You are on page 1of 8

PERUBAHAN SYSTEM KARDIOVASKULAR

Makalah kelompok 7

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui

Disusun oleh:

Dira Wandari P07124121037


Fitria Mirsa Dewi P07124121040
Haidar Ahlam P07124121041
Zalfasiti Putriayu W P07124121042
Zulfa Ayu Alaydasari P07124121043
Dian Ayu Widyaningrum P07124121044
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas merupakan suatu keadaan fisiologis dimana berlangsungnya
pemulihan kembali yang dimulai dari persalinan selesai sampai kembali seperti
sebelum hamil. Ini merupakan masa yang sulit bagi ibu yang baru bersalin. Sebagian
besar organ-organ tubuh ibu mengalami involusi dan penyesuaian dari masa
kehamilan, bersalin dan kesiapan untuk menyusui.
Pada masa nifas, terjadi perubahan yang melibatkan jantung dan sirkulasi.
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi dalam 8 minggu pertama kehamilan.
(Cuningham : 2009 : hal 24-25)
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin Kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama
masa nifas, namun kadarnya masih lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak
begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat,
pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada
ambulasi dini ( Helen ferer : 2001: hal 227)
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular atau yang biasa disebut
sistem sirkulasi adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat dan
nutrisi ke dan dari sel. Sistem ini juga membantu stabilisasi suhu dan pH tubuh
(bagian dari homeostasis).

B. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan:
1. Mengetahui bagaimana perubahan sistem kardiovaskuler pada masa nifas
2. Mengetahui apa saja macam-macam sistem kardiovaskuler pada masa nifas
3. Mengetahui apa saja komplikasi atau permasalahan pada disistem kardiovaskuler
4. Mengetahui bagaimana penanganan masalah sistem kardiovaskular
5. Mengetahui bagaimana pencegahan dan cara memelihara kesehatan sistem
kardiovaskular
Manfaat :
Sebagai bahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis maupun pembaca dalam
perubahan sistem kardiovaskuler pada masa nifas

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kardiovaskuler ?
2. Bagaimana perubahan sistem kardiovaskuler pada masa nifas ?
3. Apa saja macam-macam sistem kardiovaskuler pada masa nifas?
4. Apa saja komplikasi atau permasalahan pada disistem kardiovaskuler ?
5. Bagaimana penanganan masalah sistem kardiovaskular ?
6. Bagaimana pencegahan dan cara memelihara kesehatan sistem kardiovaskular ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem organ untuk memindahkan zat (nutrien
seperti asam amino dan elektrolit, hormon, sel darah dll) dari dan menuju sel-sel tubuh
manusia. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis /
keseimbangan). Jenis sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem
peredaran darah tertutup. Sistem peredaran darahjuga merupakan bagian dari kinerja jantung
dan jaringan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler). Sistem ini menjamin kelangsungan
hidup organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan
sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari Jantung, Pembuluh
Darah, dan Saluran Limfe (Pearce,2007; Smeltzer & Bare, 2002).

Perubahan sistem kardiovaskuler pada masa nifas


Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah
selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis).
Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas.
Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan
pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Pada persalinan dengan tindakan SC,
maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan pada sistem kardiovaskuler terdiri atas
volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Pada persalinan
pervaginam, hematokrit akan naik sedangkan pada persalinan dengan SC, hematokrit
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu postpartum. Tiga perubahan
fisiologi sistem kardiovaskuler pascapartum yang terjadi pada wanita antara lain sebagai
berikut.
a. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10-
15%. b. Hilangnya fungsi endokrin placenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi.
c. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama wanita hamil.
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera
setelah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplacenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran. Curah jantung biasanya tetap naik
dalam 24-48 jam postpartum dan menurun ke nilai sebelum hamil dalam 10 hari
(Cunningham et al., 2012). Frekuensi jantung berubah mengikuti pola ini. Resistensi vaskuler
sistemik mengikuti secara berlawanan. Nilainya tetap di kisaran terendah nilai pada masa
kehamilan selama 2 hari postpartum dan kemudian meningkat ke nilai normal sebelum hamil.
Perubahan faktor pembekuan darah yang disebabkan kehamilan menetap dalam jangka waktu
yang bervariasi selama nifas. Peningkatan fibrinogen plasma dipertahankan minimal melewati
minggu pertama, demikian juga dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan
dengan peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan diuresis postpartum
merupakan kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini. Ini terjadi teratur antara hari ke-2
dan ke-5 dan berkaitan dengan hilangnya hipervolemia kehamilan residual. Pada preeklampsi,
baik retensi cairan antepartum maupun diuresis postpartum dapat sangat meningkat
(Cunningham et al., 2012).
Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami peningkatan 80% lebih tinggi daripada
sebelum persalinan karena autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi pembuluh perifer
meningkat karena hilangnya prosesuteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.

Komplikasi atau gangguan pada sistem kardiovaskuler

1. Emboli Paru
Emboli paru merupakan sebuah kondisi saat arteri pulmonalis mengalami
penyumbatan. Penyumbatan tersebut menyebabkan tubuh mengalami kekurangan
oksigen dengan cepat. Akibatnya, beberapa gejala pun akan muncul seperti kesulitan
bernapas, sakit dada, dan kulit membiru. Kondisi ini harus diwaspadai, karena dapat
menyebabkan kematian.

2. Aritmia
Aritmia adalah kondisi ketika jantung memiliki detak atau ritme yang tidak
normal, seperti terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur. Aritmia terjadi ketika implus
elektrik yang berfungsi sebagai pengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik.

3. Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah gangguan pada otot jantung. Kardiomiopati dapat


menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung, penggumpalan darah, henti
jantung, dan gangguan katup jantung.

4. Deep vein thrombosis (DVT)

Deep vein thrombosis atau trombosis vena dalam adalah kondisi adanya
gumpalan darah di pembuluh darah vena. Biasanya kondisi ini terjadi di bagian paha
dan betis. Pada beberapa kasus, gumpalan darah ini dapat mengalir ke paru-paru dan
menyebabkan komplikasi serius, seperti emboli paru.

5. Penyakit arteri perifer

Peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah kondisi
ketika aliran darah menuju kaki tersumbat akibat penumpukan plak di pembuluh darah
arteri. Hal ini membuat kaki kekurangan suplai darah, sehingga menimbulkan rasa
sakit ketika berjalan.

Penanganan masalah kardiovaskuler

1. Ablasi Melansir British Heart Foundation, ablasi atau dikenal dengan ablasi kateter
bertujuan untuk mengontrol atau memperbaiki gangguan irama jantung (aritmia). Cara
mengobati penyakit jantung ini dilakukan dengan memblokir aliran listrik di jantung.
Prosedur medisnya memanfaatkan panas (ablasi frekuensi radio) atau pembekuan
(cryoablasi) di area jantung.
2. Kardioversi
Kardioversi bertujuan untuk mengembalikan irama jantung yang tidak normal
(aritmia) ke pola normal. Prosedur medisnya dilakukan dengan mengirimkan sinyal
listrik ke jantung melalui elektroda yang dipasang di dada. Tindakan medis untuk
kardioversi biasanya hanya berlangsung sekitar 10 menit.
3. Angioplasty coroner dan stent
Angioplasti koroner adalah salah satu cara mengobati penyakit jantung koroner
dengan fokus membantu meningkatkan pasokan darah ke jantung. Prosedur medis ini
dilakukan dengan menggunakan balon khusus yang ditiupkan perlahan-lahan ke arteri
koroner. Setelah itu, arteri tersebut dipasangi jaring baja tahan karat yang disebut
stent. Dengan begitu, darah bisa mengalir kembali secara normal.
4. Penggunaan implantable cardioverter defibrillator (ICD)
ICD atau implantable cardioverter defibrillator adalah perangkat kecil yang digunakan
untuk mengobati penyakit jantung aritmia. Umumnya, dokter menyarankan
pemasangan defibrilator untuk penderita gangguan irama jantung yang rentan terkena
serangan jantung. Alat ini bekerja dengan mengirimkan denyut listrik untuk mengatur
irama jantung yang tidak normal.

Upaya Pencegahan Adanya Gangguan Pada Sistem Kardiovaskuler


a. Pencegahan Primer
1. Peningkatan kesadaran pola hidup sehat
Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak membiarkan bayi jadi gemuk
dan merubah kriteria bayi gemuk sebagai pemenang kontes bayi sehat. Kegemukan pada
bayi akan lebih memudahkan waktu ia dewasa. Demikian pula pendidikan dan
pengamalan pola hidup sehat, harus dimulai sejak balita. Menganjurkan anak-anak banyak
makan sayuran dan buah serta menghindari makanan yang kurang mengandung serat dan
banyak kolesterol.
Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan. Bagi orang
yang sudah merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih mudah, tetapi bagi yang
belum merasakanya mungkin memerlukan bantuan orang lain seperti anak dan istrinya.
Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari
lingkungan, kurangi atau stop minum alkohol.
Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olah raga,
setidaknya 3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah raga selama 30 menit sangat
berguna untuk kesehatan jantung kita. Menghindari faktor-faktor risiko yang lain,
khususnya faktor PJK yang dapat dimodifikasi. Secara mudah pola hidup SEHAT dapat
dilakukan, yang dapat dijabarkan yaitu: Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stres,
Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga.
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas 40 tahun) tidak
mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis
ataupun dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka enggan memeriksakan diri ke
dokter atau mungkin pula penyakit tersebut tidak memberikan suatu keluhan. Tidak jarang
diantara mereka ini kemudian meninggal mendadak karena serangan jantung. Karena itu
pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan primer perlu dilakukan terutama pada:
a) Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
b) Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier dislipidemia,
mati mendadak pada usia kurang dari 50 tahun
c) Obesitas Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah ;
1) P e m e r i k s a a n F i s i k m e n g e n a i kemungkinan adanya kelainan organis
pada jantung ataupun hipertensi.
2) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
3) Pemeriksaan laboratorium seperti: gula darah, total kolesterol, HDL, Kolesterol,
LDL kolesterol, Trigliserida, ureum, dan kreatinin.
4) Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil EKG nya
meragukan dengan adanya keluhan nyeri dada (Chest pain).
5) Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk melihat kelainan struktur / organis
jantung.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menderita
PJK. Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya :
1) Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
2) Tidak merasa invalid (cacat di masyarakat)
3) Status psikologis penderita menjadi cukup mantap
Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain:
a) Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan jantung dalam
melaksanakan tugasnya.
b) Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya
c) Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik sehari-hari.
d) Pemeriksaan laboratorium secara rutin
e) Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG). untuk melihat seberapa berat otot jantung yang telah
mati.
f) Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat pembuluh darah koroner mana
yang tersumbat dan seberapa berat sumbatannya
g) Ikut Klub Jantung Sehat. h) Terapi Penykit lebih lanjut : PTCA (ditiup) ataupun bedah
pintas koroner (CABG)

Secara Umum Upaya Pencegahan PJK yang dapat dilakukan pada orang yang sehat, orang
yang berisiko, maupun oleh orang yang pernah menderita penyakit jantung adalah ;
1. Berolah raga secara teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga agar peredaran
darah tetap lancar.
2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak/ berkolesterol tinggi dan meningkatkan konsumsi
makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Menjaga berat badan ideal.
4. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh
tidak terlalu banyak.
5. Hindari rokok, kopi, dan minuman beralkohol.
6. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau kadar kolesterol dalam
darah.
7. Menjaga lingkungan tetap bersih

You might also like