You are on page 1of 19

MAKALAH

OTONOMI DAERAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : M. Natser Abdoellah

Disusun Oleh :
1. Rizky Pratama (11210000087)
2. Candra Aditia Fatwa (11210000089)
3. Andhika Ramadhan (11210000072)
KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karunia
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “OTONOMI
DAERAH”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Muhammad
Natser Abodellah pada mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang otonomi daerah bagi kami semua, dan yang
tentunya banyak ilmu dan pengalaman yang kita dapat disini serta dengan adanya tugas ini
dapat melatih literasi kita sebagai anak bangsa.

Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Natser
Abdoellah, selaku dosen pendidikan kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat bermanfaat bagi kami tentunya terutama di masa depan kami dan juga sebagai
bekal buat kami nantinya apabila kami telah lulus nanti. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya mengetahui dan menyadari, bahwasanya makalah yang saya buat ini jauh dari kata
sempurna menurut bapak sendiri tetapi saya berharap dengan saya kerjakanya tugas ini saya
dapat belajar lebih jauh kembali, dan tentunya saya sangat berkenan untuk menerima kritik dan
saran yang bapak sampaikan mengenai makalah ini.
Atas perhatianya saya ucapkan terima kasih.

Bekasi, 21 april
2022

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
A. Pengertian Otonomi Daerah.............................................................................................................4
B. Dasar Hukum Yang Mendasari Otonomi Daerah............................................................................5
C. Definisi Orda...................................................................................................................................6
D. Sejarah Hak Orda.............................................................................................................................7
E. Asas Desentralisasi..........................................................................................................................8
F. Kewenangan Orda...........................................................................................................................9
G. Kepemimpinan Orda Yang Baik....................................................................................................10
H. Studi Kasus Orda di Indonesia........................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada masa sebelum 1998, kekuasaan Pemerintah Pusat negara Republik Indonesia
sangat sentralistik dan semua daerah di republik ini menjadi perpanjangan tangan
kekuasaan Jakarta (pemerintah pusat). Dengan kata lain, rezim Orde Baru mewujudkan
kekuasaan sentripetal, yakni berat sebelah memihak pusat bukan pinggiran (daerah).
Daerah yang kaya akan sumber daya alam, ditarik keuntungan produksinya dan dibagi-
bagi di antara elite Jakarta, alih-alih diinvestasikan untuk pembangunan daerah.
Akibatnya, pembangunan antara di daerah dengan di Jakarta menjadi timpang.
B.J. Habibie yang menggantikan Soeharto sebagai presiden pasca-Orde Baru
membuat kebijakan politik baru yang mengubah hubungan kekuasaan pusat dan daerah
dengan menerbitkan UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan
Otonomi Daerah atau yang biasa disebut desentralisasi. Dengan terbitnya undangundang
ini, daerah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada Jakarta dan tidak lagi mau didikte
oleh pusat. Bahkan, beberapa daerah, seperti Aceh, Riau dan Papua menuntut merdeka
dan ingin berpisah dari Republik Indonesia.
Pada masa awal reformasi, selain adanya keinginan provinsi memisahkan dari
republik, juga bermuncukan aspirasi dari berbagai daerah yang menginginkan
dilakukannya pemekaran provinsi atau kabupaten. Dalam upaya pembentukan provinsi
dan kabupaten baru ini, tarik-menarik antara kelompok yang setuju dan tidak setuju
terhadap pemekaran daerah sebagai akibat dari otonomi daerah meningkatkan suhu
politik lokal. Indikasi ini tercermin dari munculnya ancaman dari masing-masing
kelompok yang pro dan kontra terhadap terbentuknya daerah baru, mobilisasi massa
dengan sentimen kesukuan, bahkan sampai ancaman pembunuhan.
Berangsur-angsur, pemekaran wilayah pun direalisasikan dengan
pengesahannya oleh Presiden Republik Indonesia melalui undang-undang. Sampai
dengan tanggal 25 Oktober 2002, terhitung empat provinsi baru lahir di negara ini, yaitu
Banten, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Kepulauan Riau. Pulau Papua yang
sebelumnya merupakan sebuah provinsi pun saat ini telah mengalami pemekaran, begitu
pula dengan Kepulauan Maluku. Terakhir, pada 4 Desember 2005 sejumlah tokoh dari
11 kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam mendeklarasikan pembentukan Provinsi

1
Aceh Leuser Antara dan Provinsi Aceh Barat Selatan. Aceh Leuser Antara terdiri dari
lima kabupaten, yakni Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Gayo Lues, dan
Bener Meriah. Sedangkan Aceh Barat Selatan meliputi Kabupaten Aceh Selatan, Aceh
Barat Daya, Aceh Jaya, Semeulue, dan Nagan Raya.
Orda(Orde) adalah suatu tatanan seluruh prikehidupan rakyat,bngsa dan negara
yg di letakan kembli kpda plaksana pncsila dan UUD 1945 secara murni. Secara garis
besar sejarah Indonesia terbagi atas tiga masa, yaitu masa Orde lama, masa Orde baru,
dan masa reformasi. Masa pemerintahan orde lama berjalan dari tahun 1945 hingga
tahun 1968 di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Penyebutan masa “orde lama”
merupakan istilah yang diciptakan pada masa orde baru.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Berdasarkan hal itu,
Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau amandemen atas
UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat
konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah
diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini

B. Rumusan Masalah
dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Jelaskan apa itu otonomi daerah ?
2. Dasar hukum apa yang mendasari dari otonomi daerah tersebut ?
3. Apa itu definisi dari orda ?
4. Jelaskan sejarah hak orda ?
5. Apa itu azas desentralisasi ?
6. Apa saja yang meliputi kewenangan orda ?
7. Bagaimana kepemimpinan dari orda tersebut ?
8. Menurut mu, bagaimana seharusnya azas pemerintahan yg baik itu ?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan apa itu otonomi daerah
2. Dapat mendeskripsikan dasar hukum dan peraturan dari otonomi daerah
3. Dapat mengartikan definisi dari orda
4. Dapat menjelaskan sejarah hak orda
5. Dapat menjelaskan apa itu azas desentralisasi
6. Dapat menyebutkan kewenangan dari orda
7. Dapat menjelaskan secara detail kepemimpinan orda
8. Dapat memberikan aspirasi terbaik mengenai azas pemerintahan yang baik

D. Manfaat Penulisan
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca baik dari
segi pengertian, dasar hukum otomi daerah, definini, wewenang, kepemimpinan dan
sejarah hak orda serta mengerti mengenai asas asas pemerintahan yang baik yang
termasuk asas desentralisasi tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otonomi Daerah
Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal istilah otonomi daerah, desentralisasi,
dan dekonsentrasi. Dalam Konteks negara kesatuan, asas desentralisasi merupakan
pemberian keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Di
Indonesia, otonomi daerah diselenggarakan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Pemerintah daerah juga melakukan pengembangan yang disesuaikan wilayah masing-
masing.

Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai undang-undang. Otonomi daerah menurut aspirasi masyarakat bisa meningkatkan
daya guna dan hasil penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Dalam buku "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas x" yang diterbitkan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, ada beberapa pengertian
otonomi daerah yaitu:

1. Otonomi daerah menurut C.J Franseen Menurut C.J Franseen, otonomi


daerah adalah hak untuk mengatur urusan daerah dan menyesuaikan
peraturan yang sudah dibuat.

2. Otonomi daerah menurut J Wajong Otonomi daerah merupakan kebebasan


untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah dengan
keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri, serta pemerintahan sendiri.

3. Ateng Syarifuddin Menurut Ateng Syarifuddin, otonomi daerah adalah


kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan tersebut
merupakan perwujudan dari pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan

4
B. Dasar Hukum Yang Mendasari Otonomi Daerah

Pemberlakuan sistem otonomi daerah merupakan amanat yang diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Amandemen Kedua tahun
2000 untuk dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang dibentuk khusus untuk mengatur
pemerintahan daerah. UUD 1945 pasca-amandemen itu mencantumkan permasalahan
pemerintahan daerah dalam Bab VI, yaitu Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi
daerah sendiri tertulis secara umum dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut oleh undang-
undang. Pasal 18 ayat (2) menyebutkan, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.” Selanjutnya, pada ayat (5) tertulis, “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat.” Dan ayat (6) pasal yang sama menyatakan, “Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan.”
Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun
dibentuk untuk menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri
mengesahkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004)
memberikan definisi otonomi daerah sebagai berikut.

“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.”
UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut. “Daerah
otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

5
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Dalam sistem otonomi daerah, dikenal istilah desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat
kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sedangkan dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
dan/atay kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Sementara itu, tugas pembantuan
merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu. Sebagai konsekuensi pemberlakuan sistem otonomi daerah,
dibentuk pula perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU Nomor 25 Tahun
1999) yang kemudian diganti dengan UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004).
Selain itu, amanat UUD 1945 yang menyebutkan bahwa, “Gubernur, Bupati, dan Walikota
masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis” direalisasikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang
Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2005).

C. Definisi Orda

Jika menurut sejarah pelaksanaan Pemerintahan Daerah di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
pelaksanaan Pemerintahan Daerah sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana
pada waktu itu sistem yang di bangun sangat dipengaruhi oleh politik pendudukan dari Negara
penjajah.Politik pemerintahan penjajah Hindia Belanda menerapkan sistem sentralisasi yang menekankan
kemudahan kontrol atas daerah jajahan. Sistem sentralisasi diwujudkan dalam ketentuan Reglement Het
Beleid Der Regeling Van Nederlandsch Indie Pemerintahan Daerah jajahan dalam melakukan improvisasi
pelaksanaan pemerintahan karena semua kebijakan harus sepengetahuan (melalui pengesahan dari
pemeintah pusat yang berada di Nederland (pusat pemerintahan Negara Belanda).

6
. {Orda}organisasi daerah adalah realitas klasik bagi masyarakat intelektual Indonesia,
terutama yang menjalani masa studinya di luar daerah asalnya. Salah satu catatan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan, peran organisasi pemuda daerah,
mutlak memainkan bagian penting dalam keseluruhan skenario perjuangan bangsa Indonesia.
Masih terlalu melekat dalam ingatan bangsa Indonesia,28 Oktober 1928, kurang lebih 76 tahun
yang lalu,betapa pernyataan bersama dari organisasi pemuda di seluruh penjuru tanah air seolah
menjadi penyejuk di tengah gerahnya para pejuang akan penjajahan yang dialami, dan menjadi
penyulut semangat perjuangan yang telah kelelahan. Dengan pernyataan bersama sebagai sebuah
komitmen untuk berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu dalam ruang perjuangan itu
memandu arah perjuangan yang tadinya terpecah, menjadi lebih terintegrasi dan strategis. Jadi
dapat dikatakan bahwa orda tersebut adalah titik yang menjadi cikal bakal masyarakat indoneia
untuk melakukan perubaan di dunia tatanan masyarakat yang lebih baik kedepanya terutama di
indonesia

D. Sejarah Hak Orda

Dalam dinamika perkembangan bangsa, dimanapun, sulit untuk dihindari bahwa peran
generasi muda sangat vital bagi konsistensi sebuah perjuangan. Dalam babak-babak perjuangan,
baik merebut, mempertahankan atau membangun sebuah kemerdekaan, kontribusi dari generasi
muda seakan menjadi satu-satunya tolok ukur dan indicator bagi keberhasilan perjuangan
tersebut. Budi Utomo, Sumpah Pemuda adalah salah satu contoh wakil genre dan hasil dari
upaya pemuda sebagai pendobrak perjuangan bangsa ini. Simak juga kekhawatiran seorang JFK
terhadap kecenderungan yang mewabah di kalangan muda Amerika sebagai dampak pasca
pemberlakuan wajib militer bagi perang-perang yang dilakukan Amerika. Al hasil, segala upaya
yang dilakukan diarahkan dalam kerangka mereduksi dan bahkan menghilangkan trauma yang
terjadi. Bahkan dalam beberapa kejadian baru dalam dinamika nasional, peran mahasiswa
sebagai intelektual muda adalah salah satu pull factor bagi beberapa perubahan tatanan bangsa.
Demikian pentingnya peran generasi muda, sehingga bukan hanya nasib sebuah bangsa yang
menjadi taruhan, bukan tidak mungkin nasib peradaban sangat ditentukan oleh kelas ini
Belakangan, entah dikarenakan cepatnya dinamika bangsa Indonesia yang tengah menata
kembali fondasi dan tatanan serta arah perjuangan yang sempat tercabik-cabik oleh ganasnya

7
dinamika di luar, ditambah wacana tentang globalisasi, berbagai gagasan tentang peran sentral
generasi muda seakan-akan terabaikan. Bahkan oleh kalangan generasi muda itu sendiri.
Perubahan dalam berbagai aspek bangsa ini menimbulkan kegamangan yang luar biasa bagi
generasimuda dalam menentukan sikapnya. Dalam mengahadapi realitas inilah, sangat penting
bagi generasimuda untuk tetap konsisten melakukan re interpretasi dengan kualitas dan
kecepatan yang sangat tinggi.
Yang menjadi focus permasalahan adalah peran sentral generasi muda sebagai penggerak
utama dalam kaitannya dengan fenomena organisasi daerah. Fenomena organisasi daerah yang
banyak dijumpai terutama di kota-kota yang menjadi pusat tujuan pendidikan, mutlak tidak akan
ada tanpa keberadaan mahasiswa sebagai aktor utamanya. Hubungan yang telah menjadi
keniscayaan tersebut belakangan agaknya merenggang. Terkait dengan berbagai dampak
globalisasi yang mengantarkan manusia pada pemahaman yang lebih dari sekedar modern.

E. Asas Desentralisasi

Sentralisasi atau desentralisasi sebagai suatu sistim administrasi pemerintahan, dalam


banyak hal, tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu Negara. Sejarah mencatat
desentralisasi di Indonesia mengalami pasang surut seiring dngan perubahan konstalasi politik
yang melakat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa.

Dalam sistem otonomi daerah, dikenal istilah desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat
kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sedangkan dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
dan/atay kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Keberadaan dan pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadipenting ketika kekuasaan


pusat menyadari semakin sulit untuk mengendalikan sebuah negara secara penuh dan efektif.7
Kondisi ini membawa implikasi terhadap perubahan paradigma pembangunan yang dewasa ini
diwarnai dengan isyarat globalisasi.Konsekuensinya,berbagai kebijakan publik dalam kegiatan

8
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik menjadi bagian dari dinamika yang harus
direspons dalam kerangka proses demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan kemandirian
lokal.

F. Kewenangan Orda

Dalam literatur ilmu politik, ilmu pemerintahan, dan ilmu hukum sering di temukan istilah
kekuasaan, kewenangan, dan wewenang. Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan kewenangan,
demikian pula sebaliknya Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat terjadi kekuasaan yang tidak
berkaitan dengan hukum. Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan
memiliki makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh Eksekutif, Legislatif
dan Yudikatif adalah kekuasaan formal.
Delegasi adalah kewenangan yang dialihkan dari kewenangan atribusi dari suatu organ (institusi)
pemerintahan kepada organ lainnya sehingga delegator (organ yang telah memberi kewenangan) dapat
menguji kewenangan tersebut atas namanya, sedangkan pada mandat, tidak terdapat suatu pemindahan
kewenangan tetapi pemberi mandat (mandator) memberikan kewenangan kepada orang lain (mandataris)
untuk membuat keputusan atau mengambil suatu tindakan atas namanya. Hukum yang ada (konstitusi),
sehingga kewenangan tersebut merupahkan kewenangan yang sah. Dengan demikian, pejabat (organ)
dalam mengeluarkan keputusan didukung oleh sumber kewenangan tersebut. Stroink menjelaskan bahwa
sumber kewenangan dapat di peroleh bagi pejabat atau organ (institusi) pemerintahan dengan cara
atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan organ (institusi) pemerintah adalah suatu kewenangan yang
dikuatkan oleh hukum positif guna mengatur dan mempertahankannya. Tanpa kewenangan tidak dapat
dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang benar.
Pembentukan Organisasi Daerah merupakan perwujudan dalam berserikat dan
berkumpul,berdasarkan kesamaan dan tujuan dari para anggotanya. Organisasi daerah
merupakan perwujudan dari kemerdekaan berserikat dan berkumpul bagi warga negara Republik
Indonesia yang didasarkan atas sifat kekhususan organisasi kedaerahan tersebut untuk
berperanserta dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Sifat Kekhususan
organisasi kemasyarakatan adalah kesamaan dalam kegiatan, profesi, fungsi, agama dan
kepercayaan terhadap keTuhanan Yang Maha Esa . Tujuan organisasi kedaerahan disesuaikan
dengan sifat kekhususannya yang dijabarkan lebih lanjut dalam program-programnya dalam
rangka mencapai tujuan nasional. Kehadiran Organisasi Daerah diharapkan mampu mewujudkan
aspirasi dan kepentingan anggota masyarakat sebagai sarana untuk berkarya melaksanakan

9
kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan bersama, dengan berasaskan Pancasila.

G. Kepemimpinan Orda Yang Baik

Sejak awal peradaban manusia, pasti ada sosok yang dianggap sebagai pemimpin. Baik
itu dalam skala terkecil yaitu kepala keluarga, kepala desa, raja, hingga presiden. Bahkan dalam
sebuah kelompok bermain anak harus ada satu orang yang menonjol dan dianggap sebagai
“pemimpin” kelompok tersebut. Dalam kehidupan modern, pemimpin juga ditemukan di
sekolah, universitas, dan tempat kerja.
Pemimpin menjadi panutan dan menentukan apa yang akan dilakukan oleh kelompok di
bawahnya. Namun tidak semua pemimpin itu baik dan memiliki karakter yang bisa ditiru. Lalu
seperti apa pemimpin yang baik itu? Apakah Anda harus bersikap lembut terhadap kelompok
yang Anda pimpin atau haruskah Anda selalu bersikap tegas agar semua orang dapat mematuhi
Anda?
Sifat-sifat kepemimpinan adalah sifat dan ciri tingkahlaku seorang pemimpin yang
mengandung kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan segala kemampuannya untuk
mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan menjadi faktor penentu dalam meraih sukses bagi sebuah
organisasi. Karena kepemimpinan yang sukses akan mampu mengelola organisasinya.
Kepemimpinan yang baik, Dalam buku Principle Centered Leadership (2001) oleh Stephen
Covey, terdapat tiga ciri-ciri pemimpin yang baik, yaitu:
 Mengatur manajemen dalam diri yang baik Sebagai seorang pemimpin,
jadi harus bisa mengatur diri sendiri dengan baik. Mulai dari aspek waktu,
perhatian, hingga emosi dalam diri. Pahami diri sendiri, untuk mencari tahu apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahan. Sehingga Anda bisa mengontrol dan mendisiplinkan
semua tindakan dalam diri. Hindari sifat kaku, karena akan menyusahkan diri sendiri.
 Memiliki strategi
Ciri-ciri selanjutnya adalah memiliki strategi dalam bertindak dan menyusun
segala perilaku dengan baik. Sebagai pemimpin, semua keputusan berada di tangan Anda.
Baik atau buruknya langkah sebuah organisasi bergantung pada tindakan yang diambil
seorang pemimpin. Sehingga seorang pemimpin ideal harus cerdas dalam menentukan
strategi terbaik untuk memberikan hasil sesuai ekspetasi.

10
 Mampu berkomunikasi dengan baik
Komunikasi menjadi dasar penting di seluruh aspek kehidupan. Seorang
pemimpin yang baik, harus memiliki komunikasi yang baik dan efektif. Seorang
pemimpin harus mengetahui kapan saatnya berbicara dan kapan harus mendengarkan
orang lain.
 Dapat bertanggung jawab
Sebagai pemimpin tentunya memikul tugas dan tanggung jawab yang berat.
Sehingga apapun yang terjadi, jadilah pemimpinan yang tetap bertanggung jawab.
 Punya tujuan jelas (visi dan misi)
Seorang pemimpin harus memiliki tujuan yang jelas serta konsisten. Dengan
tujuan tersebutm maka Anda akan fokus dan berusaha untuk mencari penyelesaian
manakala sedang terjebak di suatu masalah yang menghambat.
Sifat-sifat kepemimpinan adalah sifat dan ciri tingkahlaku seorang pemimpin yang mengandung
kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan segala kemampuannya untuk mencapai
suatu tujuan. Kepemimpinan menjadi faktor penentu dalam meraih sukses bagi sebuah
organisasi, terutama organisasi daerah tersebut.
H. Studi Kasus Orda di Indonesia

1. Organisasi Budi Utomo


Sumpah Pemuda adalah salah satu contoh wakil genre dan hasil dari upaya pemuda sebagai
pendobrak perjuangan bangsa ini. Simak juga kekhawatiran seorang JFK terhadap
kecenderungan yang mewabah di kalangan muda Amerika sebagai dampak pasca pemberlakuan
wajib militer bagi perang-perang yang dilakukan Amerika. Al hasil, segala upaya yang dilakukan
diarahkan dalam kerangka mereduksi dan bahkan menghilangkan trauma yang terjadi

2. Sarekat Islam

Organsiasi tersebut berawal dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan Haji
Samanhudi di Solo pada 1905. Organisasi tersebut dibentuk untuk melindungi pengusaha lokal
agar dapat bersaing dengan pengusaha non lokal dalam dagang batik. Kemudian SDI dirubah
menjadi Sarekat Islam (SI) dan diketuai oleh HOS Tjokroaminoto pada 1912.

3. Indische Partij

Didirkan di Bandung pada 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yaitu Dr EFE
Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), RM Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), serta dr

11
Tjipto Mangoenkoesoemo. Indische Partij bertujuan untuk mengembangkan rasa nasionalisme,
menciptakan persatuan antara orang Indonesia dan Bumiputera. Selain itu juga mempersiapkan
kehidupan rakyat yang merdeka. Organisasi tersebut mengkritik pemerintah kolonial Bela

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab terdahulu, hal-hal yang dapat disimpulkan


dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai perangkat hukum
yang mengatur pemerintahan daerah sesuai amanat UUD 1945, yaitu Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32
Tahun 2004) yang mengatur secara jelas pemberlakuan otonomi daerah, begitu
pula dalam hal pembentukan daerah atau pemekaran wilayah.
b. Dalam sistem otonomi daerah dikenal istilah-istilah yang amat penting
dalam pelaksanaannya, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
c. Pemberlakuan sistem otonomi daerah telah membawa perubahan politik
di tingkat lokal, hal ini memberikan dampak positif maupun dampak negatif.
d. Menunjangnya sebuah daerah dalam beberapa hal, seperti kemampuan
ekonomi, potensi daerah, dan sebagainya menjadi penyebab utama sebuah
wilayah menginginkan melepaskan diri dari wilayah induknya. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemekaran wilayah.
Adanya otonomi daerah merupakan sebuah toleransi pemerintah pusat
terhadap Pemerintahan Daerah yang badan pemerintahannya dipilih penduduk
setempat dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusannya
sendiri berdasarkan peraturan perundangan dan tetap mengakui supremasi dan
kedaulatan nasional. Namun perlu dipahami bahwa dari segi organ, fungsi,
kewenangan dalam otonomi daerah di Indonesia pun sebenarnya tetap terdapat

12
pembatasan. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap kedaulatan Negara
Kesatuan karena daerah disini berada pada posisi tetap menghormati dan berada
pada kedaulatan Negara Kesatuan bukan atas dasar kedaulatan sendiri. Sehingga
dapat dikatakan Bahwa di Indonesia pemerintahan berjalan dengan tetap
mengakomodir 2 kutub yakni antara kutub sentralisasi dan desentralisasi.
a. Model otonomi daerah pada masa Orde Baru Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Seperti undang-
undang yang sebelumnya undang-undang tentang pemerintahan daerah ini
berdasarkan desentralisasi dengan berprinsipkan otonomi daerah yang nyata dan
bertanggung jawab. Akan tetapi dalam pelaksanaanya otonomi daerah dalam
kurun waktu Era Orde Baru otonomi daerah ini cendrung sentralistik dibawah
pemerintahan yang otoriter, sehingga prinsip demokrasi dalam kelangsungan
tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Model otonomi daerah pada masa Reformasi Lahirnya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang merupakan koreksi total atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pemerintahan di Daerah, dalam upaya memberikan
otonomi yang cukup luas kepada daerah sesuai dengan cita-cita UUD 1945.
Munculnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan yang disempurnakan
beberapa kali sampai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 mengenai
pemerintahan daerah merupakan jawaban atas berbagai pertanyaan seputar
rekonstruksi hubungan pusat daerah. Bentuk realisasi terjadinya amandemen
keempat UUD 1945, khususnya pada pasal 18 UUD 1945. Produk-produk hukum
tersebut menjadi suatu formulasi yang memberikan warna baru dalam upaya
memperbaiki hubungan pusat Daerah.

B. Saran

1. Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan menjalankan urusan di beberapa sektor di
tingkat kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya kapasitas dan
mekanisme bagi pengaturan hukum tambahan atas bidang-bidang tertentu dan
penyelesaian perselisihan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus menguji kembali
dan memperketat kriteria pemekaran wilayah dengan lebih mengutamakan

13
kelangsungan hidup ekonomi kedua kawasan yang bertikai, demikian pula tentang
pertimbangan keamanan.
2. Bahwa kekhawatiran adanya disintegrasi ketika munculnya otonomi daerah maka
perlu adanya upaya untuk merefitalisasi wawasan nusantasra guna meningkatkan
nasionalisme dalam diri setiap individu sehingga tidak terjadi disintegrasi.Bukanlah
sebuah otonomi daerah ketika pemerintah daerah tidak aspiratif terhadap masyarakat
di daerah. Disini bagaimana dengan otonomi daerah pemerintah daerah harus mampu
membangun komitmen bersama dan melibatkan masyarakat dalam Pengembangan rumah
tangga daerah.
3. Pelaksanaan demokratisasi di Indonesia sudah semakin jelas namun akan sangat
timpang ketika demokrasi hanya dimaknai secara prosedural namun substansi
demokrasi bagi masyarakat tidak mengetahuinya. Maka disini perlu adanya
Pendidikan politik bagi masyarakat. Pemilihan kepala daerah secara langsung
merupakan bentuk Pendidikan politk dari sisi posedural saja namun selama ini
paradigma masyarakat dalam pilkada langsung belumlah mampu untuk berpikir
secara rasional, dalam memilih calon kepala daerah saat ini masih berkutat pada
alasan-alasan primordial dan finansial. Sehingga ketika masayarakat telah sadar dan
rasional dalam keikutsertaannya dalam PILKADA langsung maka diharapkan
masyarakat mampu memilih figur pemimpin daerah yang siap dalam Pemerintahan
Daerah dan terbentuklah Pemerintahan Daerah yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Admin.uma. (2021, october 10). Kepemimpinan dalam Orda. Managament Study Program.
Argama, R. (2005). Pemberlakuan Otonomi Daerah dan Landasan Hukum serta Peraturanya.
Jakarta: Rizky argama.
Malang, K. (2021). Organisasi Daerah. Pengaruh Orda pada Indonesia, 1-19. Retrieved from
Kemasil.Blogspot.com.
Nugraha, T. (2011, march 03). kewenangan orda diindonesia. pengkajian dan pemberdayaan
orda, 50-93.
Safrezi. (2022, April 23). Katadata.co.id. Retrieved from about us Katadata Web site:
https://katadata.co.id/safrezi/berita.com
Sagala, A. (2016, october 02). Model Otonomi Daerah. Retrieved from media.neliti Web site:
https://media.neliti.com/media/publications/184774-ID-model-otonomi-daerah-pada-
masa-orde-lama.pdf
Skola. (2021, February 04). ciri ciri kepemimpinan yang baik. Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/04//ciri-ciri-kepemimpinan-yang-baik.com
Skola. (2021, 02 04). ciri ciri kepemimpinan yang baik. Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/04/184516269/ciri-ciri-kepemimpinan-
yang-baik.com
Skola/Kompas.com. (2021, February 04). ciri ciri kepemimpinan yang baik. Kompas.com.
umumsetda, A. (2014, Juli 02). umumetda buleleng.kab. Retrieved from bagumumsetdabuleleng
Web site: https://umumsetda.bulelengkab.go.id/informasi.com

15

You might also like