You are on page 1of 4

Adelia Ayu Pratiwi

061711133085/ PPDH 39 / 5B

Review Kuliah Tamu oleh Dr. Azri bin adzhar, DVM, M.Phil

Nipah disease
a. Etiogi
Penyakit nipah disebabkan oleh Virus Nipah, yang termasuk virus RNA dalam
famili paramyxoviridae. Virus ini tidak tahan terhadap alcohol, detergent, formalin
serta tidak tahan terhadap pH ekstrem dan pemanasan yang cukup tinggi yaitu 56°c
selama lebih dari 1 jam Reservoir (host) alami / pembawa virus nipah adalah binatang
kelelawar yaitu kelelawar buah (Pteropus vampyrus) dan (Pteropus hypomelanus).
Penyakit nipah pertama kali ditemukan menyerang ternak babi di Malaysia pada tahun
1998 di aliran sungai Nipah di daerah Negri Sembilan di Malaysia. Dilaporkan 1,1 juta
babi di Malaysia diafkir dikarenakan terjangkit penyakit nipah dan 257 kasus pada
manusia.
Dari Malaysia virus menyebar ke beberapa negara seperti Singapura (1999),
Bangladesh (2001) dan India (2001 dan 2007). Hewan yang dapat terjangkit virus nipah
adalah babi, kuda, kucing, anjing, burung, tikus dan gejala paling jelas ada pada babi.
Penyakit nipah merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyebabkan kematian pada
manusia. Penyakit nipah ini merupakan penyakit potensial dan strategis yang juga
merupakan penyakit lintas batas (Transboundary animal disease) terutama di Asia. Cara

penularan virus masuk melalui aerosol/ inhalasi dan dari sekresi hewan yang terinfeksi.

b. Gejala klinis
Terbagi dalam dua bentuk yaitu bentuk ensefalitis dan bentuk pernafasan. Pada
hewan (terlihat jelas gejalanya pada hewan babi) lebih banyak menyebabkan gangguan
pernafasan, sedangkan pada manusia terjadi encefalitis.
Pada babi gejala yang tampak antara lain:
- Demam tinggi mencapai 40°c, sakit kepala, batuk – batuk yang keras (one mile
cough) , sesak nafas, babi membuka mulut secara terus menerus, keluar leleran dari
nasa yang terkadang bercampur darah.
- Gejala pada syaraf yaitu tremor, inkoordinasi, kejang.
Adelia Ayu Pratiwi
061711133085/ PPDH 39 / 5B

- Keguguran pada babi bunting


Pada manusia gejala yang tampak antara lain :
- Demam, batuk, kesulitan bernafas, sakit kepala, nyeri otot, muntah, mengantuk,
muntah, gangguan kesadaran, kejang.
- Gejala neurologik yang menunjukkan ensefalitis akut.

c. Pathogenesis
Pada hewan terinfeksi, virus dapat masuk ke sistem syaraf pusat melalui saraf
epitel olfktorius. Pada tahap lanjut virus dari epitel pernafasan akan menyebar ke sel
endotel paru-paru. Selain melalui saraf penciuman, virus dapat masuk ke ssp melalui
jalur hematogen (melalui pleksus koroid atau pembuluh darah otak besar). Blood brain
barrier akan terganggu dan IL-1b bersama TNFakan diekpsresikan adanya infeksi ssp
yang akan mengarah pada tanda/ gejala neurologis.

d. Strategi kontrol
- Menghindari paparan babi dan kelelawar di daerah endemik/ kontak dengan sekresi
atau cairn tubuh hewan terinfeksi
- Melakukan test and slaughter di daerah lain bersamaan dengan survey serologis,
untuk mengurangi penyebaran virus nipah
- Pemutusan rantai interaksi antara kelelawar dengan babi dengan cara pemusnahan
pohon buah-buahan agar tidak menjadi bahan makanan bagi kelelawar.

e. Pengendalian
- Stamping out / pemusnahan ternak terinfeksi
- Pengawasan lalulintas ternak antar negara
- Vaksin masih dikembangkan
- Disinfeksi farm secara rutin

Food and Mouth Disease (FMD) / PMK


a. Etiogi
Food and mouth disease atau PMK disebabkan oleh virus RNA yang masuk
dalam kelompok genus Apthovirus, Famili Picornaviridae. Ada 7 serotipes virus yang
berbeda secara immunologi yaitu : O, A, C Southern African territories (SAT) 1, SAT
2, SAT 3 dan Asia 1. Serotipe (O,A,C, Asia 1) ditemukan di Asia. Pemanasan produk
hewan dengan temperature min 70°c dapat menginaktivasi virus. Virus dapat mati oleh
disinfektan asam maupun basa (sodium hidroksida, sodium karbonat)
Virus PMK menyerang semua hewan berkuku genap / belah seeprti sapi,
kambing, domba, gajah, rusa, jerapah dll. Pada tahun 1887 penyakit PMK masuk di
Adelia Ayu Pratiwi
061711133085/ PPDH 39 / 5B

Indonesia melalui kegiatan impor sapi dan beberapa kali mewabah hingga tahun 1983.
Pada tahun 1990 Indonesia resmi dinyatakan bebas PMK oleh OIE dan di tahun 2022
ini kembali mewabah. Penularan virus PMK dapat terjadi melalui inhalasi, ingesti atau
kontak langsung dengan secret atau ekskresi hewan terinfeksi. Ruminansia sangat
sensitive terhadap rute pernafasan sementara babi melalui rute oral.

b. Gejala Klinis
- Pada mulut : ditemukan lepuh yang berisi cairan atau luka pada dalam mulut (lidah,
gusi) dan sekitar mulut (hidung) kasus komplikasi lesi berupa erosi dan ulcer pada
bibir, lidah
- Pada kaki : ditemukan luka pada teracak / kuku hewan dan dapat menyebabkan
kuku (corium) hingga terlepas. Pada kaki lesi berupa vesikula
- Hewan tidak mampu berjalan, lemas, ambruk, demam, kehilangan berat badan,
menurunnya produksi susu
- Air liur berlebihan
- Hilang nafsu makan

Luka erosi pada mulut hewan


terinfeksi . Sumber : Dirjen PKH,2022

c. Pathogenesis
Secara alami infeksi umumnya terjadi melalui saluran pernafasan. Virus pada awalnya
multiplikasi pada epitel faring sehingga menimbulkan vesikel primer. Vesikel umumya
terjadi pada stratum spinosum. Pada sapi dna babi terjadi demam dan viremia dimulai
pada 24 -48 jam setelah infeksi.
Virus kemudian menyebar ke berbagai organ dan jaringan sehingga menimbulkan
vesikel sekunder terutama pada mulut dan kaki. Penularan tidak terjadi dari induk
bunting melalui plasenta namun pada saat sapi lahir akan tertular langsung dari sekret
induk

d. Strategi kontrol
- Public awareness, karantina dan pengendalian lalu lintas hewan, investigasi serta
survey dan tracing penyakit. . mengontrol vector penyakit. biosekuriti kandang,
ternak dan pemusnahan barang yang terkontaminasi
Adelia Ayu Pratiwi
061711133085/ PPDH 39 / 5B

e. Pengendalian penyakit
- Mencegah infeksis sekunder oleh mikroba lain
- Meningkatkan resistensi / kekebalan hewan peka melalui vaksinasi
- Pemusnahan terbatas / stamping out serta pemotongan terbatas hewan terinfeksi

You might also like