You are on page 1of 13

MAKALAH

PERPAJAKAN
“PAJAK PENGHASILAN PASAL 21”

Pembimbing :

SITI SOIMAH, S.AB., M.AB

Disusun oleh :

 Trisna Eka Wulansari (15041101)


 Dian Eka Purwati (15041087)
 Mira Agustin (15041092)

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN

FAKULTAS EKONOMI

AKUNTANSI SORE SEMESTER 7

Jl. Airlangga No. 03 Sukodadi Lamongan 62253 Telp. (0322) 390929

Tp. 2018/2019

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“PAJAK PENGHASILAN PASAL 21”, yang mana makalah ini disusun bertujuan
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perpajakan.

Ada pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata- kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Lamongan, 17 Oktober 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PPh Pasal 21.......................................................... 3
2.2 Dasar Hukum PPh Pasal 21.................................................... 3
2.3 Pemotong PPh Pasal 21........................................................... 4
2.4 Tidak Termasuk Pemberi Kerja............................................... 4
2.5 Pemotongan PPh Pasal 21....................................................... 4
2.6 Skema Perhitungan PPh Pasal 21............................................ 5
2.7 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................. 11
3.2 Saran........................................................................................ 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai


kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan
sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber
terpenting dari penerimaan Negara. Lagi pula penerimaan Negara dari pajak dapat
dijadikan indikator atas peran serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam
kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan, karena pembayaran pajak yang
dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk tidak langsung. PPh
Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri.
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh
pasal 21 harus menjadi perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh
karena itu kita akan membahasnya secara perlahan-lahan agar mudah dimengerti.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang kami ambil adalah :


a. Bagaimana pengertian dari PPh Pasal 21 ?
b. Apa dasar hukum dari PPh Pasal 21 ?
c. Siapa saja pemotong PPh Pasal 21 ?
d. Siapa saja yang tidak termasuk pemberi kerja ?
e. Bagaimana pemotongan dari PPh Pasal 21 ?
f. Bagaimana skema perhitungan dari PPh Pasal 21 ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Untuk mengetahui pengertian dari PPh Pasal 21.
b. Untuk mengetahui dasar hukum dari PPh Pasal 21.
c. Untuk mengetahui pemotong PPh Pasal 21.

1
d. Untuk mengetahui siapa saja yang tidak termasuk pemberi kerja.
e. Untuk mengetahui bagaimana pemotongan dari PPh Pasal 21.
f. Untuk mengetahui skema perhitungan dari PPh Pasal 21.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendahara pemerintahan yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaranlain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
c. Dana pension atau badan lain yang membayarkan uang pension dan pembayaran
lain dengan nama dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
2.2 DASAR HUKUM PPH PASAL 21

1. Undang Undang No. 36 tahun 2008 perubahan keempat Undang Undang No. 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Direktur Jendral Pajak No 31/PJ/2012 tentang pedoman teknis tata
cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan/atau
pajak penghasilan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
orang pribadi.
3. Peraturan Direktur Jendral Pajak No 32/PJ/2009 tentang bentuk formulir surat
pemberitahuan masa pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pasal 26 dan bukti
pemotongan / pemungutan pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pasal 26.
4. Peraturan Direktur Jendral Pajak No. 57/PJ/2009 tentang perubahan Peraturan
Dirjen Pajak No. 31/PJ/2009 tentang pedoman teknis tata cara pemotongan,
penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21.
5. Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2009 tentang tarif pajak penghasilan PPh 21
atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.

3
2.3 PEMOTONG PPH PASAL 21

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.


2. Bendaharawan atau Pemegang kas pemerintahan.
3. Dana Pensiun, Badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar pension dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atau badan
yang membayar honorarium.

2.4 TIDAK TERMASUK PEMBERI KERJA


1. Kantor perwakilan Negara asing
2. Organisasi Internasional
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.5 PEMOTONGAN PPH PASAL 21


1. Atas penghasilan yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Negara,
anggota ABRI dan POLRI yang dananya berasal dari APBD/APBN.
 Gaji dan tunjangan yang terikat dengan gaji tidak akan dipotong PPh 21,
tetapi PPh 21 tetap dihitung sesuai tariff pasal 17 dan akan ditanggung
oleh pemberi kerja, dimana dalam hal ini adalah pemerintah.
 Honorarium atau penghasilan lain di luar gaji akan dipotong PPh 21
dengan tarif 15% bersifat final.
2. Atas penghasilan yang diterima oleh selain disebutkan pada no. 1 di atas dapat
berupa upah harian / mingguan / borongan, imbalan kepada tenaga ahli, imbalan
jasa yang dihitung tidak berdasarkan banyaknya hari. Akan dipotong PPh 21
sesuai tarif bersifat tidak final.

2.6 SKEMA PERHITUNGAN PPH PASAL 21


Pegawai Tetap
 Penghasilan Bruto
 Gaji Pokok XXX
 Tunjangan – Tunjangan XXX
 Premi Asuransi yang ditanggung pemberi kerja XXX
 Penghasilan tidak teratur (Bonus/THR/Gratifikasi) XXX
 Total Penghasilan Bruto XXX
 PengurangPenghasilan Bruto
 Biaya Jabatan XXX
 Iuran Pensiun yang dibayar oleh wajib pajak XXX
 Iuran JHT/THT yang dibayar oleh wajib pajak XXX
 Total Pengurang Penghasilan Bruto (XXX)

4
 Penghasilan Neto 1 Bulan XXX
 Penghasilan Neto Setahun / Disetahunkan XXX
 Penghasilan Tidak Kena Pajak (XXX)
 Penghasilan Kena Pajak XXX
 PPh Terutang XXX

1. Biaya Jabatan
Adalah fasilitas yang diberikan Negara sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang
yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun
tidak. Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto dengan nilai maksimalnya adalah sebesar
Rp 500.000,- perbulan atau Rp 6.000.000,- pertahun.
2. Iuran Pensiun
Adalah iuran yang dibayar oleh wajib pajak kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menteri Keuangan. Tidak ada batasan berapa besarnya iuran tersebut yang
boleh diperhitungkan sebagai pengurang.
3. Premi JHT/THT
Adalah premi JHT/THT yang dibayar oleh wajib pajak kepada badan yang
menyelenggarakan program tersebut. Besarnya iuran sesuai dengan ketetapan dari
pihak penyelenggara.

4. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Berlaku 2016
Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000,-
Status Menikah Rp 4.500.000,-
Tanggungan maks 3 Rp 4.500.000,-
Istri Bekerja Rp 54.000.000,-

Tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan
lurus ke atas maupun kebawah yang tidak mempunyai penghasilan sendiri dan anak
angkat yang telah resmi diadopsi.
5. Tarif Pajak Penghasilan untuk Orang Pribadi (Pasal 17 UU PPh)
 Penghasilan 0 – 50.000.000 5%
 Penghasilan 50.000.001 – 250.000.000 15%
 Penghasilan 250.000.001 – 500.000.000 25%
 Penghasilan > 500.000.000 30%
Contoh :
Bambang (K/0) bekerja pada PT ABC pada tahun 2017 dengan gaji pokok Rp
5.000.000,- Mengikuti program JAMSOSTEK dengan ketentuan premi perbulannya
sebagai berikut : JKK 0,24%, JK 0,30%, dan JHT 3,7% ditanggung perusahaan
sedangkan JHT 2% ditanggung karyawan. Bambang juga harus membayar iuran
pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan oleh Menkeu sebesar Rp
100.000/bulan.
5
Berapa PPh 21 yang harus dipotong oleh PT ABC dan berapa gaji yang dibawa
pulang oleh Bambang (THP) ?

Perhitungan PPh 21 :
Gaji 1 Bulan Rp 5.000.000
Rp
Premi JKK 12.000
Rp
Premi JKK 15.000
Penghasilan Bruto Rp 5.027.000
Pengurang :
Biaya Jabatan Rp 251.350
Iuran Pensiun Rp 100.000
JHT 2% Rp 100.000
Rp 451.350
Penghasilan Neto 1 Bulan Rp 4.575.650
Penghasilan Neto 1 Tahun Rp 54.907.800
PTKP (K/O) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 907.800
PhKP dibulatkan Rp 907.000
PPh 21 Setahun : 5% X
907.000 Rp 45.350
PPh 21 Sebulan Rp 3.779

Perhitungan Take Home


Pay :
Gaji Pokok Rp 5.000.000
Iuran Pensiun Rp (100.000)
JHT 2% Rp (100.000)
PPh 21 Rp (3.779)
THP Rp 4.796.221

Jurnal
Beban Gaji dan Upah Rp 5.027.000
Beban JHT Rp 185.000
Hutang Iuran Pensiun Rp 100.000
Hutang Jamsostek Rp 312.000
Hutang PPh 21 Rp 3.779
Kas Rp 4.796.221

6. Imbalan kepada Tenaga Ahli


PPh Ps 21 = Penghasilan Bruto X 50% X Tarif Pasal 17 Orang Pribadi
Yang termasuk kategori tenaga ahli adalah :
 Pengacara
 Akuntan
 Arsitek

6
 Dokter
 Konsultan
 Notaris
 Penilai
 Aktuaris
Contoh :
Konsultan Pajak AMANDA menerima fee pembayaran dari PT Sejahtera Bersama
sebesar Rp 5.000.000.
Besarnya PPh 21 yang terutang adalah sebesar :
5% X 50% X Rp 5.000.000 = Rp 125.000
7. Imbalan kepada Tenaga Tidak Tetap
 Upah 1 hari ≤ 200.000 / hari dan 1 bulan ≤ 4.500.000 = Tidak terutang PPh 21
 Upah 1 hari > 200.000 / hari dan 1 bulan ≤ 4.500.000 = Terutang PPh 21
dengan PTKP 200.000 / hari
 Upah 1 hari ≤ 200.000 / hari dan 1 bulan > 4.500.000 = Terutang PPh 21
dengan PTKP sebenarnya
 Upah 1 hari > 200.000 / hari dan 1 bulan > 4.500.000 = Terutang PPh 21
dengan PTKP sebenarnya
Contoh :
Bruno bekerja selama 2 hari dengan upah harian sebesar 500.000 / hari
Upah 1 hari 500.000
PTKP Harian 200.000
PhKP 300.000
PPh Pasal 21 15.000
PPh Pasal 21 2 hari 30.000
8. Imbalan kepada Bukan Pegawai
Yang termasuk bukan pegawai adalah :
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, dll.
 Olahragawan
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator
 Distributor perusahaan multilevel marketing
 Pengarang, peneliti dan penerjemah
 Pengawas dan pengelola proyek
 Petugas penjaja barang dagangan
 Petugas dinas luar asuransi
 Pembawa pesanan atau perantara

Penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan


maka dihitung berdasarkan tarif PPh Pasal 17 orang pribadi dan bersifat kumulatif
dalam tahun pajak yang bersangkutan.

7
Rumus = 50% X Tarif PPh Pasal 17 X Ph Bruto

Penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang tidak bersifat


berkesinambungan maka dihitung berdasarkan tarif PPh Pasal 17 orang pribadi dan
bersifat tidak kumulatif dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Rumus = 50% X Tarif PPh Pasal 17 X Ph Bruto

Contoh : Ino Indrawan adalah seorang agen iklan memperoleh komisi dari jasa
iklannya pada bulan Juni sebesar Rp 1.500.000. besarnya PPh 21 yang terutang
adalah sebesar :

5% X 50% X 1.500.000 = Rp 37.500

9. PPh pasal 21 atas Pesangon dan THT / JHT yang dibayarkan secara sekaligus
 Untuk pesangon, tarif :
- 0 – 50.000.000 0%
- 50.000.001 – 100.000.000 5%
- 100.000.001 – 500.000.000 15%
- > 500.000.000 25%
 Untuk uang manfaat pensiun, THT dan JHT, tarif :
- 0 – 50.000.000 0%
- > 50.000.000 5%
 Keduanya bersifat final
Contoh :
Hadi Sunaryo terkena PHK menerima pembayaran uang Pesangon sebesar Rp
600.000.000,- yang diterima sekaligus dari PT. Asgar Manah.
PPh Pasal 21 :
0% X Rp 50.000.000 = Rp 0
5% X Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% X Rp 400.000.000 = Rp 60.000.000
25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
PPh Pasal 21 = Rp 87.500.000
10. PPh Pasal 21 atas Penerimaan Pensiun Berkala
Skema perhitungannya hampir sama dengan PPh Ps 21 Pegawai Tetap. Perbedaannya
adalah pada biaya pensiun sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, maksimal Rp 200.000
/ bulan atau Rp 2.400.000 / tahun.
Contoh :
Joko Susilo, berstatus kawin dengan dua orang anak yang masi menjadi tanggungan,
bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. Nusa Sejati dengan gaji sebulan sebesar Rp
10.000.000. Joko Susilo membayar iuran pensiun sebesar Rp 250.000 ke Dana

8
Pensiun Artha Mandiri. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di PT Nusa Sejati
terhitung mulai 1 Januari 2017, Joko Susilo memasuki masa pensiun.
Mulai Bulan Januari 2017 Joko Susilo memperoleh uang pensiun dari Dana Pensiun
Artha Mandiri sebesar Rp 6.000.000 sebulan.
Perhitungan PPh Pasal 21 terutang atas uang pensiun (ber NPWP) adalah sebagai
berikut :

Pensiun Sebulan Rp 6.000.000


Pengurangan :
Biaya Pensiun 5% X Rp
6.000.000 Rp 200.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.800.000
Penghasilan Neto setahun Rp 69.600.000
PTKP Rp 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.100.000
PPh Pasal 21 terutang setahun Rp 105.000
PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 8.750

11. PPh Pasal 21 Atas Jasa Produksi dan sejenisnya yang Diterima Mantan
Pegawai, Honorarium Komisaris yang Bukan sebagai Pegawai Tetap,
Penarikan Dana Pensiun Oleh Peserta Program Pensiun yang Masih Berstatus
sebagai Pegawai dan Hadiah Peserta Kegiatan
Rumus = Tarif PPh Ps 17 X Jumlah Ph. Bruto
Contoh 1 :
Victoria Indah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2017 telah
berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret 2017
Victoria Indah menerima jasa produksi tahun 2016 dari PT Fajar Wisesa sebesar Rp
55.000.000.
PPh Pasal 21 yang terutang adalah :
5% X Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% X Rp 5.000.000 = Rp 750.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 3.250.000
2.7 TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK
1. Disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya atau 10 hari setelah masa
pajak berakhir dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
2. Dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya atau 20 hari setelah masa
pajak berakhir dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT). Atau bisa
melalui www.pajak.go.id dengan melampirkan file berupa csv.

9
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN

Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Saat ini PPh
pasal 21 harus menjadi perhatian bagi wajib pajak yang dikenakan PPh pasal 21, oleh
karena itu kita akan membahasnya secara perlahan-lahan agar mudah dimengerti.
Pemungutan serta tarif pajak pph didasarkan atas undang – undang yang ada.
Pajak merupakan penyumbang terbesar bagi kas negara. Ingat, bayarlah pajak sesuai
dengan UU yang berlaku. Demikianlah kesimpulan ini, Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.

3.2 SARAN

Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.Semoga makalah ini dapat menambah
khasanah pengetahuan bagi semua.

10

You might also like