You are on page 1of 31

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN HAFALAN AL-QUR’AN SURAH AL-MA'UN MELALUI


PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS POWERPOINT
DI KELAS V SDN JATI 02 KABUPATEN BANDUNG

Nama Mahasiswa : Syarif Hidayatulloh, S.Pd.I

A. Latar Belakang Masalah


Menyikapi perkembangan pada era globalisasi saat ini yang semakin
pesat, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan ulet serta
mempunyai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt. Dalam
mempersiapkan hal itu maka sedini mungkin upaya pembentukan
mentalmental yang tangguh perlu disiapkan melalui pendidikan.
Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam kehidupan manusia
dimasa depan. Pendidikan yang diselenggarakan harus mampu mencetak
sumber daya manusia yang lebih siap untukterjun dan berperan aktif dalam
kehidupan nyata. Konkretnya, pendidikan itu harus mampu menyiapkan
tenaga-tenaga terampil yang mampu melayani dirinya sendiri dan orang lain
serta dapat mengisi dan berperan aktif diberbagai sendi kehidupan serta
kompetitif.
Tantangan pendidikan dimasa depan disadari akan semakin berat. Hal
ini merupakan konsekuensi kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Guru
merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas berhasilnya proses
pembelajaran yang dilakukan dikelas. Fungsi pendidikan agama Islam juga
mempunyai beberapa sasaran. Pertama, bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan
kognitif dan psikomotor disatu pihak serta kemampuan efektif dipihak lain.
Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan menghasilkan manusia yang
berkepribadian, tetapi menjunjung nilai-nilai budaya yang luhur, serta
mempunyai wawasan serta memupuk jati dirinya. Kedua, tujuan pendidikan
untuk mencapai nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan ahlaq mulia yang
senantiasa menjaga harmonisasi hubungan dengan tuhan, dengan sesama
manusia dan dengan alam sekitarnya.
Berbagai upaya dapat dilakukan seorang guru untuk menciptakan
suasana dan kondisi belajar yang efektif dengan menerapkan berbagai metode
ataupun strategi yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Strategi yang
digunakan dapat dimaksimalkan oleh guru selaku pendidik dengan bantuan
fasilitas yang tersedia di dalam kelas belajar. Dengan adanya kreatifitas dari
seorang guru dalam menerapkan metode ataupun strategi di dalam proses
belajar mengajar di kelas, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
peserta didik baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik secara tepat.
Bagi para peserta didik, dalam memahami pelajaran biasanya mereka
mampu menguasai materi pelajaran dengan cara membaca, menulis, dan
menghafal dan cara lainnya. Peserta didik biasa melakukan hafalan materi
pelajaran guna menanamkan ke dalam ingatannya, agar semua materi dapat
diingat kembali saat diujikan. Kemampuan peserta didik dalam menghafal
sangatlah beragam, sebagian mampu menghafal materi yang bersifat verbal
ataupun bahasa namun sebagian yang lainnya lebih mudah menghafalkan
rumus-rumus seperti matematika. Beragamnya kemampuan dalam menghafal
inilah yang menjadi kekurangan dalam memenuhi kompetensi dasar yang
menjadi tujuan dasar pembelajaran.1
Menghafal ayat-ayat Al-Quran juga memiliki banyak manfaat bagi
setiap orang, peserta didik diharapkan mampu mengamalkan setiap ayat -ayat
yang dihafal ke dalam shalat baik yang lima waktu atau shalat sunah lainnya.
Selain mengamalkan ayat-ayatnya juga diharapkan mampu mengamalkan isi

1
Yudi Sukamto, “UPAYA PENINGKATAN MENGHAFAL SURAT AL-FIIL DAN AL-
MA’UN MELALUI PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
BALEAGUNG KEC. GRABAG KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN
kandungan di dalam ayat-ayat yang telah dihafal, baik itu berbentuk menjauhi
larangan maupun mematuhi perintah yang diterangkan oleh AlQur‟an.
Maka sangatlah penting jika ayat-ayat al-quran ditanamkan sejak dini
kepada para peserta didik, agar mereka memiliki bekal keimanan terhadap Al-
Qur’an guna menempuh pendidikan pada jenjang selanjutnya. Apabila Al-
Qur‟an diamalkan oleh mereka mulai dari membaca, menulis, menghafal serta
di jadikan petunjuk oleh mereka, maka mereka akan mendapatkan kemulian di
dunia dan ketenangan secara lahir dan batin dalam menjalani kehidupan di
dunia.
Kemampuan menghafal peserta didik juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor dan tidak berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar pada umumnya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik baik fisik ataupun
psikis. Adapun faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik ataupun lingkungan peserta didik seperti lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Metode yang selama ini dilakukan yaitu guru meminta seluruh peserta
didik untuk mengahafalkan sekaligus, sehingga para peserta didik merasa
terbebani oleh perintah gurunya, dan rasa takut jika tidak hafal dengan cepat
akan mendapatkan nilai yang rendah dari gurunya, peserta didik juga kurang
nyaman dalam menghafal bahkan hafalan mereka relatif akan mudah hilang
dalam waktu sebentar. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan metode lain
yang mungkin lebih berkesan dalam menjalani proses pembelajaran
khususnya saat menghafal surat Al-Ma’un. Walaupun metode ini terkesan
memakan waktu, namun diharapkan kemampuan menghafal peserta didik
dapat meningkat dan hasilnya bertahan
lebih lama.2

2
Panca Budiman, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Siswa Melalui Metode
Kitabah Pada Materi Surah Al-Bayyinah Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Kelas V Di MIS Al-
Hidayah Desa Muka Paya Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Sumatra Utara” (Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2019).
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti
memandang bahwa fenomena banyaknya peserta didik yang belum mampu membaca
dan menghafal Alquran surah al-Ma'un di Kelas V SDN JATI 02 layak untuk dijadikan
sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkan hasil belajar Tahfiz Quran
peserta didik dengan menghafal bersama teman di Kelas V SDN JATI 02
Kp. Parunghalang Baleendah kab. Bandung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah :
1. Bagaimana kemampuan menghafal surah pendek mata pelajaran Al-Qur‟an di kelas
V SDN Jati 02 sebelum menggunakan Problem Based Learning ?
2. Bagaimana proses penerapan pendekatan Problem Based Learning dalam
meningkatkan hasil belajar hafalan Qur'an surah al-Ma'un peserta didik di kelas V di
SDN JATI 02 ?
3. Bagaimana hasil penerapan pendekatan Problem Based Learning dalam meningkatkan
hasil belajar hafalan Qur'an surah al-Ma'un peserta didik di kelas V di SDN JATI 02 ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian terhadap proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan menghafal Al-Qur,an Surat Al-
Ma’un sebelum menggunakan sebelum menggunakan Problem Based
Learning
2. Untuk mengetahui penerapan Problem Based Learning.

3. Untuk mengetahui peningkatan hafalan surat Al-Ma’un siswa di SDN Jati


02, Kabupaten Bandung setelah menggunakan Problem Based Learning
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Dengan dilaksanakannya penelitian ini dengan judul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Quran Surat Al-Ma’un dengan
Problem Based Learning Siswa Kelas V SDN Jati 02 Baleendah Kabupaten
Bandung diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan
tentang hal-hal yang bersangkutan dengan metode pembelajaran,
pengaruhnya dalam mendukung kemampuan siswa menyerap informasi
serta bagaimana penerapannya dan penilaiannya di dalam kelas sehingga
dapat menjadi masukan guru dalam proses pembelajaran selanjutnya.
2. Praktis
a. Untuk SDN Jati 02
1. Memberikan sumbangan pengetahuan.
2. Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya
dalam perolehan prestasi belajar dan penguasaan menghafal.
b. Untuk pendidik
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
2. Menerapkan Problem Based Learning pada materi pembelajaran
yang sesuai.
c. Untuk siswa
1. Membantu meningkatkan hasil pembelajaran PAI.
2. Kegitan pembelajaran siswa didalam kelas menjadi lebih menarik.
3. Siswa lebih mudah belajar dengan metode yang digunakan.
d. Untuk Orang Tua
1. Mengetahui metode pembelajaran Problem Based Learning
2. Menambah pengetahuan metode hafalan
e. Untuk peneliti selanjutnya
Bisa lebih mengembangkan lagi terhadap metode pembelajaran
khususnya dalam menghafal
E. Kerangka Pemikiran
1. Landasan Teosentris
Dalam al-quran menjelaskan keutamaan dalam menghafal al-qur’an
‫روبت نل ةراجت نوجري ةينلَ عو ارس مهانقزر امم اوقفنأو ةلَ صلا اوماقأو اﻟ ﱠﻞ باتك نولتي نيذلا نإ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Quran)


dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS.
Fathir: 29).

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda,
‫هباحصﻷ اعيفش ةمايقلا موي ىتأي هنإف نآرقلا اوءرقا‬
Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi
penghafalnya di hari kiamat. (HR. Muslim 1910).

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

‫ سمشلا ءوض لثم هؤوض رون نم اجات ةمايقلا موي هادلاو سبلأ هب لمعو ملعتو نآرقلا أرق نم‬،
‫ نلاوقيف ايندلا امهل موقت ﻻ نيتلح هادلاو ىسكيو‬: ‫ لاقيف ؟ اذه انيﺳﻚ مب‬: ‫نآرقلا امكدلو ذخأب‬
Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya,
maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari
cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan
diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua
orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam
ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah
mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).3

2. Konsep Menghafal
Menghafal dalam bahasa Arab bisa diungkapkan dengan kata kerja
hafazha, yang berarti menjaga, memlihara, dan melindungi. Mashdar dari
kata kerja hafazha adalah hifzh yang diartikan dengan penjagaan,
perlindungan, pemeliharaan, dan hafalan. Ketika dikaitkan dengan

3
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Quran Dan Hadits (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012).
Hal 224
pelajaran, maka ia berarti menghafal. Sehingga, jika dikatakan hafizha ad-
dars, maka artinya adalah menghafal pelajaran.4
Menurut Atkinson dan Siffrin, sistem ingatan manusia dibagi
menjadi 3 bagian yaitu: Pertama, sensori memori (sensory memory)
mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau
kombianasi pancaindra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran
melalui telinga, aroma melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan
melalui kulit. Bila informasi atau stimulus tersebut tidak diperhatikan akan
langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka informasi tersebut
ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek. Kedua, ingatan jangka pendek
(short term memory) dalam suatu saat menyimpan informasi atau stimulus
selama kurang lebih 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi
(chunks) dapat dipelihara dan disimpan di sistem ingatan jangka pendek
suatu saat. Setelah berada di sistem ingatan jamgka pendek, informasi
tersebut dapat ditransfer lagi melalui proses rehearsal (latihan
/pengulangan kesitem ingatan jangka panjang. Ketiga, ingatan jangka
panjang (long term memory) ditranfer ke sistem ingatan jangka panjang
untuk disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan
karena tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru. 5
3. Konsep Menghafal Al-Quran
Pengertian Menghafal Al-Qur’an Tahfidz Al-Qur‟an berasal dari dua
suku kata, yaitu tahfidz dan Al-Qur‟an, yang makna keduanya mempunyai
arti yang berbeda. Pertama tahfidz yang mempunyai arti menghafal,
menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafidza-yahfadzu,
yaitu lawan dari lupa. Untuk memahami arti menghafal, dalam kutipan
bahasa Arab yaitu “hafadza” artinya memelihara, menjaga, menghafal. Al-
hifdz (hafalan) secara bahsa (etimologi) adalah lawan daripada lupa, yaitu

4
Cece Abdulwaly, Rahasia Di Balik Hapalan Para Ulama, ed. Nurr (Yogyakarta: Laksana,
2019). Hal 18
5
Lutfi, Pembelajaran Al-Quran Dan Hadits. Hal 224
selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang menghafal
dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.6
Sedangkan menurut Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku
Teknik Menghafal Al-Qur‟an karangan Abdurrab Nawabuddin berkata
bahwa menghafal adalah orang yang selalu menekuni pekerjaannya,
pernyataan ini merujuk pada Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 238:
‫اوظفاح ىلع تولصلا ةولصلاو ىطسولا اوموقو لِ نيتنق‬
“Peliharalah semua shalat, dan shalat wusta‟. Dan laksanakanlah
(shalat) karena Allah dengan khusyu‟.7
Menghafal adalah suatau aktivitas menanamkan suatau materi
verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat)
kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal al-
Qur’an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan posisi itu sangat
didambakan oleh semua orang yang benar, dan seorang yang bercita-cita
tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi agar manusia
nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan penghormatan yang
sempurna8 Sebagaiman firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Fathir ayat:
29-30:
‫روبت نل ةراجت نوجري ةينلَ عو ارس مهانقزر امم اوقفنأو ةلَ صلا اوماقأو اﻟ ﱠﻞ باتك نولتي نيذلا نإ‬
30 29 ‫روكش روفغ هنإ هلضف نم مهديزيو مهروجأ مهيفويل‬
Artinya : 29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari
rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan
diamdiam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi.
30. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala
mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

6
Budiman, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Siswa Melalui Metode Kitabah
Pada Materi Surah Al-Bayyinah Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Kelas V Di MIS Al-Hidayah
Desa Muka Paya Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Sumatra Utara.”
7
Budiman.
8
Sukamto, “UPAYA PENINGKATAN MENGHAFAL SURAT AL-FIIL DAN AL-MA’UN
MELALUI METODE PRACTICEREHEARSAL PAIRS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
BALEAGUNG KEC. GRABAG KAB. MAGELANG
Secara umum, menghafal al-Qur’an diartikan sebagai proses
memasukkan ayat-ayat al-Qur’an, huruf demi huruf, kedalam hati untuk
terus memeliharanya hingga akhir hayat. Menurut bahasa, hifz adalah
itqan, berarti menguatkan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an
surat al-Hijr ayat: 9
‫نوظفحل ۥهل انإو ركذلٱ انلزن نحن انإ‬
Artinya : Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Sedangkan menurut Asnil Aidah Ritonga, Al-Qur‟an adalah firman


Allah yang mu‟jiz, diturunkan kepada seorang Nabi yang terakhir, melalui
malaikat Jibril yang diriwayatkan kepada ummat secara mutawatir, bagi
yang membacanya merupakan ibadah yang dimulai surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Nas.9
Menghafal al-Qur’an mempunyai faedah-faedah yang penting,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Jika disertai dengan amal saleh dan kikhlasan, maka ini merupakan
kemenangan dan kebahagiaan didunia dan akhirat.
b. Orang yang menghafal al-Qur’an akan mendapatkan anugerah dari
Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang.
Karena itu, para penghafal al-Qur’an lebih cepat mengerti,teliti, dan
lebih hati-hati karena banyak latihan untuk mencocokan ayat serta
membandingkannya dengan ayat lainnya.
c. Menghafal al-Qur’an merupakan bahtera ilmu, karena akan mendorong
seseorang yang menghafal al-Qur’an untuk berprestasi lebih tinggi dari
pada teman-temannya yang tidak hafal al-Qur’an, sekalipun umur
kecerdasan, dan ilmu mereka berdekatan.
d. Penghafal al-Qur’an memiliki identitas yang baik, ahklak, dan perilaku
yang baik.

9
Asnil aidah Ritonga, Ilmu-Ilmu Al-Quran (Bandung: Citapustaka Media Petrintis, 2009).

e. Penghafal al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik


Arab dari landasannya secara alamai, sehingga bisa fasih berbicara dan
ucapannya benar.
f. Jika penghafal al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat
didalam al-Qur’an, berarti ia telah banyak menguasai arti kosa-kata bahasa
Arab, seakan-akan ia telah menghafalkan sebuah kamus bahasa Arab.
g. Seorang penghafal al-Qur’an setiap waktu akan selalu memutar
otaknya agar hafalan al-Qur’annya tidak lupa.10
4. Metode Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model Pembelajaran

yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang

dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning

dikembangkan untuk pertama kali oleh Howard Barrows sekitar tahun 1970an

dalam pembelajaran ilmu medis di Mc Master University of Canada. 1 Model

pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai

awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan

diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Beberapa definisi tentang Problem Based Learning menurut para ahli:

1. Menurut Duch (1995), PBL merupakan model pembelajaran yang

menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara

kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah

ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada

pembelajaran yang dimaksud.

2. Menurut Arends, PBL merupakan masalah autentik.

Kelebihan Model Problem Based Learning


Model pembelajaran (Problem Based Learning) ini menurut
Barrow,Min liu (2005) :
A.Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
masalah dalam situasi nyata
B.Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar.
C.Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hai ini mengurangi beban
siswa dengan menghafal atau menghimpun informasi
Kekurangan Model Problem Based Learning.
Kekurangan Problem Based Learning (PBL) (Barrow,Min liu, 2005).
Proses Belajar Mengajar dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada
bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi, Proses Belajar
Mengajar lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan
tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah. Dalam satu kelas yang
memiliki tingkat keragaman siswa yangtinggi akan terjadi kesulitan dalam
pembagian tugas.

F. Peneliti Terdahulu
1. Penelitian ismawati pada tahun 2016 dengan judul skripsi “Upaya
Meningkatkan Daya Ingat Anak Melalui Problem Based Learning pada
Anak Kelompok B1 di Tk Masyithoh Al-Iman Bandung” menyatakan
hasil dari penerapan Problem Based Learning daya ingat anak
meningkat. Peningkatan hasil belajar sisiwa dapat dilihat dari hasil test
penghapalan setiap harinya dihitung dari penilaian pembelajaran
sebelumnya dengan menggunakan Problem Based Learning meningkat
dengan segnitifikan.18
2. Penelitian Desi Novitasari pada tahun 2013 dengan judul skripsi
“Efektivitas Problem Based Learning dalam Menghafal Al-Qur’an bagi
Siswa Kelas IV SDN Karang Tengah 02 Weru Sukaharjo” menyatakan
bahwa dengan menerapkan metode Problem Based Learning ini sangat

18
Ismawati, “UPAYA MENINGKATKAN DAYA INGAT ANAK MELALUI METODE
ONE DAY ONE AYAT PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK MASYITHOH AL-IMAN
BANDUNG JETIS PENDOWOHARJO SEWON BANTUL,” Pendidikan Guru Paud 3, no. 5
(2016): 337–38.
membantu meningkatkan hafalan siswa dan juga sangat efektiv, mudah,
cepat dan tahan lama.19
3. Penelitian Nisaul A fifah Septiani pada tahun 2021 dengan judul skripsi
“Penerapan pendidikan karakter disiplin dan cinta ilmu melalui program
tahfid Problem Based Learning” menyatakan Dengan menerapkan metode
“Problem Based Learning” kemampuan daya ingat atau memori siswa
sangat besar, selain itu dengan menambahkan hafalan pada siswa setiap
hari maka diharapkan kemampuan daya ingat siswa dalam menghafal Al-
Qur’an berkembang dengan cukup baik. Meskipun demikian, orang
dewasa yang belum biasa dalam menghafal 1 hari 1 halaman menggunakan
metode ini lebih terasa efektif.20
Penelitian terdahulu dapat dilihat orisinilitasnya dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 1.1. Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya:
Nama peneliti, Persamaan Perbedaan Orsinilitas peneliti
judul dan
tahun peneliti
1 2 3 4
Ismawati, 2016 Menggunkan Meningkatkan Meningkatkan daya
“Upaya metode Problem daya ingat anak ingat anak melalui
Meningkatkan Based Learning melalui metode metode Problem
Daya Ingat Anak unutk Problem Based Learning
Melalui meningkatkatkan Based
Problem Based belajar siswa Learning
Learning pada
Anak Kelompok
B1 di Tk
Masyithoh Al-
Iman
Bandung
19
Desi Novitasari, “Efektivitas Problem Based Learning Dalam Menghafal Al-Qur’an Bagi
Siswa Kelas IV SDN Karang Tengah 02 Weru Sukaharjo” (Universitas Islam Negei Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2013).
20
Septiani, “PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA ILMU
MELALUI PROGRAM TAHFID ‘ PROBLEM BASED LEARNING ’ TAHUN PELAJARAN
2021/2022 ( Study Deskritif Di MI Ma’arif C ).”
Day One Ayat meningkatkan dalam Qur’an
dalam hafalan siswa mengahfal Al-
Menghafal Al- pada Al-Qur’an Qur'an
Qur’an bagi
Siswa Kelas IV
SDN Karang
Tengah 02
Weru
Sukaharjo”
Nisaul Afifah Menerapkan Penerapan Menumbuhkan
Septiani, 2021 pendidikan pendidikan pendidikan
“Penerapan tahfid melalui karakter karakter dan cinta
pendidikan metode ilmu dengan
karakter Problem Based program tahfidz
disiplin dan Learning memalui Problem
cinta ilmu Based Learning
melalui
program tahfid
One Day One
Ayat”

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah
dipaparkan sebelumnya, dengan menggunakan Problem Based Learning
akan dapat meningkatkan hafalan siswa terhadap Al-Qur’an Surat Al-Ma’un
siswa kelas 5 SDN Jati 02, 80% dalam maksimal 2 siklus.

H. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dipakai yaitu metode deskriptif. Merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat Model penelitian
yang digunakan yaitu Peneitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktik praktik pembelajaran di kelas secara lebih
professional. PTK berupaya meningkatkan dan mengembangkan
profesionalisme guru dalam menunai kan tugasnya.
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK dikenal dengan istilah
clasroom action research, yang disingkat CAR. PTK atau CAR menjadi
perhatian para ahli pendidikan dunia, seiring dengan perubahan pola
pandang masyarakat terhadap tugas pendidik sebagai profesi yang tidak
lagi inferior. Para praktisi pendidikan dunia berupaya memposisikan
pekerjaan guru sebagai profesi yang sejajar dengan profesi-profesi yang
lainnya. Kalau dulu guru dianggap sebagai semiprofesi, saat ini pekerjaan
guru sedang digiring untuk menjadi profesi yang seutuhnya.
Classroom action research (CAR) adalah action research yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya
merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan
secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah
individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi
CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan
collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan
penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan
membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya
tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat
saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan
yang dimiliki oleh penliti.21
2. Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 5 di SDN Jati 02
Baleendah, Kab. Bandung.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 2 8 siswa dan perempuan sebanyak 2 1
siswa jadi sebanyak 49 siswa.
Objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Dengan kata lain objek penelitian adalah sesuatu yang
menjadi fokus dari sebuah penelitian. Jika kita bicara tentang objek
penelitian, objek inilah yang akan dikupas dan dianalisis oleh peneliti
berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan objek penelitian. Objek yang
dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah Upaya meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Qur’an surat Al-Ma’un dengan Problem Based
Learning di SDN Jati 02 Baleendah, kab. Bandung.
4. Jenis dan Sumber Data Penelitian
a. Jenis Data Penelitian
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Menurut Sugiyono Data kuantitatif adalah jenis data yang
dapat diukur atau dihitung secara langsung yang berupa informasi atau
penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. 22
Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah gambaran
motivasi belajar siswa, yang diperoleh dengan menggunakan
observasi.

21
Silmi Nurul Fadilhah, “Upaya Menumbuhkan Minat Belajar Tahfidz Qur’an Melalui
Pembelajaran Berbasis Audio Visual Di Madrasah Diniyah (Penelitian Tindakan Di Madrasah
Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung)” (STAI yapata Al-Jawami, 2021).
22
Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan(Bandung: Alfabeta, 2010), 15.
b. Sumber Data Penelitian
1) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari
informan atau sumber data penelitian yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi, yaitu berupa kata-kata atau tindakan dari
subjek penelitian. Dalam penelitian data primer atau pokok disini
dapat dijadikan sebagai subyek penelitian atau sumber data yang
memiliki makna orang, benda atau hal yang dijadikan sumber
penelitian. Sedangkan metode penentuan subyek penelitian yang
digunakan adalah teknik populasi, yaitu keseluruhan subyek
penelitian.23
Dalam penelitian ini, sumber data primer yang dilakukan
peneliti yaitu melakukan Observasi langsung terhadap siswa di
SDN Jati 02 Baleendah, Bandung.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui data yang sudah ada dan
mempunyai keterkaitan dengan penelitian. Data sekunder ini
adalah data pelengkap dari data primer/data utama sebagai data
tambahan guna memperkuat dan memberikan keakuratan data yang
diambil ketika dilapangan. Yaitu berupa profil sekolah, buku
laporan pelaksanaa program tahfidz Metode “Problem Based
Learning”.
5. Model Penelitian dan Desain Tindakan
a. Model Penelitian Tindakan
Model Penelitian dan desain tindakan yang digunakan yaitu
Model Kurt Lewin. Ada empat komponen yang dikenalkan dalam
penelitian tindakan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan dari
keempat komponen tersebut dimaknai menjadi satu siklus.

23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1993). Hal 102
Tindakan

Perencanaan Pengamatan

Repleksi

Gambar 1.2 Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin

Berdasarkan gambar di atas bahwa model Kurt Lewin langkah


pertama yang dilakukan adalah:
1) Perencanaan
Merancang penelitian tindakan yang akan dilakukan. Kalau
pelaksanaannya di kelas berarti rencana/perencanaan tersebut
disesuaikan dengan objek dan masalah yang di tingkatkan.
2) Tindakan
Melakukan intervensi sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan dilaksnakan dengan hati-hati dan teliti agar
dicapai peningkatan yang baik.
3) Pengamatan
Mengamati dampak tindakan yang dilakukan. Apakah
rencana dan tindakannya berhasil atau tidak. Artinya apakah ketika
proses ada peningkatan atau tidak (peningkatan
motivasi/semangat, peran, dan hasil).
4) Refleksi
Membuka dan membahas kembali terhadap apa yang telah
dilakukan. Refleksi di sini untuk mengetahui kekurangan,
kelemahan dan ketidakberhasilan tindakan yang telah dilakukan
kemudian menyusun rekomendasi dan saran-saran untuk
melangkah pada siklus berikutnya jika belum tuntas.24
b. Desain Tindakan
1) Pra Kondisi
Penelitian ini dikenakan pada siswa kelas 5 SDN Jati 02
Baleendah, Kab. Bandung, karena kurangnya kemampuan belajar
khusunya dalam menghafal Al- Qur’an. Sebelum diadakan
tindakan, peneliti mengadakan dialog awal dengan salah seorang
pengurus sekaligus guru untuk mengetahui kondisi awal siswa
dalam proses pembelajaran al- Qur’an. Dari hasil diskusi dengan
guru, didapatkan beberapa masalah yang berkaitan dengan sulitnya
sisiwa dalam mengingat dalam proses pembelajaran al-Qur’an
khususnya di bidang Tahfidz Qur’an.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti
memberikan solusi untuk masalah tersebut dengan menerapkan
metode “Problem Based Learning”, guna mengatasi masalah
sulitnya siswa dalam mengingat hafalan al Qur’an di bidang
Tahfidz. Dimana dengan menerapkannya metode “Problem Based
Learning” ini diharapkan dapat meningkatkan siswa dalam belajar
Tahfidz Qur’an.
2) Perencanaan
Rencana tindakan dilakukan di kelas 5 SDN Jati 02
Baleendah, yaitu pada hari senin tanggal 26 Januari 2022 dengan
alokasi waktu 4 jam pelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat
peneliti berdasarkan materi yang akan dipelajari yaitu Menghafal
Surat Al-Ma’un dan asbabun nuzul Surat Al-Ma’un. Pada tindakan
kelas tersebut menggunakan metode “Problem Based Learning”
yaitu dengan

24
Setyawan Pujiyono, “Desain Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Pengembangan kajian
Pustaka” (2008): 3–4
materi Menghafal surat al-Ma’un. Dengan sub materi: surat Al-
Ma’un beserta artinya dan Asbabun Nuzul Surat Al-Ma’un.
3) Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan pada hari senin
tanggal 2 6 J a n u a r i 2022, pembelajaran dimulai pada pukul
10:00 WIB. Siswa kelas 5 yang hadir sebanyak 45 siswa, materi
yang disampaikan yaitu tentang surat al-Ma’un beserta artinya.
Pelaksanaan dilakukan di kelas dengan menggunakan metode
Problem Based Lerning, pada pelaksanaan tindakan pengajaran
guru dibantu peneliti. Sedangkan penerima tindakan adalah siswa
kelas 5 SDN Jati 02. Selama pembelajaran, peneliti bertindak
sebagai observasi dengan berpedoman pada lembar observasi yang
telah disepakati serta melakukan monitoring terhadap reaksi
siswa. Peneliti juga mencatat kejadia-kejadian penting dalam
suatu proses pembelajaran yang diperoleh peneliti dalam lembar
observasi, lembar catatan lapangan dan setelah selesai
pembelajaran, guru diminta untuk memberi tanggapan.
4) Tahap Mengamati (Observing)
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengamatan
yakni mengamati hasil tindakan yang dilakukan bersama pengajar
terhadap siswa. Observasi yang dilakukan meliputi pemantuan hal-
hal berikut.
a) Mengamati suasana pembelajaran, perilaku siswa dan reaksi
siswa terhadap penggunaan Metode “Problem Based
Learning”.
b) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat
penerapan Metode “Problem Based Learning” serta respon
siswa terhadap penggunaan metode ”Problem Based Learning”.
c) Mendokumentasikan dalam catatan lapangan.
5) Tahap refleksi (Reflection)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji
ulang, mempertimbangkan hasil dari berbagai kriteria atau
indikator keberhasilan. Refleksi dilakukan dengan guru bahasa
Prancis dan siswa dengan melakukan wawancara untuk
menentukan dan memantapkan tindakan selanjutnya pada siklus
kedua. Refleksi ini dilakukan berdasarkan hasil observasi, catatan
lapangan, dan tes.
Berikut ini hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap
refleksi.
a) Memahami proses, masalah, dan kendala yang ditemui ketika
mengimplementasikan tindakan.
b) Mendeskripsikan dalam bentuk catatan lapangan.
c) Mengidentifikasi masalah yang perlu diperbaiki.
d) Melakukan refleksi dengan melakukan wawancara terhadap
hasil belajar siswa.
Hasil dari analisis yang dilakukan pada tahap ini digunakan
untuk merencanakan kegiatan pada siklus selanjutnya. Hasil
tindakan yang berhasil akan tetap dilakukan sedangkan yang
kurang berhasil akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
6. Instrumen Penelitian/Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akan nantinya diperoleh dalam
penelitian ini,maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Tes
Tes yaitu instrumen untuk mengukur perilaku, atau kinerja
seseorang. Alat ukur tersebut berupa serangkaian pertanyaan yang
diajukan kepada masing-masing subyek yang menuntut penemuan
tugas-tugas kognitif. Respon atau jawaban yang diberikan subyek
terhadap pertanyaan tersebut diberi nilai angka yang mencerminkan
karakteristik subyek.25
Adapun untuk menghitung peningkatan terhadap hafalan siswa
diadakan 2 siklus, siklus pertama test dalam bentuk kelompok dan
siklus ke dua dalam bentuk individu. Setelah pertemuan selama
seminggu. Dengan skala penilaian:

Skala penilaian Deskripsi


80-100 Sangat baik
60-79 Baik
50-59 Cukup
40-49 Kurang/tidak lulus

b. Observasi
Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses pembelajaran yang dilakukan olehguru sesuai dengan sesuai
dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi,
observer dapat dicatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang
dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga guru dapat
mengetahui sejauh mana kesesuaian tindakan dengan rencana yang
telah disusun untuk mengetahui sejauh mana tindakan dapat
menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.26
Skala penilaian Kriteria
80-100 Sangat baik Siswa dapat menghafal dan
menyelesaikan bacaan Q.S Al-
Ma’un dari ayat 1-7 dengan
lancar, baik dan tanpa terbata-bata
60-79 Baik Siswa dapat menghafal dan
menyelesaikan bacaan Q.S Al-
Ma’un dari ayat 1-7 meski dengan

25
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2013). Hal
177
26
Sanjaya.
terbata-bata
50-59 Cukup Siswa dapat menghafal dan
menyelesiakan bacaan Q.S Al-
Ma’unl dari ayat 1-7 hanya
40-49 Kurang/tidak lulus beberapa
Siswa tidak ayat
dapat menghafal dan
menyelesaikan bacaan Q.S Al-
Ma’unn dari ayat 1-5

Hasil dari observasi penelitian menunjukan bahwa siswa dapat


menghafal dan menyelesaikan bacaan Q.S Al-Ma’un dari ayat 1-7
dengan lancar, baik dan tanpa terbata-bata.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, Yaitu pengolahan data dokumen dari hasil evaluasi
siswa dengan menggunakan Metode menghafal “Problem Based
Learning”, seperti catatan harian, buku-buku pelajaran, dan
dokumentasi kegiatan.
7. Analisis Data Penelitian
Model Penelitian dan desain tindakan yang digunakan yaitu model
analisis data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan dimana prosesnya
berlangsung secara sirkuler selama penelitian berlangsung. Pada tahap
awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebar, dan belum
tampak jelas, sedangkan observasi masih bersifat umum dan luas.
Setelahfocus semakin jelas maka peneliti menggunakan observasi
yang lebih terstruktur untuk mendapatkan data yang lebih spesifik.27

27
Umar Sidiq and Mftahul Choir, Methodologi Penelitian Kualitatif (Ponorogo: Cv. Nata
Karya, 2019). Hal 63-64
Pengumpulan Data Penyajian Data

Kesimpulan/Verifi
Reduksi data kasi

Gambar 1.3 Model Penelitian Tindakan kualitatif model interaktif


dari Miles dan Huberman

a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bilamana diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan
memberikan aspek pada aspek-aspek tertentu.
b. Penyajian data
Setelah data di reduksi maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data
ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data diorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah di
fahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
sejenisnya.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya
disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks
naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, dan sebagainya. Teori
grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan
pada data-data yang ditemukan dilapangan, dan selanjutnya diuji
melalui pengumpulan data yang terus-menerus.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis
data maka proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau
verifikasi data. Dalam tahap analisis data seorang peneliti kualitatif
mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibat, dan proposisi. Kesimpulan pada tahap pertama bersifat
longgar tetap terbuka dan skeptis belum jelas kemudian meningkat
menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan “final” mungkin belum muncul sampai
pengumpulan data terakhir tergantung pada besar nya kumpulan-
kumpulan catatan lapangan pengodeannya penyimpanannya dan
metode pencarian ulang yang digunakan kecakapan peneliti dalam
menarik kesimpulan. Proses verifikasi dalam hal ini adalah tinjauan
ulang terhadap catatan lapangan, tukar pikiran kepada teman
sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersep objektivitas.
Jadi setiap makna budaya muncul diuji kebenarannya
kekokohannya dan kecocokannya yaitu sampai merupakan
validitasnya tegasnya reduksi data atau penyajian data dan
penarikan kesimpulan dari hal ini merupakan suatu jalin menjalin
pada saat sebelum dan selama sesudah pengumpulan data sebelum
umum tersebut dianalisis.28
8. Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan merupakan rangkaian dari proses analisis
data, yaitu untuk menentukan validitas dan reabilitas suatu data. Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik “triangulasi” yakni membandingkan dan mengecek balik suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif. Pada dasarnya ada 4 macam triangulasi, yaitu
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.29
Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur
penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji
yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Uji validitas digunakan
untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Sedangkan Norman K. Denzin mendefinisikan triangulasi sebagai
gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang
berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu triangulasi
metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Norman K.
Denzin (2009)
a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk
28
Salim and Sahrum, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Cita pustaka Media, 2012).
29
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993).
Hal 178
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang
utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan
informanyang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.
b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali
dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari
konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan
melahirkan bias baru dari triangulasi.
c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan
observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif,
dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan
gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti
atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan
(insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.
d. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.30

30
Norman k Denzin, Penelitian Kualitatif, 1st ed. (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2009).
9. Ketuntasan Penelitian
Penelitian ini dikatakan tuntas jika skor rata-rata hafalan siswa
telah mencapai skor 80% dari seluruh siswa selama dalam waktu
maksimal 2 siklus.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulwaly, Cece. Rahasia Di Balik Hapalan Para Ulama. Edited by Nurr.


Yogyakarta: Laksana, 2019.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1993.
Budiman, Panca. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menghafal Siswa Melalui
Metode Kitabah Pada Materi Surah Al-Bayyinah Mata Pelajaran Al-Qur’an
Hadis Kelas V Di MIS Al-Hidayah Desa Muka Paya Kecamatan Hinai
Kabupaten Langkat Sumatra Utara.” Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan, 2019.
Denzin, Norman k. Penelitian Kualitatif. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka belajar,
2009.
Fadilhah, Silmi Nurul. “Upaya Menumbuhkan Minat Belajar Tahfidz Qur’an
Melalui Pembelajaran Berbasis Audio Visual Di Madrasah Diniyah
(Penelitian Tindakan Di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab.
Bandung).” STAI yapata Al-Jawami, 2021.
Habibulloh, Rijal. “Teks Bacaan QS Al-Fiil.” Muslim Pro.com, 2015.
https://www.rijalhabibulloh.com/2015/05teks-bacaan-surat-Al-Ma’un-arab-
latin.html?m=1.
Hakim, Husna. “PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ANAK DALAM MENGHAFAL
JUZ AMMA DI TK FKIP UNSYIAH BANDA ACEH.” UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM - BANDA ACEH, 2020.
Ismawati. “UPAYA MENINGKATKAN DAYA INGAT ANAK MELALUI
PROBLEM BASED LEARNING PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK
MASYITHOH AL-IMAN BANDUNG JETIS PENDOWOHARJO SEWON
BANTUL.” Pendidikan Guru Paud 3, no. 5 (2016): 337–38.
Khoerul Anwar, and Mufti Hafiyana. “Implementasi Metode ODOA (Problem
Based Learning) dalamMeningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an.”
Jurnal Universitas Ibrahim Sukarejo Situbondo 2, no. 2 (2018): 185.
Khorul Anwar, and Mufti Hafiyana. “Implementasi Metode ODOA (Problem
Based Learning) dalamMeningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Quran.”
Jurnal Universitas Ibrahim Sukarejo Situbondo 2, no. 2 (2018): 187.
Lutfi, Ahmad. Pembelajaran Al-Quran Dan Hadits. Jakarta: Kementrian Agama
RI, 2012.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993.
Muchlisin. “Isi Kandungan QS Al-Ma’un.” webmuslimah.com,
2017. https://www.google.com/amp/s/webmuslimah.c0m/isi-kandungan-
surat-al- fil%3Famp.
Novitasari, Desi. “Efektivitas Problem Based Learning Dalam Menghafal Al-
Qur’an Bagi Siswa Kelas IV SDN Karang Tengah 02 Weru Sukaharjo.”
Universitas Islam Negei Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Ritonga, Asnil aidah. Ilmu-Ilmu Al-Quran. Bandung: Citapustaka Media Petrintis,
2009.
Salim, and Sahrum. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Cita pustaka Media,
2012.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group,
2013.
Septiani, Nisaul Afiah. “PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN
DAN CINTA ILMU MELALUI PROGRAM TAHFID ‘ PROBLEM BASED
LEARNING ’ TAHUN PELAJARAN 2021/2022 ( Study Deskritif Di MI
Ma’arif C ).” Institut Islam Negeri Ponogoro, 2021.
Sidiq, Umar, and Mftahul Choir. Methodologi Penelitian Kualitatif. Ponorogo:
Cv. Nata Karya, 2019.
Sukamto, Yudi. “UPAYA PENINGKATAN MENGHAFAL SURAT AL-FIIL
DAN AL-MA’UN MELALUI METODE PRACTICE_REHEARSAL
PAIRS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BALEAGUNG KEC.
GRABAG KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016.” Institut
Agama Islam Negri Salatiga, 2016.
LAMPIRAN
1. Format Lembar Observasi Kemampuan Belajar Tiap
Siklus
Mata pelajaran : PAI
Kelas :V
Hari/Tanggal :

Variabel Indikato Butir Pertanyaan 4 3 2 1 Keterangan


r
4 3 2 1
Siswa tidak berbicara sendiri
ketika guru mengajar
siswa tidak mengantuk
Perahtia ketikaguru mengajar
ndalam Siswa suka dengan
KBM mediayang digunakan
oleh guru
Siswa tidak bermain sendiri
ketika guru mengajar
Siswa menjawab pertanyaan
Kema yang di berikan Guru
mpua Partisipa Siswa bertanya kepada
n si Gurujik tidak bisa
Belaja dalam menjawab
r
KBM Siswa selalu maju didepan
kelas jika disuruh Guru
Siswa aktif dalam diskusi
Kelompok
Siswa merasa senang ketika
Perasaan guru menggunakan metode
“Problem Based Learning”
Senang
Terhada Siswa senang jika guru
p
KBM mengajar dengan
menggunakan media
Keterangan :
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
1. Format Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Mengajar Guru
Nama Guru :
Materi Pokok :
Kelas/Semester :

No Hal yang Diamati Skor


Guru 1 2 3 4
1 Penguasaan Materi:
a. Kelancaran menjelaskan materi
b. Kemampuan menjawab pertanyaan
c. Keragaman pemberian contoh

2 Sistematika penyajian:
a. Ketuntasan uraian materi
b. Uraian materi mengarah pada tujuan
c. Urutan materi sesuai dengan SKKD

3 Penerapan Metode:
a. Ketepatan pemilihan metode sesuai materi
b. Keseuaian urutan sintaks dengan metode yang
digunakan
c.Mudah diikuti siswa

4 Penggunaan Media:
a. Ketepatan pemilihan media dengan materi
b. Ketrampilan menggunakan media
c. Media memperjelas terhadap materi

5 Performance:
a. Kejelasan suara yang diucapkan
b. Kekomunikatifan guru dengan siswa
c. Keluwesan sikap guru dengan siswa

6 Pemberian Motivasi:
a. Keantusiasan guru dalam mengajar
b. Kepedulian guru terhadap siswa
c. Ketepatan pemberian reward dan punishman

Keterangan :
4 = Sangat Baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang

You might also like