You are on page 1of 3

Nama : Lisa Pancawati

Nim : 041002425

Tugas 2 Pengembangan SDM

Pada tanggal 20 Agustus 2020, FEUT Menyelenggarakan Pembelajaran tatap muka. Dosen yang
hadir tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator,
motivator dan mediator dalam pembelajaran. Dosen yang menerapkan sikap mengakui,
menghargai dorongan diri, bahkan memberikan motivasi kepada mahasiswa agar mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal melalui proses interaksi dalam jaringan
sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Dosen lebih
menekankan pada penyampaian (transfer) pengetahuan baru melalui serangkaian proses
pengalaman belajar. Sementara mahasiswa, diposisikan sebagai subyek yang aktif yang
diarahkan untuk mampu membangun sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang
mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.

 Dari fenomena yang terjadi pada pembelajaran tatap muka di FEUT, menurut Saudara :

1. Sebutkan Jenis asumsi inti teori yang digunakan oleh dosen UT dalam kegiatan
pembelajaran tatap muka tersebut?

Jawab :

Jenis asumsi teori yang di gunakan Dosen UT adalah jenis teori Behaviorisme.

Karena behaviorisme adalah teori pembelajaran dengan menggunakan Rumus Stimulus ,


Respon , Perubahan tingkah laku dan Penguatan. Teori ini lebih mementingkan respon
yang dihasilkan. Input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon yang
menghasilkan perubahan tingkah laku adalah bagian yang terpenting. Karena bagian ini
yang akan diamati dan dibuktikan secara empiris. Sedangkan proses pembelajaran tidak
dianggap penting sama sekali. Selain dari faktor stimulus dan respon, faktor lain yang
juga dianggap penting adalah penguatan.

Dalam behaviorisme, seorang guru selaku pengajar dan pengawas jalannya


pembelajaran memiliki kemiripan dengan seorang peneliti yang akan meneliti objek
penelitiannya. Dimana seorang peneliti akan mengambil jarak atau distansi penuh
dengan objeknya, bersikap netralitas, memanipulasi, merumuskan hukum – hukum,
bebas kepentingan, universal dan instrumental terhadap objeknya. Dalam hal ini guru
juga berlaku hal yang sama terhadap siswa – siswi didiknya. Penulis mengambil contoh
kasus dalam pembelajaran musik yang menggunakan pendekatan teori behaviorisme.

Kasus singkat diatas adalah contoh dari sebuah pengajaran di kelas dengan penerapan
teori behaviorisme. Guru memberikan sebuah stimulus berupa materi – materi
pengajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respon yang berupa
perubahan tingkah laku dari murid – muridnya. Perubahan tingkah laku dalam bentuk
dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan pelajaran yang
diberikan berubah menjadi mampu untuk mempraktekkannya. Guru tidak melihat
bagaimana proses murid – murid mencerna materi pengajaran, guru hanya melihat
bagaimana hasil akhir yang diperoleh.

2. Jelaskan perbedaan antara asumsi inti teori tersebut dengan teori kognitivisme?

Jawab :

 Teori belajar behaviorisme

Teori belajar behaviorisme berkembang sejak abad 19 dan masih banyak diimplementasikan
dalam dunia pendidikan, bahkan hingga sekarang ini. B.F Skinner menyebutkan bahwa teori
belajar behaviorisme adalah hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan
individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
Ciri teori belajar behaviorisme yang paling bisa dilihat adalah adanya perubahan perilaku
seseorang setelah mengalami kejadian di masa lalu.
Seseorang dinyatakan belajar jika merespon suatu kejadian, dan menjadikannya
pembelajaran untuk tidak menggunakan respon yang sama di masa depan, untuk
menghindari akibat yang pernah dialaminya.
Contoh implementasi teori belajar behavioristik dalam dunia pendidikan,
misalnya:penerapan hukuman saat siswa melanggar peraturan sekolah
Meski demikian, kondisi ini juga berpengaruh baik pada siswa, karena siswa akan menjadi
lebih terpacu karena juga akan mendapatkan reward.

 Teori belajar kognitifisme

Teori kognitifisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari
proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif
merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual.

Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat terlihatsebaigai tingkah laku yang Nampak.Teorikognitif juga menekankan bahwa
bagian-bagian bahawa dari sistuasi salaingberhubungan dengan seluruh kontek situasi
tersebut.
Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi /materipelajaran menjadi komponen-
komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan
makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya.Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas

 Sumber : EKMA4366 / Pengembangan SDM

Terimakasih

You might also like