You are on page 1of 14

PSG Resmikan Gelar Juara ke 8, ini Daftar Peraih Gelar Terbanyak Liga Prancis.

Paris Saint-Germain (PSG) dipastikan menjadi juara Liga Prancis musim ini tanpa harus
menunggu hasil pertandingan pekan ke-33, Minggu (21/4/2019) atau Senin dini hari WIB.
Tanpa harus berkeringat setetes pun menghadapi AS Monaco, titel juara Liga Prancis 2018-2019
sudah resmi menjadi milik PSG.
Hal itu disebabkan kegagalan Lille menang atas Toulouse beberapa jam sebelum kick-off laga
PSG kontra AS Monaco di Parc des Princes.
Lille tertahan imbang 0-0 di kandang Toulouse sehingga perolehan poin mereka hanya
bertambah satu menjadi 65 angka.
Dengan lima pekan tersisa, modal tersebut tak akan cukup mengejar Paris Saint-Germain, yang
mengumpulkan 81 poin di puncak klasemen Liga Prancis.
Koleksi 81 angka tersebut diperoleh PSG hingga pekan ke-32 atau sebelum duel
kontra AS Monaco.
Karena itu, apa pun hasil laga kontra Monaco tak akan berpengaruh terhadap kesuksesan Paris
menjadi juara.
Bagi PSG, titel musim ini merupakan gelar Liga Prancis yang kedelapan sepanjang sejarah.
Kalau dipersempit, ini adalah trofi keenam dalam tujuh musim terakhir, yakni pada 2012-2013,
2013-2014, 2014-2015, 2015-2016, 2017-2018, dan 2018-2019.
Hegemoni mereka sejak diakuisisi grup investor Qatar hanya sekali dirusak AS Monaco pada
2016-2017.
Kepastian PSG juara berkat "bantuan" Toulouse sepertinya membuat lega kubu asuhan Thomas
Tuchel.
Pasalnya, langkah Kylian Mbappe cs menuju tangga juara sempat tersendat belakangan akibat
kegagalan menang tiga pekan beruntun.
Mereka secara berturut-turut ditahan Strasbourg 2-2, dilibas Lille 1-5, dan terakhir dihajar
Nantes 2-3.
Sementara pertandingan antara PSG vs AS Monaco dimenangkan oleh PSG dengan skor telak 3-
1.
Berikut daftar 5 besar pengoleksi gelar terbanyak Liga Prancis
Saint-Étienne 10
1956–57, 1963–64, 1966–67, 1967–68, 1968–69, 1969–70, 1973–74, 1974–75, 1975–76, 1980–
81
Marseille 9
1936–37, 1947–48, 1970–71, 1971–72, 1988–89, 1989–90, 1990–91, 1991–92, 2009–10
Paris Saint-Germain 8
1985–86, 1993–94, 2012–13, 2013–14, 2014–15, 2015–16, 2017–18, 2018–19
Monaco 8
1960–61, 1962–63, 1977–78, 1981–82, 1987–88, 1996–97, 1999–00, 2016–17
Nantes 8
1964–65, 1965–66, 1972–73, 1976–77, 1979–80, 1982–83, 1994–95, 2000–01
Ganda Campuran: Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China) vs Yuta Watanabe/Arisa Higashino
(Jepang): 21-14, 21-16

Tunggal Putri: Tai Tzu Ying (Chinese Taipei) vs Wang Zhi Yi (China): 21-23, 21-6, 21-15

Ganda Putri: Nami Matsuyama/Chiharu Shida (Jepang) vs Yuki Fukushina/Sayaka Hirota


(Jepang): 18-2,1 21-14, 21-17

Tunggal Putra: Viktor Axelsen (Denmark) vs Zhao Jun Peng (China): 21-9, 21-10

Ganda Putra: Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China) vs Choi Sol-gyu/Kim Won-ho (Korsel): 21-17,
23-21

Festival dan Upacara Bertema Kematian dari Seluruh Dunia

Oleh Aneh Unik  Februari 01, 2021

Bagi banyak kalangan, kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup manusia karena arwah
orang-orang yang sudah meninggal diyakini masih ada di suatu tempat yang tidak bisa dijangkau
oleh manusia biasa. Hal itulah yang menjadi penyebab munculnya aneka macam festival bertema
kematian di seluruh dunia. Berikut ini adalah festival-festival Upacara kematian tersebut. 
Festival Hantu Lapar

Festival Hantu Lapar via ramadan.tempo.co

Festival Hantu Lapar adalah sebutan untuk festival yang diselenggarakan oleh masyarakat Cina
bulan ketujuh kalender versi Cina. Kalau dalam kalender Masehi, festival ini biasanya dirayakan
pada bulan Juli atau Agustus.

Festival Hantu Lapar biasanya dirayakan pada hari ke-15 pada bulan ketujuh. Namun di Cina
selatan, festival bisa digelar sehari awal sebagai antisipasi kalau-kalau musuh menyerang
perkampungan mereka saat warganya tengah sibuk merayakan festival.

Menurut keyakinan masyarakat Cina, pada bulan tersebut hantu-hantu yang kelaparan akan
bergentayangan. Untuk meredam amarah mereka, festival khusus pun diselenggarakan. Selama
berlangsungnya festival, penduduk Cina akan membakar dupa, menyajikan persembahan
makanan 3 kali sehari, dan menaruh kepingan papan yang menampilkan nama leluhurnya.

Pada malam hari, mereka yang merayakan festival ini akan makan bersama. Namun mereka
sengaja meninggalkan tempat kosong di meja seolah-olah arwah leluhur mereka sedang makan
bersama mereka.

Festival Hantu Lapar hanyalah salah satu bagian dari perayaan di bulan ketujuh dalam kalender
Cina, bulan yang juga dikenal sebagai Bulan Hantu. Sahabat anehdidunia.com nama itu sendiri
diberikan karena banyak hantu-hantu yang bergentayangan di bulan tersebut. 
Pada hari pertama dan terakhir Bulan Hantu, masyarakat Cina akan membakar uang kertas tiruan
di depan rumah atau tempat usaha mereka. Tujuannya untuk memberikan uang kepada hantu-
hantu yang tengah bergentayangan pada bulan itu. Di hari terakhir Bulan Hantu, pendeta agama
Taois juga membacakan doa-doa khusus untuk menghalau para hantu supaya segera
meninggalkan dunia manusia,

Tiwah

Tiwah via beritorayapost.com

Inilah festival bertema kematian khas masyarakat Dayak di Kalimantan. Dalam upacara Tiwah,
kerangka orang-orang yang sudah dikuburkan akan digali dan dikeluarkan kembali dari liang
kuburnya. 

Upacara ini dilakukan sebagai cara bagi keluarga almarhum untuk menghormati arwah jenazah
yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya Tiwah adalah supaya arwah dari jenazah nantinya
bakal mendapat tempat paling mulia dan suci di alam sesudah kematian.

Sebelum melakukan Tiwah, mula-mula keluarga jenazah harus membuat bendera kain yang
jumlahnya sama dengan jumlah jenazah yang hendak diikutkan dalam Tiwah. Keluarga juga
harus menyiapkan tempat khusus bernama Balai Nyahu untuk menyimpan kerangka jenazah
yang sudah dibersihkan.
Keluarga yang mengikuti Tiwah juga akan menyiapkan hewan-hewan kurban yang terdiri dari
ayam, babi, hingga sapi. Sahabat anehdidunia.com karena jumlah hewan yang digunakan untuk
keperluan Tiwah bisa berjumlah banyak, biaya yang dikeluarkan untuk sekali upacara Tiwah
bisa mencapai puluhan juta. Oleh karena itulah, tidak jarang upacara Tiwah bisa diikuti oleh
beberapa keluarga sekaligus.

Upacara Tiwah berlangsung selama satu bulan namanya. Upacara ini dilakukan dengan cara
memindahkan tulang-tulang jenazah ke dalam Balai Nyahu. Selama berlangsungnya upacara,
para peserta juga membunuh hewan-hewan persembahan dengan cara menusuknya sampai mati.
Hewan yang sudah mati tersebut selanjutnya bakal dimasak dan dimakan bersama-sama.

Samhain

Samhain via kespwriting.blogspot.com

Samhain bukanlah nama yang akrab bagi kebanyakan orang. Padahal festival inilah yang
menjadi sumber inspirasi perayaan Halloween yang rutin diperingati setiap tanggal 31 Oktober di
seluruh dunia. Samhain adalah festival bertema kematian yang dirayakan oleh orang-orang Kelt,
suku bangsa yang menjadi nenek moyang bangsa Skotlandia dan Irlandia.

Samhain dirayakan setiap akhir bulan Oktober yang juga merupakan masa transisi di antara
musim gugur dan musim dingin. Saat hari Samhain tiba, orang-orang akan berkumpul bersama
druid (semacam pemuka agama) untuk membuat api unggun raksasa. 
Selama berlangsungnya perayaan, para peserta juga melakukan ritual pengorbanan hewan secara
massal. Saat api unggun masih berkobar, para peserta akan mengambil sepotong kayu yang
membara dari api unggun dan membawanya ke rumah masing-masing untuk menyalakan
perapian di rumah mereka.

Menurut keyakinan masyarakat Kelt, pembatas antara dunia manusia dengan dunia gaib menjadi
lebih mudah ditembus. Untuk melindungi orang-orang dari gangguan monster dan arwah
penasaran, masyarakat Kelt pun melakukan persembahan hewan pada hari Samhain untuk
menyenangkan makhluk-makhluk tadi.

menggelar makan malam bersama di hari Samhain. Bedanya adalah dalam acara makan malam
ini, mereka akan bersikap kalau seolah-olah ada tamu tak terlihat yang sedang makan bersama
mereka. “Tamu” tersebut adalah arwah dari orang sudah meninggal dan singgah di rumah orang
yang masih hidup.

Para peserta festival Samhain juga memiliki kebiasaan berdandan menyerupai monster supaya
mereka tidak diculik oleh peri (Sindh). Di kemudian hari, kebiasaan ini menjadi penyebab
mengapa orang-orang berdandan menyerupai hantu setiap kali malam Halloween tiba.

Day of the Dead via nytimes.com


Day of the Dead

Day of the Dead (Hari Orang Mati) adalah sebutan untuk festival bertema kematian yang
dirayakan oleh orang-orang Meksiko. Festival ini biasanya dilangsungkan pada tanggal 2
November atau sekitar 2 hari sesudah perayaan Halloween.

Asal muasal dari perayaan Day of the Dead memiliki kaitan dengan keyakinan tradisional yang
dianut oleh penduduk asli Meksiko, khususnya Nahua (suku yang di masa lampau pernah
mendirikan Kerajaan Aztek). Menurut keyakinan mereka, orang yang sudah meninggal jiwanya
akan pergi ke Chicunamictlan (Tanah Orang Mati).

Sebelum bisa mencapai Mictlan atau tempat peristirahatan terakhir, jiwa orang tersebut harus
melewati 9 rintangan. Untuk membantu jiwa tersebut melewati rintangan-rintangan tadi, mereka
yang masih hidup pun menggelar festival yang kelak menjadi cikal bakal festival Day of the
Dead. 

Saat Day of the Dead tiba, pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati diyakini memudar
untuk sementara. Sebagai akibatnya, orang-orang yang sudah mati pun bisa pergi sementara ke
dunia manusia untuk berpesta atau bercengkerama dengan sanak familinya yang masih hidup. 

Selama berlangsungnya Day of the Dead, orang-orang akan menaruh makanan di tempat khusus
menyerupai altar (ofrendas) supaya mereka yang sudah meninggal bisa turut menikmati makanan
tersebut. 

Ma’Nene

Ma’Nene via infobudaya.net

Satu lagi upacara atau festival bertema kematian dari Indonesia. Ma’Nene adalah festival
bertema kematian yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Seperti halnya Tiwah, Ma’Nene
juga dilakukan dengan cara menggali kuburan dan mengeluarkan jenazah yang ada di dalamnya.
Namun tidak seperti Tiwah, mayat jenazah yang diikutkan dalam Ma’Nene biasanya masih
memiliki kulit dan daging karena pemakaman mayatnya dilakukan dengan memakan zat
pengawet.

Setelah jenazah dikeluarkan dari makamnya, jenazah tadi kemudian akan didandani dan diberi
pakaian lengkap layaknya orang yang masih hidup. Pakaian yang diberikan disesuaikan dengan
jenis kelamin jenazah. 

Jika jenazah berjenis kelamin pria, maka jenazah akan akan dipakaikan setelan jas lengkap dan
kacamata. Namun jika jenazahnya adalah wanita, jenazah akan didandani dengan gaun
pengantin. Waktu yang diperlukan untuk mendandani jenazah bisa mencapai setengah jam.
Sebelum jenazah didandani, jenazah tersebut harus dibersihkan dan didoakan dulu oleh pemuka
keagamaan Toraja.

Setelah jenazah selesai didandani, jenazah kemudian diajak makan bersama untuk mempererat
tali silaturahmi. Hidangan yang disajikan dalam festival Ma’Nene haruslah berupa sumbangan
dari keluarga leluhur. 

Ma’Nene digelar setiap tiga tahun sekali supaya mereka yang sedang merantau memiliki cukup
waktu untuk mengatur jadwal saat hendak mengikuti Ma’Nene di kampung halamannya.
Ma’Nene biasanya dilaksanakan sesudah panen supaya keluarga leluhur bisa menggunakan uang
penjualan hasil panen untuk membiayai proses pelaksanaan Ma’Nene

Pada umumnya upacara kematian dilakukan dengan cara dikubur, namun ternyata ada sejumlah
daerah-daerah di Indonesia yang memiliki sejumlah tradisi yang berbeda dari upacara kematian
umumnya. Sebenarnya tradisi-tradisi tersebut adalah peninggalan kebudayaan sebelum
datangnya agama Islam dan kristen ke Indonesia. Berikut 14 tradisi unik upacara kematian di
Indonesia.
1. Rambu Solo’ - Toraja Selatan
Upacara kematian Rambu Solo’ diselenggarakan secara besar-besaran. Persiapan upacara ini
dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan. Sementara menunggu persiapan selesai, jasad
yang akan dimakamkan di semayamkan terlebih dahulu dalam sebuah peti. Upacara ini disertai
dengan upacara penyembelihan berbagai hewan ternak, terutama kerbau. Semakin tinggi status
sosial maka semakin banyak kerbau yang akan disembelih. Jumlah kerbau tersebut dapat
berkisar antara 24 – 100 ekor.
Perbesar
2. Brobosan - Jawa Timur
Brobosan dilakukan dengan cara berjalan mondar-mandir sebanyak 3 kali dimulai dari sisi
sebelah kanan keranda menerobos bagian bawah keranda jenazah yang sedang diangkat tinggi-
tinggi. Ritual ini dilakukan sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Tujuan
dilakukannya tradisi ini adalah untuk menghormati orang yang sudah meninggal serta
mengambil tuah dari orang tersebut. Misalnya jika orang tersebut berumur panjang ataupun
memiliki ilmu yang tinggi. Dipercaya bahwa semua tuah itu akan menurun pada anggota
keluarga yang melakukan brobosan. Jika yang meninggal masih anak-anak maka tradisi ini tidak
dilakukan.

Perbesar
3. Ngaben - Bali
Upacara ini berupa proses kremasi atau pembakaran jenazah. Tujuan dari upacara ini adalah
untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal. Jika pihak yang meninggal tersebut berasal
dari kasta tinggi maka upacara ngaben akan segera dilaksanakan. Sebaliknya jika orang tersebut
berasal dari kasta rendah maka jenazahnya biasanya dikuburkan terlebih dahulu untuk kemudian
digali kembali ketika akan diselenggarakan ngaben. Upacara ini dapat memakan waktu hingga
berhari-hari. Puncaknya adalah pembakaran jenazah beserta kerandanya yang berbentuk lembu
atau vihara. Berhubung upacara ini dapat menelan biaya yang mahal maka bagi orang yang tidak
memiliki cukup uang dapat menyelenggarakan upacara ini secara kolektif.

Perbesar
4. Saur Matua - Sumatera Utara
Upacara ini dilakukan khusus untuk seseorang yang meninggal pada saat semua anaknya sudah
menikah dan memiliki anak. Dalam upacara ini ada pembagian khusus terhadap hewan yang
disembelih kepada pihak-pihak tertentu.

Perbesar
5. Trunyan - Bali
Orang-orang yang meninggal di desa ini tidak dikuburkan maupun dibakar. Jenazah akan
diletakkan di bawah sebuah pohon yang disebut taru menyan. Jenazah hanya akan ditutupi
dengan sungkup bambu. Di sekitarnya diletakkan beberapa perlengkapan mendiang. Dikabarkan
bahwa meskipun demikian tempat ini tidak mengeluarkan bau busuk. Hal ini dipercaya
disebabkan oleh pohon taru menyan yang menaungi tempat tersebut mampu melenyapkan bau-
bau yang dihasilkan oleh mayat-mayat yang diletakkan di sana.

Perbesar
6. Marapu - Sumba
Marapu adalah sebuah kepercayaan peninggalan zaman megalitikum. Upacara kematian dengan
menggunakan tradisi ini masih sarat dengan kepercayaan akan kekuatan roh nenek moyang.
Upacara kematian marapu dapat menelan biaya yang sangat mahal. Hal ini disebabkan karena
ada sejumlah hewan ternak yang harus disembelih sepanjang prosesi ini. Oleh karenanya upacara
kematian ini dapat ditunda hingga bertahun-tahun seteah kematian seseorang. Penganut
kepercayaan marapu juga memakamkan jenazah dalam posisi seperti janin dalam rahim.
Kuburan yang digunakan juga unik yaitu berupa batu yang diberi lubang dan kemudian ditutup
dengan batu lagi. Tradisi ini tentunya mengingatkan kita pada sarkofagus dari zaman batu ya
guys.
Perbesar
7. Waruga - Minahasa
Zaman dulu orang-orang di Minahasa dikuburkan dalam sebuah kotak batu yang ditutup dengan
sebuah penutup berbentuk limas segiempat. Jenazah diletakkan dalam kotak batu yang disebut
waruga dalam posisi tumit menyentuh pantat dan muka mencium lutut. Tradisi ini kemudian
dilarang sekitar tahun 1870’an oleh Belanda menyusul merebaknya wabah pes dan kolera.

Perbesar
8. Mumifikasi suku Asmat - Papua
Tidak sembarang jenazah yang dimumifikasi oleh suku Asmat. Tradisi ini hanya dilakukan pada
jenazah-jenazah kepala suku atau orang-orang tertentu yang memiliki posisi penting dalam suku
tersebut. Kalau kita perhatikan dari ulasan-ulasan sebelumnya sepertinya posisi memeluk lutut
itu memang posisi sakral dalam kepercayaan animisme – dinamisme ya guys.
Perbesar
9. Iki Palek suku Dani - Papua
Jika ada bagian anggota keluarga yang meninggal maka anggota keluarga yang masih hidup akan
memotong ruas jari tangannya. Hal ini merupakan simbol kedukaan. Umumnya hal ini hanya
dilakukan oleh wanita tertua di keluarga tersebut, namun ada juga kaum lelaki yang ikut
melakukannya sebagai simbol kesetiaan. Proses pemotongan jaripun dilakukan dengan spontan
menggunakan benda tajam ataupun menggunakan gigi alias digigit hingga putus.

Perbesar
10. Tiwah suku Dayak - Kalimantan Tengah
Prosesi ini dilakukan oleh penganut agama kaharingan. Jasad yang sudah dikuburkan kemudian
digali. Tahapan selanjutnya adalah pensucian tulang-belulang tersebut melalui suatu upacara
khusus disertai dengan penombakan sejumlah hewan ternak. Tahapan akhir adalah meletakkan
tulang-belulang tersebut ke dalam sebuah tempat khusus yang tidak menyentuh tanah.
Perbesar
11. Sirang-sirang suku batak marga Sembiring – Sumatera Utara
Sirang-sirang merupakan upaca kremasi yang diduga merupakan pengaruh agama hindu. Abu
jenazah yang sudah dibakar kemudian dilarungkan ke sungai. Tradisi ini hanya dilakukan zaman
dulu. Tradisi ini berhenti dilaksanakan karena dianggap rumit dan mengerikan. Faktor lainnya
adalah karena masuknya pengaruh agama Islam dan Kristen dalam marga ini.

Perbesar
12. Kuburan bayi Kambira - Toraja
Prosesi ini berlaku bagi bayi-bayi asal Tana Toraja yang meninggal sebelum tumbuh gigi. Pohon
yang dijadikan lokasi pemakaman adalah pohon Tarra yang memiliki banyak getah. Jenazah bayi
akan dimasukkan dalam lubang yang dibuat pada pohon tersebut tanpa berbalut kain. Tujuannya
adalah agar bayi tersebut dapat terlahir kembali lewat rahim yang sama.

Perbesar
13. Makam di atas Tanah dayak Benuaq - Kalimantan
Masyarakat dayak Banuaq tidak menguburkan jenazah orang yang sudah meninggal di dalam
tanah. Pada saat pertama kali meninggal, jenazah akan dimasukkan dalam kayu bulat dan
digantung di sekiar rumah hingga menjadi tulang belulang. Setelah itu akan dilakukan upaca
pemberkatan dan tulang-belulang tersebut akan dipindahkan ke dalam kotak kayu ulin yang
permanen. Kotak kayu ini disangga oleh beberapa tiang.

Perbesar
14. Batu Lemo - Tana Toraja
Para bangsawan Tana Toraja akan dikuburkan dalam bukit batu. Sebuah lubang berukur 3 x 5
pada bukit tersebut biasanya diisi oleh satu keluarga. Di masing-masing lubang biasanya ada
sejumlah patung kayu yang disebut tao-tao.

Perbesar

You might also like