You are on page 1of 36

MINI PROJECT

Pengetahuan dan Pendapat Pengunjung PUSKESMAS LOLAK


Mengenai Pandemi COVID-19

Disusun Oleh :

dr. Hisky Malutu

dr. Angelia Ch. Korompis

dr. Rachel Marisca Banjarnahor

dr. Inggrit P.H. Pontoh

dr. Fariz Kawalusan

Pembimbing :

dr. Odwin Brian Saumur

PUSKESMAS LOLAK

LOLAK

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Pengetahuan dan Pendapat Pengunjung PUSKESMAS LOLAK

Mengenai Pandemi COVID-19

Disusun oleh

dr. Hisky Malutu

dr. Angelia Ch. Korompis

dr. Rachel Marisca Banjarnahor

dr. Inggrit P.H. Pontoh

dr. Fariz Kawalusan

Bolaang Mongondow, Juli 2020

Mengetahui Dokter Pendamping,

dr. Odwin B. Saumur


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya sehingga Mini Project yang berjudul “Pengetahuan dan
Pendapat Pengunjung di Puskesmas Lolak Mengenai Pandemi COVID-19” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Mini Project ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Indonesia. Penulisan mini project ini dapat
terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Ani Wowor, S.Kep Kepala Puskesmas atas dukungan kepada kami
dalam penyusunan mini project ini.
2. dr. Odwin B. Saumur sebagai pendamping atas kesabarannya membimbing
penulis dan memberikan ilmu selama penyusunan mini project ini.
3. Seluruh pegawai Puskemas Lolak yang telah membantu memberikan
informasi sehingga memudahkan kami dalam menyelesaikan mini project
ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan mini project ini.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih banyak kekurangannya,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
mendukung penyempurnaan mini project ini. Akhir kata, kami mengharapkan mini
project ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bolmong, 01 Agustus 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diawal tahun 2020, dunia di gemparkan dengan merebaknya virus baru
yaitu corona virus. Diketahui asal mula virus ini berasal dari Wuhan, provinsi
Hubei, Tiongkok.1 Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada tanggal 31 Desember
2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak diketahui
etiologinya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien
dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus.2-3
Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan
atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, provinsi
Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan
adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019
novel Coronavirus (2019-nCoV) dan pada tanggal 11 Februari 2020, World
Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute
respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).3
Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di
seluruh dunia sebesar 2,1%, secara khusus di kota Wuhan sebesar 4,9% dan
provinsi Hubei sebesar 3,1%. Di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020 ada
sebanyak 96 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dengan jumlah kematian 6
orang dan menjadi negara ke 65 yang positif konfirmasi COVID-19. Secara
keseluruhan tingkat mortalitas dari COVID-19 masih lebih kecil jika
dibandingkan dengan kejadian luar biasa oleh Coronavirus tipe lain yaitu
Severe Acute Respiratory Syndrome-coronavirus (SARSCoV) dan Middle
East Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV) masing-masing sebesar
10% dan 40%.4
COVID-19 adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta
ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
sampai saat ini masih belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19
dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak
melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang
yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19.2
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health
Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah
kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar
negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus
konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus
dilaporkan di 192 negara/ wilayah.
Pada tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus
konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta,
Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa Tenggara
Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. 5
Cara pencegahan penyebaran covid-19 yang paling efektif adalah
memutus mata rantai penularan covid-19. Sampai saat ini, sudah diketahui
bahwa penularan antar manusia dapat terjadi melalui percikan (droplet) saat
batuk/ bersin atau melalui benda yang terkontaminasi virus. Banyak
himbauan- himbauan yang disampaikan pemerintah kepada masyarakat dalam
mengatasi wabah ini agar berjalan efektif dan efisien. Tapi pada kenyataannya
masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan himbauan ini. Sebagai
salah satu upaya untuk mengetahui penyebab perilaku masyarakat tersebut
khusunya di wilayah kerja Puskesmas Lolak.
1.2 Identifikasi Masalah
Angka kejadian COVID-19 semakin meningkat setiap hari, baik di
dunia maupun di Indonesia, terlebih khusus di Provinsi Sulawesi Utara.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengetahuan dan tindakan pencegahan
sehingga menyebabkan meningkatnya risiko penularan penyakit di Era New
Normal.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap perilaku
pencegahan covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lolak.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Memperluas pengetahuan tentang COVID-19 untuk meningkatkan
kesadaran setiap masyarakat
2. Memahami dengan benar cara pencegahan, alur deteksi dan penanganan
COVID-19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Corona Virus


Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan
dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum
diketahui.5

2.2 Karakteristik patogen


Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus,
betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.3
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering
pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom
RNA sangat panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus
dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein
merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama
untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).
Corona virus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56oC
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan
virus.3

2.3 Patofisiologi dan Patogenesis


Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan
empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-
associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory syndrome-
associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru
yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus
2019 (2019-nCoV).3
Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan
gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS
atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi
coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut
terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang
cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan
karakteristik coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak
terlalu tinggi.3
Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia coronavirus jenis
baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal,
bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar
dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh
berfungsi normal. Orang-orang dengan sistem imun lemah seperti orang tua,
wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan
lebih parah. Pada sebuah penelitian juga mengatakan pria mempunyai angka
mortalitas yang lebih tinggi dari wanita. Infeksi coronavirus menimbulkan sistem
kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-
infeksi.3
Virus SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang menyebabkan
epidemi, dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember
2019. Analisis isolat dari saluran respirasi bawah pasien tersebut menunjukkan
penemuan coronavirus tipe baru, yang diberi nama oleh WHO COVID-19. Pada
tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama penyakitnya menjadi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus tipe baru ini merupakan
tipe ketujuh yang diketahui di manusia. SARS-CoV-2 diklasifikasikan pada
genus beta coronavirus.
Evolusi group dari SARS-CoV-2 ditemukan di kelelawar sehingga diduga
host alami atau utama dari SARS-CoV-2 mungkin juga kelelawar. coronavirus
tipe baru ini dapat bertransmisi dari kelelawar kemudian host perantara kemudian
manusia melalui mutasi evolusi. Ada kemungkinan banyak host perantara dari
kelelawar ke manusia yang belum dapat diidentifikasi. Coronavirus baru,
memproduksi variasi antigen baru dan populasi tidak memiliki imunitas terhadap
strain mutan virus sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Pada kasus ini
ditemukan kasus super-spreader yaitu dimana virus bermutasi atau beradaptasi di
dalam tubuh manusia sehingga memiliki kekuatan transmisi yang sangat kuat dan
sangat infeksius. Satu pasien menginfeksi lebih dari 3 orang dianggap super-
spreader, jika lebih dari 10 lebih tepat lagi dikatakan super spreader.3
Secara patofisiologi, pemahaman mengenai COVID-19 masih perlu studi
lebih lanjut. Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi di
saluran napas bawah. Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 sebagai reseptor,
sama dengan pada SARS-CoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-binding domain)
termasuk RBM (receptorbinding motif) pada SARS-CoV-2 kontak langsung
dengan enzim ACE2 (angiotensin-converting enzyme 2). 3 Hasil residu pada
SARS-CoV-2 RBM (Gln493) berinteraksi dengan ACE 2 pada manusia,
konsisten dengan kapasitas SARS-CoV-2 untuk infeksi sel manusia. Beberapa
residu kritis lain dari SARS-CoV-2 RBM (Asn501) kompatibel mengikat ACE2
pada manusia, menunjukkan SARS-CoV-2 mempunyai kapasitas untuk transmisi
manusia ke manusia. Analisis secara analisis filogenetik kelelawar menunjukkan
SARS-CoV-2 juga berpotensi mengenali ACE 2 dari beragam spesies hewan
yang menggunakan spesies hewan ini sebagai inang perantara.3
Setelah infeksi terjadi, sistem kekebalan tubuh bersatu untuk membuat
antibodi yaitu protein yang memburu dan membunuh penjajah asing seperti virus
di tubuh kita. Dalam beberapa kasus, “Antibodi itu juga dapat menjadi
bumerang,” kata Akiko Iwasaki, seorang imunobiologis Yale, ia menjelaskan
beberapa antibodi berikatan dengan virus, dan bukannya menghalangi virus,
mereka diambil oleh sel darah putih. Sel-sel darah putih itu kemudian menjadi
kusut, menghasilkan molekul yang disebut sitokin. Ini adalah bahan kimia yang
antara lain, meningkatkan peradangan di seluruh tubuh dan itu pada akhirnya
membuat penyakit ini bisa seburuk itu. Tidak jelas mengapa “cytokine storm”
sebagaimana reaksi ini disebut, dapat berdampak parah pada satu orang dan tidak
terjadi sama sekali pada orang lain. Para ilmuwan sementara mencari petunjuk
genetik, yang mungkin menandakan seseorang lebih berisiko daripada yang lain.3
Pada penelitian 41 pasien pertama pneumonia COVID-19 di Wuhan
ditemukan nilai tinggi dari IL1β, IFNγ, IP10, dan MCP1, dan kemungkinan
mengaktifkan respon sel T-helper-1 (Th1). Selain itu, berdasarkan studi terbaru
ini, pada pasien-pasien yang memerlukan perawatan di ICU ditemukan
konsentrasi lebih tinggi dari GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα
dibandingkan pasien yang tidak memerlukan perawatan di ICU. Hal tersebut
mendasari kemungkinan adanya cytokine storm yang berkaitan dengan tingkat
keparahan penyakit. Selain itu, pada infeksi SARS-CoV-2 juga menginisiasi
peningkatan sekresi sitokin T-helper-2 (seperti IL4 dan IL10) yang berperan
dalam menekan inflamasi, yang berbeda dengan infeksi SARS-CoV.3

2.4 Karakteristik Epidemiologi


Angka fatalitas kasus (CFR) tergantung pada ketersediaan layanan
kesehatan, usia dan masalah kesehatan dalam populasi, dan jumlah kasus yang
tidak terdiagnosis. Penelitian pendahuluan telah menghasilkan angka tingkat
fatalitas kasus antara 2% dan 3%; pada Januari 2020. WHO menyimpulkan
bahwa tingkat fatalitas kasus adalah sekitar 3%, dan 2% pada Februari 2020
hanya di Provinsi Hubei. WHO memperkirakan rasio fatalitas infeksi rata-rata
(IFR, mortalitas di antara yang terinfeksi) berkisar antara 0,8% - 0,9%. Sebuah
penelitian observasional terhadap sembilan orang tidak menemukan penularan
vertikal dari ibu ke bayi yang baru lahir. Juga, sebuah penelitian deskriptif di
Wuhan tidak menemukan bukti penularan virus melalui hubungan seks, tetapi
beberapa ahli mencatat bahwa penularan selama hubungan seks dapat terjadi
melalui rute lain.2
Data yang disediakan oleh Dashboard Darurat Kesehatan WHO (per 03
Maret, 10.00 CET) telah dilaporkan total 87.137 kasus yang dikonfirmasi di
seluruh dunia sejak awal epidemi. Dari jumlah tersebut, 2977 (3,42%) telah
berakibat kematian. Sekitar 92% (79.968) dari kasus yang dikonfirmasi dicatat di
China, lokasi di mana hampir semua kematian juga dicatat (2.873, 96,5%). Dari
catatan, kasus “dikonfirmasi” yang dilaporkan antara 13 Februari 2020 dan 19
Februari 2020, termasuk pasien yang dikonfirmasi secara klinis dan yang
didiagnosis secara klinis dari provinsi Hubei.2
Hingga tanggal 27 april 2020, kasus di konfirmasi mencapai 3.013.840
dengan jumlah kematian 207.900, sembuh 888.516, dan sudah menjangkiti 213
negara. Di Indonesia sendiri kasus terkonfirmasi mencapai 9096 dengan kasus
kematian mencapai 765,sembuh 1.151 dan sudah menjangkiti 34 provinsi.

2.5 Mekanisme penularan


COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan
melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi
sehingga penularan akan semakin mudah.2

2.6 Gejala Klinis


Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia,
gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari
pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat
dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi
dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada
beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil
dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat
muncul jika terinfeksi.3
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
2.6.1 Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa
gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam,
batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise,
sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan
lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak
khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai
dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak
memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas
pendek.3
2.6.2 Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak
berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai
napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
Definisi takipnea pada anak:
 < 2 bulan : ≥ 60x/menit
 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40x/menit.
2.6.3 Pneumonia berat
Pada pasien dewasa:
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
Pada pasien anak-anak:
Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
 Sianosis central atau SpO2 <90%
 Distress napas berat (retraksi dada berat)
 Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum;
letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis dilakukan dengan
diagnosis klinis, yang mungkin didapatkan hasil penunjang yang tidak
menunjukkan komplikasi.3
2.6.4 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah
diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi
hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO2) dibagi
fraksi oksigen inspirasi (FIO2) kurang dari< 300 mmHg.
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto
toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat
ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau
kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan
oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain
seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema
jika tidak ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat
tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi.
Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa:
 ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau
CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
 ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi
 Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS (termasuk pasien
tanpa ventilasi)
Anak:3
 Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah : PaO2/FiO2
≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
 ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5 ≤ OSI
< 7.5
 ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation index
using SpO2 (OSI) < 12.3
 ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.326

2.6.5 Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek
infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda
disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas
cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit
mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis,
tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.3
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai
0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan
oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin
meningkat), kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran
dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau
tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-
related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2
kriteria Systemic Inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya
harus suhu abnormal atau hitung leukosit.3

2.6.6 Syok septik


Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum
adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu
hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata
tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi
berikut :3
 Perubahan status mental
 Bradikardia atau takikardia
- Pada balita: frekuensi nadi <90 x/menit atau >160x/menit
- Pada anak-anak: frekuensi nadi <70x/menit atau >150x/menit26
 Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan
bounding pulse
 Takipnea
 Kulit mottled atau petekia atau purpura
 Peningkatan laktat
 Oliguria
 Hipertemia atau hipotermia3

2.7 Pemeriksaan fisik


Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya
manifestasi klinis.3
 Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
 Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat, tekanan
darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat. Saturasi oksigen dapat
normal atau turun.
 Dapat disertai retraksi otot pernapasan
 Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan
dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas
bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar.

2.8 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:3
2.8.1 Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan
intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian
berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di
kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan
white-lung dan efusi pleura (jarang).
2.8.2 Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
 Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring)
 Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)
2.8.3 Bronkoskopi
2.8.4 Pungsi pleura sesuai kondisi
2.8.5 Pemeriksaan kimia darah
 Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit
menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
 Analisis gas darah
 Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
 Fungsi ginjal
 Gula darah sewaktu
 Elektrolit
 Faal hemostasis (PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
meningkat
 Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
 Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
2.8.6 Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk
bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan
menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah)
2.8.7 Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan).3

2.9 Diagnosis Kasus


Dalam konteks China, Pemerintah membagi menjadi 2 (dua) jenis kluster,
yaitu: cluster Hubei dan kluster lain diluar Hubei. Kasus di provinsi lain kecuali
Hubei masih diklasifikasikan ke dalam “kasus suspek atau terduga (suspected
cases)” dan “kasus terkonfirmasi (confirmed cases)”. Data menunjukkan bahwa
ada kasus terkonfirmasi tanpa riwayat paparan epidemiologi yang jelas. “Mereka
yang tidak memiliki riwayat paparan epidemiologi yang jelas, tetapi memenuhi
tiga manifestasi klinis (demam dan atau gejala gangguan sistem pernapasan;
memiliki hasil rontgen pneumonia seperti disebutkan di atas; pada tahap awal,
ditemukan hitung sel darah putih normal atau menurun, dan hitung limfosit
menurun)” juga termasuk dalam penyelidikan “kasus suspek infeksi virus
corona”. Kriteria diagnosis kasus yang terkonfirmasi tidak berubah.3
Hasil positif tes asam nukleat nCoV-2019 melalui fluoresensi real-time RT-
PCR pada spesimen saluran pernapasan atau spesimen darah, atau urutan gen
virus specimen saluran pernapasan atau spesimen darah sangat homolog dengan
nCoV-2019 yang diketahui.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah dalam hal ini Kemenkes membagi 2
(dua) kluster berdasarkan surveilans dan bukan berdasarkan wilayah geografis:
pertama, orang dalam pemantauan, yaitu seseorang yang mengalami gejala
demam (≥38°C) atau memiliki riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia.
Selain itu seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai orang
dalam pemantauan. Kedua, pasien dalam pengawasan:3
a) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yang
terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19 dan
seseorang yang mengalami gejala-gejala, antara lain: demam (>38°C); batuk,
pilek, dan radang tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkan
gejala klinis dan/atau gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda
menjadi tidak jelas.
b) Seseorang dengan demam > 38 °C atau ada riwayat demam ATAU ISPA
ringan sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala,
memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19, bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19, memiliki riwayat
perjalanan ke Provinsi Hubei, memiliki sejarah kontak dengan orang yang
memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke Provinsi Hubei.3

2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Terapi dan Monitoring
a) Isolasi pada semua kasus
b) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
c) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
d) Suplementasi oksigen
e) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen
termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih menunjukkan usaha
napas yang berat walaupun sudah diberikan oksigen dengan masker
dengan reservoir (kecepatan aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas
hipoksemia pada ARDS biasanya gagalnya ventilasi-perfusi
intrapulmonar dan biasanya harus mendapatkan ventilasi mekanik.3
f) Terapi cairan
g) Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.3
 Kenali syok sepsis
 Resusitasi cairan
 Vasopressor jika syok menetap setelah resusitasi cairan Obat-obatan
vasopresor diantaranya norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan
dopamin.
h) Pemberian antibiotik empiris
Walaupun pasien dicurigai terinfeksi virus COVID-19, namun
direkomendasikan pemberian antimikroba empiris yang tepat dalam 1 jam
identifikasi sepsis. Antibiotik empiris harus berdasarkan diagnosis klinis,
epidemiologi lokal, data resistensi dan panduan tatalaksana. Bakteri
patogen penyebab biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella
species, Chlamydia pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis. Selain itu,
dapat pula terjadi koinfeksi (bakteri dan virus bersamaan). Pemberian
antivirus sebagai terapi empiris seperti golongan inhibitor neuraminidase
untuk tatalaksana influenza juga dapat diberikan jika terdapat faktor risiko
seperti riwayat perjalan atau paparan hewan virus influenza. Terapi
empiris berdasarkan data mikrobiologi dan dugaan klinis.3
i) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan.
j) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
k) Observasi ketat
l) Pahami komorbid pasien3

2.10.2 Tatalaksana spesifik untuk COVID-19


Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada
COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi coronavirus yang
terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi lopinavir dan
ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan
lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada
infeksi COVID-19.3
2.10.3 Pencegahan komplikasi
 Kurangi durasi ventilasi mekanis
 Mengurangi insiden ventilator-associated pneumonia
 Mengurangi insiden tromboembolisme vena Gunakan profilaksis farmakologis
(low molecular weight heparin [lebih disukai jika tersedia] atau heparin 5000
unit subkutan dua kali sehari) pada remaja dan dewasa tanpa kontraindikasi.
Untuk mereka yang kontraindikasi, gunakan profilaksis mekanik (alat
kompresi pneumatik intermiten).3
 Mengurangi insiden infeksi dalam darah yang disebabkan oleh pemasangan
kateter.
 Mengurangi insiden ulkus dekubitus. Balik posisi pasien setiap 2 jam.
 Mengurangi insiden stress ulcer dan perdarahan gastrointestinal.
 Mengurangi insiden ICU-related weakness.
 Mobilisasi dini.

2.10.4 Kondisi khusus


Penggunaan agen terapeutik di luar penelitian harus
mempertimbangkan analisis risk-benefit dengan menimbang potensi
keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin. Diperlukan konsultasi ke
spesialis obstetri dan komite etik. Keputusan untuk melakukan persalinan
gawat darurat dan terminasi kehamilan cukup menantang untuk ditentukan dan
perlu mempertimbangkan beberapa faktor: usia kehamilan, kondisi ibu, dan
stabilitas janin.3
2.10.5 Kriteria discharge atau keluar dari ruang isolasi
Beberapa kondisi berikut dapat menjadi acuan untuk kriteria pasien
discharge atau keluar dari ruang isolasi :3
 Kondisi stabil
 Tanda vital: kompos mentis; pernapasan stabil; komunikasi normal; bebas
demam selama 3 hari
 Gejala respirasi perbaikan
 Tidak ada disfungsi organ
 Perbaikan secara pencitraan
 Dua hasil negatif dari test asam nukleat patogen COVID-19 (interval
setidaknya 1 hari)3

2.10.6 Rekomendasi untuk pasien rawat jalan


 Triase dan identifikasi dini
 Prinsip hand hygiene, etika batuk atau bersin dan masker bedah digunakan
pada pasien dengan gejala infeksi saluran napas
 Penerapan kewaspadaan kontak dan droplet pada semua kasus suspek
 Prioritas penanganan gejala pasien
 Jika pasien harus menunggu, pastikan terdapat ruang tunggu terpisah
 Edukasi pasien dan keluarga terkait deteksi dini gejala, kewaspadaan dasar
yang dilakukan dan kunjungan ke fasilitas layanan kesehatan.3
2.10.7 Pasien home care
Pada kasus infeksi COVID-19 dengan gejala ringan dan tanpa kondisi
penyakit penyerta seperti (penyakit paru, jantung, ginjal dan kondisi
immunocompromised) mungkin dapat dilakukan perawatan atau isolasi di
rumah.3
Berikut hal-hal yang harus dilakukan ketika pasien dilakukan
perawatan di rumah:
 Pasien dengan curiga infeksi COVID-19 dengan gejala respirasi ringan
- Lakukan cuci tangan sesering mungkin (dengan sabun atau alkohol)
- Jaga jarak dengan individu sehat minimal 1 meter
- Etika batuk dan bersin
- Gunakan masker medis, jika tidak bisa, praktikkan etika batuk dan
bersin
- Ventilasi rumah yang baik (buka jendela dan pintu), ruangan privat.
- Batasi jumlah perawat yang merawat pasien, pastikan perawat sehat
serta tidak ada penyakit penyerta atau faktor risiko. Tidak boleh ada
pengunjung.
- Batasi perpindahan pasien, pastikan ruangan bersama (seperti dapur)
memiliki ventilasi yang baik
 Keluarga atau perawat pasien yang curiga infeksi COVID-19 dengan gejala
respirasi ringan:3
- Lakukan hand hygiene
- Jaga jarak minimal 1 meter, atau tinggal diruangan berbeda dengan
pasien
- Gunakan masker bedah ketika satu ruangan sama dengan pasien
- Buang benda segera setelah digunakan, cuci tangan setelah kontal
dengan sekret saluran napas.
- Tingkatkan ventilasi ruangan dengan membuka jendela sesering
mungkin
- Hindari kontak dengan cairan tubuh, secret mulut atau saluran napas
- Gunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan mulut atau urin,
feses dan lainnya.
- Tissu sarung tangan, dan benda lain yang tidak terpakai oleh pasien
harus di masukkan ke wadah linen diruangan pasien sebelum dibawa
keluar kamar.
- Hindari pemakaian barang bersama seperti sikat gigi, rokok, alat
makan, minum, handuk dan lainnya.
- Pembersihan dan desinfektan rutin area yang tersentuh oleh pasien
seperti furnitur kasur menggunakan diluted bleach solution (5% sodium
hypochlorite).
- Pembersihan dan desinfektan kamar dan toilet setidaknya sehari sekali.
- Pembersihan pakaian, sprei, alat mandi secara rutin dengan sabun dan
air dengan mesin bersuhu 60-900C dengan deterjen biasa. Hindari
kontak langsung dengan kulit pakaian yang terkontaminasi.
- Menggunakan sarung tangan dan baju pelindung (apron) ketika
mencuci baju dan membersihkan lingkungan sekitar. Praktikan hand
hygiene sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.
- Seseorang dengan gejala harus tetap di rumah sampai gejala
menghilang berdasarkan klinis atau pemeriksaan laboratorium (2 hasil
negatif dari RT PCR dengan jarak setidaknya 24 jam)
- Semua anggota keluarga harus memperhatikan kontak dan harus
memantau kesehatan.
- Jika anggota keluarga mengalami gejala infeksi saluran napas akut,
segera kontak atau datang ke layanan kesehatan.3
2.10.8 Monitoring kasus kontak dengan kasus terkonfirmasi atau probable.
 Individu yang kontak harus dimonitoring selama 14 hari dari kontak tidak
terproteksi terakhir.
 Individu yang kontak jika melakukan perjalanan atau pindah sebaiknya di
tindak lanjut melalui kunjungan atau telepon untuk mengecek apakah terdapat
gejala.
 Individu yang kontak yang menjadi sakit dan sesuai dengan definisi kasus
menjadi kasus suspek dan harus dilakukan pemeriksaan. Terapkan
kewaspadaan kontak.
 Ketika menuju fasilitas layanan kesehatan, hindari transportasi publik. Jika
memungkinkan panggil ambulans atau memakai kendaraan pribadi. Buka
jendela kendaraan selama perjalanan.
 Gunakan masker, terapkan hand hygiene dan etika batuk atau bersin.
 Setiap kasus yang baru teridentifikasi terkonfirmasi atau probable harus
diidentifikasi riwayat kontak dan dimonitoring.3

2.11 Pencegahan
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat,
lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan
partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.
Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan
mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan
atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran
napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur
respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel
airborne merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat
menyebar dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogen airborne dapat
menyebar melalui kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara
langsung dengan kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang
masuk ke tubuh melalui membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena
itu, kita dapat melakukan pencegahan transmisi virus.
Prinsip pencegahan dan strategi pengendalian secara umum:3 Saat ini masih
belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan
tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
 Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 60 %,
jika air dan sabun tidak tersedia.
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
 Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
 Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di
luar.
 Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
 Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.
 Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena
selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah
dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam
mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti
hygiene tangan dan perilaku hidup sehat.3
 Cara penggunaan masker medis yang efektif:3
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
- Lepas masker dengan tehnik yang benar (misalnya; jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dar belakang dan bagian dalam.)
- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan
segera cuci tangan.
- Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
- Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
- Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.3

2.12 Kriteria Kasus


2.12.1 Pelaku perjalanan5
 Pelaku perjalanan dari Negara atau wilayah yang terjangkit COVID-19
(melaporkan kasus konfirmasi tetapi bukan transmisi local). Pelaku perjalanan
dari Negara/wilayah terjangkit COVID-19 yang tidak bergejala wajib
melakukan monitoring mandiri (self monitoring) terhadap kemungkinan
munculnya gejala selama 14 hari sejak kepulangan. Setelah kembali dari
Negara/wilayah terjangkit sebaiknya mengurangi aktifitas yang tidak perlu dan
menjaga jarak kontak (>1meter) dengan orang lain.
 Pelaku perjalanan dari Negara/wilayah dengan transmisi lokal COVID-19.
Pelaku perjalanan dari Negara/wilayah transmisi lokal maka harus melakukan
karantina mandiri di rumah selama 14 hari sejak kedatangan dan bagi warga
Negara asing harus menunjukkan alamat tempat tinggal selama dikarantina
dan informasi tersebut harus disampaikan pada saat kedatangan di bandara.
Selama masa karantina diharuskan untuk tinggal sendiri di kamar yang
terpisah, menghindari kontak dengan anggota keluarga lainnya, dan tidak
boleh melakukan aktivitas diluar rumah.5
2.12.2 Orang Dalam Pemantauan (ODP)
 Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan tidak
ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
 Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.5
2.12.3 Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
 Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC)
atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan
seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga
berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
 Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
 Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.5
2.12.4 Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.5
2.12.5 Kontak Erat
Kontak erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada
dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien
dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala
dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Termasuk kontak erat adalah:5
 Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan
APD sesuai standar.
 Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum
kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
 Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat
angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.
2.12.6 Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui
pemeriksaan PCR.5

Gambar 1. Deteksi dan respon berdasarkan kriteria kasus


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan desain descriptive.

3.2 TEMPAT DAN WAKTU


Penelitian dilakukan di Puskesmas Lolak, Kecamatan Lolak, Kabupaten
Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 13 Juli 2020.

3.3 SASARAN PENELITIAN


Sasaran dari mini project ini adalah pasien yang berkunjung dibagian
rawat jalan di Puskesmas Lolak.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA


3.4.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan survei pengetahuan dan pendapat masyarakat terhadap
pandemi Covid-19 dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, pengolahan dan penyajian hasil survei, yang
mencakup langkah-langkah, sebagai berikut:
1. Menyusun instrumen survei;
2. Menentukan besaran dan teknik penarikan sampel;
3. Menentukan responden;
4. Melaksanakan survei;
5. Mengolah hasil survei;
6. Menyajikan dan melaporkan hasil
3.4.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan
yang berobat di puskesmas Lolak pada tanggal 13 Juli 2020.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dihasilkan dari
sampling. Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk
memilih elemen populasi untuk diteliti. Pada penelitian ini, ukuran
sampel berjumlah 20 responden.
Teknik pengambilan sampel dalam metode penelitian ini adalah
simple random sampling dengan menggunakan accidental sampling
yaitu dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di
suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Kriteria inklusi :
1. Pasien yang datang berobat di Puskesmas Lolak.
2. Sehat secara mental dan bersedia mengambil waktu mengisi
kuesioner.
3. Mencakup seluruh pasien pada hari yang telah ditentukan.
4. Berdomisili di wilayah kerja puskesmas Lolak ataupun bagi
peserta BPJS luar wilayah namun terdaftar di puskesmas Lolak.
5. Bagi pasien anak atau yang berusia di bawah 12 tahun maka dapat
diwakili oleh orang tua atau wali.
6. Bagi pasien yang memiliki keterbatasan fisik, lanjut usia, ataupun
memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka petugas survei
dapat memberikan bantuan dengan cara membacakan dan/ atau
mengisikan kuesioner tersebut.

Kriteria eksklusi :

1. Pasien merupakan petugas Puskesmas Lolak.

3.5 METODE ANALISIS DATA


Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Tabel 1. Alternatif Jawaban dengan Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Hasil penyebaran kuesioner pada penelitian ini, dicari tingkat capaian responden
dengan menggunakan rumus:

Tingkat capaian responden= rata-rata skor x 100%

Σ( frekuensi∗bobot )
20
Σ populasi(n)
Σ (frekuensi∗bobot)
Σpopulasi (n)

Dimana TCR = tingkat pencapaian jawaban responden menyatakan bahwa kriteria


nilai TCR dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Capaian Responden

Tingkat capaian responden Kriteria

90%-100% Sangat baik

80-<90% Baik

65%-<80% Cukup baik

55-<65% Kurang Baik

0-<55% Tidak Baik


3.6 BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan dalam penelitian ini berupa pengisian kuesioner yang
dilakukan oleh pasien yang berkunjung dibagian rawat jalan di Puskesmas
Lolak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Lolak

4.1.1 Kondisi Geografis

Puskesmas Lolak terletak di kecamatan Lolak dengan wilayah kerja

meliputi 19 desa dengan luas wilayah 38.000 Km3.

4.2 Gambaran Pengetahuan dan Pendapat Pengunjung Puskesmas Lolak


mengenai Pandemi Covid-19

Tabel 3. Gambaran Pengetahuan dan Pendapat Pengunjung Puskesmas Lolak


mengenai Pandemi Covid-19

Pertanyaan Persentase
TCR Ket
SS S TS STS
Covid-19 adalah penyakit yang 5% 0 75% 20% 84% baik
tidak berbahaya dan sama seperti flu biasa.
Virus Korona tidak dapat bertahan hidup beberapa
jam di luar tubuh manusia 0 30% 70% 0 87% baik
Virus Korona tidak akan menular pada saat 10% 70% 20% 0 25% tb
berbicara
Orang yang bisa menularkan Covid-19 hanyalah 10% 80% 10% 0 12% tb
individu yang memiliki gejala
Orang yang sehat tidak perlu memakai masker 40% 60% 0 0 0 tb
Selama menjaga jarak dan menggunakan masker, 80% 10% 10% 0 12% tb
tidak perlu takut bertemu dengan orang yang
diduga terinfeksi Covid-19
Usia tidak mempengaruhi berat-ringannya gejala 5% 25% 70% 0 87% baik
pada pasien yang terinfeksi Covid-19
Kematian pada penderita penyakit kronis yang 10% 20% 70% 0 87% baik
terinfeksi Covid-19 tidak berhubungan dengan
Virus Korona
Anak-anak tidak termasuk kelompok yang berisiko 0 20% 80% 0 100% baik
karena jarang terinfeksi Covid-19
New Normal artinya adalah Kembali kepada 10% 20% 70% 0 25% tb
kebiasaan sebelum munculnya wabah korona
Pembatasan perpindahan orang dari daerah 20% 20% 60% 0 25% tb
terjangkit tidak mengurangi jumlah orang yang
terinfeksi Covid-19
Isolasi mandiri pada orang yang terinfeksi Covid- 0 0 10% 90% 100% sb
19 tidak diperlukan bagi yang tidak memiliki
gejala
Saya selalu mencuci tangan dengan sabun setelah 20% 80% 0 0 100% sb
memegang benda-benda yang tidak saya kenali
Saya mengganti pakaian setelah pulang dari 20% 80% 0 0 100% sb
bepergian
Saya membawa sendiri peralatan pribadi (alat 0 70% 30% 0 87% baik
makan, alat tulis, alat ibadah, dll) bila ke tempat
umum
Saya memakai masker bila berada di tempat 30% 70% 0 0 87% baik
umum (ex: pasar, terminal,dll)
Saya menjaga jarak minimal 1 meter dari orang 30% 50% 20% 0 87% baik
lain
Saya menghadiri acara yang mengumpulkan 0 10% 90% 0 87% baik
banyak orang
Saya menghindari membawa anak-anak ke tempat 70% 20% 10% 0 87% baik
ramai
Saya membatasi bepergian ke luar daerah 90% 10% 0 0 100% sb
Saya membantu isolasi mandiri bila ada tetangga 0 90% 10% 0 100% baik
atau keluarga yang terinfeksi Covid-19
Saya membantu petugas Kesehatan untuk 10% 90% 0 0 100% baik
melakukan monitoring bila ada tetangga atau
keluarga yang terinfeksi Covid-19
Rata-rata Total 24% 37% 33% 6% 66% cb

Keterangan : SS=sangat satuju, S=setuju, TS= tidak setuju, STS=sangat tidak setuju, TCR=tingkat
capaian responden, ket=keterangan

Berdasarkan tabel 3 yaitu Pengetahuan dan Pendapat Pengunjung Puskesmas


Lolak mengenai Pandemi Covid-19, diperoleh rata-rata tingkat capaian responden
sebesar 66% yang menunjukkan bahwa secara umum cukup baik. Persentase
terbesar dari seluruh jawaban responden berada pada kriteria setuju (S) yaitu
sebanyak 37%, kriteria sangat setuju (SS) 24%, kriteria tidak setuju (TS) 33%
dan sangat tidak setuju (STS) 6%.
BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap


masyarakat terhadap perilaku pencegahan Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas
Lolak.
Dalam melakukan pengukuran gambaran pengetahuan pengunjung, peneliti
menggunakan pengetahuan dasar dan pendapat pasien melalui teknik kuesioner. Hasil
kuesioner yang diberikan kepada pengunjung, digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan dan pendapat/ respon pengunjung dengan jumlah responden sebanyak 20
orang.
Responden dipilih secara acak dimana masing-masing 20 orang responden
tersebut yaitu para pengunjung yang dijumpai pada saat mereka berada di Puskesmas
Lolak. Kuesioner dibagikan oleh peneliti pada tanggal 13 Juli 2020 di Puskesmas
Lolak.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3. Gambaran pengetahuan dan sikap
masyarakat mengenai pandemi Covid-19 di Puskesmas Lolak, rata-rata tingkat
capaian responden sebesar 66% yang menunjukkan bahwa secara umum seluruh
jawaban responden terhadap sikap/ tanggapan dalam menghadapi Pandemi Covid-19
adalah cukup baik. Hasil ini didukung dengan persentase terbesar dari seluruh
jawaban responden berada pada kriteria setuju (S) yaitu sebanyak 37%, kriteria sangat
setuju (SS) 24%, kriteria tidak setuju (TS) 33% dan sangat tidak setuju (STS) 6%.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa rata-rata tingkat capaian responden sebesar 66% yang menunjukkan secara
umum gambaran pengetahuan pengunjung Puskesmas Lolak, dimana masyarakat
masih belum terlalu paham mengenai pandemi Covid-19, tetapi masyarakat
memberikan respon yang positif untuk menghadapi Pandemi Covid-19.

6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa
saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yaitu untuk melakukan
evaluasi lebih lanjut terhadap pengetahuan pengunjung Puskesmas Lolak mengenai
pandemi Covid-19, sebaiknya perlu dilakukan edukasi berkala dalam bentuk lisan
maupun tulisan mengenai Covid-19 terhadap masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Lolak maupun pengunjung Puskesmas Lolak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yuliana. Corona Virus Disease ( Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur. Bandar


Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2020; 187-192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi
Coronavirus Disease ( Covid-19 ). Jakarta. 2020:11-12.
3. Burhan E, Isbaniah F, Susanto AD, Adiatma TY, Soedarsono, Sartono TR, dkk.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia Covid-19. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Jakarta. 2020:1-2.
4. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Rekomendasi Penanganan
Infeksi Virus Corona ( Covid-19 ) Pada Maternal ( Hamil, Bersalin dan Nifas ).
Surabaya. 2020.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease ( Covid-19). Jakarta. 2020:11-12.
6. Wei Y, Wang R, Zhang DW, Tu YH, Chen, CS, Ji S, et al. Risk factors for severe
COVID-19: Evidence from 167 hospitalized patients in Anhui, China. Journal of
Infection. 2020 Apr 22;
https://www.journalofinfection.com/article/S0163-4453(20)30219-X/pdf

7. Resnick B. Scientists are trying to figure out why Covid-19 hits some young,
healthy people hard, “The infection enigma,” explained. 2020 April. Available
from :
https://www.vox.com/science-and-health/2020/4/8/21207269/covid-19-
coronavirus-risk-factors
8. Harijanto P. Slide presentasi Diagnosis & Tatalaksana Corona Virus 2019
(COVID-19). Manado: Februari 2020
9. Isbaniah F, Kusumowardhani D, Sitompul PA, Susilo A, Wihastuti R, Setyawaty
V, et al. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Maret 2020

You might also like