You are on page 1of 16

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN

METODE PERCOBAAN DAN PENGELOMPOKAN DISKUSI DENGAN STAD (STUDENT


TEAM ACHIEVEMENT DIVICION) DI KELAS V MI NAJIL UMMAH KENEP
TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh :

NURUL AFIFAH
( 14310068 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
IKIP PGRI BOJONEGORO
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran merupakan unsur penting dalam kegiatan pendidikan. Kesadaran tentang


pentingnya pendidikan agar dapat memberikan suatu harapan di masa yang akan dating telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat. Matematika merupakan salah satu
dari sekian kemampuan yang dituntut dalam upaya peningkatan pendidikan, karena matematika
mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) untuk
bersaing menghadapi tuntutan zaman.

Matematika adalah bidang studi yang diajarkan sejak siswa berada di sekolah dasar. Bahkan saat
ini mulai diperkenalkan pada siswa taman kanak-kanak. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa
asing dengan materi ajar maetematika dan mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari – hari.

Penerapan KTSP membuat guru semakin pintar dan kreatif, karena dituntut harus mampu
menyusun sendiri kurikulum yang disesuaikan dan tepat bagi siswa, guru dituntut harus mampu
merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Hal ini
berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, guru tinggal
menerapkannya, sehingga nyaris tidak memberikan ruang dan tantangan bagi perkembangan ide dan
kreativitas guru. Kesalahan yang selama ini terjadi dalam penyelenggaraan pembelajaran matematika
harus ditingkatkan.

Tugas seorang guru sekarang ini bukanlah “mengajar matematika”, tetapi “membelajarkan siswa
tentang matematika”. Hal ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan
pada guru. Guru tidak lagi harus mendominasi kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah sampai
berbusa-busa, sementara siswa hanya duduk manis mendengarkan sampai bengong atau bahkan sampai
terkantuk-kantuk. Dengan demikian proses belajar mengajar Matematika bukan sekedar transfer ilmu
dari guru kepada siswa. Pola interaksi seharusnya terjadi antara siswa dengan materi dan guru hanya
bertindak sebagai motivator, fasilitator dan supervisor. Itulah perubahan mendasar dalam pola
pembelajaran matematika yang harus diakomodir dan disikapi secara positif oleh guru matematika
seiring dengan penerapan KTSP.

Namun demikian, meskipun sikap positif terhadap perubahan telah diakomodir oleh guru, bukan
berarti bahwa guru akan serta merta terbatas sama sekali dari masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas sepertinya akan selalu memunculkan
parmaslahan seiring dengan perkembangan pribadi didik dan seiring pula dengan perkembangan sekolah
dan tuntutan masyarakat yang semakin dinamis.

Terkait dengan itu tugas guru adalah merespon dan mencari pemecahan masalah yang timbul
sepanjang masih dalam batas jangkauan kompetensi dan profesi demi tercapainya suasana belajar yang
lebih baik dan kondusif dan demi tercapainya tujuan pembelajaran yangditetapkan. Seperti halnya yang
terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017,
khususnya terhadap penguasaan Konsep kesebangunan, guru dengan berbagai cara telah mengusahakan
agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilakukan oleh
guru, berbagai media pembelajaran yang ada di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan
telah diberikan pula untuk dilaksanakan oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas
terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur.

Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, ulangan harian, aktivitas dan prestasi
belajar siswa sangat rendah. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah
membosankan dan sulit serta siswa memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran,
seperti kelihatan bengong, melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, berbicara dengan teman
ketika dijelaskan. Sementara nilai ulangan kenaikan kelas dari kelas IV ke kelas V mata pelajaran
matematika di kelas V ini masih berada 45% yang berhasil mencapai batas KKM yaitu 75. Melihat data
aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah maka perlu guru harus secepatnya melakukan
tindakan atau mengidentifikasi permasalahan seris dalam kegiatan pembelajaran yang harus dicari
pemecahannya.

Bertolak dari permasalahan tersebut maka guru dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin
menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut. Dapat diperoleh beberapa faktor kemungkinan
penyebab, diantaranya adalah : 1. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa, 2. Penyampaian materi
dari guru, 3. Metode yang dipakai oleh guru membuat bosan, jenuh, 4. Kesulitan pemahaman konsep
dan kerjasama di antara siswa. Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut guru lebih condong
pada faktor 1 dan 3 yaitu faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa serta faktor metode yang
dipakai guru monoton diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi
belajar siswa kelas V MI NAJIL UMMAH Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017 pada materi
Bangun Ruang. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena siswa kelas V motivasi belajar siswa masih
rendah hal ini ada kemungkina adanya metode yang kurang tepat dan monoton dalam pembelajaran
sehingga siswa merasa jenuh, bosan.

Sebagai langkah dan upaya pemecahan terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran
matematika di kelas V Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017 tersebut maka peneliti mengambil
tindakan bahwa dalam pembelajaran pada Konsep Kesebangunan ini menggunakan ”Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions)”. Banyak ahli
berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif juga dinilai bisa menumbuhkan sikap
multikultural dan sikap penerimaan terhadap perbedaan individu, baik yang menyangkut perbedaan
kecerdasan, status sosial ekonomi, gender, budaya, dan lain sebagainya. Selain itu pembelajaran
kooperatif mengajarkan ketrampilan bekerjasama atau teamwork. Pembelajaran kooperatif sangat
menekankan tumbuhnya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran demi tercapainya prestasi yang optimal.

Berdasarkan pemikiran yang telah terurai maka penelitian tindakan kelas ini dengan judul: “Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Metode Percobaan Dan Pengelompokan
Diskusi dengan STAD (Student Team Achievement Divicion) Di Kelas V MI NAJIL UMMAH Kenep
Tahun Ajaran 2016/2017". Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran
koopertif tipe STAD ini nantinya dapat memacu tumbuhnya semangat, saling membantu dan saling
memotivasi di antara siswa, dan akhirnya juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar
pada mata pelajaran matematika, khususnya pada konsep Kesebangunan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan supaya penelitian ini lebih
terarah maka perlu dirumuskan masalah pokok yang ingin dicari jawaban pemecahannyaadalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Divisions ) sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa Kelas V MI NAJIL UMMAH Kenep
pada pokok bahasan bangun ruang?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar dan pemahaman siswa pada pokok bahasan bangun ruang
dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Taeams Achievemsent
Divisions )?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mendiskripsikan penerapan motode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions ), sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V MI NAJIL
UMMAH Kenep pada pokok bahasan bangun ruang.
2. Untuk mendiskripsikan peningkatan pemahaman siswa kelas V MI NAJIL UMMAH Kenep pada
pokok bahasan bangun ruang melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
( Student Teams Achievement Divisions).

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode pembelajaran kooperatif type
STAD (Student Teams Achievement Divisios) ini akan memberikan manfaat seperti di bawah ini:

1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan teoritis melalui
pengembangan metode STAD dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V MI NAJIL
UMMAH Kenep

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam
dunia pendidikan serta sebagai bahan pertimbangan pada lembaga pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti
1. Sebagai khazanah pengetahuan dalam mengembangkan pemanfaatan metode role playing
dalam rangka peningkatan kualitas dan pemahaman siswa serta hasil belajar matematika siswa
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman
untuk dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di masa mendatang

b. Bagi siswa
1. Menjadikan Proses Pembelajaran Matematika lebih menyenangkan dan berkesan serta tidak
menjenuhkan.
2. Melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan saling memotivasi dalam
belajar.
3. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep bangun ruang.
4. Melatih tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan soal.
5. Membantu pemahaman konsep kesebangunan dan pemecahan masalah dalam konsep bangun
ruang.

c. Bagi Guru
1. Meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kemampuan menulis
penelitian.
3. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika yang bisa diidolakan oleh siswa.
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan kompetensi dasar.

d. Bagi Sekolah
1. Hasil penelitian ini bisa menambah referensi da kepustakaan sekolah.
2. Memberikan masukan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.
3. Meningkatkan mutu lulusan MI NAJIL UMMAH Kenep yang berkualitas.
4. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
prestasi belajar siswa.

E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Metode Pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement Divisions )

Pembelajaran Kooperatif type STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk


melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
(Rachmadinarti,2001). Pada Model Pembelajaran Kooperatif type STAD siswa dalam suatu kelas
tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4–5 siswa, dan setiap kelompok harus heterogen, yang
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, anggota tim
menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui tutorial, lembar kerja siswa
dengan diskusi. Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran Kooperatif type STAD ini
dengan ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan siswa.
2. Pemahaman Siswa
Pemahaman merupakan salah satu bentuk hasil belajar. Pemahaman ini terbentuk akibat dari
adanya proses belajar. Pemahaman memiliki arti sangat mendasar yang meletakkan bagian – bagian
belajar pada porsinya. Tanpa itu, maka pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak akan bermakna.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. METODE PEMBELAJARAN STAD

Model pembelajaran STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Menurut
Isjoni (2007: 70) STAD sangat sesuai untuk mengajarkan bahan ajar yang tujuannya didefinisikan
secara jelas, misalnya perhitungan dan aplikasi matematika,penggunaan bahasa, geografi, dan
keterampilan menggunakan peta. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model inisiswa
dikelompokkandalam tim dengan anggota4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen
menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Sedangkan menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi
Primiani (2009: 9), “STAD didesain untukmemotivasisiswa-siswa supaya kembali bersemangat dan
saling menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Trianto (2010: 68)
mengemukakan pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Lebih jauh Trianto (2010: 72-73) menyatakan
bahwa, pembelajaran kooperatif STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana.
Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan
pembelajaran konvensional, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Menurut Slavin
(dalam Rusman, 2012:214), mengemukakan bahwa model pembelajaran STAD ( Student Teams
Achievement Division ) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasaiketerampilan yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan pengertian model pembelajaran STAD
adalah model pembelajaran yang sangat melibatkan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok
yang heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa. Kegiatan
pembelajarannyadiawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Ciri terpenting dalam model pembelajaran STAD adalah
kerja tim.

a. Langkah-langkah STAD
Menurut Slavin (2010) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran STAD, yaitu:

1. Penyajian Kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap
pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum menyajikan
materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk
berkooperatif dan sebagainya. Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaranyang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya
presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-
benar member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan
pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

a. Pembukaan
1. Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.
Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah
kehidupan nyata, atau cara lain.
2. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalamkelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3. Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b. Pengembangan
1. Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.
2. Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
3. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4. Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah
5. Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c. Latihan Terbimbing
1. Menugaskan semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
2. Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan
supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
3. Pemberian tugas kelas tidak boleh menyitawaktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa
mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok Tim

Tahapan kegiatan belajar kelompok Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada
setiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik
untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik
penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikanperhatian dan respek yang mutual
yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri,
penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream. Tim ini terdiri dari empat atau enam siswa yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi
utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru meyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi
lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang
membuat kesalahan. Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:
1. Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah ke
meja kelompok.
2. Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3. Bagikan lembar kegiatan siswa.
4. Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh,
tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing
siswa harus mengerjakan soalsendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu
tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab
menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering
bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
5. Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman
satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa
lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi
siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok
mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka
seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6. Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji
kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam
kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Tahapan Menguji Kinerja Individu

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara
individual, setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang terbaik
sebagai kontribusinya kepada kelompok mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes
individual diadakan pada akhir pertemuan, masing-masing selama 10 menit agar siswa dapat
menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja kelompok. Skor perolehan
individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitngan perolehan skor kelompok.

4. Penskoran Peningkatan Individu

Perhitungan skor dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
evaluasi hasil belajar materi sebelumnya. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes
yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk
memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Tujuan memberikan skor peningkatan
individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja
pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yangtelah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.

5. Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok

Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian
penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan
kelompok yang diperoleh. Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam proses
pembelajaran model kooperatif type STAD adalah sebagai berikut:
a. Tahap pendahuluan
Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari, tujuan
pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa tertarik pada materi. Guru membentuk siswa
kedalam kelompok yang sudah direncanakan. Mensosialisasikan kepada siswa tentang model
pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahaminya. Guru
memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.

b. Tahap Pengembangan
Guru mendemonstrsikan konsep dengan berbagai contoh soal. Guru membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing – masing kelompok. Siswa diberikan
kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama dengan anggota kelompoknya. Guru membantu
kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan

c. Tahap Penerapan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam
LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak
menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. Setelah siswa
selesai mengerjakan soal lembarjawabannya kemudian dikumpulkan untuk mecari skor.

b. Kelebihan dan Kelemahan STAD

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD


1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswauntuk menggunakan ketrampilan bertanya
danmembahas suatu masalah.
2. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok.
3. Dapat menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa.
4. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswauntuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain
6. Dapat menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
1. Kerja kelompok hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan mengarahkan siswa yang
kurang.
2. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) pada konsep Bangun Ruang, maka aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa kelas V
MI NAJIL UMMAH Kenep menunjukan peningkatan yang signifikan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas jenis partisipan, yaitu orang yang akan
melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil
penelitian berupa laporan penelitian. Tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan, untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika.

B. WAKTU, TEMPAT dan SUBJEK PENELITIAN

1. Waktu
Penelitian ini direncanakan pada bulan Juli - Oktober 2017 dengan menyesuaikan jam pelajaran
matematika kelas V MI NAJIL UMMAH Kenep.

2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI NAJIL UMMAH Kenep

3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MI NAJIL UMMAH Kenep yang berjumlah 21 siswa
yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 11 siswa laki – laki.

C. DATA dan SUMBER DATA

Jenis data yang akan diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari tes prestasi belajar, sedangkan data kualitatif diperoleh dari tes prestasi belajar, sedangkan
data kualitatif diperoleh dari angket dan observasi. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V MI
NAJIL UMMAH Kenep dan seluruh anggota tim peneliti.

D. TEKNIK dan INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

1. Teknik Pengumpulan Data


a. Data mengenai hasil belajar matematika diambil dengan menggunakan penilaian hasil belajar
( Tes )
b. Data mengenai respon siswa diambil dengan menggunakan angket respon siswa
c. Data mengenai pengamatan saat penelitian diambil dengan teknik observasi

2. Instrumen Pengumpulan Data


a. Tes Hasil Belajar
Untuk memperoleh data tentang pemahaman siswaa di prestasi belajarnya setelah diharapkan
metode pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement Devision )
b. Angket Respon siswa
Untuk mengetahui respon siswa saat digunakan metode STAD.
c. Lembar Observasi
Untuk menggali data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
role playing.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai
dengan perubahan yang ingin dicapai pada factor – factor yang diselidiki. Masing-masing siklus terdiri
dari dua kali tatap muka, sehingga total kegiatan tatap muka selama dua siklus aadalah empat kali
kegiatan. Dalam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus mencakup tahap – tahap sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Membuat perangkat pembelajaran ( RPP )
b. Membuat instrument penelitian yang meliputi alat evaluasi berupa tes disertai jawaban dan
panduan pensekoran
c. Membuat jurnal untuk mengetahui data refleksi diri
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini disesuaikan dengan rencana yang telah disusun
dalam rencana pembelajaran.
3. Observasi dan Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan melakukan
evaluasi hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
4. Refleksi
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah pencermatan pengkajian, analisis, sintesis
dan penilaian terhadap hasil observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Jika terdapat masalah
dan belum memenuhi target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan dan
kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Untuk hasil formatif ( kuantitatif ) di analisis kebenarannya sesuai kunci yang disediakan.
Langkahnya adalah:
1. Memeriksa kebenaran jawaban
2. Menyusun hasil tersebut dalam table dan memeriksa banyak siswa yang telah mendapatkan nilai
lebih dari criteria ketuntasan minimal ( KKM ), yaitu 75.
3. Menetapkan presentase banyak siswa yang telah memenuhi KKM tersebut

Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan tahap:

1. Menyeleksi dan mengelompokkan data ( tahap reduksi data )


2. Mendeskripsikan dan memaparkan data
3. Menyimpulkan atau member makna dalam bentuk pernyataan yang singkat

G. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila skor kemampuan pemahaman dari
75% siswa telah memperoleh nilai minimal 75 ( ketetapan dari sekolah )
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Fokus dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah untuk mendiskripsikan penerapan
metode pembelajaran STAD sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V MI NAJIL
UMMAH Kenep pada pokok bahasan bangun ruang dengan penerapan metode pembelajaran Student
Team and Achievement Devision ( STAD ). Hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Siklus 1
Dalam penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan 2 siklus dan terdiri 4 pertemuan, sehingga
masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan yaitu menyusun silabus pembelajaran, menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ), membuat lembar pengamatan, untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran dengan menggunakan metode STAD. Lembar pengamatan ini meliputi lembar
observasi tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Membuat angket untuk mengetahui respon siswa setelah pembelajaran. Membuat
lembar penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau tujuan pembelajaran. Penilaian didasarkan
pada kebenaran siswa menyelesaikan / menjawab soal yang disesuaikan dengan kunci jawaban.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai
1. Pertemuan pertama dilaksankan Senin, 26 Maret 2017 pada mata pelajaran Matematika pada
siswa kelas V semester II dengan jumlah siswa 21 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki
dan 10 siswa perempuan selama 2 jam pelajaran ( 2 x 40 menit )
2. Pertemuan kedua dilaksanakan Senin, 03 April 2017 pada mata pelajaran Matematika siswa
kelas V semester II dengan jumlah siswa 21 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10
siswa perempuan selama 2 jam pelajaran ( 2 x 40 menit )
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui pemahaman siswa.
1. Pada pertemuan pertama, 26 Maret 2017 dan pertemuan kedua 02 April 2017 didapatkan
data skor siswa dalam memahami materi bangun ruang.

SIKLUS I SIKLUS II Keterangan


Pertemua
NO Nilai Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan IV
n III
f % f % f % f % Siswa : 21
1 10 - 19 Indikator
2 20 - 29 keberhasilan
3 30 - 39 penelitian ini adalah
4 40 - 49 2 6.67 apabila skor
5 50 - 59 8 26.67 5 16.67 kemampuan
6 60 - 69 5 16.67 10 33.33 pemahaman dari
7 70 - 79 10 33.33 3 10 75% siswa telah
8 80 - 89 5 1.67 12 40 memperoleh nilai
9 90 - 99 minimal 75
10 100 ( ketetapan dari
KKM 75 75 sekolah )
Nilai
40 50
Terendah
Nilai
80 80
Tertinggi
Presentase
1.67 40
tuntas
Presentase
83.34 60
Belum Tuntas
Nilai Rata-
62.7 67.3
Rata Kelas

Pada dua pertemuan, pemahaman siswa sudah memiliki peningkatan tetapi beberapa siswa masih
banyak yang mendapat nilai dibawah KKM.
2. Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan metode STAD tiap pertemuan
3. Data angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode STAD
Pertemuan I Pertemuan II
NO PERTANYAAN Jawaban Jawaban
Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah kamu lebih menyukai pelajaran Matematika daripada pelajaran 6 15 13 8
yang lain?
2. Apakah Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari? 17 4 19 2
3. Apakah kamu menyukai pembelajaran Matematika dengan metode 14 7 19 2
STAD?
4. Apakah kamu mengalami kesulitan selama mengikuti pembelajaran 3 18 2 19
Matematika dengan metode STAD?
5. ……
dst

Dari angket diatas, dapat dilihat perbedaan antara pertemuan I dan pertemuan II. Di pertemuan
pertama, terlihat bahwa siswa mempunyai minat dan pemahaman yang kurang terhadap mata pelajaran
matematika. Sedangkan di pertemuan kedua, setelah mendapatkan pembelajran dengan metode STAD,
terlihat peningkatan dari siswa tersebut.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan melalui tahap analisis dan evaluasi tindakan pada siklus I yang telah
dilakukan. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil tes, lembar observasi, dan angket respon. Peneliti
melakukan kegiatan refleksi bersama guru mata pelajaran yang bersangkutan yang juga merupakan
observer. Berdasarkan analisis terlihat bahwa hasil penelitian pada siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan, masih dibutuhkan banyak perbaikan. Hal ini ditunjukan
adanya hambatan atau kekurangan dari pembelajaran siklus I baik pertemuan 1 dan 2 yaitu antara
lain:
1. Pada kemampuan pemahaman siswa yang didapatkan dari tes berdasar table yang pertama
mengalami kemajuan atau peningkatan. Keberhasilan tersebut dikarenakan sudah
mengalami pembelajaran pada dua pertemuan dengan menggunakan metode STAD. Tetapi
kemajuan ini masih belum optimal karena hanya 40% siswa yang memperoleh ketuntasan.
Jadi, indicator keberhasilan belum tercapai. Oleh sebab itu, penelitian dilanjut ke siklus II
2. Pada angket respon siswa, sebagian siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan
menggunakan metode role playing, dan juga siswa lebih menyukai metode tersebut sehingga
siswa bersedia mengikuti pembelajaran lagi.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan, diperbaiki
dan diadakan revisi untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II sebagai berikut:
1. Lebih meningkatkan kemampuan membimbing siswa berdiskusi dan membuat kesimpulan
2. Memberi perhatian penuh kepada siswa
3. Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara melakukan scenario yang baik
4. Memberikan penguatan dan penghargaan yang jelas tanpa keragu-raguan
2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II yaitu menyiapkan silabus yang telah dibuat di siklus I,
menyiapkan RPP 3 dan RPP 4, menyiapkan angket respon siswa dan menyiapkan lembar penilaian.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai
1. Pertemuan ketiga dilaksanakan 04 April 2015 menggunakan RPP 3
2. Pertemuan keempat dilaksanakan 09 April 2015 menggunakan RPP 4
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui pemahaman siswa.
1. Pada pertemuan ketiga ( 04 April 2017 ) dan pertemuan keempat ( 09 April 2017 ) didapatkan data
skor siswa dalam memahami materi bangun ruang. Hasilnya dapat dilihat dalam table berikut:
SIKLUS I SIKLUS II Keterangan
Pertemuan Pertemuan
NO Nilai Pertemuan I Pertemuan II
III IV
f % f % f % f % Siswa : 21
1 10 – 19 Indikator
2 20 – 29 keberhasilan
3 30 – 39 penelitian ini
4 40 – 49 2 6.67 adalah apabila skor
5 50 – 59 8 26.67 5 16.67 kemampuan
6 60 – 69 5 16.67 10 33.33 12 40 pemahaman dari
7 70 – 79 10 33.33 3 10 8 26.67 5 16.67 75% siswa telah
8 80 – 89 5 1.67 12 40 8 26.67 15 50 memperoleh nilai
9 90 – 99 2 2 6.67 9 30 minimal 75
10 100 1 3.33 ( ketetapan dari
KKM 75 75 75 75 sekolah )
Nilai
40 50 60 70
Terendah
Nilai
80 80 90 100
Tertinggi
Presentase
1.67 40 33.34 83.33
tuntas
Presentase
83.34 60 66.67 16.67
Belum Tuntas
Nilai Rata-
62.7 67.3 70 82
Rata Kelas
Pada pertemuan ketiga, presentase ketuntasan menurun tetapi nilai rata-rata kelas meningkat dari
67.3% menjadi 70%. Pada pertemuan keempat presentase ketuntasan meningkat dari 33.34% menjadi
83.33%. Artinya pertemuan keempat pada skor kemampuan pemahaman siswa sudah melebihi indicator
keberhasilan.

2. Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan metode STAD tiap pertemuan


3. Data angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode STAD
Pertemuan III Pertemuan IV
NO PERTANYAAN Jawaban Jawaban
Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah kamu lebih menyukai pelajaran Matematika daripada 17 4 19 2
pelajaran yang lain?
2. Apakah Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari? 19 2 21 -
3. Apakah kamu menyukai pembelajaran Matematika dengan metode 16 5 20 1
STAD?
4. Apakah kamu mengalami kesulitan selama mengikuti pembelajaran 1 20 - 21
Matematika dengan metode STAD?
5. ……
dst

Dari angket diatas, dapat dilihat perbedaan antara pertemuan II dan pertemuan III. Di pertemuan
pertama, terlihat bahwa siswa mempunyai minat dan pemahaman yang kurang terhadap mata pelajaran
matematika. Sedangkan di pertemuan kedua, setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode STAD,
terlihat peningkatan dari siswa tersebut.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis dari pengamatan pada siklus II di dapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Pada kemampuan pemahaman siswa yang didapatkan dari tes berdasarkan table, siswa
mengalami peningkatan yang sangat bagus. Hasil tes diperoleh nilai rata-rata 82 pada
pertemuan ke IV dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Jumlah siswa yang tuntas
mencapai 83% (16 siswa ) sedangkan yang belum tuntas 17 % ( 5 siswa ). Penelitian ini
dikatakan berhasil karena kemampuan pemahaman siswa pada materi bangun ruang berhasil
mencapai nilai criteria ketuntasan minimal 75 dengan jumlah siswa yang tuntas lebih dari
75%.
2. Pada angket respon siswa, sebagian besar siswa menyukai pembelajaran matematika dengan
metode STAD dan penerapan metode STAD membuat siswa lebih mudah memahami materi
bangun ruang.
B. PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan berhenti di siklus II karena untuk masing-masing ranah
yang diukur yaitu kepercayaan diri siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan prestasi siswa yang
dilakukan telah mencapai target yang ditetapkan di awal. Pembelajaran matematika menggunakan
Student Team and Achievement Divicion di kelas V MI Najil Ummah Kenep telah dilaksanakan sesuai
prosedur. Pembelajaran diawali dengan pembagian kelompok. Upaya yang dilakukan peneliti untuk
mengetahui peningkatan kepecayaan diri siswa dilakukan dengan pengisian angket yang mengukur
kepercayaan diri siswa.
1. Berdasarkan tabel skor kemampuan pemahaman siswa pada siklus I menunjukkan nilai rata-
ratanya 67,3 dari 30 siswa dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Sebanyak 60% siswa belum tuntas
dan 40% siswa tuntas dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 80. Presentase tuntas meningkat
dari pertemuan I ke pertemuan II yaitu 1,67% menjadi 40% tetapi belum mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini yaitu apabila skor kemampuan pemahaman dari 75% siswa telah
memperoleh nilai minimal 75. Dari hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan metode
Student Team and Achievement Division ( STAD ) tiap pertemuan guru mempunyai kemampuan
sangat baik dalam mengajar materi bangun ruang menggunakan metode pembelajaran STAD. Pada
aspek persiapan, guru telah mempersiapkan segala sesuatunya ( silabus, RPP, angket respon siswa,
lembar observasi, kisi-kisi soal, soal, dll ) dengansangat baik sehingga pelaksanaan proses
pembelajaran berjalan dengan baik. Pada aspeknpendahuluan , semua aspek mempunyai kategori
sangat baik sehingga siswa bersemangat dalam belajar matematika dengan metode STAD. Pada
kategori kegiatan inti dan penutup. Beberapa aspek sudah sangat baik meskipun ada beberapa yang
kurang yaitu dalam membimbing siswa untuk memberi kesimpulan dan berdiskusi, guru perlu belajar
kembali dan dalam pemberian penguatan dan penghargaan hendaknya guru tidak setengah-setengah
dalam memberikan penghargaan maupun penguatan. Pada hasil angket respon siswa dalam tabel,
dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa lebih mudah memahami materi bangun ruang yang
diajarkan menggunakan metode Student Team and Achievement Divicion ( STAD ) dan siswa juga
lebih menyukai metode pembelajaran STAD daripada metode pembelajaran langsung yang biasa
digunakan sehingga siswa bersedia mengikuti pembelajaran lagi.
2. Pembahasan hasil observasi tindakan siklus II
Berdasarkan tabel skor kemampuan pemahaman siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan.
Nilai rata-rata siswa 82 daei 30 siswa dengan kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) 75. Sebanyak
83,33% siswa tuntas dan 16,67% siswa belum tuntas dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100.
Dari siklus I ke siklus II presentase siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari 40% menjadi
83,33% karena presentase siswa yang belum tuntas meningkat menjadi 83,33%, maka skor
kemampuan pemahaman pada siklus II sudah melebihi indikator keberhasilan dalam penelitian ini
yaitu 75% siswa telah tuntas belajar.
Dari hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran STAD, pada
siklus II guru sudah mengalamai peningkatan dalam mengelola kelas yaitu dalam membimbing siswa
untuk memberi kesimpulan dan berdiskusi. Dan ketika memberi penguatan dan penghargaan, guru
sangat yakin dan tidak disertai keragu-raguan. Dengan demikian secara keseluruhan, guru
mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam mempersiapkan, melaksanakan proses
pembelajaran, memberikan evaluasi dan mengelola kelas. Oleh karena itu tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Pada hasil angket respon siswa dalam tabel dapat dilihat bahwa siswa lebih
menyukai mata pelajaran matematika daripada pelajaran lain dan penerapan metode pembelajaran
STAD membuat siswa lebih mudah memahami materi peluang. Selain itu juga siswa menyukai
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode STAD, maka penelitian siklus II dihentikan.

You might also like