You are on page 1of 5

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Shafia Nurislam

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043900282

Tanggal Lahir : 04 Desmber 2021

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131 Sistem Hukum Indonesia

Kode/Nama Program Studi : 72/ILMU KOMUNIKASI S1

Kode/Nama UPBJJ : 23/BOGOR

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 28 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Shafia Nurislam


NIM : 043900282
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131 Sistem Hukum Indonesia
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU KOMUNIKASI S1
UPBJJ-UT : 23-BOGOR

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bogor, 28 Desember 2021
Yang Membuat Pernyataan

SHAFIA NURISLAM
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. A. Sistem hukum adat bersendi atas dasar alam pikiran bangsa Indonesia yang sudah pasti
berlainan dengan pemikiran yang menguasai hukum barat. Untuk dapat memahami serta sadar akan
hukum adat, orang harus memahami dasar-dasar pemikiran yang hidup di dalam masyarakat
Indonesia.Hukum adat memiliki corak-corak sebagai berikut: 1. Mempunyai sifat kebersamaan atau
komunal yang kuat, artinya manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan
kemasyarakatan yang erat, rasa kebersamaan ini meliputi seluruh lapangan hukum adat. 2.
Mempunyai corak religio-magis yang berhubungan dengan pandangan hidup alam Indonesia. 3.
Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya hukum adat sangat memperhatikan
banyaknya dan berulang-ulangnya perhubungan hidup yang konkrit. 4. Hukum adat mempunyai sifat
yang visual, artinya perhubungan hukum dianggap hanya terjadi, oleh karena ditetapkan dengan
suatu ikatan yang dapat dilihat.
Antara sistem hukum adat dan sistem hukum Barat terdapat beberapa perbedaan yang fundamental,

terhadap sesuatu orang lain tertentu, jadi merupakan hak relatif. Hukum adat tidak mengenal
pembagian hak dalam dua golongan seperti di atas. Hak-hak menurut sistem hukum adat
perlindungannya ada di tangan hakim. 2. hukum Barat mengenal perbedaan antara hukum publik dan
hukum privat. Hukum adat tidak mengenal perbedaan ini. Perbedaan-perbedaan fundamental dalam
sistem ini, pada hakikatnya disebabkan karena corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat
dan hukum Barat dan pandangan hidup yang mendukung kedua macam hukum itu juga jauh
berlainan. 3. Aliran dunia Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis. Aliran
Timur, khususnya Indonesia bersifat kosmis, tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia
gaib; dunia manusia berhubungan erat dengan segala hidup di dalam alam ini. 4. Pelanggaran-
pelanggaran hukum menurut sistem hukum barat, dibagi-bagi dalam golongan peanggaran yang
bersifat pidana dan harus diperiksa oleh hakim pidana atau strafrechter, dan pelanggaran-
pelanggaran yang hanya mempunyai akibat dalam lingkup perdata, maka pelanggaran-pelanggaran
itu harus diadili oleh hakim perdata.

B. Berdasarkan pasal 131 (2b) IS yang masih berlaku melalui pasal 2 aturan peralihan UUD 1945,
maka bagi orang-orang Indonesia asli berlaku hukum adat. Jadi berdasarkan peraturan hukum
tersebut maka hukum adat berlaku bagi bangsa Indonesia asli. Hukum adat ini selain berlaku bagi
orang Indonesia asli, juga berlaku bagi orang Indonesia keturunan asing yang meleburkan dirinya ke
dalam kehidupan bangsa Indonesia asli, artinya bahwa mereka telah meleburkan diri atau
menyesuaikan diri dengan cara pikir dan tingkah laku bangsa Indonesia asli. Itulah mengapa hukum
adat tidak pernah mengenal kodifikasi juga memiliki legitimasi dalam sistem hukum di Indonesia

2. A. RUU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


RUU ini merupakan revisi UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang disahkan menjadi UU pada 24 September 2019. UU No. 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan UU No. 12 Tahun 2011 ini mengatur mekanisme carry over terhadap RUU yang tidak
rampung untuk dilanjutkan pembahasannya di periode selanjutnya setelah mendapat persetujuan
dari DPR dan pemerintah.
Kemudian mengatur ketentuan pemantauan dan peninjauan terhadap implementasi UU di
masyarakat oleh DPR, pemerintah dan DPD terkait prioritas jangka menengah dan tahunan. Hal ini
diatur dalam Pasal 95A dan 95 B. Tak hanya itu, diatur pembentukan kementerian atau lembaga
yang menyelenggarakan urusan pembentukan peraturan perundang-undangan di internal
pemerintah. Tugas itu dikoordinasikan oleh menteri yang bertugas di bidang pembentukan peraturan
perundangan sebagaimana diatur Pasal 99A.

B. Ketiga RUU tersebut adalah RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), RUU tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dan RUU
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.

3. A. Teori Individualisir : Berdasarkan pendekatan teori individualisir yang paling berpengaruh


terhadap kecelakan pada pengendara sepeda sampai menyebabkan kematian adalah penumpang
yang meminta diturunkan disebarang tempat secara tiba tiba, dan supir yang mengiyakannya hingga
menyalip pengendara sepeda dan menyebabkan kecelakaan secara langsung kedua syarat tersebut
merupakan syarat yang paling dekat dengan akibat sehingga tidak dapat dilepaskan. Hal tersebut
sejalan dengan teori individualisir yang menyatakan bahwa dalam suatu kejadian berpangkal pada
teori sine qua non ada suatu syarat timbulnya akibat yang tidak dapat dihilangkan karena
kedudukannya yang paling dekat dengan akibat perbuatan.
Teori Adequat Subjektif : Sementara itu berdasarkan pendekatan teori Adequat Subjektif menurut
ahli Von Kries, faktor dominan dan paling berpengaruh untuk menimbulkan akibat (kecelakan) dalam
kasus tersebut adalah perbuatan sopir yang secara sadar menyalip pengendara lain sehingga
membuat pengendara sepeda terjatuh dan telindas truk. Hal tersebut sejalan dengan teori adeuat
subjektif yang menyatakan bahwa faktor penyebab suatu kejadian sebanding dengan akibat yang
timbul, dengan kata lain perbuatan yang menyebabkan terjadinya suatu akibat telah dapat diprediksi
atau disadari oleh si pembuat. Sebagaimana dalam kasus tersebut secara sadar sopir dapat
memprediksi bahwa perbuatannya bisa membayakan pengendara lain.

B. Secara teoretis teori conditio sine qua non yang dikemukakan oleh Von Buri merupakan satu-
satunya teori kausalitas yang sangat sistematis dan rasional. Logika yang dibangun Buri dalam
mencari penyebab dari timbulnya suatu akibat sangat rasional, sistematis, dan logis. Sekalipun
demikian, di dalam perspektif hukum pidana teori ini mengandung kelemahan yang sangat
mendasar, karena dengan dalil yang dibangunnya itu, hubungan kausalitas terbentang tanpa akhir,
mengingat tiap-tiap sebab hakikatnya merupakan akibat dari sebab yang terjadi sebelumnya.
Kelemahan mendasar lain teori ini adalah memperluas pertanggungjawaban dalam hukum pidana.
Teori ini jika digunakan akan berimplikasi pada kemungkinan terjadinya pemidanaan terhadap orang-
orang yang seharusnya tidak boleh di pidana. Sebab, orang baru bisa dijatuhi sanksi pidana jika
memenuhi dua syarat pokok, yaitu orang tersebut melakukan tindak pidana, dan pada saat
melakukannya orang tersebut merupakan orang yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana,
dalam arti patut dicela atau memiliki kesalahan.

4. A. Alat bukti : Hasil visum, Keterangan terdakwa (KOMIK)


Barang bukti : Laptop merk Acer, HP merk Samsung

B. Keterangan saksi untuk membuktikan kesalahan KORAN dan AMAN kurang kuat, karena dalam

apabila dengan sekurang- dalam pasal 185 KUHAP


bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang

hanya sendirian di rumah.

You might also like