8%. Sejalan dengan -20%
hal tersebut, jumlah debitur UMKM berdasarkan jumlah
-30%
rekening juga meningkat menjadi 15,3 juta rekening pada

Jun-17
Jul-17
Ags-17
Sep-17
Okt-17
Nov-17
Des-17
Jan-18
Feb-18
Mar-18
Apr-18
Mei-18
Jun-18
Jul-18
Ags-18
Sep-18
Okt-18
Nov-18
Des-18
Jan-19
Feb-19
Mar-19
Apr-19
Mei-19
Jun-19
Triwulan II 2019 dari 14,9 juta rekening pada Triwulan I
2019. Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi
Perdagangan Real Estate Js Kemasyarakatan

Berdasarkan klasifikasi usaha, akselerasi pertumbuhan


Grafik 2.60. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Sektor
kredit UMKM pada Triwulan II 2019 ditopang kredit usaha (%, YoY)
mikro dan kecil yang masing-masing tumbuh 16% (yoy)
dan 11,8% (yoy), meningkat dari 14,5% (yoy) dan 11,1%
(yoy) pada Triwulan I 2019, sedangkan usaha menengah Secara spasial, penyaluran kredit UMKM masih didominasi
mengalami penurunan pertumbuhan menjadi sebesar 8% penyaluran di Pulau Jawa (58,9%) dan Pulau Sumatera
(yoy) dari 8,8% (yoy) pada Triwulan I 2019. (19,2%). Sebagian besar kredit UMKM merupakan kredit
usaha menengah (44,2%), diikuti usaha kecil (30,4%) dan
Secara sektoral, pertumbuhan kredit UMKM yang usaha mikro (25,4%). Dari sisi jumlah rekening, sekitar
meningkat di antara enam sektor yang memiliki pangsa 85,2% dari total rekening penerima kredit UMKM adalah
terbesar dalam penyaluran kredit UMKM, terjadi pada usaha mikro.
sektor Pertanian sebesar 20,8% (yoy), naik dari Triwulan
I 2019 sebesar 13,5% (yoy), diikuti Real Estate sebesar Dari sisi risiko kredit, terjadi peningkatan risiko kredit
26,3% (yoy) naik dari 21,7% (yoy), Industri Pengolahan UMKM yang tercermin dari rasio NPL pada Triwulan II
sebesar 9,4% (yoy) naik dari 8,6% (yoy), dan Jasa 2019 menjadi sebesar 3,85%, dari 3,72% pada Triwulan
Kemasyarakatan sebesar 5,3% (yoy) naik dari 5,2% (yoy). I 2019. Penurunan kualitas kredit UMKM terjadi pada
Adapun sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan seluruh klasifikasi usaha. Penurunan terbesar pada usaha
kredit Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 8,4% menengah dengan rasio NPL menjadi 4,75% dari 4,48%,
(yoy) turun dari Triwulan I 2019 sebesar 9,5% (yoy) dan diikuti usaha mikro dan usaha kecil dengan NPL masing-
Konstruksi sebesar 5,9% (yoy) turun dari 10,4% (yoy). masing sebesar 2,17% dan 3,96% pada Triwulan II 2019
dari 2,13% dan 3,93% pada triwulan sebelumnya.

yoy
20% 100% 13,6%
16,0%
4,9%
15% 80% 5,3%
11,8%
11,1%
10% 9,9% 60%
8,0% 50,1%

5% 40%

6,5%
0% 20%
9,8%
9,8%
-5% 0%
Mar-16
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Jul-16
Ags-16
Sep-16
Okt-16
Nov-16
Des-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
Mei-17
Jun-17
Jul-17
Ags-17
Sep-17
Okt-17
Nov-17
Des-17
Jan-18
Feb-18
Mar-18
Apr-18
Mei-18
Jun-18
Jul-18
Ags-18
Sep-18
Okt-18
Nov-18
Des-18
Jan-19
Feb-19
Mar-19
Apr-19
Mei-19
Jun-19

Apr-15
Jun-15
Ags-15
Okt-15
Des-15
Feb-16
Apr-16
Jun-16
Ags-16
Okt-16
Des-16
Feb-17
Apr-17
Jun-17
Ags-17
Okt-17
Des-17
Feb-18
Apr-18
Jun-18
Ags-18
Okt-18
Des-18
Feb-19
Apr-19
Jun-19

Growth Kredit Usaha Mikro Growth Kredit Usaha Kecil Pertanian dan Kehutanan Industri Pengolahan Konstruksi
Growth Kredit Usaha Menengah Growth Kredit UMKM Perdagangan Besar dan Eceran Real Estate Jasa Kemasyarakatan
Growth Total Kredit Lainnya

Grafik 2.59. Pertumbuhan Kredit UMKM (%, YoY) Grafik 2.61. Pangsa Sektor Ekonomi terhadap Kredit UMKM (%)

37
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
% Capaian thd target
120%
Seluruh Lembaga Penyalur
7,0%
100%
7,1%
80%
1,9%

60% 53.93% 52.20%

40%
19,2%
26.96%
20%
58,9%
0%
5,8% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2015 2016 2017 2018 2019

Grafik 2.62. Pangsa Wilayah terhadap Kredit UMKM (%) Grafik 2.64. Pencapaian Realisasi KUR terhadap Target

a. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor produktif, dominan pada sektor Pertanian (24,1%)
dan Jasa (12,3%).6
Realisasi penyaluran KUR pada Triwulan II 2019 sebesar
Rp75,1 triliun atau 53,9% dari target yang telah ditetapkan. Berdasarkan sebaran wilayah, provinsi dengan penyerapan
Posisi ini meningkat dibanding realisasi Triwulan I 2018 KUR terbesar adalah Jawa Tengah (Rp13,6 triliun), Jawa
sebesar Rp64,6 triliun atau 52,2% dari target 2018. Namun, Timur (Rp13,2 triliun), dan Jawa Barat (Rp9,3 triliun).
jumlah debitur KUR pada Triwulan I 2019 mencapai 2,7 juta Sedangkan di luar Jawa, penyaluran KUR tertinggi tercatat
meningkat 9,6% dibanding Triwulan I 2018. pada Provinsi Sulawesi Selatan (Rp4,3 triliun), diikuti
Provinsi Sumatera Utara (Rp3,1 triliun).
Berdasarkan sektor ekonomi, jumlah penyaluran KUR
pada Triwulan II 2019 masih didominasi penyaluran kredit Kedepannya, berdasarkan hasil rapat koordinasi komite
pada sektor perdagangan (55,9%). Namun porsi sektor KUR disepakati target plafon penyaluran KUR tahun 2020
tersebut menurun dibanding Triwulan I 2019 dan triwulan diusulkan naik menjadi sebesar Rp150 triliun dari Rp139,3
II 2018 yaitu masing-masing sebesar 59,1% dan 61,2%. triliun pada 2019. Selain itu, diusulkan adanya perubahan
Sedangkan penyaluran KUR di sektor produktif (Pertanian, ketentuan KUR terkait perluasan akad pembiayaan syariah.
Perikanan, Industri, Konstruksi, dan Jasa) sebesar 44,1% Saat ini Permenko KUR hanya mengatur akad Murabahah
(atau dibawah target Pemerintah sebesar 60%). Namun, sebagai akad dalam KUR Syariah. Sementara itu, sektor
porsi pada Triwulan II 2019 tersebut meningkat dibanding riil juga telah menyalurkan pembiayaan syariah dengan
triwulan II 2018 yang sebesar 38,8%. Penyaluran KUR ke akad lainnya seperti musyarakah, ijarah, dan mudharabah.

7%

12,3%
6% Pertanian

0,1% 24,1%
5% Perikanan
4,75% 10,5%
0,1% 23,8%
4% 3,96%
3,85% Industri Pengolahan
1,3% 1,5%
3% 5,2%
59,1% 6,1% Perdagangan
2,48%
2% 2,17% 55,9%
Tw I’19 Konstruksi
1%
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Jul-16
Ags-16
Sep-16
Okt-16
Nov-16
Des-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
Mei-17
Jun-17
Jul-17
Ags-17
Sep-17
Okt-17
Nov-17
Des-17
Jan-18
Feb-18
Mar-18
Apr-18
Mei-18
Jun-18
Jul-18
Ags-18
Sep-18
Okt-18
Nov-18
Des-18
Jan-19
Feb-19
Mar-19
Apr-19
Mei-19
Jun-19

Jasa-jasa
Tw II’19
NPL Kredit Usaha Mikro NPL Kredit Usaha Kecil
NPL Kredit Usaha Menengah NPL Kredit UMKM Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
NPL Total Kredit

Grafik 2.63. NPL Kredit UMKM Grafik 2.65. Realisasi KUR berdasarkan Sektor Ekonomi

6 Sektor produksi meliputi sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa.

38
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Riau 1,49
Lampung 2,04
2.4.1. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan
DKI Jakarta 2,18 Bank Indonesia
Sumatera Barat 2,13
Bali 3,02 Sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank
Sumatera Utara 3,15 Indonesia meliputi Bank Indonesia Real Time Gross
Sulawesi Selatan 4,32
Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia Scripless Security
Jawa Barat 9,30
Jawa Timur 13,23 Settlement System (BI-SSSS), dan Sistem Kliring Nasional
Jawa Tengah 13,62 Bank Indonesia (SKNBI). Penyelenggaraan Sistem
Lainnya 20,67 Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) pada Triwulan II
- 5 10 15 20 25 2019 berjalan dengan aman dan lancar. Kondisi tersebut
Triliun Rp tercermin dari tingkat availability system pada seluruh
Grafik 2.66. Realisasi KUR berdasarkan Provinsi layanan sistem pembayaran nontunai Bank Indonesia yang
tersedia sebesar 100% (melebihi dari target 99,97%).

Terkait hal ini disepakati perluasan akad syariah, tidak Pada Triwulan II 2019, nilai transaksi SPBI mencapai
hanya murabahah tetapi juga musyarakah, ijarah, dan Rp47.664,56 triliun meningkat 17,24% (yoy) dibandingkan
mudharabah tahun sebelumnya atau meningkat 12,26% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai
transaksi tersebut didorong oleh meningkatnya nilai
2.4. Perkembangan Sistem Pembayaran transaksi pada semua layanan SPBI yaitu BI-RTGS, BI-
SSSS dan SKNBI. Secara tahunan (yoy), peningkatan
tertinggi terjadi pada transaksi layanan BI-RTGS (18,94%)
diikuti oleh peningkatan transaksi pada layanan BI-SSSS
(14,00%) dan transaksi untuk layanan SKNBI (6,44%).
Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai Sementara, jika dilihat secara triwulanan (qtq), peningkatan
oleh Bank Indonesia berjalan dengan aman dan tertinggi terjadi pada transaksi layanan BI-SSSS (17,43%),
diikuti oleh peningkatan pada transaksi layanan BI-RTGS
lancar, tercermin dari tingkat sistem ketersediaan
(10,65%), dan transaksi layanan SKNBI (0,17%).
(availability) yang mencapai 100%, melebihi target
99,97%. Demikian juga penyelenggaraan sistem Dari sisi volume, transaksi SPBI pada Triwulan II 2019 juga
pembayaran oleh industri yang tidak terdapat meningkat sebesar 7,89% (yoy) (2,83 juta transaksi) hingga
gangguan signifikan dalam pembayaran ritel mencapai 38,70 juta transaksi dari 35,85 juta transaksi
nontunai masyarakat. Demikian juga, posisi Uang pada tahun sebelumnya. Peningkatan volume transaksi
Kartal yang Diedarkan (UYD) secara tahunan tersebut utamanya disebabkan oleh peningkatan pada
mengalami peningkatan sebagai dampak layanan BI-SSSS dan SKNBI yaitu masing-masing sebesar
meningkatnya kebutuhan uang kartal masyarakat 9,96% dan 8,04%. Secara triwulanan, transaksi SPBI pada
Triwulan II 2019 meningkat sebesar 2,49% (qtq) (941,51
selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019.
ribu transaksi) dari 37,75 juta pada Triwulan sebelumnya.
Selanjutnya, nilai transaksi Rata-Rata harian (RRH) SPBI
pada Triwulan II 2019 sebesar Rp866,63 triliun, meningkat
12,03% (yoy) dari tahun sebelumnya atau 24,51% (qtq)
Penyelenggaraan sistem pembayaran pada Triwulan II dari triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, transaksi RRH
2019 berjalan baik, sesuai komitmen Bank Indonesia juga meningkat sebesar 7,77% (yoy) atau 13,20% (qtq)
menciptakan sistem pembayaran yang efisien, aman, lancar sehingga menjadi 703.506 transaksi pada Triwulan II 2019.
dan andal. Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan
kinerja sistem pembayaran secara berkesinambungan, Rincian dari perkembangan nilai dan volume transaksi
baik sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank dari sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia maupun oleh industri. Indonesia dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

39
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
1. Sistem BI-RTGS 70,45 transaksi pada tahun sebelumnya atau naik
1,94% (qtq) dari 75,99 ribu transaksi pada triwulan
Nilai transaksi SPBI melalui Sistem BI-RTGS pada
sebelumnya sehingga mencapai 77,47 ribu transaksi
Triwulan II 2019 meningkat sebesar 18,94% (yoy)
pada Triwulan II 2019.
dari Rp27,98 triliun menjadi Rp33,28 triliun atau
naik 10,65% (qtq) dibandingkan dengan Triwulan Dilihat dari RRH, maka nilai transaksi Sistem BI-
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp30,07 triliun. SSSS pada Triwulan II 2019 mencapai Rp245,34
Secara tahunan peningkatan terjadi pada semua triliun meningkat 11,16% (yoy) dari Rp220,70 triliun
layanan sistem BI-RTGS dengan peningkatan tahun sebelumnya atau naik 30,24% (qtq) dari
tertinggi terjadi pada transaksi pemerintah diikuti Rp188,38 triliun triwulan sebelumnya. Sementara dari
layanan transaksi nasabah. Secara triwulanan terjadi sisi volume, jumlah transaksi RRH pada Triwulan II
penurunan pada transaksi valas dan PUAB, sementara 2019 mencapai 1.409 transaksi, meningkat 11,70%
transaksi layanan lainnya mengalami peningkatan (yoy) dari 1.261 transaksi tahun sebelumnya atau
dengan peningkatan tertinggi terjadi pada transaksi naik 13,07% (qtq) dari 1.246 transaksi triwulan
pengelolaan moneter. sebelumnya.

Dari sisi volume, terjadi peningkatan transaksi Peningkatan nilai transaksi tersebut disebabkan
sebesar 5,83% (yoy) dari 2,53 juta transaksi transaksi meningkatnya transaksi Deposit Facility (DF) di pasar
menjadi 2,68 juta transaksi. Peningkatan volume primer, transaksi Surat Berharga yang dikeluarkan
transaksi terjadi pada hampir semua layanan BI- Bank Indonesia (SBBI Valas), Sertifikat Bank Indonesia
RTGS kecuali transaksi pengelolaan moneter dan (SBI), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan
valas. Peningkatan tertinggi terjadi pada transaksi Surat Berharga Negara (SBN) jenis Obligasi Negara
pemerintah dan transaksi pasar modal. Namun, (ON) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di
jika dilihat secara triwulanan terjadi penurunan pasar sekunder, serta meningkatnya transaksi jatuh
volume transaksi sebesar 2,16% (qtq) yaitu dari 2,74 tempo DF, SBI, Sukuk BI, SBSN, dan ON.
juta transaksi pada triwulan sebelumnya. Hampir
seluruh volume transaksi menurun kecuali transaksi 3. SKNBI
pemerintah dan transaksi pasar modal. Penurunan Nilai transaksi SPBI melalui sistem SKNBI pada
tertinggi terjadi pada transaksi pengelolaan moneter Triwulan II 2019 mencapai Rp892,64 triliun, meningkat
dan transaksi valas. 6,44% (yoy) dari Rp838,63 triliun dengan peningkatan
Dilihat dari RRH, maka nilai transaksi SPBI melalui tertinggi terjadi pada transaksi pembayaran
Sistem BI-RTGS mengalami peningkatan sebesar reguler. Sementara, dilihat secara triwulanan hanya
12,54% (yoy) hingga mencapai Rp605,06 triliun mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 0,17%
dari Rp537,64 triliun pada tahun sebelumnya. (qtq) yaitu dari Rp891,16 triliun dengan peningkatan
Secara triwulan, RRH SPBI melalui Sistem BI-RTGS tertinggi juga terjadi pada pembayaran reguler. Dari
mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu sisi volume, transaksi melalui sistem SKNBI juga
mencapai 22,72% (qtq) dari Rp493,04 triliun. Jika mengalami peningkatan mencapai 8,04% (yoy) dari
dilihat dari volume transaksi, maka transaksi RRH juga 33,26 juta transaksi pada tahun sebelumnya atau naik
mengalami peningkatan sebesar 4,16% (yoy) hingga 2,86% (qtq) dari 34,94 juta transaksi pada triwulan
mencapai 48.689 transaksi dari 46.746 transaksi pada sebelumnya hingga pada Triwulan II 2019 mencapai
tahun sebelumnya. Namun, dilihat secara triwulanan 35,94 juta transaksi. Secara tahunan, peningkatan
meningkat lebih tinggi yaitu mencapai 8,51% (qtq) terjadi pada semua transaksi layanan SKNBI kecuali
dari 44.870 transaksi pada triwulan sebelumnya. layanan transaksi kliring debet. Sementara secara
triwulanan peningkatan hanya terjadi pada transaksi
2. BI-SSSS transfer dana dan penagihan reguler.

Nilai transaksi SPBI melalui sistem BI-SSSS pada Dengan perkembangan tersebut diatas, nilai
Triwulan II 2019 mencapai Rp13,49 triliun, meningkat transaksi RRH sistem SKNBI meningkat menjadi
14,00% (yoy) dari Rp11,84 triliun pada tahun Rp16,23 triliun atau naik 6,44% (yoy) dari Rp15,25
sebelumnya atau naik 17,43% (qtq) dari Rp11,49 triliun tahun sebelumnya atau naik 10,86% (qtq) dari
triliun pada triwulan sebelumnya. Selaras dengan Rp14,64 triliun triwulan sebelumnya. Selaras dengan
nilai transaksi tersebut, volume transaksi juga tercatat peningkatan nilai transaksi, RRH volume transaksi
mengalami peningkatan sebesar 9,96% (yoy) dari juga mengalami peningkatan sebesar 8,04% (yoy)

40
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

dari 604.793 transaksi pada tahun sebelumnya atau dengan meningkatnya realisasi anggaran Pemerintah
naik 13,56% (qtq) dari 575.371 transaksi triwulan (pencairan gaji ke 13 PNS, meningkatnya gaji ASN,
sebelumnya hingga mencapai 653.409 transaksi. dan penyaluran dana bantuan sosial). Selain itu,
peningkatan transaksi juga didorong adanya kegiatan
Peningkatan nominal maupun frekuensi transaksi Pemilihan Umum, serta liburan menyambut hari
SKNBI pada Triwulan II 2019 yang terjadi pada hampir raya Idul Fitri yang lebih panjang dibanding tahun
di seluruh layanan SKNBI. Kondisi ini sejalan dengan sebelumnya.
siklus transaksi secara tahunan dimana transaksi
pada Triwulan II 2019 cenderung meningkat seiring

Tabel 2.9. Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia


Nominal (Triliun Rp)

Transaksi Sistem 2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)


Total 2018
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q1 Q-II QtQ YoY QtQ YoY
BI-RTGS 30.905,50 27.979,17 29.582,60 31.577,26 120.044,54 30.075,45 33.278,20 3.202,74 5.299,03 10,65% 18,94%
- Pengelolaan Moneter 11.613,85 10.653,58 10.159,89 11.245,44 43.672,76 9.908,23 12.227,59 2.319,36 1.574,01 23,41% 14,77%
- Pemerintah 1.807,61 1.648,60 1.736,32 1.865,05 7.057,58 1.841,41 2.004,75 163,33 356,15 8,87% 21,60%
- Nasabah 6.473,03 6.674,08 7.034,60 7.808,11 27.989,82 7.101,46 7.669,87 568,41 995,79 8,00% 14,92%
- Pasar Modal 2.427,42 2.225,72 1.808,91 1.799,89 8.261,93 2.300,07 2.445,18 145,11 219,47 6,31% 9,86%
- Valas 2.549,81 2.280,82 2.324,99 2.285,03 9.440,66 2.559,69 2.308,53 (251,16) 27,71 (9,81%) 1,21%
- PUAB 2.287,81 2.283,27 2.606,05 2.655,05 9.832,17 2.579,20 2.427,97 (151,23) 144,71 (5,86%) 6,34%
- Lain-lain 3.745,97 2.213,11 3.911,84 3.918,70 13.789,62 3.774,18 4.194,30 420,13 1.981,19 11,13% 89,52%
BI-SSSS 13.179,41 11.836,22 11.337,45 12.246,92 48.600,00 11.491,01 13.493,71 2.002,70 1.657,49 17,43% 14,00%
SKNBI 849,73 838,63 924,59 977,71 3.590,66 891,16 892,64 1,48 54,01 0,17% 6,44%
Transfer Dana 636,61 636,68 706,91 759,65 2.739,86 699,59 707,89 8,30 71,20 1,19% 11,18%
Kliring Warkat Debit 212,97 201,61 217,16 217,44 849,18 191,33 184,10 (7,23) (17,51) (3,78%) (8,69%)
Pembayaran Reguler 0,15 0,32 0,49 0,52 1,48 0,19 0,63 0,44 0,31 230,55% 96,86%
Penagihan Reguler 0,0002 0,02 0,03 0,10 0,14 0,06 0,03 (0,04) 0,01 (55,95%) 40,69%
Total 44.934,64 40.654,03 41.844,64 44.801,89 172.235,20 42.457,63 47.664,56 5.206,93 7.010,53 12,26% 17,24%
Ket : Triwulan II : 2019 = 54 hari kerja; Triwulan I = 61 hari kerja ; Triwulan IV 2018 = 63 hari kerja ; Triwulan III 2018= 62 hari kerja ; Triwulan II 2018= 55 hari kerja ; Triwulan I 2018= 62 hari kerja

Tabel 2.10. Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia


Volume (Ribu Jumlah Transaksi)

Transaksi Sistem 2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)


Total 2018
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q1 Q-II QtQ YoY QtQ YoY
BI-RTGS 2.671,56 2.530,31 2.835,77 3.008,50 11.046,13 2.737,05 2.677,91 (59,14) 147,60 (2,16%) 5,83%
- Pengelolaan Moneter 30,34 24,46 25,87 27,77 108,44 26,91 22,90 (4,01) (1,57) (14,90%) (6,41%)
- Pemerintah 22,63 26,21 35,54 40,73 125,11 30,84 32,71 1,87 6,50 6,06% 24,78%
- Masyarakat 2.168,00 2.127,13 2.344,15 2.496,80 9.136,08 2.234,55 2.195,75 (38,80) 68,62 (1,74%) 3,23%
- Pasar Modal 103,45 80,46 81,89 79,66 345,46 88,70 94,93 6,24 14,48 7,03% 17,99%
- Valas 46,14 38,04 33,65 30,90 148,73 33,29 28,92 (4,38) (9,12) (13,14%) (23,98%)
- PUAB 27,36 26,19 31,09 30,13 114,77 29,06 26,74 (2,32) 0,55 (7,99%) 2,09%
- Lain-lain 273,65 207,81 283,59 302,50 1.067,55 293,50 275,97 (17,53) 68,16 (5,97%) 32,80%
BI-SSSS 93,76 70,45 69,07 68,26 301,54 75,99 77,47 1,48 7,02 1,94% 9,96%
SKNBI 33.448,54 33.263,60 34.445,79 37.813,35 138.971,28 34.939,54 35.938,71 999,17 2.675,11 2,86% 8,04%
Transfer Dana 28.124,63 28.340,45 29.311,23 32.589,04 118.365,34 30.310,42 31.521,89 1.211,47 3.181,45 4,00% 11,23%
Kliring Warkat Debit 5.289,64 4.887,06 5.095,92 5.178,30 20.450,93 4.601,65 4.371,51 (230,13) (515,55) (5,00%) (10,55%)
Pembayaran Reguler 34,26 36,01 38,48 45,70 154,44 28,27 45,15 16,87 9,14 59,68% 25,37%
Penagihan Reguler 0,017 0,08 0,15 0,32 0,56 0,24 0,16 (0,08) 0,08 (33,19%) 104,06%
Total 36.213,87 35.864,35 37.350,62 40.890,11 150.318,95 37.752,58 38.694,09 941,51 2.829,73 2,49% 7,89%
Ket : Triwulan II : 2019 = 54 hari kerja; Triwulan I = 61 hari kerja ; Triwulan IV 2018 = 63 hari kerja ; Triwulan III 2018= 62 hari kerja ; Triwulan II 2018= 55 hari kerja ; Triwulan I 2018= 62 hari kerja

41
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Tabel 2.11. RRH Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Nominal (Triliun Rp)

Transaksi Sistem 2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)


RRH 2018
Pembayaran Non Tunai TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II QtQ YoY QtQ YoY
BI-RTGS 498,48 537,64 477,14 501,23 503,62 493,04 605,06 112,02 67,42 22,72% 12,54%
- Operasi Moneter 187,32 193,70 163,87 178,50 180,85 162,43 222,32 59,89 28,62 36,87% 14,77%
- Pemerintah 29,16 29,97 28,01 29,60 29,18 30,19 35,23 5,04 5,26 16,71% 17,54%
- Nasabah 104,40 121,35 113,46 123,94 115,79 116,42 139,45 23,03 18,11 19,79% 14,92%
- Pasar Modal 39,15 40,47 29,18 28,57 34,34 37,71 44,46 6,75 3,99 17,91% 9,86%
- Valas 41,13 41,47 37,50 36,27 39,09 41,96 41,79 (0,17) 0,32 (0,41%) 0,78%
- PUAB 36,90 41,51 42,03 42,14 40,65 42,28 44,14 1,86 2,63 4,41% 6,34%
- Lain-lain 60,42 69,17 63,09 62,20 63,72 61,87 75,94 14,07 6,77 22,74% 9,79%
BI-SSSS 212,05 220,70 182,86 194,40 202,50 188,38 245,34 56,96 24,64 30,24% 11,16%
SKNBI 13,71 15,25 14,91 15,52 14,85 14,64 16,23 1,59 0,98 10,86% 6,44%
Transfer Dana 10,27 11,58 11,40 12,06 11,33 11,49 12,87 1,38 1,29 12,02% 11,18%
Kliring Warkat Debit 3,43 3,67 3,50 3,45 3,51 3,15 3,35 0,20 (0,32) 6,26% (8,69%)
Pembayaran Reguler 0,002 0,01 0,01 0,01 0,01 0,003 0,010 0,01 0,00 218,39% 70,96%
Penagihan Reguler 0,000003 0,0004 0,0004 0,002 0,0006 0,001 0,001 (0,00) 0,00 (51,65%) 39,25%
Total 724,23 773,59 674,91 711,14 720,97 696,06 866,63 170,57 93,04 24,51% 12,03%
Ket : Triwulan II : 2019 = 54 hari kerja; Triwulan I = 61 hari kerja ; Triwulan IV 2018 = 63 hari kerja ; Triwulan III 2018= 62 hari kerja ; Triwulan II 2018= 55 hari kerja ; Triwulan I 2018= 62 hari kerja

Tabel 2.12. RRH Volume Transaksi Sistem Pembayaran Bank Indonesia


Volume (Ribu Jumlah Transaksi)

Transaksi Sistem 2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)


RRH 2018
Pembayaran Non Tunai TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II QtQ YoY QtQ YoY
BI-RTGS 43.090 46.746 45.738 47.754 45.832 44.870 48.689 3.819,63 1.943,05 8,51% 4,16%
- Operasi Moneter 489 445 417 441 448 441 416 (24,79) (28,49) (5,62%) (6,41%)
- Pemerintah 365 477 573 646 515 506 587 81,86 110,84 16,19% 23,26%
- Nasabah 34.968 38.675 37.809 39.632 37.771 36.632 39.923 3.290,69 1.247,55 8,98% 3,23%
- Pasar Modal 1.669 1.463 1.321 1.264 1.429 1.454 1.726 272,01 263,22 18,71% 17,99%
- Valas 744 692 543 491 617 546 517 (29,09) (174,96) (5,33%) (25,30%)
- PUAB 441 476 501 478 474 476 486 9,74 9,95 2,04% 2,09%
- Lain-lain 4.414 4.519 4.574 4.802 4.577 4.811 5.013 201,81 494,33 4,19% 10,94%
BI-SSSS 1.508 1.261 1.114 1.084 1.242 1.246 1.409 162,77 147,56 13,07% 11,70%
SKNBI 539.493 604.793 555.577 600.212 575.019 575.371 653.409 78.037,64 48.615,89 13,56% 8,04%
Transfer Dana 453.623 519.767 472.762 517.286 490.860 499.074 573.125 74.051,27 53.358,33 14,84% 10,27%
Kliring Warkat Debit 85.317 88.856 82.192 82.195 84.640 75.846 79.468 3.621,96 (9.387,67) 4,78% (10,57%)
Pembayaran Reguler 553 655 621 725 638 463 808 345,29 153,51 74,58% 23,44%
Penagihan Reguler 1 2 2 5 3 4 3 (1,32) 0,89 (33,83%) 52,42%
Total 584.090 652.800 602.429 649.049 622.092 621.486 703.506 82.020,04 50.706,50 13,20% 7,77%
Ket : Triwulan II : 2019 = 54 hari kerja; Triwulan I = 61 hari kerja ; Triwulan IV 2018 = 63 hari kerja ; Triwulan III 2018= 62 hari kerja ; Triwulan II 2018= 55 hari kerja ; Triwulan I 2018= 62 hari kerja

Selama periode laporan, transaksi ritel menggunakan


2.4.2. Sistem Pembayaran yang Diselenggarakan instrumen Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
Industri (APMK) dan Uang Elektronik (UE) meningkat cukup
Selain diselenggarakan oleh Bank Indonesia, Sistem berarti dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
pembayaran juga diselenggarakan oleh Industri. Selama maupun triwulan sebelumnya. Peningkatan terjadi seiring
Triwulan II 2019, penyelenggaraan sistem pembayaran oleh meningkatnya transaksi masyarakat dengan memanfaatkan
industri berjalan aman, efisien, lancar, dan andal. Kondisi platform e-commerce. Bank Indonesia senantiasa
ini tercermin dari tidak adanya gangguan signifikan dalam mendorong perluasan penggunaan instrumen pembayaran
memfasilitasi pembayaran ritel nontunai masyarakat. nontunai melalui kebijakan serta sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat untuk mendorong penggunaan
instrumen pembayaran nontunai di masyarakat.

42
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Tabel 2.13. Nilai Transaksi APMK dan Uang Elektronik


Nominal (Triliun Rp)

Transaksi Sistem 2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)


Total 2018
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
APMK 1.669,96 1.803,37 1.837,44 1.930,34 7.241,11 1.899,85 1.972,10 72,25 168,72 3,80% 9,36%
- Kartu Kredit 73,37 78,11 77,29 85,52 314,29 81,93 84,15 2,22 6,03 2,71% 7,72%
- Kartu ATM/Debet 1.596,59 1.725,26 1.760,15 1.844,82 6.926,82 1.817,92 1.887,95 70,03 162,69 3,85% 9,43%
Uang Elektronik 10,31 10,36 11,00 15,53 47,20 20,74 35,36 14,62 25,00 70,46% 241,42%
Total 1.680,28 1.813,73 1.848,44 1.945,87 7.288,31 1.920,59 2.007,46 86,87 193,73 4,52% 10,68%

Tabel 2.14. Volume transaksi APMK dan Uang Elektronik


Volume Transaksi (Ribu Transaksi)

Transaksi Sistem 2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)


Total 2018
Pembayaran Non Tunai Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
APMK 1.580.935,83 1.667.676,62 1.699.639,70 1.797.406,42 6.745.658,58 1.758.823,18 1.852.612,33 93.789,15 184.935,70 5,33% 11,09%
- Kartu Kredit 82.064,25 85.306,12 82.171,32 88.806,19 338.347,87 83.692,20 85.595,96 1.903,76 289,84 2,27% 0,34%
- Kartu ATM/Debet 1.498.871,59 1.582.370,51 1.617.468,38 1.708.600,24 6.407.310,71 1.675.130,98 1.767.016,37 91.885,39 184.645,86 5,49% 11,67%
Uang Elektronik 611.915,88 633.925,17 745.674,49 931.183,37 2.922.698,90 992.533,01 1.267.948,25 275.415,24 634.023,08 27,75% 100,02%
Total 2.192.851,71 2.301.601,79 2.445.314,18 2.728.589,79 9.668.357,48 2.751.356,19 3.120.560,58 369.204,39 818.958,79 13,42% 35,58%

Pada Triwulan II 2019, nilai transaksi APMK tercatat dibanding tahun sebelumnya Rp10,36 triliun. Sementara,
Rp1.972 triliun,meningkat 9,36% (yoy) dibandingkan dilihat secara Triwulan transaksi UE juga menunjukkan
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.803 triliun. peningkatan yang berarti yaitu mencapai 70,46% (qtq).
Peningkatan nilai transaksi tersebut didorong oleh Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya
meningkatnya volume transaksi APMK 11,09% (yoy) hingga volume transaksi sebesar 100,02% (yoy) atau 27,75%
mencapai 1.852 juta transaksi dari tahun sebelumnya (qtq). dari masing-masing sebesar 633 juta transaksi
yang tercatat sebesar 1.667 juta transaksi. Jika dilihat dan 992 juta transaksi menjadi 1.267 juta transaksi. Hal
secara triwulan, nilai maupun volume transaksi APMK juga tersebut seiring dengan maraknya promo yang diberikan
menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 3,80% penerbit uang elektronik yang bekerja sama dengan
(qtq) dan 5,33% (qtq). Pertumbuhan transaksi APMK merchant serta peningkatan konsumsi masyarakat dalam
pada Triwulan II 2019 diperkirakan didorong oleh adanya rangka Hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah.
peningkatan aktivitas ekonomi dalam rangka libur sekolah
Selain itu, nilai transaksi transfer dana juga mengalami
dan Hari Raya Idul Fitri. Dilihat dari jenis transaksi yang
peningkatan yang berarti yaitu 43,08% (yoy) atau 13,17%
dilakukan, peningkatan utamanya didorong oleh transaksi
(qtq) hingga mencapai Rp36,54 triliun. Peningkatan ini
melalui kartu ATM/debit.
didorong oleh meningkatnya volume transaksi transfer
Selanjutnya nilai transaksi uang elektronik pada Triwulan dana selama Triwulan II 2019 hingga mencapai 49,20 juta
II 2019 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Nilai transaksi, meningkat 433,22% (yoy) atau 115,02% (qtq).
transaksi mencapai Rp35,36 triliun meningkat 241,42 (yoy)

Tabel 2.15. Volume dan Nilai Transaksi Transfer Dana


2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)
Transaksi Transfer Dana Total 2018
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II QtQ YoY QtQ YoY
Volume Transaksi (Juta) 8,01 9,23 12,26 17,15 46,65 22,88 49,20 26,32 39,97 115,02% 433,22%
Nilai Transaksi (Rp Triliun) 25,99 25,54 81,91 75,15 208,59 32,28 36,54 4,25 11,00 13,17% 43,08%

Tabel 2.16. Nominal Transaksi UKA-TC


2018 2019 Naik/(turun) % Naik/(turun)
Transaksi UKA-TC Total 2018
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-1 Q-2* QtQ YoY QtQ YoY
Nominal Transaksi (Rp Triliun) 105,04 98,17 103,92 111,92 419,05 103,45 120,41 16,96 22,24 16,39% 22,65%
*) = Data nilai transaksi bulan Juni pada Triwulan II menggunakan data proxy

43
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Selanjutnya transaksi penukaran Uang Kertas Asing (UKA) Triliun Rp % CiV/UYD
800 25
dan pembelian Traveler’s Cheque (TC) pada Triwulan II
700
2019 mengalami peningkatan. Hal Ini tercermin pada 20
600
nominal transaksi penukaran UKA yang tercatat Rp120,41
triliun, tumbuh 22,65% (yoy) dari Rp98,17 triliun pada 500 15
tahun sebelumnya atau naik 16,39% (qtq) dari Rp103,45 400

Triliun pada Triwulan sebelumnya. 300 10

200
5
100
2.4.3. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2
Posisi Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada akhir 2016 2017 2018 2019
Triwulan II 2019 mencapai Rp737,9 triliun, naik 9,4% (qtq) CoB CiV % CiV/UYD (skala kanan)
dibanding posisi akhir triwulan sebelumnya Rp674,2 triliun.
Kenaikan UYD sejalan dengan meningkatnya kebutuhan Grafik 2.68. Komposisi UYD di Bank dan Masyarakat
uang kartal selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019 (seasonal
factor). Secara tahunan, posisi UYD pada periode laporan Transaksi uang kartal melalui Bank Indonesia yaitu
tumbuh 1,4% (yoy) dibanding periode yang sama tahun penarikan dan penukaran uang Rupiah (outflow) oleh
sebelumnya Rp727,9 triliun (Grafik 2.67). Hal ini sejalan perbankan dan masyarakat (reateler, institusi/lembaga,
dengan perkembangan aktivitas ekonomi nasional dll) mencapai Rp278,3 triliun naik signifikan yaitu 127,4%
yang tumbuh positif, sehingga mendorong peningkatan (qtq) dibanding outflow triwulan sebelumnya yang tercatat
kebutuhan uang kartal di masyarakat. sebesar Rp122,4 triliun. Kenaikan tersebut didorong
oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat
Peningkatan terjadi pada seluruh komponen UYD, yaitu
sejalan dengan adanya Hari Raya besar keagamaan yaitu
uang di masyarakat (Currency Outside Bank/CoB) maupun
Ramadhan dan Idul Fitri.
uang di perbankan. Sejalan dengan hal tersebut, khazanah
dan ATM bank (Cash in Vault/CiV), juga turut mengalami Di sisi lain, jumlah penyetoran uang Rupiah ke Bank
peningkatan cukup signifikan dibanding triwulan Indonesia (inflow) mengalami peningkatan 17,4% (qtq)
sebelumnya. CoB meningkat 7,8% (qtq) dari Rp584,1 hingga mencapai Rp230,4 triliun, dibanding inflow triwulan
triliun menjadi Rp629,9 triliun, sementara CiV naik lebih sebelumnya yang tercatat sebesar Rp196,2 triliun. Dengan
tinggi yaitu 19,8% (qtq) dari Rp90,1 triliun menjadi Rp108,0 perkembangan tersebut, pada triwulan laporan terjadi net
triliun pada Triwulan II 2019. Komposisi CoB dan CiV pada outflow sebesar Rp48 triliun, berbeda dengan triwulan
akhir Triwulan laporan tercatat masing-masing 85,4% dan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow.
14,6% (Grafik 2.68).

Triliun Rp % ∆UYD Triliun Rp


800 30 400
Inflow Outflow Netflow
700 25
300
20
600
15
200
500 10
400 5 100

300 0
-
-5
200
-10
(100)
100 -15
- -25 (200)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019

UPK UK 50000 % ∆ UYD, qtq (skala kanan)


UK 100000 % ∆ UYD, yoy (skala kanan)

Grafik 2.67. Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) Grafik 2.69. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia

44
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

UK 100000 UK 50000 UK 20000 UK 10000


161.161,1 90.251,9 8.321,4 8.880,7

Rp. miliar

Rp. miliar

Rp. miliar

Rp. miliar
3.764,0
140.657,3 81.133,2 2.726,2

Inflow Outflow Inflow Outflow Inflow Outflow Inflow Outflow

UK 5000 UK 2000 Uang Kertas


2.63… 278.105,7
6.770,2
230.387,1
Rp. miliar

Rp. miliar

Rp. miliar
1.598,5 491,4

Inflow Outflow Inflow Outflow Inflow Outflow

UL 1000 UL 500 UL 200 UL <= 100 Uang Logam


133,3 80,5 19,0 7,1
239,9
Rp. miliar

Rp. miliar

Rp. miliar

Rp. miliar

Rp. miliar
2,0 0,8 0,1 0,1 3,0

Inflow Outflow Inflow Outflow Inflow Outflow Inflow Outflow Inflow Outflow

Grafik 2.70. Transaksi Uang Kartal melalui Bank Indonesia Menurut Jenis Pecahan
(Uang Kertas dan Uang Logam) selama Triwulan II 2019 )

Berdasarkan jenis pecahan, outflow uang kertas didominasi tersebut sejalan dengan pertumbuhan positif pada sektor
pecahan Rp100.000 dan Rp50.000, yaitu masing-masing ritel Indonesia, sehingga mendorong tingginya kebutuhan
dengan pangsa 57,9% dan 32,5% dari total uang Rupiah uang logam dimaksud.
kertas yang tercatat sebesar Rp278,1 triliun. Hal ini sejalan
Dalam upaya menjaga kualitas uang Rupiah di masyarakat
dengan preferensi kebutuhan masyarakat dalam melakukan
(clean money policy), Bank Indonesia secara berkala
transaksi di ATM yang didominasi kedua pecahan tersebut.
melakukan pemusnahan terhadap Uang Tidak Layak Edar
Sedangkan outflow uang Rupiah logam mencapai Rp239,9
(UTLE). Jumlah UTLE yang dimusnahkan pada Triwulan II
miliar dan didominasi pecahan Rp1.000 dengan pangsa
2019 sebanyak 1,3 miliar lembar dari berbagai pecahan.
55,6% diikuti logam pecahan Rp500 dengan pangsa
Jumlah uang yang dimusnahkan menurun 25,5% (qtq)
33,6%. Tingginya penggunaan kedua pecahan logam

Tabel 2.17. Perkembangan Indikator Pengelolaan Uang Rupiah secara Triwulanan (miliar Rp)
UYD Inflow Outflow Pemusnahan
Pecahan
QI - 2019 QII - 2019 QI - 2019 QII - 2019 QI - 2019 QII - 2019 QI - 2019 QII - 2019
100000 444.098,7 474.948,1 122.212,4 140.657,3 73.338,6 161.161,1 27.097,3 24.017,3
50000 166.192,9 180.423,9 67.329,0 81.133,2 42.684,4 90.251,9 17.247,7 14.541,5
20000 16.326,0 20.957,3 2.466,9 3.764,0 2.717,5 8.321,4 2.893,9 2.192,9
10000 15.842,1 22.121,1 2.020,7 2.726,2 1.925,2 8.880,7 2.175,8 1.611,8
5000 12.432,2 17.613,3 1.486,4 1.598,5 1.026,7 6.770,2 1.679,7 1.088,0
2000 7.771,6 9.935,4 683,0 491,4 485,7 2.631,1 739,0 470,7
<= 1000 1.999,7 2.080,8 21,0 16,5 21,9 89,3 21,7 16,0
UK 664.663,2 728.079,8 196.219,4 230.387,1 122.199,9 278.105,7 51.855,1 43.938,1
1000 3.932,7 4.064,5 4,4 2,0 129,2 133,3 - -
500 4.123,8 4.205,7 1,7 0,8 73,7 80,5 - -
200 754,1 773,3 0,1 0,1 16,6 19,0 - -
<= 100 731,1 738,4 0,1 0,1 5,9 7,1 - -
UL 9.541,7 9.781,9 6,3 3,0 225,3 239,9 - -
Jumlah UK + UL 674.204,9 737.861,7 196.225,7 230.390,0 122.425,2 278.345,6 51.855,1 43.938,1

45
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,7 Bilyet
90.000
miliar lembar. Berdasarkan nilainya, pemusnahan UTLE Jakarta Sumatera Jawa
80.000 Bali Nusra Kalimantan Sulampua
terhadap inflow pada triwulan laporan tercatat 19,1%,
70.000
namun menurun dibanding triwulan sebelumnya yang
60.000
tercatat 26,4%. Sebagai informasi, seluruh uang yang 50.000
dimusnahkan merupakan uang Rupiah kertas yang 40.000
tidak layak edar. Secara keseluruhan, nilai UTLE yang 30.000
dimusnahkan pada Triwulan II 2019 tercatat sebesar Rp 20.000
43,94 triliun dari Rp 51,85 triliun pada triwulan sebelumnya. 10.000
-
Dalam memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat, 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
salah satu tantangan yang dihadapi Bank Indonesia 2016 2017 2018 2019

adalah peredaran uang Rupiah palsu. Peredaran uang


Grafik 2.72. Perkembangan Temuan Uang Palsu Per Wilayah
Rupiah palsu akan merugikan masyarakat, karena tidak
ada penggantian terhadap uang palsu yang tanpa sengaja
diterima masyarakat tersebut. Peredaran uang palsu juga Berdasarkan wilayah, pangsa jumlah temuan uang
berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi nasional palsu terbesar pada Triwulan II 2019 adalah di wilayah
dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap uang Jawa dengan pangsa 82% dari temuan uang palsu
Rupiah. Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia nasional. Temuan uang palsu tertinggi terdapat di wilayah
menempuh berbagai kebijakan untuk mencegah dan Jabodetabek yaitu mencapai 22.001 lembar, diikuti
menanggulangi peredaran dan pemalsuan uang Rupiah wilayah Jawa non-Jabodetabek sebanyak 11.615 lembar.
termasuk melalui bekerja sama dengan Aparat Hukum. Selanjutnya, jumlah temuan uang palsu tertinggi terjadi di
Sumatera sebanyak 3.959 lembar, diikuti Kalimantan 1.107
Jumlah temuan uang palsu pada Triwulan II 2019 sebanyak lembar, Bali & Nusa Tenggara 1.524 lembar dan Sulampua
40.984 lembar, menurun 17,70% (qtq) bila dibanding 778 lembar (Grafik 2.72 dan Grafik 2.73).
triwulan sebelumnya yang mencapai 49.797 lembar (Grafik
2.6). Secara tahunan, jumlah temuan uang palsu juga lebih
rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
yang mencapai 84.128 lembar atau turun 51,28% (yoy).
Berdasarkan temuan uang palsu pada periode Triwulan II
2019, rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang
diedarkan (UYD) yaitu empat lembar per satu juta lembar,
2%
sama dengan ratio pada tahun sebelumnya. 4% 3%

Jakarta

Bilyet
90.000 Sumatera

80.000
70.000 Jawa

60.000 28%
54% Bali Nusra
50.000
40.000 Kalimantan
30.000
9% Sulampua
20.000
10.000
-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2016 2017 2018 2019

Grafik 2.71. Jumlah Temuan Uang Palsu Grafik 2.73. Pangsa Temuan Uang Palsu per Wilayah pada
Triwulan II 2019

46
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 2 - Perkembangan Ekonomi Global dan Domestik, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran

Gambar 2.3. Peta Sebaran Temuan Uang Palsu Nasional

47
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang


Bank Indonesia Triwulan II 2019

Sepanjang Triwulan II 2019, Bank Indonesia memfokuskan kebijakan untuk menjaga


stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian
global. Untuk itu, Bank Indonesia mengimplementasikan bauran kebijakan yang terdiri
atas kebijakan moneter, pendalaman pasar keuangan, kebijakan makroprudensial, dan
kebijakan sistem pembayaran.

48
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Untuk menjaga daya saing pasar keuangan domestik, Bank Indonesia juga melakukan
langkah kebijakan secara pre-emptive, front-loading, dan ahead of the curve melalui
penyesuaian suku bunga. Berbagai kebijakan itu terbukti mampu menjaga stabilitas
sistem keuangan, yang ditopang oleh ketahanan sistem perbankan meski kinerja pasar
keuangan tertekan. Secara umum, penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengedaran
uang Rupiah selama periode laporan berlangsung dengan baik dan lancar.

49
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
RINGKASAN

1. Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar
6,75%.
2. Bank Indonesia melakukan penguatan operasi moneter melalui perubahan paradigma operasi
moneter dari paradigma lama (one sided monetary operation/kontraksi) ke paradigma baru (two sided
monetary operation/kontraksi dan ekspansi).
3. Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia menyempurnakan
sistem otomasi lelang moneter valas meliputi perubahan mekanisme lelang OPT yang mencakup
transaksi Term Deposit OPT Konvensional dalam valuta asing, transaksi Swap, dan transaksi Term
Deposit OPT Syariah dalam valuta asing.
4. Bank Indonesia melakukan sinergi dan koordinasi dalam upaya meningkatkan ketahanan eksternal
melalui pelaksanaan kerja sama berorientasi ekspor melalui pembentukan Focal Point atau Kantor
Bersama Ekspor di daerah.
5. Dalam rangka mendorong peningkatan akses pasar UMKM berorientasi ekspor, pada Triwulan II
2019 Bank Indonesia melaksanakan Karya Kreatif Indonesia (KKI).
6. Dalam rangka mendorong penguatan ekonomi syariah, Bank Indonesia melaksanakan CEO
Roundtable Meeting dengan pelaku usaha syariah skala besar, kementerian/lembaga terkait,
perbankan syariah, dan asosiasi.
7. Untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dilakukan kerja sama internasional
yang terstruktur dan sistematis dengan bank sentral atau otoritas lainnya, organisasi atau lembaga
internasional, serta fora internasional.
8. Bank Indonesia melakukan penatausahaan, penarikan/pembayaran dan penyusunan laporan
Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah. Realisasi penarikan ULN pemerintah selama Triwulan II
2019 mencapai 4,28 miliar dolar AS, didominasi oleh penerbitan perdana Samurai Bonds senilai 177
miliar Yen.
9. Pada triwulan laporan, penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) secara akumulatif menurun
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penerimaan DHE nominal melalui bank devisa
dalam negeri turun dari 24,4 miliar dolar AS menjadi 23,0 miliar dolar AS.
10. Guna mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan
kegiatan statistik melalui mengumpulkan dan mengolah data dan informasi ekonomi, moneter,
sistem keuangan, serta menyusun laporan dan analisisnya serta menyelenggarakan berbagai jenis
survei dan liaison terkait kondisi ekonomi, moneter, sistem keuangan, termasuk sektor riil.
11. Bank Indonesia menerbitkan aturan pelaksanaan terkait Transaksi Derivatif Suku Bunga Rupiah
berupa Transaksi Interest Rate Swap (IRS) dalam rangka mendorong pelaku ekonomi untuk
mengurangi eksposur risiko aset dan/atau kewajiban terhadap fluktuasi suku bunga pasar.
12. Sebagai upaya menciptakan pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) yang aktif dan efisien,
serta meningkatkan supply DNDF di pasar valas, Bank Indonesia menyempurnakan aturan terkait
Transaksi DNDF dengan meningkatkan threshold underlying transaksi jual DNDF dari 1juta dolar
AS menjadi 5juta dolar AS.

50
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

13. Untuk meningkatkan governance dan efisiensi infastruktur pasar keuangan, Bank Indonesia
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggara Sarana Pelaksanaan Transaksi di
Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing.
14. Bank Indonesia memperkuat kebijakan akomodatif dengan menetapkan batas bawah target Rasio
Intermediasi Perbankan (RIM) 84 persen, dan batas atas RIM 94 persen yang mulai berlaku pada Juli
2019.
15. Guna mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang
dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan, pada Triwulan
II 2019, Bank Indonesia melaksanakan systemic risk surveillance untuk menentukan eskalasi risiko
sistemik pada sistem keuangan.
16. Penyelenggaraan Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan dalam rangka koordinasi
pemantauan dan pemeliharaan Stabilitas Sistem Keuangan.
17. Dalam rangka mendukung pencapaian target Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Bank
Indonesia melaksanakan Pengembangan dan Implementasi Elektronifikasi Bantuan Sosial (Bansos)
dan Perluasan Elektronifikasi Transaksi Penerimaan dan Pembayaran serta pembukaan uang
elektronik berbasis server, peningkatan agen Layanan Keuangan Digital (LKD), serta harmonisasi
LKD dan Laku Pandai (oleh OJK) guna mendorong saluran distribusi keuangan.
18. Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah (Rakorpusda) menyepakati
12 program sinergi dalam rangka mendorong inovasi dan memperluas Elektronifikasi Transaksi
Pemerintah yang difokuskan dalam tiga area yaitu Bantuan Sosial (Bansos), Transaksi Pemerintah
Daerah, dan Transportasi.
19. Bank Indonesia terus memperkuat persiapan Mutual Evaluation (ME) terkait persyaratan menjadi
anggota Financial Action Task Force (FATF) dengan melaksanakan pertemuan Komite Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU) dan menyepakati penguatan kerja sama di bidang Sistem Pembayaran dengan
Bank of Thailand (BoT).
20. Dalam rangka mendukung kelancaran perluasan penyaluran bansos nontunai, terus berupaya untuk
menyediakan infrastruktur jaringan telekomunikasi di daerah perluasan yang sulit sinyal, koordinasi
intensif bersama Kementerian dan Lembaga terkait serta bank penyalur, terutama terkait penyusunan
mekanisme khusus BPNT di wilayah blank spot.
21. Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, KPK, BPK dan OJK guna
menyepakati arah perluasan elektronifikasi transaksi di lingkungan Pemerintah Daerah mencakup
peningkatan akses keuangan, pencegahan korupsi, dan peningkatan akuntabilitas serta transparansi.
22. Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia melakukan intensifikasi layanan sistem pembayaran di
destinasi prioritas sebagai Program Jangka Menengah (Juni 2019 – 2022) berupa Strategi Akses,
Amenitas dan Atraksi dalam bentuk piloting elektronifikasi wisata.
23. Pada triwulan lapoan, Bank Indonesia menyusun materi arah kebijakan LKD dan Laku Pandai sebagai
dasar harmonisasi cakupan ketentuan LKD dan Laku Pandai sebagai salah satu respons hasil High
Level Meeting (HLM) antara Bank Indonesia dan OJK.
24. Dalam rangka memastikan arus digitalisasi berkembang dalam ekosistem ekonomi dan keuangan
digital yang kondusif, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia.

51
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
25. Sesuai amanat Undang-Undang, Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah dalam
melakukan perencanaan, pencetakan dan pemusnahan uang dan secara berkala menyusun
Estimasi Kebutuhan Uang (EKU).
26. Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang Rupiah kertas tidak layak
edar sebanyak 1,3 miliar lembar atau senilai Rp43,94 triliun dan menyampaikan laporan jumlah
dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan periode Triwulan I 2019 kepada Pemerintah
melalui Kementerian Keuangan
27. Bank Indonesia secara konsisten dan berkala melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi publik
mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR). Selama Triwulan II 2019, kegiatan sosialisasi dan
edukasi uang Rupiah dilakukan kepada Aparat Penegak Hukum (Aparkum), masyarakat, akademisi,
siswa dan mahasiswa serta dosen serta publikasi melalui media massa, baik media elektronik (TV
Bandara, TV Stasiun Kereta, bioskop, radio), media luar ruang, media cetak (buku, majalah, koran),
maupun melalui media social.
28. Selama Triwulan laporan, realisasi distribusi uang Rupiah mencapai Rp127,7 triliun dalam berbagai
pecahan dan jumlah uang yang ditarik perbankan dari Bank Indonesia (outflow) mencapai Rp238,0
triliun.
29. Bank Indonesa bekerja sama dengan TNI-AL dalam Pendistribusian, Pengamanan, dan Pengawalan
Uang Rupiah ke Wilayah Perbatasan dan Terdepan, Terluar serta Terpencil di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
30. Dalam memenuhi kebutuhan uang di masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019, Bank
Indonesia melakukan Persiapan pemenuhan persediaan uang Rupiah dan Peningkatan kerja sama
dengan perbankan dan lembaga lainnya untuk memperluas cakupan kegiatan penukaran uang
Rupiah pada masyarakat.

52
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

3.1. Stabilitas Moneter 3.3.1. Kebijakan Moneter

Kebijakan Bank Indonesia pada Triwulan II 2019 diarahkan


untuk memperkuat stabilitas eksternal dan menjaga
momentum pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya tersebut,
Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan moneter,
Kebijakan moneter Bank Indonesia dilakukan kebijakan pendalaman pasar keuangan, kebijakan
dengan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, dan
Rate (BI7DRR), melakukan pengelolaan moneter pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Langkah
melalui operasi pasar terbuka dan standing kebijakan tersebut tercermin dari keputusan Rapat Dewan
Gubernur (RDG) Bank Indonesia sepanjang periode
facilities dan menjaga stabilitas nilai tukar sesuai
Triwulan II 2019 yaitu:
dengan fundamentalnya. Kebijakan tersebut
juga ditopang oleh sinergi dan bauran kebijakan 1. Bank Indonesia pada 24-25 April 2019 memutuskan
antarotoritas. Untuk mendukung pencapaian untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility
Bank Indonesia mengelola kerja sama internasional sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility
yang terstruktur dan sistematis. Selain itu, untuk sebesar 6,75%. Keputusan tersebut sejalan dengan
mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian
kebijakan, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas
terkait juga terus dipererat guna mempertahankan
statistik, survei, dan liaison.
stabilitas ekonomi, khususnya dalam pengendalian
inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta menjaga
momentum pertumbuhan ekonomi ke depan,
khususnya dalam memperkuat permintaan domestik
dan mendorong ekspor, pariwisata dan aliran modal
asing.

Indikator Kinerja Utama Pencapaian


(IKU) Target TW II 2019
1. Inflasi Inti 3,5 + 1% 3,25%

Inflasi inti secara tetap terkendali di rentang sasarannya, meski sedikit meningkat dibandingkan dengan 3,12% di bulan sebelumnya.
Komoditas utama penyumbang inflasi adalah nasi dengan lauk, emas perhiasan, ikan diawetkan, mie, dan upah pembantu rumah tangga.
Diperkirakan inflasi inti ke depan meningkat seiiring harga emas dan dampak lanjutan inflasi Volatile Foods yang meningkat.

2. Volatilitas Nilai Tukar Angka tertentu tercapai

Volatilitas nilai tukar membaik seiring dengan sentimen positif upgrade credit rating Indonesia oleh S&P serta membaiknya rilis data trade
balance Indonesia bulan Mei 2019. Penurunan volatilitas Rupiah juga didukung prospek trade talk antara AS dan Tiongkok serta rencana
stimulus ekonomi beberapa negara utama dunia. Selain itu, peranan Bank Indonesia dalam mengimplementasikan bauran kebijakan dan
kebijakan stabilisasi nilai tukar turut menjaga volatilitas nilai tukar Rupiah.

3. Deviasi Suku Bunga PUAB O/N dgn BI 7DRRR Angka tertentu tercapai

Deviasi suku bunga PUAB O/N terhadap BI-7DRR Rate hingga Juni (ytd) relatif stabil sejalan dengan upaya Bank Indonesia menjaga
ketersediaan likuiditas melalui pelaksanaan repo regular di tengah tingginya penarikan uang kartal pada periode lebaran.

53
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
2. Bank Indonesia pada 15-16 Mei 2019 memutuskan Indonesia/SKNBI (penambahan waktu dan percepatan
untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate setelmen, peningkatan batas nominal transaksi, dan
(BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility penurunan tarif);
sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility
sebesar 6,75%. Keputusan tersebut sejalan dengan 4. Mendorong sisi supply transaksi Domestic Non
upaya menjaga stabilitas eksternal perekonomian Deliverable Forward (DNDF), khususnya melalui
Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan penyederhanaan ketentuan kewajiban underlying
global yang meningkat. Bank Indonesia akan terus transaksi;
mencermati kondisi pasar keuangan global dan 5. Mendorong implementasi penyelenggara sarana
stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam pelaksanaan transaksi di pasar uang dan pasar valas
mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan (market operator);
moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya
inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan 6. Mengembangkan pasar Surat Berharga Komersial
ekonomi di dalam negeri. (SBK) sebagai alternatif sumber pendanaan jangka
pendek oleh korporasi;
3. Bank Indonesia pada 19-20 Juni 2019 memutuskan
untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate 7. Mendorong perluasan elektronifikasi bansos nontunai,
(BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility dana desa, moda transportasi, dan operasi keuangan
sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility pemerintah
sebesar 6,75%. Keputusan tersebut konsisten dengan
Koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait juga
upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian
terus dipererat guna mempertahankan stabilitas ekonomi,
Indonesia. Bank Indonesia terus mencermati kondisi
khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi
pasar keuangan global dan stabilitas eksternal
berjalan, serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi
perekonomian Indonesia dalam mempertimbangkan
ke depan, khususnya dalam memperkuat permintaan
penurunan suku bunga kebijakan sejalan dengan
domestik dan mendorong ekspor, pariwisata dan aliran
rendahnya inflasi dan perlunya mendorong
modal asing.
pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Sementara kebijakan suku bunga dan nilai tukar tetap


difokuskan pada stabilitas eksternal, Bank Indonesia juga 3.3.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
menempuh kebijakan-kebijakan lain yang lebih akomodatif
untuk mendorong permintaan domestik, antara lain: Bank Indonesia konsisten mengarahkan kebijakan
untuk mengendalikan inflasi agar berada dalam koridor
1. Meningkatkan ketersediaan likuiditas dan mendukung sasarannya dan defisit transaksi berjalan terjaga pada
pendalaman pasar keuangan melalui penguatan tingkat yang sehat. Bank Indonesia menerapkan
strategi operasi moneter. Pada RDG 19-20 Juni 2019, kebijakan suku bunga yang didukung kebijakan nilai tukar,
Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan Giro penguatan cadangan devisa, pengelolaan arus modal,
Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum dan penguatan operasi moneter serta mendukung upaya-
Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha upaya pengembangan pasar keuangan.
Syariah sebesar 50 bps sehingga masing-masing
menjadi 6,0% dan 4,5%, dengan GWM Rerata
3.1.2.1. Pengelolaan Moneter
masing-masing tetap sebesar 3,0%, berlaku efektif
pada 1 Juli 2019. Bank Indonesia melakukan pengelolaan moneter melalui
pelaksanaan operasi moneter yang terdiri atas Operasi
2. Menempuh kebijakan makroprudensial yang
Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities (SF).
akomodatif antara lain dengan mempertahankan
Pelaksanaan operasi pasar terbuka merupakan kegiatan
rasio Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar
transaksi di pasar uang atas inisiatif Bank Indonesia
0%, rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial
yang bertujuan untuk mengurangi (smoothing) volatilitas
(PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas repo sebesar
suku bunga pasar uang antarbank overnight (PUAB O/N),
4%, dan kisaran Rasio Intermediasi Makroprudensial
sehingga berada dalam kisaran target yang kondusif guna
(RIM) sebesar 84-94%.
mencapai sasaran kebijakan moneter. Sejak implementasi
3. Mendorong efisiensi pembayaran ritel melalui reformulasi kerangka operasi moneter, rata-rata tertimbang
perluasan layanan Sistem Kliring Nasional Bank suku bunga PUAB O/N bergerak mendekati kisaran BI

54
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

bps % Rp miliar
80 25.000
6,75 : Volume PUAB O/N (rhs)
70
6,25 20.000
60
5,75 LF Rate
50 15.000
5,25
40
BI 7-day RR Rate
30 4,75 10.000

20 4,25
5.000
10 3,75 DF Rate
PUAB O/N Rate
- 3,25 0

03-Jan-17
06-Feb-17
13-Mar-17
18-Apr-17
26-Mei-17
07-Jul-17
10-Ags-17
15-Sep-17
20-Okt-17
23-Nov-17
30-Des-17
02-Feb-18
09-Mar-18
13-Apr-18
21-Mei-18
04-Jul-18
07-Ags-18
13-Sep-18
17-Okt-18
21-Nov-18
27-Des-18
31-Jan-19
08-Mar-19
12-Apr-19
20-Mei-19
28-Jun-19
3-Jan-17
26-Jan-17
21-Feb-17
16-Mar-17
11-Apr-17
9-Mei-17
6-Jun-17
31-Jul-17
24-Ags-17
19-Sep-17
13-Okt-17
7-Nov-17
30-Nov-17
28-Des-17
22-Jan-18
14-Feb-18
12-Mar-18
5-Apr-18
30-Apr-18
25-May-18
29-Jun-18
24-Jul-18
16-Ags-18
13-Sep-18
8-Okt-18
31-Okt-18
26-Nov-18
19-Des-18
16-Jan-19
11-Feb-19
6-Mar-19
1-Apr-19
29-Apr-19
23-Mei-19
25-jun-19
Grafik 3.1. Deviasi Policy Rate dengan Suku Bunga PUAB O/N Grafik 3.3. Koridor Suku Bunga dan Volume PUAB O/N

7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) melalui 2019. Di sisi lain, sumber pendanaan bank memiliki
pelaksanaan dan penyesuaian strategi operasi moneter keterbatasan yang dipengaruhi faktor otonom, seperti:
(Grafik 3.1).
• Kondisi ketidakpastian global yang memicu tekanan
Sementara itu, pelaksanaan SF merupakan penyediaan Rupiah dan membatasi potensi aliran masuk modal
dana Rupiah (Lending Facility/LF) dari Bank Indonesia asing ke Indonesia;
kepada bank dan penempatan dana Rupiah (Deposit • Potensi peningkatan kebutuhan uang kartal di 2019
Facility/DF) bank di Bank Indonesia, untuk membentuk pada periode musiman (bulan Ramadhan dan akhir
koridor suku bunga di PUAB O/N sebesar BI 7-day RR tahun);
Rate ± 75 bps. Koridor suku bunga yang simetris terhadap
suku bunga kebijakan bertujuan agar instrumen SF • Perubahan pola belanja, penerimaan dan pembiayaan
bersifat netral terhadap bank-bank yang memiliki strategi Pemerintah tahun 2019.
pengelolaan likuiditas berbeda, baik long maupun short. Dengan kondisi likuiditas pasar uang yang tidak selonggar
Pada Triwulan II 2019, posisi operasi moneter kontraksi tahun sebelumnya (ditandai dengan penurunan posisi
mengalami peningkatan bila dibanding triwulan sebelumnya outstanding operasi moneter kontraksi pada 2018), Bank
(Grafik 3.2). Sementara itu, rata-rata harian volume PUAB Indonesia melakukan penyempurnaan strategi operasi
O/N pada Triwulan II 2019 mencapai Rp13,32 triliun, atau moneter tanpa mengubah stance kebijakan moneter.
meningkat 5,38% dibanding volume triwulan sebelumnya Penyempurnaan dilakukan melalui perubahan paradigma
Rp12,64 triliun (Grafik 3.3). operasi moneter dari paradigma lama (one sided monetary
operation/kontraksi) ke paradigma baru (two sided monetary
Tantangan pengelolaan likuiditas semakin meningkat operation/kontraksi dan ekspansi). Perubahan paradigma
sejalan dengan peningkatan kebutuhan likuiditas ini diharapkan mendukung efektivitas pelaksanaan operasi
perbankan untuk membiayai pertumbuhan kredit tahun moneter, memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang,
serta mendukung pendalaman pasar keuangan. Two sided
Rp triliun monetary operation merupakan upaya redistribusi likuiditas
600
DF/Fasbis TD RR SBN SDBI SBI SBIS SUKBI di sistem perbankan yang cenderung tidak merata sebagai
500 implikasi segmentasi di pasar uang.

400 Pada Triwulan II 2019, penguatan operasi moneter


dilakukan melalui strategi berikut:
300
1. Memperkuat two sided monetary operation melalui
200
penambahan tenor instrumen OPT ekspansi dan
100 frekuensi lelang OPT:

0 • Pelaksanaan lelang OPT ekspansi dan kontraksi


3-Jan-17
23-Jan-17
10-Feb-17
3-Mar-17
23-Mar-17
13-Apr-17
8-Mei-17
30-Mei-17
20-Jun-17
17-Jul-17
4-Ags-17
25-Ags-17
15-Sep-17
6-Okt-17
26-Okt-17
15-Nov-17
6-Des-17
28-Des-17
17-Jan-18
6-Feb-18
27-Feb-18
19-Mar-18
9-Apr-18
27-Apr-18
21-Mei-18
20-Jun-18
10-Jul-18
30-Jul-18
20-Ags-18
10-Sep-18
1-Okt-18
19-Okt-18
8-Nov-18
29-Nov-18
19-Des-18
11-Jan-19
31-Jan-19
21-Feb-19
14-Mar-19
4-Apr-19
26-Apr-19
17-Mei-19
14-Jun-19

tenor satu minggu sampai satu bulan, setiap


hari untuk mendukung pengelolaan likuiditas
Grafik 3.2. Posisi Operasi Moneter Kontraksi perbankan lebih optimal.

55
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
• Penambahan tenor instrumen OPT ekspansi %
100
yaitu pada instrumen Term Repo dari semula 1 90
minggu sampai 1 bulan menjadi 1 minggu sampai 80
3 bulan. 70
60
Namun, Bank Indonesia juga tetap mengaktifkan OPT 50
yang bersifat fine tune untuk menjaga volatilitas suku 40
bunga PUAB O/N agar bergerak di dalam kisaran 30
suku bunga, apabila terjadi keketatan likuiditas yang 20

temporer, serta menurunkan tekanan volatilitas suku 10


0
bunga PUAB non O/N, dan meningkatkan efektivitas Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
transmisi suku bunga. 2016 2017 2018 2019
DF FASBIS Term Deposit RR SBN SDBI SBI SBIS SukBI
2. Memperkuat mekanisme pasar melalui penyesuaian
Grafik 3.5. Komposisi Instrumen Operasi Moneter – Kontraksi
metode lelang dan informasi hasil lelang OPT:

• Penyesuaian metode lelang OPT ekspansi dari Secara komposisi, pada Triwulan II 2019 instrumen
semula Fixed Rate Tender (FRT) menjadi Variable operasi moneter kontraksi mengalami perubahan, yang
Rate Tender (VRT) untuk memperoleh gambaran tercermin dari pergeseran besaran share instrumen
dinamika yang lebih mencerminkan kondisi operasi moneter kontraksi dari SBI menuju instrumen
likuiditas pasar. OPT lainnya yang bertenor lebih pendek yaitu DF/Fasilitas
Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) (Grafik 3.5).
• Pengumuman informasi hasil lelang dalam bentuk
Perubahan tersebut menggambarkan preferensi bank
rata-rata tertimbang (tidak lagi mengumumkan
untuk mengalihkan penempatan menuju instrumen operasi
Stop Out Rate/SOR) dilakukan untuk memperoleh
moneter yang bertenor lebih pendek. Kondisi ini sejalan
gambaran suku bunga yang lebih mencerminkan
dengan meningkatnya faktor berjaga-jaga bank menjelang
kondisi pasar.
hari raya Idul Fitri. Hal tersebut juga tercermin pada profil
3. Operasi Moneter yang terjadwal maturitas (durasi) sisa jatuh waktu instrumen operasi
moneter pada periode Triwulan II 2019 yang mengalami
Guna memberikan kepastian bagi bank terkait penurunan dari 103 hari menjadi 61 hari (turun 40,8%)
ketersediaan likuiditas dari OPT ekspansi, Bank (Grafik 3.6).
Indonesia melakukan penguatan strategi melalui
pelaksanaan OPT yang lebih terjadwal7, melalui
pengumuman dan pengaturan jadwal lelang OPT.

Rp Triliun Hari
600 120
Posisi RRT Durasi Sisa Jatuh Waktu (EOP) 103
500
100
400
300 80 74
69 70
200 60 62
58 61
60 57
100 51 49
45 44
0 40 35

(100)
20
(200)
(300) -
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
DF FASBIS Term Deposit RR SBN SDBI SBI
SBIS SukBI LF FF Repo FX Swap

Grafik 3.4. Posisi Outstanding Operasi Moneter - Total Grafik 3.6. Rata-Rata Tertimbang Durasi Operasi Moneter
Triwulanan (Sisa Jatuh Waktu)

7 BI mengumumkan jadwal lelang OPT ekpansi untuk enam bulan ke depan di website BI pada hari setelah RDG

56
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Tabel 3.1. Posisi Outstanding Instrumen OM

Posisi Instrumen OM 2018 2019 ∆


(Rp triliun) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Perubahan

DF 72,10 131,56 86,86 90,24 69,31 105,40 52,06%


FASBIS 26,62 18,18 20,92 32,59 18,62 27,83 49,43%
Term Deposit - - - 127,84 - -
RR SBN 93,39 46,57 106,65 48,18 122,16 134,18 9,85%
SDBI 269,71 184,14 48,89 26,05 3,25 - -100,00%
SBI - - 28,07 47,83 106,76 99,63 -6,67%
SBIS 13,00 11,97 10,64 8,22 14,42 13,60 -5,63%
SukBI - - - 1,83 10,50 8,33 -20,63%
OM Kontraksi 474,82 392,41 302,03 382,77 345,01 388,98 12,74%
LF - - - - - (0,03)
FF - - - - - -
Repo - (86,19) - (91,74) (37,27) (60,22) 61,57%
FX Swap (0,75) (43,35) (79,45) (106,83) (79,45) (66,56) -16,22%
OM Ekspansi (0,75) (129,54) (79,45) (198,57) (116,73) (126,81) 8,64%
OM Net 474,07 262,87 222,59 184,20 228,29 262,17 14,84%

Berdasarkan posisi outstanding pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia juga terus berupaya untuk melakukan
posisi operasi moneter kontraksi mengalami peningkatan penguatan operasi moneter untuk mendukung tercapainya
secara qtq, menjadi Rp388,98 triliun dari triwulan sasaran kebijakan moneter, yang antara lain dilakukan
sebelumnya Rp345,01 triliun. Posisi operasi moneter melalui penyempurnaan ketentuan terkait operasi moneter
ekspansi juga mengalami peningkatan menjadi Rp262,17 yang diterbitkan selama Triwulan II 2019. Dalam rangka
triliun dari triwulan sebelumnya Rp228,29 triliun (Tabel memperkuat operasi moneter Rupiah, Bank Indonesia
3.1). Kenaikan posisi operasi moneter ekspansi tersebut melakukan perluasan underlying asset penerbitan SukBI
disebabkan pelaksanaan lelang OPT ekspansi yang yaitu dengan menggunakan sukuk global milik Bank
dilakukan Bank Indonesia setiap hari, untuk mendukung Indonesia, melalui penerbitan ketentuan PADG No. 21/8/
pengelolaan likuiditas perbankan yang lebih optimal. PADG/2019 tentang Perubahan Ketiga atas PADG No.
20/5/PADG/2018 tentang Instrumen Operasi Pasar Terbuka
Selama Triwulan II 2019, posisi (stance) suku bunga dan PADG Intern No. 21/21/PADG INTERN/2019  tentang
kebijakan moneter (BI 7-Day Reverse Repo Rate) tidak Perubahan Kedua atas PADG Intern No. 20/14/PADG
mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya, INTERN/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan
yaitu sebesar 6,00%. Pada akhir Triwulan II 2019, suku Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga Dalam Operasi
bunga OPT kontraksi pada tenor satu minggu tercatat Moneter pada 2 Mei 2019. Bank Indonesia juga melakukan
6,00%, dua minggu 6,05%, satu bulan 6,11%, tiga bulan penyempurnaan akad FASBIS dari wadi’ah menjadi ju’alah
6,13%, enam bulan 6,22%, sembilan bulan 6,50%, dan melalui penerbitan ketentuan PADG No. 21/9/PADG/2019
dua belas bulan 6,54% (Tabel 3.2). Sedangkan OPT tentang Perubahan Kedua atas PADG No. 20/9/
ekspansi pada tenor satu minggu tercatat 6,25%, dua PADG/2018 tentang Standing Facilities pada 2 Mei 2019.
minggu 6,38%, satu bulan 6,55% dan tiga bulan 6,71%.

Tabel 3.2. Suku Bunga Hasil Lelang OPT pada Akhir Triwulan II 2019
Suku Bunga Hasil OPT (%) 1 mgg 2 mgg 1 bln 3 bln 6 bln 9 bln 12 bln
Kontraksi
Triwulan I-2019 6.00% 6.05% 6.25% 6.45% 6.63% 6.74% 6.77%
Tgl Lelang 29 Mar'19 27 Mar'19 27 Mar'19 29 Mar'19 15 Mar'19 22 Mar'19 22 Mar'19
Triwulan II-2019 6.00% 6.05% 6.11% 6.13% 6.22% 6.50% 6.54%
Tgl Lelang 28 Jun'19 28 Jun'19 28 Jun'19 26 Jun'19 21 Jun'19 14 Jun'19 14 Jun'19
Ekspansi
Triwulan I-2019 6.29% 6.56% 6.99%
Tgl Lelang 29 Mar'19 29 Mar'19 29 Mar'19
Triwulan II-2019 6.25% 6.38% 6.55% 6.71%
Tgl Lelang 28 Jun'19 28 Jun'19 27 Jun'19 26 Jun'19

57
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Perubahan akad FASBIS dimaksud dilakukan agar sesuai mempertahankan daya tarik aset domestik. Daya tarik ini
dengan pernyataan kesesuaian syariah yang disampaikan secara langsung mendukung stabilitas nilai tukar, menjaga
oleh DSN-MUI melalui surat nomor B-588/DSN-MUI/ kecukupan likuiditas di pasar Rupiah dan pasar valas,
IX/2017 tanggal 20 September 2017 perihal Pernyataan serta mengendalikan defisit transaksi berjalan.
Kesesuaian Syariah.
Dalam rangka pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia
juga melakukan upaya menjaga kestabilan nilai tukar
3.1.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar melalui instrumen moneter valuta asing. Upaya ini
dilakukan melalui intervensi spot di pasar valuta asing
Pengelolaan nilai tukar merupakan bagian dari kebijakan
dan optimalisasi operasi moneter valas untuk pengelolaan
moneter yang dilakukan Bank Indonesia guna mencapai
likuditas bank yaitu TD Valas, FX Swap dan SBBI valas,
dan memelihara kestabilan nilai tukar Rupiah. Stabilitas nilai
serta sarana lindung nilai seperti FX Swap Hedging dan
tukar tercermin dari rata-rata volatilitas Dolar AS terhadap
DNDF. Kredibilitas Bank Indonesia ditunjukan dengan
Rupiah yang sejalan dengan nilai tukar fundamental guna
komintmen untuk selalu berada di pasar dalam menjaga
mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
stabilitas Rupiah sesuai nilai tukar fundamental. Selain itu
Pengelolaan nilai tukar dilakukan melalui serangkaian
juga memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang
manajemen nilai tukar dan pengaturan pasar valuta asing
memadai, baik valas maupun Rupiah. Semua dilakukan
domestik maupun pemantauan pergerakan nilai tukar.
dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar
Sepanjang Triwulan II 2019 nilai tukar mengalami penguatan melalui implementasi kebijakan yang pre-emptive, front
sebesar 0,80% QoQ. Kinerja Rupiah pada triwulan laporan loading dan ahead of the curve.
lebih baik dibanding beberapa mata uang di kawasan
Dalam pelaksanaannya, pengelolaan nilai tukar dilakukan
seperti Dolar Hong Kong ] (0,50% QoQ), Dolar Singapura
dengan prosedur dan mekanisme terstruktur dan
(0,20% QoQ), Rupee India (0,18% QoQ), Dolar Taiwan
sistematis. Pengelolaan nilai tukar dilandasi prinsip tata
(-0,78% QoQ), Ringgit Malaysia (-1,21% QoQ), Won Korea
kelola yang baik, sehingga menghasilkan kebijakan Bank
Selatan (-1,69% QoQ) dan Renminbi Cina. (-2,25% QoQ).
Indonesia yang efektif, kredibel, dan memenuhi prinsip
Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada akuntabilitas publik. Ke depan, Bank Indonesia tetap
Triwulan II 2019 lebih dipengaruhi faktor domestik yaitu berhati-hati mencermati situasi perekonomian global,
kemenangan Presiden Jokowi pada Pemilu Presiden 17 ketidakpastian pasar keuangan global, dan arus modal
April 2019 dan kenaikan peringkat surat utang Indonesia asing yang masuk. Selain itu juga melakukan operasi
menjadi Investment Grade (BBB) oleh Standard & Poor. moneter valas serta mendorong penggunaan instrumen
Selain itu, faktor eksternal yang juga mempengaruhi antara hedging tanpa menganggu berjalannya mekanisme pasar,
lain pernyataan dovish dari The Federal Reserve (The sekaligus mendukung pengembangan pasar keuangan
Fed), terkait ekspektasi penurunan suku bunga Fed Fund domestik.
Rate, kebijakan The Fed dan European Central Bank yang
Upaya Bank Indonesia mencapai dan memelihara
cenderung loosening, serta meredanya tekanan trade war
kestabilan nilai Rupiah diimplementasikan dengan
pada pertemuan puncak G20 di Osaka pada 28-29 Juni
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2019.
seperti Operasi Pasar Terbuka (OPT) di pasar valas,
Penguatan Rupiah tertahan peningkatan tensi politik didukung sistem lelang operasi moneter valas yang lebih
setelah Pemilu Presiden pada akhir April dan Mei 2019, efisien melalui penyempurnaan sistem otomasi lelang
peningkatan ketegangan trade war antara AS, Tiongkok, moneter valas. Penyempurnaan sistem dimaksud meliputi
dan Meksiko pada awal Mei 2019. Terkait trade war, AS perubahan mekanisme lelang OPT yang mencakup
memasukkan perusahaan telekomunikasi Tiongkok transaksi Term Deposit OPT Konvensional dalam valuta
dalam daftar blacklist. Selain itu juga terjadi peningkatan asing, transaksi Swap, dan transaksi Term Deposit OPT
kebutuhan repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang Syariah dalam valuta asing. Penyempurnaan tertuang
luar negeri, sesuai pola musimannya. Sementara, pada dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) Nomor
awal Juni 2019, Presiden AS Donald Trump mengancam 21/6/PADG/2019 tentang Perubahan Ketiga Atas PADG
menaikan tariff dan menolak imigran dari Meksiko. Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi
Pasar Terbuka yang resmi diluncurkan pada 9 April 2019.
Strategi pengelolaan nilai tukar yang dilakukan Bank
Indonesia pada triwulan laporan dilakukan dengan
mempertahankan suku bunga kebijakan dalam rangka

58
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

2,50 3,5
3.1.2.3. Operasi Moneter Syariah 3 3 3
3,0
2,00 2,0
Pelaksanaan Operasi Moneter Syariah (OMS) diarahkan 2,5
untuk memengaruhi kecukupan likuiditas di pasar 2 2 2
1,50 2 2,0
uang berdasarkan prinsip syariah dan pasar valuta
1,00 1,5
asing. Kegiatan OMS pada Triwulan II 2019 meningkat
0,7
dibanding Triwulan I 2019. Peningkatan ini sejalan dengan 0,6 1,0
1 1 0,5 1 1 1 1
0,50 0,3
peningkatan transaksi FASBIS pada Triwulan II 2019 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5
0,1 0,1 0,1 0,1
yang mendominasi keseluruhan transaksi. Komposisi
0,00 0,0
kontraksi moneter syariah secara berurutan yaitu FASBIS

19-Des-2018

12-Feb-2019

19-Feb-2019

30-Apr-2019

14-Mei-2019

21-Mei-2019

23-Mei-2019

24-Mei-2019

28-Mei-2019

29-Mei-2019

31-Mei-2019

11-Jun-2019

18-Jun-2019
(56%), SBIS (27%) dan Sukuk BI (17%). Besarnya porsi
FASBIS mengindikasikan dana sementara perbankan
syariah masih didominasi dana jangka pendek. Meskipun Term Repo Jmlh Bank (RA)

FASBIS berjangka waktu maksimal 14 hari kalender, tapi


Grafik 3.8. Lelang Term Repo Syariah
umumnya transaksi FASBIS pada Triwulan II 2019 bersifat
overnight. Untuk tenor satu minggu hingga tiga bulan diisi
Sukuk Bank Indonesia (SukBI) dan untuk jangka panjang
3.1.3. Koordinasi dan Kerja Sama dengan
yaitu enam bulan, sembilan bulan dan 12 bulan, diisi SBIS.
Pemerintah dan Otoritas terkait
Sejak penerbitan perdana SukBI pada Desember 2018,
perbankan syariah memiliki alternatif instrumen yang Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah dan Otoritas
dapat diperdagangkan di pasar sekunder, sehingga lebih terkait lainnya terus mempererat koordinasi dan kerja sama
likuid. Selama Triwulan II 2019 rata-rata transaksi SukBI kebijakan guna memperkuat stabilitas makroekonomi dan
mencapai 8,5 triliun per bulan. Pada April 2019, Bank menjaga berlanjutnya momentum pertumbuhan ekonomi.
Indonesia memperluas underlying penerbitan SukBI, dari Pada Triwulan II 2019, berbagai kerja sama dan koordinasi
hanya SBSN menjadi SBSN dan sukuk global. Tujuannya telah dilakukan antara lain kerja sama pengendalian
untuk menyerap kelebihan likuiditas yang lebih besar serta inflasi melalui pendekatan klaster komoditas volatile food,
menjaga kontinuitas penerbitan SukBI. kerjasama ketahanan eksternal dan penyelenggaraan
rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Frekuensi transaksi term repo pada Triwulan II 2019
Bank Indonesia (Rakorpusda) dengan tema “Inovasi
meningkat. Peningkatan terjadi karena beberapa bank
dan Perluasan Elektronifikasi Transaksi Pemerintah
mengalami pengetatan likuiditas akibat penarikan dana
dalam rangka Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan
haji dan pengaruh Ramadhan serta hari raya Idul Fitri.
Transformasi Digital8”.
Pada Triwulan II 2019 terdapat lima bank yang melakukan
term repo syariah. a. Koordinasi dan Kerja Sama Dalam Rangka
Pengendalian Inflasi
100% 60,0
Dalam rangka mendukung pengendalian inflasi,
90%
80%
50,0 Bank Indonesia melaksanakan program melalui
70% pendekatan klaster komoditas volatile food atau
40,0
60% pangan strategis yang berkontribusi terhadap inflasi.
50% 30,0 Beberapa komoditas pangan strategis nasional yang
40% dikembangkan antara lain: beras, cabai, bawang
30% 20,0
merah, bawang putih, dan daging sapi. Pengembangan
20%
10,0 klaster dilakukan secara komprehensif dari hulu ke
10%
0% 0,0
hilir dengan tujuan peningkatan produksi maupun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun produktivitas. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan
2018 2019
yaitu:
SUKUK BI SBIS FASBIS RRS OMS

Grafik 3.7. Perkembangan OMS

8 Pembahasan lebih lanjut terkait Rakorpusda pada Bab 3.4 Kebijakan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang

59
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
i. Kajian Model Bisnis dan Strategi Pengembangan iii. Penilaian Kinerja Program Pengendalian Inflasi
Komoditas Bawang Merah dan Cabai Bank Indonesia

Bank Indonesia melakukan kajian model bisnis Penilaian Kinerja Program Pengendalian
pengembangan komoditas bawang merah dan Inflasi Bank Indonesia bertujuan mendorong
cabai secara komprehensif dari hulu ke hilir. Proses dan memotivasi percepatan pelaksanaan
ini dimulai dari pengadaan bibit, penyediaan maupun replikasi program pengembangan
sarana produksi pertanian (saprotan), budidaya, klaster yang dikembangkan Bank Indonesia
hingga proses pengolahan dan pemasaran. Model maupun Kementerian/Pemerintah Daerah/
bisnis pengembangan bawang merah dan cabai lembaga lainnya. Program ini akan memilih
tidak hanya mengarah pada perluasan area tanam klaster komoditas ketahanan pangan/komoditas
dan peningkatan produktivitas. Model bisnis juga sumber tekanan inflasi dengan kinerja terbaik,
diarahkan menjaga kesinambungan produksi baik binaan Bank Indonesia maupun Pemerintah
melalui inovasi yang meliputi hilirisasi, fasilitasi Daerah/Dinas, atau kerja sama Pemerintah
akses pasar (industri maupun pasar tradisional), Daerah dengan pihak lain. Proses penilaian
dan perubahan pola pikir masyarakat dalam dilakukan Bank Indonesia melalui tiga tahap
mengonsumsi produk olahannya. Pelaksanaan seleksi dengan melibatkan narasumber penilai
kajian melibatkan klaster binaan di Provinsi Jawa independen eksternal yang terdiri atas akademisi,
Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa pakar/profesional, dan praktisi. Hingga Triwulan
Tenggara Barat. II 2019, kegiatan penilaian baru menyelesaikan
tahap seleksi awal, yaitu seleksi administrasi.
ii. Replikasi Best Practice Klaster Seleksi dilakukan dengan menganalisa data
Guna menjaga sustainabilitas produksi komoditas dan informasi klaster yang disampaikan melalui
pangan, kontinuitas pasokan dan harga yang kuesioner, antara lain mencakup profil klaster
stabil, serta menjaga tingkat inflasi volatile dan kinerja klaster.
food, Bank Indonesia juga mereplikasi best
iv. Pengendalian Inflasi melalui Pengembangan
practices yang berhasil diterapkan pada klaster
Klaster
binaan Bank Indonesia di daerah. Replikasi best
practices dilakukan dilakukan terhadap teknologi Hingga Triwulan II 2019, Bank Indonesia
yang digunakan, inovasi yang dikembangkan, mengembangkan 229 klaster komoditas di
metode tanam, penggunaan benih varietas seluruh Indonesia. Sebanyak 190 klaster
unggul, maupun sistem pertanian. Pada 2019, memproduksi komoditas ketahanan pangan
Bank Indonesia kembali mereplikasi best practice yang menjadi sumber inflasi yaitu cabai, bawang
yang berhasil diterapkan untuk komoditas beras merah, bawang putih, beras, dan daging sapi.
dan bawang putih pada 2018. Replikasi klaster Klaster pangan lainnya sebanyak 39 klaster
bawang merah dilakukan di Sumatera Selatan memproduksi kedelai, susu sapi, perikanan,
dan Kalimantan Selatan, sementara replikasi sayuran, ayam, sagu, jagung, kakao, rumput laut,
klaster cabai dilakukan di Solo dan Sulawesi karet, dan kopi.
Tengah. Dalam rangka pelaksanaan program
replikasi tersebut, sampai Triwulan II 2019, telah Klaster binaan Bank Indonesia memanfaatkan
dilakukan sosialisasi, diskusi, maupun Focus lahan seluas 12.661,60 hektar, melibatkan 19.737
Group Discussion (FGD) dengan Kelompok Tani, petani, dan menyerap 33.225 tenaga kerja. Pada
Pemerintah Kabupaten dan stakeholder terkait. Triwulan II 2019, sebanyak 36 klaster menerima
pembiayaan dari lembaga keuangan yaitu
sebesar Rp 13,11 miliar.

60
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Gambar 3.1. Peta Wilayah Klaster UMKM Binaan Bank Indonesia

b. Koordinasi dan Kerja Sama dalam rangka Ketahanan kemampuan UMKM dalam melakukan ekspor
Eksternal hingga tingkat daerah.

Bank Indonesia menerapkan kebijakan Berdasarkan koordinasi tersebut, diperoleh


pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah alternatif pendekatan melalui pembentukan Focal
(UMKM) berorientasi ekspor sebagai bentuk nyata Point atau Kantor Bersama Ekspor di daerah. Focal
untuk mengurangi risiko pelebaran Defisit Neraca point tersebut memiliki fungsi untuk menyediakan
Transaksi Berjalan/Current Account Deficit (CAD). informasi pasar dan informasi lain yang dibutuhkan
Kebijakan ini juga merupakan implementasi salah satu dalam persiapan ekspor. Selain itu, focal point
program strategis Bank Indonesia yaitu memperkuat juga berfungsi untuk meningkatkan kapasitas
sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan dan kapabilitas UMKM dalam melakukan ekspor,
kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah mengakselerasi pengurusan prosedur dan
untuk mengelola CAD dan mendorong pertumbuhan persyaratan ekspor, hingga menyediakan fasilitas
ekonomi berkelanjutan. Melalui program strategis pemasaran bersama dan business matching
tersebut, upaya yang dilakukan Bank Indonesia bagi UMKM berorientasi ekspor. Dalam konsep
antara lain melakukan sinergi dan koordinasi terkait focal point ini, Bank Indonesia berperan dalam
ketahanan eksternal melalui pelaksanaan kerja sama memfasilitasi pelaksanaan capacity building dan
berorientasi ekspor, misalnya: bantuan teknis, memfasilitasi akses pasar melalui
event nasional dan internasional, dan pemberian
i. Kerja sama Dalam Rangka Pengembangan Focal Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) untuk
Point / Kantor Bersama Ekspor di Daerah UMKM binaan Bank Indonesia.
Peningkatan kemampuan UMKM dalam Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia
mengakses pasar ekspor dan mempersiapkan menindaklanjuti rencana pelaksanaan pilot
seluruh persyaratan ekspor, membutuhkan project pembentukan focal point di Provinsi
kemudahan akses informasi, capacity building, Sumatera Selatan dengan kopi sebagai
sinergi serta koordinasi sumber daya antara komoditas unggulan. Bank Indonesia bersama
Kementerian/Lembaga dan stakeholders terkait dengan LPEI, Kantor Wilayah Bea Cukai
lainnya baik di tingkat pusat maupun daerah. Sumatera Bagian Timur, Pemerintah Daerah di
Terkait itu, Bank Indonesia bersama Lembaga wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melakukan Provinsi Sumatera Selatan, dan stakeholders
koordinasi sejak akhir 2018 untuk meningkatkan

61
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
terkait melakukan launching virtual office Kantor maupun daerah. Selain itu, juga dilakukan
Bersama Ekspor di Provinsi Sumatera Selatan. penjajakan dengan buyer internasional untuk
Melalui virtual office tersebut, diharapkan UMKM hadir dalam kegiatan business matching serta
yang memiliki produk dan kapasitas yang penjajakan kerja sama pemberian business
berpotensi ekspor, bisa lebih mudah dan cepat coaching antara lain dengan LPEI terkait akses
melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pembiayaan ekspor dan Shopee terkait akses
pihak-pihak terkait sehingga terjadi akselerasi e-commerce.
ekspor. Di tingkat pusat juga dilakukan review
Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan
3.1.4. Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kementerian Keuangan serta Direktur Jendral
3.1.4.1. Pemberdayaan Ekonomi Syariah
Bea Cukai, untuk mendukung pelaksanaan focal
point ekspor. Bank Indonesia terus mendorong pemberdayaan ekonomi
syariah melalui penguatan sektoral Halal Value Chain (HVC),
ii. Kerja sama capacity building UMKM Berorientasi
kerja sama kelembagaan, dan penguatan infrastruktur
Ekspor
pendukung. Pengembangan ekosistem HVC melibatkan
Guna menyiapkan kapasitas UMKM binaan Bank berbagai pelaku usaha syariah seperti komunitas
Indonesia dalam mengakses pasar ekspor, pada pesantren, UMKM syariah, dan koperasi industri. Pada
Triwulan II 2019 dilakukan kurasi komoditi kopi Triwulan I 2019 telah dilakukan berbagai hal yaitu: (i)
unggulan dari UMKM binaan Bank Indonesia piloting pengembangan sektor perikanan melalui platform
bekerja sama dengan Asosiasi Kopi Spesial blockchain, (ii) pengembangan Pengelolaan Industri
Indonesia (AKSI). Kurasi dilakukan sebagai tindak Kelapa Terpadu (PIKAT), (iii) program desa berdikari melalui
lanjut dari pelatihan akses pasar internasional optimalisasi dana ZISWAF dan (iv) program penguatan
komoditas Kopi pada Triwulan I 2019. Kegiatan ekonomi pesantren. Melanjutkan program tersebut, pada
kurasi bertujuan mengetahui kualitas kopi Triwulan II 2019 dilakukan beberapa hal berikut:
binaan yang berpotensi ekspor sehingga
a. CEO Roundtable Meeting
menjadi referensi dalam pelaksanaan program
pengembangan selanjutnya. Selain itu, pada CEO Roundtable Meeting dilakukan pada Juni 2019
Triwulan II 2019 juga dilakukan proses kurasi dengan melibatkan pelaku usaha syariah skala
secara online terhadap UMKM komoditas kain besar, kementerian/lembaga terkait, perbankan
dan kerajinan binaan Bank Indonesia yang akan syariah, dan asosiasi. Dalam kesempatan itu
diikutsertakan dalam pameran dagang “New dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman
York Now” pada Agustus 2019. Kurasi dilakukan antara Bank Indonesia dan Indonesia Halal Life
bekerja sama dengan kurator internasional Ms. Center (IHLC). Kesepahaman ini memuat rencana
Jeniffer Isaacson sebagai official curator dari kegiatan kolaboratif Bank Indonesia dan IHLC dalam
“New York Now 2019”. Proses kurasi merupakan mendorong penguatan ekonomi syariah.
tindak lanjut dari pelatihan yang dilaksanakan
pada Triwulan I 2019 dan bertujuan meningkatkan b. Piloting Model Bisnis Pengolahan Air Minum
kualitas produk UMKM agar sesuai dengan selera
Dalam rangka pengembangan program ekonomi
dan trend pasar Amerika Serikat yang diminati.
pesantren, pada Triwulan II 2019 dilakukan inisiasi
iii. Kerja sama dalam Peningkatan Akses Pasar model bisnis usaha pengolahan air minum. Jenis
UMKM Binaan Berorientasi Ekspor usaha tersebut dipilih dengan mempertimbangkan
manfaat ekonomis bagi pesantren jika memenuhi
Dalam rangka mendorong peningkatan akses kebutuhan air minum sendiri. Pemenuhan kebutuhan
pasar UMKM berorientasi ekspor, pada Triwulan air minum secara mandiri diharapkan menekan biaya
II 2019 dilaksanakan Karya Kreatif Indonesia operasional pesantren. Program ini merupakan
(KKI) dalam bentuk kerja sama antara UMKM bagian dari Program Sosial Bank Indonesia (PSBI)
binaan Bank Indonesia dengan desainer ternama melalui bantuan pembelian mesin produksi air minum,
Indonesia. Kerja sama tersebut diharapkan sehingga mengurangi biaya investasi awal.
dapat meningkatkan kualitas produk pakaian jadi
yang diterima pasar internasional. Kerja sama Secara umum, kinerja unit usaha pengolahan air
pengembangan kain karya UMKM binaan Bank minum ini menunjukkan hasil yang positif. Rata-rata
Indonesia dilakukan dengan 11 desainer nasional pendapatan pesantren dengan unit usaha tersebut

62
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

mencapai Rp86 juta per tahun, dengan keuntungan c. Implementasi International Centre of Awqaf Studies
rata-rata Rp27,5 juta per tahun. Saat ini, hasil produksi (ICAST)
unit usaha pengolahan air minum masih diprioritaskan
Bank Indonesia bersama dengan Gontor, Badan
untuk memenuhi kebutuhan air minum internal
Wakaf Indonesia (BWI), Badan Nasional Sertifikasi
pesantren (62,8%) dan sebesar 37,01% dipasarkan
Profesi (BNSP) dan Kementrian Agama, melakukan
di lingkungan sekitar.
pembahasan materi pendidikan keuangan sosial
syariah. Tujuannya memperoleh masukan terkait
3.1.4.2. Edukasi Ekonomi dan Keuangan Syariah mekanisme, proses, modul, dan pengembangan
framework pendidikan keuangan sosial syariah.
Kegiatan edukasi dan sosialisasi ekonomi dan keuangan
Kegiatan ini juga merupakan upaya mendukung
syariah bertujuan meningkatkan literasi masyarakat
implementasi ICAST.
terhadap ekonomi dan keuangan syariah. Masyarakat yang
memahami ekonomi dan keuangan syariah diharapkan d. Survei Indeks Literasi Syariah
turut mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan
syariah. Semakin tinggi tingkat literasi masyarakat Dalam rangka mengetahui tingkat literasi masyarakat
terhadap konsep dan prinsip ekonomi dan keuangan terhadap ekonomi dan keuangan syariah, dilakukan
syariah, maka akan mendorong permintaan masyarakat survei indeks literasi syariah secara nasional di 13
terhadap jasa dan produk ekonomi dan keuangan syariah. provinsi, terdiri atas 38 kabupaten serta melibatkan
Dalam upaya mendukung peningkatan literasi tersebut, 3140 responden. Sebaran survei meliputi empat
Bank Indonesia terus melakukan edukasi melalui jalur provinsi di Pulau Jawa, yaitu Provinsi DKI Jakarta,
formal dan nonformal serta sosialisasi, baik secara mandiri Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur, serta
maupun bekerja sama dengan perguruan tinggi, lembaga sembilan provinsi di luar Pulau Jawa yang mencakup
riset, lembaga sertifikasi profesi, asosiasi serta otoritas lain. Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia selama Triwulan Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur,
II 2019 adalah: Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Hasil survei ini menjadi salah satu input dalam
a. Training of Trainer (ToT) menyusun strategi komunikasi dan edukasi ekonomi
dan keuangan syariah selanjutnya.
Bank Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Ahli
Ekonomi Islam (IAEI) Provinsi Jawa Timur melakukan e. Festival Ekonomi Syariah (FESyar)
ToT untuk dosen ekonomi dan anggota IAEI. Materi
yang diberikan adalah pengelolaan zakat, pengaturan Dalam beberapa tahun terakhir, penyelenggaraan
dan tata kelola wakaf, usaha mikro Islami, serta materi FESyar dilaksanakan secara rutin. Kegiatan ini
kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan merupakan bagian dari sosialisasi regional sesuai
syariah Bank Indonesia. prioritas daerah. Penyelenggaraan FESyar juga
menjadi salah satu langkah mengembangkan
Selain itu, Bank Indonesia juga bekerja sama ekonomi syariah secara serentak di seluruh Indonesia
dengan Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI) guna mendukung kemajuan ekonomi nasional.
melaksanakan ToT untuk guru SMA bidang ekonomi
yang menjadi anggota task force Implementasi Materi
3.1.4.3. Koordinasi dan Kerja Sama Kelembagaan Ekonomi
Ekonomi Syariah. Materi yang diberikan bersumber
Syariah
dari buku yang disusun Bank Indonesia.
Bank Indonesia secara aktif melakukan koordinasi dan
b. Sertifikasi Ekonomi dan Keuangan Syariah
kerja sama dengan berbagai lembaga nasional maupun
Selain aktif melakukan edukasi dan sosialisasi internasional. Kerja sama level nasional dilakukan dengan
eksternal, Bank Indonesia juga aktif melakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Wakaf Indonesia
edukasi ke internal Bank Indonesia. Salah satunya (BWI) maupun Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam
melakukan sertifikasi ekonomi dan keuangan syariah bentuk nota kesepahaman antar lembaga. Melalui Nota
di tingkat dasar dan tingkat lanjut. Kegiatan ini secara Kesepahaman ini diharapkan dapat mewujudkan iklim
rutin dilakukan Bank Indonesia bagi seluruh pegawai kondusif bagi pengembangan ekonomi dan keuangan
sesuai dengan tingkat kebutuhannya. syariah.

63
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Sementara itu, kerja sama di level internasional yang
3.1.5. Kebijakan Internasional
dilakukan antara lain sebagai berikut:
Kebijakan Internasional Bank Indonesia bertujuan untuk
1. Islamic Financial Services Board (IFSB)
mendukung pencapaian stabilitas makroekonomi dan
Bank Indonesia merupakan member IFSB dan sistem keuangan, yang tercermin pada stabilitas moneter,
terlibat aktif dalam beberapa working group untuk sistem keuangan, dan sistem pembayaran yang terjaga.
menghasilkan standar internasional. Keterlibatan Dukungan Kebijakan Internasional BI untuk mencapai
aktif Bank Indonesia diantaranya pada Task Force stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dilakukan
(TF) for The Technical Note on Financial Inclusion dan melalui pengelolaan kerja sama internasional yang
TF on Technical Noter on Recovery and Resolution terstruktur dan sistematis dengan bank sentral atau
Plan of Institution Offiering Islamic Financial Services. otoritas lainnya, organisasi atau lembaga internasional,
Gubernur Bank Indonesia secara resmi terpilih serta fora internasional. Kerja sama internasional yang
sebagai chairman of IFSB Executive Committee. Bank dilakukan oleh BI juga ditujukan untuk memperjuangkan
Indonesia kembali menginisiasi transformasi strategis kepentingan BI dan/atau ekonomi Indonesia di tengah
IFSB serta meningkatkan peran Bank Indonesia di tantangan ekonomi global dan dinamika kerja sama
kancah internasional. internasional yang semakin kompleks.

2. International Islamic Liquidity Management (IILM)


3.1.5.1. Kebijakan Internasional untuk Mendukung
Bank Indonesia merupakan salah satu pendiri IILM Resiliensi
bersama 10 bank sentral lainnya dan dua organisasi
Di tingkat regional, pembahasan kerja sama keuangan
multilateral pada tanggal 25 Oktober 2010. Gubernur
ASEAN+3 (ASEAN dengan negara Tiongkok, Jepang,
BI menghadiri 21st Governing Board Meeting dengan
dan Korea Selatan) pada Triwulan II 2019 dilaksanakan di
isu strategis adalah Rencana Bisnis 3 Tahunan IILM.
tingkat Deputi Gubernur Bank Sentral dan Deputi Menteri
Saat ini IILM sedang mencari kandidat CEO. Bank
Keuangan ASEAN+3 (AFCDM+3). Dalam pertemuan
Indonesia turut mencalonkan pejabat seniornya
tingkat deputi April 2019 dibahas penguatan resiliensi
dalam pemilihan kandidat CEO IILM.
keuangan kawasan, khususnya melalui penguatan Chiang
3. International Islamic Financial Market (IIFM) Mai Initiatives Multilateralization (CMIM) dan peningkatan
peran ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO).
Saat ini keanggotaan IIFM terdiri dari 5 tipe yaitu: (i)
founder dan permanent members, (ii) full members, (iii) Bank Indonesia juga memperkuat kerja sama keuangan
members, (iv) associate members dan, (v) observers dengan negara mitra, sebagai upaya menjaga ketahanan
members. Bank Indonesia termasuk founder dan eksternal dan stabilitas perekonomian Indonesia. Bank
permanent. Indonesia terus memperkuat Jaring Pengaman Keuangan
Internasional (JPKI) yang memadai sebagai second
Bank Indonesia telah dan akan terus secara aktif line of defence untuk mendukung ketahanan eksternal
bekerja sama dengan IIFM untuk memasukkan model perekonomian. Penguatan dan perluasan kerja sama JPKI
instrumen/produk dan pendekatan fiqh Indonesia ke dengan negara mitra, baik bilateral maupun multilateral,
dalam cakupan kompilasi produk keuangan syariah termasuk memastikan operasionalisasi JPKI agar bisa
IIFM sehingga konstruksi produk di Indonesia akan diimplementasikan dengan baik dalam menjaga stabilitas
dikenal dan diterima sebagai salah satu instrumen perekonomian.
keuangan syariah dunia.
Bank Indonesia juga memperkuat kerja sama keuangan
Bank Indonesia juga aktif memberikan masukan untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam
terhadap orientasi pengembangan produk di IIFM perdagangan bilateral. Ini merupakan upaya mendukung
yang tidak hanya terfokus pada instrumen treasury pendalaman pasar keuangan serta menjaga stabilitas nilai
saja namun juga pengembangan instrumen yang tukar Rupiah. Jalinan kerja sama dilakukan Bank Indonesia
secara langsung membiayai sektor riil. dengan bank sentral mitra untuk mengurangi dominasi

64
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

penggunaan mata uang tertentu dalam perdagangan Keuangan ASEAN dan ASEAN+3 di Chiang Rai, Thailand
bilateral. Upaya tersebut diikuti dengan terus mendorong pada 2-5 April 2019.
implementasi framework Local Currency Settlement
Perkembangan ekonomi dan pasar keuangan regional
berbasis Appointed Cross Currency Dealers (LCS ACCD)
juga dibahas pada pertemuan tingkat deputi EMEAP
Indonesia – Malaysia maupun Indonesia – Thailand yang
(Asia Pasifik) Mei 2019. Meski pasar keuangan membaik,
diluncurkan sejak 2018, bagi eksportir/importir. Selain
namun kondisi tersebut dinilai bersifat temporer. Apalagi
itu, Bank Indonesia memperluas kerja sama LCS melalui
data ekonomi kawasan belum menunjukkan perbaikan
penandatanganan Letter of Intent (LOI) dengan Bank
sepadan, serta ekonomi dunia yang masih tertahan.
Sentral Filipina (BSP) pada 5 April 2019.
Lebih lanjut, perang dagang antara AS–Tiongkok yang
kembali memanas dapat mempengaruhi prospek kawasan
3.1.5.2. Kerja Sama Internasional untuk Mendorong ke depan. Hal ini memunculkan kekhawatiran terjadi
Pertumbuhan Ekonomi ketidakseimbangan pasar keuangan dan membuat harga
aset lebih rentan terhadap risiko snapbacks (perubahan
Perkembangan perekonomian global dan pemantauan
yang cepat dan tiba-tiba).
terhadap risiko menjadi fokus pembahasan di berbagai
pertemuan tingkat internasional yang dihadiri Bank Terkait risiko ekonomi global, beberapa respons kebijakan
Indonesia selama Triwulan II 2019. Dalam Pertemuan yang diusulkan adalah menghindari kebijakan yang
Musim Semi IMF-World Bank April 2019, IMF merilis revisi kurang tepat (policy misstep), meningkatkan resiliensi
proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3% pada dan melaksanakan reformasi, termasuk mendukung kerja
2019, lebih rendah 0,4% dari proyeksi World Economic sama multilateral. Prioritas kebijakan penting lainnya
Outlook (WEO) Oktober 2018, dan 3,6% pada 2020 (turun adalah 1) kebijakan moneter dalam memastikan inflasi
0,1% dari proyeksi WEO Oktober 2018) pada WEO April yang stabil dan sesuai target, 2) kebijakan fiskal dalam
2019. Berdasarkan asesmen terakhir Juli 2019, IMF kembali menyeimbangkan trade-off antara mendorong permintaan
menurunkan proyeksi pertumbuhan global menjadi 3,2% dan menjaga tingkat utang publik yang sustainable, 3)
pada 2019 dan 3,5% pada 2020. Perlambatan tersebut peningkatan inklusivitas, dan 4) memperkuat resiliensi.
disebabkan meningkatnya tensi perdagangan Tiongkok Selain itu, topik mengenai kebijakan yang terintegrasi
dengan AS, yang berimbas kepada penurunan kepercayaan Integrated Policy Framework (IPF) juga mengemuka
di kalangan bisnis maupun rumah tangga. Faktor risiko pada Pertemuan Musim Semi IMF-World Bank 2019. IPF
lain yang perlu menjadi perhatian adalah kemungkinan merupakan alat kebijakan makroekonomi untuk merespons
kembali memburuknya konflik dagang. Kondisi ini dapat guncangan eksternal, baik dari sisi manfaat maupun trade
menurunkan confidence dan investasi, perlambatan lebih off, sehingga terbentuk framework terintegrasi untuk
dalam dari perkiraan di Tiongkok, no-deal Brexit, global instrumen (tools) moneter, nilai tukar, makroprudensial, dan
imbalances, kerentanan sektor keuangan akibat tingkat Capital Flows Management (CFM).
utang publik dan swasta yang tinggi, dan pengetatan
kondisi keuangan secara tiba-tiba. Menanggapi perkembangan ekonomi global dan risiko
yang membayangi, Bank Indonesia menilai kawasan Asia
Isu tersebut juga mengemuka pada Pertemuan BIS Pasifik perlu mewaspadai risiko perang dagang, terutama
Bimonthly pada Mei dan Juni 2019. Topik pembahasan imbasnya terhadap perdagangan dan keuangan. Terlebih
meliputi respons kebijakan bank sentral saat perekonomian mengingat situasi yang dialami global dinilai bukan
mulai melemah (What can policy do when the boom bersifat sementara. Tantangan terbesar bagi kawasan
ends?). Risiko bagi ekonomi global dinilai berasal adalah memperkuat stabilitas sektor eksternal sambil
dari ketidakpastian kebijakan, khususnya kebijakan memanfaatkan momentum pertumbuhan yang ada. Terkait
perdagangan. Sebagai reaksi dari kondisi tersebut, ini, Bank Indonesia terus menerapkan bauran kebijakan
terjadi perubahan signifikan reaksi pasar, posisi kebijakan (policy mix) untuk memperkuat stabilitas eksternal dan
moneter, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi perekonomian global untuk 2019 dan 2020 direvisi
ke bawah, terutama sejak akhir 2018. Diperkirakan baru Untuk memperkuat stabilitas makro dan sistem
secara perlahan meningkat di akhir 2019, seiring asumsi keuangan global, negara-negara G20 membahas
meredanya tensi ketegangan hubungan perdagangan. isu ketidakseimbangan global (global imbalances),
Pandangan serupa disampaikan IMF dan AMRO dalam infrastruktur, dan reformasi sektor keuangan. Pada
pertemuan tingkat Gubernur Bank Sentral serta Menteri pertemuan Deputi dan Gubernur Bank Sentral serta

65
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Menteri Keuangan G20 Juni 2019, excessive imbalances 16 Mei 2019 dengan tema “Indonesian Recent Economic
dinilai semakin terkonsentrasi di negara maju. Kondisi Development and Policy Update, Q1-2019”.
tersebut berpotensi menimbulkan risiko, berupa
Dalam penerbitan SUN, Bank Indonesia menjadi bagian
pembalikan arah aliran modal dari negara berkembang
dari delegasi Indonesia pada roadshow penerbitan SUN
dan penerapan kebijakan proteksionisme. Negara-negara
valuta asing, yaitu Samurai Bond dan Euro Bond masing-
G20 pun diharapkan melanjutkan reformasi struktural dan
masing pada April dan Juni 2019. Roadshow bertujuan
memastikan fleksibilitas nilai tukar sebagai mekanisme
menyampaikan informasi terkini mengenai kondisi dan
automatic adjustment. Pada pertemuan tersebut,
kebijakan perekonomian Indonesia pada investor saat ini
Bank Indonesia menyampaikan excessive imbalances
(existing investor) dan investor potensial di Jepang dan
berpotensi menimbulkan risiko bagi perekonomian
Eropa. Kegiatan roadshow dilaksanakan dalam bentuk
suatu negara dan dapat berdampak pada perekonomian
one-on-one meeting dan group meeting.
global. Karena itu, asesmen terhadap external sector
(Balance of Payment) suatu negara perlu dilakukan secara Bank Indonesia senantiasi aktif melakukan pengelolaan
komprehensif, termasuk keperluan pembiayaan defisit. persepsi positif perekonomian Indonesia, baik di dalam
Terkait mekanisme automatic adjustment melalui nilai negeri maupun di luar negeri. Di luar negeri, Bank Indonesia
tukar yang fleksibel, Bank Indonesia mengingatkan proses melakukan sejumlah pertemuan dengan investor (Bank of
penyesuaian tersebut beragam, sesuai kondisi setiap America Merrill Lynch, BNP Paribas, Barclays, HSBCA
negara. Bank Indonesia sependapat mengenai perlunya dan JP Morgan) dan berkoordinasi dengan perwakilan
terus mendorong reformasi struktural dalam menghadapi Indonesia di luar negeri (KBRI dan IIPC) melalui Dedicated
excessive imbalances. Team Meeting dalam kerangka Global Investor Relations
Unit (GIRU). Upaya peningkatan persepsi positif juga
Selain itu, guna mencari alternatif solusi penyelesaian
dilakukan kepada investor investasi langsung (direct
pembayaran perdagangan dengan negara terkena sanksi
investment) melalui kerja sama dalam penyelenggaraan
seperti Rusia, Bank Indonesia melakukan pertemuan
kegiatan promosi investasi. Kegiatan tersebut dilakukan
pertama Working Group on Banking and Finance (WGBF)
pada High Level Seminar di tiga kota, yaitu Tokyo, Nagoya,
Indonesia – Rusia pada 23 Mei 2019 di Jakarta. Pertemuan
dan Osaka (22-24 Mei 2019). Selain itu, Bank Indonesia
dihadiri Bank Indonesia, Bank Sentral Rusia (CBRF), dan
bekerja sama dengan KJRI Osaka, menyelenggarakan
instansi terkait, seperti OJK, Kemenko Perekonomian, dan
Indonesia-Japan Business Forum (IJBF) pada 26-27
Kementerian Luar Negeri. Pembahasan meliputi sharing
Juni 2019, sebagai ajang promosi investasi proyek
pemahaman terkait sanksi terhadap Rusia, pembahasan
Pemerintah Daerah yang clean and clear. Dalam gelaran
usulan alternatif penyelesaian pembayaran transaksi
itu, terjadi penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara
perdagangan bilateral, dan pembahasan amandemen
investor dengan Pemerintah Daerah. Berbagai pertemuan
MoU BI-CBRF.
di luar negeri dengan stakeholder strategis merupakan
Selain menghadiri berbagai pertemuan internasional, media yang sangat efektif untuk membangun jejaring,
Bank Indonesia melakukan pengelolaan persepsi positif menjelaskan, serta menjawab concerns stakeholder hingga
perekonomian Indonesia untuk mendukung stabilitas pada akhirnya mampu meningkatkan persepsi positif
makroekonomi dan sistem keuangan. Secara konsisten stakeholder terhadap ekonomi Indonesia dan menarik
Bank Indonesia melakukan (i) investor briefing, (ii) investor investasi asing ke Indonesia
conference call, (iii) temu investor dalam rangka penerbitan
Bank Indonesia juga berperan aktif dalam kerja sama
Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dalam valuta asing,
internasional yang membahas integrasi ekonomi dan
(iv) kegiatan peningkatan persepsi positif, (v) pelaksanaan
keuangan. Di tingkat regional, Bank Indonesia berpartisipasi
program Regional IRU (RIRU), serta (vi) kegiatan rutin lain
dalam rangkaian pertemuan tingkat Gubernur Bank Sentral
seperti pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia
dan Menteri Keuangan ASEAN dan ASEAN+3 di Chiang
pada website IRU.
Rai, Thailand, 2-5 April 2019. Dalam kesempatan tersebut,
Selama Triwulan II 2019, investor briefing dilakukan dengan dilaksanakan penandatanganan protokol ke-8 ASEAN
beberapa investor portofolio antara lain BNP Paribas, Framework Agreement on Services (AFAS). Dalam protokol
Standard Chartered Bank, CIMB, Morgan Stanley, UBS, ini, Indonesia menegaskan komitmen sektor asuransi
JP Morgan, dan CGS CIMB. Kegiatan investor briefing jiwa (diklasifikasikan atas konvensional dan takaful) yang
diharapkan mampu meningkatkan keyakinan pelaku pasar memang sudah menjadi komitmen di WTO. Sementara itu,
internasional (market confidence) terhadap perekonomian proses negosiasi protokol ke-9 AFAS masih berlangsung
Indonesia. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dan ditargetkan selesai pada akhir 2019.
juga menjadi pembicara dalam investor conference call

66
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Dalam kesempatan yang sama Bank Indonesia dan Bank


3.1.6. Pengelolaan Utang Luar Negeri
of Thailand (BOT) menandatangani Nota Kesepahaman di
bidang sistem pembayaran dan inovasi keuangan, serta Anti Sesuai amanat Pasal 53 Undang-Undang Bank Indonesia,
Pencucian Uang/Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/ untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia,,
PPT). Nota Kesepahaman ini sedikitnya mencakup tiga Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar negeri,
tujuan, yaitu (i) memperkuat kerja sama sistem pembayaran menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan
guna mendukung tersedianya sistem pembayaran yang kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar
aman, cepat, efisien, dan andal; (ii) mendorong inovasi negeri. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia melakukan
keuangan; dan (iii) memperkuat implementasi kebijakan pembayaran kewajiban Pemerintah atas beban rekening
APU PPT. Nota Kesepahaman ini merupakan landasan Pemerintah pada Bank Indonesia berdasarkan ketentuan
pelaksanaan berbagai kerja sama Bank Indonesia dan yang disepakati antara Pemerintah dan pemberi pinjaman.
BOT ke depan yang diimplementasikan dalam bentuk
dialog kebijakan, pertukaran informasi, kolaborasi inovasi, Bank Indonesia juga melakukan penatausahaan,
dan pengembangan kapasitas. penarikan/pembayaran serta penyusunan laporan Utang
Luar Negeri (ULN) Pemerintah. ULN Pemerintah terdiri
Bank Indonesia pun terlibat aktif dalam negosiasi kerja atas pinjaman luar negeri, seperti pinjaman bilateral
sama perdagangan dan investasi internasional pemerintah. dan multilateral, serta Surat Berharga Negara (SBN)
Keterlibatan Bank Indonesia saat ini diprioritaskan pada Internasional seperti Samurai Bonds dan Sukuk Global.
pengamanan ruang kebijakan (policy space) dalam Penarikan ULN Pemerintah dilakukan untuk membiayai
menjaga stabilitas moneter, sistem keuangan, dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
sistem pembayaran, serta menjaga keselarasan proses Selain itu juga membiayai pengelolaan portofolio utang.
pembukaan akses pasar sesuai rencana pengembangan Penarikan ULN Pemerintah dilakukan melalui transfer
sektor jasa keuangan kewenangan Bank Indonesia. langsung ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN) atau
Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia terlibat dalam rekening khusus, pembayaran langsung, pembukaan letter
negosiasi kerja sama ASEAN Coordinating Committee of credit (L/C), atau pembiayaan pendahuluan.
on Electronic Commerce (ACCEC), ASEAN Working
Committee on Financial Services Liberalisation (WC-FSL), Selama Triwulan II 2019, realisasi penarikan ULN Pemerintah
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), mencapai 4,28 miliar dolar AS, terutama didominasi oleh
Indonesia-European Union Comprehensive Economic penerbitan perdana (new issuance) Samurai Bonds senilai
Partnership Agreement (IEU-CEPA), serta Indonesia- 177 miliar Yen Jepang pada 22 Mei 2019. Samurai Bonds
Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement tersebut seluruhnya dimiliki oleh bukan penduduk dan
(IK-CEPA). Sedangkan fokus diplomasi Bank Indonesia dicatat sebagai ULN Pemerintah dan diterbitkan dalam
adalah: (i) ruang kebijakan terkait pengembangan enam seri. Keenam seri tersebut adalah seri RIJPY0522
sistem pembayaran yang sesuai dengan blueprint sebesar 75,7 miliar Yen Jepang, seri RIJPY0524 sebesar
sistem pembayaran Indonesia 2025 (termasuk kebijakan 80,2 miliar Yen Jepang, seri RIJPY0526 sebesar 4,5 miliar
manajemen data untuk tujuan pengaturan/ prudensial), (ii) Yen Jepang, seri RIJPY0529 sebesar 7,6 miliar Yen Jepang,
pemberlakuan prudential measures yang berdampak pada seri RIJPY0534 sebesar 4,0 miliar Yen Jepang, dan seri
semua sektor ekonomi (termasuk investasi asing), serta (iii) RIJPY0539 sebesar 5,0 miliar Yen Jepang.
pengecualian prohibition of performance requirements dari
sektor jasa keuangan.

Tabel 3.3. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah


2017* 2018** 2019**
(Juta USD) Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total Tw 1 Tw 2
Bilateral 110,1 328,4 222,2 767,8 1.428,5 379,6 53,2 104,6 1.314,8 1.852,3 84,5 29,8
Multilateral 501,9 349,0 569,0 302,1 1.722,1 873,6 61,8 1.336,9 128,9 2.401,2 552,9 1.044,6
Bank Komersial 91,2 130,6 118,7 173,6 514,1 58,7 97,9 68,6 97,2 322,4 23,9 57,8
Pemasok - - - - - - 6,2 7,0 - 13,3 - -
SBN Internasional 2.700,0 905,3 2.881,6 3.666,0 10.152,9 2.700,0 2.916,8 - 2.773,3 8.390,0 1.816,0 3.146,3
Total 3.403,2 1.713,4 3.791,5 4.909,5 13.817,5 4.012,0 3.135,9 1.517,2 4.314,1 12.979,2 2.477,3 4.278,5
Sumber : Kementerian Keuangan
*) Angka-angka sementara
**) Angka-angka sangat sementara

67
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Tabel 3.4. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah
2017* 2018** 2019**
(Juta USD) Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total Tw 1 Tw 2
Bilateral 460,3 1.063,8 494,2 1.054,7 3.073,0 535,4 1.059,6 571,3 1.147,1 3.313,3 595,9 1.012,2
Multilateral 335,8 701,9 313,1 676,4 2.027,3 390,6 664,1 556,5 733,1 2.344,3 731,0 887,8
Bank Komersial 103,0 371,3 146,0 405,0 1.025,4 136,9 384,6 126,1 416,7 1.064,2 142,3 390,3
Pemasok 3,0 - 3,1 - 6,0 3,1 - - - 3,1 - -
SBN Internasional 1.817,6 - 390,1 309,3 2.517,0 2.811,0 416,6 1.262,2 1.312,2 5.801,9 4.301,2 1.013,8
Total 2.719,7 2.137,0 1.346,5 2.445,4 8.648,7 3.877,0 2.524,9 2.516,0 3.609,0 12.526,9 5.770,4 3.304,1
Sumber : Statistik ULN Indonesia
*) Angka-angka sementara
**) Angka-angka sangat sementara

Pemerintah juga menerbitkan SUN berdenominasi euro 3.1.7. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
(EUR) dan dolar AS (USD) pada 18 Juni 2019, yang terdiri
Perkembangan penerimaan DHE secara akumulatif selama
atas (i) seri RIEUR0926 sebesar 0,75 miliar Euro, (ii) seri
Triwulan II 20199 menunjukkan penurunan dibanding
RI0929 sebesar 0,75 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut,
periode yang sama tahun 2018. Penerimaan DHE secara
porsi kepemilikan bukan penduduk dan dicatat sebagai
nominal melalui bank devisa dalam negeri tercatat menurun
ULN Pemerintah adalah (i) seri RIEUR0425 sebesar 0,74
dari 24,4 miliar dolar AS menjadi 23,0 miliar dolar AS. Di
miliar Euro, serta (ii) seri RI0428 sebesar 0,68 miliar dolar
sisi lain, pangsa penerimaan DHE ke bank domestik pada
AS. Secara keseluruhan, total SBN Internasional yang
periode tersebut mengalami peningkatan pertumbuhan
dimiliki bukan penduduk dan dicatat sebagai ULN setara
dari 91,3% menjadi 94,7%. Penerimaan DHE melalui bank
dengan 3,15 miliar dolar AS.
di luar negeri, dari sisi nominal, mengalami penurunan dari
Pada triwulan laporan, realisasi pembayaran ULN 1,7 miliar dolar AS menjadi 725 juta dolar AS atau dari
Pemerintah mencapai 3,30 miliar dolar AS, terutama untuk pangsanya menurun dari 7,0% menjadi 3,1%.
pembayaran SBN Internasional sebesar 1,01 miliar dolar
Berdasarkan pemantauan penerimaan DHE melalui
AS (Tabel 3.4). Pembayaran ULN Pemerintah dilaksanakan
laporan Rincian Transaksi Ekspor (RTE) yang disampaikan
berdasarkan instruksi pembayaran dari Kementerian
eksportir melalui bank devisa, diketahui penerimaan DHE
Keuangan, sesuai rencana pembayaran dari administrasi
didominasi lima komoditas utama. Kelima komoditas
data ULN Pemerintah pada Debt Management and
tersebut adalah batu bara (coal), minyak sawit (palm oils),
Financial Analysis System (DMFAS).
tekstil dan produk tekstil (textile and textile product), bahan
Aspek utama dalam pembayaran ULN Pemerintah adalah kimia (chemical) serta mesin dan mekanik (machinary and
terlaksananya pembayaran cicilan pokok dan bunga mechanic).
secara akurat dan tepat waktu. Hal ini penting karena
Bank Indonesia senantiasa melakukan pemantauan
berpengaruh terhadap reputasi Bank Indonesia dan
pemenuhan ketentuan DHE terhadap eksportir.
Republik Indonesia dalam memenuhi kewajiban kepada
Ketidakpatuhan dikenakan sanksi adminsitratif berupa
pihak pemberi pinjaman (lender). Bank Indonesia harus
denda dan sanksi penangguhan atas pelayanan ekspor.
dapat menjamin ketersediaan jumlah dan jenis valuta asing
Selama Triwulan II 2019, jumlah eksportir yang dikenakan
yang diperlukan Pemerintah sesuai dengan jumlah dan
sanksi administratif berupa denda tercatat 372 eksportir,
jenis valuta pinjaman yang dibayarkan.
menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
Secara rutin Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan sebanyak 416 eksportir. Sementara itu, jumlah eksportir
Kementerian Keuangan guna mendukung kinerja penarikan yang dikenakan sanksi penangguhan atas pelayanan
dan pembayaran ULN Pemerintah yang akurat dan tepat ekspor mencapai 51 eksportir, meningkat dibanding
waktu. Selain itu, hal tersebutjuga untuk menjaga akurasi triwulan sebelumnya 38 eksportir. Sedangkan eksportir
data realisasi penarikan dan pembayaran ULN Pemerintah. yang dibebaskan dari sanksi penangguhan pelayanan
Salah satu agenda koordinasi adalah rekonsiliasi data ekspor, karena telah membayar denda dan memenuhi
realisasi penarikan dan pembayaran (secara bulanan) serta kewajiban memasukkan DHE, tercatat 17 eksportir.
data posisi (secara triwulanan).

9 Data April – Mei 2019

68
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan efektivitas sektor eksternal Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga
pemantauan DHE, dengan menjalin koordinasi dengan memublikasikan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
instansi, lembaga dan asosiasi terkait agar pelaksanaan (SULNI) periode Februari sampai dengan April 2019, serta
kebijakan DHE dapat berjalan lebih efektif. Instansi data posisi cadangan devisa periode Maret sampai dengan
tersebut antara lain SKK Migas, Kementerian Keuangan Mei 2019.
(Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal
Terkait sistem keuangan, Bank Indonesia memublikasikan
Pajak, serta Pusat Sistem Informasi dan Teknologi
Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI). Statistik ini
Keuangan), dan Kementerian Energi dan Sumber Daya
memuat data/indikator perkembangan sistem keuangan,
Mineral. Upaya tersebut diformalkan dalam penyusunan
termasuk Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Nota Kesepahaman (NK) dengan Kementerian Keuangan
Rupiah (SP-PUR) sebagai bagian mendukung kebijakan
terkait penyusunan Sistem Informasi Monitoring Devisa
makroprudensial/Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
Terintegrasi Seketika (SiMoDIS) yang ditandatangani pada
di Indonesia. SSKI merupakan hasil kolaborasi Bank
Januari 2019. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan
Indonesia dengan Kementerian Keuangan, Otoritas
sosialisasi maupun coaching clinic bagi eksportir dan bank
Jasa Keuangan (OJK), PT Bursa Efek Indonesia (BEI),
devisa dalam negeri dengan tujuan untuk meningkatkan
serta instansi terkait lainnya. Publikasi ini dapat diakses
kualitas pelaporan Rincian Transaksi Ekspor (RTE).
melalui situs Bank Indonesia. Publikasi terkini menyajikan
beberapa data sampai Mei 2019.

3.1.8. Pelaksanaan Kegiatan Statistik, Survei, dan


Liaison untuk Mendukung Perumusan Kebijakan 3.1.8.2. Pelaksanaan Survei

Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik guna Bertujuan mengetahui kondisi terkini sektor riil dan sektor
mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan. keuangan, Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai
Kegiatan statistik dimaksud antara lain mengumpulkan dan survei, baik rutin maupun tidak rutin. Survei rutin Bank
mengolah data dan informasi ekonomi, moneter, sistem Indonesia antara lain Survei Konsumen (SK) dan Survei
keuangan, serta menyusun laporan dan analisisnya. Selain Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan setiap bulan;
itu, Bank Indonesia juga menyelenggarakan berbagai jenis serta Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga
survei dan liaison terkait kondisi ekonomi, moneter, sistem Properti Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SBank),
keuangan, termasuk sektor riil. dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME)
yang dilakukan setiap triwulan.
3.1.8.1. Publikasi Statistik Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia bekerja sama dengan
Bank for International Settlement (BIS) menyelenggarakan
Di sektor moneter dan fiskal, pada Triwulan II 2019 Bank
survei tiga tahunan mengenai aktivitas pasar valas dan
Indonesia menerbitkan statistik Uang dan Bank, Kegiatan
derivatif di Indonesia (Triennial Central Bank Survey of
Usaha Lembaga Keuangan Nonbank, Pasar Uang dan
Foreign Exchange and Derivatives Market Activity). Survei
Pasar Modal, dalam publikasi Statistik Ekonomi Keuangan
dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi
Indonesia (SEKI) dan dapat diakses melalui situs Bank
komprehensif mengenai ukuran dan struktur pasar valas
Indonesia. Bank Indonesia juga merilis Analisis Uang
dan pasar derivatif Over The Counter (OTC). Informasi ini
Beredar dan Faktor yang Memengaruhinya secara bulanan
mampu meningkatkan transparansi sekaligus membantu
untuk periode April-Mei 2019. Selain itu, pada akhir
otoritas moneter dan pelaku pasar dalam monitoring pola
Triwulan II 2019, Bank Indonesia juga memublikasikan
aktivitas dan eksposur dalam sistem keuangan global.
Statistik Utang Sektor Publik (SUSPI) periode Triwulan I
2019 pada situs Bank Indonesia, dan merupakan publikasi Selain melakukan survei rutin, Bank Indonesia juga
bersama Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. melakukan survei bertopik khusus, yaitu Survei Khusus
Sektor Riil (SKSR). Selama Triwulan II 2019, dilaksanakan
Di sektor eksternal, pada Triwulan II 2019 Bank Indonesia
SKSR dengan topik Pola Pendapatan dan Perilaku
memublikasikan statistik Neraca Pembayaran Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga, yang bertujuan mengidentifikasi
(NPI) dan statistik Posisi Investasi Internasional (PII)
pola, tren, dan prospek pendapatan masyarakat, serta
Indonesia, masing-masing untuk periode Triwulan I 2019.
mengidentifikasi adanya perubahan perilaku konsumsi
Rilis kedua jenis statistik tersebut disertai laporan lengkap
masyarakat.
yang menjelaskan secara komprehensif perkembangan

69
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Sebagai upaya mendukung pelaksanaan tugas POKJA c. FGD untuk mendukung penyusunan Neraca
III, Bank Indonesia menyelenggarakan Survei Efektivitas Pembayaran Indonesia (NPI) dengan PT Pertamina
Dampak Paket Kebijakan Ekonomi (PKE). Informasi hasil (Persero) terkait produksi, konsumsi, dan ekspor gas
survei digunakan sebagai masukan bagi Pemerintah untuk dari pelaku usaha, dengan PT Outocomp System
meningkatkan efektivitas PKE, khususnya mendorong Indonesia dan PT Nielsen Company Indonesia terkait
kinerja ekspor. Survei tersebut dilakukan pada 239 sektor jasa (pelaku digital trade jasa).
perusahaan skala menengah besar yang masuk dalam
d. Rapat Koordinasi (Rakor) terkait publikasi NPI TriwulanI
industri prioritas, seperti otomotif, tekstil dan produk tekstil
2019 dengan sejumlah Kementerian dan Lembaga
(TPT), alas kaki, perikanan dan kopi, dan sejumlah industri
(K/L) seperti Kemenko Perekonomian, Kementerian
ekspor unggulan lainnya. Informasi yang diperoleh antara
Keuangan, Bappenas, BPS, KSEI, BEI, Kementerian
lain mengenai kendala dan hambatan dari pelaku usaha
ESDM, dan Pertamina. Selain itu dilaksanakan juga
dalam melakukan kegiatan ekspor dan perizinan investasi.
FGD untuk memperoleh informasi terkait Outlook NPI
Selain survei, Bank Indonesia juga melakukan in-depth 2019.
interview melalui kegiatan Liaison pada pelaku bisnis
e. Pertemuan koordinasi dan knowledge sharing
utama (keybusiness persons). Tujuannya memperoleh
dengan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait rencana
informasi dan pandangan pelaku bisnis utama terhadap
penyusunan Indeks Harga Ekspor Impor berbasis
kondisi perekonomian terkini dan ke depan.
pada HS 2017. Juga terkait sinergi dalam perolehan
data e-commerce antara BI dan BPS, serta data dari
3.1.8.3. Kerja Sama dengan Stakeholder Kementerian/Lembaga terkait lain, sehingga dapat
diketahui pangsa e-commerce dalam PDB. Kerja
Upaya memperoleh data dan/atau informasi terkini guna sama dengan BPS juga dilakukan pada kegiatan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta sebagai workshop PDB Triwulan I 2019 sebagai narasumber
input dalam kompilasi statistik dan penyusunan analisis, BPS pada Mei 2019.
Bank Indonesia aktif dan berkesinambungan menjalin
komunikasi dan kerja sama dengan berbagai stakeholder f. Terkait keanggotaan dalam Committee on Payment
terkait. Salah satunya melalui penyelenggaraan Focus and Market Infrastructure (CPMI) Bank for International
Group Discussion (FGD), pertemuan koordinasi, atau Settlements (BIS), Bank Indonesia berkoordinasi
menyelenggarakan workshop. dan bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan,
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan
Pada Triwulan II 2019, diselenggarakan serangkaian FGD PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dalam
dan rapat koordinasi (rakor) yang melibatkan beberapa penyusunan The Red Book Statistics periode data
instansi/lembaga terkait, serta workshop. Penyelenggaraan 2018. Rencananya, hasil penyusunan tersebut
FGD dilaksanakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan disampaikan ke BIS pada Triwulan IV 2019, dan
data sekunder, juga sebagai bentuk knowledge sharing dipublikasikan di website BIS pada Triwulan I 2020.
dan tindak lanjut koordinasi, antara lain : The Red Book Statistics adalah publikasi tahunan
yang menyajikan data sistem pembayaran, kliring,
a. FGD dengan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
dan setelmen dari negara-negara anggota CPMI –
(KSEI) terkait indikator pasar keuangan untuk
BIS.
memperoleh data outstanding Medium Term Notes
(MTN), Negotiable Certificate of Deposit (NCD) dan g. Bank Indonesia bekerja sama dengan Otoritas Jasa
Obligasi Harian serta transaksi saham dan obligasi di Keuangan berpartisipasi rutin dalam melakukan
pasar primer dan sekunder, termasuk transaksi dan updating the IMF’s Annual Financial Access
outstanding repo saham dan obligasi korporasi. Survey (FAS). FAS yang diselenggarakan Statistics
Department (STA) – IMF secara tahunan, bertujuan
b. FGD dengan Badan Halal setingkat Kementerian
mengumpulkan dan mendiseminasikan data
yaitu Perkumpulan Pariwisata Halal (PPHI) terkait
geographic and demograpic outreach terhadap akses
indikator Ekonomi dan Keuangan Syariah terkait
pelayanan dasar jasa keuangan di suatu negara.
upaya menggali data dan informasi di sektor industri
jasa halal, seperti industri jasa travel wisata halal h. Dalam kerja sama persiapan penerbitan Surat
(termasuk hotel dan transportasi, serta daftar pelaku Berharga Negara (SBN), Kementerian Keuangan
usaha wisata halal). selalu melibatkan Bank Indonesia terkaitl penjelasan
data dan informasi statistik moneter dan neraca

70
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

pembayaran dalam prospektus. Bank Indonesia secara formal “Komite Koordinasi dan Kerja sama
menjadi salah satu anggota Tim Swasunting Penyusunan Sectoral Accounts Indonesia” melalui
(Proofread) penyusunan prospektus guna persiapan Keputusan Menteri Keuangan, KMK No. 809/
penerbitan Surat Utang Negara dalam Valas (Euro dan KMK.010/2018 pada 10 Desember 2018. Workshop
Dolar AS) Tahun 2019 di Singapura pada 23-24 Mei tersebut membahas harmonisasi antar neraca serta
2019. alignment dengan statistik lain sebagai sumber data
sectoral account, penggunaan data administrasi
i. Bank Indonesia berpartisipasi dalam kegiatan antara lain data pajak, dan kerja sama antar lembaga
Indonesia Non-Deal Road Show yang diselenggarakan penyedia sumber data dan penyusun.
Mandiri Sekuritas di Singapura pada 11 Juni 2019.
Kegiatan ini bertujuan menyampaikan update c. Menghadiri pertemuan global conference G20 Data
perkembangan kondisi perekonomian Indonesia Gap Initiative (DGI) dilaksanakan di Washington
terkini di tengah volatilitas perekonomian global. D.C., USA pada tanggal 12-13 Juni 2018. Agenda
Selain itu disampaikan pula outlook dan arah kebijakan pertemuan Global Conference G-20 tersebut antara
ekonomi makro Indonesia. Bank Indonesia juga lain mencakup (i) overview progress pencapaian
menyampaikan perkembangan indikator ekonomi rekomendasi pada kedua implementasi DGI-II (ii)
makro terkini berdasar hasil survei dan pengolahan tantangan pemenuhan rekomendasi kedepan; (iii)
big data sharing pemanfaatan data DGI-II oleh negara-negara
anggota, (iv) rencana program DGI-II tahun 2020.
Indonesia secara umum sudah memenuhi sebagian
3.1.8.4. Pemenuhan Komitmen Internasional besar rekomendasi DGI-2 sesuai target dan seluruh
rekomendasi diupayakan dipenuhi pada akhir periode
Dalam kerangka pemenuhan komitmen Indonesia
DGI fase 2 pada 2021.
terhadap G-20 Data Gaps Initiatives (DGI) Phase-II,
terdapat beberapa hal yang dilakukan Bank Indonesia d. Melanjutkan kolaborasi dengan BPS dalam
pada Triwulan II 2019, antara lain: pemenuhan Recommendation II.8 DGI mengenai
Sectoral Account. Bank Indonesia bersama Badan
a. Menghadiri G-20 Thematic Workshop on Government
Pusat Statistik (BPS) melakukan pertemuan teknis
Finance and Public Sector Debt Statistics pada
rekonsiliasi data sectoral account. Kegiatan tersebut
tanggal 17-18 April 2019, di Washington DC. Topik
dilakukan untuk memperoleh data statistik yang
bahasan workshop antara lain: Overview of DGI-2
Credible, Reliable, Accurate, Timeliness, and
and current data reporting on Rec.II.15 and Rec.II.16;
Accessible (CRATA) dalam pemenuhan penyusunan
DGI “Traffic Light” Monitoring System: Introduction
statistik Sectoral Account sesuai komitmen Indonesia.
and Country Specific Status; Country Interventions on
Developing Data for GFS & PSDS; Overcoming Source e. Bank Indonesia bersama dengan Kementerian
Data Constraints in Reporting; and Way Forward/ Keuangan melakukan penyusunan, pengembangan,
Actions. Status progress penyusunan dan pelaporan dan diseminasi Statistik Utang Sektor Publik atau
GFS serta PSDS Indonesia saat ini “achieved” IMF Public Sector Debt (PSD) pada website Bank
dan World Bank menyampaikan apresiasi terhadap Indonesia dan Kementerian Keuangan periode
Indonesia atas status statistik GFS dan PSDS Triwulan I 2019. Dalam penyusunan statistik PSD,
yang sudah mencapai target sampai 2021. Upaya Bank Indonesia melakukan kompilasi data utang
penyempurnaan diharapkan terus dilakukan negara sektor Public Nonfinancial Corporation dan Public
penyusun statistik guna meningkatkan cakupan data Financial Corporation serta menyampaikannya
dan informasi. kepada Kementerian Keuangan RI, untuk kemudian
digabungkan dengan data lainnya dan disampaikan
b. Pada G-20 Thematic Workshop on Institutional Sector
kepada World Bank secara triwulanan. Penyusunan
Accounts tanggal 24-26 April 2019, di Paris, Bank
data PSD tersebut merupakan salah satu wujud
Indonesia mempresentasikan materi pada sesi terkait
komitmen Indonesia dalam pemenuhan G-20 DGI-
koordinasi antar lembaga dengan judul “Strengthened
2 Recommendation II.16. Diseminasi data PSD
Institutional Arrangement for Compiling Sectoral
dapat diakses pada website Bank Indonesia (http://
Accounts of Indonesia”. Dalam presentasi tersebut
www.bi.go.id/id/statistik/suspi/Default.aspx) dan
dijelaskan penyusunan Sectoral Account bagi
Kementerian Keuangan RI (http://www.djppr.
Indonesia sangat penting sehingga perlu adanya
kemenkeu.go.id/).
komitmen antar instansi terkait melalui pembentukan

71
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
f. Bank Indonesia menyempurnakan penyusunan
3.1.8.5. Partisipasi dalam Fora Internasional
statistik Debt Securities (DS) sebagai salah satu
pemenuhan Recommendation II.7 G-20 DGI-2. Selain dalam kerangka G-20 DGI, Bank Indonesia pada
Upaya yang dilakukan adalah menggelar diskusi Triwulan II 2019 secara aktif berperan dalam berbagai fora
bersama Kementerian Keuangan RI sebagai statistik internasional, yaitu:
mitra kerja penyusunan statistik. Statistik DS
selama ini dipublikasikan melalui website Bank a. OECD Informal Advisory Group on Measuring GDP
for International Settlement (BIS) dalam periode in the Digital Economy dan Eurostat-OECD Meeting
triwulanan dan tahunan. Selain itu, Bank Indonesia on the Measurement of Prices and Volumes in a
juga mengupayakan perolehan data market value Digitalised World pada 1-3 Juli 2019 di Paris. Kedua
untuk government securities dengan berbagai pihak pertemuan tersebut merupakan inisiatif OECD dan
termasuk Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). Eurostat dengan agenda berbagi pengetahuan dan
Pada akhir Mei 2019, Bank Indonesia menyampaikan pengalaman antarnegara dalam pengukuran aktivitas
statistik DS outstanding based on nominal value dan ekonomi digital, khususnya terkait output (national
market value (partially) pada BIS untuk posisi data accounts) serta harga dan volume. Pertemuan dihadiri
Desember 2018. kurang lebih 75 perwakilan dari statistics office, bank
sentral, dan organisasi internasional seperti OECD,
g. Bank Indonesia menyempurnakan penyusunan IMF, dan Eurostat. Pertemuan membahas mengenai
Locational Banking Statistics (LBS) sehingga menjadi perhitungan kegiatan ekonomi digital di negara-
compliant dengan LBS Stage 2 Reporting Guidelines, negara peserta, terutama mengenai sumber data
sebagai pemenuhan Recommendation II.11 G-20 dan metodologi yang digunakan dalam melengkapi
DGI-2, sejak periode data Triwulan I 2017. LBS selama informasi dalam digital supply and use tables. Selain
ini dipublikasikan melalui situs Bank for International itu dibahas pula isu-isu terkait metodologi dan
Settlements (BIS) dalam periode triwulanan. Selain tantangan dalam pencatatan statistik harga dan
itu, Bank Indonesia juga telah melaporkan statistik volume di tengah perkembangan ekonomi digital yang
Financial Soundness Indicators (FSIs) sebagai tumbuh cepat. Sebagai tindak lanjut pertemuan ini,
salah satu pemenuhan Recommendation II.2 G-20 OECD mengimbau masing-masing negara menyusun
DGI-2. FSIs selama ini dipublikasikan melalui situs statistik harga dan national accounts terkait ekonomi
International Monetary Fund (IMF) dalam periode digital sesuai perluasan Supply and Use Table (SUT)
triwulanan. Penyusunan FSIs Indonesia dilakukan dan menggunakan metodologi yang dipaparkan.
berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam jangka pendek, penyusunan dapat difokuskan
pada produk digital dan industri pendukung ekonomi
h. Terkait pemenuhan main target statistik sektor
digital serta digital intermediary platform.
eksternal pada rec#10-International Investment
Position (IIP) dan Rec#13-Coordinated Direct b. Special Session back to back dengan Expert Group
Investment Survey (CDIS), Bank Indonesia secara Meeting on National Account pada 9-12 April 2019 di
rutin mendiseminasikan data IIP secara kuartalan Palais des Nations, Geneva. Special Session Meeting
dengan lag 1 kuartal, dan menyampaikan data Direct yang diselenggarakan United Nations Economic
Investment (DI) inward ke IMF melalui Integrated Commission for Europe (UNECE), bekerja sama
Correspondence System (ICS). Sementara, terkait dengan European Free Trade Association (EFTA),
intermediate target di 2019 untuk menyampaikan Eurostat dan United Nations Statistics Division,
sektor institusi IIP yang lebih detil dengan merinci dilaksanakan pada 9 April 2019. Sesi ini membahas
Other Sectors menjadi Other Financial Corporation rekomendasi dari Manual Guide to Measuring Global
(OFC) dan Non Financial Corporation (NFC), dan Production, termasuk permasalahan terkait koordinasi
menyampaikan data CDIS-DI outward. Bank antar institusi dan isu ketersediaan data. Sementara
Indonesia sedang dalam proses memenuhi itu, pertemuan expert groups on national account
rekomendasi tersebut dengan menyusun data dilaksanakan pada 10-12 April 2019, membahas
granular IIP (termasuk data DI) sampai level individu Large Cases Unit (LCU) dari sisi pembentukan
perusahaan. dan permasalahan yang dihadapi, establishing
Multinational Enterprises (MNEs) Group database,

72
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

dan Digital Trade. Dalam pertemuan ini dilakukan Kementerian Keuangan RI c.q Ditjen Perbendaharaan
sharing dari beberapa member, antara lain Kanada, Negara (DJPB) melakukan penyusunan time table
Denmark, Finlandia, dan Belanda (untuk isu terkait pemenuhan komitmen Forum Harmonisasi Bank
LCU); Finlandia, UNECE, OECD, dan Bundesbank Indonesia dan Kemenkeu 2019, terkait Penyusunan
(untuk isu terkait MNEs); dan Kanada, US BEA, dan Petunjuk Teknis Rekonsiliasi Neraca Pemerintah
ABS (terkait isu digital trade). (Juknis) dan rencana sosialisasi ke beberapa wilayah
pilot project. Juknis diharapkan menjadi panduan
c. ASEAN Regional Workshop on Statistics of bagi Kanwil DJPB dan KPwDN Bank Indonesia dalam
International Trade In Services (SITS), yang melakukan rekonsiliasi neraca Pemerintah, sehingga
diselenggarakan pada 8-12 April di Brunei mendapatkan data lebih akurat dan credible untuk
Darussalam. Regional workshop SITS ASEAN manfaat keduabelah pihak.
disponsori ARISE Plus Uni Eropa yang merupakan
program hibah Uni Eropa kepada ASEAN Secretariat c. Dukungan terhadap analisis stabilitas sistem
sebagai dukungan untuk pengembangan kapasitas keuangan, asesmen likuiditas, maupun risiko dari
ASEAN terkait integrasi regional ASEAN. Salah satu financial imbalances yang dapat memicu risiko
bentuk hibah adalah pengembangan statistik jasa di sistemik, dilakukan Bank Indonesia pada Triwulan II
ASEAN, sekaligus melanjutkan program EU-ASEAN 2019 dengan melanjutkan pengembangan statistik
COMPASS yang sudah selesai proyeknya pada Financial Account & Balance Sheet (FABS). Ini terkait
2018. Kegiatan Regional Workshop SITS membahas posisi neraca dan transaksi keuangan seluruh sektor
mengenai konsep dan best practice teknik kompilasi institusi, yakni sektor Korporasi Nonfinansial, Bank
data jasa yaitu (i) jasa perjalanan (travel services); Sentral, Perbankan, Lembaga Keuangan Non-Bank,
(ii) jasa transportasi barang (freight transportation Pemerintah, Rumah Tangga, dan Luar Negeri. Neraca
services); dan (iii) membahas sumber-sumber data sektoral tersebut dapat menggambarkan kondisi
perdagangan internasional jasa (ITRS, survey, keuangan dan keterkaitan antar sektor institusi. Bank
administrative data, others). Metode workshop Indonesia terus melakukan kerja sama antara lain
SITS berupa paparan konsep dari expert, sharing dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
experience dari ASEAN Member States (AMS), BUMN, terutama untuk memperoleh data dan
round table discussion dan diskusi terbuka. Dalam informasi sektor korporasi nonfinansial dan sektor
kesempatan tersebut Bank Indonesia menyampaikan rumah tangga.
sharing experience mengenai sumber-sumber data
d. Integrasi Pelaporan merupakan upaya bersama
dalam penyusunan statistik jasa di NPI.
Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam
3.1.8.6. Pengembangan dan Pengaturan Statistik membangun mekanisme pelaporan yang lebih efisien,
sehingga mengurangi beban berlebihan bagi bank
Upaya memenuhi kebutuhan dan menjaga serta pelapor. Sebagai panduan bagi bank untuk menyusun
meningkatkan kualitas statistik, dilakukan Bank Indonesia data Integrasi Pelaporan dengan benar sesuai dengan
melalui kegiatan pengembangan dan penyempurnaan kebutuhan otoritas, Bank Indonesia menyampaikan
statistik. update Metadata Integrasi Pelaporan pada Juni 2019.
Metadata tersebut mengakomodasi hasil Focus Group
a. Sehubungan inisiatif penyusunan statistik National
Discussion (FGD) dan hasil pembahasan dengan
and Regional Balance Sheet (NRBS), Bank Indonesia
OJK dan LPS pada Triwulan I 2019. Selanjutnya,
menyusun Statistik Financial Account & Balance
untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
Sheet Indonesia (FABSI) posisi Triwulan IV 2018.
mengenai Metadata Integrasi Pelaporan dan
Bank Indonesia berdiskusi intensif sehingga statistik
persiapan teknis bank, diselenggarakan sosialisasi
dimaksud dapat langsung dimanfaatkan dalam
Metadata Integrasi Pelaporan pada Mei 2019 dan
penyusunan analisis guna menjaga stabilitas sistem
coaching clinic teknis pada Mei sampai Juni 2019.
keuangan Indonesia.
e. Pemanfaatan Big Data Analytics sebagai teknologi
b. Dalam penyusunan Neraca Pemerintah yang
dan pendekatan mutakhir (State of the Art Technology)
merupakan bagian dari Government Finance Statistic
di Bank Indonesia telah diinisiasi pada Oktober 2014.
yang secara langsung dimanfaatkan pada penyusunan
Pemanfaatan Big Data Analytics di Bank Indonesia
statistik NRBS, Bank Indonesia bekerja sama dengan

73
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
diharapkan memperkuat proses perumusan kebijakan,
3.1.9. Pengawasan Moneter
baik di sektor moneter, stabilitas sistem keuangan,
maupun sistem pembayaran melalui peningkatan Pengawasan moneter dilakukan pada perorangan dan
kualitas data dan analisis, serta menjadi komplemen korporasi, termasuk Bank dan Korporasi non-Bank.
dari pemanfaatan data warehouse (structured data) Pengawasan ini merupakan upaya memastikan kepatuhan
yang telah dilakukan selama ini. Manfaat Big Data terhadap ketentuan di bidang moneter, mencegah,
Analytics bagi Bank Indonesia Setidaknya diperoleh dan mengurangi risiko di bidang moneter. Tujuan akhir
dari beberapa area sebagai berikut: pengawasan moneter tak lain membantu pelaksanaan
tugas Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara
1) Tersedianya indikator-indikator baru secara lebih
kestabilan moneter.
cepat dan lebih sering (high frequency) untuk
mengatasi isu lag data yang seringkali dihadapi Selama 2019, prioritas pengawasan moneter adalah
dalam perumusan kebijakan, sehingga dapat kepatuhan bank terhadap ketentuan Transaksi Valuta
menjadi leading indicator dari sumber data Asing (valas) Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak
utama; Domestik Maupun Pihak Asing. Selain itu juga kepatuhan
atas Sertifikasi Tresuri dan Penerapan Kode Etik Pasar,
2) Pemetaan keterkaitan antarpelaku keuangan
serta review terhadap implementasi kebijakan Bank
(termasuk di dalamnya bank, lembaga keuangan
Indonesia terkait ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM)
nonbank, maupun korporasi) secara lebih baik
Averaging.
melalui pemanfaatan Network Analysis guna
memitigasi risiko sistemik di sistem keuangan; Transaksi valas terhadap Rupiah masih menjadi prioritas,
mengingat ketentuan ini menjadi salah satu faktor yang
3) Tersedianya indikator-indikator terkait perilaku
mempengaruhi pencapaian tujuan Bank Indonesia
para pelaku ekonomi (behavioural analytics)
memelihara kestabilan nilai Rupiah. Selain itu, saat terjadi
melalui analisis dan pembelajaran terhadap data
fluktuasi nilai tukar Rupiah, pengawasan transaksi valas
transaksional dan data yang tidak terstruktur,
baik on-site maupun off-site sangat relevan dilakukan.
seperti pemberitaan dan media sosial; dan
Tujuannya untuk mengetahui perilaku transaksi valas
4) Memantau ekspektasi dan persepsi publik atas bank dan rekomendasi kebijakan pada Satker pembuat
kebijakan Bank Indonesia secara lebih akurat. kebijakan. Sementara itu, penerapan ketentuan sertifikasi
tresuri akan meningkatkan kompetensi dan integritas
f. Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia kembali pelaku pasar, serta meningkatkan kredibilitas pasar
melanjutkan pengembangan sejumlah proyek keuangan. Sedangkan review implementasi ketentuan
Big Data, baik pengembangan baru maupun GWM Averaging perlu dilakukan guna mengetahui
pengembangan lanjutan dari tahun sebelumnya. efektivitas kebijakan Bank Indonesia terkait GWM
Sejumlah indikator yang dihasilkan secara rutin dan Averaging dalam meningkatkan fleksibilitas pengelolaan
digunakan dalam proses perumusan kebijakan antara likuiditas, mendorong fungsi intermediasi perbankan,
lain indikator ketenagakerjaan, pasar properti, pasar dan mendukung pendalaman pasar keuangan. Ketiga
otomotif, interconnectedness pelaku ekonomi, serta pengawasan, diprioritaskan dilakukan secara on-site.
perkembangan e-commerce. Sejak 1 Maret 2019 juga Selama 2019 direncanakan pemeriksaan tematik moneter
resmi dibentuk Divisi Pengembangan Data Digital terhadap tujuh bank. Sampai Triwulan II 2019 sudah
dan Big Data Analytics di Departemen Statistik Bank diselesaikan pemeriksaan terhadap dua bank.
Indonesia yang akan fokus dalam pengembangan Big
Data Analytics serta data/indikator terkait ekonomi Selain Bank, obyek pengawasan moneter mencakup pula
dan keuangan digital. perusahaan Pialang Pasar Uang (PPU)/money broker,
baik dilakukan secara off-site maupun on-site. Pada
g. Dalam pengembangan kompetensi terkait Big Data Triwulan II 2019, output pengawasan PPU berupa analisis
Analytics, personel Bank Indonesia mengikuti kegiatan laporan bulanan untuk April, Mei, dan Juni. Ruang lingkup
Advanced Statistics and Data Mining Summer School analisis laporan bulanan PPU meliputi aspek kepatuhan
pada 24-28 Juni 2019 di Madrid, Spanyol. Kegiatan terkait ketepatan waktu penyampaian laporan, analisis
ini diselenggarakan Universidad Politécnica de perkembangan pasar keuangan, peran PPU dalam
Madrid. Dalam kegiatan summer schoold tersebut, transaksi di pasar uang dan pasar valas, dan perkembangan
peserta memperoleh materi pembelajaran dan hands- aktivitas dan market share masing-masing PPU di industri
on terkait topik (1) Neural Networks & Deep Learning; money broker. Selain itu, pada Triwulan II 2019 dilakukan
serta (2) Statistical Inference analisis laporan tahunan yang disampaikan PPU berupa

74
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

laporan keuangan audited yang wajib disampaikan paling Untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan
lambat pada 31 Maret 2019. Ruang lingkup analisis laporan moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sumber
tahunan PPU meliputi aspek kepatuhan terkait ketepatan pembiayaan pembangunan ekonomi, Bank Indonesia
waktu penyampaian laporan, analisis perkembangan melakukan penguatan pengelolaan risiko di pasar
kinerja masing-masing PPU, serta tindak lanjut yang perlu keuangan melalui penerbitan regulasi untuk berbagai
dilakukan, terutama bagi PPU dengan permodalan tidak instrumen dalam rangka memperluas alternatif instrumen
sesuai ketentuan. lindung nilai (hedging) oleh pelaku pasar yakni menerbitkan
regulasi yang mengatur sarana pelaksanaan transaksi
di pasar keuangan (market operator) dan ketentuan
pelaksanaan transaksi derivatif suku bunga Rupiah
3.2. Kebijakan Pendalaman Pasar Keuangan berupa transaksi Interest Rate Swap (IRS). Selain itu,
Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Kementerian
Keuangan terus berkoordinasi melalui Forum Koordinasi
Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-
PPPK) untuk memastikan terciptanya sinergi kebijakan
Untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan
dalam upaya pendalaman pasar keuangan.
moneter, stabilitas sistem keuangan, dan sumber
pembiayaan pembangunan ekonomi, Bank Indonesia Bank Indonesia terus melanjutkan upaya pengembangan
melakukan penguatan pengelolaan risiko di pasar dan pendalaman pasar keuangan domestik melalui
keuangan melalui penerbitan regulasi untuk berbagai penerbitan berbagai regulasi. Pada Triwulan II 2019,
instrumen dalam rangka memperluas alternatif pengembangan pasar keuangan diarahkan untuk
instrumen lindung nilai (hedging) oleh pelaku pasar yakni memperluas alternatif instrumen lindung nilai (hedging)
menerbitkan regulasi yang mengatur sarana pelaksanaan dan meningkatkan penggunaan instrumen yang ada
transaksi di pasar keuangan (market operator) dan sehingga mendorong pelaku ekonomi dalam melakukan
ketentuan pelaksanaan transaksi derivatif suku bunga mitigasi risiko. Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan
Rupiah berupa transaksi Interest Rate Swap (IRS). regulasi yang mengatur sarana pelaksanaan transaksi di
Selain itu, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan pasar keuangan (market operator) untuk meningkatkan
dan Kementerian Keuangan terus berkoordinasi governance dan efisiensi infastruktur pasar keuangan.
melalui Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan Koordinasi dengan otoritas lain khususnya melalui Forum
melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK) untuk memastikan Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar
terciptanya sinergi kebijakan dalam upaya pendalaman Keuangan (FK-PPPK) terus diperkuat, mengingat saling
pasar keuangan. terkaitnya inisiatif-inisiatif pengembangan di berbagai jenis
pasar keuangan.

Pencapaian Triwulan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
II 2019
1. Outstanding (O/S) Pasar Uang Rupiah Terhadap PDB Min. 3,49% terhadap PDB
a. Instrumen Collateralized a. Min. 1,23 x PDB 3,89%
b. Instrumen Uncollateralized b. Min. 2,27 x PDB
2. Rasio komposisi transaksi derivatif terhadap total transaksi valas
Min. 34% 39,50%
domestik
Penjelasan :
Outstanding pasar uang Rupiah pada Triwulan II 2019 mencapai Rp657,48 triliun. Outstanding terbesar merupakan transaksi FX Swap antarbank,
diikuti instrumen operasi moneter Bank Indonesia (Sertifikat Bank Indonesia/SBI dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia/SDBI) sebagai upaya
menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang. Di pasar valas, rata-rata harian (RRH) volume transaksi derivatif valas mencapai 2,35 miliar dolar AS,
dengan total transaksi mencapai 5,92 miliar dolar AS. Tingginya transaksi derivatif terutama didorong peningkatan aktivitas lindung nilai korporasi.
Size pasar uang Rupiah dan komposisi transaksi derivatif di pasar valas merupakan indikator Kinerja Utama (IKU) untuk memonitor kedalaman
pasar keuangan Rupiah dan valuta asing. Semakin besar outstanding pasar uang Rupiah menunjukkan semakin besar kapasitas pasar uang
dalam menyediakan kebutuhan likuiditas jangka pendek bagi pelaku pasar.
Sementara itu, semakin tinggi rasio transaksi derivatif valas terhadap total transaksi valas menunjukkan semakin baik struktur pasar valas dalam
menopang stabilitas nilai tukar Rupiah. Secara fundamental, size dan volume transaksi dipengaruhi ketersediaan instrumen yang beragam dan
akses serta kapabilitas pelaku pasar, ditopang infrastruktur pasar keuangan yang handal dan bertata kelola baik. Keseluruhan aspek tersebut
merupakan bagian dari program pengembangan pasar keuangan yang dilakukan Bank Indonesia untuk menciptakan pasar keuangan yang dalam,
likuid, efisien, inklusif, dan aman. Namun, berbagai perkembangan isu domestik dan global turut mempengaruhi size dan volume transaksi dalam
jangka pendek.

75
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Pencapaian Triwulan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
II 2019
3. Pertumbuhan Pasar Uang Syariah Min. 15% (yoy) 4,40%
Penjelasan:
Pertumbuhan pasar uang syariah mempertimbangkan volume transaksi PUAS, SPN S, serta semakin luasnya penggunaan sukuk BI. Finalisasi
aspek teknis repo syariah diharapkan mendukung pencapaian target di tahun 2019. Angka pencapaian diukur secara ytd.

Sesuai Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman SBK diantaranya adalah peraturan (Peraturan Bank
Pasar Keuangan (SN-PPPK) yang diluncurkan pada Indonesia dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur) yang
2018 bersama Kementrian Keuangan dan Otoritas sudah diterbitkan mencakup pengaturan SBK dan lembaga
Jasa Keuangan, Bank Indonesia menempuh strategi pendukung pasar.
pengembangan dan pendalaman pasar keuangan melalui
Bank Indonesia menunjuk KSEI sebagai lembaga
tiga pilar utama: (1) pengembangan instrumen untuk
penyimpanan dan penyelesaian transaksi SBK, merupakan
mendukung pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko,
upaya meningkatkan tata kelola dalam penerbitan maupun
(2) pengembangan infrastruktur pasar, dan (3) koordinasi
transaksi khususnya terkait pencatatan, penatausahaan,
kebijakan, harmonisasi ketentuan, dan edukasi. Selama
dan penyelesaian transaksi SBK yang dilakukan secara
Triwulan II 2019 Bank Indonesia menginisiasi beberapa
scripless (tanpa warkat). Bersamaan dengan itu, Bank
program utama sebagai berikut:
Indonesia menyelenggarakan seminar dengan tema “Peran
Surat Berharga Komersial Sebagai Sumber Pendanaan
Perekonomian Nasional” guna meningkatkan awareness
3.2.1. Pengembangan Instrumen untuk
stakeholders, khususnya korporasi non-bank, terkait
Mendukung Sumber Pembiayaan Ekonomi dan
potensi SBK sebagai alternatif pendanaan jangka pendek.
Pengelolaan Risiko
Dari sisi pengembangan pasar valuta asing, pada tahun
Dari sisi pengembangan pasar uang, pada 2018, Bank
2018 Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia menerbitkan ketentuan transaksi derivatif suku
Indonesia No. 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestik
bunga Rupiah melalui PBI No.20/13/PBI/2018 tentang
Non-Deliverable Forward. Pengaturan ini merupakan
Transaksi Derivatif. PBI ini dilanjutkan dengan penerbitan
bagian dari upaya pengayaan instrumen lindung nilai
ketentuan pelaksanaannya pada Triwulan II 2019 melalui
yang dapat digunakan pelaku pasar yang memiliki risiko
PADG No.21/13/PADG/2019 tentang Transaksi Derivatif
nilai tukar. Transaksi DNDF juga telah efektif mengurangi
Suku Bunga Rupiah berupa Transaksi Interest Rate Swap
demand di pasar spot. Respons pelaku pasar terhadap
(IRS). Penerbitan ketentuan ini bertujuan mendorong pelaku
kebijakan tersebut sangat positif. Respons positif itu
ekonomi untuk mengurangi eksposur risiko aset dan/atau
tercermin dari volume Rata-Rata Harian (RRH) dari
kewajiban terhadap fluktuasi suku bunga pasar. Peraturan
transaksi DNDF (Grafik 3.9) yang semakin meningkat sejak
ini juga memberikan kesempatan pelaku ekonomi untuk
kebijakan tersebut diberlakukan.
melakukan manajemen risiko suku bunga melalui bentuk-
bentuk variasi transaksi IRS seperti transaksi Overnight
Index Swap (OIS), yang menggunakan IndoNIA sebagai
USD Juta USD/IDR
suku bunga acuan, dan menghitung besarnya aliran suku 100 14.800
RRH DN DF JISDOR 88
bunga secara majemuk harian (daily compounding). 90 14.700
80
67 14.600
Selain inisiatif diatas, Bank Indonesia terus mendorong 70
60 56 14.500
akselerasi penerbitan dan transaksi instrumen Surat 54

Berharga Komersial/SBK (Commercial Paper) sebagai 50 14.400


40 33 35
14.300
sumber pendanaan jangka pendek nonperbankan. Terkait 29
30
ini dilakukan penandatanganan perjanjian penatausahaan 14.200
20
dan penyelesaian transaksi SBK antara Bank Indonesia 10
8 14.100
dan PT. KSEI pada Mei 2019. Penandatanganan kerja - 14.000
sama sekaligus menandai lengkapnya infrastruktur pasar Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2018 2019
SBK dan siap untuk dioperasionalkan guna melayani
penerbitan dan transaksi SBK. Kelengkapan infrastruktur Grafik 3.9. RRH Transaksi DNDF

76
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Melihat perkembangan transaksi DNDF, Bank Indonesia


3.2.3. Koordinasi Kebijakan, Harmonisasi
menilai diperlukan pasar DNDF yang lebih aktif dan efisien,
Ketentuan, dan Edukasi
khususnya dari sisi supply. Sebagai upaya menciptakan
pasar DNDF yang aktif dan efisien, serta meningkatkan Dalam rangka koordinasi pendalaman pasar keuangan,
supply DNDF di pasar valas, Bank Indonesia menerbitkan pada tahun 2016 dibentuk Forum Koordinasi Pembiayaan
PBI No 21/7/PBI/2019 tentang Tentang Perubahan atas Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK).
Peraturan Bank Indonesia No.20/10/PBI/2018 Transaksi Forum ini beranggotakan Bank Indonesia, Kementerian
Domestic Non-Deliverable Forward. Penyempurnaan Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan. Selanjutnya
ketentuan tersebut berbentuk peningkatan threshold FK-PPPK menyusun Strategi Nasional Pengembangan
underlying transaksi jual DNDF, dari sebelumnya 1juta dan Pendalaman Pasar Keuangan periode 2018 – 2024.
dolar AS menjadi 5juta dolar AS, sehingga memberikan Strategi ini terbagi atas tiga Fase; Fase Penguatan Pondasi
fleksibilitas pada pelaku ekonomi dari sisi administrasi. (2018-2019), Fase Percepatan (2020 – 2022), dan Fase
Pendalaman (2023 – 2024).

Koordinasi melalui FK-PPPK, terus ditingkatkan. Pada


3.2.2. Pengembangan Infrastruktur Pasar April 2019, koordinasi ditingkatkan melalui pertemuan
Tim Pengarah (high level meeting) FK-PPPK. Pertemuan
Salah satu prasyarat kedalaman pasar keuangan adalah
ini merupakan pertemuan rutin sebagai kelanjutan dari
tersedianya, infrastuktur pasar keuangan yang andal dan
pertemuan Tim Pengarah sebelumnya untuk membahas
terintegrasi. Secara global sejumlah negara saat ini sedang
isu-isu terkini pengembangan pasar keuangan. Pertemuan
mengembangkan infrastruktur pasar keuangan (Financial
ini mencakup pula pencapaian Strategic Action Plan
Market Infrastructure) sebagai pilar utama pendalaman
(SAP) SN-PPPK yang berisi daftar program kerja strategis
pasar keuangan. Salah satu bentuk infrastruktur pasar
pengembangan dan pendalaman pasar keuangan sebagai
keuangan adalah sarana pelaksanaan transaksi (market
komitmen masing-masing otoritas.
operator) yang merupakan tempat berinteraksi dan
bertransaksi pelaku pasar dan tempat terbentuknya Dalam pertemuan tersebut disusun pula komitmen
harga. Saat ini sarana pelaksanaan transaksi di pasar perpanjangan/pembaharuan Nota Kesepahaman FK-
keuangan, termasuk di pasar uang dan pasar valuta asing, PPPK yang berakhir tahun 2019. Pembaharuan Nota
sudah berkembang pesat seiring meningkatnya kemajuan Kesepahaman antara lain memuat penyempurnaan
teknologi. Bank Indonesia memandang perlunya regulasi keanggotaan FK-PPPK berupa penambahan Lembaga
yang mengatur sarana pelaksanaan transaksi di pasar Penjamin Simpanan (LPS) sebagai anggota dan
keuangan untuk meperkuat keandalan dan governance pembentukan Tim Kerja (working group) dalam struktur
dalam infrastruktur sarana transaksi yang digunakan. FK-PPPK sehingga lebih mengakselerasi program
Didorong urgensi tersebut, Bank Indonesia menerbitkan pendalaman pasar keuangan.
Peraturan Bank Indonesia No.21/5/PBI/2019 tentang
Penyelenggara Sarana Pelaksanaan Transaksi di Pasar Koordinasi dengan otoritas terkait juga ditempuh dalam
Uang dan Pasar Valuta Asing. mendorong harmonisasi regulasi perpajakan pada
instrumen keuangan. Pada tahun sebelumnya koordinasi
Ketentuan ini diharapkan mampu mendukung peningkatan dalam FK-PPPK mendorong penyempurnaan regulasi
efisiensi dan transparansi (antara lain melalui bid-ask terkait penyetaraan pajak obligasi pada produk Kontrak
spread transaksi yang lebih rendah), integritas, governance, Investasi Kolektif (KIK). Selama 2019 koordinasi dilakukan
perlindungan nasabah (pengguna jasa), dan integrasi dalam upaya harmonisasi praktik atau regulasi perpajakan
pasar keuangan. Ini juga sejalan dengan inisiatif G20 terkait transaksi derivatif, instrumen pasar uang dengan
OTC Derivative Market Reform dan International Guidance metode diskonto, serta transaksi repo surat-surat
lainnya. berharga. Koordinasi ini diharapkan mampu mencapai
aspek perpajakan yang mendukung akselerasi pendalaman
Ke depan ketentuan sarana pelaksanaan transaksi di atas
pasar keuangan lebih lanjut.
dielaborasi lebih lanjut melalui ketentuan pelaksanaan yang
mengatur sarana pelaksanaan transaksi yang spesifik,
antara lain pialang pasar uang dan pasar valas, Electronic
Trading Platform (ETP). Penerbitan ketentuan pelaksanaan
ini juga diharapkan memberikan kerangka hukum yang
jelas dalam menyediakan dan/atau menggunakan sarana
pelaksanaan transaksi tertentu.

77
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Indonesia juga melakukan koordinasi dengan otoritas
3.3. Kebijakan Makroprudensial terkait, baik dalam kerangka koordinasi kebijakan
Makroprudensial dan Mikroprudensial, maupun dalam
kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK),
terutama dalam upaya pencegahan dan penanganan krisis
sistem keuangan. Upaya tersebut memberikan kontribusi
positif terhadap kestabilan sistem keuangan yang tercermin
Bank Indonesia menempuh kebijakan
pada indeks stabilitas sistem keuangan.
makroprudensial yang terukur, terintegrasi dan
bersinergi dengan kebijakan moneter dan sistem
pembayaran. Kebijakan makroprudensial pada
Triwulan II 2019 masih tetap akomodatif untuk 3.3.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan
mendorong penyaluran kredit perbankan dan
Makroprudensial
memperluas pembiayaan bagi perekonomian serta Bank Indonesia sebagai otoritas makroprudensial memiliki
mencegah dan mengurangi risiko sistemik dan kewenangan melakukan pengaturan dan pengawasan
mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan makroprudensial. Kewenangan ini diperlukan untuk
berkualitas. Hal ini didukung dengan koordinasi mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong
dengan otoritas terkait baik bilateral maupun dalam fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas,
kerangka Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). serta meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses
keuangan.

3.3.1.1. Pengaturan Makroprudensial

Kebijakan makroprudensial pada Triwulan II 2019 Sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi, arah
masih tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kebijakan Bank Indonesia pada Triwulan II 2019 masih
kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi bersifat akomodatif, guna mendorong pertumbuhan kredit
perekonomian. Di tengah kondisi ketidakpastian pasar atau pembiayaan ekonomi, dengan tetap memperhatikan
keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal terjaganya stabilitas sistem keuangan.
yang terkendali serta perlunya upaya mendorong
Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia tidak secara khusus
pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia memandang
mengeluarkan peraturan baru, tapi lebih menekankan pada
bahwa ke depan masih terbuka ruang untuk mendorong
pemantauan terhadap implementasi instrumen kebijakan
pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem
makroprudensial yang akomodatif serta komunikasi
keuangan. Siklus kredit yang berada di bawah level
kebijakan makroprudensial.
optimum dan terdapatnya potensi peningkatan kredit
memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial a. Ketentuan Rasio Intermediasi Makroprudensial
akomodatif ini.
Pada 29 Maret 2019, Bank Indonesia telah
Kebijakan makroprudensial yang akomodatif ini dilakukan memperkuat kebijakan akomodatif dengan
bersinergi dengan kebijakan moneter yang akomodatif menetapkan batas bawah target Rasio Intermediasi
serta kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman Perbankan (RIM) sebesar 84 persen, dan batas
pasar keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi. atas RIM sebesar 94 persen. Batas atas dan batas
Sebagai bagian dari bauran kebijakan, Bank Indonesia bawah ini berlaku untuk bank konvensional dan bank
mengembangkan pasar dan akses keuangan. Bank syariah. Ketentuan ini mulai berlaku 1 Juli 2019.

Pencapaian Triwulan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
II 2019
IKU 4 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) <2 0,94
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) pada Triwulan II 2019 terjaga di level 0,94. Nilai tersebut masih di bawah threshold 2,00. Ketahanan SSK
membaik sejalan dengan membaiknya volatilitas pada pasar keuangan dan nilai tukar Rupiah. Prospek perekonomian global yang diperkirakan
dalam tren melambat berpotensi mendorong ISSK lebih tinggi, namun prospek perekonomian domestik masih cukup solid, didukung ketahanan
institusi keuangan dan pasar keuangan yang masih baik.

78
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Kebijakan ini diambil berdasarkan asesmen Bank 20%


18%
Indonesia terhadap industri perbankan. Asesmen 16%
16%
menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan
14%
berjalan dengan baik pada level yang memadai, 12%
namun demikian masih terdapat ruang untuk 10%
meningkatkan pertumbuhan kredit atau pembiayaan 8%
dari industri perbankan. Siklus keuangan Indonesia 6%
masih menunjukkan fase ekspansi. Kondisi tersebut 4%
2%
juga didukung oleh tingkat pertumbuhan penyaluran PLM Syariah Batas bawah
0%
kredit yang masih dalam rentang yang aman, likuiditas

10/01/18
10/10/18
10/19/18
10/30/18
11/08/18
11/19/18
11/29/18
12/10/18
12/19/18
01/02/19
01/11/19
01/22/19
01/31/19
02/12/19
02/21/19
03/04/19
03/14/19
03/25/19
04/04/19
04/15/19
04/26/19
05/08/19
05/17/19
05/28/19
06/14/19
06/25/19
perbankan yang memadai, serta stabilitas sistem
keuangan yang terjaga pada level normal.
Grafik 3.10. Perkembangan PLM Syariah
Pelonggaran ketentuan RIM ini dilakukan dengan tetap
memperhatikan ketahanan permodalan. Batas bawah permasalahan likuiditas. PLM syariah diterapkan
RIM yang semula 80 persen disesuaikan menjadi 84 hanya pada BUS. BUS wajib memiliki buffer likuiditas
persen, telah mempertimbangkan bank yang berada dalam bentuk surat berharga syariah (SBIS, SBSN,
di sekitar batas bawah RIM tetap dapat meningkatkan dan/atau SukBI) sebesar 4% dari DPK Rupiah. PLM
intermediasi guna menghindari disinsentif yang lebih syariah tidak diterapkan untuk UUS karena pada
besar. Sementara itu penyesuaian batas atas RIM prinsipnya risiko likuiditas UUS mampu dikelola bank
dari 92 persen menjadi 94 persen dilakukan dengan induk. PLM syariah dilengkapi pula dengan opsi
mempertimbangkan bank-bank di sekitar batas atas fleksibilitas bagi BUS untuk merepokan sejumlah
RIM namun kemampuan permodalannya diperkirakan tertentu dari surat berharga syariah (SBIS, SBSN,
rentan dalam menyerap tambahan risiko kredit, tetap dan/atau SukBI) yang digunakan untuk pemenuhan
dapat melanjutkan fungsi intermediasinya namun PLM syariah. Saat ini fleksibilitas PLM syariah sebesar
tidak terlalu agresif, guna menghindari disinsentif empat persen.
sesuai ketentuan. Pelonggaran kebijakan yang sama
juga diimplementasikan pada perbankan syariah Pada Triwulan II 2019, PLM syariah tetap terjaga di
sehingga diharapkan memperkuat intermediasi dan kisaran 16%, jauh diatas yang dipersyaratkan yaitu
meningkatkan ketahanan perbankan syariah (RIM sebesar 4% (semua BUS dapat memenuhi PLM
Syariah). syariah). Namun, bila dibanding Triwulan I 2019 yang
sebesar 17,5%, PLM syariah pada Triwulan II 2019
Ketentuan tersebut mulai efektif berlaku pada 1 mengalami penurunan. Surat berharga syariah yang
Juli 2019. Sementara pengenaan sanksi bagi BUK dimiliki dalam rangka pemenuhan PLM syariah terdiri
yang melanggar kewajiban pemenuhan Giro RIM, dari SBSN (70%), SBIS (19%), dan Sukuk BI (11%).
BUS yang melanggar kewajiban pemenuhan Giro
RIM Syariah, dan UUS yang melanggar kewajiban
SBIS
pemenuhan Giro RIM Syariah dengan kisaran batas 19%
bawah dan batas atas dari target RIM dan target RIM
Syariah mulai efektif berlaku pada 1 Oktober 2019.
SUKUK BI
b. Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) 11%
Syariah.

PLM Syariah merupakan instrumen pengelolaan


likuiditas untuk menjaga ketahanan likuiditas bank
SBSN
syariah sekaligus menjadi instrumen kebijakan 70%
makroprudensial yang bersifat countercyclical.
Tujuannya mencegah build-up risiko likuiditas dan
materialisasi risiko sistemik yang bersumber dari Grafik 3.11. Porfolio Surat Berharga BUS

79
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
c. Komunikasi Kebijakan Makroprudensial dari volatilitas aliran dana asing ke sistem
keuangan Indonesia.
1) Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.32
Merespons kerentanan dan potensi risiko
KSK merupakan salah satu kontribusi Bank dalam sistem keuangan, serta dengan
Indonesia dalam menyajikan hasil asesmen mempertimbangkan siklus keuangan Indonesia
dan riset yang telah dilakukan Bank Indonesia yang masih memberikan ruang akselerasi
dalam pelaksanaan tugasnya sebagai otoritas pertumbuhan intermediasi, Bank Indonesia
pengaturan dan pengawasan makroprudensial. menempuh kebijakan makroprudensial
Layaknya best practices negara lain yang memiliki akomodatif dengan tetap mempertahankan
pemisahan otoritas makro dan mikroprudensial, stabilitas sistem keuangan. Konsistensi
Bank Indonesia secara berkala menerbitkan KSK implementasi kebijakan makroprudensial
bagi stakeholders. akomodatif yang didukung oleh koordinasi dan
KSK No.32, Maret 2019 diluncurkan pada 3 kerja sama yang erat dengan KSSK dan otoritas
Mei 2019 dengan mengusung tema “Penguatan terkait lainnya menunjukkan hasil positif dimana
Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi intermediasi tetap tumbuh, permodalan bank
Global”. Dalam edisi kali ini terdapat tiga aspek tinggi dan risiko likuiditas terjaga dengan baik,
penyempurnaan dibandingkan dengan buku KSK serta indeks SSK tetap terjaga dalam zona aman.
edisi sebelumnya yaitu berupa : 1) penguatan 2) Edukasi Makroprudensial kepada Blogger dan
analisis macrofinancial linkage berupa hubungan Mahasiswa
sektor keuangan domestik dengan kondisi
makro global dan domestik, 2) pengayaan Kebijakan makroprudensial dan peran BI dalam
dimensi analisis melalui penggabungan analisis menjaga SSK merupakan hal yang dipahami
time series (prosiklikalitas) dengan cross oleh publik di kelompok tertentu seperti ekonom,
section (keterkaitan antar elemen dalam sektor analis dan akademisi. Namun demikian, bagi
keuangan); 3) penekanan pada penyajian analitikal publik umum, edukasi tentang hal dimaksud
dibandingkan dengan pemaparan perkembangan masih perlu ditingkatkan.
sistem keuangan.
Salah satu pendekatan edukasi kebijakan
Stabilitas sistem keuangan selama semester II makroprudensial yang dilakukan Bank Indonesia
2018 tetap terjaga walaupun sempat mengalami adalah melalui program edukasi kepada blogger
tekanan akibat meningkatnya ketidakpastian dan mahasiswa. Klasifikasi masyarakat ini diyakini
ekonomi global, yang disebabkan oleh tingginya memiliki kemampuan yang memadai untuk
sentimen negatif perang dagang AS-Tiongkok, memahami substansi edukasi serta memiliki efek
kuatnya indikasi perlambatan ekonomi global, getok tular terhadap komunitas dan kelompok
serta berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter masyarakat yang lebih luas.
AS yang mengurangi risk appetite investor global
Pada periode Triwulan II 2019, program edukasi
terhadap aset keuangan negara emerging market,
diselenggarakan pada 26 Juni 2019 di CGV Grand
termasuk Indonesia. Dampak ketidakpastian
Indonesia Jakarta. Edukasi dilakukan dengan
perekonomian global berpotensi meningkatkan
pendekatan yang santai, melibatkan influencer
risiko sistem keuangan Indonesia akibat adanya
muda yang dapat memberikan konteks SSK
tiga kerentanan utama. Pertama, peningkatan
dan implementasi keterlibatan publik khususnya
kebutuhan pembiayaan eksternal korporasi
kalangan muda dalam SSK, serta menggunakan
berpotensi meningkatkan dampak dari volatilitas
permainan edukatif untuk memperkenalkan
nilai tukar dan suku bunga global terhadap
para peserta dengan terminologi-terminologi
korporasi. Kedua, perlambatan pertumbuhan
makroprudensial. Melalui program edukasi ini,
retail funding yang masih menjadi sumber dana
para blogger dan mahasiswa mengenal lebih
utama bank, berpotensi membatasi ekspansi
dekat kebijakan makroprudensial, konsep,
penyaluran kredit dan menimbulkan tekanan
instrumen kebijakan, serta konteksnya dalam
likuiditas. Ketiga, kondisi saving investment gap
keseharian. Edukasi ini diharapkan dapat
yang negatif di tengah pasar keuangan yang
mendorong meningkatnya pemahaman publik
belum dalam berpotensi meningkatkan dampak

80
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

tentang kebijakan makroprudensial, yang Sedangkan pemeriksaan LTV bertujuan menilai respons
pada akhirnya meningkatkan dukungan publik bank terhadap kebijakan LTV/FTV serta mengidentifikasi
terhadap kebijakan makroprudensial, termasuk kendala dan faktor pendorong penyaluran Kredit Properti.
upaya pencegahan dan penanganan krisis. Pemeriksaan ini juga mengevaluasi implementasi
kebijakan, termasuk kepatuhan atas ketentuan Rasio LTV/
FTV untuk Kredit atau Pembiayaan Properti, serta me-
3.3.1.2. Pengawasan Makroprudensial
review kecukupan infrastruktur seperti kebijakan, SOP dan
Pengawasan makroprudensial dilakukan guna mencegah sistem informasi terkait penerapan LTV/FTV.
dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi
Selanjutnya, pemeriksaan moneter bertujuan meneliiti
intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta
pemenuhan underlying dokumen transaksi valas terhadap
meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses
Rupiah di atas threshold, kebijakan GWM Averaging,
keuangan. Melalui pengawasan makroprudensial,
kecukupan prosedur internal terkait sertifikasi tresuri dan
Bank Indonesia dapat melakukan surveilans terhadap
penerapan kode etik pasar serta pelaksanaannya. Terkait
kerentanan dan volatilitas sistem keuangan. Tujuannya
kepatuhan Utang Luar Negeri, pemeriksaan bertujuan
mampu mendeteksi potensi tekanan yang berdampak
me-review kecukupan infrastruktur, meneliti kebenaran
pada sistem keuangan.
pelaporan batas maksimum ULN jangka pendek 30%
Pelaksanaan systemic risk surveillance diarahkan dari modal bank, dan kesesuaian realisasi pencairan serta
untuk menentukan eskalasi risiko sistemik pada sistem penggunaan ULN jangka panjang.
keuangan. Penentuan dilakukan, dengan pendekatan
Pemeriksaan PLJP dilakukan dengan tujun me-review
analisis dynamic systemic risk surveillance yaitu kegiatan
kesiapan bank menerapkan ketentuan Bank Indonesia
surveilans terhadap bank besar sistemik, bank besar
terkait PLJP, sebagai upaya penguatan kebijakan
non-sistemik, dan bank lainnya. Surveilans dilakukan
Pengawasan Bank Indonesia serta penilaian aspek
berdasar indikator tertentu yang memperhitungkan
pemahaman bank terhadap ketentuan Pinjaman Likuiditas
hasil pengawasan aspek makroprudensial, moneter dan
Jangka Pendek/Syariah. Kegiatan ini merupakan bagian
sistem pembayaran, serta pengelolaan uang Rupiah.
dari pelaksanaan fungsi Lender of the Last Resort
Sampai Triwulan II 2019 hasil surveilans makroprudensial
Bank Indonesia. Sampai Triwulan II 2019, dilaksanakan
menunjukkan tidak teridentifikasi potensi risiko sistemik
pemeriksaan terhadap tujuh bank dari 14 bank yang
pada industri perbankan yang dapat mengganggu
direncanakan.
stabilitas sistem keuangan.
Sesuai ketentuan yang berlaku, Bank Indonesia juga
Selain kegiatan surveilans, dilakukan pula kegiatan
berwenang dalam memberikan izin atas permohonan ULN
pemeriksaan (on site) bersifat tematik. Pemeriksaan
bank jangka panjang. Umumnya, ULN bank jangka panjang
ini bertujuan meyakini risiko sistemik yang bersumber
berasal dari sister company atau parent bank di luar
dari kegiatan usaha bank. Pada 2019, Bank Indonesia
negeri. Koordinasi dengan OJK diperlukan untuk menilai
akan melaksanakan pemeriksaan tematik likuiditas,
kelayakan bank domestik memperoleh pendanaan dari
implementasi kebijakan Loan to Value (LTV), pemeriksaan
ULN. Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia memproses
moneter, pemeriksaan kepatuhan utang luar negeri,
17 permohonan ULN Bank jangka panjang. Sebanyak 13
dan pemeriksaan Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek
permohonan disetujui, dan 1 permohonan dibatalkan bank.
(PLJP). Rencana pemeriksaan juga dibahas dalam Forum
Koordinasi Makroprudensial dan Mikroprudensial Bank Pengembangan Framework Pengawasan
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Upaya memperkuat fungsi pengawasan dilakukan, dengan
Pemeriksaan tematik likuiditas bertujuan me-review mengembangkan kerangka kerja pengawasan melalui
kondisi ketahanan likuiditas bank terhadap perubahan pendekatan Dynamic Systemic Risk Surveillance (DSRS).
makroekonomi dan kemungkinan dampaknya terhadap Secara prinsip, model surveilans DSRS menitikberatkan
bank lain (interconnectedness) dalam industri perbankan. analisis risiko individual bank yang bersifat time series dan
Selain itu juga meneliti transmisi kebijakan Bank Indonesia cross section berikut potensi dampak perilaku individu
(suku bunga kebijakan dan GWM) terkait likuiditas terhadap peningkatan risiko sistemik yang mempengaruhi
perbankan. Juga me-review penerapan manajemen risiko stabilitas sistem keuangan. Dimensi analisis time series
likuiditas bank dalam menghadapi perubahan ekstrim juga memperhatikan perilaku bank di masa lalu, kondisi
kondisi makroekonomi yang berpotensi menimbulkan saat ini, dan proyeksi di masa depan. Sementara, dimensi
risiko sistemik dan/atau contagion effect. cross section lebih melihat perilaku dan kondisi individual

81
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
terkait bank-bank lain, termasuk interaksi dan perilaku
3.3.2. Sinergi dan Koordinasi dalam memperkuat
dalam sistem pembayaran, operasi moneter, dan pasar
ketahanan Sistem Keuangan
uang.
Sinergi merupakan kunci utama menghadapi berbagai
Selain titik berat risiko individual, analisis DSRS
tantangan guna meningkatkan kinerja perekonomian
mengidentifikasi pula jalur transmisi risiko sistemik
nasional. Bank Indonesia dan otoritas terkait secara
dari system wide. Pada level industri, peningkatan
konsisten melakukan koordinasi dan kerja sama melalui
eksposur risiko berpotensi menyebabkan efek penguatan
forum dan program sebagai berikut:
(amplifying) karena adanya kerentanan (vulnerabilities)
pada sistem keuangan sehingga berdampak ke risiko a. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
sistemik. Melalui pendekatan ini diharapkan surveilans
mampu menghasilkan analisis risiko dengan dimensi 1) Rapat Berkala KSSK Triwulan II 2019
lengkap, baik secara individual maupun industri. Peran
Sebagai pelaksanaan dari amanat Undang-
Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan
Undang No.9 Tahun 2016 tentang Pencegahan
pun bisa berjalan efektif dan efisien.
dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU
Pelayanan Perizinan Terpadu Bank Umum (PPTBU) PPKSK), Sekretariat KSSK menyelenggarakan
Rapat Berkala KSSK Triwulan II 2019 pada 22
Sesuai PBI No.19/13/PBI/2017 tanggal 15 Desember 2017 April 2019 di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
tentang Pelayanan Perizinan Terpadu terkait Hubungan rangka koordinasi pemantauan dan pemeliharaan
Operasional Bank Umum dengan Bank Indonesia, Bank Stabilitas Sistem Keuangan (SSK). Berdasar hasil
Indonesia menjadi “pintu masuk” bagi bank-bank yang pemantauan lembaga anggota KSSK (Bank
akan melaksanakan langkah strategis dan mendasar Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa
serta berdampak pada hubungan operasional dengan Keuangan dan lembaga Penjamin Simpanan)
Bank Indonesia (BI). Begitu pula bagi pendirian bank baru terhadap perkembangan perekonomian, moneter,
yang sudah mendapat persetujuan prinsip pendirian bank fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan,
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan tersebut dan penjaminan simpanan, disimpulkan SSK
bertujuan meningkatkan aspek pelayanan, tata kelola, Triwulan I 2019 terjaga dengan baik.
efektivitas, dan efisiensi dalam memberikan perizinan pada
bank umum. Proses penyampaian informasi/laporan ke Dalam periode Triwulan I 2019, KSSK
Bank Indonesia dan proses persetujuan diharapkan bisa mencermati potensi risiko, khususnya dari
dilaksanakan secara cepat dan efisien. perekonomian global. Risiko ini berupa
pelemahan pertumbuhan ekonomi global dan
Hingga Triwulan II 2019, tercatat enam aksi korporasi dari penurunan volume perdagangan dunia, seperti
perbankan, yaitu tiga bank melakukan merger, satu bank yang menjadi perhatian dalam Spring Meetings
mengajukan akuisisi, satu bank melakukan self liquidation, International Monetary Fund - World Bank. Dari
serta satu bank mencabut izin usaha KCBA yang kemudian sisi domestik, tantangan yang dihadapi adalah
mendirikan satu Bank Swasta Nasional. Dari tiga bank yang menjaga momentum pertumbuhan ekonomi
merger, dua diantaranya sudah menyelesaikan proses dengan memacu investasi dan ekspor seraya
legal merger dan menunggu operasional merger, yaitu 15 tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.
Juli 2019 (Bank Dinar dengan Bank Oke), dan 2 September
2019 (Bank Danamon dan Bank Nusantara Parahyangan). Merespons hal tersebut, KSSK terus
Tindak lanjut bagi kedua bank yang sudah mendapatkan memperkuat koordinasi kebijakan moneter,
legal merger dan satu bank yang masih dalam proses legal fiskal, makroprudensial, mikroprudensial, dan
merger, berupa koordinasi intensif dengan satuan kerja penjaminan simpanan untuk mempertahankan
terkait PPTBU dan pihak bank. Koordinasi ini mencakup stabilitas ekonomi serta menjaga momentum
simulasi penyerahan dokumen yang harus dilengkapi pertumbuhan ekonomi. Di bidang moneter, Bank
menjelang operasional merger. Sampai saat ini, proses Indonesia memfokuskan kebijakan suku bunga
akuisisi Maybank Syariah masih menunggu izin dari OJK. dan nilai tukar untuk memperkuat stabilitas
Sementara untuk proses self liquidation Rabobank masih eksternal perekonomian, khususnya terkait
dalam proses penutupan kantor cabang secara gradual pengendalian defisit transaksi berjalan dalam
sesuai timeline yang disusun bank. Sedangkan proses batas yang aman dan mempertahankan daya tarik
pencabutan izin usaha KCBA yang kemudian mendirikan aset keuangan domestik. Di bidang fiskal, kinerja
Bank Swasta Nasional sudah selesai dilakukan APBN secara umum menunjukkan tren positif, baik

82
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

di sisi pendapatan maupun belanja negara, yang Pemahaman atas ketentuan antar lembaga yang
mendukung pencapaian target pembangunan selaras, diharapkan setiap kebijakan dalam
2019. Di sektor jasa keuangan, OJK senantiasa rangka pencegahan dan penanganan krisis
mendukung peran aktif dari sektor jasa keuangan sistem keuangan, dapat berjalan efektif dan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang efisien.
sehat dengan tetap memperhatikan prinsip
b. OJK dan LPS
kehati-hatian. Di bidang penjaminan nasabah
perbankan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Koordinasi dan kerja sama Bank Indonesia dengan
memperhatikan tren kenaikan suku bunga OJK dan LPS terus ditingkatkan demi penguatan
simpanan perbankan sudah melandai dan stabil. stabilitas dan ketahanan sistem keuangan. Kebijakan
Selain itu juga melakukan pemantauan dari sisi yang ditempuh Bank Indonesia, dalam bentuk bauran
coverage penjaminan, baik nominal dan rekening, kebijakan ekonomi dan kebijakan reformasi struktural,
yang dinilai masih memadai untuk mendukung tidak terlepas dari upaya penguatan koordinasi dan
kepercayaan nasabah pada sistem perbankan. harmonisasi kebijakan dengan OJK dan LPS. Hal ini
dilakukan melalui fungsi Anggota Dewan Gubernur
Selanjutnya, dalam rangka mengantisipasi
(ADG) Bank Indonesia yang ditugaskan di OJK dan
perkembangan perekonomian tahun 2019,
LPS, pertemuan rutin pada level teknis hingga high
KSSK terus memperkuat sinergi dan koordinasi
level antara ADG Bank Indonesia dan ADK OJK
antaranggota, memperkuat Sekretariat KSSK
maupun ADK LPS, sehingga tercipta sinergi kebijakan
melalui perbaikan tata kelola, sharing informasi,
antarlembaga.
dan mengintensifkan komunikasi publik.
Koordinasi Makroprudensial-Mikroprudensial antara Bank
2) Rapat Koordinasi terkait kondisi stabilitas
Indonesia dan OJK
ekonomi nasional pasca pemilu dan menjelang
Lebaran Kerja sama dan koordinasi Bank Indonesia - OJK periode
Triwulan II 2019 didasarkan pada Kesepakatan Bersama
Mencermati perkembangan yang terjadi pasca
Bank Indonesia dan OJK tanggal 18 Oktober 2013, yang
dinamika Pemilihan Umum dan menjelang
diubah melalui Kesepakatan Bersama Bank Indonesia
Hari Raya Idul Fitri 2019, pada 23 Mei 2019
dan OJK tanggal 27 April 2018 dan Petunjuk Pelaksanaan
di Kementerian Keuangan, KSSK kembali
tanggal 15 Juni 2017, sudah dilaksanakan dengan baik
menggelar rapat koordinasi. Berdasarkan hasil
dan lancar.
pemantauan KSSK, ekonomi Indonesia masih
dalam kondisi baik. Terselenggaranya Pemilu Pertukaran data dan/atau informasi antara kedua lembaga
yang aman diyakini memberikan kepercayaan berjalan baik dan berkelanjutan. Pertukaran informasi
publik pada situasi perekonomian dan stabilitas terjadi terkait data Alat Likuid (AL)/Non Core Deposit (NCD),
sektor keuangan. data AL/Dana Pihak Ketiga (DPK), data Rasio Intermediasi
Makroprudensial (RIM), data Penyangga Likuiditas
Menghadapi kebutuhan penukaran uang yang
Makroprudensial (PLM) dan data Giro Wajib Minimum
lazimnya meningkat menjelang hari raya, Bank
(GWM) dari Bank Indnesia, serta data Liquidity Coverage
Indonesia meningkatkan pelayanan penukaran
Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR), jaringan
uang di 2.975 titik, baik di pusat maupun kantor
kantor bank umum, data Sistem Informasi Perbankan
cabang, serta memperkuat komitmen memenuhi
(SIP), dan data Sistem Informasi Pelaporan Perusahaan
kebutuhan penukaran uang sesuai kebutuhan
Pembiayaan (SIPP) dari OJK. Pertukaran data dan/atau
masyarakat.
informasi tersebut dilakukan melalui surat elektonik,
3) Knowledge Sharing Antar Lembaga dalam KSSK Sarana Pertukaran Informasi Terintegrasi (SAPIT), maupun
pemberian hak akses ke aplikasi olahan.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan
kompetensi para pegawai di keempat lembaga Kerja sama dan koordinasi Bank Indonesia-OJK juga
yang tergabung dalam KSSK, serta dalam rangka dilakukan dalam bentuk pertemuan Forum Koordinasi
memudahkan terciptanya kesamaan persepsi Makroprudensial-Mikroprudensial (FKMM) Level Teknis,
atas isu yang terjadi di sistem keuangan, pada 4 Level Pimpinan Satuan Kerja maupun Level Pimpinan
April 2019 dilakukan knowledge sharing tentang Lembaga (High Level). Pertemuan membahas topik-topik
Tingkat Kesehatan Bank.

83
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
khusus antara lain Blueprint Sistem Pembayaran 2025, Pelaksanaan tentang Integrasi Pelaporan yang
Central Bank Money untuk setelmen transaksi di Pasar mengatur tata cara pelaksanaan Nota Kesepahaman
Modal, mekanisme transisi pelaporan bank, rencana dimaksud, dilanjutkan dengan penandatanganan
pemeriksaan Bank Indonesia terhadap BPD, perhitungan perwakilan ADG/ADK dari masing-masing lembaga.
Posisi Devisa Neto (PDN) bank serta pemantauan likuiditas
Pertukaran data dan informasi, pertemuan koordinasi,
perbankan. Koordinasi dalam perumusan kebijakan dan
dan kerja sama lainnya akan terus dilaksanakan
pengaturan makroprudensial-mikroprudensial dilakukan
secara kontinu. Hal ini merupakan upaya Bank
terkait penyempurnaan PBI Domestic Non Deliverable
Indonesia untuk menjaga stabilitas sistem keuangan
Forward (DNDF), kajian kebijakan makroprudensial Rasio
melalui kebijakan yang bersinergi dengan kebijakan
Kredit Prioritas dan RPOJK Kualitas Aset.
OJK dan LPS.
1. Koordinasi Bilateral antara Bank Indonesia dan LPS

Kerja sama dan koordinasi Bank Indonesia-LPS 3.4. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan
periode Triwulan II 2019 yang dilakukan berdasarkan Uang Rupiah
Nota Kesepahaman Bank Indonesia - LPS tanggal
28 Juni 201610, berjalan dengan baik dan lancar.
Pertukaran data dan/atau informasi antara Bank
Indonesia dan LPS dapat terlaksana dengan baik dan
berkelanjutan, antara lain terkait data portofolio SBN
milik LPS yang dimiliki LPS. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya
pengembangan ekonomi dan keuangan digital, Bank
2. Koordinasi Tripartit antara Bank Indonesia, OJK dan
Indonesia secara konsisten memperkuat kebijakan sistem
LPS
pembayaran dengan tetap menjaga stabilitas sistem
Upaya menjaga stabilitas sistem keuangan yang keuangan guna menjaga dan meningkatkan kelancaran,
dinamis, menuntut kerja sama dan koordinasi luas. keamanan, keandalan, dan efisiensi sistem pembayaran.
Maka kerja sama bilateral antara Bank Indonesia- Terkait pengedaran uang Rupiah, Kebijakan Bank
OJK dan Bank Indonesia-LPS diperluas menjadi Indonesia diarahkan pada tiga pilar ketersediaan uang
kerja sama multilateral Bank Indonesia-OJK-LPS. yang berkualitas, distribusi dan pengelolaan uang yang
Kerja sama multilateral ini dilakukan dalam lingkup aman dan optimal serta layanan kas yang prima guna
pembangunan dan pemeliharaan integrasi pelaporan memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam
di sektor perbankan. Ketiga lembaga sedang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
proses finalisasi Nota Kesepahaman BI-OJK- tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar di seluruh
LPS yang antara lain menyepakati pemanfaatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
data integrasi pelaporan dan pembentukan forum
integrasi pelaporan. Ke depan, disusun pula Petunjuk

Pencapaian
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
TW II 2019
a. Frekuensi insiden:
IKU 7. Ketersediaan layanan jasa FMI dan SP yang diselenggarakan BI maks 1 kali per
a. 0 insiden
semester/aplikasi
(Sistem BI-RTGS, BI-SSSS, SKNBI, BI-ETP) b. 100%
b. Availability layanan:
Min 99,97%

Penjelasan:
Sepanjang Triwulan II 2019, layanan Sistem Pembayaran Bank Indonesia baik dari sisi bisnis maupun infrastruktur tersedia
sebesar 100% (melebihi target 99,97%). Secara umum, seluruh transaksi SP dapat berjalan dengan lancar dan aman.

10 Nota Kesepahaman (NK) BI – LPS No. 18/12/NK/GBI/2016/ MoU-3/DK/2016 tentang Koordinasi dan Kerja sama Dalam Rangka Pelaksanaan Fungsi, Tugas, dan
Wewenang BI dengan LPS

84
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Pencapaian
Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
TW II 2019

2,55 x PDB
IKU 8.
Min 5,2 x PDB Nominal nominal
- Rasio transaksi BI-RTGS terhadap PDB Nominal
Min 0,2 x PDB Nominal 0,11 x PDB
- Rasio transaksi SKNBI terhadap PDB Nominal
nominal
Penjelasan:
Pada Triwulan II 2019, Rasio transaksi melalui Sistem BI-RTGS mencapai 2,55 PDB nominal (target akhir 2019 = 5,2 PDB
Nominal), sedangkan Rasio transaksi melalui SKNBI mencapai 0,11 PDB Nominal (target = 0,2 PDB Nominal)

3.4.1. Kebijakan Sistem Pembayaran Non Tunai Dalam rapat koordinasi tersebut disepakati 12 (dua belas)
program sinergi untuk mendorong inovasi dan memperluas
Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia secara konsisten Elektronifikasi Transaksi Pemerintah yang difokuskan
terus memperkuat kebijakan sistem pembayaran dalam tiga area yaitu Bantuan Sosial (Bansos), Transaksi
guna mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya Pemerintah Daerah, dan Transportasi. Elektronifikasi
pengembangan ekonomi dan keuangan digital. Penguatan merupakan upaya untuk mengubah cara bertransaksi
kebijakan dilakukan dengan tetap menjaga stabilitas di masyarakat dan diharapkan dapat memperluas akses
sistem keuangan melalui pengendalian risiko secara keuangan, memperkuat kesehatan fiskal dan meningkatkan
berhati-hati. Penguatan dan pengembangan infrastruktur efisiensi ekonomi serta mendukung pertumbuhan ekonomi
sistem pembayaran nilai besar maupun ritel bertujuan yang berkualitas dan berkelanjutan.
untuk menjaga dan meningkatkan kelancaran, keamanan,
keandalan, dan efisiensi sistem pembayaran. Adapun 12 (dua belas) program sinergi yang menjadi
prioritas bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia telah mengambil Bank Indonesia, serta Otoritas Jasa Keuangan adalah
beberapa langkah-langkah kebijakan yaitu : sebagai berikut:

a. Pemerintah dan Bank Indonesia Menyepakati 12 A. Mempercepat perluasan penyaluran Bansos nontunai
Program Sinergi Mendorong Elektronifikasi Transaksi dengan prinsip 6T (Tepat sasaran, Tepat waktu,
Pemerintah Tepat jumlah, Tepat kualitas, Tepat harga, Tepat
adminisitrasi) melalui beberapa inisiatif yaitu: 
Dalam rangka memperluas akses keuangan di
Indonesia, Pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas 1. Peningkatan kualitas data Keluarga Penerima
Jasa Keuangan menyelenggarakan rapat Koordinasi Manfaat (KPM) melalui penggunaan NIK sebagai
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia unique ID KPM dalam rangka integrasi Bansos
(Rakorpusda), pada tanggal 28 Mei 2019 di Jakarta, dan subsidi.
yang mengangkat tema “Inovasi dan Perluasan
Elektronifikasi Transaksi Pemerintah dalam rangka 2. Implementasi biometrik sebagai alternatif sarana
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi autentikasi yang diawali dengan pilot project.
Digital”. Rapat Koordinasi ini dihadiri oleh Menteri
3. Perluasan program bansos nontunai dan
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
penyediaan infrastruktur sistem pembayaran,
Kebudayaan dan Gubernur Bank Indonesia,
termasuk di wilayah blank spot, antara lain melalui
serta dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri
penggunaan EDC offline atau teknologi VSAT.
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri
Perhubungan, perwakilan Menteri Sosial, perwakilan 4. Peningkatan edukasi dan pemberdayaan
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, pejabat KPM melalui sosialisasi bersama, pelatihan
kementerian/lembaga terkait, serta sejumlah kepala kewirausahaan serta pengelolaan keuangan guna
daerah tingkat provinsi, maupun kabupaten/kota mendukung kemandirian ekonomi masyarakat.
mewakili daerah yang melakukan elektronifikasi
transaksi pemda.

85
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
B. Mendorong inovasi dan perluasan elektronifikasi b. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
transaksi Pemerintah Daerah sesuai prinsip aman, Terorisme (APU PPT)
efisien, dan terjangkau melalui beberapa inisiatif yaitu:
Bank Indonesia sebagai salah satu Lembaga
1. Penguatan landasan hukum melalui penerbitan Pengawas dan Pengatur (LPP) dan Anggota Komite
Peraturan terkait elektronifikasi transaksi pemda Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), terus
yang ditetapkan oleh Presiden. memperkuat persiapan Mutual Evaluation (ME)
terkait persyaratan menjadi anggota Financial Action
2. Pembentukan Tim Perluasan Digitalisasi Daerah Task Force (FATF). Pada 28 Mei 2019, dilaksanakan
(TPDD) untuk memperkuat koordinasi dan pertemuan Komite Tindak Pidana Pencucian Uang
kolaborasi dalam implementasi elektronifikasi (TPPU) yang dipimpin Menteri Koordinator Politik
transaksi Pemda. Hukum dan HAM (Menkopolhukam) dan dihadiri
3. Penyelenggaraan championship untuk Kementerian/Lembaga terkait termasuk Bank
meningkatkan motivasi dalam inovasi dan Indonesia. Pada pertemuan tersebut Menkopolhukam
perluasan elektronifikasi transaksi Pemda. meminta komitmen dari setiap Kementerian/Lembaga
untuk mempersiapkan ME FATF 2019 – 2020 dengan
4. Inovasi e-retribusi dengan menggunakan QR baik. Pelaksanaan ME FATF dimulai pada September
Indonesia Standard (QRIS) untuk optimalisasi 2019 dengan kegiatan antara lain pengisian kuesioner
PAD yang diawali dengan pilot project. dan melaksanakan onsite visit pada Maret 2020.

C. Mendukung implementasi elektronifikasi pembayaran Selain itu beberapa hal yang dilakukan Bank Indonesia
di sektor Transportasi untuk meningkatkan efisiensi terkait APU PPT pada Triwulan II 2019, yakni :
ekonomi yang dilakukan dengan :
1. Melakukan finalisasi penyusunan National Risk
1. Strategi implementasi teknologi nirsentuh Assessment (NRA) 2015 Updated bersama
pembayaran jalan tol melalui penerapan Multi PPATK dan Kementerian/Lembaga terkait
Lane Free Flow (MLFF), yang didukung lembaga
pengelola yang berperan sebagai Toll Service 2. Penguatan pengawasan terhadap Penyelenggara
Provider (TSP) atau Electronic Toll Collection Jasa Sistem Pembayaran Selain Bank (PJSP SB)
(ETC). dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
Bukan Bank (KUPVA BB) melalui pendekatan
2. Perluasan elektronifikasi, termasuk integrasi risk based approach, pengkinian asesmen risiko,
moda transportasi darat, penyeberangan, dan mapping risiko APU PPT, dan coaching clinic
laut. pada Pengawas dan Penyelenggara.

3. Melakukan asesmen atau kajian atas 3. Melakukan pemerataan mapping dan penertiban
pengembangan model bisnis, termasuk integrasi kepada Penyelenggara Kegiatan Usaha
antarmoda sebagai acuan elektronifikasi di moda Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)
transportasi secara nasional. dan Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank
(PTD BB) ilegal.
4. Pembentukan Kelompok Kerja Nasional sebagai
upaya percepatan perumusan rencana strategis 4. Memperluas kerja sama internasional terkait APU
transportasi nasional dan penyusunan peraturan PPT dengan Bank of Thailand (BoT) melalui Nota
untuk mendukung implementasi elektronifikasi Kesepahaman yang ditandatangani Gubernur
pembayaran di sektor transportasi. Bank Indonesia dan Gubernur Bank of Thailand.

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia c. Penguatan Kerja Sama di Bidang Sistem Pembayaran,
serta Otoritas Jasa Keuangan akan melakukan monitoring Inovasi Keuangan, dan Anti Pencucian Uang
dan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan
program sinergi dalam mendorong inovasi dan perluasan Bank Indonesia dan Bank of Thailand (BoT) telah
elektronifikasi transaksi pemerintah yang menjadi menyepakati adanya penguatan kerja sama di
kesepakatan bersama.  bidang Sistem Pembayaran dan Inovasi Keuangan

86
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

serta Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pada 2019, perluasan penyaluran BPNT ditargetkan
Pendanaan Terorisme (APU PPT). Kesepakatan bagi 15,6 juta KPM di 514 Kabupaten/Kota serta
tersebut diwujudkan dalam Nota Kesepahaman penyaluran PKH dengan skema non flat bagi 10
yang ditandatangani Gubernur Bank Indonesia juta KPM di 514 Kabupaten/Kota. Hingga Triwulan II
dan Gubernur Bank of Thailand, pada pertemuan 2019, PKH telah diimplementasikan dalam dua tahap
Gubernur Bank Sentral se-ASEAN (ASEAN Central secara non-flat bagi 9,8 juta KPM di 511 Kabupaten/
Bank Governors Meeting/ACGM), pada 4 April 2019 Kota. Sedangkan perluasan BPNT tahap I 2019 telah
di Chiang Rai, Thailand. Kesepakatan ini merupakan diimplementasikan pada Juni 2019 sehingga penerima
salah satu upaya Bank Indonesia mendukung BPNT mencapai 11,8 juta KPM di 312 Kabupaten/
Pemerintah Indonesia menjadi anggota Financial Kota. Dalam rangka mendukung kelancaran perluasan
Action Task Force on Money Laundering (FATF). penyaluran bansos nontunai, beberapa upaya terus
Kesepakatan ini sekaligus membuktikan komitmen dilakukan khususnya ketersediaan infrastruktur
Bank Indonesia memerangi pencucian uang dan jaringan telekomunikasi di daerah perluasan yang
pendanaan terorisme serta memenuhi rekomendasi sulit sinyal, koordinasi intensif bersama Kementerian
dan panduan FATF. Nota Kesepahaman ini menambah dan Lembaga terkait serta bank penyalur, terutama
jumlah kerja sama di bidang APU PPT yang sudah terkait penyusunan mekanisme khusus BPNT di
dilakukan dengan Banko Sentral Ng Pilipinas (2018) wilayah blank spot.
dan Bank Negara Malaysia (2013).
e. Perluasan Elektronifikasi Transaksi di Lingkungan
Penandatangan Nota Kesepahaman juga dilakukan Pemerintah Daerah
sebagai upaya memperkuat implementasi kebijakan
Perluasan elektronifikasi transaksi Pemerintah Daerah
bank sentral dan menjawab berbagai tantangan yang
(Pemda) merupakan bagian dari Gerakan Nasional
semakin kompleks dalam kegiatan sistem pembayaran
Nontunai (GNNT). Tujuannya meningkatkan keuangan
di kedua negara. Selain di bidang APU PPT, Indonesia
inklusif melalui pemanfaatan teknologi, inovasi produk
dan Thailand juga menekankan pentingnya sinergi
dan saluran distribusi, serta mendorong transaksi
pengembangan sistem pembayaran serta mendorong
keuangan elektronik di lingkungan Pemda. Program
inovasi keuangan.
ini diarahkan untuk mewujudkan tata kelola keuangan
Secara keseluruhan, penandatangan Nota yang lebih baik sekaligus meningkatkan potensi
Kesepahaman ini mencakup tiga tujuan. Pertama, pendapatan daerah.
memperkuat kerja sama sistem pembayaran guna
Pada Triwulan II 2019 dilakukan koordinasi dengan
mendukung tersedianya sistem pembayaran yang
Kemendagri, KPK, BPK dan OJK guna menyepakati
aman, cepat, efisien, dan handal. Kedua, mendorong
arah perluasan elektronifikasi transaksi di lingkungan
inovasi keuangan. Ketiga, memperkuat implementasi
Pemda. Perluasan antara lain mencakup peningkatan
kebijakan APU PPT. Selanjutnya Nota Kesepahaman
akses keuangan, pencegahan korupsi, dan
ini menjadi landasan pelaksanaan berbagai kerja
peningkatan akuntabilitas serta transparansi. Lebih
sama Bank Indonesia dan Bank of Thailand, saat
lanjut, program elektronifikasi transaksi Pemda pada
ini maupun ke depan. Implementasinya dilakukan
2019 difokuskan pada fasilitasi, monitoring dan
melalui beberapa bentuk kegiatan seperti dialog
evaluasi penerapan Surat Perintah Pencairan Dana
kebijakan, pertukaran informasi, kolaborasi inovasi,
secara online (SP2D Online) dan penerapan payroll
dan pengembangan kapasitas.
pembayaran gaji baik di lingkungan Pemda maupun
d. Implementasi Program Keluarga Harapan dan Non Pemda (Badan Layanan Umum Daerah dan
Bantuan Pangan Nontunai Badan Usaha Milik Daerah). Seluruh Pemda sudah
difasilitasi dalam menyusun strategi dan roadmap
Sejak diimplementasikan pada 2016, Pemerintah terus elektronifikasi transaksi Pemda dengan melibatkan
memperluas penyaluran bansos nontunai, antara lain 46 Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) Bank
melalui penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) Indonesia.
dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT). Penyalurannya
diintegrasikan dalam satu kartu yaitu Kartu Keluarga Rakorpusda Mei 2019 juga mencakup beberapa
Sejahtera (KKS) yang kemudian digunakan sebagai pokok kesepakatan tindak lanjut program
media penyaluran dana PKH dan BPNT bagi Keluarga elektronifikasi transaksi Pemda. Salah satunya
Penerima Manfaat (KPM) dan dapat ditransaksikan di penguatan landasan hukum melalui penerbitan
e-warong.

87
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Peraturan Presiden (Perpres) terkait elektronifikasi ketersediaan pembayaran tunai dan nontunai, melalui
transaksi Pemda. Penyusunan dan penerbitan penyediaan kanal pembayaran dan KUPVA. Selain
Perpres diawali dengan penyusunan pedoman itu didorong pula elektronifikasi transaksi wisatawan
elektronifikasi transaksi Pemda. Dalam rangka melalui perluasan ekosistem sistem pembayaran
penyusunan pedoman dimaksud, Bank Indonesia nontunai di daerah wisata. Perluasan antara lain
berkoordinasi dengan Pemda, Perbankan, dan berupa pengembangan model bisnis di daerah
Kementerian atau Lembaga terkait untuk menggali wisata, sosialisasi akseptansi seperti penggunaan
aspek yang perlu dituangkan dalam penyusunan QRIS untuk transaksi, edukasi bagi merchant terkait
pedoman elektronifikasi transaksi Pemda. Beberapa larangan pengenaan surcharge dan gesek tunai
aspek dimaksud antara lain definisi elektronifikasi kartu kredit, serta himbauan untuk tidak menetapkan
transaksi Pemda, model bisnis elektronifikasi minimum nominal transaksi nontunai. Transaksi
transaksi Pemda, tahapan elektronifikasi transaksi nontunai juga didorong melalui digitalisasi transaksi
Pemda, pengecualian implementasi elektronifikasi pelaku wisata agar dapat dilakukan secara online,
transaksi Pemda, dan implikasi elektronifikasi seperti pengembangan website dan mobile apps
transaksi Pemda terhadap biaya dan dokumen untuk pembelian tiket masuk.
administrasi.
g. Perluasan Penggunaan Bantuan Operasional Sekolah
f. Implementasi Elektronifikasi di Sembilan Destinasi (BOS) Nontunai di Tujuh Provinsi
Wisata
Pemanfaatan dana BOS diarahkan secara nontunai
Upaya mendorong penerimaan devisa negara dan untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
mengurangi defisit neraca transaksi berjalan, serta pengelolaan keuangan di bidang pendidikan.
mempertimbangkan tingginya potensi kontribusi Pemanfaatan dana BOS secara nontunai sudah
sektor pariwisata, Bank Indonesia terus mendorong dimulai pada 2017 melalui penyusunan bisnis model
intensifikasi layanan Sistem Pembayaran di sembilan dan dilanjutkan pelaksanaan pilot project di delapan
destinasi pariwisata prioritas (Danau Toba di kota (Palembang, Bandung, Bogor, Semarang,
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu Surabaya, Samarinda, Makassar, dan Mataram)
di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Banyuwangi bekerja sama dengan 7 BPD di provinsi tsb.
di Jawa Timur, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur,
Pada Triwulan II 2019, implementasi penggunaan
Bali, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, dan Labuan
dana BOS di delapan kota melalui tujuh BPD sudah
Bajo di Nusa Tenggara Timur). Terkait itu dibutuhkan
dilakukan. Selain itu, dipersiapkan pula perluasan
intensifikasi layanan sistem pembayaran yang
penggunaan dana BOS nontunai melalui pelaksanaan
mendukung keamanan dan kenyamanan transaksi
edukasi dengan melibatkan Diknas Provinsi, Kota/
ritel wisatawan mancanegara di destinasi wisata
Kabupaten, sekolah perluasan, dan/atau sekolah pilot
Indonesia.
project. Selanjutnya penggunaan dana BOS nontunai
Pada Triwulan II 2019, dilakukan intensifikasi layanan akan dilakukan di sekolah perluasan baik di kota
sistem pembayaran di destinasi prioritas sebagai pilot project maupun kota/kabupaten lain di daerah
Program Jangka Menengah (Juni 2019 – 2022) operasional tujuh BPD pelaksana pilot project (BPD
berupa Strategi Akses, Amenitas dan Atraksi dalam Sumselbabel, BPD Jabar Banten, BPD Jateng, BPD
bentuk piloting elektronifikasi wisata yang meliputi: Jatim, BPD Kaltimtara, BPD Sulselbar, dan BPD NTB).
(i) E-ticketing Borobudur (Jogjakarta) berupa
h. Program Perluasan Elektronifikasi Transportasi serta
pembayaran tiket masuk elektronik dengan
Implementasi Elektronifikasi Pembayaran Moda
menggunakan EDC dan melalui gate otomatis;
Transportasi Terintegrasi di Wilayah Jabodetabek
(ii) E-ticketing Grand Watu Dodol (Banyuwangi)
berupa pembayaran tiket masuk secara nontunai Bank Indonesia terus mendorong pembayaran
menggunakan APMK, dan (iii) E-payment Sentra elektronik pada sektor transportasi sebagai perluasan
Kuliner Kampung Ujung (NTT) berupa pembayaran ekosistem nontunai, untuk efisiensi waktu dan
secara nontunai dengan menggunakan EDC, saat biaya,kemudahan masyarakat dalam melakukan
ini sedang dilakukan uji coba dan akan dilakukan transaksi, serta perluasan akses keuangan. Bank
implementasi pada Juli. Indonesia senantiasa mengupayakan perluasan
elektronifikasi termasuk integrasi pembayaran moda
Elektronifikasi di destinasi wisata didukung dengan
transportasi. Upaya dilakukan antara lain melalui
penguatan infrastruktur pembayaran berupa

88
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

fasilitasi pemenuhan aspek bisnis/kerja sama operator Selanjutnya, Bank Indonesia dan Kementerian
dengan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran Perhubungan sepakat bersinergi melakukan
(PJSP) sesuai ketentuan yang berlaku, serta aspek perluasan elektronifikasi moda transportasi darat,
teknis untuk memastikan interoperabilitas instrumen penyeberangan, dan laut, termasuk integrasi moda
pembayaran. Stakeholder yang saat ini sedang transportasi.
difasilitasi yaitu: (i) Jasa Penyeberangan dengan PT
i. Perluasan Elektronifikasi Pembayaran Jalan Tol dan
ASDP dan PT Pelindo II; (ii) DAMRI, (iii) TransJakarta,
Perluasan Uji Coba Penerapan Single Lane Free Flow
MRT, LRT, dan KCI; terkait integrasi moda dan
(SLFF) Secara Bertahap
pembayaran transportasi Jabodetabek; dan (iv) jalan
tol. Dalam penerapan teknologi nirsentuh pembayaran
jalan tol, diperlukan kesiapan baik dari aspek bisnis
PT ASDP Ferry Persero: Inisiasi elektronifikasi di
maupun teknis, termasuk kesiapan masyarakat dalam
pelabuhan PT ASDP sudah dimulai sejak 2018
bertransaksi nontunai menggunakan perangkat
dengan pilot project pada empat pelabuhan yaitu
nirsentuh. Kementerian PUPR mendorong BUJT
Bakauheuni, Merak, Ketapang, dan Gilimanuk.
melakukan uji coba teknologi nirsentuh Single Lane
Inisiasi elektronifikasi diawali dengan penggunaan
Free Flow (SLFF) menggunakan sistem dan teknologi
kanal EDC yang terhubung dengan point of sales
yang dikembangkan masing-masing BUJT.
yang dapat membaca uang elektronik chip based
Himbara. Selanjutnya pada Mei 2019, uji coba End state penerapan elektronifikasi jalan tol
elektronifikasi di Pelabuhan Merak dan Bakauheni menggunakan teknologi nirsentuh Multi Lane Free
dikembangkan melalui penggunaan reader Flow (MLFF), dengan pengelolaan sistem pembayaran
(multi SAM) dalam rangka evaluasi penerapan seluruh BUJT, akan dilakukan oleh Badan Usaha
e-payment dan proses settlement secara otomatis. Pengelola (BUP), yang berperan sebagai Toll Service
Provider (TSP) atau Electronic Toll Collection (ETC).
PT Pelindo: Saat ini sedang dilakukan ujicoba
Pedoman dan standardisasi uji coba SLFF disusun
e-payment menggunakan uang elektronik
bersama Kementerian PUPR dan Bank Indonesia,
melibatkan empat bank penerbit yang didorong
melalui working group MLFF sehingga integrasi
untuk menggunakan SAM Multiapplet sehingga satu
pengelolaan pembayaran teknologi nirsentuh seluruh
reader dapat membaca uang elektronik dari multi
BUJT dapat dilakukan dengan mudah saat BUP
issuer. Selain itu, dilakukan pula monitoring proses
terbentuk.
settlement untuk memitigasi risiko timbulnya pending
settlement. Selain itu, dalam Rakorpusda dicapai pula
kesepakatan untuk ditindaklanjuti bersama berupa
Integrasi moda dan pembayaran elektronik
penyusunan bersama strategi implementasi teknologi
transportasi Jabodetabek: Saat ini sedang dilakukan
nirsentuh pembayaran jalan tol melalui penerapan
integrasi moda dan pembayaran elektronik untuk
Multi Lane Free Flow (MLFF), yang didukung lembaga
transformasi Jabodetabek (TransJakarta, MRT, LRT,
pengelola yang berperan sebagai Toll Service Provider
dan KCI). Terkait program tersebut, Bank Indonesia
(TSP) atau Electronic Toll Collection (ETC).
akan melakukan beberapa program, yaitu :
j. Perluasan Implementasi Remitansi Berakhir di
a. Fasilitasi serta monitoring dan evaluasi aspek
Rekening
bisnis untuk memastikan operator transportasi
bekerja sama dengan multi issuer dan PJSP Upaya memperluas implementasi remitansi dengan
sesuai ketentuan Bank indonesia sehingga dana berakhir di rekening, dilakukan melalui perluasan
mendukung kelancaran pembayaran layanan pada enam negara tujuan Pekerja Migran Indonesia
tranportasi publik. (PMI) yaitu Singapura, Malaysia, Hong Kong,
Brunei Darussalam, Taiwan, dan Jepang. Perluasan
b. Memberikan fasilitasi aspek teknis untuk
juga melibatkan enam KPwDN Bank Indonesia di
memastikan interoperabilitas instrumen
Lampung, Cirebon, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT,
pembayaran transportasi melalui serangkaian
dan NTB. Persiapan yang dilakukan adalah koordinasi
kegiatan yaitu: Proof of Concept (PoC), System
dan identifikasi negara tujuan PMI pada Maret 2019.
Integration Test (SIT), User Acceptance Test
Selanjutnya pada Triwulan II 2019, dilakukan pula
(UAT), dan Production Trial Run (PTR).
kegiatan monitoring perluasan implementasi remitansi

89
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
berakhir di rekening dengan melibatkan KPwDN Bank target SNKI yaitu banked people sebesar 75% pada
Indonesia di tiga daerah (NTT, NTB, dan Cirebon) 2019.
serta tiga negara yaitu Malaysia, Hong Kong, dan
Pada Triwulan II 2019 disusun materi arah kebijakan
Singapura.
LKD dan Laku Pandai sebagai dasar harmonisasi
Berdasarkan hasil survei, diketahui masih terdapat cakupan ketentuan LKD dan Laku Pandai. Materi
PMI dan keluarga PMI belum memiliki rekening bank dimaksud merupakan salah satu respons hasil
dan hanya sedikit PMI yang mengenal uang elektronik. High Level Meeting (HLM) antara Bank Indonesia
Karena itu, perlu diusulkan peningkatan kualitas dan OJK, dengan pokok pertemuan menyetujui
materi literasi keuangan bagi PMI dan keluarga PMI koordinasi rekomendasi harmonisasi LKD dan Laku
yang mencakup: Pandai dengan merumuskan visi kebijakan bersama
berdasarkan analisis industri dan mempertimbangkan
a. Benefit kepemilikan rekening tabungan; peningkatan keuangan inklusif, kelangsungan bisnis,
b. Cara membuka rekening tabungan; dan keterjangkauan layanan.

c. Cara bertransaksi menggunakan rekening; dan l. Progres Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)

d. Lebih lanjut dapat dikenalkan dengan rekening Bank Indonesia melakukan berbagai inisiatif untuk
uang elektronik serta cara bertransaksi menciptakan ekosistem pembayaran ritel nasional
menggunakan smartphone. yang aman, andal, dan terpercaya. Diawali dengan
peluncuran bersama kartu berlogo GPN pada Mei
Meski sebagian besar PMI mengetahui cara 2018, kehadiran GPN sebagai tulang punggung
melakukan remitansi ke Indonesia, namun masih (backbone) infrastruktur sistem pembayaran ritel
dijumpai PMI yang memilih remitansi dengan dana nasional diharapkan mampu menjadi roda penggerak
diterima secara tunai. Beberapa PMI bahkan mengaku inovasi yang mendorong terciptanya efisiensi
masih menggunakan jasa hawala (menitip melalui pelaku bisnis serta kemudahan dan keamanan bagi
orang). Bank Indonesia beserta penyelenggara masyarakat dalam bertransaksi. Pada akhirnya
terus berupaya meningkatkan keyakinan PMI untuk diharapkan pula mendukung pertumbuhan ekonomi
menggunakan jasa remitansi dengan dana berakhir dan keuangan digital.
di rekening antara lain terkait keamanan, kemudahan,
dan kecepatan penerimaan dana oleh keluarga. Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia menggelar
kegiatan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat
Preferensi penerimaan remitansi dengan dana mengenai GPN di beberapa Universitas dan
diterima secara tunai disebabkan adanya anggapan Pemerintah Daerah, dengan melibatkan pelaku
uang tunai lebih mudah dan praktis dikelola dan industri sistem pembayaran daerah. Sosialisasi
dibelanjakan. Selain itu, jarak ATM/bank yang jauh diperlukan karena masih ada kendala dalam
menjadi kendala sulitnya PMI dan keluarga di dalam implementasi GPN. Salah satunya berupa minimnya
negeri untuk melakukan pengambilan uang dari pengetahuan masyarakat dan internal perbankan
rekening secara periodik. Selanjutnya berdasarkan (frontliner) terkait GPN dan kurangnya promosi GPN
hasil survei di luar negeri, masih ditemui PMI yang oleh industri sistem pembayaran.
belum mengetahui cara mengirim remitansi dengan
dana berakhir di rekening. Edukasi dan sosialisasi Karena itu, untuk keberlanjutan sosialisasi dilakukan
yang masif dan kontinu tentang kepraktisan, terhadap 24 Universitas di 24 KPwDN Bank
keamanan, dan kecepatan model bisnis remitansi Indonesia. Hal ini sejalan dengan strategi komunikasi
perlu terus dilakukan. GPN dengan target 100% masyarakat aware dengan
kartu berlogo nasional. Melalui working group
k. Harmonisasi Layanan Keuangan Digital (LKD) dan kampanye GPN yang beranggotakan perwakilan
Laku Pandai industri sistem pembayaran dan Bank Indonesia,
dilakukan penguatan strategi komunikasi GPN. Selain
Pelaksanaan Strategi Nasional Keuangan Inklusif
itu, disusun pula beberapa program kerja berupa
(SNKI), khususnya Aksi Keuangan Inklusif Pilar 3 –
penguatan Key Visual terkini (up to date), dibarengi
Fasilitas Intermediasi dan Saluran Distribusi, dinilai
dengan pelaksanaan join campaign GPN. Program
perlu diharmonisasi sehingga sinergi keduanya
tersebut bertujuan mendorong awareness dan
optimal dalam meningkatkan akses keuangan dengan
akseptasi masyarakat terhadap GPN.

90
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Bersamaan dengan itu, pemantauan secara berkala lanskap risiko secara signifikan, seperti meningkatnya
dilakukan terhadap pencapaian perbankan dalam ancaman siber, persaingan monopolistik, dan shadow
mendistribusikan kartu berlogo GPN. Sampai Juni banking yang berpotensi mengurangi efektivitas
2019, kartu berlogo GPN telah terdistribusi sebanyak pengendalian moneter, stabilitas sistem keuangan
34,96 juta kartu di masyarakat atau mencapai 81,21% dan kelancaran sistem pembayaran. Kelima Visi SPI
dari total jumlah kartu GPN yang dicetak. Secara 2025 tersebut diwujudkan dalam lima inisiatif, yang
rata-rata, pertumbuhan distribusi kartu GPN terus akan diimplementasikan Bank Indonesia secara
mengalami peningkatan setiap bulannya. Selain itu, langsung maupun melalui kolaborasi dan koordinasi
seluruh Lembaga Switching dan Lembaga services dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta
sudah memproses penyelesaian akhir di Bank industri. Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia
Indonesia, untuk hasil perhitungan transaksi antar juga telah membentuk 5 (lima) working group guna
anggota dalam Lembaga Switching yang sama dan mengimplementasikan Visi SPI 2025 tersebut, yang
antar Lembaga Switching. Upaya lain Bank Indonesia nantinya akan bekerja sama dengan industri dan
untuk meningkatkan utilisasi dan akseptasi GPN otoritas terkait.
juga dilakukan dengan memanfaatkan interkoneksi
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Bank Indonesia
dan interoperabilitas antar pelakunya yaitu melalui
juga melakukan soft launching QR Code Indonesia
program layanan online dan penambahan fitur layanan
Standard (QRIS) yang merupakan langkah awal
tersebut di ATM.
transformasi digital Sistem Pembayaran Indonesia
Layanan Pembayaran Online : Populasi kartu debit dalam membantu percepatan pengembangan
sebagai instrumen pembayaran secara fisik relatif ekonomi dan keuangan digital. Hadirnya
besar, maka diupayakan perluasan layanan kartu debit QRIS memungkinkan pembayaran melalui QR
untuk pembayaran online melalui card not present. terinterkoneksi dan terinteropabilitas dengan
Layanan ini dilakukan seiring dengan peningkatan menggunakan satu standar QR Code. Pada tahap
volume transaksi e-commerce di Indonesia. awal, Bank Indonesia memperkenalkan QRIS untuk
Merchant Presented Mode (MPM) dan akan mulai
Fitur layanan ATM : Perilaku masyarakat Indonesia diimplementasikan pada Semester II 2019. Seminar
seringkali masih memanfaatkan kanal pembayaran ini fokus pada inovasi ekonomi digital, dengan tiga
ATM. Terkait hal tersebut upaya pengembangan fitur topik utama yaitu transformasi digital di sektor
layanan ATM pun dilakukan, antara lain top-up uang keuangan, mobile fast payment pada transformasi
elektronik melalui ATM. keuangan digital, serta penggunaan data granular
Secara umum, pengembangan sistem pembayaran pada ekonomi digital.
membawa banyak perubahan pada perilaku industri. Seminar Internasional tersebut dihadiri perwakilan
Hal ini kemudian berdampak pada penyesuaian model perbankan, institusi keuangan non bank, perusahaan
bisnis dan operasional antara pelaku, penyesuaian teknologi finansial dan e-commerce, organisasi
aspek regulasi/kebijakan, serta terbentuknya standar internasional, asosiasi, kementerian dan lembaga,
nasional. Sejalan dengan hal tersebut penyesuaian akademisi, media maupun perwakilan peserta dari
juga terjadi pada perilaku pengguna, khususnya terkait luar negeri. Seminar diisi narasumber nasional dan
penyimpanan, pemrosesan, dan keamanan data. internasional antara lain Head of Singapore and
m. Seminar Internasional “Digital Transformation for ASEAN Citibank , CEO Tokopedia, Group Chief
Indonesian Economy”. Economist of Sea Group, Parents company of Shopee,
Bank of Thailand, Chief Transformation Officer NETS,
Pada 27 Mei 2019 yang lalu, Bank Indonesia dan Chief Digital Officer NPCI.
menyelenggarakan Seminar Internasional bertema
“Digital Transformation for Indonesian Economy” n. Penerbitan Ketentuan Mengenai Penyempurnaan
di Jakarta. Pada seminar tersebut, Gubernur Bank Kebijakan Operasional Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia memaparkan Lima Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SKNBI)
Indonesia (SPI) 2025. Hal tersebut dilakukan Dalam rangka memastikan arus digitalisasi
guna memastikan arus digitalisasi berkembang berkembang dalam ekosistem ekonomi dan
dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital keuangan digital yang kondusif, Bank Indonesia
yang kondusif. Visi SPI tersebut sejalan dengan telah menetapkan 5 (lima) Visi Sistem Pembayaran
perkembangan digitalisasi saat ini yang mengubah Indonesia (SPI) 2025 yang akan diwujudkan melalui

91
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
5 (lima) inisiatif. Salah satu dari inisiatif tersebut • PADG NO.21/10/PADG/2019 tanggal 31 Mei
adalah pengembangan Retail Payment System yang 2019 tentang Standar Layanan Nasabah dalam
mendukung ekonomi dan keuangan digital. Salah satu Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal
quick wins dari insiatif tersebut diwujudkan melalui oleh Bank Indonesia
pengembangan dan penyempurnaan kebijakan
• PADG NO.21/11/PADG/2019 tanggal 31 Mei 2019
SKNBI.
tentang Batas Nilai Nominal Transaksi Melalui
Penyempurnaan kebijakan SKNBI ini bertujuan untuk Sistem BI-RTGS dan SKNBI
memenuhi kebutuhan masyarakat atas penyelesaian
Seluruh ketentuan baru mengenai penyempurnaan
transaksi dengan nominal yang semakin besar, cepat,
kebijakan operasional SKNBI tersebut akan berlaku
dan efisien serta meningkatkan layanan kepada
efektif pada 1 September 2019.
nasabah dalam penggunaan SKNBI berupa:

1. Peningkatan periode setelmen SKNBI pada


Layanan Transfer Dana dari 5 (lima) kali per hari 3.4.2. Perlindungan Konsumen
menjadi 9 (sembilan) kali per hari dan peningkatan
Layanan Pembayaran Reguler dari 2 (dua) kali per Sebagai tindak lanjut penyempurnaan Framework
hari menjadi 9 (sembilan) kali per hari; Perlindungan Konsumen, pada Triwulan II 2019 Bank
Indonesia telah menyelesaikan penyusunan draft
2. Percepatan Service Level Agreement (SLA) penyempurnaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang
pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE) Perlindungan Konsumen. Dalam proses penyusunan draft
Layanan Transfer Dana dan Layanan Pembayaran tersebut, Bank Indonesia melakukan serangkaian kegiatan
Reguler dari masing-masing paling lambat 2 (dua) yaitu melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) pada
jam menjadi masing-masing paling lambat 1 19 Juni 2019 dengan mengundang Kementerian/Lembaga
(satu) jam; dan Asosiasi terkait (Kemendag, OJK, BPKN, YLKI,
Perbanas, Perbarindo, LAPSPI, AKKI, ASPI, AFTECH, AMII,
3. Percepatan Service Level Agreement (SLA)
APPUI, dan APJATIN). Selain itu juga, dilaksanakan rapat
penerusan dana kepada nasabah untuk Layanan
koordinasi dengan satuan kerja terkait di Bank Indonesia
Transfer Dana dan Layanan Pembayaran Reguler
pada 20-22 Juni 2019.
dari masing-masing paling lambat 2 (dua) jam
menjadi masing-masing paling lambat 1 (satu) Draft penyempurnaan PBI tersebut disusun dengan
jam; memperhatikan prinsip-prinsip international best practices
(G-20 High Level Principles for Financial Consumer
4. Perubahan capping transaksi Layanan Transfer
Protection) yang dicantumkan dalam framework.
Dana dan Layanan Pembayaran Reguler dari
Penyelesaian PBI dan pedoman pelaksanaannya
Rp500 juta menjadi Rp1 miliar; dan
ditargetkan selesai pada Desember 2019 yang akan
5. Perubahan biaya transaksi Layanan Transfer datang. Penyempurnaan terhadap PBI tersebut akan
Dana yang dikenakan Bank Indonesia kepada menjadi arah penguatan fungsi Perlindungan Konsumen
Bank dari Rp1.000,- per DKE menjadi Rp 600,- Bank Indonesia ke depan.
per DKE dan dari Bank kepada nasabah dari
Selain memperkuat fungsi Perlindungan Konsumen,
maksimal Rp5.000,- per transaksi menjadi
Bank Indonesia juga sedang melakukan kajian mengenai
Rp3.500,- per transaksi;
Perlindungan Konsumen Era Digital, serta kajian
Sebagai dasar hukum dalam implementasi kebijakan mengenai pengawasan berbasis conduct (market conduct
tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan beberapa supervision). Kedua kajian tersebut bertujuan merespons
ketentuan sebagai berikut: berbagai tantangan perkembangan inovasi teknologi.
Sebagai upaya untuk meningkatkan literasi konsumen
• PBI NO.21/8/PBI/2019 tanggal 24 Mei 2019 terhadap sistem pembayaran, Bank Indonesia juga akan
tentang Perubahan Ketiga PBI NO.17/9/PBI/2015 menyusun Strategi Edukasi Perlindungan Konsumen
tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Jasa Sistem Pembayaran, yaitu Pedoman Strategi
Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia Edukasi Konsumen. Dalam melakukan kajian mengenai
perlindungan konsumen era digital, kajian market conduct
• PADG NO.21/12/PADG/2019 tanggal 31 Mei
supervision, serta penyusunan strategi edukasi, Bank
2019 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana
Indonesia melakukan koordinasi dengan konsultan ahli
dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia
dari World Bank guna memperkaya hasil kajian.

92
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Penanganan Pengaduan Konsumen


3.4.3. Program Keuangan Inklusif
Terkait dengan perlindungan konsumen, maka Bank
Dalam mendorong pengembangan keuangan inklusif,
Indonesia dapat melakukan penanganan terhadap
Bank Indonesia menyusun strategi, rekomendasi
pengaduan konsumen ke Bank Indonesia. Cakupan
ketentuan, melakukan monitoring, melakukan kerja
pengaduan konsumen yang ditangani meliputi instrumen
sama dan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga dan
pemindahan dana dan/atau penarikan dana (Cek dan
otoritas terkait. Pengalihan fungsi ini menjadi penting agar
BG, Transfer dana termasuk RTGS dan SKNBI), Alat
pengembangan keuangan inklusif Bank Indonesia menjadi
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu ATM/Debet dan
optimal mendukung pencapaian target Strategi Nasional
Kartu Kredit, Uang Elektronik, dan Penyediaan dan/atau
Keuangan Inklusif (SNKI). Peraturan Presiden RI Nomor
Penyetoran Uang Rupiah.
82 Tahun 2016 menetapkan target SNKI yaitu persentase
Penanganan pengaduan Konsumen Jasa Sistem jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses layanan
Pembayaran ke Bank Indonesia dilakukan melalui keuangan pada lembaga keuangan formal sebesar 75%
kegiatan Edukasi, Konsultasi, dan Fasilitasi. Edukasi pada akhir 2019. Selama ini strategi pengembangan
berupa pemberian pemahaman pada konsumen keuangan inklusif Bank Indonesia dilakukan bersamaan
mengenai produk Sistem Pembayaran melalui berbagai dengan kebijakan sistem pembayaran, sehingga program
media. Konsultasi dilakukan dengan memberikan kerja yang dilaksanakan terkait erat dengan sistem
pemahaman pada konsumen dan penyelenggara apabila pembayaran.
terdapat permasalahan dalam penggunaan Jasa Sistem
Implementasi program kerja pengembangan keuangan
Pembayaran melalui tatap muka, telepon, email, surat
inklusif di Bank Indonesia meliputi elektronifikasi bantuan
atau media lain. Fasilitasi merupakan upaya penyelesaian
sosial dan perluasan elektronifikasi transaksi penerimaan
pengaduan konsumen yang mengandung unsur sengketa
dan pembayaran. Selain itu, terdapat program keuangan
keperdataan dengan cara memanggil, mempertemukan,
inklusif guna mendorong saluran distribusi keuangan
mendengar, dan memotivasi penyelenggara dengan
berupa pembukaan uang elektronik berbasis server,
konsumen.
peningkatan agen Layanan Keuangan Digital (LKD),
Jumlah pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti Bank serta harmonisasi LKD dan Laku Pandai (oleh OJK).
Indonesia sampai Triwulan II 2019 mencapai 1.473 Dalam rangka mendorong akses keuangan UMKM, Bank
pengaduan, didominasi permasalahan kartu kredit Indonesia melaksanakan uji coba sistem pemeringkatan
sebanyak 975 pengaduan, atau 66% dari total pengaduan. kredit UMKM di Jawa Tengah, bersama dengan Perum
Selanjutnya diikuti permasalahan kartu ATM/Debet, dengan Penjaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) dan BPD Jawa
226 pengaduan atau 15% dari total pengaduan. Pengaduan Tengah.
yang diterima dan ditindaklanjuti melalui kegiatan Edukasi
Perkembangan implementasi program keuangan inklusif
sebanyak 1.344 pengaduan, dan kemudian ditindaklanjuti
dengan Konsultasi sebanyak 129 pengaduan. Sebagaimana diamanatkan Peraturan Presiden No.82
Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif
DATA PENGADUAN KONSUMEN s.d. TW-II 2019
(SNKI), Bank Indonesia berperan aktif dalam Dewan
Internet/Mobile, Nasional Keuangan Inklusif (DNKI). Dalam kegiatan DNKI,
Lainnya, 24, 2%
Banking, 21, 1%
Penyediaan/Penyetoran Uang, Bank Indonesia terlibat aktif dalam diskusi/forum terkait
14, 1%
keuangan inklusif, Rapat Tingkat Menteri (RTM), dan
Transfer Dana, memberi masukan terkait metodologi survei keuangan
102, 7%
inklusif serta penetapan indikator keuangan inklusif
yang dikoordinasikan Kementerian Koordinator Bidang
Uang Elektronik,
111, 8% Perekonomian.

Kartu ATM / Debet, Kartu Kredit, Keterlibatan aktif Bank Indonesia dalam pengembangan
226, 15% 975, 66% keuangan inklusif juga dilakukan dalam berbagai forum
internasional yang meliputi:

a. ASEAN WC-FIN (ASEAN Working Committee on


Financial Inclusion)
Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.12. Data Pengaduan Konsumen

93
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Bank Indonesia untuk kedua kalinya (2019-2020)
3.4.4. Pengawasan Sistem Pembayaran
menjadi Country Coordinator Desired Outcome (DO)
3-Digital Financial Services (DFS) bersama Bangko Di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia konsisten
Sentral ng Pilipinas (BSP). Pada periode 1 (2016- menjaga dan meningkatkan kelancaran, keamanan,
2017), Bank Indonesia menjadi Co-Chair ASEAN- keandalan, dan efisiensi sistem pembayaran. Secara
WC_FIN bersama Bank Negara Malaysia (BNM). berkesinambungan Bank Indonesia juga memperkuat
Pada forum ini, Bank Indonesia bersama World Bank pengawasan dan mengembangkan infrastruktur sistem
melaksanakan Stocktaking Survey on Digital Financial pembayaran. Penguatan dilakukan dengan memperluas
Services (DFS), dan hasilnya disusun beberapa output akses penggunaan instrumen pembayaran nontunai
berupa: dan mendorong penyelenggara sistem pembayaran
memperhatikan aspek perlindungan konsumen.
i. Report on Advancing Digital Financial Inclusion in
ASEAN: Policy and Regulation Enablers Hasil pengawasan dan pemeriksaan Bank Indonesia
menunjukkan kinerja industri meningkat dan pelaku industri
Memberikan gambaran kerangka kerja kebijakan
sistem pembayaran secara berkesinambungan melakukan
dan peraturan DFS di negara-negara ASEAN
mitigasi risiko ke arah yang lebih baik. Penggunaan kartu
dalam perspektif keuangan inklusif. Hal ini dapat
ATM/Debet, kartu kredit, dan uang elektronik secara
digunakan sebagai analisa dan laporan hasil
keseluruhan menunjukkan peningkatan nilai transaksi
Stocktaking Survey on DFS.
masing-masing 5,04%, 1,99% dan 242,23% (yoy), dengan
ii. Guidance Notes on DFS Non Performing Loan (NPL) kartu kredit 2,40%.

Digunakan ASEAN Member States (AMS) atau Pada Juni 2019, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan
negara anggota ASEAN sebagai referensi dalam terhadap tiga Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran
pengembangan DFS masing-masing AMS. (PJSP) Bank, empat PJSP Non-Bank dan dua PJPUR.
Pemeriksaan bertujuan memperoleh gambaran/profil dan
b. G 20-GPFI (G 20 – Global Partnership for Financial asesmen terhadap risiko PJSP sekaligus memastikan
Inclusion) penyelenggara jasa sistem pembayaran berjalan
sesuai ketentuan. Selain itu, selama 2019, dilakukan
Dalam forum ini, Bank Indonesia sebagai Co-Chair
pula pemeriksaan khusus penerapan APU-PPT pada
Subgroup on Regulation and Standard Setting Bodies
Penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
bersama India dan United Kingdom. Pada 2018, GPFI
(APMK), Uang Elektronik (UE), dan Dompet Elektronik,
menyampaikan deliverables berupa G20 Policy Guide
dengan sampling tujuh PJSP yang terdiri atas tiga PJSP
on Digitalization and Informality: Harnessing Digital
Non-Bank penerbit UE, dua PJSP Penerbit UE dan DE,
Financial Inclusion for Individuals and MSMEs in
serta dua PJSP penerbit kartu kredit Non-Bank.
the Informal Economy dan GPFI Work Program and
Structure: A Roadmap to 2020. Bersamaan dengan pemeriksaan tersebut, Bank Indonesia
senantiasa memantau penyelenggara jasa sistem
c. OECD-INFE (Organization for Economic Cooperation
pembayaran terhadap progres implementasi Standar
and Development - International Network for Financial
Nasional Teknologi Chip (SNTC) APMK. Sampai Juni 2019,
Education)
recarding SNTC pada kartu ATM/Debet mencapai 66,25
Saat ini Bank Indonesia menjadi Country Coordinator juta kartu atau 52,87% dari 125,32 juta kartu yang wajib
financial education di Indonesia bersama OJK dimigrasikan ke SNTC. Sesuai ketentuan Bank Indonesia,
(selaku focal point). Sejak 2011 Bank Indonesia sampai tahapan implementasi pada 1 Januari 2020,
sebagai membership OECD-INFE dan berkomitmen penerbitan kartu SNTC mencapai minimal 50% dari kartu
mendukung knowledge and experience sharing yang diterbitkan.
OECD-INFE.
Pencapaian target tersebut tidak lepas dari upaya: (i)
d. PAFI – CPMI (Payment Aspect of Financial Inclusion - meminta bank penerbit secara reguler melaporkan
Committee on Payment and Market Infrastructure) realisasi pencetakan kartu ATM dan/atau kartu Debet
menggunakan SNTC dan PIN Online 6 Digit sejak 2016;
Saat ini Bank Indonesia menjadi member dari (ii) melakukan koordinasi dengan satuan kerja terkait; serta
Committee on Payment and Market Infrastructure dan (iii) menjatuhkan sanksi terhadap penerbit kartu yang tidak
anggota Subgroup Fintech dalam PAFI. memenuhi tahapan implementasi 30% pada 1 Januari
2019.

94
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Terkait implementasi Gerbang Pembayaran Nasional Pengelolaan Uang Rupiah. Kedua peraturan itu
(GPN), Bank Indonesia juga memastikan PJSP menerbitkan dikeluarkan bersamaan dengan penandatanganan
kartu berlogo nasional dan kewajiban terhubung dengan Nota Kesepahaman dengan Pemerintah.
minimal dua Lembaga Switching sesuai batas waktu yang
Sejalan dengan amanat UU Mata Uang tersebut, Bank
ditetapkan. Progres pencetakan kartu berlogo nasional
Indonesia secara berkala juga menyusun Estimasi
sudah mencapai 43,05 juta kartu atau 35,93% dari target
Kebutuhan Uang (EKU). EKU merupakan perhitungan
bank sebanyak 119,81 juta kartu selama 2019. Sedangkan
proyeksi kebutuhan uang Rupiah meliputi jumlah dan
distribusi kartu tercatat mencapai 34,91 juta kartu atau
komposisi pecahan, baik untuk wilayah Kantor Pusat
31,36% dari target bank 111,31 juta kartu selama 2019.
Bank Indonesia (KPBI) maupun Kantor Perwakilan
Dalam Negeri Bank Indonesia (KPwDN) dalam
periode tertentu. EKU digunakan sebagai acuan Bank
3.4.5. Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Indonesia dalam menetapkan kebijakan strategis
berupa penetapan rencana pencetakan uang
Bank Indonesia memiliki misi menyediakan uang layak
Rupiah serta kebutuhan bahan baku uang Rupiah.
edar, dengan denominasi sesuai, just in time melalui central
Penyusunan EKU bertujuan memenuhi permintaan
bank driven, selaras dengan arah kebijakan nontunai,
uang kartal di masyarakat, mengganti Uang Rupiah
serta memperhatikan efisiensi dan kepentingan nasional.
Yang Tidak Layak Edar (UTLE), serta menjaga
Dalam upaya mencapai misi tersebut dan sinergi bauran
kecukupan kas Bank Indonesia.
kebijakan, Bank Indonesia melakukan evaluasi strategi
pencapaian melalui tiga pilar pengelolaan uang Rupiah, Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia senantiasa
yaitu (i) ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas dan melakukan review secara periodik dengan
terpercaya, (ii) sistem distribusi uang yang efisien dan mempertimbangkan perkembangan makroekonomi.
Layanan Kas Prima, serta (iii) infrastruktur pengelolaan Selama triwulan laporan, Bank Indonesia melakukan
uang Rupiah yang memadai dan berbasis teknologi. review EKU terutama terkait pemenuhan kebutuhan
uang selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019, serta
1. Ketersediaan Uang Rupiah
melakukan proyeksi EKU tahun 2020-2021 dengan
Dalam mencapai pilar pertama terkait ketersediaan uang seluruh unit kerja kas di KPwDN.
yang berkualitas dan terpercaya, selama Triwulan II 2019,
Selanjutnya, Bank Indonesia terus berkomitmen
Bank Indonesia melakukan kegiatan sebagai berikut:
untuk menyediakan uang layak edar bagi masyarakat,
a. Koordinasi dengan Pemerintah dalam perencanaan, berupa uang Rupiah asli layak edar berdasarkan
pencetakan, dan pemusnahan uang standar kualitas Bank Indonesia. Penyediaan uang
Rupiah yang berkualitas sangat penting untuk
Sesuai dengan amanat UU Mata Uang dalam menjaga integritas Rupiah sebagai salah satu simbol
melakukan perencanaan, pencetakan dan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Selain itu,
pemusnahan uang Bank Indonesia berkoordinasi uang yang layak edar juga memberikan kenyamanan
dengan pemerintah. Bentuk koordinasi tersebut bertransaksi bagi masyarakat.
dituangkan dalam Nota Kesepahaman antara Bank
Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia Sebagai wujud komitmen menyediakan uang yang
Nomor 14/GBI/DPU//NK/MOU-5/MK.05/2012 layak edar di masyarakat, Bank Indonesia secara
tentang Pelaksanaan Koordinasi terkait Perencanaan rutin melakukan pemusnahan uang yang sudah tidak
dan Pencetakan, serta Pemusnahan Uang Rupiah. layak edar. Uang tidak layak edar yang dimusnahkan
Nota kesepahaman ditandatangani Bank Indonesia adalah uang lusuh, uang rusak, maupun uang yang
dan Kementerian Keuangan RI selaku wakil dari masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu
Pemerintah pada 27 Juni 2012. tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan/atau
kurang diminati masyarakat, serta uang yang telah
Selain itu, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dicabut/ditarik dari peredaran. Beberapa contoh
dilakukan Bank Indonesia diatur melalui dua peraturan uang Rupiah tidak layak edar berdasarkan standar
pelaksanaan, yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Bank Indonesia adalah uang yang kondisinya telah
Nomor 14/7/PBI/2012 tentang Pengelolaan Uang berubah, antara lain karena jamur, minyak, bahan
Rupiah dan Peraturan Dewan Gubernur Bank kimia dan coretan atau yang fisiknya berubah karena
Indonesia (PDG) Nomor 14/13/PDG/2012 tentang terbakar, berlubang, atau robek.

95
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia menyampaikan Uang Rupiah yang dicabut dan ditarik dari peredaran
laporan jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dapat ditukarkan dengan uang Rupiah layak edar,
dimusnahkan periode Triwulan I 2019 kepada dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan amanat
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan. UU. Setelah berlakunya UU No.23 Tahun 1999 tentang
Penyampaian laporan ini sejalan dengan amanat Pasal Bank Indonesia maka jangka waktu penukaran untuk
11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 uang Rupiah yang dicabut adalah 10 tahun setelah
tentang Mata Uang dan NK yang sudah disepakati uang dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran.
sebelumnya. Dalam lima tahun pertama, penukaran dapat
dilakukan di seluruh bank umum dan Bank Indonesia.
b. Kerja sama pencetakan uang Rupiah dengan Selanjutnya, pada lima tahun berikutnya penukaran
Perusahaan Umum Pencetakan Uang Republik hanya dapat dilakukan di Bank Indonesia. Penukaran
Indonesia (Perum Peruri) tidak dapat dilakukan jika sudah melewati jangka
Pencetakan uang Rupiah yang dilakukan Bank waktu 10 tahun sejak penetapan pencabutan dan
Indonesia berdasarkan pada rencana cetak tahunan penarikan uang Rupiah dari peredaran. Sementara itu,
yang sudah disusun sebelumnya. Rencana ini untuk uang Rupiah yang dicabut sebelum berlakunya
mencakup jumlah nominal dan jumlah lembar untuk UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
uang Rupiah kertas, serta rencana jumlah nominal dan penukaran hanya bisa dilakukan di Bank Indonesia.
keping untuk uang Rupiah logam. Sesuai amanat UU Selama periode laporan, Bank Indonesia tidak
Mata Uang, pencetakan uang Rupiah dilaksanakan menerbitkan kebijakan mencabut dan menarik uang
di dalam negeri dengan menunjuk Badan Usaha Rupiah dari peredaran. Namun demikian, sampai
Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan akhir Triwulan II 2019 berdasarkan kebijakan yang
uang Rupiah. Saat ini, Perusahaan Umum Percetakan ditetapkan sebelumnya masih terdapat 19 jenis
Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan pecahan uang kertas dan lima jenis pecahan uang
satu-satunya BUMN yang melakukan pencetakan logam yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran,
uang Rupiah. dan masih dapat ditukarkan dengan uang Rupiah
Untuk mendukung pencapaian misi Bank Indonesia layak edar. Seluruh pecahan uang Rupiah kertas yang
yaitu memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dicabut dan ditarik dari peredaran dimaksud hanya
dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang dapat ditukarkan di Bank Indonesia, karena sudah
sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak memasuki periode 5 tahun kedua.
edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Jumlah penukaran uang yang telah dicabut dari
Indonesia, maka kerja sama dengan Perum Peruri peredaran pada Triwulan II 2019 tercatat Rp180.000
terus ditingkatkan. Peningkatan kerja sama bertujuan yang keseluruhannya merupakan uang kertas yang
agar pencetakan uang Rupiah dapat sesuai rencana terdiri atas pecahan Rp10.000 TE 1985, Rp5.000
yang ditetapkan, termasuk jadwal pencetakan dan TE 1986, Rp1.000 TE 1980, Rp1.000 TE 1987 dan
kualitas hasil cetak uang Rupiah. Selama Triwulan II Rp500 TE 1988. Selanjutnya uang Rupiah yang sudah
2019, Bank Indonesia telah melakukan pencetakan tidak berlaku tersebut akan dimusnahkan oleh Bank
uang Rupiah sebesar Rp97,1 triliun yang terdiri atas Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan.
2,8 miliar lembar uang kertas dan 0,2 miliar keping
uang logam. d. Pencegahan terhadap tindak pidana kejahatan mata
uang Rupiah
c. Pencabutan dan Penarikan Uang Rupiah
Salah satu tantangan yang dihadapi Bank Indonesia
Pencabutan dan penarikan uang Rupiah dari adalah peredaran uang Rupiah palsu. Secara jangka
peredaran dilakukan untuk mencegah dan menekan panjang peredaran uang Rupiah palsu secara
peredaran uang Rupiah palsu serta menyesuaikan langsung merugikan masyarakat, karena tidak
komposisi dan emisi pecahan uang Rupiah yang ada penggantian terhadap uang palsu yang tanpa
beredar. Pencabutan dan penarikan uang Rupiah sengaja diterima masyarakat. Secara jangka panjang,
merupakan rangkaian kegiatan untuk menetapkan peredaran uang palsu juga berpotensi mengganggu
uang Rupiah tidak lagi berlaku di wilayah NKRI sebagai kestabilan ekonomi nasional dan menurunkan
alat pembayaran yang sah. Pelaksanaan pencabutan kepercayaan masyarakat terhadap uang Rupiah.
dan penarikan uang Rupiah selanjutnya dituangkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang diumumkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

96
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

1) Sosialisasi dan Edukasi Publik mengenai Ciri Publikasi mengenai uang Rupiah dalam bentuk
Keaslian Uang Rupiah Iklan Layanan Masyarakat (ILM) dibedakan
menjadi tiga kategori, (i) Pengelolaan Uang
Bank Indonesia secara konsisten dan berkala Rupiah, (ii) Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah dan,
melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi (iii) Cara Merawat Rupiah. Pada Triwulan II 2019,
publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah publikasi ILM CIKUR dilakukan melalui media
(CIKUR). Edukasi juga dilakukan dengan publikasi luar ruang (commuterline) media massa, yaitu
melalui media massa (media elektronik dan media media elektronik (televisi Bandara dan Stasiun),
cetak), maupun melalui media sosial. Upaya maupun media cetak (buku, majalah, koran
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai nasional), dan media sosial seperti Youtube dan
CIKUR diharapkan dapat mempersempit ruang Twitter, serta media online melalui minisite Rupiah
gerak peredaran uang palsu. pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Selama Triwulan II 2019, kegiatan sosialisasi dan Selain itu, publikasi CIKUR juga dilakukan melalui
edukasi uang Rupiah dilakukan kepada Aparat video Edukasi Rupiah dan media cetak yaitu
Penegak Hukum (Aparkum) melalui kegiatan buku Cerita Anak Seri “Aku Cinta Rupiah” yang
koordinasi dengan Kepolisian Provinsi Banten. dibagikan saat kegiatan sosialisasi dilaksanakan.
Sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat, Selain itu, pada Triwulan II 2019 Bank Indonesia
akademisi, siswa dan mahasiswa serta dosen juga melakukan publikasi media cetak melalui
melalui kegiatan Museum Goes to School. pemasangan iklan 3D di beberapa majalah.
Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan 3) Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap barang
kegiatan sosialisasi kepada para pelaku usaha bukti uang Rupiah yang diduga palsu dari
cash handler yaitu kepada perbankan maupun kepolisian
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah
(PJPUR) mengenai ciri keaslian uang Rupiah dan Atas dasar permintaan Kepolisian Bank
cara merawat Rupiah dengan baik. Indonesia melakukan pemeriksaan laboratorium
terhadap barang bukti uang Rupiah yang diduga
Kegiatan sosialisasi dan edukasi publik pada palsu. Hasil pemeriksaan laboratorium menjadi
Triwulan II 2019 telah dilakukan 21 kali dengan salah satu alat bukti utama pihak Kepolisian
jumlah peserta mencapai 1.387 orang, terutama dalam melakukan penuntutan hukum untuk
dari kelompok PJPUR. Kegiatan ini bertujuan selanjutnya diserahkan kepada Kejaksaan. Pada
meningkatkan pemahaman cash handler Triwulan II 2019, berdasarkan hasil pemeriksaan
mengenai pengelolaan uang Rupiah, ciri keaslian laboratorium terhadap barang bukti uang Rupiah
uang Rupiah, dan penanggulangan uang palsu yang diduga palsu tersebut, Bank Indonesia telah
sehingga diharapkan dapat meningkatkan soft melakukan dua kali pemeriksaan laboratoris
skill dalam pengolahan uang Rupiah secara lebih terhadap uang Rupiah yang diduga palsu dengan
baik. barang bukti sebanyak 552 lembar terdiri atas
2) Publikasi mengenai ciri keaslian uang Rupiah pecahan Rp100.000 (356 lembar), pecahan
Rp50.000 (100 lembar) dan Rp20.000 (96 lembar).
Guna memperkuat kegiatan sosialisasi dan
edukasi secara langsung pada masyarakat, Bank Sebagai upaya meningkatkan koordinasi
Indonesia juga berupaya menjangkau target penanggulangan uang palsu dengan Aparkum,
masyarakat yang lebih luas dengan menerbitkan Bank Indonesia telah menyusun Petunjuk
publikasi mengenai uang Rupiah. Publikasi Teknis Koordinasi Penanganan Tindak Pidana
tersebut dilakukan melalui media massa, baik Terhadap Uang Rupiah. Petunjuk teknis tersebut
media elektronik (TV Bandara, TV Stasiun Kereta, memberikan pedoman bagi Bank Indonesia dan
bioskop, radio), media luar ruang, media cetak Aparkum agar terdapat keseragaman tindakan
(buku, majalah, koran), maupun melalui media dalam penanganan tindak pidana terhadap uang
sosial. Rupiah, termasuk pencatatan data uang palsu
pada aplikasi BI-CAC11. Pencatatan data tersebut

11 Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center

97
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Gambar 3.2. Peta Sebaran Kasus Uang Palsu Nasional

penting untuk mendukung terwujudnya sentra 2. Distribusi Uang dan Layanan Kas
database uang palsu nasional. Berdasarkan data
laboratorium BI-CAC, mayoritas temuan uang Dalam upaya mencapai pilar kedua terkait sistem distribusi
palsu berdasarkan hasil pengungkapan kasus uang yang efisien dan layanan kas yang prima, selama
terjadi di daerah yang memiliki aktivitas ekonomi Triwulan II 2019 Bank Indonesia melakukan beberapa
tinggi, yaitu di Pulau Jawa dan daerah besar di kegiatan yakni:
luar Pulau Jawa. a. Peningkatan persediaan uang Rupiah di Kantor Pusat
4) Pemberian keterangan ahli dalam tindak pidana maupun di Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN)
uang Rupiah palsu Bank Indonesia.

Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang Kegiatan distribusi uang Rupiah ke seluruh Indonesia
menentukan keaslian uang Rupiah, memberikan merupakan tugas Bank Indonesia dalam menjaga
dukungan penegakan hukum dalam bentuk ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup,
pemberian keterangan ahli uang Rupiah. Hal ini tepat waktu, dan kualitas yang layak edar. Mekanisme
dilakukan Bank Indonesia sebagai wujud nyata distribusi uang Rupiah dilakukan dari Kantor
penerapan langkah represif penanganan kasus Pusat BI (KPBI) ke KPwDN, baik secara langsung
uang palsu. Pemberian keterangan ahli dilakukan maupun tidak langsung melalui Kantor Depo Kas
pegawai Bank Indonesia, baik di Pengadilan (KDK), dengan mempertimbangkan efisiensi jalur
maupun di Kepolisian pada kasus tindak pidana distribusi dan ketersediaan moda transportasi.
pemalsuan uang Rupiah. KDK merupakan salah satu KPwDN yang berfungsi
sebagai jangkar distribusi bagi KPwDN lainnya di
Selama Triwulan II 2019, dilakukan pemberian wilayah koordinasinya. Saat ini terdapat 12 KDK yaitu
dua keterangan ahli baik di Pengadilan maupun empat KDK di wilayah Sumatera (Medan, Pekanbaru,
di Kepolisian terkait tindak pidana pemalsuan Palembang dan Lampung), tiga KDK di wilayah Jawa
uang Rupiah. Sebagai tindak lanjut pemberian (Bandung, Semarang dan Surabaya), dua KDK di
keterangan ahli tersebut, pengadilan terkait wilayah Kalimantan (Banjarmasin dan Balikpapan),
kasus tindak pidana pemalsuan uang Rupiah dan serta tiga KDK di wilayah Sulampua Bali Nusra
pengedaran uang Rupiah palsu memberikan hasil (Denpasar, Makassar dan Manado). Sementara itu,
putusan berupa sanksi pidana penjara sesuai empat KPwDN Bank Indonesia yang mendapatkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang kiriman langsung dari KPBI adalah KPwDN Provinsi
Mata Uang. Kepulauan Riau, KPwDN Provinsi Kalimantan Barat,
KPwDN Provinsi Banten dan KPwDN Cirebon.

98
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Gambar 3.3. Jalur Distribusi Uang Rupiah oleh Bank Indonesia

Moda transportasi utama dalam kegiatan distribusi Pusat hanya sebesar Rp48,7 triliun. Pangsa terbesar
uang dilakukan melalui darat (truk, kontainer dan kereta pengiriman uang ke KPwDN ditujukan pada KPwDN
api) dan laut (kapal barang dan kapal penumpang). di wilayah Jawa (Rp41,1 triliun), diikuti Sumatera
Namun, dalam kondisi tertentu, moda transportasi (Rp20,2 triliun), Sulampua Bali Nusra (Rp10,5 triliun),
udara (pesawat) juga digunakan dalam pendistribusian dan KPwDN di wilayah Kalimantan (Rp7,2 triliun),
uang. Untuk meningkatkan dan menjaga kelancaran sejalan dengan size ekonomi wilayah tersebut.
distribusi uang, Bank Indonesia terus meningkatkan
kerja sama dengan berbagai instansi penyedia moda Seiring kenaikan kebutuhan uang oleh perbankan dan
transportasi seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT masyarakat, kegiatan distribusi uang selama periode
Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), dan penyedia laporan juga mengalami kenaikan hingga 297%
jasa transportasi lain (PT Silkargo). Selain itu, Bank menjadi sebanyak 98 kali pengiriman dibanding
Indonesia juga berkoordinasi dengan Kepolisian triwulan sebelumnya yang hanya sebanyak 33
Negara Republik Indonesia (POLRI) dan Tentara kali pengiriman. Kegiatan distribusi uang tersebut
Nasional Indonesia – Angkatan Laut (TNI-AL) terkait dilakukan dengan menggunakan moda transportasi
penyediaan pengawalan dan pengamanan jalur berupa kereta api 21 kali, kapal penumpang 19 kali,
distribusi uang dan layanan kas di seluruh wilayah kapal barang 18 kali, dan truk Bank Indonesia 40 kali.
NKRI. b. Layanan Penarikan dan Penyetoran oleh Perbankan
Selama Triwulan laporan, realisasi distribusi uang Pada Triwulan II 2019, jumlah uang yang ditarik
Rupiah mencapai Rp127,7 triliun dalam berbagai perbankan dari Bank Indonesia (outflow) mencapai
pecahan. Jumlah tersebut, mengalami kenaikan Rp238,0 triliun atau naik 131,1% (qtq) dibanding
314,6% (qtq) dibanding Triwulan sebelumnya yang triwulan sebelumnya Rp103,0 triliun. Sedangkan
tercatat sebesar Rp30,8 triliun. Kenaikan tersebut jumlah uang yang disetorkan perbankan (inflow)
dipengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal mencapai Rp214,3 triliun atau naik 19,8% (qtq)
seiring dengan meningkatnya akivitas transaksi dibanding triwulan sebelumnya Rp178,9 triliun. (Grafik
ekonomi masyarakat, khususnya pada sektor 3.13 dan Grafik 3.14).
konsumsi dan transportasi yang terkait dengan
Ramadhan dan Idul Fitri 2019 serta awal masa libur Sampai dengan akhir Triwulan laporan, belum terdapat
sekolah. kebijakan baru Bank Indonesia sehubungan dengan
layanan penarikan dan penyetoran oleh perbankan.
Berdasarkan wilayah, sebagian besar distribusi uang Layanan penarikan dan penyetoran masih mengacu
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di KPwDN yaitu pada Peraturan Dewan Gubernur Nomor 19/19/
mencapai Rp79,0 triliun, sementara kebutuhan Kantor

99
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Rp Triliun Rp Triliun
250 200% 250 140%
Bayaran Bank Setoran Bank
Growth Growth 120%
150%
200 200 100%
80%
100%
150 150 60%
50% 40%
100 100 20%
0%
0%
50 50 -20%
-50%
-40%
- -100% - -60%
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Grafik 3.13. Jumlah Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank ke Grafik 3.14. Jumlah Penarikan Uang Rupiah oleh Bank dari
Bank Indonesia Bank Indonesia

PADG/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Terdepan, Terluar serta Terpencil di Negara Kesatuan
Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank di Republik Indonesia.
Bank Indonesia.
Melalui kerja sama tersebut, Bank Indonesia mampu
c. Layanan Kas Keliling menjangkau masyarakat khususnya di wilayah
Terpencil, Terluar, dan Tertinggal (3T) dalam pemberian
Layanan Kas Keliling merupakan layanan penukaran layanan penukaran uang, sosialisasi keaslian uang
uang layak edar dan penggantian uang tidak layak Rupiah, dan bantuan sosial. Pada Triwulan II 2019,
edar, yang dilakukan secara wholesale (pada pelayanan ke wilayah 3T dilakukan ke Pulau Untung
perbankan) dan/atau retail (pada masyarakat umum). Jawa, Pulau Pramuka, Pulau Harapan, Pulau Kelapa,
Bank Indonesia terus mengoptimalkan Layanan Kas Pulau Panggang, Pulau Pramuka dan Pulau Tidung.
Keliling untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
belum terjangkau layanan kas Bank Indonesia atau d. Layanan Kas Selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun
tidak memiliki akses/belum terlayani perbankan. 2019

Pada triwulan laporan, jumlah penukaran uang terkait Secara temporer, Bank Indonesia juga senantiasa
Kas Keliling mencapai Rp768,6 miliar. meningkat menyediakan uang kartal (kertas dan logam) dalam
108,9% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya Rp367,9 jumlah yang cukup dengan berbagai pecahan untuk
miliar. Hal ini mencerminkan tingginya permintaan di kebutuhan masyarakat pada Ramadhan dan Idul
masyarakat terutama untuk memenuhi kebutuhan Fitri. Pada periode sebelumnya, Bank Indonesia
selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019. Momentum
tersebut juga dijadikan Bank Indonesia sebagai upaya
untuk percepatan peningkatan kualitas uang yang Balinusra;
6,1%
Kalimantan;
diedarkan. Jumlah nominal penukaran uang melalui 10,3% Sulampua;
Kas Keliling tertinggi terjadi di wilayah Jawa sebesar 15,9%

Rp324,5 miliar (42,2%) diikuti wilayah Sumatera


sebesar Rp196,0 miliar (25,5%).
Sumatera; 25,5%
Untuk memperluas cakupan wilayah kegiatan Jawa; 42,2%

penukaran uang Rupiah pada masyarakat maka


dalam pelaksanaan kegiatan Kas Keliling, Bank
Indonesa melakukan kerja sama dengan lembaga
lain. Sejalan dengan hal tersebut, pada triwulan
laporan dilakukan perpanjangan kerja sama dengan
Sumatera Jawa Kalimantan Balinusra Sulampua
TNI-AL melalui Perjanjian Kerja Sama No.21/5/
PKS/DPU/2019//PKS/24/VI/2019 tanggal 27 Juni
2019 tentang Pendistribusian, Pengamanan, dan Grafik 3.15. Pangsa Penukaran Uang Rupiah melalui Kas
Pengawalan Uang Rupiah ke Wilayah Perbatasan dan Keliling Berdasarkan Wilayah pada Triwulan II 2019

100
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Triliun Rp % Real/Proy Dalam memenuhi kebutuhan uang di masyarakat


90 84,0
94%
selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019, Bank Indonesia
80 92%
91,5% 71,9 telah menempuh beberapa strategi yaitu:
90,8%
70 90%
60 1. Persiapan pemenuhan persediaan uang Rupiah
51,5 88%
50 46,8
41,2 40,4 86% di seluruh KPwDN Bank Indonesia menjelang dan
37,7 85,7%
40 33,7
84%
selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019.
30 83,4%

20 82% Sejak awal bulan Mei 2019 sampai menjelang Idul


10 80% Fitri 2019, Bank Indonesia melakukan pengaturan
0 78% dan penjadwalan pengiriman uang ke seluruh
KP Sumatera Jawa Non KP KTI
KPwDN. Sehubungan dengan hal tersebut,
Proy. Outflow Real. Outflow % Real thd Proy (rhs) Bank Indonesia bekerja sama dengan penyedia
jasa transportasi baik darat (kereta api), laut
Grafik 3.16. Proyeksi dan Realisasi Penarikan Uang Rupiah
selama Periode Ramadhan/Idul Fitri 2019 per Regional (kapal penumpang dan kapal barang) dan udara
(pesawat). Bank Indonesia juga mengoptimalkan
kegiatan distribusi uang ke seluruh KPwDN serta
telah melakukan proyeksi terhadap kebutuhan uang melakukan peningkatan frekuensi Kas Keliling
kartal pada Ramadhan dan Idul Fitri 2019 untuk untuk melayani penukaran uang pecahan kecil.
mengantisipasi kebutuhan perbankan dan masyarakat
Bank Indonesia telah melakukan proyeksi terhadap 2. Peningkatan kerja sama dengan perbankan
yang cenderung meningkat setiap tahunnya. dan lembaga lainnya untuk memperluas
cakupan kegiatan penukaran uang Rupiah pada
Selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2019, masyarakat. Beberapa kegiatan dan kerja sama
realisasi jumlah penarikan uang tunai perbankan yang dilakukan terkait hal tersebut adalah:
dan masyarakat (outflow) mencapai Rp190,1 triliun.
Berdasarkan wilayah, realisasi penarikan uang tunai a. Meningkatkan frekuensi Kas Keliling di pusat
tertinggi terjadi di wilayah Jawa (di luar Jabodetabek) kegiatan atau landmark (seperti Monas dan
yaitu sebesar Rp71,9 triliun dan wilayah Jabodetabek Museum Bank Indonesia), rest area, pasar,
yaitu sebesar Rp46,8 triliun. Berdasarkan kegiatannya, stasiun, posko mudik, dan pusat keramaian
realisasi tertinggi terjadi pada kegiatan penarikan melalui kerja sama dengan perbankan.
bank di Bank Indonesia sebesar Rp165,6 triliun dan
b. Layanan Kas Keliling di wilayah 3T bekerja
penarikan bank pada Kas Titipan sebesar Rp23,1
sama dengan TNI AL maupun Polisi Air
triliun. Berdasarkan kelompok pecahan, penarikan
dan Udara (Polairud). Khusus wilayah
terbesar adalah Uang Pecahan Besar (UPB) yaitu
Jabodetabek pada periode Ramadhan
sebesar Rp169,7 triliun sedangkan Uang Pecahan
dan Idul Fitri 2019 dilakukan layanan Kas
Kecil (UPK) yaitu Rp20,3 triliun.
Keliling di Kepulauan Seribu (Pulau Untung
Jawa, Pulau Pramuka, Pulau Harapan, Pulau
Kaskel & Penukaran, Kelapa, Pulau Panggang, Pulau Pramuka
KasTip, Rp 1,36 T Lainnya,
Rp 23,11 T Rp 0,04 T,
dan Pulau Tidung) bekerja sama dengan
(0,7%)
(12,2%) (0,0%) Polairud pada 20-24 Mei 2019.

c. Kerja sama Bank Indonesia dengan 22


bank melalui Program “Rupiah untuk
Negeri - Sinergi Bank Indonesia dan
Penarikan Bank, Perbankan Melayani Negeri”. Program
Rp 165,57 T
(87,1%) ini bertujuan memenuhi kebutuhan uang
Rupiah masyarakat terutama pecahan kecil
menjelang Idul Fitri 2019. Layanan diberikan
dalam bentuk penukaran uang secara
serentak di seluruh wilayah NKRI. Rangkaian
kegiatan tersebut dilakukan seluruh KPwDN
Grafik 3.17. Proyeksi dan Realisasi Penarikan Uang Rupiah
selama Periode Ramadhan/Idul Fitri 2019 per Kegiatan dan kantor cabang bank pada 13 Mei – 2
Juni 2019.

101
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
e. Perluasan jaringan Kas Titipan di daerah yang sulit dari dan menuju kantor perwakilan Bank Indonesia
atau belum terjangkau layanan Bank Indonesia. terdekat. Hingga akhir Triwulan II 2019 seluruh Kas
Titipan Bank Indonesia berjumlah 111 kantor.
Penyelenggaraan Kas Titipan merupakan salah
satu implementasi kebijakan Bank Indonesia dalam Pada Triwulan II 2019, jumlah penarikan uang Rupiah
menyediakan layanan kas untuk memenuhi kebutuhan melalui Kas Titipan mencapai Rp38,2 triliun meningkat
uang kartal bagi masyarakat dan perbankan. 112,0% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Penyelenggaraan Kas Titipan juga menjamin uang Rp18,0 triliun. Tingginya jumlah penarikan uang
yang beredar dalam kondisi layak edar (clean money Rupiah pada Kas Titipan dipengaruhi faktor musiman
policy) bagi wilayah yang memiliki keterbatasan akses seiring peningkatan kebutuhan uang kartal perbankan/
dan jarak ke Kantor Bank Indonesia atau KPwDN. Kas masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019.
Titipan merupakan kegiatan penyediaan uang Rupiah
milik Bank Indonesia yang dititipkan pada salah satu Bank Indonesia secara periodik juga melakukan
bank sebagai Bank Pengelola. Tujuannya mencukupi pemeriksaan terhadap penyelenggaraan Kas
persediaan kas perbankan sebagai Bank Peserta Titipan. Tujuannya untuk memastikan kepatuhan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu penyelenggaraan Kas Titipan agar sesuai dengan
wilayah/daerah tertentu. kesepakatan pada Perjanjian Kerja Sama (PKS) Bank
Indonesia dan Bank Pengelola. Selain itu, pemeriksaan
Selama triwulan laporan tidak terdapat pembukaan Kas juga bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap
Titipan baru, namun terjadi penutupan Kas Titipan di kinerja Bank Pengelola dan memastikan jumlah fisik
Kudus Jawa Tengah pada 22 Mei 2019 yang dilakukan uang Rupiah yang dititipkan sesuai dengan laporan
berdasarkan evaluasi efektivitas pemanfaatan layanan yang disampaikan ke Bank Indonesia.
Kas Titipan yang mempertimbangkan jarak tempuh

Gambar 3.4. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia

102
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Tabel 3.5. Bank Pengelola dan Peserta Kas Titipan

Jumlah
No. Bank Pengelola Lokasi Kas Titipan
Kas Titipan
Rantau Prapat, Tanjung Pinang, Tanjung Pandan, Singaraja, Sorong, Timika,
1 Bank Mandiri 10
Biak, Toli-Toli, Tahuna, Langkat
Balai Karimun, Tebing Tinggi, Bukittinggi, Rengat, Pamekasan, Kebumen,
2 Bank Negara Indonesia 21
Cilacap, Luwuk, Baubau, Tobelo, Parigi Moutong, Bitung, Meulaboh, Kuala
Tungkal, Sumenep, Sorong Selatan
Lubuk Linggau, Dumai, Blangpidie, Kotabumi, Liwa, Baturaja, Manna,
3 Bank Rakyat Indonesia 17 Kabanjahe, Takengon, Pekalongan, Kolaka, Poso, Serui, Muna, Waingapu,
Sampit, Kisaran.
4 Bank Aceh Syariah 1 Subulussalam.
5 Bank Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 2 Prabumulih, Musi Banyuasin.
6 Bank Riau dan Kepulauan Riau 3 Natuna, Kepulauan Meranti, Pasir Pengaraian.
7 Bank Bengkulu 1 Mukomuko
8 Bank Jambi 1 Sarolangun
9 Bank Jawa Barat dan Banten 3 Sukabumi, Subang, Pangandaran.
10 Bank Jawa Timur 5 Probolinggo, Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun, Ponorogo
11 Bank Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 6 Palopo, Pare-Pare, Bulukumba, Polewali Mandar, Bone, Pasangkayu
12 Bank Sulawesi Utara dan Gorontalo 4 Kotamobagu, Pohuwatu, Melonguane, Kepulauan Sitaro
13 Bank Sulawesi Tengah 1 Morowali
14 Bank Maluku dan Maluku Utara 3 Labuha, Namlea, Saumlaki
15 Bank Papua 5 Merauke, Fakfak, Bintuni, Wamena, Nabire
16 BPD Nusa Tenggara Timur 7 Maumere, Atambua, Ruteng, Ende, Lembata, Waikabubak, Alor
17 Bank Nusa Tenggara Barat 2 Bima, Sumbawa
18 Bank Kalimantan Barat 4 Sintang, Ketapang, Singkawang, Putussibau
19 Bank Kalimantan Tengah 6 Muara Teweh, Pangkalan Bun, Buntok, Lamandau, Murung Raya, Kuala Kapuas
20 Bank Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara 6 Sangatta, Tanjung Selor, Tanjung Redeb, Melak, Tana Paser, Malinau
21 Bank Kalimantan Selatan 3 Batu Licin, Tabalong, Kandangan
Total 111

Selama Triwulan II 2019, Bank Indonesia melakukan penyetoran/penarikan, Transaksi Uang Kartal Antar
pengawasan onsite ke 16 kantor Kas Titipan, Bank (TUKAB), proyeksi likuiditas, dan pembayaran
yaitu 6 (enam) Kas Titipan di wilayah Sumatera, polis asuransi, serta laporan insidental termasuk
1 (satu) Kas Titipan di wilayah Jawa, 3 (tiga) Kas laporan perubahan terkait pengelolaan Kas Titipan.
Titipan di wilayah Bali Nusra, 1 (satu) Kas Titipan
f. Implementasi Peraturan Bank Indonesia mengenai
di wilayah Kalimantan, dan 5 (lima) Kas Titipan di
penyelenggara jasa pengolahan uang Rupiah
wilayah Sulampua. Pengawasan onsite mencakup
pemeriksaan fisik uang di Kas Titipan (cash opname), Peran Bank Indonesia dalam mengedarkan uang
kesesuaian penyelenggaraan Kas Titipan Bank Rupiah ke masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
Pengelola terhadap kesepakatan dalam perjanjian, peran Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah
serta kelengkapan sarana dan prasarana di area (PJPUR). Terkait hal tersebut, Bank Indonesia telah
pengolahan uang sebagai penunjang operasional Kas menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
Titipan. 18/15/PBI/2016 tentang Penyelenggara Jasa
Pengolahan Uang Rupiah pada 24 Agustus 2016
Selain pengawasan onsite, Bank Indonesia juga
yang memberikan legalitas terhadap kegiatan usaha
melakukan pengawasan offsite di seluruh Kas Titipan.
pengolahan uang Rupiah oleh lembaga non-bank.
Pengawasan offsite mencakup pelaporan administrasi
PBI tersebut juga memberikan standardisasi terhadap
secara harian seperti mutasi dan likuiditas perbankan,
sarana dan prasarana penunjang yang digunakan
laporan bulanan yang mencakup saldo Kas Titipan,

103
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
dalam rangka kegiatan pengolahan uang Rupiah. Berdasarkan perkembangan teknologi pengolahan uang
Tujuan diterbitkannya PBI dimaksud untuk menjaga kartal dan memperhatikan best practices bank sentral lain,
pertumbuhan industri dan menciptakan persaingan Bank Indonesia melakukan asesmen teknologi pengolahan
usaha yang lebih sehat. uang yang efisien, terintegrasi, prinsip Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), less human intervention, serta
Sampai Triwulan II 2019, Bank Indonesia telah
forward looking. Penerapan kebijakan infrastruktur
memberikan izin operasional 26 PJPUR dan
pengelolaan uang Rupiah yang memadai dan berbasis
persetujuan pembukaan 341 kantor cabang PJPUR
teknologi antara lain diwujudkan dalam penggunaan
di seluruh Indonesia. Dengan penerapan peraturan
barcode secara end to end untuk kegiatan operasional
tersebut, Bank Indonesia dapat melakukan
pengelolaan uang Rupiah. Selain itu, digunakan pula
pengawasan terhadap kegiatan PJPUR agar kualitas
tracking system pada kendaraan Bank Indonesia untuk
uang yang beredar sesuai dengan standar Bank
melakukan distribusi uang dan kegiatan layanan Kas
Indonesia. Sarana dan prasarana yang digunakan
Keliling secara nasional.
PJPUR yang telah mendapat izin Bank Indonesia
sudah memiliki standar sesuai persyaratan Bank
Indonesia. Selain itu, pengawasan terhadap PJPUR
oleh Bank Indonesia juga bertujuan meminimalisasi
peredaran uang palsu.

3. Infrastruktur Pengelolaan Uang Rupiah yang Memadai &


Berbasis Teknologi

Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, maka


setiap pihak dituntut terus melakukan perbaikan untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Sehubungan dengan
hal tersebut, Bank Indonesia sebagai bank sentral terus
mendorong peredaran uang Rupiah ke seluruh masyarakat
secara tepat waktu dan berkualitas dengan denominasi
yang sesuai. Bank Indonesia terus mengupayakan
ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas, antara
lain melalui digitalisasi pengolahan uang Rupiah dan
optimalisasi infrastruktur pengolahan uang.

104
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Sinergi Bank Indonesia dan Perbankan Memenuhi Kebutuhan


Uang Masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019

Salah satu tugas Bank Indonesia adalah menjaga ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup, tepat waktu,
dengan kualitas yang layak edar. Dengan kondisi geografis yang sangat beragam, dari Sabang hingga Merauke,
berbatasan dengan sejumlah negara, dan ribuan pulau yang tersebar di seluruh nusantara, menghadirkan berbagai
tantangan dalam memenuhi kebutuhan uang di masyarakat. Khususnya selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019 saat
permintaan uang Rupiah dari masyarakat mencapai puncaknya. Kondisi tersebut menjadi latar belakang perlunya
Bank Indonesia bersinergi dengan perbankan yang telah memiliki jaringan cukup luas hingga ke pelosok, dalam
memenuhi kebutuhan uang layak edar di seluruh Indonesia.

Sinergi dengan perbankan direalisasikan dengan menyediakan layanan penukaran uang dengan tema “Rupiah
untuk Negeri - Sinergi Bank Indonesia dan Perbankan Melayani Negeri”. Sinergi ini diimplementasikan dengan
pembukaan titik penukaran di seluruh wilayah NKRI, selama Ramadhan dan Idul Fitri 2019. Realisasi titik penukaran,
baik dilakukan Bank Indonesia maupun perbankan, secara nasional mencapai 3.821 titik.

Realisasi titik penukaran selama periode Ramadhan/Idul Fitri 2019

Wilayah Realisasi Jumlah Titik

Kantor Pusat 286


Sumatera 622
Jawa Non KP 2.094
Bali-Nusra 73
Kalimantan 321
Sulampua 425
Jumlah 3.821

Layanan penukaran uang difokuskan pada titik keramaian masyarakat maupun daerah 3T dengan tujuan memberikan
layanan penukaran uang bagi masyarakat secara lebih luas. Lokasi titik keramaian antara lain alun-alun, pasar,
bandara, terminal bus dan titik keramaian lainnya.

105
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Layanan Penukaran Uang di Jalur Mudik

Guna lebih mendekatkan layanan kas ke masyarakat, khususnya saat mudik Idul Fitri 2019, mulai 29 Mei sampai 2
Juni 2019, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Keliling di 19 Jalur Mudik di Trans Jawa. Kas Keliling dibuka
mulai dari ujung barat, yaitu di Pelabuhan Merak, Tol Cipularang, Tol Ungaran, Tol Ngawi-Kertosono, sampai Tol
Pasuruan-Probolinggo.

Selain layanan penukaran uang kertas, masyarakat juga dapat menikmati layanan nontunai perbankan di sepanjang
jalur mudik, seperti layanan Top Up uang elektronik, Mobile Banking, dan Gerai Perbankan bersinergi dengan
Perbankan.

106
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

Visi Sistem Pembayaran 2025

Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
marak. Sejarah ekonomi dunia sudah melalui empat era yaitu era pertanian, era mesin pasca revolusi industri, era
perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi multinasional. Empat gelombang ekonomi tersebut berkarakter
eksklusif dan hanya bisa dijangkau kelompok elite tertentu. Gelombang ekonomi digital hadir dengan topografi yang
landai, inklusif, dan membentangkan ekualitas peluang. Karakteristik ini memiliki konsep kompetisi yang menjadi
spirit industri, yang diusung para pelaku startup dengan mengutamakan kolaborasi dan sinergi. Karena itu pula
ekonomi digital dikenal sebagai ‘sharing economy’ yang dapat mengangkat banyak usaha kecil dan menengah.

Ekonomi digital mencakup tiga elemen kunci yang mengubah dunia. Pertama, model bisnis baru yang
mengedepankan keinginan pelanggan (customer centric). Model bisnis ini menuntut perubahan dalam model bisnis
yang adaptif dan gesit. Bukan hanya memahami bagaimana pelanggan ingin berinteraksi, tapi juga memahami apa
yang dihargai pelanggan selain produk dan layanannya, sehingga tercipta hubungan erat antara pelanggan dan
merk (brand-customer relationship).

Kedua, data dan coding. Di era digital, komoditas terpenting adalah data dan coding. Lima perusahaan raksasa
yang merajai dunia, Apple, Amazon, Alibaba, Microsoft, dan Google, melakukan komodifikasi data sehingga
mampu menguasai pasarnya masing-masing, dengan hanya menjual akses atas data dan informasi yang dihimpun.
Saat menggunakan platform tersebut, perusahaan raksasa itu mengumpulkan informasi mengenai setiap aspek
kehidupan, perilaku pengguna yang pada akhirnya mendorong pengambilan keputusan pengguna. Kemampuan
perusahaan untuk bersaing di era digital membutuhkan keputusan yang serba cepat dan berwawasan ke depan.
Namun, tidak mudah untuk berubah menjadi organisasi berbasis data.

Ketiga, kolaborasi kebijakan menghadapi disruption. Dari sisi pembuat kebijakan dan regulator, kemunculan ekonomi
digital mengubah lanskap perekonomian. Ketika terjadi transformasi industri, pasar, dan strategi penetapan harga,
pendekatan yang masih menggunakan cara tradisional tidak akan efektif mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan sosial yang diharapkan. Bank Indonesia mempertimbangkan cara membangun ekosistem digital
yang sehat, mendorong inovasi sekaligus menjaga perkembangan digital dalam koridor stabilitas moneter dan
sistem keuangan. Tujuannya mencapai keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan memitigasi risiko yang
ditimbulkannya.

Latar belakang ini mendorong Bank Indonesia merumuskan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang
didasarkan pada lima visi:

1. Pertama, mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi bank sentral dalam
proses peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta mendukung inklusi keuangan.
Transformasi ini merupakan perubahan holistik di sektor keuangan, dari perilaku konsumen, produksi, struktur
pasar, dan infrastruktur digital. Selain itu, transformasi ini juga diharapkan dapat mengoptimalkan data sebagai
public goods untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

2. Kedua, mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi-keuangan digital melalui
open-banking maupun pemanfaatan teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan.

Melalui visi ini, Bank Indonesia mendukung industri perbankan melakukan transformasi digital sesuai dengan
standar open Application Programming Interface (API). Open banking, yang didefinisikan sebagai model
kolaboratif dimana data perbankan dibagi melalui API antara dua pihak atau lebih yang tidak terafiliasi,
memberikan potensi manfaat sangat besar. Manfaatnya antara lain peningkatan customer experience, aliran
pendapatan baru, dan model layanan yang berkelanjutan untuk pasar yang secara tradisional kurang terlayani.
Pandangan tradisional dalam melindungi data untuk penggunaan internal tidak lagi dapat diterima. Dalam era

107
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
ekonomi saat ini, eksternalitas data adalah suatu keharusan, meski masih terdapat risiko yang melekat dalam
berbagi data. Namun, open banking harus dipandang sebagai peluang bagi perbankan dan fintech untuk
menciptakan nilai tambah baru bagi pelanggan.

3. Ketiga, menjamin interlink antara fintech dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow banking melalui
pengaturan teknologi digital, kerja sama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan.

Risiko shadow banking perlu diwaspadai karena peran besar fintech dalam ekosistem yang terfragmentasi
akan diikuti dengan peningkatan substansial atas dana pihak ketiga yang dikelola fintech tersebut. Seiring
dengan itu, pengembangan model bisnis omni-channel yang menyediakan one-stop-financial services dalam
satu platform dapat menyebabkan efek crowding-out yang berpotensi mengganggu transmisi moneter serta
stabilitas keuangan. Ini juga dapat memicu risiko sistemik dan risiko single point of failure di luar sistem keuangan
tradisional. Selanjutnya, persaingan monopolistik dan oligopolistik dapat menyebabkan kartel dan konspirasi
dalam penetapan harga yang menciptakan distorsi harga di pasar.

4. Keempat, menjamin keseimbangan antara inovasi dan perlindungan konsumen, integritas dan stabilitas serta
persaingan usaha yang sehat melalui penerapan Know Your Customer (KYC) and Anti-Money Laundering/
Combating the Financing of Terrorism (AML/CFT), kewajiban keterbukaan untuk data/informasi/bisnis publik,
dan penerapan reg-tech dan sup-tech dalam kewajiban pelaporan, regulasi dan pengawasan.

Bank Indonesia memandang infrastruktur publik harus dikembangkan untuk memfasilitasi pengaturan digital
ID, consumer consent, serta data dan informasi hub yang tepat, untuk memastikan persaingan dan kolaborasi
yang adil antar pemain. Upaya ini termasuk melakukan penyempurnaan sistem pembayaran dan infrastruktur
pasar keuangan lainnya untuk menyediakan layanan pembayaran yang cepat, efisien, andal, dan aman bagi
publik. Selain itu, penggunaan teknologi digital canggih seperti big data analysis, cloud computing, Distributed
Ledger Technology (DLT), dan Artifiial Intellegence (AI) akan dikembangkan untuk mendorong efisiensi. Semua
inisiatif tersebut digabungkan dengan reformasi peraturan, perizinan yang terpadu dan pengawasan yang kuat
guna meningkatkan kemampuan menjaga market discipline, integritas, manajemen risiko, dan perlindungan
konsumen.

5. Kelima, menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antarnegara, melalui kewajiban
pemrosesan semua transaksi domestik di dalam negeri. Selain itu didorong pula kerja sama penyelenggara asing
dan domestik, dengan memperhatikan prinsip resiprokalitas.

Ekonomi digital menciptakan dunia tanpa batas. Aktor ekonomi yang paling efisien akan menjadi pemenangnya.
Namun harus disadari masih terdapat perbedaan kapasitas dan level of playing field antara pemain asing dan
domestik. Di sini, dibutuhkan kemitraan pemain asing dan domestik. Kelima Visi SPI 2025 tersebut diwujudkan
melalui lima inisiatif, baik yang diimplementasikan langsung Bank Indonesia maupun diimplementasikan melalui
kolaborasi dan koordinasi produktif dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta industri.

Inisiatif pertama menetapkan standar API untuk perbankan dan fintech yang terdiri dari standardisasi API
teknis, API security dan standarisasi kontraktual. Inisiatif kedua, pengembangan infrastruktur pembayaran ritel
yang mendukung ekonomi dan keuangan digital, mencakup pengembangan sistem pembayaran berbasis API,
pengembangan fast payment, serta perluasan layanan GPN. Inisiatif ketiga, pengembangan sistem pembayaran
nilai besar dan infrastruktur pasar keuangan yang mampu mendukung kebijakan moneter, SSK dan mendukung
interlink infrastruktur pasar keuangan. Inisiatif keempat, melakukan pengembangan data nasional, termasuk
infrastrukturnya, yang kolaboratif dan terintegrasi sehingga bisa dioptimalkan pemanfaatannya. Inisiatif kelima,
penguatan kerangka pengaturan, perizinan, pengawasan, pelaporan, termasuk penguatan teknologi (reg-tech
dan sup-tech).

108
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 3 - Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2019

109
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4

Kapabilitas Internal
Bank Indonesia

Bank Indonesia terus meningkatkan kapabilitas internal dengan menerapkan prinsip tata
kelola yang baik (good governance), menjalankan berbagai perangkat manajemen strategi,
audit internal, manajemen risiko, pengelolaan keuangan, sistem informasi, aspek hukum,
organisasi dan manajemen sumber daya manusia, komunikasi dan edukasi kebansentralan
serta program sosial Bank Indonesia.

110
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
bank indonesia

111
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
RINGKASAN

1. Penyampaian laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia periode Triwulan
I 2019 kepada DPR, Pemerintah, dan stakeholder terkait sebagai bentuk akuntabilitas dan
transparansi.
2. Bank Indonesia telah menyampaikan tanggapan atas telaahan Badan Supervisi Bank
Indonesia (BSBI) periode Triwulan III dan IV 2018
3. Pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia melaksanakan evaluasi semesteran terhadap
pelaksanaan rencana kerja 2019 dan tahapan perencanaan tahunan untuk mempersiapkan
rencana kerja 2020 melalui kegiatan Evaluasi Tengah Tahun dan Rapat Kerja Tahunan
(ETT-RKT).
4. Sepanjang Triwulan II 2019, Bank Indonesia melalukan pemantauan kinerja dan kepatuhan
terhadap proses bisnis pengelolaan devisa dan pengelolaan operasi moneter secara four
eyes principle serta memfasilitasi pemetaan proses bisnis dan penyusunan RCM.
5. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia menjalankan Rencana Keberlangsungan Tugas
(RKT) untuk skenario huru-hara pada saat insiden ketidakpuasan atas pengumuman hasil
pemilu pada Mei 2019.
6. Secara reguler, Bank Indonesia melaksanakan proses audit internal terhadap satuan kerja.
Pada Triwulan II 2019, dilaksanakan audit umum di tujuh Kantor Perwakilan Dalam
Negeri (KPwDN) Bank Indonesia dan dua Kantor Perwakilan Luar Negeri (KPwLN) Bank
Indonesia.
7. Bank Indonesia memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian selama 16 tahun berturut-
turut dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Tahunan Bank
Indonesia (LKTBI) Tahun 2018.
8. Bank Indonesia melakukan persiapan untuk implementasi standar Internasional di bidang
Information Technology Management System (ITSM) dan Information Security Management
System (ISMS).
9. Bank Indonesia menyempurnakan kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan
penajaman kebijakan Pemberhentian Pegawai dan pemenuhan eksternal.
10. Untuk memberikan pemahaman dan membentuk ekspektasi stakeholder atas kebijakan
Bank Indonesia serta memberikan feedback, Bank Indonesia melaksanakan program
komunikasi di bidang moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan kebansentralan.
11. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia menerbitkan 24 peraturan yang terdiri dari delapan
Peraturan Bank Indonesia (PBI), 14 Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG), dan dua
Peraturan Dewan Gubernur.
12. Bank Indonesia melaksanakan kegiatan sosial berupa Program Sosial Bank Indonesia (PSBI)
melalui penguatan Program Peningkatan Kapasitas Ekonomi serta Program Peningkatan
Kapasitas SDM dan Pemahaman Publik.

112
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

pada kerangka kerja tata kelola Bank Indonesia. Tujuannya


4.1. Tata Kelola adalah untuk memastikan pelaksanaan fungsi, tugas, dan
kewenangan Bank Indonesia dilakukan secara efektif
sebagaimana amanat Undang-Undang serta dilaksanakan
dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan,
mematuhi hukum, dan taat azas. Pada akhirnya, kredibilitas
Kerangka Kerja Tata Kelola Bank Indonesia Bank Indonesia meningkat.
dilandasi oleh 5 elemen pokok, yakni prinsip,
Berdasarkan ketentuan Tata Kelola Bank Indonesia12,
komitmen, struktur, proses, dan hasil tata kelola.
kerangka kerja Tata Kelola (Governance Framework) Bank
Pada Triwulan II 2019, dilakukan penyempurnaan
Indonesia yang dilandasi lima elemen pokok yang saling
aturan terkiat Penyelenggaraan Rapat Dewan
berkaitan, yakni prinsip, komitmen, struktur, proses, dan
Gubernur, penyampaian laporan pelaksanaan tugas hasil tata kelola (Gambar 4.1).
dan wewenang Bank Indonesia dan penyampaian
tanggapan atas telaahan BSBI. Selain itu, Bank Prinsip tata kelola merupakan sekumpulan nilai-nilai
Indonesia juga menginisiasi high level meeting yang melandasi good central bank governance, yakni
dengan anggota BSBI. independensi, akuntabilitas, dan transparansi. Kedudukan
bank sentral yang independen dan bebas dari kepentingan
manapun diperlukan agar dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan
Penerapan good governance menuntut upaya berkelanjutan efisien. Untuk menjaga agar independensi dilaksanakan
dari waktu ke waktu, seiring dengan dengan meningkatnya dengan penuh tanggung jawab, Bank Indonesia secara
tantangan dan ekspektasi stakeholders. Untuk itu, Bank konsisten menerapkan mekanisme transparansi dan
Indonesia terus mengimplementasikan berbagai inisiatif akuntabilitas publik dalam penetapan kebijakan dan
penguatan governance secara komprehensif mengacu pengelolaan organisasinya.

Hasil Tata Kelola


KREDIBILITAS

Struktur Tata Kelola Proses Tata Kelola


Hubungan dengan Pemangku
Dewan Gubernur Kepentingan,
Pelaporan, dan Keterbukaan

Manajemen Risiko dan


Pengawasan terhadap Bank Indonesia Pengendalian Internal

Manajemen Kinerja

Perencanaan Strategis

Perumusan Kebijakan dan Pengambilan


Keputusan

Visi, Misi, dan Nilai- Komitmen Tata Kelola Kode Etik dan
Nilai Strategis, Pedoman Perilaku
Perilaku Utama Rencana Strategis Menengah Panjang serta Penegakan
Disiplin
Prinsip Tata
Kelola
Independensi, Akuntabilitas, Transparansi

Gambar 4.1. Governance Framework Bank Indonesia

12 Peraturan Dewan Gubernur No. 17/13/PDG/2015 tentang Tata Kelola (Governance) Bank Indonesia

113
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Komitmen tata kelola mengacu pada komitmen Dewan untuk memberikan penjelasan terhadap kebijakan yang
Gubernur dan pegawai terhadap penerapan dan ditempuh maupun memperoleh masukan terhadap hal-hal
peningkatan tata kelola dalam penerapan visi, misi, nilai yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia.
strategis dan rencana strategi menengah dan panjang,
serta mewujudkan lingkungan Bank Indonesia yang bersih Untuk memperkuat fungsi pengawasan DPR RI terhadap
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Pada Triwulan II Bank Indonesia, pada triwulan laporan, Badan Supervisi
2019, Bank Indonesia senantiasa meningkatkan awareness Bank Indonesia (BSBI) melakukan telaahan terhadap
SDM Bank Indonesia terhadap aturan Kode Etik dan aspek anggaran dan kegiatan operasional Bank Indonesia
Pedoman Perilaku, Whistle Blowing System (WBS), dan untuk periode Triwulan III dan IV 2018. Dalam merespons
aturan Disiplin Pegawai Bank Indonesia melalui berbagai rekomendasi BSBI, Bank Indonesia menyampaikan
kegiatan internalisasi kepada seluruh jajaran pegawai tanggapan yang memaparkan kondisi dan tantangan yang
dan program pembekalan pegawai baru. Dalam rangka dihadapi serta tindak lanjut perbaikan ke depan. Di samping
membangun kesadaran terhadap pemenuhan standar etika menyampaikan laporan tanggapan, secara berkala, Bank
publik, Bank Indonesia memberikan pelatihan professional Indonesia juga aktif melakukan monitoring status telaahan
ethics untuk mengasah kepekaan terhadap dimensi etika yang disampaikan oleh BSBI pada periode sebelumnya.
dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pada Triwulan II 2019, Bank Indonesia juga
menginisiasi high level meeting antara anggota BSBI
Guna mendukung upaya pencegahan KKN, sejak tahun dengan Dewan Gubernur. Pertemuan membahas recent
2015 Bank Indonesia telah memiliki aturan mengenai economic development dan arah strategis Bank Indonesia.
penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN)13 yang tidak hanya berlaku bagi Proses tata kelola mengatur serangkaian standar dan
prosedur pendukung tata kelola diimplementasikan pada
unsur pimpinan Bank Indonesia, namun juga pegawai
seluruh aspek pelaksanaan tugas sebagai suatu sistem yang
dengan pangkat Asisten Manajer ke atas dan staf pada
terencana, konsekuen, dan berkelanjutan. Pada Triwulan
jabatan tertentu. Pada Triwulan I 2019, Pegawai Bank
II 2019, dilakukan penyempurnaan penetapan kebijakan
Indonesia telah menyampaikan LHKPN kepada Komisi
prinsipil dan strategis pada Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Pemberantasan Korupsi (KPK) secara online melalui
Penyempurnaan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
E-LHKPN. Untuk LHKPN periode harta kekayaan tahun
pengelolaan tata kelola dalam decision making process
2018 yang disampaikan pada 2019 telah mencapai
di Bank Indonesia. Penyempurnaan dilakukan dalam
99,92%. Adapun pegawai yang belum menyampaikan
rangka penyelarasan dengan beberapa ketentuan antara
LHKPN dikarenakan pegawai tersebut dalam proses
lain ketentuan mengenai: (i) strategi kebijakan utama,
persiapan pensiun.
(ii) perumusan dan penetapan bauran kebijakan, dan (iii)
Struktur tata kelola memastikan pengendalian protokol manajemen krisis. Selain itu, dalam ketentuan
kewenangan Dewan Gubernur sebagai pimpinan tertinggi ini juga diatur mengenai keadaan darurat dan RDG tidak
Bank Indonesia, sejalan dengan pencapaian tujuan Bank dapat diselenggarakan.
Indonesia. Untuk mewujudkan mekanisme checks and
Dalam rangka memantau pemenuhan aspek tata kelola
balances dalam kerangka penyelenggaraan tata negara
di Bank Indonesia sesuai dengan best practices, Bank
dan pemerintahan yang baik, Bank Indonesia terbuka
Indonesia melakukan evaluasi berkala melalui asesmen
untuk pengawasan oleh lembaga eksternal sesuai mandat
governance. Asesmen dilakukan melalui review terhadap
undang-undang.
desain kebijakan dan praktik governance oleh external
Sebagai bentuk pengawasan terhadap Bank expert. Pada 2018, hasil asesmen memastikan bahwa
Indonesia sekaligus akuntabilitas, Bank Indonesia implementasi governance di Bank Indonesia sangat baik
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan dengan indeks 84,69 (skala 1-100) atau berada level
wewenangnya kepada DPR RI. Sesuai amanat Pasal 58 enhanced. Pencapaian ini mencerminkan bahwa Bank
Undang-Undang tentang Bank Indonesia, pada Triwulan Indonesia memiliki komitmen, struktur, infrastruktur,
II 2019 Bank Indonesia telah menyampaikan laporan dan proses yang baik dalam penerapan dan penegakan
pelaksanaan tugas dan wewenang periode Triwulan I 2019 governance. Selain itu, pencapaian ini juga menunjukkan
kepada DPR dan Pemerintah, serta mempublikasikan komitmen kuat Bank Indonesia dalam membangun
laporan dimaksud kepada masyarakat. Melengkapi kredibilitas Bank Indonesia sebagai lembaga publik yang
penyampaian laporan tersebut, Bank Indonesia juga hadir terdepan dalam penerapan dan penegakan governance.
dalam berbagai rapat kerja yang dilaksanakan oleh DPR

13 Peraturan Dewan Gubernur No. 17/1/PDG/2015 tentang Penyampaian Laporan Harta Kekayaan

114
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

Bank Indonesia terus memperkuat implementasi tata kelola Pelaksanaan ETT dan RKT 2019 dilaksanakan dalam satu
secara konsisten sesuai dengan roadmap governance. rangkaian terpadu mengingat evaluasi pencapaian kinerja
Guna memastikan langkah penguatan governance dan anggaran Bank Indonesia sampai semester I 2019,
dilaksanakan oleh seluruh pihak-pihak terkait di Bank prognosa kinerja dan anggaran Bank Indonesia sampai
Indonesia, dilakukan proses pemantauan dan pengendalian akhir 2019, evaluasi pelaksanaan tahun pertama arah
secara berkala. Upaya penguatan ini tentunya akan strategis 2018-2024, serta tracking menuju Destination
mendukung reputasi Bank Indonesia sebagai bank sentral Statement (DS) Bank Indonesia 2024, merupakan aspek
yang kredibel. yang dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan
tahunan 2020 dan penyesuaian strategi jangka menengah.
Hal lain yang menjadi pertimbangan perencanaan tahunan
dan penyesuaian strategi jangka menengah adalah
4.2. Manajemen Strategis Dan Kinerja perubahan lingkungan strategis baik eksternal maupun
internal, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas
dan wewenang Bank Indonesia.

Selanjutnya, arahan Gubernur dan Anggota Dewan


Siklus manajemen strategis Bank Indonesia terdiri dari Gubernur dalam ETT dan RKT 2019 didokumentasikan
lima tahapan yaitu perumusan strategi, perencanaan dalam Arahan Tahunan Gubernur Bank Indonesia (ATGBI)
tahunan, pelaksanaan rencana tahunan, monitoring 2019 untuk menjadi acuan Satuan Kerja dalam menyusun
dan evaluasi, serta penilaian Kinerja. Pada Triwulan program kerja dan anggaran pada tahun 2020. Mengacu
II 2019 siklus manajemen strategis memasuki tahap pada ATGBI tersebut, setiap Satuan Kerja menyusun
evaluasi semesteran terhadap pelaksanaan rencana program kerja dan anggaran tahun 2020. Program kerja dan
kerja 2019 dan tahapan perencanaan tahunan untuk anggaran yang disusun ini selanjutnya menjadi bagian dari
mempersiapkan rencana kerja 2020 melalui kegiatan Rencana Anggaran dan Tahunan Bank Indonesia (RATBI)
Evaluasi Tengah Tahun dan Rapat Kerja Tahunan 2020. RATBI meliputi Anggaran Operasional dan Anggaran
(ETT-RKT). Selain itu, sebagai bagian dari tranformasi Kebijakan, yang merupakan rencana penerimaan dan
organisasi, Bank Indonesia mengimplementasikan pengeluaran Bank Indonesia untuk periode 1 (satu) tahun.
metode value chain sebagai salah satu cara untuk RATBI Operasional yang ditetapkan Dewan Gubernur Bank
meningkatkan kualitas perencanaan strategis. Indonesia wajib disampaikan pada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) untuk mendapatkan
persetujuan. Sedangkan RATBI Kebijakan yang ditetapkan
Dewan Gubernur Bank Indonesia wajib dilaporkan secara
khusus pada DPR-RI.
Sesuai siklus Perencanaan, Anggaran dan Manajemen
Guna memastikan pencapaian target dan rencana kerja
Kinerja Bank Indonesia, pada Triwulan II 2019,
2019, selain melalui evaluasi semesteran, kegiatan
Bank Indonesia melaksanakan evaluasi semesteran
monitoring dan evaluasi kinerja juga dilakukan secara
terhadap pelaksanaan rencana kerja 2019 dan tahapan
bulanan melalui Evaluasi Kinerja Bulanan (EKB). Dalam
perencanaan tahunan untuk mempersiapkan rencana kerja
pelaksanaan EKB disampaikan progres pencapaian,
2020. Pelaksanaan evaluasi dan perencanaan tahunan
kendala dan potensi kendala yang akan dihadapi (early
dilaksanakan melalui kegiatan Evaluasi Tengah Tahun dan
warning) dan alternatif solusi penyelesaian permasalahan
Rapat Kerja Tahunan (ETT-RKT). Rangkaian ETT-RKT 2019
untuk memastikan kinerja Bank Indonesia dan Satuan
dilaksanakan pada Juni 2019 dengan tema “Memperkuat
Kerja berada pada jalur yang tepat. IKU Bank Indonesia
Fondasi serta Sinergitas Transformasi Kebijakan,
2019 sampai Juni 2019 dinilai masih berada pada jalur
Organisasi dan Budaya Kerja untuk Mewujudkan Visi Bank
yang tepat.
Indonesia”. Tema ini merupakan kelanjutan tema tahun
sebelumnya ketika Bank Indonesia mencanangkan Visi Sebagai bagian dari tranformasi organisasi, khususnya
baru “Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara untuk meningkatkan efektivitas proses bisnis, di Triwulan
nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik II 2019, Bank Indonesia mengimplementasikan metode
diantara negara emerging markets”. Bank Indonesia value chain sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
melakukan tiga transformasi untuk mencapai Visi tersebut kualitas perencanaan strategis. Sebagai sebuah rantai nilai,
yaitu; (i) transformasi kebijakan, (ii) transformasi organisasi, value chain menggambarkan keterkaitan proses mulai dari
dan (iii) transformasi Sumber Daya Manusia dan budaya penyiapan resources (input), kegiatan untuk menghasilkan
kerja.

115
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
4. Strategic Risk Based 1. Strategic Planning
Internal Audit

Chain 12
lue

PS
Va
Destination
Statement

3. Strategic Risk 2. Strategic Budgeting

Gambar 4.2. Proses Bisnis Terintegrasi Melalui Value Chain

output, hingga tercapainya outcome yang dikehendaki. Penerapan dilakukan dalam kerangka Protokol Manajemen
Tidak hanya saling terkait, dalam rangkaian proses tersebut Risiko Bank Indonesia (PMRBI). Tujuannya mewujudkan
setiap kegiatannya juga harus menciptakan nilai tambah manajemen risiko yang terintegrasi, top down dan forward
bagi kegiatan pada tahap berikutnya. Penerapan metode looking sebagai upaya mendukung pencapaian visi dan
value chain memastikan setiap program yang dikerjakan misi Bank Indonesia dalam Destination Statement 2024
mampu mencapai kualitas hasil sesuai Destination dan 12 Program Strategis. Pengelolaan risiko dilakukan
Statement 2024 sekaligus memastikan sumber daya secara komprehensif dan terintegrasi dengan perencanaan
dialokasikan secara tepat dan digunakan secara optimal. strategis, anggaran, dan pelaksanaan audit internal
berbasis risiko. Penerapan manajemen risiko ini diharapkan
Pengelolaan proses kerja yang sistematis dan komprehensif proses pengambilan keputusan pada setiap level di Bank
sebagaimana diterapkan melalui pendekatan value chain Indonesia dilakukan sesuai tata kelola (governance) yang
tersebut dinilai sesuai dengan kebutuhan transformasi di baik, memenuhi regulasi dan perundangan, serta didukung
Bank Indonesia. Selain pengelolaan program kerja di Bank pengendalian internal yang efektif. Sehingga pelaksanaan
Indonesia, value chain juga digunakan untuk mensinergikan fungsi, tugas, dan wewenang Bank Indonesia senantiasa
empat pilar proses tata kelola Bank Indonesia yaitu kredibel dan dapat dipercaya.
perencanaan strategi, pengelolaan keuangan, manajemen
risiko, dan audit, dalam mengawal dan mewujudkan PMRBI mulai diterapkan pada 2019 untuk mengidentifikasi
pencapaian Destination Statement 2024. risiko strategis yang terdiri atas risiko kebijakan, finansial,
dan operasional secara top down dan forward looking
di setiap Program Strategis Bank Indonesia. PMRBI
diterapkan dengan pendekatan value chain untuk setiap
4.3. Manajemen Risiko
tahapan pencapaian kinerja BI agar risiko di level BI-
Wide (enterprise) dapat dimitigasi dengan baik. PMRBI
melakukan asesmen risiko secara forward looking terhadap
berbagai indikator risiko penting (key risk indicator) yang
berpotensi menghambat pencapaian target kinerja Bank
Dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi Indonesia sesuai Destination Statement 2024. Satuan
Bank Indonesia dalam Destination Statement 2024 dan kerja terkait melakukan mitigasi risiko di setiap tahapan
12 Program Strategis, Bank Indonesia menerapkan proses bisnis sesuai value chain dalam mencapai setiap
Manajemen Risiko Bank Indonesia dalam kerangka Program Strategis Bank Indonesia secara lebih terukur dan
Protokol Manajemen Risiko Bank Indonesia (PMRBI) terintegrasi.
dan Protokol Manajemen Keberlangsungan Tugas Bank
Key risk indicator merupakan acuan utama bagi satuan kerja
Indonesia (PMKTBI).
dalam menetapkan limit dan toleransi risiko. Juga menjadi
acuan dalam menetapkan dan mengimplementasikan
strategi mitigasi risiko strategis. Key risk indicator memiliki

116
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

threshold tertentu sebagai bagian dari Early Warning System Implementasi manajemen risiko kebijakan, finansial, dan
dalam pemantauan risiko strategis secara BI Wide kepada operasional senantiasa dilakukan berdasarkan praktik
Dewan Gubernur. Selanjutnya satuan kerja menyusun Risk terbaik. Sepanjang Triwulan II 2019, pemantauan kinerja
Control Matrix (RCM) untuk mengidentifikasi risiko di setiap dan kepatuhan terus dilaksanakan, antara lain terhadap
tahapan proses bisnis secara value chain, yang menjadi proses bisnis pengelolaan devisa dan pengelolaan
pedoman bagi pengendalian intern berbasis risiko, baik operasi moneter secara four eyes principle. Asesmen
aktivitas strategis maupun nonstrategis. Implementasi risiko finansial dilakukan terhadap portofolio devisa dan
PMRBI dengan pendekatan secara top down, strategic, moneter, counterparty baru, investasi baru, dan instrumen
integrated, dan berdasarkan value chain tersebut moneter yang menghasilkan rekomendasi penguatan
diharapkan memberikan nilai tambah dalam melindungi mitigasi risiko. Selain itu, pengendalian risiko secara
aset Bank Indonesia. Selain itu mampu pula meningkatkan four eyes principle juga dilakukan terhadap pengadaan
budaya sadar risiko melalui pengelolaan risiko strategis strategis Bank Indonesia untuk nominal tertentu serta
yang diprioritaskan pada aktivitas strategis. Tujuannya terhadap keberhasilan pengembangan sistem aplikasi di
sumber daya dapat dimanfaatkan lebih efektif dan efisien Bank Indonesia yang terintegrasi (BIMASAKTI) sampai
dalam mendukung pencapaian visi Bank Indonesia tahap implementasi.

Salah satu bagian penting dari PMRBI adalah Protokol Upaya peningkatan efektivitas mitigasi risiko di level
Manajemen Keberlangsungan Tugas Bank Indonesia satuan kerja terus dilanjutkan sepanjang Triwulan II
(PMKTBI) untuk menjamin keberlangsungan tugas 2019. Fasilitasi pemetaan proses bisnis dan penyusunan
strategis Bank Indonesia. PMKTBI diimplementasikan RCM dilanjutkan untuk Kantor Perwakilan Dalam Negeri
secara terintegrasi dengan Protokol Manajemen Krisis (KPwDN) Kelas C (KPw Provinsi Bangka Belitung dan
(PMK), yang merupakan proses pencegahan dan resolusi KPw Provinsi Sulawesi Tenggara) dan KPwDN Kelas D
atas suatu kondisi insiden dari bencana alam, gangguan (KPw Tasikmalaya dan KPw Balikpapan). Kesiapan RCM
Teknologi Informasi (TI) atau huru hara. Implementasi yang berkualitas diharapkan mendukung implementasi
secara terintegrasi ini merupakan upaya menjamin stabilitas manajemen risiko yang optimal di level satuan kerja. Selain
keuangan Indonesia, juga dengan mengintegrasikan itu, dilakukan pula program peningkatan budaya sadar
sumber daya pendukung untuk menjalankan business risiko melalui internalisasi ketentuan manajemen risiko
continuity plan. PMKTBI diharapkan dapat memperkuat pengelolaan moneter pada pegawai di Satuan Kerja terkait
aspek tata kelola dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan moneter, internalisasi ketentuan manajemen
pada kegiatan pencegahan dan penanggulangan krisis, risiko kecurangan (fraud risk management) pada Satuan
baik dari risiko operasional maupun risiko kebijakan, yang Kerja di Kantor Pusat, dan penyelenggaraan In House
berdampak pada potensi timbulnya risiko keuangan serta Training (IHT) Manajemen Risiko Bank Indonesia Dasar
reputasi Bank Indonesia. pada pegawai baik dari Kantor Pusat maupun KPwDN.

Sampai Triwulan II 2019, penyempurnaan framework Di sisi penerapan PMKTBI, pada Triwulan II 2019 Rencana
PMRBI dan PMKTBI masih dalam proses agar dapat Keberlangsungan Tugas (RKT) untuk skenario huru-hara
diimplementasikan pada 2019. Sejalan dengan Blueprint telah dijalankan pada saat insiden ketidakpuasan atas
SPI 2025, saat ini juga sedang dirumuskan kerangka pengumuman hasil pemilu pada Mei 2019. Pada kondisi
manajemen risiko siber Sistem Pembayaran Indonesia tersebut, Bank Indonesia mengaktifkan kondisi siaga
untuk semakin memperkuat manajemen risiko siber Bank insiden dan seluruh kegiatan operasional Bank Indonesia
Indonesia dan industri sistem pembayaran. Sementara mengikuti prosedur RKT yang berlaku. Dalam kerangka
terkait organ manajemen risiko, saat ini sedang dilakukan PMKTBI, pemantauan kondisi keamanan di Kantor Pusat
review untuk memperkuat fungsi ICO dan pengembangan dilakukan Tim Security Command Center secara berkala
organisasi DMR ke depan. Sejalan dengan itu, pemetaan dengan interval waktu sampai kondisi siaga insiden
risiko strategis Bank Indonesia semakin diperdalam dinon-aktifkan akhir Mei 2019. Meski RKT berjalan cukup
bagi penyusunan key risk indicator di setiap Program efektif, namun ke depan tetap diperlukan penyempurnaan
Strategis yang menjadi fokus tindak lanjut mitigasi risiko Decision Making Process (DMP), penyusunan crisis binder,
satuan kerja terkait sebagai first line of defense, satuan dan perbaikan praktik pelaksanaan PMKTBI yang fokus
kerja pengelolaan risiko sebagai second line of defense, pada pengamanan SDM Bank Indonesia.
maupun satuan kerja pengendalian intern sebagai third line
of defense.

117
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Guna mendukung pengembangan dan implementasi ketentuan Fungsi Audit Intern, Organisasi DAI dan
manajemen risiko yang optimal, diperlukan peningkatan Whistle Blowing System (WBS) dan saat ini dalam proses
kapabilitas dan kapasitas SDM khususnya pada satuan penyusunan kajian akademis.
kerja yang melaksanakan fungsi pengelolaan risiko. Terkait
itu, pada Triwulan II 2019 dilaksanakan upaya peningkatan Sebagai penunjang dalam pelaksanaan fungsi audit,
kompetensi dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dilakukan kegiatan konsultansi untuk meningkatkan
dengan mengundang narasumber ahli (expert) di bidang kualitas proses bisnis berlandaskan tata kelola yang baik.
cloud computing dan Business Continuity Management Pada awal 2019 diidentifikasikan rencana konsultasi yang
terutama terkait teknik implementasi Recovery Time dibutuhkan satuan kerja sepanjang 2019 dan selama
Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO). Selain Triwulan II 2019 dilakukan konsultansi antara lain :
itu, keikutsertaan pada forum internasional “SEACEN • Penyempurnaan PDG Manajemen Logistik Bank
Policy Summit on Central Bank Leadership in Combating Indonesia.
Risk”, “International Operational Risk Working Group”, serta
“FSB-Cyber Incident Response and Recovery Working • Penyusunan PADG Manajemen Risiko Pengadaan.
Group” juga diharapkan memperkuat dan meningkatkan
• Penyusunan PADG Pencabutan dan Penarikan Uang
best practices bidang manajemen risiko.
Rupiah dari Peredaran.

• Progres Bimasakti (ERP+ HRIS,CBS & FOMOBO).


4.4. Audit Internal • Mekanisme Penguatan Strategi Opersional Moneter.

• Isu Perizinan, Pelaporan dan Pengawasan atas


Penerapan Prinsip Kehati-hatian Utang Luar Negeri
(ULN) Bank.

Guna memberikan nilai tambah dalam pencapaian • Penyelesaian tindak lanjut temuan audit, baik DAI
tujuan Bank Indonesia, dilakukan kegiatan assurance maupun BPK.
dan konsultansi secara independen dan obyektif.
• Penyempurnaan SOP satuan kerja dan beberapa
Misinya memberikan opini dan rekomendasi
topik internal lainnya.
terhadap proses tata kelola, proses manajemen
risiko, dan proses pengendalian Terkait pengelolaan Whistle Blowing System (WBS), Bank
Indonesia melakukan internalisasi pada pegawai serta
pihak terkait lainnya melalui berbagai sarana, seperti
tatap muka dan sosialisasi kode etik. Selain itu, untuk
memperoleh saran perbaikan dan penyempurnaan praktik
pengelolaan WBS di masa mendatang, dilakukan survei
Selama Triwulan II 2019, dilaksanakan audit umum di tujuh
pemahaman pegawai Bank Indonesia terkait WBS BI.
Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) Bank Indonesia
Selama Triwulan II 2019, diterima 35 laporan melalui WBS
dan dua Kantor Perwakilan Luar Negeri (KPwLN) Bank
dengan 14 laporan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan.
Indonesia. Sampai dengan Triwulan II 2019 telah dilakukan
dua kali audit tematik serta 19 kali audit umum yang Sedangkan terkait pemeriksaan BPK RI, pada Triwulan II
meliputi 17 KPwDN dan 2 KPwLN. Selanjutnya, secara 2019 dilakukan kegiatan fasilitasi Pemeriksaan Dengan
intensif dilakukan monitoring tindak lanjut hasil audit agar Tujuan Tertentu (PDTT) Tahun 2018 atas Pencetakan,
penyelesaiannya sesuai komitmen yang disepakati. Pengeluaran dan Pemusnahan Rupiah dan fasilitasi
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Tahunan Bank
Menindaklanjuti program transformasi audit intern dan
Indonesia (LKTBI) Tahun 2018. Selanjutnya, dilakukan
manajemen risiko yang terintegrasi, serta prasyarat
koordinasi hasil pemeriksaan LKTBI dan PDTT melalui
pelaksanaan Risk Based Internal Audit (RBIA), pada
pembahasan hasil pemeriksaan, serta fasilitasi
Triwulan II 2019 dilakukan pemetaan proses bisnis dan
penyusunan action plan dan penyelesaian rekomendasi
Risk Control Matrix (RCM) di tiga KPwDN. Hingga Triwulan
hasil pemeriksaan BPK yang masih berstatus pantau.
II 2019, pemetaan proses bisnis dan RCM dilakukan di
Hasil pembahasan selanjutnya dilaporkan dalam Laporan
delapan KPwDN dan satu KPwLN. Selain itu, dalam upaya
Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI.
merespons perkembangan terkini, dilakukan penyelarasan

118
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

Kualitas pelaksanaan fungsi audit intern terus dijaga terakhir membuktikan komitmen dan upaya Bank
agar sejalan dengan standar International Professional Indonesia dalam meningkatkan tata kelola yang baik.
Practices Framework (IPPF). Upaya ini dilakukan dengan
pelaksanaan self assement penerapan IPPF secara 2. Dengan posisi rasio modal sebesar 11,62% per 31
periodik dan pengolahan hasil survei Customer Satisfaction Desember 2018, Bank Indonesia menyetorkan sisa
Index (CSI) atas pelaksanaan audit periode survei Triwulan surplus kepada Pemerintah sebesar Rp30,09 triliun.
II 2019. Sesuai dengan UU Bank Indonesia dan kesepakatan
dengan Pemerintah, sisa surplus tersebut digunakan
Selanjutnya, untuk meningkatkan kompetensi dan untuk membayar kewajiban Pemerintah kepada Bank
kemampuan audit, pegawai senantiasa dilikutsertakan Indonesia.
dalam pendidikan dan pelatihan yang bersertifikasi nasional
dan internasional. Selain itu juga menghadiri seminar dan 3. Sebagaimana ditetapkan dalam Kebijakan Akuntansi
workshop audit internal. Sampai Triwulan II 2019 tercatat Keuangan PKAK 06 Bank Indonesia, selama Triwulan
14 pegawai bersertifikat internasional, delapan pegawai II 2019 telah dilakukan persiapan untuk penerapan
bersertifikat ISO 9001:2008 dan 38 pegawai bersertifikat metode perhitungan penurunan nilai aset keuangan
nasional di bidang audit intern. dengan Expected Credit Loss (ECL) pada 1 Januari
2020. Persiapan mencakup kegiatan knowledge
sharing serta pembahasan bersama OJK, lembaga
4.5. Keuangan Internal pemeringkat Standard & Poors, serta konsultan KPMG
Indonesia. Secara khusus, dilakukan pembahasan
mengenai metodologi perhitungan penurunan nilai
dengan metode ECL. Hasil pembahasan akan menjadi
dasar penyesuaian Peraturan Dewan Gubernur Bank
Indonesia (PDG BI) pada Triwulan III 2019.
Bank Indonesia memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian selama 16 tahun berturut-turut 4. Telah mulai dilakukan penyusunan Rencana Kegiatan,
dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait Anggaran dan Rencana Investasi (RKARI) 2020
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan yang merupakan bagian dari perencanaan (strategic
planning) dan anggaran (strategic budgeting). Mengacu
Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI)
pada pencapaian Visi dan Misi Bank Indonesia melalui
Tahun 2018.
12 Program Strategis (PS), kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai target destination statement disusun
terfokus, bersifat end to end process, dan bersinergi
dengan baik. Dalam menetapkan Rencana Anggaran
Kebijakan manajemen keuangan Bank Indonesia bertujuan Tahunan Bank Indonesia (RATBI) 2020 sebagai
meningkatkan good governance dan memelihara turunan dari penyusunan RKARI 2020, perumusan
sustainabilitas keuangan Bank Indonesia. Kebijakan anggaran dilakukan berdasarkan pola value chain
dilakukan guna mendukung pelaksanaan tugas Bank yaitu kerangka kerja yang menggambarkan alur
Indonesia di bidang moneter, sistem pembayaran dan proses masing-masing PS, mulai dari input hingga
pengedaran uang serta bidang stabilitas sistem keuangan. outcome, yang saling terkait dan memengaruhi dalam
menciptakan sebuah rantai nilai, sebagai bagian dari
Bank Indonesia melaksanakan kebijakan manajemen
upaya mewujudkan proses bisnis terintegrasi.
keuangan melalui berbagai program kerja yang mendukung
arah kebijakan Bank Indonesia dan memperkuat Terkait pelaksanaan tugas Bank Indonesia, kondisi dan
akuntabilitas Bank Indonesia. Pencapaian manajemen kinerja keuangan Bank Indonesia pada Triwulan II 2019
keuangan Bank Indonesia pada Triwulan II 2019 meliputi (unaudited), adalah sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Surplus Defisit
a. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (unaudited) Bank Indonesia
(LKTBI) Tahun 2018 telah selesai diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) 1. Total aset/liabilitas per 30 Juni 2019 tercatat
dan kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian Rp2.229,33 triliun, turun 2,46% dibanding
(WTP) pada 30 April 2019. Pencapaian opini WTP posisi 31 Desember 2018 Rp2.285,65 triliun.
yang diperoleh Bank Indonesia dalam 16 tahun Unsur utama aset Bank Indonesia adalah

119
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Aset Keuangan untuk Pelaksanaan Kebijakan
Moneter, yang didominasi Surat Berharga dan
4.6. Sistem Informasi
Tagihan dalam Valuta Asing sebesar 74,77%
dari total aset. Sedangkan unsur utama liabilitas
adalah Liabilitas Keuangan untuk Pelaksanaan
Kebijakan dan Uang dalam Peredaran, masing- Sistem informasi merupakan fungsi pendukung
masing 42,69% dan 32,63% dari total liabilitas. organisasi yang bertujuan memberikan dukungan
berkualitas dalam proses pengambilan keputusan
b. Pada periode 1 Januari sampai 30 Juni 2019,
dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia guna
Bank Indonesia mencatat surplus sebelum
mewujudkan Bank Indonesia sebagai lembaga yang
pajak Rp26,19 triliun atau turun 7,65% dari
berbasis digital workplace dengan peningkatan
surplus sebelum pajak per Juni tahun 2018.
efisiensi dan efektivitas proses kerja
Surplus tersebut diperoleh dari penghasilan
Rp48,45 triliun dikurangi beban Rp22,26 triliun.
Penghasilan terbesar berasal dari Pelaksanaan
Kebijakan Moneter sebesar Rp47,60 triliun
(98,25% dari total penghasilan), khususnya
berasal dari Pendapatan Bunga dan Penerimaan Sistem Informasi (SI) Bank Indonesia merupakan
Selisih Kurs. Hal ini dipengaruhi penurunan yield pendukung organisasi yang bertujuan memberikan layanan
global dan pelemahan nilai tukar Rupiah secara berkualitas dalam proses pengambilan keputusan dan
terbatas. Sementara, bagian terbesar beban Bank pelaksanaan tugas operasional Bank Indonesia. Dukungan
Indonesia berasal dari Pelaksanaan Kebijakan layanan SI difokuskan pada pencapaian visi Bank
Moneter sebesar Rp11,80 triliun (53,01% dari Indonesia 2024 yang dijabarkan dalam Program Strategis
total beban), khususnya berasal dari Beban (PS) No. 11 “Membangun SI Bank Indonesia yang sesuai
Bunga. dengan era digital”. Tujuan program strategis tersebut
adalah mewujudkan Bank Indonesia sebagai lembaga
c. Rasio Modal terhadap Kewajiban Moneter Bank yang berbasis digital workplace dengan peningkatan
Indonesia per 30 Juni 2019 (unaudited) tercatat efisiensi dan efektivitas proses kerja. Ruang lingkup PS
11,10%. Rasio modal Bank Indonesia (audited) 11 meliputi penerapan arsitektur SI, kelanjutan digitalisasi
mencapai lebih dari 10% pada hasil audit atas proses kerja, peningkatan kapasitas infrastruktur, dan
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia keandalan infrastruktur dalam menghadapi tantangan era
(LKTBI), dan akan dilakukan penyetoran sisa digital. Target IKU PS 11 adalah peningkatan persentase
surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian digitalisasi proses bisnis layanan keuangan eksternal
Pemerintah. menjadi 100% terdigitalisasi. Sedangkan proses bisnis
pengelolaan SDM, keuangan, dan aset/logistik menjadi
2. Realisasi Anggaran Tahunan Bank Indonesia
90% terdigitalisasi.
1. Realisasi Anggaran Penerimaan sampai 30
Dalam upaya mewujudkan target IKU digitalisasi, pada
Juni 2019 adalah Rp48,30 triliun (65,50% dari
2019 ini sedang dilakukan pengembangan beberapa
rencana), dengan hasil pengelolaan aset valas
aplikasi seperti sistem antrean layanan kas dan
Rp20,22 triliun (74,80% dari rencana). 
penyesuaian aplikasi BI-RTGS/SSSS untuk proses bisnis
2. Realisasi  Anggaran Pengeluaran sampai 30 layanan keuangan eksternal. Sementara untuk proses
Juni 2019 adalah Rp21,47 triliun (50,35% dari bisnis pengelolaan SDM, keuangan, dan aset/logistik
rencana), yang didominasi biaya operasi moneter sedang dilakukan pengembangan lebih lanjut atas sistem
sebesar Rp15,09 triliun (53,73% dari rencana). Enterprise Resource Planning dan Human Resource
Information System (ERPHRIS).

120
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

Pada Triwulan II 2019 ini, tingkat ketersediaan sistem Pada Triwulan II 2019 dilakukan pembahasan dan
yang mendukung salah satu fungsi Bank Indonesia koordinasi antara Bank Indonesia dan OJK di bidang
sebagai penyelenggaraan dan pengelolaan surat berharga SI melalui Forum Koordinasi Pertukaran Informasi dan
yaitu high value payment system (BI-RTGS), Securities Sistem Pelaporan Lembaga Jasa Keuangan (FKPISP).
Settlement System (BI-SSSS), Trading Platform (BI-ETP), Pembahasan terkait pengembangan sistem integrasi
retail value payment system (SKN-BI), dan government pelaporan untuk penandatangan blueprint pengembangan
banking (BIGeB) sudah mencapai 100% dari target yang sistem integrasi pelaporan. Selain itu, juga dilakukan
ditetapkan yaitu 99,97%. Sedangkan tingkat ketersediaan pembahasan pengembalian beberapa aset yang digunakan
layanan SI lainnya seperti sistem pendukung pengelolaan OJK dan diikuti dengan penyesuaian perjanjian pinjam
devisa, pelaporan harian bank, akunting juga mencapai pakai
target yang ditetapkan yaitu 97%.

Guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia, pada


2019 dilakukan pengembangan SI sebanyak 160 proyek 4.7. Organisasi Dan Sumber Daya Manusia
pengembangan yang terdiri atas 84 pengembangan aplikasi (SDM)
dan 76 pengembangan teknologi. Proyek pengembangan
aplikasi pendukung pelaksanaan tugas di sektor moneter
yang sudah diselesaikan adalah data warehouse untuk
penyediaan data guna mendukung proses pengambilan
Untuk mewujudkan organisasi yang fokus pada
keputusan, berupa data proyeksi likuiditas.
pencapaian kinerja tinggi dan berkelanjutan, Bank
Sementara pengembangan sistem lainnya masih dalam Indonesia menempuh berbagai langkah, antara lain
tahap pengembangan. Untuk mendukung sektor moneter melalui penyesuaian dan penyempurnaan organisasi
meliputi pelaporan, survei, dan sistem pendukung proyek satuan kerja di Bank Indonesia serta pengelolaan dan
BIMASAKTI khususnya sistem FOMOBO. Sedangkan pengembangan sumber daya manusia.
dukungan untuk sektor makroprudensial diwujudkan
dalam bentuk pengembangan aplikasi pengawasan
makroprudensial, giro wajib minimum, dan pengembangan
UMKM. Sedangkan dukungan untuk sektor SP-PUR
saat ini sedang dikembangkan Core Banking System
(CBS), enhancement atas system Electronic Trading Dalam upaya mewujudkan Destination Statement 2024,
Platform (ETP) serta sistem penatausahaan uang palsu. Bank Indonesia melakukan berbagai penyempurnaan
Dalam upaya mendukung sektor pendukung organisasi, organisasi, pengelolaan sumber daya manusia, serta
diimplementasikan melalui perbaikan situs Bank Indonesia pengelolaan kinerja pegawai.
dan pengembangan lanjutan sistem ERPHRIS, Customer
Relatioship Management (CRM), serta berbagai sistem 4.7.1. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia
yang mendukung penerapan digital workplace.
Bank Indonesia senantiasa memperkuat kebijakan serta
Selain melakukan pengembangan SI untuk mendukung implementasinya melalui penyempurnaan organisasi yang
berbagai sektor, pada Triwulan II 2019 juga dilakukan selaras dengan penajaman visi, penyempurnaan misi serta
persiapan untuk implementasi standar Internasional di penajaman strategi Bank Indonesia. Selama Triwulan I 2019
bidang Information Technology Management System Bank Indonesia melakukan penyempurnaan organisasi
(ITSM) dan Information Security Management System pada 16 satuan kerja (satker). Dari jumlah tersebut,
(ISMS). Implementasi akan dilakukan melalui sertifikasi sebanyak 14 satuan kerja menerapkan pola kerja flat –
ISO 20000 (ITSM) dan ISO 27001 (ISMS) di akhir tahun kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan kemudahan
2019. Implementasi kedua standar ini diharapkan dapat aliran proses kerja. Selanjutnya, untuk meningkatkan
meningkatkan kualitas pengelolaan layanan SI dan pemahaman pimpinan satuan kerja dan pegawai terhadap
kesiapan menghadapi risiko siber. Selain itu, sebagai upaya pola kerja dimaksud, dilakukan upaya melalui sosialisasi
meningkatkan keandalan dukungan SI dalam pelaksanaan implementasi pola kerja flat – kelompok pada satuan kerja
tugas Bank Indonesia, saat ini sedang disusun berbagai yang menerapkan pola kerja dimaksud.
framework pengembangan dan pengelolaan Data Center
terkait dengan program pengembangan Data Center yang
baru.

121
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Dengan penyempurnaan organisasi tersebut, maka pada struktur gaji serta skim remunerasi sesuai dengan
Triwulan II 2019 dilakukan perhitungan proximity kebutuhan praktek di pasar, ii) penyempurnaan manfaat
formasi efektif untuk 16 satuan kerja yang mengalami pasca kerja, berupa reformasi Dana Pensiun Bank
penyempurnaan. Perhitungan dilakukan dengan prinsip Indonesia (DAPENBI) I (PPMP), optimalisasi manfaat
mempertahankan kebutuhan Formasi Efektif (FE) BI-Wide pensiun hibrid, & pendirian DAPENBI II (PPIP), serta
sebesar 7.031, serta memperhatikan pola kerja flat – iii) penataan insentif sebagai kompensasi kinerja
kelompok, dan adanya fungsi baru di satuan kerja. Di awal pegawai.
Triwulan III 2019, Bank Indonesia akan kembali melakukan
ii. Penguatan Kompetensi Pegawai
perhitungan FE berdasarkan baseline hasil proximity.
Penguatan kompetensi pegawai di Bank Indonesia,
mengacu pada PADG No. 20/54/PADG INTERN/2018
4.7.2. Manajemen Sumber Daya Manusia tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai. Aturan
ini mempertajam dukungan terhadap i) akselerasi
i. Penyempurnan Kebijakan MSDM Program Tugas Belajar Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3),
ii) pengembangan khusus untuk pegawai yang masuk
Setelah penyempurnaan Manajemen Sumber Daya
ke dalam Kelompok Pegawai Potensial (KPP), serta iii)
Manusia (MSDM) melalui penerbitan PDG MSDM,
pendidikan karier.
PADG Perencanaan SDM, PADG Manajemen Karier
Pegawai, dan PADG Pengembangan Kompetensi Dalam mendukung akselerasi S2 dan S3, saat ini
Pegawai, pada Triwulan II 2019, penyempurnaan tengah disusun perencanaan kebutuhan berdasarkan
kebijakan MSDM terus dilanjutkan dengan kuantitas dan keahlian yang sesuai dengan strategi
penajaman kebijakan Pemberhentian Pegawai. organisasi, serta penataan kembali jurusan dan
Penajaman dilakukan dengan adanya Exit Policy universitas yang menjadi target pengiriman pegawai
yang diperuntukkan bagi pegawai yang memiliki tugas belajar S2 dan S3. Program pengembangan
kinerja, kompetensi, dan potensi rendah, motivasi untuk pegawai yang masuk ke dalam KPP sampai
kerja rendah, dan disertai dengan karakter, dengan Triwulan II 2019 antara lain leadership forum
kematangan, dan Kepemimpinan yang berada di yang telah diselenggarakan sebanyak dua kali untuk
bawah target Bank Indonesia. Exit Policy merupakan KPP pangkat Deputi Direktur-Asisten Direktur dan
Program Pemberdayaan Khusus, yang memberikan satu kali untuk pangkat Manajer-Asisten Manajer,
kesempatan kepada pegawai untuk kembali fit bekerja Program Executive Leadership Program (ELP) yang
di Bank Indonesia melalui tiga kali kesempatan telah diikuti oleh 549 pegawai KPP, dan penugasan
pengembangan. eksternal. Pendidikan karier telah diikuti oleh 157
Pegawai. Untuk pegawai general, pengembangan
Selain penyempurnaan kebijakan tersebut, dilakukan
dilakukan melalui on the job berupa berbagai proyek
juga penyesuaian atas kebijakan Pemenuhan
atau job enrichment yang dapat meningkatkan skill,
Eksternal. Kebijakan ini mengatur pelaksanaan
keikutsertaan dalam program Peningkatan Mutu dan
rekrutmen yang dilakukan secara terjadwal, melalui
Ketrampilan (PMK), baik dalam maupun luar negeri,
open dan targeted recruitment channel, serta
program sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi
pelaksanaan tahapan seleksi yang dilakukan secara
di Job Family masing-masing, dan reposisi dalam
offline dan online. Kebijakan dimaksud juga mengatur
rangka penguatan branding pegawai.
mengenai pemenuhan Pro Hire yang dilakukan
secara terbatas untuk jabatan yang membutuhkan iii. Pemenuhan Sumber Daya Manusia
keahlian spesifik. Pemenuhan lewat jalur ini dilakukan
berdasarkan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi Upaya pemenuhan kebutuhan SDM dilaksanakan
melalui jalur pemenuhan secara internal maupun sesuai dengan perencanaan SDM Tahun 2018 sampai
secara general recruitment dan diutamakan untuk dengan 2022 yang telah memperhitungkan dampak
pangkat Asisten Manajer ke atas. Kandidat Multi Level reorganisasi Wave I. Pemenuhan melalui jalur internal
Entry (MLE) dalam jalur pemenuhan ini akan melalui dilakukan melalui promosi dan reposisi yang dilakukan
periode magang maksimal selama satu tahun dengan secara konsisten, transparan, sistematis, dan
status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). terjadwal yaitu sebanyak dua kali setahun. Sampai
dengan Triwulan II 2019, terdapat 277 pegawai
Penyempurnaan MSDM juga dilakukan terhadap yang mendapatkan promosi dan 445 pegawai yang
kebijakan Remunerasi berupa: i) penataan ulang direposisi. Reposisi diutamakan bagi pegawai yang

122
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

mengalami branding missmatch maupun yang implementasi yang diharapkan dan mampu
memerlukan refreshment. menjawab tantangan/permasalahan satker.

Upaya pemenuhan kebutuhan SDM dari sumber c. Untuk implementasi BI Inovasi, dilakukan lomba
eksternal dilakukan melalui rekrutmen. Pada 2019 Inovasi antar Tim Inovasi dari lintas Satuan Kerja.
ini ditargetkan rekrutmen untuk Asisten Manajer Proposal inovasi yang masuk mencapai 253
(AM) melalui jalur Penerimaaan Calon Pegawai Muda proposal atau naik 5% dari tahun sebelumnya.
(PCPM) sebanyak 150 Pegawai, rekrutmen jalur Pro Selanjutnya proposal inovasi tersebut akan dipilih
Hire dengan pangkat Manajer sebanyak 10 pegawai, untuk masuk pada babak semifinal.
Pro Hire dengan pangkat AM sebanyak 36 pegawai,
d. Untuk implementasi program BI Religi, dilakukan
dan General Hire dengan pangkat Staff sebanyak 29
berbagai kegiatan ibadah secara bersama-sama
pegawai.
serta implementasi spirit religi di dalam perilaku
iv. Manajemen Kinerja Pegawai kerja sehari-hari. Untuk pegawai beragama Islam
secara rutin dilakukan melalui Sholat Dhuhur
Dalam rangka mendukung implentasi Human pada Hari Senin dan Kamis, program pendalaman
Resource Information System (HRIS) modul Cinta Quran dan Tadabbur Quran, kegiatan
performance management yang telah launching pada Oikumene pada Hari Kamis bagi pegawai Kristen
19 Juni 2019, Bank Indonesia melakukan: i) User dan Katolik serta kegiatan persembahyangan
Acceptance Test (UAT) untuk memastikan aplikasi bersama setiap dua minggu sekali bagi pegawai
dapat digunakan, ii) sosialisasi dan pelatihan HRIS beragama Hindu dan Buddha.
Modul Performance Management kepada pegawai
Satuan Layanan dan Administrasi di Kantor Pusat e. Telah dilakukan kick off BI Prestasi oleh Gubernur
dan Kantor Perwakilan, iii) menyusun communication Bank Indonesia pada 26 Juli 2019 sebagai tonggak
tools, dan iv) mengoptimalkan Whatsapp Group awal pencanangan BI Prestasi di tahun 2019.
(WAG) bagi pegawai (Admin Satuan Kerja) untuk Program Perubahan BI Prestasi merupakan salah
mempermudah koordinasi dan komunikasi terkait satu dari rangkaian program perubahan di Bank
evaluasi kinerja pegawai. Indonesia, yakni: BI Prestasi, BI Inovasi, dan BI
Religi yang dijalankan sepanjang 2019. Program
v. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia BI Prestasi merupakan program perubahan yang
Dalam rangka melanjutkan transformasi budaya bank mendorong tercapainya deliverables program
Indonesia, dalam Triwulan II 2019 telah dilakukan strategis melalui internalisasi Nilai-Nilai Strategis
berbagai aktivitas sebagai implementasi Program Bank Indonesia secara konkrit serta pencapaian
Perubahan (Change Program) baik di Kantor Pusat prestasi pada area representasi dan reputasi di
maupun Kantor Perwakilan sebagai berikut: tingkat internasional yang memotivasi satker dan
pegawai untuk bekerja secara end-to-end.
a. Pembekalan untuk peningkatan kapabilitas para
change agents dalam Program BI Inovasi dengan
memperkuat kompetensi di area design thinking
dan memotivasi Tim Inovasi di Bank Indonesia.
4.7.3. Pengembangan SDM
Pelaksanaan pembekalan dilakukan bagi Tim Pengembangan SDM merupakan salah satu pilar utama
Inovasi dari Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan dari Arsitektur Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam Negeri. (MSDM) Bank Indonesia. Tujuannya untuk mewujudkan
b. Untuk menindaklanjuti Program Perubahan visi pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia,
BI Inovasi dan BI Religi yang telah dimulai khususnya dalam menghasilkan pegawai yang kompeten,
sejak awal tahun, Satuan Kerja (Satker) telah profesional, berkepemimpinan kuat dan memiliki integritas.
menyampaikan laporan rencana implementasi Pengembangan SDM tersebut dilakukan dengan
program perubahan di satkernya masing-masing penguatan tiga aspek kompetensi yaitu leadership, general
pada bulan April 2019. Selanjutnya dilakukan management, dan substansi (Technical Knowledge).
penilaian terhadap laporan rencana implementasi Sebagai bagian dari pengembangan SDM, Bank Indonesia
(action plan) satker, sebanyak 78% satker (63 menyelenggarakan lima jenis program pembelajaran yakni
dari 81 satker) telah menunjukkan rencana (1) Program Pengenalan (Onboarding Program), (2) Program

123
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Meningkatkan Kompetensi (Competencies Development Open Lecture Series, seminar dan workshop yang
Program/CDP), (3) Program Peningkatan Karier (Career diselenggarakan selama Triwulan II 2019.
Advancement Program/CAP), (4) Program Transisi Karier
Selain itu, guna mencari alternatif solusi penyelesaian
(Career Transition Program/CTP), dan (5) Program Lainnya
pembayaran perdagangan dengan negara terkena sanksi
(Flagship Program/seminar).
seperti Rusia, Bank Indonesia melakukan pertemuan
Sepanjang Triwulan II 2019, Bank Indonesia melaksanakan pertama Working Group on Banking and Finance (WGBF)
Program Pengembangan SDM sejumlah 79 Program Indonesia – Rusia pada 23 Mei 2019 di Jakarta. Pertemuan
Pembelajaran dengan 1.720 peserta dengan rincian dihadiri Bank Indonesia, Bank Sentral Rusia (CBRF), dan
sebagai berikut: instansi terkait, seperti OJK, Kemenko Perekonomian, dan
Kementerian Luar Negeri. Pembahasan meliputi sharing
1. On Boarding Program merupakan program pendidikan pemahaman terkait sanksi terhadap Rusia, pembahasan
bagi calon pegawai agar siap ditempatkan di seluruh usulan alternatif penyelesaian pembayaran transaksi
satuan kerja Bank Indonesia. Pada Triwulan II 2019, perdagangan bilateral, dan pembahasan amandemen
dilaksanakan dua kelas Pendidikan Calon Pegawai MoU BI-CBRF. Bank Indonesia juga menjadi host acara
setingkat Asisten Manajer (PCPM) Angkatan 34 bagi AMRO Outreach pada 18 Juni di Jakarta serta melakukan
160 calon pegawai yang saat ini masuk tahapan On co-hosting sejumlah seminar dan kursus bekerja sama
Job Training (OJT) di masing-masing satuan kerja dengan sejumlah organisasi internasional, yaitu SEACEN,
penempatan OJT. IMF, Central Bank of Turkey (CBRT), Banque de France,
2. Competency Development Program (CDP) merupakan Nemzeti Bank (Bank Sentral Hungaria), dan Toronto Centre.
program pembelajaran untuk membekali pegawai
dengan kompetensi teknis, leadership dan manajerial
sesuai dengan sektor dan jenjang kepangkatan. Pada
4.8. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
Triwulan II 2019 telah dilaksanakan 66 batch program
pembelajaran yang diikuti oleh 1.332 peserta internal.
Program tersebut adalah sebagai berikut: Introduction
to Central Banking II, Sertifikasi Digital Economy, Secara umum, komunikasi Bank Indonesia pada
Economic Leadership Program, Sertifikasi Sektor Triwulan II 2019 didominasi oleh komunikasi kebijakan
Core, Sertifikasi Sektor Corporate Enabler, General moneter, komunikasi kebijakan makroprudensial,
Management dan/atau Tematik. komunikasi kebijakan sistem pembayaran dan
3. Career Advancement Program merupakan program pengelolaan uang Rupiah, kebanksentralan, serta
khusus yang diberikan kepada pegawai yang diusulkan komunikasi pada pegawai internal. Program edukasi
mendapat promosi. Program ini mengkombinasikan kebanksentralan dilakukan antara lain dalam bentuk
konsepsi dan isu terkini terkait makroekonomi dan flagship program, kuliah umum, dan berbagai kegiatan
kebanksentralan, strategic leadership dan change edukasi publik.
management dan studi visit yang bersifat gradual
antar level. Pada tahun Triwulan II 2019 telah
dilaksanakan lima batch SESPI yang diikuti oleh 228
pegawai. Program tersebut terdiri atas: i) Pendidikan 4.8.1 Komunikasi Kebijakan
Pegawai Staf (PPS), ii) Sekolah Pimpinan Muda
Program Komunikasi Bank Indonesia berpedoman pada
Bank Indonesia (SESMUBI) bagi pegawai promosi
perencanaan yang disusun secara berkala. Penyusunan
dari Asisten Manajer ke tingkat Manajer, iii) Sekolah
perencanaan komunikasi dibutuhkan untuk mengarahkan
Pimpinan Madya Bank Indonesia (SESMABI) bagi
pelaksanaan komunikasi sesuai tujuan dan sasaran yang
pegawai promosi dari Manajer ke tingkat Asisten
diharapkan. Secara umum, komunikasi Bank Indonesia
Direktur, iv) Sekolah Pimpinan Utama Bank Indonesia
bertujuan memberikan pemahaman dan membentuk
(SESTABI) bagi pegawai promosi dari Asisten Direktur
ekspektasi stakeholder atas kebijakan Bank Indonesia
ke tingkat Deputi Direktur, v) Sekolah Pimpinan Tinggi
serta memberikan feedback, baik terhadap komunikasi
Bank Indonesia (SESPIBI) bagi pegawai promosi dari
maupun kebijakan yang ditempuh. Komunikasi Bank
Deputi Direktur ke tingkat Direktur.
Indonesia didorong terus mendukung pencapaian visi yang
4. Program Lainnya, yakni melalui keikutsertaan diturunkan dalam 12 Program Strategis (PS). Ke-12 PS
pegawai Bank Indonesia dalam Flagship Program,

124
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

tersebut merupakan wujud implementasi dari transformasi moneter guna meningkatkan ketersediaan likuiditas dan
kebijakan berikut dukungan transformasi organisasi, SDM, mendukung pendalaman pasar keuangan. Keempat,
dan budaya kerja. mengakselerasi kebijakan pendalaman pasar keuangan
dengan: (i) mendorong sisi supply transaksi Domestic
Komunikasi dilakukan untuk mendukung visi Bank Non Deliverable Forward (DNDF), khususnya melalui
Indonesia menjadi bank sentral yang berkontribusi nyata penyederhanaan ketentuan kewajiban underlying
terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik diantara transaksi, (ii) Mendorong implementasi penyelenggara
negara emerging markets. Esensi komunikasi merupakan sarana pelaksanaan transaksi di pasar uang dan pasar
diseminasi bauran kebijakan utama Bank Indonesia 2019 valas (market operator), dan (iii) Mengembangkan pasar
dalam memperkuat stabilitas perekonomian dan menjaga Surat Berharga Komersial (SBK) sebagai alternatif sumber
momentum pertumbuhan ekonomi. Bauran kebijakan itu pendanaan jangka pendek korporasi. Kelima, memperkuat
meliputi: (i) kebijakan moneter yang pre-emptive, front koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk
loading, dan ahead the curve, (ii) kebijakan makroprudensial mempertahankan stabilitas ekonomi, terutama dalam
untuk mendukung SSK dan intermediasi perbankan, (iii) pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan.
kebijakan sistem pembayaran yang lancar, efisien serta
aman, termasuk mendukung ekonomi dan keuangan Komunikasi Kebijakan Makroprudensial. Komunikasi
digital, (iv) akselerasi pendalaman pasar keuangan terkait ini mencakup dua fokus kebijakan sebagai prioritas
efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan komunikasi Triwulan II 2019. Pertama, memastikan
ekonomi, serta, (v) pengembangan ekonomi syariah melalui ketersediaan likuiditas di perbankan serta menempuh
program Bank Indonesia sebagai bagian program Komite kebijakan makroprudensial yang akomodatif dengan
Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Bauran kebijakan mempertahankan rasio Countercyclical Capital
ini juga didukung oleh pengembangan UMKM yang Buffer (CCB) sebesar 0%, rasio Penyangga Likuiditas
berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Makroprudensial (PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas
nasional dan kebijakan internasional untuk memperkuat repo 4%, dan kisaran Rasio Intermediasi Makroprudensial
persepsi positif terhadap Indonesia. (RIM) 84%-94%. Selanjutnya, secara konsisten, Bank
Indonesia juga mengomunikasikan pelaksanaan koordinasi
Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas dengan otoritas melalui peran Komite Stabilitas Sistem
terkait juga ditingkatkan guna mempertahankan stabilitas Keuangan (KSSK) dalam memperkuat sinergi kebijakan
ekonomi, khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit fiskal, moneter, makroprudensial, serta mikroprudensial
transaksi berjalan. Koordinasi tersebut juga dilaksanakan dalam menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dan
dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi momentum pertumbuhan ekonomi.
ke depan, terutama memperkuat permintaan domestik dan
mendorong ekspor, pariwisata, dan aliran modal asing. Komunikasi Kebijakan Sistem Pembayaran dan
Koordinasi dengan pemerintah dilakukan baik di tingkat Pengelolaan Uang Rupiah. Komunikasi ini mencakup
pusat maupun daerah. Perekonomian daerah dipercaya empat fokus utama kebijakan sebagai prioritas komunikasi
menjadi kunci pertumbuhan sekaligus pengendalian inflasi Triwulan II 2019. Pertama, percepatan transformasi digital
di tingkat nasional. Komitmen dan koordinasi yang terus untuk ekonomi Indonesia melalui pencanangan lima visi baru
terjaga diharapkan mampu menguatkan ekonomi daerah Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yaitu: (i) mendukung
sebagai pendukung perekonomian nasional. integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga
menjamin fungsi bank sentral dalam proses peredaran
Komunikasi Kebijakan Moneter. Komunikasi ini mencakup uang, (ii) mendukung digitalisasi perbankan sebagai
lima fokus kebijakan sebagai prioritas komunikasi Triwulan lembaga utama dalam ekonomi-keuangan digital melalui
II 2019. Pertama, mempertahankan BI 7-Day Reverse open-banking maupun pemanfaatan teknologi digital
Repo Rate (BI7DRR) pada level 6,00% sebagai upaya dan data dalam bisnis keuangan, (iii) menjamin interlink
memperkuat stabilitas eksternal perekonomian, khususnya antara FinTech dengan perbankan untuk menghindari
mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang risiko shadow banking melalui pengaturan teknologi
aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan digital (seperti Application Programming Interface-API),
domestik. Kedua, menurunkan Giro Wajib Minimum kerja sama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan, (iv)
(GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers
Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 basis poin protection, integritas dan stabilitas, serta persaingan usaha
(bps) sehingga masing-masing menjadi 6,0% dan 4,5%, yang sehat, dan (v) menjamin kepentingan nasional dalam
dengan GWM rata-rata masing-masing tetap sebesar ekonomi-keuangan digital antarnegara melalui kewajiban
3,0%. Ketiga, melanjutkan penguatan strategi operasi

125
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
pemrosesan semua transaksi domestik di dalam negeri (i) Kebijakan Sistem Pembayaran NonTunai, (ii) Pengantar
dan kerja sama penyelenggara asing dengan domestik. Akuntansi Bank Indonesia, dan (iii) Inflasi dan Inflation
Targeting Framework, selain pemaparan materi mengenai
Kedua, perluasan layanan Sistem Kliring Nasional Kebanksentralan yang merupakan materi wajib.
Bank Indonesia (SKNBI) yang mencakup penambahan
waktu dan percepatan setelmen, peningkatan batas Sebagai sarana untuk meningkatkan kedekatan dengan
nominal transaksi, dan penurunan tarif. Ketiga, perluasan masyarakat sekaligus memperkuat persepsi positif
elektronifikasi bantuan sosial nontunai, dana desa, moda publik terhadap Bank Indonesia, pada Triwulan II 2019
transportasi, dan operasi keuangan pemerintah. Keempat, diselenggarakan acara “BI Peduli Mudik 2019, Fitrah
persiapan standarisasi QR Code payment ke dalam QRIS Bersama Rupiah” di rest area KM. 57 Tol Cikampek.
(QR Indonesia Standard). Sedangkan komunikasi di bidang Penyelenggaraan kegiatan tersebut merupakan rangkaian
pengelolaan uang Rupiah difokuskan pada pemenuhan layanan penukaran uang dari 2.941 titik penukaran di
kelancaran dan keamanan sistem pembayaran; kesiapan seluruh Indonesia. “BI Peduli Mudik 2019, Fitrah Bersama
operasional, distribusi dan persediaan uang layanan Rupiah” merupakan bentuk layanan prima bagi masyarakat
kas; serta ketersediaan stok uang elektronik (UE) dan selama Ramadan dan Idul Fitri 1440 H. Bank Indonesia
layanan top up di sektor transportasi menjelang Hari Raya mendorong masyarakat agar menukarkan uangnya di
Idul Fitri, Juni 2019. lokasi penukaran resmi untuk mencegah risiko uang palsu
dan untuk menjaga kualitas uang. Layanan yang diberikan
Selain komunikasi kebijakan, komunikasi bersifat mencakup: penukaran uang pecahan kecil, layanan gerak
edukasi juga dilakukan guna meningkatkan pengetahuan bank umum termasuk penjualan uang elektronik dan top up
stakeholder terkait ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Edukasi Uang Elektronik (UNIK) bekerja sama dengan bank umum,
ini dilakukan melalui Iklan Layanan Masyarakat terkait sosialisasi dan edukasi kebijakan Bank Indonesia serta
3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) dan 5J (Jangan Dilipat, fasilitas refreshment. Jumlah total pengunjung mencapai
Jangan Dicoret, Jangan Distapler, Jangan Diremas, dan 3.491 orang atau rata-rata 650 orang per hari. Sebanyak
Jangan Dibasahi). Selain itu, menjelang Hari Raya Idul 96% pengunjung menyatakan puas dengan pelaksanaan
Fitri, komunikasi bersifat edukasi juga dilakukan dalam kegiatan dimaksud.
kampanye Perlindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Melalui Penggunaan UE di jalan tol dan top-up di rest area Dalam meningkatkan pemahaman dan partisipasi pegawai
saat mudik Idul Fitri serta kampanye Belanja Bijak tematik dalam komunikasi kebijakan Bank Indonesia (advokasi),
menjelang pembagian THR dan Idul Fitri. Bank Indonesia juga melakukan komunikasi pada
pegawai internal. Selama Triwulan II 2019, komunikasi
Bank Indonesia melakukan komunikasi kebanksentralan. internal berfokus pada transformasi kebijakan. Transformasi
Selama Triwulan II 2019, komunikasi kebanksentralan ini berasal dari pendekatan baru terhadap kebanksentralan
dilakukan secara beragam namun memiliki benang merah dan menjadi awal berlangsungnya transformasi organisasi
yaitu mengenalkan fungsi penting Bank Indonesia dalam Bank Indonesia. Transformasi kebijakan menghasilkan
tatanan perekonomian (peran sebagai penjaga stabilitas penyesuaian visi dan misi, yang diikuti strategi dan fungsi
ekonomi), salah satunya melalui edukasi publik. Bank lembaga. Selanjutnya transformasi tersebut mewujudkan
Indonesia terus melakukan edukasi publik melalui berbagai transformasi organisasi dan sumber daya manusianya.
format, misalnya sharing dengan lembaga negara, serta Sedikitnya ada empat fokus transformasi kebijakan yaitu
diskusi dengan penegak hukum, auditor negara, program (i) Arah strategis Bank Indonesia, (ii) Pengelolaan SDM, (iii)
edukasi melalui kunjungan, aktivasi museum Bank Sistem Informasi dan (iv) Manajemen Risiko, Pengendalian
Indonesia, BI Mengajar, dan seminar dengan akademisi. Internal, dan Keuangan. Guna mendapat dukungan dari
Transparansi dan keterbukaan Bank Indonesia juga seluruh lapisan pegawai, komunikasi internal dilakukan
diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan secara terencana dan terintegrasi.
edukasi publik rutin setiap hari Selasa dan Kamis. Berbagai Program Komunikasi BI
Selama Triwulan II 2019, dilaksanakan kunjungan edukasi
publik sebanyak 13 kali dari sekolah maupun universitas Dalam pelaksanaan Program Komunikasi, Bank Indonesia
yang dihadiri 1.125 peserta. Hasil survei menunjukkan senantiasa melakukan secara proaktif dan mengedepankan
93,55% peserta kunjungan menyatakan puas terhadap interaksi dengan stakeholder melalui berbagai instrumen
prosedur permohonan kunjungan dan 95,50% peserta komunikasi. Bank Indonesia menjalin kerja sama dan
menyatakan puas terhadap proses kunjungan. Terhitung hubungan mitra kerja yang proaktif dengan berbagai
sejak April-Juni 2019, topik kunjungan favorit mencakup: pemangku kepentingan, misalnya anggota Parlemen,

126
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

Pemerintah, media, pengamat ekonomi, akademisi, dan Facebook page Bank Indonesia dalam tiga bulan terakhir
lembaga negara lainnya. Beberapa kegiatan komunikasi sebesar 0.3% setiap bulannya. Selain itu Facebook
yang dilakukan selama Triwulan II 2019, yaitu: page Bank Indonesia mendapatkan engagement 8.189
dari pengguna. Informasi yang dikomunikasikan melalui
a) Media briefing atau press conference; Facebook sejalan dengan tema komunikasi bulanan
b) Publikasi dan rilis kebijakan baru/data-data statistik di berupa liputan kegiatan Bank Indonesia, artikel, video,
media massa, online, dan media sosial; pengumuman, dan infografis.

c) BI Bareng Media (BBM); Followers Twitter @bank_indonesia saat ini mencapai


672.711 naik 2% dari Triwulan I 2019 dengan jumlah
d) Focus Group Discussion; Followers sebanyak 659.564. Informasi yang disampaikan
melalui Twitter antara lain BI 7DRRR, kurs, jadwal
e) Interaksi dalam media sosial, seperti pembuatan Quiz
penukaran uang pecahan kecil, kunjungan ke Bank
dan Trivia di Facebook dan Twitter; dan
Indonesia, siaran pers, dan pembukaan lowongan (karier).
f) Edukasi publik melalui kunjungan ke Bank Indonesia, Interaksi terbanyak didapatkan dari tweet #BIskuit, dan
aktivasi museum Bank Indonesia, dan BI Mengajar. Greeting Pagi.

Sebagai salah satu aktivitas evaluasi komunikasi, Selanjutnya di Bank Indonesia Channel Youtube, video
Bank Indonesia melakukan media monitoring melalui yang ditayangkan selama Triwulan II 2019 sebanyak 27
pemantauan dan analisis isu/opini stakeholders dalam video, sehingga total video sampai dengan Triwulan II 2019
pemberitaan media massa maupun media sosial. Melalui mencapai 421 video. Jumlah subscriber Bank Indonesia
media monitoring, diharapkan agar Bank Indonesia Channel Youtube mencapai 24.342 naik 10% dari Triwulan
dapat membaca dan memahami dinamika masyarakat, I 2019 dengan 22.121 subscriber. Pertumbuhan subscriber
sehingga mampu memberikan respons secara tepat dalam Bank Indonesia Channel Youtube dalam tiga bulan terakhir
membangun komunikasi yang berorientasi pada kebijakan sebesar 3% setiap bulannya. Angka ini terbesar dibanding
efektif, reputasi, dan kredibilitas lembaga. pertumbuhan followers saluran media sosial lainnya. Video
yang mendapat perhatian besar dari netizen atau viewers
Selama Triwulan II 2019, pemberitaan mengenai Bank dan jumlah engagement terbanyak selama Triwulan II
Indonesia cukup mendominasi pemberitaan ekonomi 2019 adalah video terkait “Berkenalan dengan Rupiah”,
secara umum. Isu yang mengemuka cukup beragam sejumlah 2.913 viewers.
dengan angle berita yang dominan sejalan dengan key
message Bank Indonesia. Media menunjukkan dukungan Instagram Bank Indonesia semakin populer di kalangan
positif, tercermin dari sentimen pemberitaan yang netizen. Pertumbuhan pengikut Instagram dalam tiga bulan
didominasi sentimen positif netral. Tingginya jumlah terakhir sebesar 2% setiap bulannya. Aktifitas Instagram
pemberitaan bersentimen positif netral tidak terlepas dari selama Triwulan II 2019 mampu meningkatkan jumlah
dukungan influencer eksternal yang turut menjadi endorser followers sebesar 7% atau 283.703 followers di akhir Juni
kebijakan Bank Indonesia dan hal-hal positif terkait agenda 2019. Posting dengan jumlah engagement terbanyak yaitu
dan kegiatan Bank Indonesia. terkait “Cinta Rupiah” dengan 6.320 engagement.

Komunikasi Digital Bank Indonesia Contact Center BICARA

Di sisi komunikasi digital, pengembangan website Bank Contact Center Bank Indonesia (BICARA 131) senantiasa
Indonesia terus dilaksanakan baik dari segi konten, hadir memberikan pelayanan prima bagi publik. Selama
desain, dan tampilan guna memenuhi kebutuhan informasi Triwulan II 2019, tercatat 16.300 pemohon informasi
stakeholders. Website Bank Indonesia juga dikembangkan masuk, baik melalui media telepon, email, datang langsung,
melalui platform mobile application dalam perangkat surat, media sosial maupun media lainnya. Jumlah
smartphone. Selain itu, penggunaan media sosial terus pemohon ini naik 5.34% dibanding periode yang sama
dioptimalkan sesuai perkembangan sarana komunikasi. tahun sebelumnya sebanyak 15.473 pemohon informasi.
Facebook dan Twitter merupakan media sosial yang paling Mayoritas pertanyaan adalah permohonan informasi SLIK
aktif menanggapi pertanyaan dan keluhan netizen. OJK dan seputar pengelolaan uang Rupiah. Kelompok
stakeholders yang dominan menghubungi BICARA 131
Selama Triwulan II 2019, jumlah fans Facebook page Bank adalah masyarakat umum dan perbankan. Jakarta Pusat
Indonesia mencapai 63.260, naik 1% dari Triwulan I 2019 menjadi mayoritas kota asal pemohon informasi yang
dengan jumlah fans sebanyak 62.454. Pertumbuhan fans menghubungi BICARA 131.

127
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Cerminan pelayanan prima dan service excellence selama baik di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem
Triwulan II 2019, terlihat dalam pencapaian Stakeholders pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah. Sehubungan
Satisfaction Index (SSI) BICARA 131 sebesar 87.05% dengan itu, Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai
dengan target 82%. BICARA 131 juga memenuhi standar program dan kegiatan edukasi kebanksentralan secara
ISO 9001:2015 dalam memberikan pelayanan publik dan terstruktur dan terintegrasi. Program dan kegiatan ini
menjadi contact center lembaga publik pertama di dunia merupakan kontribusi nyata Bank Indonesia meningkatkan
yang tersertifikasi ISO 9001:2015. Pencapaian ini semakin pemahaman stakeholders dan publik terhadap ekonomi
meningkatkan awareness stakeholders terhadap kinerja dan kebanksentralan. Program edukasi kebanksentralan
BICARA 131 sehingga mampu menciptakan persepsi juga mendukung pembentukan pemimpin yang memiliki
positif lembaga terkait layanan informasi publik. Capaian pemahaman kuat terhadap ekonomi (Economic
ini pun merupakan prestasi sekaligus tantangan BICARA Leadership).
131 untuk selalu meningkatkan kepuasan pelayanan
Program edukasi kebanksentralan antara lain dilakukan
stakeholder.
dalam bentuk flagship program, kuliah umum, dan
Dalam konteks koordinasi dengan Pemerintah, Bank berbagai kegiatan edukasi publik lainnya. Program dan
Indonesia berpartisipasi dalam Layanan Aspirasi dan kegiatan tersebut dapat diikuti oleh stakeholders eksternal,
Pengaduan Rakyat (LAPOR!). Aplikasi ini hadir untuk baik di dalam maupun luar negeri, seperti perwakilan bank
melibatkan partisipasi publik dan meningkatkan interaksi sentral, kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah,
dua arah antara masyarakat dan pemerintah, terutama akademisi, peneliti, serta pengamat ekonomi.
dalam pengawasan program pembangunan. Selama
Pada Triwulan II 2019, program edukasi kebanksentralan
Triwulan II 2019, Bank Indonesia menerima 42 permintaan
yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui Bank Indonesia
informasi dan pengaduan melalui aplikasi LAPOR!.
Institute (BI Institute) terdiri atas tiga flagship program (204
Pelaporan cukup banyak seputar transfer dana yang
peserta), dua open lecture series (201 peserta), tiga kuliah
dikeluhkan masyarakat umum ke lembaga perbankan.
umum (1.129 mahasiswa), dan satu studi visit bank sentral
Publikasi Majalah Fokus dan Gerai Info (10 peserta) dengan rincian sebagai berikut:

Bank Indonesia menyadari komunikasi kebijakan yang 1. Flagship Program


optimal harus dilakukan melalui beragam kanal media
komunikasi, salah satunya melalui Majalah Gerai Info, yang Flagship program merupakan program unggulan BI
hadir dalam bahasa ringan dan mudah dipahami tanpa Institute yang diselenggarakan bekerja sama dengan
mengurangi makna dari kebijakan Bank Indonesia. Sejak mitra strategis terkait topik flagship. Program ini
berpartisipasi pada 2016, Majalah Gerai Info tidak pernah mencakup: (i) moneter, makroekonomi, dan market;
lepas dari penghargaan. Sampai dengan Triwulan II 2019, (ii) stabilitas sistem keuangan; (iii) sistem pembayaran
Majalah Gerai Info mendapatkan penghargaan berupa; (i) dan pengelolaan uang Rupiah; dan (iv) leadership dan
Inhouse Magazine Awards 2019 dari Serikat Perusahaan general management. Pada Triwulan II 2019, flagship
Pers (SPS) dengan predikat The Best of Government program yang dilaksanakan adalah:
Inhouse Magazine (Bronze) (Majalah GERAI INFO) (ii) a. International Workshop on Central Bank Policy Mix
Inhouse Magazine Awards 2019 dari Serikat Perusahaan
Pers (SPS)-The Best of Government Inhouse Magazine Flagship diselenggarakan pada 8-12 April 2019,
(Silver) (E-Magz GERAI INFO) serta (iii) PR Indonesia Award di Jakarta. Kegiatan ini bekerja sama dengan
2019-Lembaga Pemerintah Pusat (Bronze) (Majalah GERAI IMF-Singapore Regional Training Institute (STI).
INFO edisi 72). Topik utama dalam seminar ini adalah paradigma
baru pengelolaan kebijakan moneter melalui
bauran kebijakan (Policy Mix), khususnya pasca
global financial crisis. Dalam workshop, diangkat
4.8.2 Edukasi Kebanksentralan beberapa studi kasus termasuk penerapan policy
Bank sentral memiliki peranan penting dalam mix di Indonesia.
perekonomian. Keberadaan dan peranannya perlu diketahui
b. BI Leadership Forum “Leaders Transformation in
masyarakat luas, terutama stakeholders Bank Indonesia.
the Digital Era: ASEAN Strategic Perspective”
Pengetahuan peran dan fungsi bank sentral diharapkan
dapat membantu stakeholders dan masyarakat memahami Leadership Forum diselenggarakan pada 6
kebijakan terkini dan respons kebijakan Bank Indonesia, Mei 2019, di Jakarta. Kegiatan ini membahas

128
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

transformasi digital sebagai kunci penting 3. Kuliah Umum Kebanksentralan


asimilasi antara inovasi dan teknologi dengan
narasumber Tan Sri Dr. Zeti Akhtar Aziz, yang Program ini merupakan implementasi kerja sama
pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Negara Bank Indonesia dengan Perguruan Tinggi dalam
Malaysia (BNM) periode 2000-2016. rangka pengembangan mata kuliah kebanksentralan.
Program ini juga berupaya meningkatkan pemahaman
c. International Seminar on Currency Management kebanksentralan dan isu strategis serta kebijakan
Systems terkini. Kuliah Umum yang diselenggarakan pada
Triwulan II 2019 adalah:
Seminar ini diselenggarakan pada 25-27 Juni
2019 di Bali dengan topik utama paradigma -- Kuliah Umum “Perekonomian Indonesia dan
baru dalam pengelolaan uang sebagai salah satu Peluang Pengembangan Ekonomi Syariah”
tugas bank sentral. Pembahasan pada seminar ini di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Latifah
mengangkat contoh beberapa negara referensi. Mubarokiyah, Tasikmalaya, dengan peserta 808
mahasiswa.
2. Open Lecture Series
-- Kuliah Umum “Kebijakan Keuangan di Era
Open Lecture Series (OLS) merupakan program
Digital”, di Universitas Pertamina, dengan peserta
pembelajaran dalam bentuk academic thematic
136 mahasiswa.
lecture dengan narasumber terkemuka dari berbagai
lembaga, baik nasional maupun internasional. Selain -- Kuliah Umum “Perlindungan Konsumen dalam
ditujukan bagi pegawai, kegiatan ini juga mengundang Sistem Pembayaran Daring”, di Universitas
peserta dari stakeholders terkait topik yang dibahas. Katolik Parahyangan, dengan peserta 185
Pada Triwulan II 2019, OLS yang diselenggarakan mahasiswa.
terdiri atas:
4. Studi Visit Kebanksentralan
a. 19th Open Lecture Series “Exchange Rate and
Trade Dynamics in Indonesia: Connecting the Sebagai wujud kontribusi dalam pengembangan
Dots” sumber daya manusia, baik nasional maupun
internasional, Bank Indonesia menerima study visit
Open Lecture Series (OLS) berlangsung pada 13 terkait kebijakan Bank Indonesia. Pada Triwulan II
Mei 2019 di Kampus Utama BI Institute. OLS ini 2019, Bank Indonesia menerima kunjungan dari Bank
menghadirkan empat narasumber dari IMF untuk Sentral Srilanka tanggal 22-23 April 2019 dengan
menyampaikan perspektif dari hasil analisis topik Reserve Management.
serta kajian terkait kondisi nilai tukar dalam
hubungannya dengan perdagangan internasional.

b. 20th Open Lecture Series “Building Capacity and 4.9. Aspek Hukum
Connectivity for the New Economy”

OLS diselenggarakan pada 18 Juni 2019, di


Kampus Utama BI Institute. Narasumber utama
adalah Dr. Hoe Ee Khor, Kepala Ekonom ASEAN+3 Untuk mendukung pelaksanaan tugasnya, pada
Macroeconomy Research Office (AMRO), yang Triwulan II 2019 Bank Indonesia menerbitkan
membahas pertumbuhan ekonomi di kawasan peraturan yang bersifat eksternal yakni 8 (delapan)
ASEAN+3 dan pentingnya pembangunan Peraturan Bank Indonesia dan 14 (empat
infrastruktur yang mendukung peningkatan belas) Peraturan Anggota Dewan Gubernur,
kapasitas ekonomi, konektivitas rantai produktif, serta peraturan internal yang terdiri dari 2 (dua)
dan pendalaman pasar domestik. Selain internal Peraturan Dewan Gubernur.
Bank Indonesia, hadir pula peserta dari Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan,
Bappenas, Lembaga Penjamin Simpanan,
Mandiri Institute, LPPI, PPATK, dan akademisi
dari beberapa universitas.

129
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang 2019 antara lain RPP Penyelenggaraan Sistem Transaksi
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Elektronik, RPP Transaksi Perdagangan Melalui Sistem
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (selanjutnya disebut Elektronik, RPP Kebijakan Dasar Pembiayaan Ekspor
dengan UU Bank Indonesia), Bank Indonesia sebagai Nasional, RPP Besaran Premi Program Restrukturisasi
bank sentral Republik Indonesia diamanatkan untuk Perbankan, dan RPP Perubahan PP Pos.
mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam
mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia diberi tugas
dan wewenang di bidang moneter, sistem pembayaran,
dan stabilitas sistem keuangan. Pelaksanaan tugas dan
4.10. Program Sosial Bank Indonesia
kewenangan Bank Indonesia ditegaskan dengan status
Bank Indonesia sebagai badan hukum yang berwenang
dalam menetapkan peraturan perundang-undangan.
Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) diarahkan
Dengan kedudukan sebagai lembaga negara dan bank untuk mendukung pengendalian inflasi,
sentral, maka pelaksanaan tugas serta kewenangan Bank mengurangi Current Account Deficit (CAD),
Indonesia diimplementasikan melalui penetapan peraturan mendukung pengembangan ekonomi syariah
perundang-undangan berupa Peraturan Bank Indonesia dan digital ekonomi, serta melakukan perluasan
(PBI), Peraturan Dewan Gubernur (PDG), Peraturan penyaluran beasiswa. Selain itu, implementasi
Anggota Dewan Gubernur (PADG), dan Peraturan Anggota PSBI dilaksanakan untuk mendukung program
Dewan Gubernur Intern (PADG Intern). Pada Triwulan II pendidikan masyarakat dan mendukung tanggap
2019, Bank Indonesia menerbitkan peraturan yang terdiri darurat daerah bencana.
atas 8 (delapan) PBI dan 14 (empat belas) PADG yang
mengikat setiap orang dan/atau badan, serta 2 (dua) PDG
(rincian terlampir).

Sebagai upaya dalam mencapai Visi Bank Indonesia


menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata Pelaksanaan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral
terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik di antara diperkuat dengan kegiatan sosial berupa Program Sosial
negara emerging markets, diperlukan dukungan sistem Bank Indonesia (PSBI). Selama 2019 PSBI mengusung
hukum yang baik yang dituangkan dalam perangkat tema “Memperkuat peran PSBI melalui program
hukum berupa peraturan perundangan, baik diinisiasi yang berkontribusi nyata terhadap perekonomian
oleh Pemerintah maupun DPR RI. Sehubungan dengan nasional”. Orientasi implementasi PSBI lebih diarahkan
itu, Bank Indonesia senantiasa terlibat aktif, baik sebagai pada upaya mendukung pengendalian inflasi dan
anggota Panitia Antar Kementerian maupun narasumber mengurangi Current Account Deficit (CAD), mendukung
dalam penyusunan Naskah Akademik, Rancangan pengembangan ekonomi syariah dan digital ekonomi,
Undang-Undang (RUU), dan rancangan peraturan serta melakukan perluasan penyaluran beasiswa. Program
perundangan lainnya yang diinisiasi instansi lain terkait ini diimplementasikan melalui penguatan Program
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Keterlibatan aktif Bank Peningkatan Kapasitas Ekonomi tanpa menyampingkan
Indonesia tersebut sekaligus menjadi upaya mendukung Program Peningkatan Kapasitas SDM dan Pemahaman
pembangunan hukum nasional. Publik. Selain itu, implementasi PSBI dilaksanakan
Beberapa pembahasan RUU yang diikuti secara aktif dengan Program Kepedulian terkait aspek lingkungan,
oleh Bank Indonesia pada Triwulan II 2019 antara lain kebudayaan, pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan
RUU Bank Indonesia, RUU Redenominasi, RUU tentang bantuan penanggulangan bencana.
Pajak Penghasilan, RUU tentang Kewirausahaan Nasional, Program Peningkatan Kapasitas Ekonomi serta Program
RUU tentang Perlindungan Data Pribadi, RUU tentang Peningkatan Kapasitas SDM dan Pemahaman Publik
Penjaminan UMKM, dan RUU Pengesahan Protokol untuk dikategorikan dalam sepuluh subtema, yaitu Ketahanan
Melaksanakan Paket Komitmen Ketujuh di Bidang Jasa Pangan Strategis, Komoditas Unggulan, Pariwisata,
Keuangan dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Pemberdayaan Perempuan, Ekonomi Digital, Ekonomi
Bidang Jasa. Syariah, Indonesia Cerdas, Beasiswa, Pengelolaan
Selain itu, Bank Indonesia juga berpartisipasi dalam Komunitas Penerima Beasiswa, dan Edukasi Publik.
penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Subtema Ekonomi Pariwisata dan Ekonomi Digital
maupun peraturan perundangan lain pada Triwulan II merupakan subtema baru pada 2019, sedangkan delapan

130
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
BAB 4 - Kapabilitas Intern Bank Indonesia

subtema lainnya merupakan lanjutan subtema yang telah keberadaan dan peran Bank Indonesia. BIC juga dapat
dicanangkan pada tahun sebelumnya. mendorong kegiatan edukasi dan peningkatan kualitas
pendidikan, serta menumbuhkan minat baca terutama
Program Ketahanan Pangan Strategis diarahkan untuk anak-anak sejak dini melalui penyediaan koleksi buku
pada pengendalian inflasi terhadap komoditas strategis dan aktivasi seminar, sosialisasi, serta bedah buku. Sejak
penyumbang inflasi, seperti cabai, padi/beras, ayam, 2015 telah terbangun 722 BI Corner di seluruh Indonesia.
sapi, dan bawang. Program ini diimplementasikan melalui Sepanjang tahun 2019 ini direncanakan pembangunan 300
peningkatan kapasitas produksi dan budidaya, termasuk BI Corner. Sampai dengan Triwulan II 2019, telah dilakukan
dukungan sarana prasarana pasca produksi berupa oleh 46 KPw DN.
pendampingan secara melekat. Sampai dengan Triwulan
II 2019, telah dilakukan survey dan dilaksanakan oleh 42 Terkait Program Peningkatan Kapasitas SDM dalam
KPw DN. bentuk program beasiswa, telah dilakukan penyaluran
beasiswa termin pertama bagi 4.930 mahasiswa S1 dari 99
Program Komoditas Unggulan berfokus pada produk- Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan lima Perguruan Tinggi
produk unggulan khas Indonesia, seperti kopi, kuliner Swasta (PTS) di seluruh Indonesia. Bank Indonesia juga
kreatif, karet, kakao, pariwisata, kain tenun, batik, palawija, melakukan proses asesmen terhadap 12 PTN dan 23 PTS.
kain batik, susu kambing, dan sayur organik. Sampai
dengan Triwulan II 2019, telah dilakukan realisasi bantuan Program beasiswa diiringi kegiatan pengembangan
kepada kelompok tani oleh 36 KPw DN. komunitas penerima beasiswa yang tergabung dalam
Generasi Baru Indonesia (GenBI). Pengembangan
Program Pariwisata diarahkan pada penguatan sektor komunitas ini bertujuan untuk mempersiapkan GenBI
pariwisata untuk mendukung kelestarian seni dan budaya, sebagai calon-calon pemimpin masa depan melalui
serta lingkungan seperti terumbu karang dan bakau. kegiatan yang membangun kepedulian sosial maupun
Sampai dengan Triwulan II 2019, telah dilakukan oleh 34 pengembangan kompetensi. Bentuk kegiatan antara lain
KPw DN. pelatihan edukasi kebanksentralan dan GenBI Leadership
Program Pemberdayaan Perempuan diarahkan pada Camp yang menghadirkan narasumber praktisi serta
peningkatan kualitas produk dan perluasan pasar bagi akademisi. GenBI diharapkan memiliki pemahaman
berbagai kegiatan kelompok wanita, seperti kelompok memadai terkait tugas Bank Indonesia dan dapat
wanita perajin tenun, wanita tani, wanita nelayan, dan mengkomunikasikannya pada lingkungan sekitar.
kelompok wanita industri UMKM. Sampai dengan Triwulan Terkait Program Kepedulian Sosial, selama Triwulan
II 2019, telah dilakukan oleh 16 KPw DN. II 2019 dilakukan pemberian PSBI untuk penanganan
Program Ekonomi Digital diarahkan untuk mendukung bencana di wilayah Nusantara. Hingga Juni 2019 Bank
Digital Economy, terutama mendorong UMKM Indonesia berkontribusi dalam penanganan bencana
memanfaatkan e-commerce. Program ini mencakup di beberapa wilayah seperti bencana banjir di Provinsi
pengembangan industri kreatif dan pengembangan Kalimantan Barat, Provinsi Papua, Provinsi Bengkulu,
kemandirian kewirausahaan. Sampai dengan Triwulan II dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Begitu pula bantuan
2019, telah dilakukan oleh 12 KPw DN. bagi korban bencana gempa bumi di Pulau Halmahera di
Provinsi Maluku Utara. Kepedulian PSBI juga menyentuh
Program Ekonomi Syariah dilakukan dalam bentuk daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) Indonesia
pengembangan kemandirian ekonomi pondok pesantren, yang disinergikan dengan kegiatan ekspedisi pelayanan
berupa pengembangan ketahanan pangan strategis, kas ke pulau 3T pada Semester I 2019, antara lain Nusa
penyediaan pengolahan air minum, pengolahan sampah, Tenggara Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Sumatera
pengembangan produksi tepung kelapa, pengembangan Utara, Maluku, Sumatera Barat dan Kepulauan Bangka
ternak ayam, pengembangan ternak ikan air tawar, Belitung.
pengembangan pertanian hortikultura organik, pengolahan
bio gas, dan agribisnis. Sampai dengan Triwulan II 2019, Pelaksanaan PSBI Strategis dalam mendukung
telah dilakukan oleh 40 KPw DN. pelaksanaan Program Strategis Bank Indonesia dilakukan
di Kantor Pusat Bank Indonesia. Selain itu, Pelaksanaan
Terkait Program Peningkatan Kapasitas SDM dan PSBI juga dilakukan oleh seluruh Kantor Perwakilan Dalam
Pemahaman Publik, Bank Indonesia menginisiasi Program Negeri Bank Indonesia (KPwDN). Tujuannya agar seluruh
Indonesia Cerdas melalui pembangunan BI Corner (BIC) program PSBI dilakukan terarah dan menyeluruh sehingga
mulai dari tingkat SMP sampai dengan Perguruan Tinggi, manfaatnya dirasakan secara luas. Pada 2019 terdapat 470
Perpustakaan Daerah, hingga level PAUD. Program ini program yang dilaksanakan di KPwDN sebagai berikut:
bertujuan memperkuat pemahaman masyarakat tentang

131
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Pelaksanaan Program
No. Sub Tema Jumlah Program
Tw II 2019
1. Ketahanan Pangan Strategis 93 program 42 KPw
2. Komoditas Unggulan 51 program 36 KPw
3. Pariwisata 56 program 34 KPw
4. Pemberdayaan Perempuan 22 program 16 KPw
5. Ekonomi Digital 12 program 12 KPw
6. Ekonomi Syariah 53 program 40 KPw
7. Indonesia Cerdas 79 program 46 KPw
8. Beasiswa dan Pengelolaan Komunitas Beasiswa 104 program 46 KPw

132
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
133
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
LAMPIRAN

PERATURAN YANG DITERBITKAN


BANK INDONESIA

Triwulan II
April – Juni 2019

134
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
135
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
1. Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No Peraturan Tanggal Perihal
1. 21/1/PBI/2019 9 Januari 2019 Utang Luar Negeri Bank dan Kewajiban Bank Lainnya dalam Valuta Asing
2. 21/2/PBI/2019 9 Januari 2019 Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa
Penerimaan Dana Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/
3. 21/3/PBI/2019 18 Januari 2019
atau Pengolahan Sumber Daya Alam
Jumlah dan Nilai Nominal Uang Rupiah yang Dimusnahkan Tahun 2017 dan
4. 21/4/PBI/2019 29 Januari 2019
Tahun 2018
Penyelenggara Sarana Pelaksanaan Transaksi di Pasar Uang dan Pasar Valuta
5. 21/5/PBI/2019 29 April 2019
Asing
6. 21/6/PBI/2019 29 April 2019 Perubahan Ketiga atas PBI No. 20/5/PBI/2018 tentang Operasi Moneter
Perubahan atas PBI No. 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic Non
7. 21/7/PBI/2019 16 Mei 2019
Deliverable Forward
Perubahan Ketiga atas PBI No. 17/9/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan
8. 21/8/PBI/2019 24 Mei 2019
Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia

2. Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG)


No Peraturan Tanggal Perihal
Perubahan atas PADG No.19/6/PADG/2017 tentang Pinjaman Likuiditas
1. 21/1/PADG/2019 17 Januari 2019
Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional
Perubahan atas PADG No.19/8/PADG/2017 tentang Pembiayaan Likuiditas
2. 21/2/PADG/2019 21 Januari 2019
Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah
15 Februari
3. 21/3/PADG/2019 Utang Luar Negeri Bank dan Kewajiban Bank Lainnya dalam Valuta Asing
2019
28 Februari Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Utang Luar Negeri dan
4. 21/4/PADG/2019
2019 Transaksi Partisipasi Risiko
Perubahan Ketiga atas PADG No.20/11/PADG/2018 tentang Rasio
5. 21/5/PADG/2019 29 Maret 2019 Intermediasi Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi
Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah
Perubahan Ketiga atas PADG No. 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan
6. 21/6/PADG/2019 9 April 2019
Operasi Pasar Terbuka
7. 21/7/PADG/2019 12 April 2019 Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Lembaga Bukan Bank
Perubahan Ketiga atas PADG No. 20/5/PADG/2018 tentang Instrumen
8. 21/8/PADG/2019 2 Mei 2019
Operasi Pasar Terbuka
9. 21/9/PADG/2019 2 Mei 2019 Perubahan Kedua atas PADG No. 20/9/PADG/2018 tentang Standing Facilities
Standar Layanan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring
10. 21/10/PADG/2019 31 Mei 2019
Berjadwal melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
Batas Nilai Nominal Transaksi melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross
11. 21/11/PADG/2019 31 Mei 2019
Settlement dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
12. 21/12/PADG/2019 31 Mei 2019 Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia
13. 21/13/PADG/2019 31 Mei 2019 Transaksi Derivatif Suku Bunga Rupiah Berupa Transaksi Interest Rate Swap
Perubahan Kedua atas PADG No. 20/10/PADG/2018 tentang Giro Wajib
14. 21/14/PADG/2019 26 Juni 2019 Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional,
Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah

136
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Lampiran

3. Peraturan Dewan Gubernur (PDG)


No Peraturan Tanggal Perihal
1. 21/1/PDG/2019 27 Maret 2019 Pengelolaan Cadangan Devisa

2. 21/2/PDG/2019 24 Juni 2019 Perubahan atas PDG No. 17/15/PDG/2015 tentang Kebijakan Internasional

137
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Istilah
Istilah Penjelasan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah,
misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif tenaga listrik.

BI Rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

Bank Indonesia Real-Time Gross Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer dana
Settlement (BI-RTGS) secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang
penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.

Bank Indonesia – Scripless Securities Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan
Settlement System (BI-SSSS) sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan
penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara
Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.

Bank Perantara Bank umum yang didirikan oleh Lembaga Penjamin Simpanan untuk digunakan
sebagai sarana resolusi dengan menerima pengalihan sebagian atau seluruh
aset dan/atau kewajiban Bank yang ditangani Lembaga Penjamin Simpanan,
selanjutnya menjalankan kegiatan usaha perbankan dan akan dialihkan
kepemilikannya kepada pihak lain.

Cadangan Devisa Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada
sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas
asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga
luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat
dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.

Capital Adequacy Ratio Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang
kemungkinan dihadapi oleh bank.

Countercyclical Buffer Tambahan modal yang berfungsi untuk mengantisipasi kerugian apabila
terjadi pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi
mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Dana Pihak Ketiga Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Defisit Transaksi Berjalan Kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada
ekspor, atau selisih antara defisit/surplus pada neraca perdagangan dengan
defisit/surplus pada neraca jasa-jasa.

Deposit Facility Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka operasi
moneter.

138
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Devisa Hasil Ekspor Devisa yang diterima eksportir dari hasil kegiatan ekspor.

Domestic Non-Deliverable Forward Derivatif valuta asing terhadap Rupiah yang standar (plain vanilla) berupa
transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik

Emerging Market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara
lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi.

Fasilitas Likuiditas Intrahari Penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam kedudukan
Bank sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan peserta SKNBI, yang dilakukan
dengan cara repurchase agreement (repo) surat berharga yang harus diselesaikan
pada hari yang sama dengan hari penggunaan.

Financial Inclusion/(Keuangan Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara
Inklusif) lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi.

Fine Tune Operation Transaksi dalam rangka Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dilakukan sewaktu-
waktu oleh Bank Indonesia apabila diperlukan untuk mempengaruhi likuiditas
perbankan secara jangka pendek pada waktu, jumlah dan harga transaksi yang
ditetapkan Bank Indonesia

Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Forum yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar lembaga dalam
Keuangan memelihara stabilitas sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan dalam menghadapi gejolak
ekonomi. Lembaga yang menjadi anggota forum dimaksud yaitu Kementerian
Keuangan, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa
Keuangan.

Giro Wajib Minimum Jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya ditetapkan
oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.

Gross Domestic Product (Produk Indikator ekonomi yang mencerminkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
Domestik Bruto) dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara dalam jangka waktu
tertentu.

Hedging Penggunaan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk


melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan nilai wajar (fair value) aset
atau kewajiban.

IndoNIa Indeks suku bunga atas transaksi pinjam-meminjam Rupiah tanpa agunan yang
dilakukan antarbank untuk jangka waktu overnight di Indonesia

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan
yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan membantu
mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.

139
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Istilah Penjelasan

Inflasi Keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat sehingga
berdampak pada menurunnya daya beli. Terdapat dua jenis sumber inflasi,
yaitu inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya (cost-push) dan inflasi karena
meningkatnya permintaan (demand-pull).

Inflasi Indeks Harga Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen, yang
Konsumen (IHK) mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas.

Inflasi Inti Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan
inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-
penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang dan
ekspektasi inflasi. Inflasi inti diperoleh dari angka inflasi IHK setelah mengeluarkan
komponen volatile foods dan administered prices.

Inflation Targeting Framework Kerangka kebijakan moneter forward-looking yang secara transparan dan
konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan
yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan kepada publik.

Investment Grade Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat.

JIBOR Rata-rata dari suku bunga indikasi pinjaman tanpa agunan yang ditawarkan
dan dimaksudkan untuk ditransaksikan oleh Bank kontributor kepada Bank
kontributor lain untuk meminjamkan Rupiah untuk jangka waktu tertentu di
Indonesia.

Kliring Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu
tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat
dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing).

Layanan Keuangan Digital (LKD) Kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui
kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat
teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka keuangan inklusif.

Lender of The Last Resort Salah satu fungsi utama bank sentral dalam menjaga stabilitas sistem
perekonomian yakni dengan pemberian kredit atau pembiayaan kepada bank
yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh
terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.

Lending Facility Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam rangka
operasi moneter.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank umum.

140
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Loan to Funding Ratio (LFR) Rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing,
tidak termasuk kredit kepada bank lain terhadap: (i) dana pihak ketiga yang
mencakup giro, tabungan dan deposito dalam Rupiah dan valas, tidak termasuk
dana antar bank, dan (ii) surat-surat berhagra dalam Rupiah dan valas yang
memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh bank untuk memperoleh
sumber pendanaan.

Likuiditas Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera
dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila
mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan
dengan seluruh kewajibannya (liquidity).

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem


keuangan secara keseluruhan.

Mikroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga


keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan usahanya.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan
jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya

Neraca Transaksi Berjalan Neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas
modal dan finansial, dan item-item finansial.
Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan jasa suatu
negara.

Non-Performing Loan (NPL) Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet.

Non Performing Loan (NPL) gross Rasio kredit bermasalah kepada pihak ketiga non-bank terhadap total kredit.

Non-Performing Financing (NPF) Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank
syariah.

Operasi Moneter Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter

Operasi Pasar Terbuka Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian
moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing
Facilities).

Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar Bank
Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).

141
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Istilah Penjelasan

Penyangga Likuiditas Makroprudensial Cadangan likuiditas minimum dalam rupiah yang wajib dipelihara oleh BUK dalam
bentuk surat berharga yang memenuhi persyaratan tertentu, yang besarnya
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK BUK dalam
rupiah.

Penyangga Likuiditas Mikroprudensial Syariah : cadangan likuiditas minimum dalam rupiah yang wajib dipelihara oleh
BUS dalam bentuk surat berharga syariah yang memenuhi persyaratan tertentu,
yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari
DPK BUS dalam rupiah.

Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Penyelenggara jasa pengolahan uang rupiah sebagaimana dimaksud dalam
Rupiah ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggara jasa
pengolahan uang rupiah.

Penyelenggara Jasa Sistem Penyelenggara jasa sistem pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pembayaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan pemrosesan
transaksi pembayaran.

Rasio Intermediasi Makroprudensial Rasio hasil perbandingan antara kredit yang diberikan dalam rupiah dan
valuta asing dan surat berharga korporasi dalam rupiah dan valuta asing yang
memenuhi persyaratan tertentu, yang dimiliki BUK, terhadap DPK BUK dalam
bentuk giro, tabungan, dan simpanan berjangka/deposito dalam rupiah dan
valuta asing, tidak termasuk dana antarbank; dan surat berharga dalam rupiah
dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu, yang diterbitkan oleh BUK
untuk memperoleh sumber pendanaan.

Regulatory Sandbox Suatu ruang uji coba terbatas yang aman untuk menguji Penyelenggara Teknologi
Finansial beserta produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnisnya.

Repurchase Agreement (Repo) Transaksi penjualan instrumen keuangan antara dua belah pihak yang diikuti
dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari
akan dilaksanakan pembelian kembali atas instrumen keuangan yang sama
dengan harga tertentu yang disepakati.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Sistem Kliring Nasional Sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang
Bank Indonesia penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional.

Stress test Estimasi potensi kerugian terhadap eksposur kredit dan likuiditas yang dihasilkan
dari beberapa skenario perubahan harga dan volatilitas.

Surat Utang Negara (SUN) Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku.

142
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Istilah

Istilah Penjelasan

Surat Berharga Negara (SBN) Surat berharga yang terdiri dari Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah
dan Surat Berharga Negara Syariah dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Sovereign Credit Rating Peringkat hutang dari suatu lembaga negara yang berdaulat yaitu pemerintah.
Sovereign Credit Rating mengindikasikan tingkat resiko dari sebuah lingkungan
investasi dari suatu negara dan digunakan oleh investor asing yang ingin
berinvestasi di negara tersebut.

Suku bunga dasar kredit (SBDK) Suku bunga yang digunakan dalam menentukan suku bunga kredit yang terdiri
atas tiga komponen utama, yaitu rata-rata harga pokok dana untuk kredit, biaya
overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, serta margin
keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan.

Swap Transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot)
dengan penjualan atau pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan
secara simultan dengan pihak yang sama dan pada tingkat premi atau diskon
dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

Systemically Important Bank Suatu bank yang karena ukuran aset, modal, kewajiban, dan luas jaringan, atau
kompleksitas transaksi atas jasa perbankan, serta keterkaitan dengan sektor
keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagaian atau keseluruhan
bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial,
apabila bank tersebut mengalami gangguan atau gagal.

Teknologi Finansial Penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk,
layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran,
keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah Tim lintas instansi yang melakukan pemantauan perkembangan inflasi daerah
dan mengidentifikasi berbagai permasalahan terkait pengendalian inflasi.

Transaksi Reverse Repo Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka (OPT)
dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta OPT
sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank
Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik
Indonesia.

Uang Kartal yang Diedarkan Uang yang berada di masyarakat dan di khasanah perbankan.

Uang Kertas Asing Uang kertas dalam valuta asing yang resmi diterbitkan oleh suatu negara di
luar Indonesia dan diakui sebagai alat pembayaran yang sah di negara yang
bersangkutan.

143
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Istilah Penjelasan

Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam
penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
suatu organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Komponen inflasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok
Volatile Food bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun internasional.

Yield Imbal hasil.

144
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Singkatan

Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

ADG Anggota Dewan Gubernur


AFSBI Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia
APMK Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
APU Anti Pencucian Uang
ASEAN The Association of Southeast Asian Nations
ATBI Anggaran Tahunan Bank Indonesia
ATM Anjungan Tunai Mandiri
BCSA Bilateral Currency Swap Agreement
BI-ETP Bank Indonesia – Electronic Trading Platform
BI Bank Indonesia
BIS Bank for International Settlements
BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BI-SSSS Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
BOS Bantuan Operasional Sekolah
BPS Badan Pusat Statistik
bps Basis Point
BUK Bank Umum Konvensional
BUS Bank Umum Syariah
Bulog Badan Urusan Logistik
BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BUMN Badan Usaha Milik Negara
BPNT Bantuan Pangan Non Tunai
BUP Badan Usaha Pelaksana
CAR Capital Adequacy Ratio
CBS Core Banking System
CCP Central Clearing Counterparty
CCS Cross Currency Swap
CCyB Countercyclical Buffer
CeBM Central Bank Money
CF Consensus Forecast
CIKUR Ciri Keaslian Uang Rupiah
CMS Cash Management System
CSO Call Spread Option
CoE Center of Excellence
CPMI Committee on Payment Market and Infrastructures
CPO Crude Palm Oil
DCR Disaster Recovery Center
DC Data Center
DER Debt to Equity Ratio
DF Deposit Facilities
DHE Devisa Hasil Ekspor
DK Depo Kos
DNDF Domestic Non-Deliverable Forward
DPK Dana Pihak Ketiga
DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

145
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Singkatan Kepanjangan

D-SIB Domestic Sistemically Important Bank


DRC Disaster Recovery Center
DSR Debt Service Ratio
DXY US Dollar Index
EBIPP Electronic Bills/Invoices Presentment and Payment
ECB European Central Bank
EDMS/ECMS Electronic Data Management System/Electronic Content Management System
EKU Estimasi Kebutuhan Uang
EMEAP Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks
EMV QRCPS EMV Quick Response Code Specification for Payment System
ERP Enterprise Resources Planning
EFC Electronic Fare Collection
FATF Financial Action Task Force on Money Laundring
FDR Financing to Deposit Ratio
FFR Fed Fund Rate
FASBIS Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
FKSSK Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
FKPPPK Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan
FOMOBO Front Office Midle Office Back Office
FTA Free Trade Agreement
FTV Financing to Value
FLI Fasilitas Likuiditas Intrahari
FPJP Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
FSPI Forum Sistem Pembayaran Indonesia
GDP Gross Domestic Product
GNNT Gerakan Nasional Non-Tunai
GPN Gerbang Pembayaran Nasional
GWM Giro Wajib Minimum
HRIS Human Resources Information System
IDB Islamic Development Bank
IDI Informasi Debitur Individual
IHK Indeks Harga Konsumen
IHSG Indeks Harga Saham Gabungan
IKNB Industri Keuangan Non Bank
IKU Indikator Kinerja Utama
ILM Iklan Layanan Masyarakat
IMF International Monetary Fund
ISSK Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
IRS Interest Rate Swap
IRU Investor Relations Unit
IndONIa Indonesia Overnight Index Average
ITF Inflation Targeting Framework
JIBOR Jakarta Interbank Offered Rate
KI Kredit Investasi
KK Kredit Konsumsi
KMK Kredit Modal Kerja
KPR Kredit Perumahan Rakyat
KPwDN BI Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia

146
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

KPwLN BI Kantor Perwakilan Luar Negeri Bank Indonesia


KPM Keluarga Penerima Manfaat
KSEI Kustodian Sentral Efek Indonesia
KUPVA BB Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
KUR Kredit Usaha Rakyat
LBBU/S Laporan Berkala Bank Umum/Syariah
LDR Loan to Deposit Ratio
LFR Loan to Funding Ratio
LGA listrik, gas dan air
LKD Layanan Keuangan Digital
LKNB Lembaga Keuangan Non Bank
LKTBI Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
LNPRT Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga
LOLR Lender of The Last Resort
LTV Loan to Value
MCOC Market Code of Conduct
MER Mutual Evaluation Review
MoU Memorandum of Understanding
MRBI Manajemen Risiko Bank Indonesia
MTN Medium Term Note
NAB Nilai Aktiva Bersih
NCD Negotiable Certificate of Deposit
NK Nota Kesepahaman
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPF Non Performing Financing
NPI Neraca Pembayaran Indonesia
NPL Non Performing Loan
OJK Otoritas Jasa Keuangan
OIS Overnight Index Swap
OM Operasi Moneter
OPT Operasi Pasar Terbuka
OSS Online Single Submission
PBI Peraturan Bank Indonesia
PDB Produk Domestik Bruto
PDG Peraturan Dewan Gubernur
Perum Peruri Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
PIHPS Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
PIKES Pusat Informasi Kajian dan Pengembangan Ekonomi Syariah
PJPUR Penyelenggara Jasa Pengelolaan Uang Rupiah
PKH Program Keluarga Harapan
PK Inisiatif Program Kerja Inisiatif
PLM Penyangga Likuiditas Makroprudensial
PHR Perdagangan, Hotel, Restoran
PLN Pinjaman Luar Negeri
PLJP Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek
PMA Penanaman Modal Asing
PJSP Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran
PP Perusahaan Pembiayaan

147
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Singkatan Kepanjangan

PPU Pialang Pasar Uang


PSBI Program Sosial Bank Indonesia
PTD BB Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank
PPT Pencegahan Pendanaan Terorisme
PSD Public Sector Debt
ptp point to point
PUAB O/N Pasar Uang Antar Bank Overnight
PVA Penyelenggara Valuta Asing
QRIS QR Code Payment Indonesia Standard
QR Quick Response
qtq quarter to quarter
RCM Risk Control Matrix
RDG Rapat Dewan Gubernur
Repo Repurchase Agreement
RIM Rasio Intermediasi Makroprudensial
RIRU Regional Investor Relations Unit
ROA Return on Asset
ROE Return on Equity
RRH Rata-Rata Harian
RUU Rancangan Undang-Undang
SBDK Suku Bunga Dasar Kredit
SBI Sertifikat Bank Indonesia
SBK Surat Berharga Komersil
SBIS Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBBI Surat Berharga Bank Indonesia
SBN Surat Berharga Negara
SBSN Surat Berharga Suariah Negara
SBT Saldo Bersih Tertimbang
SCR Sovereign Credit Rating
SDBI Sertifikat Deposito Bank Indonesia
SE Surat Edaran
SF Standing Facilities
SHPR Survei Harga Properti Residensial
SID Sistem Informasi Debitur
SK Survei Konsumen
SKBI Sistem Keuangan Bank Indonesia
SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha
SKNBI Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
SKSR Survei Khusus Sektor Riil
SNKI Strategi Nasional Keuangan Inklusif
SOP Standard Operating Procedure
SSK Stabilitas Sistem Keuangan
SULNI Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
SUSPI Statistik Utang Sektor Publik Indonesia
SLFF Single Lane Free Flow

148
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
Daftar Singkatan

Singkatan Kepanjangan

TD Term Deposit
TD BB Transfer Dana Bukan Bank
TPI Tim Pengendali Inflasi
TPID Tim Pengendali Inflasi Daerah
UKA Uang Kertas Asing
UKM Usaha Kecil dan Menengah
UE Uang Elektronik
ULE Uang Layak Edar
ULN Utang Luar Negeri
UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UPB Uang Pecahan Besar
UPK Uang Pecahan Kecil
UTLE Uang Tidak Layak Edar
UU Undang-Undang
UUS Unit Usaha Syariah
UYD Uang Kartal yang Diedarkan
VC Virtual Currency
Valas Valuta Asing
yoy year on year
ytd year to date

149
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019
150
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia - Triwulan II 2019

You might also like