Professional Documents
Culture Documents
Perbankan Penyertaan Modal-FIX
Perbankan Penyertaan Modal-FIX
Oleh:
Segala rahmat dan puji pada Allah SWT atas segala limpahan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini mengenai “Akuntansi Penyertaan Modal
Pada Perusahaan Lain, Studi Pada Bank Bukopin”.
Seperti kata pepatah, “tiada gading yang tak retak”, makalah ini pun tak luput dari
ketidaksempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Sehingga, tidak
ada salahnya apabila penulis meminta maaf kepada pembaca apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan.
Demikianlah gambaran mengenai makalah ini. Diharapkan makalah ini dapat dipahami
dan diterima. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik. Terima
kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan,
melakukan penghimpunan, dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama guna
membiayai investasi perusahaan. Definisi lain mengatakan lembaga keuangan adalah suatu
lembaga yang melancarkan pertukaran barang dan jasa dengan penggunaaan uang atau
kredit dan membantu menyalurkan tabungan sebagian masyarakat kepada sebagian
masyarakat yang membutuhkan pembiayaan dana untuk investasi. Secara umum lembaga
keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk yaitu lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan bukan bank.
Berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Perbankan adalah segala sesuatu
yang menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Saat ini
perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat. Sistem perbankan di Indonesia
dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara
langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu menyalurkan
kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum
dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu, Bank
Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam pelaksanaan
kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun
tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan memberi jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis lembaga keuangan bukan bank dapat berupa
lembaga pembiayaan, perusahaan model ventura, perusahaan anjak piutang, perusahaan
pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, dana pensiun, pegadaian, pasar modal dan
lain-lain.
4
Saat ini, perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat. Berdasarkan data
pada tahun 2013, perkembangan aset perbankan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup signifikan. Pada bank komersial pertumbuhan terjadi sebesar 15%, pada bank daerah
sebesar 22% dan pada bank syariah 22%.
5
jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Dalam peraturan tersebut menegaskan bahwa
bank dalam kegiatan penyertaan modal atau dalam melakukan kegiatan penyediaan dana
dalam bentuk penyertaan modal tersebut, bank wajib memperhatikan kecukupan modal,
prinsip kehati-hatian, pengendalian intern, profil risiko dan prinsip keterbukaan kepada
publik.
Salah satu faktor terpenting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan
menampung risiko adalah modal. Sebelum bank diperbolehkan melakukan penyertaan
modal, terlebih dahulu bank harus memastikan kondisi permodalan pada bank tersebut. Oleh
karena itu, Bank Sentral selaku penguasa moneter menetapkan ketentuan mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
yaitu sebesar 8 % dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Selain itu, dalam
penyertaan modal, setiap bank harus sesuai dengan peraturan bank indonesia nomor
5/10/PBI/2003 sebagaimana telah diubah dengang peraturan bank indonesia nomor
15/11/PBI/2013 tentang prinsip kehati-hatian penyertaan modal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur penyertaan modal pada perusahaan lain?
2. Bagaimana tata cara penyertaan modal pada perusahaan lain?
C. TUJUAN
1. Prosedur penyertaan modal pada perusahaan lain
2. Tata cara penyertaan modal pada perusahaan lain
D. MANFAAT
1. Bagi Pihak Eksternal
Memberikan pemahaman tentang penyertaan modal suatu lembaga keuangan bank untuk
membantu pihak eksternal dalam pengambilan keputusan
2. Bagi akademisi
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kontribusi
bagi pengembangan ilmu mengenai prosedur dan tata cara penyertaan modal lembaga
keuangan bank.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Secara lebih luas bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga brrbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan (Kasmir,25 :2008).
8
Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa paling awal yang ditawarkan
oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja
disediakan oleh bank untuk disewa. Perkembangan ekonomi yang semakin pesat
menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-
surat berharga.
5. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.
Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon, membeli pulsa telepon seluler,
mengirim uang melalui ATM, dan membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa
bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pihak yang menggunakannya.
2. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Umum
Ruang lingkup bank umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu
menghimpun dana, mengalokasikan dana dan memberikan jasa-jasa lainnya.
1) Menghimpun Dana Dari Masyarakat
Bank umum dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk. Namun
dana-dana utama yang dihimpun adalah giro, tabungan, serta deposito berjangka dan
sertifikat deposito
2) Menyalurkan Dana ke Masyarakat Dalam Bentuk Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antarbank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Bagi bank umum, penyaluran kredit akan menghasilkan
pendapatan bunga. Dalam kondisi normal pendapatan bunga dari kredit ini memiliki porsi
terbesar dari total pendapatan bank.
3) Meberikan jasa-jasa lainnya
Jasa-jasa lain yang umumnya ditawarkan bak umum adalah transfer, kliring, letter of
credit, menerima setoran-setoran dan melayani pembayaran-pembayaran.
9
PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK UMUM
10
3. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Modal merupakan salah satu factor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan
usaha dan menampung risiko kerugian. Oleh karena itu, Bank Sentral selaku penguasa
moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang
harus selalu dipertahankan oleh setiap bank yaitu sebesar 8 % dari total Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
3.1 Pengertian modal Bank
Pengertian modal bank menurut Pakmei 29, 1993 dibedakan antara modal bagi bank
yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal bank bagi kantor cabang
bank yang berkedudukan di luar negeri.
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal
inti dan modal pelengkap.
Komponen modal inti dapat berupa :
a. Modal disetor
b. Aigo saham
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum
e. Cadangan tujuan
f. Laba yang ditahan
g. Laba tahun lalu
h. Laba tahun berjalan
11
Kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti
luas baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative
sebagimana tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan/atau komitmen yang
disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Kewajiban penyediaan modal minimum dapat diukur
dari presentase terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang
besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot
risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan. Dapat
ditambahkan bahwa untuk kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot
risiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.
12
Penyertaan modal pada perusahaan lain dimaksudkan untuk memperoleh sumber
penghasilan yang tetap, mengendalikan perusahaan lain, mengurangi persaingan
diantaran perusahaan yang sejenis, memperebutkan pangsa pasar, dan sebagainya.
2) Penyertaan modal dalam rangka restrukturisasi kredit
Penyertaan seperti ini wajib ditarik kembali apabila telah melebihi jangka waktu 5
tahun atau perusahaan debitor tempat melakukan penyertaan telah memperoleh laba
kumulatif.
Penyertaan yang berasal dari pengalihan kredit dicatat sebesar nilai wajar dari saham
yang diterima. Nilai wajar saham atau harta adalah nilai yang disepakati oleh kedua belah
pihak. Selisih antara nilai saham dengan kredit yang dialih bebankan sebagai laba rugi
pada periode pengalihan kredit tersebut dilakukan.
Persyaratan bagi Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal sebagai berikut:
a. Rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (REB)
b. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil
risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.
c. Memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 atau 2 sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia selama :
1. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut atau
2. 4 (empat) periode berturut-turut apabila calon Investee merupakan perusahaan
baru dan/atau perusahaan di luar negeri.
d. Tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan tidak meningkatkan profil resiko
Bank secara signifikan
e. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibuat oleh Direksi Bank dan disetujui
oleh Dewan Komisaris Bank
13
f. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan
Modal.
Dalam hal perusahaan anak melakukan penyertaan modal, Bank harus memastikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyertaan modal hanya dapat dilakukan pada Perusahaan yang bergerak di Bidang
Keuangan atau Perusahaan penunjang jasa keuangan dan dalam bentuk saham.
b. Perusahaan anak menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang
memadai atas penyertaan modal yang akan dilakukan
c. Penyertaan modal dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang dikeluarkan oleh
otoritas Perusahaan Anak.
Dalam Penyertaan Modal Bank tidak diperbolehkan menerima penyertaan saham dari
Investee atau melakukan Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham Bank,
baik secara langsung maupun tidak langsung dan melakukan Penyertaan Modal yang
mengakibatkan Bank memiliki kewajiban yang tidak terbatas pada Investee. Apabila bank
melanggar ketentuan yang sudah ditentuka dalam Peraturan Bank Indonesia nomor
15/11/PBI/2013 akan dikenakan sanksi administratif.
PERLAKUAN AKUNTANSI
14
b. Pengukuran setelah pengakuan awal dilakukan sebesar nilai wajar dengan perubahan
nilai wajar diakui melalui ekuitas.
c. Pendapatan diakui pada saat diumumkan pembagian dividen tunai. Pembagian
dividen saham akan tercermin pada nilai wajar penyertaan.
d. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
3. Penyertaan yang dicatat dengan metode ekuitas
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya
perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal diakui sebesar biaya perolehan (cost) termasuk
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung ditambah atau dikurangi
dengan bagian investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan.
Pendapatan dari penyertaan yang dinilai dengan metode ekuitas diakui pada saat
perusahaan investee mengumumkan labanya. Distribusi laba (kecuali dividen saham)
yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi,
sedangkan penerimaan dividen dalam bentuk saham tidak mempengaruhi nilai
penyertaan tersebut.
c. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak
kepemilikan proporsional bank pada investee yang timbul dari perubahan dalam
ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi (lihat
penjelasan bab ekuitas pada pos selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan
anak/perusahaan asosiasi).
d. Jika bagian bank atas kerugian pada investee sama atau melebihi nilai tercatat dari
investasi, maka penyertaan dilaporkan nihil. Jika selanjutnya investee memperoleh
laba, maka bank mengakui pendapatan apabila bagian bank atas laba investee telah
menyamai bagian bank atas kerugian bersih yang belum diakui.
e. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
4. Bank menghenti kan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal dimana:
a. tidak lagi memiliki pengaruh signifikan atas investee;
b. terdapat pembatasan operasi perusahaan investee dalam jangka panjang sehingga
secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk mengalihkan dana kepada bank.
5. Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya
perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal diakui sebesar:
15
1) nilai wajar, dimana perubahannya diakui secara langsung dalam ekuitas; atau
2) biaya perolehan, apabila tidak memiliki kuotasi dipasar aktif atau nilai wajarnya
tidak dapat diukur secara andal.
c. Bila terdapat penurunan nilai maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus
disesuaikan sebesar penurunan nilai tersebut.
d. Penyertaan ini disajikan terpisah dari penyertaan lainnya dan tidak perlu dilakukan
konsolidasi laporan keuangan karena penyertaan bersifat sementara.
e. Pengalihan kredit menjadi penyertaan saham diakui sebesar nilai wajar dari saham
yang diterima pada saat pengalihan, maksimum sebesar kewajiban debitur yang akan
dikonversi.
PENYERTAAN
1. Penyertaan yang dicatat dengan biaya perolehan, harga wajar melalui ekuitas maupun
metode ekuitas disajikan pada pos penyertaan sedangkan penyertaan yang berasal dari
restrukturisasi kredit disajikan terpisah.
2. Penyertaan dengan metode biaya disajikan sebesar biaya perolehan.
3. Penyertaan saham dibawah 20% yang memiliki harga pasar disajikan sebesar nilai wajar
pada pos penyertaan.
4. Penyertaan dengan metode ekuitas disajikan sebesar biaya perolehan ditambah/
dikurang dengan bagian dari laba atau rugi perusahaan investee dan distribusi laba serta
perubahan dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba
rugi.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian atas penyertaan disajikan sebagai pos pengurang (off seti ng acount) dari
penyertaan.
ILUSTRASI JURNAL
1. Pada saat melakukan penyertaan, dengan metode biaya maupun metode ekuitas:
Db. Penyertaan saham
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
2. Pada saat investee mengumumkan laba atau rugi:
a. Metode biaya
16
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Tidak ada jurnal
c. Metode ekuitas
1) jika mendapat keuntungan
Db. Penyertaan saham
Kr. Pendapatan dari penyertaan saham
2) jika mengalami kerugian
Db. Kerugian dari penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
3. Pada saat investee mengumumkan dividen:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
c. Dicatat dengan metode ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Penyertaan saham
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
4. Pada saat terdapat perubahan nilai wajar saham:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Db/Kr. Penyertaan saham
17
Kr/Db. Keuntungan/(kerugian) penyesuaian nilai wajar penyertaan saham yang
belum direalisasikan
c. Dicatat dengan metode ekuitas
Tidak ada jurnal
5. Jika terdapat penurunan permanen terhadap penyertaan saham
Db. Kerugian karena penurunan nilai penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
6. Apabila pada saat konsolidasi laporan keuangan (metode ekuitas) terdapat selisih
lebih antara biaya perolehan dan bagian perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aset
dan kewajiban yang dapat diidenti fi kasi pada tanggal transaksi pertukaran, maka
selisih tersebut diakui sebagai goodwill dan akan diamorti sasi dengan jurnal:
Db. Amortisasi goodwill
Kr. Goodwill
7. Pada saat pelepasan saham, baik sebagian atau keseluruhan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db/Kr. Keuntungan (kerugian) penjualan saham
Kr. Penyertaan saham
8. Penjualan penyertaan modal sementara bank
a. Penebusan/Redemption penyertaan modal sementara bank
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
b. Penjualan penyertaan modal sementara bank
1) Jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db. Kerugian penjualan penyertaan modal sementara bank
Kr. Penyertaan modal sementara bank
2) jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
Kr. Keuntungan penjualan penyertaan modal sementara bank
4. Pencatatan Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif (PPAP)
Penyertaan modal pada perusahaan lain mengandung risiko, oleh karena itu sesuai
ketentuan Bank Indonesia harus dilakukan pencadangan penghapusan (PPAP) untuk
18
mengurangi risiko bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
Pasal 44
(1) Bank wajib membentuk PPA terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.
(2) PPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.
Pasal 45
(1) Cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a ditetapkan
paling kurang sebesar 1% (satu perseratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki
kualitas Lancar.
(2) Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
untuk Aktiva Produktif dalam bentuk SBI dan SUN serta bagian Aktiva Produktif
yang dijamin dengan agunan tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.
(3) Cadangan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) ditetapkan paling
kurang sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah
dikurangi nilai agunan;
b. 15% (lima belas perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar setelah
dikurangi nilai agunan;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelah
dikurangi nilai agunan;
d. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah dikurangi
nilai agunan.
(4) Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif.
Pasal 46
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA ditetapkan
sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;
19
c. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik yang
diikat dengan hipotek; dan atau
d. kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.
Pasal 48
(1) Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA
ditetapkan sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi paling tinggi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari
nilai yang tercatat di bursa efek pada akhir bulan;
b. tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, kapal laut, kendaraan bermotor dan
persediaan paling tinggi sebesar:
1) 70% (tujuh puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian dilakukan dalam
12 (dua belas) bulan terakhir;
2) 50% (lima puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan
telah melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan namun belum melampaui 18
(delapan belas) bulan;
3) 30% (tiga puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 18 (delapan belas) bulan namun belum melampaui 24
(dua puluh empat) bulan;
4) 0% (nol perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh penilai independen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (7) atau penilai intern Bank, sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.
(3) Bank wajib menggunakan nilai yang terendah apabila terdapat beberapa nilai dari
penilai independen atau penilai intern.
20
BAB III
PEMBAHASAN
22
dihitung (-/-) - - - -
Goodwill (140) (137) (81) (3) 2
Penyertaan (50%) 4.305 3.752 2.489 553 15
Jumlah Modal inti
Modal Pelengkap:
Cadangan umum penyisihan aktiva
produktif (maks 1,25 dari ATMR) 334 305 207 29 10
23
Sesuai dengan Peraturan BI
(Tidak diaudit)
2012 2011 2010*
Modal Inti 4.305.073 3.751.950 2.489.205
Modal Pelengkap 1.515.168 168.071 125.611
Total modal inti dan modal pelengkap 5.820.205 3.920.021 2.614.816
ATMR untuk risiko kredit setelah
Memperhitungkan risiko
spesifik 31.457.391 27.161.933 20.082.231
24
sebesar Rp4,77 triliun dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2011 yang sebesar
Rp30,85 triliun, yang sejalan dengan pertumbuhan usaha Bank Bukopin.
Berdasarkan ketetapan BI mengenai bank menurut kegiatan usahanya dibagi
menjadi 4. Bank dengan modal inti mulai dari Rp100 miliar sampai di bawah Rp1
triliun dalam bank umum yang melaksanakan kelompok kegiatan usaha 1 (Buku 1),
dari Rp1 triliun sampai di bawah Rp5 triliun dalam Buku 2, dari Rp5 triliun hingga di
bawah Rp30 triliun dalam Buku 3, sedangkan bank dengan modal inti Rp30 triliun
atau lebih masuk dalam Buku 4. Dari tabel hal 95, dapat diketahui bahwa bank
bukopin termasuk dalam kategori BUKU 2 dengan modal inti berkisar 1 sampai di
bawah 5 triliun. Dengan demikian bank bukopin dapat melakukan penyaluran dana,
baik berupa kredit maupun investasi.
Bank harus merealisasikan rencana Penyertaan Modal paling lama 6 bulan sejak
persetujuan Penyertaan Modal diberikan oleh Bank Indonesia. Apabila dalam jangka
waktu 6 bulan sejak tanggal persetujuan diberikan oleh Bank Indonesia, Bank tidak
merealisasikan Penyertaan Modal maka persetujuan Bank Indonesia menjadi tidak
berlaku (Pasal 15 ayat 1 & 2)
26
PENYERTAAN SAHAM
(Dalam jutaan rupiah)
Nama Perusahaan Jenis Usaha Presentase Biaya Nilai
Kepemilikan Perolehan Tercatat
Metode Biaya
Simpanan Keanggotaan:
Koperasi Asuransi Indonesia Koperasi 528 528
Kepemilikan Saham
Bank Perkreditan Rakyat 16,02% 400 400
PT BPR Dhaha Ekonomi
951
Total 415
Jurnal :
27
Misalkan, saham dilepas semua dengan harga Rp 350/lembar. Maka akan dicatat
dengan jurnal pembukuan sebagai berikut:
Kas Kliring-Masuk Rp 350.000.000
Rugi Atas Penjualan Penyertaan Rp 50.000.000
Pendapatan Deviden Penyertaan Rp 400.000.000
Akumulasi amortisasi
dan penurunan nilai
(86.708)
goodwill
193.292
2011
28
Nama Entitas Presentase Biaya Penambahan Penguranga Biaya
Kepemilikan Perolehan n Perolehan
1 Jan.2011 31 Des.
2011
Entitas Anak:
PT Bank Syari’ah
Bukopin 77,57% 142.000 100.000 242.000
Akumulasi amortisasi
dan penurunan nilai
(51.708)
goodwill
221.912
2010
Nama Entitas Presentase Biaya Penambahan Penguranga Biaya
Kepemilikan Perolehan n Perolehan
1 Jan.2010 31 Des.
2010
Entitas Anak:
PT Bank Syari’ah
Bukopin 65,44% 142.000 142.000
Akumulasi amortisasi
dan penurunan nilai
(40.227)
goodwill
121.773
Berdasarkan data tabel di atas pada tahun 2012 dan 2011, penyertaan yang
dimiliki Bank Bukopin antara lain pada Koperasi Asuransi Jasa Indonesia, Koperasi
Jasa Audit Nasional, PT Aplikanusa Lintasarta dan PT BPR Dhaha Ekonomi, dengan
29
total sebesar Rp 951.000.000, dengan kualitas macet sebesar Rp 536.000.000. Entitas
anak yang tercakup dalam laporan keuangan konsolidasian adalah penyertaan saham
pada PT Bank Syariah Bukopin (dahulu PT Bank Persyarikatan Indonesia) dengan
persentase kepemilikan Bukopin sebesar 77,57% dan PT Bukopin Finance (dahulu PT
Indo Trans Buana Multi Finance) sebesar 88,26%. Tujuan Bank Bukopin memiliki
anak perusahaan adalah untuk sinergi bisnis dan menunjang pertumbuhan usaha Bank
Bukopin sebagai perusahaan induk.
Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penyertaan saham dengan
kepemilikan 20% sampai dengan 50% tanpa adanya pengaruh signifikan, baik
dimiliki secara langsung maupun tidak langsung dinyatakan sebesar biaya perolehan,
ditambah atau dikurangi dengan bagian laba atau rugi entitas asosiasi sejak perolehan
sebesar persentase pemilikan, dikurangi dengan dividen yang diterima (metode
ekuitas). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya
dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi
secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian periode berjalan. Sementara untuk penyertaan dalam bentuk saham
dengan kepemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan
dimaksudkan untuk penyertaan jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan
(metode biaya). Jika terdapat penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai
tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk
setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasi periode berjalan.
30
objektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan
nilai.
Bukti objektif penurunan nilai meliputi indikasi kesulitan keuangan signifikan
yang dialami penerbit atau debitur, wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok
atau bunga restrukturisasi kredit dengan persyaratan yang tidak mungkin diberikan
jika debitur tidak mengalami kesulitan keuangan, kemungkinan bahwa debitur akan
dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya, dan data yang dapat
diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus
kas masa datang, terkait dengan kelompok aset keuangan seperti memburuknya status
pembayaran debitur atau penerbit dalam kelompok tersebut atau kondisi ekonomi
yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.
31
Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan dan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif
Tahun 2012, 2011, dan 2010
(Dalam miliar rupiah kecuali presentase)
2012 2011 2010 Pertumbuhan 2010-2012
Pos-pos
Nominal Komposisi Nominal Komposisi Nominal Komposisi Nominal %
Kredit yang diberikan 936 93,5% 897 93,0% 775 93,8% 39 4
Penempatan pada bank lain**) 35 3,5% 48 5,0% 48 5,8% (13) (27)
Surat-surat berharga - 0,0% 2 0,2% 2 0,2% (2) (100)
Surat berharga yang dibeli dengan
janji dijual kembali 29 2,9% 16 1,7% * 0,0% 13 81
Tagihan derifatif - 0,0% - 0,0% - 0,0% - n.a
Tagihan akseptasi - 0,0% - 0,0% * 0,0% (1) (100)
Penyertaan 1 0,1% 1 0,1% 1 0,1% - 0
Jumlah Pernyisihan Kerugian 1,001 100,0% 965 100,0% 826 100,0% 36 4
Penurunan Nilai Aset Keuangan
*) Kurang dari Rp 500juta
**) Termasuk giro pada bank lain
32
Berdasarkan klasifikasi instrumen keuangan pada bank bukopin, penyertaan
saham termasuk dalam klasifikasi aset keuangan tersedia untuk dijual (invesment in
share). Instrumen keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif
yang tidak diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang, investasi
dimiliki hingga jatuh tempo, atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi. Setelah pengukuran awal, instrumen keuangan tersedia untuk dijual
diukur sebesar nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui
langsung dalam ekuitas sebagai “Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas
surat-surat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual”. Penurunan nilai atas aset
keuangan tersedia untuk dijual diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian sebagai “Beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset
keuangan” dan dikeluarkan dari ekuitas.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, cadangan umum dan cadangan khusus untuk
Aktiva Produktif Cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2)
huruf a ditetapkan paling kurang sebesar 1% (satu perseratus) dari Aktiva Produktif
yang memiliki kualitas Lancar.
Cadangan Khusus
Saldo PPAP Khusus Penyertaan periode 2012 Rp. 1.000.000.000
PPAP Khusus penyertaan yang harus tersedia Rp 536.000.000
PPAP yang harus dibukukan Rp 464.000.000
Jurnal :
PPAP Khusus penyertaan Rp 464.000.000
Biaya PPAP Khusus Penyertaan Rp 464.000.000
34
Daftar pustaka
Manurang, Mandala dan Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Indonesia.
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Gubernur Bank Indonesia. 2013. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/11/PBI/2013. Jakarta:
Bank Indonesia.
35