You are on page 1of 5

TUGAS POLIMER

MERANGKUM BAB 17 BUKU POLIMER - WILEY


TOPIK : perhitungan berat molekul Polimer
Nama : Mohamad Ikbal Pangestu
NRP : 01211840000091
Hasil Rangkuman :
17.1. Pendahuluan
Dalam Ilmu Polimer, penentuan Berat Molekul sangat dibutuhkan untuk mengetahui sifat
fisik dan sifat Kimia Polimer secara umum. Seperti misalnya Polimer dengan MW tinggi
maka memiliki sifat viskositas yang lebih tinggim aliran indeks lelehan yang rendah,
lebih sukar larut, lebih sulit untuk diproses dan biasanya lebih membutuhkan suhu tinggi.
Untuk mendapatkan sifat-sifat ini, maka beberapa peneliti mencoba mencetuskan metode
untuk penentuan berat ini. GPC (Gel permeation chromatography) atau yang bisa disebut
size-exclusion chromatography (SEC) dengan tautan silang polystyrene dengan ukuran
pori terkontrol sehingga bisa digunakkan untuk memisahkan polimer alam dan sintetis,
biopolimer, atau protein berdasarkan ukurannya.

17.2. Latar Belakang Sejarah


Teknik ini ditemukan oleh Lathe dan Ruthven, yang bekerja di Rumah Sakit Queen Charlotte di
London. Mereka menerima Penghargaan John Scott untuk penemuan mereka. Pada tahun 1964,
Moore, dari Dow Chemical Company, menyiapkan kolom GPC menggunakan polistiren yang
terhubung silang dengan ukuran pori yang terkontrol; setelah mempublikasikan hasil
penelitiannya, terjadi peningkatan pesat kegiatan penelitian di bidang pengukuran MW polimer.

17.3. Prinsip GPC


17.3.1. Prinsip Pemisahan
Untuk mendapatkan hasil pemisahan terbaik disarankan untuk setidaknya
menggunakan satu set tiga kolom berbeda ukuran. Kolom dengan ukuran pori
yang sangat kecil digunakan untuk polimer dengan MW kecil, sedangkan kolom
yang dikemas dengan material yang mengandung ukuran pori besar digunakan
untuk polimer dengan MW tinggi. Parameter pemisahan di GPC sendiri
diperoleh dengan melihat koefisien distribusi kd yang berkaitan dengan volume
internal. Ketika kd=0 maka menandakan molekul yang di kecualikan; 0<kd<1
menunjukkan molekul tertahan di pori-pori gel; kd=1 menunjukkan bahwa
molekul menempati total inner volume. Persamaannya dituliskan sebagai berikut

di mana Vi,acc adalah volume internal yang dapat diakses, Vi adalah volume
internal, Ve adalah volume elusi, dan V0 adalah volume eksternal atau volume
interpartikel. Ketika kd = 0, itu berarti molekul dikeluarkan; 0 < kd < 1
menunjukkan bahwa molekul tertahan dalam pori-pori gel; kd = 1 menunjukkan
bahwa molekul menempati total volume dalam. Prinsip dasar pemisahan dengan
size-exclusion dalam kolom ditunjukkan pada Gambar 17.1. Kolom dikemas
dengan partikel semipadat dari polimer yang strukturnya terikat silang untuk
membentuk gel dan distribusi porinya telah dikontrol selama sintesis polimer.
Molekul yang lebih besar dari ukuran pori tidak dapat masuk ke dalam pori dan
terelusi sebelum molekul yang lebih kecil. Kondisi ini disebut total exclusion
karena fakta bahwa molekul terbesar ditolak memasuki pori-pori, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 17.1.

Gambar 17.1 Ilustrasi pemisahan Molekul Polimer berdasarkan pengecualian


Ukuran

17.3.2. Berat Molekul Rata-Rata Polimer


Rata-rata MW yang berbeda juga dapat diukur dengan teknik yang ditunjukkan
pada Tabel 17.1. Kerugian utama dari teknik lain untuk mengukur rata-rata MW
dalam polimer adalah bahwa mereka sangat memakan waktu. Dalam beberapa
kasus, hanya satu dari MW ini yang diperoleh dalam seminggu. Di sisi lain,
dengan menggunakan GPC, rata-rata MW yang berbeda dapat diperoleh dalam
waktu sekitar 2 jam.
Metode tekanan osmotik dan tekanan uap digunakan untuk menentukan nilai
absolut Mn, sedangkan hamburan cahaya dan kecepatan sedimentasi digunakan
untuk menentukan Mw. Namun, jika peralatan GPC digabungkan dengan teknik
pendeteksian yang berbeda, seperti hamburan cahaya, viskometri, indeks bias,
dll., maka dimungkinkan untuk mendapatkan MW polimer absolut. Tabel 17.1
menunjukkan teknik berbeda yang digunakan untuk mengukur rata-rata MW
polimer yang berbeda. Dapat diapresiasi bahwa GPC mengukur semua rata-rata
MW. Rata-rata MW yang berbeda yang diperoleh oleh GPC dapat
direpresentasikan dalam kurva MWD, seperti terlihat pada Gambar 17.2.

17.3.3. Sistem GPC


Sistem GPC terdiri dari berbagai instrumen. Injektor digunakan untuk
memasukkan larutan polimer ke dalam kolom pemisahan. Pompa mengirimkan
sampel dan pelarut melalui kolom dan sistem. Detektor mencatat keluarnya
fraksi sampel dan menghitung jumlah molekul dari MW tertentu. Komputer
mengontrol pengujian secara otomatis, mencatat hasilnya, dan menghitung rata-
rata MW yang berbeda. Sistem GPC berisi sejumlah instrumen berbeda yang
bekerja bersama untuk memberikan kinerja sistem yang optimal. Gambar 17.3
menunjukkan skema kromatografi permeasi gel dengan komponen dasarnya.
17.4. Pengukuran Viskositas Intrinsik
Penentuan viskositas intrinsik suatu polimer pada dasarnya memerlukan pengukuran
waktu alir larutan polimer melalui kapiler kaca pada konsentrasi larutan yang berbeda.
Suatu larutan polimer yang melewati kapiler mematuhi hukum Poiseuille untuk aliran
laminar melalui kapiler, yang menunjukkan bahwa penurunan tekanan (delta P)
berbanding lurus dengan viskositas (η) fluida.

Jika terdapat perbedaan tekanan pada kapiler, maka dapat digunakkan persamaan berikut

Viskometer Kapiler yang umum digunakkan untuk konsentrasi yang sudah diketahui,
terdapat dua jenis yaitu Ubbelohde (Gambar 17.4.1.a) dan Canon Fenske (Gambar
17.4.1.b) dengan prinsip yang sama, namun viscometer kapiler Ubbelohde dianggap lebih
akurat dalam pengukurannya karena memiliki ‘PressureEquilibration duct’ saluran yang
sejajar dengan kapiler memungkinkan keseimbangan tekanan. Pengukuran dilakukan
dengan mencatat waktu untuk cairan mengalir antara dua tanda.

Gambar 17.4.1 (a) Viscometer Kapiler Ubbelohde dan (b) Viscometer Kapiler Canon Fenske
Prinsip di balik viskometri kapiler adalah hukum Poiseuille, yang menyatakan bahwa waktu
aliran larutan polimer (ps) melalui kapiler tipis sebanding dengan viskositas larutan. Yang
terakhir meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan. waktu aliran pelarut (solv) atau
larutan polimer akan sebanding dengan viskositas, dan berbanding terbalik dengan densitas

Gambar 17.4.2 Plot Kraemer–Huggins untuk mendapatkan viskositas intrinsik, di mana


viskositas inheren didefinisikan sebagai ηinh = ln ηr /c
Viskositas intrinsik (atau membatasi angka viskositas) dapat diperoleh dengan mengukur
viskositas relatif pada konsentrasi yang berbeda dan kemudian mengambil batas
viskositas spesifik ketika konsentrasi diekstrapolasi ke nol (Gambar 17.4.2). Viskositas
intrinsik mencerminkan interaksi rata-rata molekul polimer tunggal dengan pelarut dan,
jika molekul dianggap bulat, [η] sebanding dengan volume molekul. Dalam kebanyakan
kasus, konfigurasi molekul polimer dalam larutan encer secara kasar menyerupai bola,
yang ukurannya dicirikan oleh jari-jari girasi Rg. Untuk polimer yang memiliki konfigurasi
kumparan acak, dihitung bahwa Rg ∝ M1/2 massa molar polimer. Dengan demikian, hubungan
antara viskositas intrinsik dan massa molar diberikan oleh

Persamaan ini berlaku untuk larutan polimer di bawah kondisi "theta". Kondisi theta
adalah kondisi di mana efek volume yang dikecualikan (perluasan dimensi kumparan
ideal) dikompensasi secara tepat oleh interaksi pelarut polimer. Ketergantungan antara
viskositas intrinsik dan MW diberikan oleh persamaan Mark-Houwink-Sakurada :

di mana K dan adalah dua parameter yang bergantung pada pelarut, polimer, dan suhu.
Nilai koefisien ini untuk beberapa polimer dan pelarut disajikan pada Tabel 4. Tabel yang
lebih lengkap dilaporkan dalam buku pegangan polimer yang berbeda. Jadi, dengan
memberikan pengukuran eksperimental viskositas intrinsik di laboratorium, dan nilai K
dan yang dilaporkan dalam tabel dari literatur, seseorang dapat memperoleh massa molar
rata-rata viskositas polimer, Mv.

Tabel 4. Konstanta Mark-Houwink-Sakurada untuk Berbagai Polimer dalam Pelarut Terpilih

You might also like