You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM

RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI


MASSA BATUAN

ASISTEN LABORATORIUM

IRA RIZKY AMELIA, S.T.

AGUS SALIM SUARDI


09320190155
C1

LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2Penambangan
dengan metoda
tambang terbuka
adalah suatu kegiatan
penggalian
1.3bahan galian
seperti batubara, ore
(bijih), batu dan
sebagainya di mana
para

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

1.4pekerja berhubungan
langsung dengan udara
luar.dan iklim.
Tambang terbuka
1.5(open pit mining)
juga disebut dengan
open cut mining;
adalah metoda
1.6penambangan yang
dipakai untuk
menggali mineral
deposit yang ada pada
suatu

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

1.7batuan yang berada


atau dekat dengan
permukaan
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian
berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun
manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan
air. Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang merupakan kegiatan
usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah
mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada
pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan daerah secara kelanjutan (UU No
4/2009). Tambang bawah tanah merupakan kegiatan yang kompleks terutama terkait
dengan kekuatan batuan yang dibongkar untuk pembuatan terowongan. Sangat
diperlukan adanya analisis geoteknik yang baik untuk dapat memeberikan perlakuan
yang tepat terhadap batuan yang dibongkar.
Penambangan metode bawah tanah memiliki risiko keamanan yang
lebihtinggi daripada penambangan dengan tambang terbuka, terutama karenamasalah
yang terkait dengan tambang dan potensi runtuhnya tambangserta ledakan dan
ledakan tambang.
Klasifikasi massa batuan digunakan sebagai alat dalam menganalisis
kemantapan lereng yang menghubungkan antara pengalaman di bidang massa batuan
dengan kebutuhan pemantapan diberbagai kondisi lapangan yang dibutuhkan.
Namun demikian, penggunaan klasifikasi massa batuan tidak digunakan sebagai
pengganti perancangan rinci. Salah  satu  yang  paling
banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan metode empiric.
Klasifikasi  massa  batuan  dikembangkan  untuk  mengatasi  permasalahan  yang
timbul  di  lapangan  secara  cepat  dan  tidak  ditujukan  untuk  mengganti  studi 
analitik, observasi  lapangan,  pengukuran,  dan  engineering  judgement. Ada
beberapa sistem klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, Namun, dalam

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

dunia pertambangan safety atau keselamatan pekerja adalah yang utama, seringkali


ventilasi yang kurang tepat pada penambangan bawah tanah menyebabkan tingkat
kecelakaan kerja tinggi (Dirga 2013).

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
a. Mengetahui penggunaan klasifikasi massa batuan (rock mass classification)
paca terowongan tambang.
b. Mengetahui penyangga awal dengan menggunakan kalsifikasi RMR dan
klasifikasi Q-System.
1.2.2 Tujuan
a. Simulasi pengambilan data RMR, menentukan nilai RMR 6 parameter, kelas
batuan metode ekskavasi jenis penyangga dan stand-up time.
b. Menentukan nilai Q-System, tipe batuan, jenis penyangga, dan jarak antar
Rock bolt.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Alat tulis menulis;
2. Rompi lapangan;
3. Alat tulis menulis;
4. Tabel RMR;
5. Tabel Q-SYSTEM.
1.3.2 Bahan
1. Kertas HVS A4.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Klasifikasi Massa Batuan

Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yangdipisahkan oleh


berbagai tipe ketidak menerusan geologi.

Deskriptif kuantitatif memiliki prospek dimasa mendatang → seluruh


karakter material batuan dan ketidak menerusan geologi akan dinyatakandalam
bentuk bobot (nilai) sehingga dapat mudah dihitung.Tujuan dari pengklasifikasian
massa batuan antara lain:
a. Dapat mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakteratau data-data
lain mengenai batuan tersebut.
b. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhikelakuan/sifat massa
batuan.
c. Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yangmempunyai
kesamaan sifat dan kualitas.
d. Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiapkelas massa
batuan.
e. Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuandi suatu tempat
dengan kondisi massa batuan di tempat lain.
f. Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.Menyediakan dasar
acuan untuk komunikasi antara geologist danengineer.

2.2. Jenis jenis Klasifikasi Massa Batuan

Parameter-parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan


1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946.Merupakan
metode pertama yang cukup rasional yang
mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan  sebuah penyangga
baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu
50tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi
dimana banyak sekali terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan peny
angga beton dan rockbolts.Terzaghi (1946) untuk penyangga batuan
padaterowongan.Klasifikasi dimanfaatkan untuk:
 Terowongan
 Penyanggaan pada terowongan
 Lereng batuan 
 pembuatan pondasi
2. Klasifikasi Stand-up Time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar darimetode ini adalah
bahwa dengan bertambahnya span terowongan akanmenyebabkan berkurangnya
tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap perkembanganklasifika
si massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruhterhadap stand-up time
adalah: arah sumbu terowongan, bentuk potonganmelintang, metode penggalian, dan
metode penyanggaan.Semakin besar terowongan, semakin singkat waktu yang
harusdigunakan untuk pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot tunnelkecil
mungkin saja dikonstruksi dengan penyangga minimal, sedangkanterowongan
dengan span yang lebih besar pada massa batuan yang samamungkin tidak mantap
jika penyangga tidak seketika dipasang.
3. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere.Metode ini didasarkan pada
penghitungan inti terambil yang lunak atautidak keras tidak perlu dihitung walaupun
mempunyai panjang lebih dari10 cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm.
Nilai RQD ini dapat puladipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan.Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagaiRQD
Kualitas massa batuan< 25%
 Sanga tjelek 25-50%
 Jelek 50-75%

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

  Sedang 75- 90%
 Baik90-100%Sangat baik.
Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi Bidang disi kontinu, material
pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapatmenggambarkan keadaan massa batuan
yang sebenarnya.

4. Rock Structure Rating (RSR)


RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann danSkinner pada
tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metodekuantitatif untuk menggambarkan
kualitas suatu massa batuan danmenentukan jenis penyanggaan di terowongan.
Motode ini merupakanmetode pertama untuk menentukan klasifikasi massa batuan
yangkomplit setelah diperkenalkannya klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946.
RSR merupakan metode yang cukup baik untuk
menentukan penyanggaan dengan penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan
untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt dan beton.
5. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuanyang disebut
Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan RockMass Rating (RMR).
Setelah bertahun-tahun, klasifikasi massa batuan initelah mengalami penyesuaian
dikarenakan adanya penambahan data masukan sehingga.Pada penelitian ini,
klasifikasi massa batuan yang digunakanadalah klasifikasi massa batuan versi tahun
1989 (Bieniawski, 1989).Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa
batuanmenggunakan Sistim RMR yaitu:
 Kuat tekan uniaxial batuan
 Designatian (RQD)
 Spasi bidang dikontinyu
 Kondisi bidang diskontinyu
  Kondisi air tanah.
 Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengankenampakan
perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan
perubahan jenis batuan.RMR ini dapat digunakanuntuk teowongan.lereng, dan

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

pondasi. kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan.RMR ini dapat


digunakanuntuk terowongan.lereng, dan pondasi.
1. Kuat Tekan Batuan Utuh
Untuk menentukan nilai kuat tekan batuan utuh dapat dilakukan
dengan pengujian laboratorium dan pengujian langsung dilapangan.
 Uji laboratorium
Uniaxial Compressive Test (UCS) Sample batuan yang diuji berasal
dari core yangdipilih berdasarkan kenampakan yang masih utuh
tanpagangguan diskontinuitas dan dipilih litologi yang mewakili daerah
penelitian. Sample ini diuji dalam bentuk silinderdengan perbandingan
tinggi dan diameter (l/D) tertentudimana perbandingan ini akan sangat
berpengaruh padanilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar
perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin
kecil.Sample kemudian ditekan dari satu arah (uniaxial)menggunakan
mesin.
 Point Load Index (PLI)
Pengujian ini menggunakan mesin uji point loaddengan sampel
berupa silinder atau bentuk lain yang
tidak beraturan. Sampel yang disarankan untuk pengujian ini adalah
batuan berbentuk silinder dengan diameter kuranglebih 50mm. Dari
pengujian ini didapatkan nilai point loadindex (Is) yang akan menjadi
patokan untuk menentukannilai kuat tekan batuan
2. Uji langsung di lapangan
Hoek and Brown, 1980 memberikanindex classification ofrock material ntuk
mengestimasi kisaran nilai kuat tekan
batuan di lapangan dengan menggunakan kuku, pisau, dan palu geologi.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Gambar 2. 1 Index Classification Of Rock Material


b. Rock Quality Designation 
 Pada tahun 1967 D.U. Deere memperkenalkan Rock Quality Designation (RQD)
sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakankualitas dari massa batuan secara
kuantitatif. Sama seperti parameter UCS, terdapat 2 metode untuk mendapatkan nilai
RQD :
1. Perhitungan RQD Melalui hasil Core
RQD didefinisikan sebagai persentase dari perolehan inti bor (core) yang
secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian
yang lunak dari massa batuanyang diamati dari inti bor (core).Dengan kata
lain, RQD adalahukuran sederhana dari persentasi perolehan batuan yang
baikdari sebuah interval ke dalaman lubang bor. Dalam menghitung nilai RQD,
metode langsung digunakan apabila core log tersedia.
Tata cara untuk menghitung RQD menurut Deere1967,hanya bagian yang
utuh dengan panjang lebih besar dari100 mm (4 inchi) yang dijumlahkan
kemudian dibagi panjangtotal pengeboran (core run). Selama pengukuran
Panjang core piecespengukuran harusdilakukan sepanjang garis te, ngahnya.
Core yang retak.
Akibat aktivitas pengeboran harus digabungkan kembali dan
dihitungsebagai satu bagian utuh. Ketika ada keraguan

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

apakahretakandiakibatkan oleh pengeboran atau karena alami, pecahan


itu bisa dimasukkan kedalam bagian yang terjadi secaraalami. Semuaretakan

Gambar 2.2 Core RQD


yang bukan terjadi secara alami tidak diperhitungkan pada Panjang core untuk
RQD (Deere, 1967).Panjang total pengeboran core run yang direkomendasikan
adalah lebih kecil dari 1,5 m.
2. Perhitungan RQD melalui data lapangan 
Selain metode langsung dalam menghitung nilai RQD
terdapat juga metode tidak langsung yang digunakan apabila core log tidak
tersedia. Beberapa metode perhitungan RQD metode tidak langsung :
a. Priest and Hudson, 1976 

λ = jumlah total kekar per meter 


b. Palmstrom, 1982 
RQD = 115
3,3 JvJv = jumlah total kekar per meter
c. Discontinuitas Spacing

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Jarak antar (spasi) bidang diskontinu didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara
dua diskontinuitas berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang.
Menurut ISRM, jarak antar (spasi) diskontinuitas adalah jarak tegak lurus antara
bidang diskontinu yang berdekatan dalam satu set diskontinuitas.

Gambar 2.3 Discontinuitas Spacing


Untuk menentukan jarak kekar yang sebenarnya diperlukan koreksi antara orientasi
kekar terhadap orientasi scanline (Kramadibrata, 2012), yaitu dimana :
= sudut normal kekar thd scanline

n, n = arah dip dan dip normal kekar

s, s = arah scanline dan dip scanline.

d, d = arah dip dan dip bidang kekar.

j (im) = jarak semu

bidang kekar pada scan-line. d (im) = jarak sebenarnya bidang kekar.


d ≤ 180◦ n = d +180◦
d > 180 n = d – 180
n= 90 – d

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Pengukuran Jarak atau spasi kekar bidang diskontinuitas dapat dilakaukan dengan
metode scanline. Scanline pada permukaan lereng/ bukaan tambang minimal 50 m
dengan menyesuaikan kondisi medan yang terdapat di lapangan dan ketersediaan
alat.
Pada pengukuran dilapangan kebanyakan jarak kekar yang terukur pada scanline
merupakan jarak semu.

Gambar 2.4 Scanline


6. Rock Tunneling Quality Index
Q-system diperkenalkan oleh Barton pada tahun 1974. Nilai Q didefinisikan
sebagai:

Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation

Jn adalah jumlah set kekar

Ja adalah nilai alterasi kekar

Jw adalah faktor air tanah


SRF adalah faktor berkurangnya tegangan

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

RQD/Jn Menunjukkan struktur massa batuan.


Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bidang
kekar

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

2.3 Jenis- jenis supporting ( Penyangga )

1. Kayu (Timber)
Kayu adalah bahan yang paling penting untuk mendukung dalam
operasipertambangan sampai akhir perang dunia kedua. Sejak itu baja telah menjadi
bahanutama yang digunakan untuk mendukung batuan. Alasan untuk
mempertimbangkankayu sebagai bahan pendukung adalah bahwa hal itu masih
digunakan di tambangbatubara dan logam kecil.
Kayu merupakan bahan ringan, mudah diangkut dan mudah
dimanipulasidalam sistem pendukung. Kayu oak memiliki kerapatan 0,73 g/cm
 dan kekuatanlentur 1200 kg/cm. Ini adalah 11 kali lebih ringan namun 2 kali lebih
lemah dari baja.Hal ini membuat kayu menjadi bahan ekonomis bila digunakan
dalam mendukungdalam waktu singkat. Kayu memiliki kelebihan dan kekurangan
bila digunakan dipertambangan

Gambar 2.5 Timber


Keuntungan menggunakan penyangga kayu adalah sebagai berikut:
1. Kayu ringan, mudah dibawa, dipotong, dimanipulasi dan dimasukkan ke
dalam bentuk penyangga.
2. Rusak pada struktur yang berserat, memberi tanda-tanda visual sebelum
hancur sepenuhnya.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

3. Potongan kayu yang patah dapat digunakan kembali untuk wedges , tambalan


dan sebagainya.
Kerugiannya adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan mekanik tergantung pada struktur berserat dan cacat
alam yangterjadi di dalam kayu.
2. Kelembaban memiliki efek yang sangat jelas pada kekuatan.
3. Banyak jamur hidup dalam kondisi lembab yang mempengaruhi kayu
sehinggakekuatannya jauh berkurang.
2. Besi baja
Penyangga ini umumnya dibentuk seperti busur (steel arch set), dan pada umumnya
digunakan didaerah portal atau lubang utama masuk kedalam tambang, karenaumumya portal yang
ada dibagian tebing bukit, terdapat batuan-batuan yang sudahmengalamai pelapukan dan mudah
lepas, sehingga diperlukan penyanggaan yangkuat untuk menghindari terjadinya longsor
Keuntungan penyangga besi atau baja :
1. Homogen dan memiliki sifat elastisitas yang tinggi
2. Tidak dipengaruhi oleh kelembaban
3. Lebih tahan lama
Kerugian penyangga besi atau baja :
1. harganya yang mahal dan sulit pemasangannya, karena lebih berat

Gambar 2.6 Besi Baja


3 Beton

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Penyanggan ini, dibuat dari bahan-bahan semen, semen, pasir, aggregat dan
air yang kadang-kadang ditambah CaCl2 (calcium clorida) yang berfungsi
mempercepat waktu pengerasan (curing time). Dinding atau atap terowongan yang
akan disanggadengan semen cor/beton, biasanya terlebih dahulu dipasang besi-besi
rebar (mat-rebar), untuk memperkuat struktur semen cor/betonnya
Keuntungan penyangga semen atau beton Antara lain:
1. Mempunyai kuat tekan yang tinggi.
2.  Tahan terhadap pengaruh cuaca

3  Bahan-bahan mudah didapat

Kerugian penyangga semen atau beton :


1. Mempunyai kuat tarik rendah
2. Dapat hancur tiba- tiba tanpa ada tanda atauw gejala

Gambar 2.7 Beton


4 Shortcrate
Beton tembak atau sering disebut dengan ”shotcrete”, sering dipakai di
pekerjaan konstruksi dan pertambangan. Untuk di tambang, shotcrete dilakukan di
terowongan dan muka kerja “face” untuk menahan sementara batuan dibagian atap &
dinding terowongan setelah selesai peledakan (in-cycle shotcrete), sebelum
dilakukanpekerjaan penyangga permanent.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Gambar 2.8 Shortcrete


5 Rock Bolt
Baut batuan ini sering disebut dengan “friction anchor rock bolt”
dikembangkan oleh Atlas Copco, dimana “tube” atau selubung rock bolt mengalami
pembesaran (expansion), yang mengakibatkan tube akan melakukan saling ikat
(interlock) dengan batuan, agar tidak terjadi “sliding” atau pergeseran.
Keunggulan alat ini cepat dan sederhana pemasangannya.dan memberikan
penyanggaan langsung setelah pemasangannya. Dapat dipasang pada kondisi batuan
yang berbeda.
Kelemahan alat ini dapat terjadi korosi (karat) jika sudah lama
pemasangannya. Diperlukan pompa untuk pemasangannya dan diperlukan “sleeve”
atau lengan dibagian collar untuk mencegah “spalling” pada kondisi batuan terentu.
Baut batuan ini digunakan pada sistim penyanggaan jangka menengah (medium term
support) dan digunakan juga pada pekerjaanterowongan sipil.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Gambar 2.11 Rock Bolt


6 Wire Mesh
Mesh atau jaring kawat yang terbuat dari besi kawat, bisa di las (weld mesh)
atau dirangkai (chain link) adalah bagian dari “passive support” dimana jaring ini dipasang dan
diikat dengan“split set” atau rock bolt ke dinding batuan. Jarak pemasangan split set ini
bervariasi tergantung dari struktur batuan disekitarnya. Jarak/spasi umumnya antara
1 meter sampai1.5 meter

Gambar 2.12 Wire Mesh

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun prosedur percobaannya yaitu praktikan Menjelaskan penggunaan


klasifikasi massa batuan (rock mass classification) paca terowongan tambang.
Menjelaskan penyangga awal dengan menggunakan kalsifikasi RMR dan klasifikasi
Q-System.

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYAGGA DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IRA RIZKY AMELIA, S.T. AGUS SALIM SUARDI


09320190155

You might also like