You are on page 1of 3

PAJAK ATAS SAMPAH SEBAGAI BAGIAN DARI SOLUSI PERBAIKAN

LINGKUNGAN
Permasalahan dan Pengelolaan Sampah di Indonesia
Tiap tahun, volume sampah di Indonesia terus
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
aktivitas dan pertumbuhan penduduk, serta keterbatasan
lahan untuk pembuangan akhir. Data Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat
bahwa Indonesia menghasilkan setidaknya 67,8 juta ton sampah pada tahun 2020
dan diproyeksikan akan mencapai 70,8 juta ton pada tahun 2025. Volume sampah
ini diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050. Jika dilihat dari
sumbernya, 37,3 persen sampah berasal dari aktivitas rumah tangga. Tingginya
volume sampah juga terlihat pada daerah perkotaan di Indonesia.
Salah satu usulan Apeksi dalam RUU HKPD adalah penambahan jenis pajak
khusus bagi pemerintah kota, yaitu pajak sampah. Pengenaan pajak sampah dinilai
akan lebih efektif dibandingkan dengan pemungutan retribusi sampah dalam
mendukung penanganan sampah di perkotaan. Pengenaan pajak sampah ini juga
sejalan dengan banyaknya timbulan sampah yang ada di kota metropolitan
Indonesia.
Timbulan sampah pada daerah perkotaan rata-rata di atas 1.000 ton per hari.
Tingginya timbulan sampah ini menjadi persoalan pelik bagi pemerintah daerah,
terutama dalam hal pengelolaan sampah. Pajak sampah dapat menjadi salah satu
alternatif bagi pemerintah untuk mengurai permasalahan sampah di perkotaan.
Pengenaan pajak sampah ini tentunya dapat dilakukan ketika ekonomi Indonesia
sudah mulai pulih agar tidak menjadi beban bagi masyarakat
Pajak lingkungan (green tax) adalah salah satu langkah konkret (nyata) pemerintah
dalam merespons isu kerusakan lingkungan. Tujuan penerapan pajak
lingkungan ini adalah untuk pelestarian lingkungan hidup. Dengan pengadaan
penerapan pajak lingkungan, maka dana yang didapatkan dari hasil
pemungutan pajak tersebut dapat dialokasikan dan digunakan untuk
menyelamatkan lingkungan. Pajak lingkungan sendiri terbagi menjadi empat
kategori, pajak energi, pajak transportasi, pajak atas polusi, dan pajak atas sumber
daya.
Pajak merupakan suber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaraan
termasuk pengeluaran berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dari segi perpajakan,
fungsi pajak lingkungan hamper sama dengan fungsi pajak pada umumnya. Fungsi
utama pajak, yaitu :
A. Fungsi budgeting, yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat untuk
kegiatan bernegara
B. Fungsi regulatory, yaitu fungsi bagi memerintah untuk mencapai tujuan
tertentu
C. Fungsi stabilitas, yaitu fungsi yang terkait tujuan pemerintah untuk
menstabilkan harga dalam kondisi tertentu, misalnya, saat inflasi, dll
D. Fungsi pemerataan pendapatan, yaitu fungsi pajak digunakan sebagai
sarana peningkatan kesempatan kerja yang nantinya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat

Selain pajak yang di lakukan oleh masyarakat untuk solusi perbaikan lingkungan
ada pula langkah pencegahan dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Langkah
pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk
mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat,
misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan
kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).

Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai,


mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT
(Persistent,Bioaccumulative, and Toxic), serta proses kimia yang mengurangi atau
menghilangkan zat berbahaya.

Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah


tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah
lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi,
penggunaan energi alternatif, penggunaan alat transportasi alternatif, dan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan,
seperti
1. Melakukan perlindungan hutan dengan cara antara lain : menebang hutan
secara selektif, melakukan reboisasi, mencegah terjadinya kebakaran hutan,
pangadaan taman nasional, dan lain-lain.
2. Menggunakan pestisida dan pupuk sesuai dosis yang dianjurkan.
3. Mengolah limbah sebelum dibuang ke sungai atau ke saluran air yang lain.
4. Tidak membuang sampah sembarangan.
5. Melakukan proses daur ulang untuk sampah yang bisa dimanfaatkan

You might also like