You are on page 1of 18

SITUS SEJARAH MUSEUM PLAWANGAN

DISUSUN OLEH :
1. Inesya Olandini (17)
2. Miratunnisa (21)
3. Eka Agustina (12)
4. Febrina Himmatul .A. (13)

SMA N 1 REMBANG

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


A. PENDAHULUAN
Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain
dibidang computer dan internet, di dalam dunia sejarah juga terdapat
istilah situs. Bila dalam dunia computer dan internet situs merupakan
sebuah website, sebuah alamat yang bisa kita kunjungi dan berisi
informasi tertentu tentang pemilik website, maka kata situs dalam dunia
sejarah berhubungan dengan tempat atau area atau wilayah.
Menurut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) mengatakan
bahwa “tempat tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan
arkeologi di kediaman makhluk manusia pada Zaman dahulu dikenal
dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu
daerah.” Lebih lanjut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) juga
mengatakan bahwa “artefak adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan
zaman prehistori yang di gali dari dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek
yang dibentuk atau diubah oleh manusia.” Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa Situs diketahui karena adanya artefak. Ahli
Aerkeologi mempelajari peninggalan-peninggalan yang berupa benda
untuk menggambarkan dan menerangkan prilaku manusia. Jadi situs
sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-
peninggalan bersejarah.
Indonesia merupakan Negara kepulauan, memiliki banyak situs
sejarah yang tersebar merata di seluruh tanah air. Ragam Indonesia
tercermin dalam berbagai suku bangsa yang sudah tentu membentuk suatu
kelompok sendiri. Situs sejarah merupakan tempat-tempat ditemukan
peninggalan-peninggalan Arkeologi pada zaman dahulu dikenal dengan
nama situs sejarah. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu
daerah (Warsito 2012: 25). Di Indonesia telah banyak ditemukan situs
sejarah yang tersebar seluruh wilayah nusantara. Benda-benda peninggalan
memiliki nilai sejarah tinggi sudah sepatutnya untuk dilestarikan.

Situs sejarah di Indonesia terhitung sangat banyak, yang dimana


semuanya tersebar di berbagai daerah di nusantara. Salah satu daerah yang
mempunyai situs-situs sejarah yang menarik untuk dipelajari sejarahnya,
yaitu di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kabupaten Rembang sendiri
memiliki banyak situs sejarah yang terkenal, diantaranya Museum Kartini,
Masjid Agung Rembang, Pasujudan Sunan Bonang, Perahu Kuno, Terjan,
Museum Plawangan, Omah Abang, dan masih banyak berbagai situs
sejarah di Kabupaten Rembang.
Kali ini, yang kita bahas dalam laporan penelitian situs sejarah adalah
mengenai situs sejarah Museum Plawangan. Situs ini terletak di Desa
Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang.

B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana sejarah pendirian dan penemuan Situs Plawangan?
2. Bagaimana deskripsi Situs Plawangan?
3. Bagaimana upaya pelestarian Situs Plawangan?
4. Bagaimana upaya pengembangan Situs Plawangan?
5. Bagaimana kontribusi Situs Plawangan terhadap kehidupan masayarakat
sekitar?

C. PEMBAHASAN
1. Sejarah pendiri dan penemuan situs Museum Plawangan
Peristiwa itu terjadi tahun 1977 yang silam, saat membangun Balai
Desa Plawangan. Seorang pekerja tiba-tiba terhenyak ketika sedang
membuat lubang fondasi. Cangkulnya telah menyentuh seonggok rangka
manusia dengan beberapa benda-benda kuna. Temuan ini kemudian
dilaporkan pada pemerintah setempat, dan diteruskan kepada Tim Peneliti
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang kebetulan sedang melakukan
penelitian di Daerah Terjan, tidak jauh dari lokasi tersebut.
Sebagai wujud penyelamatan, saat itu juga tim melakukan ekskavasi
di lokasi tersebut dan berhasil menemukan sejumlah data kubur baik
primer (penguburan pertama) dan sekunder (penguburan kedua) beserta
bekal kuburnya. Akhirnya Plawangan dinyatakan sebagai situs arkeologi
yang sangat potensial dalam hal data materi kubur, mewakili pesisiri utara
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Situs Plawangan kemudian ditentukan sebagai objek penelitian
arkeologi secara bertahap sejak tahun tahun 1977 dan 1978 dengan
jangkauan area di Desa Plawangan dan Balungmulyo. Berbagai bentuk
penelitian juga dilakukan baik berupa penelitian survei permukaan tanah
pada tahun 1982 dan 1987, penelitian geologi pada tahun 1985, penelitian
etnoarkeologi pada tahun 1982 dan 1987 dan yang paling utama adalah
penelitian ekskavasi dari tahun 1977, 1978, 1980-1986, 1988-1989, dan
kegiatan analisis hasil penelitian dari tahun 1990-1993. Kegiatan ekskavasi
ini berhasil membuka sejumlah 45 lubang ekskavasi yang terdiri dari 42
lubang di wilayah Desa Plawangan dan 3 lubang di wilayah Desa
Balongmulyo. Sejumlah sisa-sisa peradaban kuna diungkap kembali
seperti tembikar, artefak besi, perunggu, dan emas, manik-manik dari kaca,
tulang ikan, batu, dan terakota, keramik asing, rangka manusia, dan
sejumlah sisa-sisa hewan baik vertebrata maupun invertebrata.
Dalam penyimpanan berbagai penemuan dari penggalian permukaan
tanah pada akhirnya dari Tim Peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
mencari area atau tanah untuk menyimpan penemuan tersebut. Lalu,
ditemukanlah tanah yang kemudian dibangun Museum Plawangan ini
sekitar kurang lebih tahun 1980 yang digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan benda-benda hasil temuan.

2. Deskripsi situs Museum Plawangan


Museum Plawangan merupakan situs cagar budaya yang terletak di
Desa Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Museum
Plawangan dibangun di tanah lapang yang terbilang cukup luas. Saat
masuk ke gerbang Museum Plawangan kita akan disuguhi oleh rindangnya
pepohonan mangga yang ada di halaman Museum Plawangan. Museum
Plawangan sendiri berupa situs megalitikum yang di dalamnya terdapat
benda cagar budaya situs gerabah, situs penguburan mayat, dan aneka situs
kerangka manusia dari zaman logam tua atau paleomatalik.
Gambar 1. Ruang pameran dan Ruang Artefak Penyimpanan Benda
Cagar Budaya Situs Plawangan.
Seperti yang terlihat pada gambar 1, bahwa Museum Plawangan
mempunyai ruangan khusus yang tentunya memiliki fungsinya masing-
masing. Pada Museum Plawangan terdapat sebuah ruangan yang tidak
terlalu luas yang digunakan sebagai tempat pameran benda-benda cagar
budaya Situs Plawangan. Di dalam ruang pameran terdapat benda-benda
cagar budaya hasil penggalian seperti fosil kerangka manusia yang
menggunakan sistem perkuburan kuno, tempayan kubur, nekara, manik-
manik, gerabah, dan benda-benda logam. Ruang pameran ini digunakan
untuk mengenalkan benda-benda cagar budaya hasil penggalian kepada
para pengunjung.
Gambar 2. Kumpulan Benda Cagar Budaya Hasil Penggalian yang Ada
di Dalam Ruang Pameran.

Dapat dilihat pada gambar 2 merupakan benda-benda cagar budaya


yang di simpan di ruang pameran untuk dikenalkan kepada para
pengunjung. Penemuan yang menjadi topik utama di situs plawangan
adalah penemuan fosil kerangka manusia yang menggunakan sistem
perkuburan kuno yaitu sistem perkuburan primer dan sistem perkuburan
sekunder.

Penguburan primer diartikan sebagai perilaku penguburan mayat


dengan cara mengubur langsung. Kubur-kubur Plawangan yang termasuk
dalam kubur primer ditemukan sebanyak 36 individu. Berdasarkan
posisinya kubur primer Plawangan terdiri dari posisi membujur terlentang,
membujur miring, membujur telungkup, setengah melipat, dan jongkok.
Sedangkan penguburan sekunder diartikan sebagai penguburan tidak
langsung. Ketika orang meninggal maka mayatnya tidak langsung
dimasukkan dikubur dalam kubur sekunder Si mayat terlebih dahulu
ditanam atau ditempatkan pada suatu lokasi tertentu sambil meninggi
persiapan untuk penguburan sekunder. Lamanya waktu pelaksanaan
penguburan sekunder tergantung dari kemampuan biaga dari keluarga
yang meninggal. Ketika penyelenggaraan upacara penguburan sekunder
maka tulang belulang dari mayat yang ditanam sementara, kemudian di
dipindahkan ke kubur sekunder, tetapi ada bagian-bagian tertentu saja.

Penguburan plawangan umumnya menggunakan wadah-wadah kubur


tempayan dari tanah liat dan yang spesifik ada satu wadah kubur yang
berupa nekara perunggu. Berdasarkan penemuan tersebut, menunjukkan
manusia Plawangan pada 2000 tahun silam memiliki cara penguburan
yang terbilang maju pada zamannya. Tubuh manusia dimasukkan dalam
tempayan dan dikubur dalam tanah disertai dengan bekal kubur, seperti
manikmanik, periuk, dan kendi.

Gambar 3. Penyimpanan Benda-benda Hasil Penggalian di Ruang


Artefak.
Selain ruang pameran, seperti yang terlihat pada gambar 1 terdapat
juga sebuah ruangan yang disebut dengan ruang artefak. Bu Nisa sebagai
juru kunci Museum Plawangan memberitahukan bahwa ruang artefak
tersebut dibangun untuk dijadikan tempat penyimpanan benda-benda
penemuan hasil penggalian pada tahun 1977 seperti pada gambar 3.
Benda-benda yang disimpan adalah benda yang datanya masih belum
valid sehingga masih perlu di teliti lebih lanjut oleh Tim Peneliti Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional dari Jakarta agar tidak mengalami
kerusakan.

3. Upaya pelestarian situs Museum Plawangan


Situs Plawangan Kabupaten Rembang merupakan Cagar Budaya
Kabupaten Rembang yang dilindungi oleh Perundang-undangan yang ada
di Indonesia. Berdasarkan UUD 1945 khususnya Pasal 32 menyebutkan
bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya. Negara menghormati
dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional
(Wirastari dan Suprihardjo, 2012:2).
Dalam pendirian Situs Plawangan ini, berawal dari ditemukannya
benda-benda peninggalan kuno yang diduga merupakan peninggalan pada
zaman prasejarah. Temuan tersebut yang tentunya membutuhkan wadah
untuk tempat penyimpanan agar benda-benda tersebut tidak mengalami
kerusakan dan tetap terjaga. Sehingga dibangunlah Museum Plawangan ini
sebagai upaya pelestarian benda-benda temuan dari penggalian yang
merupakan bagian dari situs sejarah yang sangat penting.
Berdasarkan studi lapangan (17/8/2022) dan studi literatur yang kami
lakukan, upaya dalam pelestarian Situs Museum Plawangan ini dilakukan
dengan menyimpan benda-benda cagar budaya yang ada di Museum
Plawangan supaya tetap terjaga. Apalagi para petugas di Museum
Plawangan yang juga sudah diberi amanah untuk menjaga dan
membersihkan Museum Plawangan serta melayani para pengunjung. Maka
dari itu, petugas Museum sebisa mungkin untuk menjaga kelestarian
Museum Plawangan. Terutama agar kasus yang sangat memilukan dan
cukup menghebohkan warga Rembang sekitar bulan Desember akhir tahun
2011 tidak terulang kembali. Kasus itu tidak lain seperti yang ditegaskan
oleh Bapak Junaedi selaku juru kunci Museum Plawangan yang kini sudah
pensiun adalah terjadinya peristiwa pengerusakan dan pencurian terhadap
situs Plawangan di Kabupaten Rembang. Benda cagar budaya yang
seharusnya dilestarikan, ternyata telah banyak mengalami kerusakan dan
kehilangan akibat ulah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Hal ini tentu sangat ironis, mengingat Kabupaten Rembang selama ini
dikenal sebagai daerah yang penuh dengan peninggalan purbakala. Maka
dari itu para petugas yang bertugas sebagai penjaga Museum Plawangan
berusaha untuk tetap menjaga kelestarian Situs Plawangan. Seperti
harapan Bu Nisa (Wawancara, 17/8/2022) mengenai situs plawangan yaitu
agar Museum Plawangan bisa dikenal oleh masyarakat dan tidak
dipandang sebelah mata seakan-akan situs ini tidak menarik bahkan tidak
penting.

4. Upaya pengembangan situs Museum Plawangan


Berdasarkan studi lapangan yang kami lakukan (17/8/2022), upaya
pengembangan Museum Plawangan masih terbilang sangat kurang.
Keadaan Situs Plawangan di dalam pengelolaannya sangatlah kurang,
mengingat program kerja yang dilaksanakan terkait dengan pengembangan
situs belum ada.
Bu Nisa yang merupakan juru kunci mengungkapkan alasannya.
Karena Museum Plawangan bukan asli milik kabupaten Rembang,
melainkan adalah milik Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dari Jakarta.
Sehingga untuk Pengembangaan situs mau dilakukan seperti apa lagi itu
masih di bawah keputusan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dari
Jakarta. Jadi para petugas hanya mengikuti dan mejalankan amanah yang
telah diberikan untuk menjaga dan melayani pengunjung. Selebihnya tidak
memiliki hak atas Museum Plawangan apalagi terkait tentang
Pengembangan Museum Plawangan.
Tetapi untuk kedepannya Bu Nisa menginginkan agar Museum
Plawangan bisa lebih berkembang lagi dan dikenal oleh banyak orang
sehingga tidak sepi pengunjung karena sebagian besar pengunjung yang ke
Museum Plawangan adalah para pelajar yang sedang mendapatkan tugas
penelitian dan itu saja masih terbilang jarang. Hal ini disebabkan oleh
banyak masyarakat yang belum mengenal Museum Plawangan karena
kurangnya promosi dari pihak Museum maupun pemerintah daerah.
Selain itu, banyak masyarakat sekitar belum menyadari bahwa Situs
Plawangan sangat penting keberadaannya, dan menganggap Museum
Plawangan kurang menarik. Sehingga banyak masyarakat yang kurang
peduli dengan situs Museum Plawangan ini. Padahal, dalam
pengembangan situs sangat membutuhkan peran masyarakat dan
pemerintah daerah yang aktif untuk bisa mewujudkan situs sejarah yang
dikenal oleh banyak masyarakat luas baik dari wilayah Rembang sendiri
ataupun masyarakat dari luar Rembang.

5. Kontribusi situs Plawangan terhadap kehidupan masyarakat sekitar


Kontribusi Museum Plawangan terhadap kehidupan masyarakat
sekitar yaitu sebagai sarana pendidikan bagi pelajar atau anak-anak yang
ingin menambah ilmu pengetahuannya mmengenai sejarah situs purbakala
Plawangan. Dari museum setidaknya masyarakat sekitar bisa mengetahui
bahwa manusia Plawangan pada 2000 tahun silam memiliki cara
penguburan yang terbilang maju pada zaman itu, yaitu cara penguburan
primer dan sekunder.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, keberadan Situs Plawangan belum
mampu memberikan suatu perubahan terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat sekitar. Berdasarkan studi lapangan yang kami lakukan
(17/8/2022), masyarakat sekitar Museum Plawangan tidak memanfaatkan
keberadaan Museum Plawangan sebagai sarana kegiatan ekonomi.
Misalnya seperti pada situs sejarah Pasujudan Sunan Bonang yang
terdapat banyak masyarakat yang berdagang di sekitar situs tersebut atau
seperti berdagang souvenir hasil karya masyarakat Desa Plawangan, yang
dapat diperjualbelikan kepada pengunjung sehingga ada suatu ciri khas
dari wilayah dapat meningkatkan taraf kehdupan ekonomi mmasyarakat
Desa Plawangan. “Bagaimana masyarakat sekitar mau berjualan di sini
kalau pengunjungnya saja sepi, kalau bukan pelajar yang dapat tugas tidak
ada yang ke sini, jadi masyarakat sekitar pasti mikir-mikir lagi kalau mau
berjualan di sini. Selain itu situs ini bukan milik pemkab Rembang, jadi
untuk melakukan kegiatan seperti berjualan di sini harus dengan
persetujuan dari pihak Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta.”
Ungkap Bu Nisa (wawancara, 17/8/2022).

D. PENUTUP
1. Simpulan
a) Sejarah pendirian dan pembangunan Museum Plawangan
Dapat disimpulkan, bahwa pendirian dan pembangunan Museum
Plawangan berawal dari ketidaksengajaan dari penemuan kerangka
manusia saat pembangunan Balai Desa yang terjadi pada tahun 1977
silam. Dari penemuan kerangka tersebut, akhirnya dilakukan
penggalian lebih lanjut dengan berhasil ditemukannya sejumlah data
kubur beseta bekal kuburnya.
Dari ditemukannya berbagai temuan tersebut dibutuhkan area atau
tanah sebagai wadah atau tempat untuk penyimpanan berbagai hasil
temuan. Lalu dari situlah ditemukan area yang kemudian dibangunlah
Museum Plawangan ini sekitar kurang lebih tahun 1980 an yang
dipergunakan tempat penyimpanan benda-benda hasil temuan.

b) Deskripsi situs Museum Plawangan


Museum Plawangan merupakan situs cagar budaya yang terletak di
Desa Plawangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Situs ini
merupakan situs megalitikum yang di dalamnya terdapat benda cagar
budaya situs gerabah, situs penguburan mayat, dan aneka situs
kerangka manusia dari zaman logam tua atau paleomatalik.
Dalam Museum Plawangan ini terdapat 2 ruangan khusus yang
tentunya memiliki fungsi masing-masing. Ruangan tersebut terdiri
atas ruang pameran dan ruang artefak. Di dalam ruang pameran
terdapat benda-benda cagar budaya hasil penggalian seperti fosil
kerangka manusia yang menggunakan sistem perkuburan kuno,
tempayan kubur, nekara, manik-manik, gerabah, dan benda-benda
logam. Ruang pameran ini digunakan untuk mengenalkan benda-
benda cagar budaya hasil penggalian kepada para pengunjung. Benda-
benda cagar budaya yang di simpan di ruang pameran digunakan
untuk dikenalkan kepada para pengunjung.
Selain ruang pameran, di Museum Plawangan terdapat juga sebuah
ruangan yang disebut dengan ruang artefak. Ruang artefak ini
dibangun untuk dijadikan tempat penyimpanan benda-benda
penemuan hasil penggalian pada tahun 1977. Benda-benda yang
disimpan adalah benda yang datanya masih belum valid sehingga
masih perlu di teliti lebih lanjut oleh Tim Peneliti Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional dari Jakarta agar tidak mengalami kerusakan.

c) Upaya pelestarian Museum Plawangan


Dalam pendirian Situs Plawangan ini, berawal dari ditemukannya
benda-benda peninggalan kuno yang diduga merupakan peninggalan
pada zaman prasejarah. Temuan tersebut yang tentunya membutuhkan
wadah untuk tempat penyimpanan agar benda-benda tersebut tidak
mengalami kerusakan dan tetap terjaga. Sehingga dibangunlah
Museum Plawangan ini sebagai upaya pelestarian benda-benda
temuan dari penggalian yang merupakan bagian dari situs sejarah
yang sangat penting.

d) Upaya pengembangan Museum Plawangan


Museum Plawangan bukan asli milik Kabupaten Rembang,
melainkan adalah milik Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dari
Jakarta. Sehingga untuk pengembangan situs masih di bawah
keputusan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dari Jakarta. Jadi para
petugas atau juru kunci yang menjaga Museum Plawangan ini hanya
mengikuti dan mejalankan amanah yang telah diberikan untuk
menjaga Museum Plawangan dan melayani pengunjung yang datang.
Selebihnya tidak memiliki hak atas Museum Plawangan apalagi
terkait tentang Pengembangan Museum Plawangan.

e) Kontribusi situs Plawangan terhadap Masyarakat sekitar


Kontribusi Museum Plawangan terhadap kehidupan masyarakat
sekitar yaitu sebagai sarana pendidikan bagi pelajar atau anak-anak
yang ingin menambah ilmu pengetahuannya mmengenai sejarah situs
purbakala Plawangan. Sedangkan dalam bidang ekonomi, keberadan
Situs Plawangan belum mampu memberikan suatu perubahan
terhadap kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.
2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan


yang telah di peroleh, maka ada beberapa saran yang ingin kami sampaikan,
yaitu sebagai berikut.

1. Benda-benda cagar budaya di Museum Plawangan supaya tidak


dibiarkan menjadi benda mati belaka, seharusnya masyarakat sekitar
ikut berpartisipasi dalam pelestarian dan pengembangan Situs
Plawangan. Supaya memiliki daya tarik dan juga untuk dijaga
keutuhannya. Walaupun sudah ada juru pemelihara yang sudah
ditugaskan tidak menutup kemungkinan Situs Plawangan akan
mengalami kerusakan. Mengingat cagar merupakan aset yang berharga
dan mempunyai nilai sosial yang tinggi di masa sekarang. Oleh sebab itu
cagar budaya harus dilestariakan dan tetap dipertahankan,
2. Peran pemerintah daerah harus lebih ditingkatan untuk menjaga dan
melestarikan Situs Plawangan, serta dalam pengembangan Situs
Plawangan. Walaupun Museum Plawangan bukan milik pemkab
Rembang, tetapi Museum Plawangan masih menjadi bagian dari wilayah
Kabupaten Rembang. Selain itu benda-benda cagar budaya yang
disimpan di Museum Plawangan merupakan hasil penemuan di Desa
Plawangan yang merupakan wilayah Kabupaten Rembang.
3. Terkait dengan sepinya pengunjung Museum Plawangan, peran
masyarakat dan pemerintah daerah sangat diperlukan. Misalnya dengan
melakukan promosi lewat media sosial untuk menarik perhatian
mayarakat sehingga masyarakat lebih mengenal Situs Plawangan.

Daftar pustaka

https://jurnal.um-palembang.ac.id/doktrinal/article/download/2909/2076. Diakses
tanggal 21 September 2022.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tanjak/article/view/9701. Diakses tanggal
21 September 2022.
https://scholar.archive.org/work/pt4nt4zvijdfhkfmkhws2ccn4u/access/wayback/
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta/article/download/3444/3315.
Diakses tanggal 18 September 2022.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/16138/MzEyMzk=/Potensi-wisata-
budaya-situs-sejarah-peninggalan-Kerajaan-Majapahit-di-Trowulan-Mojokerto-
abstrak.pdf. Diakses tanggal 18 September 2022.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tanjak/article/download/9701/4099.
Diakses tanggal 18 September 2022.

Lampiran

A. Panduan Observasi
Sebelum melakukan studi lapangan di Situs Plawangan kami membuat
panduan observasi yang berisi beberapa aspek yang akan kami amati, yaitu
sebagai berikut:
1. Museum Plawangan
2. Lokasi Museum Plawangan
3. Bangunan Museum Plawangan
4. Benda-benda purbakala di Museum Plawangan
5. Lingkungan sekitar Museum Plawangan
6. Suasana di situs Museum Plawangan

B. Panduan Wawancara

No Indikator Pertanyaan
.
1. Sejarah situs Bagaimana awal mula ditemukan situs
Museum Plawangan?
Siapa yang membangun Museum
Plawangan?
Kapan Museum Plawangan dibangun?
Apa tujuan dibangunnya Museum
Plawangan?
2. Upaya pelestarian situs Bagaimana upaya pelestarian Museum
Plawangan?
Siapa yang melestarikan Museum
Plawangan?
Bagaimana peran masyarakat terhadap
pelestarian Museum Plawangan?
Bagaimana peran pemerintah daerah
terhadap pelestarian Museum
Plawangan?
Apa tujuan dari diadakannya pelestarian
Museum Plawangan?
Darimana dana yang digunakan dalam
proses pelestarian Museum Plawangan?
3. Upaya pengembangan situs Bagaimana upaya pengembangan
Museum Plawangan?
Siapa yang mengembangkan Museum
Plawangan?
Bagaimana peran masyarakat terhadap
pengembangan Museum Plawangan?
Bagaimana peran pemerintah daerah
terhadap pengembangan Museum
Plawangan?
Apa tujuan diadakannya pengembangan
Museum Plawangan?
Darimana dana yang digunakan dalam
proses pengembangan Museum
Plawangan?
4. Kontribusi terhadap Apa pengaruh adanya Museum
kehidupan masyarakat Plawangan terhadap kehidupan
masyarakat sekitar?

C. Foto Pengumpulan Data (Studi Lapangan)

Gambar 4. Foto di depan situs Museum Plawangan.


Gambar 5. Foto saat melakukan wawancara (17/8/2022) dengan juru
kunci Museum Plawangan.

Gambar 6. Foto bersama dengan Ibu Nisa selaku juru kunci Museum Plawangan.

D. Konstribusi Anggota Kelompok


1. Inesya Olandini
Tugas: Melakukan wawancara dengan juru kunci, mengetik laporan,
menyusun bagian pendahuluan, membantu menyusun pembahasan upaya
pelestarian, membuat kesimpulan laporan, membantu membuat panduan
observasi dan panduan wawancara.
2. Eka Agustina (Ketua Kelompok)
Tugas: Melakukan wawancara dengan juru kunci, membantu menyusun
pembahasan upaya pelestarian, deskripsi situs, upaya pengembangan, dan
kontribusi terhadap kehidupan masyarakat sekitar, membuat saran laporan,
mencari jurnal untuk referensi, merevisi laporan, membantu membuat
panduan wawancara.
3. Miratunnisa
Tugas: Membantu membuat panduan observasi dan wawancara,
melakukan wawancara dengan juru kunci, membantu menyusun
pembahasan upaya pengembangan.
4. Febrina Himmatul Aliyah
Tugas: Melakukan wawancara dengan juru kunci, bagian dokumentasi saat
studi lapangan, dan menjilid laporan.

You might also like