Professional Documents
Culture Documents
Contekan Sempro
Contekan Sempro
Slide 1 : Cover
Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum wr wb.
Selamat siang, yang saya hormati dr. Dona Marisa megister Biomedik Selaku pembimbing
pertama, dr. Nur Qamariah megister kesehatan spesialis telinga hidung tenggorakan kepala leher
selaku pembimbing kedua, doctor dr. achmad rofii spesialis telinga hidung tenggorakan kepala
leher Selaku penguji pertama,dan dokter farida heriyani master of public health selaku penguji
kedua serta para hadirin yang sudah bersedia menghadiri seminar usulan penelitian pada hari ini,
Izinkan peneliti Naufal Imaulani NIM 1810911220020, dengan judul penelitian Hubungan status
perokok dengan kekambuhan rinitis alergi pada usia dewasa muda, untuk memaparkan usulan
penelitian
Disini peneliti akan membagi pemabahasan penelitian menjadi 3 : pertama latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian , dan manfaat, yang kedua, kerangka teori, kerangka konsep
penelitian, dan hipotesis serta yang ketiga metodologi penelitian.
PEMBAHASAN PERTAMA
Rokok – Menurut world health organization tahun 2020 studi epidemiologi menguhubungkan
angka kematian 6 juta orang pertahun akibat dari konsumsi olahan tembakau dalam bentuk
cerutu, rokok kretek, dan olahan tembakau lainnya yang penggunaan serupa dengan rokok.
Indonesia sendiri menjadi Negara konsumsi rokok terbesar nomor 3 dengan angka prevalensi
nasional sebesar 29%. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh riskesdas tahun 2013 konsumen
rokok tertinggi adalah kalangan siswa sekolah menengah atas, mahasiswa perguruan tinggi, dan
kalangan usia dewasa muda. Menurut Theipel dalam riset yang dilakukannya di tahun 2015 usia
dewasa muda adalah usia antara 18-24 tahun. Perokok dibagi berdasarkan banyak kriteria, dan
yang paling familiar adalah pembagian berdasarkan kontak individu dengan rokok yaitu perokok
aktif dan perokok pasif. Rokok mengandung banyak zat berbahaya bagi tubuh dan jika
dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, asap rokok
berpotensi meningkatkan resiko terjadinya gangguan pernafasan, karena system pernafasan
mimiliki kontak langsung dengan asap buangan yang dihasilkan oleh rokok.
Rinitis Alergi – Berdasarkan definisi oleh Allergic Rinitis and Its Impact on Asthma atau biasa
disebut Aria WHO rinitis alergi merupakan suatau reaksi Inflamasi yang terjadi pada mukosa
hidung yang di dahuli oleh reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh paparan alergen dan di
mediasi oleh Imunoglobulin E. Alergen yang dapat menimbulkan reaksi rinitis alergi adalah
serbuk sari, spora, tungau rumah, debu, bulu dan kulit mati hewan peliharaan, asap pembakaran,
serta makanan yang mengandung zat alergen. Bberapa gejala yang akan timbul akibat paparan
alergen tersebut adalah hudung berair atau rinorea, hidung tersumbat, gatal hidung, sering bersin
serta mata yang berair dan kemerahan. Menurut penelitian yang di lakukan oleh choi dalam
jurnal nya allergic rinitis Asia pacific tahun 2015, Negara-Negara asia pasifik termasuk
Indonesia memiliki angka kejadian rinitis alergi sebanyak 5-45% , dan mnurut studi kasus yang
dilakukan di sumatera utara pengidap rinitis alergi terbanyak adalah mayoritas umur 21-30
tahun. Berdasarkan aria who rinitis alergi dibagi menjadi intermiten dan persisten dimana
intermiten adalah rinitis alergi yang muncul gejala 4 hari/ minggu atau lebih dan persisten kurang
dari 4 hari/ minggu.
Pengaruh – Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh adrien dkk konsumsi rokok dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan mukosa hidung terutama kerja mukosiliar yang
mengakibatkan peningkatan resiko kekambuhan pada individu pengidap rinitis alergi. Menurut
pratiba dalam jurnal impact smoking on nasal function tahun 2019, merokok dapat menyebabkan
gangguan pada mukosiliar dan dapat menyebabkan statis sekresi yang akan memperburuk reaksi
alergi pada pengidap rinitis alergi.
Berdasarkan latarbelakang ini peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara
status perokok seseorang dengan kekambuhan rintis alergi khususnya pada usia dewasa muda.
PEMBAHASAN KEDUA
PEMBAHASAN KETIGA
1. Persiapan dimana peneliti mengajukan judul dan persetujuan penelitian ke staf medis
fungsional tht di rsud ulin banjarmasin dan fakultas kedokteran universitas lambung
mangkurat Banjarmasin. Lalu penelitian akan dilakukan secara daring setelah melaksanakan
seminar proposal. Peneliti juga menginput kuesioner kedalam bentuk google form.
2. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada subjek penelitian yang telah dipilih berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi. kemudian subjek penelitan akan mengisi lembar informed
concern dan kuesioner. Semua pelaksanaan penelitian dilakukan secara daring
3. Pelaporan data yang telah dikumpulkan kemudia dianalisis untuk menentukan hubungan
antar variable
Pengumpulan data : data di dapatkan dari kuesioner yang diisi oleh subjek penelitian
Tahap 1: editing atau penyuntingan data : dimana pada tahap ini data yang telah masuk akan di edit
terlebih dahulu yaitu berupa pengecekan kembali jawaban kuesioner
Tahap 2 : coding atau membuat kode : pada tahap ini merupakan kegiatan mengubah data dari
tulisan ke dalam bentuk angka/bilangan dengan tujuan memudahkan peng inputan data ke dalam
program computer
Tahap 3: entry data atau memasukkan data : setelah melalui tahap editing dan coding selanjutnya
data diproses dengan cara memasukkan hasil jawaban yang diperoleh dari anamnesis yang dilakukan
dalam instrument kuesioner ke dalam program komputer.
Tahap 4 : tabulating atau tabulasi : yaitu proses mengelompokkan data berdasarkan variable yang di
teliti, lalu disajikan dalam bentul tabel distribusi frekuensi
Pertanyaan teori :
- Rinitis alergi : menurut aria who Rinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang
dipicu oleh respon imun terhadap alergen yang dihirup oleh individu yang sensitif. Bentuk
respon alergi yang muncul diantaranya hidung berair (rhinorrhea), gatal hidung dan mata,
- Patofisiologi : Rinitis alergi melibatkan inflamasi pada membran mukosa beberapa organ
seperti hidung, mata, tabung Eustachius, telinga bagian tengah, sinus dan faring. Ketika
individu yang sensitif terkena pejanan alergi terjadi interaksi kompleks antara mediator
inflamasi yang di inisiasi oleh Imunoglobulin E (IgE) mediasi Imunoglobulin E (IgE) spesifik
akan diproduksi, Imunoglobulin E (IgE) akan menempel pada permukaan sel mast yang
terletak pada permukaan mukosa hidung, alergen berikatan dengan Imunoglobulin E (IgE)
pada sel mast, yang mengakibatkan terjadi degranulasi sel mast dan mengeluarkan mediator
inflamasi yang mengakibatkan timbulnya gejala rinitis alergi dalam beberapa menit.
Metodologi penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mencari
Uji chi-square : menguji hubungan atau pengaruh 2 variabel dan mengukur kuatnya hubungan
Analisis univariat : Analisis univariat hanya terdiri dari satu variabel. Analisis univariat
adalah analisis yang paling sederhana karena hanya ditujukan mengetahui distribusi
sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka
dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
- Bersedia menjadi partisipan serta memahami prosedur pengambilan data dalam penelitian (informed
concern).
- Penderita rinitis alergi yang memenuhi kriteria diagnosis berdasarkan gejala menurut kuesioner
SFAR (skor SFAR ≥ 7)
- Perokok aktif atau perokok pasif berdasarkan kriteria skrining keaktifan merokok.
masalah yang ingin diteliti dimana rumusan masalah pada penelitian ini adalah hubungan
status perokok dengan kekambuhan rinitis alergi melalui data atau sampel yang telah
terkumpul melalui pengisian kuesioner oleh responden kemudian akan didpat kan
bebas dan terikat hanya dilakukan pengamatan dengan waktu sesaat tanpa adanya
Penelitian dengan judul hubungan status perokok dengan kekambuhan rinitis alergi pada
usia dewasa muda ini menurut saya cukup penting untuk di teliti dimana angka studi
menguhubungkan angka kematian 6 juta orang pertahun akibat dari konsumsi olahan
tembakau, kalangan konsumen rokok tertinggi ada pada usia dewasa muda. Dimana yang
kita tau rokok memiliki pengaruh kepada gangguan kesehatan khususnya pada gangguan
4. Penelitian ini berdasarkan teori siapa dan apa asumsi dari teori tersebut ?
Jadi penelitian ini berlandaskan pada teori saulyte dalam jurnalnya yang berjudul active
or passive exposure to tobacco smoking and allergic rintis dalam jurnal tersebut dikatan
bahwa Rokok dapat meningkatkan respon hidung terhadap alergen dan meningkatkan
aktifitas Imunoglobulin E (IgE) serta kadar histamin postallergen pada cairan mukosa
hidung, hal ini akan mengakibatkan meningkatnya kekambuhan pada rinitis alergi. juga
teori dari strzelak dalam jurnalnya yang berjudul tobacco smoke include and alters
immune response in the lung triggering inflamtion allergy and astma dalam jurnal
tersebut penulis mengatakan Merokok juga menyebabkan gangguan pembersihan
mukosiliar (MCC) dan menyebabkan stasis sekresi pada individu yang berstatus sebagai
perokok dengan rinitis alergi, sehingga memperburuk gejala rinitis alergi.
5. Mengapa anda mengambil populasi usia dewasa muda dan bukan usia lain ?
Berdasarkan latar belakang yang saya angkat dikatakan bahwa konsumen terbesar rokok
adalah usia dewasa muda ini menurut survey yang di lakukan oleh riskesdas tahun 2013.
Yang juga berbanding lurus dengan usia tersering pengidap rintis alergi yaitu antara usia
fenomena dengan cara pengamatan, pengumpulan data nya bagaimana, rumus nya dll,
data primer/sekunder.
Ceritakan latbel,
Kuantitatif/kualitatif
dari variabel2 yang ingin diteliti. Metode dengan eksperimen seperti pengambilan data
melalui kuesioner)/kualitatif