agoByNendra RengganisSelepas lulus dari bangku kuliah beragam pilihan pekerjaan sudah menanti. Mulai dari membuka bisnis sendiri, masuk MNC, sampai mendaftar beasiswa dan pergi ke luar negeri. Dan pilihanku ini sedikit berbeda dari berbagai opsi yang banyak rekan sejawat jalani.Kawan-kawan lain boleh langsung mendaftar pekerjaan dengan gaji mentereng yang nominalnya besar. Atau menghela langkah baru di negara yang selama ini bahkan namanya tak pernah didengar.Tapi buatku, hidup bukan cumasoal diri sendiri saja. Menjadi guru jadi upayaku membalas budi pada sesama.Aku juga tidak tahu bagaimana awalnya. Rasanya ada hutang yang harus dilunasi sebelum bolehsedikit egois jadi manusiaRasanya ada hutang yang harus dilunasi sebelum bisa egois jadi manusia viaindonesiamengajar.orgBukan berarti aku tidak ingin seperti kawan kebanyakan. Saling bertukar kartu nama di meja meeting — mengenakan pakaian rapi seperti orang penting. Di atas meja itu ide-ide bisnis berkembang. Akan ada perbincangan tentang target yang harus dicapai bulan ini, apa yang bisa dilakukan jika dana bukan masalah lagi, pencapaian apa yang membawa bonus terbesar periodeini.AdvertisementSementara di sini aku merasakan sebenar-benarnya perjuangan. Masalah yang di sana digembar-gemborkan di sina benar-benar kuselesaikan.Dari mata mereka kutemukan kepuasan. Ternyata lewat pengabdian justru akulah yang banyak belajarTernyata lewat pengabdian aku banyak belajar (Kredit: Rinay Tyta Febrina) viawww.facebook.comBeberapa kawan mengangkat alis saat mengetahui keputusanku. Bagi mereka pilihanku ini absurd sekali. Kenapa aku mau susah-susah mengabdi jika selepas lulus bisa langsung mencari pekerjaan bergaji tingi? Mereka bilang aku ini terlalu baik hati. Terlalu idealis. Lupa kalau perut juga harus diisi.Aku tertawa geli saja mendengar semuanya. Sebab mereka tidak tahu kenyataannya.Justru dari pengabdian, akulah yang lebih banyak belajar.Dari celoteh dan semua kerepotan dalam ruang kelas aku mengerti arti kesabaran yang tanpa batas. Keramahan orangtua, sampai kritik dan berbagai tindakan mereka membuatku paham betapa bermaknanya pendidikanyang selama ini kupandang sebelah mata. Aku berubah jadi orang yang tak lagi take everything for granted sebagai manusia.Memilih menjadi guru tidak menjadikanku super kaya. Tapi lewat profesi ini aku tahu hidupku punya maknaLewat profesi ini paling tidak hidupku bermakna viablog.edwardsuhadi.comYang sulit dari hidup adalah menciptakan makna di baliknya. Di akhir hari bukan seberapa banyak gaji atau seberapa banyak project yang goalyang bisa jadi cerita. Melainkan apa yang sudah kita lakukan sebagai manusia.Aku memang masih muda. Menjadi guru jelas bukan pekerjaan yang langsung bisa memberikan kemapanan yang banyak anak muda di luar sana harapkan. Satu yang jelas kuyakini — pekerjaan ini adalah pekerjaan untuk masa depan.Meski sedikit hidupku akan makin bermakna, walau pelan-pelan. Menjadi guru adalah sebuah panggilan juga sebuah pilihan. Dikatakan panggilan karena memang tidak semua orang terpanggil untuk profesi yang selalu disoroti dari sisi kesejahteraannya yang minim ini. Orang juga memilih untuk menjadi guru dari sekian banyak profesi yang ada. Ada orang yang menjadi guru itu karena niatingsun, tetapi juga banyak yang karena kecelakaan, terpaksa, daripada tidak bekerja / jadi pengangguran… ya sudah jadi guru.Bahkan saya pernah mendengar ada seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan ekstrim mengatakan alasan seseorang masuk sekolah keguruan karena ketidakmampuan ekonomi dan intelektual. Ketika saya mendengar perkataan orang ini, saya tersingung juga. Apalagi ia mengatakannya dengan nada sinis dan meremehkan. Orang yang mengemukakan itu bisa salah, tetapi juga bisa benar. Orang memilihsekolah keguruan karena biayanya relatif murah. Memilih sekolah keguruan karena seseorang tahu bahwa kapasitas otaknya tidak mungkin menjadi dokter.Entah apa pun alasannya kalau seseorang sudah menjadi guru, ya… tidak ada lagi pemilahan karea cita-cita atau karena terpaksa dan alasan ekonomi atau kecerdesan.. Guru adalah guru, terpaksa atau pun tidak, bodoh ataucerdas, kreatif atau tidak. Kalau seseorang sudah terjun menjadi guru pemilahan itu tak adalagi. Mengapa? Karena guru sama-sama harus mendidik anak yang dipercayakan kepadanya. Ia mempunyai tanggung jawab moral untuk membawa siswa menjadi cerdas.Menjadi guru memang sebuah tantangan untuk situasi di masa sekarang. Banyak guru di belahan nusantara ini yang mempunyai tantangan berbeda-beda. Guru di pedalaman tantangannya berkaitan dengan medan tempat ia beratarung dan juga dengan kesejahteraan yang jauh dari semestinya. Menjadi guru di kota besar pun sama mempunyai tantangan yang tentunya berbeda dengan di pedalaman. Ini berkaitan dengan bagaimana seorang guru di kota besar harus bisa menempa diri lebih kreatifagar tidak ketinggalan jaman, agar bisa memberikan lebih daripada ilmu yang dimiliki muridnya yang jauh lebih maju karena adanya teknologi yang semakin meroket.Saya tahu kalau saya mengajar siswa dari Wamena (Papua), cara saya menghadapi siswa dan cara saya mengajar akan berbeda denagn ketika saya berhadapan dengan anak Ursula BSD. Yang jelas saya akan kebingungan dulu bagaimana saya berhadapan dengan mereka karena saya belum pernah mengalami seperti itu. Saya akan terpesona karena kepolosan dan keluguan mereka. Kalau hal mengajar sebenarnya tidak ada masalah, di mana pun kita bisa mengajar. Baik mengahdapi murid di Wamena atau di Bumi Serpong Damai. Pasti tantangan yang saya hadapi untuk kedua sekolah itu berbeda.Yangbikinseorang guru suka otaknya kisut dan kerut merut itu adalah masalah lain, antara lain administrasinya.Itu salah satu yang dirasakan para guru di kota besar. Apa lagi mengajar di sekolah yang dianggap orang sekolah bagus, sekolah unggulan, atau apalah sebutannya. Nah,tuntutannya juga bagus. Itu adalah salah satu tantangannya.Tantangan lain bagi guru di kota besar adalah peserta didik yang dihadapi. Anak jaman sekarang kebanyakan anak audio- visual karena kerjanya menonton tv, bermain medsos, dan maingame. Giliran disuruh membaca wacana, agakleletdan pemahaman juga kurang. Ada banyak hal lain yang lebih menarik daripada pelajaan sekolah. Anak lebih suka mengurusi yang menurutnya menarik daripada mengurusi pelajaran sekolahnya.Saya guru untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti sudah diketahui oleh semua siswa bahwa bahasa Indonesia itu adalah pelajaan yang sangat membosankan.Bikin bête, begitu kata mereka. Sudah bukan rahasia lagi kalau para siswa banyak yang tidak suka dengan pelajaran bahasa Indonesia. Apalagi kalau ditambah dengan gurunya yang nyinyir, menyebalkan, dan sok galak, serta suka mengintimidasi. Sudah pasti bahasa Indonesia adalah pelajaran yang akan dicaci, dibenci, dan dihindari. Siswa sering berdoa agar guru bahasaIndonesianya tiak masuk untuk berbagai alasan termasuk alasan yang paling buruk misalnya terpeleset di kamar mandi.Tentunya situasi seperti di atas merupakan tantangan untuk para guru bahasa Indonesia. Bagaimana guru bahasa Indonesia bisa membawakan pelajaran di kelasnya dengan menarik. Tentunya perlu usaha. Dan usaha tentunya perlu pengorbanan.Salah satu tantangan bagi kami guru bahasa Indonesia adalah bagaimana membiasakan anak atau kata lebih sadisnya memaksa anak untuk mau membaca. Keterampilan yang satu ini akhir- akhir ini sudah banyak ditinggalkan anak-anak kita karena mereka lebihdoyannongkrong di depan face book-nya atau di depangame-nya. Namun, guru jangan disebut guru kalau tidak bisa melaksanakan kehendaknya kepada siswanya. Ada dikatakan dalam bahasa Jawadalang ora kurang lakon.Termasuk saya tentu saja. Saya adalah guru yang suka memaksa dengan piawai. Akhirnya keterampilan membaca yang sudah tak digubrisini mulai lagi dilakukan oleh murid saya. Itubocahsaya paksa membaca novel Indonesia yang ringan dulu.Kuduselesai. Kalau sudah, buat resensi sederhana dengan analisis unsur intrinsiknya lengkap dengan relevansi isi novel dengan hidup mereka. Wah, mereka akan protesdengan merayu-rayu supaya tugas diganti yang lain saja (bagi anak yang tidak suka baca). Tapi guru itu tak akan kalahlakondengan muridnya. Pasti dengan diplomasi yang sangat logis dan dengan penjelasan yang sangat ilmiah dengan mengikutsertakan perkembangan jaman dan pendidikan nilai, akhirnya mereka mengerjakan tugasnya juga. Dan akhirnya jadilah analisis meraka. Mereka membuat laporannya. Bagus- bagus lagi. Tuh, kan ternyata mereka bisa. Asal mau.Ada juga jenis anak yang sukanya membaca. Nah, kalau yang initutup ketemu tumbultuh. Saya senang bertemu anak yang seperti ini. Murid yang begini bagaikan batu intan, yang bisaterus digosok, dan pada waktunya dia akan bersinar denagn cemerlang. Setiap angkatan pasti akan bertemu dengan anak-anak yang seperti ini.Bahkan, saya pernah mempunyai anak yang mempunyai koleksi 1000 buku dan semua bukunya dia baca! Keren,habis! Begitu bahasa remajanya.Saya adalah guru bahasa Indonesia yang suka mengoceh ke utara dan selatan. Terkadang murid saya melongo karena saya terlalu cepat dalam berbicara, terutama siswa di kelas kecil. Kalau siswa kelas yang besar mereka sudah tahu kelakuan gurunya yang suka agak abstrak. Itulah menjadi tantangan lagi bagi guru bagaimana menyampaikan sesuatu kepada siswa gar bisa diterima denan baik.Saya senang mengajar bahasaIndonesia. Mengapa? Karena materi yang diajarkan luas bisa juga menjangkau hal di luar kaidah kebahasaan. Apa lagi kalau sedang belajar wacana atau sastra. Materi bisa dibelokkan ke mana kita mau, sesuai apa yang mau kita tuju. Misalnya hal yang beraitan dengan pendidikan nilai, berkaitan dengan kehidupan. Mengajar materi kesastraan paling enak di kelas besar karena mereka interpretasinya sudah lebih majudan pengusaaan bahasanya juga bisa lebih baik.Tentunya pandai-pandainya memilih bacaan yang tepat.Menjadi guru memang menyenangkan, meskipun kalau diukur dari segi materigakadacucok-cucoknya. Kala saya bertemu dengan beberapa orang yang jarang bertemu selalu mengatakan: Masih awet mudaaja. Pernah ada pengalaman begini. Suatu hari saya mendapat tugas dari Legio Maria untuk menjagadi klinik gereja. Ternyata dokter jaganya dua orang. Salah satunya mantan murid saya. Muridsaya memperkenalkan saya pada rekannya :Ini kenalin guru SMP gue. Temannya sontak berbicara:Sumpeh, lho. Tuanya hampir sama dengan lo!wuih, langsung terhanyut tuh perasaan saya. Saya kira itu adalah bagian rahmat yang diberikan Pencipta kepada guru. belum lagi segudang pengalaman lain untuk berelasi dengan manusia, pribadi yang unik, yang tak ada yang sama dari satu murid ke murid yang lain. Itu berarti jiwa kita tiap-tiap saat terisi dengan makanan yang menyegarkan.Maka selalu terlambungkanlah rasa syukur dalam rongga dada kita, guru.Saya belajar dari Sang Guru, Isa Almasih, yang selalu mencintai murid-muridnya, sekalipun murid itu menghianati-Nya. Saya berharap, para guru di mana pun berada tetap menjadi guru yang baik, tetap bersemangat dan selalu percaya bahwa Sang Pemilik Kehidupan selalu akan mencukupkan kita. AMIN.(