You are on page 1of 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Republik Indonesia dikenal sebagai negara „Zamrud Khatulistiwa‟ dan

„Surga Dunia „ , memiliki sumber daya alam yang beranekaragam, baik sumber

daya alam hayati flora dan fauna dan memiliki arti yang penting dalam kehidupan

masyarakat Indonesia. Peranan penting tersebut dapat dilihat dari banyaknya

penggunaan sumber daya alam hayati, antara lain sebagai bahan pangan, bahan

obat-obatan, bahan kosmetik, pewarna makanan , dan kelengkapan dalam upacara

adat. Ada berbagai jenis tumbuhan yang dipergunakan untuk bahan pangan

khususnya dalam pembuatan masakan tradisional. Rempah-rempah adalah

tumbuhan yang biasa tumbuh baik secara liar maupun di daerah sekitar

pemukiman , dibudidayakan oleh sebagian masyarakat untuk digunakan sebagai

pengawet atau bumbu atau pelengkap rasa dalam masakan khas suatu daerah.

Cara pengolahan rempah-rempah dalam berbagai jenis masakan telah menjadi

suatu budaya lokal yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang.Hingga

saat ini tradisi pemanfaatan tumbuhan rempah dalam pembuatan makanan masih

dilestarikan oleh banyak etnis di seluruh Indonesia.Dalam pengolahan rempah-

rempah untuk aneka makanan tradisional sebagian besar bahan-bahan yang

digunakan berasal dari alam sekitar dan biasanya pengolahan rempah-rempah

berdasarkan kearifan lokal.

1
2

Makanan tradisional Indonesia adalah semua jenis makanan yang dibuat

dan diolah asli Indonesia, dengan menggunakan bahan lokal dan dengan cara

pengolahan yang beragam dan bervariasi, serta memiliki ciri khas daerah

setempat, mulai dari makanan utama, makanan selingan dan minuman yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut. Makanan tradisional Indonesia yang

kaya akan beraneka ragam bumbu dan rempah-rempah dapat diharapkan menjadi

potensi yang sulit untuk ditiru negara-negara lainnya di dunia mengingat keunikan

dan keberagamannya. Makanan tradisional Indonesia bukan hanya sekedar

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pisik yang kaya akan gizi makanan, akan

tetapi juga berfungsi sebagai sumber gizi yang mengandung unsur obat-obatan

dan perawatan kecantikan yang sulit didijumpai pada makanan-makanan nasional

lainnya yang telah diterima secara internasional selama ini. Apabila dihubungkan

dengan upaya pemerintah Indonesia yang sedang gencar-gencarnya memajukan

pariwisata, maka kekayaan budaya berupa makanan tradisional Indonesia yang

sangat kaya ragamnya dapat menjadi aset berupa atraksi wisata yang berharga.

Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, makanan tradisional Indonesia

sebagai salah satu teknologi budaya fisik diperlukan untuk memperkuat daya tarik

dan indentitas bangsa yang besar ini, seperti halnya beberapa Negara yang dengan

tegas memiliki indentitas makanan nasionalnya yang secara aktif diperkenalkan

kepada dunia dalam rangka memperkuat indentitas bangsanya. Pengembangan

aspek teknologi, bisnis di bidang makanan dengan memperkenalkan kepada dunia,

dapat menambah nilai ekonomi (devisa) dan ketahanan nasional serta harga diri

bangsa. Beragamnya jenis makanan tradisional Indonesia sangat memungkinkan


3

untuk menjadi tuan rumah pada daerah tujuan wisata internasional baik dilihat

dari gastronominya maupun komposisi menu.

Gambar 1. Peta pulau Jawa dimana bumbu jangkep berasal dari kerajaaan
Mataram dan hingga kini masih dilestarikan dalam budaya tutur.

Makanan tradisional menjadi suatu ciri khas bagi daerah tertentu dan etnis

tertentu dengan karakter cita rasa yang khas. Mulai dari area pantai dengan ciri

khas bahan dasar ikan dan hasil laut lainya, sepanjang pesisir pantai ditemui

berbagai menu degan bahan dasar ikan dan hasil lautNamun seiring

berkembangan jaman masyarakat mulai mengkonsumsi masakan dan bumbu siap

saji.Peneliti menduga hal ini dapat mengurangi pengetahuan dalam . Kare

rajungan di Tuban adaah salah satu jenis kare yang terkenal meski berbumbu

jangkep, bahan dasarnya adalah rajungan. Demikian dengan Semarang sayur

mangut yang merupakan masakan dengan bumbu dasar putih bersantan dengan

kondimen ikan pe (ikan pari) panggang , sayuran terong dan tempe dengan bumbu

khas kencur mampu menggugah selera . Kemudian daerah dataran seperti kota

sepanjang jalur tengah Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur, hidangan unggas dan

ternak mendominasi. Ayam goreng kalasan di daerah Magelang, sate dan gulai
4

kambing di Banjarnegara Jawa Tengah sangat disukai karena aroma „prengus‟

(penyebutan aroma daging kambing dalam bahasa Jawa Tengah ) kambingnya

yang membuat rindu . Bebek goreng Malang mewakili daerah landai di Jawa

Timur yang cukup memikat selera. Madiun yang merupakan daerah landai dengan

pola bercocok tanam, pecel madiun adalah makanan yang sangat terkenal di Jawa

Timur. Tak kalah seru adalah daerah pegunungan seperti Dieng Jawa Tengah,

dengan menu sup jamur nya yang panas pedas lada atau daerah Batu Jawa Timur

dengan sate kelinci nya yang lembut dan lezat. Lamongan sebagai daerah

penghasil bandeng memiliki soto ayam khas dimana kaldunya menggunakan

campuran ayam dan bandeng .Tradisi kuliner khas masyarakat itu sendiri di

daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat dipengaruni bumbu jangkep. Mulai

dari soto, gulai, krengsengan , rawon dan banyak lagi memiliki kemiripan yang

dapat diambil „benang merahnya‟. Kesamaan itu memiliki krakteristik yang sama

yaitu terdapat unsur bumbu dasar, bumbu pelengkap (warna merah menggunakan

cabai merah, kuning menggunakan kunyit dan oranye menggunakan kunyit dan

cabai merah). Maraknya bumbu instan yang ditawarkan pabrik besar hingga

ukuran usaha kecil menengah, menjadikan masayarakat mudah mendapatkan

bumbu masakan secara instan. Apabila perihal ini tidak diupayakan pelestarian ,

bukan tidak mungkin 20 tahun kedepan, bumbu masak tradisional etnis dan

daerah tinggal kenangan. Etnis Jawa, baik yang tinggal di provinsi Jawa Tengah

maupun Jawa Timur, sangat memanfaatkan rempah dan rimpang bumbu yang

disebut Empon Empon, dari percampuran empon empon lengkap dikenallah yang

disebut Bumbu Jangkep (KRT Tedjakusuma, wawancara)


5

Analisis sensori adalah suatu analisis yang digunakan untuk menguji mutu

suatu produk dengan alat indera manusia sebagai alat ujinya. Menurut

Setyaningsih, dkk. (2010) pada produk pangan pengujian ini sangat penting

dilakukan, karena meskipun nilai gizinya tinggi dan higienis, jika rasanya sangat

tidak enak maka nilai gizinya tidak dapat dimanfaatkan karena tidak dimakan.

Menurut KRT Tedjakusuma, Pengageng Kalih Kersan Dalem Kraton

Ngayojokarto Hadiningrat (Kepala Rumah Tangga Kraton Ngajokarto

Hadiningrat untuk urusan Permaisuri Raja) dalam wawancara dengan peneliti

pada tahun 2014 di kediaman beliau menyebutkan “ Bumbu Jangkep adalah resep

turun temurun yang di lestarikan secara turun temurun dengan cara juru masak

kraton, menurunkan ke anak cucunya tentang cara meracik bumbu tersebut “.

Masih lanjut beliau ,“ Kalau tidak menggunakan bumbu jangkep , rasa masakan

menjadi hambar, jadi orang hidup itu harus jangkep (sempurna) tata karma nya

dan lembah manah (hidup sederhana) supaya tidak hambar “.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan ketertarikan penulis untuk meneliti lebih dalam tentang

Bumbu Jangkep yang merupakan bumbu tradisional Jawa (Mataram), maka

penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana formula yang paling tepat untuk merekonstruksi bumbu jangkep ?

2. Bagaimana manfaat rempah dan rimpang bumbu tersebut bagi kesehatan ?

3. Bagaimana tanggapan responden terhadap bumbu instan yang dibeli dari toko

dengan bumbu jangkep yang dibuat sendiri dari segi rasa, warna dan tekstur ?.
6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui formula yang paling tepat untuk merekonstruksi bumbu

jangkep.

2. Untuk mengetahui manfaat rempah dan rimpang bumbu tersebut bagi

kesehatan.

3. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap bumbu instan yang dibeli

dari toko dengan bumbu jangkep yang dibuat sendiri dari segi rasa, warna dan

tekstur.

D. Manfaat dan Signifikasi

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

2. Menambah pengetahuan tentang bumbu jangkep bagi pecinta kuliner Jawa

terutama bagi pemula agar dapat membuat berbagai masakan dengan mudah ;

3. Memberikan pemikiran bagi orang-orang yang berasal Jawa Tengah dan Jawa

Timur untuk melestarikan tradisi kuliner Jawa yang sudah turun temurun

melalu budaya tutur .

4. Memberikan kesadaran kepada konsumen agar memanfaatkan bumbu jangkep

ini disamping menjadi bumbu masakan juga merupakan ramuan obat yang

berguna untuk menjaga stamina prajurit .


7

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Bumbu

Bumbu adalah campuran yang terdiri atas satu atau beberapa jenis rempah-

rempah, atau ekstrak rempah-rempah dan bahan perasa lainnya seperti garam,

gula, produk susu dan penguat rasa yang ditambahkan pada makanan, baik pada

saat pembuatan, atau pada saat persiapan, sebelum makanan dihidangkan,

menguatkan rasa alami makanan sehingga meningkatkan daya terima konsumen

(Uhl, 2000 dalam Lin, 2006).

a. Fungsi Bumbu

Fungsi utama dari bumbu, tentunya sebagai pemberi cita rasa pada

makanan. Bumbu dengan resep yang tepat merupakan unsur yang penting dalam

menciptakan masakan dengan cita rasa yang baik, karena setiap bumbu memiliki

komponen kimia khas yang dapat memengaruhi cita rasa makanan. Selain itu,

faktor fisik dari bumbu yang dapat memengaruhi cita rasa makanan yaitu bentuk

bumbu (segar, kering, dsb) dan teknik yang digunakan dalam persiapan dan

pengolahan bumbu (Raghavan, 2006).

Selain dari fungsi utamanya sebagai pemberi cita rasa, saat ini mulai

banyak berkembang penggunaan bumbu sebagai bahan dalam makanan-makanan

alami, sehingga dalam proses produksinya, makanan-makanan tersebut hanya

menggunakan bumbu-bumbu yang alami (Raghavan, 2006). Tren yang juga mulai

7
8

berkembang di masyarakat adalah penggunaan bumbu sebagai pengobatan alami.

Berbagai bumbu secara tradisional telah dikenal untuk mengobati berbagai

penyakit. Saat ini masyarakat mulai banyak yang kembali menggunakan obat-

obatan berbahan dasar rempah-rempah atau herba yang alami dan mulai

meninggalkan obat-obatan kimia. Akhirnya, obat-obatan herbal mulai banyak

dikembangkan baik dengan penelitian-penelitian ilmiah, maupun proses produksi

yang lebih modern (Raghavan, 2006).

Secara tradisional, bumbu juga telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan

pengawet dan antimiroba. Pemanfaatan ini telah banyak dilakukan pada budaya-

budaya kuno seperti Mesir, Cina, India, Romawi dan Suku Asli Amerika. Bumbu-

bumbu digunakan untuk mengawetkan makanan, mengawetkan bangsawan, serta

mencegah infeksi dan penyakit. Tidak seperti pengawet sintetis yang dapat

memberikan dampak buruk bagi kesehatan, pengawet berbahan dasar bumbu

alami selain bekerja dengan baik sebagai pengawet dan antimikroba, tetapi juga

aman untuk kesehatan (Raghavan, 2006).

b. Komposisi Bumbu

Untuk menciptakan masakan yang lezat, campuran bumbu dengan

komposisi yang tepat merupakan kuncinya. Karena setiap bumbu memiliki

karakteristik yang khas, campuran yang tepat dari berbagai bahan bumbu akan

saling berinteraksi dan menghasilkan cita rasa yang lezat


9

c. Manfaat Bumbu Bagi Kesehatan

1. Bawang Merah (Allium cepa L)

Peranan bawang merah adalah penting karena menjadi bumbu yang

relative sering muncul dalam masakan Jawa. Tumbuhan semusin dari family

Liliaceae ini tumbuh dalam rumpun , memiliki batng semu tersusun atas lapisan

lapisan daun, berakar serabut dan berumbi lapis bukanlah umbi sebenarnya seperti

pada ketela, singkong atau kentang , namun berbentuk dari lapisan-lapisan daun

yang menyatu dan membentuk batang yang fungsinya berubah menjadi membesar

dan membentuk umbi lapis. Daun bawang merah berbentuk tunggal , silinder

berongga Disamping memberikan rasa lezat pada masakan , kandungan bawang

merah memiliki kemampuan pengobatan sebagai berikut : Untuk Pencegahan

kanker : Bawang merah ini kaya senyawa aktif yang berhasil menghambat

perkembangan sel-sel kanker. Meredakan sakit Perut : Bawang merah memiliki

sifat anti inflamasi dan anti bakteri yang memberikan bantuan untuk sakit perut

dan sidrom gastro yang terkait.Kandungan Tolbutomid yang ternyata bisa

membantu untuk mengontrol gula darah di dalam hati. dan mengatur pelepasan

insulin juga mencegah adanya gangguan yang mempengaruhi produksi insulin di

dalam tubuh. Pengganti amoniak : Aroma, bau yang di miliki pada bawang merah

sangatlah terasa menusuk kedalam hidung, dan merangsang darah, fungsi

pernafasan, juga fungsi saraf. Hal seperti ini dapat membantu dalam pemberian

pertolongan pertama pada seseorang yang tidak sadar diri atau pingsan.Mencegah

terjadinya gumpalan darah : Caranya dengan memperbanyak mengkomsumsi

bawang merah yang mentah secara rutin. Anti biotik alami . Mengencerkan dahak
10

dan membantu dalam menyembuhkan radang Paru-paru.Mencegah terserang

penyakit TBC. Membantu mencegah konstipasi, mengobati perut kembung dan

susah buang air kecil. Memiliki khasiat dan manfaat bawang merah untuk

mengobati penyakit jantung. Membantu meningkatkan gairah Mencegah terserang

penyakit kanker : Bawang merah ini merupakan sejenis rempah-rempah yang

kaya akan senyawa aktif yang mampu menghambat perkembangan sel-sel

kanker.Khasiat dan manfaat bawang merah untuk menghilangkan adanya mata

ikan pada kaki. Membunuh kuman di mulut : Bawang merah ini ternyata sering di

gunakan untuk mencegah adanya kerusakan pada gigi dan infeksi di mulut,

caranya seperti dengan mengunyah bawang merah mentah mentah mengobati

jerawat pada wajah . Mengobati luka akibat sengatan serangga lebah,

kalajengking .

2. Bawang Putih (Alium Sativum)

Bawang putih merupakan Famili Alliaceae adalah tanaman yang

bentuknya rumput berumbi siung bersusun atau lapis. Tanaman ini berasal dari

Asia Tengah . Berkembang baik pada ketinggian 200 -250 meter ditas permukaan

laut pada tanah yang gembur mengandung endapan atau tanah liat . Bawang putih

ditanam dengan bibit ysng diambil dari umbu yang sudah diistirahatkan selamat 6

sampai delapan bulan . Tumbuh secara berumpun dengan ketinggian antara 25

hingga 80 cm. Batang tanaman ini merupakan batang semu yangterusun dari

pelepah-pelepah . bentuk daun menyerupai pita pipih , panjang dan tidak

berongga Kandungan bawang putih adalah sulfur yang tinggi. Kandungan ini
11

sebenarnya untuk melindungi didir dari hewn herbivore. Dalam kuliner Asia,

bawang putih adalah salah satu pecita rasa Umami (gurih) disamping MSG.

Disamping bawang putih yang umum dikenal pada bumbu dapur, terdapat pula

bawang putih tunggal atau orang Jawa menyebutnya bawang lanang . bawang

putih ini memiliki aroma yang lebih kuat disbanding bawang putih pada

umumnya, masakah Timur Tengah yang sangat kuat aroma bumbu nya , sangat

cocok jika mempergunakan bawang putih tunggal. Selain senyawa

organosulfurnya kemmpuan sebagai antimikroba, antitromboti, antihopipidemik ,

antriartisis, hipoglikemik, antioksidan dan anti tumor, senyawa allisin dan aliin

dapat mencegah PJK atau penyakit Jantung Koroner

3. Kemiri (Aleurites moluccana)

Seperti yang telah banyak diketahui selain bahan rempah untuk masakan

kandungan kemiri kaya senyawa penting bagi tubuh. Kandungan kimia yang

terdapat pada kemiri mencakup seperti gliserida, asam linoleat, palmitat, stearat,

miristat, asam minyak, protein, vitamin B1, dan zat lemak. Manfaat kemiri yang

populer terdapat pada minyak kemiri tersebut, yang dihasikan dari tumbukan biji

kemiri yang telah disangrai atau dibakar. Minyak kemiri berguna untuk

menyburkan rambut seperti manfaat minyak zaitun dan mengembalikan kilau

alami rambut hitam sehingga, ekstrak minyak kemiri banyak dipakai oleh para

produsen shampo.
12

4. Ketumbar (Coriandrum sativum)

Menurunkan kadar kolesterol darah .Asam linoleat, asam oleat, asam

palmitat, asam stearat, dan asam askorbat. Senyawa - senyawa itu diketahui

efektif dalam menurunkan kadar kolesterol di dalam darah dan dapat mampu

mengurangi deposit kolesterol dalam dinding pembuluh darah arteri dan vena.

Kandungan zat besi dalam ketumbar dapat membantu mengatasi anemia.

5. Lengkuas (Alpinia galangal)

Mengandung galangol, alpine, kamfer, galangin, methycinnamate serta

berkhasiat anti bakteri dan jamur. Lengkuas juga menambah nafsu makan,

menghangatkan dan membersihkan tubuh (detoksifikasi)., mengencerkan dahak

pada batuk, dan memiliki khasiat afrodisiak bagi pasutri yang memiliki masalah

dengan gairah seksual. Sementara, ksndungan kimia lengkuas, yaitu, galangun,

minyak atsiri, kaempfena dan eugenol berkhasiat mengatasi gangguan

pencernaan, seperti mulas berlebihan, diare, kolik usus dan penyakit herfes. Cara

mengkonsumsi lengkuas adalah dengan mengiris atau memarut kemudian

saripatihnya dengan cara diperas atau diseduh, kemudian diminum.

6. Jahe (Zingiber officinale )

Dalam bumbu masak Indonesia, kehadiran jahe hamper selalu ada

disamping menghilangkan rasa anyir ternyata jahe memiliki kandungan yang

sangat luar biasa diantaranya adalah , Menurunkan tekanan darah. Membantu

pencernaan, Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah


13

penggumpalan darah. Mencegah mual.Membuat lambung menjadi nyaman,

meringankan keram perut dan membantu mengeluarkan angin. Mengandung

antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh

radikal bebas di dalam tubuh.

7. Jinten (Trachyspermum roxburghianum)_

Sejenis tanaman perdu yang satu ini sangat memberikan aroma India.

Namun masih ada kemampuan lain yang sangat luar biasa yaitu : Menguatkan

jantung, Meningkatkan kualitas tidur, dan Melancarkan haid.

8. Santan

Tanaman tropic yang bisa hidup di ketinggian berapapun ini, merupakan

lemak fitosterol yang jika masuk kedalam tubuh akan diterima oleh protein high

density lipoprotein dan berguna untuk menghancurkan low density pipoproten

penyebab penyakit pembuluh darah.

9, Kapulaga Amomum compactum)

Meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan darah rendah. Oleh

sebab itu kapulaga baik untuk dikonsumsi bagi penderita hipertensi. Selain

manfaat tersebut kapulaga juga bermanfaat untuk mencegah pembekuan darah.

Mengandung dua zat penting yang baik untuk kesehatan tulang yaitu mangan dan

vitamin C. Kedua zat ini juga mempunyai peranan penting untuk mencegah

osteoporosis. Menghilangkan rasa sakit, nyeri otot, dan kejang. Selain itu,
14

kapulaga juga mempunyai sifat anti inflamasi yang dapat mengobati gusi

bengkak. Menjaga kesehatan ginjal. Sifat alami ini juga bermanfaat untuk

mencegah penyakit yang berhubungan dengan saluran kemih seperti sistitis dan

nefritis. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda sebab kapulaga mampu

melawan bakteri dan patogen lainnya yang mampu membuat tubuh Anda tetap

sehat.

10. Cengkih (Syzygium aromaticum)

Mencegah Inflamasi (Radang) , minyak cengkeh mengandung flavanoid.

Hal ini tentulah sangat baik karena memiliki sifat anti inflamasi dan juga bisa

bermanfaat untuk pasien rematik. Selain itu, cengkeh juga bisa digunakan sebagai

ekspektoran untuk mengobati berbagai kondisi minor saluran pernapasan.

Cengkeh bisa menjadi cara yang alami untuk melawan bakteri yang

membahayakan perut, dan juga untuk melawan kuman pada mulut. Tidak hanya

itu, kandungan eugenol yang ada pada cengkeh telah terbukti memiliki kandungan

anti jamur, serta efektif untuk melawan penyakit kulit yang disebabkan oleh

cacing cincin. Kandungan eugenol pada cengkeh juga berfungsi untuk mencegah

pembekuan pada darah serta mencegah stroke. Cengkeh juga dipercaya bisa

membantu meningkatkan sistem imun dan juga melawan seluruh penyakit mulai

dari yang ringan sampai penyakit yang mematikan.


15

11. Pekak (Illicium Verum)

Bunga Lawang atau Pekak memiliki aroma tajam , buah berbetuk octagon

atau segi delapan, keras dan berwarna kecoklatan , pengeringan menggunakan

sinar matahari sebelum buah menjadi ripe (ranum) . Pekak lazim digunakan untuk

masakan gulai kambing, disamping bias pula untuk daging , ikan dan unggas.

Kegunaan dalam bidang klinik, bunga lawing bias diseduh dengan air panas,

diminum hangat sebagai obat sakit perut, rematik dan ubat batuk

12. Kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum)

Kayu manis merupakan rempah yangberasala dariVietnam dan juga tumbu

subur di Korea. Berbentuk batang pohon keras dan bagian kulit pohon nya yang

dipergunakan sebagai rempah bumbu dan dipanen di umur 4 tahun. Kayu manis

memiliki karakter rasa yang hangat, pedas , wangi dan sedikit manis. Selain

sebagai rempah bumbu dan bahan pencitarasa kue, kayu manis memiliki khasiat

obat menurunkan tekanan darah tinggi , meredakan nyeri lambung, meredakan

sakit kepala, vertigo (pusing), mengobati diare, memperlancar BAB, menambah

nafsu makan, dan lain lain.

13. Daun Sere (Cymbopogon Citratus)

Daun sereh adalah salah satu jenis rumput rumputan yang dibudidayakan.

Hampir tidak ada perawatan khusus dalam membudidayakan rumput ini.

Sebagaimana lazimnya tananman rumput, perkembangbiakan dengan akar yang

bertunas. Satu batang sereh yang ditanam akan tumbuh bergerombol mebentuk
16

rumpun . Supaya tumbuh subur sebaiknya ditanam dengan jarak 65 sentimeter

perbaris (Garjito, 2013). Disamping batang sereh dipergunakan sebagai bumbu

masakan dengan cara dikeprek dan dimasukkan begitu saja kedalam masakan,

tanaman ini memiliki khasiat obat. Khasiat obat daun sereh atara lain adalah

sebagai penambah nafsu makan, obat batuk, peluruh seni, penurun panas, pereda

kejang, pengobatan pasca persalinan dan sebagai penghangat badan . Disamping

khasiat obat dan sebagai bumbu masakan , dengan proses dengan destilasi,

minyak sereh berkhasiat dipergunakan sebagai pengusir nyamuk.

14. Daun Salam (Eugenia polyantha. Wight)

Daun salam merupakan salah satu rempah asal Indonesia.Pohon salam

hidup liar dihutan. Pohon yang berbatang bulat dengan permukaan licin dan keras,

berdaun tunggal , berhadapan , dan rimbun. Pohon salam dapat tumbuh hingga 25

meter,berakar tunggal , dan ber bunga majemuk . Daun salam dipergunakan

sebagia bumbu di hamper semua masakan Jawa tengah, Jawa Timur bahkan Jawa

Barat dan pulau Sumatra . Disamping sebagai bumbu, daun salam memiliki

khasiat obat yaitu sebagai peluruh seni. Penderita rematik asama urat disarankan

meminum rebusan daun salam secara rutin supaya kadar purin darah bisa

berkurang.

15. Daun Jeruk purut dan buah jeruk purut (Citrus hystrx D.C)

Daun jeruk purut adalah tanaman perdu yang memiliki banyak daun

ranting. Batang berkayu ulet dank eras. Daun nya berupa daun majemuk, helaian
17

daun berbentuk bulat telur, pangkal mbundah hingga tumpul. Buah jeruk purut

bundarvdengan diameter 3 cm, permukaan buah tidak rata dan memiliki aroma

khas segar menyengat , berasa asam jika dipergunakan sebagai bumbu

memberikan sensasi segar. Dalam dunia pengobatan, daun jeruk purut

dipergunakan sebagai stimulant dan penyegar. Buah jeruk purut mengobati

influenza, mengatasi kelelahan dan memulihkan stamina pasca sakit.

16. Daun Kunyit (Curcuma domestica Val)

Daun kunyit adalah daun yang tumbuh pada tanaman kunyit yang ditanam

, dapat dipergunakan sebagai bumbu masakan. Dapur Sumatra sangat menyukai

daun kunyit sebagai bumbu karena aroma kunyit yang lembut, dan sedikit pedas

.Gulai dan rendang adalah salah satu masakan Sumatra yang tidak pernah

melupakan daun kunyit. Daun yang dipergunakan adalah daun yang sudah tua

yaitu yang sudah ditana 1 bulan lebih. Kegunaan dan khasisat obatnya sama

dengan kunyit.

17. Daun Kari (Murraya koenigii syn)

Memiliki khasiat untuk menyuburkan rambut dan memiliki efek anti-

diabetic, antioxidant, antimicrobial, anti-inflammatory, dan manfaat lainnya.

Selain itu daun ini juga memiliki kandungan zat besi yang tinggi.
18

18. Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

Mengharumkan keringat dan membuat nafas segar, antibiotik dan kaya

serat serta vitamn c .

19. Asam Kawak/Jawa (Tamarindus indica)

Anti piretik, anti imflamasi dan mengurangi keluahan dismenorhoe primer

20. Asam Kandis (Garcinia xanthochymus)

Berasal dari India, tajuknya berbentuk seperti pyramid, dengan batang

utama tumbuh tegak dan cabang tumbuh mendatar, seperti pohon manggis.

Variets yag tumbuh di Sumatra memiliki buah yang bulat dengan ujung buah

cekung kedalam, warna buah matang kuning kecoklatan , buah muda berwarna

hijau. Asam kandis yang kulitnyatelah dikeringkan inilah yang dipergunakan

sebagai bumbu . Memilki kandungan anti body yang baik, khususnya bagi

perokok sangat dianjurkan sering meminum sedihan asam kandis, oleh karena itu

jika masakan ditambahkan asam kandis, sangat bermanfaat bagi kesehatan paru

paru.

21. Tempe busuk

Tempe busuk memiliki citarasa khas yang tidak bisa digambarkan , namun

bagi penikmatnya bisa merasakan sebuah kelembutan rasa yang memiliki sensasi

menenangkan dan membuat citarasa masakan sedap tak tergantikan oleh bahan

lain. Secara ilmiah memang belum ada penelitan, namun sejauh ini tidak pernah
19

dilaporkan adanya keracunan pada setiap masakan yang ditambahkan tempe

busuk. Salah satu vitamin yang ditemukan adalah vitamin B12 (sianokobalamin)

yang biasanya hanya ditemukan pada produk hewani. Vitamin B12 bermmanfaat

pada produksi sel darah merah yang dilakukan oleh liver , sehingga pengunaannya

sangat direkomendasikan bagi penderita anemia. Karena produk tempe ini sudah

mulai elakukan fermentasi lanutan pasca menjadi tempe maka diperkirakan

proteinnya lebih mudah dicerna sempurna oleh usus dengan kandungan gizi yang

lebih baik.

22 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Diprkirakan, tanaman ini berasal dari Maluku, kemudian tumbuh dan

berkembang biak secara bebas di seluruh Indonesia, Filipina , Srilangka dan

Myanmar . (Gardjito 2013) . Pohonnya sedang dengan kayu yang tidak kuat pada

percabangannya, harus berhati-hati jika memanajat untuk memanen karena sangat

mudah patah dan menyebabkan pemanjat jatuh. Tinggi mencapai 10 eter

danenghendaki sinar matahari yang banyak utnuk tumbuh dan berbuah optimal.

Kandungan asam ascorbat (Vit C) pada belimbing wuluh meningkat 40 persen

saat musim kemarau dan sudah masak. Disamping sebagai pecita rasa segar pada

masakan, blimbing wuluh direkomendasikan untuk mengobati sariawan, bibir

pecah – pecah dan bau mulut.


20

23 Cabe Merah (Capsicum annum)

Tanaman cabai berasl dari daratan Amerika Selatan dan menyebar ke

seluruh dunia karena kegunaan nya baik sebagai bubu masakan maupun sebagai

obat herbal. Tanaman cabai merupakan perdu , batang berkayu , berbentuk bulat

atau persegi, bercabang banyak dan berbuku-buku (Gardjito, 2013) . Cabai

merupakan buah dengan Kandungan vitamn C tinggi , beta karoten (pro vit A),

kalsium dan fosfor. Kandungan Kapsaisin itulah yang menyebabkan cabai berasa

pedas, yang tesimpan di biji dan „urat‟ putih cabai . Kapsaisin bersifat

antikoagulan, yaitu menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak

lemak pada pembuluh darah (Gardjito, 2013) .

2. Bumbu Dasar Menurut Teori Farah

Farah menyebutkan bumbu-bumbu dasar putih, merah, kuning dan

orannye, namun masing bumbu tersebut tidak taxonomi atau tidak mengerucut

menjadi „mother sauce‟.Masing-masing bumbu dasar tetap berbeda dan tetap

harus menghafalkan, sedangkan bumbu dasar seharusnya adalah dasar dari bumbu

yang jika ditambahkan bahan teretentu menjadi masaka berbeda. (Minggu, 07

Agustus 2011 23:06 http://www.ideelok.com/resep-masakan/bumbu-dasar-

masakan-khas-indonesia/bumbu-dasar-merah, diunduh pada 26 Nopember 2014)

BUMBU DASAR PUTIH

Bumbu dasar putih digunakan untuk: Soto, Opor Putih dan Sayur

Besengek
21

Bahan :

- 250 gr bawang merah

- 100 gr bawang putih

- 50 gr kemiri

- 3 cm lengkuas dirajang halus

- 2 sdt garam

- 2 sdt gula pasir

- 100 ml minyak goreng ( untuk memblender )

- 100 ml minyak goreng untuk menumis.

Analisa : Soto, opor putih dan sayur besengek, menggunkan

ketumbar,laos, jahe dan dedaunan dan bebarapa soto

menggunakan santan.

Kesimpulan : Bumbu Dasar ini tetap tidak universal, susah dipahami , dan

melawan rumus dasar bumbu (pakem).

BUMBU DASAR MERAH

Bumbu dasar merah digunakan untuk : sambal goreng, rendang, kalio, nasi

goreng, bumbu bali, tumis sayuran, gulai, dan sebagainya.

Bahan :

- 400 gr cabe merah ( buang bijinya )

- 100 gr bawang merah

- 50 gr bawang putih

- 100 gr tomat
22

- 20 gr terasi

- 100 gr gula pasir

- 15 gr garam

- 100 ml minyak goreng ( saat blender )

- 100 ml minyak goreng ( saat menumis ).

Analisa : Rendang, kalio, bumbu bali dan gulai, tidak menggunkan tomat,

terasi dan bahan yang kurang adalah kemiri,ketumbar ,

lengkuas , jahe , santan dan jintan , serta dedaunan .

Kesimpulan : Bumbu Dasar ini tetap tidak universal, susah dipahami , dan

melawan rumus dasar bumbu (pakem).

BUMBU DASAR ORANYE

Bumbu dasar oranye digunakan untuk : tumis, nasi goreng, rica-rica, kare

dan bumbu rujak.

Bahan :

- 300 gr cabe merah buang bijinya

- 1 sdt jintan

- 1 sdt adas manis bubuk

- 2 1/2 sdm ketumbar bubuk

- 100 gr kemiri

- 150 gr bawang putih

- 500 gr bawang merah

- 25 gr kunyit
23

- 20 gr jahe

- 20 gr lengkuas

- 2 sdt lada bubuk

- 3 1/2 sdt garam

- 2 sdt gula

- 150 ml minyak goreng untuk memblender

- 150 ml minyak goreng untuk menumis.

Analisa : Nasi goreng dan rica-rica tidak menggunkan jintan, adas manis,

ketumbar, kemiri, lengkuas, dan bahan yang kurang rica-rica

menggunakan cabe rawit, daun kemangi dan bumbu tidak

dihaluskan akan tetapi di potong kasar.

Kesimpulan : Bumbu Dasar ini tetap tidak universal, susah dipahami, dan

melawan rumus dasar bumbu (pakem).

BUMBU DASAR KUNING

Bumbu dasar kuning digunakan untuk : opor, sayur berkuah santan, pepes,

serundeng, gurame acar kuning, pesmol, acar sayuran, tahu dan tempe, dan

lainnya.

Bahan :

- 100 gr kemiri

- 150 gr bawang putih

- 500 gr bawang merah

- 25 gr kunyit
24

- 20 gr jahe

- 20 gr lengkuas

- 1 sdm lada bubuk

- 2 1/2 sdt garam

- 2 sdt gula pasir

- 150 ml minyak untuk memblender

- 50 ml minyak untuk menumis.

Analisa : Sebagian besar soto berwarna kuning menggunakan ketumbar

dan dedaunan, sebagian soto menggunakan santen, jika jinten

tidak dimasukkan maka rasanya tidak sedap.

Kesimpulan : Bumbu Dasar ini tetap tidak universal, susah dipahami , dan

melawan rumus dasar bumbu (pakem).

3. Bumbu Dasar Menurut Teori Prihastuti Ekawatiningsih

Pada Buku RESTORAN UNTUK SEKOLAH MENGENGAH jilid 1

Dalam halaman 85 hingga 90, dibahas bumbu dasar putih, bumbu dasar merah

dan bumbu dasar kuning, namun tetpa tidak ada taxonomi yang mengerucut dan

merupakan bumbu dasar se. Sistem bumbu dasar ini sudah lebih maju, namun

tetap harus membuat mahasiswa kebingungan menghafalkannya karena masing-

masing bumbu dasar tidak memiliki format yang dibakukan sama dan memiliki

deferensiasi yang terlalu banyak.Berikut ini adalah formulasi bumbu dasar


25

menurutPrihastuti Ekawatiningsih. (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah, Departemen Pendidikan Nasional)

BUMBU DASAR MERAH

Bahan:

- Bawang merah 9 siung

- Bawang putih 5 siung

- Cabai merah 10 buah

- Garam 1 sdt

Bahan tambahan:

- Kemiri 5 butir

- Lada butir 1sdt

- Ketumbar 1sdt

- Terasi 1 sdt

- Gula pasir 1 sdt

- Minyak goreng 4 sdm

BUMBU DASAR PUTIH

Bumbu dasar putih adalah salah satu bumbu dasar masakan

Bahan:

- Bawang merah 11siung

- Bawang putih 6siung

- Garam 1sdt
26

Bahan tambahan:

- Kemiri 7 butir

- Lada butir 1 sdt

- Ketumbar ½ sdt

- Terasi 1 sdt

- Gula pasir 1 sdt

- Minyak goreng 3 sdm

BUMBU KUNING

Ayam goreng dll.

Bahan:

- Bawang merah 10siung

- Bawang putih 6siung

- Kunyit 2 cm

- Garam 1 sdt

Bahan tambahan:

- Kemiri 7butir

- Lada butir 1 sdt

- Ketumbar ½ sdt

- Terasi 1 sdt

- Gula pasir 1 sdt

- Minyak goreng 3 sdm


27

4. Peranan Bumbu Dasar Dalam Beberapa Masakan Indonesia yang Sejenis

Peranan Bumbu Dasar pada masakan Indonesia adalah memberikan cita

rasa dasar yang menjadi ciri khas bahwa ini adalah masakan Indonesa, kemudian

untuk memberikan warna, cabai merah berperan untuk pemberi warna semua

masakan warna merah, dan kunyit berperan untuk pemberi warna semua masakan

warna kuning, sedangkan perpaduan antara cabai merah dan kunyit berperan

sebagai pemberi warna semua masakan berwarna Oranye. Ketiga warna masakan

tersebut diberi nama Bumbu Dasar Merah, Bumbu Dasar Kuning, Bumbu

Dasar Oranye serta Bumbu Dasar Putih untuk Bumbu Dasar tanpa penambahan

bumbu pelengkap cabai merah ataupun kunyit.


28

5. Masakan Indonesia Yang Sejenis yang Biasa Menggunakan Bumbu

Dasar

Tabel 1
Nama masakan dengan bumbu menurut resep yang umumnya beredar di
masyarakat Berdasarkan bumbu dasar

No Nama Masakan BM BP Kem Ket Leng Jahe Jinten Santan CM Kunyit


1 Gulai Aceh          
2  
3 Soto Medan          
         
    
4 Arsik Ikan Nila
5 Gulai Ikan Patin
6 Sup Ikan Batam          
7 Daging Masak Hitam          
         
         
8 Ayam Bumbu Hijau
9 Rendang
10 Sate Padang          

         
Pariaman
11 Ikan Kembung Asam

         
Kandis
12 Acar ikan Mas
13 Lempah Kuning
14 Lempah Kuning Ikan

         
Kembung
15 Gulai Balak
16 Pindang Ikan          
17 Pindang Santan          
         
         
18 Tekwan
19 Anggeun Lada
20 Rabeg Kambing          
21 Soto Betawi          
22 Sayur Asem Jakarta         
         
         
23 Pesmol
24 Pepes Ikan Mas
25 Kare Ayam         
26 Bumbu Rujak          
 
         
27 Krengsengan
28 Rawon
29 Sate Kambing         

         
Bumbu Santan
30 Soto Madura
29

Analisa tabel diatas, diambil secara acak dari internet resep masakan

Indonesia di pulau Sumatra dan Jawa, maksud peneliti adalah mencari sampel

masakan tanpa memilih jenisnya dan membandingkan masakan antara yang

mempergunakan bumbu dasar dan tidak mepergunakan bumbu dasar Ternyata

dari 30 masakan yang secara acak diambil, ternyata 15 masakan diantaranya

mempergunakan Bumbu Dasar. Dengan demkian, apabila seorang pemula

menguasai bumbu dasar, maka kesimpulannya seorang pemula tersebut bisa

menguasai 15 macam masakan untuk pulau Sumatra dan pula Jawa. Mengingat

sebagan bsar penduduk Indonesia tinggal di kedua pulau tereseut, maka seorang

pemula warga belajar kuliner bisa dikatakan telah meguasai 15 masakan

Indonesia.
30

6. Konsep Bumbu Dasar

Konsep bumbu dasar dapat di lihat pada gamber berikut ini :

Gambar 2
Kategorisai Bumbu Dasar
BUMBU DASAR PUTIH GILING
Bawang Merah,Bawang Putih,Kemiri,Ketumbar,Lengkuas, Jahe ,
Jinten kalau memakai santan

Bumbu Dasar Merah Bumbu Dasar Bumbu Dasar


dengan penambahan Kuning Dengan Oranye (merah
Cabai Merah Giling Penambahan kuning)
Kunyit Giling

1.Opor 1. Gulai Jawa 1. GulaiMinang


2. SotoAyam Kapulogo 1. Rendang
2.Bobor Lamongan Kulit manis Daun Kunyit
3. Kare Ayam Cengkeh
3.Lodeh Bumbu khas Pekak 2. Bumbu
Kapulogo, Kulit manis, 1. GulaiKikilSapi Rujak
Cengkeh, dan Pekak (hanya 2. Gulai Kapau Jawa
untuk kambing,) 3. Gulai Asam Kecap Manis
Pade Terasi Udang
Kemangi
Asam Pade
4. Rawon
Dengan khas : Kluwek,
jintan karena kluwek
dianggap santan, biji
pala, dan kencur.

Semua bumbu diatas ditambahkan Daun


Jeruk, Daun Salam dan Daun Sereh
31

Gambar 3

Skema Pembuatan Bumbu Dasar

Komponen bumbu dasar putih kecuali


ketumbar bubuk dan jinten bubuk
dikupas dan dicuci bersih

Komponen bumbu dasar dihaluskan


menggunakan alat penggilingan

Komponen bumbu dasar yang sudah


halus ditumis hingga matang,
ditambah daun sereh, daun salam dan
daun jeruk

BUMBU DASAR
BUMBU DASAR PUTIH SUDAH SIAP Kunyit
KUNING

Cabai Merah

BUMBU DASAR BUMBU DASAR


MERAH ORANYE

Ditambah ketumbar bubuk dan jinten jika mempergunakan santan

MASAKAN MASAKAN MASAKAN


BERWARNA BERWARNA BERWARNA
MERAH ORANYE KUNING
32

Gambar 4. Bumbu dasar putih , cabai merah giling dan kunyit giling yang

sudah ditumis dan siap pakai

Bumbu Dasar Putih yang


telah ditumis

Cabai giling yang telah ditumis Kunyit giling yang telah


ditumis
33

7. Model Penerapan 15 Masakan Indonesia Sejenis Dengan konsep Bumbu

dasar

Tabel 2
Penerapan Bumbu Dasar dalam Masakan Indonesia

No Nama Masakan Bumbu Dasar Dedaunan Bumbu


Khas
Bumbu Santan Jintan Nama
Pelengkap

1 Arsik Ikan Nila Kunyit   Kuning


2 Sup Ikan Batam Cabai Merah   Merah
3 Rendang Cabai Merah   Merah Daun Kunyit

4 Sate Padang Kunyit   Kuning Kapulaga,


Pariaman cengkih, kulit

 
kayu manis
5 Ikan Kembung Kunyit , Oranye Asam Kandis

 
Asam Kandis Cabai Merah

 
6 Soto Betawi - Putih
7 Sayur Asem Cabai Merah Merah Daun Salam

 
Jakarta
8 Pesmol Kunyit, Oranye Daun Sereh,
Cabai Merah daun salam,

 
daun Kemangi,
9 Pepes Ikan Mas Kunyit Kuning Daun Sereh,
daun salam,

 
daun Kemangi,
10 Kare Ayam Kunyit Kuning Daun serei,
daun salam,

 
daun jeruk
11 Bumbu Rujak Cabai Merah Merah Daun serei,
daun salam,

 
daun jeruk
12 Krengsengan Kunyit , Kuning Daun serei,
Cabai Nerah daun salam,
daun jeruk

13 Rawon Kunyit,   Oranye Daun serei, Kluwek


Cabai Merah daun salam,

 
daun jeruk
14 Sate Kambing - Putih Daun serei,
Bumbu Santan daun salam,

 
daun jeruk
15 Soto Madura Kunyit Kuning Daun serei,
daun salam,
daun jeruk
34

Dari Tabel diatas, peneliti membuat konsep penghapalan dengan jembatan keledai

dengan di nyanyikan. Contoh penyanyian Resep Rendang adalah sebagai Berikut :

Bumbu dasar Putih, ditambah cabai merah, ditabah dengan santan, ditambah

dedaunan , kalau santan pasti jintan, ditambah bumbu khas. Peneliti

merencanakan dalam penghapalan in memiliki nilai entertainer dengan kolaborasi

mempergunakan SENAM BUMBU DASAR

8. Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan atau

kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis. Panelis adalah

sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan

kesan subyektif. Soekarto (1985) mengelompokan panelis ke dalam enam

kelompok, yaitu : panelis pencicipan perorangan, panelis pencicipan terbatas,

panelis terlatih, panelis agak terlatih dan, panelis konsumen Pengujian bahan

pangan menggunakan panelis agak terlatih sering dilakukan, karena tidak

memerlukan panelis yang memilki kepekaan yang tinggi, tetapi hanya

memerlukan latihan yang tidak intensif, dan dapat menggunakan mahasiswa.

Sebagaimana pernyataan Soekarto (1985), bahwa panelis agak etrlatih adalah

sekelompok mahasiswa atau staf peneliti (15 sampai 25 orang) yang mengetahui

sifat-sifat sensorik dari contoh yang dinilai melalui penjelasan atau latihan

sekedarnya. Kelemahan dari panelis ini adanya kemungkinan beberapa anggota

yang kurang sensitif, sehingga penilaiannya jauh berbeda dengan sebagian besar
35

panelis lainnya, maka untuk memperkecil subyektifitas penilaian, data dari panelis

tersebut tidak diikut sertakan dalam analisis selanjutnya.

a. Persepsi Sensori

Sifat sensori merupakan persepsi dari alat indra sebagai respon dari

stimulus. Untuk mengahasilkan persepsi ini, serangkaian proses serta keterlibatan

berbagai organ tubuh di dalamnya merupakan suatu keharusan. Kelima indra yang

dimiliki manusia, yaitu indra penglihatan, pendengarah, perasa, penghidu, serta

peraba merupakan komponen penting dalam membentuk persepsi sensori ini

(Kemp, Hollowod dan Hort, 2009).

b. Uji Hedonik

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu uji sensori yang

menggunakan skala kesukaan akan suatu produk. Skala ini dibuat tidak hanya

untuk menentukan pilihan di antara sampel, namun berikut dengan tingkat

kesukaan akan sampel. Skala ini berisi pernyataan yang menyatakan tingkat

kesukaan maupun ketidaksukaan. Dalam perkembangannya, skala ini tidak hanya

disajikan dalam bentuk pernyataan, tetapi juga disajikan dalam bentuk gambar

yang khususnya digunakan untuk penilai dari kalangan anak-anak (Cardello dan

Schutz, 2006).

Untuk menganalisis hasil uji hedonik, digunakan statistik parametrik. Data

hasil uji hedonik dikonversikan ke dalam angka yang menunjukkan tingkat

kesukaan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji T apabila dilakukan uji

terhadap 2 produk, atau uji Anova apabila dilakukan uji terhadap lebih dari 2

produk (Lawless dan Heymann, 1999).


36

Uji hedonik di laboratorium merupakan uji yang banyak digunakan dalam

menilai kesukaan akan suatu produk. Hal ini karena biasanya laboratorium mudah

untuk diakses serta sangat dimungkinkan untuk melakukan kontrol dalam

berbagai aspek untuk kegiatan penilaian seperti pencahayaan, situasi dan kondisi

lingkungan sekitar, persiapan produk, dan sebagainya (Kemp, Hollowod dan Hort,

2009).

c. Aspek Sensori yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan

Rasa merupakan suatu karakterisitik makanan yang secara konsisten

dilaporkan sebagai faktor yang berpengaruh kuat dalam perilaku makan.

Kenyatannya, “rasa” itu sendiri merupakan suatu karakteristik yang dibentuk dari

seluruh stimulasi sensori yang diperoleh dalam proses makan. Di dalamnya tidak

hanya melibatkan rasa di lidah saja, tetapi juga dari aroma, warna dan tekstur

makanan (EFIC, 2005).

Persepsi rasa akan sangat dipengaruhi oleh kepekaan papilla lidah. Selain

itu, persepsi rasa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain senyawa

kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi komponen rasa yang lain (Winarno, 1997).

Aroma merupakan salah satu aspek yang memegang perananan penting untuk

menghasilkan rasa yang lezat. Komponen aroma haruslah dalam bentuk uap

kemudian berinteraksi dengan saraf penghidu yang akan menghasilkan stimulus

untuk diteruskan ke otak untuk dikenali (Winarno, 1997).

Rasa dan aroma makanan juga dipengaruhi oleh tekstur makanan. Hal ini

karena tekstur makanan dapat memengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan

terhadap indra penghidu serta kelenjar air liur yang akhirnya berdampak pada
37

proses pembentukan stimulus dari indra penghidu serta indra perasa yang

berperan dalam pembentukan persepsi rasa dan aroma makanan (Winarno, 1997).

Penampilan makanan merupakan satu aspek yang tidak dapat diindahkan untuk

menghasilkan makanan yang memuaskan, selain rasa makanan. Beberapa faktor

yang memengaruhi penampilan makanan antara lain warna serta tekstur makanan

(Moehyi, 1999).

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir peneliti adalah Dalam rangka menumbuh kembangkan

minat mencintai kuliner ndonesia perlu adanya konsep mengapal bumbu dasar

yang memiliki kriteria sebagai berkut :

1. Menarik (dengan konsep tidak mengahapalkan resep),

2. Mudah dipahami (Tidak menghapal resep),

3. Sistematis (dengan konsep bumbu dasar),

4. Memilki nilai Fun (menyenangkan), dan

5. Memiliki unsur Entertainer (hiburan).

C. Hipotesis

Dari hasil pengalaman empiris, studi pustaka dan wawancara dengan

narasumber, peneliti meyakini kategorisasi bumbu dasar :

1. Terdiri dari bumbu dasar, Bumbu Pelengkap dan bumbu khas ;

2. Mudah dipahami bagi pemula ;


38

3. Mudah dipraktekan ;

4. Mampu menciptakan masakan yang lezat, dan

5. Menunjang unsur kesehatan keluarga sebagaimana tujuan Ilmu

Kesejahteraan Keluarga .
39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan/Metoda Penelitian

Metodologi penelitian yang akan dipergunakan adalah uji Kualitatif

Organoleptik dengan variable masakan yang menggunakan resep bumbu instan

Bambo dan A dibandingkan masakan yang sama menggunakan resep bumbu

jangkep.. Perangkat uji yang dibuat adalah Rasa, Warna, Tekstur, dan aroma

.Kedua masakan akan dinilai dengan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 10. Dari

nilai tersebut akan dilihat rata rata responden lebih menyukai Masakan sejenis

menggunakan Resep Original atau Bumbu Dasar/bumbu jangkep. Penelitian Ini

menggunakan metode Diskripsi Analisis dan sebagai variabel penelitian adalah:

Evaluasi Tingkat kesukaan (organoleptik) pembuatan 3 masakan dengan cara

penggunaan bumbu instan buatan pabrik dan bumbu dasar atau bumbu jangkep

dengan bahan segar. Masakan yang diuji organoleptic adalag Soto ayam

lamongan, Rendang padang dan Rawon Surabaya, masing masing dibuat dengan

bumbu instan Bambo, A dan bumbu jangkep.

B. Variabel dan Pengukurannya

Variabel pengukannya berupa Uji Organoleptik dengan nilai sebagai

berikut :

50 = Sangat Suka

39
40

40 = Suka

30 = Biasa

20= Tidak Suka

10= Sangat Tidak Suka

Parameter yang dinilai adalah : RASA, WARNA, TEKTUR, PENAMPILAN

MASAKAN dan KESUKAAN TERHADAP MASAKAN .

C. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono, 2007, Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala

ssesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut , kemudian ditarik kesimpulan

nya.(Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta)

adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih

substantive dari suatu konsep. Tujuannya yaitu agar peneliti dapat mencapai suatu

alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan

konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur

yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.

D. Prosedur Penarikan Sampel (Sampling)

Prosedur penarikan sampel adalah membuat 3 masakan Indonesia yang

mempergunakan konsep Bumbu Dasar dengan dua variabel penelitian yaitu :

a. 3 masakan menggunakan Bumbu dari Pabrik tertentu dan;

b. 3 masakan menggunakan Bumbu Dasar sesuai konsep penelitian ini.


41

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dioperguankan dalam pengumpulan data adalah responden

merasakan 3 masakan Indonesia dan memberikan penilaian Organoleptik tingkat

kesukaan sebagaimana kriteria yang telah disebutkan diatas, terhadap 3 masakan

Indonesia menggunakan bumbu racikan pabrik dan bumbu dasar dalam penelitian

ini.

F. Metoda Analisis Data

Penelitian ini mempergunakan metodologi Diskripsi Analisis, peneliti

akan memaparkan tingkat kesukaan responden terhadap masakan yang dibuat

dengan bumbu racikan pabrik dibandingkan dengan konsep Bumbu Dasar.

Analisis penelitian dilakukan dengan cara uji organoleptik, yaitu memberikan

kuisioner kepada mahasiswa yang terbiasa mengkonsumsi bumbu jangkep, sama

bumbu nasional.

G. Analisis Data

Seluruh data yang telah didapatkan dianalisis dengan menggunakan

perangkat lunak komputer untuk analisis data. Data identitas responden dianalisis

untuk mendapatkan gambaran karakteristik panelis yang menilai produk berupa

data frekuensi. Data yang diolah yaitu usia, jenis kelamin dan peminatan panelis.

Pengujian hipotesis menggunakan uji Anova dengan nilai α=0,05. Karena

hasil uji Anova menunjukkan bahwa adanya mahasiswa yang terbiasa

mengkonsumsi bumbu jangkep, sama bumbu nasional. Sedangkan untuk data


42

hasil uji hedonik, data dianalisis untuk mendapatkan gambaran hasil penilaian

panelis yang disajikan dalam bentuk data frekuensi serta untuk mengetahui

pengaruh penambahan udang rebon terhadap hasil uji hedonik. Analisis yang

digunakan untuk menguji hipotesis adanya pengaruh perlakuan adalah uji Anova

dengan nilai α=0,05. Hipotesis diterima apabila hasil uji menunjukkan nilai p

value<0,05 (Hanafiah, 2010).


43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Responden dari penelitian ini adalah responden tidak terlatih dari

mahasiswa Akademi Pariwisata Majapahit sebanyak 30 orang. Berikut adalah data

karakteristik responden yang telah menilai produk bumbu jangkep berupa

gambaran usia, jenis kelamin serta peminatan peminatan:

1. Usia Responden

Berikut ini gambar 4.1 menunjukkan usia dari 30 responden yang terlibat

dalam penelitian:

10%
50% 17 - 20 Tahun
40% 21 - 23 Tahun
24 - 27 Tahun

Gambar 5
Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa rentang usia dari 30 responden yang

berpartisipasi adalah 17-27 tahun. Usia responden yang terbanyak adalah 17

sampai 20 tahun yaitu sebesar 50%, kemudian usia 21 sampai 23 tahun sebesar

40% dan usia responden antara 24 sampai 27 tahun sebesar 10%.

43
44

2. Jenis Kelamin

Berikut ini gambar 4.2 menunjukkan jenis kelamin dari 30 responden yang

terlibat dalam penelitian:

43%

57% Laki - laki


Wanita

Gambar 6
Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin dari 30 responden, dimana

kebanyakan responden adalah berjenis kelamin wanita yaitu sebesar 57% dan

yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 43%.

3. Studi Peminatan

Berikut ini gambar 7 menunjukkan studi peminatan dari 30 responden

yang terlibat dalam penelitian:

27%

Pastry
73% Culinary

Gambar 7
Distribusi Responden Berdasarkan Studi Peminatan
45

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa studi peminatan dari 30 responden,

dimana kebanyakan responden adalah studi peminatan culinary yaitu sebesar 73%

dan yang studi peminatan pastry yaitu sebesar 27%.

B. Hasil Uji Hedonik

Uji hedonik merupakan uji yang melibatkan panelis dalam penilaiannya.

responden memberikan penilaiannya akan warna, aroma, rasa dan tekstur dari

Bumbu Merek Indoofood, bamboe dan Bumbu Jangkep. Berikut ini adalah data

hasil uji hedonik warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan produk:

1. Bumbu Rawon

a. Rasa

Gambar 9 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter Rasa produk Bumbu Rawon:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Rasa
6.000 4.900
5.000 4.367
3.767
4.000
3.000 2.033
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 8
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter Rasa Bumbu Rawon

Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter rasa mencapai angka 2,033 sampai 4.900, yang artinya tingkat

kesukaan akan rasa produk berada pada tingkat “tidak suka” dan “sangat suka”.
46

Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter rasa adalah produk

Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,900. Sedangkan produk yang memiliki

nilai rata-rata terendah untuk parameter rasa adalah bumbu merek bamboe

dengan nilai rata-rata 2,033

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik rasa produk. Tabel 4.1 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik rasa produk:

Tabel 3
Hasil Uji Anova untuk Parameter Rasa Produk

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 139.467 2 69.733 414.588 0.000
Within Groups 14.633 87 0.168
Total 154.100 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik rasa produk antara bumbu merek A, merek B dan

Bumbu Jangkep.

b. Warna

Gambar 4.5 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter Rasa warna:


47

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Warna
6.000 4.933

4.000 3.533 3.522


2.100
2.000

0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 9
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter warna

Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter warna mencapai angka 2,100 sampai 4.933, yang artinya tingkat

kesukaan akan rasa warna berada pada tingkat “tidak suka” dan “sangat suka”.

Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter warna adalah

produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,933. Sedangkan produk yang

memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter warna adalah bumbu merek

bamboe dengan nilai rata-rata 2,100.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik warna produk. Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik warna produk:

Tabel 4
Hasil Uji Anova untuk Parameter Warna Produk

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 120.422 2 60.211 373.280 0.000
Within Groups 14.033 87 0.161
Total 134.456 89
Sumber : lampiran olah data
48

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik warna produk antara bumbu merek A, merek B dan

Bumbu Jangkep.

c. Tekstur

Gambar 4.6 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter Rasa tekstur:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Tekstur
6.000
4.767
5.000 4.233
4.000 3.556
3.000
1.667
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 10
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter tesktur

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter warna mencapai angka 1,667 sampai 4.767, yang artinya tingkat

kesukaan akan rasa warna berada pada tingkat “sangat tidak suka” dan “sangat

suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter tekstur

adalah produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,767. Sedangkan produk

yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter tekstur adalah bumbu

merek bamboe dengan nilai rata-rata 1,667.


49

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik tekstur produk. Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik tekstur produk:

Tabel 5
Hasil Uji Anova untuk Parameter Tekstur Produk

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 164.822 2 82.411 412.056 0.000
Within Groups 17.400 87 0.200
Total 182.222 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik tekstur produk antara bumbu merek A, merek B dan

Bumbu Jangkep.

d. Aroma

Gambar 11 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter aroma:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Aroma
6.000
4.833
5.000 4.467
3.933
4.000
3.000 2.500
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 11
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter aroma
50

Gambar 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter aroma mencapai angka 2,500 sampai 4.733, yang artinya tingkat

kesukaan akan rasa warna berada pada tingkat “tidak suka” dan “sangat suka”.

Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter aroma adalah

produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,833. Sedangkan produk yang

memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter aroma adalah bumbu merek

bamboe dengan nilai rata-rata 2,500.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik aroma produk. Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik aroma produk:

Tabel 6
Hasil Uji Anova untuk Parameter aroma Produk

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 94.467 2 47.233 177.635 0.000
Within Groups 23.133 87 0.266
Total 117.600 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik aroma produk antara bumbu merek A, merek B dan

Bumbu Jangkep.

e. Keseluruhan

Gambar 4.8 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

keseluruhan produk:
51

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Keseluruhan
6.000
4.958
5.000
3.858 3.833
4.000
2.683
3.000
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 12
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap keseluruhan produk

Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

mencapai angka 2,683 sampai 4.958, yang artinya tingkat kesukaan pada tingkat

“tidak suka” dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi

untuk keseluruhan produk adalah produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata

4,958. Sedangkan produk yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk

keseluruhan produk adalah bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 2,683.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik keseluruhan produk. Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji

Anova untuk hasil uji hedonik keseluruhan produk:

Tabel 7
Hasil Uji Anova untuk keseluruhan Produk

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 77.663 2 38.831 1051.617 0.000
Within Groups 3.213 87 0.037
Total 80.875 89
Sumber : lampiran olah data
52

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik keseluruhan produk antara bumbu merek A, merek B

dan Bumbu Jangkep.

Kemudian untuk membandingkan apa ada perbedaan antara Bumbu Merek

A, Merk Bamboe dan Bumbu Jangkep dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8
Hasil Uji Anova perbedaan antara Bumbu Merek A,
Merek Bamboe dan Bumbu Jangkep

Dependent Mean Std.


(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
Variable Difference (I-J) Error
Merek Bamboe 2.333 0.106 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.533 0.106 0.000
Merek A -2.333 0.106 0.000
Rasa Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.867 0.106 0.000
Merek A 0.533 0.106 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.867 0.106 0.000
Merek Bamboe 1.433 0.104 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -1.400 0.104 0.000
Merek A -1.433 0.104 0.000
Warna Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.833 0.104 0.000
Merek A 1.400 0.104 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.833 0.104 0.000
Merek Bamboe 2.567 0.115 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.533 0.115 0.000
Merek A -2.567 0.115 0.000
Tekstur Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -3.100 0.115 0.000
Merek A 0.533 0.115 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 3.100 0.115 0.000
Merek Bamboe 1.967 0.133 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.367 0.133 0.007
Merek A -1.967 0.133 0.000
Aroma Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.333 0.133 0.000
Merek A 0.367 0.133 0.007
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.333 0.133 0.000
Keseluruhan Merek A Merek Bamboe 1.175 0.050 0.000
53

Dependent Mean Std.


(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
Variable Difference (I-J) Error
Bumbu Jangkep -1.100 0.050 0.000
Merek A -1.175 0.050 0.000
Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.275 0.050 0.000
Merek A 1.100 0.050 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.275 0.050 0.000
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Untuk rasa menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai p<0,05,

yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara produk

bumbu merek A dengan merek B, produk bumbu merek A dengan Bumbu

Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu Jangkep.

2. Untuk warna menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

3. Untuk tesktur menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

4. Untuk aroma menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A


54

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

5. Untuk keseluruhan menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

2. Bumbu Gulai

a. Rasa

Gambar 4.9 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter Rasa produk Bumbu Gulai:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Rasa
6.000
4.867 4.833
5.000
3.944
4.000
3.000 2.133
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 13
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter Rasa Bumbu Gulai

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter rasa Bumbu Gulai mencapai angka 2,133 sampai 4.867, yang artinya

tingkat kesukaan akan rasa produk Bumbu Gulai berada pada tingkat “tidak suka”
55

dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter

rasa Bumbu Gulai adalah produk merek A dengan nilai rata-rata 4,867. Sedangkan

produk yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter rasa Bumbu Gulai

adalah bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 2,133

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik rasa produk. Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik rasa produk Bumbu Gulai:

Tabel 9
Hasil Uji Anova untuk Parameter Rasa Produk Bumbu Gulai

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 147.622 2 73.811 336.208 0.000
Within Groups 19.100 87 0.220
Total 166.722 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik rasa produk Bumbu Gulai antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.

b. Warna

Gambar 4.10 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter warna Bumbu Gulai:


56

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Warna
6.000 4.933
5.000
4.000 3.144
3.000 2.467
2.033
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 14
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter warna Bumbu Gulai

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter warna Bumbu Gulai mencapai angka 2,033 sampai 4.933, yang artinya

tingkat kesukaan akan rasa warna Bumbu Gulai berada pada tingkat “tidak suka”

dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter

warna Bumbu Gulai adalah produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,933.

Sedangkan produk yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter warna

Bumbu Gulai adalah bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 2,033.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik warna produk. Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik warna produk:

Tabel 10
Hasil Uji Anova untuk Parameter Warna Produk Bumbu Gulai

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 146.822 2 73.411 620.074 0.000
Within Groups 10.300 87 0.118
Total 157.122 89
Sumber : lampiran olah data
57

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik warna produk Bumbu Gulai antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.

c. Tekstur

Gambar 4.11 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter tekstur Bumbu Gulai:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Tekstur
6.000
4.933
5.000
4.000 3.644
3.000 3.000
3.000
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 15
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter tesktur Bumbu Gulai

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter warna Bumbu Gulai mencapai angka 3,000 sampai 4.933, yang artinya

tingkat kesukaan akan tekstur Bumbu Gulai berada pada tingkat “suka” dan

“sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter

tekstur adalah produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,933. Sedangkan

produk yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter tekstur Bumbu

Gulai adalah bumbu merek A dan bamboe dengan nilai rata-rata 3,000.
58

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik tekstur produk Bumbu Gulai. Tabel 4.9 menunjukkan

hasil uji Anova untuk hasil uji hedonik tekstur produk:

Tabel 11
Hasil Uji Anova untuk Parameter Tekstur Produk Bumbu Gulai

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 164.822 2 82.411 412.056 0.000
Within Groups 17.400 87 0.200
Total 182.222 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik tekstur produk Bumbu Gulai antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.

d. Aroma

Gambar 4.12 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter aroma Bumbu Gulai:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Aroma
6.000 4.967 4.933
5.000 3.922
4.000
3.000
1.867
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 16
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter aroma Bumbu Gulai
59

Gambar 4.12 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter aroma mencapai angka 1,867 sampai 4.967, yang artinya tingkat

kesukaan akan rasa warna berada pada tingkat “tidak suka” dan “sangat suka”.

Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter aroma Bumbu

Gulai adalah produk merek A dengan nilai rata-rata 4,967. Sedangkan produk

yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter aroma Bumbu Gulai

adalah bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 1,867.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik aroma produk. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik aroma produk Bumbu Gulai:

Tabel 12
Hasil Uji Anova untuk Parameter aroma Produk Bumbu Gulai

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 190.156 2 95.078 803.084 0.000
Within Groups 10.300 87 0.118
Total 200.456 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik aroma produk Bumbu Gulai antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.

e. Keseluruhan

Gambar 4.13 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

keseluruhan produk Bumbu Gulai:


60

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Keseluruhan
6.000
4.908
5.000
3.825 3.664
4.000
3.000 2.258
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 17
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap keseluruhan produk Bumbu Gulai

Gambar 4.13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

mencapai angka 2,258 sampai 4.908, yang artinya tingkat kesukaan pada tingkat

“tidak suka” dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi

untuk keseluruhan produk Bumbu Gulai adalah produk Bumbu jangkep dengan

nilai rata-rata 4,908. Sedangkan produk yang memiliki nilai rata-rata terendah

untuk keseluruhan produk Bumbu Gulai adalah bumbu merek bamboe dengan

nilai rata-rata 2,258.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik keseluruhan produk. Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji

Anova untuk hasil uji hedonik keseluruhan produk:

Tabel 13
Hasil Uji Anova untuk keseluruhan Produk Bumbu Gulai

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 106.506 2 53.253 1938.828 0.000
Within Groups 2.390 87 0.027
Total 108.895 89
Sumber : lampiran olah data
61

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik keseluruhan produk Bumbu Gulai antara bumbu merek

A, merek B dan Bumbu Jangkep.

Kemudian untuk membandingkan apa ada perbedaan antara produk

Bumbu Gulai Merek A, Merk Bamboe dan Bumbu Jangkep dapat dilihat pada

Tabel 4.12

Tabel 14
Hasil Uji Anova perbedaan antara Bumbu Gulai Merek A,
Merek Bamboe dan Bumbu Jangkep

Dependent Mean Std.


(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
Variable Difference (I-J) Error
Merek Bamboe 2.733 0.121 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep 0.033 0.121 0.784
Merek A -2.733 0.121 0.000
Rasa Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.700 0.121 0.000
Merek A -0.033 0.121 0.784
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.700 0.121 0.000
Merek Bamboe 0.433 0.089 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -2.467 0.089 0.000
Merek A -0.433 0.089 0.000
Warna Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.900 0.089 0.000
Merek A 2.467 0.089 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.900 0.089 0.000
Merek Bamboe 0.067 0.053 0.216
Merek A
Bumbu Jangkep -1.933 0.053 0.000
Merek A -0.067 0.053 0.216
Tekstur Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.000 0.053 0.000
Merek A 1.933 0.053 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.000 0.053 0.000
Merek Bamboe 3.100 0.089 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep 0.033 0.089 0.708
Aroma Merek A -3.100 0.089 0.000
Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -3.067 0.089 0.000
Bumbu Jangkep Merek A -0.033 0.089 0.708
62

Dependent Mean Std.


(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
Variable Difference (I-J) Error
Merek Bamboe 3.067 0.089 0.000
Merek Bamboe 1.567 0.043 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -1.083 0.043 0.000
Merek A -1.567 0.043 0.000
Keseluruhan Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.650 0.043 0.000
Merek A 1.083 0.043 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.650 0.043 0.000
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Untuk rasa menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan ada pengaruh

perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara produk bumbu merek A dengan

merek B, sedangkan produk bumbu merek A dengan Bumbu Jangkep tidak

ada perbedaan, serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu Jangkep

ada pengaruh perlakuan.

2. Untuk warna menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

3. Untuk tesktur menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan tidak ada

pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara produk bumbu merek A

dengan merek bamboe, serta ada pengaruh perlakuan produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

4. Untuk aroma menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan ada

pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara produk bumbu merek A
63

dengan merek B, sedangkan produk bumbu merek A dengan Bumbu Jangkep

tidak ada perbedaan, serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep ada pengaruh perlakuan.

5. Untuk keseluruhan menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

3. Bumbu Soto

1. Rasa

Gambar 4.14 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter Rasa produk Bumbu Soto:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Rasa
6.000
4.900
5.000 4.367
3.767
4.000
3.000 2.033
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 18
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter Rasa Bumbu Soto

Gambar 4.14 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter rasa Bumbu soto mencapai angka 2,033 sampai 4.900, yang artinya

tingkat kesukaan akan rasa produk Bumbu soto berada pada tingkat “tidak suka”
64

dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter

rasa Bumbu soto adalah produk bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,900.

Sedangkan produk yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter rasa

Bumbu soto adalah bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 2,033

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik rasa produk. Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik rasa produk Bumbu soto:

Tabel 15
Hasil Uji Anova untuk Parameter Rasa Produk Bumbu soto

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 139.467 2 69.733 414.588 0.000
Within Groups 14.633 87 0.168
Total 154.100 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik rasa produk Bumbu soto antara bumbu merek A, merek

B dan Bumbu Jangkep.


65

2. Warna

Gambar 4.15 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter warna Bumbu soto:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Warna
6.000 4.933
5.000
4.000 3.533 3.522
3.000 2.100
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 19
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter warna Bumbu Soto

Gambar 4.15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter warna Bumbu soto mencapai angka 2,100 sampai 4.933, yang artinya

tingkat kesukaan akan rasa warna Bumbu soto berada pada tingkat “tidak suka”

dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter

warna Bumbu Gulai adalah produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,933.

Sedangkan produk yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter warna

Bumbu Gulai adalah bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 2,100.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik warna produk. Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik warna produk:


66

Tabel 16
Hasil Uji Anova untuk Parameter Warna Produk Bumbu Soto

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 120.422 2 60.211 373.280 0.000
Within Groups 14.033 87 0.161
Total 134.456 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik warna produk Bumbu soto antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.

3. Tekstur

Gambar 4.16 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter tekstur Bumbu Gulai:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Tekstur
6.000
4.767
5.000 4.233
4.000 3.556

3.000
2.000 1.667

1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 20
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter tesktur Bumbu Soto

Gambar 4.16 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter warna Bumbu soto mencapai angka 1,667 sampai 4.767, yang artinya
67

tingkat kesukaan akan tekstur Bumbu soto berada pada tingkat “suka” dan “sangat

suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter tekstur

adalah produk Bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,767. Sedangkan produk

yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter tekstur Bumbu soto adalah

bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 1,667.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik tekstur produk Bumbu Gulai. Tabel 4.15 menunjukkan

hasil uji Anova untuk hasil uji hedonik tekstur produk:

Tabel 17
Hasil Uji Anova untuk Parameter Tekstur Produk Bumbu Soto

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 164.822 2 82.411 412.056 0.000
Within Groups 17.400 87 0.200
Total 182.222 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik tekstur produk Bumbu soto antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.


68

4. Aroma

Gambar 4.17 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

parameter aroma Bumbu Soto:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Aroma
6.000
4.833
5.000 4.467
3.933
4.000
3.000 2.500
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 21
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap Parameter aroma Bumbu Soto

Gambar 4.17 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

parameter aroma mencapai angka 2,500 sampai 4.833, yang artinya tingkat

kesukaan akan rasa warna berada pada tingkat “tidak suka” dan “sangat suka”.

Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk parameter aroma Bumbu soto

adalah produk bumbu jangkep dengan nilai rata-rata 4,833. Sedangkan produk

yang memiliki nilai rata-rata terendah untuk parameter aroma Bumbu soto adalah

bumbu merek bamboe dengan nilai rata-rata 2,500.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik aroma produk. Tabel 4.16 menunjukkan hasil uji Anova

untuk hasil uji hedonik aroma produk Bumbu Soto:


69

Tabel 18
Hasil Uji Anova untuk Parameter aroma Produk Bumbu Soto

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 94.467 2 47.233 177.635 0.000
Within Groups 23.133 87 0.266
Total 117.600 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik aroma produk Bumbu soto antara bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep.

5. Keseluruhan

Gambar 4.18 menunjukkan nilai rata-rata hasil uji hedonik terhadap

keseluruhan produk Bumbu soto:

Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik


Terhadap Parameter Keseluruhan
6.000 4.858
5.000 4.150
3.694
4.000
3.000 2.075
2.000
1.000
0.000
Merek Merek Bumbu Total
Indofood Bamboe Jangkep

Gambar 22
Nilai Rata-Rata Hasil Uji Hedonik terhadap keseluruhan produk Bumbu Soto

Gambar 4.18 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan produk untuk

mencapai angka 2,075 sampai 4.858, yang artinya tingkat kesukaan pada tingkat

“tidak suka” dan “sangat suka”. Produk yang memiliki nilai rata-rata tertinggi

untuk keseluruhan produk Bumbu soto adalah produk Bumbu jangkep dengan
70

nilai rata-rata 4,858. Sedangkan produk yang memiliki nilai rata-rata terendah

untuk keseluruhan produk Bumbu soto adalah bumbu merek bamboe dengan nilai

rata-rata 2,075.

Uji Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik keseluruhan produk. Tabel 4.17 menunjukkan hasil uji

Anova untuk hasil uji hedonik keseluruhan produk:

Tabel 19
Hasil Uji Anova untuk keseluruhan Produk Bumbu Soto

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups 125.543 2 62.772 1347.040 0.000
Within Groups 4.054 87 0.047
Total 129.597 89
Sumber : lampiran olah data

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova

didapatkan nilai p<0,05 (p value=0,000), yang artinya ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik keseluruhan produk Bumbu soto antara bumbu merek

A, merek B dan Bumbu Jangkep.


71

Kemudian untuk membandingkan apa ada perbedaan antara produk

Bumbu Gulai Merek A, Merk Bamboe dan Bumbu Jangkep dapat dilihat pada

Tabel 4.18

Tabel 20
Hasil Uji Anova perbedaan antara Bumbu Soto Merek A,
Merek Bamboe dan Bumbu Jangkep

Dependent Mean Std.


(I) Kelompok (J) Kelompok Sig.
Variable Difference (I-J) Error
Merek Bamboe 2.333 0.106 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.533 0.106 0.000
Merek A -2.333 0.106 0.000
Rasa Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.867 0.106 0.000
Merek A 0.533 0.106 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.867 0.106 0.000
Merek Bamboe 1.433 0.104 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -1.400 0.104 0.000
Merek A -1.433 0.104 0.000
Warna Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.833 0.104 0.000
Merek A 1.400 0.104 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.833 0.104 0.000
Merek Bamboe 2.567 0.115 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.533 0.115 0.000
Merek A -2.567 0.115 0.000
Tekstur Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -3.100 0.115 0.000
Merek A 0.533 0.115 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 3.100 0.115 0.000
Merek Bamboe 1.967 0.133 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.367 0.133 0.007
Merek A -1.967 0.133 0.000
Aroma Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.333 0.133 0.000
Merek A 0.367 0.133 0.007
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.333 0.133 0.000
Merek Bamboe 2.075 0.056 0.000
Merek A
Bumbu Jangkep -0.708 0.056 0.000
Merek A -2.075 0.056 0.000
Keseluruhan Merek Bamboe
Bumbu Jangkep -2.783 0.056 0.000
Merek A 0.708 0.056 0.000
Bumbu Jangkep
Merek Bamboe 2.783 0.056 0.000
Sumber : lampiran olah data
72

Berdasarkan Tabel 20 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Untuk rasa menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai p<0,05,

yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara produk

bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A dengan

Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu Jangkep..

2. Untuk warna menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

3. Untuk tesktur menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

4. Untuk aroma menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep..

5. Untuk keseluruhan menunjukkan bahwa dari hasil uji Anova didapatkan nilai

p<0,05, yang artinya ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji hedonik antara

produk bumbu merek A dengan merek bamboe, produk bumbu merek A


73

dengan Bumbu Jangkep serta produk bumbu merek Bamboe dengan Bumbu

Jangkep.

C. Pembahasan

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan uji yang melibatkan indra manusia dalam

proses penilaiannya, baik indra penglihatan, penciuman, perasa, peraba maupun

pendengaran (Kemp, Hollowod dan Hort, 2009). Salah satu tujuan

dilaksanakannya uji ini adalah untuk mengetahui penerimaan konsumen akan

suatu produk, dimana pada uji ini calon konsumen merupakan penilai dari produk

yang akan diujikan tersebut. Untuk tujuan ini, dilakukanlah uji hedonik sebagai

salah satu bentuk uji orgnoleptik (Sidel dan Stone, 2006). Pada penelitian ini, uji

hedonik dilakukan untuk menilai kesukaan panelis akan warna, aroma, rasa dan

tekstur produk.

a. Warna

Warna merupakan salah satu karakteristik dari makanan yang dapat

memengaruhi pemilihan makanan seseorang (EFIC, 2005). Dalam memilih

makanan, makanan dengan warna-warna cerah dan terang akan lebih menarik bagi

konsumen dibandingkan makanan yang berwarna pudar atau gelap (Moehyi,

1999)

Nilai rata-rata untuk warna dari keempat produk berkisar di angka 3, yang

artinya tingkat kesukaan responden berada pada tingkat “tidak suka” dan “sangat

suka”. Hal ini berarti untuk parameter warna, merupakan produk yang paling
74

disukai. Penerimaan konsumen pada tingkat biasa, diduga karena bumbu yang

dihasilkan tidak berwarna cerah. Meskipun memiliki nilai rata-rata yang berbeda,

ternyata berdasarkan hasil uji Anova, secara statistik ada pengaruh perlakuan

terhadap hasil uji hedonik. Artinya, perlakuan yang diberikan, dalam hal ini

bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep memberikan pengaruh terhadap

hasil uji hedonik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan responden

akan warna dari ketiga produk adalah sama. Hal ini diduga karena warna bumbu

merek A, merek B dan Bumbu Jangkep hampir sama. Sehingga tidak terlihat

adanya perbedaan warna yang mencolok dari ketiga produk tersebut. Agar

penerimaan konsumen lebih baik, perlu dicari cara agar bumbu merek A, merek B

dan Bumbu Jangkep memiliki warna yang lebih cerah karena warna-warna yang

cerah akan lebih disukai oleh konsumen (Moehyi, 1999). Mungkin dapat

dilakukan penambahan bahan yang berwarna menarik, sehingga dapat

menguatkan warna bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep, sehingga

dapat tercipta keseragaman warna pada bumbu tersebut. Selain sebagai pewarna

alami, kunyit juga dapat digunakan sebagai tambahan bumbu (Raghavan,2006).

b. Aroma

Aroma makanan dapat memengaruhi penilaian seseorang akan suatu

makanan. Adanya gangguan pada indra pembau, yang berakibat pada

terganggunya kepekaan indra pembau dalam merespon rangsangan aroma, dapat

mengurangi kecenderungan seseorang untuk makan (EFIC, 2005). Persepsi aroma

merupakan interpretasi dari stimulus yang dihasilkan oleh molekul-molekul

komponen aroma yang berinteraksi dengan saraf pembau (Winarno, 1992). Nilai
75

rata-rata untuk aroma berkisar pada tingkat “suka”. Hal ini berarti untuk

parameter aroma bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep, disukai.

Penerimaan konsumen pada tingkat biasa, diduga karena aroma bumbu merek A,

merek B dan Bumbu Jangkep yang dihasilkan hanya didominasi aroma khas

bumbu tradisonal.

Meskipun memiliki nilai rata-rata yang berbeda, ternyata berdasarkan hasil

uji Anova, secara statistik tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji

hedonik. Artinya, perlakuan yang diberikan, dalam hal ini bumbu merek A, merek

B dan Bumbu Jangkep, tidak memberikan pengaruh terhadap hasil uji hedonik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan responden akan aroma dari

ketiga produk adalah sama. Hal ini diduga karena aroma dari bumbu yang terbuat

dari bahan tradisonal, sehingga tidak tercium adanya perbedaan aroma yang

mencolok dari ketiga produk tersebut.

Untuk meningkatkan aroma bumbu merek A, merek B dan Bumbu

Jangkep sehingga penerimaan konsumen akan aroma bumbu merek A, merek B

dan Bumbu Jangkep juga meningkat, mungkin dapat dilakukan perlakuan

tambahan pada bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep sebelum

dicampurkan. Mungkin dapat dilakukan penggorengan sebelum dicampur untuk

meningkatkan bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep. Hal ini karena

dalam proses pemasakan, penggunaan panas yang tinggi seperti menggoreng dan

menyangrai akan menghasilkan aroma yang kuat (Moehyi, 1999).


76

c. Rasa

Faktor rasa makanan merupakan salah satu faktor penting yang dapat

memengaruhi pemilihan makanan seseorang serta selera makan seseorang.

Makanan dengan rasa yang lezat tentunya akan lebih banyak dipilih dibandingkan

makanan dengan rasa yang hambar. Selain itu, menurunnya kepekaan indra

pengecap yang merupakan reseptor rasa, dapat menurunkan selera makan

seseorang (EFIC, 2005). Persepsi rasa akan sangat dipengaruhi oleh kepekaan

papilla lidah. Persepsi rasa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi komponen rasa yang lain

(Winarno, 1992).

Nilai rata-rata dari ketiga produk untuk rasa berkisar di angka 2, yang

artinya tingkat kesukaan panelis berada pada tingkat “suka”. Hal ini berarti untuk

parameter rasa, merupakan produk yang paling disukai. Penerimaan konsumen

pada tingkat tidak suka, diduga karena adanya rasa getir yang berasal dari bumbu

merek A, merek B dan Bumbu Jangkep setelah mencicipi produk.

Meskipun memiliki nilai rata-rata yang berbeda, ternyata berdasarkan hasil

uji Anova, secara statistik tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji

hedonik. Artinya, perlakuan yang diberikan, dalam hal ini bumbu merek A, merek

B dan Bumbu Jangkep, tidak memberikan pengaruh terhadap hasil uji hedonik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan responden akan rasa dari

ketiga produk adalah sama. Hal ini diduga karena rasa yang sama berasal dari

bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep. Selain itu, dalam adonan juga
77

sedikit, sehingga tidak terasa adanya perbedaan rasa yang mencolok dari ketiga

produk tersebut.

Adanya rasa getir yang dihasilkan saat mencicipi bumbu merek A, merek

B dan Bumbu Jangkep merupakan keluhan utama panelis sehingga menyebabkan

penerimaan panelis untuk rasa hanya mencapai tingkat “suka”. Rasa getir yang

ditimbulkan oleh bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep sangat

mengganggu panelis dalam menikmati produk. Apabila rasa getir yang

ditimbulkan dapat dihilangkan, maka mungkin hal ini dapat meningkatkan

penerimaan responden akan bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep.

d. Tekstur

Tekstur merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penampilan

makanan.Penampilan makanan sendiri merupakan salah satu faktor kunci dari

pemilihan makanan seseorang (Moehyi, 1999). Selain dapat memengaruhi

penampilan, tekstur makanan juga dapat memengaruhi rasa serta aroma makanan

(Winarno, 1997). Nilai rata-rata dari ketiga produk untuk tekstur berkisar di

angka 3, yang artinya tingkat kesukaan panelis berada pada tingkat “biasa”. Hal

ini berarti untuk parameter tekstur, merupakan produk yang paling disukai.

Penerimaan konsumen pada tingkat biasa, diduga karena tekstur bumbu yang

dihasilkan agak lembut.

Meskipun memiliki nilai rata-rata yang berbeda, ternyata berdasarkan hasil

uji Anova, secara statistik tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji

hedonik. Artinya, perlakuan yang diberikan, tidak memberikan pengaruh terhadap

hasil uji hedonik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan responden
78

akan tekstur dari ketiga produk adalah sama. Hal ini diduga karena jumlah bumbu

merek A, merek B dan Bumbu Jangkep yang digunakan sama dan dominan,

sehingga tekstur bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep tertupi. Selain itu,

jumlah bumbu dalam adonan juga sedikit, sehingga tidak terasa adanya perbedaan

tekstur yang mencolok dari ketiga produk tersebut.

Bumbu merek A, merek B dan Bumbu Jangkep memiliki tekstur yang

agak lembut. Hal ini disebabkan karena bumbu merek A, merek B dan Bumbu

Jangkep menggunakan bahan yang memiliki tekstur yang sama. Agar tingkat

kesukaan responden akan tekstur meningkat, mungkin perlu adanya penambahan

bahan sehingga member tekstur yang lebih pada bumbu merek A, merek B dan

Bumbu Jangkep.

e. Keseluruhan Produk

Secara keseluruhan dari hasil penilaian terhadap warna, aroma, rasa dan

tekstur produk, nilai rata-rata dari ketiga produk secara keseluruah berkisar di

angka 3, yang artinya tingkat kesukaan panelis berada pada tingkat “biasa”. Hal

ini berarti secara keseluruhan, produk merupakan produk yang paling disukai.

Meskipun memiliki nilai rata-rata yang berbeda, ternyata berdasarkan hasil

uji Anova, secara statistik tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil uji

hedonik. Artinya, perlakuan yang diberikan, dalam hal ini bumbu merek A, merek

B dan Bumbu Jangkep, tidak memberikan pengaruh terhadap hasil uji hedonik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan responden akan ketiga

produk adalah sama. Hal ini diduga karena jumlah bumbu merek A, merek B dan
79

Bumbu Jangkep adalah sama, sehingga adanya perbedaan jumlah bumbu merek

A, merek B dan Bumbu Jangkep tidak terasa mencolok.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, pembuatan bumbu jangkep dilakukan di kampus

peneliti mengajar, yaitu di Surabaya. Hal ini mengingat dalam proses pembuatan

bumbu jangkep membutuhkan waktu yang lama serta mempertimbangkan

kemudahan akses. Fasilitas laboratorium yang merupakan lokasi penilaian masih

belum dapat memenuhi kriteria laboratorium untuk uji organoleptik. Laboratorium

yang digunakan belum memiliki fasilitas yang diperlukan dalam uji organoleptik

terutama bilik isolasi yang diperlukan agar panelis dapat berkonsentrasi dalam

menilai produk. Kondisi laboratorium yang sempit serta adanya kegiatan

pembangunan gedung yang gaduh, juga membuat suasana laboratorium menjadi

kurang nyaman.

Minimnya kemampuan peneliti dalam menilai kandungan gizi makanan

juga menyebkan penilaian zat gizi makanan menjadi kurang akurat. Penilaian zat

gizi makanan yang dilakukan hanya berdasarkan Tabel Komposisi Bahan Pangan

Indonesia yang merupakan daftar kandungan zat gizi bahan pangan. Sedangkan

proses pemasakan akan memengaruhi kandungan gizi pangan tersebut sehingga

kemungkinan besar nilai gizi makanan yang sesungguhnya akan berbeda dengan

hasil perhitungan dengan menggunakan tabel.


80

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengaruh bahan-bahan tradisional terhadap bumbu jangkep adalah

meningkatkan rasa, aroma, warna dan tekstur dalam setiap masakan.

2. Bumbu jangkep dapat dipergunakan sebagai penyedap mempengaruhi hasil

uji hedonik akan warna, aroma, rasa tekstur yang baik .

3. Penggunaan bumbu jangkep dalam masakan akan mempertahankan khasanah

kekayaan kulinari Indonesia.

4. Penggunaan bumbu jangkep disamping membuat masakan semakin menjadi

lebih enak dan bisa berpengaruh pada kesehatan yang lebih baik.

B. Saran

1. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan tingkat

penerimaan konsumen akan warna, aroma, rasa dan tekstur bumbu jangkep

2. Agar didapatkan kandungan bahan untuk bumbu jangkep yang akurat, perlu

dilakukan analisis kuantitatif kandungan bahan yang ada pada bumbu jangkep

di laboratorium.

3. Untuk meningkatkan daya simpan dan daya tarik, perlu dibuatkan pengepakan

yang sesuai standart pengepakan dan tentunya juga harus menarik.

80
81

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Mewa. (2008). Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia: Antara


harapan dan Kenyataan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor

Babu, P. Dinesh, Bhakyaraj, R. dan Vidhyalakshmi, R. (2009). “A Low Cost


Nutritious Food Tempeh”. World Journal of Dairy & Food Science.

Bilderback, Laslie. (2007). The Complete Idiot’s Guide to Spices and Herbs.USA:
Alpha Books

Buckle, et.al. (2009). Ilmu Pangan, diterjemahkan dari Food Science oleh Hadi
P.A (penerjemah). Jakarta: UI-Press

Cardello, Armand V, dan Schutz, Howard G. (2006). “Sensory Science:


Measuring Consumer Acceptance”, oleh Hui, Y.H. (Editor), Handbook of
Food Science, Technology, and Engineering. Boca Ralton: CRC Press.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:


Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI

DPR akan Panggil BPOM dan Depkes. (16 Januari 2006). Suara Merdeka.
http://www.suaramerdeka.com diakses Juni 2012

Eastwood, Martin. (2003). Principles of Human Nutrition. United Kingdom:


Blackwell Science

Ekawatiningsih, Prihastuti (2011) Restoran Untuk Sekolah Menegah Jilid 1,


Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional

European Food Informational Council (EFIC). (2005). The Determinants of Food


Choice. http://www.eufic.org diakses Juni 2012

Farah , (2011) Bumbu Dasar , http://www.ideelok.com/resep-masakan/bumbu-


dasar-masakan-khas-indonesia/bumbu-dasar-merah, diunduh : 26
Nopember 2014 .
82

Gangur, Venu. (2006). “Food Allergy: A Synopsis”, oleh Hui, Y.H. (Editor),
Handbook of Food Science, Technology, and Engineering. Boca Ralton:
CRC Press.

Gardjito, Murdijati. (2013) Bumbu Penyedap, dan Penyerta Masakan Indonesia,


Jakarta : Gramedia .

Goulding, Ailsa. (2002). ”Calcium”, oleh Mann, Jim dan Truswell, A. Stewart.
(editor), Essential of Human Nutrition. New York: Oxford University
Press.

Hanafiah, Kemas Ali. (2010). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rajawali Press

Jackson, Alan. (2002). ”Protein”, oleh Mann, Jim dan Truswell, A. Stewart
(editor). Essential of Human Nutrition. New York: Oxford University
Press

Kemp, Sarah. E, Hollowood, Tracey, Hort, Joanne. Sensory Evaluation: A


Practical Handbook. UK: Wiley-Blackwell

Lawless, H.T., dan Heymann, H. (1999). Sensory Evaluation of Food: Principles


and Practices. New York: Chapman & Hall.

Lin, Zhang. (2006). “Seasoning and Spices”, oleh Hui, Y.H. (Editor), Handbook
of Food Science, Technology, and Engineering. Boca Ralton: CRC Press.

Moehyi, S. (1999). Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:


Bhratara.

Næs, Tormod, Brockhoff, Per B. dan Tomic, Oliver. (2010). Statistics for Sensory
and Consumer Science. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd Nout,

Pandeney, U.B. (2001). ”Garlic”, oleh Peter, K.V. (editor), Handbook of Herb and
Spices. Boca Ralton: CRC Press

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). (2009). Tabel Komposisi Pangan


Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Raghavan, Susheela. (2006). Handbook of spices, seasonings, and flavorings.


Boca Ralton: CRC Press.

Rayindran, P.N. dan Johny A.K. (2001). “Black Pepper”, oleh Peter, K.V.
(editor), Handbook of Herb and Spices. Boca Ralton: CRC Press
83

Roubos, Petra J. (2010). Bioactive Components of Fermented Soya Beans


Effective Against Diarrhoea-Associated Bacteria. Thesis. Wageningen
University, Wageningen

Setiadi, Bambang. (2012). Menjadikan Tempe sebagai Pangan Dunia.


http://www.ristek.go.id diakses Juni 2012

Sidel, Joel L, dan Stone, Herbert. (2006). “Sensory Science: A Methodology”,


oleh Hui, Y.H. (Editor), Handbook of Food Science, Technology, and
Engineering. Boca Ralton: CRC Press.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi Orang Indonesia. 2004.

Truswell, A. Stewart. (2002). ”Calcium”, oleh Mann, Jim dan Truswell, A.


Stewart. (editor), Essential of Human Nutrition. New York: Oxford
University Press

Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama

You might also like