Professional Documents
Culture Documents
Modul PTK
Modul PTK
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul ini.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan Agama Katolik (PAK) dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan bagi mereka
yang belum berhasil meraih sertifikasi guru profesional. Modul ini disusun untuk para peserta
yang terdiri dari guru-guru agama di sekolah umum dan guru bidang studi Agama Katolik
dengan segala jenjang pendidikannya. Modul Penelitian Tindakan Kelas ini disusun dengan
materi meliputi pengenalan tentang penelitian pendidikan, penelitian tindakan, Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS), Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan penulisan artikel ilmiah.
Teknik penyajian modul ini dirancang sangat simpel dan praktis. Pada masing-masing bagian
diberikan contoh-contoh yang banyak dan langsung sesuai dengan topik bahasan. Setiap
contoh-contoh yang diberikan menjurus pada materi Pendidikan Agama Katolik (PAK).
Dengan contoh-contoh yang demikian, maka diharapkan peserta/mahasiswa PPG dapat
memahami materi dan langsung dapat mengerjakan tugas dan latihan seperti yang diharapkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini tentu punya banyak kekurangan. Untuk
itu penulis dengan rendah hati memohon masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi
perbaikan modul PPG ini. Kami berharap modul ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan semua peserta PPG dan sekaligus dapat ditindak lanjut menjadi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada saat PPG maupun setelahnya.
Semoga Tuhan memberkati kita semua dengan berkat dan kesehatan.
2
DAFTAR ISI
3
1. Menjelaskan fungsi penelitian pendidikan
2. Menjelaskan jenis penelitian pendidikan
3. Menjelaskan perbedaan Penelitian Tindakan Sekolah dan Penelitian Tindakan
Kelas
4. Membedakan judul PTS dan PTK
5. Menuliskan suatu judul PTS Mata pelajaran PAK
1.4 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 tentang Penelitian Pendidikan dan Penelitian
Tindakan Sekolah, maka peserta diharapkan mampu:
1. Melalui penyampaian informasi dan penggalian informasi mandiri, mahasiswa
mampu menjelaskan fungsi penelitian pendidikan
2. Melalui penyampaian informasi dan penggalian informasi mandiri, mahasiswa
mampu menjelaskan jenis penelitian pendidikan
3. Melalui diskusi dan pendalaman materi, mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan
Penelitian Tindakan Sekolah dan Penelitian Tindakan Kelas
4. Melalui diskusi dan pendalaman materi, mahasiswa mampu membedakan judul PTS
dan PTK
5. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman materi, mahasiswa mampu menjelaskan
tahapan yang dilakukan dalam judul PTS
4
2. Peta Konsep
5
3. Uraian Materi
6
d. Hasil penelitian dapat digunakan untuk merekomendasikan suatu kebijakan terkait
pendidikan. Pengambilan kebijakan dapat berlaku di tingkat Sekolah, Kota, Provinsi,
maupun skala Nasional.
e. Menumbuhkan budaya akademik untuk meneliti di kalangan para pendidik.
7
penelitian yang berusaha membahas dan menelaah objek-objek yang sedang
hangat dibicarakan dan menjadi pusat perhatian di suatu masa.
Contoh judul: Evaluasi Tentang Sistem Pembelajaran di Sekolah Dasar dalam
Masa Pandemi Covid-19
3) Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan suatu peristiwa alami yang telah dan sedang berlangsung atau
terjadi. Informasi terhadap keadaan yang terjadi dapat diperoleh dengan cara
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Contoh judul: Studi Tentang Model Pendampingan Guru-guru Agama Katolik
Selama Pandemi Covid-19 di Kota ……
b. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menjawab suatu
masalah. Masalah pada prinsipnya merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya
dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Terjadinya masalah karena adanya gap yang terjadi
antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Penelitian kuantitatif dilaksanakan
karena adanya gap atau jurang antara harapan dan kenyataan atau antara teori dan praktik
yang terjadi. Rumpun penelitian kuantitatif antara lain adalah metode penelitian survei,
metode penelitian eksperimen, metode penelitian tindakan, dan metode penelitian
pengembangan. Uraian singkat tentang rumpun metode penelitian kuantitatif sebagai
berikut:
8
tertentu (kelompok eksperimen) dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan
(kelompok kontrol).
Contoh Judul: “ Efektivitas Metode PjBL Berbantuan Modul pada Siswa Kelas XI SMK
………………….”
c) Penelitian Tindakan: penelitian merupakan suatu bentuk penelitian tentang hal-hal
yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (S. Arikunto, Suhardjono, 2006). Yang
termasuk di dalam penelitian Tindakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Contoh Judul: Peningkatan Keterampilan Guru dalam Memilih dan Menggunakan
Model Pembelajaran PjBL melalui Pelatihan Intensif.
d) Metode penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D): penelitian
yang dirancang untuk mencari temuan produk, model, jasa, cara/metode yang tepat
guna dan dapat digunakan secara praktis termasuk juga dalam bidang pendidikan
(Putra, 2011). Prinsip dari penelitian pengembangan adalah membuat sesuatu yang
baru atau memperbaharui atau menyempurnakan yang ada.
Contoh Judul: “Pengembangan Modul Pembelajaran PAK Berbasis Cerita Rakyat di
Masa Pandemi Covid-19”
9
3.2 Penelitian Tindakan
Pada dasarnya penelitian tindakan dilaksanakan guna meningkatkan kinerja organisasi.
Dalam konteks pembelajaran kita saat ini, yang dimaksud dengan organisasi adalah sekolah
atau kelas. Suatu organisasi perlu dikembangkan demi kemajuan organisasi tersebut.
Pengembangan organisasi didasari oleh sebuah diagnosis. Sebelum melakukan diagnosis,
suatu organisasi perlu melakukan analisa lapangan untuk mengetahui ketercapaian target yang
telah direncanakan. Apabila target capaian belum tercapai artinya ada suatu masalah yang
harus diatasi atau diselesaikan dalam organisasi tersebut. Langkah untuk mengatasi masalah
tersebut perlu suatu rancangan tindakan.
Alternatif tindakan dirancang, dirumuskan, dan kemudian dilaksanakan, dinilai dan
dievaluasi. Hasil penilaian dapat digunakan untuk melakukan refleksi. Langkah dari
penemuan masalah hingga pada penemuan jawaban atau pemecahan masalah inilah disebut
penelitian tindakan. Penelitian Tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja. Penelitian tindakan
tidak terbatas dilaksanakan dalam bidang pendidikan saja oleh para guru, kepala sekolah, atau
pengawas, namun dapat dilakukan di bidang lain seperti pertanian, kesehatan, perindustrian,
lembaga keagamaan, dan lain sebagainya. Tujuan Penelitian Tindakan adalah memperbaiki
dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik, pemahaman konsep, serta situasi yang
dilaksanakan (Wardhani, 2007). Penelitian Tindakan disini dilakukan kepada responden yang
terlibat dalam situasi yang diteliti seperti guru, siswa, direktur, pekerja (Wardhani, 2007).
Penelitian Tindakan yang secara khusus dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
oleh guru yang mengajar dalam suatu kelas. Peningkatan produktivitas dalam PTK pada
umumnya adalah produk hasil belajar. PTK biasanya dilaksanakan guru atau dosen, atau
kolaborasi antara guru dan dosen. Sedangkan PTS dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah. Pentingnya kepala sekolah dan pengawas sekolah melakukan PTS adalah
untuk meningkatkan kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja pembelajaran di kelas yang
dilakukan oleh guru. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) telah dikembangan sejak tahun 2017
oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Mutendik Depdiknas guna memacu
kepala sekolah maupun pengawas mampu meneliti terhadap permasalahan yang ada di bawah
lingkup atau koordinasinya.
10
3.3 Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
3.4.1 Pengertian Penelitian Tindakan Sekolah
Seperti pada penjelasan singkat di atas, peneliti pada Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) adalah kepala sekolah dan pengawas sekolah. PTS yang dilakukan kepala sekolah
dimanfaatkan untuk peningkatan kinerja mengajar guru di mana kepala sekolah tersebut
berada. Aspek penekanannya adalah supervisi akademik atau pembelajaran, dan juga pada
aspek peningkatan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa di kelasnya. Penelitian
Tindakan Sekolah ini sangat penting mengingat kemampuan guru dalam membelajarkan
siswa sangatlah beragam. Dengan PTS ini maka kepala sekolah diharapkan mampu
memetakan permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah serta memetakan kemampuan
guru-guru.
Beberapa hal yang penting yang dapat dijadikan tema PTS antara lain adalah:
a. kemampuan dan penguasaan guru adalah terkait dalam menggunakan atau
mempersiapkan media pembelajaran
b. kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode
c. kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan silabus, RPP yang menekankan
pada pendekatan student centered atau berorientasi pada siswa, model pembelajaran yang
mampu menerapkan problem solving
d. kemampuan guru dalam meningkatkan kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu,
maupun karakter-karakter baik lainnya
e. kemampuan guru dalam merancang alat evaluasi yang mengajak para pembelajar
mampu berpikir tingkat tinggi, kritis, bekerja sama, dan mengomunikasikannya.
11
tugas dan fungsinya dalam hal manajerial sekolah serta mampu mengidentifikasi
masalah-masalah, memetakan permasalahan yang terjadi di sekolahnya. PTS sangat baik
dilakukan bila kepala sekolah dapat berkolaborasi dengan tenaga kependidikan lain dari
internal sekolah maupun dengan yang berasal dari pihak eksternal untuk membantu
mengatasi masalah dan memecahkan masalah bersama karena penyelesaian masalah ini
juga akan digunakan kembali dalam pembelajaran
c) Adanya tindakan tertentu untuk melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek akademik
yang akan diperbaiki. Hal ini menjadi salah satu kekhasan Penelitian Tindakan Sekolah.
d) Bersifat praktis dan tidak teoritis
Penelitian Tindakan Sekolah sifatnya sangat praktis yaitu mendeskripsikan masalah tanpa
ada kurasi. Penelitian ini tidak mengaitkan hubungan antar variabel atau hubungan sebab
akibat atau hubungan searah, namun pada tindakan pengambilan keputusan secara praksis
dan tidak dimaksudkan untuk menemukan teori substantif sebagaimana pada riset
kualitatif.
e) Bersifat reflektif
Tugas kepala sekolah dan pengawas sebagai pemimpin secara manajerial maka
berkewajiban melakukan supervisi manajerial dan akademik. Oleh karena itu sangatlah
penting melakukan refleksi terhadap tugas yang selama ini dijalankannya. Semua tugas
dan fungsi ini.
Ada beberapa prinsip dalam PTS yaitu (Kemendikbud, 2017);
a) Problema emergence: prinsip ini merupakan cara pemecahan masalah yang paling
mendesak untuk dipecahkan.
b) Problema oriented: prinsip ini adalah bahwa PTS difokuskan pada pemecahan masalah
yang mendesak dan dilaksanakan secara terprogram, sistematis dan langsung.
c) Multi-ways: prinsip ini mengutamakan jalan atau cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada pada saat supervisi.
d) Continues repeatedly: prinsip berkelanjutan dan dilakukan pengulangan ini bertujuan agar
masalah yang ada terpecahkan dengan tuntas dan selesai.
e) Therapeutics evaluation: prinsip dilakukan sebagai tindakan peneliti dilakukan dalam
rangka evaluasi dan refleksi untuk pemecahan masalah yang dihadapi terkait supervisi.
f) Collaborative: prinsip ini adalah prinsip adanya kolaborasi atau kerja sama dalam
mengumpulkan masalah-masalah (berkorespondensi) (Diadopsi dari Setyadin, 2007).
12
3.4.3 Identifikasi Masalah PTS
Seperti pada penelitian lainnya proses penelitian dimulai dari identifikasi masalah.
Identifikasi masalah adalah proses yang dilakukan peneliti tentang permasalahan yang terjadi
di lapangan. Permasalahan di lapangan dalam hal ini lingkupnya adalah ruang lingkup kelas
atau sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah adalah
mengelompokkan masalah-masalah. Misalnya terkait menggunakan media pembelajaran,
penggunaan metode pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), penerapan model pembelajaran yang mampu menerapkan problem
solving, evaluasi terhadap alat- alat evaluasi pembelajaran yang dibuat guru, evaluasi terhadap
penanaman nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran, dan lain sebagainya.
Gagasan Hopkins (1993) menyatakan bahwa selama melaksanakan penelitian tindakan,
guru dapat dimulai dengan mencari suatu gagasan untuk melakukan perbaikan dan kemudian
mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Pada saat kepala sekolah atau pengawas sekolah ingin
meneliti, maka pada saat melaksanakan supervisi perlu memprioritaskan masalah-masalah
penting agar segera teratasi dengan cepat. Dalam menentukan sampel penelitian, penelitian
tindakan sekolah ini tidak mengutamakan representasi dari suatu populasi, melainkan lebih
mengarah pada kasus khusus.
Secara umum materi atau substansi Penelitian Tindakan Sekolah meliputi masalah-
masalah dalam bidang-bidang:
a. Bidang Kurikulum:
1) Membantu guru dalam mencermati kurikulum
2) Membantu guru dalam menyusun silabus
3) Membantu guru dalam menyusun KKM
b. Bidang Pembelajaran:
1) Membantu guru dalam menyusun RPP
2) Membantu guru dalam implementasi pembelajaran
3) Membantu guru dalam menerapkan berbagai model, metode, dan media pembelajaran
4) Membantu guru dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
5) membantu guru dalam meningkatkan keterampilan mengajar
6) Membantu guru dalam mengidentifikasi dan menerapkan evaluasi berbasis kelas
7) Membantu guru dalam mengevaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran
c. Bidang Pengelolaan Kelas:
13
1) Membantu guru mengorganisir ruang kelas selama proses pembelajaran
2) Membantu guru agar mampu mengidentifikasi serta merancang pemecahan masalah
yang terjadi baik secara individual maupun klasikal
3) Membantu guru meningkatkan koneksi dan sinergi di dalam kelas
4) Membantu guru-guru menerapkan berbagai pendekatan pengelolaan kelas
5) Membantu guru-guru menciptakan iklim kelas yang kondusif dan menyenangkan
14
Pendidikan di SMA ……….
h. Meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dengan Metode Problem Solving dalam
Perencanaan Sister School.
i. Meningkatkan Keterampilan Kreatif Guru dalam Merancang Lembar Kerja Siswa Berbasis
Problem Solving
j. Optimalisasi Kemampuan Penyusunan RPP Melalui Bimbingan Terpadu pada MPMP
Mata Pelajaran PAK di Kota …………
k. Peningkatan Kemampuan Guru PAK dalam Menganalisis Soal-Soal Ujian Akhir Sekolah
Melalui Bimbingan Terpadu di Kota …………
l. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru PAK dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran
Melalui Teaching Group di Kota …………
m. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru PAK dalam Pelaksanaan Penilaian dan Analisis
Data Hasil Belajar Melalui Supervisi Klinis Perangkat Pembelajaran di Kecamatan ………
n. Upaya Pemberdayaan Mutu Guru Melalui Supervisi Klinis Perangkat Pembelajaran di
Kota ………..
o. Penerapan Model IAP (Input Analisis dan Presentasi) dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Penentuan KKM Mata Pelajaran PAK
15
Ada beberapa langkah yang disepakati dalam PTS yaitu dimulai dengan perencanaan,
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan, lalu observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan
Sekolah harus dilakukan lebih dari satu siklus, sebab hasil refleksi siklus pertama inilah yang
menjadi bahan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya.
Demikian juga refleksi pada siklus kedua dijadikan sebagai bahan untuk menyusun rencana
tindakan pada siklus ketiga, dan seterusnya. Langkah-langkah PTS dapat dirangkum sebagai
berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti menyusun rencana tindakan yang terdiri atas:
a. penentuan subyek penelitian beserta dengan seting karakteristik sekolah yang berada
di wilayah binaan pengawas
b. penetapan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati. Hal ini berguna agar
penelitian yang akan dilakukan terfokus pada hal yang mendesak terlebih dahulu.
Misalnya: aspek manajerial yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan peneliti
pengawas, atau aspek pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan peneliti kepala
sekolah
c. penetapan jenis data penelitian, bisa data kualitatif maupun kuantitatif, teknik
pengumpulan data dan bagaimana teknik analisis datanya.
d. penentuan siapa pengambil dan pengumpul datanya (peneliti sendiri atau dibantu oleh
16
pihak lain). Menetapkan bagaimana cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi.
e. penetapan kriteria keberhasilan sebagai upaya pemecahan masalah untuk mengukur
pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.
f. penentuan jenis tindakan yang diharapkan mampu memberikan dampak yang
mengarah pada perbaikan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Tahap tindakan ini merupakan tahapan pelaksanaan rencana dari hasil tindak lanjut
observasi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah tindakan manajerial sekolah dan atau
bidang-bidang yang terkait pembelajaran. Tahapan tindakan ini juga dilakukan dengan
siklus dengan minimal dua siklus. Tindakan dengan dua siklus dimaksudkan agar setiap
selesai satu kali siklus dapat dilakukan refleksi untuk perbaikan perlakuan pada tindakan
selanjutnya.
3) Tahap Observasi
Tahap observasi ini peneliti harus mengamati, mendokumentasikan, dan bisa ditambahkan
wawancara guna melengkapi data yang ada. Hasil semua data yang masuk kemudian
dideskripsikan berdasarkan data atau hasil yang diperoleh.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sederhana,
misalnya dengan excel untuk mencari mean (rata-rata). Persentase (%), jumlah, median,
dan lainnya. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan mendeskripsikan hasil
pengolahan data sederhana di atas. Hasil analisis data ini harus memperhatikan indikator-
indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka deskripsi yang dibuat mengacu
pada data dan indikator sebagai pemaknaan data yang dikumpulkan. Penetapan tolok ukur,
hendaknya disesuaikan dengan faktor kondisional sekolah yang bersangkutan, subyek
penelitian dan masalah yang dirumuskan. Hasil refleksi ini sangat penting untuk
merumuskan rencana pada siklus selanjutnya.
17
mempermudah dalam pelaksanaan di lapangan. Banyak hal yang harus diperhatikan antara
lain adalah tata cara penulisan proposal dan laporannya, tata cara perujukan pustaka, tata cara
pengambilan data dan analisa data hingga pada simpulan yang akan diambil. Dan bagian akhir
yang sangat baik adalah apabila hasil penelitian PTS ini dapat dipublikasikan dalam jurnal
Pada bagian ini akan dituliskan beberapa hal penting terkait sistematika proposal PTS,
sistematika laporan PTS, dan sistematika penulisan artikel untuk jurnal seperti pada ulasan di
bawah ini:
(a) Sistematika Proposal PTS
Secara umum penulisan proposal terdiri dari tiga bagian yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab
II Landasan Teori, Bab III Metodologi Penelitian, dan Daftar Pustaka. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan ada format-format khusus yang disediakan oleh pihak tertentu
misalnya yayasan sekolah, dan lainnya. Hal ini penting agar proposal maupun laporan yang
dibuat memenuhi sistematika standar baku laporan yang berlaku.
Di bawah ini adalah salah satu contoh sistematika Proposal PTS yang didanai oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Depdiknas. Urutan sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
1) Judul artikel
Judul artikel PTS ditulis secara informatif, memuat kata-kata kunci yang
menggambarkan upaya perbaikan atau peningkatan kepengawasan. Usahakan tidak
lebih dari 20 kata (Ukuran Font Times New Roman 14 pt; 1spasi).
2) Nama penulis, Nomor Induk Penulis dan Anggota
Nama penulis dicantumkan tanpa disertai gelar akademik. Nama dan alamat institusi
penulis dituliskan pada catatan kaki dengan alamat email (Ukuran Font Times New
Roman 12 pt; 1 spasi).
3) Abstrak
Abstrak dituliskan dalam bahasa Indonesia sebanyak satu paragraf dan panjangnya
tidak lebih dari 200 kata. Diketik dengan spasi tunggal dan format lebih sempit dari teks
utama. Abstrak berisi uraian singkat tentang permasalahan, tujuan, prosedur PTS dan
temuan hasil PTS. Abstrak harus disertai dengan 3-5 kata kunci (Ukuran Font Times
New Roman 12 pt; 1 spasi)
18
4) Pendahuluan
Bagian Pendahuluan peneliti menyajikan secara singkat rasional pengembangan
inovasi, masalah dan tindakan pemecahan masalah, serta tujuan pengembangan inovasi.
Pengambilan rujukan pustaka sangat baik bila dimasukkan jurnal-jurnal penelitian
(Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi).
5) Metode
Pada bagian metodologi ini peneliti harus menguraikan rancangan PTS beserta
siklusnya, subjek dan objek pengembangan, instrumen, serta analisis dan pengolahan
data (Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi).
6) Hasil dan Pembahasan
Hasil temuan PTS disajikan dalam bentuk data dan dideskripsikan kemudian dilakukan
pembahasan hasil analisis data. Pembahasan dapat dilakukan dengan cara mengaitkan
Analisa data dengan teori yang telah dirujuk. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan
apakah gap yang terjadi selama ini sudah berkurang hasilnya. Analisa data dapat
dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif, dengan dilengkapi tabel, grafik, gambar,
skema, atau foto. Temuan PTS harus berkaitan dengan masalah pengembangan atau
inovasi dan merupakan dasar untuk menarik simpulan dan membuat saran (Ukuran Font
Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi)
7) Ucapan Terima Kasih
(Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi)
8) Simpulan dan Saran
Simpulan disusun berdasarkan temuan dan merupakan jawaban singkat atas masalah
PTS. Saran disusun berdasarkan simpulan dan sebaiknya mengacu kepada tindakan
praktis atau pengembangan lanjutan sebagai refleksi dari kegiatan kepengawasan
(Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi).
9) Daftar Pustaka
Bagian ini berisikan semua sumber pustaka yang digunakan dan diacu dalam badan
artikel. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan format yang diurutkan secara alfabetis
nama pengarangnya (Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi antar rujukan,
namun dalam satu rujukan 1 spasi).
(b) Sistematika laporan PTS, dan (c) sistematika penulisan artikel akan dibahas secara rinci
pada bagian Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
19
4. Latihan
Bila saudara saat ini menjadi kepala sekolah di suatu Sekolah Dasar, di mana hasil
belajar kognitif siswanya dalam semua mata pelajaran cenderung rendah karena guru masih
menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Buatlah suatu judul PTS untuk mengatasi
masalah sekolah tersebut. Judul maksimal 15 kata!
20
Daftar Isi
B Kegiatan Belajar 2: Penelitian Tindakan Kelas
1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
1.2 Kompetensi Dasar
1.3 Indikator Capaian Kompetensi
1.4 Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
3.2 Ruang Lingkup dan Sasaran PTK
3.3 Karakteristik PTK
3.4 Rancangan Siklus
3.5 Judul PTK
3.6 Latar Belakang
3.7 Menyusun Rumusan Masalah
3.8 Menyusun Tujuan Penelitian
3.9 Menyusun Manfaat Penelitian
4. Latihan
1.3 Indikator
1. Menjelaskan ruang lingkup PTK
2. Merancang siklus dalam PTK
3. Merancang Judul PTK
4. Menuliskan Latar Belakang PTK
5. Menuliskan Rumusan Masalah
21
6. Menuliskan Tujuan Penelitian
7. Menuliskan Manfaat Penelitian
2. Peta Konsep
22
3. Uraian Materi
23
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas memang agak sedikit berbeda dengan
penelitian kuantitatif ekperimen umumnya. Hal ini karena proses penelitiannya dilaksanakan
dalam kelas dengan cara merefleksikan diri. Refleksi diri dilakukan sebagai upaya untuk
memecahkan masalah pembelajaran dengan cara melakukan tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2012). PTK
lebih banyak dilakukan oleh para guru dan mahasiswa calon guru maupun dosen. Tindakan
yang diterapkan pada umumnya adalah penerapan suatu metode atau model pembelajaran,
media pembelajaran atau perangkat pembelajaran berupa modul atau Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sifatnya lebih menyenangkan, efektif, dan efisien.
Penerapan PTK pada dasarnya tidak hanya terbatas pada perbaikan hasil belajar saja
namun dapat diterapkan untuk peningkatan suatu aspek misalnya aspek afektif dan atau aspek
psikomotor, sistem evaluasi, perbaikan sistem belajar, perbaikan manajemen pembelajaran, dan
lain sebagainya. Semua kegiatan tindakan penelitian ini menjadi suatu bentuk kajian yang
bersifat sistematis reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Mills,
2000).
Secara umum ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diketahui oleh peneliti dalam
melaksanakan PTK yaitu:
a. Rancangan jumlah jam pelajaran tidak boleh ditambahkan dengan mengurangi jam
pelajaran dari Kompetensi Dasar (KD) lain
b. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran
c. Judul penelitian harus menunjukkan ciri khas penelitian tindakan kelas
d. Topik permasalahan yang dipilih harus berdasarkan data nyata dapat dipecahkan atau dicari
solusinya
e. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang memprihatinkan dalam hal hasil
belajar (aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif)
f. Metodologi yang digunakan harus terencana secara baik agar tindakan yang direncanakan
dapat dirumuskan dan yang dapat diuji di lapangan.
g. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu
pelaksanaan yang berlaku umum.
h. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan
24
terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu
(Legiman, 2015).
25
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada serta tren kekinian sehingga dapat
berinovasi sebagai hasil refleksi terhadap apa yang telah dilakukan selama ini.
Perbaikan yang dimaksud dalam PTK adalah perbaikan proses pembelajaran. Perbaikan
pada proses pembelajaran tentu memerlukan sebuah aksi yang berbeda dengan keadaan
terdahulu. Peneliti harus merencanakan agar selama penelitian nantinya dapat mengubah hasil
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (aspek afektif, psikomotor, kognitif). Oleh
karena itu secara umum ruang lingkup PTK ini akan sejajar dengan peningkatan hasil belajar
yaitu adalah mengoptimalkan, memperbaiki, atau meningkatkan. Sedangkan lawan dari
peningkatan adalah pengurangan atau meminimalkan kesalahan atau miskonsepsi.
Meminimalkan miskonsepsi disini berarti mempelajari konsep lebih dalam agar apa yang
dipelajari tidak terjadi kekeliruan. Dengan menekan kekeliruan maka berarti sudah mampu
meningkatkan kebenaran (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021).
Tindakan dalam penelitian ini menerapkan metode pembelajaran baru yang sesuai
dengan karakteristik Kompetensi Dasar dan materi/tema dalam pembelajaran. Sebelum
melakukan penelitian, penelitian perlu memperhatikan karakteristik siswa, sarana dan prasarana
sekolah atau kelas menjadi salah satu pertimbangan pilihan dalam penelitian tindakan kelas.
PTK merupakan kegiatan yang aktif dan dapat dikenai aktivitas bukannya obyek yang diberi
tindakan sedang diam dan tanpa bergerak. Oleh karena itu sasaran Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah:
a) Unsur siswa: siswa diamati perubahan tingkah lakunya atau aspek afektif dan atau aspek
psikomotrnya dengan menerapkan pembelajaran dengan skenario baru.
b) Unsur guru: dicermati atau diamati kegiatannya dalam mengelola, mengkoordinir,
memfasilitasi pembelajaran untuk mendampingi siswa belajar.
c) Unsur materi pelajaran: diamati kegiatan gurunya dalam memberikan penugasan pada
siswa dengan materi ajarnya.
d) Unsur peralatan atau sarana prasarana: diamati pemanfaatan media dalam mendukung
proses pembelajaran.
e) Unsur pembelajaran: diamati ke tiga aspek belajar (afektif, psikomotor, dan kognitif)
sebagai tujuan utama penelitian.
f) Unsur lingkungan: diamati pemanfaatan lingkungan untuk pembelajaran sebagai media
atau sumber belajar.
26
3.3 Karakteristik PTK
Pelaksanaan PTK pada prinsipnya harus mengacu pada proses pembelajaran aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Dengan prinsip pembelajaran yang demikian maka dalam proses
akan membuat suasana nyaman bagi siswa. Melaksanakan PTK berarti sudah masuk pada
langkah perbaikan pembelajaran dengan sesuatu tindakan baru dengan tujuan perbaikan proses
belajar. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan terjadi peningkatan sikap dan
keterampilan proses peserta didik belajar. Hal ini dinyatakan oleh Borg dalam (S. Arikunto,
Suhardjono, 2006) yang menyatakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah
mengembangkan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan
mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi.
Selama pelaksanaan PTK diharapkan akan terjadi peningkatan semua aspek yaitu
afektif, psikomotor, dan kognitif selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelahnya.
Menurut Hopkins, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang bersifat
praktis sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktikkan guru sehari-hari. Pada
umumnya PTK yang dilaksanakan di Indonesia mengikuti teori Kemiss dan Mc Taggart
(Basrowi, 2008) yaitu mengikuti pola spiral yang berulang atau disebut siklus. Ada empat
tahapan dalam setiap siklusnya. Keempat tahapan tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
27
Sebagai contoh, seorang peneliti akan melakukan penelitian PTK dengan menetapkan
satu Kompetensi Dasar dengan jumlah jam tertentu. Maka rancangan yang dapat dilakukan
adalah melihat berapa banyaknya materi dalam satu Kompetensi Dasar tersebut. Kemudian
ditetapkan jumlah siklusnya. Jumlah siklus dalam PTK minimal adalah dua siklus. Kita ambil
contoh mata pelajaran PAK (Pendidikan Agama Katolik) kelas 7 dengan Kompetensi Dasar
Kemampuanku. Kompetensi ini terdiri dari tiga sub materi yaitu (1) Aku Memiliki
Kemampuan, (2) Kemampuanku Terbatas, dan (3) Syukur sebagai Citra Allah. Jumlah jam
pelajaran misalnya 6 jp. Maka hal yang bisa dirancang guru dalam menentukan jumlah siklus
dan materi adalah sebagai berikut:
a. Jumlah siklus 2 masing-masing siklus 3 jp dengan pembagian materi sebagai berikut:
siklus pertama: (1) Aku Memiliki Kemampuan dan (2) Kemampuanku Terbatas
siklus ke dua: (3) Syukur sebagai Citra Allah.
b. Jumlah siklus 2 masing-masing siklus 3 jp dengan pembagian materi sebagai berikut:
siklus pertama: (1) Aku Memiliki Kemampuan siklus ke dua: (2) Kemampuanku Terbatas
dan (3) Syukur sebagai Citra Allah.
c. Jumlah siklus 3 masing-masing siklus 2 jp dengan pembagian materi sebagai berikut:
siklus pertama adalah: (1) Aku Memiliki Kemampuan siklus ke dua adalah: (2)
Kemampuanku Terbatas, siklus ke tiga: 3) Syukur sebagai Citra Allah.
Catatan penting bagi peneliti yang akan ber PTK adalah materi per siklus haruslah berbeda.
Dalam ber PTK tidak boleh terjadi pengulangan materi (materinya yang sama tidak diulang-
ulang) sebelum meningkat hasilnya. Dalam melaksanakan PTK juga tidak diperkenankan
mengganggu jumlah jam pelajaran lain atau bahkan pelajaran dari mata pelajaran yang di PTK
kan (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021). Hal ini sangatlah penting sebab apabila melakukan
pengulangan pembelajaran materi atau mengambil jam lainnya akan mengganggu program
kalender akademik yang telah dirancang sekolah atau guru.
28
melihatnya. Apabila judul memberikan kesan baik maka orang akan tertarik untuk membaca
dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, judul harus dibuat sedemikian rupa dengan
menggunakan kata-kata yang tepat agar menarik minat pembaca.
Dalam memilih judul sebaiknya tidak terlalu panjang, sederhana, singkat, dan mudah
dimengerti oleh orang lain yang ingin membacanya (Wisnu Jatmiko, 2015). Di samping hal di
atas, membuat judul penelitian diharapkan menarik, sehingga orang yang membaca menjadi
ingin tahu lebih jauh. Judul dibuat tidak terlalu panjang, diupayakan tidak lebih dari 15 kata.
Bila judul lebih dari jumlah kata tersebut, maka sebaiknya dihilangkan Kelas dan Kota tempat
penelitian atau Materi Bahan Ajar yang diteliti. Namun demikian semua hal terkait subyek
penelitian, tempat penelitian dan materi bahan ajar yang digunakan untuk penelitian harus
dicantumkan pada Bab III Metodologi Penelitian. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian
adalah judul pendek tetapi padat mengandung spesifikasi khas, tidak boleh terlalu umum.
Hal yang penting sebelum menuliskan judul, pertama kali adalah telah ditemukannya
masalah atau kesenjangan yang ada di kelas yang akan diteliti. Mengapa harus menemukan
masalah? Pertanyaan ini sangat penting karena pada dasarnya dalam setiap pembelajaran di
suatu kelas pasti ada persoalan atau masalah yang terjadi. Sangatlah tidak mungkin suatu kelas
tidak ada masalah meskipun sekolah atau kelas tersebut kelas yang terbaik atau terunggul.
Masalah bisa dalam hal rendahnya prestasi belajar, sikap atau karakter siswa yang kurang kuat
atau baik, maupun keterampilan yang rendah dari target yang diharapkan. Misalkan masalah
dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa (dari aspek afektif, psikomotor, atau aspek
kognitif), selanjutnya rancangan tindakan yang akan diusulkan untuk memperbaiki masalah
tersebut. Dengan ditemukannya masalah dan menetapkan suatu metode/model/pendekatan
yang akan diterapkan dalam pembelajaran maka judul PTK dapat disesuaikan. Beberapa contoh
judul PTK:
1) Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode Penemuan Berbantuan Youtube Materi
Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SD ………
2) Meningkatkan Kemandirian PAK dengan Metode Problem Solving Materi Kitab Suci dan
Tradisi sebagai Dasar Iman Kristiani Kelas 10 SMA ….. Masa Pandemi Covid-19. (atau
dapat dipersingkat menjadi: Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode Problem
Solving di Masa Pandemi Covid-19)
3) Meningkatkan Kerja Sama dengan Metode Tutor Sebaya Berbantuan Media Gambar
Materi Kitab Suci dan Ajaran Gereja Kelas 8 SMP …..
29
4) Meningkatkan Kemandirian belajar siswa dengan Metode Penemuan Berbantuan e-modul
materi Gereja sebagai Persekutuan Terbuka kelas XI di Era Pandemi Covid-19
5) Upaya Meningkatkan Karakter Tanggung Jawab Siswa Pada Pembelajaran PAK Metode
Problem Berbasis Proyek Materi Gereja Sebagai Persekutuan Terbuka
6) Optimalisasi Keterampilan Berliterasi Pembelajaran PAK Materi Peran Hierarki dan Awan
Melalui Pembelajaran Daring Berbantuan Modul
7) Meningkatkan Hasil Belajar dengan PjBL Mata Pelajaran PAK Materi Gereja sebagai
Dasar Panggilan di Era Covid-19
8) Penerapan Model PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah PAK
Materi Peran dan Fungsi Suara hati Kelas 10 SMA ………
9) Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
tentang Tugas Pokok Gereja Mata Pelajaran PAK Kelas...... di...
Sebagai catatan akhir, silahkan peneliti menghitung jumlah kata dalam judul. Apabila
jumlah kata melebihi 15 kata, maka disarankan sebaiknya menghilangkan kata-kata: Mata
Pelajaran (tulis langsung saja PAK), kelas, sekolah, kota dapat dihilangkan. Namun bila ingin
ditambahkan “Masa Pandemi Covid-19” juga lebih baik karena saat sedang tren judul penelitian
saat tersebut. Hal ini menjadi baik karena pelaksanaan pembelajaran saat ini memang berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya dan secara khusus masa ini disebut sebagai Masa Pandemi/
Era Pandemi Covid-19.
30
gagasannya dari hal umum menuju ke khusus/spesifik atau yang disebut paragraf deduktif. Bisa
juga pembuatan paragrafnya dari khusus ke umum yang disebut induktif. Untuk penulisan PTK,
disarankan dengan paragraf deduktif dari permasalahan atau keadaan umum ke keadaan khusus.
Hal ini akan lebih memudahkan karena bagian akhir dari paragraf adalah tawaran penyelesaian
masalah dengan cara menerapkan suatu metode tertentu untuk meningkatkan aspek tertentu.
Pada dasarnya ada empat langkah dalam menentukan masalah yaitu (1) mengidentifikasi
satu bidang yang menjadi perhatian kita, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis dan
menginterpretasikan data, serta (4) mengembangkan rencana tindakan (Mills, 2000). Oleh
karena masalah penelitian merupakan substansi dari penelitian itu sendiri, maka menurut
Kerlinger bahwa masalah penelitian pada dasarnya mempunyai ciri-ciri yaitu masalah yang
dipilih harus mempunyai nilai penelitian, masalah penelitian harus mempunyai fisibilitas, serta
harus sesuai kualitas peneliti (Kerlinger, 1973).
Di dalam melakukan penelitian selalu harus ada masalah atau gap yang diungkap dan
direncanakan untuk dicari penyebab atau solusinya. Demikian juga dalam penelitian PTK,
peneliti juga berusaha mencari solusi perbaikannya. Research Gap adalah celah-celah atau
senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau
temuan peneliti-peneliti terdahulu.
Ciri-ciri research gap:
1) Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empiris di lapangan,
2) Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab,
3) Praduga atau hipotesis yang belum berhasil dibuktikan,
4) Adanya temuan baru yang kontroversial terhadap penelitian sejenisnya,
5) Hasil penelitian yang menyisakan kelemahan (hal ini bisa dilihat pada saran),
6) Suatu konsep penting yang tidak menjadi fokus perhatian peneliti terdahulu,
7) Menemukan celah dari adanya inkonsistensi hasil penemuan terdahulu,
8) Menemukan adanya keterbatasan penjelasan atas penelitian terdahulu,
9) Menemukan kelemahan dari riset terdahulu (Achmad, 2020)
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa masalah dapat terjadi karena adanya
kesenjangan antara kenyataan yang terjadi terhadap keinginan yang diharapkan. Beberapa
kriteria dalam penentuan masalah yaitu:
1) Masalah yang ditemukan dan akan dipecahkan peneliti pada akhirnya bertujuan untuk
31
memajukan kelas dan secara khusus mata pelajaran yang diampu.
2) Sangatlah baik apabila masalah akan dipecahkan dalam ruang lingkup atau jangkauan
peneliti, artinya peneliti mampu melaksanakan penelitian dengan cara me-manage waktu
dan tenaga sehingga sisi lain yang tidak diteliti dapat berjalan sesuai dengan rancangan
semula.
3) Pernyataan masalah harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai
penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal
fundamental, misalnya tentang penerapan suatu metode/model/pendekatan pembelajaran
atau penggunaan media yang membawa mahasiswa lebih aktif
4) Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi dengan data awal
yang jelas dan jujur baik dari data hasil pengamatan, wawancara maupun dokumentasi.
Dalam hal ini refleksi didasari dari tiga aspek pencapaian pendidikan yaitu aspek afektif,
aspek psikomotor, dan aspek kognitif
5) Masalah-masalah yang diidentifikasi dalam PTK:
a) Aspek afektif: rendahnya kemandirian belajar siswa, rendahnya rasa tanggung jawab,
rendahnya rasa percaya diri, rendahnya kejujuran, dan lainnya
b) Aspek psikomotor: rendahnya keterampilan bertanya, rendahnya keterlibatan siswa
dalam diskusi kelompok, rendahnya keterampilan memakai suatu alat, rendahnya
keterampilan menjawab, dan lainnya
c) Aspek kognitif: rendahnya nilai prestasi belajar (ulangan) suatu materi pelajaran,
rendahnya nilai rata-rata kelas, kurang ketercapaian KKM, rendahkan kemampuan
memecahkan masalah.
6) Metode pembelajaran yang diterapkan guru, hanya ceramah, tanya jawab, diskusi belum
menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan misalnya: Jelajah Alam Sekitar,
PBL (Problem Based Learning), PjBL (Project Based Learning), STAD, Tutor Sebaya, dan
lainnya.
Setelah peneliti menemukan sumber-sumber masalah, peneliti akan memfokuskan diri
dalam penelitian, maka peneliti perlu melakukan perumusan masalah terlebih dulu dengan latar
belakang tertentu, lalu dikerucutkan menjadi perumusan masalah penelitian, dan akhirnya
merancang penelitian tersebut. Dalam menuliskan paragraf-paragraf pada latar belakang
pertama-tama perlu ditetapkan pokok-pokok pikirannya. Setiap pokok pikiran dapat dipecah-
pecah lagi menjadi beberapa alinea.
32
Kita ambil contoh judul penelitian PTK: “Hasil Belajar PAK dengan Metode PBL
Berbantuan Youtube Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SD ………”.
Maka langkah-langkah pembuatan pokok pikiran latar belakang dengan paragraf deduktif
(umum ke khusus) bisa dimulai dari urutan seperti berikut:
(a) Uraikan tentang keadaan pendidikan di Indonesia secara umum
(b) Uraikan tentang Kurikulum Pendidikan di Indonesia
(c) Uraikan tentang keadaan mata pelajaran Agama Katolik saat ini secara umum
(d) Uraikan tentang karakteristik pembelajaran mata pelajaran Agama Katolik khususnya
materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SD
(e) Uraikan apa yang menjadi persoalan pembelajaran mata pelajaran Agama Katolik pada
umumnya, selanjutnya apa yang menjadi gap persoalan pembelajaran PAK di Kelas 5 SD
(f) Selanjutnya uraikan secara khusus tentang permasalahan kelas atau kondisi variabel hasil
belajar siswa terkait aspek afektif di kelas 5, misal kemandirian belajar (afektif) dan
psikomotor (bila diperlukan) dan uraian bagaimana kemampuan prestasi belajar (kognitif).
Pada poin ini peneliti dalam menguraikan kondisi tersebut sebaiknya berdasar data baik
dengan wawancara maupun hasil studi dokumentasi misalnya nilai ulangan atau nilai tes
akhir kenaikan kelas.
(g) Paparkan secara singkat solusi yang ditawarkan yaitu dengan metode PBL berbantuan
Youtube. Berikan uraian singkat tentang apa itu Metode PBL dan Pembelajaran berbantuan
Youtube, akan lebih baik disertai hasil rujukan jurnal.
(h) Akhirnya rumuskan: rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
33
metode pembelajaran yang sifatnya kurang menyenangkan. Dalam keadaan tersebut peneliti
mencari landasan teori tentang hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor,
metode (pilih salah satu dari beberapa metode), atau media-media pembelajaran yang menarik
yang dapat diterapkan di kelas.
Pada umumnya rumusan masalah dituliskan dalam bentuk pertanyaan, dengan bantuan kata
“Apakah” atau “Bagaimana”. Kita ambil salah satu contoh judul PTK seperti pada bagian di
atas yaitu: “Meningkatkan Hasil Belajar dengan PjBL Mata Pelajaran PAK Materi Gereja
sebagai Dasar panggilan di Era Covid-19”, maka pertanyaan yang dimunculkan lebih tepat pada
“Apakah” pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar disini dapat
difokuskan pada kemandirian belajar (afektif) atau lainnya dan prestasi belajar (kognitif).
Dengan maka rumusan masalahnya ada dua atau tiga sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan kemandirian belajar
siswa kelas … SMP ……..?
2. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan jumlah siswa yang
tuntas prestasi belajarnya kelas ….. SMP……?
3. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan rata-rata prestasi
belajar kelas …… SMP……?
Rumusan masalah pada poin ke 3 di atas boleh dimasukkan dalam rumusan masalah dan boleh
tidak. Hal ini menjadi keputusan peneliti berapa jumlah rumusan masalahnya. Selanjutnya mari
kita lihat perbandingan penulisan rumusan masalah menggunakan kata tanya “Bagaimana”
dalam menuliskan rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan kemandirian
belajar pada siswa kelas …. SMP ….?
2. Bagaimana pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas prestasi belajarnya kelas ….. SMP……?
3. Bagaimana pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan rata-rata prestasi
belajar kelas …… SMP……?
Pada rumusan masalah dengan memunculkan kalimat tanya “Apakah” lebih mengarahkan
pada pengujian hipotesis peningkatan variabel pada tahapan siklus dengan mengupayakan
skenario pembelajaran yang sudah didesain. Sedangkan pada rumusan masalah yang
memunculkan kalimat tanya “Bagaimana” lebih banyak menekankan deskripsi tindakan
34
pembelajarannya agar meningkatkan variabel. Hal ini adalah tergantung peneliti ingin
menekannya pada bagian yang mana.
Secara umum dapat dicirikan bahwa rumusan masalah penelitian PTK adalah sebagai berikut:
1. Apakah metode X untuk membelajarkan materi Y dapat meningkatkan karakter
kemandirian siswa kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
2. Apakah metode X berbasis Y materi Z dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
prestasi belajarnya?
3. Apakah metode X berbasis Y untuk membelajarkan materi Z dapat meningkatkan rata-rata
nilai prestasi belajar siswa kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
4. Bagaimanakah rata-rata nilai prestasi belajar dengan metode X berbasis Y materi Z siswa
kelas….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
5. Bagaimana mengoptimalkan keberanian mengemukakan ide dalam diskusi kelompok
Materi Bioteknologi siswa kelas kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
35
3. Mendeskripsikan pembelajarkan PAK dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA
………..Kota……..yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
4. Mendeskripsikan pembelajaran PAK dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA
………..Kota…….. yang dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi
belajarnya.
5. Mendeskripsikan peningkatan kemandirian belajar siswa akibat penerapan metode X pada
Materi Z kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
6. Mendeskripsikan peningkatan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya pembelajaran
PAK materi Z dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
7. Untuk meningkatkan kemandirian belajar dengan metode X berbantuan Y materi Z pada
siswa kelas XIA SMA Negeri Q Semarang.
8. Untuk meningkatkan karakter kemandirian dengan metode X materi Z siswa dengan
kelas.….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
9. Untuk meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya dengan metode X
berbasis Y materi Z
10. Untuk mengetahui peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar dengan metode X berbasis Y
materi Z siswa kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
11. Untuk mengetahui rata-rata nilai prestasi belajar dengan metode X berbasis Y materi Z
siswa dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
12. Untuk mengoptimalkan keberanian mengemukakan ide dalam diskusi kelompok Materi X
kelas …… SD/SMP/SMA ………Kota …….
Dari contoh-contoh tujuan penelitian di atas, maka peneliti silahkan memilih beberapa
tujuan yang disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah. Bila rumusan masalah ada dua maka
tujuan penelitian juga dua, demikian seterusnya. Sebagai catatan penulisan huruf X, Y, Z adalah
kode untuk mempersingkat tulisan disini. X metode dapat diisi STAD, Jigsaw, PBL, PjBL. Think
Pair and Share, dan lainnya. Y adalah berbasis atau berbantuan misalnya alat peraga
steoroform, Media tiga dimensi, Youtube, whatsapp group, kain perca, dan lainnya. Sedangkan
Z adalah Materi atau bahan ajar yang diambil untuk penelitian. Materi bisa diambil dari minimal
satu Kompetensi Dasar hingga beberapa Kompetensi Dasar.
36
3.9 Menyusun Manfaat Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki manfaat yang jelas bagi kehidupan manusia., baik manfaat
praktis, pragmatis, maupun manfaat secara teoritis dan normatif (Kaelan, 2012). Oleh karena
itu manfaat penelitian merupakan akibat atau dampak dari penelitian dari tujuan penelitian yang
diprogramkan tercapai. Antara tujuan dan manfaat memiliki hubungan yang kuat yaitu sesuatu
yang diharapkan atau yang ingin diraih sebagai hasil dari penelitian. Sedang perbedaanya
terletak pada: bahwa tujuan merupakan suatu keinginan yang operasional, sedangkan pada
manfaat adalah suatu keinginan yang rumusannya tidak perlu operasional, merupakan
keinginan setelah tujuan tercapai. Bila ditarik hubungannya antara rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian sampai pada manfaat penelitian, kita bisa melihat bahwa manfaat penelitian
digunakan sebagai alasan kelayakan atas masalah yang diprogramkan tersebut benar-benar
layak diteliti. Rumusan manfaat itu merupakan acuan penting dalam membuat rekomendasi
atau saran nantinya di bab akhir yaitu pada bab Simpulan dan Saran. Dimaksudkan apabila
tujuan penelitian tercapai, peneliti atau pihak sponsor mempunyai tugas lanjutan adalah
mewujudkan apa yang menjadi manfaat. Agar sampai pada capaian manfaat tersebut maka
perlu dimunculkan rekomendasi atau saran yang operasional.
Berikut ini adalah contoh rumusan manfaat, kita ambil contoh judul PTK di atas.
C. Rumusan Manfaat
Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka rumusan manfaat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa: melatih siswa belajar mandiri guna memecahkan persoalan dengan
bantuan pendampingan guru.
2. Bagi Guru: memiliki wawasan bagaimana memilih strategi memberdayakan cara
belajar siswa dengan lakukan pilihan model pembelajaran yang dapat membawa
siswa mandiri.
3. Bagi sekolah: memiliki wawasan bagaimana memberdayakan guru
meningkatkan kualitas pembelajaran yang berbasis pada kemandirian belajar
siswa.
37
4. Latihan
Berdasarkan uraian di atas, maka susunlah beberapa hal sebagai satu kesatuan yang akan
saudara rancang sebagai PTK, terkait: a) judul PTK, b) latar belakang, c) rumusan masalah,
d) tujuan penelitian, dan e) manfaat penelitian.
38
Daftar Isi
C. Kegiatan Belajar 3: Rancangan dan Laporan PTK
1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
1.2 Kompetensi Dasar
1.3 Indikator Capaian Kompetensi
1.4 Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
3.1 Penelitian Tindakan
3.2 Penulisan Kerangak Pikir PTK
3.3 Metodologi Penelitian
3.4 Menyusun Siklus PTK
3.5 Menyusun Varibel PTK
3.6 Menyusun Indikator Pengamatan
3.7 Analisa Hasil Penelitian
3.8 Menyusun Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.9 Menyusun Simpulan dan Saran
3.10 Sistematika Laporan
3.11 Sumber dan Cara Merujuk Pustaka
4. Latihan
39
4. Mampu Menyusun Siklus PTK
5. Mampu menyusun Variabel PTK
6. Mampu menyusun Indikator Pengamatan
2. Peta Konsep
40
3. Uraian Materi
41
diidentifikasi, kemudian dibuatlah kesimpulan sesuaikah dengan teori atau tidak, dan
4) Memverifikasi hasil penelitian. Manfaat memverifikasi hasil penelitian ini digunakan
sebagai perbandingan hasil penelitian yang telah kita lakukan dengan penelitian sebelumnya
sehingga diperolehlah kesimpulan-kesimpulan yang menjadi hasil dari verifikasi tersebut (A.
P. Lestari, 2021).
Setelah didapatkan atau ditemukan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian
yang dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan kerangka teori yang berisikan
tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Melalui bab tinjauan pustaka ini seorang
peneliti dapat memberikan penjelas yang tepat kepada pembaca mengenai dasar pemikiran
terhadap penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut diberikan contoh pencarian kajian
teori terkait dengan judul PTK yang dibuat.
Contoh 1: Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode PBL Berbantuan Youtube
Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SDN 01 Kupang.
Dari rumusan masalah tersebut dapat diturunkan kajian teorinya minimal mengupas teori-
teori tentang:
1. Hasil Belajar: pada kajian ini berisi tentang aspek-aspek hasil belajar ada 3 yaitu
aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif. Peneliti harus mampu mencari
teori hasil belajar tersebut dari buku, e-book, jurnal, artikel koran, dan lainnya.
Mengapa perlu ada teori hasil belajar karena selama proses pembelajaran pasti ada
ke tiga aspek tersebut yang terjadi.
2. Nilai-nilai Karakter: teori ini bisa dicari dan ditambahkan secara umum tentang
Kebijakan Kemendikbud tentang nilai-nilai karakter. Secara khusus bahas nilai
karakter yang akan diamati misalnya: kemandirian, rasa ingin tahu, tanggung
jawab, kerja keras
3. Teori Perkembangan Anak: teori ini penting ditulis karena karakter dan
perkembangan setiap tingkatan umur berbeda-beda. Apa saja yang dicari dari
materi ini antara lain:
a. Perkembangan anak usia 6 sampai 11 tahun setingkat SD (subyek penelitian
siswa SD)
b. Karakteristik perkembangan anak di usia tersebut
4. Metode PBL (problem based learning): pada kajian ini silahkan cari beberapa hal
penting tentang:
42
a. Pengertian/definisi
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode PBL
c. Kelebihan menggunakan metode PBL
d. Kekurangan menggunakan metode PBL
e. Hasil penelitian yang terkait metode PBL
5. Bantuan Youtube; kajian teori yang dilengkapi adalah tentang:
a. Pengertian/definisi youtube
b. Fungsi media berbantuan youtube dalam pembelajaran
c. Kekuatan youtube sebagai media dalam pembelalajaran
d. Kelemahan youtube sebagai media dalam pembelalajaran
e. Hasil penelitian terkait dengan Youtube
6. Perpaduan antara dua teori tersebut, seperti apa skenario peneliti memadukan
Metode pembelajaran PBL berbantuan Youtube
7. Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama, pada bagian ini diuraikan materi tentang
Kisah Tokoh Perjanjian Lama
Contoh 2: Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep tentang Tugas Pokok Gereja Mata Pelajaran PAK Kelas...... di...
Dari rumusan masalah tersebut dapat diturunkan kajian teorinya minimal mengupas teori-
teori tentang:
1. Hasil Belajar: pada kajian ini berisi tentang aspek-aspek hasil belajar ada 3 yaitu
aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif. Peneliti harus mampu mencari
teori hasil belajar tersebut dari buku, e-book, jurnal, artikel koran, dan lainnya.
Mengapa perlu ada teori hasil belajar karena selama proses pembelajaran pasti ada
ke tiga aspek tersebut yang terjadi.
2. Teori tentang Pemahaman
3. Teori Perkembangan Anak: teori ini penting ditulis karena karakter dan
perkembangan setiap tingkatan umur berbeda-beda. Apa saja yang dicari dari
materi ini antara lain:
a. Perkembangan anak usia yang menjadi subyek (SD/SMP/SMA)
b. Karakteristik perkembangan anak di usia tersebut
4. Strategi Inkuiri: pada kajian ini silahkan cari beberapa hal penting tentang:
a. Pengertian/definisi
43
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan Strategi Inkuiri
c. Kelebihan menggunakan Strategi Inkuiri
d. Kekurangan menggunakan Strategi Inkuiri
e. Hasil penelitian yang terkait Strategi Inkuiri
5. Keterkaitan Strategi Inkuiri untuk mengatasi masalah pemahaman konsep
6. Materi Tugas Pokok Gereja, pada bagian ini diuraikan materi Tugas Pokok Gereja
Urutan landasan teori di atas sifatnya fleksibel, bisa dibalik urutannya, namun demikian anak
baik bila diurutkan dari teori Hasil Belajar atau teori Belajar baru ke teori lainnya.
44
pemberian tugas tersebut siswa dapat membaca terlebih dahulu materi sebelum tatap muka
di kelas. Siswa juga bisa bertanya pada orang tua, saudara atau teman dengan bekerja
kelompok di luar kelas. Pada intinya dapat bertanya kepada siapa saja di sekitarnya. Dengan
pemberian tugas sebelum pembelajaran dimulai dimaksudkan agar siswa mampu belajar
sendiri atau menggali pengetahuannya sendiri. Kegiatan dengan cara ini juga akan memacu
kemandirian belajar siswa.
Pada saat tatap muka di kelas, para siswa diberi kesempatan melakukan elaborasi,
yaitu komunikasi keilmuan antar teman. Guru menagih tugas rumah yang telah diberikan.
Pada kesempatan ini guru akan mereviu terhadap bahan yang ditugaskan.
Dengan model tanya jawab atas tugas yang telah dibuatnya di rumah. Siswa diminta
memberikan pengalaman belajarnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada perorangan
ataupun per kelompok. Berdasarkan masukan pengalaman antar teman tersebut maka akan
terjadi diskusi antar siswa dengan siswa maupun antara guru dan guru. Posisi guru tetap pada
fungsinya yaitu sebagai fasilitator atau konfirmator keilmuannya. Selanjutnya menerapkan
pembelajaran dengan strategi inkuiri. Di sini siswa diberi kesempatan mengerjakan soal
sejenis dengan materi yang ditugaskan. Kegiatan ini dikerjakan secara kelompok. Dengan
berdiskusi maka akan membawa siswa semakin memahami terhadap apa yang dipelajari.
Diskusi dilakukan pula dalam permainan ular tangga. Dengan permainan maka proses
pembelajaran bersifat menyenangkan. Dengan permainan ular tangga tersebut mengarah
mencari simpulan terhadap apa yang dipelajari. Apabila kegiatan ini dilakukan terus menerus
secara berulang pada setiap siklus penelitian maka diharapkan akan mampu meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Pada akhirnya prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus akan
meningkat jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya.
Berdasar pemikiran yang dijabarkan pada kerangka pikir dapatlah dirumuskan hipotesis
penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran PAK dengan Strategi Inkuiri dengan Permainan Ular Tangga Materi
Perempuan dan Laki-laki dapat meningkatkan Kerja sama siswa Kelas 5 SD Maria
Pontianak
2. Pembelajaran PAK dengan Strategi Inkuiri dengan Permainan Ular Tangga Materi
Perempuan dan Laki-laki dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi
belajar pada siswa Kelas 5 SD Maria Pontianak
45
3.3 Metodologi Penelitian
Penjelasan pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan metode penelitian kuantitatif yang memiliki karakteristik menerapkan suatu
eksperimen untuk memecahkan permasalahan atau suatu gap (kesenjangan dihadapi).
Urutan langkah pada metode penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas disarankan urutannya
sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian: dituliskan penelitian PTK ini dirancang dalam berapa siklus dengan
pembagian materi dan alokasi waktu yang ditetapkan. Sebagai catatan penting adalah
jumlah jam pelajaran tidak boleh mengambil jam pelajaran materi lain untuk kepentingan
penelitian ini. Jumlah siklus telah dijelaskan pada bagian terdahulu.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian; menyebutkan lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan
penelitian
3. Indikator Keberhasilan: bagian ini dijelaskan indikator keberhasilan bila mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal tertentu untuk prestasi belajar. Sebagai catatan sebaiknya KKM yang
ditentukan lebih dari KKM yang telah dilaksanakan pada pembelajaran sebelumnya.
Asumsinya dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode/strategi yang telah
dirancang maka akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap
ketercapaian aspek afektif atau aspek psikomotor tertentu juga dibuat kriteria target
misalnya minimal 75% atau berupa gradasi misalnya 0-20 (sangat tidak berhasil), 21-40
(tidak berhasil), 41-60 (kurang berhasil), 61-80 (berhasil), 81- 100 (sangat berhasil).
Kriteria Ketuntasan Minimal ini digunakan sebagai acuan bahan refleksi pada siklus
selanjutnya.
4. Prosedur Penelitian (Siklus Tindakan): berisi Tindakan setiap siklus yaitu perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya.
5. Instrumen penelitian: berisi paparan tentang alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dan alas an penggunaannya. Untuk aspek afektif dan aspek psikomotor yang datanya
berasal dari pengamatan maka peneliti harus membuat indikator pengamatan suatu aspek
misalnya karakter kemandirian, kemudian indikator-indikator tersebut diturunkan menjadi
rubrik-rubrik penilaian. Sedangkan soal-soal untuk tes prestasi belajar juga dibuat kisi-kisi
soal, skor penilaian, dan soal untuk evaluasinya.
6. Teknik pengambilan data: Dari aspek pengumpulan datanya, pendekatan PTK
46
menggunakan cara survei atau wawancara atau tes. Sesuai metode pengumpulan datanya,
maka instrumen yang sering digunakan antara lain kuesioner atau angket, buku tes, dan
sebagainya. PTK menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data
numerik (angka).
7. Teknik Analisis Data: Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk
mereduksi dan mengelompokkan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan
perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk
menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat. Dengan demikian simpulan hasil
uji hipotesis yang diperoleh melalui PTK dapat diberlakukan secara umum. Pendekatan
PTK seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek
penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi
variabel masing-masing.
Ada beberapa hal yang penting untuk menunjukkan kapan sebaiknya PTK dipilih sebagai
pendekatan antara lain:
1. Bila masalah yang menjadi titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
penyimpangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan, aturan dengan pelaksanaan,
antara teori dengan praktek, antara rencana dengan implementasi atau tantangan dengan
kemampuan. Masalah ini harus ditunjukkan dengan data, baik hasil pengamatan sendiri
maupun tes. Misalnya PTK untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk menguji peningkatan
hasil belajar, maka data variabel hasil belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan.
2. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis PTK dapat berbentuk
dugaan mengenai peningkatan variabel ataupun perbaikan variabel. Untuk menguji adanya
peningkatan variabel atau perbaikan variabel dibutuhkan data kuantitatif variabel tersebut.
3. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan
dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah, maka
dilakukan pengukuran melalui tes kemampuan pemecahan masalah tersebut terhadap siswa
pada sekolah yang bersangkutan.
4. Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan
masalah dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan pendataan
yang cukup tentang variabel tersebut dengan melakukan observasi atau tes. Sebelum
kegiatan pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan
dan pengujian instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Data yang
47
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan
temuan yang belum diberi makna.
3.4 Menyusun Siklus PTK
Proses pelaksanaan PTK sangat dipentingkan, hal ini langkah untuk mencapai tujuan
penelitian. Dengan mengedepankan proses yang terjadi selama pembelajaran di kelas, maka
diharapkan membawa dampak pada peningkatan hasil belajar (afektif, psikomotor, kognitif).
Adanya perubahan tingkah laku sebagai tanda adanya peningkatan proses (afektif dan
psikomotor) maka pada umumnya akan berdampak pada peningkatan aspek kognitif. Hal ini
terjadi sebagai akibat langsung dalam peningkatan proses tersebut.
Proses PTK dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas
oleh pendidik yang akan melakukan PTK. Tidak ada pendidik yang tidak memiliki masalah
pembelajaran di kelasnya. Yang dimaksud masalah pembelajaran adalah situasi pembelajaran
dan atau hasil pembelajaran yang masih bisa ditingkatkan. Tahapan perbaikan pembelajaran
dilakukan:
a) Tahap pertama (Perencanaan)
Pada tahap ini adalah tahap mencari alternatif metode pembelajaran yang paling cocok
untuk mengatasi masalah. Perlu ada diskusi dengan guru lain atau teman sejawat agar dapat
memilih suatu metode yang tepat untuk mengatasi masalah yang terjadi. Pemilihan metode
harus mengacu pada landasan teori. Pada tahap ini peneliti harus bisa menjelaskan bahwa
strategi yang dipilih dapat membantu menyelesaikan masalah yang akan dipecahkan.
Diharapkan pemilihan metode, dapat menyelesaiakan permasalahan dalam yang terjadi
dalam kelas. Di samping pemilihan metode perlu juga dipertimbangan apakah diperlukan
sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Misalnya dengan media pembelajaran yang akan
dirancang guru sebagai sebuah cara agar pembelajaran bersifat lebih menarik dan
menyenangkan, ataupun pembuatan bahan ajar yang dikemas secara efektif dan mudah
untuk dipelajari siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dimaknai dan dipertimbangkan
agar perencanaan lebih mantap. Bagaimanapun keadaan dan kondisi siswa yang ada di
kelas peneliti, gurulah yang tahu persis kondisinya. Oleh karena itu maka perencanaan
menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian Tindakan kelas.
Segala perencana yang dibuat harus dirumuskan dalam skenario pembelajaran yang berisi
langkah-langkah pembelajaran, dilengkapi dengan bahan ajar dan media pembelajaran
yang relevan. Penyiapan strategi ini disebut dengan tahap perencanaan hingga tersusunlah
48
rencana program pembelajaran (RPP). Di samping perangkat pembelajaran yang disiapkan
perlu juga diperhatikan bagaimana peran teman sejawat/guru sejawat sebagai pengamat
terhadap aspek afektif atau psikomotor yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran pada
tahap pelaksnaan.
b) Tahap kedua (Pelaksanaan)
Pada tahap peneliti sudah pada tahap mengimplementasikan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan. Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti harus benar-benar
menguasai skenario pembelajaran yang telah disiapkan sehingga pada saat implementasi,
kegiatan pembelajaran sudah bisa diamati untuk mengukur variabel tingkat
keberhasilannya. Dengan demikian maka skenario pembelajaran yang telah disiapkan
dapat dipahami jalannya dan dilaksanakan dengan baik. Pada saat pembelajaran
berlangsung maka belum bisa dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan aspek kognitif.
Namun demikian aspek afektif dan atau aspek psikomotor dapat langsung diamati selama
proses pembelajaran dengan cara dicatat pada kolom pengamatan yang telah dirancang
sebelumnya.
c) Tahap ketiga (Evaluasi)
Setelah berakhirnya proses pembelajaran sesuai pada tahap pelaksanaan dalam setiap
siklus seperti yang direncanakan, maka selanjutnya diukur tingkat keberhasilannya. Ada
minimal dua hal yang dapat dievaluasi yaitu yang pertama adalah evaluasi terhadap aspek
afektif (karakter) dan atau aspek psikomotor yang diamati selama proses pembelajaran oleh
teman sejawat, Kedua adalah hasil evaluasi belajar atau prestasi belajar (aspek kognitif)
yang diperolehnya. Evaluasi yang serupa dapat diamati adalah aspek keterampilan siswa
Dengan cara mengevaluasi variabel-variabel hasil belajar yang akan ditingkatkan
(observasi dan tes). Observasi dengan cara mengumpulkan data yang menjadi indikator
variabel proses sebagai dampak dari implementasi strategi yang telah direncanakan, untuk
menentukan seberapa jauh strategi yang diimplementasikan telah mampu menyelesaikan
masalah dan seberapa jauh mencapai tujuan yang diharapkan.
d) Tahap keempat adalah refleksi
Pada tahap ini, data variabel yang telah terkumpul dianalisis untuk melihat
perkembangannya pada masing-masing variabel dari aspek afektif dan atau psikomotor
dengan aspek kognitif. Hasil perolehan data yang diperoleh dengan pengamatan dan tes
tersebut kemudian digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap yang kurang dan atau
49
melestarikan kegiatan yang sudah baik pada siklus berikutnya. Perbaikan artinya hal yang
kurang tepat dilakukan peningkatan, sedangkan melestarikan adalah apabila pada siklus
tersebut telah mencapai target yang diharapkan maka dilakukan pembelajaran pada siklus
berikutnya dengan menerapkan hal yang sudah baik tersebut.
Dari uraian di atas maka karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
berangkat dari hasil refleksi diri terhadap permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini guru posisinya sebagai peneliti yang bekerja sama dengan penelitian yang
dibangun dengan kerja sama antara guru dan teman sejawat serta murid untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
50
disebabkan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Ketiga ranah hasil
belajar tersebut adalah:
1. Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sebagai contoh
variabel afektif dalam PTK: motivasi belajar, sikap siswa dalam belajar, kemandirian
belajar siswa, rasa ingin tahu siswa dalam belajar, tanggung jawab siswa dalam belajar,
dan sejenisnya pada rumpun karakter masuk pada rumpun variabel afektif.
2. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
keterampilan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, aktivitas indra untuk mencapai
tujuan pembelajaran, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
Sebagai contoh variabel psikomotor dalam PTK: keterampilan membaca, keterampilan
menulis, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
berliterasi matematika, keterampilan berliterasi.
3. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode, atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi. Sebagai contoh variabel kognitif dalam PTK: prestasi belajar,
kemampuan menulis, kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah.
Bagaimana cara menentukan variabel penelitian? Guru sebaiknya menentukan variabel
penelitian. Pemilihan variabel dari aspek afektif dapat dilakukan dengan cara memfokuskan
pada satu nilai karakter misalnya: kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu, kerja sama,
51
dan lainnya. Hal ini karena dapat memudahkan dalam mengamati perubahan tingkah laku yang
terjadi pada siswa. Dari proses penentuan variabel afektif tersebut, maka dapat dibuatlah
indikator-indikator dari variabel yang ditentukan tersebut. Hal ini juga dilakukan apabila
peneliti menetapkan indikator aspek psikomotor dalam penelitiannya. Variabel yang berasal
dari aspek psikomotor ini juga perolehan datanya dengan pengamatan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel penelitian dari aspek afektif dan psikomotor perolehan datanya
dengan pengamatan.
Hasil belajar berupa aspek kognitif atau disebut juga dengan prestasi belajar merupakan
variabel penelitian juga. Data diperoleh dengan cara memberikan tes sebagai alat evaluasi
pembelajaran. Perolehan data variabel prestasi belajar ini diperoleh setelah proses belajar
berakhir. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar
digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi
tersebut. Berikut beberapa contoh judul PTK dan variabel penelitiannya, yaitu:
a. Meningkatkan hasil belajar PAK dengan Metode PBL berbasis Whatsapp Group Materi
Perempuan dan Laki-laki di Masa Pandemi Covid-19 ”.
Variabel penelitian adalah hasil belajar. Pada penelitian ini tidak perlu banyak variabel
hasil belar yang diteliti. Misalkan pada judul tersebut dipilih variabelnya kemandirian
belajar (afektif), keterampilan pemecahan masalah (psikomotor) dan kemampuan
pemecahan masalah belajar siswa (kognitif). Pada judul di atas tidak disertakan kelasnya
tidak masalah namun tetap harus ditulis pada Bab III Metodologi Penelitian bagian subyek
penelitian.
b. Meningkatkan Kemandirian Belajar PAK dengan Metode Think Pair Share Materi
Kerajaan Allah Kelas 8 SD ……….
Penelitian ini dirancang misalnya dengan 3 siklus seperti yang diuraikan di atas. Variabel
penelitian ini adalah hasil belajar, dapat diambil seperti contoh terdahulu sebagai variabel
X kemandirian belajar dan variabel Y: prestasi belajar.
52
aspek afektif dan aspek psikomotor datanya dapat diperoleh dengan pengamatan, sedangkan
aspek kognitif diperoleh dengan tes.
Sebelum menyusun indikator pengamatan maka terlebih dahulu kita juga membicarakan
tentang variabel. Variabel merupakan objek penelitian yaitu merupakan suatu fokus pilihan
karakteristik yang diteliti sehingga hasil penelitian akan lebih terarah. Bila kita ambil satu
contoh judul: “Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode PBL Berbantuan
Youtube Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SDN 01 …...” Pada judul ini nampak
jelas bahwa variabel penelitian adalah hasil belajar. Kita tahu bahwa hasil belajar terdiri dari
tiga aspek yaitu aspek afektif, psikomotor dan kognitif. Oleh karena itu perlu ditentukan secara
fokus dalam penelitian tersebut tentang. Fokus penelitian tersebut dijabarkan dalam latar
belakang permasalahan dijelaskan mengapa memilih variabel tersebut.
Hasil penjelasan mengarah pada fokus penelitian tersebut terungkap tertuang pada rumusan
masalah penelitian. Dalam rumusan masalah penelitian sudah mencerminkan adanya variabel
penelitian. Pada contoh judul PTK di atas rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apakah pembelajaran dengan metode PBL berbantuan Youtube Materi Kisah Tokoh
Perjanjian Lama dapat meningkatkan kemandirian siswa?
2. Apakah pembelajaran dengan metode PBL berbantuan Youtube Materi Kisah Tokoh
Perjanjian dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya?
Jadi dalam penelitian tersebut variabel penelitiannya adalah kemandirian belajar (afektif)
dan prestasi belajar (kognitif). Variabel tersebut dapat digali melalui observasi atau wawancara
dan tes. Oleh karena itu sebelum melangkah lebih jauh pada suatu judul penelitian tentukan
lebih dahulu variabel. Selama hal tersebut belum ditentukan akan terjadi kesulitan dalam
menentukan langkah penelitian. Bagaimana menentukan variabel? Biasanya dari rumusan
masalah sudah mencerminkan variabel mana yang akan diteliti.
Misalkan peneliti akan memfokuskan kemandirian siswa, maka peneliti perlu mencari
landasan teori tentang kemandirian. Teori ini dapat berasal dari buku-buku rujukan atau
pengembangan indikator yang berasal dari jurnal. Sebagai contoh dalam teorinya yang
dimaksud dengan kemandirian belajar menurut Archer (2002) adalah kemampuan individu
mengatur secara aktif proses belajarnya yaitu proses internal yang dimiliki dan dilaksanakan
oleh individu yang sedang belajar. Proses kemandirian belajar meliputi: mengevaluasi diri,
mengatur dan mentransformasi, menetapkan tujuan dan rancangan, mencari informasi,
mencatat dan memantau, menyusun lingkungan, mencari konsekuensi sendiri, mengulang dan
53
mengingat, mencari bantuan, dan meriviu catatan (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021).
Berdasarkan pengertian definisi kemandirian tersebut, maka peneliti dapat
membuat/menguraikan indikator-indikator kemandirian dan rubrik penilaiannya yang
disesuaikan dengan tingkatan sekolah/kelas yang diteliti. Berikut ini adalah salah satu contoh
indikator dan rubrik aspek kemandirian sebagai berikut:
Tabel 1 Indikator dan Rubrik Aspek Kemandirian
No Indikator Rubrik
1. Kemandirian Hadir 1. Sangat Kurang: Peserta didik terlambat lebih dari
Tepat Waktu 30 menit
2. Kurang: Peserta didik terlambat 15 menit-30 menit
3. Cukup: Peserta didik terlambat kurang dari 15
menit
4. Baik: Peserta didik hadir tepat waktu
5. Sangat Baik: Peserta didik siap sebelum pelajaran
dimulai
2. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak pernah bertanya
Bertanya 2. Kurang: Peserta didik bertanya namun dipaksa
3. Cukup: Peserta didik bertanya harus dengan
diminta
4. Baik: Peserta didik bertanya atas inisiatif dengan
jelas sesuai topik
5. Sangat Baik: Peserta didik bertanya atas inisiatif
sesuai topik dengan pertanyaan yang
membutuhkan jawaban diskusi
3. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak mau menjawab
Menjawab 2. Kurang: Peserta didik menjawab namun tidak
sesuai dengan persoalan yang diberikan
3. Cukup: Peserta didik mampu menjawab jawaban
dengan paksaan
4. Baik: Peserta didik mampu menjawab sesuai
dengan persoalan yang diberikan
5. Sangat Baik: Peserta didik mampu menguraikan
jawaban berdasarkan persoalan yang diberikan
dengan memberi contoh
4. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak mau
Mengungkapkan mengungkapkan pendapat
Pendapat 2. Kurang: Peserta didik mampu mengungkapkan
pendapat hanya ketika dipaksa
3. Cukup: Peserta didik mampu mengungkapkan
pendapat ketika ditunjuk
4. Baik: Peserta didik mampu mengungkapkan
pendapat sesuai konteks bahasan
54
5. Sangat Baik: Peserta didik mampu
mengungkapkan pendapat sesuai konteks bahasan
dengan mengajukan diri
5. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak dapat membuat
Membuat Contoh contoh
2. Kurang: Peserta didik membuat contoh tidak sesuai
dengan topik bahasan
3. Cukup: Peserta didik mampu membuat contoh
sederhana
4. Baik: Peserta didik mampu membuat contoh sesuai
topik bahasan
5. Sangat Baik: Peserta didik mampu membuat
beberapa contoh sesuai topik bahasan
6. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik belum mampu
Membuat Simpulan membuat simpulan
2. Kurang: Peserta didik membuat simpulan tidak
sesuai topik bahasan
3. Cukup: Peserta didik membuat simpulan hanya
berupa poin-poin
4. Baik: Peserta didik membuat simpulan sesuai topik
bahasan
5. Sangat Baik: Peserta didik membuat simpulan
terorganisir
7. Kemandirian
Mengerjakan PR
1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak pernah
mengerjakan PR
2. Kurang: Peserta didik mengerjakan PR terlambat
3. Cukup: Peserta didik mengerjakan PR harus
diingatkan
4. Baik: Peserta didik mengerjakan PR sesuai waktu
yang ditentukan
5. Sangat Baik: Peserta didik mengerjakan PR
sebelum waktu yang ditentukan
Tabel di atas adalah sebuah contoh cara membuat indikator dan rubrik tentang
kemandirian. Pada dasarnya antara aspek afektif dan aspek psikomotor dapat dijadikan satu
kesatuan. Hal ini mengingat batas yang sangat kecil antara aspek afektif dan aspek psikomotor.
Untuk hal lain peneliti bisa merancang indikator dan rubrik penilaianya misalnya kerja sama,
kerja keras, rasa ingin tahu, dan lainnya. Rubrik harus dibuat dengan jelas agar pada saat
pengamatan dapat dilakukan penilaian yang mendekati obyektif. Pengamat yang dapat
membantu saat Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan adalah teman sejawat. Teman
55
sejawat bisa guru mata pelajaran yang sama atau guru kelas lain yang bisa membantu.
Diharapkan sebelum pelaksanaan PTK telah ada diskusi yang intens dengan teman sejawat.
Disarankan jumlah teman sejawat sebanyak dua orang.
56
hasil yang diinginkan agar dapat digunakan. Adapun tahap-tahap pengolahan data adalah
sebagai berikut:
a. Editing data
Proses editing merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan,
konsistensi, dan kelengkapan data yang terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut
pemberian penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan
masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisis data. Dengan adanya
klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tidak mengganggu proses analisis
sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisis. Keterbacaan berkaitan dengan
apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan untuk justifikasi penafsiran
terhadap hasil analisis. Konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala
pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulnya data secara
lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam
penelitian tersebut.
Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalah-kesalahan yang terdapat pada
pencatatan yang ada di lapangan dan bersifat korektif. Setelah melakukan tugas lapangan,
maka berkas-berkas catatan informasi atau data siap untuk diolah. Dalam editing ini akan
diteliti lagi hal-hal sebagai berikut:
1) Kelengkapan pengisian
2) Keterbatasan tulisan
3) Kejelasan makna jawaban
4) Keajengan dan kesesuaian jawaban satu sama lain
5) Relevansi jawaban
6) Keseragaman satuan data
c. Pengembangan variabel
Spesifikasi semua variabel yang diperlukan oleh peneliti yang mencakup dalam data yang
sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variabel yang diperlukan sudah
termasuk dalam data. Jika belum berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum
mencakup semua variabel yang diteliti.
d. Pengkodean data (coding)
Coding yaitu pemberian atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang termasuk ke dalam
kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka, atau huruf
57
yang memberikan petunjuk, identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
Tujuannya yaitu agar data dapat dipindahkan ke dalam sarana penyimpanan, misalnya
komputer dan analisis berikutnya. Dengan data yang sudah diubah dalam bentuk angka maka
peneliti akan lebih mudah mentransfer ke dalam komputer dan mencari program perangkat
lunak yang sesuai dengan data yang digunakan sebagai sarana analisis.
e. Cek kesalahan
Peneliti melakukan pengecekan kesalahan pada data sebelum dimasukkan ke dalam
komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah diselesaikan tanpa
kesalahan yang serius.
f. Membuat struktur data
Peneliti membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk analisis
kemudian dipindahkan ke dalam komputer. Olah data pada penelitian Tindakan kelas
berbeda dengan penelitian lainnya, maka analisis data dalam PTK bertujuan bukan untuk
digeneralisasikan, melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan,
peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah
yang diangkat dalam PTK bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan
dihadapi oleh guru yang melakukan PTK tersebut dan alternatif. Pemecahan masalah yang
dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa. Oleh karena
itu ketika suatu PTK berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan atau
perubahan sebagaimana yang diharapkan, maka berarti sekaligus peneliti (guru) telah
berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap
upaya pemecahan masalah tersebut.
Jika guru yang lain memiliki masalah pembelajaran yang sama atau hampir sama dengan
guru yang telah berhasil melakukan PTK dengan tindakan tertentu, maka dia dapat melakukan
modifikasi dan adopsi terhadap prosedur tindakan tersebut untuk disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, kedalaman dan keluasan masalah, dan potensi sekolah (sarana
prasarana dan fasilitas) yang tersedia, agar tindakan yang dilakukan tepat dan efektif dalam
memecahkan masalah. Untuk menunjukkan perubahan atau peningkatan variabel tersebut dapat
digunakan statistik deskriptif dengan menunjukkan peningkatan rataan atau dapat juga dengan
menghitung N-Gain Score atau menghitung persen peningkatan (Sundayana, 2014).
Rumus rataan:
58
𝐸𝑥
𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑥 =
𝑛
Sebagai contoh dari hasil pengamatan dan tes ke dua variabel kemandirian belajar (x)
dan prestasi belajar (y) dari ketiga siklus diperoleh:
Tabel 3 Rekapitulasi Rataan Siklus 1 dan 2
No Variabel Rataan Siklus
I II III
1 Kemandirian belajar x (12 item) skor max 60 40 45 55
2 Prestasi belajar y (20 soal) skor max 100 60 80 85
Sebenarnya dilihat dari nilai rataan masing-masing variabel sudah menunjukkan adanya
peningkatan. Akan tetapi apabila akan dihitung nilai Gain untuk masing-masing perubahan
siklus:
Gain untuk kemnadirian siklus 1 ke siklus 2 adalah:
45 − 40
g= = 0,25
60 − 40
Gain untuk prestasi belajar siklus 1 ke siklus 2:
59
80 − 60
g= = 0,5
100 − 60
Persen peningkatan
Data dianalisis untuk mengetahui peringkat dengan cara membandingkan jumlah skor
yang diperoleh dengan skor ideal dalam kelas. Rumus perhitungannya (S. Arikunto,
Suhardjono, 2006)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚
% skor pengamatan = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Contoh % kemandirian belajar
40
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 1 = 𝑥 100% = 67%
60
45
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 2 = 𝑥 100% = 75%
60
55
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 3 = 𝑥 100% = 91%
60
Dari ketiga siklus di atas, maka nampak jelas ada peningkatan kemandirian siswa.
60
Secara khusus pembuatan tabel, garis hanya ada di posisi horizontal saja. Pembuatan garis
horizontal hanya bagian awal dan pokok keterangan dan akhir saja bila seperti contoh tabel di
bawah ini, namun bila bentuknya seperti pada tabel-tabel yang ada seperti pada Bab V, maka
ada beberapa garis horinsontal yang dibuat.
Contoh Tabel
61
Grafik yang dibuat pada bagian pembahasan itu bentuknya berupa perbandingan
langsung dari siklus 1 dan 2 atau siklus 1, 2, dan 3 tergantung dari berapa jumlah siklus
penelitiannya. Setelah membandingkan hasil maka hubungkan dengan teori yang telah
dituliskan. Hasil analisis data digunakan sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.
Refleksi berfungsi untuk menentukan langkah, sikap dan tindakan untuk membantu perbaikan
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan indikator yang telah ditentukan untuk
meningkatkan aspek-aspek hasil belajar.
Contoh Pembahasan Hasil Pengamatan Aspek Afektif
Dari contoh variabel kemandirian di atas, misalkan hasil pengamatan diperoleh sebagai
berikut:
Dari contoh data Tabel 4.1, peneliti dapat membahas hasil penelitian dengan cara
mencermati skor pengamatan dari indikator-indikator di atas. Cara mencermati dapat ditinjau
dari beberapa hasil pengamatan yaitu:
1. Data rata-rata % skor setiap indikator dan skor rataan keseluruhan (letak posisi di bawah
atau garis vertikal pada kotak tebal miring). Hal ini sangat penting karena peneliti bisa
62
melihat indikator mana saja yang masih rendah dalam satu kali data pengamatan.
Kemudian kita bisa membandingkan dengan target capaian yang diharapkan. Apakah
setiap indikator telah mencapai target harapan? Apabila belum mencapai target maka ini
menjadi bahan refleksi dari indikator mana yang kurang tersebut. Perhatikan yang tercetak
tebal, di sana menunjukkan skor ketercapaian pada masing-masing indikator misalnya skor
capaian yang diharapkan 75%. Nampak ada beberapa indikator yang memperoleh capaian
yaitu pada indikator 2 dengan skor 80% dan indikator 5 dengan skor 81%. Sedangkan untuk
capaian skor yang di bawah target yaitu indikator 1, 3, 4, 6, dan 7. Di sini perlu diuraikan
skor-skor yang lebih rendah tersebut apa saja sehingga dalam pembahasan dapat
dideskripsikan, baik itu indikatornya maupun siapa saja. Hasil pengamatan siswa yang skor
capaiannya rendah menjadi bahan refleksi. Perlu dideskripsikan juga indikator apa saja
yang menyebabkan rendah.
2. Data skor setiap siswa (letak posisi menyamping atau horizontal). Hal ini sangat penting
untuk melihat bagaimana kondisi aspek afektif dari masing-masing siswa. Data ini penting
untuk merefleksikan dan tindakan yang akan dilakukan oleh guru pada setiap siswa yang
bermasalah atau nilai skor rendah. Membandingkan data rata-rata masing-masing indikator
atau rata-rata % skor hari pertama ke hari berikutnya dan juga siklus pertama ke siklus
berikutnya. Dengan mencermati rataan masing-masing indikator setiap data pengamatan
dalam satu hari/waktu ke berikutnya dan juga siklus pertama ke berikutnya maka akan
memudahkan pembahasan.
3. Data pengamatan aspek afektif yang ada maka dapat dibuat grafik untuk melengkapi
pembahasan. Bentuk grafik dapat dibuat dari:
a) persentase (%) rataan indikator dibandingkan dengan target capaian yang telah diteliti
b) persentase (%) rataan indikator setiap siklus dengan beberapa kali data pengamatan
c) persentase (%) rataan indikator beberapa siklus dengan target capaian
Perlu diperhatikan bahwa dalam menguraikan kalimat dalam pembahasan harus selalu
melihat masing-masing indikator dengan rubrik masing-masing indikator. Dengan melihat data
yang rendah atau yang telah mengalami kenaikan dalam setiap datanya atau siklusnya maka
peneliti menguraikan kalimat akan terarah tanpa rekayasa karena berasal dari rubrik-rubrik
yang telah dibuat dan ditetapkan sebelum melaksanakan penelitian.
63
3.9 Menyusun Simpulan dan Saran
Setelah selesai Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, maka bagian akhir
pelaporan PTK adalah bagian simpulan dan saran (Bab V). Sebelum kita mulai ke bahasan
utama tentang cara menulis simpulan pada laporan PTK, terlebih dahulu kita harus memahami
prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam merumuskan simpulan pada sebuah laporan
penelitian. Adapun prinsip-prinsip membuat simpulan adalah:
a. simpulan ditulis sebagai pernyataan singkat, tidak bertele-tele
b. simpulan hasil pengolahan data dengan statistik/hasil analisis data/angka-angka ditulis
singkat pada hasil akhir saja.
c. simpulan adalah gambaran umum dari hasil analisis data dan pembahasan
d. simpulan selalu merujuk pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan;
e. Tujuan penulisan simpulan pada Bab V sebuah laporan penelitian tindakan kelas adalah
untuk memberikan informasi secara cepat kepada pembaca tentang hasil penelitian yang
telah diperoleh.
Kesalahan yang sering ditemukan dalam sebuah simpulan di bagian laporan PTK adalah
masih dimuatnya bahasa yang sulit dipahami secara langsung oleh pembaca. Cara termudah
agar saat merumuskan bagian simpulan pada laporan PTK adalah dengan merujuk kembali
kepada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan yang terdapat
pada Bab I. Bila anda ingin berada di jalur yang benar, lihat kembali rumusan masalah dan
tujuan penelitian tindakan yang telah ditulis pada Bab I tersebut. Sebagai contoh pada judul
penelitian: “Meningkatkan Hasil Belajar dengan PjBL Mata Pelajaran PAK Materi Gereja
sebagai Dasar panggilan Kelas XI di Era Covid-19”, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan kemandirian
belajar di era Covid-19?
2. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas prestasi belajarnya di era Covid-19?
3. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan rata-rata prestasi
belajar di era Covid-19?
Sedangkan tujuan penelitiannya:
1. Mendeskripsikan kemandirian pembelajaran PAK dengan metode PjBL Materi Gereja
64
sebagai Dasar Panggilan di era Covid-19
2. Mendeskripsikan jumlah siswa yang tuntas pembelajaran PAK dengan metode di era
Covid-19
3. Mendeskripsikan peningkatan rata-rata prestasi belajar pembelajaran dengan metode
PjBL di era Covid-19
Dan simpulan yang data ditulis adalah, misalnya:
1. Kemandirian belajar siswa kelas XI dengan metode PjBL di era Covid-19 di siklus 1, 2,
dan 3 penelitian PTK mengalami peningkatan dari rata-rata sebesar 65% menjadi 74%
pada siklus 2 dan 81% pada siklus 3.
2. Jumlah siswa kelas XI yang tuntas prestasi belajarnya meningkat berturut-turut 58%,
67%, dan 88% dengan metode PjBL pada Materi Gereja sebagai Dasar Panggilan pada
siklus 1,2, dan 3.
3. Ada peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari siklus 1, 2, dan 3 sebesar 58%, 67%,
dan 88% dengan metode PjBL Materi Gereja sebagai Dasar Panggilan.
Saran/rekomendasi penelitian yang dapat ditulis misalnya:
1. Bagi siswa: guna mencapai kemampuan hasil belajar yang lebih baik, maka diperlukan
kemandiriannya dengan memohon penugasan dari guru untuk konsep yang harus
dipelajari.
2. Bagi guru: guna menunjang kemandirian siswanya, maka guru memberi fasilitas belajar
bagi siswa dengan memilih strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik
siswanya.
3. Bagi sekolah: guna meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah hendaknya sekolah
memberi kelengkapan sarana prasarana belajar bagi siswa untuk belajar mandiri.
65
pembelajaran dalam kelas. Hasil pembahasannya digunakan sebagai dasar membangun
temuan yang dituangkan secara teoritis, jelas, dan sistematis dalam rangka memperbaiki
pembelajaran untuk mencapai sasaran perbaikan hasil belajar siswa. Dimaksudkan
persoalan yang ada harus jelas siapa variabel-variabel sehingga data yang digali pun akan
tepat sasaran. Sistematis dimaksudkan bahwa melakukan penelitian itu membutuhkan
langkah-langkah terprogram secara sistematis, agar orang dapat mengikuti tahapan kajian
yang dihasilkan.
2) Kedua, Rumusan Masalah. berdasarkan batasan masalah, maka selanjutnya dapat
dirumuskan masalah PTK. Setelah masalah yang akan diteliti ditemukan (variabel apa saja
yang akan diteliti), dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang
akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Seperti telah diuraikan dalam bab
rumusan masalah, sebaiknya rumusan masalah itu dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.
3) Ketiga, Tujuan Penelitian. Di sini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan
penelitian. Tujuan peneliti berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan.
Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan
penelitian.
4) Keempat Manfaat Penelitian. merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan
penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat, maka
sekarang manfaatnya apa.
5) Landasan Teori. Deskripsi teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan
untuk menjelaskan tentang variabel atau fokus permasalahan yang akan diteliti, serta
sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan
(hipotesis), dan penyusunan instrumen penelitian atau melakukan pendalaman masalah
untuk menemukan penyebab persoalan sehingga ditemukan hipotesis. Teori-teori yang
digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang
betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan
hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel atau
fokus permasalahan yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan tergantung pada
variabel yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti ada lima, maka jumlah teori yang
dikemukakan juga minimal ada lima. Teori-teori tersebut digunakan untuk menyusun
kerangka pikir sehingga rasional hipotesis yang diungkapkan menjadi masuk akal.
Penelitian yang relevan merupakan acuan bagi peneliti dalam membuat penelitian.
66
Penelitian yang relevan ini berisikan tentang penelitian orang lain yang dijadikan sebagai
sumber atau bahan dalam membuat penelitian. Dalam hal ini peneliti tidak boleh menjiplak
penelitian orang lain, tetapi hanya menjadikan penelitian orang lain tersebut sebagai acuan
dalam membuat penelitian sendiri.
Pada bagian akhir dari Bab II adalah menyusun kerangka pikir, yaitu pemikiran peneliti
untuk menjawab rumusan masalah yang masih besifat secara teori. Kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam penelitian
jenis kuantitatif adalah suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua atau lebih variabel. Apabila penelitiannya membahas sebuah
variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti. Jika anggapan dasar merupakan dasar
pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka
hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus
dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan sesuatu di mana penelitian
kita arah-pandangkan ke sana, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Jawaban
penelitian sementara ini lah yang disebut hipotesis
6) Metode Penelitian
Metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama
untuk mencapai suatu tujuan. Dapat diambil simpulan bahwa yang dimaksud dengan
metodologi penelitian adalah suatu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan
mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala
secara ilmiah. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu
yang mempelajari cara-cara melakukan penelitian dengan pemikiran yang tepat secara
terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun
serta menganalisis dan cara pengumpulan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk
menguji hipotesis atau menemukan hipotesis. Jadi metodologi penelitian menjelaskan cara
pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data dan cara analisa data.
Bab Metode dan Prosedur Penelitian terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut ini:
1) Metode dan rancangan penelitian berisi uraian tentang metode pelaksanaan penelitian
dan rancangan pelaksanaan. Rancangan dilaksanakan dengan beberapa siklus untuk
67
mengamati perubahan atau perkembangan capaian ketuntasan skor variabel.
2) Penelitian memaparkan macam, bentuk serta cara penggunaan instrumen yang akan
dipakai pada pelaksanaan peneliti. Diuraikan pula tingkat kesahihan dan
keterpercayaan instrumen yang dipakai.
3) Pengumpulan dan analisis data, menguraikan jadwal, personil, cara, dan hal-hal lain
sehubungan dengan pengumpulan dan analisis data.
Pembahasan di sini uraiannya belum mengarah pada kelengkapan isi laporan penelitian,
akan tetapi akan mengupas bagaimana struktur penelitian untuk penyusunan proposal PTK.
Proposal PTK merupakan bagian dari isi lengkap 3 bab PTK (Pendahuluan, Kajian Teori, dan
Metode Penelitian). Pada umumnya Proposal PTK memuat minimal bagian-bagian berikut:
Bagian awal, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka/Landasan Teori, Metodologi penelitian.
Bagi guru-guru yang akan melakukan kenaikan pangkat bisa mengacu pada Peraturan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi tahun
2015 dituliskan bahwa dituliskan penyusunan usulan PTK adalah sebagai berikut:
68
Bab II Kajian Pustaka (proporsi bagian ini 40% dari keseluruhan isi proposal)
Bab III Metodologi Penelitian (Proporsinya 45% dari keseluruhan isi proposal).
Bagian Bab III ini adalah
A. Rencana dan Prosedur Penelitian: Bagian ini terdiri dari:
B. Subyek penelitian, tempat, waktu, dan lama tindakan
C. Prosedur PTK yang akan dilaksanakan terdiri dari empat tahap yang semuanya bersifat
siklis atau siklus (pengulangan) yaitu:
1) perencanaan,
2) pelaksanaan tindakan,
3) observasi,
4) evaluasi–refleksi
(3) Bagian Penutup
A. Jadwal Penelitian: memuat semua kegiatan dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
sampai dengan penulisan laporan, lengkap dengan waktu pelaksanaan.
B. Biaya Penelitian: bagian ini mencantumkan rincian biaya dalam penelitian.
C. Personalia Penelitian: memuat identitas tim peneliti serta peran dalam penelitian.
D. Daftar Pustaka: memuat semua sumber yang dirujuk. Daftar ditulis bisa secara manual
atau menurut American Psychology Association (APA) diserahkan pada penelitian.
E. Lampiran: dilampirkan beberapa hasil yang mendukung penelitian antara lain:
instrumen penelitian, riwayat hidup tim peneliti, surat keterangan lain yang diperlukan,
data-data nilai dan hasil pengamatan (Kemendikbud, 2005) (Kemendikbud Litbang,
2015).
Terkait tata tulis yang akan dibuat oleh guru sebagai peneliti maka akan sangat baik apabila
tetap melihat aturan yang berlaku (syarat tata tulis) pada saat membuat,mengajukan proposal
penelitian tindakan kelas atau mengikuti lomba karya ilmiah PTK atau persyaratan yang
ditentukan oleh sekolah atau yayasan sekolah yang bersangkutan.
Pada dasarnya format atau sistematika penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas
tidak jauh berbeda dengan penelitian yang lainnya. Bagi peneliti silahkan menggunakan format
yang dituliskan atau dianjurkan sesuai petunjuk yang ada. Pada umumnya digunakan format
sebagai berikut:
69
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar, v
Abstrak vi
Bab I Pendahuluan 1
B. Latar Belakang Masalah dst
C. Identifikasi Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Bab II Tinjauan Pustaka
B. Misal: Teori Belajar
C. Misal: Teori Perkembangan Anak
D. Misal: Metode/Strategi/Model
E. Misal: Media ….
F. Keterkaitan Metode dengan Media ….
G. Penemuan-Penemuan Sebelumnya (ambil dari jurnal, bila ada lebih baik)
H. Kerangka Pikir
I. Hipotesis Penelitian (bila ada)
Bab III Metodologi Penelitian
A. Rancangan Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Indikator Keberhasilan
D. Prosedur Penelitian (Siklus Tindakan)
E. Instrumen yang Digunakan
F. Teknik Pengambilan Data
G. Teknik Analisis Data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
Bab V Simpulan dan Saran
70
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
71
dikembangkan oleh peneliti. Bagian akhir yaitu memaparkan hipotesis yang merupakan
dugaan-dugaan sementara sebelum dibuktikan melalui kegiatan penelitian.
Dalam bab tiga, yakni Metodologi Penelitian, peneliti harus menjelaskan metode
penelitian yang digunakan yaitu PTK. Jelaskan ruang lingkup penelitian yaitu meliputi subjek
dan objek penelitian, prosedur penelitian, variabel penelitian dan instrumen penelitian, cara
pengambilan data dan cara mengolah datanya.
Hasil tulisan dari bab pertama, kedua dan ketiga hasil penyusunan di atas telah menjadi
proposal penelitian. Pada proposal segala sesuatu yang diprogramkan harus dilaksanakan.
Setelah pelaksanaan penelitian maka diubah menjadi laporan penelitian. Sebagai catatan
penting adalah peneliti harus membaca ulang proposal kemudian mengubah kalimat-kalimat
yang sebelumnya akan dilaksanakan menjadi kalimat yang pada intinya telah dilaksanakan.
Langkah selanjutnya adalah menyusun bab keempat dan kelima.
Pada Bab IV, yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bagian ini disajikan dua bagian
yaitu pertama adalah Hasil Penelitian. Pada bagian ini peneliti dapat menyajikan data-data yang
diperoleh berdasarkan metodologi yang dilaksanakan. Misalnya data tentang pengamatan aspek
afektif atau dan aspek psikomotor yang telah dirancang. Sebagai contoh hasil pengamatan
tentang kemandirian siswa. Teman sejawat peneliti yang membantu mengamati proses
pembelajaran telah mencatat semua hal sesuai dengan indikator yang telah dirancang, jumlah
data pengamatan sesuai dengan jumlah siklus atau setiap hari pada saat dilaksanakan penelitian
tersebut. Apabila diamati setiap tatap muka, maka perlu dilakukan perhitungan dengan mencari
rata-rata setiap siklusnya. Hasil pengamatan dituliskan dalam tabel untuk disajikan. Data lain
yang dapat dikumpulkan adalah data hasil ulangan atau prestasi belajar siswa setiap siklus. Pada
bagian ini dapat ditampilkan grafik-grafik masing-masing siklus dalam hal aspek afektif atau
dan aspek psikomotor dan juga aspek kognitif dari masing-masing siklus.
Bagian ke dua dari bab empat adalah Pembahasan. Pada bagian pembahasan ini
pembahasannya dapat diurutkan sesuai tujuan penelitian. Hal ini untuk mempermudah
pembahasan dan juga dalam menarik simpulan di bab lima. Pada pembahasan ini dapat
disajikan grafik, tabel dalam bentuk rangkuman sejumlah siklus yang dilaksanakan, jadi
merupakan gabungan akhir masing-masing siklus dalam hal aspek afektif atau dan aspek
psikomotornya
Pada Bab V, yakni Penutup, berisi tentang Simpulan dan Saran. Simpulan dapat dikatakan
sebagai inti dari proses penelitian yang telah dilaksanakan. Pada saat membuat saran harus
72
memperhatikan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini penting agar dapat diperhatikan
apakah hasil simpulan telah menjawab ketercapaian tujuan penelitian Berikutnya adalah
menyampaikan saran-saran atau rekomendasi terhadap beberapa instansi yang dipandang
memiliki kaitan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan. Bagian akhir yang perlu
diperhatikan adalah penyajian seluruh rujukan dalam Daftar Pustaka.
73
a. Buku teks, merupakan tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval yang
tidak tentu.
b. Jurnal, adalah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil seminar yang
diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah.
c. Periodical, adalah majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala yang berisi hasil
penelitian yang dikerjakan.
d. Yearbook, adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun yang diterbitkan tiap
tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta.
e. Buletin, adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan secara berkala dan berisi catatan
ilmiah ataupun petunjuk ilimiah tentang suatu kegiatan operasional.
f. Circular, adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis yang diterbitkan dengan interval tidak
tentu.
g. Leaflet, berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis.
h. Annual Review, berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah diterbitkan selama setahun
atau beberapa tahun yang lampau.
i. Off Print, adalah kiriman artikel dari pengarang yang terlepas dari majalah atau buku teks.
j. Reprint, merupakan artikel yang sudah dimuat dalam suatu majalah ilmiah kemudian
dicetak ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.
k. Recent Advance, adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang tidak diperoleh
dalam review journals.
l. Bibliografi, adalah buku yang berisi judul-judul artikel yang membahas bidang ilmu
tertentu.
m. Handbook, adalah buku kecil yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu
masalah tertentu, ataupun suatu fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja
mempunyai pengarang ataupun tidak, tetapi dikumpulkan oleh instansi tertentu.
n. Manual, adalah buku petunjuk tentang mengerjakan sesuatu secara terperinci. Biasanya
mengenai suatu masalah praktis, baik dalam mengukur, melakukan kegiatan atau memakai
sesuatu secara benar.
o. Skripsi, Tesis, dan Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang disyaratkan untuk lulus
pendidikan jenjang S1, S2, dan S3. Dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi sebenarnya
sama, bedanya semakin tinggi tingkatannya, maka semakin dibutuhkan banyak data otentik
dan teori-teori yang harus dirujuk sebagai dasar penelitian, dan juga cara penyajiannya
74
mulai dari hanya mendeskripsikan suatu objek penelitian hingga menghasilkan suatu teori
berdasarkan fakta-fakta empiris.
Sumber pustaka, seperti yang sudah dijelaskan di atas, dapat berupa buku, jurnal, skripsi,
tesis, disertasi, makalah, paper, jurnal penelitian, situs internet yang kredibel, dan lain-lainnya.
Seorang peneliti dalam memilih sumber pustaka perlu memerhatikan beberapa hal penting
untuk menghasilkan kutipan atau ide yang tepat. Dalam memilih sumber pustaka, terdapat
beberapa kriteria sumber pustaka sebagai berikut:
a. Ketetapan (adequacy), isi dari sumber pustaka sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan.
Maksudnya adalah bahwa peneliti harus mampu mencari isi materi yang digunakan sebagai
rujukan sesuai dengan tema pokok penelitian.
b. Kejelasan (clarity), sumber pustaka harus mudah dipahami atau dimengerti oleh peneliti.
Artinya, kalimat-kalimat yang dirujuk dari sumber yang akan diambil harus dipahami
isinya oleh peneliti.
c. Empiris (empiricalness), sumber pustaka itu berdasarkan pada kenyataan, bukan hasil
imajinasi. Oleh karena rujukan sumber ini dipakai sebagai landasan teori maka sumbernya
harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya.
d. Terorganisasi (Organization), isi dari sumber pustaka harus terorganisasi dengan baik
sehingga memudahkan peneliti untuk mencari informasi.
e. Kemutahiran (Recency) sumber pustaka harus berdasarkan perkembangan terbaru dalam
bidangnya (up to date). Hal ini sangat penting menyangkut kurun waktu antara waktu
penelitian dan sumber Pustaka. Akan baik bila sumber Pustaka kurang dari 10 tahun,
kecuali untuk sumber-sumber yang sifatnya paten misalnya Kitab Suci, Buku Pedoman
sesuatu yang penerbitannya setiap 10 tahun atau lebih, Undang-undang, dll.
f. Relevansi (relevance), sumber pustaka berhubungan dengan penelitian.
g. Meyakinkan (convicingness), sumber pustaka dapat menjadi acuan yang tepercaya bagi
peneliti. Saat ini banyak artikel di internet yang bisa diambil bebas, oleh karena itu maka
sangat baik bila rujukannya sangat jelas misalnya dari suatu koran yang besar dan
berpengalaman.
Sangatlah penting kejelasan dalam memilih rujukan. Selanjutnya isi, asal dari mana,
keaslian itu menjadi bahan utama dalam merujuk. Sumber pustaka harus teroganisir, diartikan
bahwa sumber itu berasal dari penerbit, lembaga pencetak atau dari mana pun harus dilihat
75
organisasi keabsahannya. Oleh karena pada jaman sekarang di era disrupsi di zaman milenial
banyak berita hoax. Sangatlah penting bagi peneliti benar-benar mampu menyaring memilah
mana berita baik dan benar.
Bagian ini akan memberikan petunjuk cara mencari atau menelusuri kajian pustaka melalui
kutipan, berikut beberapa petunjuk yang dapat diikuti:
1. Sistem pengutipan
Pada dasarnya mengutip merupakan suatu pekerjaan yang menunjukkan kredibilitas seorang
penulis. Ada tata cara dan standar baku dalam mengutip. Ada dua cara pengutipan suatu
sumber yaitu sistem catatan dan sistem langsung. Sistem catatan, identitas nama penulis,
tahun dan halaman tidak ditampilkan. Pada akhir kalimat pengutipan diberikan urutan angka
dengan huruf yang kecil (superscript) dengan cara menekan ‘References’ kemudian tekan
‘Insert Footnote’ dengan cara itu maka akan muncul angka. Angka tersebut akan muncul di
catatan kaki pada bagian bawah halaman. Pada catatan kaki tersebut dituliskan rujukan yang
disitasi. Sistem ini dikenal dengan sistem tradisional dan Harvard. Pada sistem tradisional
digunakan kata ibid, loc cit, op cit untuk mengacu pada rujukan sebelumnya, sedangkan
Harvard tidak demikian. Pada sistem ke dua yaitu kutipan langsung, identitas penulis, tahun
dan halaman ditampilkan dalam tanda kurung.
2. Cara pengutipan
Langkah pengutipan dalam kajian pustaka dapat dilakukan dengan cara yaitu cara mengutip.
Ada dua cara yaitu mengutip langsung dan tidak langsung:
a. Kutipan langsung merupakan salinan persis sama dengan sumbernya tanpa penambahan
(Widjono, 2005:63)
Cara melakukan kutipan langsung adalah sebagai berikut:
1) Jika kutipan empat baris atau kurang langsung dikutip apa adanya
2) Diintegrasikan ke dalam teks paparan penulis, dengan jarak sesuai dengan jarak
penulisan lainnya
3) Tanda kutip (“....”); kemudian di sebelah kanan tulis asal rujukan (nama belakang
penulis, tahun: halaman)
4) Apabila kutipan dalam bahasa lain (asing atau daerah) maka harus ditulis miring
5) Jika ada bagian kalimat yang dihilangkan karena mungkin terlalu panjang atau
kurang menjadi pokok kutipan, maka bagian yang dihilangkan diberi tanda titik
sebanyak tiga buah jika yang dihilangakan itu ada di awal atau di tengah kutipan, dan
76
empat titik jika di bagian akhir kalimat
b. Apabila kutipan lebih dari empat baris, maka dibuat satu spasi. Kutipan tak langsung
adalah mengambil ide dari suatu sumber atau tulisan yang dianggap penting, kemudian
mengkalimatkan sendiri atau menggunakan parafrasa. Pengutipan sumber dengan
menulis dalam kurung (nama belakang penulis, tahun: halaman buku) (Sugiyono, 2017)
3. Merujuk yang bertanggung jawab
Mengapa perlu penjelasan bahwa ada tata cara merujuk dalam dunia tulis menulis yang
perlu diketahui Bersama. Karena dengan kemajuan teknologi dan informasi segala sesuatu
dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan informasi dengan sangat mudah dan cepat.
Tuntutan tugas sekolah, kuliah dan pekerjaan untuk membuat suatu tulisan mau tidak mau
tentu harus mencari rujukan-rujukan yang digunakan sebagai bahan menulis. Pembuatan
makalah, penelitian, penulisan artikel atau buku saat ini jumlahnya semakin banyak.
Dengan banyaknya tuntutan untuk menulis dan berkarya ilmiah maka merujuk menjadi
sesuatu yang penting. Hasil karya ilmiah dalam dua bentuk yaitu laporan hardcopy (buku,
prosiding, majalah ilmiah, dan lainnya) atau softcopy (e-jurnal, e-book, dan lainnya). Untuk
menyusun semua hal tersebut tentu diperlukan banyak rujukan yang berasal dari buku, jurnal
ataupun artikel-artikel baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kemudahan
teknologi yang berkembang saat ini seseorang dengan mudah dan cepatnya mendapatkan
rujukan dari internet. Namun terkadang penulis “lupa” mencantumkan sumbernya yang
dirujuknya. Bila penulis sampai lupa menulis rujukannya akan berakibat fatal ke depannya.
Saat ini telah ada Peraturan Menteri Pendidikan yang mengatur tentang plagiat. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 ayat (1) dtuliskan bahwa:
“Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai” (Kemendikbud, 2010).
Guna mengantisipasi terjadinya plagiasi maka telah disosialisasikan juga Undang-
Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17 Tahun 2010 kepada seluruh
masyarakat akademis bahwa langkah yang harus diperhatikan untuk mencegah atau
menghindarkan kita dari plagiarisme, yaitu melakukan pengutipan dan/atau melakukan
paraphrase. Apa batasan ketiga cara sebagai antisipasi plagiat adalah sebagai berikut:
a. Pengutipan menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat,
77
dengan menyebutkan sumbernya.
b. Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Sistem
merujuk harus disesuaikan panduan yang ditetapkan masing-masing institusi dalam
penulisan daftar pustaka.
c. Paraphrase: Melakukan parafrase dengan tetap menyebutkan sumbernya. Parafrase
adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri, tanpa
merubah maksud atau makna ide/gagasan dengan tetap menyebutkan sumbernya.
Selain dua hal di atas, untuk menghindari plagiarisme, kita dapat menggunakan beberapa
aplikasi pendukung antiplagiarisme baik yang berbayar maupun gratis. Misalnya:
a. Menggunakan alat/aplikasi pendeteksi plagiarisme. Misalnya: Turnitin, Wcopyfind, dan
sebagainya.
b. Penggunaan aplikasi Zotero, Endnote dan aplikasi sejenis untuk pengelolaan sitiran dan
daftar pustaka.
Cara atau tips-tips menulis, agar terhindar dari plagiarism yaitu (Istiana, n.d.)
a. Tentukan buku yang hendak Anda baca
b. Sediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan satukan dengan penjepit
c. Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman pada
kertas kecil paling depan
d. Sembari membaca buku, salin ide utama yang anda dapatkan pada kertas-kertas kecil
tersebut
e. Setelah selesai membaca buku, anda fokus pada catatan Anda
f. Ketika menulis artikel, maka jika ingin menyitir dari buku yang telah Anda baca, fokuslah
pada kertas catatan
g. Kembangkan kalimat Anda sendiri dari catatan yang anda buat.
78
Bentuk-bentuk yang dapat dikategorikan sebagai bentuk plagiat ruang lingkupnya meliputi:
a. Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip dan tanpa
menyebutkan identitas sumbernya;
b. Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya;
c. Menggunakan fakta (data, informasi) milik orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya;
d. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri;
e. Melakukan parafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susunan kalimat sendiri
tanpa mengubah idenya) tanpa menyebutkan identitas sumbernya;
f. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak
lain seolah-olah sebagai karya sendiri (Istiana, n.d.).
Berikut strategi cara menghindari terlibat plgiarisme dalam berkarya yang dapat dilakukan
penulis atau peneliti dalam membuat karya tulisan baik itu untuk kepentingan tugas maupun
kepentingan dinas. Langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Sertakan sitasi dalam merujuk. Sitasi (citation) adalah cara kita memberitahu pembaca
bahwa bagian-bagian tertentu dari tulisan kita berasal dari sumber yang ditulis penulis lain
(Rakhmawan, 2017). Sitasi adalah suatu kegiatan melakukan pemberitahuan kepada
pembaca bahwa bagian-bagian tertentu dari tulisan kita berasal dari sumber yang ditulis
penulis lain. Ketika kita menggunakan gagasan, informasi, opini bukan dari buah pikiran
sendiri, maka sitasi mutlak perlu dilakukan. Penyertaan sitasi di sini penulis harus
memberikan keterangan dari mana informasi yang ditulis didapat. Sumber didapat dari
buku, jurnal, tugas akhir, rekaman, audio, juga gagasan dari internet juga harus
disampaikan.
2. Lakukan pencatatan berbagai sumber daftar pustaka sejak awal. Terkadang penulis
menuliskan sesuai secara terus menerus dengan tanpa berpikir bagaimana nanti rujukan
dituliskan. Mereka baru menulis beberapa yang ingat. Hal tersebut juga tidak benar.
Terkadang sitasinya telah tercantum tetapi dalam daftar pustaka hanya di badan proposal
tetapi lupa menuliskan di daftar pustaka, atas sebaliknya.
3. Lakukan Parafrase. Parafrase adalah istilah linguistik yang berarti pengungkapan kembali
suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya
79
yaitu untuk memperkuat gagasan yang disampaikan. Terkadang ada pendapat yang baik
tetapi kita ingin menggunakannya. Terhadap hal ini sebaiknya melakukan parafrase
menggunakan susunan kalimat sendiri dari sumber aslinya dengan tetap mencantumkan
sitasinya. Meskipun demikian dalam melakukan paraphrase perlu latihan dan mengulang
kembali kalimat yang ditulis agar maknanya tetap sama. Parafrase lebih mudah untuk
dilakukan sebab formatnya tidak serumit bila melakukan pengutipan langsung.
4. Lakukan interpretasi. Langkah ini dilakukan dengan cara melakukan interpretasi dari
gagasan yang dirujuk. Untuk memperkuat gagasan yang disampaikan, kita upayakan
interpretasi sendiri, dalam hal ini melakukan modifikasi dari apa yang diperoleh.
5. Carilah aplikasi anti-plagiarisme. Saat ini telah banyak sistem atau program antiplagiasi
yang harganya terjangkau bahkan gratis. Hal ini penting untuk mengukur berapa persen
penulis telah melakukan plagiarisme dengan cara melakukan pembandingan dengan
digunakan software turnitin yaitu sebagai alat pengukur pembandingan dengan tulisan-
tulisan yang sudah terbit sebelumnya. Aplikasi akan menunjukkan berapa persen tingkat
kemiripan yang ditemukan.
Apa sanksi bila seseorang dianggap atau terbukti sebagai plagiarisme? Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pemerintah telah mengatur sanksi bagi orang yang melakukan
plagiat, khususnya yang terjadi di lingkungan akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut
(Pasal 70): lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik,
profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (2) terbukti merupakan
jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi mahasiswa yang
melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan plagiasi maka seorang mahasiswa akan
memperoleh sanksi sebagai berikut:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
4. Pembatalan nilai
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
80
7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.
4. Latihan
Carilah 2 artikel jurnal ber doi PTK, kemudian tulislah poin-poin singkat tentang: a)
landasan teori, b) penulisan kerangka pikir, c) uraian singkat materi masing-masing siklus
dan alokasi waktunya, d) variabel yang diteliti, dan e) simpulan hasil PTK.
81
Daftar Isi
82
2. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan Abstrak Artikel PTK
3. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan kata kunci artikel PTK
4. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan metodologi artikel PTK
5. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan pembahasan artikel PTK
6. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan simpulan artikel PTK
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
3.1 Pengertian Artikel Jurnal Ilmiah
Artikel ilmiah adalah suatu tulisan yang bersumber dari laporan hasil penelitian dengan
maksud untuk kepentingan publikasi yang akan dimuat pada suatu jurnal ilmiah. Artikel ilmiah
dibuat oleh peneliti setelah selesai membuat laporan hasil penelitian. Ada beberapa istilah
tentang jurnal misalnya jurnal ilmiah (scientific journal) atau jurnal akademik (academic
journal). Artikel ilmiah dapat juga disebut dengan suatu karya tulis lengkap yang memenuhi
syarat ilmu pengetahuan dan dipublikasikan di jurnal.
Secara umum ciri-ciri artikel ilmiah berdasarkan sebagai berikut (Deepublish, 2021).
a. Objektif, artinya isi materi artikel ilmiah dikembangkan secara aktual berdasarkan
fenomena yang terjadi. Fokus bahasannya berbeda antar bidang ilmu dan mengarah pada
83
hal tertentu
b. Rasional, artinya hasil penelitian dapat diterima pembaca atau perujuk
c. Kritis, artikel berfungsi sebagai wahana atau alat untuk menyampaikan kritik timbal
balik terhadap suatu permasalahan yang dijelaskan dalam artikel tersebut
d. Reserved, maksudnya adalah menahan diri, hati-hati, dan tidak
mudah overclaiming, jujur, lugas, dan tidak menyertakan motif-motif pribadi dan
kepentingan tertentu.
e. Artikel ilmiah memiliki gaya bahasa yang formal atau baku dalam penulisannya.
Apabila artikel nasional maka gunakan bahasa sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
yang berlaku, apabila artikel jurnal internasional gunakan tata bahasa atau selingkung
sesuai dengan ketentuan jurnal yang berlaku.
f. Pengutipan sumber jelas dan disertai dengan daftar pustaka.
84
dapat dipakai untuk mengindeks kandungan isinya. kata kunci dipilih tiga hingga lima kata
sebagai kata penting terkait dengan tema penelitian. Kata kunci menjadi bagian penting
karena dengan kata kuncilah seseorang dapat mencari suatu judul penelitian sebagai
rujukan.
(4) Pendahuluan
Pendahuluan adalah bagian dari artikel ilmiah yang berisi informasi kepada pembaca jurnal
untuk memahami tujuan spesifik dalam kerangka teoritis yang lebih besar. Bagian
Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan juga teori-teori
pendukung penelitian tersebut. Teori-teori bisa dirujuk dari jurnal-jurnal yang bagus dan
terbaru. Sangat penting dalam pendahuluan ditonjolkan masalah yang dibahas secara tuntas
dalam artikel jurnal yang telah terpublikasi. Hal ini penting agar jurnal yang ditulis telah
merujuk pada jurnal-jurnal atau literasi terbaru dan tren. Bagian pendahuluan ini
menguraikan atau memaparkan tentang penelusuran teori yang relevan dengan masalah
yang diungkapkan atau dibahas. Banyak sedikitnya uraian pada pendahuluan disesuaikan
dengan aturan atau template jurnal yang akan dituju. Dengan demikian peneliti dapat
memperkirakan antara pendahuluan dan bagian-bagian lainnya.
(5) Metode Penelitian
Bagian metode penelitian dalam artikel ilmiah merupakan wadah yang menampung secara
garis besar rancangan penelitian, data, dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisa maupun indikator penelitian dan juga validasi data. Perlu diuraikan proses
penelitian dengan singkat dan jelas. Sebagai catatan tidak diperlukan dari definisi-definisi
dari suatu teori terkait metodologi penelitian.
(6) Hasil dan Pembahasan
Bagian ini membahas hasil perolehan data penelitian dengan singkat, jelas, dan menarik.
Untuk keperluan tersebut peneliti dapat menyajikan dalam bentuk grafik, tabel, diagram,
atau lainnya. Setelah sajian data maka peneliti membahas hasil penelitian dengan cara
mengaitkan dengan landasan teori atau rujukan jurnal yang terkait. Hal ini sangat penting
sebagai tahapan untuk menjawab rumusan dan pencapaian tujuan penelitian.
(7) Simpulan dan Saran
Bagian simpulan dan saran dari suatu artikel merupakan bagian akhir. Seperti diketahui
bahwa simpulan merupakan pernyataan singkat dan akurat dari hasil dan pembahasan.
Simpulan merupakan suatu bukti kebenaran hipotesis dengan menjawab permasalahan
85
yang telah ditentukan. Sedangkan saran merupakan masukan yang diberikan peneliti terkait
dengan tindak lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan.
(8) Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih yang ditulis dalam artikel menjadi hal yang penting terkait pihak lain
yang telah memberikan kontribusi terhadap penelitian yang telah dilakukannya. Pada
umumnya ucapan terimam kasih dituliskan kepada pihak-pihak tertentu yang telah
mendukung pendanaannya.
(9) Daftar Pustaka
Daftar Pustaka merupakan daftar rujukan maupun referensi yang telah digunakan dalam
menuliskan artikel ilmiah tersebut. Penulisan Daftar Pustaka harus mengikuti selingkung
atau tata tulis jurnal yang dimaksud. Hal ini penting agar artikel hasil penelitian yang
dikirimkan dapat diterima oleh pihak pengelola jurnal.
86
Sedangkan SINTA 6 adalah urutan ke 6 terakreditasi nasional. Saat ini masih banyak
jurnal yang beredar belum tergolong SINTA.
1.4.1.1.2 Jurnal Internasional
1.4.1.1.3 Pengiriman artikel ke jurnal internasional saat ini menjadi hal yang penting
khususnya bagi para dosen. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi guru-
guru khususnya guru Pandidikan Agama Katolik. Bila seorang peneliti dapat
mempublikasikan artikelnya di jurnal internasional maka akan meningkatkan kualitas
akademik peneliti tersebut. Jenis jurnal internasional dikatakan terakreditasi apabila
sudah terindeks SCOPUS, WOS (Web of Science), Thomson atau Reuters, dan lainnya.
Dalam mengirimkan artikel ke jurnal nasional haruslah dituntut keuletan, sabar, dan
semangat untuk terus memperbaiki dari apa yang disarankan oleh penilai jurnal
(reviewer)
oleh
Sukestiyarno1, Hartutik2
1 sukestiyarno@gmail.com, Universitas Negeri Semarang
2 irenehartutik@gmail.com, STPKat St Fransiskus Asisi Semarang
Abstrak
87
sedangkan data prestasi belajar dengan tes. Data hasil pengamatan dan tes diolah secara
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran,
dan jumlah yang tuntas belajar masing-masing 57%, 51% dan 20% pada siklus 1. Sedangkan
pada siklus 2 para siswa dalam kelompoknya telah meningkat tanggung jawab terhadap
tugasnya sebagai pemimpin serta telah mampu berperan dalam permainan turnamen
pengetahuan yang sifatnya membantu dalam menyesuaikan materi pelajaran. Pada siklus ini
terjadi peningkatan menjadi 74%, 77%, dan 58%. Dengan terus membiasakan siswa pada
suasana belajar sesuai skenario, pada siklus 3 terbukti mengalami peningkatan yang
memuaskan dalam prosentase 94%, 91%, dan 71%. Peningkatan hasil tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode Heroic Leadership berbasis Turnamen terbukti mampu
meningkatkan hasil belajarnya.
Kata Kunci: heroic leadership, turnamen, rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran
PENDAHULUAN
Siswa SMP adalah individu yang menginjak proses dewasa. Oleh karena itu setiap
guru mata pelajaran berusaha memberi tantangan dengan menyodorkan sejumlah masalah
kepada siswanya untuk menyelesaikannya, termasuk pelajaran matematika. Pembelajaran
matematika mengajarkan pemecahan masalah (problem solving) tidak hanya untuk keperluan
mata pelajaran matematika saja, tetapi juga matematika berperan mendasari ilmu-ilmu lain
(Surya, 2011).
Berdasar pengalaman peneliti yang mengadakan observasi pendahuluan dengan guru
matematika di SMP Negeri 5 Semarang dijumpai, bahwa guru mengalami kesulitan dalam
menanamkan konsep statistika Kelas VIII. Siswa cenderung menghafal apa yang diberikan
guru akan tetapi apabila diminta memaknai akan deskripsi hasil olah data statistika seperti
nilai bilangan rata-rata, median, modus untuk memaknai mengalami kesulitan. Belajar
statistika tidak cukup hanya secara mekanik diajarkan seperti pada konsep matematika
lainnya. Belajar statistika perlu adanya pemaknaan (Hartuti dan Widyasari, 2016).
Umumnya guru dalam kelas dapat mengamati siswanya dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok berkemampuan baik, kelompok berkemampuan sedang, dan kelompok
berkemampuan rendah. Mereka berada dalam situasi kondisi satu kelas. Apabila mereka
diberi tugas rumah, umumnya siswa pada kelompok sedang dan kelompok rendah masih
banyak mengalami kesulitan. Daya inovasi siswa umumnya untuk menyelesaikan masalah
masih rendah (Nulhakim, 2016).
88
Dari pengalaman pembelajaran seperti tersebut di atas, berkat kolaborasi tim peneliti,
menumbuhkan pemikiran baru untuk menerapkan suatu strategi membelajarkan matematika
secara baru. Pembelajaran bagaimana memberi peran masing-masing siswa sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki merupakan penekanan utama. Merancang pembelajaran
dengan tahapan memadukan tahapan pembelajaran dengan metode Heroic Leadership
(kepemimpinan yang berjiwa pahlawan) yakni setiap siswa diperankan sebagai pemimpin
yang berjiwa pahlawan pada kelompoknya (Lowney, 2005) dengan metode pembelajaran
turnamen, yakni dengan permainan dalam belajar konsep (Kagan, 1993). Pada proses
pembelajaran untuk memacu rasa ingin tahu dan keterampilan siswa diterapkan metode
turnamen matematika. Dalam turnamen siswa diajak berkompetisi memecahkan masalah
(Wardono, 2005).
Berdasar permasalahan yang dihadapi seperti tersebut di atas maka dapat
dimunculkan rumusan masalah, apakah pembelajaran dengan metode heroic leadership dan
turnamen matematika untuk membelajarkan materi statistika dapat meningkatkan rasa ingin
tahu siswa dalam pembelajaran, keterampilan proses siswa dalam bermain peran, dan
proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
rasa ingin tahu, keterampilan proses, dan proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya
dengan metode pembelajaran heroic leadership dan turnamen matematika pada materi
statistika. Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah diperoleh variasi
pembelajaran yang mengajak siswa aktif belajar dalam suasana yang menyenangkan. Guna
mendukung pencapaian tujuan di atas kiranya perlu pembahasan mendasar dan singkat
tentang teori-teori berikut.
Hasil Belajar
Hasil belajar dibatasi memuat aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif.
Dalam penelitian ini aspek afektif dipilih variabel rasa ingin tahu, aspek psikomotor dipilih
keterampilan proses, dan aspek kognitif dipilih prestasi belajar. Rasa ingin tahu: adalah
emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi,
investigasi dan belajar (Mustari, 2011) (Sukestiyarno dan Budi W, 2016) (Judiani, 2010).
Untuk mengorek aktivitas maksimal belajar siswa, dalam pembelajaran harus ada
komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan belajar oleh siswa dapat
89
berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa
positif maupun negatif. Aktivitas siswa yang positif misalnya; mengorek dengan mengajukan
pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif
dalam pembelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa. Siswa dapat memecahkan suatu
permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif, misalnya
menganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan
lain yang tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
Aktivitas belajar matematika adalah proses komunikasi antara siswa dan guru dalam
lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru, siswa dengan siswa
sehingga menghasilkan perubahan akademik, tingkah laku yang dapat diamati melalui,
perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, kegiatan bertanya/menjawab siswa
(Sunaryo, 2004).
Keterampilan bermain peran: keterampilan bermain peran adalah keterampilan
melakukan pola-pola tingkah laku peran aktif yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus
dan sesuai dengan keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu
(Syah, 2008) (Gunawan, 2017). Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya
meliputi gerakan motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat
psikomotor. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan bermain peran
matematika adalah suatu tuntutan proses psikomotor siswa dalam melakukan suatu kegitan
secara motorik bermain peran yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang
dilakukan oleh siswa dan dirancang secara sistematis strategi pembelajarannya oleh pengajar
untuk memperoleh suatu produk tertentu secara optimal.
Prestasi belajar: Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas
(Winkel, 2004) (Majid, 2014). Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
suatu kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Tes prestasi belajar
yang dilakukan oleh setiap guru dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan
dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut
(Balitbang Depdiknas, 2002).
Metode Pembelajaran Heroic Leadership dan Turnamen Matematika:
Pendekatan gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Lowney (2005) adalah merupakan
90
gaya kepemimpinan yang melawan arus kebanyakan metode kepemimpinan kontemporer.
Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa: 1) kita semua adalah pemimpin
sepanjang waktu dalam peran masing-masing, 2) kepemimpinan muncul dari dalam bukan
apa yang dilakukan melainkan siapa kita, 3) kepemimpinan bukan suatu tindakan tetap
merupakan cara hidup, 4) kepemimpinan berlangsung terus menerus kerja tanpa tanpa akhir.
Gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki
kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Kesadaran itu meliputi; mengembangkan
potensi, kesadaran mencari kelemahan, mengambil nilai manfaat, menentukan pendirian, dan
akhirnya menyemangati diri sendiri.
Pada penelitian ini pembelajaran heroic leadership diprogram siswa dibuat dalam
beberapa kelompok, anggota setiap kelompok diposisikan merupakan pemimpin dalam
tugasnya masing-masing. Pemimpin belajar konsep, pemimpin dalam menyiapkan
kebutuhan belajar, pemimpin dalam koorndinasi penyelesaian tugas, pemimpin dalam
turnamen. Kelompok dan unsur pimpinan dibentuk sesuai kebutuhan dan keberadaan siswa
dalam kelompok.
Tahapan pembelajaran dengan metode Turnamen digambarkan Slavin (2010) adalah
1) presentasi di kelas, 2) membentuk tim, 3) game berupa pertanyaan-pertanyaan tentang
konsep 4) permainan dilaksanakan 5) penghargaan atas prestasi didapat dan hukuman bagi
yang belum berhasil. Turnamen Matematika dalam kegiatan ini membatasi sebagai suatu
teknik pembelajaran yang memerankan perlombaan memecahkan masalah berupa soal, yang
diperebutkan dalam bentuk kelompok (Wardono, 2005).
Skenario pembelajaran matematika materi statistika disini yaitu dengan metode pembelajaran
heroic leadership dan turnamen matematika diracang dengan tahapan:
1. Pemberian tugas terstuktur untuk mempelajari di luar kelas secara kelompok heroik
tentang konsep materi dilengkapi dengan soal-soal turnamen.
2. Tagihan penugasan saat tatap muka di kelas dilanjut dengan melakukan elaborasi
diskusi dalam bentuk kelompok. Di sini siswa saling membantu.
3. Diskusi memecahkan masalah dalam kelompok dengan sistem saling melengkapi
berbagi pengetahuan.
4. Melaksanakan turnamen antar kelompok heroik.
5. Konfirmasi tentang konsep yang dipelajari.
91
Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika materi statistika dengan menerapkan metode pembelajaran
kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa siswa
baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya merasa dirinya pemimpin yang
mempunyai sifat heroik. Pada kegiatan antarsiswa bekerja sama dan melaksanakan perannya
ditunjukkan melalui penyelesaian tugas terstruktur yang diberikan guru untuk materi yang
akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Mereka lebih giat bekerja karena persiapan
itu akan dipakai untuk menghadapi kompetisi pemecahan masalah melalui turnamen.
Turnamen matematika diselenggarakan dalam membelajarkan Statistika ini
dimunculkan sebagai berikut: Siswa dibagi dalam beberapa tim kelompok. Setiap anggota
diberi peran sebagai pemimpin yang dijiwai semangat seperti pendapatnya (Lowney, 2005).
Tiap kelompok diberi masalah berupa soal untuk dikompetisikan pada kelompok. Apabila
masalah sudah terpecahkan siswa yang mampu harus berjiwa heroik membantu
mensosialisasikan ke tim kelompoknya. Selanjutnya guru mengorganisir jalannya kompetisi
antar kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya. Kegiatan yang
memacu siswa saling membantu dan berjuang memenangkan turnamen inilah yang memacu
semangat siswa untuk lebih aktif dan terampil dalam belajar. Apabila penugasan ini diberikan
secara terus menerus untuk setiap pertemuan dalam siklus siswa akan menjadi terbiasa
bekerja mandiri dan kelompok. Olah karena itu peningkatan pada rasa ingin tahu dan
keterampilan siswa belajar akan disertai peningkatan pada prestasi belajarnya pula
(Wardono, 2005).
Berdasar uraian tersebut dapatlah dirumuskan hipotesis bahwa pembelajaran dengan
metode heroic leadership dan turnamen matematika dapat meningkatkan rasa ingin tahu,
keterampilan bermain peran, dan proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada
pembelajaran materi statistika.
METODE PENELITIAN
Subyek yang diteliti atau sampel yang diteliti ialah siswa yang mendapat
pembelajaran Statistika pada semester gasal yakni siswa kelas VIII SMPN 5 Negeri
92
Semarang. Sekolah terletak tidak jauh dari pusat kota, jumlah responden 35 siswa. Penelitian
ini dirancang dengan PTK untuk 3 siklus. Pada setiap siklus diterapkan dengan langkah:
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi (H. Darmadi, 2015). Pada perencanaan
menyiapkan semua perangkat pembelajaran termasuk dokumen turnamen, pelaksanaan
menerapkan langkah-langkah pembelajaran, evaluasi adalah mengukur variabel-variabelnya.
Hasil evaluasi dilakukan refleksi untuk menyiapan perbaikan pada pembelajaran siklus
berikutnya. Pada siklus 1 membelajarkan konsep tendensi sentral dan dispersi data tunggal
dirancang perangkat pembelajarannya dilengkapi dengan bahan turnamen. Pada siklus 2
menerapkan pembelajaran konsep tendensi sentral dan dispesi data kelompok, dan siklus 3
untuk materi soal cerita menyangkut tendensi sentral dan dispersi statistik. Hasil siklus
sebelumnya digunakan untuk merevisi rancangan pada siklus berikutnya (Supardi, 2005).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi 1) rasa ingin tahu siswa dalam
menyelesaikan tugas dan keterampilan siswa dalam bermain peran, 2) prestasi belajar siswa.
Indikator variabel rasa ingin tahu meliputi: ingin tahu dalam tugas dan reaksi menyelesaikan
tugas, partisipasi dalam mengawali pembelajaran, partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, dan kegiatan aktif menutup pelajaran. Pencapaian target keberhasilan untuk
variabel rasa ingin tahu mencapai skor rata-rata 75%. Indikator untuk variabel ketarampilan
bermain peran meliputi: trampil dalam menyelesaikan tugas isi turnamen, keterampilan siswa
dalam mempersiapkan turnamen, keterampilan siswa dalam proses turnamen, trampin dalam
merangkum hasil turnamen, trampil dalam mengevaluasi hasil turnamen. Indikator
ketuntasan untuk variabel keterampilan proses adalah 75%. Indikator untuk variabel prestasi
belajar meliputi kemampuan konsep statistika berhubungan dengan olah data tendensi
sentral, sebaran data baik data tunggal maupun kelompok. Indikator ketuntasan mencapai
skor rata-rata 70%.
Data kualitatif diambil dengan lembar pengamatan untuk variabel rasa ingin tahu dan
keterampilan proses untuk indikator-indikator tersebut di atas, data kuantitatif diambil
dengan tes, dalam hal ini variabel prestasi belajar. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan analisis deskriptif (Suharsimi Arikunto, 2010).
93
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan dimulai dengan mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang sudah
disusun untuk materi statistika tendensi sentral data dan dispersi data tunggal. Selanjutnya
dilakukan pembagian kelompok dan mendistribusi peran masing-masing siswa sebagai
pemimpin heroik. Tugas rumah diberikan yang diambil dari buku lembar kerja siswa (LKS)
untuk tiap kelompok. Guru menampung semua permasalahan yang ada. Selanjutnya diberi
soal latihan untuk diturnamenkan.
Hasil pengamatan dan tes pada siklus 1 untuk ke tiga variabel lihat tabel 1
Tabel 1: Diskripsi Pengukuran Variabel Siklus 1
Variabel Jumlah Tuntas Jumlah Tidak Mean
Tuntas
Rasa ingin tahu 20 (57%) 15 (43%) 68%
Keterampilan 18 (51%) 17 (49%) 67%
Prestasi belajar 7 (20%) 28 (80%) 54%
Dilakukan refleksi, ternyata pada siklus 1 ini masih banyak siswa belum tuntas dan
mengalami masalah. Pada variabel rasa ingin tahu dan keterampilan ternyata masih cukup
besar yang belum mengalami ketuntasan. Permasalahan terletak pada partisipasi mengawali
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini siswa pada siklus 1 ini masih
saling belum percaya diri, masih bingung mengikuti strategi yang dilaksanakan. Akhirnya
jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnyapun masih rendah. Dilakukan refleksi, siswa
lebih diberi perhatian. Pada tugas siswa diminta tetap mengerjakan walaupun masih banyak
kesalahan, siswa dapat menulis pertanyaan sebanyak-banyaknya untuk dibahas dalam reviu
tatap muka. Pada permainan turnamen siswa juga diberi kesempatan berani mengemukakan
pendapat walau masih banyak kesalahan, yang penting siswa mau berpartisipasi.
Pada tahap siklus 2 perencanaan telah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran
berdasar hasil refleksi siklus 1. Materi yang diberikan adalah distribusi frekuensi data
kelompok. Pada tahap ini untuk pelaksanaannya lebih memperhatikan psenyelesaian stugas
terstruktur. Dilakukan pengumpulan tugas, selanjutnya mendiskusikan tentang tugas
tersebut. Hasil pengamatan dan tes menunjukkan bahwa pada diri siswa nampak adanya
perbaikan untuk ketiga variabel di atas.
94
Tabel 2: Diskripsi Pengukuran Variabel Siklus 2
Ternyata pada siklus 2 ini sudah mengalami peningkatan rasa ingin tahu,
keterampilan dan prestasi belajar. Pada variabel rasa ingin tahu ternyata cukup besar
mengalami perubahan, yang tuntas mencapai 74%, begitu juga pada variabel keterampilan
proses yang tuntas 77%, prestasi belajar yang tuntas 58%. Skor rata-ratanya pun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.
Dilakukan refleksi, siswa lebih diberi perhatian. Pada pemberian tugas rumah lebih
diintensifkan dengan cara mereka melakukan diskusi dalam kelompoknya. Sebelum mereka
bertemu di luar kelas disarankan mereka sudah mempersiapkan tugasnya, bertanya orang
sekitar dia, mengerjakan terlebih dahulu sebisanya, menyusun pertanyaan-pertanyaan, baru
mereka berdiskusi bersama.
Pada tahap siklus 3 perencanaan telah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran
berdasar hasil refleksi. Materi yang diberikan adalah ukuran tendensi sentral data kelompok.
Pada tahap ini untuk pelaksanaannya lebih memperhatikan penyelesaian pemecahan masalah
pada saat kerja kelompok. Hasil pengamatan dan tes menunjukkan bahwa kegiatan siswa
nampak lebih serius dan inovatif.
Tabel 3: Diskripsi pengukuran variabel siklus 3
Variabel Jumlah Tuntas Jumlah Tidak Mean
Tuntas
Rasa ingin tahu 33 (94%) 2 (6%) 80%
Keterampilan 32 (91%) 3 (9%) 79%
Prestasi belajar 25 (71%) 10 (29%) 78%
95
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Ketiga variabel
mencerminkan sudah melebihi skor tuntas. Dengan adanya perhatian lebih khusus terhadap
tugas rumah yaitu melalui intensifikasi dengan diskusi pada kelompok masing-masing di luar
kelas memberi ekfektifitas baik dari segi waktu maupun dari segi peningkatan skor variabel.
Pembahasan
Pada pembelajaran dengan strategi di atas yang menjadi fokus pengamatan adalah variabel
rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti pembelajaran, keterampilan bermain peran dalam
pembelajaran. Rangkuman hasil tiap siklus dapat diperlihatkan seperti gambar di bawah:
Pada variabel rasa ingin tahu siswa mengalami perubahan setiap siklus cukup
sifnifikan, baik bagi jumlah siswa yang tuntas maupun rata-rata skor siswa. Kegiatan itu
terjadi juga pada variabel keterampilan bermain peran. Keberhasilan di atas tercermin dengan
adanya intensifitas pada pemberian tugas terstruktur yang diselesaikan dengan jiwa
kepahlawanan. Selanjutnya kegiatan pemantapan pada materi dengan adanya turnamen
matematika.
Penelitian dengan tiga siklus ini menerapkan strategi pembelajaran yang
mengandalkan pemberian tugas terstruktur materi baru. Tugas bisa diselesaikan di rumah
dapat memberi kesempatan siswa berkomunikasi dengan siapa saja untuk bertanya. Disana
siswa benar-benar memerankan fungsinya yakni berperan pada prestasi akademik, berperan
pada penyelesaian tugas, berperan secara andmistrasi, berperan dalam pengelolaan turnamen
statistika matematika. Pada saat tatap muka di samping melakukan reviu materi tugas
dilanjutkan dengan permainan turnamen matematika. Dengan adanya turnamen statistika
96
sengaja digunakan untuk lebih memberi kemantapan siswa penangkapan konsep secara
mantap.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mulanya siswa merasa protes dengan tugas
yang diberikan, mereka merasa kesulitan mempelajari karena materinya belum pernah
diajarkan. Setelah dilakukan reviu materi mereka merasa lega untuk membahas bersama
terhadap soal yang diberikan. Pada perjalanan siklus berikutnya yaitu siklus 2 dan 3 siswa
sudah bisa merasakan manfaatnya. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rasa ingin
tahu dan keterampilan proses siswa.
Pada kegiatan permainan turnamen matematika siswa harus memerankan sebagai
pemimpin yang heroik. Siswa yang bertugas sebagai pemimpin akademik umumnya tidak
banyak mengalami kesulitan, karena mereka memang tergolong siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi. Akan tetapi bagi siswa yang bertugas pada pemimpin
administrasi, pemimpin penyelesaian tugas, dan pemimpin turnamen pada awalnya merasa
canggung dalam melaksanakan tugas. Setelah diberikan penjelasan, dan dipraktekkan
terlebih dahulu di luar kelas mereka dapat juga melaksanakan tugas dengan baik.
Berdasar hasil peningkatan rasa ingin tahu dan keterampilan proses belajar memberi dampak
peningkatan pada proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada tiap siklus. Hal tersebut
seperti tambak gambar berikut:
Hal yang perlu mendapat catatan penting untuk kegiatan bagaimana memerankan diri harus
rela berkorban dan dapat menyemangati orang lain, disini juga merupakan latihan yang terus
menerus harus dipantau oleh guru.
97
Hasil penelitian di atas mendukung pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini didasar oleh penelitian Sukestiyarno (2004) yang mengeksperimenkan
pembelajaran matematika berbasis Media dan Teknologi diawali dengan pemberian tugas
terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk CD interaktif. Dikatakan bahwa pembelajaran
dengan pemberian tugas terstruktur pada materi yang belum diajarkan mampu mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran dan melatih siswa mandiri. Begitu juga temuan penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Wardono, 2005 tentang penerapan pembelajaran
kooperatif dengan Teams Games Turnamen (TGT) yang memberikan kesimpulan bahwa
pembelajaran dengan kooperatif TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Wardono,
2005).
98
Pada siklus ke 3 untuk ketiga variabel tersebut semuanya memenuhi mencapai skor
ketuntasan yang diprogramkan. Hal ini menandakan bahwa penelitian ini berhasil
meningkatkan rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran dan prestasi belajar siswa.
Saran
Berdasar keberhasilan penelitian seperti yang diuraikan di atas, perlu disarankan:
1. Bagi guru hendaknya dalam melakukan pembelajaran selalu berusaha mencari variasi-
variasi metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakeristik materi ajarnya.
2. Bagi siswa hendaknya dalam melakukan pembelajaran selalu berusaha aktif, bersikap
mandiri dalam mendalami pengetahuan, agar siswa memiliki bahan untuk berani
berpendapat, berdiskusi, dan kegiatan lainnya.
3. Bagi penentu kebijakan hendaknya bersifat responsif, memberi fasilitas sarana dan
prasarana yang cukup untuk membantu guru kreatif melakukan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Permainan Anak Pada Muatan
Pelajaran Matematika Kelas III. In skripsi (Vol. 25, Issue 1). Universitas Jambi.
https://repository.unja.ac.id/1616/1/A1D113064- ARTIKEL.pdf
H.Darmadi. (2015). Desain dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alfabeta.
Hartuti dan Widyasari, H. (2016). Peran Kemampuan Awal Matematika Dan Persepsi
Mahasiswa Pada Statistika Terhadap Prestasi Belajar Statistika. Jurnal SAP Vol. 1
No. 2. ISSN: 2527-967X.
Majid, A. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Remaja Rosdakarya.
99
Nulhakim. (2016). Pengaruh Frekuensi Pemberian Catatan Perbaikan pada Latihan
Matematika terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika. Jurnal SAP Vol. 1 No. 1.
ISSN: 2527-967X.
Supardi. (2005). Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Makalah
dalam Diklat Pengembanga Profesi Widyaiswara. Direktorat Tenaga Pendidikandan
Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.
Surya. (2011). Visual Thinking and Mathematical Problem Solving of the Nation
Character. Development, Department of Mathematics Education, Yogyakarta State
University Yogyakarta.
4. Latihan
Carilah tiga buah artikel dari jurnal ilmiah yang ber doi. Berdasarkan hasil analisa pada
abstrak tulislah bagian-bagian yang menunjukkan: a) masalah penelitian, b) teori
singkatnya, c) tahap penelitian, d) hasil penelitian, dan e) simpulannya.
100
Glosarium
abstraksi metode untuk mendapatkan kepastian hukum atau pengertian melalui penyaringan
terhadap gejala atau peristiwa
akurat tepat benar
analisis penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dan sebagainya)
angket daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban
bagi setiap pertanyaan
data keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan)
deduksi penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penyimpulan dari yang umum ke
yang khusus
deskriptif bersifat deskripsi; bersifat menggambarkan apa adanya
diseminasi proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola
draf rancangan atau konsep (surat dan sebagainya)
eksperimen percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu
teori dan sebagainya)
empiris berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan,
pengamatan yang telah dilakukan)
esensial perlu sekali; mendasar; hakiki
evaluasi penilaian
fenomena hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta
dinilai secara ilmiah
fisibilitas sesuatu yang dapat dilaksanakan; keterlaksanaan; kelaikan; kelayakan
fleksibel menyesuaikan
forum tempat pertemuan untuk bertukar pikiran secara bebas
fundamental bersifat dasar (pokok); mendasar
hipotesis sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan;
anggapan dasar
identifikasi penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya
implementasi pelaksanaan; penerapan
indikator sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) pe-tunjuk atau keterangan
induksi metode pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk
menentukan hukum (kaidah) yang umum; penarikan kesimpulan berdasarkan
keadaan yang khusus untuk diperlakuan secara umum; penentuan kaidah umum
berdasarkan kaidah khusus
instrumen sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpul-kan
data sebagai bahan pengolahan
interpretasi emberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu; tafsiran
interval jarak yang terletak antara dua nilai yang diketahui
101
karakter tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain; watak
kesenjangan jurang pemisah
konsisten tetap (tidak berubah-ubah)
konteks bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan
makna
konvensional berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, kelaziman)
korelasi hubungan timbal balik atau sebab akibat
literasi suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam
mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan
menulis
mensitasi mengutip atau menyebutkan kembali pendapat orang lain dalam karya kita
merujuk melihat untuk meneliti; Mengacu (melihat) lebih lanjut
metodologi ilmu tentang metode; uraian tentang metode
mikro berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil
miskonsepsi salah pengertian; salah paham
observasi peninjauan secara cermat
operasional operasi yang didasarkan pada aturan; operasi yang sesuai dan tidak menyimpang
dari suatu norma atau kaidah
optimal (ter)baik; tertinggi; paling menguntungkan
orientasi pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan
outcome hasil dan akibat
parafrasa pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa
menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian
perspektif cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang
terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya)
plagiarisme penjiplakan yang melanggar hak cipta
populasi sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel;
suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian
pragmatis bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan
dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai
praktis
proporsi perbandingan
pustaka kitab; buku
referensi sumber acuan (rujukan, petunjuk)
refleksi gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau
kegiatan yang datang dari luar
relatif tidak mutlak
relevan kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung
representatif dapat (cakap, tepat) mewakili; sesuai dengan fungsinya sebagai wakil
responden penjawab (atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian)
revisi peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan
102
rujukan buku dan bahan pustaka lain yang tidak boleh dipinjam atau digunakan di luar
perpustakaan, baik karena penggunaannya hanya dalam waktu singkat maupun
karena bahan pustaka itu termasuk koleksi yang tidak boleh dipinjamkan
sampel bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar
siklus putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang
secara tetap dan teratur
sistematis teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang diatur baik-baik
skenario rencana kegiatan yang tertulis secara terperinci
spesifik khusus; bersifat khusus; khas
subjek orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembuntutan sebagai
sasaran
survei teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjauan
tendensi kecenderungan; kecondongan (pada suatu hal)
teoritis pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumentasi
terapan ilmu tentang cara menerapkan prinsip umum untuk memecahkan masalah yang
terjadi dalam alam semesta dan masyarakat manusia
trianggulasi usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin
bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
103
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. (2020). 5 Tipe Research Gap Berguna Menemukan Ide Dalam Penelitian Skripsi,
Tesis, Disertasi dan Artikel Ilmiah. Akhmad.Com.
https://www.marisscience.com/2020/07/5-tipe-research-gap-berguna-dalam-penelitian-
skripsi-tesis-disertasi.html
Arikunto, dan C. S. A. J. (2008). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis
bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara.
Awwaabiin, S. (2021). Kerangka Berpikir: Pengertian, Cara Membuat, dan contoh Lengkap.
Deepublish. https://penerbitdeepublish.com/kerangka-berpikir/
Basrowi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Ghalia Indonesia.
Deepublish. (2021). Artikel Ilmiah: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri dan Sistematika. Deepublish.
https://penerbitdeepublish.com/pengertian-artikel-ilmiah/
Erik Fahron Setiadi, Alia Azmi, J. I. (2019). Youtube Sebagai Sumber Belajar Generasi
Milenial. Journal of Civic Education, 2(4), 313. https://doi.org/2622-237X
Esminarto, Sukowati, Suryowati, N., & Anam, K. (2016). Implementasi Model STAD dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Riset Dan Konseptual, 1(1).
Haqien, D., & Rahman, A. A. (2020). Pemanfaatan Zoom Meeting untuk Proses
Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 5(1).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/sap.v5i1.6511
Hartutik dan Sukestiyarno. (2021). Penelitian Tindakan Kelas Penyusunan proposal-Laporan
dan Artikel (Pertama). Unnes Press.
Huriah, T. (2018). Metode Student Center Learning. Prenandamedia Group.
Istiana, P. (n.d.). Panduan Anti Plagiarism. Perpustakaan UGM.
http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327
Iwan Sumantri. (2019). Tantangan Guru Abad 21.
https://www.guruataya.com/2019/05/tantangan-guru-abad-21.html
Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner (1st ed.). Paradigma.
Kemdikbud. (2020). Kemendikbud Terbitkan Kurikulum Darurat pada Satuan Pendidikan
dalam Kondisi Khusus. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2017). Pendidikan Karakter Dorong Tumbuhnya Kompetensi Siswa Abad 21.
Pengelola Web Kemendikbud.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/06/pendidikan-karakter-dorong-
tumbuhnya-kompetensi-siswa-abad-21
Legiman. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). widyaiswara LPMP.
http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2015/02/Penelitian-Tindakan-
Kelas-PTK-legiman.pdf
Lestari, A. P. (2021, September 28). Tahukah Kamu Apa Itu Kajian Pustaka? Media
Indonesia.
Lestari, D. A. (2015). Kategori dan Jenis Plagiasi. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/diahayulhs/5529b26df17e61721ad623c6/kategori-dan-
jenis-plagiarisme
Mills, G. E. (2000). Action Research: A Guide for The Teacher Researcher. Merril, An
Imprint of Prentice Hall.
Monica, J., & Fitriawati, D. (2020). Efektivitas Penggunaan Aplikasi ZoomSebagai Media
Pembelajaran OnlinePada Mahasiswa Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Communio :
Jurnal IlmuKomunikasi, 9(2). https://doi.org/https://doi.org/10.35508/jikom.v9i2.2416
104
Muchtar, A. D., & Suryani, A. (2019). Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud(Telaah
Pemikiran atas Kemendikbud). Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142
Mujianto, H. (2019). Pemanfaatan Youtube sebagai Media Ajar dalam Meningkatkan Minat
dan Motivasi Belajar. Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran Dan
Penelitian, 5(1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.10358/jk.v5i1.588
Muliawan, J. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus. Gava Media.
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Ghalia.
Nelson, Courier, K., Joseph, M., & W., G. (2011). An Investigation of Digital Literacy Needs
of Students. Journal of Information Sistems Education, 22(2).
Nugroho, A. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis WEB (Model
Development of Web-based Distance Learning). Jurnal Transformatika, 9(2).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26623/transformatika.v9i2.60
Olinan, R. M., & Sujatmika, S. (2017). Pengaruh STAD Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari
Motivasi Belajar Siswa. 4(2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30738/natural.v4i2.1849
Patno, V. (2012). Pendidikan Agama Katolik. Konstantin Kovshenin.
Pradewo, B. (2021). PTM Pakai Metode Blended Learning atau Hybrid Learning, Pilih
Mana? https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/31/08/2021/ptm-pakai-metode-
blended-learning-atau-hybrid-learning-pilih-mana/
Putra, N. (2011). Research & Development: Penelitian dan Pengembangan: Suatu Pengantar.
PT Raja Grafindo Persada.
Rajagukguk, M. R. (2020). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAND dalam
Mweningkatkan Hasil Belajar PAK Siswa di Kelas IX-4 SMP Negeri 11 Medan.
PROVIDENSI: Jurnal Pendidikan Dan Teologi, 3(1).
Rakhmawan, A. (2017). Perbedaan antara quote dan sitasi. Blog.
https://www.adityarakhmawan.web.id/2017/10/perbedaan-antara-quote-dan-sitasi.html
S. Arikunto, Suhardjono, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Grup.
Subrata, G. (2009). Kajian Ilmu Perpustakaan: Literatur Primer, Sekunder, dan Tersier.
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Kajian Ilmu
Perpustakaan_Literatur Pimer Sekunder dan Tersier.pdf
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta.
Sukestiyarno. (2020). Metode Penelitian Pendidikan. UNNES Press.
Sukestiyarno, Y. (2021). Metode Penelitian Pendidikan (3rd ed.). Alem Print.
Sulastri, Imran, & Firmansyah, A. (2006). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo
Makmur Kecamatan Bumi Raya. Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 3 No.
Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Suparsawan, I. K. (2020). Kolaborasi Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran
STAD Geliatkan Peserta Didik (H. Nurahayu (ed.); 01 ed.). Penerbit Tata Akbar.
Suparwasan, I. K. (2020). Kolaborasi Pendekatan Saintifik dengan model pembelajaran
STAD geliatkan peserta didik (1st ed.). Tata Akbar.
Suria, Y., & Bonardy, S. (2017). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Tahar, I., & Enceng. (2006). Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada
Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 7(2).
Tasaik, H. L., & Tuasikal, P. (2018). Peran Guru dalam Menigkatkan Kemandirian Belajar
105
Peserta Didik Kelas V SD Inpres Saberpasi. Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 14(01).
UPI. (2021). Apa Itu Penelitian Pendidikan? UPI Bandung.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Dasar_Met_Penelt_Sos_%26_pend%2C_Elly_malihah%2CSPS/Pres
entasi_Metlit.pdf
Wardhani, I. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.
Wibowo, A. (2012). Mencegah dan Menanggulangi Palgiarisme di Dunia Pendidikan.
Kesmas: National Public Health Journal, 6(5), 195–200.
https://doi.org/https://doi.org/10.21109/kesmes.v615.84
Widodo, & Widayanti, L. (2014). Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa
dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTs Negeri
Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, 17(49).
https://doi.org/10.22146/jfi.24410
Wisnu Jatmiko, D. (2015). Panduan Penulisan Artikel. Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/305769068_Panduan_Penulisan_Artikel_Ilmiah
106