Professional Documents
Culture Documents
Tradisi Retorika - Filsafat Komunikasi
Tradisi Retorika - Filsafat Komunikasi
Pengertian Retorika
Retorika atau dalam bahasa Inggris retorika, bersumber dari kata kunci latin Retorika
yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya
“ Modern Retoric ” mendefinisikan retorika sebagai seni menggunakan bahasa secara
efektif atau seni penggunaan bahasa secara efektif.
Pengertian itu menunjukkan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai
bicara, dan pengertian luas: penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu ada
sementara orang yang mengartikan retorika sebagai Public Speaking atau pidato di depan
umum; banyak juga yang menutup bahwa retorika bukan saja berarti pidato di depan umum,
tetapi juga termasuk seni menulis.
Salah satu tokoh retorika pada zaman Yunani, adalah Aristoteles yang hingga kini
pendapatnya banyak dikutip. Berlainan dengan tokoh–tokoh lainnya yang memandang retorika
sebagai seorang seni. Aristoteles memasukkannya sebagai bagian dari filsafat. Demikian
Aristoteles, selanjutnya ia berkata bahwa keindahan bahasa hanya digunakan untuk empat hal,
yaitu yang bersifat : Membenarkan ( korektif ), Memintah ( instruktif ), Mendorong ( sugestif )
dan Mempertahankan ( devensif ).
Dalam membedakan bagian-bagian struktur pidato , Aristoteles hanya membaginya
menjadi tiga bagian, yakni pendahuluan, badan,dan kesimpulan. Bagi
Aristoteles, retorika adalah seni persuasi . Lalu ia melarang bahwa dalam retorika suatu uraian
harus singkat, jelas, dan meyakinkan.
Tradisi retorika memberi perhatian pada aspek proses pembuatan pesan
atau simbol . Prinsip utama disini adalah bagaimana menggunakan simbol yang tepat dalam
menyampaikan maksud. Dalam media yang berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan
keredaksian, merancang acara program, merancang grafis. Prinsipnya bahwa pesan yang tepat
akan dapat mencapai maksud komunikator. Kemampuan dalam merancang pesan yang
memadai menjadi perhatian yang penting dalam kajian komunikasi .
Faktor-faktor nilai , ideologi , budaya, dan sebagainya yang hidup dalam
suatu organisasi media atau dalam diri individu merupakan faktor yang menentukan dalam
proses pembuatan pesan. Bahwa pesan dihasilkan melalui proses yang melibatkan nilai-nilai,
kepentingan, pandangan hidup tertentu dari manusia yang menghasilkan pesan.
Tradisi retorika dapat menjelaskan baik dalam kontek komunikasi antar personal
maupun komunikasi massa. Sepanjang memberi perhatian terhadap bagaimana proses-proses
merancang isi pesan yang memadai sehingga proses komunikasi dapat berlangsung secara
efektif.
Daya tarik logis dan emosional menjadi ciri khusus teori-teori retorika . Tradisi ini
memandang bahwa aktivitas seorang komunikator diatur oleh seni dan metode. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa kita itu sangat kuat dan berkuasa. Oleh karena
itu, informasi memang penting dalam keputusan pembuatan sehingga komunikasi dapat
dievaluasi dan diperbaiki. Adapun varian dari tradisi ini dapat dibagi menajdi beberapa zaman
yaitu :
1. Era klasik , dimana terjadi pertarungan antara dua aliran, yaitu sophis dan filosof yang
mana aliran sophis penutupan bagaimana kita dapat berargumen untuk memenangkan suatu
perkara melalui retorika tidak peduli apakah itu benar atau tidak dan menentang aliran filosif
yang menganggap bahwa Retorika hanya digunakan untuk berdialog untuk mendapatkan
kebenaran yang mutlak.
2. Era Abad pertengahan , dimana studi tentang retorika berfokus pada pengaturan gaya,
namun retorika pada abad pertengahan dicela karena dianggap sebagai ilmu penyembahan
berhala dan tidak perlu dipelajari karena agama Kristen dapat mengungkapkan
kebenarannya sendiri.
3. Era Renaissance , dimana masa ini dianggap sebagai kelahiran kembali retorika sebagai
suatu seni.
4. Masa Pencerahan , dimana retorika menjadi sarana untuk menyampaikan suatu
kebenaran. Hal ini menjadikan retorika kembali menjadi citra yang baik seperti saat ini.
5. Era Kontemporer , era ini ditandai dengan pemanfaatan media massa untuk
menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun visual pada media massa.
6. Postmodernisme , dimana aliran ini merupakan alternatif yang dimulai dari asumsi dan
acuan nilainilai yang berbeda, untuk menghasilkan suatu retorika yang berbeda pula.
Saat ini, kata retorika sering mengalami penyempitan makna-kosong atau kata-kata
ornamen yang berlawanan dengan tindakan . Bagaimanapun, dalam keadaan yang
sesungguhnya, kajian retorika mempunyai sejarah yang berbeda di belahan Barat , abad ke-5
sebelum Masehi di Yunani. Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang
digunakan manusia.
Pada awalnya ilmu ini berhubungan dengan persuasi , sehingga retorika adalah seni
menyusun argumentasi dan pembuatan naskah pidato . Kemudian, berkembang sampai
meliputi proses “ adjusting ideas to people and people to ideas ” dalam segala jenis
pesan. Fokus dari retirika telah diperluas bahkan lebih cakupan segala cara manusia dalam
menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan disekitarnya dan untuk membangun
dunia tempat tinggal.
Tujuan Retorika
Tujuan retorika ialah persuasi yang dimaksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini
ialah yakinnya pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan pembicara. Artinya
bahwa tujuan retorika ialah membina saling pengertian yang mengembangkan kerjasama
dalam menumbuhkan kedamian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.
Fungsi Retorika
Adapun fungsi retorika yang diantaranya yaitu:
• Membimbing penutur mengambil keputusan yang tepat.
• Membimbing penutur secara lebih baik memahami masalah kejiwaan manusia pada
umumnya dan kejiwaan penanggap tutur yang akan dan sedang dihadapi.
• Membimbing penutur menemukan ulasan yang baik.
• Membimbing penutur mempertahankan diri serta mempertahankan kebenaran dengan
alasan yang masuk akal.