You are on page 1of 106

1

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul ini.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan Agama Katolik (PAK) dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan bagi mereka
yang belum berhasil meraih sertifikasi guru profesional. Modul ini disusun untuk para peserta
yang terdiri dari guru-guru agama di sekolah umum dan guru bidang studi Agama Katolik
dengan segala jenjang pendidikannya. Modul Penelitian Tindakan Kelas ini disusun dengan
materi meliputi pengenalan tentang penelitian pendidikan, penelitian tindakan, Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS), Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan penulisan artikel ilmiah.
Teknik penyajian modul ini dirancang sangat simpel dan praktis. Pada masing-masing bagian
diberikan contoh-contoh yang banyak dan langsung sesuai dengan topik bahasan. Setiap
contoh-contoh yang diberikan menjurus pada materi Pendidikan Agama Katolik (PAK).
Dengan contoh-contoh yang demikian, maka diharapkan peserta/mahasiswa PPG dapat
memahami materi dan langsung dapat mengerjakan tugas dan latihan seperti yang diharapkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini tentu punya banyak kekurangan. Untuk
itu penulis dengan rendah hati memohon masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi
perbaikan modul PPG ini. Kami berharap modul ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan semua peserta PPG dan sekaligus dapat ditindak lanjut menjadi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada saat PPG maupun setelahnya.
Semoga Tuhan memberkati kita semua dengan berkat dan kesehatan.

Jakarta, November 2021

2
DAFTAR ISI

A Kegiatan Belajar 1: Penelitian Pendidikan dan Penelitian Tindakan Sekolah 1


(PTS)
1. Kompetensi Mahasiswa 1
1.1 Kompetensi Inti 1
1.2 Kompetensi Dasar 1
1.3 Indikator Capaian Kompetensi 1
1.4 Tujuan Pembelajaran 1
2. Peta Konsep 2
3. Uraian Materi 3
3.1 Penelitian Tindakan 3
3.1.1 Pengertian Penelitian Pendidikan 3
3.1.2 Fungsi Penelitian Pendidikan 3
3.1.3 Jenis Penelitian Pendidikan 4
3.1.4 Tema Penelitian Pendidikan 6
3.2 Penelitian Tindakan 6
3.3 Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) 7
3.3.1 Pengertian Penelitian PendidikanSekolah 7
3.3.2 Karakteristik dan Prinsip PTS 8
3.3.3 Identifikasi Masalah PTS 9
3.3.4 Contoh Judul PTS Mata Pelajaran Agama Katolik 10
3.3.5 Langkah-langkah PTS 11
3.3.6 Sistematika Laporan PTS 12
4. Latihan 15

A. Kegiatan Belajar 1: Penelitian Pendidikan dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)


1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru,
dan inovasi;
1.2 Kompetensi Dasar
Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian pendidikan
1.3 Indikator Capaian Kompetensi

3
1. Menjelaskan fungsi penelitian pendidikan
2. Menjelaskan jenis penelitian pendidikan
3. Menjelaskan perbedaan Penelitian Tindakan Sekolah dan Penelitian Tindakan
Kelas
4. Membedakan judul PTS dan PTK
5. Menuliskan suatu judul PTS Mata pelajaran PAK
1.4 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 tentang Penelitian Pendidikan dan Penelitian
Tindakan Sekolah, maka peserta diharapkan mampu:
1. Melalui penyampaian informasi dan penggalian informasi mandiri, mahasiswa
mampu menjelaskan fungsi penelitian pendidikan
2. Melalui penyampaian informasi dan penggalian informasi mandiri, mahasiswa
mampu menjelaskan jenis penelitian pendidikan
3. Melalui diskusi dan pendalaman materi, mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan
Penelitian Tindakan Sekolah dan Penelitian Tindakan Kelas
4. Melalui diskusi dan pendalaman materi, mahasiswa mampu membedakan judul PTS
dan PTK
5. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman materi, mahasiswa mampu menjelaskan
tahapan yang dilakukan dalam judul PTS

4
2. Peta Konsep

5
3. Uraian Materi

3.1 Penelitian Pendidikan


3.1.1 Pengertian Penelitian Pendidikan
Apa yang dimaksud dengan penelitian pendidikan? Penelitian pendidikan merupakan
suatu kegiatan penelitian yang sistematis untuk mencari jawaban yang benar atau mendekati
kebenaran tentang permasalahan pendidikan berdasarkan penalaran yang logis dan rasional,
serta didukung oleh fakta empiric (UPI, 2021). Penelitian pendidikan diartikan juga sebagai
upaya atau cara kerja yang sistematik untuk menjawab permasalahan dalam bidang pendidikan
(Sukestiyarno, 2020). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian pendidikan
merupakan suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam ruang lingkup kependidikan.
Proses yang dilalui dalam penelitian pendidikan pada prinsipnya sama dengan penelitian
lainnya yaitu suatu proses yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan
masalah dengan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah metode yang menggunakan prinsip-
prinsip science yaitu sistematis, empiris, dan objektif. Ada sedikit antara perbedaan penelitian
pendidikan dengan penelitian lain yaitu pada ruang lingkup yang diteliti. Pada umumnya
penelitian pendidikan mencakup pada ruang lingkup tentang kebijakan pendidikan, manajemen
pendidikan, sistem pendidikan, falsafah pendidikan, proses pembelajaran, program pendidikan,
dan lingkup lain yang ada dalam dunia pendidikan. Sedangkan penelitian lain di luar bidang
kependidikan tersebut misalnya sosial, kultural, psikologi science, dan lainnya.

3.1.2 Fungsi Penelitian Pendidikan


Pada dasarnya semua penelitian berangkat pada metodologi penelitian yang sama. Namun
demikian dalam hal masalah penelitian, kajian Pustaka, variabel, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian pastilah berbeda-beda tergantung jenis penelitiannya. Ada banyak fungsi suatu
penelitian, secara umum fungsi penelitian pendidikan adalah:
a. Penelitian pendidikan digunakan untuk keperluan pengembangan ilmu pendidikan.
b. Hasil penelitian pendidikan digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan terutama dalam proses pembelajaran.
c. Membantu memecahkan masalah yang terkait dalam dunia pendidikan khususnya terkait
dengan kualitas proses pembelajaran, efektivitas penerapan suatu metode, efektivitas
perangkat pembelajaran yang digunakan sehingga diperoleh suatu masukan untuk proses
pembelajaran.

6
d. Hasil penelitian dapat digunakan untuk merekomendasikan suatu kebijakan terkait
pendidikan. Pengambilan kebijakan dapat berlaku di tingkat Sekolah, Kota, Provinsi,
maupun skala Nasional.
e. Menumbuhkan budaya akademik untuk meneliti di kalangan para pendidik.

3.1.3 Jenis Penelitian Pendidikan


Pada dasarnya banyak sekali jenis penelitian yang ada. Secara garis besar penelitian
dibagi dalam dua jenis yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
a. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang karakteristik penelitiannya terletak pada
objek yang menjadi fokus penelitian. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif,
di mana prosedur penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa: kata-kata, catatan yang berhubungan dengan makna, nilai, serta
pengertian. Model metode ini dalam pengamatannya terhadap data penelitian tidak dibatasi
dan diisolasi dengan variabel, populasi, sampel serta hipotesis (Kaelan, 2012).
Beberapa ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain: berdasarkan keadaan alamiah, peneliti
sebagai instrumen, bersifat deskriptif, metodenya kualitatif, lebih mementingkan proses
daripada hasil, mengutamakan data langsung, data yang purposive, mengutamakan
perspektif emic, menonjolkan rincian kontekstual, dan mengadakan analisis sejak awal
penelitian (Kaelan, 2012). Perspektif emic artinya memperoleh data bukan “sebagai
seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan
sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh
partisipan/sumber data.
Beberapa jenis penelitian yang menjadi bagian penelitian kualitatif (Muliawan, 2014)
antara lain:
1) Studi kasus adalah satu metode penelitian dalam ilmu sosial yang berusaha
menyelesaikan masalah, persoalan atau kasus khusus yang muncul. Metode kasus
berusaha meneliti dan menelaah fenomena yang muncul dan menjadi isu hangat
pada masanya.
Contoh judul: Analisis Kesulitan Keterampilan Penerapan IT dalam
Pembelajaran Daring: Studi Kasus bagi Guru di Daerah Pegunungan ………..
2) Metode fenomologi atau metode Studi Perkembangan adalah salah satu metode

7
penelitian yang berusaha membahas dan menelaah objek-objek yang sedang
hangat dibicarakan dan menjadi pusat perhatian di suatu masa.
Contoh judul: Evaluasi Tentang Sistem Pembelajaran di Sekolah Dasar dalam
Masa Pandemi Covid-19
3) Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan suatu peristiwa alami yang telah dan sedang berlangsung atau
terjadi. Informasi terhadap keadaan yang terjadi dapat diperoleh dengan cara
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.
Contoh judul: Studi Tentang Model Pendampingan Guru-guru Agama Katolik
Selama Pandemi Covid-19 di Kota ……

b. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menjawab suatu
masalah. Masalah pada prinsipnya merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya
dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Terjadinya masalah karena adanya gap yang terjadi
antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Penelitian kuantitatif dilaksanakan
karena adanya gap atau jurang antara harapan dan kenyataan atau antara teori dan praktik
yang terjadi. Rumpun penelitian kuantitatif antara lain adalah metode penelitian survei,
metode penelitian eksperimen, metode penelitian tindakan, dan metode penelitian
pengembangan. Uraian singkat tentang rumpun metode penelitian kuantitatif sebagai
berikut:

a) Metode Penelitian Survei: Penelitian survei terkait dengan pengukuran beberapa


variabel untuk menguji hipotesis hubungan antar variabel. Dalam penelitian survei tidak
saja melihat hubungannya saja, namun juga besarnya pengaruh antara variabel yang
mempengaruhi(variabel independen) dan varibel yang dipengaruhi (variabel dependen)
dalam satu arah (Sukestiyarno, 2020).

Contoh Judul: “Pengaruh Kemandirian dalam Pembelajaran Online Berbantuan Modul


Terhadap Prestasi Belajar PAK Siswa Kelas 9 SMP Negeri 1 Kota …..”.

b) Metode Penelitian Eksperimen: metode yang digunakan untuk menentukan pengaruh


suatu perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Metode eksperimen
bertujuan untuk membandingkan hasil dari kelompok yang mengalami perlakuan

8
tertentu (kelompok eksperimen) dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan
(kelompok kontrol).
Contoh Judul: “ Efektivitas Metode PjBL Berbantuan Modul pada Siswa Kelas XI SMK
………………….”
c) Penelitian Tindakan: penelitian merupakan suatu bentuk penelitian tentang hal-hal
yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (S. Arikunto, Suhardjono, 2006). Yang
termasuk di dalam penelitian Tindakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Contoh Judul: Peningkatan Keterampilan Guru dalam Memilih dan Menggunakan
Model Pembelajaran PjBL melalui Pelatihan Intensif.
d) Metode penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D): penelitian
yang dirancang untuk mencari temuan produk, model, jasa, cara/metode yang tepat
guna dan dapat digunakan secara praktis termasuk juga dalam bidang pendidikan
(Putra, 2011). Prinsip dari penelitian pengembangan adalah membuat sesuatu yang
baru atau memperbaharui atau menyempurnakan yang ada.
Contoh Judul: “Pengembangan Modul Pembelajaran PAK Berbasis Cerita Rakyat di
Masa Pandemi Covid-19”

3.1.4 Tema Penelitian Pendidikan


Setelah kita membahas tentang pengertian, fungsi, jenis-jenis penelitian pendidikan baik
kualitatif maupun kuantitatif yang dapat dilaksanakan dalam lingkup penelitian pendidikan,
berikut ini diberikan beberapa contoh tema-tema penelitian pendidikan antara lain:
a. Pembelajaran Bidang Studi (misalnya Matematika, IPA, PKn, Bahasa Indonesia,
Pendidikan Agama Katolik, dan lainnya)
b. Pembentukan karakter pendukung Bidang Studi misalnya: kemandirian, rasa tanggung
jawab, Kerja sama, toleransi, budaya anti kekerasan, dan lainnya
c. Sistem Evaluasi hasil belajar pendidikan bidang studi
d. Pengembangan Kurikulum pendidikan bidang studi
e. Evaluasi perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, Alat evaluasi post test dan pre test,
media pembelajaran, bahan ajar (modul, Lembar Kerja Siswa) dan lainnya.

9
3.2 Penelitian Tindakan
Pada dasarnya penelitian tindakan dilaksanakan guna meningkatkan kinerja organisasi.
Dalam konteks pembelajaran kita saat ini, yang dimaksud dengan organisasi adalah sekolah
atau kelas. Suatu organisasi perlu dikembangkan demi kemajuan organisasi tersebut.
Pengembangan organisasi didasari oleh sebuah diagnosis. Sebelum melakukan diagnosis,
suatu organisasi perlu melakukan analisa lapangan untuk mengetahui ketercapaian target yang
telah direncanakan. Apabila target capaian belum tercapai artinya ada suatu masalah yang
harus diatasi atau diselesaikan dalam organisasi tersebut. Langkah untuk mengatasi masalah
tersebut perlu suatu rancangan tindakan.
Alternatif tindakan dirancang, dirumuskan, dan kemudian dilaksanakan, dinilai dan
dievaluasi. Hasil penilaian dapat digunakan untuk melakukan refleksi. Langkah dari
penemuan masalah hingga pada penemuan jawaban atau pemecahan masalah inilah disebut
penelitian tindakan. Penelitian Tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja. Penelitian tindakan
tidak terbatas dilaksanakan dalam bidang pendidikan saja oleh para guru, kepala sekolah, atau
pengawas, namun dapat dilakukan di bidang lain seperti pertanian, kesehatan, perindustrian,
lembaga keagamaan, dan lain sebagainya. Tujuan Penelitian Tindakan adalah memperbaiki
dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik, pemahaman konsep, serta situasi yang
dilaksanakan (Wardhani, 2007). Penelitian Tindakan disini dilakukan kepada responden yang
terlibat dalam situasi yang diteliti seperti guru, siswa, direktur, pekerja (Wardhani, 2007).
Penelitian Tindakan yang secara khusus dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
oleh guru yang mengajar dalam suatu kelas. Peningkatan produktivitas dalam PTK pada
umumnya adalah produk hasil belajar. PTK biasanya dilaksanakan guru atau dosen, atau
kolaborasi antara guru dan dosen. Sedangkan PTS dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah. Pentingnya kepala sekolah dan pengawas sekolah melakukan PTS adalah
untuk meningkatkan kinerja manajerial kepala sekolah dan kinerja pembelajaran di kelas yang
dilakukan oleh guru. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) telah dikembangan sejak tahun 2017
oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Mutendik Depdiknas guna memacu
kepala sekolah maupun pengawas mampu meneliti terhadap permasalahan yang ada di bawah
lingkup atau koordinasinya.

10
3.3 Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
3.4.1 Pengertian Penelitian Tindakan Sekolah
Seperti pada penjelasan singkat di atas, peneliti pada Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) adalah kepala sekolah dan pengawas sekolah. PTS yang dilakukan kepala sekolah
dimanfaatkan untuk peningkatan kinerja mengajar guru di mana kepala sekolah tersebut
berada. Aspek penekanannya adalah supervisi akademik atau pembelajaran, dan juga pada
aspek peningkatan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa di kelasnya. Penelitian
Tindakan Sekolah ini sangat penting mengingat kemampuan guru dalam membelajarkan
siswa sangatlah beragam. Dengan PTS ini maka kepala sekolah diharapkan mampu
memetakan permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah serta memetakan kemampuan
guru-guru.
Beberapa hal yang penting yang dapat dijadikan tema PTS antara lain adalah:
a. kemampuan dan penguasaan guru adalah terkait dalam menggunakan atau
mempersiapkan media pembelajaran
b. kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode
c. kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan silabus, RPP yang menekankan
pada pendekatan student centered atau berorientasi pada siswa, model pembelajaran yang
mampu menerapkan problem solving
d. kemampuan guru dalam meningkatkan kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu,
maupun karakter-karakter baik lainnya
e. kemampuan guru dalam merancang alat evaluasi yang mengajak para pembelajar
mampu berpikir tingkat tinggi, kritis, bekerja sama, dan mengomunikasikannya.

3.4.2 Karakteristik dan Prinsip PTS


Sebelum melanjutkan uraian tentang bagaimana mengidentifikasi masalah dalam
Penelitian Tindakan Sekolah, baiklah kita kenali karakteristiknya. Beberapa karakteristik PTS
adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2017):
a) Berfokus pada perbaikan bidang akademik.
Fokus ini perlu diperjelas karena arah Penelitian Tindakan Sekolah pada prinsipnya
adalah memperbaiki hasil supervisi akademik guna ditindak lanjut secara bertahap.
b) Dilaksanakan kepala sekolah sebagai pelaku supervisi akademik.
Kepala sekolah sebagai pelaku supervisi di sekolah diharapkan mampu menjalankan

11
tugas dan fungsinya dalam hal manajerial sekolah serta mampu mengidentifikasi
masalah-masalah, memetakan permasalahan yang terjadi di sekolahnya. PTS sangat baik
dilakukan bila kepala sekolah dapat berkolaborasi dengan tenaga kependidikan lain dari
internal sekolah maupun dengan yang berasal dari pihak eksternal untuk membantu
mengatasi masalah dan memecahkan masalah bersama karena penyelesaian masalah ini
juga akan digunakan kembali dalam pembelajaran
c) Adanya tindakan tertentu untuk melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek akademik
yang akan diperbaiki. Hal ini menjadi salah satu kekhasan Penelitian Tindakan Sekolah.
d) Bersifat praktis dan tidak teoritis
Penelitian Tindakan Sekolah sifatnya sangat praktis yaitu mendeskripsikan masalah tanpa
ada kurasi. Penelitian ini tidak mengaitkan hubungan antar variabel atau hubungan sebab
akibat atau hubungan searah, namun pada tindakan pengambilan keputusan secara praksis
dan tidak dimaksudkan untuk menemukan teori substantif sebagaimana pada riset
kualitatif.
e) Bersifat reflektif
Tugas kepala sekolah dan pengawas sebagai pemimpin secara manajerial maka
berkewajiban melakukan supervisi manajerial dan akademik. Oleh karena itu sangatlah
penting melakukan refleksi terhadap tugas yang selama ini dijalankannya. Semua tugas
dan fungsi ini.
Ada beberapa prinsip dalam PTS yaitu (Kemendikbud, 2017);
a) Problema emergence: prinsip ini merupakan cara pemecahan masalah yang paling
mendesak untuk dipecahkan.
b) Problema oriented: prinsip ini adalah bahwa PTS difokuskan pada pemecahan masalah
yang mendesak dan dilaksanakan secara terprogram, sistematis dan langsung.
c) Multi-ways: prinsip ini mengutamakan jalan atau cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada pada saat supervisi.
d) Continues repeatedly: prinsip berkelanjutan dan dilakukan pengulangan ini bertujuan agar
masalah yang ada terpecahkan dengan tuntas dan selesai.
e) Therapeutics evaluation: prinsip dilakukan sebagai tindakan peneliti dilakukan dalam
rangka evaluasi dan refleksi untuk pemecahan masalah yang dihadapi terkait supervisi.
f) Collaborative: prinsip ini adalah prinsip adanya kolaborasi atau kerja sama dalam
mengumpulkan masalah-masalah (berkorespondensi) (Diadopsi dari Setyadin, 2007).

12
3.4.3 Identifikasi Masalah PTS
Seperti pada penelitian lainnya proses penelitian dimulai dari identifikasi masalah.
Identifikasi masalah adalah proses yang dilakukan peneliti tentang permasalahan yang terjadi
di lapangan. Permasalahan di lapangan dalam hal ini lingkupnya adalah ruang lingkup kelas
atau sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi masalah adalah
mengelompokkan masalah-masalah. Misalnya terkait menggunakan media pembelajaran,
penggunaan metode pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), penerapan model pembelajaran yang mampu menerapkan problem
solving, evaluasi terhadap alat- alat evaluasi pembelajaran yang dibuat guru, evaluasi terhadap
penanaman nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran, dan lain sebagainya.
Gagasan Hopkins (1993) menyatakan bahwa selama melaksanakan penelitian tindakan,
guru dapat dimulai dengan mencari suatu gagasan untuk melakukan perbaikan dan kemudian
mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Pada saat kepala sekolah atau pengawas sekolah ingin
meneliti, maka pada saat melaksanakan supervisi perlu memprioritaskan masalah-masalah
penting agar segera teratasi dengan cepat. Dalam menentukan sampel penelitian, penelitian
tindakan sekolah ini tidak mengutamakan representasi dari suatu populasi, melainkan lebih
mengarah pada kasus khusus.
Secara umum materi atau substansi Penelitian Tindakan Sekolah meliputi masalah-
masalah dalam bidang-bidang:
a. Bidang Kurikulum:
1) Membantu guru dalam mencermati kurikulum
2) Membantu guru dalam menyusun silabus
3) Membantu guru dalam menyusun KKM
b. Bidang Pembelajaran:
1) Membantu guru dalam menyusun RPP
2) Membantu guru dalam implementasi pembelajaran
3) Membantu guru dalam menerapkan berbagai model, metode, dan media pembelajaran
4) Membantu guru dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
5) membantu guru dalam meningkatkan keterampilan mengajar
6) Membantu guru dalam mengidentifikasi dan menerapkan evaluasi berbasis kelas
7) Membantu guru dalam mengevaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran
c. Bidang Pengelolaan Kelas:

13
1) Membantu guru mengorganisir ruang kelas selama proses pembelajaran
2) Membantu guru agar mampu mengidentifikasi serta merancang pemecahan masalah
yang terjadi baik secara individual maupun klasikal
3) Membantu guru meningkatkan koneksi dan sinergi di dalam kelas
4) Membantu guru-guru menerapkan berbagai pendekatan pengelolaan kelas
5) Membantu guru-guru menciptakan iklim kelas yang kondusif dan menyenangkan

3.4.4 Contoh Judul PTS Mata Pelajaran Agama Katolik


Penulisan judul PTS pada dasarnya sama dengan judul penelitian lain antara lain adalah
menarik. Apa pentingnya judul suatu penelitian itu menarik adalah karena dengan membaca
judul sebuah penelitian menjadikan orang lain bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan,
mengapa dilakukan, dan apa hasilnya. Judul juga harus menunjukkan ciri dari metodologi
penelitian yang dilaksanakannya. Oleh karena itu judul PTS maupun PTK mempunyai ciri khas
yaitu ada kata meningkatkan, optimalisasi, atau meminimalisir. Kata meminimalisir atau
menekan merupakan kata yang pemaknaannya ada hal yang kurang baik sehingga direncanakan
diminimaliskan atau dikurangi/ditekan (kata-kata tersebut jarang dipilih peneliti dalam
membuat judul).
Berikut ini adalah contoh-contoh judul Penelitian Tindakan Sekolah yang dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi Kepala sekolah dan Pengawas sebagai berikut:
a. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Menggunakan LKS Berbasis Cerita dalam
Kegiatan Pembelajaran PAK di SD ………..
b. Peningkatan Keterampilan Guru dalam Memilih dan Menggunakan Model Pembelajaran
PjBL melalui Pelatihan Intensif.
c. Peningkatan Keterampilan Guru dalam Membelajarkan Pendidikan Karakter Kemandirian
di SD ……….
d. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun E-Modul Berbasis Dongeng
Rakyat di SD ……….
e. Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menyusun RPP Pendek di Masa Pandemi
Covid-19
f. Peningkatan Kualitas Penyusunan Rencana Anggaran dan Pendapatan Sekolah Melalui
Lokakarya dan Pendampingan Pada Tingkat Sekolah SMP
g. Penerapan Rapat Rutin untuk Meningkatkan Kemampuan Bimbingan Individual Tenaga

14
Pendidikan di SMA ……….
h. Meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dengan Metode Problem Solving dalam
Perencanaan Sister School.
i. Meningkatkan Keterampilan Kreatif Guru dalam Merancang Lembar Kerja Siswa Berbasis
Problem Solving
j. Optimalisasi Kemampuan Penyusunan RPP Melalui Bimbingan Terpadu pada MPMP
Mata Pelajaran PAK di Kota …………
k. Peningkatan Kemampuan Guru PAK dalam Menganalisis Soal-Soal Ujian Akhir Sekolah
Melalui Bimbingan Terpadu di Kota …………
l. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru PAK dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran
Melalui Teaching Group di Kota …………
m. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru PAK dalam Pelaksanaan Penilaian dan Analisis
Data Hasil Belajar Melalui Supervisi Klinis Perangkat Pembelajaran di Kecamatan ………
n. Upaya Pemberdayaan Mutu Guru Melalui Supervisi Klinis Perangkat Pembelajaran di
Kota ………..
o. Penerapan Model IAP (Input Analisis dan Presentasi) dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Penentuan KKM Mata Pelajaran PAK

3.4.5 Langkah-Langkah PTS


Pada prinsipnya Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) sama dengan penelitian tindakan
atau action research. Penelitian Tindakan Kelas dapat mengidentifikasi masalah dan mampu
merumuskan alternatif pemecahan masalah. Perumusan pemecahan masalah dirancang
dengan suatu tindakan. Hasil dari tindakan tersebut dievaluasi. Hasil evaluasi yang dilakukan
haruslah dapat memberikan umpan balik guna merumuskan tindakan berikutnya. Kegiatan
merumuskan alternatif tindakan, melakukan tindakan, evaluasi tindakan dan umpan balik
tersebut dinamakan siklus. Siklus pada PTS dilakukan secara berulang-ulang atau dalam
beberapa siklus.
Hopkins (1993) dan Mc Taggart (1993) menyusun bagan yang dapat memperjelas
prosedur penelitian tindakan sebagaimana pada Diagram 1

15
Ada beberapa langkah yang disepakati dalam PTS yaitu dimulai dengan perencanaan,
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan, lalu observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan
Sekolah harus dilakukan lebih dari satu siklus, sebab hasil refleksi siklus pertama inilah yang
menjadi bahan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus kedua atau berikutnya.
Demikian juga refleksi pada siklus kedua dijadikan sebagai bahan untuk menyusun rencana
tindakan pada siklus ketiga, dan seterusnya. Langkah-langkah PTS dapat dirangkum sebagai
berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti menyusun rencana tindakan yang terdiri atas:
a. penentuan subyek penelitian beserta dengan seting karakteristik sekolah yang berada
di wilayah binaan pengawas
b. penetapan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati. Hal ini berguna agar
penelitian yang akan dilakukan terfokus pada hal yang mendesak terlebih dahulu.
Misalnya: aspek manajerial yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan peneliti
pengawas, atau aspek pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan peneliti kepala
sekolah
c. penetapan jenis data penelitian, bisa data kualitatif maupun kuantitatif, teknik
pengumpulan data dan bagaimana teknik analisis datanya.
d. penentuan siapa pengambil dan pengumpul datanya (peneliti sendiri atau dibantu oleh

16
pihak lain). Menetapkan bagaimana cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi.
e. penetapan kriteria keberhasilan sebagai upaya pemecahan masalah untuk mengukur
pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.
f. penentuan jenis tindakan yang diharapkan mampu memberikan dampak yang
mengarah pada perbaikan.
2) Pelaksanaan Tindakan
Tahap tindakan ini merupakan tahapan pelaksanaan rencana dari hasil tindak lanjut
observasi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah tindakan manajerial sekolah dan atau
bidang-bidang yang terkait pembelajaran. Tahapan tindakan ini juga dilakukan dengan
siklus dengan minimal dua siklus. Tindakan dengan dua siklus dimaksudkan agar setiap
selesai satu kali siklus dapat dilakukan refleksi untuk perbaikan perlakuan pada tindakan
selanjutnya.
3) Tahap Observasi
Tahap observasi ini peneliti harus mengamati, mendokumentasikan, dan bisa ditambahkan
wawancara guna melengkapi data yang ada. Hasil semua data yang masuk kemudian
dideskripsikan berdasarkan data atau hasil yang diperoleh.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sederhana,
misalnya dengan excel untuk mencari mean (rata-rata). Persentase (%), jumlah, median,
dan lainnya. Teknik analisis data dapat dilakukan dengan mendeskripsikan hasil
pengolahan data sederhana di atas. Hasil analisis data ini harus memperhatikan indikator-
indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka deskripsi yang dibuat mengacu
pada data dan indikator sebagai pemaknaan data yang dikumpulkan. Penetapan tolok ukur,
hendaknya disesuaikan dengan faktor kondisional sekolah yang bersangkutan, subyek
penelitian dan masalah yang dirumuskan. Hasil refleksi ini sangat penting untuk
merumuskan rencana pada siklus selanjutnya.

3.4.6 Sistematika Laporan PTS


Kepala sekolah dan pengawas dalam tugas manajerialnya diharapkan mampu
menganalisis masalah yang terjadi di lingkup kerjanya. Sebelum memasuki tahap penelitian,
maka perlu mempelajari bagaimana sistematika proposal maupun laporan Penelitian Tindakan
Sekolah. Hal ini sangat penting sebab dengan menguasai seluk-beluk PTS maka akan

17
mempermudah dalam pelaksanaan di lapangan. Banyak hal yang harus diperhatikan antara
lain adalah tata cara penulisan proposal dan laporannya, tata cara perujukan pustaka, tata cara
pengambilan data dan analisa data hingga pada simpulan yang akan diambil. Dan bagian akhir
yang sangat baik adalah apabila hasil penelitian PTS ini dapat dipublikasikan dalam jurnal
Pada bagian ini akan dituliskan beberapa hal penting terkait sistematika proposal PTS,
sistematika laporan PTS, dan sistematika penulisan artikel untuk jurnal seperti pada ulasan di
bawah ini:
(a) Sistematika Proposal PTS
Secara umum penulisan proposal terdiri dari tiga bagian yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab
II Landasan Teori, Bab III Metodologi Penelitian, dan Daftar Pustaka. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan ada format-format khusus yang disediakan oleh pihak tertentu
misalnya yayasan sekolah, dan lainnya. Hal ini penting agar proposal maupun laporan yang
dibuat memenuhi sistematika standar baku laporan yang berlaku.
Di bawah ini adalah salah satu contoh sistematika Proposal PTS yang didanai oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Depdiknas. Urutan sistematika tersebut adalah sebagai berikut:
1) Judul artikel
Judul artikel PTS ditulis secara informatif, memuat kata-kata kunci yang
menggambarkan upaya perbaikan atau peningkatan kepengawasan. Usahakan tidak
lebih dari 20 kata (Ukuran Font Times New Roman 14 pt; 1spasi).
2) Nama penulis, Nomor Induk Penulis dan Anggota
Nama penulis dicantumkan tanpa disertai gelar akademik. Nama dan alamat institusi
penulis dituliskan pada catatan kaki dengan alamat email (Ukuran Font Times New
Roman 12 pt; 1 spasi).
3) Abstrak
Abstrak dituliskan dalam bahasa Indonesia sebanyak satu paragraf dan panjangnya
tidak lebih dari 200 kata. Diketik dengan spasi tunggal dan format lebih sempit dari teks
utama. Abstrak berisi uraian singkat tentang permasalahan, tujuan, prosedur PTS dan
temuan hasil PTS. Abstrak harus disertai dengan 3-5 kata kunci (Ukuran Font Times
New Roman 12 pt; 1 spasi)

18
4) Pendahuluan
Bagian Pendahuluan peneliti menyajikan secara singkat rasional pengembangan
inovasi, masalah dan tindakan pemecahan masalah, serta tujuan pengembangan inovasi.
Pengambilan rujukan pustaka sangat baik bila dimasukkan jurnal-jurnal penelitian
(Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi).
5) Metode
Pada bagian metodologi ini peneliti harus menguraikan rancangan PTS beserta
siklusnya, subjek dan objek pengembangan, instrumen, serta analisis dan pengolahan
data (Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi).
6) Hasil dan Pembahasan
Hasil temuan PTS disajikan dalam bentuk data dan dideskripsikan kemudian dilakukan
pembahasan hasil analisis data. Pembahasan dapat dilakukan dengan cara mengaitkan
Analisa data dengan teori yang telah dirujuk. Hal ini sangat penting untuk menunjukkan
apakah gap yang terjadi selama ini sudah berkurang hasilnya. Analisa data dapat
dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif, dengan dilengkapi tabel, grafik, gambar,
skema, atau foto. Temuan PTS harus berkaitan dengan masalah pengembangan atau
inovasi dan merupakan dasar untuk menarik simpulan dan membuat saran (Ukuran Font
Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi)
7) Ucapan Terima Kasih
(Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi)
8) Simpulan dan Saran
Simpulan disusun berdasarkan temuan dan merupakan jawaban singkat atas masalah
PTS. Saran disusun berdasarkan simpulan dan sebaiknya mengacu kepada tindakan
praktis atau pengembangan lanjutan sebagai refleksi dari kegiatan kepengawasan
(Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi).
9) Daftar Pustaka
Bagian ini berisikan semua sumber pustaka yang digunakan dan diacu dalam badan
artikel. Daftar pustaka ditulis sesuai dengan format yang diurutkan secara alfabetis
nama pengarangnya (Ukuran Font Times New Roman 12 pt; 1,5 spasi antar rujukan,
namun dalam satu rujukan 1 spasi).
(b) Sistematika laporan PTS, dan (c) sistematika penulisan artikel akan dibahas secara rinci
pada bagian Laporan Penelitian Tindakan Kelas.

19
4. Latihan
Bila saudara saat ini menjadi kepala sekolah di suatu Sekolah Dasar, di mana hasil
belajar kognitif siswanya dalam semua mata pelajaran cenderung rendah karena guru masih
menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Buatlah suatu judul PTS untuk mengatasi
masalah sekolah tersebut. Judul maksimal 15 kata!

20
Daftar Isi
B Kegiatan Belajar 2: Penelitian Tindakan Kelas
1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
1.2 Kompetensi Dasar
1.3 Indikator Capaian Kompetensi
1.4 Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
3.2 Ruang Lingkup dan Sasaran PTK
3.3 Karakteristik PTK
3.4 Rancangan Siklus
3.5 Judul PTK
3.6 Latar Belakang
3.7 Menyusun Rumusan Masalah
3.8 Menyusun Tujuan Penelitian
3.9 Menyusun Manfaat Penelitian
4. Latihan

B. Kegiatan Belajar 2: Penelitian Tindakan Kelas


1. Kompetensi Mahasiswa

1.1 Kompetensi Inti


Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru,
dan inovasi;

1.2 Kompetensi Dasar


Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian pendidikan

1.3 Indikator
1. Menjelaskan ruang lingkup PTK
2. Merancang siklus dalam PTK
3. Merancang Judul PTK
4. Menuliskan Latar Belakang PTK
5. Menuliskan Rumusan Masalah

21
6. Menuliskan Tujuan Penelitian
7. Menuliskan Manfaat Penelitian

1.4 Tujuan Pembelajaran


1. Melalui penyampaian informasi dan penggalian informasi mandiri, mahasiswa
mampu menjelaskan ruang lingkup PTK
2. Melalui penyampaian informasi dan penggalian informasi mandiri, mahasiswa
mampu merancang siklus dalam PTK
3. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mahasiswa mampu
merancang Judul PTK
4. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan Latar Belakang PTK
5. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan Rumusan Masalah
6. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan Tujuan Penelitian
7. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi mahasiswa mampu
menuliskan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Sasaran PTK

2. Peta Konsep

22
3. Uraian Materi

3. 1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di dalam suatu kelompok
siswa (kelas) untuk menyelesaikan suatu permasalahan pembelajaran dengan suatu tindakan (Hartutik
dan Sukestiyarno, 2021). Jenis penelitian PTK dikelompokkan dalam rumpun metode penelitian
kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini (Peneltian Tindakan Sekolah maupun
Penelitian Tindakan Kelas) dalam praktiknya dilakukan suatu tindakan pada suatu kelompok
dengan cara mengeksperimenkan atau mencobakan suatu treatment (perlakuan) tertentu untuk
mengatasi masalah yang ada. Bila penelitian tindakan tersebut diterapkan di dalam kelas,
disebut PenelitianTindakan kelas (classroom action research) atau PTK.
Kelas yang dimaksud adalah merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu tertentu
menerima pembelajaran dari seorang atau beberapa guru (Arikunto, 2008). Kelas dalam
penelitian tindakan kelas, tidak terbatas pada pengertian suatu lokasi yang dibatasi dinding
ruangan kelas saja, namun penerapannya dapat dilaksanakan di mana saja asal ada sekelompok
orang yang belajar. Penelitian Tindakan Kelas dapat dilaksanakan saat pembelajaran praktik
seni, praktik olah raga, kerja praktik lapangan industri atau lainnya, kerja praktik di
laboratorium, di perpustakaan, bahkan kelas secara virtual atau online.
Hampir semua proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 dilaksanakan secara
daring. Keadaan ini menunjukkan bahwa ada hal yang tak terbatas atau tidak mengenal tempat
dan waktu. Meskipun demikian saat ada sekelompok orang yang belajar maka itu pun disebut
kelas. Suatu saat pun sangat mungkin penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan secara
luring dan daring. Blended learning didefinisikan sebagai suatu cara yang mengkombinasikan
antara synchronous learning dengan mekanisme tatap muka (live synchronous
learning) dan asynchronous learning dengan skema belajar mandiri. Sedangkan hybrid
learning adalah synchronous learning dengan mekanisme tatap muka dan tatap maya (Pradewo,
2021). Lebih jelasnya adalah bahwa pembelajar ada yang mengikuti secara luring dan sebagian
daring disebut sistem Hybrid Learning. Ada beberapa kendala dalam melaksanakan hybrid
learning. Beberapa guru menyatakan keberatannya saat mengajar dengan hybrid learning
karena minimnya fasilitas atau infrastruktur yang mendukung sistem tersebut, misal kamera,
microphone, dan juga papan tulis digital yang dapat dilihat dengan jelas pembelajar lain yang
berada dalam posisi daring.

23
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas memang agak sedikit berbeda dengan
penelitian kuantitatif ekperimen umumnya. Hal ini karena proses penelitiannya dilaksanakan
dalam kelas dengan cara merefleksikan diri. Refleksi diri dilakukan sebagai upaya untuk
memecahkan masalah pembelajaran dengan cara melakukan tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2012). PTK
lebih banyak dilakukan oleh para guru dan mahasiswa calon guru maupun dosen. Tindakan
yang diterapkan pada umumnya adalah penerapan suatu metode atau model pembelajaran,
media pembelajaran atau perangkat pembelajaran berupa modul atau Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang sifatnya lebih menyenangkan, efektif, dan efisien.
Penerapan PTK pada dasarnya tidak hanya terbatas pada perbaikan hasil belajar saja
namun dapat diterapkan untuk peningkatan suatu aspek misalnya aspek afektif dan atau aspek
psikomotor, sistem evaluasi, perbaikan sistem belajar, perbaikan manajemen pembelajaran, dan
lain sebagainya. Semua kegiatan tindakan penelitian ini menjadi suatu bentuk kajian yang
bersifat sistematis reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Mills,
2000).
Secara umum ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diketahui oleh peneliti dalam
melaksanakan PTK yaitu:
a. Rancangan jumlah jam pelajaran tidak boleh ditambahkan dengan mengurangi jam
pelajaran dari Kompetensi Dasar (KD) lain
b. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran
c. Judul penelitian harus menunjukkan ciri khas penelitian tindakan kelas
d. Topik permasalahan yang dipilih harus berdasarkan data nyata dapat dipecahkan atau dicari
solusinya
e. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang memprihatinkan dalam hal hasil
belajar (aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif)
f. Metodologi yang digunakan harus terencana secara baik agar tindakan yang direncanakan
dapat dirumuskan dan yang dapat diuji di lapangan.
g. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu
pelaksanaan yang berlaku umum.
h. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan

24
terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu
(Legiman, 2015).

3.2 Ruang Lingkup dan Sasaran PTK


Apa saja ruang lingkup PTK? Seorang peneliti perlu mengetahui ruang lingkup PTK
sangat penting dalam rancangan sebuah penelitian. Pada umumnya dengan melihat judul suatu
penelitian, seseorang sudah dapat menduga atau memprediksi jenis penelitian dan metodologi
penelitian yang diterapkannya. Judul dalam penelitian tindakan kelas (PTK) harus
menampakkan adanya upaya yang menonjol yaitu ada upaya perbaikan, peningkatan,
optimalisasi dari suatu hasil belajar. Mengapa dikatakan suatu hasil belajar? Karena tidak selalu
penelitian PTK hanya bertujuan meningkatkan aspek kognitif saja. Ada tiga hal yang perlu
ditingkatkan hasil belajar yaitu aspek afektif (meliputi karakter-karakter baik misalnya
kemandirian, rasa tanggung jawab, kerja sama, kerja keras, dan lainnya), aspek psikomotor
(meliputi keterampilan-keterampilan yang diperlukan oleh seseorang setelah lulus nantinya
misalnya keterampilan merangkum catatan, menulis, merujuk, membuat ringkasan, menari,
menyanyi, bertanya, menjawab, dan lainnya) serta aspek kognitif yang datanya dapat diperoleh
saat evaluasi pembelajaran dalam bentuk tes lisan atau tes tertulis.
Ruang lingkup bidang-bidang penelitian atau tema-tema yang dapat dilakukan dengan
PTK untuk pendidikan pada jenjang sekolah antara lain:
a. Peningkatan kualitas pembelajaran Bidang Studi (PAK, PAI, Matematika, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Olah Raga, Pendidikan Seni, IPA, PKN, IPS, dll).
b. Meningkatkan pola pikir berliterasi mata pelajaran tertentu
c. Peningkatan karakter siswa sebagai pendukung pendidikan bidang studi tertentu
d. Perbaikan sistem evaluasi hasil belajar pendidikan bidang studi tertentu
e. Pengembangan kualitas kurikulum pendidikan bidang studi tertentu
f. Dampak pembelajaran konsep bidang studi tertentu
g. Meminimalkan miskonsepsi pendidikan bidang studi tertentu
h. dan lain sebagainya yang sejenis peningkatan atau perbaikan suatu variabel.
Dewasa ini sudah banyak pendidik atau calon pendidik yang meneliti tentang
pembelajaran di bidang studinya masing-masing, namun demikian setiap guru masih bisa
mencari hal-hal atau topik-topik lain yang akan diteliti. Penentuan topik dan ruang lingkup

25
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada serta tren kekinian sehingga dapat
berinovasi sebagai hasil refleksi terhadap apa yang telah dilakukan selama ini.
Perbaikan yang dimaksud dalam PTK adalah perbaikan proses pembelajaran. Perbaikan
pada proses pembelajaran tentu memerlukan sebuah aksi yang berbeda dengan keadaan
terdahulu. Peneliti harus merencanakan agar selama penelitian nantinya dapat mengubah hasil
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (aspek afektif, psikomotor, kognitif). Oleh
karena itu secara umum ruang lingkup PTK ini akan sejajar dengan peningkatan hasil belajar
yaitu adalah mengoptimalkan, memperbaiki, atau meningkatkan. Sedangkan lawan dari
peningkatan adalah pengurangan atau meminimalkan kesalahan atau miskonsepsi.
Meminimalkan miskonsepsi disini berarti mempelajari konsep lebih dalam agar apa yang
dipelajari tidak terjadi kekeliruan. Dengan menekan kekeliruan maka berarti sudah mampu
meningkatkan kebenaran (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021).
Tindakan dalam penelitian ini menerapkan metode pembelajaran baru yang sesuai
dengan karakteristik Kompetensi Dasar dan materi/tema dalam pembelajaran. Sebelum
melakukan penelitian, penelitian perlu memperhatikan karakteristik siswa, sarana dan prasarana
sekolah atau kelas menjadi salah satu pertimbangan pilihan dalam penelitian tindakan kelas.
PTK merupakan kegiatan yang aktif dan dapat dikenai aktivitas bukannya obyek yang diberi
tindakan sedang diam dan tanpa bergerak. Oleh karena itu sasaran Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah:
a) Unsur siswa: siswa diamati perubahan tingkah lakunya atau aspek afektif dan atau aspek
psikomotrnya dengan menerapkan pembelajaran dengan skenario baru.
b) Unsur guru: dicermati atau diamati kegiatannya dalam mengelola, mengkoordinir,
memfasilitasi pembelajaran untuk mendampingi siswa belajar.
c) Unsur materi pelajaran: diamati kegiatan gurunya dalam memberikan penugasan pada
siswa dengan materi ajarnya.
d) Unsur peralatan atau sarana prasarana: diamati pemanfaatan media dalam mendukung
proses pembelajaran.
e) Unsur pembelajaran: diamati ke tiga aspek belajar (afektif, psikomotor, dan kognitif)
sebagai tujuan utama penelitian.
f) Unsur lingkungan: diamati pemanfaatan lingkungan untuk pembelajaran sebagai media
atau sumber belajar.

26
3.3 Karakteristik PTK
Pelaksanaan PTK pada prinsipnya harus mengacu pada proses pembelajaran aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Dengan prinsip pembelajaran yang demikian maka dalam proses
akan membuat suasana nyaman bagi siswa. Melaksanakan PTK berarti sudah masuk pada
langkah perbaikan pembelajaran dengan sesuatu tindakan baru dengan tujuan perbaikan proses
belajar. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan terjadi peningkatan sikap dan
keterampilan proses peserta didik belajar. Hal ini dinyatakan oleh Borg dalam (S. Arikunto,
Suhardjono, 2006) yang menyatakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah
mengembangkan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan
mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi.
Selama pelaksanaan PTK diharapkan akan terjadi peningkatan semua aspek yaitu
afektif, psikomotor, dan kognitif selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelahnya.
Menurut Hopkins, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang bersifat
praktis sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktikkan guru sehari-hari. Pada
umumnya PTK yang dilaksanakan di Indonesia mengikuti teori Kemiss dan Mc Taggart
(Basrowi, 2008) yaitu mengikuti pola spiral yang berulang atau disebut siklus. Ada empat
tahapan dalam setiap siklusnya. Keempat tahapan tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.

3.4 Rancangan Siklus


Pada saat peneliti akan melakukan PTK maka perlu dirancang berapa lama penelitian
ini berlangsung dan dalam berapa siklus. Jumlah siklus dalam PTK tidak terbatas. Demikian
juga dengan waktu ber PTK. Seorang peneliti bisa melaksanakan PTK selama satu tahun
pelajaran. Mengapa guru mau melakukan hal tersebut? Ada beberapa kemungkinan jawabannya
misalnya ingin memperbaiki alat evaluasi, penerapan suatu metode, atau aspek afektif dan
psikomotor yang akan ditingkatkan secara khusus dengan alasan keadaan siswa yang kurang
maksimal. Oleh karena itu dalam rancangannya perlu menentukan Kompetensi Dasar atau
materi apa yang akan dijadikan bahan pembelajaran dan berapa jam pelajaran yang diperlukan
serta jumlah siklus yang ditetapkan atau hal lainnya. Banyaknya siklus yang ditetapkan harus
mempertimbangkan banyaknya materi, jumlah Kompetensi Dasar, serta waktu pelaksanaan.
Dari sinilah tujuan penelitian dapat dicapai.

27
Sebagai contoh, seorang peneliti akan melakukan penelitian PTK dengan menetapkan
satu Kompetensi Dasar dengan jumlah jam tertentu. Maka rancangan yang dapat dilakukan
adalah melihat berapa banyaknya materi dalam satu Kompetensi Dasar tersebut. Kemudian
ditetapkan jumlah siklusnya. Jumlah siklus dalam PTK minimal adalah dua siklus. Kita ambil
contoh mata pelajaran PAK (Pendidikan Agama Katolik) kelas 7 dengan Kompetensi Dasar
Kemampuanku. Kompetensi ini terdiri dari tiga sub materi yaitu (1) Aku Memiliki
Kemampuan, (2) Kemampuanku Terbatas, dan (3) Syukur sebagai Citra Allah. Jumlah jam
pelajaran misalnya 6 jp. Maka hal yang bisa dirancang guru dalam menentukan jumlah siklus
dan materi adalah sebagai berikut:
a. Jumlah siklus 2 masing-masing siklus 3 jp dengan pembagian materi sebagai berikut:
siklus pertama: (1) Aku Memiliki Kemampuan dan (2) Kemampuanku Terbatas
siklus ke dua: (3) Syukur sebagai Citra Allah.
b. Jumlah siklus 2 masing-masing siklus 3 jp dengan pembagian materi sebagai berikut:
siklus pertama: (1) Aku Memiliki Kemampuan siklus ke dua: (2) Kemampuanku Terbatas
dan (3) Syukur sebagai Citra Allah.
c. Jumlah siklus 3 masing-masing siklus 2 jp dengan pembagian materi sebagai berikut:
siklus pertama adalah: (1) Aku Memiliki Kemampuan siklus ke dua adalah: (2)
Kemampuanku Terbatas, siklus ke tiga: 3) Syukur sebagai Citra Allah.

Catatan penting bagi peneliti yang akan ber PTK adalah materi per siklus haruslah berbeda.
Dalam ber PTK tidak boleh terjadi pengulangan materi (materinya yang sama tidak diulang-
ulang) sebelum meningkat hasilnya. Dalam melaksanakan PTK juga tidak diperkenankan
mengganggu jumlah jam pelajaran lain atau bahkan pelajaran dari mata pelajaran yang di PTK
kan (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021). Hal ini sangatlah penting sebab apabila melakukan
pengulangan pembelajaran materi atau mengambil jam lainnya akan mengganggu program
kalender akademik yang telah dirancang sekolah atau guru.

3.5 Judul PTK


Pada dasarnya penetapan judul PTK sifatnya fleksibel, judul bisa di awal atau beberapa
saat kemudian atau diakhir penelitian baru muncul judul yang tepat untuk diberikan. Ada empat
hal yang harus dipenuhi dalam membuat judul penelitian yaitu: 1) harus sesuai dengan minat
peneliti, 2) harus dapat dilaksanakan, 3) harus tersedia faktor pendukung, dan 4) harus
dilaksanakan (Kaelan, 2012). Sebuah judul dapat memberikan kesan pertama bagi orang yang

28
melihatnya. Apabila judul memberikan kesan baik maka orang akan tertarik untuk membaca
dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, judul harus dibuat sedemikian rupa dengan
menggunakan kata-kata yang tepat agar menarik minat pembaca.
Dalam memilih judul sebaiknya tidak terlalu panjang, sederhana, singkat, dan mudah
dimengerti oleh orang lain yang ingin membacanya (Wisnu Jatmiko, 2015). Di samping hal di
atas, membuat judul penelitian diharapkan menarik, sehingga orang yang membaca menjadi
ingin tahu lebih jauh. Judul dibuat tidak terlalu panjang, diupayakan tidak lebih dari 15 kata.
Bila judul lebih dari jumlah kata tersebut, maka sebaiknya dihilangkan Kelas dan Kota tempat
penelitian atau Materi Bahan Ajar yang diteliti. Namun demikian semua hal terkait subyek
penelitian, tempat penelitian dan materi bahan ajar yang digunakan untuk penelitian harus
dicantumkan pada Bab III Metodologi Penelitian. Suatu hal yang perlu mendapat perhatian
adalah judul pendek tetapi padat mengandung spesifikasi khas, tidak boleh terlalu umum.
Hal yang penting sebelum menuliskan judul, pertama kali adalah telah ditemukannya
masalah atau kesenjangan yang ada di kelas yang akan diteliti. Mengapa harus menemukan
masalah? Pertanyaan ini sangat penting karena pada dasarnya dalam setiap pembelajaran di
suatu kelas pasti ada persoalan atau masalah yang terjadi. Sangatlah tidak mungkin suatu kelas
tidak ada masalah meskipun sekolah atau kelas tersebut kelas yang terbaik atau terunggul.
Masalah bisa dalam hal rendahnya prestasi belajar, sikap atau karakter siswa yang kurang kuat
atau baik, maupun keterampilan yang rendah dari target yang diharapkan. Misalkan masalah
dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa (dari aspek afektif, psikomotor, atau aspek
kognitif), selanjutnya rancangan tindakan yang akan diusulkan untuk memperbaiki masalah
tersebut. Dengan ditemukannya masalah dan menetapkan suatu metode/model/pendekatan
yang akan diterapkan dalam pembelajaran maka judul PTK dapat disesuaikan. Beberapa contoh
judul PTK:
1) Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode Penemuan Berbantuan Youtube Materi
Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SD ………
2) Meningkatkan Kemandirian PAK dengan Metode Problem Solving Materi Kitab Suci dan
Tradisi sebagai Dasar Iman Kristiani Kelas 10 SMA ….. Masa Pandemi Covid-19. (atau
dapat dipersingkat menjadi: Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode Problem
Solving di Masa Pandemi Covid-19)
3) Meningkatkan Kerja Sama dengan Metode Tutor Sebaya Berbantuan Media Gambar
Materi Kitab Suci dan Ajaran Gereja Kelas 8 SMP …..

29
4) Meningkatkan Kemandirian belajar siswa dengan Metode Penemuan Berbantuan e-modul
materi Gereja sebagai Persekutuan Terbuka kelas XI di Era Pandemi Covid-19
5) Upaya Meningkatkan Karakter Tanggung Jawab Siswa Pada Pembelajaran PAK Metode
Problem Berbasis Proyek Materi Gereja Sebagai Persekutuan Terbuka
6) Optimalisasi Keterampilan Berliterasi Pembelajaran PAK Materi Peran Hierarki dan Awan
Melalui Pembelajaran Daring Berbantuan Modul
7) Meningkatkan Hasil Belajar dengan PjBL Mata Pelajaran PAK Materi Gereja sebagai
Dasar Panggilan di Era Covid-19
8) Penerapan Model PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah PAK
Materi Peran dan Fungsi Suara hati Kelas 10 SMA ………
9) Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
tentang Tugas Pokok Gereja Mata Pelajaran PAK Kelas...... di...

Dengan demikian secara umum judul PTK bercirikan:


1) Penerapan X untuk Meningkatkan Y pada Mata Pelajaran… Kelas… Sekolah…
2) Upaya Meningkatkan Y Melalui X pada Mata Pelajaran… Kelas… Sekolah…
3) Optimalisasi X untuk Meningkatkan Y pada Mata Pelajaran… Kelas… Sekolah…
4) Peningkatan Y Melalui X pada Mata Pelajaran… Kelas… Sekolah…
5) Peningkatan Y dengan Menerapkan X pada Mata Pelajaran… Kelas… Sekolah…

Sebagai catatan akhir, silahkan peneliti menghitung jumlah kata dalam judul. Apabila
jumlah kata melebihi 15 kata, maka disarankan sebaiknya menghilangkan kata-kata: Mata
Pelajaran (tulis langsung saja PAK), kelas, sekolah, kota dapat dihilangkan. Namun bila ingin
ditambahkan “Masa Pandemi Covid-19” juga lebih baik karena saat sedang tren judul penelitian
saat tersebut. Hal ini menjadi baik karena pelaksanaan pembelajaran saat ini memang berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya dan secara khusus masa ini disebut sebagai Masa Pandemi/
Era Pandemi Covid-19.

3.6 Latar Belakang PTK


Latar belakang pada Bab Pertama Pendahuluan merupakan bagian yang diawali dengan
pembahasan tentang segala sesuatu terkait dengan permasalahan penelitian. Langkah untuk
membuat latar belakang dapat dimulai dari pembahasan atau paragraf yang meletakkan

30
gagasannya dari hal umum menuju ke khusus/spesifik atau yang disebut paragraf deduktif. Bisa
juga pembuatan paragrafnya dari khusus ke umum yang disebut induktif. Untuk penulisan PTK,
disarankan dengan paragraf deduktif dari permasalahan atau keadaan umum ke keadaan khusus.
Hal ini akan lebih memudahkan karena bagian akhir dari paragraf adalah tawaran penyelesaian
masalah dengan cara menerapkan suatu metode tertentu untuk meningkatkan aspek tertentu.
Pada dasarnya ada empat langkah dalam menentukan masalah yaitu (1) mengidentifikasi
satu bidang yang menjadi perhatian kita, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis dan
menginterpretasikan data, serta (4) mengembangkan rencana tindakan (Mills, 2000). Oleh
karena masalah penelitian merupakan substansi dari penelitian itu sendiri, maka menurut
Kerlinger bahwa masalah penelitian pada dasarnya mempunyai ciri-ciri yaitu masalah yang
dipilih harus mempunyai nilai penelitian, masalah penelitian harus mempunyai fisibilitas, serta
harus sesuai kualitas peneliti (Kerlinger, 1973).
Di dalam melakukan penelitian selalu harus ada masalah atau gap yang diungkap dan
direncanakan untuk dicari penyebab atau solusinya. Demikian juga dalam penelitian PTK,
peneliti juga berusaha mencari solusi perbaikannya. Research Gap adalah celah-celah atau
senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau
temuan peneliti-peneliti terdahulu.
Ciri-ciri research gap:
1) Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empiris di lapangan,
2) Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab,
3) Praduga atau hipotesis yang belum berhasil dibuktikan,
4) Adanya temuan baru yang kontroversial terhadap penelitian sejenisnya,
5) Hasil penelitian yang menyisakan kelemahan (hal ini bisa dilihat pada saran),
6) Suatu konsep penting yang tidak menjadi fokus perhatian peneliti terdahulu,
7) Menemukan celah dari adanya inkonsistensi hasil penemuan terdahulu,
8) Menemukan adanya keterbatasan penjelasan atas penelitian terdahulu,
9) Menemukan kelemahan dari riset terdahulu (Achmad, 2020)

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa masalah dapat terjadi karena adanya
kesenjangan antara kenyataan yang terjadi terhadap keinginan yang diharapkan. Beberapa
kriteria dalam penentuan masalah yaitu:
1) Masalah yang ditemukan dan akan dipecahkan peneliti pada akhirnya bertujuan untuk

31
memajukan kelas dan secara khusus mata pelajaran yang diampu.
2) Sangatlah baik apabila masalah akan dipecahkan dalam ruang lingkup atau jangkauan
peneliti, artinya peneliti mampu melaksanakan penelitian dengan cara me-manage waktu
dan tenaga sehingga sisi lain yang tidak diteliti dapat berjalan sesuai dengan rancangan
semula.
3) Pernyataan masalah harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai
penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal
fundamental, misalnya tentang penerapan suatu metode/model/pendekatan pembelajaran
atau penggunaan media yang membawa mahasiswa lebih aktif
4) Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi dengan data awal
yang jelas dan jujur baik dari data hasil pengamatan, wawancara maupun dokumentasi.
Dalam hal ini refleksi didasari dari tiga aspek pencapaian pendidikan yaitu aspek afektif,
aspek psikomotor, dan aspek kognitif
5) Masalah-masalah yang diidentifikasi dalam PTK:
a) Aspek afektif: rendahnya kemandirian belajar siswa, rendahnya rasa tanggung jawab,
rendahnya rasa percaya diri, rendahnya kejujuran, dan lainnya
b) Aspek psikomotor: rendahnya keterampilan bertanya, rendahnya keterlibatan siswa
dalam diskusi kelompok, rendahnya keterampilan memakai suatu alat, rendahnya
keterampilan menjawab, dan lainnya
c) Aspek kognitif: rendahnya nilai prestasi belajar (ulangan) suatu materi pelajaran,
rendahnya nilai rata-rata kelas, kurang ketercapaian KKM, rendahkan kemampuan
memecahkan masalah.
6) Metode pembelajaran yang diterapkan guru, hanya ceramah, tanya jawab, diskusi belum
menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan misalnya: Jelajah Alam Sekitar,
PBL (Problem Based Learning), PjBL (Project Based Learning), STAD, Tutor Sebaya, dan
lainnya.
Setelah peneliti menemukan sumber-sumber masalah, peneliti akan memfokuskan diri
dalam penelitian, maka peneliti perlu melakukan perumusan masalah terlebih dulu dengan latar
belakang tertentu, lalu dikerucutkan menjadi perumusan masalah penelitian, dan akhirnya
merancang penelitian tersebut. Dalam menuliskan paragraf-paragraf pada latar belakang
pertama-tama perlu ditetapkan pokok-pokok pikirannya. Setiap pokok pikiran dapat dipecah-
pecah lagi menjadi beberapa alinea.

32
Kita ambil contoh judul penelitian PTK: “Hasil Belajar PAK dengan Metode PBL
Berbantuan Youtube Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SD ………”.
Maka langkah-langkah pembuatan pokok pikiran latar belakang dengan paragraf deduktif
(umum ke khusus) bisa dimulai dari urutan seperti berikut:
(a) Uraikan tentang keadaan pendidikan di Indonesia secara umum
(b) Uraikan tentang Kurikulum Pendidikan di Indonesia
(c) Uraikan tentang keadaan mata pelajaran Agama Katolik saat ini secara umum
(d) Uraikan tentang karakteristik pembelajaran mata pelajaran Agama Katolik khususnya
materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SD
(e) Uraikan apa yang menjadi persoalan pembelajaran mata pelajaran Agama Katolik pada
umumnya, selanjutnya apa yang menjadi gap persoalan pembelajaran PAK di Kelas 5 SD
(f) Selanjutnya uraikan secara khusus tentang permasalahan kelas atau kondisi variabel hasil
belajar siswa terkait aspek afektif di kelas 5, misal kemandirian belajar (afektif) dan
psikomotor (bila diperlukan) dan uraian bagaimana kemampuan prestasi belajar (kognitif).
Pada poin ini peneliti dalam menguraikan kondisi tersebut sebaiknya berdasar data baik
dengan wawancara maupun hasil studi dokumentasi misalnya nilai ulangan atau nilai tes
akhir kenaikan kelas.
(g) Paparkan secara singkat solusi yang ditawarkan yaitu dengan metode PBL berbantuan
Youtube. Berikan uraian singkat tentang apa itu Metode PBL dan Pembelajaran berbantuan
Youtube, akan lebih baik disertai hasil rujukan jurnal.
(h) Akhirnya rumuskan: rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

3.7 Menyusun Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dimaksud adalah problem statement (formulation) dalam kalimat
pertanyaan yang terlihat unsur-unsur (who, what, where, when, how much/many) (Suharsimi
Arikunto, 2010). Artinya dalam rumusan masalah penting memuat pertanyaan tentang: Siapa
yang akan diteliti? Apa yang akan diteliti? Di mana penelitian tersebut dilaksanakan? Kapan
penelitian tersebut dilaksanakan? dan Berapa banyak dalam hal biaya, besarnya cakupan atau
luasnya wilayah.
Dalam PTK, teori yang dirujuk bukan untuk diuji, melainkan sebagai tuntunan peneliti
dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Misalnya,
permasalahan yang terjadi adalah seputar rendahnya hasil belajar akibat penerapan suatu

33
metode pembelajaran yang sifatnya kurang menyenangkan. Dalam keadaan tersebut peneliti
mencari landasan teori tentang hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor,
metode (pilih salah satu dari beberapa metode), atau media-media pembelajaran yang menarik
yang dapat diterapkan di kelas.
Pada umumnya rumusan masalah dituliskan dalam bentuk pertanyaan, dengan bantuan kata
“Apakah” atau “Bagaimana”. Kita ambil salah satu contoh judul PTK seperti pada bagian di
atas yaitu: “Meningkatkan Hasil Belajar dengan PjBL Mata Pelajaran PAK Materi Gereja
sebagai Dasar panggilan di Era Covid-19”, maka pertanyaan yang dimunculkan lebih tepat pada
“Apakah” pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar disini dapat
difokuskan pada kemandirian belajar (afektif) atau lainnya dan prestasi belajar (kognitif).
Dengan maka rumusan masalahnya ada dua atau tiga sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan kemandirian belajar
siswa kelas … SMP ……..?
2. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan jumlah siswa yang
tuntas prestasi belajarnya kelas ….. SMP……?
3. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan rata-rata prestasi
belajar kelas …… SMP……?
Rumusan masalah pada poin ke 3 di atas boleh dimasukkan dalam rumusan masalah dan boleh
tidak. Hal ini menjadi keputusan peneliti berapa jumlah rumusan masalahnya. Selanjutnya mari
kita lihat perbandingan penulisan rumusan masalah menggunakan kata tanya “Bagaimana”
dalam menuliskan rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan kemandirian
belajar pada siswa kelas …. SMP ….?
2. Bagaimana pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas prestasi belajarnya kelas ….. SMP……?
3. Bagaimana pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan rata-rata prestasi
belajar kelas …… SMP……?

Pada rumusan masalah dengan memunculkan kalimat tanya “Apakah” lebih mengarahkan
pada pengujian hipotesis peningkatan variabel pada tahapan siklus dengan mengupayakan
skenario pembelajaran yang sudah didesain. Sedangkan pada rumusan masalah yang
memunculkan kalimat tanya “Bagaimana” lebih banyak menekankan deskripsi tindakan

34
pembelajarannya agar meningkatkan variabel. Hal ini adalah tergantung peneliti ingin
menekannya pada bagian yang mana.
Secara umum dapat dicirikan bahwa rumusan masalah penelitian PTK adalah sebagai berikut:
1. Apakah metode X untuk membelajarkan materi Y dapat meningkatkan karakter
kemandirian siswa kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
2. Apakah metode X berbasis Y materi Z dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
prestasi belajarnya?
3. Apakah metode X berbasis Y untuk membelajarkan materi Z dapat meningkatkan rata-rata
nilai prestasi belajar siswa kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
4. Bagaimanakah rata-rata nilai prestasi belajar dengan metode X berbasis Y materi Z siswa
kelas….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?
5. Bagaimana mengoptimalkan keberanian mengemukakan ide dalam diskusi kelompok
Materi Bioteknologi siswa kelas kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota …… ?

3.8 Menyusun Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian merupakan capaian dari suatu penelitian. Jadi dalam menuliskan tujuan
penelitian atau rumusan tujuan penelitian harus ada kaitannya dengan rumusan masalah.
Mengapa tujuan penelitian sangat penting, karena dengan adanya tujuan penelitian dalam suatu
laporan karya ilmiah maka akan dapat diketahui arah dan batasan penelitian yang dibuat. Bila
dalam rumusan masalah merupakan kalimat tanya yang ditandai dengan tanda tanya “?”, maka
tujuan penelitian merupakan kalimat pernyataan. Pernyataan inilah yang akan dijawab dengan
melaksanakan penelitian sesungguhnya. Perlu diingat bahwa tujuan penelitian adalah
merupakan jawaban dari pertanyaan pada rumusan masalah.
Beberapa hal penting dalam merumuskan tujuan penelitian adalah kalimatnya harus bersifat
operasional dan terukur. Artinya apabila penelitian sudah selesai dilaksanakan ada substansi
yang digunakan untuk menentukan tujuan tersebut dapat tercapai atau tidak tercapai. Dari
contoh-contoh judul PTK seperti di atas, maka secara umum Tujuan Penelitian bercirikan
kalimat seperti di bawah ini:
1. Meningkatkan karakter kemandirian belajar siswa pada pembelajaran PAK dengan metode
X kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
2. Meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada pembelajaran PAK
dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..

35
3. Mendeskripsikan pembelajarkan PAK dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA
………..Kota……..yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
4. Mendeskripsikan pembelajaran PAK dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA
………..Kota…….. yang dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi
belajarnya.
5. Mendeskripsikan peningkatan kemandirian belajar siswa akibat penerapan metode X pada
Materi Z kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
6. Mendeskripsikan peningkatan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya pembelajaran
PAK materi Z dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
7. Untuk meningkatkan kemandirian belajar dengan metode X berbantuan Y materi Z pada
siswa kelas XIA SMA Negeri Q Semarang.
8. Untuk meningkatkan karakter kemandirian dengan metode X materi Z siswa dengan
kelas.….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
9. Untuk meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya dengan metode X
berbasis Y materi Z
10. Untuk mengetahui peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar dengan metode X berbasis Y
materi Z siswa kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
11. Untuk mengetahui rata-rata nilai prestasi belajar dengan metode X berbasis Y materi Z
siswa dengan metode X kelas. ….. SD/SMP/SMA ………..Kota……..
12. Untuk mengoptimalkan keberanian mengemukakan ide dalam diskusi kelompok Materi X
kelas …… SD/SMP/SMA ………Kota …….
Dari contoh-contoh tujuan penelitian di atas, maka peneliti silahkan memilih beberapa
tujuan yang disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah. Bila rumusan masalah ada dua maka
tujuan penelitian juga dua, demikian seterusnya. Sebagai catatan penulisan huruf X, Y, Z adalah
kode untuk mempersingkat tulisan disini. X metode dapat diisi STAD, Jigsaw, PBL, PjBL. Think
Pair and Share, dan lainnya. Y adalah berbasis atau berbantuan misalnya alat peraga
steoroform, Media tiga dimensi, Youtube, whatsapp group, kain perca, dan lainnya. Sedangkan
Z adalah Materi atau bahan ajar yang diambil untuk penelitian. Materi bisa diambil dari minimal
satu Kompetensi Dasar hingga beberapa Kompetensi Dasar.

36
3.9 Menyusun Manfaat Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki manfaat yang jelas bagi kehidupan manusia., baik manfaat
praktis, pragmatis, maupun manfaat secara teoritis dan normatif (Kaelan, 2012). Oleh karena
itu manfaat penelitian merupakan akibat atau dampak dari penelitian dari tujuan penelitian yang
diprogramkan tercapai. Antara tujuan dan manfaat memiliki hubungan yang kuat yaitu sesuatu
yang diharapkan atau yang ingin diraih sebagai hasil dari penelitian. Sedang perbedaanya
terletak pada: bahwa tujuan merupakan suatu keinginan yang operasional, sedangkan pada
manfaat adalah suatu keinginan yang rumusannya tidak perlu operasional, merupakan
keinginan setelah tujuan tercapai. Bila ditarik hubungannya antara rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian sampai pada manfaat penelitian, kita bisa melihat bahwa manfaat penelitian
digunakan sebagai alasan kelayakan atas masalah yang diprogramkan tersebut benar-benar
layak diteliti. Rumusan manfaat itu merupakan acuan penting dalam membuat rekomendasi
atau saran nantinya di bab akhir yaitu pada bab Simpulan dan Saran. Dimaksudkan apabila
tujuan penelitian tercapai, peneliti atau pihak sponsor mempunyai tugas lanjutan adalah
mewujudkan apa yang menjadi manfaat. Agar sampai pada capaian manfaat tersebut maka
perlu dimunculkan rekomendasi atau saran yang operasional.
Berikut ini adalah contoh rumusan manfaat, kita ambil contoh judul PTK di atas.

C. Rumusan Manfaat
Berdasarkan masalah-masalah di atas, maka rumusan manfaat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa: melatih siswa belajar mandiri guna memecahkan persoalan dengan
bantuan pendampingan guru.
2. Bagi Guru: memiliki wawasan bagaimana memilih strategi memberdayakan cara
belajar siswa dengan lakukan pilihan model pembelajaran yang dapat membawa
siswa mandiri.
3. Bagi sekolah: memiliki wawasan bagaimana memberdayakan guru
meningkatkan kualitas pembelajaran yang berbasis pada kemandirian belajar
siswa.

37
4. Latihan
Berdasarkan uraian di atas, maka susunlah beberapa hal sebagai satu kesatuan yang akan
saudara rancang sebagai PTK, terkait: a) judul PTK, b) latar belakang, c) rumusan masalah,
d) tujuan penelitian, dan e) manfaat penelitian.

38
Daftar Isi
C. Kegiatan Belajar 3: Rancangan dan Laporan PTK
1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
1.2 Kompetensi Dasar
1.3 Indikator Capaian Kompetensi
1.4 Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
3.1 Penelitian Tindakan
3.2 Penulisan Kerangak Pikir PTK
3.3 Metodologi Penelitian
3.4 Menyusun Siklus PTK
3.5 Menyusun Varibel PTK
3.6 Menyusun Indikator Pengamatan
3.7 Analisa Hasil Penelitian
3.8 Menyusun Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.9 Menyusun Simpulan dan Saran
3.10 Sistematika Laporan
3.11 Sumber dan Cara Merujuk Pustaka
4. Latihan

C. Kegiatan Belajar 3: Rancangan dan Laporan PTK


1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru,
dan inovasi;
1.2 Kompetensi Dasar
Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian pendidikan
1.3 Indikator Capaian Kompetensi
1. Mampu menyusun Landasan Teori PTK
2. Mampu menuliskan Kerangka Pikir PTK
3. Mampu menguraikan Metodologi Penelitian PTK

39
4. Mampu Menyusun Siklus PTK
5. Mampu menyusun Variabel PTK
6. Mampu menyusun Indikator Pengamatan

1.4 Tujuan Pembelajaran


1. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mampu menyusun
Landasan Teori PTK
2. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mampu menuliskan
Kerangka Pikir PTK
3. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mampu menguraikan
Metodologi Penelitian PTK
4. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mampu Menyusun
Siklus PTK
5. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mampu menyusun
Variabel PTK
6. Melalui diskusi dan sharing serta pendalaman informasi, mampu menyusun
Indikator Pengamatan

2. Peta Konsep

40
3. Uraian Materi

3.1 Landasan Teori PTK


Dalam laporan Penelitian ilmiah apa pun jenisnya adalah merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis, tentang fenomena-fenomena alami,
dengan dipandu oleh kajian pustaka sebagai dasar berpikir. Kajian pustaka menjadi salah satu
bagian dan pokok penting dalam penelitian disebut juga sebagai landasan teori. Pada
umumnya landasan teori dalam sebuah laporan penelitian ditempatkan pada Bab II. Kajian
pustaka adalah teori-teori yang perlu dikaji sehingga sesuai isinya seperti yang dibutuhkan
dalam penelitian. Pada umumnya orang menuliskan isi topik-topik yang dituliskan pada kajian
pustaka adalah asal ada kaitannya dengan judul dituliskan, bahkan ada juga yang menuliskan
hal-hal yang tidak perlu dikupas, ada juga yang menuliskan berlebihan kemana-mana
kupasannya.
Kegiatan yang dicari pada bagian Kajian pustaka yaitu harus mampu melihat ada tidaknya
hubungan dengan apa yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Pada rumusan masalah yang
muncul pada bagian pertama pendahuluan sudah menyuratkan tentang kajian pustaka yang
perlu dikupas. Rumusan masalah yang baik harus menampakkan konsep-konsep tentang
variabel penelitian, pengetahuan tentang tindakan atau eksperimen yang akan dilakukan, serta
pendukung-pendukung teori yang terkait. Oleh karena itu konsep-konsep itulah yang harus
dikupas pada kajian pustaka.
Kajian pustaka adalah kegiatan mencari referensi yang relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan untuk dikutip atau dijadikan dasar dari sebuah ide penelitian. Referensi itu dapat
berupa jurnal penelitian, paper, disertasi, skripsi, jurnal, buku bacaan, dan bahkan situs internet
yang bisa dipercaya. Referensi penting karena tidak semua pernyataan dalam penelitian bisa
dibuat oleh pemikiran pribadi. Selain itu juga sebagai bukti bahwa pernyataan yang dibuat
peneliti ada dukungan rujukannya.
Ada beberapa fungsi Kajian Pustaka yaitu: 1) Sebagai solusi agar kerangka berpikir
menjadi jelas sehingga solusi dari permasalahan ditemukan berdasarkan hasil pengkajian -
pengkajian dari berbagai literatur tersebut, 2) sebagai landasan pengembangan Instrumen
Penyusunan indikator penelitian harus berdasarkan kajian teori. Dari teori yang diperoleh
digunakan untuk menyusun instrumen dalam penelitian, 3) sebagai bahan untuk evaluasi,
penentuan kriteria evaluasi dimulai dengan pembentukan pernyataan terlebih dahulu.
Kriteria yang dimaksud seperti keberhasilan/kegagalan, saran bagi program tersebut,

41
diidentifikasi, kemudian dibuatlah kesimpulan sesuaikah dengan teori atau tidak, dan
4) Memverifikasi hasil penelitian. Manfaat memverifikasi hasil penelitian ini digunakan
sebagai perbandingan hasil penelitian yang telah kita lakukan dengan penelitian sebelumnya
sehingga diperolehlah kesimpulan-kesimpulan yang menjadi hasil dari verifikasi tersebut (A.
P. Lestari, 2021).
Setelah didapatkan atau ditemukan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian
yang dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan kerangka teori yang berisikan
tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Melalui bab tinjauan pustaka ini seorang
peneliti dapat memberikan penjelas yang tepat kepada pembaca mengenai dasar pemikiran
terhadap penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berikut diberikan contoh pencarian kajian
teori terkait dengan judul PTK yang dibuat.
Contoh 1: Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode PBL Berbantuan Youtube
Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SDN 01 Kupang.
Dari rumusan masalah tersebut dapat diturunkan kajian teorinya minimal mengupas teori-
teori tentang:
1. Hasil Belajar: pada kajian ini berisi tentang aspek-aspek hasil belajar ada 3 yaitu
aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif. Peneliti harus mampu mencari
teori hasil belajar tersebut dari buku, e-book, jurnal, artikel koran, dan lainnya.
Mengapa perlu ada teori hasil belajar karena selama proses pembelajaran pasti ada
ke tiga aspek tersebut yang terjadi.
2. Nilai-nilai Karakter: teori ini bisa dicari dan ditambahkan secara umum tentang
Kebijakan Kemendikbud tentang nilai-nilai karakter. Secara khusus bahas nilai
karakter yang akan diamati misalnya: kemandirian, rasa ingin tahu, tanggung
jawab, kerja keras
3. Teori Perkembangan Anak: teori ini penting ditulis karena karakter dan
perkembangan setiap tingkatan umur berbeda-beda. Apa saja yang dicari dari
materi ini antara lain:
a. Perkembangan anak usia 6 sampai 11 tahun setingkat SD (subyek penelitian
siswa SD)
b. Karakteristik perkembangan anak di usia tersebut
4. Metode PBL (problem based learning): pada kajian ini silahkan cari beberapa hal
penting tentang:

42
a. Pengertian/definisi
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode PBL
c. Kelebihan menggunakan metode PBL
d. Kekurangan menggunakan metode PBL
e. Hasil penelitian yang terkait metode PBL
5. Bantuan Youtube; kajian teori yang dilengkapi adalah tentang:
a. Pengertian/definisi youtube
b. Fungsi media berbantuan youtube dalam pembelajaran
c. Kekuatan youtube sebagai media dalam pembelalajaran
d. Kelemahan youtube sebagai media dalam pembelalajaran
e. Hasil penelitian terkait dengan Youtube
6. Perpaduan antara dua teori tersebut, seperti apa skenario peneliti memadukan
Metode pembelajaran PBL berbantuan Youtube
7. Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama, pada bagian ini diuraikan materi tentang
Kisah Tokoh Perjanjian Lama
Contoh 2: Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep tentang Tugas Pokok Gereja Mata Pelajaran PAK Kelas...... di...
Dari rumusan masalah tersebut dapat diturunkan kajian teorinya minimal mengupas teori-
teori tentang:
1. Hasil Belajar: pada kajian ini berisi tentang aspek-aspek hasil belajar ada 3 yaitu
aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif. Peneliti harus mampu mencari
teori hasil belajar tersebut dari buku, e-book, jurnal, artikel koran, dan lainnya.
Mengapa perlu ada teori hasil belajar karena selama proses pembelajaran pasti ada
ke tiga aspek tersebut yang terjadi.
2. Teori tentang Pemahaman
3. Teori Perkembangan Anak: teori ini penting ditulis karena karakter dan
perkembangan setiap tingkatan umur berbeda-beda. Apa saja yang dicari dari
materi ini antara lain:
a. Perkembangan anak usia yang menjadi subyek (SD/SMP/SMA)
b. Karakteristik perkembangan anak di usia tersebut
4. Strategi Inkuiri: pada kajian ini silahkan cari beberapa hal penting tentang:
a. Pengertian/definisi

43
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan Strategi Inkuiri
c. Kelebihan menggunakan Strategi Inkuiri
d. Kekurangan menggunakan Strategi Inkuiri
e. Hasil penelitian yang terkait Strategi Inkuiri
5. Keterkaitan Strategi Inkuiri untuk mengatasi masalah pemahaman konsep
6. Materi Tugas Pokok Gereja, pada bagian ini diuraikan materi Tugas Pokok Gereja
Urutan landasan teori di atas sifatnya fleksibel, bisa dibalik urutannya, namun demikian anak
baik bila diurutkan dari teori Hasil Belajar atau teori Belajar baru ke teori lainnya.

3.2 Penulisan Kerangka Pikir PTK


Menurut Polancik (2009) kerangka berpikir diartikan sebagai diagram yang berperan
sebagai alur logika sistematika tema yang akan ditulis, di mana kerangka berpikir tersebut
dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian. pertanyaan itulah yang menggambarkan
himpunan, konsep atau mempresentasikan hubungan antara beberapa konsep (Awwaabiin,
2021). Hal ini senada dengan pemikiran Sukestiyarno (2021) yang menyatakan bahwa
kerangka pikir adalah narasi (uraian) atau pernyataan tentang pendalaman suatu masalah
hingga menemukan suatu hipotesis atau kerangka konsep pemecahan masalah (Sukestiyarno,
2021). Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kerangka berpikir merupakan pola
pemikiran peneliti yang dimulai dari paparan masalah kemudian dilanjutkan dengan
langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut. Peneliti juga dapat menggambarkan alur
penelitian tersebut dengan sebuah skema.
Di bawah ini diberikan contoh penulisan Kerangka Berpikir dengan judul PTK:
“Meningkatkan Kerja sama dengan Permainan Ular Tangga dengan Strategi Inkuiri
Materi Perempuan dan Laki-laki Kelas 5 SD Kota ……” (Jumlah kata dalam judul 18) atau
“Meningkatkan Kerja sama dengan Permainan Ular Tangga dengan Strategi Inkuiri
Materi Perempuan dan Laki-laki” (jumlah kata dalam judul 13).

Contoh penulisan Kerangka Pikir


Kerangka Pikir
Skenario pembelajaran ini dilaksanakan dengan cara siswa diberi penugasan
terstruktur sebelum tatap muka di kelas dengan bahan ajar yang telah dirancang. Dengan

44
pemberian tugas tersebut siswa dapat membaca terlebih dahulu materi sebelum tatap muka
di kelas. Siswa juga bisa bertanya pada orang tua, saudara atau teman dengan bekerja
kelompok di luar kelas. Pada intinya dapat bertanya kepada siapa saja di sekitarnya. Dengan
pemberian tugas sebelum pembelajaran dimulai dimaksudkan agar siswa mampu belajar
sendiri atau menggali pengetahuannya sendiri. Kegiatan dengan cara ini juga akan memacu
kemandirian belajar siswa.
Pada saat tatap muka di kelas, para siswa diberi kesempatan melakukan elaborasi,
yaitu komunikasi keilmuan antar teman. Guru menagih tugas rumah yang telah diberikan.
Pada kesempatan ini guru akan mereviu terhadap bahan yang ditugaskan.
Dengan model tanya jawab atas tugas yang telah dibuatnya di rumah. Siswa diminta
memberikan pengalaman belajarnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada perorangan
ataupun per kelompok. Berdasarkan masukan pengalaman antar teman tersebut maka akan
terjadi diskusi antar siswa dengan siswa maupun antara guru dan guru. Posisi guru tetap pada
fungsinya yaitu sebagai fasilitator atau konfirmator keilmuannya. Selanjutnya menerapkan
pembelajaran dengan strategi inkuiri. Di sini siswa diberi kesempatan mengerjakan soal
sejenis dengan materi yang ditugaskan. Kegiatan ini dikerjakan secara kelompok. Dengan
berdiskusi maka akan membawa siswa semakin memahami terhadap apa yang dipelajari.
Diskusi dilakukan pula dalam permainan ular tangga. Dengan permainan maka proses
pembelajaran bersifat menyenangkan. Dengan permainan ular tangga tersebut mengarah
mencari simpulan terhadap apa yang dipelajari. Apabila kegiatan ini dilakukan terus menerus
secara berulang pada setiap siklus penelitian maka diharapkan akan mampu meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Pada akhirnya prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus akan
meningkat jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya.
Berdasar pemikiran yang dijabarkan pada kerangka pikir dapatlah dirumuskan hipotesis
penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran PAK dengan Strategi Inkuiri dengan Permainan Ular Tangga Materi
Perempuan dan Laki-laki dapat meningkatkan Kerja sama siswa Kelas 5 SD Maria
Pontianak
2. Pembelajaran PAK dengan Strategi Inkuiri dengan Permainan Ular Tangga Materi
Perempuan dan Laki-laki dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi
belajar pada siswa Kelas 5 SD Maria Pontianak

45
3.3 Metodologi Penelitian
Penjelasan pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan metode penelitian kuantitatif yang memiliki karakteristik menerapkan suatu
eksperimen untuk memecahkan permasalahan atau suatu gap (kesenjangan dihadapi).
Urutan langkah pada metode penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas disarankan urutannya
sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian: dituliskan penelitian PTK ini dirancang dalam berapa siklus dengan
pembagian materi dan alokasi waktu yang ditetapkan. Sebagai catatan penting adalah
jumlah jam pelajaran tidak boleh mengambil jam pelajaran materi lain untuk kepentingan
penelitian ini. Jumlah siklus telah dijelaskan pada bagian terdahulu.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian; menyebutkan lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan
penelitian
3. Indikator Keberhasilan: bagian ini dijelaskan indikator keberhasilan bila mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal tertentu untuk prestasi belajar. Sebagai catatan sebaiknya KKM yang
ditentukan lebih dari KKM yang telah dilaksanakan pada pembelajaran sebelumnya.
Asumsinya dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode/strategi yang telah
dirancang maka akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap
ketercapaian aspek afektif atau aspek psikomotor tertentu juga dibuat kriteria target
misalnya minimal 75% atau berupa gradasi misalnya 0-20 (sangat tidak berhasil), 21-40
(tidak berhasil), 41-60 (kurang berhasil), 61-80 (berhasil), 81- 100 (sangat berhasil).
Kriteria Ketuntasan Minimal ini digunakan sebagai acuan bahan refleksi pada siklus
selanjutnya.
4. Prosedur Penelitian (Siklus Tindakan): berisi Tindakan setiap siklus yaitu perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya.
5. Instrumen penelitian: berisi paparan tentang alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dan alas an penggunaannya. Untuk aspek afektif dan aspek psikomotor yang datanya
berasal dari pengamatan maka peneliti harus membuat indikator pengamatan suatu aspek
misalnya karakter kemandirian, kemudian indikator-indikator tersebut diturunkan menjadi
rubrik-rubrik penilaian. Sedangkan soal-soal untuk tes prestasi belajar juga dibuat kisi-kisi
soal, skor penilaian, dan soal untuk evaluasinya.
6. Teknik pengambilan data: Dari aspek pengumpulan datanya, pendekatan PTK

46
menggunakan cara survei atau wawancara atau tes. Sesuai metode pengumpulan datanya,
maka instrumen yang sering digunakan antara lain kuesioner atau angket, buku tes, dan
sebagainya. PTK menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data
numerik (angka).
7. Teknik Analisis Data: Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk
mereduksi dan mengelompokkan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan
perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk
menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat. Dengan demikian simpulan hasil
uji hipotesis yang diperoleh melalui PTK dapat diberlakukan secara umum. Pendekatan
PTK seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek
penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi
variabel masing-masing.
Ada beberapa hal yang penting untuk menunjukkan kapan sebaiknya PTK dipilih sebagai
pendekatan antara lain:
1. Bila masalah yang menjadi titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
penyimpangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan, aturan dengan pelaksanaan,
antara teori dengan praktek, antara rencana dengan implementasi atau tantangan dengan
kemampuan. Masalah ini harus ditunjukkan dengan data, baik hasil pengamatan sendiri
maupun tes. Misalnya PTK untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk menguji peningkatan
hasil belajar, maka data variabel hasil belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan.
2. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis PTK dapat berbentuk
dugaan mengenai peningkatan variabel ataupun perbaikan variabel. Untuk menguji adanya
peningkatan variabel atau perbaikan variabel dibutuhkan data kuantitatif variabel tersebut.
3. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan
dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah, maka
dilakukan pengukuran melalui tes kemampuan pemecahan masalah tersebut terhadap siswa
pada sekolah yang bersangkutan.
4. Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan
masalah dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan pendataan
yang cukup tentang variabel tersebut dengan melakukan observasi atau tes. Sebelum
kegiatan pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan teknik penyusunan
dan pengujian instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Data yang

47
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan
temuan yang belum diberi makna.
3.4 Menyusun Siklus PTK
Proses pelaksanaan PTK sangat dipentingkan, hal ini langkah untuk mencapai tujuan
penelitian. Dengan mengedepankan proses yang terjadi selama pembelajaran di kelas, maka
diharapkan membawa dampak pada peningkatan hasil belajar (afektif, psikomotor, kognitif).
Adanya perubahan tingkah laku sebagai tanda adanya peningkatan proses (afektif dan
psikomotor) maka pada umumnya akan berdampak pada peningkatan aspek kognitif. Hal ini
terjadi sebagai akibat langsung dalam peningkatan proses tersebut.
Proses PTK dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas
oleh pendidik yang akan melakukan PTK. Tidak ada pendidik yang tidak memiliki masalah
pembelajaran di kelasnya. Yang dimaksud masalah pembelajaran adalah situasi pembelajaran
dan atau hasil pembelajaran yang masih bisa ditingkatkan. Tahapan perbaikan pembelajaran
dilakukan:
a) Tahap pertama (Perencanaan)
Pada tahap ini adalah tahap mencari alternatif metode pembelajaran yang paling cocok
untuk mengatasi masalah. Perlu ada diskusi dengan guru lain atau teman sejawat agar dapat
memilih suatu metode yang tepat untuk mengatasi masalah yang terjadi. Pemilihan metode
harus mengacu pada landasan teori. Pada tahap ini peneliti harus bisa menjelaskan bahwa
strategi yang dipilih dapat membantu menyelesaikan masalah yang akan dipecahkan.
Diharapkan pemilihan metode, dapat menyelesaiakan permasalahan dalam yang terjadi
dalam kelas. Di samping pemilihan metode perlu juga dipertimbangan apakah diperlukan
sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Misalnya dengan media pembelajaran yang akan
dirancang guru sebagai sebuah cara agar pembelajaran bersifat lebih menarik dan
menyenangkan, ataupun pembuatan bahan ajar yang dikemas secara efektif dan mudah
untuk dipelajari siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dimaknai dan dipertimbangkan
agar perencanaan lebih mantap. Bagaimanapun keadaan dan kondisi siswa yang ada di
kelas peneliti, gurulah yang tahu persis kondisinya. Oleh karena itu maka perencanaan
menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian Tindakan kelas.
Segala perencana yang dibuat harus dirumuskan dalam skenario pembelajaran yang berisi
langkah-langkah pembelajaran, dilengkapi dengan bahan ajar dan media pembelajaran
yang relevan. Penyiapan strategi ini disebut dengan tahap perencanaan hingga tersusunlah

48
rencana program pembelajaran (RPP). Di samping perangkat pembelajaran yang disiapkan
perlu juga diperhatikan bagaimana peran teman sejawat/guru sejawat sebagai pengamat
terhadap aspek afektif atau psikomotor yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran pada
tahap pelaksnaan.
b) Tahap kedua (Pelaksanaan)
Pada tahap peneliti sudah pada tahap mengimplementasikan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan. Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti harus benar-benar
menguasai skenario pembelajaran yang telah disiapkan sehingga pada saat implementasi,
kegiatan pembelajaran sudah bisa diamati untuk mengukur variabel tingkat
keberhasilannya. Dengan demikian maka skenario pembelajaran yang telah disiapkan
dapat dipahami jalannya dan dilaksanakan dengan baik. Pada saat pembelajaran
berlangsung maka belum bisa dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan aspek kognitif.
Namun demikian aspek afektif dan atau aspek psikomotor dapat langsung diamati selama
proses pembelajaran dengan cara dicatat pada kolom pengamatan yang telah dirancang
sebelumnya.
c) Tahap ketiga (Evaluasi)
Setelah berakhirnya proses pembelajaran sesuai pada tahap pelaksanaan dalam setiap
siklus seperti yang direncanakan, maka selanjutnya diukur tingkat keberhasilannya. Ada
minimal dua hal yang dapat dievaluasi yaitu yang pertama adalah evaluasi terhadap aspek
afektif (karakter) dan atau aspek psikomotor yang diamati selama proses pembelajaran oleh
teman sejawat, Kedua adalah hasil evaluasi belajar atau prestasi belajar (aspek kognitif)
yang diperolehnya. Evaluasi yang serupa dapat diamati adalah aspek keterampilan siswa
Dengan cara mengevaluasi variabel-variabel hasil belajar yang akan ditingkatkan
(observasi dan tes). Observasi dengan cara mengumpulkan data yang menjadi indikator
variabel proses sebagai dampak dari implementasi strategi yang telah direncanakan, untuk
menentukan seberapa jauh strategi yang diimplementasikan telah mampu menyelesaikan
masalah dan seberapa jauh mencapai tujuan yang diharapkan.
d) Tahap keempat adalah refleksi
Pada tahap ini, data variabel yang telah terkumpul dianalisis untuk melihat
perkembangannya pada masing-masing variabel dari aspek afektif dan atau psikomotor
dengan aspek kognitif. Hasil perolehan data yang diperoleh dengan pengamatan dan tes
tersebut kemudian digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap yang kurang dan atau

49
melestarikan kegiatan yang sudah baik pada siklus berikutnya. Perbaikan artinya hal yang
kurang tepat dilakukan peningkatan, sedangkan melestarikan adalah apabila pada siklus
tersebut telah mencapai target yang diharapkan maka dilakukan pembelajaran pada siklus
berikutnya dengan menerapkan hal yang sudah baik tersebut.

Dari uraian di atas maka karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
berangkat dari hasil refleksi diri terhadap permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini guru posisinya sebagai peneliti yang bekerja sama dengan penelitian yang
dibangun dengan kerja sama antara guru dan teman sejawat serta murid untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.

3.5 Menyusun Variabel PTK


Dalam melaksanakan penelitian Tindakan kelas, peneliti harus berangkat dari sebuah
masalah. Masalah yang terjadi tentu masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Dari masalah
tersebut harus dicari akar persoalannya hingga dapat diprogram untuk mencari solusinya.
Dalam mencari akar permasalahan perlu difokuskan pokok persoalan. Dengan fokus masalah
maka dapat lebih mudah ditentukan variabel penelitiannya.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari suatu obyek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017) atau variabel adalah suatu karakteristik yang
nilainya bervariasi dapat diukur atau dapat dihitung atau dapat diobservasi (Sukestiyarno,
2020). Variabel penelitian inilah yang menjadi titik tujuan akhir yang harus dicapai
peningkatannya atau perbaikannya. Data variabel penelitian dapat diperoleh dengan
wawancara, pengamatan, observasi ataupun dengan dokumentasi. Hal ini juga sejalan dengan
Sugiyono (2017) yang menyatakan bahwa suatu karakteristik yang dapat digali secara fokus
melalui observasi pengamatan, wawancara mendalam atau dokumentasi dinamakan fokus
permasalahan suatu penelitian (Sugiyono, 2017). Karakteristik hasil pengobservasian atau
penghitungan atau pengukuran dinamakan data (Sukestiyarno, 2020).
Secara umum variabel dalam penelitian Tindakan kelas adalah hasil belajar. Hasil
belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa
setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang

50
disebabkan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Ketiga ranah hasil
belajar tersebut adalah:
1. Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sebagai contoh
variabel afektif dalam PTK: motivasi belajar, sikap siswa dalam belajar, kemandirian
belajar siswa, rasa ingin tahu siswa dalam belajar, tanggung jawab siswa dalam belajar,
dan sejenisnya pada rumpun karakter masuk pada rumpun variabel afektif.
2. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
keterampilan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, aktivitas indra untuk mencapai
tujuan pembelajaran, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung.
Sebagai contoh variabel psikomotor dalam PTK: keterampilan membaca, keterampilan
menulis, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
berliterasi matematika, keterampilan berliterasi.
3. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode, atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi. Sebagai contoh variabel kognitif dalam PTK: prestasi belajar,
kemampuan menulis, kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah.
Bagaimana cara menentukan variabel penelitian? Guru sebaiknya menentukan variabel
penelitian. Pemilihan variabel dari aspek afektif dapat dilakukan dengan cara memfokuskan
pada satu nilai karakter misalnya: kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu, kerja sama,

51
dan lainnya. Hal ini karena dapat memudahkan dalam mengamati perubahan tingkah laku yang
terjadi pada siswa. Dari proses penentuan variabel afektif tersebut, maka dapat dibuatlah
indikator-indikator dari variabel yang ditentukan tersebut. Hal ini juga dilakukan apabila
peneliti menetapkan indikator aspek psikomotor dalam penelitiannya. Variabel yang berasal
dari aspek psikomotor ini juga perolehan datanya dengan pengamatan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel penelitian dari aspek afektif dan psikomotor perolehan datanya
dengan pengamatan.
Hasil belajar berupa aspek kognitif atau disebut juga dengan prestasi belajar merupakan
variabel penelitian juga. Data diperoleh dengan cara memberikan tes sebagai alat evaluasi
pembelajaran. Perolehan data variabel prestasi belajar ini diperoleh setelah proses belajar
berakhir. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar
digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi
tersebut. Berikut beberapa contoh judul PTK dan variabel penelitiannya, yaitu:
a. Meningkatkan hasil belajar PAK dengan Metode PBL berbasis Whatsapp Group Materi
Perempuan dan Laki-laki di Masa Pandemi Covid-19 ”.
Variabel penelitian adalah hasil belajar. Pada penelitian ini tidak perlu banyak variabel
hasil belar yang diteliti. Misalkan pada judul tersebut dipilih variabelnya kemandirian
belajar (afektif), keterampilan pemecahan masalah (psikomotor) dan kemampuan
pemecahan masalah belajar siswa (kognitif). Pada judul di atas tidak disertakan kelasnya
tidak masalah namun tetap harus ditulis pada Bab III Metodologi Penelitian bagian subyek
penelitian.
b. Meningkatkan Kemandirian Belajar PAK dengan Metode Think Pair Share Materi
Kerajaan Allah Kelas 8 SD ……….
Penelitian ini dirancang misalnya dengan 3 siklus seperti yang diuraikan di atas. Variabel
penelitian ini adalah hasil belajar, dapat diambil seperti contoh terdahulu sebagai variabel
X kemandirian belajar dan variabel Y: prestasi belajar.

3.6 Menyusun Indikator Pengamatan


Sebelum menyusun indikator pengamatan, peneliti harus sudah menentukan aspek-aspek
apa saja yang akan ditentukan. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mempersiapkan atau
membuat indikator sesuai dengan yang direncanakan. Seperti pada penjelasan terdahulu, bahwa

52
aspek afektif dan aspek psikomotor datanya dapat diperoleh dengan pengamatan, sedangkan
aspek kognitif diperoleh dengan tes.
Sebelum menyusun indikator pengamatan maka terlebih dahulu kita juga membicarakan
tentang variabel. Variabel merupakan objek penelitian yaitu merupakan suatu fokus pilihan
karakteristik yang diteliti sehingga hasil penelitian akan lebih terarah. Bila kita ambil satu
contoh judul: “Meningkatkan Hasil Belajar PAK dengan Metode PBL Berbantuan
Youtube Materi Kisah Tokoh Perjanjian Lama Kelas 5 SDN 01 …...” Pada judul ini nampak
jelas bahwa variabel penelitian adalah hasil belajar. Kita tahu bahwa hasil belajar terdiri dari
tiga aspek yaitu aspek afektif, psikomotor dan kognitif. Oleh karena itu perlu ditentukan secara
fokus dalam penelitian tersebut tentang. Fokus penelitian tersebut dijabarkan dalam latar
belakang permasalahan dijelaskan mengapa memilih variabel tersebut.
Hasil penjelasan mengarah pada fokus penelitian tersebut terungkap tertuang pada rumusan
masalah penelitian. Dalam rumusan masalah penelitian sudah mencerminkan adanya variabel
penelitian. Pada contoh judul PTK di atas rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apakah pembelajaran dengan metode PBL berbantuan Youtube Materi Kisah Tokoh
Perjanjian Lama dapat meningkatkan kemandirian siswa?
2. Apakah pembelajaran dengan metode PBL berbantuan Youtube Materi Kisah Tokoh
Perjanjian dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya?
Jadi dalam penelitian tersebut variabel penelitiannya adalah kemandirian belajar (afektif)
dan prestasi belajar (kognitif). Variabel tersebut dapat digali melalui observasi atau wawancara
dan tes. Oleh karena itu sebelum melangkah lebih jauh pada suatu judul penelitian tentukan
lebih dahulu variabel. Selama hal tersebut belum ditentukan akan terjadi kesulitan dalam
menentukan langkah penelitian. Bagaimana menentukan variabel? Biasanya dari rumusan
masalah sudah mencerminkan variabel mana yang akan diteliti.
Misalkan peneliti akan memfokuskan kemandirian siswa, maka peneliti perlu mencari
landasan teori tentang kemandirian. Teori ini dapat berasal dari buku-buku rujukan atau
pengembangan indikator yang berasal dari jurnal. Sebagai contoh dalam teorinya yang
dimaksud dengan kemandirian belajar menurut Archer (2002) adalah kemampuan individu
mengatur secara aktif proses belajarnya yaitu proses internal yang dimiliki dan dilaksanakan
oleh individu yang sedang belajar. Proses kemandirian belajar meliputi: mengevaluasi diri,
mengatur dan mentransformasi, menetapkan tujuan dan rancangan, mencari informasi,
mencatat dan memantau, menyusun lingkungan, mencari konsekuensi sendiri, mengulang dan

53
mengingat, mencari bantuan, dan meriviu catatan (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021).
Berdasarkan pengertian definisi kemandirian tersebut, maka peneliti dapat
membuat/menguraikan indikator-indikator kemandirian dan rubrik penilaiannya yang
disesuaikan dengan tingkatan sekolah/kelas yang diteliti. Berikut ini adalah salah satu contoh
indikator dan rubrik aspek kemandirian sebagai berikut:
Tabel 1 Indikator dan Rubrik Aspek Kemandirian
No Indikator Rubrik
1. Kemandirian Hadir 1. Sangat Kurang: Peserta didik terlambat lebih dari
Tepat Waktu 30 menit
2. Kurang: Peserta didik terlambat 15 menit-30 menit
3. Cukup: Peserta didik terlambat kurang dari 15
menit
4. Baik: Peserta didik hadir tepat waktu
5. Sangat Baik: Peserta didik siap sebelum pelajaran
dimulai
2. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak pernah bertanya
Bertanya 2. Kurang: Peserta didik bertanya namun dipaksa
3. Cukup: Peserta didik bertanya harus dengan
diminta
4. Baik: Peserta didik bertanya atas inisiatif dengan
jelas sesuai topik
5. Sangat Baik: Peserta didik bertanya atas inisiatif
sesuai topik dengan pertanyaan yang
membutuhkan jawaban diskusi
3. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak mau menjawab
Menjawab 2. Kurang: Peserta didik menjawab namun tidak
sesuai dengan persoalan yang diberikan
3. Cukup: Peserta didik mampu menjawab jawaban
dengan paksaan
4. Baik: Peserta didik mampu menjawab sesuai
dengan persoalan yang diberikan
5. Sangat Baik: Peserta didik mampu menguraikan
jawaban berdasarkan persoalan yang diberikan
dengan memberi contoh
4. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak mau
Mengungkapkan mengungkapkan pendapat
Pendapat 2. Kurang: Peserta didik mampu mengungkapkan
pendapat hanya ketika dipaksa
3. Cukup: Peserta didik mampu mengungkapkan
pendapat ketika ditunjuk
4. Baik: Peserta didik mampu mengungkapkan
pendapat sesuai konteks bahasan

54
5. Sangat Baik: Peserta didik mampu
mengungkapkan pendapat sesuai konteks bahasan
dengan mengajukan diri
5. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak dapat membuat
Membuat Contoh contoh
2. Kurang: Peserta didik membuat contoh tidak sesuai
dengan topik bahasan
3. Cukup: Peserta didik mampu membuat contoh
sederhana
4. Baik: Peserta didik mampu membuat contoh sesuai
topik bahasan
5. Sangat Baik: Peserta didik mampu membuat
beberapa contoh sesuai topik bahasan
6. Kemandirian 1. Sangat Kurang: Peserta didik belum mampu
Membuat Simpulan membuat simpulan
2. Kurang: Peserta didik membuat simpulan tidak
sesuai topik bahasan
3. Cukup: Peserta didik membuat simpulan hanya
berupa poin-poin
4. Baik: Peserta didik membuat simpulan sesuai topik
bahasan
5. Sangat Baik: Peserta didik membuat simpulan
terorganisir
7. Kemandirian
Mengerjakan PR
1. Sangat Kurang: Peserta didik tidak pernah
mengerjakan PR
2. Kurang: Peserta didik mengerjakan PR terlambat
3. Cukup: Peserta didik mengerjakan PR harus
diingatkan
4. Baik: Peserta didik mengerjakan PR sesuai waktu
yang ditentukan
5. Sangat Baik: Peserta didik mengerjakan PR
sebelum waktu yang ditentukan

Tabel di atas adalah sebuah contoh cara membuat indikator dan rubrik tentang
kemandirian. Pada dasarnya antara aspek afektif dan aspek psikomotor dapat dijadikan satu
kesatuan. Hal ini mengingat batas yang sangat kecil antara aspek afektif dan aspek psikomotor.
Untuk hal lain peneliti bisa merancang indikator dan rubrik penilaianya misalnya kerja sama,
kerja keras, rasa ingin tahu, dan lainnya. Rubrik harus dibuat dengan jelas agar pada saat
pengamatan dapat dilakukan penilaian yang mendekati obyektif. Pengamat yang dapat
membantu saat Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan adalah teman sejawat. Teman

55
sejawat bisa guru mata pelajaran yang sama atau guru kelas lain yang bisa membantu.
Diharapkan sebelum pelaksanaan PTK telah ada diskusi yang intens dengan teman sejawat.
Disarankan jumlah teman sejawat sebanyak dua orang.

3.7 Analisa Hasil Penelitian


Pengolahan data penelitian dilakukan untuk menjadikan data tersebut lebih mudah
dipahami. Pengolahan diartikan sebagai mengerjakan, mengusahakan dan berupaya
menjadikan supaya suatu barang lebih terlihat berbeda dari yang lainnya dan membuatnya lebih
sempurna. Dalam suatu pengolahan membutuhkan cara, proses ataupun perbuatan mengolah
untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan data diartikan sebagai suatu keterangan yang
disajikan dalam bentuk nyata dan benar. Data dapat juga dapat dimaknai sebagai suatu
keterangan atau bahan yang dijadikan untuk dasar kajian.
Pengertian dari data itu sendiri ialah fakta empirik yang telah dikumpulkan sebagai bahan
pemecah masalah menjawab berbagai pertanyaan, biasanya sang peneliti menggunakan data
tersebut untuk memberikan informasi yang lebih akurat dan dapat dilihat dari mana sumber itu
berasal. Data penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber tepercaya lalu dikumpulkan
menggunakan berbagai. Kegiatan penelitian yang menggunakan data yang rancu, akan
menimbulkan berbagai masalah, oleh karena itu diperlukan data yang seakurat mungkin agar
proses penelitian menjadi lebih tepercaya kebenarannya.
Langkah awal dalam pengolahan data adalah untuk setiap kegiatan atau jawaban dari
responden, ubahlah data bentuk kualitatif hasil observasi atau hasil angket menjadi kuantitatif.
Selanjutnya hitunglah skor keseluruhan pada setiap variabel penelitian. Mengubah skor
keseluruhan tersebut dalam bentuk nilai. Dalam penghitungan statistik deskriptif, pada setiap
variabel harus dihitung besaran statistik, mulai dari rata-rata hingga standar deviasi. Variabel
penelitian bisa menggunakan tabel ataupun diagram berbentuk histogram, batang, dan
lingkaran. Bisa juga menggunakan detenred Q-Q plot agar peneliti dapat mengetahui bentuk
distribusi data.
Pengolahan data penelitian juga diperlukan pengujian hipotesis, dengan cara mengubah
suatu hipotesis penelitian hingga menjadi hipotesis statistik, menentukan sebuah rumus statistik
yang akan digunakan dan menentukan kriteria dalam penerimaan atau penolakan. Pengolahan
data adalah bentuk pengolahan terhadap data untuk membuat data itu berguna sesuai dengan

56
hasil yang diinginkan agar dapat digunakan. Adapun tahap-tahap pengolahan data adalah
sebagai berikut:
a. Editing data
Proses editing merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan,
konsistensi, dan kelengkapan data yang terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut
pemberian penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan
masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisis data. Dengan adanya
klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tidak mengganggu proses analisis
sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisis. Keterbacaan berkaitan dengan
apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan untuk justifikasi penafsiran
terhadap hasil analisis. Konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala
pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulnya data secara
lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam
penelitian tersebut.
Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalah-kesalahan yang terdapat pada
pencatatan yang ada di lapangan dan bersifat korektif. Setelah melakukan tugas lapangan,
maka berkas-berkas catatan informasi atau data siap untuk diolah. Dalam editing ini akan
diteliti lagi hal-hal sebagai berikut:
1) Kelengkapan pengisian
2) Keterbatasan tulisan
3) Kejelasan makna jawaban
4) Keajengan dan kesesuaian jawaban satu sama lain
5) Relevansi jawaban
6) Keseragaman satuan data
c. Pengembangan variabel
Spesifikasi semua variabel yang diperlukan oleh peneliti yang mencakup dalam data yang
sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variabel yang diperlukan sudah
termasuk dalam data. Jika belum berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum
mencakup semua variabel yang diteliti.
d. Pengkodean data (coding)
Coding yaitu pemberian atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang termasuk ke dalam
kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka, atau huruf

57
yang memberikan petunjuk, identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
Tujuannya yaitu agar data dapat dipindahkan ke dalam sarana penyimpanan, misalnya
komputer dan analisis berikutnya. Dengan data yang sudah diubah dalam bentuk angka maka
peneliti akan lebih mudah mentransfer ke dalam komputer dan mencari program perangkat
lunak yang sesuai dengan data yang digunakan sebagai sarana analisis.
e. Cek kesalahan
Peneliti melakukan pengecekan kesalahan pada data sebelum dimasukkan ke dalam
komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah diselesaikan tanpa
kesalahan yang serius.
f. Membuat struktur data
Peneliti membuat struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk analisis
kemudian dipindahkan ke dalam komputer. Olah data pada penelitian Tindakan kelas
berbeda dengan penelitian lainnya, maka analisis data dalam PTK bertujuan bukan untuk
digeneralisasikan, melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan,
peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah
yang diangkat dalam PTK bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan
dihadapi oleh guru yang melakukan PTK tersebut dan alternatif. Pemecahan masalah yang
dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa. Oleh karena
itu ketika suatu PTK berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan atau
perubahan sebagaimana yang diharapkan, maka berarti sekaligus peneliti (guru) telah
berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap
upaya pemecahan masalah tersebut.

Jika guru yang lain memiliki masalah pembelajaran yang sama atau hampir sama dengan
guru yang telah berhasil melakukan PTK dengan tindakan tertentu, maka dia dapat melakukan
modifikasi dan adopsi terhadap prosedur tindakan tersebut untuk disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik, kedalaman dan keluasan masalah, dan potensi sekolah (sarana
prasarana dan fasilitas) yang tersedia, agar tindakan yang dilakukan tepat dan efektif dalam
memecahkan masalah. Untuk menunjukkan perubahan atau peningkatan variabel tersebut dapat
digunakan statistik deskriptif dengan menunjukkan peningkatan rataan atau dapat juga dengan
menghitung N-Gain Score atau menghitung persen peningkatan (Sundayana, 2014).
Rumus rataan:

58
𝐸𝑥
𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑥 =
𝑛

Ex adalah jumlah data, dan n adalah banyaknya data


Rumus N-Gain
Sedangkan N-Gain Score dikembangkan oleh Hake (Sundayana, 2014)

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒


g=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒

Tabel 2 Kriteria Nilai Gain


-1,00  g  0,00 Terjadi penurunan
g = 0,00 Tetap
0,00 < g < 0,30 Rendah
0,30  g < 0,70 Sedang
0,70  g  1,00 Tinggi

Sebagai contoh dari hasil pengamatan dan tes ke dua variabel kemandirian belajar (x)
dan prestasi belajar (y) dari ketiga siklus diperoleh:
Tabel 3 Rekapitulasi Rataan Siklus 1 dan 2
No Variabel Rataan Siklus
I II III
1 Kemandirian belajar x (12 item) skor max 60 40 45 55
2 Prestasi belajar y (20 soal) skor max 100 60 80 85

Sebenarnya dilihat dari nilai rataan masing-masing variabel sudah menunjukkan adanya
peningkatan. Akan tetapi apabila akan dihitung nilai Gain untuk masing-masing perubahan
siklus:
Gain untuk kemnadirian siklus 1 ke siklus 2 adalah:
45 − 40
g= = 0,25
60 − 40
Gain untuk prestasi belajar siklus 1 ke siklus 2:

59
80 − 60
g= = 0,5
100 − 60
Persen peningkatan
Data dianalisis untuk mengetahui peringkat dengan cara membandingkan jumlah skor
yang diperoleh dengan skor ideal dalam kelas. Rumus perhitungannya (S. Arikunto,
Suhardjono, 2006)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚
% skor pengamatan = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Contoh % kemandirian belajar
40
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 1 = 𝑥 100% = 67%
60

45
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 2 = 𝑥 100% = 75%
60

55
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 3 = 𝑥 100% = 91%
60

Dari ketiga siklus di atas, maka nampak jelas ada peningkatan kemandirian siswa.

3.8 Menyusun Hasil Penelitian dan Pembahasan


Umumnya hasil penelitian dan pembahasan ditulis dalam laporan PTK pada Bab IV. Pada
bagian hasil penelitian, peneliti memaparkan semua data yang diperoleh baik dari wawancara,
dokumentasi, observasi (hasil pengamatan), hasil tes, dan lain sebagainya. Pada bagian ini
masing-masing hasil perolehan dari semua variabel yang diteliti. Agar lebih mudah ditangkap
untuk disimak sedapat mungkin data tersebut dipresentasikan dalam bentuk yang menarik,
misalnya dengan menggunakan tabel batang, grafik garis, diagram lingkaran (pie), dan lainnya.
Pembuatan tabel dapat disajikan dari masing-masing siklus. Namun pada bagian pembahasan
penyajian tabel atau grafik dapat berasal dari gabungan hasil akhir masing-masing siklus.
Tata letak gambar, tabel, rumus-rumus diletakkan simetris tepi kiri dan kanan kertas. Setiap
tabel dan gambar harus diberi nomor urut dan judul, misalnya: Gambar 4.1 artinya gambar
pertama pada Bab IV; Tabel 4.5. artinya tabel kelima yang ada di Bab IV, dan seterusnya. Untuk
tabel yang datanya sangat banyak sehingga menjadi sangat panjang atau sangat lebar maka
sangat baik bila diletakkan pada lampiran. Posisi lampiran berada setelah Daftar Pustaka.

60
Secara khusus pembuatan tabel, garis hanya ada di posisi horizontal saja. Pembuatan garis
horizontal hanya bagian awal dan pokok keterangan dan akhir saja bila seperti contoh tabel di
bawah ini, namun bila bentuknya seperti pada tabel-tabel yang ada seperti pada Bab V, maka
ada beberapa garis horinsontal yang dibuat.
Contoh Tabel

No Variabel Rataan Siklus


No Variabel Rataan Siklus
I II III
I II III
1 Kemandirian belajar 40 45 55
1 Kemandirian 40 45 55
(x)
belajar (x)
2 Prestasi belajar (y) 60 80 85
2 Prestasi belajar (y) 60 80 85
Tabel model garis vertikal horisontal
Tabel model garis horizontal

Pada pendeskripsian hasil penelitian ini seyogyanya disampaikan untuk masing-masing


siklus pada variabel-variabel yang diperoleh datanya. Kode etik menyampaikan hasil laporan
ditampilkan apa adanya secara obyektif. Peneliti tidak memiliki hak untuk menambah atau
mengurangi hasil penelitian. Jadi data yang diperoleh dari lapangan harus dilaporkan secara
objektif. Peneliti dapat memberikan kajian, pandangan, ilustrasi ada pada pembahasan.
Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tentang hasil-hasil penelitian, hasil olah
data, analisis data secara ringkas dan jelas untuk mendukung hasil temuan. Guna menjawab
pertanyaan dalam rumusan masalah sangat penting diuraikan penjelasannya dalam
pembahasan. Pembahasan merupakan hal terpenting yang perlu dipaparkan dalam bab empat
tersebut. Uraian pembahasan dilakukan dengan cara melihat hasil penelitian, khususnya pada
hasil pengamatan dengan disandingkan indikator pengamatannya. Hal ini sangat penting untuk
menguraikan atau membahas apa yang terjadi, perubahan apa yang terjadi serta apa saja
permasalahan yang terjadi dalam setiap siklusnya. Setelah diuraikan pada masing-masing
siklus, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil dari keseluruhan siklus. Dengan
membandingkan hasil keseluruhan siklusnya maka akan nampak dengan jelas perubahan yang
terjadi, baik itu peningkatan atau penurunan. Misalnya terjadi perubahan peningkatan dari
siklus 1 ke siklus 2 dan ke 3 tentang variabel kemandirian belajar di kelas yang diteliti,
peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar (hasil tes), dan peningkatan jumlah siswa yang tuntas
menurut target KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

61
Grafik yang dibuat pada bagian pembahasan itu bentuknya berupa perbandingan
langsung dari siklus 1 dan 2 atau siklus 1, 2, dan 3 tergantung dari berapa jumlah siklus
penelitiannya. Setelah membandingkan hasil maka hubungkan dengan teori yang telah
dituliskan. Hasil analisis data digunakan sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.
Refleksi berfungsi untuk menentukan langkah, sikap dan tindakan untuk membantu perbaikan
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan indikator yang telah ditentukan untuk
meningkatkan aspek-aspek hasil belajar.
Contoh Pembahasan Hasil Pengamatan Aspek Afektif
Dari contoh variabel kemandirian di atas, misalkan hasil pengamatan diperoleh sebagai
berikut:

Dari contoh data Tabel 4.1, peneliti dapat membahas hasil penelitian dengan cara
mencermati skor pengamatan dari indikator-indikator di atas. Cara mencermati dapat ditinjau
dari beberapa hasil pengamatan yaitu:
1. Data rata-rata % skor setiap indikator dan skor rataan keseluruhan (letak posisi di bawah
atau garis vertikal pada kotak tebal miring). Hal ini sangat penting karena peneliti bisa

62
melihat indikator mana saja yang masih rendah dalam satu kali data pengamatan.
Kemudian kita bisa membandingkan dengan target capaian yang diharapkan. Apakah
setiap indikator telah mencapai target harapan? Apabila belum mencapai target maka ini
menjadi bahan refleksi dari indikator mana yang kurang tersebut. Perhatikan yang tercetak
tebal, di sana menunjukkan skor ketercapaian pada masing-masing indikator misalnya skor
capaian yang diharapkan 75%. Nampak ada beberapa indikator yang memperoleh capaian
yaitu pada indikator 2 dengan skor 80% dan indikator 5 dengan skor 81%. Sedangkan untuk
capaian skor yang di bawah target yaitu indikator 1, 3, 4, 6, dan 7. Di sini perlu diuraikan
skor-skor yang lebih rendah tersebut apa saja sehingga dalam pembahasan dapat
dideskripsikan, baik itu indikatornya maupun siapa saja. Hasil pengamatan siswa yang skor
capaiannya rendah menjadi bahan refleksi. Perlu dideskripsikan juga indikator apa saja
yang menyebabkan rendah.
2. Data skor setiap siswa (letak posisi menyamping atau horizontal). Hal ini sangat penting
untuk melihat bagaimana kondisi aspek afektif dari masing-masing siswa. Data ini penting
untuk merefleksikan dan tindakan yang akan dilakukan oleh guru pada setiap siswa yang
bermasalah atau nilai skor rendah. Membandingkan data rata-rata masing-masing indikator
atau rata-rata % skor hari pertama ke hari berikutnya dan juga siklus pertama ke siklus
berikutnya. Dengan mencermati rataan masing-masing indikator setiap data pengamatan
dalam satu hari/waktu ke berikutnya dan juga siklus pertama ke berikutnya maka akan
memudahkan pembahasan.
3. Data pengamatan aspek afektif yang ada maka dapat dibuat grafik untuk melengkapi
pembahasan. Bentuk grafik dapat dibuat dari:
a) persentase (%) rataan indikator dibandingkan dengan target capaian yang telah diteliti
b) persentase (%) rataan indikator setiap siklus dengan beberapa kali data pengamatan
c) persentase (%) rataan indikator beberapa siklus dengan target capaian
Perlu diperhatikan bahwa dalam menguraikan kalimat dalam pembahasan harus selalu
melihat masing-masing indikator dengan rubrik masing-masing indikator. Dengan melihat data
yang rendah atau yang telah mengalami kenaikan dalam setiap datanya atau siklusnya maka
peneliti menguraikan kalimat akan terarah tanpa rekayasa karena berasal dari rubrik-rubrik
yang telah dibuat dan ditetapkan sebelum melaksanakan penelitian.

63
3.9 Menyusun Simpulan dan Saran
Setelah selesai Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, maka bagian akhir
pelaporan PTK adalah bagian simpulan dan saran (Bab V). Sebelum kita mulai ke bahasan
utama tentang cara menulis simpulan pada laporan PTK, terlebih dahulu kita harus memahami
prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam merumuskan simpulan pada sebuah laporan
penelitian. Adapun prinsip-prinsip membuat simpulan adalah:
a. simpulan ditulis sebagai pernyataan singkat, tidak bertele-tele
b. simpulan hasil pengolahan data dengan statistik/hasil analisis data/angka-angka ditulis
singkat pada hasil akhir saja.
c. simpulan adalah gambaran umum dari hasil analisis data dan pembahasan
d. simpulan selalu merujuk pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan;
e. Tujuan penulisan simpulan pada Bab V sebuah laporan penelitian tindakan kelas adalah
untuk memberikan informasi secara cepat kepada pembaca tentang hasil penelitian yang
telah diperoleh.
Kesalahan yang sering ditemukan dalam sebuah simpulan di bagian laporan PTK adalah
masih dimuatnya bahasa yang sulit dipahami secara langsung oleh pembaca. Cara termudah
agar saat merumuskan bagian simpulan pada laporan PTK adalah dengan merujuk kembali
kepada rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan yang terdapat
pada Bab I. Bila anda ingin berada di jalur yang benar, lihat kembali rumusan masalah dan
tujuan penelitian tindakan yang telah ditulis pada Bab I tersebut. Sebagai contoh pada judul
penelitian: “Meningkatkan Hasil Belajar dengan PjBL Mata Pelajaran PAK Materi Gereja
sebagai Dasar panggilan Kelas XI di Era Covid-19”, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan kemandirian
belajar di era Covid-19?
2. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas prestasi belajarnya di era Covid-19?
3. Apakah pembelajaran PAK dengan metode PjBL dapat meningkatkan rata-rata prestasi
belajar di era Covid-19?
Sedangkan tujuan penelitiannya:
1. Mendeskripsikan kemandirian pembelajaran PAK dengan metode PjBL Materi Gereja

64
sebagai Dasar Panggilan di era Covid-19
2. Mendeskripsikan jumlah siswa yang tuntas pembelajaran PAK dengan metode di era
Covid-19
3. Mendeskripsikan peningkatan rata-rata prestasi belajar pembelajaran dengan metode
PjBL di era Covid-19
Dan simpulan yang data ditulis adalah, misalnya:
1. Kemandirian belajar siswa kelas XI dengan metode PjBL di era Covid-19 di siklus 1, 2,
dan 3 penelitian PTK mengalami peningkatan dari rata-rata sebesar 65% menjadi 74%
pada siklus 2 dan 81% pada siklus 3.
2. Jumlah siswa kelas XI yang tuntas prestasi belajarnya meningkat berturut-turut 58%,
67%, dan 88% dengan metode PjBL pada Materi Gereja sebagai Dasar Panggilan pada
siklus 1,2, dan 3.
3. Ada peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari siklus 1, 2, dan 3 sebesar 58%, 67%,
dan 88% dengan metode PjBL Materi Gereja sebagai Dasar Panggilan.
Saran/rekomendasi penelitian yang dapat ditulis misalnya:
1. Bagi siswa: guna mencapai kemampuan hasil belajar yang lebih baik, maka diperlukan
kemandiriannya dengan memohon penugasan dari guru untuk konsep yang harus
dipelajari.
2. Bagi guru: guna menunjang kemandirian siswanya, maka guru memberi fasilitas belajar
bagi siswa dengan memilih strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik
siswanya.
3. Bagi sekolah: guna meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah hendaknya sekolah
memberi kelengkapan sarana prasarana belajar bagi siswa untuk belajar mandiri.

3.10 Sistematika Laporan


Seperti pada penjelasan di atas, secara umum bahwa sistematika pembuatan proposal
hampir sama dengan sistematika proposal penelitian lainnya. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan peneliti PTK adalah sebagai berikut:
1) Pertama, penulisan Latar Belakang. Latar Belakang ini harus didasari oleh masalah-
masalah yang ada di lapangan atau di kelas. Masalah dapat digali dari misalnya nilai-nilai
hasil ulangan dengan cara menggali dari dokumentasi nilai-nilai guru-guru, dari tujuan
melakukan PTK adalah melatih seseorang untuk dapat membahas suatu permasalahan

65
pembelajaran dalam kelas. Hasil pembahasannya digunakan sebagai dasar membangun
temuan yang dituangkan secara teoritis, jelas, dan sistematis dalam rangka memperbaiki
pembelajaran untuk mencapai sasaran perbaikan hasil belajar siswa. Dimaksudkan
persoalan yang ada harus jelas siapa variabel-variabel sehingga data yang digali pun akan
tepat sasaran. Sistematis dimaksudkan bahwa melakukan penelitian itu membutuhkan
langkah-langkah terprogram secara sistematis, agar orang dapat mengikuti tahapan kajian
yang dihasilkan.
2) Kedua, Rumusan Masalah. berdasarkan batasan masalah, maka selanjutnya dapat
dirumuskan masalah PTK. Setelah masalah yang akan diteliti ditemukan (variabel apa saja
yang akan diteliti), dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang
akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Seperti telah diuraikan dalam bab
rumusan masalah, sebaiknya rumusan masalah itu dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.
3) Ketiga, Tujuan Penelitian. Di sini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan
penelitian. Tujuan peneliti berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan.
Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan
penelitian.
4) Keempat Manfaat Penelitian. merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan
penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat, maka
sekarang manfaatnya apa.
5) Landasan Teori. Deskripsi teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan
untuk menjelaskan tentang variabel atau fokus permasalahan yang akan diteliti, serta
sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan
(hipotesis), dan penyusunan instrumen penelitian atau melakukan pendalaman masalah
untuk menemukan penyebab persoalan sehingga ditemukan hipotesis. Teori-teori yang
digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang
betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan
hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel atau
fokus permasalahan yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan tergantung pada
variabel yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti ada lima, maka jumlah teori yang
dikemukakan juga minimal ada lima. Teori-teori tersebut digunakan untuk menyusun
kerangka pikir sehingga rasional hipotesis yang diungkapkan menjadi masuk akal.
Penelitian yang relevan merupakan acuan bagi peneliti dalam membuat penelitian.

66
Penelitian yang relevan ini berisikan tentang penelitian orang lain yang dijadikan sebagai
sumber atau bahan dalam membuat penelitian. Dalam hal ini peneliti tidak boleh menjiplak
penelitian orang lain, tetapi hanya menjadikan penelitian orang lain tersebut sebagai acuan
dalam membuat penelitian sendiri.
Pada bagian akhir dari Bab II adalah menyusun kerangka pikir, yaitu pemikiran peneliti
untuk menjawab rumusan masalah yang masih besifat secara teori. Kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam penelitian
jenis kuantitatif adalah suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua atau lebih variabel. Apabila penelitiannya membahas sebuah
variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti. Jika anggapan dasar merupakan dasar
pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka
hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus
dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan sesuatu di mana penelitian
kita arah-pandangkan ke sana, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Jawaban
penelitian sementara ini lah yang disebut hipotesis
6) Metode Penelitian
Metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama
untuk mencapai suatu tujuan. Dapat diambil simpulan bahwa yang dimaksud dengan
metodologi penelitian adalah suatu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan
mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala
secara ilmiah. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu
yang mempelajari cara-cara melakukan penelitian dengan pemikiran yang tepat secara
terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun
serta menganalisis dan cara pengumpulan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk
menguji hipotesis atau menemukan hipotesis. Jadi metodologi penelitian menjelaskan cara
pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data dan cara analisa data.
Bab Metode dan Prosedur Penelitian terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut ini:
1) Metode dan rancangan penelitian berisi uraian tentang metode pelaksanaan penelitian
dan rancangan pelaksanaan. Rancangan dilaksanakan dengan beberapa siklus untuk

67
mengamati perubahan atau perkembangan capaian ketuntasan skor variabel.
2) Penelitian memaparkan macam, bentuk serta cara penggunaan instrumen yang akan
dipakai pada pelaksanaan peneliti. Diuraikan pula tingkat kesahihan dan
keterpercayaan instrumen yang dipakai.
3) Pengumpulan dan analisis data, menguraikan jadwal, personil, cara, dan hal-hal lain
sehubungan dengan pengumpulan dan analisis data.
Pembahasan di sini uraiannya belum mengarah pada kelengkapan isi laporan penelitian,
akan tetapi akan mengupas bagaimana struktur penelitian untuk penyusunan proposal PTK.
Proposal PTK merupakan bagian dari isi lengkap 3 bab PTK (Pendahuluan, Kajian Teori, dan
Metode Penelitian). Pada umumnya Proposal PTK memuat minimal bagian-bagian berikut:
Bagian awal, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka/Landasan Teori, Metodologi penelitian.
Bagi guru-guru yang akan melakukan kenaikan pangkat bisa mengacu pada Peraturan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi tahun
2015 dituliskan bahwa dituliskan penyusunan usulan PTK adalah sebagai berikut:

(1) Bagian Awal


Bagian awal proposal PTK berisi: Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar,
Daftar Isi
(2) Bagian Isi
Bagian ini memuat tiga bab penting yaitu:
Bab I: Pendahuluan (proporsi latar belakang adalah 15% dari keseluruhan isi proposal)
A. Latar Belakang: uraian secara lugas masalah yang ingin ditanggulangi, penyebab
timbulnya masalah tersebut, dan tingkat masalah yang ingin ditanggulangi.
B. Identifikasi dan pembatasan masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah, identifikasi
masalah adalah salah satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting di
antara proses lain
C. Perumusan masalah: rumusan masalah dibuat dalam tanda tanya dan memang
merupakan masalah penelitian.
D. Tujuan penelitian: harus sesuai dengan rumusan masalah dan tindakan perbaikan.
Manfaat penelitian: menjelaskan
E. Manfaat penelitian bagi guru, siswa, dan institusi

68
Bab II Kajian Pustaka (proporsi bagian ini 40% dari keseluruhan isi proposal)
Bab III Metodologi Penelitian (Proporsinya 45% dari keseluruhan isi proposal).
Bagian Bab III ini adalah
A. Rencana dan Prosedur Penelitian: Bagian ini terdiri dari:
B. Subyek penelitian, tempat, waktu, dan lama tindakan
C. Prosedur PTK yang akan dilaksanakan terdiri dari empat tahap yang semuanya bersifat
siklis atau siklus (pengulangan) yaitu:
1) perencanaan,
2) pelaksanaan tindakan,
3) observasi,
4) evaluasi–refleksi
(3) Bagian Penutup
A. Jadwal Penelitian: memuat semua kegiatan dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
sampai dengan penulisan laporan, lengkap dengan waktu pelaksanaan.
B. Biaya Penelitian: bagian ini mencantumkan rincian biaya dalam penelitian.
C. Personalia Penelitian: memuat identitas tim peneliti serta peran dalam penelitian.
D. Daftar Pustaka: memuat semua sumber yang dirujuk. Daftar ditulis bisa secara manual
atau menurut American Psychology Association (APA) diserahkan pada penelitian.
E. Lampiran: dilampirkan beberapa hasil yang mendukung penelitian antara lain:
instrumen penelitian, riwayat hidup tim peneliti, surat keterangan lain yang diperlukan,
data-data nilai dan hasil pengamatan (Kemendikbud, 2005) (Kemendikbud Litbang,
2015).

Terkait tata tulis yang akan dibuat oleh guru sebagai peneliti maka akan sangat baik apabila
tetap melihat aturan yang berlaku (syarat tata tulis) pada saat membuat,mengajukan proposal
penelitian tindakan kelas atau mengikuti lomba karya ilmiah PTK atau persyaratan yang
ditentukan oleh sekolah atau yayasan sekolah yang bersangkutan.

Pada dasarnya format atau sistematika penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas
tidak jauh berbeda dengan penelitian yang lainnya. Bagi peneliti silahkan menggunakan format
yang dituliskan atau dianjurkan sesuai petunjuk yang ada. Pada umumnya digunakan format
sebagai berikut:

69
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar, v
Abstrak vi
Bab I Pendahuluan 1
B. Latar Belakang Masalah dst
C. Identifikasi Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Bab II Tinjauan Pustaka
B. Misal: Teori Belajar
C. Misal: Teori Perkembangan Anak
D. Misal: Metode/Strategi/Model
E. Misal: Media ….
F. Keterkaitan Metode dengan Media ….
G. Penemuan-Penemuan Sebelumnya (ambil dari jurnal, bila ada lebih baik)
H. Kerangka Pikir
I. Hipotesis Penelitian (bila ada)
Bab III Metodologi Penelitian
A. Rancangan Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Indikator Keberhasilan
D. Prosedur Penelitian (Siklus Tindakan)
E. Instrumen yang Digunakan
F. Teknik Pengambilan Data
G. Teknik Analisis Data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
Bab V Simpulan dan Saran

70
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis

Ada baiknya sebelum finalisasi penulisan laporan penelitian dijilid, peneliti


memperhatikan hal-hal kecil misalnya penomoran halaman, tampilan tabel, tampilan gambar,
tampilan grafik, tata tulis, pemakaian kata-kata yang dicetak miring, dan lain. Penomoran
halaman untuk Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar dipakai
penomoran dengan i, ii, iii, dan seterusnya. Sedangkan mulai Bab I Pendahuluan penomorannya
dengan angka 1, 2, 3, dan seterusya hingga pada akhir lampiran-lampiran. Letak penomoran
bisa di bawah tengah atau atas pojok kanan semuanya tergantung dari petunjuk atau pedoman
penulisan masing-masing institusi. Untuk tampilan Tabel, Gambar, ataupun Grafik sebaiknya
dalam satu halaman. Secara khusus tampilan Tabel mengacu pada aturan umum yang sedang
berlaku, di mana garis-garis dalam suatu kotak tidak sepenuhnya ada, garis hanya diberikan
pada posisi horizontal saja (bagian penyajian data akan ditunjukkan contohnya).
Pada bab pertama, yakni Pendahuluan, peneliti memaparkan beberapa hal yang
melatarbelakangi kegiatan penelitian tersebut, yakni terkait dengan pentingnya mengangkat
suatu masalah untuk diteliti ada kesenjangan atau gap apa yang terjadi. Selanjutnya merancang
solusi atau tindakan untuk mengatasi gap tersebut. Setelah itu peneliti juga perlu menuliskan
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan atau manfaat penelitian. Dengan
demikian pembaca akan dapat memahami arti penting dari penelitian tersebut.
Pada bab kedua, yakni Landasan Teori, pada bagian ini diharapkan peneliti berusaha
merujuk teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Langkah
selanjutnya perlu mengungkapkan beberapa penemuan yang telah dihasilkan oleh peneliti
sebelumnya yaitu merujuk dari jurnal-jurnal dengan tema yang hampir sama. Misalnya tentang
metode/model/strategi yang sama penerapannya. Berdasarkan penemuan-penemuan
sebelumnya itulah peneliti memilih keunggulan dari hal yang sudah diteliti, namun juga
permasalahan yang belum terangkat atau permasalahan yang belum terpecahkan. Penting juga
peneliti menyusun kerangka pemikiran sehingga pembaca akan memahami pola pikir yang

71
dikembangkan oleh peneliti. Bagian akhir yaitu memaparkan hipotesis yang merupakan
dugaan-dugaan sementara sebelum dibuktikan melalui kegiatan penelitian.
Dalam bab tiga, yakni Metodologi Penelitian, peneliti harus menjelaskan metode
penelitian yang digunakan yaitu PTK. Jelaskan ruang lingkup penelitian yaitu meliputi subjek
dan objek penelitian, prosedur penelitian, variabel penelitian dan instrumen penelitian, cara
pengambilan data dan cara mengolah datanya.
Hasil tulisan dari bab pertama, kedua dan ketiga hasil penyusunan di atas telah menjadi
proposal penelitian. Pada proposal segala sesuatu yang diprogramkan harus dilaksanakan.
Setelah pelaksanaan penelitian maka diubah menjadi laporan penelitian. Sebagai catatan
penting adalah peneliti harus membaca ulang proposal kemudian mengubah kalimat-kalimat
yang sebelumnya akan dilaksanakan menjadi kalimat yang pada intinya telah dilaksanakan.
Langkah selanjutnya adalah menyusun bab keempat dan kelima.
Pada Bab IV, yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bagian ini disajikan dua bagian
yaitu pertama adalah Hasil Penelitian. Pada bagian ini peneliti dapat menyajikan data-data yang
diperoleh berdasarkan metodologi yang dilaksanakan. Misalnya data tentang pengamatan aspek
afektif atau dan aspek psikomotor yang telah dirancang. Sebagai contoh hasil pengamatan
tentang kemandirian siswa. Teman sejawat peneliti yang membantu mengamati proses
pembelajaran telah mencatat semua hal sesuai dengan indikator yang telah dirancang, jumlah
data pengamatan sesuai dengan jumlah siklus atau setiap hari pada saat dilaksanakan penelitian
tersebut. Apabila diamati setiap tatap muka, maka perlu dilakukan perhitungan dengan mencari
rata-rata setiap siklusnya. Hasil pengamatan dituliskan dalam tabel untuk disajikan. Data lain
yang dapat dikumpulkan adalah data hasil ulangan atau prestasi belajar siswa setiap siklus. Pada
bagian ini dapat ditampilkan grafik-grafik masing-masing siklus dalam hal aspek afektif atau
dan aspek psikomotor dan juga aspek kognitif dari masing-masing siklus.
Bagian ke dua dari bab empat adalah Pembahasan. Pada bagian pembahasan ini
pembahasannya dapat diurutkan sesuai tujuan penelitian. Hal ini untuk mempermudah
pembahasan dan juga dalam menarik simpulan di bab lima. Pada pembahasan ini dapat
disajikan grafik, tabel dalam bentuk rangkuman sejumlah siklus yang dilaksanakan, jadi
merupakan gabungan akhir masing-masing siklus dalam hal aspek afektif atau dan aspek
psikomotornya
Pada Bab V, yakni Penutup, berisi tentang Simpulan dan Saran. Simpulan dapat dikatakan
sebagai inti dari proses penelitian yang telah dilaksanakan. Pada saat membuat saran harus

72
memperhatikan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini penting agar dapat diperhatikan
apakah hasil simpulan telah menjawab ketercapaian tujuan penelitian Berikutnya adalah
menyampaikan saran-saran atau rekomendasi terhadap beberapa instansi yang dipandang
memiliki kaitan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan. Bagian akhir yang perlu
diperhatikan adalah penyajian seluruh rujukan dalam Daftar Pustaka.

3.11 Sumber dan Cara Merujuk Pustaka


Bahan rujukan umum atau reference disebut juga dengan istilah koleksi referensi. Ada dua
definisi untuk bahan rujukan menurut American Library Assocation Glossary, yaitu: a) sebuah
buku yang disusun dan diolah sedemikian rupa untuk digunakan sebagai sumber menemukan
informasi tertentu dan tidak untuk dibaca secara keseluruhan; dan b) sebuah buku yang
penggunaannya terbatas dalam Gedung perpustakaan. Sedangkan dalam Harrod’s Librarians
Glossary menyebut sebagai berikut: a) buku rujukan adalah buku-buku yang disusun untuk
memberikan informasi seperti kamus, ensiklopedia, kamus ilmu bumi, buku tahunan, buku
petunjuk, bibliografi, dan abstrak. Semuanya disusun sebagai informasi, b) buku rujukan adalah
buku yang disimpan untuk dijadikan sumber informasi yang digunakan di dalam gedung
perpustakaan saja (Subrata, 2009).
Berdasarkan sumber pustaka di atas beserta kriteria-kriterianya, sumber pustaka secara
garis besar dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Referensi umum, sumber yang dijadikan rujukan utama oleh peneliti, misalnya dari artikel
tertentu, karangan ilmiah, buku, dan dokumen lainnya yang berkaitan langsung dengan
pertanyaan penelitian. Referensi umum merupakan indeks, yaitu daftar pengarang, judul
buku, tempat penerbitan artikel atau wacana, atau dapat pula berupa abstrak.
b. Sumber primer, adalah publikasi di mana seseorang melakukan penelitian-penelitian
kemudian diterbitkan. Penulis mengomunikasikan temuannya secara langsung kepada
pembaca. Sumber primer penelitian pendidikan adalah jurnal, misalnya UNNES Journal
of Mathematics Education Research.
c. Sumber sekunder, adalah publikasi di mana penulis mendeskripsikan hasil karya orang
lain. Sumber sekunder adalah berupa text book, ensiklopedia pendidikan, kajian penelitian,
atau buku tahunan.
Secara teoritis ada beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperoleh
teori-teori yang relevan menurut (Nazir, 2009) antara lain:

73
a. Buku teks, merupakan tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval yang
tidak tentu.
b. Jurnal, adalah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil seminar yang
diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah.
c. Periodical, adalah majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala yang berisi hasil
penelitian yang dikerjakan.
d. Yearbook, adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun yang diterbitkan tiap
tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta.
e. Buletin, adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan secara berkala dan berisi catatan
ilmiah ataupun petunjuk ilimiah tentang suatu kegiatan operasional.
f. Circular, adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis yang diterbitkan dengan interval tidak
tentu.
g. Leaflet, berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis.
h. Annual Review, berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah diterbitkan selama setahun
atau beberapa tahun yang lampau.
i. Off Print, adalah kiriman artikel dari pengarang yang terlepas dari majalah atau buku teks.
j. Reprint, merupakan artikel yang sudah dimuat dalam suatu majalah ilmiah kemudian
dicetak ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.
k. Recent Advance, adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang tidak diperoleh
dalam review journals.
l. Bibliografi, adalah buku yang berisi judul-judul artikel yang membahas bidang ilmu
tertentu.
m. Handbook, adalah buku kecil yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu
masalah tertentu, ataupun suatu fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja
mempunyai pengarang ataupun tidak, tetapi dikumpulkan oleh instansi tertentu.
n. Manual, adalah buku petunjuk tentang mengerjakan sesuatu secara terperinci. Biasanya
mengenai suatu masalah praktis, baik dalam mengukur, melakukan kegiatan atau memakai
sesuatu secara benar.
o. Skripsi, Tesis, dan Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang disyaratkan untuk lulus
pendidikan jenjang S1, S2, dan S3. Dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi sebenarnya
sama, bedanya semakin tinggi tingkatannya, maka semakin dibutuhkan banyak data otentik
dan teori-teori yang harus dirujuk sebagai dasar penelitian, dan juga cara penyajiannya

74
mulai dari hanya mendeskripsikan suatu objek penelitian hingga menghasilkan suatu teori
berdasarkan fakta-fakta empiris.

Sumber pustaka, seperti yang sudah dijelaskan di atas, dapat berupa buku, jurnal, skripsi,
tesis, disertasi, makalah, paper, jurnal penelitian, situs internet yang kredibel, dan lain-lainnya.
Seorang peneliti dalam memilih sumber pustaka perlu memerhatikan beberapa hal penting
untuk menghasilkan kutipan atau ide yang tepat. Dalam memilih sumber pustaka, terdapat
beberapa kriteria sumber pustaka sebagai berikut:
a. Ketetapan (adequacy), isi dari sumber pustaka sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan.
Maksudnya adalah bahwa peneliti harus mampu mencari isi materi yang digunakan sebagai
rujukan sesuai dengan tema pokok penelitian.
b. Kejelasan (clarity), sumber pustaka harus mudah dipahami atau dimengerti oleh peneliti.
Artinya, kalimat-kalimat yang dirujuk dari sumber yang akan diambil harus dipahami
isinya oleh peneliti.
c. Empiris (empiricalness), sumber pustaka itu berdasarkan pada kenyataan, bukan hasil
imajinasi. Oleh karena rujukan sumber ini dipakai sebagai landasan teori maka sumbernya
harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya.
d. Terorganisasi (Organization), isi dari sumber pustaka harus terorganisasi dengan baik
sehingga memudahkan peneliti untuk mencari informasi.
e. Kemutahiran (Recency) sumber pustaka harus berdasarkan perkembangan terbaru dalam
bidangnya (up to date). Hal ini sangat penting menyangkut kurun waktu antara waktu
penelitian dan sumber Pustaka. Akan baik bila sumber Pustaka kurang dari 10 tahun,
kecuali untuk sumber-sumber yang sifatnya paten misalnya Kitab Suci, Buku Pedoman
sesuatu yang penerbitannya setiap 10 tahun atau lebih, Undang-undang, dll.
f. Relevansi (relevance), sumber pustaka berhubungan dengan penelitian.
g. Meyakinkan (convicingness), sumber pustaka dapat menjadi acuan yang tepercaya bagi
peneliti. Saat ini banyak artikel di internet yang bisa diambil bebas, oleh karena itu maka
sangat baik bila rujukannya sangat jelas misalnya dari suatu koran yang besar dan
berpengalaman.
Sangatlah penting kejelasan dalam memilih rujukan. Selanjutnya isi, asal dari mana,
keaslian itu menjadi bahan utama dalam merujuk. Sumber pustaka harus teroganisir, diartikan
bahwa sumber itu berasal dari penerbit, lembaga pencetak atau dari mana pun harus dilihat

75
organisasi keabsahannya. Oleh karena pada jaman sekarang di era disrupsi di zaman milenial
banyak berita hoax. Sangatlah penting bagi peneliti benar-benar mampu menyaring memilah
mana berita baik dan benar.
Bagian ini akan memberikan petunjuk cara mencari atau menelusuri kajian pustaka melalui
kutipan, berikut beberapa petunjuk yang dapat diikuti:
1. Sistem pengutipan
Pada dasarnya mengutip merupakan suatu pekerjaan yang menunjukkan kredibilitas seorang
penulis. Ada tata cara dan standar baku dalam mengutip. Ada dua cara pengutipan suatu
sumber yaitu sistem catatan dan sistem langsung. Sistem catatan, identitas nama penulis,
tahun dan halaman tidak ditampilkan. Pada akhir kalimat pengutipan diberikan urutan angka
dengan huruf yang kecil (superscript) dengan cara menekan ‘References’ kemudian tekan
‘Insert Footnote’ dengan cara itu maka akan muncul angka. Angka tersebut akan muncul di
catatan kaki pada bagian bawah halaman. Pada catatan kaki tersebut dituliskan rujukan yang
disitasi. Sistem ini dikenal dengan sistem tradisional dan Harvard. Pada sistem tradisional
digunakan kata ibid, loc cit, op cit untuk mengacu pada rujukan sebelumnya, sedangkan
Harvard tidak demikian. Pada sistem ke dua yaitu kutipan langsung, identitas penulis, tahun
dan halaman ditampilkan dalam tanda kurung.
2. Cara pengutipan
Langkah pengutipan dalam kajian pustaka dapat dilakukan dengan cara yaitu cara mengutip.
Ada dua cara yaitu mengutip langsung dan tidak langsung:
a. Kutipan langsung merupakan salinan persis sama dengan sumbernya tanpa penambahan
(Widjono, 2005:63)
Cara melakukan kutipan langsung adalah sebagai berikut:
1) Jika kutipan empat baris atau kurang langsung dikutip apa adanya
2) Diintegrasikan ke dalam teks paparan penulis, dengan jarak sesuai dengan jarak
penulisan lainnya
3) Tanda kutip (“....”); kemudian di sebelah kanan tulis asal rujukan (nama belakang
penulis, tahun: halaman)
4) Apabila kutipan dalam bahasa lain (asing atau daerah) maka harus ditulis miring
5) Jika ada bagian kalimat yang dihilangkan karena mungkin terlalu panjang atau
kurang menjadi pokok kutipan, maka bagian yang dihilangkan diberi tanda titik
sebanyak tiga buah jika yang dihilangakan itu ada di awal atau di tengah kutipan, dan

76
empat titik jika di bagian akhir kalimat
b. Apabila kutipan lebih dari empat baris, maka dibuat satu spasi. Kutipan tak langsung
adalah mengambil ide dari suatu sumber atau tulisan yang dianggap penting, kemudian
mengkalimatkan sendiri atau menggunakan parafrasa. Pengutipan sumber dengan
menulis dalam kurung (nama belakang penulis, tahun: halaman buku) (Sugiyono, 2017)
3. Merujuk yang bertanggung jawab
Mengapa perlu penjelasan bahwa ada tata cara merujuk dalam dunia tulis menulis yang
perlu diketahui Bersama. Karena dengan kemajuan teknologi dan informasi segala sesuatu
dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan informasi dengan sangat mudah dan cepat.
Tuntutan tugas sekolah, kuliah dan pekerjaan untuk membuat suatu tulisan mau tidak mau
tentu harus mencari rujukan-rujukan yang digunakan sebagai bahan menulis. Pembuatan
makalah, penelitian, penulisan artikel atau buku saat ini jumlahnya semakin banyak.
Dengan banyaknya tuntutan untuk menulis dan berkarya ilmiah maka merujuk menjadi
sesuatu yang penting. Hasil karya ilmiah dalam dua bentuk yaitu laporan hardcopy (buku,
prosiding, majalah ilmiah, dan lainnya) atau softcopy (e-jurnal, e-book, dan lainnya). Untuk
menyusun semua hal tersebut tentu diperlukan banyak rujukan yang berasal dari buku, jurnal
ataupun artikel-artikel baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kemudahan
teknologi yang berkembang saat ini seseorang dengan mudah dan cepatnya mendapatkan
rujukan dari internet. Namun terkadang penulis “lupa” mencantumkan sumbernya yang
dirujuknya. Bila penulis sampai lupa menulis rujukannya akan berakibat fatal ke depannya.
Saat ini telah ada Peraturan Menteri Pendidikan yang mengatur tentang plagiat. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 ayat (1) dtuliskan bahwa:
“Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan memadai” (Kemendikbud, 2010).
Guna mengantisipasi terjadinya plagiasi maka telah disosialisasikan juga Undang-
Undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17 Tahun 2010 kepada seluruh
masyarakat akademis bahwa langkah yang harus diperhatikan untuk mencegah atau
menghindarkan kita dari plagiarisme, yaitu melakukan pengutipan dan/atau melakukan
paraphrase. Apa batasan ketiga cara sebagai antisipasi plagiat adalah sebagai berikut:
a. Pengutipan menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat,

77
dengan menyebutkan sumbernya.
b. Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Sistem
merujuk harus disesuaikan panduan yang ditetapkan masing-masing institusi dalam
penulisan daftar pustaka.
c. Paraphrase: Melakukan parafrase dengan tetap menyebutkan sumbernya. Parafrase
adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri, tanpa
merubah maksud atau makna ide/gagasan dengan tetap menyebutkan sumbernya.
Selain dua hal di atas, untuk menghindari plagiarisme, kita dapat menggunakan beberapa
aplikasi pendukung antiplagiarisme baik yang berbayar maupun gratis. Misalnya:
a. Menggunakan alat/aplikasi pendeteksi plagiarisme. Misalnya: Turnitin, Wcopyfind, dan
sebagainya.
b. Penggunaan aplikasi Zotero, Endnote dan aplikasi sejenis untuk pengelolaan sitiran dan
daftar pustaka.

Cara atau tips-tips menulis, agar terhindar dari plagiarism yaitu (Istiana, n.d.)
a. Tentukan buku yang hendak Anda baca
b. Sediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan satukan dengan penjepit
c. Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman pada
kertas kecil paling depan
d. Sembari membaca buku, salin ide utama yang anda dapatkan pada kertas-kertas kecil
tersebut
e. Setelah selesai membaca buku, anda fokus pada catatan Anda
f. Ketika menulis artikel, maka jika ingin menyitir dari buku yang telah Anda baca, fokuslah
pada kertas catatan
g. Kembangkan kalimat Anda sendiri dari catatan yang anda buat.

Pada praktiknya, plagiarisme dibedakan menjadi beberapa kategori. (Wibowo, 2012)


menjabarkan kategori plagiarisme berdasarkan, pertama, aspek yang dijiplak. Ada empat jenis
plagiarisme berdasarkan kategori ini, yaitu plagiarisme ide, plagiarisme isi, plagiarisme tulisan,
dan plagiarisme total. Plagiarisme total adalah jenis yang dianggap paling berat sanksinya
karena plagiarisme total artinya menjiplak keseluruhan bahan dari sumber secara mentah tanpa
mengubahnya menggunakan standing poin individu (D. A. Lestari, 2015).

78
Bentuk-bentuk yang dapat dikategorikan sebagai bentuk plagiat ruang lingkupnya meliputi:
a. Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip dan tanpa
menyebutkan identitas sumbernya;
b. Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya;
c. Menggunakan fakta (data, informasi) milik orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya;
d. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri;
e. Melakukan parafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susunan kalimat sendiri
tanpa mengubah idenya) tanpa menyebutkan identitas sumbernya;
f. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak
lain seolah-olah sebagai karya sendiri (Istiana, n.d.).

Berikut strategi cara menghindari terlibat plgiarisme dalam berkarya yang dapat dilakukan
penulis atau peneliti dalam membuat karya tulisan baik itu untuk kepentingan tugas maupun
kepentingan dinas. Langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Sertakan sitasi dalam merujuk. Sitasi (citation) adalah cara kita memberitahu pembaca
bahwa bagian-bagian tertentu dari tulisan kita berasal dari sumber yang ditulis penulis lain
(Rakhmawan, 2017). Sitasi adalah suatu kegiatan melakukan pemberitahuan kepada
pembaca bahwa bagian-bagian tertentu dari tulisan kita berasal dari sumber yang ditulis
penulis lain. Ketika kita menggunakan gagasan, informasi, opini bukan dari buah pikiran
sendiri, maka sitasi mutlak perlu dilakukan. Penyertaan sitasi di sini penulis harus
memberikan keterangan dari mana informasi yang ditulis didapat. Sumber didapat dari
buku, jurnal, tugas akhir, rekaman, audio, juga gagasan dari internet juga harus
disampaikan.
2. Lakukan pencatatan berbagai sumber daftar pustaka sejak awal. Terkadang penulis
menuliskan sesuai secara terus menerus dengan tanpa berpikir bagaimana nanti rujukan
dituliskan. Mereka baru menulis beberapa yang ingat. Hal tersebut juga tidak benar.
Terkadang sitasinya telah tercantum tetapi dalam daftar pustaka hanya di badan proposal
tetapi lupa menuliskan di daftar pustaka, atas sebaliknya.
3. Lakukan Parafrase. Parafrase adalah istilah linguistik yang berarti pengungkapan kembali
suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya

79
yaitu untuk memperkuat gagasan yang disampaikan. Terkadang ada pendapat yang baik
tetapi kita ingin menggunakannya. Terhadap hal ini sebaiknya melakukan parafrase
menggunakan susunan kalimat sendiri dari sumber aslinya dengan tetap mencantumkan
sitasinya. Meskipun demikian dalam melakukan paraphrase perlu latihan dan mengulang
kembali kalimat yang ditulis agar maknanya tetap sama. Parafrase lebih mudah untuk
dilakukan sebab formatnya tidak serumit bila melakukan pengutipan langsung.
4. Lakukan interpretasi. Langkah ini dilakukan dengan cara melakukan interpretasi dari
gagasan yang dirujuk. Untuk memperkuat gagasan yang disampaikan, kita upayakan
interpretasi sendiri, dalam hal ini melakukan modifikasi dari apa yang diperoleh.
5. Carilah aplikasi anti-plagiarisme. Saat ini telah banyak sistem atau program antiplagiasi
yang harganya terjangkau bahkan gratis. Hal ini penting untuk mengukur berapa persen
penulis telah melakukan plagiarisme dengan cara melakukan pembandingan dengan
digunakan software turnitin yaitu sebagai alat pengukur pembandingan dengan tulisan-
tulisan yang sudah terbit sebelumnya. Aplikasi akan menunjukkan berapa persen tingkat
kemiripan yang ditemukan.

Apa sanksi bila seseorang dianggap atau terbukti sebagai plagiarisme? Dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pemerintah telah mengatur sanksi bagi orang yang melakukan
plagiat, khususnya yang terjadi di lingkungan akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut
(Pasal 70): lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik,
profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (2) terbukti merupakan
jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi mahasiswa yang
melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan plagiasi maka seorang mahasiswa akan
memperoleh sanksi sebagai berikut:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
4. Pembatalan nilai
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa

80
7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.

4. Latihan
Carilah 2 artikel jurnal ber doi PTK, kemudian tulislah poin-poin singkat tentang: a)
landasan teori, b) penulisan kerangka pikir, c) uraian singkat materi masing-masing siklus
dan alokasi waktunya, d) variabel yang diteliti, dan e) simpulan hasil PTK.

81
Daftar Isi

D Kegiatan Belajar 4: Publikasi Ilmiah


1. Kompetensi Mahasiswa
1.1 Kompetensi Inti
1.2 Kompetensi Dasar
1.3 Indikator Capaian Kompetensi
1.4 Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
3.1 Penelitian Tindakan
3.2 Penulisan Artikel Hasil PTK
3.4 Publikasi Artikel Ilmiah
3.4 Contoh Artikel PTK Pendidikan Agama Katolik
4 Latihan
5 Glosarium
6 Daftar Pustaka

D. Kegiatan Belajar 4: Publikasi Ilmiah


1. Kompetensi Mahasiswa
1.1. Kompetensi Inti
Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian, refleksi diri, pencarian informasi baru,
dan inovasi
1.2. Kompetensi Dasar
Peserta mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik profesional melalui penelitian pendidikan
1.3. Indikator Capaian Kompetensi
1. Mampu menjelaskan tentang Artikel Jurnal Ilmiah
2. Mampu menuliskan Artikel Hasil PTK yang telah dilaksanakan
3. Mampu menuliskan Artikel Ilmiah
1.4. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menjelaskan tentang Artikel Jurnal Ilmiah

82
2. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan Abstrak Artikel PTK
3. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan kata kunci artikel PTK
4. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan metodologi artikel PTK
5. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan pembahasan artikel PTK
6. Melalui diskusi, sharing dan pendalaman informasi, mahasiswa mampu
menuliskan simpulan artikel PTK
2. Peta Konsep

3. Uraian Materi
3.1 Pengertian Artikel Jurnal Ilmiah
Artikel ilmiah adalah suatu tulisan yang bersumber dari laporan hasil penelitian dengan
maksud untuk kepentingan publikasi yang akan dimuat pada suatu jurnal ilmiah. Artikel ilmiah
dibuat oleh peneliti setelah selesai membuat laporan hasil penelitian. Ada beberapa istilah
tentang jurnal misalnya jurnal ilmiah (scientific journal) atau jurnal akademik (academic
journal). Artikel ilmiah dapat juga disebut dengan suatu karya tulis lengkap yang memenuhi
syarat ilmu pengetahuan dan dipublikasikan di jurnal.
Secara umum ciri-ciri artikel ilmiah berdasarkan sebagai berikut (Deepublish, 2021).
a. Objektif, artinya isi materi artikel ilmiah dikembangkan secara aktual berdasarkan
fenomena yang terjadi. Fokus bahasannya berbeda antar bidang ilmu dan mengarah pada

83
hal tertentu
b. Rasional, artinya hasil penelitian dapat diterima pembaca atau perujuk
c. Kritis, artikel berfungsi sebagai wahana atau alat untuk menyampaikan kritik timbal
balik terhadap suatu permasalahan yang dijelaskan dalam artikel tersebut
d. Reserved, maksudnya adalah menahan diri, hati-hati, dan tidak
mudah overclaiming, jujur, lugas, dan tidak menyertakan motif-motif pribadi dan
kepentingan tertentu.
e. Artikel ilmiah memiliki gaya bahasa yang formal atau baku dalam penulisannya.
Apabila artikel nasional maka gunakan bahasa sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
yang berlaku, apabila artikel jurnal internasional gunakan tata bahasa atau selingkung
sesuai dengan ketentuan jurnal yang berlaku.
f. Pengutipan sumber jelas dan disertai dengan daftar pustaka.

3.2 Penulisan artikel Hasil PTK


Pada umumnya jurnal memiliki cakupan materi yang luas namun dalam materinya. Jumlah
halaman artikel pada umumnya adalah sekitar enam hingga 20 halaman. Hal ini tergantung dari
template jurnal yang dituju. Pada umumnya susunan artikel jurnal adalah:
(1) Judul
Penulisan judul dalam suatu jurnal diharapkan menarik sehingga ada keinginan pembaca
untuk membaca isinya lebih lanjut. Bila peneliti membuat suatu judul penelitian yang
dilaporkan dengan jumlah yang banyak halamannya, maka dalam menyusun jurnal ilmiah
boleh judul penelitian tersebut diubah menjadi lebih menarik dengan berpedoman bahwa
lingkup dan hasil penelitiannya masih tetap
Di bawah judul dituliskan nama penulis pertama dan penulis berikutnya dengan penomoran
di atasnya dengan angka 1), 2), dst. Pada bagian ini juga dituliskan alamat email masing-
masing penulis.
(2) Abstrak
Bagian abstrak ini berfungsi untuk mencerna secara singkat isi jurnal. Abstrak berisi dua
bagian penting yaitu bagian pengungkapan masalah, teori singkat, tujuan penelitian, dan
metode penelitian. Sedangkan bagian kedua adalah hasil penelitian, simpulan, dan saran.
(3) Kata Kunci
Kata kunci atau keywords adalah pilihan kata yang bermakna dari sebuah dokumen yang

84
dapat dipakai untuk mengindeks kandungan isinya. kata kunci dipilih tiga hingga lima kata
sebagai kata penting terkait dengan tema penelitian. Kata kunci menjadi bagian penting
karena dengan kata kuncilah seseorang dapat mencari suatu judul penelitian sebagai
rujukan.
(4) Pendahuluan
Pendahuluan adalah bagian dari artikel ilmiah yang berisi informasi kepada pembaca jurnal
untuk memahami tujuan spesifik dalam kerangka teoritis yang lebih besar. Bagian
Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan juga teori-teori
pendukung penelitian tersebut. Teori-teori bisa dirujuk dari jurnal-jurnal yang bagus dan
terbaru. Sangat penting dalam pendahuluan ditonjolkan masalah yang dibahas secara tuntas
dalam artikel jurnal yang telah terpublikasi. Hal ini penting agar jurnal yang ditulis telah
merujuk pada jurnal-jurnal atau literasi terbaru dan tren. Bagian pendahuluan ini
menguraikan atau memaparkan tentang penelusuran teori yang relevan dengan masalah
yang diungkapkan atau dibahas. Banyak sedikitnya uraian pada pendahuluan disesuaikan
dengan aturan atau template jurnal yang akan dituju. Dengan demikian peneliti dapat
memperkirakan antara pendahuluan dan bagian-bagian lainnya.
(5) Metode Penelitian
Bagian metode penelitian dalam artikel ilmiah merupakan wadah yang menampung secara
garis besar rancangan penelitian, data, dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisa maupun indikator penelitian dan juga validasi data. Perlu diuraikan proses
penelitian dengan singkat dan jelas. Sebagai catatan tidak diperlukan dari definisi-definisi
dari suatu teori terkait metodologi penelitian.
(6) Hasil dan Pembahasan
Bagian ini membahas hasil perolehan data penelitian dengan singkat, jelas, dan menarik.
Untuk keperluan tersebut peneliti dapat menyajikan dalam bentuk grafik, tabel, diagram,
atau lainnya. Setelah sajian data maka peneliti membahas hasil penelitian dengan cara
mengaitkan dengan landasan teori atau rujukan jurnal yang terkait. Hal ini sangat penting
sebagai tahapan untuk menjawab rumusan dan pencapaian tujuan penelitian.
(7) Simpulan dan Saran
Bagian simpulan dan saran dari suatu artikel merupakan bagian akhir. Seperti diketahui
bahwa simpulan merupakan pernyataan singkat dan akurat dari hasil dan pembahasan.
Simpulan merupakan suatu bukti kebenaran hipotesis dengan menjawab permasalahan

85
yang telah ditentukan. Sedangkan saran merupakan masukan yang diberikan peneliti terkait
dengan tindak lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan.
(8) Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih yang ditulis dalam artikel menjadi hal yang penting terkait pihak lain
yang telah memberikan kontribusi terhadap penelitian yang telah dilakukannya. Pada
umumnya ucapan terimam kasih dituliskan kepada pihak-pihak tertentu yang telah
mendukung pendanaannya.
(9) Daftar Pustaka
Daftar Pustaka merupakan daftar rujukan maupun referensi yang telah digunakan dalam
menuliskan artikel ilmiah tersebut. Penulisan Daftar Pustaka harus mengikuti selingkung
atau tata tulis jurnal yang dimaksud. Hal ini penting agar artikel hasil penelitian yang
dikirimkan dapat diterima oleh pihak pengelola jurnal.

3.3 Publikasi Artikel Ilmiah


Ada beberapa cara seorang peneliti mempublikasikan hasil penelitiannya. Pada dasarnya
ada beberapa cara agar hasil penelitian dapa dipublikasikan melalui:
a) Seminar atau Konferensi
Peneliti mengikuti suatu seminar dan kemudian memasukkan artikel ilmiahnya pada
jurnal penyelenggara seminar tersebut. Seminar dapat di tingkat daerah, nasional,
maupun internasional.
1.4.1.1.1 Jurnal Nasional
Artikel dapat dikirimkan ke beberapa jurnal hingga dapat dipublikasikan. Catatan
penting adalah bahwa tidak selalu artikel yang dikirim dapat diterima oleh jurnal
tersebut. Beberapa permasalahan yang menyebabkan tidak diterimanya suatu artikel
antara lain karena; template (pola tatanan bentuk) yang tidak sesuai dengan aturan
jurnal setempat, isi artikel tidak update, masalah yang kurang tajam, rujukan yang
kurang bagus, dan lainnya.
Jenis jurnal nasional Indonesia yang telah terakreditasi disebut SINTA, singkatan
Science and Technology Index (SINTA). Jurnal SINTA menilai kinerja jurnal
berdasarkan standar akreditasi dan sitasi, dengan mengindeks seluruh jurnal nasional
yang sudah diakreditasi oleh Akreditasi Jurnal Nasional (ARJUNA). Ada enam jenis
SINTA, di mana jurnal SINTA 1 merupakan kelompok jurnal terbaik secara nasional,

86
Sedangkan SINTA 6 adalah urutan ke 6 terakreditasi nasional. Saat ini masih banyak
jurnal yang beredar belum tergolong SINTA.
1.4.1.1.2 Jurnal Internasional
1.4.1.1.3 Pengiriman artikel ke jurnal internasional saat ini menjadi hal yang penting
khususnya bagi para dosen. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi guru-
guru khususnya guru Pandidikan Agama Katolik. Bila seorang peneliti dapat
mempublikasikan artikelnya di jurnal internasional maka akan meningkatkan kualitas
akademik peneliti tersebut. Jenis jurnal internasional dikatakan terakreditasi apabila
sudah terindeks SCOPUS, WOS (Web of Science), Thomson atau Reuters, dan lainnya.
Dalam mengirimkan artikel ke jurnal nasional haruslah dituntut keuletan, sabar, dan
semangat untuk terus memperbaiki dari apa yang disarankan oleh penilai jurnal
(reviewer)

3.4 Contoh Artikel PTK Pendidikan Agama Katolik


Berikut ini diberikan contoh penulisan artikel ilmiah. Artikel ini dapat dimasukkan dalam
majalah pendidikan, jurnal, dan lain sebagainya (Hartutik dan Sukestiyarno, 2021).

Meningkatkan Hasil belajar matematika dengan Metode Pembelajaran Heroik


Berbasis Turnamen Matematika Materi Statistika kelas VIII SMP5 Semarang

oleh

Sukestiyarno1, Hartutik2
1 sukestiyarno@gmail.com, Universitas Negeri Semarang
2 irenehartutik@gmail.com, STPKat St Fransiskus Asisi Semarang

Abstrak

Pembelajaran matematika dewasa ini masih dikeluhkan siswa, khususnya materi


statistika di SMP 5 Semarang kelas VIII. Penelitian ini mengkaji pembelajaran matematika
dengan metode Heroic Leadership berbasis Turnamen. Dirancang setiap siswa dalam
kelompoknya menjadi pemimpin dan berjiwa hero sesuai tugasnya masing-masing. Tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran dan jumlah
siswa yang tuntas prestasi belajarnya. Penelitian Tindakan Kelas dengan 3 siklus ini
dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.
Variabel penelitian ini adalah rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran, dan prestasi
belajar. Data variabel rasa ingin tahu dan keterampilan proses diperoleh dengan pengamatan

87
sedangkan data prestasi belajar dengan tes. Data hasil pengamatan dan tes diolah secara
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran,
dan jumlah yang tuntas belajar masing-masing 57%, 51% dan 20% pada siklus 1. Sedangkan
pada siklus 2 para siswa dalam kelompoknya telah meningkat tanggung jawab terhadap
tugasnya sebagai pemimpin serta telah mampu berperan dalam permainan turnamen
pengetahuan yang sifatnya membantu dalam menyesuaikan materi pelajaran. Pada siklus ini
terjadi peningkatan menjadi 74%, 77%, dan 58%. Dengan terus membiasakan siswa pada
suasana belajar sesuai skenario, pada siklus 3 terbukti mengalami peningkatan yang
memuaskan dalam prosentase 94%, 91%, dan 71%. Peningkatan hasil tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan metode Heroic Leadership berbasis Turnamen terbukti mampu
meningkatkan hasil belajarnya.

Kata Kunci: heroic leadership, turnamen, rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran

PENDAHULUAN

Siswa SMP adalah individu yang menginjak proses dewasa. Oleh karena itu setiap
guru mata pelajaran berusaha memberi tantangan dengan menyodorkan sejumlah masalah
kepada siswanya untuk menyelesaikannya, termasuk pelajaran matematika. Pembelajaran
matematika mengajarkan pemecahan masalah (problem solving) tidak hanya untuk keperluan
mata pelajaran matematika saja, tetapi juga matematika berperan mendasari ilmu-ilmu lain
(Surya, 2011).
Berdasar pengalaman peneliti yang mengadakan observasi pendahuluan dengan guru
matematika di SMP Negeri 5 Semarang dijumpai, bahwa guru mengalami kesulitan dalam
menanamkan konsep statistika Kelas VIII. Siswa cenderung menghafal apa yang diberikan
guru akan tetapi apabila diminta memaknai akan deskripsi hasil olah data statistika seperti
nilai bilangan rata-rata, median, modus untuk memaknai mengalami kesulitan. Belajar
statistika tidak cukup hanya secara mekanik diajarkan seperti pada konsep matematika
lainnya. Belajar statistika perlu adanya pemaknaan (Hartuti dan Widyasari, 2016).
Umumnya guru dalam kelas dapat mengamati siswanya dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok berkemampuan baik, kelompok berkemampuan sedang, dan kelompok
berkemampuan rendah. Mereka berada dalam situasi kondisi satu kelas. Apabila mereka
diberi tugas rumah, umumnya siswa pada kelompok sedang dan kelompok rendah masih
banyak mengalami kesulitan. Daya inovasi siswa umumnya untuk menyelesaikan masalah
masih rendah (Nulhakim, 2016).

88
Dari pengalaman pembelajaran seperti tersebut di atas, berkat kolaborasi tim peneliti,
menumbuhkan pemikiran baru untuk menerapkan suatu strategi membelajarkan matematika
secara baru. Pembelajaran bagaimana memberi peran masing-masing siswa sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki merupakan penekanan utama. Merancang pembelajaran
dengan tahapan memadukan tahapan pembelajaran dengan metode Heroic Leadership
(kepemimpinan yang berjiwa pahlawan) yakni setiap siswa diperankan sebagai pemimpin
yang berjiwa pahlawan pada kelompoknya (Lowney, 2005) dengan metode pembelajaran
turnamen, yakni dengan permainan dalam belajar konsep (Kagan, 1993). Pada proses
pembelajaran untuk memacu rasa ingin tahu dan keterampilan siswa diterapkan metode
turnamen matematika. Dalam turnamen siswa diajak berkompetisi memecahkan masalah
(Wardono, 2005).
Berdasar permasalahan yang dihadapi seperti tersebut di atas maka dapat
dimunculkan rumusan masalah, apakah pembelajaran dengan metode heroic leadership dan
turnamen matematika untuk membelajarkan materi statistika dapat meningkatkan rasa ingin
tahu siswa dalam pembelajaran, keterampilan proses siswa dalam bermain peran, dan
proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
rasa ingin tahu, keterampilan proses, dan proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya
dengan metode pembelajaran heroic leadership dan turnamen matematika pada materi
statistika. Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah diperoleh variasi
pembelajaran yang mengajak siswa aktif belajar dalam suasana yang menyenangkan. Guna
mendukung pencapaian tujuan di atas kiranya perlu pembahasan mendasar dan singkat
tentang teori-teori berikut.

Hasil Belajar
Hasil belajar dibatasi memuat aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif.
Dalam penelitian ini aspek afektif dipilih variabel rasa ingin tahu, aspek psikomotor dipilih
keterampilan proses, dan aspek kognitif dipilih prestasi belajar. Rasa ingin tahu: adalah
emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi,
investigasi dan belajar (Mustari, 2011) (Sukestiyarno dan Budi W, 2016) (Judiani, 2010).
Untuk mengorek aktivitas maksimal belajar siswa, dalam pembelajaran harus ada
komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan belajar oleh siswa dapat

89
berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa
positif maupun negatif. Aktivitas siswa yang positif misalnya; mengorek dengan mengajukan
pendapat atau gagasan, mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif
dalam pembelajaran dan komunikasi dengan sesama siswa. Siswa dapat memecahkan suatu
permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif, misalnya
menganggu sesama siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan
lain yang tidak sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
Aktivitas belajar matematika adalah proses komunikasi antara siswa dan guru dalam
lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru, siswa dengan siswa
sehingga menghasilkan perubahan akademik, tingkah laku yang dapat diamati melalui,
perhatian siswa, kesungguhan siswa, kedisiplinan siswa, kegiatan bertanya/menjawab siswa
(Sunaryo, 2004).
Keterampilan bermain peran: keterampilan bermain peran adalah keterampilan
melakukan pola-pola tingkah laku peran aktif yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus
dan sesuai dengan keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu
(Syah, 2008) (Gunawan, 2017). Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya
meliputi gerakan motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat
psikomotor. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan bermain peran
matematika adalah suatu tuntutan proses psikomotor siswa dalam melakukan suatu kegitan
secara motorik bermain peran yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang
dilakukan oleh siswa dan dirancang secara sistematis strategi pembelajarannya oleh pengajar
untuk memperoleh suatu produk tertentu secara optimal.
Prestasi belajar: Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai
siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas
(Winkel, 2004) (Majid, 2014). Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
suatu kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Tes prestasi belajar
yang dilakukan oleh setiap guru dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan
dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut
(Balitbang Depdiknas, 2002).
Metode Pembelajaran Heroic Leadership dan Turnamen Matematika:
Pendekatan gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Lowney (2005) adalah merupakan

90
gaya kepemimpinan yang melawan arus kebanyakan metode kepemimpinan kontemporer.
Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa: 1) kita semua adalah pemimpin
sepanjang waktu dalam peran masing-masing, 2) kepemimpinan muncul dari dalam bukan
apa yang dilakukan melainkan siapa kita, 3) kepemimpinan bukan suatu tindakan tetap
merupakan cara hidup, 4) kepemimpinan berlangsung terus menerus kerja tanpa tanpa akhir.
Gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki
kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Kesadaran itu meliputi; mengembangkan
potensi, kesadaran mencari kelemahan, mengambil nilai manfaat, menentukan pendirian, dan
akhirnya menyemangati diri sendiri.
Pada penelitian ini pembelajaran heroic leadership diprogram siswa dibuat dalam
beberapa kelompok, anggota setiap kelompok diposisikan merupakan pemimpin dalam
tugasnya masing-masing. Pemimpin belajar konsep, pemimpin dalam menyiapkan
kebutuhan belajar, pemimpin dalam koorndinasi penyelesaian tugas, pemimpin dalam
turnamen. Kelompok dan unsur pimpinan dibentuk sesuai kebutuhan dan keberadaan siswa
dalam kelompok.
Tahapan pembelajaran dengan metode Turnamen digambarkan Slavin (2010) adalah
1) presentasi di kelas, 2) membentuk tim, 3) game berupa pertanyaan-pertanyaan tentang
konsep 4) permainan dilaksanakan 5) penghargaan atas prestasi didapat dan hukuman bagi
yang belum berhasil. Turnamen Matematika dalam kegiatan ini membatasi sebagai suatu
teknik pembelajaran yang memerankan perlombaan memecahkan masalah berupa soal, yang
diperebutkan dalam bentuk kelompok (Wardono, 2005).
Skenario pembelajaran matematika materi statistika disini yaitu dengan metode pembelajaran
heroic leadership dan turnamen matematika diracang dengan tahapan:
1. Pemberian tugas terstuktur untuk mempelajari di luar kelas secara kelompok heroik
tentang konsep materi dilengkapi dengan soal-soal turnamen.
2. Tagihan penugasan saat tatap muka di kelas dilanjut dengan melakukan elaborasi
diskusi dalam bentuk kelompok. Di sini siswa saling membantu.
3. Diskusi memecahkan masalah dalam kelompok dengan sistem saling melengkapi
berbagi pengetahuan.
4. Melaksanakan turnamen antar kelompok heroik.
5. Konfirmasi tentang konsep yang dipelajari.

91
Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika materi statistika dengan menerapkan metode pembelajaran
kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa siswa
baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya merasa dirinya pemimpin yang
mempunyai sifat heroik. Pada kegiatan antarsiswa bekerja sama dan melaksanakan perannya
ditunjukkan melalui penyelesaian tugas terstruktur yang diberikan guru untuk materi yang
akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Mereka lebih giat bekerja karena persiapan
itu akan dipakai untuk menghadapi kompetisi pemecahan masalah melalui turnamen.
Turnamen matematika diselenggarakan dalam membelajarkan Statistika ini
dimunculkan sebagai berikut: Siswa dibagi dalam beberapa tim kelompok. Setiap anggota
diberi peran sebagai pemimpin yang dijiwai semangat seperti pendapatnya (Lowney, 2005).
Tiap kelompok diberi masalah berupa soal untuk dikompetisikan pada kelompok. Apabila
masalah sudah terpecahkan siswa yang mampu harus berjiwa heroik membantu
mensosialisasikan ke tim kelompoknya. Selanjutnya guru mengorganisir jalannya kompetisi
antar kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya. Kegiatan yang
memacu siswa saling membantu dan berjuang memenangkan turnamen inilah yang memacu
semangat siswa untuk lebih aktif dan terampil dalam belajar. Apabila penugasan ini diberikan
secara terus menerus untuk setiap pertemuan dalam siklus siswa akan menjadi terbiasa
bekerja mandiri dan kelompok. Olah karena itu peningkatan pada rasa ingin tahu dan
keterampilan siswa belajar akan disertai peningkatan pada prestasi belajarnya pula
(Wardono, 2005).
Berdasar uraian tersebut dapatlah dirumuskan hipotesis bahwa pembelajaran dengan
metode heroic leadership dan turnamen matematika dapat meningkatkan rasa ingin tahu,
keterampilan bermain peran, dan proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada
pembelajaran materi statistika.

METODE PENELITIAN
Subyek yang diteliti atau sampel yang diteliti ialah siswa yang mendapat
pembelajaran Statistika pada semester gasal yakni siswa kelas VIII SMPN 5 Negeri

92
Semarang. Sekolah terletak tidak jauh dari pusat kota, jumlah responden 35 siswa. Penelitian
ini dirancang dengan PTK untuk 3 siklus. Pada setiap siklus diterapkan dengan langkah:
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi (H. Darmadi, 2015). Pada perencanaan
menyiapkan semua perangkat pembelajaran termasuk dokumen turnamen, pelaksanaan
menerapkan langkah-langkah pembelajaran, evaluasi adalah mengukur variabel-variabelnya.
Hasil evaluasi dilakukan refleksi untuk menyiapan perbaikan pada pembelajaran siklus
berikutnya. Pada siklus 1 membelajarkan konsep tendensi sentral dan dispersi data tunggal
dirancang perangkat pembelajarannya dilengkapi dengan bahan turnamen. Pada siklus 2
menerapkan pembelajaran konsep tendensi sentral dan dispesi data kelompok, dan siklus 3
untuk materi soal cerita menyangkut tendensi sentral dan dispersi statistik. Hasil siklus
sebelumnya digunakan untuk merevisi rancangan pada siklus berikutnya (Supardi, 2005).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi 1) rasa ingin tahu siswa dalam
menyelesaikan tugas dan keterampilan siswa dalam bermain peran, 2) prestasi belajar siswa.
Indikator variabel rasa ingin tahu meliputi: ingin tahu dalam tugas dan reaksi menyelesaikan
tugas, partisipasi dalam mengawali pembelajaran, partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, dan kegiatan aktif menutup pelajaran. Pencapaian target keberhasilan untuk
variabel rasa ingin tahu mencapai skor rata-rata 75%. Indikator untuk variabel ketarampilan
bermain peran meliputi: trampil dalam menyelesaikan tugas isi turnamen, keterampilan siswa
dalam mempersiapkan turnamen, keterampilan siswa dalam proses turnamen, trampin dalam
merangkum hasil turnamen, trampil dalam mengevaluasi hasil turnamen. Indikator
ketuntasan untuk variabel keterampilan proses adalah 75%. Indikator untuk variabel prestasi
belajar meliputi kemampuan konsep statistika berhubungan dengan olah data tendensi
sentral, sebaran data baik data tunggal maupun kelompok. Indikator ketuntasan mencapai
skor rata-rata 70%.
Data kualitatif diambil dengan lembar pengamatan untuk variabel rasa ingin tahu dan
keterampilan proses untuk indikator-indikator tersebut di atas, data kuantitatif diambil
dengan tes, dalam hal ini variabel prestasi belajar. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan analisis deskriptif (Suharsimi Arikunto, 2010).

93
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan dimulai dengan mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang sudah
disusun untuk materi statistika tendensi sentral data dan dispersi data tunggal. Selanjutnya
dilakukan pembagian kelompok dan mendistribusi peran masing-masing siswa sebagai
pemimpin heroik. Tugas rumah diberikan yang diambil dari buku lembar kerja siswa (LKS)
untuk tiap kelompok. Guru menampung semua permasalahan yang ada. Selanjutnya diberi
soal latihan untuk diturnamenkan.
Hasil pengamatan dan tes pada siklus 1 untuk ke tiga variabel lihat tabel 1
Tabel 1: Diskripsi Pengukuran Variabel Siklus 1
Variabel Jumlah Tuntas Jumlah Tidak Mean
Tuntas
Rasa ingin tahu 20 (57%) 15 (43%) 68%
Keterampilan 18 (51%) 17 (49%) 67%
Prestasi belajar 7 (20%) 28 (80%) 54%

Dilakukan refleksi, ternyata pada siklus 1 ini masih banyak siswa belum tuntas dan
mengalami masalah. Pada variabel rasa ingin tahu dan keterampilan ternyata masih cukup
besar yang belum mengalami ketuntasan. Permasalahan terletak pada partisipasi mengawali
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini siswa pada siklus 1 ini masih
saling belum percaya diri, masih bingung mengikuti strategi yang dilaksanakan. Akhirnya
jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnyapun masih rendah. Dilakukan refleksi, siswa
lebih diberi perhatian. Pada tugas siswa diminta tetap mengerjakan walaupun masih banyak
kesalahan, siswa dapat menulis pertanyaan sebanyak-banyaknya untuk dibahas dalam reviu
tatap muka. Pada permainan turnamen siswa juga diberi kesempatan berani mengemukakan
pendapat walau masih banyak kesalahan, yang penting siswa mau berpartisipasi.
Pada tahap siklus 2 perencanaan telah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran
berdasar hasil refleksi siklus 1. Materi yang diberikan adalah distribusi frekuensi data
kelompok. Pada tahap ini untuk pelaksanaannya lebih memperhatikan psenyelesaian stugas
terstruktur. Dilakukan pengumpulan tugas, selanjutnya mendiskusikan tentang tugas
tersebut. Hasil pengamatan dan tes menunjukkan bahwa pada diri siswa nampak adanya
perbaikan untuk ketiga variabel di atas.

94
Tabel 2: Diskripsi Pengukuran Variabel Siklus 2

Variabel Jumlah Tuntas Jumlah Tidak Mean


Tuntas
Rasa ingin tahu 26 (74%) 9(26%) 73%
Keterampilan 27 (77%) 8(23%) 75%
Prestasi belajar 20 (58%) 15 (42%) 65%

Ternyata pada siklus 2 ini sudah mengalami peningkatan rasa ingin tahu,
keterampilan dan prestasi belajar. Pada variabel rasa ingin tahu ternyata cukup besar
mengalami perubahan, yang tuntas mencapai 74%, begitu juga pada variabel keterampilan
proses yang tuntas 77%, prestasi belajar yang tuntas 58%. Skor rata-ratanya pun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.
Dilakukan refleksi, siswa lebih diberi perhatian. Pada pemberian tugas rumah lebih
diintensifkan dengan cara mereka melakukan diskusi dalam kelompoknya. Sebelum mereka
bertemu di luar kelas disarankan mereka sudah mempersiapkan tugasnya, bertanya orang
sekitar dia, mengerjakan terlebih dahulu sebisanya, menyusun pertanyaan-pertanyaan, baru
mereka berdiskusi bersama.
Pada tahap siklus 3 perencanaan telah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran
berdasar hasil refleksi. Materi yang diberikan adalah ukuran tendensi sentral data kelompok.
Pada tahap ini untuk pelaksanaannya lebih memperhatikan penyelesaian pemecahan masalah
pada saat kerja kelompok. Hasil pengamatan dan tes menunjukkan bahwa kegiatan siswa
nampak lebih serius dan inovatif.
Tabel 3: Diskripsi pengukuran variabel siklus 3
Variabel Jumlah Tuntas Jumlah Tidak Mean
Tuntas
Rasa ingin tahu 33 (94%) 2 (6%) 80%
Keterampilan 32 (91%) 3 (9%) 79%
Prestasi belajar 25 (71%) 10 (29%) 78%

95
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Ketiga variabel
mencerminkan sudah melebihi skor tuntas. Dengan adanya perhatian lebih khusus terhadap
tugas rumah yaitu melalui intensifikasi dengan diskusi pada kelompok masing-masing di luar
kelas memberi ekfektifitas baik dari segi waktu maupun dari segi peningkatan skor variabel.
Pembahasan
Pada pembelajaran dengan strategi di atas yang menjadi fokus pengamatan adalah variabel
rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti pembelajaran, keterampilan bermain peran dalam
pembelajaran. Rangkuman hasil tiap siklus dapat diperlihatkan seperti gambar di bawah:

Pada variabel rasa ingin tahu siswa mengalami perubahan setiap siklus cukup
sifnifikan, baik bagi jumlah siswa yang tuntas maupun rata-rata skor siswa. Kegiatan itu
terjadi juga pada variabel keterampilan bermain peran. Keberhasilan di atas tercermin dengan
adanya intensifitas pada pemberian tugas terstruktur yang diselesaikan dengan jiwa
kepahlawanan. Selanjutnya kegiatan pemantapan pada materi dengan adanya turnamen
matematika.
Penelitian dengan tiga siklus ini menerapkan strategi pembelajaran yang
mengandalkan pemberian tugas terstruktur materi baru. Tugas bisa diselesaikan di rumah
dapat memberi kesempatan siswa berkomunikasi dengan siapa saja untuk bertanya. Disana
siswa benar-benar memerankan fungsinya yakni berperan pada prestasi akademik, berperan
pada penyelesaian tugas, berperan secara andmistrasi, berperan dalam pengelolaan turnamen
statistika matematika. Pada saat tatap muka di samping melakukan reviu materi tugas
dilanjutkan dengan permainan turnamen matematika. Dengan adanya turnamen statistika

96
sengaja digunakan untuk lebih memberi kemantapan siswa penangkapan konsep secara
mantap.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mulanya siswa merasa protes dengan tugas
yang diberikan, mereka merasa kesulitan mempelajari karena materinya belum pernah
diajarkan. Setelah dilakukan reviu materi mereka merasa lega untuk membahas bersama
terhadap soal yang diberikan. Pada perjalanan siklus berikutnya yaitu siklus 2 dan 3 siswa
sudah bisa merasakan manfaatnya. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rasa ingin
tahu dan keterampilan proses siswa.
Pada kegiatan permainan turnamen matematika siswa harus memerankan sebagai
pemimpin yang heroik. Siswa yang bertugas sebagai pemimpin akademik umumnya tidak
banyak mengalami kesulitan, karena mereka memang tergolong siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi. Akan tetapi bagi siswa yang bertugas pada pemimpin
administrasi, pemimpin penyelesaian tugas, dan pemimpin turnamen pada awalnya merasa
canggung dalam melaksanakan tugas. Setelah diberikan penjelasan, dan dipraktekkan
terlebih dahulu di luar kelas mereka dapat juga melaksanakan tugas dengan baik.
Berdasar hasil peningkatan rasa ingin tahu dan keterampilan proses belajar memberi dampak
peningkatan pada proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada tiap siklus. Hal tersebut
seperti tambak gambar berikut:

Hal yang perlu mendapat catatan penting untuk kegiatan bagaimana memerankan diri harus
rela berkorban dan dapat menyemangati orang lain, disini juga merupakan latihan yang terus
menerus harus dipantau oleh guru.

97
Hasil penelitian di atas mendukung pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini didasar oleh penelitian Sukestiyarno (2004) yang mengeksperimenkan
pembelajaran matematika berbasis Media dan Teknologi diawali dengan pemberian tugas
terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk CD interaktif. Dikatakan bahwa pembelajaran
dengan pemberian tugas terstruktur pada materi yang belum diajarkan mampu mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran dan melatih siswa mandiri. Begitu juga temuan penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Wardono, 2005 tentang penerapan pembelajaran
kooperatif dengan Teams Games Turnamen (TGT) yang memberikan kesimpulan bahwa
pembelajaran dengan kooperatif TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Wardono,
2005).

SIMPULAN dan SARAN


Simpulan
Mata pelajaran statistika SMP diberikan untuk membekali siswa dalam membantu siswa
mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pengolahan data. Agar siswa
menguasai konsep yang ada maka perlu adanya usaha bagaimana membelajarkan materi
matemika tersebut menjadi menyenangkan dan mudah untuk diajarkan. Melalui penelitian,
kemudahan tersebut akan mampu diupayakan.
Dengan menanamkan jiwa kepahlawanan (heroic leadership) diharapkan antarsiswa dapat
melakukan sosialisasi saling membantu. Siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 4
orang (masing-masing sebagai pemimpin akademik, penyelesaian tugas, administrasi, dan
pemimpin turnamen). Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mengandalkan
pemberian tugas terstruktur untuk materi yang belum diajarkan dapat menggugah siswa aktif
mandiri. Kegiatan selanjutnya adalah pada tatap muka di kelas diawali dengan review materi.
Untuk menguatkan penangkapan konsep dilakukan permainan turnamen matematika. Hasil
yang diperoleh pada siklus 1 hingga siklus 3 untuk masing-masing variabel menunjukkan
adanya peningkatan. Proposrsi yang tuntas pada Rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan berturut-turut 57%, 74% dan 94%; begitu juga pada variabel
keterampilan proses mengalami kenaikan masing-masing 51%, 77%, dan 91%. Pada variabel
prestasi belajar, jumlah siswa yang mencapai tuntas juga mengalami peningkatan masing-
masing berturutan dari 20%, 58% dan 71%.

98
Pada siklus ke 3 untuk ketiga variabel tersebut semuanya memenuhi mencapai skor
ketuntasan yang diprogramkan. Hal ini menandakan bahwa penelitian ini berhasil
meningkatkan rasa ingin tahu, keterampilan bermain peran dan prestasi belajar siswa.
Saran
Berdasar keberhasilan penelitian seperti yang diuraikan di atas, perlu disarankan:
1. Bagi guru hendaknya dalam melakukan pembelajaran selalu berusaha mencari variasi-
variasi metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakeristik materi ajarnya.
2. Bagi siswa hendaknya dalam melakukan pembelajaran selalu berusaha aktif, bersikap
mandiri dalam mendalami pengetahuan, agar siswa memiliki bahan untuk berani
berpendapat, berdiskusi, dan kegiatan lainnya.
3. Bagi penentu kebijakan hendaknya bersifat responsif, memberi fasilitas sarana dan
prasarana yang cukup untuk membantu guru kreatif melakukan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar. Pusat Kurikulum.

Gunawan. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Permainan Anak Pada Muatan
Pelajaran Matematika Kelas III. In skripsi (Vol. 25, Issue 1). Universitas Jambi.
https://repository.unja.ac.id/1616/1/A1D113064- ARTIKEL.pdf

H.Darmadi. (2015). Desain dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alfabeta.

Hartuti dan Widyasari, H. (2016). Peran Kemampuan Awal Matematika Dan Persepsi
Mahasiswa Pada Statistika Terhadap Prestasi Belajar Statistika. Jurnal SAP Vol. 1
No. 2. ISSN: 2527-967X.

Judiani, S. (2010). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan


Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(9), 280–289.
https://doi.org/https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i9.519

Lowney. (2005). Heroic Leadership, Terjemahan oleh Taryadi. Gramedia.

Majid, A. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Remaja Rosdakarya.

Mustari. (2011). Nilai Karakter. LaksBang PRESSindo.

99
Nulhakim. (2016). Pengaruh Frekuensi Pemberian Catatan Perbaikan pada Latihan
Matematika terhadap Kemampuan Pemahaman Matematika. Jurnal SAP Vol. 1 No. 1.
ISSN: 2527-967X.

Spencer, Kagen. 1993. Cooperative Learning. San Juan Capistrano

Suharsimi Arikunto, D. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.

Sukestiyarno, 2004, Penerapan Strategi Berbasis Media Dan Teknologi Dalam


Mengajarkan Materi Matematika Perdana Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Laporan Penelitian Due Like UNNES.

Sukestiyarno dan Budi W. (2016). Pemetaan Pendidikan Karakter Diintegrasikan Pada


Kurikulum Matematika Sekolah Berbasis Proyek Secara Berjenjang Dengan Sistem
Spiral. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia KONASPI VIII.
http://repository.unp.ac.id/22360/1/Makalah 1 Konaspi 2016.pdf

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Pendidikan. EGC.

Supardi. (2005). Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Makalah
dalam Diklat Pengembanga Profesi Widyaiswara. Direktorat Tenaga Pendidikandan
Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas.

Surya. (2011). Visual Thinking and Mathematical Problem Solving of the Nation
Character. Development, Department of Mathematics Education, Yogyakarta State
University Yogyakarta.

Syah, M. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya.

Wardono. (2005). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II dan Team Games


Tournament untuk mengingkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP.
Laporan PTK Unnes FMIPA.

Winkel. (2004). Psikologi Pengajaran. Gramedia.

4. Latihan
Carilah tiga buah artikel dari jurnal ilmiah yang ber doi. Berdasarkan hasil analisa pada
abstrak tulislah bagian-bagian yang menunjukkan: a) masalah penelitian, b) teori
singkatnya, c) tahap penelitian, d) hasil penelitian, dan e) simpulannya.

100
Glosarium
abstraksi metode untuk mendapatkan kepastian hukum atau pengertian melalui penyaringan
terhadap gejala atau peristiwa
akurat tepat benar
analisis penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dan sebagainya)
angket daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban
bagi setiap pertanyaan
data keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan)
deduksi penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum; penyimpulan dari yang umum ke
yang khusus
deskriptif bersifat deskripsi; bersifat menggambarkan apa adanya
diseminasi proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola
draf rancangan atau konsep (surat dan sebagainya)
eksperimen percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu
teori dan sebagainya)
empiris berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan,
pengamatan yang telah dilakukan)
esensial perlu sekali; mendasar; hakiki
evaluasi penilaian
fenomena hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta
dinilai secara ilmiah
fisibilitas sesuatu yang dapat dilaksanakan; keterlaksanaan; kelaikan; kelayakan
fleksibel menyesuaikan
forum tempat pertemuan untuk bertukar pikiran secara bebas
fundamental bersifat dasar (pokok); mendasar
hipotesis sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan;
anggapan dasar
identifikasi penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya
implementasi pelaksanaan; penerapan
indikator sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) pe-tunjuk atau keterangan
induksi metode pemikiran yang bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk
menentukan hukum (kaidah) yang umum; penarikan kesimpulan berdasarkan
keadaan yang khusus untuk diperlakuan secara umum; penentuan kaidah umum
berdasarkan kaidah khusus
instrumen sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpul-kan
data sebagai bahan pengolahan
interpretasi emberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu; tafsiran
interval jarak yang terletak antara dua nilai yang diketahui

101
karakter tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain; watak
kesenjangan jurang pemisah
konsisten tetap (tidak berubah-ubah)
konteks bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan
makna
konvensional berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, kelaziman)
korelasi hubungan timbal balik atau sebab akibat
literasi suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam
mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan
menulis
mensitasi mengutip atau menyebutkan kembali pendapat orang lain dalam karya kita
merujuk melihat untuk meneliti; Mengacu (melihat) lebih lanjut
metodologi ilmu tentang metode; uraian tentang metode
mikro berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil
miskonsepsi salah pengertian; salah paham
observasi peninjauan secara cermat
operasional operasi yang didasarkan pada aturan; operasi yang sesuai dan tidak menyimpang
dari suatu norma atau kaidah
optimal (ter)baik; tertinggi; paling menguntungkan
orientasi pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan
outcome hasil dan akibat
parafrasa pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa
menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian
perspektif cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang
terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya)
plagiarisme penjiplakan yang melanggar hak cipta
populasi sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel;
suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian
pragmatis bersifat praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan
dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai
praktis
proporsi perbandingan
pustaka kitab; buku
referensi sumber acuan (rujukan, petunjuk)
refleksi gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau
kegiatan yang datang dari luar
relatif tidak mutlak
relevan kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung
representatif dapat (cakap, tepat) mewakili; sesuai dengan fungsinya sebagai wakil
responden penjawab (atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian)
revisi peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan

102
rujukan buku dan bahan pustaka lain yang tidak boleh dipinjam atau digunakan di luar
perpustakaan, baik karena penggunaannya hanya dalam waktu singkat maupun
karena bahan pustaka itu termasuk koleksi yang tidak boleh dipinjamkan
sampel bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar
siklus putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang
secara tetap dan teratur
sistematis teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang diatur baik-baik
skenario rencana kegiatan yang tertulis secara terperinci
spesifik khusus; bersifat khusus; khas
subjek orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembuntutan sebagai
sasaran
survei teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjauan
tendensi kecenderungan; kecondongan (pada suatu hal)
teoritis pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumentasi
terapan ilmu tentang cara menerapkan prinsip umum untuk memecahkan masalah yang
terjadi dalam alam semesta dan masyarakat manusia
trianggulasi usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin
bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

103
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. (2020). 5 Tipe Research Gap Berguna Menemukan Ide Dalam Penelitian Skripsi,
Tesis, Disertasi dan Artikel Ilmiah. Akhmad.Com.
https://www.marisscience.com/2020/07/5-tipe-research-gap-berguna-dalam-penelitian-
skripsi-tesis-disertasi.html
Arikunto, dan C. S. A. J. (2008). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis
bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara.
Awwaabiin, S. (2021). Kerangka Berpikir: Pengertian, Cara Membuat, dan contoh Lengkap.
Deepublish. https://penerbitdeepublish.com/kerangka-berpikir/
Basrowi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Ghalia Indonesia.
Deepublish. (2021). Artikel Ilmiah: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri dan Sistematika. Deepublish.
https://penerbitdeepublish.com/pengertian-artikel-ilmiah/
Erik Fahron Setiadi, Alia Azmi, J. I. (2019). Youtube Sebagai Sumber Belajar Generasi
Milenial. Journal of Civic Education, 2(4), 313. https://doi.org/2622-237X
Esminarto, Sukowati, Suryowati, N., & Anam, K. (2016). Implementasi Model STAD dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Riset Dan Konseptual, 1(1).
Haqien, D., & Rahman, A. A. (2020). Pemanfaatan Zoom Meeting untuk Proses
Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 5(1).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/sap.v5i1.6511
Hartutik dan Sukestiyarno. (2021). Penelitian Tindakan Kelas Penyusunan proposal-Laporan
dan Artikel (Pertama). Unnes Press.
Huriah, T. (2018). Metode Student Center Learning. Prenandamedia Group.
Istiana, P. (n.d.). Panduan Anti Plagiarism. Perpustakaan UGM.
http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327
Iwan Sumantri. (2019). Tantangan Guru Abad 21.
https://www.guruataya.com/2019/05/tantangan-guru-abad-21.html
Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner (1st ed.). Paradigma.
Kemdikbud. (2020). Kemendikbud Terbitkan Kurikulum Darurat pada Satuan Pendidikan
dalam Kondisi Khusus. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2017). Pendidikan Karakter Dorong Tumbuhnya Kompetensi Siswa Abad 21.
Pengelola Web Kemendikbud.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/06/pendidikan-karakter-dorong-
tumbuhnya-kompetensi-siswa-abad-21
Legiman. (2015). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). widyaiswara LPMP.
http://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2015/02/Penelitian-Tindakan-
Kelas-PTK-legiman.pdf
Lestari, A. P. (2021, September 28). Tahukah Kamu Apa Itu Kajian Pustaka? Media
Indonesia.
Lestari, D. A. (2015). Kategori dan Jenis Plagiasi. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/diahayulhs/5529b26df17e61721ad623c6/kategori-dan-
jenis-plagiarisme
Mills, G. E. (2000). Action Research: A Guide for The Teacher Researcher. Merril, An
Imprint of Prentice Hall.
Monica, J., & Fitriawati, D. (2020). Efektivitas Penggunaan Aplikasi ZoomSebagai Media
Pembelajaran OnlinePada Mahasiswa Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Communio :
Jurnal IlmuKomunikasi, 9(2). https://doi.org/https://doi.org/10.35508/jikom.v9i2.2416

104
Muchtar, A. D., & Suryani, A. (2019). Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud(Telaah
Pemikiran atas Kemendikbud). Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142
Mujianto, H. (2019). Pemanfaatan Youtube sebagai Media Ajar dalam Meningkatkan Minat
dan Motivasi Belajar. Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran Dan
Penelitian, 5(1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.10358/jk.v5i1.588
Muliawan, J. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus. Gava Media.
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Ghalia.
Nelson, Courier, K., Joseph, M., & W., G. (2011). An Investigation of Digital Literacy Needs
of Students. Journal of Information Sistems Education, 22(2).
Nugroho, A. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis WEB (Model
Development of Web-based Distance Learning). Jurnal Transformatika, 9(2).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26623/transformatika.v9i2.60
Olinan, R. M., & Sujatmika, S. (2017). Pengaruh STAD Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari
Motivasi Belajar Siswa. 4(2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30738/natural.v4i2.1849
Patno, V. (2012). Pendidikan Agama Katolik. Konstantin Kovshenin.
Pradewo, B. (2021). PTM Pakai Metode Blended Learning atau Hybrid Learning, Pilih
Mana? https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/31/08/2021/ptm-pakai-metode-
blended-learning-atau-hybrid-learning-pilih-mana/
Putra, N. (2011). Research & Development: Penelitian dan Pengembangan: Suatu Pengantar.
PT Raja Grafindo Persada.
Rajagukguk, M. R. (2020). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAND dalam
Mweningkatkan Hasil Belajar PAK Siswa di Kelas IX-4 SMP Negeri 11 Medan.
PROVIDENSI: Jurnal Pendidikan Dan Teologi, 3(1).
Rakhmawan, A. (2017). Perbedaan antara quote dan sitasi. Blog.
https://www.adityarakhmawan.web.id/2017/10/perbedaan-antara-quote-dan-sitasi.html
S. Arikunto, Suhardjono, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Grup.
Subrata, G. (2009). Kajian Ilmu Perpustakaan: Literatur Primer, Sekunder, dan Tersier.
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Kajian Ilmu
Perpustakaan_Literatur Pimer Sekunder dan Tersier.pdf
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta.
Sukestiyarno. (2020). Metode Penelitian Pendidikan. UNNES Press.
Sukestiyarno, Y. (2021). Metode Penelitian Pendidikan (3rd ed.). Alem Print.
Sulastri, Imran, & Firmansyah, A. (2006). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDN 2 Limbo
Makmur Kecamatan Bumi Raya. Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 3 No.
Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Suparsawan, I. K. (2020). Kolaborasi Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran
STAD Geliatkan Peserta Didik (H. Nurahayu (ed.); 01 ed.). Penerbit Tata Akbar.
Suparwasan, I. K. (2020). Kolaborasi Pendekatan Saintifik dengan model pembelajaran
STAD geliatkan peserta didik (1st ed.). Tata Akbar.
Suria, Y., & Bonardy, S. (2017). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Tahar, I., & Enceng. (2006). Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada
Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 7(2).
Tasaik, H. L., & Tuasikal, P. (2018). Peran Guru dalam Menigkatkan Kemandirian Belajar

105
Peserta Didik Kelas V SD Inpres Saberpasi. Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 14(01).
UPI. (2021). Apa Itu Penelitian Pendidikan? UPI Bandung.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Dasar_Met_Penelt_Sos_%26_pend%2C_Elly_malihah%2CSPS/Pres
entasi_Metlit.pdf
Wardhani, I. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.
Wibowo, A. (2012). Mencegah dan Menanggulangi Palgiarisme di Dunia Pendidikan.
Kesmas: National Public Health Journal, 6(5), 195–200.
https://doi.org/https://doi.org/10.21109/kesmes.v615.84
Widodo, & Widayanti, L. (2014). Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa
dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTs Negeri
Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, 17(49).
https://doi.org/10.22146/jfi.24410
Wisnu Jatmiko, D. (2015). Panduan Penulisan Artikel. Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/305769068_Panduan_Penulisan_Artikel_Ilmiah

106

You might also like