Professional Documents
Culture Documents
Kawasan CBD
Kawasan CBD
1 Latar Belakang
Kota Semarang sebagai Ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di
Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung tentu mempunyai banyak potensi yang bisa
dikembangkan. Secara geografis kota Semarang terletak di sebelah utara pulau Jawa, yang merupakan jalur
strategis jalur transportasi. Letak yang strategis ini menjadi salah satu penyebab kota Semarang
berkembang sangat pesat, terutama di bidang ekonomi. Banyak sekali pusat-pusat perdagangan dan bisnis
yang didirikan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam. Salah
satunya adalah kawasan simpang lima yang sering disebut sebagai kawasan Central Bussiness District (CBD)
nya Semarang. Di kawasan Simpang Lima berdiri banyak pusat perbelanjaan (mall), restoran, hotel dan
apartemen yang menarik minat masyarakat untuk dapat menikmati fasilitas hiburan dan kebutuhan bisnis
yang ditawarkan. Selain itu kawasan CBD Simpang Lima Semarang juga menarik banyak investor untuk
menanamkan modalnya pada usaha-usaha yang ada. Hal ini menyebabkan segala aktivitas masyarakat di
Kota Semarang berpusat pada satu titik yaitu Simpang Lima sehingga dibutuhkan adanya ruang public baru
sebagai penarik dan pemecah konsentrasi kepadatan serta mudah dijangkau oleh masyarakat. Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah kota merencanakan untuk membangun simpang lima kedua Kota
Semarang yang merupakan sebuah rencana pembangunan ruang publik baru sebagai pertumbuhan baru
kota dan upaya penyebaran pusat keramaian khususnya di wilayah pinggiran. Pembangunan tersebut
direncanakan berada di Kecamatan Pedurungan (Semarang bagian Timur) tepatnya di persimpangan Jalan
Majapahit – Fatmawati – Soekarno Hatta – hingga persimpangan dekat GOR Manunggal Jati.
Rencana pembangunan simpang lima kedua ini sudah masuk pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) 2016-2021. Adapun pemilihan kecamatan Pedurungan sebagai lokasi berkaitan dengan
perkembangan dan jumlah penduduk di wilayah timur Semarang yang kian pesat dan harus terfasilitasi
dengan penyediaan sarana publik. Selain itu, dalam system perkotaan Kecamatan Pedurungan memiliki
interaksi dengan tiga pusat aktifitas secara langsung. Pertama, interaksi dengan kawasan simpang lima
sebagai Central Business District (CBD) dan pusat kegiatan regional atau nasional. Kedua, interaksi internal
dengan pusat pelayanan pemerintahan. Ketiga, interaksi eksternal dengan pusat pelayanan di Mranggen
(Kabupaten Demak) dan Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Sementara itu, dalam perencanaan simpang
lima kedua akan dibangun tiga segmen yang dimulai dari persimpangan Jl. Majapahit – Jl. Soekarno Hatta –
Jl. Fatmawati hingga di Jl. Brigjen Sudiarto – GOR Manunggal Jati. Adapun segmen 1 di persimpangan Jl.
Majapahit – Jl. Soekarno Hatta – Jl. Fatmawati akan dibangun lapangan berbentuk segi empat yang
berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pemecah masalah lalu lintas di kawasan tersebut yang
juga terkoneksi dengan rencana middle ringroad. Segmen 2 meliputi koridor di sepanjang Jl. Brigjen Sudiarto
yang direncanakan dengan penambahan fungsi baru yang berorientasi terhadap fungsi public, komersial dan
rekreasi di titik potensial. Segmen 3 pembangunan di Jl. Brigjen Sudiarto – GOR Manunggal Jati (Perumahan
Taman Sari Majapahit) yang akan menjaadi perempatan dan terkoneksi dengan outer ringroad.
Dari beberapa ulasan tersebut, laporan tapak ini bertujuan mengkaji kembali rencana pembangunan
simpang lima kedua di Kecamatan Pedurungan sebagai CBD baru Kota Semarang melalui survey lapangan
dan beberapa data sekunder dari instansi terkait terutama pada kawasan segmen 3 perencanaan. Hasil
analisis tapak akan digunakan sebagai perbandingan studi antara rencana yang sudah ada dan hasil baru
yang ditemukan sehingga menghasilkan sinergi antara rencana sebelumnya dengan rencana berdasarkan
hasil studi.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
Sasaran
Tujuan
Sasaran dalam perencanaan ta
Tujuan dari perencanaan pak di kawasan perencanaan s
tapak ini adalah untuk me impang lima kedua sebagai CB
ngkaji kembali rencana si D baru Kota Semarang ini dian
mpang lima kedua sebaga taranya sebagai berikut :
i CBD Kota Semarang sehi • Identifikasi sarana, prasara
ngga menghasilkan peren na, aksesibilitas dan utilitas
canaan yang bersinergi an jaringan kawasan perencan
tara perencanaan sebelu aan simpang lima kedua Se
mnya dengan hasil temua marang sebagai kawasan C
n studi. entral Business District (CB
D).
• Identifikasi elemen-elemen
kota (ruang terbuka hijau, t
ata guna lahan, street furni
ture) kawasan perencanaan
simpang lima kedua Semar
ang sebagai kawasan Centr
al Business District (CBD).
• Analisis hasil perencanaan s
ebelumnya dengan hasil te
muan studi.
BAB IV ANALISIS
BAB II STANDAR GUIDELINES,
TEORI DAN KEBIJAKAN Bab ini bertujuan untuk menganalisis
BAB III GAMBARAN UMUM kondisi kawasan berdasarkan aktivitas,
kebutuhan ruang, prasarana, dan
Bab ini memberikan penjelasan mengenai WILAYAH PERENCANAAN analisis kawasan tapak yang
kajian literatur yang dijadikan acuan diidentifikasi berdasarkan analisis fungsi,
dalam menganalisis kondisi eksisting Bab ini bertujuan untuk analisis proses, analisis klutser,
wilayah studi yang meliputi aktivitas, mendeskripsikan lokasi wilayah studi perencanaan dimensi, sistesis, integritas
kebutuhan ruang, saran dan prasarana, dan kondisi wilayah yang
BAB V KONSEP DAN
dan design sehingga dapat dihasilkan
dan analisis tapak. merupakan Kawasan CBD zoning kawasan tersebut. RANCANGAN KAWASAN
BAB I PENDAHULUAN Semarang. Melalui diskripsi ini
diharapkan dapat mengenal wilayah Bab ini memberikan tentang konsep yang
Bab ini memberikan penjelasan mengenai studi yang selanjutnya telah diambil dari identifikasi kondisi eksisting dan
latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang dianalisis wilayah studinya. analisis di kawasan studi.
lingkup dan sistematika penulisan.
2.1 standar guidlines 2.2 kajian teori
Standar Guidelines
Standar guidelines merupakan pedoman yang harus diikuti untuk mendukung standar control • Teori Kosentrik (E.W Burgess. 1925)
yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan – aturan yang berlaku, hal ini bersifat insentif dan E.W. Burgess menyatakan bahwa satu kota akan terdiri dari zona – zona yang
harus sesuai dengan nilai – nilai yang telah berlaku di kawasan Central Business Distric kosentris dan masing – masing “zone” ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan
Majapahit. lahan yang berbeda.
Gambar 2.1
Tabel 2.1 Model Struktur
Standar Gidelines Ruang Kosentrik
Posisi
Kemudahan mencapai lokasi
Jarak antara pusat kegiatan
2 Sosial Tingkat Pendapatan
Ekonomi Kegiatan Masyarakat
Lebar efektif lajur pejalan kaki berdasarkan kebutuhan satu orang adalah 60 cm dengan Dalam RTRW Kota Semarang Kecamatan Pedurungan masuk dalam BWK V yang
lebar ruang gerak 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang sehingga kebutuhan total lajur
untuk dua orang pejalan kaki bergandengan atau dua orang pejalan kaki berpapasan tanpa bersamaan dengan Kecamatan Gayamsari dengan luas 2.622 Hektar, dalam BWK V terdapat
bersinggungan minimal 150 cm sub pengembangan lingkungan yaitu Kelurahan Pedurungan Kidul, Pedurungan Lor, dan
Tabel 2.1 Kelurahan Penggaron Kidull, pada BWK V di kembangkan sebagai kawasan perdagangan dan
Contoh Penentuan Dimensi Trotoar Berdasarkan Lokasi dan Arus Pejalan Kaki jasa, dengan jenis pengembangan jasa pameran (exhibition center) dan jasa pertemuan
Maksimum
(convention center). Dalam wilayah deliniasi kelurahan yang masuk yaituKelurahan
Pedurungan Lor dengan luas 88,175 Ha dan Pedurungan Kidul dengan luas 187,867 Ha,
Zona dengan peruntukan lahan sebagai permukiman, perdagangan dan jasa, perguruan tinggi,
Arus
Dimensi
Pejalan dan industri.
Lokasi Bagian Total
Kaki Jalur Lebar
Krab Depan Pembuatan
Maksimum Fasilitas Efektif
Gedung
Jalan Arteri Pusat Kota
(CBD)
Sepanjang
Taman, 80 Pejalan 2.75 –
0.15 m 1.2 m 0.75 m 5-6 m
Sekolah, Kaki/menit 3.75 m
dan pusat
pembangkit
pejalan kaki
Jalan Pusat Kota
Kolektor (CBD)
Sepanjang
Taman, 60 Pejalan 2 – 2.75
0.15 m 0.9 m 0.35 m 3.5-4 m
Sekolah, Kaki/menit m
dan pusat
pembangkit
pejalan kaki
50 Pejalan
Jalan Lokal 0.15 m 0.75 m 1.9 m 0.15 m 3m
Kaki/menit
35 Pejalan
Jalan Lingkungan 0.15 m 0.6 m 1.5 m 0.15 m 2.5 m
Kaki/menit
Sumber : SNI Perecanaan Teknis Failitas Pejalan Kaki (08:2007)
3.1 orientasi dan posisi kawasan
Berikut adalah peta deliniasi kawasan perencanaan tapak di Kawasan CBD Majapahit Semarang dengan Luas lahan 15,9 Ha :
Selatan : MAN 1 Kota Semarang, Jl. Zebra Tengah, Jl. Krakatau VIII
3.3 karakter fisik alam
Topografi
Keadaan topografi di kawasan perencanaan tapak memiliki kelerengan yang datar dengan kategori 0-2%. Fungsi lahan diperuntukan sebagai kawasan hutan dan
kawasan permukiman.
Peta Arah Aliran Drainase
Hidrologi
Kondisi aliran air di kawasan perencanaan dapat dilihat dari arah aliran drainase. Arah aliran air menuju ke Sungai Banjil Kanal Timur. Sumber air di kawasan perencanaan
berupa sumber PAMSIMAS
Geologi
Iklim
a) b) c) d) e) f)
Keterangan :
a) PAMSIMAS
Sarana yang terdapat di lokasi yaitu berupa sarana peribadatan, perekonomian, dan pendidikan. Sarana peribadatan berupa gereja yang terletak
b) Kondisi TPS
di Jalan Taman Majapahit Selatan. Sarana ekonomi berupa dealer, pabrik, resto, toko, bengkel, gudang yang terletak di sepanjang Jalan
c) Kondisi drainase sekunder
Majapahit. Sarana pendidikan berupa Pesantren Al Hikmah yang terletak di Jalan Pesantren Pedurungan Lor dan STEKOM (Sekolah Tinggi
d) Jalan Majapahit
Elektronika dan Komputer) yang terletak di Jalan Majapahit.
e) JalanTaman Majapahit Selatan
f) Kondisi jaringan listrik
a) b) c) d) e) f)
Keterangan :
a) STEKOM
b) Pesantern
c) Bengkel
d) Toko
e) Gudang
f) Dealer
Peta Layanan Jaringan Listrik Kawasan Majapahit
Identifikasi Sirkulasi ( Kelas Jalan, Kepadatan Jalan, Jalur Pejalan Kaki, Jalur
Kendaraan, Jenis Angkutan)
Kondisi jalan yang terdapat di lokasi sudah baik. Kelas jalan yang terdapat di lokasi
yaitu jalan arteri primer dan jalan lingkungan. Jalan arteri primer yaitu Jalan Majapahit dan
jalan lingkungan meliputi Jalan Taman Majapahit, Jalan Plamongan Sari Raya, Jalan Taman
Majapahit Selatan, dan Jalan Pesantren Pedurungan Lor. Jalan Majapahit memiliki
perkerasan aspal dengan lebar jalan 12 m dengan pola pergerakan dua arah dan memiliki
jalur pejalan kaki dengan aktivitas berupa kegiatan PKL dan parkir. Jalan Majapahit dilewati
berbagai jenis kendaraan dan angkutan sehingga kondisi kepadatan jalan cukup padat.
Pedurungan ke Arah
paving dengan lebar 3,5 m dan tidak memiliki jalur pejalan kaki.
Pada (Simpang
Timur)
(Simpang Pedurungan
Komposisi Kendaraan
ke Arah Timur)
Jam Puncak
kependudukan
JUMLAH PENDUDUK
Pedurun
6000
gan Lor
3000
0
2012 2014 2015 2016 2017
Gambar 3.
Gerafik Jumlah Penduduk
KEPADATAN PENDUDUK
7.200
7.000
6.800
6.600 Pedurungan Lor
6.400
6.200
6.000 Pedurungan
5.800 Kidul
5.600
Gambar 3.
Gerafik Kepadatan Penduduk
Tabel
Potensi dan Masalah Pada Kawasan Tapak
Potensi Masalah
Memiliki fungsi utama sebagai kawasan perdagangan dan Kurangnya ruang publik dan ruang parkir pada kawasan
jasa, dan Pengembangan simpang lima kedua sesuai perencanaan tapak sehingga dibutuhkan prencanaan
dengan tata ruang untuk ruang publik
Pencapaian ke lokasi cukup baik dengan kondisi Tidak adanya pedestrian ways pada setiap koridor
aksesibilitas yang langsung pada jalur utama sehingga tidak nyaman bagi pejalan kaki
Berkembangnya bangunan pada lokasi mengarah ke Masih didapati drainase yang tersumbat diakibatkan
peruntukan ekonomi dan perkantoran, serta perumahan sampah yang menumpuk pada jaringan drainase
Kondisi tapak yang memiliki banyak lahan kosong Masih terdapat sampah di sepanjang koridor JL Majapahid,
memungkinkan pembangunan kawasan secara optiman dan kurang adanya tempat sampah di setiap bangunan
pada koridor JL Majapahid
Adanya sekolah tinggi STEKOM, dan Perumahan Taman Banyaknya PKL di sepanjang koridor JL Majapahid ,
Sari Majapahid menjadi salah satu aktivitas pendukung di dengan jenis PKL bengkel
kawasan tapak
PKL pada sepanjang Jalan Majapahid menjadi Adanya bangunan yang mangkrak dan tidak terawat di
pendukung aktifitas ekonomi di malam hari sepanjang koridor JL Majapahid
4.1 Analisis Suitability
Bentang Alam
Bentang alam pada kawasan perencanaan terlihat pada topografi dan arah aliran air pada drainase yang mana pada kawasan tersebut memiliki kerapatan kontur yang
rendah sehingga pada daerah ini memiliki topografi yang rendah, sedangkan jika kawasan ini dikembangkan masuk dalam pengembangan yang agak tinggi dan dapat
dikembangkan sebagaimana mestinya,
Tabel
Kesesuaian Lahan Perencanaan CBD Majapahit
No Komponen Analisis
1. Arahan Tata Ruang Pertanian Kawasan dapat diarahkan sebagai lahan pertanian
tanaman tahunan
2. Arahan Rasio Penutupan Kawasan dapat diarahkan dengan rasio tutupan
lahan maksimal 30%
3. Arahan Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan pada kawasan harus kurang
dari 4 lantai
4. Arahan Pemanfaatan Air Baku Pemanfaatan air baku pada kawasan dapat
dimanfaatkan dengan baik. Air menggunakan
PAMSIMAS dan air sumur
5. Perkiran Daya Tampung Lahan Lahan permukiman adalah 50% dari daerah yang
boleh ditutup
6. Persyaratan dan Pembatas 1. Morfologi : Pengembangan kawasan budidaya
Pengembangan karena mempunyai bentuk lahan yang datar.
14.000 12.805 Berdasarkan analisis di atas, kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan CBD Jl. Majapahit
12.663 12.715 12.753 12.782
selama 10 tahun ke depan dapat terpenuhi. Akan tetapi untuk fasilitas ekonomi, kebutuhan air bersih lebih
12.000 baik direncanakan menggunakan PDAM karena dengan adanya perencanaan kawasan CBD ini nantinya
9.621 9.714 9.797 kebutuhan air bersih bisa meningkat lebih banyak dari proyeksi yang sudah di perhitungkan.
10.000 9.297 9.481
1) 2) 3) 4)
5) 6) 7) 8) 9)
4.1.1.7.5 Jaringan Sanitasi
Analisis jaringan sanitasi digunakan untuk melihat kondisi jaringan yang digunukan masyarakat untuk membuang limbah dan
air kotor sehingga mengetahui masalah serta cari penanganinnya.
Konsep rancangan sistem pergerakan yang terkait , antara ruas jenis kelas jalan utama Jl, Majapahit – Brigdjen Sudiarto yang merupakan jalan
kolektor primer yang akan menghubungkan jalan ke arah simpang lima Pandanaran, terminal Penggaron, Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan. Jenis
pergerakan yang melaluinya, baik masuk dan keluar kawasan, maupun masuk dan keluar kaveling.
Kendaraan umum yang ada di kawasan perencanaan berupa transportasi angkot, truk barang (jumlah as 2-3), bus AKDP serta BRT (Bus Rapid Trans).
Sistem sirkulasi kendaraan umum dari arah Purwodadi dan Semarang dapat memanfaatkan jalan kolektor primer yaitu Jl. Majapahit – Brigjend Sudiarto yang
menjadi akses utama. Untuk BRT (Bus Rapid Trans) juga melewati Jl. Majapahit – Brigjend Sudiarto yang merupakan jalur pada koridor 1 (Terminal Mangkang-
Terminal Penggaron) dan koridor VII (Terminal Terboyo – Jl. Wolter Mongonsidi). Untuk mencegah penumpukan penumpang dijadwalkan pemberangkatan
angkutan umum di halte.
Diagram 4.
Analisis Proses
Derajat Kedekatan
No Ruang Sifat Ruang Berhubungan Erat Berhubungan Tidak
Tidak Erat Berhubungan
Tabel 4.
Hubungan Analisis 14. Pom Bensin Servis 1,3,10,11,26 2,3,4,5,6,7,8,9,1
2,13,14,15,16,1
7,18,19,20,21,2
Derajat Kedekatan 2,23,24,27
No Ruang Sifat Ruang Berhubungan Erat Berhubungan Tidak 15. Rumah Makan Privat 1,10,11 2,3,4,5,6,7,8,9,1
Tidak Erat Berhubungan 2,13,14,15,16,1
1. Jalan Publik 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14 9 7,18,19,20,21,2
,15,16,17,18,19,20,21,22,23 2,23,24,25,26,2
,24,25,26,27 7
16. TPS Servis 1 2,3,4,5,6,7,8,9,1
2. Halte Publik 1,3,4,7,11,17,18,19, 2,5,6,8,9,10,12, 0,11,12,13,14,1
13,14,15,16,20, 5,16,17,18,19,2
21,22,23,24,25, 0,21,22,23,24,2
26,27 5,26,27
3. Gudang Privat 1,11 2,3,5,6,7,8,9,10, 17. Pedestrian Publik 1,2,4,11,13 3,5,6,7,8,9,10,1
11,12,13,14,15, 2,14,15,16,17,1
16,17,,18,19,20, 8,19,20,21,22,2
21,22,23,24,25, 3,24,25,27
26, 18. Jembatan Publik 1,2,4,5,7 19,20,21,22, 3,6,8,9,10,11,12
4. Pertokoan Privat 1,2,5,6,10,11,12,17,18,19,2 3,4,7,8,9,13,14, Penyebrangan ,13,14,15,16,17,
0,21,22,23 15,16,24,25,26, 18,23,24,25,26,
27 27
5. Kantor Privat 1,2,4,10,11,12,13,14,15,17, 3,5,6,7,8,9,16,1 19. Super Market Semi Publik 1,2,4,5,10,11,12,20,21,22,2 3,6,7,8,9,13,14,
18 9,20,21,22,23,2 3,26 15,16,17,18,19,
4,25,26,27 24,25,27
6. Dealer Semi Publik 1,4,5,10,11,12,23 2,3,6,7,8,9,13,1 20. Food Court Publik 1,4,5,10,11,19,21,22,23,26 2,3,6,7,8,9,12,1
4,15,16,17,18,1 3,14,15,16,17,1
9,20,21,22,24,2 8,20,24,25,27
5,26,27
7. Pendidikan Privat 1,2,10,11,12,23 3,4,5,6,7,8,9,13, 22. Hotel Privat 1,4,5,10,11,12,13,19,20,22, 2,3,6,7,8,9,14,1
14,15,16,17,18, 23,27 5,16,17,18,21,2
19,20,21,22,24, 4,25,26,
25,26,27 21. Apartement Privat 1,2,10,11,12,13,19,20,21 3,4,5,6,7,8,9,14,
8. Gereja Privat 1,10,11,12, 2,3,4,5,6,7,8,9,1 15,16,17,18,22,
3,14,15,16,17,1 23,24,25,26,27
8,19,20,21,22,2
3,24,25,26,27 23. Parkir Publik 1,4,5,6,7,19,20,21,22,24,25 2,3,8,9,10,11,12
,13,14,15,16,17,
9. Jalur Hijau Publik 10,11,12, 1,2,3,4,5,6,7,8,9 23,26,27
,13,14,15,16,17, 24. Masjid Privat 1,10,11,23, 25,26, 2,3,4,5,6,7,8,9,1
18,19,20,21,22, 2,13,14,15,16,1
23,24,25,26,27 7,18,19,20,21,2
2,24,25,26,27
10. Air Bersih Publik 1,4,5,6,7,8,14,15,18,19,20,2 2,3,9,10,11,12,1
1,22,24,25,26 3,16,17,23,27 25. Taman Publik 1,10,11,23 26 2,3,4,5,6,7,8,9,1
2,13,14,15,16,1
11. Listrik Publik 1,2,3,4,5,6,7,8,9,14,15,17,1 10,11,12,13,16, 7,18,19,20,21,2
8,19,20,21,22,24,25,26 23,27 2,24,25,26,27
12. Telekomunikasi Publik 1,4,5,6,7,8,19,21,22 2,3,9,10,11,12,1
3,14,15,16,17,1 26. Toilet Umum Publik 1,10,11,13,14,19,20 2,3,4,5,6,7,8,9,1
8,20,23,24,25,2 2,15,16,17,18,2
6,27 1,22,23,24,25,2
13. Drainase Publik 1,17,21,22,26,27 2,4,5,6,7,8,9,10, 6,27
11,12,13,14,15, 27. Ipal Servis 1,13,21,22 2,3,4,5,6,7,8,9,1
16,18,19,20,23, 0,11,12,14,15,1
24,25, 6,17,18,19,20,2
3,24,25,26,27
4.4 Analisis KLASTER
IV
V
Gudang
Drainase
Diler
Taman
Pombensin
IPAL
Telekomunikasi
Gereja TPS
Jalur Hijau
II
Halte III
Pendidikan Toilet Umum
Jalan Air Bersih
Listrik
Rumah Makan
Masjid
I
Hotel
Apartemen
Supermarket
Parkir
Food Court
Perkantoran
Pertokoan
Jembatan Penyebrangan
Pedestrian
Berhubungan Erat
Berhubungan Erat