You are on page 1of 58

1.

1 Latar Belakang

Kota Semarang sebagai Ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di
Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung tentu mempunyai banyak potensi yang bisa
dikembangkan. Secara geografis kota Semarang terletak di sebelah utara pulau Jawa, yang merupakan jalur
strategis jalur transportasi. Letak yang strategis ini menjadi salah satu penyebab kota Semarang
berkembang sangat pesat, terutama di bidang ekonomi. Banyak sekali pusat-pusat perdagangan dan bisnis
yang didirikan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam. Salah
satunya adalah kawasan simpang lima yang sering disebut sebagai kawasan Central Bussiness District (CBD)
nya Semarang. Di kawasan Simpang Lima berdiri banyak pusat perbelanjaan (mall), restoran, hotel dan
apartemen yang menarik minat masyarakat untuk dapat menikmati fasilitas hiburan dan kebutuhan bisnis
yang ditawarkan. Selain itu kawasan CBD Simpang Lima Semarang juga menarik banyak investor untuk
menanamkan modalnya pada usaha-usaha yang ada. Hal ini menyebabkan segala aktivitas masyarakat di
Kota Semarang berpusat pada satu titik yaitu Simpang Lima sehingga dibutuhkan adanya ruang public baru
sebagai penarik dan pemecah konsentrasi kepadatan serta mudah dijangkau oleh masyarakat. Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah kota merencanakan untuk membangun simpang lima kedua Kota
Semarang yang merupakan sebuah rencana pembangunan ruang publik baru sebagai pertumbuhan baru
kota dan upaya penyebaran pusat keramaian khususnya di wilayah pinggiran. Pembangunan tersebut
direncanakan berada di Kecamatan Pedurungan (Semarang bagian Timur) tepatnya di persimpangan Jalan
Majapahit – Fatmawati – Soekarno Hatta – hingga persimpangan dekat GOR Manunggal Jati.

Rencana pembangunan simpang lima kedua ini sudah masuk pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) 2016-2021. Adapun pemilihan kecamatan Pedurungan sebagai lokasi berkaitan dengan
perkembangan dan jumlah penduduk di wilayah timur Semarang yang kian pesat dan harus terfasilitasi
dengan penyediaan sarana publik. Selain itu, dalam system perkotaan Kecamatan Pedurungan memiliki
interaksi dengan tiga pusat aktifitas secara langsung. Pertama, interaksi dengan kawasan simpang lima
sebagai Central Business District (CBD) dan pusat kegiatan regional atau nasional. Kedua, interaksi internal
dengan pusat pelayanan pemerintahan. Ketiga, interaksi eksternal dengan pusat pelayanan di Mranggen
(Kabupaten Demak) dan Purwodadi (Kabupaten Grobogan). Sementara itu, dalam perencanaan simpang
lima kedua akan dibangun tiga segmen yang dimulai dari persimpangan Jl. Majapahit – Jl. Soekarno Hatta –
Jl. Fatmawati hingga di Jl. Brigjen Sudiarto – GOR Manunggal Jati. Adapun segmen 1 di persimpangan Jl.
Majapahit – Jl. Soekarno Hatta – Jl. Fatmawati akan dibangun lapangan berbentuk segi empat yang
berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pemecah masalah lalu lintas di kawasan tersebut yang
juga terkoneksi dengan rencana middle ringroad. Segmen 2 meliputi koridor di sepanjang Jl. Brigjen Sudiarto
yang direncanakan dengan penambahan fungsi baru yang berorientasi terhadap fungsi public, komersial dan
rekreasi di titik potensial. Segmen 3 pembangunan di Jl. Brigjen Sudiarto – GOR Manunggal Jati (Perumahan
Taman Sari Majapahit) yang akan menjaadi perempatan dan terkoneksi dengan outer ringroad.

Dari beberapa ulasan tersebut, laporan tapak ini bertujuan mengkaji kembali rencana pembangunan
simpang lima kedua di Kecamatan Pedurungan sebagai CBD baru Kota Semarang melalui survey lapangan
dan beberapa data sekunder dari instansi terkait terutama pada kawasan segmen 3 perencanaan. Hasil
analisis tapak akan digunakan sebagai perbandingan studi antara rencana yang sudah ada dan hasil baru
yang ditemukan sehingga menghasilkan sinergi antara rencana sebelumnya dengan rencana berdasarkan
hasil studi.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN

Sasaran
Tujuan
Sasaran dalam perencanaan ta
Tujuan dari perencanaan pak di kawasan perencanaan s
tapak ini adalah untuk me impang lima kedua sebagai CB
ngkaji kembali rencana si D baru Kota Semarang ini dian
mpang lima kedua sebaga taranya sebagai berikut :
i CBD Kota Semarang sehi • Identifikasi sarana, prasara
ngga menghasilkan peren na, aksesibilitas dan utilitas
canaan yang bersinergi an jaringan kawasan perencan
tara perencanaan sebelu aan simpang lima kedua Se
mnya dengan hasil temua marang sebagai kawasan C
n studi. entral Business District (CB
D).
• Identifikasi elemen-elemen
kota (ruang terbuka hijau, t
ata guna lahan, street furni
ture) kawasan perencanaan
simpang lima kedua Semar
ang sebagai kawasan Centr
al Business District (CBD).
• Analisis hasil perencanaan s
ebelumnya dengan hasil te
muan studi.

1.3 RUANG LINGKUP

Kawasan perencanaan tapak berlokasi di Kelurahan Pedurungan Lor dan


Pedurungn Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah
dengan luas kawasan perencanaan 15,9 ha. Lokasi ini berada di Semarang
wilayah timur dengan fungsi kawasan yang diperuntukan sebagai Kawasan
Central Business District (CBD) dan memanfaaatkan potensi aksesibilitas
lokasi kawasan yang berada di perkotaan sehingga mudah diakses
kendaraan pribadi maupun umum.
Peta Administrasi

1.4 sistematika laporan

BAB IV ANALISIS
BAB II STANDAR GUIDELINES,
TEORI DAN KEBIJAKAN Bab ini bertujuan untuk menganalisis
BAB III GAMBARAN UMUM kondisi kawasan berdasarkan aktivitas,
kebutuhan ruang, prasarana, dan
Bab ini memberikan penjelasan mengenai WILAYAH PERENCANAAN analisis kawasan tapak yang
kajian literatur yang dijadikan acuan diidentifikasi berdasarkan analisis fungsi,
dalam menganalisis kondisi eksisting Bab ini bertujuan untuk analisis proses, analisis klutser,
wilayah studi yang meliputi aktivitas, mendeskripsikan lokasi wilayah studi perencanaan dimensi, sistesis, integritas
kebutuhan ruang, saran dan prasarana, dan kondisi wilayah yang
BAB V KONSEP DAN
dan design sehingga dapat dihasilkan
dan analisis tapak. merupakan Kawasan CBD zoning kawasan tersebut. RANCANGAN KAWASAN
BAB I PENDAHULUAN Semarang. Melalui diskripsi ini
diharapkan dapat mengenal wilayah Bab ini memberikan tentang konsep yang
Bab ini memberikan penjelasan mengenai studi yang selanjutnya telah diambil dari identifikasi kondisi eksisting dan
latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang dianalisis wilayah studinya. analisis di kawasan studi.
lingkup dan sistematika penulisan.
2.1 standar guidlines 2.2 kajian teori

Standar Guidelines
Standar guidelines merupakan pedoman yang harus diikuti untuk mendukung standar control • Teori Kosentrik (E.W Burgess. 1925)
yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan – aturan yang berlaku, hal ini bersifat insentif dan E.W. Burgess menyatakan bahwa satu kota akan terdiri dari zona – zona yang
harus sesuai dengan nilai – nilai yang telah berlaku di kawasan Central Business Distric kosentris dan masing – masing “zone” ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan
Majapahit. lahan yang berbeda.

Gambar 2.1
Tabel 2.1 Model Struktur
Standar Gidelines Ruang Kosentrik

No Kriteria Sub Kriteria


1 Aksesbilitas Jarak lokasi dekat dengan pemberhentian transpotasi umum

Posisi
Kemudahan mencapai lokasi
Jarak antara pusat kegiatan
2 Sosial Tingkat Pendapatan
Ekonomi Kegiatan Masyarakat

3 Lokasi Fisik Harga Tanah

Sumber : Jurnal Penentuan Lokasi Pada CBD


Kepemilikan Lahan
4 Utilitas Perkantoran
Ibadah
Perekonomian
Pelayanan Umum
Pendidikan
Ruang Terbuka
Sarana Transit
Jaringan Utama
Sirkulasi Pejalan Kaki
Sistem Parkir
 Teori Sektoral (Hommer Hoyt. 1930) 2.3 kebijakan
Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini
muncul berdasarkan penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt
berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan kota lebih berdasarkan
sector - sektor daripada sistem gelang atau melingkar

Undang – Undang Republik


Undang - Undang No 28 Tahun 2002
Indonesia No 26 Tahun 2007
Tentang Tata Bangunan Gedung
Tentang Penataan Ruang
Gambar 2.2
Model Struktur Kota Menurut Teori Sektoral

Ruang luar bangunan gedung diwujudkan untuk pemenuhan keselamatan,


Dalam pusat kegiatan wilayah, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, disamping untuk mewadahi kegiatan
pusat perkotaan adalah kawasan yang pendukung fungsi bangunan dan daerah hijau di sekitar bangunan, ruang terbuka
Sebagaimana yang dikemukakan dalam teori burgess. Hoyt
merupakan pusat kegiatan sosial, hijau diwujudkan untuk kepentingkan ekologis, sosial serta estetika. Bangunan
juga meneliti kota chicago untuk mendalami daerah pusat
kegiatan (central business district) yang terletak di pusat kota, ekonomi masyarakat, baik pada gedung dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan seperti :
central business distric merupakan bagian kecil dari kota yang
kawasan perkotaan maupun kawasan a. Perubahan pada sifat fisik dan hayati lingkungan yang melampaui baku
merupakan pusat dari kegiatan politik, sosial, budaya, ekonomi,
dan teknologi, ciri – ciri yang membedakan CBD dengan bagian pedesaan. Dalam sistem internal mutu lingkungan
kota lain ialah : [1] adanya pusat perdagangan [2] banyak kantor
perkotaan pusat permukiman adalah b. Perubahan mendasar komponen lingkungan
– kantor institusi perkotaan [3] tidak ada industri atau
manufaktur [4] minim permukiman, jika ada termasuk pusat pelayanan kegiatan perkotaan. c. Terancam punahnya mendasar pada komponen lingkungan yang langka
permukiman tingkat tinggi [5] ditandai dengan zona vertical atau
Sistem jaringan prasarana, antara lain d. Kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung
banyaknya bangungan bertingkat yang memiliki diferensiasi
fungsi [6] adanya jalur pedestrian [7] adanya “multi story”. Ia mencakup sistem jaringan transpotasi, e. Kerusakan atau punahnya benda – benda dan bangunan gedung yang
berpendapat bahwa pengelompokan penggunaan lahan kota
sistem jaringan energy dan kelistrikan, bersejarah tinggi
menjulur seperti irisan kue tar. Mengapa struktur kota menurut
teori sektoral dapat terbentuk? Para geograf menghubungkannya sistem jaringan telekomunikasi, sistem f. Perubahan area yang memiliki keindaha
dengan kondisi geografis kota dan rute transportasinya. Pada
persampahan dan sanitasi, serta g. Timbulnya konflik atau kontroversi masyarakat dengan pemerintah
daerah datar memungkinkan pembuatan jalan, rel kereta api,
Dan kanal yang murah, sehingga penggunaan lahan tertentu, sistem jaringan sumber daya air.
misalnya perindustrian meluas secara memanjang. Kota yang Dalam peraturan bangunan dan gedung harus memilik atau meliputi ruang
berlereng menyebabkan pembangunan perumahan cenderung terbuka hijau atau pekarangan, ruang sepadan bangunan, tapak basement,
meluas sesuai bujuran lereng.
sirkulasi dan fasilitas parkir, dan pencahayaan luar bangunan gedung.
SNI Perecanaan Teknis Failitas Pejalan Kaki (08:2007) RTRW Kota Semarang No 14 Tahun 2011-2031

Lebar efektif lajur pejalan kaki berdasarkan kebutuhan satu orang adalah 60 cm dengan Dalam RTRW Kota Semarang Kecamatan Pedurungan masuk dalam BWK V yang
lebar ruang gerak 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang sehingga kebutuhan total lajur
untuk dua orang pejalan kaki bergandengan atau dua orang pejalan kaki berpapasan tanpa bersamaan dengan Kecamatan Gayamsari dengan luas 2.622 Hektar, dalam BWK V terdapat
bersinggungan minimal 150 cm sub pengembangan lingkungan yaitu Kelurahan Pedurungan Kidul, Pedurungan Lor, dan

Tabel 2.1 Kelurahan Penggaron Kidull, pada BWK V di kembangkan sebagai kawasan perdagangan dan
Contoh Penentuan Dimensi Trotoar Berdasarkan Lokasi dan Arus Pejalan Kaki jasa, dengan jenis pengembangan jasa pameran (exhibition center) dan jasa pertemuan
Maksimum
(convention center). Dalam wilayah deliniasi kelurahan yang masuk yaituKelurahan
Pedurungan Lor dengan luas 88,175 Ha dan Pedurungan Kidul dengan luas 187,867 Ha,
Zona dengan peruntukan lahan sebagai permukiman, perdagangan dan jasa, perguruan tinggi,
Arus
Dimensi
Pejalan dan industri.
Lokasi Bagian Total
Kaki Jalur Lebar
Krab Depan Pembuatan
Maksimum Fasilitas Efektif
Gedung
Jalan Arteri Pusat Kota
(CBD)
Sepanjang
Taman, 80 Pejalan 2.75 –
0.15 m 1.2 m 0.75 m 5-6 m
Sekolah, Kaki/menit 3.75 m
dan pusat
pembangkit
pejalan kaki
Jalan Pusat Kota
Kolektor (CBD)
Sepanjang
Taman, 60 Pejalan 2 – 2.75
0.15 m 0.9 m 0.35 m 3.5-4 m
Sekolah, Kaki/menit m
dan pusat
pembangkit
pejalan kaki
50 Pejalan
Jalan Lokal 0.15 m 0.75 m 1.9 m 0.15 m 3m
Kaki/menit
35 Pejalan
Jalan Lingkungan 0.15 m 0.6 m 1.5 m 0.15 m 2.5 m
Kaki/menit
Sumber : SNI Perecanaan Teknis Failitas Pejalan Kaki (08:2007)
3.1 orientasi dan posisi kawasan

Berikut adalah peta deliniasi kawasan perencanaan tapak di Kawasan CBD Majapahit Semarang dengan Luas lahan 15,9 Ha :

Luas Lahan : 15,9 Ha


3.2 batas kepemilikan

Timur : Jl. Plamongan Sari raya, Jl. Pesantren pedurungan Lor


Barat : Jl. Purwomukti Timur Raya, Jl. Zebra Tengah
Utara : GOR Manunggal jati dan Jl. Taman Majapahit Selatan

Selatan : MAN 1 Kota Semarang, Jl. Zebra Tengah, Jl. Krakatau VIII
3.3 karakter fisik alam

Topografi

Keadaan topografi di kawasan perencanaan tapak memiliki kelerengan yang datar dengan kategori 0-2%. Fungsi lahan diperuntukan sebagai kawasan hutan dan
kawasan permukiman.
Peta Arah Aliran Drainase

Hidrologi

Kondisi aliran air di kawasan perencanaan dapat dilihat dari arah aliran drainase. Arah aliran air menuju ke Sungai Banjil Kanal Timur. Sumber air di kawasan perencanaan
berupa sumber PAMSIMAS
Geologi
Iklim

Iklim dikawasan perencanaan merupakan daerah iklim tropis yang memiliki


curah hujan pada kategori 20-50mm/hari (sedang).
3.4 karakter biologi 3.5 karakter kultural

Vegetasi Penggunaan Lahan


Vegetasi yang terdapat di lokasi tapak yaitu banyak berbagai macam pohon karena letak Tata guna lahan eksisting menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
lokasi perencanaan berada di lahan kosong, jenis vegetasi yang terdapat di kawasan Kota Semarang tahun 2011-2031 pada kawasan perencanaan yang berada
perencanaan yaitu pohon Palem, pohon Kiara paying, Cemara, Kelor, Beringin, Tetean di Kecamatan Pedurungan Lor dan Kecamatan Pedurungan Kidul adalah
Trembesi dan pohon Mahoni dengan rata – rata ketinggian pohon 7-10 meter, dan jarak permukiman.
pohon antara 2-3 meter perpohon. Selain beberapa jenis tanaman tahunan terdapat juga
beberapa jenis tanaman buah seperti : pohon mangga dan pohon karesen dll. Berikut
Identifikasi regulasi berkaitan dengan ketinggian
jenis tanaman yang berada di Kelurahan Pedurungan Lor dan Pedurungan Kidul.
Regulasi yang berkaitan dengan ketinggian di lokasi perencanaan yaitu
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang No.10 Tahun 2004 tentang
Jenis tanaman Lokasi Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK) Bagian Wilayah Kota V tahun 2000-
2010 pasal 33-34 mengenai penentuan ketinggian bangunan dan Koefisien
Pohon Palem Jl Majapahit, Jl Taman Majapahit dan Jl Pesantren
Lantai Bangunan (KLB).
Pohon Kiara paying Jl Majapahit, Jl Brigjend Sugiarto,
Pohon Cemara Jl Majapahit
Pohon Kelor Jl Majapahit
Legalitas
Pohon Beringin Jl Majapahit,
Pohon Tetean Jl Majapahit Status bangunan yang terdapat di lokasi perencanaan yaitu legal.
Pohon Trembesi Jl Brigjend Sugiarto,
Pohon Mahoni Jl Majapahit,
Pohon Ketapang Jl Majapahit,
Pohon Kadaka Jl Majapahit,
Pohon Angsana Jl Pelamongan Sari dan Jl Majapahit
Pohon Kamboja Jl Pelamongan Sari
Pohon Karesen Jl Majapahit
Jl Pesantren, Jl Pelamongan Sari, Jl Brigjend Sugiarto
Pohon Mangga
dan Jl Taman Majapahit
Tanaman Hias (Bunga Bugenvile, Tanaman
Jl Majapahit dan Jl Taman Majapahit
Pucuk Merah)
Peta Tata Guna Lahan Kota Semarang (RTRW Kota Semarang
Identifikasi Utilitas (Sarana dan Prasarana)
Prasarana yang terdapat di lokasi berupa jaringan jalan, listrik, sampah, air bersih, dan drainase. Kondisi jaringan jalan sudah cukup baik. Untuk jaringan listrik, semua tempat di lokasi sudah teraliri
listrik. Jaringan sampah di lokasi berupa tempat sampah di setiap rumah dan sudah terdapat TPS tepatnya di Jalan Pesantren Pedurungan Lor. Skala pelayanan TPS ini meliputi se-Kecamatan
Pedurungan Lor dan wilayah yang ingin dilayani oleh TPS tersebut. Jaringan air bersih yang terdapat di lokasi perencanaan yaitu menggunakan PAMSIMAS. Jaringan drainase yang terdapat di lokasi
yaitu jaringan drainase sekunder dan drainase tersier. Drainase sekunder berada di sepanjang Jalan Majapahit dan drainase tersier yang terdapat di sepanjang Jalan Taman Majapahit, Jalan Plamongan
Sari Raya, Jalan Taman Majapahit dan Jalan Pesantren Pedurungan Lor. Kondisi jaringan drainase sekunder kurang baik dikarenakan banyak sampah yang tersumbat sehingga aliran air tidak lancar.
Untuk jaringan drainase tersier kondisi alirannya cukup lancar.

a) b) c) d) e) f)

Keterangan :
a) PAMSIMAS
Sarana yang terdapat di lokasi yaitu berupa sarana peribadatan, perekonomian, dan pendidikan. Sarana peribadatan berupa gereja yang terletak
b) Kondisi TPS
di Jalan Taman Majapahit Selatan. Sarana ekonomi berupa dealer, pabrik, resto, toko, bengkel, gudang yang terletak di sepanjang Jalan
c) Kondisi drainase sekunder
Majapahit. Sarana pendidikan berupa Pesantren Al Hikmah yang terletak di Jalan Pesantren Pedurungan Lor dan STEKOM (Sekolah Tinggi
d) Jalan Majapahit
Elektronika dan Komputer) yang terletak di Jalan Majapahit.
e) JalanTaman Majapahit Selatan
f) Kondisi jaringan listrik

a) b) c) d) e) f)

Keterangan :
a) STEKOM
b) Pesantern
c) Bengkel
d) Toko
e) Gudang
f) Dealer
Peta Layanan Jaringan Listrik Kawasan Majapahit
Identifikasi Sirkulasi ( Kelas Jalan, Kepadatan Jalan, Jalur Pejalan Kaki, Jalur
Kendaraan, Jenis Angkutan)
Kondisi jalan yang terdapat di lokasi sudah baik. Kelas jalan yang terdapat di lokasi
yaitu jalan arteri primer dan jalan lingkungan. Jalan arteri primer yaitu Jalan Majapahit dan
jalan lingkungan meliputi Jalan Taman Majapahit, Jalan Plamongan Sari Raya, Jalan Taman
Majapahit Selatan, dan Jalan Pesantren Pedurungan Lor. Jalan Majapahit memiliki
perkerasan aspal dengan lebar jalan 12 m dengan pola pergerakan dua arah dan memiliki
jalur pejalan kaki dengan aktivitas berupa kegiatan PKL dan parkir. Jalan Majapahit dilewati
berbagai jenis kendaraan dan angkutan sehingga kondisi kepadatan jalan cukup padat.

SISTEM TRANSPORTASI KAWASAN


Jalan Plamongan Sari Raya memiliki perkerasan aspal dengan lebar jalan 3,5 m dan
tidak terdapat jalur pejalan kaki. Jalan Taman Majapahit Selatan memiliki perkerasan paving
dengan lebar jalan 8 m dan tidak terdapat jalur pejalan kaki. Jalan Taman Majapahit
memiliki perkerasan aspal dengan lebar jalan 16 m dan tidak memiliki jalur pejalan kaki
namun terdapat aktivitas PKL di sepanjang jalan tersebut. Jalan Taman Majapahit ini
memiliki pola pergerakan dua arah. Jalan Pesantren Pedurungan Lor memiliki perkerasan

Fluktuasi Lalu Lintas

Pedurungan ke Arah
paving dengan lebar 3,5 m dan tidak memiliki jalur pejalan kaki.

Pada (Simpang

Timur)
(Simpang Pedurungan
Komposisi Kendaraan

ke Arah Timur)
Jam Puncak
kependudukan

JUMLAH PENDUDUK

12383 12420 12498 12571 12571


12000

8467 8766 8950 8950


9000 8288

Pedurun
6000
gan Lor

3000

0
2012 2014 2015 2016 2017

Gambar 3.
Gerafik Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk pada Kelurahan Pedurungan Lord


an Pedurungan Kidul setiap tahunnya meningkat namun
pada tahun 2016 hingga tahun 2017 di Kecamatan
Pedurungan Lor dan Pedurungan Kidul penduduk tidak
meningkat, sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan
Pedurungan Kidul jauh lebih banyak di bandingkan
dengan Kecamatan Pedurungan Lor.

KEPADATAN PENDUDUK

7.200
7.000
6.800
6.600 Pedurungan Lor
6.400
6.200
6.000 Pedurungan
5.800 Kidul
5.600

Gambar 3.
Gerafik Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk mencapai puncak padat


pada Kecamatan Pedurungan Kidul dan Pedurungan
JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK
Lor di tahun 2016 dan 2017 dikarenakan jumlah
Kelurahan 2012 2014 2015 2016 2017 Kelurahan 2012 2014 2015 2016 2017
penduduk yang tetap pada tahun 2016 hingga tahun
Pedurungan Lor 8.288 8.467 8.766 8.950 8.950 Pedurungan Lor 6.096 6.226 6.446 6.581 6.581
Pedurungan Kidul 6.879 6.900 6.943 6.984 6.984 2017 menyebabkan kepadatan tidak berubah, namun
Pedurungan Kidul 12.383 12.420 12.498 12.571 12.571
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Pedurungan Sumber : Kecamatan Dalam Angka Pedurungan Kecamatan Pedurungan Kidul memiliki kepadatan yang
lebih tinggi di bandingkan dengan Kecamatan
Pedurungan Lor
3.6 potensi dan masalah pengembangan

Tabel
Potensi dan Masalah Pada Kawasan Tapak

Potensi Masalah
Memiliki fungsi utama sebagai kawasan perdagangan dan Kurangnya ruang publik dan ruang parkir pada kawasan
jasa, dan Pengembangan simpang lima kedua sesuai perencanaan tapak sehingga dibutuhkan prencanaan
dengan tata ruang untuk ruang publik

Pencapaian ke lokasi cukup baik dengan kondisi Tidak adanya pedestrian ways pada setiap koridor
aksesibilitas yang langsung pada jalur utama sehingga tidak nyaman bagi pejalan kaki

Berkembangnya bangunan pada lokasi mengarah ke Masih didapati drainase yang tersumbat diakibatkan
peruntukan ekonomi dan perkantoran, serta perumahan sampah yang menumpuk pada jaringan drainase

Kondisi tapak yang memiliki banyak lahan kosong Masih terdapat sampah di sepanjang koridor JL Majapahid,
memungkinkan pembangunan kawasan secara optiman dan kurang adanya tempat sampah di setiap bangunan
pada koridor JL Majapahid

Adanya sekolah tinggi STEKOM, dan Perumahan Taman Banyaknya PKL di sepanjang koridor JL Majapahid ,
Sari Majapahid menjadi salah satu aktivitas pendukung di dengan jenis PKL bengkel
kawasan tapak

PKL pada sepanjang Jalan Majapahid menjadi Adanya bangunan yang mangkrak dan tidak terawat di
pendukung aktifitas ekonomi di malam hari sepanjang koridor JL Majapahid
4.1 Analisis Suitability

4.1.1 Penilaian dan Evaluasi


4.1.1.1 Batas Site

4.1.1.2 Bentang Site

Keadaan di kawasan perencanaan


tapak memiliki kelerengan yang datar dengan
kategori 0-2% diperuntukan sebagai Kawasan
hutan dan Kawasan permukiman, dengan
kategori kelerengan 0-2% kondisi tapak
termasuk datar sehingga arah aliran pada
drainase tidak begitu terlihat, dan memiliki
jenis tanah aluvial yang mana jenis tanah ini
peka terhadap erosi dan kesuburan tanahnya
tinggi, sedangkan iklim pada kawasan
perencanaan berada di daerah tropis dengan
kategori curah hujan 20-50 mm/hari.

4.1.1.3 Analisis SKL

Kawasan perencanaan CBD Majapahit


(simpang lima kedua) Kota Semarang dalam
analisis kemampuan lahan termasuk dalam
kelas D dengan kategori kemampuan
pengembangan agak tinggi, maka analisis
kesesuaian lahannya adalah sebagai berikut :
Peta Bentang Alam Kawasan Pengembangan

Bentang Alam

Bentang alam pada kawasan perencanaan terlihat pada topografi dan arah aliran air pada drainase yang mana pada kawasan tersebut memiliki kerapatan kontur yang
rendah sehingga pada daerah ini memiliki topografi yang rendah, sedangkan jika kawasan ini dikembangkan masuk dalam pengembangan yang agak tinggi dan dapat
dikembangkan sebagaimana mestinya,
Tabel
Kesesuaian Lahan Perencanaan CBD Majapahit

No Komponen Analisis
1. Arahan Tata Ruang Pertanian Kawasan dapat diarahkan sebagai lahan pertanian
tanaman tahunan
2. Arahan Rasio Penutupan Kawasan dapat diarahkan dengan rasio tutupan
lahan maksimal 30%
3. Arahan Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan pada kawasan harus kurang
dari 4 lantai
4. Arahan Pemanfaatan Air Baku Pemanfaatan air baku pada kawasan dapat
dimanfaatkan dengan baik. Air menggunakan
PAMSIMAS dan air sumur
5. Perkiran Daya Tampung Lahan Lahan permukiman adalah 50% dari daerah yang
boleh ditutup
6. Persyaratan dan Pembatas 1. Morfologi : Pengembangan kawasan budidaya
Pengembangan karena mempunyai bentuk lahan yang datar.

2. Kemudahan Dikerjakan : tingkat kemudahan


dikerjakan tinggi artinya tingkat kemudahan lahan
mudah untuk digali dalam proses pembangunan
atau pengembangan kawasan.

3. Kestabilan Lereng : tingkat kestabilan lerengnya


tinggi maka kondisi kawasannya stabil, artinya
terhindar longsor. Sehingga aman dikembangkan
untuk bangunan, permukiman, dan kawasan
budidaya.

4. Kestabilan Pondasi : kawasan memiliki


kestabilan pondasi tinggi artinya stabil untuk
pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis
pondasi.

5. Ketersediaan Air : kawasan memiliki


ketersediaan air tinggi artinya ketersediaan air
tanah dalam dan dangkal cukup banyak. Kawasan
menggunakan sumber air bersih PAMSIMAS dan
air sumur.

6. Drainse : Kawasan memiliki kemampuan lahan


untuk drainase kurang, yang artinya aliran air sulit
dan mudah tergenang.

7. Erosi : pada kawasan tidak ada pengelupasan


lapisan tanah atau tidak ada erosi.

8. Pembuangan Limbah : Pembuangan limbah


kawasan cukup yang arinya kawasan tersebut
mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.

9. Bencana Alam : Potensi bencana alam kawasan


rendah artinya kemungkinan besar kawasan
tersebut tidak rawan bencana alam
7. Evaluasi Pemanfaatan yang Ada Lahan dapat dimanfaatkan sesuai dengan
Terhadap Kesesuaian Lahan kesesuaian lahan, sesuai dengan pengembangan
pembangunan.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 2 Praktikum Perencanaan Tapak


4.1.1.5 Analisis Fungsi Ruang Terbuka
4.1.1.4 Peletakan Bangunan
Di kawasan perencanaan dibagi atas beberapa bangunan yaitu permukiman,
Sistem ruang terbuka pada kawasan Majapahit dibagi menjadi sietem ruang terbuka
perdagangan dan jasa, peribadatan dan pendidikan. Ketentuan/persyaratan penataan
pribadi dan sistem ruang terbuka umum, namun beberapa ruang terbuka pada kawasan
bangunan setempat adalah sebagai berikut :
majapahit belum terbangun sehingga ruang terbuka yang ada pada kawasan tersebut hanyalah
ruang terbuka publik jalur hijau, dan ruang terbuka privat pada bangunan – bangunan tertentu
Tabel
KDB, KLB dan KDH yang memiliki lahan yang cukup besar. Penempatan jalur hijau pada kawasan Majapait terletak
Eksisting Peraturan Analisis pada pedestrian ways, vegetasi yang ada pada kawasan Majapait cukup rimbun namun
Bangunan
KDB KLB KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH penataan yang kurang teratur dan kondisi vegetasi yang sudah mulai rapuh membuat estetika
Permukiman 70% 1.4 30% 60% 1.2 40% 70% 1.4 30% lingkungan di kawasan ini tidak baik. Berikut sistem perpohonan pada kawasan Majapahit :
Perdagangan dan Jasa 70% 2.1 30% 60% 1.8 40% 70% 2.1 30%
Peribadatan 70% 1.4 30% 60% 1.2 40% 70% 1.4 30% Tabel 4.
Pendidikan 70% 2.8 30% 60% 2.4 40% 70% 2.8 30% Sistem Pepohonan dan Tatat Hijau

Sumber : Analisis Tim Jenis Tanaman Tinggi Vegetasi (m2) Lokasi


Jalur Hijau
Pohon Palem Jl Majapahit, Jl Taman Majapahit,
Bangunan-bangunan perdagangan jasa yaitu meliputi bengkel, toko, dealer, pabrik, 4m
dan Jl Pesantren
resto, PKL dan gudang. Permukiman yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu Perumahan Pohon Kiara Payung 7m Jl Majapahit, Jl Brigjend Sugiarto
Ketapang dan perkampungan di Jalan Pesantren Pedurungan Lor dan Jalan Plamongan Sari Pohon Cemara 7m Jl Majapahit
Pohon Kelor 5m Jl Majapahit
Raya. Peribadatan berupa gereja dan pendidikan berupa STEKOM dan sebagian bangunan Pohon Beringin 7m Jl Majapahit
Pesantren Al Hikmah. Tinggi lantai bangunan perdagangan jasa sebagian besar 1-3 lantai, Pohon Tetean 4m Jl Majapahit
Pohon Mahoni 5m Jl Majapahit
perumahan 1-2 lantai, peribadatan 1 lantai dan pendidikan 4 lantai. Sebagian besar bangunan
Pohon Ketapang 4m Jl Majapahit
masih berfungsi namun ada 2 bangunan yang mangkrak yaitu rumah dan gudang yang terletak Pohon Kadaka 4m Jl Majapahit
di Jalan Brigjend Sudiarto . Pohon Angsana 3m Jl Pelamongan Sari dan Jl Majapahit
Pohon Kambaja 0,5 m Jl Pelamongan Sari
Sebagian besar bangunan yang berada di kawasan perencanaan tidak langsung Ruang Terbuka Privat
menghadap barat-timur secara langsung. Untuk bangunan perumahan menghadap ke arah timur Pohon Karesen 1m Jl Majapahit
Pohon Mangga 1m Jl Pesantren, Jl Plamongan Sari, Jl
laut dan permukiman menghadap ke arah tenggara, bangunan perdagangan dan jasa
brigjend Sugiarto, Jl Taman
menghadap ke arah baratdaya dan timur laut. Untuk bangunan pendidikan menghadap ke arah Majapahit
Tanaman Hias (Bunga Bugenvile, 0,4 cm Jl Majapahit, Jl Pelamongan Sari, Jl
timur laut. Arah sinar matahari terbit berada pada sisi samping tapak yang berbatasan dengan
Tanaman Pucuk Mereh) Taman Majapahit
bangunan lain. Posisi tapak tidak tegak lurus menghadap utara dan selatan tetapi agak miring
sehingga bangunan di kawasan perencanaan tersinari cahaya matahari secara merata. Sumber : Data Survey dan Analisis Kelompok 2 Majapahit
Melihat kondisi eksisiting, rencana perletakan bangunan di kawasan tetap seperti
Pohon yang ada pada kawasan Majapait merupakan jenis pohon yang dapat mengontrol
semula, akan tetapi bangunan PKL yang bersifat semi permanen dan bangunan mangkrak akan
suhu, penyaring debu dan kebisingan dikarenakan jenis tanaman yang tinggi, lebar, dan
dihilangkan atau dipindahkan.
memiliki kerapatan yang cukup rapat sehingga tanaman jenis ini cocok pada kawasan Majapait
yang mana kawasan ini berada denkat dengan kelas jalan kolektor primer dengan jenis
kendaraan yang lewat mulai dari kendaraan ringan hngga kendaraan berat, sehingga pemilihan
jenis pohon, dan ketersediaan ruang terbuka sangat dibutuhkan agar dapat mengkontrol suhu
atau pengendalian sinar matahari, menyerap dan mengalirkan angina, dan penyaring
kebisingan.
4.1.1.6 Analisis Kependudukan 4.1.1.7 Analisis Sistem Utilitas
4.1.1.7.1 Jaringan Air Bersih
Tabel 4. Sumber air bersih di kawasan perencanaan CBD Jl. Majapahit Semarang dilayani oleh air
Proyeksi Penduduk PAMSIMAS sudah hampir seluruh warga, namun ada beberapa warga yang masih menggunakan sumur
artetis.
Proyeksi Penduduk
Tabel 4.
Kelurahan 2022 2027 2032 2037 2042
Pedurungan Lor 9297 9481 9612 9714 9797 Proyeksi jaringan air bersih
Pedurungan Jumlah Jumlah Kebutuhan Kebutuhan
Domestik Kebutuhan Kebutuhan Domestik Jumlah
Kidul 12663 12715 12753 12782 12805 Kelurahan Penduduk Penduduk Fasos Air Fasek
(L) Air Fasos (L) Air Fasek (L) (L) (L)
2017 2027 (L) (L)
Sumber : Kecamatan Pedurungan Dalam Angka Pedurungan
6581 3290.5 658.1 329.05 9481 4740.5 948.1 474.05 6162
Lor
Pedurungan
6984 3492 698.4 349.2 12715 6357.5 1271.5 635.75 8264.75
Kidul

Sumber: analisis kelompok 2 Perencanaan Tapak 2019

14.000 12.805 Berdasarkan analisis di atas, kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan CBD Jl. Majapahit
12.663 12.715 12.753 12.782
selama 10 tahun ke depan dapat terpenuhi. Akan tetapi untuk fasilitas ekonomi, kebutuhan air bersih lebih
12.000 baik direncanakan menggunakan PDAM karena dengan adanya perencanaan kawasan CBD ini nantinya
9.621 9.714 9.797 kebutuhan air bersih bisa meningkat lebih banyak dari proyeksi yang sudah di perhitungkan.
10.000 9.297 9.481

4.1.1.7.2 Jaringan Listrik


8.000
Tabel 4.
6.000
Proyeksi Jaringan Listrik
4.000 Jumla Jumlah
Domesti Domestik
h Cadang Penerang Jumlah Peneranga
2.000 k (450) Sosek (450) Sosek Cadanga
Kelurahan Pendu an an jalan Pendudu n jalan
Volte (25%) Volte (25%) n (10%)
duk (10%) (45%) k 2027 (45%)
0 Ampere Ampere
2017
2022 2027 2032 2037 2042 Pedurunga 7.679.611
6.581 2.961 740 296,145 1.333 9.481 4.266.450 1.066.613 426.645 1.919.903
n Lor
Pedurungan Lor Pedurungan Kidul Pedurunga 10.299.151
6.984 3.134 786 314 1.414 12.715 5.721.750 1.430.438 572.175 2.574.788
n Kidul

Gambar 4. Sumber: analisis kelompok 2 Perencanaan Tapak 2019


Gerafik Jumlah Penduduk
Berdasarkan analisis diatas, kebutuhan listrik di kawasan CBD Majapahit dapat terpenuhi sampai 10 tahun
ke depan.
Proyeksi penduduk 20 tahun kedepan di Kelurahan Pedurungan Lor dan
Pedurungan Kidul memiliki rasio 0,92% sehingga mengalami peningkatan yang
signifikan karena lokasi tersebut menjadi pusat yang strategis di Kota. Perhitungan
proyeksi ini menggunakan rumus Logaritmik karena rasionya yang sesuai.
4.1.1.7.3 Jaringan persampahan No Lokasi Drainase Ukuran Keterangan
1 Jalan Majapahit 1m – 1.2m Merupakan drainase Sekunder terbuka ,
Berdasarkan hasil survei primer di kawasan perencanaan, sebagian besar wilayah tersebut kondisi drainase dalam keadaan baik dan
sudah menerapkan sistem pengolahan sampah dengan sistem kota. Sampah rumah tangga kelancaran baik.
pada tiap tong sampah warga diangkut oleh petugas setiap dua hari sekali dengan tossa, 2 Jalan Brigjeb Sudiarto 1m – 1.2m Merupakan drainase Sekunder terbuka ,
kemudian dari tempat pembuangan sampah (TPS) diangkut ke tempat pembuangan akhir kondisi drainase dalam keadaan baik
(TPA) jatibarang dengan damtruk. Ada beberapa warga yang masih membuah sampah di lahan tetapi kelancaran uruk dikarnakan
kosong sekitar rumah kemudian dibakar. sendimentasi oleh tumpukan tanah.
3 Jalan Purmowukti Timur 25 cm – Merupakan drainase tresier terbuka ,
Tabel 4. Raya 30 cm kondisi drainase dalam keadaan baik
Proyeksi Jaringan Persampahan tetapi kelancaran buruk.
4 Jalan Purmowukti Selatan 25 cm – Merupakan darinase tresier tertutup,
Jumlah Jumlah 1 30 cm kondisi drainase dalam keadaaan baik
Non Non
Kelurahan Penduduk Domestik Penduduk Domestik kelancaran buruk
Domestik Domestik
2017 2027 5 Jalan Purmowukti Raya Merupakan drainase tresier terbuka ,
25 cm –
Pedurungan
6.581 4804.13 480.413 9481 6921130 692113 30 cm kondisi drainase dalam keadaan baik
Lor
tetapi kelancaran buruk dikarnakan
Pedurungan
6.984 5098.32 509.832 12715 9281950 928195 terdapat sendimentasi tanah dan sampah.
Kidul
6 Jalan Taman Majapahit 65 cm – 75 cm Merupakan drainase tresier terbuka ,
Sumber: analisis kelompok 2 Perencanaan Tapak 2019
kondisi drainase dalam keadaan baik
tetapi kelancaran buruk dikarnakan
4.1.1.7.4 Jaringan Drainase terdapat sendimentasi tanah
7 Jalan Taman Majapahit 55 cm – 65 cm Merupakan drainase tresier terbuka ,
Analisis jaringan drainase di gunakan guna melihat kondisi jaringan drainase sehingga
Selatan kondisi drainase dalam keadaan baik
mengetahui potensi dan masalah dan penanganannya. Berdasarkan data primer kawasan CBD
tetapi kelancaran buruk.
Majapahit Kota Semarang system jaringan drainase sebagai berikut :
8 Jalan Zebra Tengah 65 cm – 75 cm Merupakan drainase tresier terbuka ,
1. Sistem Jaringan Drainase Sekunder kondisi drainase dalam keadaan baik
 Jalan Majapahit tetapi kelancaran kurang baik.
 Jalan Brigjen Sudiarto 9 Jlana Plamongan Sari Raya 65 cm – 75 cm
Sumber: analisis kelompok 2 Perencanaan Tapak 2019
2. Sistem Jaringan Drainase Tresier
 Jalan Purmowukti Timur Raya Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa :
 Jalan Purmowukti Selatan 1
 Jalan Purmowukti Raya  Ukuran drainase kawasan CBD Majapahit memiliki ukuran yang bervariai Antara 25 cm –
 Jalan Taman Majapahit 1 m dan ukuran terkecil berada pada jalan Purmowukti Timur Raya, Jalan Purmowukti
 Jalan Taman Majapahit Selatan Selatan 1, Jalan Purmowukti Raya dengan ukuran 25 cm – 30 cm sedangkan ukuran
 Jalan Zebra Tengah terbesar berada pada Jalan Majapahit dan Jalan Brigjeb Sudiarto dengan ukuran 1 m –
 Jalan Plamongan Sari Raya 1.2 m
 Kelancaran tidak begitu baik pada beberapa system drainase dikarnakan sendimentasi
tanah dan terhalang tumpukan sampah

1) 2) 3) 4)

5) 6) 7) 8) 9)
4.1.1.7.5 Jaringan Sanitasi

Analisis jaringan sanitasi digunakan untuk melihat kondisi jaringan yang digunukan masyarakat untuk membuang limbah dan
air kotor sehingga mengetahui masalah serta cari penanganinnya.

Kondisi Eksisting Kondisi Ideal Analisis Penanganannya


 Terdapat pembuangan  Tersediannya tempat  Melihat kondisi tempat  Perlunya ada pemeliharan dan
saluran air limbah dan pembuangan air limbah pembuangan air pengecekan secara berkala dan
air kotor pada dan air kotor pada limbah dan air kotor normalisasi pada pembungan
perdagangan jasa, perdagangan jasa , gedung yang ada sudah yang kelancarannya kurang
gedung pendidikan permukiman dan memenuhi kondisi baik di pembuangan limbah
dan permukiman permukiman yang tetapi mempunyai dan air kotor
mempunyai kelancaran kelancaran yang
yang baik dan digunakan kurang baik.
sebagai pembuangan
limbah
Sumber: analisis kelompok 2 Perencanaan Tapak 2019
4.1.2 Zoning Solid dan Void Kawasan Majapait masih di dominasi dengan ruang terbuka yang belum terbangun dengan luas ruang terbuka
Konsep zoning ini merupakan suatu gambaran posisi 8,07Ha dan luas bangunan yang ada di kawasan sebesar 6 Ha, sehingga kawasan ini dapat di kembangkan sesuai dengan
peletakan zona – zona bangunan pada perencanaan tapak. Dasar rencana kawasan.
dari konsep zoning ini adalah unsur fungsi primer, sekunder, dan
1. Zona Pubik : merupakan zona yang bersifat umum, dimana semua orang dapat mengakses ruang tersebut tanpa
penunjang bangunan diletakan pada area yang sesuai dengan
batas, zona publik ini nantinya akan digunakan sebagai tempat pemasaran.
fungsi dari bangunan tersebut, oleh karena itu zoning suatu
2. Zona Semi Publik : merupakan zona yang bersifat setengah umum, dimana semua orang dapat mnegakses, tetapi
kawasan perencanaan tapak dibagi menjadi 5 yaitu :
adanya kondisi – kondisi tertentu dimana dapat batasan untuk menggunakannya. Zona semi publik ini nantinya akan
Tabel 4 digunakan sebagai tempat pengelolaan bangunan.
Analisis Zona Solid dan Void Kawasan CBD Majapahit
3. Zona Privat : merupakan zona yang bersifat sangat tertutup dimana tidak semua orang dapat mengaksesnya tanpa
Kawasan
No Zona Luas
Solid Void ijin dari pemiliknya, zona privat biasanya digunakan sebagai tempat pekerjaan finishing sekaligus tempat
1. Zona Pubik  Jalan 1,484 Ha
penyimpanan produk
pada area
tapak 4. Zona Servis : suatu zona yang bersifat umum namun sengaja difungsikan untuk kegiatan penunjang, zona ini
contohnya seperti musholla atau kantin.
2. Zona Semi  Lahan 4,19 Ha
Publik Kosong 5. Zona Pengembangan : zona ini merupakan suatu zona yang dapat dikembangkan mengikuti perkembangan kawasan
 Area
di sekitarnya
Parkir
3. Zona Privat  Permukiman 35,14 Ha
 Kantor
 Pendidikan
(SMK dan
Stekom)
 Ruko
 Dealer
Nasmoco
 Rumah
Makan
 Pabrik Sharp
 Pabrik
Dunkin
Donat
 Pabrik

4. Zona Servis  Pom Bensin 0,593 Ha

5. Zona Lahan Kosong 3,88 Ha


Pengemban
gan

Sumber : Analisis Tapak Kelompok 2 Kawasan Majapait


4.1.3 Sistem Jaringan
4.1.3.1 Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan

Konsep rancangan sistem pergerakan yang terkait , antara ruas jenis kelas jalan utama Jl, Majapahit – Brigdjen Sudiarto yang merupakan jalan
kolektor primer yang akan menghubungkan jalan ke arah simpang lima Pandanaran, terminal Penggaron, Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan. Jenis
pergerakan yang melaluinya, baik masuk dan keluar kawasan, maupun masuk dan keluar kaveling.

4.1.3.2 Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum

Kendaraan umum yang ada di kawasan perencanaan berupa transportasi angkot, truk barang (jumlah as 2-3), bus AKDP serta BRT (Bus Rapid Trans).
Sistem sirkulasi kendaraan umum dari arah Purwodadi dan Semarang dapat memanfaatkan jalan kolektor primer yaitu Jl. Majapahit – Brigjend Sudiarto yang
menjadi akses utama. Untuk BRT (Bus Rapid Trans) juga melewati Jl. Majapahit – Brigjend Sudiarto yang merupakan jalur pada koridor 1 (Terminal Mangkang-
Terminal Penggaron) dan koridor VII (Terminal Terboyo – Jl. Wolter Mongonsidi). Untuk mencegah penumpukan penumpang dijadwalkan pemberangkatan
angkutan umum di halte.

4.1.3.3 Sistem Sirkulasi Kendaraan Pribadi


Kendaraan pribadi merupakan alat transportasi yang dimiliki individu untuk mempermudah kegiatan transportasinya secara cepat, mudah dan efesien.
Kendaraan pribadi yang datang dan pergi berupa sepeda motor dan mobil pribadi yang menggunakan jalan kolektor primer dan jalan lokal lingkungan.

4.1.3.4 Sistem Pergerakan Transit


Perencanaan sistem pergerakan transit yang ada di kawasan perencanaan sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi jika ingin berhenti disuatu
tempat atau berpindah ke transportasi lainnya. Tempat transit tentunya disediakan di tempat yang strategis serta dapat diakses atau dijangkau dengan mudah,
tempat transit lebih tepatnya diletakkan di kawasan-kawasan yang memiliki nilai lebih atau daya tarik tertentu dari suatu kawasan yang ada di dalam
perencanaan. Rencana sistem transit memanfaatkan akses jalan utama yang ada di Jl. Majapahit dan Jl. Brigjen Sudiarto.

4.1.3.5 Sistem Parkir


Salah satu permasalahan yang terdapat di kawasan perencanaan adalah tidak tersedianya lahan parkir, oleh karenanya sirkulasi jalan sangat terganggu
terutama pada jam sibuk. Rencana yang akan dilakukan untuk permasalahan parkir ini adalah dengan menggunakan sistem kantong parkir bertingkat di Jl.
Majapahit-Brigdjen Sudiarto. Kantong parkir akan memanfaatkan lahan kosong yang berada di sebelah kanan bangunan STEKOM. Diharapkan dengan adanya
kantong parkir ini dapat mengurangi intensitas parkir di bahu jalan dan jalan gang.

4.1.3.6 Sistem Perencanaan Jalur Servis/Pelayanan Lingkungan


Pelayanan lingkungan yang di maksud berupa layanan pengangkutan sampah, pengangkutan barang dan pemadam kebakaran. Sistem sirkulasi
kendaraan layanan lingkungan berupa pengangkut sampah dan pengangkut barang akan melewati seluruh jalan lokal/lingkungan di Kelurahan pedurungan Lor
dan Pedurungan Kidul dan melewati Jl. Majapahit – Brigdjen Sudiarto untuk menuju TPS yang berada di Kelurahan Pedurungan Lor. Sedangkan kendaraan
pemadam kebakaran dapat melewati seluruh ruas jalan utama dan local.

4.1.3.8 Sistem Jaringan Jalur Penghubung Terpadu (Pedestrian Linkage)


Rancangan sistem jaringan berbagai jalur penghubung yang memungkinkan menembus beberapa bangunan atau pun beberapa kaveling tertentu dan
dimanfaatkan bagi kepentingan jalur publik. Jalur penghubung terpadu ini dibutuhkan terutama pada daerah dengan intensitas kegiatan tinggi dan
beragam,seperti pada area komersial lingkungan permukiman atau area fungsi campuran (mixed-used). Jalur penghubung terpadu harus dapat memberikan
kemudahan aksesibilitas bagi pejalan kaki.
4.2.2 Fungsi Rencana
4.2 Analisis FUNGSI
Analisis fungsi rencana merupakan hasil perencanaan kawasan tapak berdasarkan kondisi
eksisting yaitu berupa kawasan perencanaan CBD (Central Buissnies Distric) majapahit dengan
tema Simpang Lima ke-2 dengan mengutamakan fungsi fasilitas pendukung sehingga dapat
4.2.1 Fungsi Eksisting
memenuhi kebutuhan dan membangun daya tarik masyarakat.
Analisis fungsi berarti menentukan fungsi untuk kegiatan di kawasan perencanaan tapak
tersebut. Berikut adalah table dari fungsi kawasan perencanaan tapak yang ada sekarang : Tabel 4.
Fungsi Rencana Pada Kawasan Perencanaan Tapak CBD Majapait Kota Semarang
Tabel 4.
Fungsi Eksisting Pada Kawasan Perencanaan Tapak CBD Majapait Kota Semarang Fungsi Aktifitas Fasilitas Rencana Skala Pelayanan
Primer Sekunder
Aksesbilitas Jarak lokasi dengan Halte bus BRT Wilayah
Fungsi Aktifitas Fasilitas Eksisting Skala Pelayanan
pemberhentian transpotasi umum
Primer Sekunder Jalan Kemudahan mencapai lokasi Penerangan Jalan, rambu Wilayah
Jarak lokasi dengan Halte bus BRT Wilayah lalu lintas
Halte
pemberhentian transpotasi umum Pedestrian Ways Tempat berjalan kaki Trotoar Kawasan
Parkir Sebagai lahan parkir Perluasan lahan, papan Kawasan
Jalur Penghubung Kemudahan mencapai lokasi Sirkulasi Jalan dengan Wilayah
tanda parkir, pembagian
kelas jalan kolektor
lahan parkir untuk
primer kendaraan
Kantor Sebagai pusat bekerja masyarakat Kantor Wilayah Jembatan Penyebrangan Tempat menyebrang Jembatan penyebrangan, Kawasan
sekitar lampu penerangan
Sebagai pusat perdagangan dan Pabrik, pertokoan, Wilayah Supermarket Oleh – Oleh, Belanja Kebutuhan Mall, Supermarket, Toko Wilayah
Pabrik, pertokoan,
jasa sorum Rumah, ataupun Kebutuhan
sorum Pribadi
Sebagai pusat sekolah tinggi Pendidikan Wilayah Perkantoran Tempat untuk bekerja Perkantoran Wilayah
Pendidikan
masyarakat sekitar CBD (Central Food court Tempat untuk makan Food court Kawasan
Buissnies Distric) Hotel Tempat untuk menginap Hotel, lahan parkir, kolam Kawasan
Gereja Tempat Beribadah Gereja Kawasan
sementara renang, restorant, Meeting
Ruang Terbuka - Jalur Hijau Kawasan Room
CBD (Central Apartemen Tempat tinggal Apartemen, dan kantor Wilayah
Buissnies Jaringan Sebagai kemudahan pengunjung Wifi Wilayah
pemasaran
Distric) dalam mengakses telepon
Telekomunikasi Ibadah Tempat Ibadah Masjid Kawasan
maupun internet Taman Tempat berkumpul Tanaman, Kursi taman, Kawasan
Jaringan Air Bersih Untuk melayani air bersih Pamsimas Kawasan lampu penerangan
Mengalirkan energy dan jaringan Lampu Jalan, listrik Kawasan Toilet Umum Tempat Buang Air Bak mandi, Kran air, kloset, Kawasan
Jaringan Listrik
tempat sampah
listrik untuk kebutuhan pada setiap bangunan
Jaringan Air Bersih Mengaliri air bersih Saluran perpipaan agar Kawasan
masyarakat sekitar dapat memenuhi
Jaringan drainase Mengalirkan limpahan air hujan Drainase Wilayah kebutuhan air setiap
ke sungai bangunan, dan endon
Pom Bensin Tempat pengisian bensin Pom Bensin Kawasan Jaringan Sanitasi Pengolahan air limbah IPAL Kawasan

Rumah Makan Tempat Makan Rumah Makan Kawasan


Tempat pembuangan sementara TPS Kawasan Sumber : Hasil Analisis Tapak Kelompok 2 (Majapahit) 2019
TPS (Tempat
Pembuangan

Sumber : Hasil Analisis Tapak Kelompok 2 (Majapahit) 2019


Sampah) Perencanaan yang difungsikan pada kawasan lebih dikembangkan pada bagian fasilitas
penunjang, dikarenakan kawasan Majapahit belum sepenuhnya terealisasi dan kurangnya
Tabel diatas menjelaskan bahwa kawasan Majapahit terletak pada tengah kota yang ketertarikan masyarakat untuk berkunjung pada kawasan Majapahit walaupun pengembangan
nantinya akan direncanakan sebagai kawasan CBD (Central Buissnies Distric) Semarang Timur, kawasan mengacu pada sisi CBD (Central Buissnies Distric) namun dalam kegiatannya belum
yang dapat menjadi bangkitan aktifitas di kawasan Semarang Timur, dalam hal tersebut sangat sesuai dengan rencana pengembangan.
perlu penambahan fasilitas yang dapat mendukung pelayanan.
4.3 Analisis PROSES

4.2 Analisis Proses


Analisis proses merupakan analisis yang menentukan hubungan antara fungsi yang sudah ditetapkan,
dibawah ini merupakan analisis fungsi dengan pengelompokan fungsi – fungsi yang sama diantaranya,
terdapat hubungan antara ruang dan tipe fungsi yang dikategorikan dalam 3 kategori yaitu hubungan erat,
tidak erat dan tidak berhubungan.

Diagram 4.
Analisis Proses
Derajat Kedekatan
No Ruang Sifat Ruang Berhubungan Erat Berhubungan Tidak
Tidak Erat Berhubungan
Tabel 4.
Hubungan Analisis 14. Pom Bensin Servis 1,3,10,11,26 2,3,4,5,6,7,8,9,1
2,13,14,15,16,1
7,18,19,20,21,2
Derajat Kedekatan 2,23,24,27
No Ruang Sifat Ruang Berhubungan Erat Berhubungan Tidak 15. Rumah Makan Privat 1,10,11 2,3,4,5,6,7,8,9,1
Tidak Erat Berhubungan 2,13,14,15,16,1
1. Jalan Publik 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14 9 7,18,19,20,21,2
,15,16,17,18,19,20,21,22,23 2,23,24,25,26,2
,24,25,26,27 7
16. TPS Servis 1 2,3,4,5,6,7,8,9,1
2. Halte Publik 1,3,4,7,11,17,18,19, 2,5,6,8,9,10,12, 0,11,12,13,14,1
13,14,15,16,20, 5,16,17,18,19,2
21,22,23,24,25, 0,21,22,23,24,2
26,27 5,26,27
3. Gudang Privat 1,11 2,3,5,6,7,8,9,10, 17. Pedestrian Publik 1,2,4,11,13 3,5,6,7,8,9,10,1
11,12,13,14,15, 2,14,15,16,17,1
16,17,,18,19,20, 8,19,20,21,22,2
21,22,23,24,25, 3,24,25,27
26, 18. Jembatan Publik 1,2,4,5,7 19,20,21,22, 3,6,8,9,10,11,12
4. Pertokoan Privat 1,2,5,6,10,11,12,17,18,19,2 3,4,7,8,9,13,14, Penyebrangan ,13,14,15,16,17,
0,21,22,23 15,16,24,25,26, 18,23,24,25,26,
27 27
5. Kantor Privat 1,2,4,10,11,12,13,14,15,17, 3,5,6,7,8,9,16,1 19. Super Market Semi Publik 1,2,4,5,10,11,12,20,21,22,2 3,6,7,8,9,13,14,
18 9,20,21,22,23,2 3,26 15,16,17,18,19,
4,25,26,27 24,25,27
6. Dealer Semi Publik 1,4,5,10,11,12,23 2,3,6,7,8,9,13,1 20. Food Court Publik 1,4,5,10,11,19,21,22,23,26 2,3,6,7,8,9,12,1
4,15,16,17,18,1 3,14,15,16,17,1
9,20,21,22,24,2 8,20,24,25,27
5,26,27
7. Pendidikan Privat 1,2,10,11,12,23 3,4,5,6,7,8,9,13, 22. Hotel Privat 1,4,5,10,11,12,13,19,20,22, 2,3,6,7,8,9,14,1
14,15,16,17,18, 23,27 5,16,17,18,21,2
19,20,21,22,24, 4,25,26,
25,26,27 21. Apartement Privat 1,2,10,11,12,13,19,20,21 3,4,5,6,7,8,9,14,
8. Gereja Privat 1,10,11,12, 2,3,4,5,6,7,8,9,1 15,16,17,18,22,
3,14,15,16,17,1 23,24,25,26,27
8,19,20,21,22,2
3,24,25,26,27 23. Parkir Publik 1,4,5,6,7,19,20,21,22,24,25 2,3,8,9,10,11,12
,13,14,15,16,17,
9. Jalur Hijau Publik 10,11,12, 1,2,3,4,5,6,7,8,9 23,26,27
,13,14,15,16,17, 24. Masjid Privat 1,10,11,23, 25,26, 2,3,4,5,6,7,8,9,1
18,19,20,21,22, 2,13,14,15,16,1
23,24,25,26,27 7,18,19,20,21,2
2,24,25,26,27
10. Air Bersih Publik 1,4,5,6,7,8,14,15,18,19,20,2 2,3,9,10,11,12,1
1,22,24,25,26 3,16,17,23,27 25. Taman Publik 1,10,11,23 26 2,3,4,5,6,7,8,9,1
2,13,14,15,16,1
11. Listrik Publik 1,2,3,4,5,6,7,8,9,14,15,17,1 10,11,12,13,16, 7,18,19,20,21,2
8,19,20,21,22,24,25,26 23,27 2,24,25,26,27
12. Telekomunikasi Publik 1,4,5,6,7,8,19,21,22 2,3,9,10,11,12,1
3,14,15,16,17,1 26. Toilet Umum Publik 1,10,11,13,14,19,20 2,3,4,5,6,7,8,9,1
8,20,23,24,25,2 2,15,16,17,18,2
6,27 1,22,23,24,25,2
13. Drainase Publik 1,17,21,22,26,27 2,4,5,6,7,8,9,10, 6,27
11,12,13,14,15, 27. Ipal Servis 1,13,21,22 2,3,4,5,6,7,8,9,1
16,18,19,20,23, 0,11,12,14,15,1
24,25, 6,17,18,19,20,2
3,24,25,26,27
4.4 Analisis KLASTER

IV
V
Gudang
Drainase
Diler
Taman
Pombensin
IPAL
Telekomunikasi
Gereja TPS
Jalur Hijau

II
Halte III
Pendidikan Toilet Umum
Jalan Air Bersih
Listrik
Rumah Makan
Masjid

I
Hotel
Apartemen
Supermarket
Parkir
Food Court
Perkantoran
Pertokoan
Jembatan Penyebrangan
Pedestrian

Berhubungan Erat

Berhubungan Tidak Erat

Berhubungan Erat

You might also like