You are on page 1of 16

MAKALAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10

 Fransisco Juliver Hutagalung (7203341001)


 Julaidi Selian (7203341002)

DOSEN PENGAMPU :
PUTRI KEMALA DEWI LUBIS, SE., M.Si., Ak

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Mata Kuliah Perencanaan
Pembangunan Daerah yaitu makalah dengan judul “Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan Daerah. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Perencanaan Pembangunan Daerah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 30 Oktober 2022

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
A. Pengertian Renja SKPD..............................................................................................................5
B. Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya ..........................................................6
C. Kerangka Penulisan Renja SKPD............................................................................................10
D. Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu..................................................................11
E. Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan.....................................................................13
F. Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan.............................................................................14
G. Penetapan Program dan Kegiatan Prioritas.............................................................................15
H. Indikator Target Kinerja...........................................................................................................16
I. Pagu Dana Indikatif..................................................................................................................18
J. Studi Kasus................................................................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumen perencanaan pembangunan daerah terakhir yang wajib disusun sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang lazim
disebut sebagai Renja SKPD. Sama halnya dengan RKPD, Renja SKPD pada dasarnya
adalah merupakan rencana tahunan (Annual Planning) yang bersifat lebih operasional.
Perbedaannya adalah bahwa RKPD disusun oleh Bappeda karena mencakup seluruh aspek
pembangunan dalam suatu daerah, sedangkan Renja SKPD disusun oleh SKPD
bersangkutan untuk aspek pembangunan daerah tertentu saja, misalnya pendidikan,
pertanian, kesehatan dan lain-lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD
bersangkutan.

Makalah ini membahas secara rinci teknik penyusunan Renja SKPD sesuai
dengan ketentuan perundangan berlaku. Pembahasan mencakup pengertian dasar Renja
SKPD tersebut berikut kerangka penulisannya. Pembahasan dimulai dari pengertian Renja
SKPD serta keterkaitannya dengan dokumen perencanaan lainnya. Kemudian, pembahasan
dilanjutkan dengan kerangka penulisan Renja SKPD. Pembahasan dalam Renja SKPD ini
juga termasuk evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya untuk mengetahui
capaian yang dapat diperoleh berikut permasalahan dan kendala yang dihadapi. Sama
halnya dengan RKPD, pembahasan lebih ditekankan pada Penyusunan program dan
kegiatan pembangunan yang bersifat operasional khusus untuk SKPD bersangkutan. Agar
Renja SKPD ini menjadi lebih konkret dan terukur, program dan kegiatan tersebut perlu
pula dilengkapi dengan indikator dan target kinerja serta pagu dana indikatif yang
mencerminkan kebutuhan dana untuk pelaksanaan rencana tahunan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apayang dimaksud dengan Renja SKPD?


2. Bagaimana keterkaitan Renstra SKPD dengan dokumen lainnya?
3. Bagaimana kerangka penulisan Renja SKPD?
4. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun lalu?
5. Bagaimana perumusan kebijakan pembangunan tahunan?
6. Bagaimana analisis kemampuan sumber pembiayaan?
7. Bagaimana penetapan program dan kegiatan prioritas?
8. Bagaimana indikator dan target kinerja?
9. Bagaimana pagu dana indikatif?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Renja SKPD


Analog dengan RKPD yang telah dibahas pada Bab sebelumnya, Renja SKPD pada dasarnya
merupakan penjabaran dari Renstra SKPD daerah bersangkutan dan mengacu pada RKPD.
Renja SKPD ini memuat rancangan kerangka pembangunan SKPD bersangkutan, prioritas
pembangunan, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
SKPD bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Sesuai dengan sifat SKPD sebagai instansi teknis, maka penyusunan Renja SKPD berikut
program dan kegiatannya tentu juga harus lebih bersifat teknis dibandingkan dengan apa yang
terdapat dalam RKPD. Koordinasi dan penyesuaian antara kedua dokumen ini nantinya akan
dapat dilakukan dalam Forum SKPD yang dilakukan setiap tahun oleh Bappeda daerah
bersangkutan.
Karena Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka
program dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci, lengkap
dengan ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan.Agar sasaran menjadi jelas dan
kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik, maka dalam penyusunan,
program dan kegiatan sudah harus termasuk Indikator dan Target Kinerja yang ingin dicapai
serta instansi yangakan melaksanakan. Di samping itu, akan sangat bermanfaat pula bilamana
penyusunan program dan kegiatan pembangunan tersebut juga mencakup perkiraan
kebutuhan dana (pagu indikatif) sehingga dapat diperkirakan apakah sumber pembiayaan
yang tersedia mampu membiayai program dan kegiatan tersebut.

B. Keterkaitan Renstra SKPD Dengan Dokumen Lainnya


Sama dengan dokumen perencanaan yang telah dijelaskan terdahulu, Renja SKPD ini Juga
mempunyai kaitan yang erat pula dengan dokumen perencanaan lainnya, yaitu Renstra
SKPD, RKPD dan Rencana Kerja Anggaran (RKA). Keterkaitan ini perlu dijaga untuk dapat
mewujudkan keterpaduan perencanaan baik dengan rencana jangka menengah (5tahun),
maupun dengan penyusunan anggaran. Dengan cara demikian diharapkan akan dapat
diwujudkan keterpaduan antara perencanaan danpelaksanaannya dilapangan.
Keterpaduan antara Renja SKPD dengan Renstra SKPD jelas sangat diperlukan mengingat
Renja sebenarnya adalah jabaran dari Renstra tahun tertentu. Dengan demikian, tentunya
sebagian besar dari program dan kegiatan dalam Renja SKPD harus sesuai dengan yang
digariskan dalam Renstra SKPD. Namun demikian, perbedaan dapat terjadi kalau pada tahun
bersangkutan terjadi perubahan situasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat atau adanya
kebijakan baru dari kepala SKPD atau dari kepala daerah bersangkutan.
Konsistensi antara Renja SKPD dengan RKPD yang disusun oleh Bappeda juga perlu dijaga.
Ada dua alasan utama yang menyebabkan perlunya dijaga kepaduan ini. Pertama, RKPD
merupakan jabaran dari RPJMD yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah
bersangkutan. Karena itu, untuk menjaga keterpaduan proses pembangunan dalam daerah
bersangkutan, maka konsistensi antara program dan kegiatan Renja SKPD dan RKPD perlu
dijaga. Kedua, sesuai dengan ketentuan perundangan berlaku, penyusunan anggaran tidak
didasarkan pada Renja SKPD, tetapi dengan RKPD. Karena itu konsistensi antarkedua
dokumen ini perlu dijaga agar program dan kegiatan yang direncanakan oleh SKPD
bersangkutan dapat diupayakan masuk ke dalam APBD daerah bersangkutan. Sebagaimana
juga sudah disinggung terdahulu, bahwa konsistensi antara Renja SKPD dan RKPD ini dapat
diupayakan melalaui pelaksanaan Form SKPD pada setiap tahunnya.
Terakhir, konsistensi yang perlu dijaga asalah antara Renja SKPD dan RKA yang disusun
oleh SKPD bersangkutan. Setelah Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) melalui
Nota Kesepakatan antara kepala daerah dan Ketua DPRD daerah setempat, maka SKPD
menyusun RKA sesuai dengan plafond anggaran yang ditetapkan dalam nota kesepakatan
tersebut. Hal yang perlu dijaga dalam hal ini adalah agar program dan kegiatan yang
dimasukkan ke dalam RKA adalah sesuai dengan Renja SKPD yang telah disesuaikan dengan
RKPD melalui Forum SKPD. Dengan cara demikian, maka keterpaduan antara perancanaan,
penetapan program, dan penganggaran akan dapat diwujudkan sesuai dengan prinsip pokok
dalam ilmu perencanaan pembangunan yaitu Planning, Programing, and Budgeting System
(PPBS).

C. Kerangka Penulisan Renja SKPD


Kerangka penulisan Renja SKPD yang dibahas pada buku ini disusun berdasarkan unsur-
unsur pokok yang harus dipenuhi oleh sebuah rencana tahunan secara akademik. Di samping
itu, agar penulisan ini tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, maka penyusunan
kerangka penulisan Renja SKPD ini juga mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 08
Tahun 2008 berikut beberapa contoh dokumen yang telah disususun oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kerane kerangka penulisan Renja SKPD yang
dianggap cukup baik adalah sebagai berikut
Bab 1 Pendahuluan
Latar Belakang
Maksud dan Tujuan
Landasan Hukum
Keterkaitan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Sistematika Penulisan

Bab 2 Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu


Evaluasi Kinerja SKPD
Permasalahan dan Kendala Pelaksanaan Pembangunan
Peluang dan Tantangan

Bab 3 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah


Strategi Pembangunan Tahunan
Kebijakan Pembangunan Tahunan

Bab 4 Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan Pembangunan


Alokasi Dana Tahun Sebelumnya
Kemungkinan Peningkatan Sumber Dana
Kemampuan Sumber Daya Manusia Daerah

Bab5PenetapanProgramdanKegiatan
Program dan Kegiatan SKPD
Program dan Kegiatan Lintas SKPD

Bab 6 Indikator dan Target Kinerja


Indikator dan Target Kinerja Keluaran(Output)
Indikator dan Target Kinerja Hasil (Outcome)

Bab 7 Penutup

Sejalan dengan hal ini, Departemen Dalam Negeri, melalui Permendadagri 54 Tahun 2010
juga memberikankerangka penulisan untuk acuan penyusunan Renja SKPD padatingkat
daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota. Kerangka penulisan atau daftar isi Renja SKPD
sesuai peraturan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab1 Pendahuluan
Latar Belakang
Landasan Hukum
Maksud dan Tujuan
Sistematika Penulisan

Bab2Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu


Capaian Pembanguna Tahun Lalu
Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas SKPD
Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat

Bab 3 Tujuan, Program, dan Kegiatan


Kebijaksanaan Nasional dan Regional
Tujuan dan Sasaran Renja SKPD
Program dan Kegiatan

Bab 4 Penutup
Sebagaimana terlihat bahwa kerangka penulisan Renja SKPD sebenarnya sangat mirip
dengan kerangka penulisan RKPD sebagaimana dijelaskan pada Bab18 terdahulu
Perbedaannya hanyalah bahwa Renja SKPD ini hanya mencakup perencanaan untuk satu
bidang atau sektor tertentu saja sesuai dengan TUPOKSI SKPD bersangkutan. Sedangkan
penulisan RKPD mencakup semua bidang dan sektor pembangunan dalam daerah
bersangkutan. Di samping itu, penyusunan Renja SKPD lebih bersifat teknis sesuai dengan
sifat dan ruang lingkup keahlian dari SKPD bersangkutan.

D. Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Tahun Lalu


Sama halnya dengan penyusunan RKPD yang dibahas pada Bab 14 sebelumnya, pembahasan
tentang penyusunan Renja SKPD dimulai dengan evaluasi pelaksanaan pembangunan pada
tahun lalu. Bilamana data sudah terseedia, pengertian tahun lalu dalamhal ini dapat diartikan
sebagai tahun pada saat penyusunan Renja SKPD dilakukan. Tetapi bilamana data tidak
tersedia, maka pengertian tahun lalu ini dapat dilakukan untuk setahun sebelum penulisan
Renja SKPD tersebut dilakukan.
Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun lalu ini diperlukan untuk dapat
mengetahui kinerja yang sudah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan baik secara
makro(menyeluruh)maupun untuk tingkat program dan kegiatan. Disamping itu, melalui
analisis ini juga diharapkan akan dapat pula diketahui beberapa faktor utama yang
mendorong terjadinya keberhasilan pelaksanaan pembangunan atau permasalahan dan
kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya pelaksanaan pembangunan pada daerah
bersangkutan.
Sebagaimana juga telah dibahas pada Bab 14 terdahulu, evaluasi terhadapmelaksanaan
pembangunan tanun lalu dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis metode. Pertama,
untuk evaluasi pelaksanaan pembangunan yang bersifat makro dapat digunakan beberapa
indikator pembangunan daerah dengan menggunakan data sekunder yang tersedia. Metode
yang dapat digunakan untuk analisis makro ini adalah dengan jalan membandingkan antara
kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan pembangunan, atau dengan jalan membandingkan
kemajuan yang diperoleh dengan kondisi rata-rata baik pada tingkat provinsi maupun tingkat
nasional. Kedua, untuk evaluasi pelaksanaan pembangunan pada tingkat program dan
kegiatan biasanyaa digunakan teknik Evaluasi Kinerja dengan menggunakan lima indikator
penilaian yaitu: masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan
dampak (impacts).
Analisis tentang evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya diperlukan untuk
mendapatkan informasi dan masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan
daerah berikut faktor keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Informasi ini sangat berguna
dalam merumuskan Kebijakan pembangunan berikut program dan kegiatan yang akan
direncankan untuk tahun berikutnya dalam penyusunan Renja SKPD bersangkutan. Bilamana
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daetau untuk beberapa sektor dan bidang
tertentu ternyata berhasil, maka kebijakan berikut maka program
dan kegiatan pembangunan yang sudah dilakukan pada daerah sebelumnya akan dapat
diteruskan dalam Renja SKPD yang sedang disusun. Akan tetapi, bilamana ternyata
pelaksanaan pembangunan mengalami kendala cukup serius karena adanya beberapa
permasalahan tertentu, maka kebijakan program dan kegiatan tersebut perlu diubah atau
dilakukan penyesuaian dengan yang baru agar pelaksanan pembangunan akan menjadi lebih
baik di masa mendatang.
Mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan ini sangat penting artinya agar
kesalahan yang sama terjadi dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan daerah tidak erulang sehingga efisienai pelaksanaan pembangunan
dapat dijaga. Sejalan dangan hal tersebut, faktor-faktor keberhasilan yang dialami
sebelumnya dapat pula dimanfaatkan necara optimal untuk mendorong proses embangunan
daerah ke depan Di samping itu, dengan mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan
pembangunan daerah tersebut akan dapar pula illakukan penyesuaian kebijakan, program dan
kegiatan permbangunan dengan kordisi dan situasi yang berkembang dalam masyarakat.
Dengan demikian, penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah yang
akan dilakukan dalam penyusunan Rencana SKPD tersebut akan menjadi lebih baik darn
terarah sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam masyarakat.

E. Perumusan Kebijakan Pembangunan Tahunan


Kebijakan pembangunan daerah untuk bidang dan sektor tertentu yang telah ditetapkan dälam
Rensira SKPD bersangkutan adalah untuk periode 5 tahun sesuai dengan masa jabatan kepala
daerah. Karena jangka waktu inirelatif cukup panjang maka kebijakan ini dapat saja tidak lagi
tepat dan relevan karena terjadinya perubahan situasi dan kondisi sosial ekonomi daerah
bersangkutan. Di samping itu, dapat pula terjadi adanya perubahan ketentuan dalam peraturan
dan perundangan yang berlaku secara nasional yang menyebabkan kebijakan yang telah
diterapkan dalam Renstra SKPD sudah tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang ada: Untuk
dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, maka Renja SKPD sebaiknya menyusun
perumusan kehijakan baru khusus untuk tahun bersangkutan sesuai dengan perubahan yang
terjadi pada SKPD tersebut. Melalui penetapan kebijakanbaru ini, akan dapat dilakukan
penyesuaian terhadap kebijakan yang telah ditetapkan semula dalam Renstra SKPD terdahulu
sesuai dengan prinsip perencanan bergulir (Rolling Plan).
Sebagaimana sudah disinggung pada bab-bab terdahulu bahwa kebijakati pada dasarnya
adalah suatu keputusan pemerintah untuk menciptakan suaru kondisi yang dapat mendorong
terlaksananya visi dan misi serta strategi pembangunan yang telah ditetapkan dalam rencana.
Kebijakan yang perlu dirumuskan ini tentunya harus bersifat konkret dan operasional sesuai
engan sifat dan tujuan dari Renja SKPD itu sendiri. Di samping itu, sesuai denvai periode
perencanaan dari Renja SKPD, maka kebijakan ini rentunya banya berlaku untuk masa satti
tatiun, tetapi dapat diperpanjang untuk tahun kutnya bilamana kebijakan tersebut dianggap
cukup bermanfaat dan berhasil dalam penerapannya.
Penyesuaian kebijakan pembangunan yang sering terjadi adalah dalam bidang ekonomi yang
menyangkut dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Misalnya karena terjadinya Krisis
Finansial Global belakangan ini dinegara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,
maka target pertumbuhan sektor perkebunan yang umumnya berorientasiekspor yang telah
ditetapkan semula tidak dapat lagi dicapai karena menurun drastisnya permintaan terhadap
produk ekspor ke luar negeri sehingga hal ini cenderung mengancam produksi perkebunan
daerah bersangkutan. Akibat situasi demikian, perlu dilakukan penyesuaian kebijakan dari
yang semula lebih berorientasi pada ekspor sekarang menjadi lebih berorientasi pada
pemasaran di dalam negeri. Perubahan kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh pada
formulasi kebijakan Kepala SKPD perkebunan daerah bersangkutan. Dalam bidang
infrastruktur misalnya, penyesuaian kebijakan pembangunan yang dapat terjadi misalnya
adalah karena terjadinya gempa bumi yang cukup kuat mengakibatkan banyak bangunan
kantor pemerintah dan jalan raya yang rusak. Kerusakan ini perlu ditanggulangi sesegera
mungkin karena sangat mengganggu kegiatan pemerintahan dan jalannya perekonomian
daerah bersangkutan. Untuk dapat melakukan perbaikan tersebut, pemerintah terpaksa
melakukan perubahan kebijakan untuk dapat mengalihkan sebagian dana pembangunan untuk
perbaikan gedung kantor dalam jalan raya yang mengalami kerusakan. Perubahan kebijakan
ini akan langsung mempengaruhi kebijakan SKPD pekerjaan umum dan SKPD lainnya yang
terkait pada gilirannya juga akan mempengaruhi alokasi dana pembangunan yang dibutuhkan
dalam Renja SKPD bersangkutan. Dalam melakukan perumusan kebijakan pembangunan
daerah pada Renja SKPD ini aspek yang perlu diperhatikan adalah hasil evaluasi tahunan
pelaksanaan Renstra SKPD bersangkutan. Dalam hal ini kebijakanyang dirumuskan
sebaiknya terfokus pada pemecahan masalah dan kendala jangka pendek yang ternyata
menghambat pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah yang terkait dengan
Tupoksi Renstra SKPD bersangkutan. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak berbenturan
dengan visi dan misi Kepala SKPD bersangkutan yang akandirumuskan untuk periode lima
tahun berikutnya. Kebijakan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam jangka
menengah sebaiknya dimasukkan pada penyusunan Renstra SKPD berikutnya.

F. Analisis Kemampuan Sumber Pembiayaan


Tidak dapat disangkal bahwa pelaksanaan program dan kegiatan banyak direntukan oleh
ketersediaan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah bersangkutan yang dijadikan sebagai
sumber pembiayaan permbangunan daerah. Walaupun partisipasi masyarakatternyata juga
ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan, namun demikian
ketersediaan dana pembangunan masih tetap merupakan faktor yang sangat menentukan.
Sedangkan ketersediaan dana tersebut untuk satu tahun ke depan relatif akan lebih mudah
diketahui dibandingkan dengan 5 tahun ke depan seperti dalam penyusunan Renstra SKPD.
Karena itu, analisis tentang ketersediaan dana dan sumber pembiayaan pembangunan perlu
dilakukan dalam penyusunan Renja SKPD suatu institusi. Sebagaimana telah dibahas
terdahulu pada Bab 18, ketersediaan dana untuk sumber pembiayaan pembangunan
pemerintah daerah dapat berasal dari dalam daerah sendiri atau berasal dari luar. Sumber
dana yang berasal dari dalam daerah terutama dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang merupakan hasil dari pajak dan retribusi daerah, laba bersih perusahaan daerah dan
penerimaan lainnya yang sah sesuai ketentuan perundangan berlaku. Sedangkan sumber dana
pemerintah daerah yang berasal dari luar daerah terutama dalam bentuk Dana Perimbangan
yang berasal dari pemerintah nasional (APBN). Dana Perimbangan terdiri dari tiga unsur
yaitu Dana Bagi Hasil(DBH), Pajak dan Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Untuk daerah dengan kegiatan industri, perdagangan dan
jasa yang telah maju seperti Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Bali serta daerah perkotaan umumnya, sumber pembiayaan pembangunan yang cukup
besar adalah berasal dari DBH, khususnya yang berasal dari dana bagi hasil pajak. Untuk
daerah yang kaya dengan sumber daya alam seperti minyak bumi, gas alam, batu bara dan
kehutanan, maka sumber pembiayaan yang cukup besar berasal dari DBH khusus untuk
sumber daya alam. Sedangkan untuk daerah yang kegiatan industri, perdagangan dan jasanya
masih belum berkembang dan miskin dengan sumber daya alam bernilai tinggi, maka
ketersediaan dana untuk sumber pembiayaan pembangunan sebagian besar berasal dari DAU
dan DAK. Daerah seperti ini umumnya mempunyai sumber dana yang sangat terbatas dan
kegiatan pembangunannya sangat tergantung dari sumber pembiayaan yang berasal dari
pemerintah pusat.
Ketersediaan dana dan sumber pembiayaan daerah perlu dipertimbangkan karena hal ini akan
sangat mempengaruhi jumlah dan nilai program dan kegiatan pembangunan yang mampu
dilaksanakan SKPD bersangkutan. Bila ketersediaan dana cukup memadai, maka penyusunan
Renja SKPD dapat dilakukan secara ambisius dengan jumlah dan nilai program dan kegiatan
pembangunan yang cukup besar. Akan tetapi, bila ketersediaan dana untuk sumber
pembiayaan pembangunan sangat terbatas maka jumlah dan nilai program dan kegiatan yang
diusulkan sebaiknya juga tidak terlalu banyak. Kalau jumlah program dan kegiatan yang
diusulkan masih tetap banyak, maka kemungkinan sebagian besar terpaksa dihapus oleh
kepala daerah atau DPRD karena sumber pembiayaan yang tidak mencukupi.Hal ini tentunya
akan menimbulkan kekecewaan pada SKPD terkait dan masyarakat secara keseluruhan yang
telah mengusulkan berbagai program dan kegiatan dalam penyusunanRKPD daerah
bersangkutan.

G. Penetapan Program Dan Kegiatan Prioritas


Sebagai sebuah dokumen perencanaan yang operasional, penetapan program dan kegiatan
pembangunan daerah merupakan bagian sangat penting dalam penyusunan Renja SKPD ini.
Program dan kegiatan dalam Renja SKPD ini pada dasarnya adalah merupakan jabaran lebih
konkret dan rinci dari program yang telah ditetapkan dalam Renstra SKPD daerah
bersangkutan untuk satu tahun. Program dan kegiatan pembangunan tahunan tersebut juga
harus dilengkapi dengan indikator dan target kinerja yang akan dicapai serta perkiraan
kebutuhan dana yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Ada dua kemungkinan yang dapat
dilakukan dalam penjabaran lebih lanjut program dan kegiatan pada penyusunan RKPD.
Pertama, bilamana RPJMD bersangkutan mempunyai beberapa Agenda
PembangunanDaerah, maka program dan kegiatan dalam RKPD merupakan jabaran lebih
rinci dari agenda pembangunan tersebut. Sebagai contoh misalnya adalah dalam penyusunan
program dan kegiatan RKPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2007 dan 2008. Dalam hal ini
program dan kegiatan ditetapkan sebagai tindakan operasional pemerintah daerah untuk
melaksanakan agenda pembangunan yang telah ditetapkan semula dalam Renstra SKPD
institusi bersangkutan. Kedua, bilamana Renstra SKPD tidak mempunyai agenda
pembangunan secara eksplisit, tetapi adalah langsung dalam bentuk program umum, maka
penetapan program dan kegiatan dalam penyusunan Renja SKPD adalah merupakan jabaran
lebih konkret dan rinci dari program umum yang telah ditetapkan dalam Renstra SKPD
institusi tersebut.
Dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan ini, aspek pertama yang perlu
diperhatikan adalah keterkaitan program tersebut agar visi dan misi yang ditetapkan semula.
Hal ini sangat penting artinya perumusan program dan kegiatan tersebut benar-benar
bertujuan untuk melaksanakan visi dan misi kepala SKPD bersangkutan
sebagaimanatetapkan dalam Renstra SKPD. Di samping itu, aspek ini juga sangat penting
diperhatikan adalah agar perumusan program dan kegiatan tersebut menjadi lebih terfokus
dan terarah kepada pencapaian sasaran pembangunan tertentu secara konkret, Aspek lainnya
yang juga sangat penting diperhatikan dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan
daerah adalah sinerginya dengan program dan kegiatan lainnya yang terkait. Dalam hal ini,
program dan kegiatan yang ditetapkan sebaiknya mampu bersinergi dengan program dan
kegiatan lainnya. Bila sinergi ini dapat diwujudkan, maka efek berganda (Multiplier Effect)
yang dapat dihasilkan akan menjadi lebih besar sehingga proses pembangunan daerah akan
menjadi lebih cepat dan efisien. Aspek lainnya yang juga sangat penting diperhatikan dalam
perumusan program dan kegiatan adalah tingkat kelayakannya baik secara finansial maupun
secara sosial ekonomi. Dalam hal ini program dan kegiatan pembangunan yang akan
ditetapkan sebaiknya cukup layak yang berarti manfaat (baik secara finansial maupun sosial
ekonomi) lebih besar atau paling kurang sama dengan biaya yang dibutuhkan untuk
pembangunan program dan proyek tersebut. Pertimbangan ini sangat penting artinya untuk
lebih menghemat dan mengefisienkan penggunaan sumber pembiayaan pembangunan yang
tersedia pada daerah bersangkutan. Aspek terakhir yang juga perlu dipertimbangkan dalam
penetapan program dan kegiatan pembangunan adalah agar tidak bertentangan dengan
kondisi sosial dan budaya setempat. Hal ini sangat penting artinya untuk menjamin dapat
terlaksananya program dan kegiatan pembangunan tersebut dalam masyarakat. Bila program
dan kegiatan yangditetapkan ternyata berlawanan dengan nilai-nilai dan pandangan sosial dan
budaya setempat. maka besar kemungkinan akan timbul nantinya penolakan masyarakat
terhadap pelaksanaan program dan kegiatan tersebut.

H. Indikator dan Target Kinerja


Sama halnya dengan penyusunan dokumen Renstra SKPD dan RKPD sebagaimana sudah
dibahas pada bab terdahulu, dalam penyusunan dokumen Renja SKPD ini juga diperlukan
penggunaan Indikator dan Target Kinerja sebagai ukuran
keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan dilakukan. Indikator dan
target kinerja ini tidak hanya diperlukan untuk mewujudkan perencanaan yang terukur, tetapi
juga diperlukan nantinya untuk menunjang penyusunan Rencana Kerja Anggaran(RKA) dan
sebagai alat ukur dalam melakukan evaluasi pelaksanaan rencana di kemudian hari. Akan
tetapi, berbeda dengan RPJMD dan RKPD, pada penyusunan Renja SKPD ini indikator yang
diperlukan adalah dalam bentuk indikator dan target kinerja program dan kegiatan yang
terkait dengan tupoksi SKPD bersangkutan yang bersifat sektoral. Di samping itu, indikator
kinerja yang diperlukan akan lebih rinci sampai ketingkat kegiatan. Sedangkan indikator dan
target kinerja yang bersifat makro dan menyeluruh untuk wilayah bersangkutan dalam hal ini
tidak terlalu banyak kaitannya dengan penyusunan Renja SKPD ini. Perlu diingat bahwa
kenyataan dalam praktik menunjukkan bahwa penyusunan Indikator dan Target Kinerja baru
terbatas mencakup indikator masukan (input) dan keluaran (output) saja. Sedangkan
penetapan indikator hasil (outcome), sebegitu jauh masih sangat terbatas, karena hal ini
memerlukan survei dan pengamatan lapangan yang cukup memakan waktu dan dana. Akan
tetapi, indikator hasil ini mutlak perlu dilakukan karena unsur ini yang menunjukkan manfaat
dan dampak daripelaksanaan program dan kegiatan bagi pembangunan masyarakat secara
umum. Karena itu, upaya untuk dapat menyusun indikator hasil(outcome) perlu terus
ditingkatkan.
Penggunaan indikator dan target kinerja dalam penyusunan Renja SKPD ini biasanya
dilakukan dengan jalan memasukkannya pada Matrik Program dan Kegiatan. Karena jumlah
program dan kegiatan ini umumnya cukup banyak, maka biasanya matrik ini diletakkan
sebagai lampiran dari buku dokumen Renja SKPD tersebut. Untuk lebih
operasionalnya,dalam Matrik Program dan Kegiatan tersebut dicantumkan pula pagu dana
indikatif untuk masing-masing kegiatan berikut unit kerja dalam institusi SKPD bersangkutan
yang akan melaksanakannya.

I. Pagu Dana Indikatif


Pagu dana indikator pada dasarnya merupakan perkiraan kebutuhan dana secara kasar untuk
dapat melaksanakan program dan kegiatan bersangkutan. Sebagaimana disinggung terdahulu
bahwa, perkiraan kebutuhan dana ini seharusnya didasarkan pada Standar Anggaran Belanjan
(SAB) yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Bilamana SAB untuk
Program dan kegiatan tertentu ternyata belum tersedia, dapat digunakan perkiraan dari tenaga
teknis yang terdapat pada SKPD bersangkutan. Penentuan pagu dana indikatif ini biasanya
akan lebih mudah dilakukan untuk program dan kegiatan yang bersifat fisik karena
ukurannya jelas dan konkret. Akan tetapi, untuk kegiatan yang bersifat nonfisik, biasanya
penetapan pagu dana indikatif akan lebih sulit karena ukurannya yang tidak konkret. Dalam
hal ini tentunya pengalaman masa lalu dalam melaksanakan program dan kegiatan nonfisik
tersebut akan sangat berguna sebagai dasar penentuan besarnya pagu dana indikatif tersebut.
Perlu dicatat bahwa pagu indikatif ini diperkirakan dengan memperhatikan Standar Anggaran
Belanja (SAB) yang ditetapkan secara berkala oleh pemerintah daerah setempat. Di samping
itu, penentuan pagu indikatif tersebut tentunya juga harus dilakukan dengan memperhatikan
kemampuan keuangan pemerintah daerah bersangkutan berdasarkan pengalaman pada tahun-
tahun sebelumnya. Namun demikian, pagu indikatif tersebut adalah bersifat sementara dan
tidak mengikat, karena nantinya kemampuan dana sebenarnya yang lebih riil akan terlihat
pada waktu dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) ditetapkan dalam
bentuk nota kesepakatan antara DPRD (legislatif) dan Kepala Daerah
bersangkutan(eksekutif). Pada waktu itu besarnya pagu dana untuk masing-masing program
dan kegiatan akan dapat disesuaikan kembali.

J. Studi Kasus
Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei Pada
Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur)
PENDAHULUAN
Nasution (2007) menyatakan ada beberapa kelemahan dalam sistem keuangan negara
Indonesia di era orde baru yaitu: (1) kelemahan dalam desain dan pelaksanaan sistem
pengendalian intern, (2) ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, (3)
penyimpanan keuangan negara yang semrawut, (4) tidak adanya informasi tentang aset dan
hutang negara, dan (5) pengungkapan laporan keuangan pemerintah yang tidak konsisten
dan tidak memadai. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, pemerintah era reformasi telah melakukan koreksi secara menyeluruh.
Salah satu upaya yang dilakukan menyusun paket undang-undang keuangan negara yaitu:
Undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU nomor 01 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

PEMBAHASAN
Penelitian mengenai pengaruh Sistem Pengendalian Intern yang terdiri dari Lingkungan
Pengendalian, Penilaian Resiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi,
Pemantauan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.Terdapat pengaruh signifikan antara Lingkungan Pengendalian, Penilaian Resiko, Kegiatan
Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan secara simultan;
2. Secara parsial, Terdapat pengaruh signifikan antara Lingkungan Pengendalian, Penilaian
Resiko, dan Informasi dan Komunikasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
3. Secara parsial, Terdapat pengaruh tidak signifikan antara Kegiatan Pengendalian dan
Pemantauan terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Renja SKPD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat operasional, maka


program dan kegiatan pembangunan yang dihasilkan seharusnya bersifat lebih rinci,
lengkap dengan ruang lingkup dan spesifikasi yang diperlukan. Renja SKPD ini Juga
mempunyai kaitan yang erat pula dengan dokumen perencanaan lainnya, yaitu Renstra
SKPD, RKPD dan Rencana Kerja Anggaran (RKA). Keterkaitan ini perlu dijaga untuk
dapat mewujudkan keterpaduan perencanaan baik dengan rencana jangka menengah
(5tahun), maupun dengan penyusunan anggaran.
Kerangka penulisan Renja SKPD yang dibahas pada makalah disusun berdasarkan
unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi oleh sebuah rencana tahunan secara akademik.
Di samping itu, agar penulisan ini tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku,
maka penyusunan kerangka penulisan Renja SKPD ini juga mempedomani Peraturan
Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 berikut beberapa contoh dokumen yang telah
disususun oleh pemerintah daerah.
Sebagai sebuah dokumen perencanaan yang operasional, penetapan program dan
kegiatan pembangunan daerah merupakan bagian sangat penting dalam penyusunan
Renja SKPD ini.Dalam penyusunan dokumen Renja SKPDini jugadiperlukan
penggunaan Indikator dan Target Kinerja sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan
program dan kegiatan yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Sjafrizal, 2017, Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi, PT Raja Grafindo
Persada, Depok.

You might also like