Professional Documents
Culture Documents
RUNNERS Mini Project
RUNNERS Mini Project
Disusun Oleh :
Pembimbing :
PUSKESMAS LOLAK
LOLAK
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat-Nya sehingga Mini Project yang berjudul “Pengetahuan dan
Pendapat Pengunjung di Puskesmas Lolak Mengenai Pandemi COVID-19” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Mini Project ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam
menempuh Program Dokter Internship Indonesia. Penulisan mini project ini dapat
terwujud tentu saja tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Ani Wowor, S.Kep Kepala Puskesmas atas dukungan kepada kami
dalam penyusunan mini project ini.
2. dr. Odwin B. Saumur sebagai pendamping atas kesabarannya membimbing
penulis dan memberikan ilmu selama penyusunan mini project ini.
3. Seluruh pegawai Puskemas Lolak yang telah membantu memberikan
informasi sehingga memudahkan kami dalam menyelesaikan mini project
ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan mini project ini.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih banyak kekurangannya,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
mendukung penyempurnaan mini project ini. Akhir kata, kami mengharapkan mini
project ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap perilaku
pencegahan covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lolak.
2.6.5 Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek
infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda
disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas
cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit
mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis,
tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.3
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai
0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan
oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin
meningkat), kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran
dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau
tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-
related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2
kriteria Systemic Inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya
harus suhu abnormal atau hitung leukosit.3
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Terapi dan Monitoring
a) Isolasi pada semua kasus
b) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
c) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
d) Suplementasi oksigen
e) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen
termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih menunjukkan usaha
napas yang berat walaupun sudah diberikan oksigen dengan masker
dengan reservoir (kecepatan aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas
hipoksemia pada ARDS biasanya gagalnya ventilasi-perfusi
intrapulmonar dan biasanya harus mendapatkan ventilasi mekanik.3
f) Terapi cairan
g) Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.3
Kenali syok sepsis
Resusitasi cairan
Vasopressor jika syok menetap setelah resusitasi cairan Obat-obatan
vasopresor diantaranya norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan
dopamin.
h) Pemberian antibiotik empiris
Walaupun pasien dicurigai terinfeksi virus COVID-19, namun
direkomendasikan pemberian antimikroba empiris yang tepat dalam 1 jam
identifikasi sepsis. Antibiotik empiris harus berdasarkan diagnosis klinis,
epidemiologi lokal, data resistensi dan panduan tatalaksana. Bakteri
patogen penyebab biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella
species, Chlamydia pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis. Selain itu,
dapat pula terjadi koinfeksi (bakteri dan virus bersamaan). Pemberian
antivirus sebagai terapi empiris seperti golongan inhibitor neuraminidase
untuk tatalaksana influenza juga dapat diberikan jika terdapat faktor risiko
seperti riwayat perjalan atau paparan hewan virus influenza. Terapi
empiris berdasarkan data mikrobiologi dan dugaan klinis.3
i) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan.
j) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
k) Observasi ketat
l) Pahami komorbid pasien3
2.11 Pencegahan
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat,
lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan
partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.
Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan
mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan
atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran
napas diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur
respirasi seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel
airborne merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat
menyebar dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogen airborne dapat
menyebar melalui kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara
langsung dengan kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang
masuk ke tubuh melalui membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena
itu, kita dapat melakukan pencegahan transmisi virus.
Prinsip pencegahan dan strategi pengendalian secara umum:3 Saat ini masih
belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan
tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 60 %,
jika air dan sabun tidak tersedia.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di
luar.
Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.
Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena
selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah
dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam
mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti
hygiene tangan dan perilaku hidup sehat.3
Cara penggunaan masker medis yang efektif:3
Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah
Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
- Lepas masker dengan tehnik yang benar (misalnya; jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dar belakang dan bagian dalam.)
- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan
segera cuci tangan.
- Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
- Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
- Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.3
METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria eksklusi :
Setuju (S) 2
Hasil penyebaran kuesioner pada penelitian ini, dicari tingkat capaian responden
dengan menggunakan rumus:
Σ( frekuensi∗bobot )
20
Σ populasi(n)
Σ (frekuensi∗bobot)
Σpopulasi (n)
80-<90% Baik
Pertanyaan Persentase
TCR Ket
SS S TS STS
Covid-19 adalah penyakit yang 5% 0 75% 20% 84% baik
tidak berbahaya dan sama seperti flu biasa.
Virus Korona tidak dapat bertahan hidup beberapa
jam di luar tubuh manusia 0 30% 70% 0 87% baik
Virus Korona tidak akan menular pada saat 10% 70% 20% 0 25% tb
berbicara
Orang yang bisa menularkan Covid-19 hanyalah 10% 80% 10% 0 12% tb
individu yang memiliki gejala
Orang yang sehat tidak perlu memakai masker 40% 60% 0 0 0 tb
Selama menjaga jarak dan menggunakan masker, 80% 10% 10% 0 12% tb
tidak perlu takut bertemu dengan orang yang
diduga terinfeksi Covid-19
Usia tidak mempengaruhi berat-ringannya gejala 5% 25% 70% 0 87% baik
pada pasien yang terinfeksi Covid-19
Kematian pada penderita penyakit kronis yang 10% 20% 70% 0 87% baik
terinfeksi Covid-19 tidak berhubungan dengan
Virus Korona
Anak-anak tidak termasuk kelompok yang berisiko 0 20% 80% 0 100% baik
karena jarang terinfeksi Covid-19
New Normal artinya adalah Kembali kepada 10% 20% 70% 0 25% tb
kebiasaan sebelum munculnya wabah korona
Pembatasan perpindahan orang dari daerah 20% 20% 60% 0 25% tb
terjangkit tidak mengurangi jumlah orang yang
terinfeksi Covid-19
Isolasi mandiri pada orang yang terinfeksi Covid- 0 0 10% 90% 100% sb
19 tidak diperlukan bagi yang tidak memiliki
gejala
Saya selalu mencuci tangan dengan sabun setelah 20% 80% 0 0 100% sb
memegang benda-benda yang tidak saya kenali
Saya mengganti pakaian setelah pulang dari 20% 80% 0 0 100% sb
bepergian
Saya membawa sendiri peralatan pribadi (alat 0 70% 30% 0 87% baik
makan, alat tulis, alat ibadah, dll) bila ke tempat
umum
Saya memakai masker bila berada di tempat 30% 70% 0 0 87% baik
umum (ex: pasar, terminal,dll)
Saya menjaga jarak minimal 1 meter dari orang 30% 50% 20% 0 87% baik
lain
Saya menghadiri acara yang mengumpulkan 0 10% 90% 0 87% baik
banyak orang
Saya menghindari membawa anak-anak ke tempat 70% 20% 10% 0 87% baik
ramai
Saya membatasi bepergian ke luar daerah 90% 10% 0 0 100% sb
Saya membantu isolasi mandiri bila ada tetangga 0 90% 10% 0 100% baik
atau keluarga yang terinfeksi Covid-19
Saya membantu petugas Kesehatan untuk 10% 90% 0 0 100% baik
melakukan monitoring bila ada tetangga atau
keluarga yang terinfeksi Covid-19
Rata-rata Total 24% 37% 33% 6% 66% cb
Keterangan : SS=sangat satuju, S=setuju, TS= tidak setuju, STS=sangat tidak setuju, TCR=tingkat
capaian responden, ket=keterangan
PEMBAHASAN
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa rata-rata tingkat capaian responden sebesar 66% yang menunjukkan secara
umum gambaran pengetahuan pengunjung Puskesmas Lolak, dimana masyarakat
masih belum terlalu paham mengenai pandemi Covid-19, tetapi masyarakat
memberikan respon yang positif untuk menghadapi Pandemi Covid-19.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa
saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yaitu untuk melakukan
evaluasi lebih lanjut terhadap pengetahuan pengunjung Puskesmas Lolak mengenai
pandemi Covid-19, sebaiknya perlu dilakukan edukasi berkala dalam bentuk lisan
maupun tulisan mengenai Covid-19 terhadap masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Lolak maupun pengunjung Puskesmas Lolak.
DAFTAR PUSTAKA
7. Resnick B. Scientists are trying to figure out why Covid-19 hits some young,
healthy people hard, “The infection enigma,” explained. 2020 April. Available
from :
https://www.vox.com/science-and-health/2020/4/8/21207269/covid-19-
coronavirus-risk-factors
8. Harijanto P. Slide presentasi Diagnosis & Tatalaksana Corona Virus 2019
(COVID-19). Manado: Februari 2020
9. Isbaniah F, Kusumowardhani D, Sitompul PA, Susilo A, Wihastuti R, Setyawaty
V, et al. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Maret 2020