You are on page 1of 35

“Akuntansi Penyertaan Modal Pada Perusahaan Lain”

Studi Pada Bank Bukopin

Oleh:

1. Sendy Putri W. (118694070)


2. Rizka Ifanda A. (118694074)
3. Nurul Istikoma (118694076)
4. Reysita Mayasani (118694077)
5. Linggar Sasongko J. (118694090)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI 2011 B
2014
KATA PENGANTAR

Segala rahmat dan puji pada Allah SWT atas segala limpahan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini mengenai “Akuntansi Penyertaan Modal
Pada Perusahaan Lain, Studi Pada Bank Bukopin”.
Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, makalah ini pun tak luput dari
ketidaksempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Sehingga, tidak
ada salahnya apabila penulis meminta maaf kepada pembaca apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan.
Demikianlah gambaran mengenai makalah ini. Diharapkan makalah ini dapat dipahami
dan diterima. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik. Terima
kasih.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………... 1

Kata Pengantar ……………………………………………………………………. 2

Daftar Isi ………………………………………………………………………….. 3

Bab I : Pendahuluan ……………………………………………………………… 4

Bab II : Kajian Pustaka …………………………………………………………… 8

Bab III : Pembahasan ………………………………………………………………. 21

3.1 Gambaran Umum Bank ……………………………………………….. 21

3.2 Kecukupan Modal Minimum ………………………………………….. 22

3.3 Tata Cara Penyertaan Modal …………………………………………… 25

3.4 Penyertaan Modal Pada Perusahaaan Lain……………………………… 26

3.5 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif …………...……………….. 30

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………... 35

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan,
melakukan penghimpunan, dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama guna
membiayai investasi perusahaan. Definisi lain mengatakan lembaga keuangan adalah suatu
lembaga yang melancarkan pertukaran barang dan jasa dengan penggunaaan uang atau
kredit dan membantu menyalurkan tabungan sebagian masyarakat kepada sebagian
masyarakat yang membutuhkan pembiayaan dana  untuk investasi. Secara umum lembaga
keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk yaitu  lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan bukan bank.
Berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Perbankan adalah segala sesuatu
yang menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Saat ini
perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat. Sistem perbankan di Indonesia
dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara
langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu menyalurkan
kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum
dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu, Bank
Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam pelaksanaan
kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun
tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan memberi jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis lembaga keuangan bukan bank dapat berupa
lembaga pembiayaan, perusahaan model ventura, perusahaan anjak piutang, perusahaan
pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, dana pensiun, pegadaian, pasar modal dan
lain-lain.

4
Saat ini, perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat. Berdasarkan data
pada tahun 2013, perkembangan aset perbankan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup signifikan. Pada bank komersial pertumbuhan terjadi sebesar 15%, pada bank daerah
sebesar 22% dan pada bank syariah 22%.

Tabel 1.1 Perkembangan Aset Perbankan


Perbankan Pertumbuhan (%)
Commercial Bank 15 %
Regional Development Bank 22 %
Sharia Bank 27 %

Gambar 1.1 Aset Perbankan (dalam triliun rupiah)

Sumber : Markplus, Inc. Banking Competition in 2013 in the time of regulatory


transition. 2013

Dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, bank dapat melakukan kegiatan


penyediaan dana dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan. Berdasarkan peraturan bank indonesia nomor 5/10/PBI/2003 sebagaimana telah
diubah dengang peraturan bank indonesia nomor 15/11/PBI/2013 tentang prinsip kehati-
hatian penyertaan modal, Penyertaan Modal adalah penanaman dana Bank dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, termasuk penanaman dalam
bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau

5
jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Dalam peraturan tersebut menegaskan bahwa
bank dalam kegiatan penyertaan modal atau dalam melakukan kegiatan penyediaan dana
dalam bentuk penyertaan modal tersebut, bank wajib memperhatikan kecukupan modal,
prinsip kehati-hatian, pengendalian intern, profil risiko dan prinsip keterbukaan kepada
publik.
Salah satu faktor terpenting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan
menampung risiko adalah modal. Sebelum bank diperbolehkan melakukan penyertaan
modal, terlebih dahulu bank harus memastikan kondisi permodalan pada bank tersebut. Oleh
karena itu, Bank Sentral selaku penguasa moneter menetapkan ketentuan mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
yaitu sebesar 8 % dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Selain itu, dalam
penyertaan modal, setiap bank harus sesuai dengan peraturan bank indonesia nomor
5/10/PBI/2003 sebagaimana telah diubah dengang peraturan bank indonesia nomor
15/11/PBI/2013 tentang prinsip kehati-hatian penyertaan modal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur penyertaan modal pada perusahaan lain?
2. Bagaimana tata cara penyertaan modal pada perusahaan lain?

C. TUJUAN
1. Prosedur penyertaan modal pada perusahaan lain
2. Tata cara penyertaan modal pada perusahaan lain

D. MANFAAT
1. Bagi Pihak Eksternal
Memberikan pemahaman tentang penyertaan modal suatu lembaga keuangan bank untuk
membantu pihak eksternal dalam pengambilan keputusan
2. Bagi akademisi

6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kontribusi
bagi pengembangan ilmu mengenai prosedur dan tata cara penyertaan modal lembaga
keuangan bank.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Secara lebih luas bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga brrbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan (Kasmir,25 :2008).

Fungsi dan Peranan Bank Umum


1. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa berkaitan dengan
mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang,
penerimaan seteron-setoran, pemberian fasilitas
2. Penghimpun Dana Simpanan
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia
dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Dana-dana simpanan yang berhasil
dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui
penyaluran kredit.
3. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan
transaksi antara dua pihak yang berbeda Negara selalu muncul karena perbedaan
geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing Negara. Kehadiran bank
umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian
transaksi-transaksi tersebut.
4. Penyimpanan Barang-Barang dan Surat-Surat Berharga

8
Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa paling awal yang ditawarkan
oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja
disediakan oleh bank untuk disewa. Perkembangan ekonomi yang semakin pesat
menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-
surat berharga.
5. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.
Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon, membeli pulsa telepon seluler,
mengirim uang melalui ATM, dan membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa
bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pihak yang menggunakannya.
2. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Umum
Ruang lingkup bank umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu
menghimpun dana, mengalokasikan dana dan memberikan jasa-jasa lainnya.
1) Menghimpun Dana Dari Masyarakat
Bank umum dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk. Namun
dana-dana utama yang dihimpun adalah giro, tabungan, serta deposito berjangka dan
sertifikat deposito
2) Menyalurkan Dana ke Masyarakat Dalam Bentuk Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antarbank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Bagi bank umum, penyaluran kredit akan menghasilkan
pendapatan bunga. Dalam kondisi normal pendapatan bunga dari kredit ini memiliki porsi
terbesar dari total pendapatan bank.
3) Meberikan jasa-jasa lainnya
Jasa-jasa lain yang umumnya ditawarkan bak umum adalah transfer, kliring, letter of
credit, menerima setoran-setoran dan melayani pembayaran-pembayaran.

9
PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK UMUM

Sumber Dana: Penyaluran Jasa-jasa:


1. Simpanan BANK Dana : 1. Kliring
2. Pinjaman
UMUM 1. Cadangan + 2. Transfer
3. Ekuitas 2. Kredit 3. Penitipan
3. Investasi 4. Lain-lain

Biaya Dana : Biaya Operasional Pendapatan


1. Bunga : Bunga
Deposito 1. Administrasi Pendapatan
2. Bunga 2. Pegawai Fee
Capital Gain
Pinjaman 3. Lain-lain

Biaya total Pendapatan Total


(TC) (TR)

LABA = PENDAPATAN TOTAL – BIAYA total


π = TR - TC

10
3. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Modal merupakan salah satu factor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan
usaha dan menampung risiko kerugian. Oleh karena itu, Bank Sentral selaku penguasa
moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang
harus selalu dipertahankan oleh setiap bank yaitu sebesar 8 % dari total Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
3.1 Pengertian modal Bank
Pengertian modal bank menurut Pakmei 29, 1993 dibedakan antara modal bagi bank
yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal bank bagi kantor cabang
bank yang berkedudukan di luar negeri.
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal
inti dan modal pelengkap.
Komponen modal inti dapat berupa :
a. Modal disetor
b. Aigo saham
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum
e. Cadangan tujuan
f. Laba yang ditahan
g. Laba tahun lalu
h. Laba tahun berjalan

Jumlah dari komponen modal ini dikurangi dengan :

1) Goodwill yang ada dalam pembukuan bank


2) Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang
seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Modal pelengkap bank dapat berupa :

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap


b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
c. Modal pinjaman (sebelum disebut modal kuasi)
d. Pinjaman subordinasi.

11
Kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti
luas baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative
sebagimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan/atau komitmen yang
disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Kewajiban penyediaan modal minimum dapat diukur
dari presentase terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Tatacara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum

Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang
besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot
risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan. Dapat
ditambahkan bahwa untuk kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot
risiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.

Perhitungan kebutuhan modal bank dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR yang merupakan


penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva administrative
b. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang
bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing aktiva
c. ATMR aktiva administrative diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening
administrative yang bersangkutan dengan risiko.
d. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan modal bank (modal inti dan
modal pelengkap) dengan ATMR.
e. Dari hasil perbandingan tersebut pada huruf d akan dapat diketahui apakah bank yang
bersangkutan memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum bank atau tidak.

4. Pengertian Penyertaan Modal


Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk
tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga
keuangan lain, atau penyelamatan kredit. Bank hanya diperkenankan melakukan
penyertaan modal pada perusahaan lain di bidang keuangan (seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi dan lembaga kliring penyelesaian), dan
perusahaan lain di luar bidang keuangan dalam rangka restrukturisasi kredit.
1) Penyertaan modal pada perusahaan lain di bidang keuangan

12
Penyertaan modal pada perusahaan lain dimaksudkan untuk memperoleh sumber
penghasilan yang tetap, mengendalikan perusahaan lain, mengurangi persaingan
diantaran perusahaan yang sejenis, memperebutkan pangsa pasar, dan sebagainya.
2) Penyertaan modal dalam rangka restrukturisasi kredit
Penyertaan seperti ini wajib ditarik kembali apabila telah melebihi jangka waktu 5
tahun atau perusahaan debitor tempat melakukan penyertaan telah memperoleh laba
kumulatif.

Penyertaan yang berasal dari pengalihan kredit dicatat sebesar nilai wajar dari saham
yang diterima. Nilai wajar saham atau harta adalah nilai yang disepakati oleh kedua belah
pihak. Selisih antara nilai saham dengan kredit yang dialih bebankan sebagai laba rugi
pada periode pengalihan kredit tersebut dilakukan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/11/PBI/2013 pasal 5 dan 6 menyatakan


bahwa Penyertaan Modal dapat dilakukan secara langsung atau melalui pasar modal.
Penyertaan Modal hanya dapat dilakukan untuk investasi jangk panjang dan tidak
dimaksudkan untuk jual beli saham. Jumlah portofolio Penyertaan Modal ditetapkan
paling tinggi sebesar Penyertaan Modal sesuai pengelompokan Bank berdasarkan BUKU.
Jumlah seluruh portofolioPenyertaan Modal termasuk peningkatan Penyertaan Modal dan
dividen saham.

Persyaratan bagi Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal sebagai berikut:

a. Rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (REB)
b. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil
risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.
c. Memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 atau 2 sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia selama :
1. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut atau
2. 4 (empat) periode berturut-turut apabila calon Investee merupakan perusahaan
baru dan/atau perusahaan di luar negeri.
d. Tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan tidak meningkatkan profil resiko
Bank secara signifikan
e. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibuat oleh Direksi Bank dan disetujui
oleh Dewan Komisaris Bank

13
f. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan
Modal.

Penyertaan Modal Oleh Perusahaan Anak

Dalam hal perusahaan anak melakukan penyertaan modal, Bank harus memastikan hal-hal
sebagai berikut :

a. Penyertaan modal hanya dapat dilakukan pada Perusahaan yang bergerak di Bidang
Keuangan atau Perusahaan penunjang jasa keuangan dan dalam bentuk saham.
b. Perusahaan anak menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang
memadai atas penyertaan modal yang akan dilakukan
c. Penyertaan modal dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang dikeluarkan oleh
otoritas Perusahaan Anak.

Dalam Penyertaan Modal Bank tidak diperbolehkan menerima penyertaan saham dari
Investee atau melakukan Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham Bank,
baik secara langsung maupun tidak langsung dan melakukan Penyertaan Modal yang
mengakibatkan Bank memiliki kewajiban yang tidak terbatas pada Investee. Apabila bank
melanggar ketentuan yang sudah ditentuka dalam Peraturan Bank Indonesia nomor
15/11/PBI/2013 akan dikenakan sanksi administratif.

PERLAKUAN AKUNTANSI

Pengakuan dan pengukuran

1. Penyertaan yang dicatat dengan biaya perolehan


a. Pada saat pengakuan awal dan pengakuan selanjutnya, penyertaan diakui sebesar
nilai wajar yaitu biaya perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung.
b. Pendapatan diakui pada saat diumumkan pembagian dividen tunai. Dividen saham
tidak boleh diakui sebagai pendapatan atau penambahan nilai penyertaan.
c. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
2. Penyertaan yang dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya
perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

14
b. Pengukuran setelah pengakuan awal dilakukan sebesar nilai wajar dengan perubahan
nilai wajar diakui melalui ekuitas.
c. Pendapatan diakui pada saat diumumkan pembagian dividen tunai. Pembagian
dividen saham akan tercermin pada nilai wajar penyertaan.
d. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
3. Penyertaan yang dicatat dengan metode ekuitas
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya
perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal diakui sebesar biaya perolehan (cost) termasuk
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung ditambah atau dikurangi
dengan bagian investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan.
Pendapatan dari penyertaan yang dinilai dengan metode ekuitas diakui pada saat
perusahaan investee mengumumkan labanya. Distribusi laba (kecuali dividen saham)
yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi,
sedangkan penerimaan dividen dalam bentuk saham tidak mempengaruhi nilai
penyertaan tersebut.
c. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak
kepemilikan proporsional bank pada investee yang timbul dari perubahan dalam
ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi (lihat
penjelasan bab ekuitas pada pos selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan
anak/perusahaan asosiasi).
d. Jika bagian bank atas kerugian pada investee sama atau melebihi nilai tercatat dari
investasi, maka penyertaan dilaporkan nihil. Jika selanjutnya investee memperoleh
laba, maka bank mengakui pendapatan apabila bagian bank atas laba investee telah
menyamai bagian bank atas kerugian bersih yang belum diakui.
e. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
4. Bank menghenti kan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal dimana:
a. tidak lagi memiliki pengaruh signifikan atas investee;
b. terdapat pembatasan operasi perusahaan investee dalam jangka panjang sehingga
secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk mengalihkan dana kepada bank.
5. Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya
perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal diakui sebesar:

15
1) nilai wajar, dimana perubahannya diakui secara langsung dalam ekuitas; atau
2) biaya perolehan, apabila tidak memiliki kuotasi dipasar aktif atau nilai wajarnya
tidak dapat diukur secara andal.
c. Bila terdapat penurunan nilai maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus
disesuaikan sebesar penurunan nilai tersebut.
d. Penyertaan ini disajikan terpisah dari penyertaan lainnya dan tidak perlu dilakukan
konsolidasi laporan keuangan karena penyertaan bersifat sementara.
e. Pengalihan kredit menjadi penyertaan saham diakui sebesar nilai wajar dari saham
yang diterima pada saat pengalihan, maksimum sebesar kewajiban debitur yang akan
dikonversi.

PENYERTAAN

1. Penyertaan yang dicatat dengan biaya perolehan, harga wajar melalui ekuitas maupun
metode ekuitas disajikan pada pos penyertaan sedangkan penyertaan yang berasal dari
restrukturisasi kredit disajikan terpisah.
2. Penyertaan dengan metode biaya disajikan sebesar biaya perolehan.
3. Penyertaan saham dibawah 20% yang memiliki harga pasar disajikan sebesar nilai wajar
pada pos penyertaan.
4. Penyertaan dengan metode ekuitas disajikan sebesar biaya perolehan ditambah/
dikurang dengan bagian dari laba atau rugi perusahaan investee dan distribusi laba serta
perubahan dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba
rugi.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian atas penyertaan disajikan sebagai pos pengurang (off seti ng acount) dari
penyertaan.

ILUSTRASI JURNAL

1. Pada saat melakukan penyertaan, dengan metode biaya maupun metode ekuitas:
Db. Penyertaan saham
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
2. Pada saat investee mengumumkan laba atau rugi:
a. Metode biaya
16
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Tidak ada jurnal
c. Metode ekuitas
1) jika mendapat keuntungan
Db. Penyertaan saham
Kr. Pendapatan dari penyertaan saham
2) jika mengalami kerugian
Db. Kerugian dari penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
3. Pada saat investee mengumumkan dividen:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
c. Dicatat dengan metode ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Penyertaan saham
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
4. Pada saat terdapat perubahan nilai wajar saham:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Db/Kr. Penyertaan saham
17
Kr/Db. Keuntungan/(kerugian) penyesuaian nilai wajar penyertaan saham yang
belum direalisasikan
c. Dicatat dengan metode ekuitas
Tidak ada jurnal
5. Jika terdapat penurunan permanen terhadap penyertaan saham
Db. Kerugian karena penurunan nilai penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
6. Apabila pada saat konsolidasi laporan keuangan (metode ekuitas) terdapat selisih
lebih antara biaya perolehan dan bagian perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aset
dan kewajiban yang dapat diidenti fi kasi pada tanggal transaksi pertukaran, maka
selisih tersebut diakui sebagai goodwill dan akan diamorti sasi dengan jurnal:
Db. Amortisasi goodwill
Kr. Goodwill
7. Pada saat pelepasan saham, baik sebagian atau keseluruhan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db/Kr. Keuntungan (kerugian) penjualan saham
Kr. Penyertaan saham
8. Penjualan penyertaan modal sementara bank
a. Penebusan/Redemption penyertaan modal sementara bank
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
b. Penjualan penyertaan modal sementara bank
1) Jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db. Kerugian penjualan penyertaan modal sementara bank
Kr. Penyertaan modal sementara bank
2) jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
Kr. Keuntungan penjualan penyertaan modal sementara bank
4. Pencatatan Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif (PPAP)
Penyertaan modal pada perusahaan lain mengandung risiko, oleh karena itu sesuai
ketentuan Bank Indonesia harus dilakukan pencadangan penghapusan (PPAP) untuk

18
mengurangi risiko bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
Pasal 44
(1) Bank wajib membentuk PPA terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.
(2) PPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.

Pasal 45

(1) Cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a ditetapkan
paling kurang sebesar 1% (satu perseratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki
kualitas Lancar.
(2) Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
untuk Aktiva Produktif dalam bentuk SBI dan SUN serta bagian Aktiva Produktif
yang dijamin dengan agunan tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.
(3) Cadangan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) ditetapkan paling
kurang sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah
dikurangi nilai agunan;
b. 15% (lima belas perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar setelah
dikurangi nilai agunan;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelah
dikurangi nilai agunan;
d. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah dikurangi
nilai agunan.

(4) Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif.
Pasal 46
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA ditetapkan
sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;

19
c. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik yang
diikat dengan hipotek; dan atau
d. kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.

Pasal 48
(1) Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA
ditetapkan sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi paling tinggi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari
nilai yang tercatat di bursa efek pada akhir bulan;
b. tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, kapal laut, kendaraan bermotor dan
persediaan paling tinggi sebesar:
1) 70% (tujuh puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian dilakukan dalam
12 (dua belas) bulan terakhir;
2) 50% (lima puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan
telah melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan namun belum melampaui 18
(delapan belas) bulan;
3) 30% (tiga puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 18 (delapan belas) bulan namun belum melampaui 24
(dua puluh empat) bulan;
4) 0% (nol perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh penilai independen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (7) atau penilai intern Bank, sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.
(3) Bank wajib menggunakan nilai yang terendah apabila terdapat beberapa nilai dari
penilai independen atau penilai intern.

20
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN UMUM BANK


Bank Bukopin berdiri pada tanggal 10 Juli 1970. Bank ini menfokuskan diri
pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi bank yang
masuk ke kelompok bank menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan
terbukanya kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat
yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen komersial
dan konsumer. Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis Bank Bukopin, dengan
pelayanan secara konvensional maupun syariah, yang didukung oleh sistem
pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber
daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan yang baik. Landasan ini
memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan menempatkannya sebagai suatu
bank yang kredibel.
Operasional Bank Bukopin kini didukung oleh lebih dari 280 kantor yang
tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia yang terhubung secara real time on-line.
Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama
“Swamitra”, yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan
dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro. Dengan struktur permodalan yang
semakin kokoh sebagai hasil pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) pada bulan Juli
2006, Bank Bukopin terus mengembangkan program operasionalnya dengan
menerapkan skala prioritas sesuai strategi jangka pendek yang telah disusun dengan
matang. Penerapan strategi tersebut ditujukan untuk menjamin dipenuhinya layanan
perbankan yang komprehensif kepada nasabah melalui jaringan yang terhubung
secara nasional maupun internasional, produk yang beragam serta mutu pelayanan
dengan standar yang tinggi. Keseluruhan kegiatan dan program yang dilaksanakan
pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya citra Bank Bukopin sebagai lembaga
perbankan yang terpercaya dengan struktur keuangan yang kokoh, sehat dan efisien.
Keberhasilan membangun kepercayaan tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin
tetap tumbuh memberi hasil terbaik secara berkelanjutan.
VISI PERUSAHAAN : Menjadi lembaga keuangan terkemuka dalam pelayanan jasa
keuangan yang terintegrasi.
MISI PERUSAHAAN :
21
1. Memberikan solusi jasa keuangan yang unggul dan komprehensif yang memenuhi
kebutuhan nasabah dalam dunia usaha, individu, dan keluarga
2. Berperan aktif dalam mengembangkan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro yang
berdaya saing.
3. Membangun keterlibatan (engagement) karyawan dalam meningkatkan
produktivitas untuk kesejahteraan karyawan.
4. Meningkatkan nilai tambah investasi bagi pemegang saham melalui pengelolaan
usaha yang pruden.

3.2 KECUKUPAN MODAL MINIMUM


Setiap lembaga keuangan diwajibkan untuk memenuhi Kewajiban penyediaan
modal minimum. Di mana pada lembaga keuangan bank, komponen modal terdiri dari
modal inti dan modal pelengkap. Berikut ini adalah rincian modal inti dan modal
pelengkap beserta ATMR bank bukopin :

Kewajiban Penyedia Modal Minimum (KPMM) untuk Tahun 2010-2012


(Dalam Rupiah, kecuali presentase)
2012 2011 2010 Pertumbuhan 2012-2011
Pos-Pos
Nominal Nominal Nominal Nominal Presentase
Modal Inti:
Modal disetor 1.008 1.007 812 2 0
Agio Saham 1.100 1.094 360 6 1
Opsi Saham 5 6 9 (1) (14)
Cadangan umum & tujuan 1.969 1.447 1.154 523 36
Laba (rugi) tahun lalu - - - -
Laba tahun berjalan setelah
diperhitungkan pajak (50%) 406 371 235 35 9

Penurunan nilai penyertaan pada


portofoloio tersedia untuk dijual * * * *

Selisih kurang antara PPA dan


(22) - - (22)
CKPN aset produktif
Penyisihan penghapusan Aset (PPA) atas
aset nonproduktif yang wajib (40)
(22) (36) - (14)

22
dihitung (-/-) - - - -
Goodwill (140) (137) (81) (3) 2
Penyertaan (50%) 4.305 3.752 2.489 553 15
Jumlah Modal inti
Modal Pelengkap:
Cadangan umum penyisihan aktiva
produktif (maks 1,25 dari ATMR) 334 305 207 29 10

Obligasi subordinasi 1.321 - - 1.321

Jumlah modal pelengkap 1.655 305 207 1.350 443

Jumlah modal inti dan pelengkap 5.960 4.057 2.696 1.903 47

Dikurangi : penyertaan 140 137 (81) 3 2

Jumlah modal untuk risiko kredit 5.820 3.920 2.615 1.900 48

Modal pelengkap tambahan


Jumlah modal untuk risiko kredit dan
5.820 3.920 2.615 1.900 48
risiko pasar
ATMR untuk risiko kredit setelah
31.457 27.262 20.082 4.295 16
memperhitungkan risiko spesifik
91 186 5 (95) (51)
ATMR untuk risiko pasar
4.072 3.503 2.042 569 16
ATMR untuk risiko operasi
Jumlah ATMR untuk risiko kredit,
35.621 30.852 22.129 4.769 15
risiko pasar, risiko operasional
18,50% 14,43% 13,02% 4,07%
CAR untuk risiko kredit (%)
18,45% 14,33% 13,02% 4,11%
CAR untuk risiko kredit dan pasar
16,38% 12,78% 11,82% 3,60%
CAR untuk risiko kredit dan operasional
CAR untuk risiko kredit, pasar, dan
16,34% 12,71% 11,82% 3,63%
Operasional

Perhitungan KPMM Bank Pada 31 Desember 2012, 2011, dan 2010

23
Sesuai dengan Peraturan BI
(Tidak diaudit)
2012 2011 2010*
Modal Inti 4.305.073 3.751.950 2.489.205
Modal Pelengkap 1.515.168 168.071 125.611
Total modal inti dan modal pelengkap 5.820.205 3.920.021 2.614.816
ATMR untuk risiko kredit setelah
Memperhitungkan risiko
spesifik 31.457.391 27.161.933 20.082.231

ATMR untuk risiko operasional 4.072.223 3.503.346 2.042.188

ATMR untuk risiko pasar 91.099 186.273 4.926

Total ATMR untuk risiko kredit, pasar, dan


Operasional 35.620.713 30.851.522 22.129.345
KPMM dengan memperhitungkan risiko 18,50% 14,43% 13,02%
kredit
KPMM dengan memperhitungkan risiko 18,45% 14,33% 13,02%
kredit
dan pasar 16,38% 12,78% 11,82%

KPPM dengan memperhitungkan risiko kredit


dan operasional 16,34% 12,71% 11,82%

KPMM dengan memperhitungkan risiko


kredit,
pasar, dan operasional
*)Tidak memperhitungkan risiko operasional

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Bukopin dengan


memperhitungkan risiko kredit, operasional dan pasar pada tanggal 31 Desember
2012 sebesar 16,34%, meningkat 3,63% dibandingkan tahun 2011 yang sebesar
12,71%. Hal ini berasal dari peningkatan modal inti sebesar Rp553 miliar terutama
dari dan laba tahun berjalan, disamping peningkatan modal pelengkap sebesar Rp1,35
triliun terutama berasal dari penerbitan obligasi subordinasi di bulan Maret 2012.
Untuk Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit, pasar dan
operasional pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp35,62 triliun, meningkat

24
sebesar Rp4,77 triliun dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2011 yang sebesar
Rp30,85 triliun, yang sejalan dengan pertumbuhan usaha Bank Bukopin.
Berdasarkan ketetapan BI mengenai bank menurut kegiatan usahanya dibagi
menjadi 4. Bank dengan modal inti mulai dari Rp100 miliar sampai di bawah Rp1
triliun dalam bank umum yang melaksanakan kelompok kegiatan usaha 1 (Buku 1),
dari Rp1 triliun sampai di bawah Rp5 triliun dalam Buku 2, dari Rp5 triliun hingga di
bawah Rp30 triliun dalam Buku 3, sedangkan bank dengan modal inti Rp30 triliun
atau lebih masuk dalam Buku 4. Dari tabel hal 95, dapat diketahui bahwa bank
bukopin termasuk dalam kategori BUKU 2 dengan modal inti berkisar 1 sampai di
bawah 5 triliun. Dengan demikian bank bukopin dapat melakukan penyaluran dana,
baik berupa kredit maupun investasi.

3.3 TATA CARA PENYERTAAN MODAL


Sesuai pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No.15/11/PBI/2013 Tentang Prinsip
Kehati-hatian Dalam Kegiatan Penyertaan Modal, Bank wajib mengajukan
permohonan untuk memperoleh persetujuan Penyertaan Modal kepada Bank
Indonesia paling lambat 30 hari sebelum Penyertaan Modal dilakukan, dengan
melampirkan paling kurang :
1. Hasil analisis kondisi dan proyeksi keuangan Bank, termasuk proyeksi kecukupan
permodalan sebelum dan sesudah Penyertaan Modal
2. hasil analisis profil risiko Bank, sebelum dan sesudah Penyertaan Modal, baik
secara individual maupun konsolidasi;
3. sistem pengelolaan risiko Penyertaan Modal;
4. sumber pendanaan Bank untuk melakukan Penyertaan Modal;
5. surat pernyataan dari Direksi Bank yang menyatakan bahwa Penyertaan Modal
yang dilakukan adalah dalam rangka investasi jangka panjang dan tidak
dimaksudkan untuk jual beli saham;
6. sistem pengendalian internal dan sistem informasi akuntansi;
7. Penyertaan Modal dan/atau rencana Penyertaan Modal yang dilakukan oleh pihak
terkait dengan Bank pada Investee yang sama;
8. hasil analisis mengenai profil usaha Investee, termasuk dukungan dan manfaat
usaha Investee terhadap perkembangan usaha Bank;
9. laporan keuangan tahun terakhir dan laporan keuangan interim triwulan terakhir,
serta proyeksi keuangan Investee;
25
10. struktur kepemilikan dan kepengurusan terakhir Investee;
11. identitas dari pemegang saham mayoritas atau pihak yang melakukan
pengendalian terhadap Investee atau pihak lain yang akan melakukan Penyertaan
Modal bersama-sama dengan Bank;
12. perjanjian dan/atau konsep perjanjian yang ada:
1. antar pemegang saham Investee; dan/atau
2. antara Bank dengan pemegang saham Investee yang menjual saham kepada
Bank; dan
13. fotokopi akta pendirian badan hukum dan anggaran dasar Investee.

Permohonan persetujuan Penyertaan Modal dan pelaporan terkait dengan


pelaksanaan Penyertaan Modal dalam Peraturan Bank Indonesia ini disampaikan
kepada :
a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia, Jl. M.H Thamrin No.2,
Jakarta 10350, bagi bank umum konvensional atau bank umum syariah yang
berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia

Bank harus merealisasikan rencana Penyertaan Modal paling lama 6 bulan sejak
persetujuan Penyertaan Modal diberikan oleh Bank Indonesia. Apabila dalam jangka
waktu 6 bulan sejak tanggal persetujuan diberikan oleh Bank Indonesia, Bank tidak
merealisasikan Penyertaan Modal maka persetujuan Bank Indonesia menjadi tidak
berlaku (Pasal 15 ayat 1 & 2)

3.4 PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN LAIN


Penyertaan pada konteks pembahasan ini adalah penanaman dana bank dalam
bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang. Berdasarkan
peraturan Bank Indonesia, Bank hanya diperkenankan melakukan penyertaan modal
pada perusahaan lain di bidang keuangan dan perusahaan lain di luar bidang keuangan
dalam rangka restrukturisasi kredit. Rincian penyertaan saham Bank bukopin adalah
sebagai berikut :

26
PENYERTAAN SAHAM
(Dalam jutaan rupiah)
Nama Perusahaan Jenis Usaha Presentase Biaya Nilai
Kepemilikan Perolehan Tercatat
Metode Biaya
Simpanan Keanggotaan:
Koperasi Asuransi Indonesia Koperasi 528 528

Koperasi Jasa Audit Nasional Koperasi 8 8

PT Aplikasinusa Lintasarta Jasa Komunikasi 15 15

Kepemilikan Saham
Bank Perkreditan Rakyat 16,02% 400 400
PT BPR Dhaha Ekonomi
951

Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai (536)

Total 415

Jurnal :

1. Pada saat melakukan penyertaan dilakukan pembukuan dengan jurnal


Penyertaan Rp 400.000.000
Kas Kliring-Keluar Rp 400.000.000
2. Pada saat penerimaan dividen tunai (diasumsikan saham yang dimiliki 1.000.000
@Rp 400) apabila PT BPR Dhaha Ekonomi membagi deviden secara tunai sebesar
Rp 10/lembar.
Kas Kliring-Masuk Rp 10.000.000
Pendapatan Deviden Penyertaan Rp 10.000.000
3. Pada saat pelepasan penyertaan sebagian atau seluruhnya, harga jual penyertaan diatas
nilai penyertaan yang tercatat (laba).
Misalkan, saham dilepas semua dengan harga Rp 500/lembar. Maka akan dicatat
dengan jurnal pembukuan sebagai berikut:
Kas Kliring-Masuk Rp 500.000.000
Pendapatan Deviden Penyertaan Rp 400.000.000
Laba Atas Penjualan Penyertaan Rp 100.000.000
4. Pada saat pelepasan penyertaan sebagian atau seluruhnya, harga jual penyertaan
dibawah nilai penyertaan yang tercatat (rugi).

27
Misalkan, saham dilepas semua dengan harga Rp 350/lembar. Maka akan dicatat
dengan jurnal pembukuan sebagai berikut:
Kas Kliring-Masuk Rp 350.000.000
Rugi Atas Penjualan Penyertaan Rp 50.000.000
Pendapatan Deviden Penyertaan Rp 400.000.000

Penyertaan Saham Pada Entitas Anak


(Dalam Jutaan Rupiah)
2012
Nama Entitas Presentase Biaya Penambahan Penguranga Biaya
Kepemilikan Perolehan n Perolehan
1 Jan.2012 31 Des.
2012
Entitas Anak:
PT Bank Syari’ah
Bukopin 77,57% 242.000 242.000

PT Bukopin Finance 88,26% 31.620 6.380 38.000

Total 273.620 6.380 280.000

Akumulasi amortisasi
dan penurunan nilai
(86.708)
goodwill
193.292

2011

28
Nama Entitas Presentase Biaya Penambahan Penguranga Biaya
Kepemilikan Perolehan n Perolehan
1 Jan.2011 31 Des.
2011
Entitas Anak:
PT Bank Syari’ah
Bukopin 77,57% 142.000 100.000 242.000

PT Bukopin Finance 86,28% 20.000 11.620 31.620

Total 162.000 111.620 273.620

Akumulasi amortisasi
dan penurunan nilai
(51.708)
goodwill
221.912

2010
Nama Entitas Presentase Biaya Penambahan Penguranga Biaya
Kepemilikan Perolehan n Perolehan
1 Jan.2010 31 Des.
2010
Entitas Anak:
PT Bank Syari’ah
Bukopin 65,44% 142.000 142.000

PT Bukopin Finance 80,00% 20.000 20.000

Total 162.000 162.000

Akumulasi amortisasi
dan penurunan nilai
(40.227)
goodwill
121.773

Berdasarkan data tabel di atas pada tahun 2012 dan 2011, penyertaan yang
dimiliki Bank Bukopin antara lain pada Koperasi Asuransi Jasa Indonesia, Koperasi
Jasa Audit Nasional, PT Aplikanusa Lintasarta dan PT BPR Dhaha Ekonomi, dengan

29
total sebesar Rp 951.000.000, dengan kualitas macet sebesar Rp 536.000.000. Entitas
anak yang tercakup dalam laporan keuangan konsolidasian adalah penyertaan saham
pada PT Bank Syariah Bukopin (dahulu PT Bank Persyarikatan Indonesia) dengan
persentase kepemilikan Bukopin sebesar 77,57% dan PT Bukopin Finance (dahulu PT
Indo Trans Buana Multi Finance) sebesar 88,26%. Tujuan Bank Bukopin memiliki
anak perusahaan adalah untuk sinergi bisnis dan menunjang pertumbuhan usaha Bank
Bukopin sebagai perusahaan induk.
Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penyertaan saham dengan
kepemilikan 20% sampai dengan 50% tanpa adanya pengaruh signifikan, baik
dimiliki secara langsung maupun tidak langsung dinyatakan sebesar biaya perolehan,
ditambah atau dikurangi dengan bagian laba atau rugi entitas asosiasi sejak perolehan
sebesar persentase pemilikan, dikurangi dengan dividen yang diterima (metode
ekuitas). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya
dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi
secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian periode berjalan. Sementara untuk penyertaan dalam bentuk saham
dengan kepemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan
dimaksudkan untuk penyertaan jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan
(metode biaya). Jika terdapat penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai
tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk
setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasi periode berjalan.

3.5 PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF


Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Penyertaan modal pada perusahaan lain
mengandung risiko, oleh karena itu sesuai ketentuan Bank Indonesia harus dilakukan
pencadangan penghapusan (PPAP) untuk mengurangi risiko bank. Oleh karena itu,
untuk aset keuangan tersedia untuk dijual, pada setiap tanggal laporan posisi
keuangan Bank menilai apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan telah
mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka
panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrumen utang yang diklasifikasikan
dalam kelompok tersedia untuk dijual dibawah biaya perolehannya merupakan bukti

30
objektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan
nilai.
Bukti objektif penurunan nilai meliputi indikasi kesulitan keuangan signifikan
yang dialami penerbit atau debitur, wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok
atau bunga restrukturisasi kredit dengan persyaratan yang tidak mungkin diberikan
jika debitur tidak mengalami kesulitan keuangan, kemungkinan bahwa debitur akan
dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya, dan data yang dapat
diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus
kas masa datang, terkait dengan kelompok aset keuangan seperti memburuknya status
pembayaran debitur atau penerbit dalam kelompok tersebut atau kondisi ekonomi
yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.

31
Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan dan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif
Tahun 2012, 2011, dan 2010
(Dalam miliar rupiah kecuali presentase)
2012 2011 2010 Pertumbuhan 2010-2012
Pos-pos
Nominal Komposisi Nominal Komposisi Nominal Komposisi Nominal %
Kredit yang diberikan 936 93,5% 897 93,0% 775 93,8% 39 4
Penempatan pada bank lain**) 35 3,5% 48 5,0% 48 5,8% (13) (27)
Surat-surat berharga - 0,0% 2 0,2% 2 0,2% (2) (100)
Surat berharga yang dibeli dengan
janji dijual kembali 29 2,9% 16 1,7% * 0,0% 13 81
Tagihan derifatif - 0,0% - 0,0% - 0,0% - n.a
Tagihan akseptasi - 0,0% - 0,0% * 0,0% (1) (100)
Penyertaan 1 0,1% 1 0,1% 1 0,1% - 0
Jumlah Pernyisihan Kerugian 1,001 100,0% 965 100,0% 826 100,0% 36 4
Penurunan Nilai Aset Keuangan
*) Kurang dari Rp 500juta
**) Termasuk giro pada bank lain

32
Berdasarkan klasifikasi instrumen keuangan pada bank bukopin, penyertaan
saham termasuk dalam klasifikasi aset keuangan tersedia untuk dijual (invesment in
share). Instrumen keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif
yang tidak diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang, investasi
dimiliki hingga jatuh tempo, atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan tersedia untuk dijual
diukur sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui
langsung dalam ekuitas sebagai “Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas
surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual”. Penurunan nilai atas aset
keuangan tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian sebagai “Beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset
keuangan” dan dikeluarkan dari ekuitas.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, cadangan umum dan cadangan khusus untuk
Aktiva Produktif Cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2)
huruf a ditetapkan paling kurang sebesar 1% (satu perseratus) dari Aktiva Produktif
yang memiliki kualitas Lancar.

Penyisihan Minimum yang Harus Dibentuk


Sesuai dengan Perturan BI
Klasifikasi Presentase Minimum Penyisihan Kerugian
Lancar *) 1%
Dalam Perhatian Khusus 5%
Kurang Lancar 15%
Diragukan 50%
Macet 100%
*) Diluar penempatan pada BI, Obligasi pemerintah, dan instrument utang lain yang
diterbitkan oleh pemerintah RI, dan aset produktif yng dijamin dengn agunan tunai
PENYERTAAN SAHAM (LANJUTAN)
(Dalam jutaan rupiah)
2012 2011 2010
Lancar 415 415 415
Macet 536 536 536
Total 951 951 951
Penyisihan kerugian
Penurunan nilai (536) (536) (536)
Neto 415 415 415

Cadangan Khusus
Saldo PPAP Khusus Penyertaan periode 2012 Rp. 1.000.000.000
PPAP Khusus penyertaan yang harus tersedia Rp 536.000.000
PPAP yang harus dibukukan Rp 464.000.000
Jurnal :
PPAP Khusus penyertaan Rp 464.000.000
Biaya PPAP Khusus Penyertaan Rp 464.000.000

Klasifikasi Agunan yang Diambil Alih


dan Properti Terbengkalai
Klasifikasi Batas Waktu
Lancar Sampai dengan 1 tahun
Kurang Lancar Lebih dari 1-3 tahun
Diragukan Lebih dari 3-5 tahun
Macet Lebih dari 5 tahun

Klasifikasi Agunan untuk Rekening Antarkantor


dan Suspense Account
Klasifikasi Batas Waktu
Lancar Sampai dengan 180 hari
Macet Lebih dari 180 hari

34
Daftar pustaka

Manurang, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Indonesia.

Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.

Gubernur Bank Indonesia. 2013. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/11/PBI/2013. Jakarta:
Bank Indonesia.

Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. 2008. Pedoman Akuntansi


Perbankan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Bank Indonesia.

35

You might also like