You are on page 1of 10

PRINSIP JURNALISME DAN PEMBENTUKAN

KARAKTERISTIK WARTAWAN
DOSEN PENGAMPU : EKA PUTRA ST M.Sc

DI SUSUN OLEH :
IMAM FIRMANSYAH
( 210501177 )

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TAHUN 2022
PRINSIP JURNALISME DAN PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK
WARTAWAN

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme, yang
didapat setelah Committee of Concerned Journalists mengadakan banyak diskusi dan
wawancara dengan 1.200 wartawan dalam periode tiga tahun. Dalam upaya
mempertahankan tujuan itu, mereka membuat sembilan elemen yang seharusnya
diketahui wartawan dan yang diharapkan warga.
Sembilan elemen jurnalisme seperti yang diungkap Kovach dan Rosenstiel adalah
semacam pegangan bagi wartawan. Apa yang seharusnya dilakukan wartawan dan apa
yang diharapkan publik. Ada nilai dalam sembilan elemen jurnalisme mengkoridori
prilaku dan moral wartawan sebagai pemberi informasi, fakta, dan data sebenarnya
(bukan yang ideal). Sembilan elemen tersebut adalah :
a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah kepada kebenaran
Kebenaran jurnalistik adalah kebenaran yang berproses. Upaya jurnalisme
untuk sampai pada kebenaran adalah dengan memilah sedari awal informasi yang
keliru, ketiadaan informasi, atau bahkan kepentingan-kepentingan yang masuk dari
sumber berita. Selanjutnya, media akan membiarkan komunitas bereaksi dan
penyeleksian informasi pun berlanjut. Pencarian kebenaran dalam jurnalisme pada
hakikatnya adalah komunikasi dua arah : antara para jurnalis dan pembacanya.
b. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga
Jurnalis bekerja bukan untuk medianya, pemegang saham terbesar, ataupun
pemasang iklan. Jurnalis meliput dan menulis laporan agar warga tahu apa yang benar-
benar terjadi. Dengan demikian, media tempat para jurnalis bekerja memperoleh
kepercayaan warga, kepercayaan bahwa jurnalis memang menyediakan informasi hanya
untuk melayani mereka.Kepercayaan inilah, yang kemudian “disewakan” media kepada
para pemasang iklan.
c. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Jurnalis mencari sekian banyak saksi untuk sebuah peristiwa, membuka sekian
lembar dokumen, dan meminta komentar dari banyak pihak, tidak lain dengan tujuan
menceritakan peristiwa setepat-tepatnya. Ada lima prinsip yang mendasari disiplin
verifikasi: jangan pernah menambahi, jangan pernah menipu, berlaku transparan dalam
metode dan motivasi reportase, andalkan reportase sendiri, dan bersikap rendah hati.11
d. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis boleh bersikap, tapi tidak boleh berpihak dalam pekerjaannya.Peran
jurnalis terletak dalam dedikasinya untuk memberi informasi kepada publik, tanpa
memainkan peran langsung sebagai aktivis. Subyektivitas seorang jurnalis dengan
segenap nilai dan norma pribadinya memang tidak perlu dimatikan. Namun, jika ada
sebuah masalah yang menurutnya sedang membutuhkan pemecahan dan sedang
dibicarakan oleh lembaga-lembaga masyarakat, maka ia mempunyai komitmen untuk
melaporkan proses ini dalam jangka panjang sebagai seorang pengamat, bukan aktivis.
e. Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
Jurnalis membina kewargaan dengan membuat proses pemerintahan
setransparan mungkin. Lembaga pers harus memahami kapan pemerintahan berjalan
efektif, dan kapan tidak. Dalam keadaan efektif ataupun tidak, pers harus bercerita apa
adanya, sehingga warga paham sejauh mana pemerintahan telah berjalan efektif.
f. Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik
Sebagaimana telah disinggung di atas, pencarian kebenaran dalam jurnalisme
adalah komunikasi dua arah.Forum publik sejatinya adalah seluruh komunikasi dua arah
yang dimuat dalam berbagai medium yang dipakai para jurnalis.Akan tetapi, forum ini
perlu dijaga fungsinya, yaitu agar warga dapat membuat penilaian dan mengambil sikap
atas masalah-masalah mereka.Untuk itu, para jurnalis harus menjaga agar forum-forum
seperti ini tetap berlandaskan pada fakta, kejujuran, dan verifikasi, bukannya tuduhan,
prasangka atau asumsi.
g. Jurnalis harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan
Mendongeng dan informasi bukanlah dua hal yang berlawanan, malah
sebaliknya dapat dikawinkan.Jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah
tujuan.Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam
memahami dunia.Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang dibutuhkan
orang untuk menjalani hidup mereka.Kedua adalah membuatnya bermakna, relevan, dan
enak disimak.Jurnalis perlu senantiasa berusaha membuat hal yang penting menjadi
menarik, disamping membuat yang menarik menjadi penting.
h. Jurnalis harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif
Jurnalisme adalah kartografi sosial modern.Ia menghasilkan peta bagi warga
untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Seperti halnya peta,
nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan proporsionalitasnya.Sebagai sebuah
peta sosial, karya jurnalistik harus meliput berita dari semua komunitas kita, bukan
hanya dengan mereka yang secara demografik menarik bagi para pengiklan.
i. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga
Jurnalis bekerja bukan untuk medianya, pemegang saham terbesar, ataupun
pemasang iklan. Jurnalis meliput dan menulis laporan agar warga tahu apa yang benar-
benar terjadi. Dengan demikian, media tempat para jurnalis bekerja memperoleh
kepercayaan warga, kepercayaan bahwa jurnalis memang menyediakan informasi hanya
untuk melayani mereka.Kepercayaan inilah, yang kemudian “disewakan” media kepada
para pemasang iklan.

PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK WARTAWAN

1. Menguasai Keterampilan Jurnalistik


Seorang wartawan harus memiliki keahlian (expertise) menulis berita sesuai
dengan kaidah kaidah jurnalistik. Ia harus menguasai teknik menulis berita, feature serta
artikel.
Oleh karena itu wartawan sejati adalah orang yang pernah menempuh
pendidikan kejurnalistikan secara khusus atau setidaknya pernah mengikuti pelatihan
dasar jurnalistik. Ia harus well trained, terlatih dengan baik dalam keterampilan
jurnalistik yang meliputi, teknik pencarian berita dan penulisannya, di samping
pemahaman yang baik tentang makna sebuah berita. Kompetensi kunci wartawan terdiri
dari 11 kategori kemampuan, yaitu :
1. Memahami dan menaati etika jurnalistik
2. Mengidentifikasi masalah terkait yang memiliki nilai berita
3. Membangun dan memelihara jejaring dan lobi
4. Menguasai bahasa
5. Mengumpulkan dan menganalisis informasi (fakta dan data) dan informasi bahan
berita
6. Menyajikan berita
7. Menyunting berita
8. Merancang rubrik atau kanal halaman pemberitaan dan/atau slot
programpemberitaan
9. Manajemen redaksi
10. Menentukan kebijakan dan arah pemberitaan
11. Menggunakan peralatan teknologi pemberitaan

2. Bekerja di sebuah media


Seseorang baru bisa disebut wartawan jika bekerja di sebuah media, dalam hal
ini perusahaan penerbitan media atau lembaga pers. Dengan bekerja di sebuah media, ia
akan memenuhi keriteria wartawan menrut UU Pers, yaitu "secara teratur melaksanakan
kegiatan jurnalistik".

3. Menguasai Bidang Liputan


Idealnya, seorang wartawan harus menjadi seorang “generalis”, yakni
memahami dan menguasai segala hal, sehingga mampu menulis dengan baik dan cermat
tentang apa saja. Namun yang terpenting, ia harus menguasai bidang liputan dengan
baik.
Wartawan ekonomi misalnya, ia harus menguasai istilah-istilah dan teori-teori
ekonomi. Wartawan kriminal, ia harus memahami segala sesuatu yang berhubungan
dengan dunia kriminalitas, seperti sebutansebutan, istilah atau kasus-kasus kriminal,
demikian seterusnya.

4. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik


Wartawan yang profesional memegang teguh etika jurnalistik. Di Indonesia
sendiri, etika jurnalistik tersebut sudah terangkum dalam Kode Etik Jurnalistik yang
sudah ditetapkan Dewan Pers.
JURNALISME KUNING

jurnalisme kuning (yellow journalism) ialah jurnalisme yang menekankan


terhadap sensasi seks, berita malapetaka, dan kriminal : judul besar-besaran,
penggambaran yang kasar, dan bergantung ada kartun serta berwarna-warni. Pendapat
ini menurut Baran dalam Danang (2010).
Tujuanya hanya satu yaitu agar masyarakat tertarik, setelah tertarik diharapkan
masyarakat membelinya. Ini sesuai dengan psikologi massa. Orang akan tertarik untuk
membaca atau membeli koran, yang diperhatikan pertama kali adalah judulnya. Apalagi
judul-judul yang dibuat sangat bombastis, bahkan untuk menarik peratian pembaca,
judul judul yang dibuat ditulis secara besar-besaran dengan warna yang mencolok dan
tak jarang disertai dengan gambar yang sadis (Nurudin, 2009: 230).
Kusumaningrat dan Kusumaningrat (2005:67) menjelaskan bahwa apa yang
ditampilkan oleh jurnalisme kuning biasanya berisi sekitar masalah seks, kriminalitas
(crime), serta “key-hole news”, yakni berita sekitar dapur dan kamar tidur orang lain
dari hasil mengintip yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan
umum yang diungkap secara sensasional. Makna sensasi, yang dalam bahasa Inggris
sense sebenarnya sudah menggambarkan bahwa apa yang disebut berita adalah apa
yang isi dan cara mengungkapkannya didasarkan pada keinginan untuk menarik
perhatian, membangkitkan perasaan dan emosi.
Artinya, berita sensasional adalah berita yang bisa menimbulkan perasaan ngeri,
takjub, menggoda, merangsang serta menimbulkan luapan-luapan emosi yang
mendalam, begitupun dengan informasi-informasi bertajuk kriminal.
Dalam jurnalisme profesional, wartawan selalu diingatkan bahwa berita yang
“berani” belum tentu benar. Berani mengungkapkan fakta kejahatan atau
penyelewengan
secara tanggung jawab. Kalau tidak bisa dipertanggung jawabkan, itu bukan berita yang
berani melainkan berita sensasi, menghakimi, menzalimi, provokatif, mencemarkan
nama baik dan memfitnah.
Pengertian dan konsep Berita Jurnalistik Online
A. Pengertian jurnalistik online
Jurnalistik online adalah jurnalistik yang memanfaatkan internet sebagai
medianya sehingga dapat diakses secara global ke seluruh dunia. Jurnalistik online
(Online Jurnalistic) merupakan generasi baru jurnalistik setelah jurnalistik konvensional
(jurnalistik cetak, seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran, (broadcast journalism
radio dan televisi).
Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja
dan diakui eksistensinya dengan baik (Haris Sumadiria, 2008). Sedangakan dalam
kamus jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis
untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaff, 1983:9).
Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam buku Jurnalistik Online: Panduan
Mengelola Media Online (2018), jurnalistik online adalah proses penyampaian
informasi lewat media internet, terutama website. Jurnalistik online juga dapat
didefinisikan sebagai penyebarluasan informasi melalui situs web berita atau portal
berita, yakni media internet, media online, atau media siber.

B. Prinsip Jurnalistik Online


Prinsip jurnalistik online menurut Paul Bradshaw dalam “ Basic Principal of
Online Journalism” menyebutkan, ada lima prinsip dasar jurnalistik online diantaranya :
1. Brevity (Ringkas)
Tulisan tidak bertele-tele, namun tidak harus pendek. Tulisan yang panjang
dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga lebih mudah dibaca dan
dipahami.
2. Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan teknologi komunikasi, menuntut jurnalis harus mampu beraptasi
dengan hal tersebut. Seseorang jurnalis tidak hanya mampumenulis berita tapi juga
harus mampu menggunakan video, kamera dan lainnya, tidak hanya jurnalis yang harus
beradaptasi, informasi pun harus beradaptasi.
3. Scannability (mampu dipindai)
Sebagian besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik.
Tujuh puluh Sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman web. Mereka
mencari informasi utama, subheadings, link dan hal lain yang membantu mereka
menavigasi teks pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak betah
berlama-lama melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata pertama
sebagai judul untuk menatik perhatian pembaca.
4. Interactivity (interaktif)
Memberikan keleluasan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang
ditampilkan sesuai kehendak mereka atau dengan kata lain, memberikan pemirsa (viewe
atau reader).
5. Community and Conversation
Beberapa tahun lalu, email merupakan hal yang paling popular digunakan oleh
pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan sosial dan
pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin bersikap
pasif
dalam menggunakan konten online.

JURNALISME MULTIMEDIA

A. Pengertian Jurnalisme Multimedia


Multi artinya banyak, sedangkan media adalah sarana untuk mendistribusikan
dan merepresentasikan informasi seperti lewat teks, grafik, gambar, suara, musik
animasi, dan video. Jurnalisme multimedia merupakan pengalaman interaktif berbasis
komputer yang memanfaatkan suara, animasi, video, dan realitas virtual sebagai
tambahan terhadap media tradisional seperti teks, grafik, dan gambar.
Terdapat berbagai bentuk jurnalisme multimedia:

1. Aksi stand up yang dilakukan jurnalis media cetak untuk menghadirkan


beberapa aspek dari berita di depan kamera bagi perusahaan televisi yang
menjadi mitra perusahaan media cetak.

2. Galeri atau pertunjukan slide foto-foto yang dilakukan oleh jurnalis foto (media
cetak) untuk situs web dari perusahaan surat kabarnya. Termasuk yang
dipertunjukkan di situs web itu adalah foto-foto yang tak punya ruang untuk
dimuat di media cetak.

3. Berita singkat atau rangkuman yang ditulis oleh reporter media cetak, media
siaram, dan media online yang kemudian digunakan untuk berita lewat Line,
Whatsapp dan beragam jenis fitur komunikasi lainnya.

4. Proyek gabungan bersama di antara operasi media-media yang berbeda ntuk


mengumpulkan menyunting dan menyampaikan berita, lewat format-format
yang berbeda.

5. Newsroom multimedia yang terintegrasi secara penuh, di mana tim-tim dari


pekerja berita dari media cetak, media siaran, dan media online secara bersama-
sama mengumpulkan informasi, menggali data, dan merencanakan paket berita
yang ditujukan bagi distriusi di seluruh lintas media.
Perwujudan jurnalisme multimedia terkesan mirip dengan jurnalisme online
yakni memproduksi konten digital (termasuk audio, video, dan teks) untuk presentasi
dan distribusi di World Wide Web. Pada jurnalisme online, penyampaian berita secara
digital dilakukan dengan menggunakan sejumlah media sekaligus (multiple media).
Jurnalisme online aadalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan
internet sebagai medianya. Selama ini online dipahami sebagai tampilan di sebuah situs
web. Padahal online mencakup berbagai tempat perkara, web, email, buletin, board
system, IRC, dll (Musman & Mulyadi, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. 1996. “Wartawan dan Kode Etik Jurnalistik”. Jakarta : Jurnalindo

Aksara Grafika.

Dinegoro.  1963. “Publisistik  dan  Jurnalistik  Djilid  I”. Djakarta : Gunung Agung.

Lubis, Mochtar. 1963. “Djalan tak Ada Udjung”. Djakarta : Gunung Agung.

Oktavianti, Roswita., Tamburian, Daniel. 2020. “Jaringan Komunikasi Termediasi

Teknologi Dalam Jurnalisme Multimedia (Studi Kasus Pada Komunitas

Jurnalis)”. Skripsi. Jakarta : Universitas Tarumanagara.

Suhendra, D., & Husein, U. 2018. “Penerapan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme

Pada Jurnalis Rri Pro 1 Jambi (Disertasi Doktor, UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi)”. Skripsi. Jambi : UIN Sulthan Thaha Saifuddin.

You might also like