Professional Documents
Culture Documents
Laporan Krismin
Laporan Krismin
Disusun oleh:
Lina Efitasari
221109001
Penyusun :
Lina Efitasari
NIM. 221.109.001
Disetujui Oleh :
Asisten Praktikum Kristalografi & mMineralogi
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Sumberdaya Mineral
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat
geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan
bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
a. Sifat geometri
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal yang
menyusun suatu bentuk Kristal tertentu dan jumlah, serta bentuk bidang luar
yang membatasinya.
b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar
Mempelajari kombinasi perkembangan dan pertumbuhan kenampakan
bentuk luar selain bentuk-bentuk dasar pada suatu bidang permukaan.
c. Struktur dalam
Mempelajari tentang susunan dan jumlah sumbu-sumbu Kristal, juga
menghitung Parameter dan Parameter Rasio.
d. Sifat fisis kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya Kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi
oleh bidang- bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan
Non Kristalin.
Sumbu kristalografi merupakan suatu garis lurus yang dibuat
melalui pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang,
lebar dan tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi
sehingga digunakan Proyeksi Orthogonal.
Kristal adalah suatu benda dengan bentuk polihedral (bidang
banyak), dibatasi oleh bidang yang rata, yang merupakan senyawa kimia,
terbentuk dari suatu zat cair atau gas yang memadat (John Wiley and Sons,
1999). Kristal dapat diartikan pula sebagai bahan padat yang secara kimia
homogen dalam bentuk geometri tetap, sebagai gambaran dari susunan
atom yang teratur, dibatasi oleh bidang banyak, jumlah dan kedudukan
dari bidang – bidang kristalnya tertentu dan teratur.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam
bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat
kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Definisi mineral
menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam
terbentuk secar aanorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun teratur.
2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zatata ubahan yang homogeny mempunyai
komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai
sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
1.2. Maksud dan tujuan
a. Maksud
1. Memahami apa itu kristalografi dan mineralogi.
2. Mengetahui dan memahami 7 sistem kristal dan cara
penggambarannya.
3. Dapat membedakan mineral dengan menggunkan mata biasa.
4. Mengetahui dan mengenali mineral dari sifat fisik dan sifat kimia.
b. Tujuan
1. Agar praktikan dapat menggambar sistem kristal dengan benar.
2. Agar praktikan dapat mengetahui kandungan mineral dalam
batuan.
3. Agar praktikan dapat mengetahui jenis mineral dan sistem
kristalnya.
4. Mampu mendeskripsikan mineral.
1.3. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pensil mekanik ukuran 0,5 mm
2. Drawing pen ukuran 0,2 mm
3. Penggaris segitiga 1 set nomor 10 atau lebih
4. Busur 360°
5. Pensil warna
6. Lembar kerja sistem kristal
7. Lembar deskripsi mineral
8. Scribber pen
9. Loupe
1.4. Waktu, Lokasi, dan Pelaksanaan Praktikum
a. Waktu
Waktu pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi yaitu pukul
15.30 – 17.30 WIB.
b. LokasiLokasi praktikum kristalografi dan mineralogi yaitu di
Laboratorium Sumber Data Mineral IST AKPRIND Yogyakarta, Jl.
Dewan Nyoman Oka No.32, Kotabaru – Yogyakarta 55224.
c. Pelaksanaan praktikum
Pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan sekali
dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa.
BAB 2
KRISTALOGRAFI
Klas Simetri
Pengelompokkan dalam Klas Simetri didasarkan pada:
1. Sumbu simetri
2. Bidang simetri
3. Pusat simetri/titik simetri
Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah adalah garis lurus yang dibuat melalu pusat kristal,
dimana apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut
sebagai poros putarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut
akan menunjukkan kenampakan-kenampakan seperti semula.
Ada 4 jenis Sumbu Simetri yaitu:
1. Sumbu Simetri Gyre
Berlaku bilamana kenampakan satu sama lain pada kedua belah
pihak atau ujung sumbu sama di notasikan dengan huruf L (Linier)
atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah
posisi.
Contoh : L4=L4=g4=g4
2. Sumbu Simetri Gyre Polair
Berlaku bilamana kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada
kedua belah pihak atau ujung sumbu berbeda atau tidak sama. Jika
salah satu sisinya berupa sudut atau corner maka pada sisi lainnya
berupa bidang plane. Dinotasikan dengan huruf L dan g.
Contoh : L2=g2
Sering pula ditulis dengan huruf "L". Kemudian di sebelah
kanan atas ditulis nilai sumbu dan kanan bawah ditulis i.
3. Sumbu Cermin Putar
Dinotasikan dengan huruf S (Spiegel Axepy) = sumbu spiegel.
Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran
dimana, sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke
arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu
tersebut. Bidang cermin ini disebut dengan cermin putaran atau
bidang normal.
Contoh : Contoh : L4 , L6
i i
Macam-macam Gyroide :
a.Digyroide (S2)
Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 180 0. Satu
putaran sebesar 1800 menuju 18 dilanjutkan dengan
pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran menempati 1
kembali.
b.Trigyroide (S3)
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200. Dalam
penentuan dan cara mendapatkan sumbu bernilai 3 caranya
sama dengan Digyroide.
c.Tetragyroide (S4)
Sumbu cermin putar bernilai 4. Besar perputaran 900 maka akan
terjadi kenampakan baru elemen simetri dari 1 lewat 1’
menempati 2. Pada kenampakan pertama, Tetragyroide
merupakan dygyre, asal susunan keseluruhannya diputar
sebesar 1800.
d.Hexagyroide (S6)
Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 600.
Kenampakan pertama Hexagyroide juga trigyre, dengan
perputaran sebesar 1200.
4. Sumbu Inversi Putar
Sumbu ini merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut
sebagai poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan
(membalik) melalui pusat simetri pada sumbu tersebut. Cara
penulisannya: 4 6 dan sebagainya.
2. Bidang simetri
Bidang Simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat
kristal dan membelah kristal menjadi 2 bagian sama besar, dimana bagian
yang satu merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang
simetri dinotasikan dengan P (Plane) atau M (Miror). Bidang simetri
dikelompokan menjadi 2:
1. Bidang Simetri Utama
Bidang Simetri Utama ialah merupakan bidang yang dibuat melalui
2 buah sumbu simetri utama kristal dan membagi bagian yang sama
besar.
Bidang simetri utama ini ada 2 yaitu:
a) Bidang simetri utama horizontal dinotasikan dengan h
(Bidang ABCD).
b) Bidang simetri utama vertikal dinotasikan v (Bidang
KLMN dan OPQR).
2. Bidang Simetri Tambahan (Intermediet/Diagonal)
Bidang Simetri Diagonal merupakan bidang simetri yang dibuat
hanya melalui satu sumbu simetri utama kristal. Bidang ini sering
disebut dengan diagonal saja dengan notasi (d).
Catatan :
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang
simetri utama, baru hitung bidang simetri tambahan.
3. Titik Simetri atau Pusat Simetri (Centrum = C)
Pusat Simetri adalah titik dalam kristal, dimana melaluinya dapat
dibuat garis lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu
dengan sisi yang lain dengan jarak yang sama, dijumpai
kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang). Pusat Simetri selalu
berhimpit dengan pusat kistal, tetapi pusat kristal belum tentu
merupakan pusat simetri
2.3. Geometri Kristal
Geometri Kristal adalah konfigurasi ruang, pada suatu hubungan
antara komponen kristal, meliputi:
a. Sel Unit
b. Sumbu kristal
c. Indeks Miller
d. Indeks Miller Bravais
e. Bentuk dan geometri kristal
f. Keluarga bidang dan spasi interplanar
g. Kisi resiprok
2.4. Sistem Kristal
2.4.1. Sistem Kristal Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan
panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi
sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β
dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
BAB 3
MINERALOGI FISIK
1 Kuarsa
2 Ortoklas
3 Plagioklas
4 Feldspar
5 Biotit
6 Hornblende
7 Piroksin
8 Olivin
2. Mineral sekunder
Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari mineral utama yang
mengalami proses pelapukan pada batuan. Batuan, baik beku, sediment maupun
metamorf yang tersingkap di atas permukaan, bersentuhan dengan atmosfer,
hidrosfer dan biosfer akan mengalami proses pelapukan. Batuan akan terubah
secara fisik maupun kimiawi, di alam, kedua proses ini sulit dibedakan, karena
berlangsung secara bersamaan. Namun secara teoritis kedua proses ini dibedakan.
Proses pelapukan inilah salah satu proses yang mengubah permukaan bumi setiap
saat meskipun perubahannya tidak tampak dengan segera karena prosesnya yang
berlangsung dengan sangat lambat.
Pelapukan mekanik atau pelapukan secara fisik adalah pelapukan yang hanya
berlangsung secara fisik saja, secara mekanik dan tidak disertai perubahan kimia.
Sehingga yang berubah hanya bentuk fisiknya saja, sedangkan komposisi
kimianya tetap. Seperti yang semula mempunyai bentuk dan volume besar,
kemudian hancur menjadi bentuk yang kecil-kecil. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelapukan fisik ini adalah rekahan, pertumbuhan kristal, tekanan
es, pengaruh suhu serta pengaruh makhluk hidup.
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang terjadi pada batuan dan
menyebabkan berubahnya sifat atau komposisi kimia suatu batuan. Pada
umumnya pelapukan ini terjadi karena batuan atau mineral secara kimiawi dengan
zat-zat atau senyawa yang ada di alam. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelapukan kimia ini adalah hidrolisa, oksidasi, dan pencucian.
Beberapa contoh mineral sekunder ini adalah hematite, kalium feldspar,
orthoklas dan mineral lempung.
Tabel 3.1 Contoh Mineral Sekunder
(www.geology.com/mineralsekunder)
No Mineral Gambar
1 Hematite
2 Kalium Feldspar
3 Ortoklas
4 Mineral Lempung
3. Mineral tambahan
Mineral tambahan atau sering disebut juga mineral aksesori ini adalah
mineral yang persentasenya sangat sedikit dalam batuan, namun selalu ditemukan.
Mineral ini jumlahnya kurang dari 10% dari seluruh komposisi batuan. Dan
karena keterdapatannya sangat sedikit, menjadikan mineral-mineral tambahan ini
memiliki nilai yang ekonomis yang tinggi. Pada umumnya mineral tambahan
ini.
digunakan untuk perhiasan seperti rutil. Namun ada juga yang digunakan dalam
industri dan memiliki nilai yang sangat tinggi seperti zircon.
Contoh lainnya dari mineral tambahan ini adalah turmalin.
2 Gipsum CaSO4·2H2O 3
3 Kalsit CaCO3 9
4 Fluorit CaF2 21
5 Apatit 48
Ca5(PO4)3(OH–,Cl–,F)
6 Feldspar Ortoklas KAlSi3O8 72
7 Kuarsa SiO2 10
0
8 Topaz Al2SiO4(OH–,F–)2 20
0
9 Korundum Al2O3 40
0
10 Intan C 16
00
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Kuarsa 7
Bila suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi
oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara
2,5 dan 3.
7. Sifat dalam (Tenacity)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan. Macam-macam tenacity :
a. Brittle : Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus
Contoh:Orthoklas,Calcite,
Quartz,Marcasite,Hematite
b. Sectile : Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak
berkurang menjadi tepung.
Contoh :Gypsum,Ceragyrite
c. Malleable : Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : Gold, Copper
d. Ductile : Dapat di tarik/diulur seperti kawat. Apabila mineral
ditarik dapat bertambah panjang dan aopabila
dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula.
Contoh :Silver, Cerrargyrite, Copper ,Olivine
e. Flexible :Apabilamineral dapat dilengkungkan kemana-mana
dengan mudah.
Contoh :Talc, Mika, Gypsum
f. Elastic : Dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula
bila dilepaskan.
Contoh : Muscovite, Hematite tipis.
8. Berat Jenis ( Specific Gravity )
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral
di bandingkan dengan berat air pada volume yang sama.Banyak mineral-
mineral yang mempunyai sifat fisis yang banyak persamaannya, dapat
dibedakan dari berat jenisnya. Seperti pada colestite SrSO4 dengan berat
jenis 3,95 dapat dengan mudah dibedakan dengan barit yang mempunyai
berat jenis 4,5 salah satu penentuan berat jenis dengan teliti dapat
menggunakan pycnometer.
9. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Sifat
fisik yang di selidki yaitu :
a. Ferromagnetik : Mineral tersebut mempunyai gaya tarik yang kuat
terhadap magnet
b. Paramagnetik : Mineral tersebut mempunyai gaya tarik tidak
terlalu kuat terhadap magnet.
c. Diamagnetik : Mineral tersebut menolak gaya magnet atau tidak
tertarik oleh gaya magnet.
10. Perawakan Kristal (Crystal Habit)
Perawakan kristal (Crystal Habit), bentuk khas mineral ditentukan
oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif
bidang-bidang tersebut. Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal
yang terdapat pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal dapat
dipakai untuk penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan
merupakan cirri tetap mineral.
Contoh : Mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun
(foliated).
A. ElongatedHabits
1. Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.
2. Menyerat (Fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh : Asbestos, Gypsum, Tremolit, Silimanite.Amphibol, selalu
menunjukkan perawakan kristal meniang (columna)
3. Menjarum (Acicular)
Bentuk kristal yang mengerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : Natrolite, Glaucophane.
4. Menjaring (Reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.
Contoh : Rulite, Cerussite.
5. Membenang (Filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil menyerupai benang.
Contoh : Silver.
6. Merabut (Capilery)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh : Cuprite, Bysolite (variasi dari Actinolite)
7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal
dengan sumbu lebih pendek dari sumbu yang lainnya.
Contoh : Zircon.
8. Membintang (Stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Contoh : Pirofilit
9. Menjari (Radiated)
Bentuk kristal menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh : Markasit, Natrolite.
B. Flattened Habits
1. Membilah (Bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : Kyanite, Kalaverite, Glaucopane.
2. Memapan (Tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan
tebal tidak terlalu jauh.
Contoh : Barite , Hypersthene, Hematite.
3. Membata (Blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan
antara tebal dan lebar hampir sama.
Contoh : Microcline, Calcite.
4. Mendaun (Foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang
mudah dikupas/dipisahkan.
Contoh : Mika, Chlorite, Talc.
5. Memencar (Divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh : Aragonite, Millerite, Gypsum.
6. Membulu (Plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh : Mika.
c. Rounded Habits
1. Mendada (Mamillary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).
Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite.
2. Membulat (Colloform)
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh : Glaucinite, Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite,
Smallite.
3. Membulat jari (Colloform radial)
Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar
menyerupai bentuk jari.
Contoh : Pyrolorphyte.
4. Membutir (Granular)
Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.
Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite, Niceolite,
Cryollite, Cordierite, Cinabar, Rhodochrosite.
5. Memisolit (Pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh : Gibbsite, Pisolitic, Opal.
6. Stalaktit (Stalactic)
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.
7. Mengginjal (Renitoform)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk
ginjal. Contoh : Hematite.
11. Derajat ketransparanan
Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan
mineral tersebut men-transmit sinar cahaya ( berkas sinar ).
Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat dibedakan atas :
a. Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam
bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya
mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap
(logam-logam mulia,belerang,ferric oksida )
b. Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang seperti
kaca biasa ( batu-batu kristal dan ieland spar )
c. Translusent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus
pandang seperti kaca frosted ( Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang
Opal ).
d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent) dalam
bentuk pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan
yang tipis (feldspar)
12. Kelistrikan
Kelistikan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi
dua, yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus
disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral
yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.
13. Rasa dan Bau (Taste and Odour)
Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa
mineral mempunyai rasa dan bau, kedua sifat ini merupakan sifat khas dari
mineral. Salah satu contohnya adalah mineral Native Sulphur.
Rasa (taste) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair:
1. Astringet : rasa yang umum dimiliki oleh sejenis logam.
2. Sweetisist Astinget : rasa seperti pada tawas
3. Saline : rasa yang dimiliki seperti pada garam
4. Alkaline : rasa yang dimiliki seperti pad rasa soda
5. Bitter : rasa separti garam pahit
6. Cooling : rasa seperti rasa sendawa
7. Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat
volatile melalui pemanasan atau melalaui penambahan suatu asam, maka
kadan-kadang bau (odour) akan menjadi ciri-ciri yang has dari suatu
mineral.
1. Alliaceous : Bau seperti bawang, proses pereaksi dan
arsenopyrite akan menimbulkan bau yang
khas.
2. Horse Radish Odour : Bau dan lobak kuda yang menjadi busuk (biji
selenit yang dipanasi)
3. Suulphurous : Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian
pint atau pemanasan mineral yang
mengandung unsure sulfida.
4. Bituminous : Bau seperti bau aspal
5. Fetid : Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfia atau
bau busuk seperti bau busuk seperti telor
busuk.
6. Argiilaceous : Bau seperi lempung basah, seperti seperti
serpentin yang mengalami pemanasan, bau
kalau pyrargilite dipanasi.
3.4.2. Sifat kimia mineral
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Mineral silikat yaitu mineral yang
mengandung SiO2.
Mineral Non-silikat di bagi ke dalam 8 kelompok yaitu :
1. Unsur murni
2. Oksida
3. Sulfida
4. Sulfat
5. Halid
6. Karbonat
7. Hidroksida
8. Phospat