You are on page 1of 81

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usahatani Holtikultura

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana

seorang petani mengkoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien

mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani

(Suratiyah,2015).

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola

input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan

produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang

memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini

berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi

industri, mata pencaharian sebahagian besar penduduk, penghasil devisa negara

dari ekspor komoditinya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan

keamanan nasional. Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali

dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup

yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam

bebas akibat laju pertambahan manusia (Nurmala 2012)

Pertanian dalam arti sempit adalah pertanian bercocok tanam,yaitu

pertanian rakyat dan pertanian perkebunan. Pertanian dalam arti luas adalah
meliputi bercocok tanam (Pertanian rakyat dan perkebunan), kehutanan,

perternakan, dan, perikanan (Harahap, 2012).

a. Peran relatif sektor pertanian dan sumbangannya terhadap PDB dan penyerapan

tenaga kerja semakin menurun.

b. Pangsa ekspor bahan setengah jadi dan jadi semakin besar.

c. Keterkaitan antar berbagai sektor pertanian semakin tinggi.

d. Daerah pedesaan semakin terbuka, baik berupa hubungan antar desa, serta

antar desa dan kota, maupun berupa arus informasi sehingga pola pikir petani

semakin kritis dan rasional.

e. Terjadinya perubahan pola berusaha tani dari orientasi peningkatan produksi

semata-mata ke orientasi pemanfaatan sumber daya yang optimal dalam rangka

meraih nilai tambah hasil produksi pertanian yang lebih besar dan meningkatkan

kesejahteraan petani.

Posisi sektor pertanian sebagai salah satu kegiatan perekonomian di

Negara berkembang sering menempati urutan terbawah dari segi kesejahteraan

pelakunya.pertanian sering diperas demi kemajuan sektor lain, terutama sektor

industry, yaitu menyediakan pangan yang murah dan tenaga buruh dengan upah

rendah (Rahmanta, 2012).

Pertanian mempunyai hubungan erat dan kait mengkait dengan sektor

sektor perekonomian lainnya misalnya sektor perdagangan, pendidikan dan

sebagainya. Untuk mempercepat proses pembangunan pertanian terbukti

diperlukan peningkatan kegiatan yang sim0ultan dalam hampir semua sektor yang

ada. Departemen dalam negeri, perhubungan, penerangan, tenaga kerja,


transmigrasi dan koperasi, bahkan departemen Beberapa persoalan ekonomi

pertanian penting yang perlu mendapat perhatian antara lain (Rahmanta 2012):

a. Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan dalam pertaniaan.

b. Pembiayaan pertanian

c. Tekanan penduduk di daerah pertanian

d. Daya saing sektor pertanian

e. Kesejahtraan petani, kemiskinan, dan ketimpangaan pendapatan.

Hortikultura memiliki makna seluk beluk kegiatan atau seni bercocok

tanam, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman obat, dan tanaman hias. Tanaman

hortikultura memiliki beberapa fungsi yakni: sebagai sumber bahan makanan,

hiasan/keindahan, obat-obatan, dan juga sebagai pekerjaan (Zulkarnian 2019).

Tanaman hortikultura memiliki prospek pengembangan yang baik karena

memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan potensi pasar yang terbuka lebar baik di

dalam negeri maupun di luar negeri. Keberadaan sayuran dan buah-buahan

menduduki fungsi utama yang sangat penting guna memenuhi kebutuhan gizi

masyarakat. Pada umumnya budidaya tanaman hortikultura diusahakan lebih

intensif dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya.

Hortikultura ialah cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya

buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura berasal dari kata “hortus” (=

garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah

istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-

buahan, sayuran dan tanaman hias. Selain buah-buahan, sayuran dan tanaman

hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.


Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani

sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta

memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan

hidup dan estetika (tanaman hias/bunga). Ditinjau dari funsinya hortikultura

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. memperbaiki gizi masyarakat,

b. memperbesar devisa negara

c. memperluas kesempatan kerja,

d. meningkatkan pendapatan petani, dan

e. pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

Namun demikian di dalam kita membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan

pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu:

a. tidak dapat disimpan lama

b. perlu tempat lapang (voluminous),

c. mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,

d. melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan

e. fluktuasi harganya tajam

pertanian Keberhasilan pengembangan hortikultura ditentukan oleh

kecanggihan dan kelengkapan komponen teknologi yang dirakit dalam sistem

budidayanya. Hal ini terutama benar apabila hortikultura akan diperankan sebagai

ujung tombak agroindustri dan agribisnis. Dengan mengembangkan hortikultura,

penggunaan lahan untuk pertanian dapat dihemat. Dengan demikian dampak


negatif konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dapat berkurang

kegawatannya (Noorlatifah 2012).

Produk hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang

mempunyai potensi serta peluang untuk dikembangkan sehingga menjadi produk

unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia, baik

produk hortikultura yang tergolong produk buah buahan, sayur sayuran, obat

obatan maupun tanaman hias. Siswono Yudohusodo (2012) menyatakan, Luas

wilayah Indonesia dengan keragaman Agroklimat memungkinkan pengembangan

berbagai jenis tanaman hortikultura. Terdapat 323 jenis komoditas hortikultura

yang terdiri dari 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayur-sayuran, 66 jenis

biofarmaka, dan 117 jenis tanaman hias. Pengembangan potensi produk

Hortikultura di Indonesia juga didukung oleh Pemerintah dalam bentuk regulasi

yaitu UU No. 12 Th. 1992 tentang Budidaya Pertanian, UU. No. 13 Th. 2010

tentang Hortikultura, Dokumen Cetak Biru Pembangunan Hortikultura 2011-

2025, Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, keanekaragaman

hayati, agroklimat, ketersediaan lahan pertanian, teknologi, ketersediaan tenaga

kerja, ketersediaan pasar, penetapan komoditas unggulan, dukungan system

perbenihan hortikultura dan dukungan terhadap system perlindungan tanaman

hortikultura.

Pengembangan produk hortikultura merupakan produk yang sangat

dibutuhkan secara berkelanjutan oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Jumlah

penduduk Indonesia yang besar sesungguhnya merupakan peluang bagi pasar

domestik yang potensial apabila promosi akan pentingnya mengkonsumsi produk


hortikultura yang meliputi, pengetahuan, apresiasi serta taraf hidup masyarakat

bisa ditingkatkan. Namun pada kenyataannya pangsa pasar domestic yang besar

tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Hal tersebut tercermin masih

rendahnya tingkat konsumsi produk hortikultura yang masih di bawah

rekomendasi Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agricultur

Organization/FAO). Membanjirnya produk impor juga menyebabkan daya saing

bagi produk lokal sera menuturunnya citra Indonesia sebagai Negara produsen

hortikultura tropis di kalangan Internasional Pelaksanaan pengembangan produk

hortikultura di Indonesia disamping mempunyai potensi untuk pengembangan

juga masih mengalami banyak kendala antara lain, Pelaksanaan Regulasi serta

Pembinaan Teknis belum optimal, kapasistas SDM belum memadai, kelembagaan

Hortikultura masih lemah, serta Penerapan Inovasi Teknologi belum optimal.

Regulasi pemerintah pada pelaksanaannya memberikan dampak positif bagi

perlindungan produksi hortikultura namun disisi yang lain masih belum

sepenuhnya dilaksanakan oleh pelaku usaha hortikultura. Hal ini disebabkan

masih belum optimalnya sosialisasi serta belum siapnya pelaku usaha, dan kurang

komitmenya berbagai pihak dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu pelaksanaan

pengembangan produk hortikultura tidak boleh terlepas dari kebijakan yang

terkait, harus terpadu dan terintegrasi.

Pengembangan potensi tanaman hortikultura selain menghadapi kendala

interen dalam pengembangan kedepan juga tidak lepas dari berbagai tantangan

dilapangan, antara lain adanya daya saing produk baik kualitas maupun kuantitas,

agroekologi, harga serta kestabilan pasokan, pemuliaan dan perlindungan varietas,


penyediaan lahan, infrastruktur yang mendukung produk pasca panen,

permodalan, memelihara keterkaitan strategis lokal, baik regional dan

Internasional. Adanya krisis global bias berakibat menurunya permintaan serta

menurunya pengembangan eksport. Globalisasi perdagangan pasar dunia

menuntut peningkatan daya saing produk hortikultura Indonesia. Hal ini tercermin

adanya WTO, FTA, AFTA, AANZ, IJ-EPA. Dengan adanya perjanjian tersebut di

atas hambatan harga menjadi tidak popular lagi , dan kebanyakan Negara

menggunakan hambatan non tarif, seperti SPS (Sanitary and Phitosanitary), ROO

(Rules of Origin) Standart International (Codex, Europe – Gap, Asean Standard),

CBD (Convention of Bodevirsity), CDM (Clean Development Mechanishm),

akibatnya produk Indonesia mengalami hambatan dalam mengakses pasar

Internasional dan mengalami kesulitan membendung masuknya produk import.

Untuk itu perlu dibangun system perdagangan yang mampu meningkatkan daya

saing produk hortikultura Indonesia. Karena jika kualitas produk hortikultura

tidak mampu bersaing dengan produk dari luar negeri, maka lambat laun

Indonesia akan semakin dibanjiri oleh produk import yang akan semkin

menenggelamkan produk hortikultura dalam negeri.

Komoditas Hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar,

namun demikian produk hortikultura secara umum cepat rusak sehingga

memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kualitas produk. Penanganan

pasca panen yang meliputi sortasi, grading (pengkelasan) dan pengemasan

sangatlah penting, hal ini terkait dengan upaya mempertahankan mutu produk.
Pengelolaan primer di tingkat petani serta pegelolaan ditingkat industri perlu

menerapkan cara pengelolaan yang baik (Good Manufacturing Practises/GMP).

Komoditas hortikultura secara intrinsik memiliki sifat cepat busuk, rusak,

dan susut besar. Hal ini merupakan masalah yang dapat menimbulkan risiko fisik

dan harga. Permasalahan pokok pengembangan agribisnis hortikultura adalah

belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang

sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut nampak nyata pada

produk hortikultura untuk tujuan pasar konsumen institusi dan ekspor.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya penguasaan teknologi, baik

teknologi pembibitan, budidaya, maupun penanganan pasca panen, serta

kurangnya koordinasi antar pelaku agribisnis; sehingga struktur kelembagaan

agribisnis hortikultura menjadi rapuh dan lemahnya keterkaitan supply chain

management produk hortikultura.

Produk Hortikultura merupakan produk yang cepat rusak (kehilangan berat

dan kualitas), secara umum produk hortikultura yang telah dipanen sebelum

sampai kepada konsumen atau dalam masa penyimpanan dapat rusak yang

disebahkan oleh kehilangan air dari produk yang telah dipanen. Jika kehilangan

air tersebut dalam jumlah relative kecil maka masih bisa ditolelir dan tidak

menyebabkan kerugian tetapi jika kehilangan air dari produk yang telah dipanen

tsb dalam jumlah besar akan menyebabkan produk hasil panen menjadi layu, dan

bahkan dapat mengakibatkan produk hortikultura tersebut menjadi mengkerut.

Oleh karena itu pengangkutan menjadi sangat penting untuk menjamin distribusi

cepat dan tepat sampai ditujuan dengan minimalisir tingkat kerusakan, artinya
system pengangkutan yang buruk dapat menghilangkan sebagian atau keseluruhan

nilai produk , sehingga penyimpanan produk harus ditangani secara baik untuk

mengurangi turunya mutu dan nilai produk melalui penerapan Good Handling

Practices / GHP.

Kelembapan yang tinggi pada penyimpanan sering menyebabkan

munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura, yang berakibat

penampilan produk menjadi kurang menarik, sehingga pada proses penyimpanan

agar produk hortikultura tidak cepat mengalami kerusakan perlu diperhatikan

adanya sanitasi pada seluruh ruangan penyimpanan, lancarnya sirkulasi udara

pada ruang penyimpanan, mengurangi pengembunan pada produk yang dikemas,

penguapan pada tempat penyimpanan dengan menggunakan uap panas atau bahan

kimia dengan standar aman Sodium Hypochlorit/ trisodium Phosphat, larutan

Calsium hipochlorit.

Dalam rangka mengoptimalkan potensi dan prospek hortikultura Nasional

diperlukan arah dan kebijakan pengembangan hortikultura secara holistic dan

terpadu mulai dari sektor ke hulu. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), yang terdiri

dari petani, pedagang dalam negeri, eksportir dan importer. Peran utama

Pemerintah adalah membangun iklim usaha sebagai fasilitator, regulator,

dinamisator, dan pemantauan serta pengawasan sehingga masing-masing pelaku

dapat bekerja dan berinteraksi secara maksimal dan terpadu melalui

pengembangan kawasan Agribisnis, penataan rantai pasokan (supply chain

management), penerapan budidaya pertanian sesuai dengan SOP, fasilitasi terpadu


Investasi Hortikultura, pengembangan kelembagaan usaha. Pengembangan

hortikultura di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik, oleh karena itu

sebaiknya masyarakat pemerintah, peneliti, dan lembaga pendidikan terkhusus di

bidang pertanian lebih giat dan berupaya dalam pengembangan hortikultura agar

dapat bersaing dengan produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

Indonesia.

Budidaya tanaman holtikultura yang diusahakan oleh para petani di

wilayah Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru

diantaranya yaitu berupa sayur-sayuran seperti Bayam, Kangkung, Pakcoy, Sawi,

Selada, dan Jagung.

2.1.1. Budidaya Selada

Gambar 1 : Tanaman Selada (sumber : google)

Salah satu tanaman sayuran daun yang digemari oleh masyarakat dan di

konsumsi dalam bentuk segar adalah tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

merupakan salah satu sayuran, Selada memiliki banyak manfaat antara lain dapat
memperbaiki organ dalam, mencegah panas dalam, melancarkan metabolisme,

membantu menjaga kesehatan rambut, mencegah kulit menjadi kering dan dapat

mengobati insomnia. Kandungan gizi yang terdapat pada selada adalah serat,

provitamin A (karotenoid), kalium dan kalsium (Supriati dan Herlina, 2014).

Selada merupakan sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat

Indonesia. Selada termasuk komoditas sayuran daun yang memiliki nilai

komersial yang cukup tinggi. Sayuran ini memiliki umur panen pendek dan pasar

yang terbuka luas serta harga relatif stabil menjadi daya tarik utama sayuran ini.

Selain itu, juga dapat tumbuh pada berbagai tipe lahan dan mudah diusahakan

menambah popularitas sayuran ini (Duaja et al., 2012).

Selada merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai

ekonomi tinggi, bentuknya yang menarik serta kandungan gizinya yang banyak

membuat tanaman ini berpotensi untuk terus dibudidayakan, tanaman selada

dibudidayakan untuk diambil daunnya dan dimanfaatkan terutama untuk lalapan,

perlengkapan sajian masakan dan hiasan hidangan. Selada juga memiliki banyak

kandungan gizi dan vitamin antara lain Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, B dan

C (Sutiyoso,2016)

Tanaman selada sebagai salah satu tanaman sayuran daun biasanya sering

dikonsumsi mentah. Sayuran selada memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.

Sayuran ini memiliki nilai tinggi berdasarkan kualitasnya yang mencakup nilai

gizi maupun warna, aroma, rasa serta tekstur (Vargas et al., 2017). Selada

termasuk tanaman hortikultura yang memiliki kandungan gizi baik bagi manusia

(Sugara, 2012).
Menurut Cahyono (2014) bahwa Selada merupakan tanaman yang dapat

tumbuh di daerah dingin maupun tropis. Pemasaran selada meningkat seiring

dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Peluang pemasaran selada

meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah hotel dan restoran asing yang

banyak menggunakan selada sebagai bahan olahan seperti salad, hamburger,

hotdog dan sebagainya, hal tersebut dapat meningkatkan permintaan selada.

Selada memiliki peluang pasar yang cukup besar, baik untuk memenuhi

kebutuhan pasar domestikmaupun internasional. Permintaan yang tinggi baik

pasar di dalam maupun di luar negeri menjadikan komiditi holtikultura ini

memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat. Sementara sumberdaya alam untuk dibudidayakan di dalam negeri

peluangnya cukup besar karena banyak daerah yang sangat cocok untuk budidaya

selada.

Sayuran selada memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai komoditi

ekspor yang cukup menjanjikan. Menurut Badan Pusat Statistika (2014), nilai

ekspor impor selada Januari sampai dengan Februari 2013 sangat jauh

perbandingannya. Nilai ekspor sayuran selada hanya 1,414 kg/tahun jauh lebih

kecil dibandingkan dengan nilai impor yang mencapai 78,348 kg/tahun. Nilai

ekspor yang sangat kecil menunjukkan bahwa produksi selada belum memenuhi

kebutuhan dalam negeri sehinga perlu diimpor dari negara lain untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri (BPS, 2014).

Tanaman selada merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang

memiliki banyak manfaat serta kandungan gizi yang baik. Menurut Direktorat
Gizi Departemen Kesehatan, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 g selada

yaitu 95 g air, 1.2 g protein, 0.2 g lemak, 1.2 g karbohidrat, 5800 IU vitamin A,

0.04 mg vitamin B1, 0.07 mg vitamin B2, 0.5 mg niasin, 53 mg vitamin C, 102

mg kalsium, 2.0 mg zat besi, 27 mg magnesium, 37 mg fosfor, 180 mg kalium dan

10 mg natrium.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2019) produksi tanaman selada di

Indonesia dari tahun 2015 sampai 2018 sebesar 600.200 ton, 601.204 ton, 627.611

ton, dan 630.500ton.Permintaan selada dipasar dunia juga meningkat tahun 2012

sebesar 2.792 ton dan impor selada tahun 2012 yaitu 145 ton (BPS,2012)

Menurunnya produksi tanaman selada dapat diakibatkan oleh beberapa faktor,

untuk factor kebutuhan N tanaman selada tentu juga berpengaruh pemberian kadar

N yang tepat tentu dapat meningkatkan hasil selada. Berikut ini merupakan

gambar table produksi tanaman selada.

PRODUKSI SELADA
635,000
630,000
625,000
620,000
615,000
610,000
605,000
600,000
595,000
590,000
585,000
2016 2017 2018

Gambar 2. SUMBER : Badan Pusat Statistik

2.1.2 Budidaya Pakcoy


Pakcoy (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman jenis sayur-sayuran

yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy masih memiliki kerabat

dekat dengan sawi. Penampilannya sangat mirip dengan sawi, akan tetapi lebih

pendek dan kompak, tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daunnya mirip

dengan sawi hijau, daun lebih tebal dari sawi hijau.

Gambar 3. Tanaman Pakcoy

Sawi pakcoy merupakan salah satu sayuran daun yang memiliki nilai

ekonomis tinggi. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau biasa, hal

tersebut membuat sawi pakcoy lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai

menu masakan. Hal tersebut memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi

petani sawi pakcoy (Yuliani 2015).

Manfaat pakcoy sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di

tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih

darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar

pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan.


Sedangkan kandungan yang terdapat pada pakcoy adalah kalori, protein, lemak,

karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C (Widadi,

2003)

Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya

sebagai sayuran. Pakcoy berasal dari benua Asia yaitu dari Tiongkok dan Asia

Timur. Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut (Haryanto dkk., 2007):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rhoeadales (Brassicales)

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica chinensis L.

Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat dari

anak-anak sampai orang tua, karena sawi pakcoy banyak mengandung protein,

lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik untuk

kesehatan (Haryanto dkk., 2007). Kandungan gizi dalam sawi pakcoy sangat baik

terutama untuk ibu hamil karena dapat menghindarkan dari anemia. Selain itu

sawi pakcoy dapat menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan mengurangi

resiko berbagai jenis kanker (Pracaya dan Kartika, 2016)


Berbagai sawi yang saat ini banyak dikonsumsi masyarakat antara lain:

sawi hijau, sawi putih, sawi jepun dan sawi pakcoy. Keempat sawi tersebut, sawi

pakcoy termasuk sawi yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini, karena sawi

pakcoy memiliki batang dan daun yang lebih lebar daripada sawi hijau biasa

sehingga membuat sawi jenis ini lebih banyak dibudidayakan oleh petani. Hal ini

dapat memiliki prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy

(Yuliani, 2018).

Berdasarkan data BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2017),

kebutuhan konsumsi sawi pakcoy di Indonesia pada tahun 2015 dan 2016 yaitu

532,370 ton dan 539,800 ton, sedangkan produksi sawi pakcoy di Indonesia pada

tahun 2015 dan 2016 adalah 10,23 ton/ha dan 9,92 ton/ha. Data tersebut

menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan konsumsi sawi pakcoy,

sedangkan produksi sawi pakcoy mengalami penurunan setiap tahun. Rendahnya

produksi sawi pakcoy disebabkan oleh teknik budidaya yang kurang intensif,

iklim yang kurang mendukung dan berkurangnya kesuburan tanah. Salah satu

penyebab penurunan kesuburan tanah adalah penggunaan pupuk kimia secara

terus menerus (Akmal dan Bistok, 2019). Seperti yang tersaji pada gambar table

berikut ini:
konsumsi sawi pakcoy
542,000
540,000
538,000
536,000
534,000
532,000
530,000
528,000
2015 2016
Gambar 4. SUMBER : Badan Pusat Statistik (konsumsi sawi pakcoy)

produksi sawi pakcoy (ton/ha)


10.3

10.2

10.1

10

9.9

9.8

9.7
2015 2016
Gambar 5. SUMBER : Badan Pusat Statistik (produksi sawi pakcoy)

2.1.3. Budidaya Jagung


Jagung ( Zea Mays L ) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan-temuan genetik,

antropologi, dan arkeologi di ketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika

Tengah (Anonim, 2012).

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas utama tanaman

pangan yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam peningkatan

perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk

konsumsi langsung, sebagai bahan baku utama industri pakan dan industri pangan,

dan bahkan dibanyak negara sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi

(Sulaiman dkk., 2018).

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi

kehidupan manusia dan hewan. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga

merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di

Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat

konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk

Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting,

namun tingkat produksi belum optimal.


Tanaman jagung tak hanya kaya serat, jagung juga sumber karbohidrat

kompleks, dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten,

kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang dapat

membantu menurunkan kolesterol.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut

dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau

penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.

Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan

tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3.

Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung

mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan

dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar

adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit

berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan

air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan

48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul

pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga

adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini

juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman
dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia

tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan

bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer),

Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu

tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata

pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap

stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo

Subekti, dkk. 2012).

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)

dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas

bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh

sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak

tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning

dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari

buku, di antara batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang

gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-

7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah

dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan

teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum

antara 50-600 m dpl.

Namun demikian diperlukan beberapa tindakan untuk menanggulangi

faktor pembatas lahan yang menjadikendala sehingga memungkinkan

pengembangannya untuk pertanian tanaman pangan dengan tetap menjaga

peranannya sebagai stabilisasi dan peningkatan fungsi ekosistem.

Pengelolaan kesuburan tanah merupakan bagian dari teknologi untuk

meningkatkan produktivitas lahan pasca tambang. Pemupukan adalah salah satu

teknologi pengelolaan kesuburan tanah yang diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas tanah pada level yang tinggi, namun penerapannya harus dilakukan

secara tepat sesuai dengan kebutuhannya.

Tanaman dapat tumbuh dengan optimal bila dosis pupuk yang diberikan

tepat. Penambahan sumber hara melalui pemupukan diharapkan dapat

meningkatkan hasil panen baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Fadwiwati

dan Tahir, 2013). Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah untuk

menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen dan mengganti unsur hara

yang hilang karena pencucian. Cooke (2015) menambahkan hara N, P dan K

merupakan hara yang sangat dibutuhkan tanaman jagung untuk tumbuh dan
berproduksi, dimana untuk setiap ton biji yang dihasilkan memerlukan 27,4 kg N,

4,8 kg P dan 18,4 kg K.

Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar,

batang dan daun pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan persenyawaan

organik lain Iskandar, 2013).

keberhasilan budidaya jagung juga ditentukan oleh teknis, budidaya,

hingga proses panen. kemudian keberadaan mikroba didalam tanahnya juga

menjadi salah satu factor keberhasilan menanam jagung. Untuk lebih jelasnya

berikut uraian teknik budidaya tanaman jagung yang baik dan benar agar

menghasilkan produksi jagung yang tinggi.

Pilihlah benih jagung hibrida yang telah bersertifikat. Pada setiap provinsi

di Indonesia telah tersedia benih jagung jenis unggul ini. Biasanya benih jagung

telah diberi perlakuan seed treatment, yaitu dengan melapisi fungisida pada benih

yang berfungsi agar tanaman terlindung dari berbagai serangan penyakit dan

mempermudah syarat tumbuh tanaman jagung.

Pada umumnya tanaman jagung dapat tumbuh di berbagai kondisi

lingkungan. Namun untuk hasil yang maksimum, ada beberapa syarat tumbuh

tanaman jagung. Berikut adalah syarat tumbuh tanaman jagung:

a. Iklim

 Beriklim subtropis atau tropis dan didaerah terletak antara 0-500 LU hingga 0-

400 LS.

 Curah hujan ideal adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata.

 Suhu optimimum yang baik adalah 21-34 C


 Intensitas cahaya matahari langsung, minimal 8 jam per hari

 Tanaman jagung tidak ternaungi, agar pertumbuhan tidak terhambat atau

merusak biji bahkan tidak membentuk buah.

b. Media Tanah

 Memiliki tekstur tanah yang gembur (lakukan proses pembajakan agar tekstur

tanah gembur).

 Mengandung cukup kandungan unsur hara.

 pH tanah 5,5-7,5 (apabila pH tanah asam atau < 5,5 sebaiknya taburkan

dolomit/kapur pertanian).

 Jenis tanah yang dapat ditoleran ditanami jagung adalah andosol, latosol

dengan syarat pH harus memadai untuk ditanami.

 Memiliki ketersediaan air yang cukup.

 Kemiringan tanah kurang dari 8%.

c. Ketinggian

 Memiliki Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum

antara 50-600 m dpl (diatas permukaan laut).

Pada kondisi musim yang normal, waktu yang tepat saat menanam jagung

adalah dibulan Mei-Juli. Karena pada saat itu intensitas curah hujan telah

berkurang bahkan telah selesai, sehingga pada bulan-bulan tersebut sangat cocok

untuk melakukan budidaya jagung. Taburi lahan dengan pupuk

kandang/kompos/bokashi sebanyak 10-20 ton per hektar. Kemudian semprot

dengan GDM Black Bos sebanyak 5 kg per ha. Hal ini bertujuan untuk

mempercepat proses remediasi tanah dari residu pupuk kimia, pestisida kimia dan
sisa-sisa bahan organik (jerami, daun-daunan, dll) agar tanah menjadi gembur dan

subur. Bakteri (mikroba) yang terkandung dalam Black Bos mampu menghasilkan

enzim dan antibiotik yang berfungsi untuk menekan perkembangan penyakit tular

tanah (busuk akar, busuk batang, bulai, dll).

Setelah itu lakukan proses olah tanah saat 5 hari sebelum tanam, dengan

cara dibajak/traktor dengan kedalaman 20-30 cm, yang bertujuan untuk membalik

dan membuat struktur tanah agar menjadi gembur, menambah oksigen dalam

tanah, memudahkan perakaran tanaman masuk ke dalam tanah dan menyerap

unsur hara serta memperbaiki aerasi tanah.

Pada kondisi tanah yang berjenis tanah becek, sebaiknya dibuatkan

bedengan/guludhan agar benih tidak tergenang air dan tidak busuk. Sehingga

benih akan tumbuh cepat dan maksimal. Lebar bedengan adalah 100 cm dan jarak

antar bedengan adalah 50 cm. Sedangkan jarak didalam barisnya adalah 20-25 cm,

sehingga jarak tanam jagung, baik menggunakan bedengan ataupun yang tidak

mengunakan bedengan adalah 75cm x 25cm atau 75cm x 20cm.

Setelah itu buatlah lubang tanam dengan cara tugal sedalam 5-10 cm

kemudian masukkan benih jagung dan tutup dengan bokashi. Setelah itu, semprot

dengan POC GDM pada bekas lubang tanam. Ini berfungsi untuk mempercepat

pertumbuhan tanaman dan melindungi tanaman dari serangan penyakit.

Setelah tanaman jagung tumbuh ,lakukan penyemprotan dengan pupuk

organik cair GDM spesialis tanaman pangan sayur setiap 10 hari sekali dengan

dosis 2 gelas air mineral pada tanaman dan daerah perakaran untuk

memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Sedangkan pupuk kimia diberikan pada


saat tanaman jagung berumur 10, 21 dan 50 HST dengan memberikan 400 Kg

pupuk NPK dan 200-300 pupuk kandungan Nitrogen.

Pemeliharaan tanaman jagung dapat dilakukan dalam berbagai tahap, yaitu:

1. Penjarangan dan Penyulaman

Proses ini dilakukan pada saat tanam ada dua atau lebih benih jagung yang

tertanam, sehingga tumbuh dua atau lebih tanaman jagung. Oleh sebab itu,

harus dilakukan penjarangan.Proses penyulaman tanaman jagung

dilakukan apabila ada tanaman yang mati dengan mengantikan tanaman

baru.

2. Penyiangan

Melakukan proses pembersihan tanaman yang pengganggu di sekitar

tanaman jagung, seperti rumput, krokot, keladi dan tanaman pengganggu

lainnya.

3. Pembumbunan

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara bersamaan saat proses penyiangan

dengan tujuan memperkuat akar tanaman serta membantu mempercepat

pertumbuhan.

Tanaman jagung siap panen terlihat dari daun klobotnya yang mulai

mengering dan bewarna kecoklatan. Umumnya tanaman jagung bisa dipanen

sekitar 100 HST. Ciri-Ciri Tanaman Jagung Siap Panen :

 Tanaman jagung dapat di panen saat kondisi masak fisiologis berumur 100-

110 HST pada dataran rendah dan tergantung dari jenis varietasnya.

 Kulit klobotnya telah berwarna coklat.


 Rambut jagung pada tongkol telah kering dan berwarna hitam.

 Jumlah populasi untuk klobot kering mencapai 90%.

 Tekstur keras pada biji jagung dengan ditandai apabila ditekan kuku tidak

hancur/keras.

 Terdapat titik hitam (black layer) pada bagian ujung biji jagung.

Setelah panen, jagung harus dikeringkan terlebih dahulu. Cara

mengeringkan jagung yang paling umum yaitu dengan menjemurnya di ladang

atau diatas terpal. Kerusakan pada jagung masih bisa saja terjadi saat proses

pengeringan, terutama saat panen jagung dilakukan pada musim hujan. Jagung

yang dalam keadaan basah sangat rentan dengan serangan jamur atau cendawan.

Serangan jamur atau cendawan bisa merusak hasil panen jagung hingga lebih dari

50%. Berikut ini merupakan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman

jagung yaitu :

1. Hama

 Ulat Daun (prodenia litura).

Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan biasanya

tanaman jagung yang berumur sekitar 1 bulan diserang ulat daun. Daun

tanaman jagung yang bila sudah besar menjadi rusak.Pencegahan dapat

dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang tepat seperti folidol

atau yang lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.

 Lalat bibit(Atherigona exigua)


Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada

bagian daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung akan

mati.Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan

penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

 Ulat Grayak atau Ulat Agrotis

Bagian Tanaman jagung yang diserang hama ini adalah bagian batang yang

masih muda, batang akan putus dan akhirnya tanaman jagung mati. Hama

Agrotis sp. Menyerang pada malam dan siang hari. Ada 2 jenis ulat

grayak/agrotis yaitu:

- Agrotis segetum : memiliki warna hitam dan ulat ini sering ditemukan

di daerah dataran tinggi.

- Agrotis interjection : memiliki warna hitam dan banyak di temukan di

pulau jawa.

Pengendalian ulat ini dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan

menggunakan insektisida yang sesuai dan menggunakan dosis sesuai anjuran.

2. Penyakit

 Hawar daun turcicum

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya bercak kecil

berbentuk jorong dan berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak

tersebut kemudian menjadi besar dan berwarna coklat serta berbentuk

seperti kumparan, bila parah maka daun seperti terbakar. Penyebab

penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.

 Hawar daun maydis


Gejala yang dialami tanaman jagung yang terserang hawar ini berupa

bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun. Bila parah penyakit

ini akan menyerang hingga bagian jaringan tulang daun yang akhirnya

jaringan daun tersebut mati.

 Hawar daun corbonum

Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar ini akan timbul gejala

berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang

dapat menyatu dan mematikan daun. Penyebabnya adalah cendawan

Dreschslera zeicola. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara

melakukan penyemprotan fungisida atau dengan menggunakan thiram dan

karboxin, serta pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit

dengan suhu 55°C.

2.1.4. Bayam

Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai nilai komersial cukup

tinggi, karena dibutuhkan sehari-hari dan permintaannya cenderung terus

meningkat. Salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai komersial dan

digemari masyarakat Indonesia adalah bayam. Bayam mengandung protein, asam

askorbat, dan nutrisi mineral seperti Ca, Fe, Mg, P, K, dan Na, yang dianggap

sebagai nilai gizi pada sayuran (USDA, 1984). Selain sebagai bahan pangan,

bayam dipercaya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan


pencernaan (Sunarjono, 2018), akarnya dapat digunakan untuk mengobati

penyakit disentri, mempercepat pertumbuhan sel, dan dapat mempercepat proses

penyembuhan bagi orang yang sedang menjalani perawatan setelah sakit

(Tafajani, 2012).

Gambar 7. Tanaman Bayam

Salah satu usaha budidaya meningkatkan pertumbuhan dan produksi

tanaman adalah tanaman bayam Tanaman bayam merupakan salah satu komoditas

sayuran yang banyak di minati oleh masyarakat karena kandungan nutrisi dan

rasanya yang lezat. Hal ini berarti permintaan pasar untuk tanaman bayam tinggi.

Potensi lahan marginal untuk produksi tanaman bayam cukup tinggi karena lahan

marginal di indonesia sangat luas. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan marginal

untuk produksi tanaman bayam akan dapat memenuhi permintaan pasar.

Tanaman bayam awalnya dikenal sebagai tanaman hias. Dalam

perkembangan lebih lanjut bayam, tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan

pangan sumber protein terutama bagi negara berkembang (Haerani T, 2012).


Bayam cocok ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi.

Pertumbuhan dan produksi tanaman dapat mencapai hasil yang maksimal jika

ditanam di tempat terbuka dengan tanah yang subur dan gembur, kaya bahan

organik, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta memiliki pH antara 6-7.

Bayam merupakan sumber protein nabati yang memiliki fungsi ganda.

Selain sebagai sayuran, untuk bahan obat tradisional juga untuk kecantikan.

Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, bayam sangat baik untuk dipertimbangkan

sebagai komoditas pertanian menuju agribisnis. Apalagi kebutuhan sayuran

berdaun seperti bayam kemungkinan akan terus meningkat kesadarannya dan

menjadi barang dagangan sehari-hari di banyak pasar (Hermanaputri et al., 2017).

Tanaman bayam mudah ditemukan di Indonesia seperti halnya di daerah

Nusa Tenggara Timur (NTT). Produksi tanaman bayam secara nasional pada

tahun 2011 yaitu sebesar 160,153 ton/tahun. Produksi tanaman bayam mengalami

penurunan yaitu pada tahun 2012 sebesar 155,118 ton/tahun, tahun 2013 sebesar

140,980 ton/tahun dan tahun 2014 sebesar 134,166 ton/tahun. Setelah itu pada

tahun 2015 produksi tanaman bayam mengalami peningkatan sebesar 150,093

ton/tahun (BPS, 2017). Menurut Setya (2012), peningkatan jumlah penduduk

menyebabkan kebutuhan akan bahan pangan termasuk sayur bayam terus

meningkat. Oleh karena itu untuk membantu dan memenuhi kebutuhan

masyarakat, salah satu bentuk atau upaya meningkatkan produktifitas sayur

bayam adalah dengan memanfaatkan dan menambahkan unsur hara. Pemanfaatan

bahan-bahan yang telah lapuk sebagai pupuk merupakan sebuah solusi pembuatan

pupuk yang baik karena selain mudah didapat, pupuk organik yang berasal dari
tumbuhan memiliki biaya yang relatif murah, mendukung pertumbuhan, tidak

mencemari lingkungan dan tidak menyebabkan penyakit pada maunusia

(Marpaung, 2014). Bayam juga dapat di sebut dengan bayam cabut

Bayam merupakan salah satu jenis sayuran yang cocok untuk

dibudidayakan dan memiliki prospek yang baik. Dengan modal yang relatif

rendah, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang sulit seperti hanya

memanfaatkan lahan yang kecil, sempit dan terbatas. Mudah ditanam, relatif

murah dalam biaya pertanian, dan tumbuh cepat bahkan tanpa perawatan yang

serius. Selain itu, dalam waktu singkat, tanaman siap dipanen. Bayam sangat

populer di kalangan masyarakat sehingga tidak sulit dalam pemasarannya. Oleh

karena itu, budidaya skala besar akan menghasilkan keuntungan yang relatif

besar.Bayam juga terdiri dari bayam cabut.

Bayam cabut (A. tricolor L.) merupakan salah satu jenis bayam yang

dibudidayakan dan dikonsumsi masyarakat luas. Jenis bayam ini mempunyai nilai

ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis bayam lainnya disebabkan

permintaannya yang cukup tinggi. Mengingat bayam mempunyai banyak manfaat,

baik sebagai bahan pangan dengan kandungan nutrisi tinggi maupun khasiatnya

dalam mengobati beberapa penyakit sehingga mempunyai peran penting dalam

mendukung kesehatan masyarakat, maka dengan mengkonsumsi bayam dapat

menjaga kesehatan kita. Bayam merupakan sumber protein nabati yang memiliki

fungsi ganda. Selain sebagai sayuran, juga digunakan sebagai obat tradisional dan

kecantikan. Dari aspek sosial dan ekonomi, bayam baik untuk dijadikan bahan

pertimbangan komoditas pertanian ke arah agribisnis. Apalagi kesadaran


masyarakat akan kebutuhan sayuran berdaun seperti bayam kemungkinan akan

terus meningkat dan menjadi komoditas sehari-hari di berbagai pasar (Siregar,

2017).

 Manfaat Bayam untuk Kesehatan

Kandungan Vitamin A dalam tanaman sering dikaitkan dengan kesehata

mata. Begitu pula dengan bayam memiliki kandungan yang kaya akan vitamin A

beta karoten, lutein dan zeaxanthin. Kandungan lutein dan zeaxhantin ini mampu

membantu mata untuk menyaring cahaya gelombang pendek yang berbahaya serta

mencegah kerusakan pada makula atau pusat retina mata. Dengan begitu, zat ini

membantu mata mendeteksi kontras dengan lebih baik. Jadi, dengan

mengonsumsi sayur bayam tidak hanya meningkatkan penglihatan, tetapi juga

mampu membantu menjaga penglihatan dalam jangka panjang.

1. Memperkuat Otot

Manfaat dari sayur bayam hijau yang sangat terkenal adalah bayam diklaim

dapat memperkuat otot. Hal ini benar adanya karena terdapat faktor koenzim

Q-10 (C0-Q10) yang bertugas sebagai antioksidan sekaligus membantu

memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke seluruh bagian

tubuh ini dibantu juga oleh otot jantung yang sudah lebih kuat. Kandungan

koenzim dalam bayam juga mampu menurunkan risiko gagal jantung dan

jantung koroner.

2. Menjaga tekanan darah

Bagi para penderita hipertensi, bayam dapat menjadi salah satu solusi alternatif

untuk menjaga tekanan darah. Kandungan kalium pada bayam mampu


melemaskan dinding pembuluh darah, sehingga menurunkan tekanan darah dan

melindungi dari kram otot. Selain itu risiko terkena hipertensi pun bisa

berkurang karena kandungan folat yang berfungsi menenangkan pembuluh

darah. Disamping folat, ada juga kandungan nitrat alami yaitu senyawa yang

berfungsi untuk membuka pembuluh darah dalam meningkatkan aliran darah

dan meringankan beban kerja pada jantung.

3. Membantu Mencegah Kanker

Manfaat lainnya dari bayam yang belum banyak diketahui ialah ternyata bayam

mampu membantu mencegah kanker dan membantu memperlambat

pertumbuhan sel tumor. Bayam mengandung beta karoten dan vitamin C yang

aktif berperan dalam perlindungan terhadap perkembangan sel kanker. Selain

beta karoten dan vitamin C, zat yang mampu mencegah kanker adalah klorofil.

Klorofil ini efektif sebagai penahan efek karsinogenik dari amina heterosilik.

Tanaman bayam banyak diusahakan oleh petani dalam skala usaha kecil,

sehingga belum dapat mengimbangi permintaan pasar. Permintaan pasar yang

tinggi dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk,

perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Selain itu di

kota-kota besar tumbuh permintaan pasar yang menghendaki komoditas sayuran

dengan kualitas yang baik (Aribawa, 2013). Hasil survai produksi tanaman

sayuran dan buah-buahan di Indonesia menunjukan bahwa luas panen bayam

mencapai 45 325 hektar dengan produksi sebesar 134 159 ton atau rata-rata 2.96

ton per hektar (Direktorat Jenderal Hortikultura 2014). Tingkat potensial produksi

tanaman bayam dapat mencapai 20 ton per hektar (Wijaya 2016).


Usaha untuk dapat meningkatkan produktivitas bayam di antaranya dapat

dilakukan dengan pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk sintetik.

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber

energi dari sebagian besar organisme tanah.

Dalam produksinya, bayam dapat dibudidayakan secara konvensional

yaitu sistem budidaya dengan menggunakan media tanah sebagai media

tumbuhnya dan budidaya tanpa media tanah seperti hidroponik, akuaponik dan

aeroponik. Hidroponik menggunakan media tanam seperti batuan atau sabut

kelapa yang diberi larutan campuran nutrisi primer, sekunder dan mikro. Dengan

kata lain hidroponik merupakan sistem bertanam tanpa menggunakan media tanah

(Paeru, 2018 65). Metode tanam dengan sistem hidroponik merupakan salah satu

cara yang efisien yang digunakan untuk menanam sayur-sayuran. Sistem

hidroponik dapat menjadi salah satu solusi bagi pengembangan tanaman sayur

dengan berbagai kelebihan dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional.

Budidaya bayam dengan hidroponik lebih efisien dalam penggunaan air dan tanah

daripada pertanian konvensional sehingga dapat menghemat biaya produksi.

Selain itu, tanaman membutuhkan lebih sedikit waktu tumbuh dibandingkan

dengan tanaman yang ditanam di ladang karena tidak ada halangan mekanis ke

akar dan seluruh nutrisi sudah siap tersedia untuk tanaman (Anonim, 2017 : 3).

2.1.5 Budidaya Kagkung


Gambar 8. Tanaman Kangkung

Tanaman kangkung (Ipomoeae reptans poir) merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani dengan skala kecil

maupun besar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pertumbuhan ekonomi

masyarakat sangat ditentukan oleh upaya peningkatan produktikfitas komoditas

pertanian. Komoditas sayuran sangat penting dibudidayakan di Indonesia karena

merupakan komuditas yang memiliki potensi unggul sebagai bahan makanan

dalam memenuhi gizi masyarakat serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

Komoditas sayuran semakin penting karena berkenaan pula dengan

kecenderungan permintaan yang semakin tinggi setiap tahun, seiring dengan

pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Komoditas sayuran sangat penting

dalam peningkatan kesejahteraan rakyat dan perbaikan pendapatan petani jika

dilakukan melalui budidaya dan teknik yang baik (Darwis dan Muslim, 2013).

Salah satu komuditas sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah

tanaman kangkung.
Kebutuhan sayuran kangkung cenderung terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan banyaknya rumah

makan yang menyajikan sayur kangkung sebagai salah satu menu mereka.

Produksi kangkung di Indonesia dapat mencapai 50.000-60.000 kg per hektar.

Kangkung dalam sekali tanam menghsilkan 5 kg benih kangkung namun

menghasilkan produk yang masih kurang dibanding tanaman lainya (Parni, 2012).

Dari aspek sosial dan ekonomi, tanaman kangkung darat memiliki prospek yang

cukup baik jika dikembangkan ke arah agribisnis. Kangkung darat menempati

urutan ke-14 dari 18 jenis sayur di Indonesia (Sawasemariai, 2012). Meski harga

kangkung relatif lebih murah, namun dibudayakan secara intensif dan berorientasi

ke arah agribisnis dan memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani.

Peluang pemasaran kangkung makin luas karena tidak hanya dijual di pasarpasar

lokal di daerah, tetapi juga telah banyak dipesan oleh pasar-pasar swalayan.

Dengan masuknya sayuran kangkung ke pasar-pasar swalayan akan menaikkan

harga jual sayuran ini (Taufik, 2012).

Untuk kangkung darat memerlukan perhatian penting dalam perawatannya

terutama dalam segi teknik budidaya perawatan dan pertumbuhan sehingga

meningkatkan produksi pertanian (Nurmas dan Fitria, 2012). Kebutuhan air untuk

setiap tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang banyak memerlukan banyak air

dan sedikit air, misalnya kangkung air, genjer dan selada air memerlukan air yang

banyak dan mengalir, tanaman tomat terung dan cabai memerlukan air yang

cukup, tidak tergenang, sedangkan tanaman kangkung darat dan ubi kayu hanya

memerlukan sedikit air (Pracaya, 2004 dalam Oktalia 2012).


Pada tanaman kangkung darat umumnya membutuhkkan kondisi air yang

sedikit untuk pertumbuhannya. Kelebihan air akan menghambat pertumbuhan

tanaman kangkung darat. Untuk itu, dalam budidaya tanaman kangkung perlu

diperhatikan faktor ketersedian air pada tanaman kangkung, dengan mengetahui

volume air yang diberikan pada tanaman kangkung, akan dapat membantu

memperbesar keberhasilan dalam budidaya tanaman kangkung darat. Selain faktor

ketersedian air, salah satu yang menunjuang keberhasilan dalam budidaya

tanaman kangkung ialah media tanam yang digunakan. Media tanam yang baik

untuk tanaman ialah media tanam yang memiliki kandungan unsur hara yang

cukup untuk kebutuhan tanaman. Selain itu, media tanam yang baik untuk

tanaman kangkung darat adalah media yang memiliki aerasi yang baik/pengairan

yang baik. Hal ini karena tanaman kangkung darat tidak cocok pada media tanam

yang mengadung banyak air.

Media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman kangkung

ialah tanah. Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki kandungan unsur hara

yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Media tanam yang akan digunalkan

harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan di tanam. Tanaman kangkung

memerlukan media tanam yang mampu menopang tanaman dan mampu

menyediakan udara yang cukup bagi akar tanaman. Media tanam harus bersifat

inert, memiliki aerasi yang baik dan tidak mengandung zat yang beracun bagi

tanaman . selain itu media juga harus mempunyai struktur yang stabil (tidak

mudah melapuk) selama masa pertumbuhan tanaman, dapat memegang air kira-

kira 30% dan secara ekonomis tidak mahal (Morgan dan Lennard, 2020).
Selain media tanah, media yang dapat digunakan dalam budidaya tanaman

adalah media arang sekam. Supriati dan Herliana (2012) mengemukakan arang

sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran tidak sempurna.

Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan menyangrai atau membakar.

Keunggulan sekam bakar adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah,

serta melindungi tanaman.

Penggunaan arang dan abu sekam dapat memperbaiki sifat fisik maupun

kimia tanah. Menurut Setyorini (2013), abu sekam padi memiliki fungsi mengikat

logam. Selain itu, abu sekam padi berfungsi untuk menggemburkan tanah,

sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara. Arang sekam

mempunyai porositas yang baik, mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, ringan,

dan merupakan sumber kalium. Arang sekam memiliki karakteristik yang

istimewa, oleh katrena itu dapat dimanfaatkan sebagai media tanam (Sutanto,

2012) Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukaan diatas, penulis tertarik

untuk mengangkat hal sebagail judul penelitian. Adapun judul penelitian tersebut

adalah Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea

reptans Poir) Terhadap Volume Pemberian dan Kombinasi Media Tanah dan

Arang Sekam.

2.1.6 Budidaya Sawi


Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman

hayati yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Hampir setiap daerah di Indonesia dapat mengahasilkan berbagai jenis tanaman

yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat, baik berupa tanaman pangan, tanaman

buah, maupun tanaman sayuran.

Sayuran merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai

potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang

semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi

menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran. Sayuran banyak diminati

masyarakat karena banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang

dibutuhkan oleh tubuh. Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang memiliki

nilai komersial cukup baik. Selain ditinjau dari segi teknis, klimatologis dan

ekonomi sosial yang sangat mendukung, membuat jenis sayuran ini memiliki

kelayakan untuk dibudidayakan di Indonesia dan sayuran ini banyak digemari

oleh kalangan masyarakat sehingga permintaan akan sayuran ini meningkat


seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesadaran

kebutuhan gizi

Sawi memiliki banyak manfaat dan mudah didapat di pasar. Harga yang

murah serta dapat diolah dengan cara dimasak seperti sayuran biasa atau dalam

bentuk lalapan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta sayuran. Kandungan

sayuran sawi sendiri terdiri dari kalsium, asam fosfat, dan magnesium yang tinggi.

Secara historis sayuran sawi mampu mencegah radang sendi, osteoporosis,

penyakit paru-paru serta baik bagi kesehatan mata karena mengandung vitamin A

(Cahyono. 2013).

Sawi (Brassica chinensis L.) merupakan kelompok sayuran semusim yang

dimanfaatkan daunnya sebagai makanan, baik segar maupun olahan. Sawi

mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang – kadang mirip satu sama lain.

Jenis – jenis sawi yang umum di pasaran, yaitu sawi putih, sawi hijau, sawi huma,

dan sawi keriting.

Sawi hijau merupakan salah satu tanaman sayur yang paling banyak

dipasarkan dan digemari oleh masyarakat karena memiliki prospek, potensi, dan

gizi yang cukup tinggi. Di Indonesia sendiri banyak sekali jenis masakan yang

menggunakan daun sawi hijau, baik sebagai bahan pokok maupun sebagai bahan

pelengkap. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari aspek sosial, masyarakat sudah

menerima kehadiran sawi hijau untuk konsumsi sehari-hari. Sawi hijau memiliki

kandungan karbohidrat 2,18 g; protein 1,50 g; lemak 0,20 g; serat 1,00 g; fosfor

37,00 mg; vitamin A; vitamin C; dan vitamin K (Zulkarnain, 2013).


Produksi sawi hijau di Indonesia pada tahun 2015, 2016, dan 2017

masing–masing sebesar 600.187 ton, 600.197 ton, dan 627.597 ton (Direktorat

Hortikultura, 2018). Potensi hasil sawi hijau dapat menghasilkan 20 sampai 30

ton/ha atau rata – rata 25 ton sayuran segar pada musim kemarau per periode

tanaman.

Permintaan masyarakat terhadap sawi hijau semakin lama semakin

meningkat. Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh petani dalam peningkatan

hasil sawi hijau adalah pemupukan. Tanaman sawi hijau memerlukan unsur hara

yang cukup dan tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangannya untuk

menghasilkan produksi yang maksimal (Wahyudi, 2012).

Budidaya tanaman sawi hijau yang menggunakan pupuk organik

diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk

anorganik. Budidaya tanaman sawi hijau secara organik juga memiliki nilai

ekonomi yang cukup tinggi untuk dikomersilkan di pasaran oleh petani

dibandingkan dengan tanaman sawi hijau yang dibudidayakan secara non organik

(Nasution, dkk., 2014). Selain itu, dengan adanya pemanfaatan limbah buah

pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair yang

dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau, sehingga dapat

mengurangi produksi limbah buah pisang dan memberikan dampak positif

terhadap lingkungan (Marlina, Rosmiah, dan Gofar, 2014).

2.2. Pemasaran
Relationship marketing adalah sekumpulan strategi dan cara yang

dilaksanakan menciptakan dan menjalin hubungan baik untuk memuaskan dan

menjaga loyalitas pelanggan. Terkait dengan relationship marketing, Budi

Prabowo dalam penelitiannya menemukan bahwa relationship marketing

berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan

berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan. Pelaksanaan relationship

marketing yang baik dapat memberikan dampak positif langsung kepada loyalitas

pelanggan, hal ini dibuktikan dalam penelitian Hindarto (2013) mengenai

relationship marketing.

Adanya program loyalitas dalam bentuk membership membuat para

pelanggan merasa memiliki nilai yang lebih, nyaman, dan mendorong untuk

loyal. Penelitian mengenai relationship marketing juga dilakukan oleh Putri,

Suharyono, dan Abdillah (2014). Hasil penelitian ini menemukan bahwa

relationship marketing memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan pelanggan

dan loyalitas pelanggan.

Pengertian relationship marketing menurut Ndubisi adalah kombinasi

kebijakan, proses, dan strategi yang diterapkan perusahaan untuk menjadi satu

kesatuan yang digunakan dalam menelusuri informasi pelanggan. Relationship

marketing memiliki 4 dimensi yang terdiri dari trust, commitment, communicaion,

dan conflict handling.

1. Trust (Kepercayaan)

Trust adalah faktor utama dalam relationship marketing. Menurut

Garbarino dan Johnson, trust (kepercayaan) adalah sikap dan keyakinan


pelanggan atas kualitas dan keandalan jasa yang diterimanya. Dalam

konsep relationship marketing, kepercayaan terhadap perusahaan terbentuk

dari pengalaman dan interaksi sebelumnya.

2. Commitment (Komitmen)

Komitmen dalam konsep relationship marketing, berkaitan dengan

komitmen perusahaan kepada pelanggan. Dimana menurut Alrubaiee &

Al-Nazer, komitmen merupakan sesuatu yang harus dijaga dan

dikembangkan dalam mempertahankan serta melanjutkan relasi yang

terjadi. Sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen merupakan keinginan

untuk dapat memegang dan merealisasikan janji-janji yang ditawarkan

untuk dapat memenuhi harapan dan keinginan dalam menjalin hubungan

baik yang berjangka panjang antara perusahaan dengan pelanggan.

3. Communication (Komunikasi)

Komunikasi menurut Ibok dan Sampson (2014) adalah suatu proses yang

tidak dapat diabaikan dalam hubungan apapun. Komunikasi dalam

relationship marketing berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

dapat memberikan informasi dengan tepat waktu dan terpercaya serta

berperan proaktif dalam memberikan tanggapan kepada para pelanggan.

Di dalam konsep komunikasi, menurut Khandabi, Klidbari, dan Fadayi

(2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa, perusahaan harus dapat

memberikan penjelasan terhadap hal yang berkaitan dengan biaya,

masalah, proses penanganan, dan perubahan yang terjadi dalam

perusahaan untuk dapat meyakinkan pelanggan. Hal tersebut dilakukan


agar pelanggan dapat merasa diperhatikan dan dilayani dengan baik oleh

perusahaan. Kejujuran dan keterbukaan antara perusahaan dengan

pelanggan adalah hal yang berpengaruh dalam berlangsungnya

komunikasi yang ada.

4. Conflict Handling

Keluhan atau saran dari pelanggan adalah aspek yang harus diperhatikan

oleh perusahaan. Setiap pelanggan akan memiliki reaksi yang berbedabeda

ketika mereka merasa tidak puas terhadap kinerja produk atau jasa dari

sebuah perusahaan, seperti ada pelanggan yang memilih untuk melakukan

komplain kepada perusahaan, tetapi ada juga yang memilih untuk berdiam

diri. Pernyataan di atas didukung oleh Tjiptono, menyangkut pelayanan

kepada pelanggan khususnya dalam hal penanganan keluhan, perusahaan

tersebut harus menyediakan kesempatan dan akses yang mudah bagi para

pelanggannya untuk dapat menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan

keluhan mereka.

A. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan menurut Zeithaml adalah sebagai evaluasi pelanggan

atas produk atau jasa. Apakah produk atau jasa tersebut telah memenuhi

kebutuhan atau harapannya atau tidak. Hal±hal yang dipakai untuk mengukur

kepuasan yaitu, perasaan pemenuhan (fulfillment), kepuasan (contentment),

kesenangan (pleasure), kegembiraan (delight), lega (relief), dan ambivalensi

(ambivalence). Kepuasan, kesenangan, dan kegembiraan adalah tiga aspek yang

dapat dibaurkan menjadi satu yaitu dalam kesenangan (pleasure). Sehingga


penelitian ini mengukur kepuasan pelanggan dari perasaan pemenuhan

(fulfillment), kesenangan (pleasure), dan ambivalensi (ambivalence).

B. Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang loyal adalah darah kehidupan perusahaan, sehingga

loyalitas pelanggan merupakan aspek penting dalam keberlangsungan perushaan.

Oliver menyatakan bahwa loyalitas adalah komitmen yang mendalam untuk

melakukan pembelian suatu produk atau pelayanan yang disukai secara konsisten

di waktu yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha

pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Terdapat

beberapa indikator yang dapat dijadikan cara untuk mengukur loyalitas, dimana

menurut Japarianto indikator dari loyalitas yang kuat, yaitu:

 Say positive thing

Indikator yang berupa penyampaian kepada orang lain dalam bentuk kata-

kata secara positif tentang produk atau jasa dari perusahaan, biasanya

berupa ulasan cerita atau uraian pengalaman.

 Recommend friends

Proses yang berujung dengan mengajak pihak lain untuk ikut menikmati

produk atau jasa dari perusahaan tersebut akibat dari pengalaman positif

yang dirasakan.

 Continue purchasing

Sikap untuk membeli ulang terus-menerus oleh pelanggan pada produk

atau jasa dari perusahaan tertentu sehingga menimbulkan pembelian ulang

yang dapat dilandasi kesetiaan.


Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

mempromosikan suatu produk atau layanan yang mereka punya. Pemasaran ini

mencakup pengiklanan, penjualan, dan pengiriman produk ke konsumen atau

perusahaan lain. Dalam melakukan promosi, mereka akan menargetkan orang-

orang yang sesuai dengan produk yang dipasarkan. Selain itu, dengan adanya

pemasaran juga sangat membantu para konsumen. Jadi mereka akan lebih mudah

menemukan produk yang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Ketika

pemasaran sesuai dengan targetnya, perusahaan akan mendapatkan banyak

pembeli dan kefuntungan bisa didapatkan.

C. Fungsi Pemasaran

1. Pengenalan Produk

Pengenalan menjadi fungsi utama dari sebuah pemasaran yang dilakukan

oleh perusahaan. Dengan adanya pemasaran, produk akan lebih mudah

dikenal oleh pelanggan. Pemasar harus menonjolkan keunggulan dari

produk yang di pasarkan. Sehingga bisa lebih menarik perhatian dibanding

produk pesaing.

2. Riset

Riset memungkinkan pemasaruntuk mendapatkan informasi yang tepat

mengenai pasar target sebuah produk. Beberapa hal yang biasanya harus

diriset adalah kepopuleran, usia, jenis kelamin kebutuhan hingga

keinginan dan lain sebagainya. Nantinya produk yang diproduksi bisa

disesuaikan dengan apa yang sesuai dengan target pasarnya.

3. Distribusi
Dengan distribusi yang baik, akan memastikan bahwa produk dapat mudah

dipindahkan dari lokasi produksi ke pasar luas menggunakan jalur darat,

air dan laut. Selain itu juga memastikan bahwa produk dapat dengan

mudah didapatkan oleh pelanggan. Sebagai pemasar juga harus

merencanakan segala sesuatunya seperti armada, keuangan dalam proses

distribusi.

4. Layanan Purnajual

Dalam sebuah penjualan, layanan setelah penjualan memang sangat

dibutuhkan. Pemasar harus membantu pelanggan setelah mereka membeli

produk. Misalnya seperti produk mesin, pelanggan mungkin akan merasa

kesulitan ketika menemukan masalah pada mesin yang telah mereka beli.

Tugas pemasar, memastikan dan membantu agar mesin itu berjalan dengan

semestinya.

D. Jenis Pemasaran

1. Branding

Produk dan layanan harus memiliki target pasar, dan nama atau “merek,”

untuk dikenal. Branding adalah bentuk pemasaran yang memiliki fungsi

sebagai iklan jangka panjang. Ini sangat membantu untuk membuat produk

atau layanan menjadi lebih menarik dan terkenal. Branding sering kali

menyertakan nama, slogan, dan logo.

2. Iklan Siaran

Menggunakan radio sebagai media pemasaran adalah salah satu bentuk

iklan berbayar yang paling umum. Pemasaran ke pelanggan sangat


potensial ketika menggunakan radio karena pendengar radio benar-benar

mendengarkan apa yang diucapkan oleh penyiarnya. Selain itu, juga bisa

menggunakan media TV untuk menjangkau pelanggan secara luas.

3. Multi-Level Marketing

Pemasaran dengan menggunakan multi-level marketing adalah bentuk

penjualan langsung yang melibatkan banyak orang di mana perusahaan

merekrut dan menjual produk-produknya. Multi-level marketing juga

disebut network marketing karena tenaga penjualan mendapatkan komisi

dari produk yang mereka jual serta komisi penjualan dari jaringannya.

4. Internet Atau Online

Internet menjadi salah satu media pemasaran yang paling diminati. Hampir

semua orang pasti menggunakan internet, sehingga pasarnya sangat luas.

Pemasaran dapat dilakukan dalam berbagai cara seperti menggunaan

email, website atau iklan. Target pasarnya juga bisa ditentukan karena

banyak penyedia jasa iklan yang memiliki fitur ini. Anda bisa juga

membaca perbedaan antara penjualan dan pemasaran secara lengkap

dengan membacanya melalui artikel ini.

Pemasaran merupakan hal yang penting dalam sebuah bisnis, semakin baik

strategi marketing pada bisnis Anda, semakin cepat bisnis Anda berkembang.

Namun jangan lupakan tentang pembukuan, karena pembukuan adalah salah satu

komponen penting dalam berjalannya sebuah bisnis.

Jika strategi marketing Anda bagus tanpa dibarengi pembukuan yang terstruktur

maka bisnis Anda akan berantakan. Untuk melakukan proses pembukuan yang
baik dibutuhkan pencatatan transaksi yang teratur agar menghasilkan laporan

keuangan yang bisa dipertanggungjawabkan.

2.3. Pelapisan Sosial

Secara etimologis,istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata

strata atau stratum yang berarti “lapisan”. Karena itu social stratification sering

diterjemahkan dengan istilah pelapisan masyarakat. Atau bermakna sejumlah

individu yang mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran

masyraktnya , dikatakan berada dalam suatu lapisan atau startum.

Dalam kamus sosiologi dijelaskan, stratifikasi sosial adalah pelapisan

sosial atau sistem hierarki kelompok di dalam masyarakat. Jadi

stratifikasi sosial secara etimologi adalah pelapisan atau penggolongan

masyarakat secara hierarki yang dipengaruhi oleh beberapa unsur.

Secara terminologi, stratifikasi sosial adalah merujuk kepada

pembagian orang ke daam tingkatan atau strata yang dapat dipandang

berbentuk secara vertikal seperti lapisan bumi yang tersusun di atas, di

tengah dan di bawah. Fuad hasan mendefinisikan stratifikasi sosial adalah

strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian

kesatuan status sosial. Para anggota strata sosial tertentu seringkali memiliki

jumlah penghasilan yang relatif sama. Namun lebih penting dari itu, mereka

memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya 46 hidup sama. Semakin rendah strata

atau kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosialnya biasanya

semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya. Orang-orang


yang berasal dari lapisan sosial rendah misalnya, biasanya lebih sedikit

berpartisipasi dalam jenis organisasi apapun. Ada kecenderungan yang kuat,

bahwa kelompok yang berasal dari lapisan rendah atau masyarakat miskin

biasanya lebih menarik diri dari tata krama umum, mereka mengembangkan

subkultur tersebut yang seringkali berlawanan dengan subkultur kelas sosial

diatasnya.

Stratifikasi Sosial atau pelapisan sosial pada dasarnya berbicara

tentang penguasaan sumber-sumber sosial. Sumber sosial adalah segala

sesuatu yang oleh masyarakat dipandang sebagai suatu yang berharga,

namun terbatas dalam jumlah sehingga memperolehnya diperlukan

usaha-usaha tertentu. Terjadinya stratifikasi sosial dikarenakan tidak

adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban sehingga rasa tanggung jawab

sosial berkurang lalu dilanjutkan adanya ketimpangan pemilikan nilai atau

harga. Akibatnya, sesama anggota kelompok menilai dan memilah-milah yang

akhirnya memunculkan strata (lapisan). Bentuk pelapisan dalam masyarakat

bermacam-macam dan pelapisan ini bersifat permanen atau akan tetap ada.

Sebab asasi mengapa muncul adanya pelapisan sosial dalam

masyarakat tidak hanya disebabkan karena ada perbedaan, namun karena

kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai

kriteria. Artinya menganggap sesuatu ada yang dihargai, maka ketika sesuatu

itu dianggap (dihargai),ia akan menjadi bibit yang menumbuhkan adanya

sistem berlapis–lapis dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai atau dianggap

memiliki nilai dapat berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, keshalehan dalam beragama, atau keturunan

kelurga yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu tersebut,

akan melahirkan lapsisan sosial yang mempunyai kedudukan atas, tengah dan

rendah.

Dalam suatu kehidupan masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai

dan bernilai bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi,

prestise, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia

membeda bedakan penghargaan terhadap suatu yang dimiliki tersebut pasti

akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak

kepemilikan, kecakapan masyarakat atau seseorang terhadap sesuatu yang

dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka

yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali,

maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan rendah.

Terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi

dengan sendirinya , atau sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan

bersama. Sistem lapisan sosial yang sengaja di susun biasanya mengacu kepada

pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal.

Agar dalam masyarakat manusia hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan

wewenang yang ada harus di bagi-bagi dengan teratur dalam suatu organisasi

vertikal atau horizontal. Bila tidak, kemungkinan besar terjadi pertentangan

yang dapatmembahayakan keutuhan masyarakat.

Sifat dari sistem pelapisan masyarakat ada yang tertutup dan ada yang

terbuka. Yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya orang-orang


dan suatu lapisan ke lapisan lain, baik gerak pindahnya ke atas maupun ke

bawah. Keanggotan dari suatu lapisan tertutup, diperoleh dari atau melalui

kelahiran. Sistem lapisan tertutup dapat dilihat pada masyarakat yang

berkasta, dalam suatu masyarakatyang feodal, atau pada masyarakat yang

sistem pelapisannya ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada masyarakat

yang sistem pelapisannya bersifat terbuka, setiap anggota mempunyai

kesempatan buat berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan

sosial, atau kalau tidak beruntung, dapat jatuh ke lapisan bawahnya. Beberapa

kriteria yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial :

1. Ukuran kekayaan

Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam

lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah,

kendaraan pribadi, luas kepemilikan tanah, cara berpakaian dsb.

2. Ukuran Kekuasaan

seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan

paling atas, misalnya saja seorang Presiden, Menteri, Gubernur

Bupati/Walkota atau paling rendah ketua Rukun Tetangga (RT).

3. Ukuran Kehormatan

Seseorang yang paling di hormati dan segani secara sosial dalam

masyarakat biasanya menduduki tempat paling tinggi dalam sebuah

masyarakat, terutama dalam masyarakat yang masih tradisional.

Biasanya mereka adalah kelompok ulama/kyai, ustadz, tokoh /kepala


suku, orang tua atau sesorang yang memiliki jasaterhadap masyarakat

dalam hal ini seorang pahlawan.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

umumnya sesorang atau kelompok yang memiliki derajat

pendidikan yang tinggi biasanya menduduki posisi tertinggi dalam

masyarakat. Misalnya seorang sarjana lebih tinggi posisiya

ketimbang sesorang lulusan Sekolah Menengah Atas atau

SLTA/SLTP. Namun ukuran ini terkadang menyebabkan terjadi efek

negatif karena dalam kenyataan masyarakat sekarang bahwa kualitas

atau mutu ilmu pengetahuannya tidak lagi menjadi ukuran,

melainkan ukuran gelar yang disandangnya. Dan ukuran ini bersifat

limitatif.

Ada tiga pendekatanyang digunakan dalam memahami pelapisan sosial dalam

masyarakat :

1. Pendekatan Objektif

Menurut metode ini stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan kriteria

objektif antara lain : jumlah pendapatan,lama dan tingginya pendidikan,

jenis pekerjaan. Pada dasarnya kelas sosial atau penggolonan sosial

merupakan suatu cara hidup yang memerlukan banyak sekali uaang

untuk dapat hidup menurut cara hidup orang berkelas atas.

Meskipun demikian, jumlah uang sebanyak apapun tidak menjamin

segera mendapatkan statu sosial kelas atas. Jadi bia saja orang–orang

kaya baru, walau mereka bisa membeli mobil mewah dan


membangun rumah besar, tidak serta merta dianggap sebgai lapisan

atas jika tidak mampu menyesuaikan diri secara mendalam

terhadap terhadap gaya hidup orang kaya lama.

Menurut suatu penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1954, bahwa

dokter menempat kedudukan yang sangat tinggi sama dengan

gubernur negara bagian. Juga profesor memiliki kedudukan yang

tinggi sama dengan seorang ilmuan, anggota kongres, Dewan

Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih

rendah dari kapten tentara, pemain orkes atau kontraktor.

2. Pendekatan Subjektif

Dalam metode ini, golongan sosial dirumuskan menurut pandangan

anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan

dimasyarakat itu. Kebanyakan ahli sosiologi berpandangan bahwa kelas

sosial merupakan suatu kenyataan meskipun semua orang tidak

menyadari itu. Identitas diri atas kelas sosial memberikan beberapa

pengaruh terhadap perilaku sosial terlepas apakah itu benar-benar

merupakan anggota kelas itu atau bukan.

3. Metode Reputasi

Dalam metode ini, golongan sosial dirumuskan menurut pandangan

anggota masyarakat dimana masyarakat menempatkan masing-

masing dalam stratifikasi masyarakat itu. Orang diberi

kesempatan untuk memilih golongan masyarakat yang telah

terindentifikasi dalam suatu masyarakat.


Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistim pelapisan sosial dalam masyarakat

dikelompokan dalam dua hal, yakni kedudukan (status) dan peran sosial.

1. Kedudukan (status)

Kedudukan dalam suatu jabatan seringkali dibedakan dengan

kedudukan sosial. Kedudukan adalah sebagai suatu tempat atau

posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, dalam hubungan nya

dengan orang lain. Posisi orang menyangkut ruang lingkup pergaulannya,

prestige, hak-hak dan kewajibannya. Secara abstrak , kedudukan

berarti tempat seseorang dalam pola tertentu. Bahkan seseorang bisa

memiliki beberapa kedudukan dalam beberapa pola kehidupan.

Pitirim A. Sorokin, menguraikan posisi seseorang dalam hubungannya

dengan orang lain menyangkut beberapa hal :

a. Jabatan atau pekerjaan

b. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan

c. Penguasaan atas kekayaan

d. Reputasi sosial

e. Keturunan

f. Agama.

Secara sosiologis, kedudukan (status) seseorang dalam masyarakat

dibedakan ke dalam 3 macam :

1) Ascribed Status

Status ini dimaknai sebagai kedudukan seseorang dalam

masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang.


Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya,

kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula,

kedudukan anak seorang Brahmana akan memperoleh ststus

Brahmana pula, anak seorang kyai akan menjadi kyai atau

ustad pula.

2) Achieved Status

kedudukan yang diperoleh seseoran dengan usaha usaha yang

seringkali dilakukan , bukan diproleh karena kelahiran.

Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja yang memiliki

kemampuan menembusnya berdasarkan kemampuan masing-

masing dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya.

Misalnya setiap orang bisa menjadi dokter, pengusaha, pejabat

dewan Perwakilan, Presiden, guru, hakim dan sebagainya.

3) Assigned Status.

Kedudukan yang diberikan sebagai hadiah atau pemberian

kedudukan kepada seseorang yang dianggap memiliki jasa

kepada masyarakat Misalnya gelar pahlawan atau pejuang.

2. Peran (Rule)

Peran merupakan aspek paling dinamis dari kedudukan, artinya,

seseorang tela menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya

sesuai denan kedudukannya, maka seseorang tersebut telah

melaksanakan suatu peran. Peran yang melekat pada diri

seeorangharus dibedakan dengan posisi atau tepatnya dalam pergaulan


kemasyarakatan, posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat

merupakan unsur status yang menunjukkan tempat individu dalam

suatu organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih menunjuk pada

fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam

masyarakat dan menjalankan suatu peran.

Peran dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena fungsi

peran sendiri adalah:

a. Memberikan arah dalam proses sosialisasi nilai.

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, dan

pengetahuan.

c. Dapat menjadi aat pemersatu kelompok/organisasi

d. Menghidupkan sistem kontrol terhadap kehidupan

masyarakat

2.4. Perspektif Teoritas Hubungan Patron-Client

Ada beragam pola atau bentuk hubungan (relasi) yang ada dalam

masyarakat. Hubungan-hubungan tersebut terjadi dan terjalin sedemikian rupa di

kalangan masyarakat sehingga terus berlangsung dan tak pernah berhenti. Salah

satu relasi tersebut adalah hubungan patron-klien atau yang biasa dikenal dengan

“patronase”(patronage).

Istilah 'patron' berasal dari ungkapan Bahasa Spanyol yang secara

etimologis berarti 'seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang

dan pengaruh'. Sedangkan klien berarti 'bawahan' atau orang yang diperintah dan
yang disuruh. Selanjutnya, pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua

kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status,

kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan

yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi

(superior).

Patron berasal dari bahasa latin yaitu patronas atau bermakna bangsawan,

sedangkan klien berasal dari kata cliens yang berarti pengikut (Jones, 2003).

Dalam bahasa Spanyol, istilah patron secara etimologis berarti seseorang yang

memiliki kekuasaan, status, wewenang dan pengaruh besar. Sedangkan klien

brarti bawahan atau orang yang diperintah (Kurniadi, 2012).

Hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau jasa

yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan oleh salah

satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut berkewajiban

untuk membalas pemberian tersebut.

Hubungan patron – client adalah suatu hubungan yang tidak setara, terjalin

secara perorangan antara pemuka masyarakat dengan sejumlah pengikutnya

(Palras, 2012). Palras juga mengungkapkan bahwa hubungan seperti ini terjalin

berdasarkan pertukaran jasa, yang mana ketergantungan klien kepada patron nya

dibayarkan atau dibalas dengan cara memberikan perlindungan kepada kliennya.

Menurut Scott, hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian

barang atau jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau

diperlukan oleh salah satu pihak, bagi pihak yang menerima barang atau jasa

tersebut berkewajiban untuk membalas pemberian tersebut (Scott, 2013).


Selanjutnya, agar dapat menjamin kontinyuitas hubungan patron-klien

antar pelaku yang terdapat di dalamnya, maka barang atau jasa yang

dipertukarkan tersebut harus seimbang. Hal ini dapat berarti bahwa reward atau

cost yang dipertukarkan seharusnya kurang lebih sama nilainya dalam jangka

panjang atau jangka pendek.

Dengan demikian, semangat untuk terus mempertahankan suaru

keseimbangan yang memadai dalam transaksi pertukaran mengungkapkan suatu

kenyataan bahwa keuntungan yang diberikan oleh orang lain harus dibalas.

Menurut Scott, seorang patron berposisi dan berfungsi sebagai pemberi terhadap

kliennya, sedangkan klien berposisi sebagai penerima segala sesuatu yang

diberikan oleh patronnya (Scott, 2012).

Hubungan patron-klien berbeda dengan pemaksaan ini disebabkan karena

hubungan patronklien merupakan wewenang formal yang didukung oleh norma-

norma dalam masyarakat sehingga memungkinkan pihak klien melakukan

penawaran atau menarik diri dari hubungan tersebut apabila yang diinginkan tidak

sesuai (Surbakti, 2016).

Pola relasi seperti ini di Indonesia lazim disebut sebagai hubungan bapak-

anak buah, dimana bapak mengumpulkan kekuasaan dan pengaruhnya dengan

cara membangun keluarga besar. Setelah itu, 52 bapak harus siap

menyebarluaskan tanggung jawabnya dan menjalin hubungan dengan anak buah

secara personal, tidak ideologis dan tidak politis (Alkhudri, 2014).

Tujuan dasar dari hubungan patron dan klien sebenarnya adalah

penyediaan jaminan sosial bagi subsistensi dan keamanan. Apabila hubungan


pertukaran yang menjadi dasar pola hubungannya patron dan klien ini melemah

karena tidak memberikan jaminan sosial yang mendasar bagi subsistensi dan

keamanan maka klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron

menjadi tidak adil dan eksploitatif. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila

ada tuntunan dari pihak klien terhadap patronnya untuk memenuhi janji - janji

ataupun kebutuhan dasarnya sesuai dengan peran dan fungsinya. Hubungan

seperti ini sifatnya akan langgeng dan permanen jika masing–masing pihak

menemukan kesesuaian dan manfaatnyaKetergantungan klien pada patron karena

adanya pemberian barangbarang yang diinginkan oleh klien dari patron

menyebabkan adanya rasa balas budi klien pada patron.

Hubungan patron-klien ini di Indonesia khususnya sering disebut dengan

hubungan juragan dan buruh.Seperti memberikan imbalan dalam bentuk barang

atau uang sebagai bentuk balas budi atas apa yang sudah patron berikan kepada

klien. Ketergantungan ini cenderung berlangsung lama, karena kedekatan patron

(Mandor hutan) terhadap klien (Blandong) cukup insten, dengan kebaikan patron

yang memberikan sesuatu kepada klien sehingga klien akan merasa Berbagai

macam hubungan patron-klien yang ada di dalam masyarakat, seperti penelitian

yang dilakukan oleh Riyadi dan Khairu (2014) mengenai hubungan kuasa antara

Perhutani dan Masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan bahwa

masyarakat sudah dipinggirkan peranannya dan Perhutani tidak menghendaki

peranan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Hal ini menyebabkan hubungan

kerjasama yang telah dibangun tidak membuahkan hasil yang saling

menguntungkan dan hanya Perhutani yang mendapatkan keuntungan dengan tidak


melibatkan masyarakat lagi. Nilasari (2015) menjelaskan mengenai hubungan

patron-klien dalam pelaksanaan sistem kerja antara pengusaha industri keripik dan

petani ketela. Pelaksanaan sistem kerja yang terjadi menunjukkan adanya berbagai

tindak dominasi yang dilakukan oleh patron terhadap klien sehingga

mengakibatkan klien cenderung patuh dan tunduk dengan kehendak patron.

Pemberian modal dan reward bagi klien juga mempengaruhi dominasi patron

terhadap klien.

Menurut Rokhmah (2015) hubungan pemilik dan penarik perahu yang

terjalin karena hubungan kekeluargaan, saudara maupun tetangga. Hubungan yang

terjalin akan tetap ada jika klien tidak memiliki pekerjaan lain dan dapat

mencukupi kebutuhannya. Sehingga patron sebagai pemilik perahu tambang

memberikan berbagai kebutuhan perahu seperti jaminan sosial dan materi bagi

klien juga keamanan dalam pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maftuchin (2016) menjelaskan mengenai

hubungan patron-klien antara lurah dan tuan tanah yang terjadi karena alasan dari

klien yang membutuhkan patron untuk mengembalikan kerugian yang didapat

selama pencalonan Lurah. Adanya hubungan patron-klien ini dapat

memungkinkan dalam membangun hubungan timbal balik antara Lurah dengan

Tuan Tanah. Patron tidak akan mengharapkan materi atau uang dari klien tapi

mengharapkan imbalan lain yang dibutuhkan patron. Dalam memahami hubungan

patron klien, ada satu hal penting yang mendasari hubungan ini.

Scott memberikan contoh terhadap hasil temuannya dengan melihat

hubungan timbal balik yang terjadi antara petani penggarap dengan pemilik lahan.
Dalam upaya menjadi patron, pemilik lahan memanfaatkan modal yang dimiliki

untuk mencari klien. Patron memberikan pekerjaan.berupa menggarap lahan yang

dimiliki patron. Patron juga tidak segan-segan melindungi kliennya dengan

memberikan jaminan ketika paceklik tiba maupun melindungi para penggarap

lahan terhadap makelar. Dari perlindungan inilah patron mengharapkan hadiah

dari kliennya berdasarkan kebutuhan patron.

Hubungan patron-klien merupakan hubungan yang terjalin antara dua

orang atau lebih, dimana dalam hubungan tersebut salah satu orang tersebut

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi sehingga dia dapat menggunakan

kedudukannya untuk memberikan perlindungan terhadap pihak lain yang

statusnya lebih rendah.Struktur sosial dalam masyarakat pekebun umumnya

berciri ikantan patron- klien yang kuat. Kuatnya ikatan tersebut merupakan

dengan patron merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan

kegiatannya karena pola ini merupakan institusi jaminan sosial ekonomi. Hal ini

terjadi karena hingga saat ini nelayan belum menemukan alternative institusi yang

mampu menjamin kepentingan sosial ekonomi mereka. Mengenai hubungan

patron-klien yang ada pada masyarakat yakni berkaitan dengan :

1. Hubungan diantara pelaku yang menguasai sumber daya tidak sama.

2. Hubungan khusus yang merupakan hubungan pribadi dan mengandung

keakraban.

3. Hubungan yang didasarkan atas asas saling menguntungkan.

Jadi, karakteristik hubungan patron-klien diatas sejalan dengan kategori

wolf tentang dua macam kelompok teman, yaitu yang berdasarkan emotional
friendship dan instrumental friendship. Artinya, hubungan patron-klien pada

umumnya merupakan ikatan emotional friendship sekaligus instrumental

friendship. Dua kategori ini dapat dijadikan kerangka untuk melihat sejauh mana

kekuatan ikatan patron-klien.

Lebih jauh scoot juga mengemukakan bahwa hubungan patronese ini

mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial

lain.Pertama, yaitu terdapatnya ketidaksamaan (inequality) dalam pertukaran;

kedua, adanya sifat tatap muka (face to face character), dan ketiga adalah sifatnya

yang luwes dan meluas (diffuse flexibility). Menguraikan ciri pertama Scoot

bilang bahwa disitu terdapat ketimpangan pertukaran: “disini terdapat

ketidakseimbangan dalam pertukaran antara dua pasangan, yangmencerminkan

perbedaan dalam kekayaan, kekuasaan, dan kedudukan. Dalam pengertian ini

seorang klien adalah seseorang yang masuk dalam hubungan pertukaran yang

tidak seimbang (unequal), di mana dia tidak mampu membalas sepenuhnya. Suatu

hutang kewajiban membuatnya tetap terikat pada patron”.Ketimpangan ini terjadi

karena patron berada dalam posisi pemberi barang dan jasa yang sangat

dibutuhkan oleh si klien beserta keluarganya agar mereka bisa tetap hidup. Rasa

wajib membalas pada diri si klien muncul lewat pemberian ini selama pemberian

tersebut masih dirasakan mampu memenuhi kebutuhannya yang paling pokok

atau masih diperlukan.Mengenai bentuk hubungan patronese itu sendiri Wertheim

berpendapat bahwa dalam hubungan tersebut (patron-klien) dapat masuk suatu

bentuk eksploitasi yang jelas, namun oleh karena relasi ini bersifat pribadi,
informal,serta sedikit banyak paternalistis, maka ada kecendrungan untuk

kemudian memanusiawikannya.

Ciri-ciri hubungan patron-klien adalah sebagai berikut.

1. Karena adanya kepemilikan sumberdaya ekonomi yang tidak seimbang.

2. Adanya hubungan Resiprositas. Hubungan resiprositas adalah hubungan

yang saling menguntungkan, saling memberi dan menerima walupun

dalam kadar yang tidak seimbang.

3. Hubungan Loyalitas. Loyalitas adalah kesetiaan atau kepatuhan.

4. Hubungan Personal. Hubungan personal merupakan hubungan yang

bersifat langsung dan intensif antara patron dengan client, yang

menyebabkan hubungan terjadi tidak bersifat semata-semata bermotifkan

keuntungan saja melainkan juga mengandung unsur perasaan yang bisa

terdapat dalam hubungan yang bersifat pribadi.

Tujuan dasar dari hubungan patron klien bagi klien yang sebenarnya

adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila

hubungan dagang/pertukaran yang menjadi dasar pola hubungan patron klien ini

melemah karena tidak lagi memberikan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan

keamanan maka klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron

menjadi tidak adil dan eksploitatif. Yang terjadi kemudian legitimasi bukanlah

berfungsi linear dari neraca pertukaran itu. Oleh sebab itu tidak mengherankan

jika ada tuntutan dari pihak klien.

Berdasarkan beberapa paparan pengertian di atas, maka kemudian terdapat

satu hal penting yang dapat digarisbawahi, yaitu bahwa terdapat unsur pertukaran
barang atau jasa bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pola hubungan patron-klien.

Dengan demikian, bahwa pola hubungan semacam ini dapat dimasukkan ke dalam

hubungan pertukaran yang lebih luas, yaitu teori pertukaran. Adapun asumsi dasar

yang diajukan oleh teori ini adalah bahwa transaksi pertukaran akan terjadi

apabila kedua belah pihak dapat memperoleh keuntungan keuntungan dari adanya

pertukaran tersebut.

2.5. Teori Potensi dan Pengembangan Wilayah

2.5.1. Teori Potensi

Menurut Sri Habsari (2016) potensi adalah kemampuan dan kekuatan

seseorang baik secara fisik maupun mental dapat berkembang ketika adanya suatu

latihan dan tunjangan sarana yang baik. Secara umum potensi dapat diartikan

sebagai kemampuan manusia yang dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Jadi

potensi berarti kemampuan secara dasar yang manusia miliki dan diperlukan

latihan agar dapat berkembang secara optimal.

Potensi adalah sumber yang sangat besar yang belum diketahui dan yang

belum diberikan pada waktu manusia lahir di dunia ini. Potensi adalah

kemampuan yang belum dibukakan, kuasa yang tersimpan, kekuatan yang belum

tersentuh, keberhasilan yang belum digunakan, karunia yang tersembunyi atau

dengan kata lain potensi adalah kemampuan atau kekuatan atau daya, dimana

potensi dapat merupakan bawaan atau bakat dan hasil stimulus atau latihan dalam

perkembangan. Abi Hafiz (2016).


Dari beberapa pengertian di atas, potensi dapat diartikan sebagai

kemampuan dasar yang terpendam dan dapat dirasakan hasilnya setelah

kemampuan itu dikembangkan.

Wilayah adalah bagian permukaan bumi yang membentuk suatu teritorial

bedasarkan batas geografis tertentu (seperti suatu wilayah aliran sungai, wilayah

kehutanan, wilayah dataran tinggi, wilayah pulau, wilayah Negara).

Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan

bumi, pengertian permukaan bumi menunjuk pada suatu tempat atau lokasi

yang dilihat secara horizontal dan vertikal. Wilayah sering dibedakan artinya

dengan kata daerah atau kawasan. Wilayah dapat diartikan sebagai satu kesatuan

ruang yang mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas

dan kondisinya. Atau juga wilayah dapat diartikan, suatu areal yang

memiliki karakteristik area bisa sangat kecil maupun sangat besar, suatu

wilayah diklasifikasikan berdasarkan satu atau beberapa karekteristik,

misalnya berdasarkan iklim, relief dipebatuan, pola pertanian, tumbuhan alami,

kegiatan ekonomi dan sebagainya.

Dari pengertin-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah

adalah Wilayah adalah bagian permukaan bumi yang membentuk suatu territorial

bedasarkan batas geografis tertentu (seperti suatu wilayah aliran sungai, wilayah

kehutanan, wilayah dataran tinggi, wilayah pulau, wilayah Negara).

Potensi wilayah Adalah mengkaji secara ilmiah rincian semua kekayaan

atau sember daya fisik maupun non fisik pada area atau wilayah tertentu sehingga

dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan tertentu.Analisis Potensi


Wilayah mencakup rona fisik dan dan rona sosial ekonomi. Rona Fisik wilayah

mencakup lokasi wilayah baik relatif maupun absolute, luasan wilayah, bentuk

lahan, kondisi topografi, kondisi lereng, kondisi tanah, kondisi iklim, kondisi

hidrologi, kondisi geologi, penggunaan lahan, dan kondisi fisik lainnya. wilayah

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu wilayah formal (formal region atau mogenous

regoins) dan wilayah fungsional (Functional region atau nodul region).

1. Wilayah formal adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek

tertentu yang mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri yang relatif sama. Kriteria

pokok yang digunakan antar wilayah dapat berbeda tergantung dasar atau

tujuan pengelompokannya. Kriteria tersebut dapat berupa aspek fisik

seperti ketinggian, bentuk lahan, dan curah hujan, kegiatan ekonomi

(daerah pertanian), peternakan, industri dan sebagainya. Jadi pada wilayah

seragam terdapat keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu.

2. Wilayah fungsional adalah suatu wilayah yang mempunyai

ketergantungan antara daerah pusat dengan daerah belakangnya atau suatu

wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang

saling dihubungkan dengan garis melingkar (daerah belakangnya). Oleh

karena itu, pada wilayah gundul terdapat pengertian tentang kaitan

fungsional antara pusat kegiatan. Wilayah seperti ini disebut wilayah

fungsional. Contohnya wilayah kota dengan wilayah belakangnya. Lokasi

produksi dengan wilayah pemasarannya, susunan orde perkotaan dan jalur

transportasi.
Selain rona fisik wilayah, dalam anpotwil juga harus melakukan analisis

tentang kondisi sosial ekonomi wilayah. Hal ini karena potensi wilayah secara

utuh merupakan perpaduan antara rona fisik dan rona sosial ekonomi dari suatu

wilayah. Data sosial ekonomi yang perlu dianalisis adalah:

1. Data penduduk (jumlah, kepadatan penduduk, rasio ketergantungan,

tingkat pertumbuhan, mata pencaharian penduduk, dll.);

2. Data distribusi fasilitas umum/utilitas (seperti fasilitas pendidikan :jumlah

dan persebaran sekolah, jumlah dan persebaran fasilitas kesehatan:

Polides, Puskesmas, Rumah sakit; Pasar/pertokoan, terminal, dsb).

3. Data Aksesibilitas, seperti kondis jaringan jalan atau kondisi transportasi,

dan fasilitas yang lainnya.

Manfaat Analisis potensi Wilayah merupakan kegunaan yang dirasakan

langsung oleh masyaraka akibat telah dilakukannya anpotwil, dapat berupa

tersedianya jasa atau fasilitas yang dapat diakses oleh publik. Dari hasil

pembahasan yang kelompok kami lakukan, maka manfaat dilaksanakannya

anpotwil adalah :

1. Tersedianya data dan informasi yang memberikan gambaran akurat

mengenai potensi wilayah.

2. Tersedianya data dan informasi yang kelak diperlukan dalam proses

pengambilan keputusan baik bagi pengembangan usaha maupun

perancangan kegiatan lainnya di waktu yang akan datang.


Dengan informasi yang lengkap maka kegagalan dalam pengelolaan

potensi yang ada dapat diminimalisir atau bahkan dihindari, termasuk kegiatan

eksploitasi yang berlebihan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.

Berkaitan dengan konteks Indonesia, analisis potensi wilayah memiliki

berbagai manfaat fisik, idiologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan

(ipoleksosbudhankam). Analisis Potensi Wilayah yang dilakukan terhadap bidang

fisik memberikan manfaat :

1. Menciptakan Efisiensi dan produktivitas sesuai dengan kemampuan dan

kesesuaian daerah karena penentuan kawasan/ lahan dilakukan pada lokasi

yang tepat (teori lokasi) dan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian

fisik lahan yang cukup (pertanian).

2. Menjadi pedoman pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam

perencanaan tata ruang serta pembangunan prasarana fisik agar dapat

produk yang diciptakan dapat bermanfaat secara tepat guna dan berdaya

guna.

3. Menjaga keberlanjutan (sustainability) terutama sumber daya yang tidak

dapat diperbaharui (contoh : bahan tambang), karena alokasi sumber daya

fisik dilakukan dengan cara bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan. Unsur fisik penataan ruang disesuaikan

dengan daya dukung dan daya tampung serta potensi wilayah.

Segala sesuatu yang ada di suatu daerah yang dapat dimanfaatkan lebih

jauh disebut potensi daerah. Tanah yang subur, pemandangan alam yang indah,

laut yang kaya akan ikan merupakan contoh potensi yang ada di suatu daerah.
Selain itu keindahan kesenian dan aneka budaya di suatu daerah juga merupakan

potensi daerah. Marilah kita ikuti penjelasan dari pembagian potensi daerah Di

setiap daerah tentu memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangan.

Potensi ini kadang berbeda satu sama lain.

Setiap daerah memiliki berbagai potensi yang dapat dijadikan sebagai

dasar bagi upaya mempertahankan standar kesejahteraan yang telah dicapai

warganya maupun dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan atau

kehidupan pada taraf yang lebih baik. Potensi daerah dalam hal ini dapat berupa

penduduk sebagai sumber tenaga kerja, potensi yang berupa sarana dan prasarana

fisik, maupun potensi yang berupa kelembagaan yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat.

Pemanfaatan seluruh potensi atau sumber daya tersebut dapat menciptakan

berbagai peluang usaha yang kemudian dapat meningkatkan gerak laju

perekonomian masyarakat secara berkelanjutan, yang pada gilirannya akan

menimbulkan dampak ikutan (multiplier effect) yang luas pada berbagai sektor

kehidupan masyarakat. Karena itu setiap daerah otonom harus mampu

mengindentifikasi seluruh potensinya dalam upaya untuk mengembangkannya

secara optimal, terarah dan terencana agar potensi tersebut dapat menjadi

lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah, sumber pendapatan daerah serta

peningkatan pendapatan masyarakat. Karena itu potensi-potensi yang dimiliki

daerah akan dapat mengindikasikan apa yang menjadi kompetensi inti (core

competence) daerah, yang kemudian perlu dikembangkan pada masa yang akan
datang melalui berbagai upaya dan keterlibatan baik pemda, masyarakat maupun

pelaku usaha di daerah.

2.5.2 Teori Pengembangan Wilayah

Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan

produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk,

kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan.

Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan

sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan

dan lainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan pada adanya perbaikan

wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi

berkembang, dalam hal ini pengembangan wilayah tidak berkaitan dengan

eksploitasi wilayah.

Secara garis besar, teori perkembangan wilayah di bagi atas 4 (empat)

kelompok yaitu: Kelompok pertamaadalah teori yang memberi penekanan kepada

kemakmuran wilayah (local prosperity). Kelompok kedua menekankan pada

sumberdaya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi

keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production

activity). Kelompok ini sering disebut sebagai sangat perduli dengan

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Kelompok ketiga

memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di

tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung

jawab (resposnsible) dan berkinerja bagus (good). Kelompok keempat


perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi

(people prosperity).

Dalam aliran Keynes mengemukakan bahwa karena upah bergerak

lamban, sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju keseimbangan

penggunaan tenaga secara penuh (full employment equilibrium). Akibat yang

ditimbulkan adalah justru sebaliknya, equilibrium deemployment yang dapat

diperbaiki melalui kebijakan fiskal atau moneter untuk meningkatkan permintaaan

agregat.

Salah satu teori pengembangan wilayah dan kota menyatakan bahwa salah

satu pertumbuhan ekonomi adalah satu proses yang gradual di mana pada satu

saat kegiatan manusia semuanya akan terakumulasi. Dalam teori ini terdapat

pernyataan sebagai berikut :

 Pemenuhan pekerjaan yang terus menerus tidak dapat diterapkan pada

sistem multi-regional dimana persoalan regional timbul disebabkan karena

perbedaan-perbedaan geografis dalam hal tingkat penggunaan sumber daya.

 Persaingan sempurna tidak dapat diberlakukan pada perekonomian regional

dan spasial.

 Tingkat pertumbuhan terdiri dari 3 sumber: akumulasi modal, penawaran

tenaga kerja dan kemajuan teknologi.

 Implikasi dari persaingan sempurna adalah modal dan tenaga kerja akan

berpindah apabila balas jasa faktor-faktor tersebut berbeda-beda.


 Modal akan bergerak dari daerah yang mempunyai tingkat biaya tinggi ke

daerah yang mempunyai tingkat biaya rendah, karena keadaan yang

terakhir memberikan suatu penghasilan yang lebih tinggi.

 Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akan pindah ke daerah lain yang

mempunyai lapangan kerja baru pendorong untuk pembangunan di daerah

tersebut.

 Dalam perkembangan ekonomi jangka panjang senantiasa akan muncul

kekuatan tandingan yang dapat menanggulangi ketidakseimbangan dan

mengembalikan penyimpangan kepada keseimbangan yang stabil sehingga

tidak diperlukan intervensi kebijakan secara aktif.

Teori pusat pertumbuhan (Friedman). Teori ini lebih menekankan pada

pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan system pembangunan

dengan asumsi bahwa dengan adanya pusat pertumbuhan akan lebih memudahkan

dan pembangunan akan lebih terencana.

Budiharsono (2002) dalam Sembiring (2012) berpendapat lain bahwa

pengembangan adalah suatu proses untuk mengubah potensi yang terbatas

sehingga mempengaruhi timbulnya potensi yang baru, dalam hal ini termasuk

mencari peluang yang ada dalam kelompok-kelompok yang berbeda yang tidak

semuanya mempunyai potensi yang sama. Kata pengembangan identik dengan

keinginan menuju perbaikan kondisi disertai kemampuan untuk mewujudkannya.

Friedman and Allonso (2008) dalam Sembiring (2012) menyatakan

pengembangan wilayah dalam jangka panjang ditekankan pada pengenalan

sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah yang mampu
mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial

masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala

pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana pembangunan nasional,

pengembangan wilayah lebih ditekankan pada penyusunan paket pengembangan

wilayah terpadu dengan mengenali sektor strategis (potensial) yang perlu

dikembangkan di suatu wilayah.

Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang

(unbalanced growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal.

Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian

tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada

dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal

melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan

ekonomi dasar yang terjadi pada suatu wilayah.

Tujuan pengembangan wilayah mengandung 2 (dua) sisi yang saling

berkaitan yaitu sisi sosial dan ekonomis. Dengan kata lain pengembangan wilayah

merupakan upaya memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan

prasarana dan pelayanan logistik dan sebagainya

Teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak

dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi

ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap

sektor di suatu wilayah secara merata, tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor
unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan sektor lainnya. Sektor yang

diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sector.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

wilayah antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional,

terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan

wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama.

Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan suatu proses kontiniu hasil

dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu

wilayah.

Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan

struktural. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor

(sektor theory) dan teori tahapan perkembangan (development stages theory).

Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa

berkembangnya wilayah, atau perekonomian nasional, dihubungan dengan

transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni sektor primer

(pertanian, kehutanan dan perikanan), serta sektor tertier (perdagangan,

transportasi, keuangan dan jasa). Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan

sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor primer, meningkat di sektor

tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di sektor sekunder.

Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat digambarkan melalui lima

tahapan.

1. Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan

wilayah sangat bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri


tersebut, antara lain minyak, hasil perkebunan dan pertanian, dan produk-

produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki oleh banyak negara

dalam awal pertumbuhannya.

2. Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah

telah mampu mengekpsor selain komoditas dominan juga komoditas

kaitannya. Misalnya, komoditas dominan yang diekspor sebelumnya

adalah minyak bumi mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga

mengekspor industri (metode) teknologi penambangan (kaitan ke

belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke depan)

misalnya premium, solar dan bahan baku plastik.

3. Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa

aktivitas ekonomi wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya

industri substitusi impor, yakni industri yang memproduksi barang dan

jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan ketiga ini

juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah

lainnya.

4. Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini

memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi

untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan barang dan jasa wilayah

pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat

diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai

pengikat dan pengendali kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas


ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan kenaikan impor yang

sangat signifikan.

5. Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional

virtuosity). Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah memberikan

peran yang sangat nyata terhadap perekonomian nasional. Dalam wilayah

berkembang produk dan proses-proses produksi yang relatif canggih, baru,

efisien dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan inovasi,

modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada pemenuhan kepuasan

individual dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah

menjadi kompleks (economic reciproating system).

Pendekatan pengembangan wilayah selalu mempertimbangkan aspek

keruangan (spasial), sebab setiap satuan ruang mempunyai karakteristik tertentu,

yang memerlukan perlakukan berbeda. Oleh karena itu, analisis pengembangan

wilayah memerlukan adanya komponen pengembangan wilayah seperti yang

terdapat pada gambar berikut :


Gambar 10: Komponen Pengembangan Wilayah (Sumber : Putra,2012)

Berdasarkan komponen-komponen pengembangan wilayah tersebut dapat

dilihat ada beberapa aspek-aspek diantaranya yaitu: aspek kelembagaan, aspek

sosial budaya masyarakat, aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Dilihat dari

aspek ekonomi ada dua hal yaitu potensi ekonomi lokal yang dapat dilihat dari

sektor unggulan ataupun kegiatan basis di daerah tersebut, dan kemampuan daya

saing dan sektor unggulannya.

Dalam pengembangan wilayah terdapat peran penting dari dimensi ruang,

karena dengan adanya ruang dapat menimbulkan kemajuan bagi individu di sisi

lain juga ruang dapat menimbulkan konflik. Dari segi kuantitas, ruang memiliki

jumlah yang terbatas, sedangkan dari segi kualitas, ruang memiliki beragam

potensi. Dalam penyusunan kebijakan pengembangan wilayah memerlukan

adanya intervensi perencanaan yang berwawasan keruangan, dengan demikian


diharapkan dapat terciptanya keselarasan dari berbagai kegiatan pembangunan

sektor dan wilayah.

Lahirnya konsep-konsep pengembangan wilayah tidak dapat dilepaskan

dari berbagai teori tentang lokasi dan teori-teori lokasi pada dasarnya adalah

upaya untuk mengoptimalkan fungsi lahan pada suatu wilayah tertentu. Untuk

kondisi saat ini, dimensi lokasi tidak hanya terkait dengan masalah ruang (space),

jarak (distance), dan waktu (time), tetapi juga dimensi geografis (topografi,

hidrologi) dan lansekap ekonomi (economic landscape) sebagai variabel tambahan

yang signifikan dalam kerangka teori pembangunan. Bahkan beberapa lokasi yang

memiliki keunggulan komparatif seringkali diasosiasikan sebagai suatu

keunggulan alamiah, misalnya iklim, tanah, air, dan kondisi topografi cenderung

melibatkan masukan faktor produksi, kelembagaan dan kenikmatan yang

diinginkan untuk mendukung kenyamanan iklim berinvestasi.

keberhasilan pengembangan wilayah terdapat 3 faktor, yaitu produktivitas,

efisiensi, dan partisipasi masyarakat. Produktivitas dalam keberhasilan

pengembangan wilayah diukur dengan ada tidaknya perkembangan produktivitas

institusi termasuk aparat yang ada di dalamnya. Efisiensi dalam keberhasilan

pengembangan wilayah diukur dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia

dan teknologi yang digunakan dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat diukur

berdasarkan adanya jaminan terhadap suatu program dapat dilaksanakan secara

berkelanjutan di suatu wilayah. Wilayah satu dan lainnya berbeda, perbedaan

tersebut terdapat pada keadaan politik sosial, kelembagaan, komitmen dan

kemampuan dari aparat dan masyarakat pada wilayah tersebut. Sehingga agar
terlaksananya pembangunan yang dapat menampung dan menyalurkan aspirasi

warganya dan juga berkelanjutan harus mempunyai kemampuan untuk

berkoordinasi, mengakomodasi dan memfasilitasi seluruh kepentingan, dan

mempunyai kreativitas yang inovatif.

Pengembangan wilayah jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, secara

umum berorientasi pada meningkat atau menurunnya produktivitas wilayah

dengan indikatornya adalah jumlah penduduk, pendapatan, kesempatan kerja, dan

additional value (nilai tambah) dari sektor industri pengolahan. Sedangkan jika

dilihat dari sudut pandang sosial, pengembangan wilayah berfokus terhadap

tujuan agar terjadinya perubahan dari kondisi yang kurang berkembang menjadi

berkembang atau maju yang terjadi secara bertahap dan diharapkan dapat

membantu pengembangan daerah sekitarnya. Beberapa faktor yang sering

menjadi penghambat dalam melakukan analisis perekonomian diantaranya:

a. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan

berdasarkan pengertian daerah nodal (berdasarkan fungsinya).

b. Data yang dibutuhkan umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan

untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.

c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan sebab

perekonomian daerah lebih terbuka jika dibandingkan dengan

perekonomian nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-

aliran yang masuk dan keluar dari suatu daerah sukar diperoleh.
d. Bagi negara sedang berkembang, disamping kekurangan data sebagai

kenyataan yang umum, data yang terbatas itu pun banyak yang kurang

akurat dan terkadang relatif sulit dipercaya, sehingga menimbulkan

kesulitan untuk melakukan analisis yang memadai tentang keadaan

perekonomian yang sebenarnya di suatu daerah.

You might also like