You are on page 1of 1

NAMA : Haryo Wahyu Wibowo

Program Studi : Teknik Perminyakan

NIM : 211910801027

KARYA ILMIAH
Judul : Relevansi Fracking Shale Gas di Indonesia

Latar Belakang :

Sejumlah sumber daya alam di Indonesia dikategorikan sebagai minyak dan gas bumi non
konvensional. Sumber daya alam ini punya potensi memenuhi kebutuhan energi di masa depan.
Sayangnya, potensinya belum banyak digali karena berbagai faktor. Selama ini publik lebih banyak
mengenal migas konvensional dibanding migas non konvensional. Belum banyak yang tahu betul apa
migas non konvensional itu. Bila dibandingkan, keduanya punya sejumlah perbedaan. Migas non
konvensional punya ciri tingkat permeabilitasnya (kemampuan meloloskan partikel dengan
menembusnya) rendah. Hal itu menyebabkan kegiatan eksploitasi migas non konvensional dilakukan
dengan cara penambangan. Sementara, eksploitasi migas konvensional dilakukan dengan sumuran.
Perbedaan lainnya, migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari
permukaan. Sedangkan migas non-konvensional ada di lapisan yang lebih dalam. Cadangan migas non-
konvensional tersimpan di mana batuan induk berada. Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Nomor 05 Tahun 2012, migas non-konvensional adalah minyak dan gas bumi yang
diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah
(low permeability), antara lain shale oil, shale gas, tight sand gas, gas metana batubara (coal bed
methane), dan methane-hydrate.

Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan shale gas. Saat ini pemerintah tengah melakukan
studi awal untuk melihat potensi shale gas di Indonesia. Sampai sekarang, potensi shale gas diperkirakan
ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua dengan perkiraan cadangan sebesar 570 triliun kaki kubik.
Shale gas merupakan minyak dan gas bumi yang diperoleh dari serpihan batuan induk yang sama dengan
migas konvensional. Tingkat permeabilitasnya lebih rendah, sehingga keduanya tidak dapat diproduksi
dengan cara yang sama dengan migas konvensional. Shale gas diangkat dengan metode fracturing atau
fracking, yakni perekahan lapisan batuan menggunakan pompa hidrolik bertekanan tinggi.

Melihat potesinya yang sangat besar ini di Indonesia, mengapa eksploitasi shale gas ini tidak
segera digiatkan agar kualitas perekonomian Indonesia dapat bersaing dengan negara adidaya seperti
Amerika Serikat. Pada Karya Ilmiah ini kami berusaha untuk mencari apa saja kendala dan hambatan dari
potensi menjajikan ini.

Rumusan Masalah : Apakah teknik fracking ini cocok untuk reservoir di Indonesia

You might also like