Professional Documents
Culture Documents
Tugas 3 Metode Penelitian Sosial
Tugas 3 Metode Penelitian Sosial
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
(FHISIP)
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN
Di susun oleh :
Desy Apriany
NIM : 041035416
Dinilai oleh :
Dosen Pembimbing
Covid-19 merupakan penyakit yang diketahuimenjadi masalah kesehatan global saat ini.
Masuknyavaksinasi covid-19 diindonesia menuai pro dan kontrakepada masyarakat, terutama
kepada mereka yang belum pham pentingnya vaksinasi karna termakan hoax yang beredar,
sehingga langkah-langkah untuk meyakinkankepada masyarakat tentang pentingnya vaksin
perlu dilakukan. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya vaksinasi covid-19 dan penerapan protokol kesehatan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya
masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan tugas penelitian ini.
Dan mohon maaf bila di dalam kajian-kajian pada penelitian ini masih terdapat kekurangan
yang mungkin belum dapat dijelaskan secara detail mengenai aspek-aspeknya.
Semoga dengan selesainya laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya.
Sekian dan terima kasih.
Penulis.
DAFTAR ISI
JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................
B. Rumusan Masalah...........................
C. Tujuan Penelitian............................
D. Manfaat Penelitian..........................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbitnya Keppres Nomor 12/2020 yang menetapkan Coronavirus disease 2019 (Covid-19)
sebagai bencana nasional menunjukkan bahwa wabah virus tersebut cukup keras
menghantam berbagai aspek kehidupan saat ini, tak terkecuali dalam aspek relasi
ketenagakerjaan.
Fenomena ini tentu berkolerasi erat dengan kondisi keuangan perusahaan yang merosot pada
masa pandemi Covid-19, sejak Maret 2020.
Namun PPKM inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab yang telah membatasi ruang
gerak masyarakat dalam bekerja.
Konsekuensinya, sebagian besar penduduk masuk dalam kerentanan sosial ekonomi tingkat
tinggi.
Pandemi Covid-19 yang terjadi membawa dampak buruk melemahnya ekonomi masyarakat
dan Negara.
Banyak Perusahaan yang terdampak Covid-19 terpaksa harus merumahkan karyawannya dan
melakukan pemutusan hubungan kerja.
Nasib para pekerja pada masa pandemi Covid-19 yang berujung pada pemberhentian
hubungan kerja atau PHK ini akhirnya terpaksa harus beralih profesi untuk dapat bertahan
hidup.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk memenuhi tugas dari dosen mengenai rancangan pengolahan dan analisis data
penelitian.
D. Manfaat Penelitian
c. Mengetahui cara menulis sumber rujukan yang digunakan, dengan tata penulisan yang
benar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini telah melahirkan kesengsaraan yang dialami
oleh sebagian besar masyarakat, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di seluruh
negara-negara di dunia.
Di Indonesia sendiri, terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja) besar-besaran dan akses
masyarakat terhadap lapangan pekerjaan berkurang karena PPKM (Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang telah membatasi gerak penduduk dalam bekerja.
Angka pengangguran di Indonesia selama pandemi Covid-19 pun meningkat dari 4,9 persen
menjadi 7 persen (Ida Fauziyah, 2021).
Penciptaan lapangan kerja saat ini tidak ada. Bahkan yang terjadi adalah kehilangan lapangan
kerja. Kemenaker melaporkan tenaga kerja terdampak Covid-19 sekitar 3,05 juta orang (per 2
Juni 2020) dan memperkirakan tambahan pengangguran bisa mencapai 5,23 juta.
Mengacu survei Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok yang paling terdampak dari Covid-19
adalah penduduk perpendapatan rendah dan pekerja di sektor informal. Adapun di perkotaan
yang terdampak adalah bisnis perdagangan (Winarso, 2020).
Dari sisi economic-labour, guncangan di dunia kerja tidak dapat dihindarkan selama
pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan yang progresif. Bank-bank BUMN misalnya, terus
menarik dana dari masyarakat sementara penyaluran kredit tertahan. Keadaan ini secara tidak
langsung menjadi sebab PHK, karena ekspansi usaha dan peningkatan usaha sangat
terhambat, sedangkan di sisi lain sumber daya manusia pekerja selalu bertambah (Faisal
Basri, 2021).
Sedangkan jika diperhatikan dari sudut pandang hukum dan konstitusi, Meskipun pemerintah
memiliki tanggung jawab tertinggi melindungi rakyat, namun perusahaan dan pekerja juga
memiliki hak dan kewajiban konstitusional untuk sama-sama bertahan dalam kondisi
pandemi ini.
Penting bagi keduanya memerhatikan dengan detail kebijakan dan aturan yang telah
dikeluarkan pemerintah pada masa Covid-19 untuk menghadapi situasi konkret yang dihadapi
perusahaan atau pekerja (Denny Indrayana, 2021).
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Variabel pada penelitian yaitu pengaruh fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
Variabel ini merupakan penelitian dari dua variabel yang mengandung variabel independen
yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain (variabel bebas) dan variabel dependen, yaitu
variabel yang keberadaannya tergantung pada keberadaan variabel lain (variabel terikat).
C. Pengumpulan Data
Dari hasil survei yang diperoleh, terdapat empat daerah di Indonesia yang memiliki tingkat
pemutusan hubungan kerja (PHK) tertinggi di Indonesia.
Berikut data dari ke-4 daerah tersebut beserta jumlah pekerja yang terkena PHK akibat
dampak dari pandemi COVID-19.
JUMLAH
DAERAH KARYAWAN KETERANGAN
TERKENA PHK
Data terakhir /bulan Februari
Jakarta 250.000 orang
2021
Jawa Timur 41.384 orang Data terakhir /bulan Maret 2021
Data terakhir /bulan Oktober
Banten 19.000 orang
2020
Jawa Barat 342.000 orang Data terakhir /bulan Juli 2020
D. Analisis Data
Dari data yang diperoleh, simulasi penghitungan tentang adanya peningkatan pengangguran
secara total dan menghitung jumlah pengurangan penyerapan tenaga kerja dari masing-
masing sektor usaha akibat terjadinya kontraksi ekonomi sampai akhir Maret 2020.
Jika dilihat dari sebaran sektornya, dalam hal ini perdagangan adalah sektor yang paling
banyak mengalami pengurangan penyerapan tenaga kerja.
Meski demikian, ada sektor-sektor yang diperkirakan masih menyerap tenaga kerja, seperti
jasa pendidikan, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa
keuangan dan asuransi.
BAB IV
HASIL
Dari penelitian tentang “Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi pada masa
pandemi Covid-19” ini, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.
- Presiden Republik Indonesia merilis Keputusan Presiden (Keppres) No. 12 pada tanggal 13
April 2020 tentang bencana non-alami yaitu penetapan Bencana Non-alam Penyebaran
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional. Oleh sebab itu
dikeluarkannya Keppres ini memberikan pelaku usaha alasan memberlakukan force majeure
yaitu dengan membatalkan kontrak-kontrak keperdataan, terutama kontrak-kontrak bisnis.
- Force majeure diatur dalam hukum perjanjian yang bisa dijadikan alasan untuk
membatalkan kontrak apabila terjadi kejadian luar biasa yang menyebabkan orang tidak
mampu memenuhi prestasinya karena peristiwa yang di luar kemampuannya.
- Force majeure memang tidak bisa begitu saja secara otomatis dijadikan alasan
membatalkan kontrak apapun PHK, namun tetap bisa menjadi pintu masuk untuk
bernegosiasi dalam membatalkan atau mengubah isi kontrak sesuai dengan peraturan undang-
undang yang berlaku.
BAB V
PEMBAHASAN
Sejak akhir tahun 2019, Indonesia dan seluruh dunia digemparkan oleh munculnya
Coronavirus Disease yang menyebar dengan sangat cepat. Kerugian yang terjadi di berbagai
aspek, mulai dari kesehatan hingga perekonomian yang diakibatkan oleh SARS-CoV-2
Virus8. Penetapan Covid-19 sebagai sebuah pandemi oleh World Health Organization
(WHO) ini disertai dengan perlambatannya ekonomi yang juga mempengaruhi dunia bisnis.
Pada April 2020, Pemerintah Indonesia mendeklarasikan bahwa penyebaran Covid-19 ini
sebagai bencana nasional dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Bencana
Non Alam Dalam Rangka Penyebaran COVID-19. Pemerintah menghimbau seluruh rakyat
Indonesia untuk menjaga jarak dan mengalihkan berbagai kegiatan menjadi online basis demi
menghambat penyebaran Covid-19. Salah satu usaha yang telah pemerintah lakukan demi
mengurangi penyebaran Covid-19 adalah dengan mengkampanyekan “#dirumahaja” untuk
memberikan himbauan Physical Distancing yang diikuti juga dengan dikeluarkannya
berbagai regulasi untuk membatasi aktivitas yang berpotensi memperluas penyebaran virus
ini. Kebijakan ini memberikan dampak khusus yaitu terganggunya kegiatan pada berbagai
sektor, termasuk sektor bisnis di Indonesia, seperti manufaktur, pariwisata, perdagangan, dan
bisnis ekspor telah terkena dampaknya dan sedang mengalami kesulitan. Pandemi ini tidak
hanya menambahkan rintangan tetapi juga keresahan bagi pekerja dan pelaku bisnis.
Banyak perusahaan yang mengambil keputusan untuk merumahkan pekerja mereka atau
bahkan memutus hubungan kerja (PHK) untuk mempertahankan bisnis mereka karena
keadaan yang memaksa (force majeure) ini. Force majeure memang tidak bisa begitu saja
secara otomatis dijadikan alasan membatalkan kontrak apapun PHK, namun tetap bisa
menjadi pintu masuk untuk bernegosiasi dalam membatalkan atau mengubah isi kontrak
sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.
KESIMPULAN
Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja selama Covid-19 dengan alasan
Overmacht, jika Perusahaan dapat membuktikan akibat pandemi Covid-19 tidak mampu lagi
melaksanakan kewajibannya terhadap pekerja/ buruh. Perusahaan yang tidak mampu
menunaikan kewajibannya terhadap pekerjanya dapat dinyatakan pailit dan aset Perusahaan
yang disita selanjutnya dijual, dilelang untuk pembayaran hak-hak dari perkerja yang
diprioritas untuk dilakukan pembayarannya.
SARAN
Untuk itu disarankan kepada Perusahaan dan Pekerja melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
2. Mentaati semua himbauan yang diterbitkan pemerintah sebagai upaya untuk melakukan
pencegahan terhadap penyebaran Covid-19;
3. Perusahaan menerapkan sistem kerja work from home dalam masa penyebaran Covid-19
sampai sudah dinyatakan bebas oleh pemerintah;
Said, Fathya.S. (2021). Force Majeure Sebagai Alasan Pemutusan Hubungan Kerja Secara
Sepihak Pada Saat Pandemi Covid-19. Researchgate. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta. https://www.researchgate.net/publication/356790376 [12/12/21]
Rizal, Jawahir.G.(2020). Pandemi Covid-19, Apa Saja Dampak pada Sektor Ketenagakerjaan
Indonesia?.Kompas.com. Melalui
https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/11/102500165/pandemi-covid-19-apa-saja-
dampak-pada-sektor-ketenagakerjaan-indonesia-?page=all#page2 [12/12/21]
Bisnis.com (2021). Dampak Corona, 3,05 Juta Orang Terkena PHK Hingga Juni. Tempo.co.
Melalui https://bisnis.tempo.co/read/1350955/dampak-corona-305-juta-orang-terkena-phk-
hingga-juni/full&view=ok [12/12/21]
Xaverius, James. (2020). PHK Akibat COVID-19, Apakah Sah secara Hukum?.
Kumparan.com. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Melalui
https://kumparan.com/james-xaverius/phk-akibat-covid-19-apakah-sah-secara-hukum-
1tDkK3Ce38f/4 [12/12/21]