Rp KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
Jalan H.R, Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9 Jakarta 12950
Telepon : (021) 5201590 (Hunting), Faksimile : (021) 5261814, 5203872
‘Website: yankes kemkes.g0id
GERMAS
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
NOMOR : HK.02,02/1/0522/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT
Menimbang
Mengingat
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN,
bahwa untuk menyelenggarakan tata kelola klinis
yang baik di rumah sakit perlu dilakukan penerapan
fungsi manajemen klinis yang salah satunya meliputi
audit klinis;
bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Klinis di Rumah
Sakit;
Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
Undang-Undang Nomor 36 ‘Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 1053);
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1146);Menetapkan
KESATU
KEDUA.
KETIGA
KEEMPAT
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN — DIREKTUR JENDERAL ~— PELAYANAN
KESEHATAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AUDIT
KLINIS DI RUMAH SAKIT.
Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Audit Klinis di Rumah
Sakit yang selanjutnya disebut sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Klinis Di
Rumah Sakit yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Jenderal ini
Pedoman Pelaksanaan Audit Klinis di Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU menjadi
acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, rumah sakit, tenaga
kesehatan, serta seluruh pihak terkait dalam melakukan
fungsi manajemen klinis yang salah satunya meliputi audit
klinis di rumah sakit.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap —pelaksanaan —_ Pedoman
Pelaksanaan Audit Klinis di Rumah Sakit sesuai dengan
kewenangan masing-masing, serta dapat _melibatkan
organisasi profesi dan masyarakat.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat_ Jenderal
Pelayanan Kesehatan melaksanakan pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Audit
Klinis di Rumah Sakit sesuai dengan kewenangan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.KELIMA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 24 Januari 2022LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR —: HK,02,02/1/0522/2022
TENTANG + 24 Januari 2022
PELAKSANAAN AUDIT KLINIS DI RUMAH
SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
A, LATAR BELAKANG
Pelayanan utama di rumah sakit adalah pelayanan klinis (clinical care)
yaitu pelayanan medis, keperawatan dan pelayanan klinis lainnya, Namun
demikian, proses dan output pelayanan klinis justru sering mengalami variasi
yang tidak perlu. Untuk meminimalisasi variasi output perlu adanya kendali
mutu, salah satu alat kendali mutu yang dimaksud adalah audit medis/klinis.
Di Indonesia hal ini diperkuat dengan terbitnya Undang-Undang No. 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-Undang No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, dimana rumah sakit diwajibkan melaksanakan Audit
Medis.
Pada berbagai literatur dari negara maju, sering sekali disebutkan bahwa
audit medis merupakan bagian dari audit klinis (clinical audit). Istilah clinical
audit mulai diperkenalkan di Inggris sejak tahun 1993 sebagai sebuah
kegiatan peningkatan mutu proses dan keluaran (output) dari pelayanan klinis.
Kegiatan audit dilakukan dalam bentuk telaah sistematis terhadap pelayanan
Klinis yang telah diberikan dibandingkan dengan kriteria dan standar yang
dinyatakan secara eksplisit dan diikuti dengan upaya perbaikan (NICE, 2002).
Terdapat 2 (dua) catatan terhadap pengertian tersebut diatas, pertama
bahwa pelayanan klinis yang dimaksud terdiri dari pelayanan medis, asuhan
keperawatan dan pelayanan klinis lainnya, sehingga penggunaan istilah audit
klinis dimaksud juga untuk mengintegrasikan kegiatan audit medis, audit
keperawatan dan audit pelayanan klinis lainnya yang sebenarnya tidak dapat
dilakukan secara terpisah. Kedua, pengertian telaah sistematis yang dimaksudmenunjukkan bahwa kegiatan audit dilakukan terhadap sekumpulan kasus
(dengan kasus jenis yang sama) bukan hanya kasus per kasus. Audit kasus
per kasus lebih sering disebut sebagai “pembahasan kasus sulit (case
conference) atau pembahasan kasus kematian (death conference)”.
Kegiatan audit klinis harus dipandang sebagai upaya peningkatan mutu
dan keselamatan pasien bukan untuk mencari kesalahan, sebaiknya pada
kegiatan audit klinis tidak menyebutkan nama, tidak mempermalukan dan
tidak menyalahkan (no name, no shame, no blame).
Kegiatan audit klinis merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari: 1)
Penetapan kriteria dan standar pelayanan klinis sesuai dengan topik audit, 2)
Pengukuran kesesuaian pelayanan yang telah diberikan dibandingkan dengan
kriteria dan standar, 3) Penerapan perubahan yang terkait langsung dengan
hasil audit, dan 4) Mengukur ulang (re-audit) kesesuaian untuk
mengidentifikasi ada atau tidak perbaikan/peningkatan mutu_pelayanan
Klinis.
Pengertian audit klinis sering menimbulkan banyak persepsi. Istilah audit
juga sering dikaitkan dengan investigasi suatu kasus/masalah yang timbul.
Hal ini terjadi karena istilah audit juga sering digunakan dalam beberapa
kegiatan di sarana pelayanan kesehatan, seperti Audit Keuangan, Audit
Internal dan Audit Organisasi/Manajemen. Meskipun menggunakan istilah
yang sama namun terdapat perbedaan mendasar antara berbagai jenis audit
tersebut dengan audit klinis.
Audit-audit yang lain umumnya memiliki kegiatan-kegiatan, seperti
melibatkan pemeriksaan, evaluasi dan melaporkan hasil; meyakinkan bahwa
semua hal dilakukan sebaik-baiknya; memeriksa apakah sumber daya
digunakan semestinya; melibatkan waktu, usaha, dan perencanaan yang
detail; dan membandingkan kegiatan yang telah dilakukan dengan standar.
Hal tersebut meski juga dilakukan pada audit klinis, namun_perbedaan
penting bentuk-bentuk audit yang lain adalah kegiatan audit klinis (idealnya)
‘dimiliki’ oleh klinisi (dokter, perawat, penunjang klinis lainnya), dijalankan
oleh klinisi dan Klinisi jugalah yang mendiskusikan hasilnya serta membuat
peningkatan kegiatan, sedangkan pada bentuk audit yang lain selalu
melibatkan orang lain dalam melakukan audit. Berbeda dengan audit klinisBe
yang merupakan kegiatan self audit. Berdasarkan pengertian tersebut maka
berbagai literatur mendefinisikan audit klinis sebagai ‘Suatu telaah kritis dan
sistematis terhadap mutu pelayanan klinis, termasuk proses diagnosis dan
terapi, penggunaan sumber-daya rumah-sakit, dan output serta quality of life
dari pasien’, atau ‘Sebuah proses peningkatan mutu yang bertujuan
meningkatkan pelayanan dan output pasien melalui tinjauan pelayanan secara
sistematis terhadap kriteria yang jelas dan implementasi_ perubahan.
Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun petunjuk teknis dalam pelaksanaan
audit klinis di rumah sakit.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1, MAKSUD.
Petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi tenaga
kesehatan pemberi pelayanan klinis di rumah sakit dalam melakukan
audit klinis
2. TUJUAN
a. Umum:
‘Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam pelaksanaan audit
Klinis terintegrasi di rumah sakit.
a. Khusus:
1. Mengetahui pentingnya pelaksanaan audit klinis yang harus
terintegrasi diantara tenaga kesehatan pemberi pelayanan
klinis dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah
sakit.
2. Diketahuinya langka-langkah pelaksanaan audit klinis yang
terintegrasi diantara tenaga kesehatan pemberi pelayanan
klinis di rumah sakit.
3. Diketahuinya peran dan fungsi masing-masing tenaga
kesehatan pemberi pelayanan klinis di rumah sakit pada saat
melakukan audit klinis.
Cc. SASARAN
1. Tenaga medis
2. Tenaga keperawatan
3. Tenaga kesehatan pemberi pelayanan klinis lainnya.RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelaksanaan audit klinis terintegrasi_ merupakan
rangkaian kegiatan yang terdiri dari:
1. Penetapan kriteria dan standar pelayanan klinis sesuai dengan topik
audit.
2. Pengukuran kesesuaian pelayanan yang telah diberikan dibandingkan
dengan kriteria dan standar.
Penerapan perubahan yang terkait langsung dengan hasil audit.
Mengukur ulang (re-audit) kesesuaian untuk mengidentifikasi.BAB II
PENGERTIAN, SIKLUS DAN PENGORGANISASIAN AUDIT KLINIS
A. Pengertian
Audit Klinis adalah telaah sistematis mencakup kegiatan audit medis,
audit keperawatan dan audit pelayanan klinis lainnya yang dilakukan secara
terintegrasi oleh tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga keschatan
lainnya, dengan menggunakan kriteria dan standar yang dinyatakan secara
eksplisit dan diikuti dengan upaya perbaikan. Audit medis adalah upaya
evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan
kepada pasien dengan menggunakan rekam medis nya yang dilaksanakan oleh
profesi medis.
Audit keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medis nya yang dilaksanakan profesi perawat dan bidan. Audit
pelayanan klinis lainnya adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap
mutu pelayanan klinis lainnya yang diberikan kepada pasien dengan
menggunakan rekam medis nya yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
pemberi pelayanan klinis lainnya
B. Siklus Audit Klinis
Audit Klinis harus dipandang sebagai suatu siklus atau rangkaian
peningkatan mutu secara berkesinambungan. Terdapat siklus audit yang
terdiri dari 6 (enam) langkah (gambar 1):
1. Menentukan topik
Menentukan kriteria
Mengumpulkan data pelayanan yang selama ini telah diberikan
eS
Menganalisa data dengan cara membandingkan pelayanan yang telah
diberikan dengan kriteria
5. Menetapkan dan melaksanakan perubahan berdasarkan hasil temuan
audit
6. Melakukan re-audit untuk memastikan bahwa perubahan dilakukan
dan mutu pelayanan telah meningkat-10-
Gambar 1. Siklus audit klinis
C. Pengorganisasian
Dalam melakukan audit klinis di rumah sakit terdapat 3 (tiga) bagian
yang terlibat dengan tugas sebagai berikut:
1, Komite Medis, Komite Keperawatan, dan kelompok tenaga kesehatan
lainnya yang bertugas menentukan topik audit dan memfasilitasi serta
mengkoordinir jalannya proses audit klinis.
2, Tim Ad-hoc audit klinis atau dapat disebut sebagai tim kerja yang terdiri
dari unsur Komite Medis, Komite keperawatan dan tenaga kesehatan Klinis
lainnya yang terlibat langsung dalam proses pelayanan sesuai topik audit.
Tim ini dibentuk oleh Direktur rumah sakit. Setelah mendapatkan hasil
audit, tim ini juga bertugas untuk melakukan analisa dan menyusun
rencana perbaikan.
3. Asisten Audit, yaitu staf rekam medis yang bertugas mencari dan mengolah
data, Dalam hal ini staf rekam medis yang dipilih diharapkan sudah
terlatih dan tidak berganti-ganti pada satu topik audit klinis.
Secara garis besar pelaksanaan kegiatan audit dimulai dengan rapat
komite medis dan komite keperawatan untuk menetapkan topik audit. Setelah
topik audit ditentukan maka dibentuklah tim ad-hoc audit klinis yang akan
menentukan kriteria audit. Berdasarkan kriteria audit tersebut maka asisten
audit mengambil data dari sejumlah rekam medis sekitar 30-100 rekam medis