Professional Documents
Culture Documents
Genetika 2020
Genetika 2020
GENETIKA
Ahdiat Agriansyah
Lili Darlian
LABORATORIUM PENGEMBANGAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOELO
2020
KATA PENGANTAR
Halaman
PRAKATA 1
DAFTAR ISI 2
ACARA I 3
ACARA II 7
ACARA III 12
ACARA IV 20
ACARA V 34
ACARA VI 39
CHI-SQUARE VALUE 45
ACARA I
TUJUAN :
1. Melihat benang DNA hasil isolasi dari umbi bawang merah (Allium cepa)
2. Mahasiswa mampu melakukan isolasi DNA tanaman dengan cara
sederhana
LATAR BELAKANG :
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler.
DNA terdapat pada nukleus, mitokondria, dan kloroplas. Perbedaan ketiganya
adalah DNA nukleus berbentuk linier dan *berasosiasi sangat erat dengan protein
histon, sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak
berasosiasi dengan kprotein histon. Selain itu DNA mitokondria dan kloroplas
memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu.
Sedangkan DNA nukleus memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orang tua.
Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot tidak memiliki protein histon
dan berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linier dan memiliki
protein histon.
Gambar 1.1. Untaian ganda dari DNA
DNA memiliki struktur pilinan utas ganda yang anti pararel dengan
komponen-komponennya, yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan
pasangan basa. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan
bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. Genom adalah set lengkap dari
materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan terorganisasi menjadi
kromosom. DNA juga dapat diisolasi, baik pada manusia maupun tumbuhan.
DNA manusia dapat diisolasi melalui darah. Komponen darah yang diisolasi yaitu
sel darah putih, karena memiliki nukleus dimana terdapat DNA didalamnya.
BAHAN :
1. Larutan Buffer
- 240 ml akuades steril
- 3 gr NaCl (Sodium Chloride)
- 10 gr NaHCO3
- 10 ml deterjen 10 %
Semua bahan dilarutkan/dicampur
2. Isoprophyl alcohol dingin
3. Juice umbi bawang Bombay Gambar 1. 2. Bawang Bombay (Allium cepa)
4. Es batu
ALAT :
Pertanyaan Latihan :
Referensi
De Boer, R.L., Sobieski, R.J., and Crupper, S.S. 2000. Isolation and Restriction
Endonuclease Digestion on Onion in Junior College-High School Biology
Laboratory. Bioscience. 26(3): 15-17
ACARA II
KROMOSOM PADA FASE-FASE MITOSIS
TUJUAN :
LATAR BELAKANG :
Di dalam sel makhluk hidup, pembelahan sel berfungsi dalam reproduksi,
pertumbuhan dan perbaikan. Organisme uniseluler bereproduksi dengan
pembelahan sel dan organisme multiseluler tergantung pada pembelahan sel
tersebut untuk perkembangannya, mulai dari telur yang dibuahi, pertumbuhan dan
perbaikan. Siklus sel terdiri dari Interfase dan Mitosis, pada fase Interfase terdapat
3 fase yaitu fase G1, S dan G2. Adapun mitosis terdiri dari 5 fase yaitu profase,
prometafase, metafase, anafase dan telofase (Gambar 2.1). Mitosis merupakan
periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem),
seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman.
CARA KERJA :
Catatan : Jika ingin menghitung jumlah kromosom, maka sebelum fiksasi sampel
diberi pra perlakuan kolkhisin 0,03 % selama 24 jam
TUJUAN:
a. Kromosom
Pada tahun 1882, Flemming untuk pertama kalinya mengamati benda-benda
halus berbentuk benang di dalam nukleus makhluk hidup dan menguraikan
mekanisme mitosis. Selanjutnya pada tahun 1888, Waldeyer memberi nama
kromosom pada benda-benda tersebut. Adapun bagian-bagian dari kromosom
adalah kromatid, sentromer dan lengan kromosom yagn terdiri dari lengan
panjang dan lengan pendek (Gambar 5.1).
b. Karyotype
Karyotype adalah suatu pengaturan dari kromosom-kromosom somatis
suatu individu berdasarkan atas jumlahnya dan disusun menurut morfologinya
(letak sentromer) serta ukurannya dalam keadaan metafase, sehingga merupakan
standar bagi invidu tersebut. Berdasarkan letak sentromer dapat diketahui nilai
indeks sentromer (IS) yang berguna dalam menentukan bentuk kromososm (Tabel
3.1). Adapun rumus untuk mencari indeks sentromer adalah sebagai berikut:
IS = x 100
Tabel 3.1. Klasifikasi kromosom berdasarkan posisi sentromer
Terminal Telosentris t 0 - 12
Perempuan Laki-laki
c. Nullisomi (2n-2)
d. Dobel Monosomi (2n-1-1)
e. Dobel Trisomi (2n +1 +1)
f. Tetrasomi (2n+2)
Aneuploid umumnya terjadi karena adanya peristiwa gagal memisah
(“Nondisjunction”) selama meiosis.
Struktur kromosom dalam keadaan normal adalah tetap, namun dengan adanya
perlakuan-perlakuan dengan sinar-X, radiasi atau zat-zat kimia tertentu dapat
menimbulkan perubahan pada struktur kromosom. Hal ini disebabakan karena
kromosom dapat patah di satu atau beberapa tempat, dan potongan kromososm
tersebut akan bersambungan dengan potongan dari kromosom lainnya, sehingga
susunan gen dapat berubah. Perubahan struktur kromosom lazim disebut aberrasi
kromosom yang terdiri dari :
B B M M M M B B
C C N N C C N N
D D O O D D O O
a. Kromosom manusia
1. Setiap praktikam akan memperoleh gambar kromosom manusia dalam
keadaan prometafase
2. Perhatikan simbol abjad gambar yang saudara terima, serta pola pita
banding pada tiap-tiap kromosom. Pola pita banding yang sama antara
dua kromosom menunjukkan kromosom tersebut adalah homolog.
Kemudian guntinglah secara hati-hati tiap kromosom
3. Setelah itu ukurlah panjang lengan pendek dan panjang absolute
kromosom dengan menggunakan penggaris. Ukuran penggaris tersebut
kemudian dikonversi ke ukuran µm
4. Setelah itu hitunglah indeks sentromer masing-masing kromosom
tersebut dan kemudian susunlah pasangan kromosom-kromosom
tersebut
5. Sediakan satu halaman dalam buku praktikum untuk membuat
karyotype, yaitu dengan cara melekatkan guntingan-guntingan
kromosom tadi dan kemudian diatur untuk membuat karyotype. Dalam
membuat karyotype hendaknya hati-hati karena kemungkinan ada
kelainan kromosom
6. Buatlah laporan dalam buku praktikum sebagai berikut :
Tanggal : ……………………………
Karyotype Abjad : ……………………………
Seks : ……………………………
1 2 3 4 5
\ A / \ B /
6 7 8 9 10 11 12
\ C /
13 14 15 16 17 18
\ D / \ E /
19 20 21 22
\ F / \ G / XX atau XY
Diagnosis dari karyotype: …………. Formula kromosom: ……………
Skema terjadinya individu yang memiliki kelainan kromosom itu (jika
memang ada kelainan dan diketahui cara menerangkannya)
7. Silahkan menonton video melalui tautan berikut :
https://drive.google.com/file/d/10iiYM7WWkESs_aaCNi2Fu4-
eOwaMsD72/view?usp=sharing
TUJUAN :
1. Mengenal lalat buah Drosophila melanogaster
2. Belajar membedakan seks lalat buah Drosophila melanogaster
3. Belajar membuat media makanan
4. Belajar membuat biakan perkawinan dan mengamati ratio fenotip dari
keturunan yang dihasilkan
LATAR BELAKANG :
Dalam genetika klasik, lalat buah Drosophila melanogaster banyak
digunakan pada penelitian genetika karena lalat ini memiliki sifat-sifat yang
menguntungkan, yaitu :
Mudah didapat serta mudah dipelihara dan dibiakkan
Memiliki siklus hidup sangat pendek, yaitu kira-kira hanya 2 minggu saja
Memiliki 8 kromosom saja sehingga mudah dihitung
2. Larva
Larva berwarna putih dengan panjang 4,5 mm dan bersegmen. Mulut
berwarna hitam dan bertaring. Larva hidup di dalam makanan dan aktivitas
makannya sangat tinggi. Pada tahap larva terjadi dua kali pergantian kulit, dan
periode di antara masa pergantian kulit dinamakan stadium instar. Dengan
demikian, dikenal tiga stadium instar, yaitu sebelum pergantian kulit yang
pertama, antara kedua masa pergantian kulit, dan setelah pergantian yang kedua.
Di akhir stadium instar ketiga, larva keluar dari media makanan menuju ke tempat
yang lebih kering untuk berkembang menjadi pupa. Secara keseluruhan tahap
larva memakan waktu kira-kira satu minggu.
3. Pupa
Pupa memiliki kutikula yang keras dan berwarna gelap. Panjangnya 3
mm. Tahap pupa berlangsung sekitar lima hari.
4. Dewasa (imago)
Lalat dewasa yang baru keluar dari pupa sayapnya belum mengembang ,
tubuhnya berwarna bening. Keadaan ini akan berubah dalam beberapa jam. Lalat
betina mencapai umur matang kelamin dalam waktu 12 hingga 18 jam, dan dapat
bertahan hidup selama lebih kurang 26 hari. Ukuran tubuhnya lebih panjang
daripada lalat jantan. Pada permukaan dorsal, abdomen lalat betina berwarna
lebih gelap daripada lalat jantan. Sementara itu, pada bagian kaki lalat jantan
terdapat struktur yang dinamakan sisir kelamin (sex comb). Lalat betina tidak
memiliki struktur ini tersebut.
Eterisasi
Eter adalah gas yang mudah meledak bila dekat dengan api. Oleh karena
itu penggunaannya harus sangat hati-hati. Eter ini digunakan untuk membius lalat,
sehingga mudah diperiksa dan dihitung. Pemberian eter harus dilakukan dengan
kadar yang rendah agar lalat tidak terlanjur mati. Adapun cara membius adalah
sebagai berikut :
1. Untuk eterisasi digunakan suatu alat yang disebut alat eterisasi atau
“etherizing bottle”. Jika tidak mempunyai alat ini, maka pembiusan dapat
dilakukan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi eter.
2. Bukalah sedikit tutup botol kultur dan kemudian masukkan segera kapas
yang telah diberi eter. Usahakan pada saat memasukkan kapas tersebut
jangan sampai ada lalat yang terbang. Gas eter lebih berat daripada udara,
sehingga gas eter ini akan meresap di dalam botol kultur.
3. Setelah eterisasi/ pembiusan berlangsung kira-kira satu menit, lalat-lalat
tersebut diperkirakan sudah terbius dan tidak bergerak.
4. Lalat-lalat yang sudah terbius tersebut kemudian dituangkan ke atas kertas
putih. Selanjutnya dipisahkan antara lalat yang hidup dengan yang mati
(ditandai dengan membukanya sayap serta kakinya ke samping). Lalat
yang mati tidak diikutsertakan dalam perhitungan
5. Umumnya lalat-lalat itu akan tetap terbius sekitar 5-10 menit. Oleh karena
itu lakukanlah percobaan secara cepat, karena jika sudah sadar lalat-lalat
tersebut akan segera terbang. Jika dipandang perlu untuk menambah
waktunya pengamatan, maka lalat yang tampak akan sadar segera diberi
eter lagi.
6. Jika pengamatan/ percobaan sudah selesai dan lalat itu tidak dipergunakan
lagi maka lalat-lalat tersebut dimatikan. Namun jika lalat itu masih
dibutuhkan lagi maka lalat-lalat tersebut dikembalikan lagi ke dalam botol
kultur baru yang berisi media baru.
BAHAN :
Disiapkan lalat-lalat normal dan mutan. Adapun simbol masing-masing lalat
mutan adalah sebagai berikut:
Semua fenotip di atas ditentukan oleh gen autosomal, kecuali fenotip mata putih
yang ditentukan oleh gen resesif w terangkai-x. Selain itu juga terdapat lalat
Drosophila curly (sayap melengkung) yang bergenotip heterozigot (Cc).
CARA KERJA :
5. Pengamatan Morfologi
1. Hentakkan botol kultur pada bantalan karet atau telapak tangan beberapa kali
hingga lalat berjatuhan di dekat dasar botol.
2. Bukalah sumbat botol secepatnya, lalu tempatkan botol esterisasi pada mulut
botol kultur.
3. Balikkan kedudukan botol tersebut (botol esterisasi di bawah botol kultur).
Akan tetapi, bila botol kultur berair, biarkan botol tersebut pada kedudukan
semula.
4. Peganglah kedua botol erat-erat dan ketuk-ketuklah botol kultur hingga lalat
pindah ke botol eterisasi.
5. Segera setelah lalat pindah ke botol eterisasi, tutuplah botol ini dengan sumbat
yang dibubuhi sedikit eter.
6. Bila lalat terlihat sudah tidak bergerak lagi, tunggulah 30 detik, lalu
keluarkanlah isi botol ke cawan petri, untuk dilakukan pengamatan
morfologinya.
7. Untuk memasukkan kembali lalat yang telah diamati, dapat digunakan kerucut
kertas sebagai sendok.
Catatan:
Pembiusan yang terlalu lama dapat membunuh lalat tersebut, dan kematian
lalat ditandai dengan sayap yang membentang tegak lurus tubuh.
Biasanya lalat akan terbius dalam jangka waktu 5 hingga 10 menit. Bila
lalat tersebut telah terbangun sebelumnya, maka dapat dilakukan
pembiusan ulang.
Pengerjaan lalat selama pengamatan dilakukan dengan kuas kecil.
1. Kawinkan lalat-lalat tipe liar (normal) dengan salah satu mutan yang
ditentukan oleh gen autosomal. Diusahakan agar lalat betina yang
digunakan adalah lalat betina yang masih virgin yaitu yang kira-kira 12
jam. Umur dari lalat jantan tidak menjadi soal. Dalam satu botol
dimasukkan tiga lalat jantan dan tiga lalat betina.
2. Setelah selesai mengawinkan, tempelkan kertas label pada botol yang
berisi tanggal melakukan perkawinan lalat, nama saudara, genotip, dan
fenotip lalat yang dikawinkan.
3. Botol-botol tersebut ditinggal di laboratorium dan setiap hari dicek apakah
lalat-lalat tersebut sudah memiliki larva. Jika telah ada larva (kira-kira 3
hari setelah dilakukan perkawinan), maka perkawinan lalat yang saudara
lakukan dianggap berhasil. Jika belum tampak adanya larva, maka
percobaan dianggap gagal dan segera diganti.
4. Setelah kira-kira diperoleh banyak larva, lalat-lalat parental dimatikan. Hal
ini untuk menghindari kerancuan perhitungan lalat, karena lalat-lalat yang
dihitung haruslah yang benar-benar F1.
5. Setelah larva-larva tersebut menjadi lalat segera dibius dengan eter dan
dihitung jumlahnya. Caranya adalah setelah botol diberi kapas yang telah
ditetesi eter, kemudian lalat-lalat tersebut diletakkan di atas kertas putih.
Lalat-lalat tersebut kemudian dipisahkan seksnya dan dihitung. Kemudian
tetapkan genotip dan fenotipnya dan buatlah daftar sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil perkawinan lalat Drosophila dengan satu sifat beda
autosomal
Perkawinan F1 : Tanggal :
♀……. X ♂ ……… (genotip)
.……. ……... (fenotip)
Keturunan F2 :
Fenotip Jumlah
...................................................... ......................
10. Demikian halnya dengan data kelas, buatlah tabel sebagai berikut:
Fenotip Jumlah
...................................................... ......................
1. Lakukan perkawinan antara lalat jantan normal (mata merah) dengan lalat
betina mata putih. Perlu diingat bahwa gen untuk sifat ini adalah gen
terangkai-x, sehingga keturunannya harus dibedakan jenis kelaminnya.
Cara mengawinkan seperti pada percobaan I.
2. Jika telah diperoleh keturunan F1, perhatikan fenotipnya, kemudian
pisahkan seksnya dan hitung jumlahnya. Tetapkan genotip dan fenotip
lalat-lalat tersebut dan buatlah tabel sebagai berikut:
Perkawinan F1 : Tanggal :
♀……. X ♂ ……… (genotip)
.……. ……... (fenotip)
Keturunan F2 :
TUJUAN :
Melihat adanya penyimpangan rasio fenotip yang disebabkan oleh adanya
interaksi antar gen-gen.
LATAR BELAKANG :
Selain mengalami berbagai modifikasi kombinasi fenotipe karena adanya
peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum
Mendel yang tidak melibatkan modifikasi kombinasi fenotipe, tetapi
menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi
dua pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.
Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet
setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal ini
terdapat empat macam bentuk jengger ayam, yaitu mawar, kacang, walnut, dan
tunggal, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Jumlah ..........................................
..
TUJUAN :
1. Mencari ambang pengecap PTC pada para mahasiswa yang menjalankan
praktikum.
2. Mengkaji apakah ada perbedaan antara kemampuan mengecap PTC pada pria
dan wanita. Lakukan tes X2.
3. Menghitung frekuensi gen untuk pengecap pada populasi pada mahasiswa
praktikan.
LATAR BELAKANG
Phenylthiocarbamida (PTC) merupakan zat kimia dengan rumus bangun:
NHC NH2
S
PTC larut dalam air sehingga mudah digunakan dalam suatu penelitian. Bagi
sementara orang, zat ini terasa pahit (disebut golongan pengecap = taster),
sedangkan lainnya tidak merasa apa-apa atau sedikit asin atau manis (disebut
golongan buta kecap =non-taster). Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 6.1. Papila lidah yang menunjukkan sensasi rasa pahit
Kemampuan untuk mengecap PTC ini diturunkan dari orang tua kepada anak-
anak mereka secara autosom dominan sehingga genotip seorang taster dapat TT
atau Tt, sedangkan bagi seorang nontaster adalah tt.
Gambar 6.2. Pewarisan kemampuan pengecap dari orang tua kepada anaknya
BAHAN :
1. Kristal PTC (Phenylthiocarbamida)
2. Akuades untuk membuat larutan
3. Air biasa untuk kumur jika diperlukan
4. Kertas saring atau handsprayer
5. Gelas minum untuk kumur
CARA KERJA :
1. Praktikan yang diperiksa berumur antara 18-30 tahun, terdiri dari pria dan
wanita tanpa membedakan suku bangsa. Menurut HARRIS dan KALMUS
umur mempengaruhi ambang rasa.
2. Para praktikan dipanggil dan mencicipi kertas saring yang telah ia celupkan
dalam larutan PTC.
3. Dimulai dengan mencicipi larutan yang paling encer, yaitu P13. Daerah dari
lidah yang efektif untuk mengecap ialah pangkal lidah (dekat kerongkongan).
Andaikata ada larutan yang tertelan, tidak membahayakan kesehatan.
4. Jika sampai pada larutan P1, praktikan belum merasakan rasa pahit, maka
digolongkan ke dalam golongan non taster. Namun jika diantara P1-P13 ada
yang telah merasakan pahit, maka dicatat pada konsentrasi tersebut telah
merasakan pahit dan digolongkan ke dalam golongan taster. Jika ragu-ragu
perlu kumur terlebih dahulu, baru kemudian percobaan diulang.
5. Asisten mencatat ambang rasa dari masing-masing praktikan. Dibuat daftar
yang terpisah untuk wanita dan pria. Bentuk daftar sebagai berikut :
Banyaknya %
Laki-laki
(%)
Perempuan
(%)
Jumlah
(%)