Professional Documents
Culture Documents
5 - Penganggaran Dalam Perencanaan Pembangunan
5 - Penganggaran Dalam Perencanaan Pembangunan
Disusun oleh:
Kelompok 5
UNIVERSITAS NEGERI
Ucapan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penganggaran dalam
Perancanaan Pembangunan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan Daerah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis, Ibu Putri Kemala dewi Lubis, S.E., M.Si. selaku dosen pengampu, dan
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Semoga Tuhan senantiasa memberikan anugerahNya kepada mereka.
Dengan ditulisnya makalah ini, penulis berharap dapat bermanfataat bagi pembaca. Dan
penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang penulis miliki dalam menulis
makalah ini. Untuk itu penulis mohon saran dan kritikannya sehingga untuk kedepannya dapat menulis
dengan lebih baik lagi
Kelompok 5
DAFTAR ISI
SAMPUL/COVER MAKALAH....................................................................I
KATA PENGANTAR.....................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................VI
CONTOH KASUS..........................................................................................XXII
3.1 Kesimpulan.....................................................................................27
3.2 Saran...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................XXVIII
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan dan penganggaran merupakan merupakan proses yang paling krusial dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini erat kaitanya dengan tujuan pemerintah untuk mensejahterakan
masyarakat secara umum. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi, karena
output dari perencanaan adalah penganggaran. Perencanaan dan penganggaran mengacu kepada
Undang-undang dan peraturan yang berlaku antara lain UU No. 25 tahun 2004 tentang system
pembangunan nasional, yang mengatur tahapan perencanaan dan Undang-Undang No 32 tahun 2004
tentang pemerintah daerah, yang mengatur kembali system perencanaan pembangunan daerah yang
telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 25 tahun 2004, dan juga mengatur proses penganggaranya.
Perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan tahunan, dimana pemerintah daerah menyusun
rencana kerja. Prinsip utama dalam kegiatan perencanaan dan penganggaran adalah menyusun dan
menganggarkan prioritas kegiatan yang disepakati dengan tidak melebihi kapasitas fiscal daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu prioritas pembangunan dari proses perencanaan kedalam proses
penganggaran adalah suatu kelanjutan. Oleh karena itu perencanaan dan penganggaran dalam proses
pembangunan menrupakan kegiatan penting dalam mata rantai guna mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Secara normatif, perencanaan dan penganggaran harus terpadu, konsisten dan sinkron
satu sama lain. Hal ini sedemikian karena penganggaran adalah media untuk mewujudkan target-target
kinerja yang direncanakan. Tanpa perencanaan, pemerintah daerah cenderung tidak fokus serta
cenderung bersifat reaktif yang pada akhirnya bermuara pada inefisiensi dan inefektifitas.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari adanya latar belakang masalah diatas adalah sebagai
berikut:
Istilah perencanaan penganggaran mungkin dapat definisikan secara terpisah, perencanaan dapat
diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan penganggaran dapat
diartikan sebagai suatu proses untuk menyusun sebuah anggaran dan anggaran (APBD) dapat diartikan
sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Oleh karena itu perencanaan
penganggaran merupakan rangkaian kegiatan dalam satu kesatuan. Aktivitas perencanaan dan
penganggaran dapat dikatakan sebagai tahapan paling krusial dan kompleks dibandingkan dengan
aktivitas lainnya di dalam konteks pengelolaan keuangan daerah. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa
alasan sebagai berikut :
a. Perencanaan (termasuk penganggaran) merupakan tahap awal dari serangkaian aktivitas (siklus)
pengelolaan keuangan daerah, sehingga apabila perencanaan yang dibuat tidak baik, misalnya
program/kegiatan yang direncanakan tidak tepat sasaran, maka kita tidak dapat mengharapkan suatu
keluaran ataupun hasil yang baik/tepat sasaran.
c. Perencanaan Daerah disusun dalam spektrum jangka panjang (20 tahun) yang disebut RPJPD
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah), jangka menengah (5 tahun) yang disebut RPJMD
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), dan jangka pendek (satu tahun) yang disebut
RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah).
d. Penyusunan APBD harus dibahas bersama oleh pemerintah daerah dengan DPRD dan setelah
disetujui bersama kemudian harus dievaluasi oleh pemerintah yang lebih tinggi (pemerintah
propinsi/pemerintah pusat c.q. Menteri Dalam Negeri).
Otorisasi. Dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan
Perencanaan. Menjadi pedoman bagi manajemen untuk merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
Pengawasan. Menjadi pedoman untuk menilai apakah penyelenggaraan pemerintahan daerah
telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Alokasi. Untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan
suberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah.
Distribusi. Menciptakan rasa keadilan dan kepatutan. Stabilisasi. Alat untuk memelihara dan
menjaga keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Perencanaan dan penganggaran daerah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah dimana kewenangan dan tanggung jawab teleh diberikan kepada pemerintah daerah secara riil
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemnafaatan sumber daya nasional, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang berbasis prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. Alur perencanaan dan
penganggaran menurut UU No. 32 tahun 2004 (Bastian, Indra ; 2009), dapat digambarkan sebagai
berikut :
Perencanaan Penganggaran
RP JP RP JM RKP APBD
Ped dijabark an
Diacu diestuji
20 Thn diperhatikan 1 thn DPRD
KDH
Menetapkan
RP JP RP JM
RKP RAPBD
Daerah an
Daerah Priorit
Pedoman 5 Tahun as&
Plafon
5 tahu
Renstra Pedoman Renja KDH Dasar
SKPD
SKPD
Mengajukan Penyusunan
RKA SKPD
1 tahunn Disampaikan PPKD
Berdasarkan gambar tersebut diatas, dokumen perencanaan pembangunan yang disusun oleh
pmerintah daerah dapat diuraikan sebagai berikut :
Daerah
1. RPJP Daerah, merupakan perencanaan untuk jangka waktu 20 tahun, memuat vissi, missi dan
arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional
2. RPJM Daerah, disusun untuk jangka waktu 5 tahun, yang merupakan penjabaran visi, missi
dan program kepala daerah yang penyusunanya berpedoman kepada RPJP Daerah dan
memperhatikan RPJM Nasional, memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum dan program SKPD.
3. RKPD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 tahun. RKPD merupakan
penjabaran dari RPJM daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaanya.
4. APBD, rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 tahun anggaran
terhitung mulai 1 Januari sd tanggal 31 Desember.
SKPD
1. Rensntra SKPD, dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 tahun, rensntra memuat visi,
missi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai
dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman pada RPJM Daerah.
2. Renja SKPD, dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 tahun. Rencanaan SKPD disusun
dengan berpedoman pada renstra SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
3. RKA SKPD, dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakanya.
4. Rancangan APBD (RAPBD), yaitu dokumen yang disusun dari RKA SKPD yang telah
ditelaah oleh TAPD dan disetujui sebagai pendukung dalam susunan rancangan peraturan
daerah tentang APBD.
Alur perencanaan penganggaran daerah menurut UU No. 25 tahun 2005 tentang system perencanaan
pembangunan nasional mempunyai tujuan yang sangat luas yaitu :
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi yang baik antar daerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintah, maupun antar pusat dan daerah.
3. Menjamin keterkaitan dan knsistensi antar perrencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daaya yang efisien dan efektif yang berkeadilan dan
berkelanjutan. Oleh karena itu dalam UU No. 25 tahun 2005, bahwa tahapan perencanaan dimulai dari
Rencana Pemerintah Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJM), Renstra
SKPD, RKPD, dan Renja SKPD diatur. Alur perencanaan pengaggaran daerah menurut UU No. 25
Tahun 2005 (Bastian, Indra ; 2009), dapat digambarkan sebagai berikut :
Membuat
RKA SKPD
Acuan
Musrembang
Kab/Kota
RKA-SKPD PANITIA ANGGARAN EKSKUTIF
Yang disetujui
RAPBD
Forum Paripurna
DPRD
APBD
Berdasarkan gambar tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
RKPD membuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana
kerja dan pendanaanya.
Kepala daerah berdasarkan RKPD, merancang KUA. Penyusunan KUA berpedoman pada
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan PP No. 58 tahun 2005.
Kepala daerah menyampaikan KUA tahun anggaran berikutnya sebagai landasaran penyusuna
RAPBD selambat-lambatnya pertengahan juni tahun anggaran berjalan.
Kemudian rancangan KUA telah dibahas kepala dearah bersama DPRD dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati menjadi KUA.
Berdasarkan KUA yang disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas rancangan
priotitas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh kepala daerah.
Pembahasan ini paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran sebelumnya, dengan
langkah-langka sebagai berikut :
Selanjutnya KUA, prioritas, serta palafon anggaran sementara yang dibahas dan disepakati
bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani
bersama kepala daerah dan pimpinan DPRD.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran negara telah mengalami banyak perkembangan.
Sistem perencanaan anggaran negara pada saat ini telah mengalami perkembangan dan
perubahan sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul di
masyarakat, yaitu sistem penganggaran dengan pendekatan New Public Management (NPM).
Munculnya konsep New Public Management (NPM) berpengaruh langsung terhadap konsep
anggaran negara pada umumnya. Salah satu pengaruh itu adalah terjadinya perubahan sistem
anggaran dari model anggaran tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja.
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi (Bastian, 2006:274). Setiap kegiatan
organisasi harus diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan visi dan misi organisasi. Produk
dan jasa akan kehilangan nilai apabila kontribusi produk dan jasa tersebut tidak dikaitkan dengan
pencapaian visi dan misi organisasi.
Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja dalam rangka penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
menurut Hindri Asmoko (2006) antara lain:
Visi mengacu kepada hal yang ingin dicapai dalam jangka panjang sedangkan misi adalah
kerangka yang menggambarkan bagaimana visi akan dicapai.
Tujuan merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi. Tujuan harus menggambarkan arah
yang jelas serta tantangan yang realisitis. Tujuan yang baik bercirikan, antara lain memberikan
gambaran pelayanan utama yang akan disediakan, secara jelas menggambarkan arah organisasi
dan program-programnya, menantang namun realistis, mengidentifikasikan obyek yang akan
dilayani serta apa yang hendak dicapai.
Sasaran menggambarkan langkah-langkah yang spesifik dan terukur untuk mencapai tujuan.
Sasaran akan membantu penyusun anggaran untuk mencapai tujuan dengan menetapkan target
tertentu dan terukur. Kriteria sasaran yang baik adalah dilakukan dengan menggunakan kriteria
spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan ada batasan waktu (specific, measurable,
achievable, relevant, timely/SMART) dan yang tidak kalah penting bahwa sasaran tersebut harus
mendukung tujuan (support goal).
Program adalah sekumpulan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari usaha untuk
mencapai serangkaian tujuan dan sasaran. Program dibagi menjadi kegiatan dan harus disertai
dengan target sasaran output dan outcome. Program yang baik harus mempunyai keterkaitan
dengan tujuan dan sasaran serta masuk akal dan dapat dicapai.
Kegiatan adalah serangkaian pelayanan yang mempunyai maksud menghasilkan output dan hasil
yang penting untuk pencapaian program. Dalam menyusun anggaran berdasarkan kinerja,
organisasi ataupun unit organisasi tidak hanya diwajibkan menyusun anggaran atas dasar fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja tetapi juga menetapkan kinerja yang ingin dicapai. Kinerja
tersebut antara lain dalam bentuk keluaran (output) dari kegiatan yang akan dilaksanakan dan
hasil (outcome) dari program yang telah ditetapkan. Apabila telah ditetapkan prestasi (kinerja)
yang hendak dicapai, baru kemudian dihitung pendanaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
keluaran atau hasil yang ditargetkan sesuai rencana kinerja.
Dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan RI No. 102/2008 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan RKA-KL Tahun 2009, penerapan penganggaran berbasis kinerja yang efektif
membutuhkan pra-kondisi sebagai berikut:
Telah tercipta sebuah lingkungan atau kondisi yang mendukung dan berorientasi pada
pencapaian kinerja.
Sistem kontrol yang efektif, memerlukan mekanisme akuntabilitas masing-masing
pimpinan kementrian/lembaga (managerial accountability).
Telah tersedia sistem dan metode akuntansi yang handal sebelum diterapkannya sistem
keuangan yang terintegrasi (integrated financial management system).
Telah terbentuk sebuah mekanisme pengalokasian sumber daya yang berorientasi pada
output.
Telah berjalannya sistem audit keuangan yang efektif sebelum audit kinerja (performance
audit) dilakukan.
APBD
APBD adalah Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Secara filosofis,
anggaran diperlukan oleh negara untuk menjamin eksistensi dan membiayai pengelolaan negara.
Sementara itu negara diperlukan untuk menciptakan keteraturan sosial, menjamin hak-hak
masyarakat, dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.
Hakaekat Anggaran
Sumber Anggaran
Jadi:
1. Memberi kesempatan untuk memutuskan pembiayaan urusan (tanggung jawab negara) yang
dimandatkan kepada daerah: desentralisasi fiscal
Selain memiliki tujuan penganggaran daerah juga memiliki asas-asas yaitu 10 azas umum
pengelolaan keuangan daerah (Permendagri 13/2006 pasal 4)
1. Tertib
2. Taat pada peraturan perundang-undangan
3. Efektif efisien
4. Ekonomis
5. Transparan
6. Bertanggung jawab
7. Keadilan,
8. Kepatutan,
9. Manfaat untuk masyarakat
Negara
Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII pasal 23 ayat (1) menyebutkan bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dilaksanankan
secara terbuka dan bertanggungjawab serta digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Lebih spesifik UUD 1945 menyebutkan tentang hak-hak warga negara atas anggeran
antara lain. Pasal 31 ayat (4) menyebutkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. Agat tersebut merupakan konsekuensi dari ayar sebelumnya yain pasal ayat
(2) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara walib mendapatkan pendidikan dasar dan
Pemerintah wab membiayainya.
Pasal 34 ayat (1) menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Artinya negara wajib menyediakan anggaran yang memadai untuk pemenuhan kebutuhan hidup
fakir miskin dan anak-anak terlantar
Pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan
Pasal 34 ayat (3) menyebutkan negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan
fasilitas umum yang layak bagi martabat kemanusiaan
Berdasarkan konstitusi tadi, maka sebenarnya seluruh rakyat Indonesia berhak atas
APBN/ABPD, yaitu Hak untuk terlibat dalam pembahasan/penetapan karena APBN ditetapkan
sebagai UU dan APBD ditetapkan sebagai Perda, sehingga masyarakat harus dilibatkan
(berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004 yang telah direvisi menjadi UU Nomor 11 Tahun 200
tentang Pembentukan Desaturan Perundangan). Hak untuk ikut mengawasi pelaksanaan
anggaran, karena APBN/APBD dilaksanakan secara terbuka Hak untuk mendapatkan alokasi
anggaran yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan
Pelayanan Publik
Segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa public Prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, Dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Contoh:
Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek penelitian pada studi kasus penganggaran dalam perencanan
pembangunan adalah analisis Proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah, Rencana
Kerja Pembangunan Daerah, dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Bidang Fisik dan
Prasarana Tahun Anggaran 2013-2015 di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 3 SKPD yang mengampu bidang fisik dan prasarana. Penelitian
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dimana dalam
pengumpulan data, informasi, melalui wawancara dan pengamatan langsung dilapangan yang
terkait dengan perencanaan mulai proses musrenbang, RKPD, sampai APBD. Observasi peneliti
dilakukandengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lapangan dalam pengambilan data
yang relevan denganpermasalahan peneliti, adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu teknik non probability sampling dengan teknik purposive sampling, dan teknik analisis
menggunakan triangulasi untuk menguji keabsahan data dengan memanfaatkan peneliti dengan
sumber data baik data primer melalui orang kunci.
Pembahasan
A. Musrebang di Kabupaten Gunungkidul
Undang-Undang 25 Tahun 2004 mengamanatkan dalam penyusunan RKPD, daerah wajib
menyelenggarakan musrenbang secara berjenjang mulai dari tingkat dusun, desa, kecamatan,
kabupaten, sampai tingkat provinsi secara partisipatif dengan melibatkan semua stakeholders.
Musrenbang merupakan bagiandalam penyusunan RKPD, proses awal dimulai dari draft
perumusan Rancangan Awal RKPD yang disusun oleh tim perumus berkedudukan di Bappeda.
Proses perencanaan pembangunan daerah dalamrangka penyusunan RKPD dilakukan melalui
musrenbang dengan berbagai tahapan sebagai berikut :
Tahap I : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa)
Tahap II : Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kecamatan(Musrenbang Kecamatan)
Tahap III : Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (ForumSKPD)/Forum Gabungan SKPD
Tahap IV : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Musrenbang Kabupaten)
B. Musrenbang Kecamatan
Musrenbang kecamatan di Kabupaten Gunungkidul dilaksanakan oleh semua kecamatan
sejumlah 18 kecamatan, pelaksanaan musrenbang kecamatan diampu oleh SKPD Kecamatan
Hasil yang diperoleh dalam musrenbang kecamatan adalah1) Daftar Usulan Rencana
Program/Kegiatan (DURP) Pagu Indikatif Sektoral (PIS); 2) DURP Pagu Indikatif Wilayah
Kecamatan(PIWK); 3) Delegasi Kecamatan; 4) Rancangan Awal Renja Kecamatan 5) Berita
Acara Hasil Musrenbang Kecamatan.
Walaupun DURP Kecamatan jumlah dananya terlalu besarakan tetapi proses untuk menuju hasil
dari musrenbang sudah sesuai dan melibatkan masyarakat/stakeholders secara partisipatif ini
terbukti dengan adanya wakil/delegasi kecamatan dari semua unsur, adanya berita acara hasil
musrenbang, dan adanya DURP kecamatansebagai bahan proses musrenbang selanjutnya. Secara
analisis dirujuk dari teori keterlibatan masyarakat dalamproses perencanaan adalah pada proses
perumusan umum, dimanamasyarakat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok
harapan, kebutuhan, dan kepentingan dasar, dalam kerangka perencanaan bisa menjadi wahana
untuk mengubah skema politik lama manjadi partisipatif [Abe, 2002: 16-17] terbukti
musrenbang kecamatan melibatkan masyarakat secara partisipatif dan bottomup. Kemudian
disisi pemerintah dilakukan pendekatan top down yaitu terlebih dahulu membuat Rancangan
Awal RKPD.
C. Forum SKPD/Forum Gabungan SKPD Forum
Ganbungan/Forum Gabungan SKPD pada dasarnya merupakan proses perencanaan lanjutan dari
Musrenbang kecamatanuntuk menuju pada musrenbang kabupaten. Forumini menjembatani hasil
musrenbang kecamatan bisa diakomodir kedalamrenja SKPD. Forum ini menselaraskan dan
lebih mengkerucutkanhasil musrenbang kedalam tema prioritas daerah dan disesuaikandalam
pagu SKPD, prioritas daerah dalam program kegiatan yang akan didanai melalui APBD, APBD
Provinsi, dan APBN serta sumber pendanaan lainnya, akan tetapi forum tersebut lebih terfokus
pada rancangan renja SKPD dengan sumber dana dari APBD, dan hasil akhir forum SKPD
adalah Rancangan RKPD.
D. Musrenbang Kabupaten
Rancangan RKPD nantinya merupakan bahan pada proses selanjutnya yaitu musrenbang
kabupaten dalam pelaksanaan sidang kelompok untuk mensinkronkan, pemaduserasian,
pengawalan danpemasukan program kegiatan PIWK, pokok-pokok pikiran dewan, rancangan
renja SKPD sesuai prioritas dan tema pembangunan dengan hasil akhir adalah Rancangan Akhir
RKPD dan setelah dikonsultasikan kepada Gubernur dan direvisi selanjutnya disahkan menjadi
RKPD sebagai dokumen perencanaan daerah.
E. Kebijakan Umum Anggaran
RKPD ditetapkan oleh bupati melalui peraturan bupati, menjadikan RKPD sebagai salah satu
dokumen perencanaan pembangunan daerah. Amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003
tentang Keuangan Negara Pasal 17 ayat (2) menyatakan bahwa Penyusunan RAPBD
berpedoman pada RKPD. Tahapan awal untuk proses RAPBD adalah melalui Rancangan
Kebijakan UmumAnggaran (Rancangan KUA), Prioritas dan Plafon AnggaranSementara
(PPAS), disusun setelah ditetapkannya RKPD. RancanganKUA PPAS disampaikan ke DPRD
untuk meminta kesepakan antara eksekutif dan legislatif tentang rencana kebijakan umum
anggaran dan rencana prioritas dan plafon anggaran sementara untuk pembangunan yang didanai
melalui APBD.
F. Rancangan APBD/RAPBD Tahapan selanjutnya dengan disepakatinya
KUAPPASantaraBupati dengan DPRD, KUA PPAS dikembalikan kepada eksekutif untuk
menyusun RAPBD dengan membuat Pra RKASKPD dan terangkum menjadi satu kesatuan
menjadi RancanganAPBD. Penyampaian Rancangan APBD disampaikan oleh Bupati kepada
DPRD dengan tatakala waktu pada minggu pertama bulan September. Pembahasan bersama
RAPBD di DPRD dilakukan secara internal yaitu dengan anggota Banggar DPRD, Komisi-
Komisi di DPRD, Fraksi-fraksi, dan juga antara Banggar dengan TAPD, dantidak ditutup
kemungkinan dengan kepala SKPDuntuk kroscek terhadap rencana pembiayaan yang nantinya
sebagai pelaksana program kegiatan dari APBD. Pembahasan RAPBD oleh DRPD/Banggar dan
TAPD dilakukan pada bulan September dan Oktober dalam waktu delapan minggu dengan
menghasilkan kesepahaman yang tertuang dalam Berita Acara Persetujuan Bersamaantara Bupati
dan DPRD. Selanjutnya persetujuan bersama danRAPBD di lakuikan evaluasi oleh Gubernur
untuk melihat kesesuaian antara yang dilaksanakan pemerintah pusat dandaerah. Paling lambat
minggu keempat bulan Desember atau 31 DesemberRAPBD harus sudah ditetapkan menjadi
APBD, dan apabila daerah tidak melaksanakan evaluasi maka Gubernur bisa membatalkanPerda
RAPBD selaku pemerintah pusat.
G. Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran
Langkah awal konsistensi perencanaan penganggaran adalah RKPD sebagai sebagai pedoman
dalam penyusunan penganggaran. Proses penganggaran daerah dimulai dari KUA PPAS harus
berpedoman pada RKPD sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
keuangan daerah. Konsistensi perencanaan dan penganggaran antara RKPD sampai KUA PPAS
menuju RAPBD dan APBD bukan hanya tugas dari TAPD tetapi juga oleh Banggar DPRD,
kesepahaman kedua belah pihak, dan Bappeda serta SKPD pelaksana akan membawa konsistensi
lebih nyata dari proses awal perencanaan sampai penganggaran.
H. Relasi Kepentingan dalam Konsistensi Perencanaandan Penganggaran
Daerah Relasi kepentingan dalam konsistensi perencanaan danpenganggaran daerah merupakan
hubungan saling berkepentinganantara aktor satu dengan lainnya dalam mencapai visi misi
daerahyang sudah tertuang dalam RPJMD dan dijabarkan dalamtema danprioritas tahunan
daerah melalui RKPD,
Kesimpulan
1. Konsistensi perencananaan pembangunan daerah dengan anggaran daerah yang terjabarkan
dalam RKPD, KUA, dan APBD Kabupaten Gunung kidul dari tahun 2013-2015 bidang fisik dan
prasarana pada SKPD DPU, Dishub kominfo, dan Kapedal selama tiga tahun cenderung naik ini
dibuktikan pada SKPDDPUpada tahun 2013 sebesar 77%, tahun2014 sebesar 82%, dantahun
2015 sebesar 96%. Pada SKPD Dishub kominfo tahun2013sebesar 83%, tahun 2014 sebesar
88%, dan tahun 2015 sebesar94%, sedangkan SKPD Kapedal tingkat konsistensi tahun 2013
sebesar 88%, tahun 2014 sebesar 88%, dan tahun 2015 sebesar100%.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah Pemahaman antara SKPD, Bappeda,
DPPKAD, TAPD, serta DPRD terhadap program kegiatan sesuai Permendagri 54 Tahun 2010
dalam menjabarkan program dan kegiatan pada SKPD; kebijakan pusat yang harus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah terhadap program kegiatan wajib bagi SKPD; adanya hasil evaluasi
RAPBDoleh Gubernur; dan terwadahinya pokok-pokok pikiran DPRD kedalam program
kegiatan SKPD sesuai dengan tema prioritaspembangunan pada setiap tahunnya.
3. Konsistensi terjadi adanya relasi kepentingan antar semua aktordari proses perencanaan
sampai penganggaran dengan mempunyai tujuan utama yang sama dalam mencapai visi misi
daerah.
Saran
Untuk masyarakat, ketika pemerintah membuat suatu perencanaan pembangunan
didaerah tempat masyarakat bertempat tinggal, sebaiknya para masyarakat ikut didalam
kegiatan musyawarah yang dibuka pemerintah. Dengan adanya partisipasi atau pendapat
dari masyarakat daerah setempat maka pemerintah dapat mengetahui apa saja yang
dibutuhkan masyarakat di daerah tersebut, sehingga biaya atau anggaran yang
dikeluarkan tidak akan sia-sia dan produk atau fasilitas yang dibangun tidak akan menjadi
proyek yang gagal karena tidak dapat dinikmati masyarakat setempat.
Untuk pemerintah, dengan adanya anggaran yang diberikan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah guna menjalankan program kerja dari pemerintah daerah,contohnya
program kerja dalam perencanaan pembangunan.. Dengan adanya anggaran yan telah
diberikan pemerintah pusat maka pemerintah daerah dapat mengalokasi dana yang ada
secara tepat dan dengan anggaran yang ada dapat membangun sebuah fasilitas atau
sesuatu yang besar yang memiliki kebermanfaatan yang besar bagi banyak orang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses perencanaan penganggaran secara umum bertujuan untuk mencapai tujuan
pemerintah, menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik, dan
untuk memenuhi prioritas belanja, serta meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban
pemerintah kepada DPRD/DPR dan masyarakat luas. Alur Perencanaan Penganggaran,
merupakan serangkaian prosedur dan langkah-langkah yang dijalankan sebagai suatu proses
untuk menyusun sebuah anggaran (APBD) sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.
3.2 Saran
Agar tujuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tercapai maka
perencanaan penganggaran dilakukan secara tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah daerah perlu menyiapkan sumber daya manusia yang berkompeten untuk
melaksanakan perencanaan penganggaran daerah sehingga tujuan pengelolaan keuangan daerah
yang akuntabel akan terwujud dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
spi.uin-alauddin.ac.id
Jurnal Akuntansi dan Pajak Vol. 15 No. 01, Juli 2014 Perencanaan Penganggaran Daerah
https://lib.ui.ac.id/
Nursini.Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah Teori dan Aplikasi.2010