You are on page 1of 14

KERAJAAN ISLAM DI JAWA

Disusun oleh :
Kelompok 2

Ketua : Al Kautsar Isda


Anggota : Andina Yasmin Ramadhani
Cut Anya Yunita
Ghaitsa Fathiya
Khansa Khairusy Syifa Al-Rayyan

Kelas IX-4
MTsN 1 Banda Aceh
Tahun Ajaran 2021/2022
Kerajaan Islam Di Jawa

A. Kerajaan Demak
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak
Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan
terbesar di pantai utara Jawa. Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan
kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi
legitimasi dari kebesaran Majapahit. Latar belakang berdirinya Kerajaan Demak
disebabkan karena runtuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1478 kerajaan Majapahit
runtuh dan kemudian di tahun 1500 berdirilah kerajaan Demak yang dipimpin oleh
Raden Patah.
Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kerajaan Demak menjadi pusat
penyebaran agama Islam dengan peran sentral Wali Songo. Periode ini merupakan
fase awalsemakin berkembangnya ajaran Islam di Jawa.Di bawah kepemimpinan
Raden Patah, Kesultanan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam dengan
peran sentral Wali Songo. Periode ini adalah fase awal semakin berkembangnya
ajaran Islam di Jawa.

2. Tokoh-Tokoh Pendiri Kerajaan Demak


- Raden Patah (1500-1518 M)
Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang semasa kecilnya dikenal
sebagai Pangeran Jimbun. Setelah masuk Islam, ia dikenal sebagai Raden Patah dan
resmi menjadi raja Demak pada 1500 M dengan gelar Sultan Alam Akhbar al Fatah.
Di bawah kepemimpinannya dan dibantu para wali. Demak tampil sebagai pusat
penyebaran agama Islam. Daerah kekuasaannya meliputi. Demak, Semarang, Tegal,
Jepara, dan sekitarnya Kerajaan Demak juga memiliki pengaruh di luar Jawa,
misalnya Palembang serta beberapa wilayah di Kalimantan.n Sebagai pusat
perdagangan, Kerajaan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara,
Tuban, Sedayu, dan Gresik.

- Pati Unus (1518-1521 M)


Setelah Raden Patah wafat pada 1518, kekuasaan kemudian dipegang oleh
putranya, Pati Unus. Meski masa pemerintahannya cukup singkat, Pati Unus dikenal
sebagai panglima perang yang berani dan berusaha membendung pengaruh Portugis
untuk tidak sampai meluas ke Jawa. Oleh karena itu, ia mendapat julukan Pangeran
Sabrang Lor. Di bawah kepemimpinan Pati Unus, visi besar Demak adalah menjadi
kesultanan maritim yang besar. Pati Unus wafat pada 1521 di pertempuran Malaka.
- Sultan Trenggono (1521-1546 M)
Pati Unus wafat tanpa meninggalkan putra, sehingga kekuasaan dilanjutkan
oleh adiknya, Raden Trenggono, yang menjadi raja bijaksana. Pada masa
kekuasaannya, Kerajaan Demak berhasil mencapai puncak kejayaan. Sultan
Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di bawah kekuasaannya, Demak mulai menguasai Sunda Kelapa dan
menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527). Selain itu, ia juga
menguasai Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang
(1545), dan Blambangan. Sultan Trenggono gugur dalam serangannya ke Pasuruan
pada 1546.

3. Prestasi/Perkembangan Kerajaan Demak


Kesultanan Demak berhasil mencapai puncak kejayaan pada periode pemerintahan
Sultan Trenggono (1521-1546 M). Pada periode ini, Demak menjadi kerajaan terkuat
di Jawa dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas. menjadi kerajaan makmur
dengan sumber utama perekonomian dari pertanian, perniagaan, dan pelayaran.
Sebagai daerah penghasil rempah-rempah di timur dengan Malaka sebagai pasar di
barat. Komoditas yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, madu dan lilin.
Pelabuhan milik Kerajaan Demak sering menjadi tempat transit kapal-kapal dagang
yang hendak ke Selat Malaka dan sebaliknya. Kerajaan Demak mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil makanan terutama beras.

4. Faktor Keruntuhan Kerajaan Demak


- Konflik Kekuasaan
Setelah Pati Unus meninggal, Kerajaan Demak tidak memiliki sosok penerus
kompeten seperti Pati Unus dan banyak dari keturunannya ingin melakukan perebutan
kekuasaan, hal tersebut terlihat dari perselisihan dari trenggono dan pangeran desa
lepen yang kemudian jatuh ke tangan trenggono setelah trenggono meninggal,
perebutan kekuasaan tetap berlanjut.

- Wilayah Kekuasaan
Pada masa pemerintahan Kerajaan Demak yang di kenal sebagai kerajaan
yang berada di kawasan maritim dimana membuat daerah pedalaman yang berada di
kekuasaan Kerajaan Demak menjadi pecah.

- Pemberontakan Karena Sistem Pemerintahan


Pemberontakan tersebut terjadi dikarenakan terdapat masalah politik yang
dimana timbul diantara para pemimpin Kerajaan Demak yang dimana setelah
Kerajaan Majapahit tidak ingin tunduk kepada Pemerintahan Demak baru yang
dimana para pemimpinnya memegang agama Islam yang ber aliran syiah.
- Pusat Pemerintahan Pindah Ke Pajang
Setelah meninggalnya Sultan Trenggono, banyak terjadi konflik demi
perebutan kekuasaan. Hal tersebut kemudian di menangkan oleh Jaka Tingkir yang
dimana melakukan pemindahan Ibu Kota Demak ke daerah Pajang.

5. Kesimpulan
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, putra dari Raja Brawijaya V
(Bhre Kertabumi) dengan seorang putri Campa sekitar tahun 1500 M. Setelah berhasil
mengalahkan Majapahit dan memindahkan seluruh perangkat kerajaan ke Demak.
Kerajaan Demak terletak di daerah Bintoro atau Gelagahwangi yang sebelumnya
merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Demak
merupakan Kerajaan Islam Pertama di tanah Jawa dan berkuasa selama hampir
setengah abad sebelum runtuh dan berganti nama menjadi pajang.
Kerajaan Demak mencapai kejayaan pada masa sultan trenggono, kejayaan ini
terlihat dari kemajuan dibidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan. Dibidang
ekonomi Demak merupakan negara yang menjadi daerah penghasil beras dan
penghubung jalur perdagangan nusantara, dibidang sosial dan politik kerajaan Demak
memiliki daerah kekuasaan yang luas dan menjadi pusat penyebaran Islam, dibidang
Kebudayaan kerajaan Demak menjadi pelopor dari lahirnya karya-karya sastra Jawa
yang berakulturasi dengan budaya Islam.
Kerajaan Demak runtuh akibat perebutan kekuasaan dan pembalasan dendam
diantara para penerus kerajaan tersebut, yaitu antara Arya Penangsang, putra Pangeran
Sekar Ing Seda Lepen dengan Sunan Prawoto, anak dari Sultan Trenggono.
Sebuah pelajaran dari sejarah bahwa perebutan kekuasaan dan perpecahan dari dalam
akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Bangsa Indonesia harus belajar dari
sejarah Kerajaan Demak jika tidak ingin hancur, bukan tidak mungkin jika para
penguasa negeri ini melakukan kesalahan yang sama maka nasib negeri ini akan
seperti Kerajaan Demak.

B. Kerajaan Pajang
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa.
Keberadaannya mulai muncul setelah runtuhnya kesultanan demak. Kerajaan
Pajang berdiri pada tahun 1568-1587 Masehi. Keberadaannya digagas oleh
pendirinya yaitu Jaka Tingkir setelah ia memindahkan pusat Kerajaan Demak ke
daerah Pajang.
2. Tokoh-Tokoh Pendiri Kerajaan Pajang
- Jaka Tingkir bergelar sultan Hadiwijaya (1568-1582)
Jaka Tingkir atau Hadiwijaya memerintah dari tahun 1568 – 1583. Raja
pemberani tersebut lahir di Pengging, daerah di lereng Gunung Merapi. Ia
merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari Kadilangun.Jaka Tingkir
mempunyai nama kecil Mas Krebet.Nama tersebut ia dapatkan karenakelahirannya
bertepatan dengan adanya pertujukan wayang beber di rumahnya. Saat remaja, ia
memperoleh nama Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir menikah dengan puteri dari Sultan Trenggana, Raja Kerajaan
Demak. Setelah berhasil menggulingkan Arya Penangsang, ia diangkat menjadi Raja
Demak. Gelar “Hadiwijaya” Ia dapatkan. Hadiwijaya lalu memindahkan
pemerintahan ke Pajang dan sukses mendirikan Kerajaan Pajang. Ia berhasil
menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah selatan Jawa. Wilayah kekuasaanya juga
meluas sampai ke Jawa Timur.

- Arya pangiri bergelar sultan Ngawantipura (1582-1586)


Arya Pengiri naik tahta menjadi Raja Pajang menggantikan Hadiwijaya. Ia
memimpin dari 1583 – 1586. Namun pada masa di tangannya, Kerajaan Pajang
mengalami kemunduran. Ia kurang bijaksana dalam memimpin.
Karena hal itu, pemerintahannya diserang oleh persekutuan antara Pengeran
Benawa dan Sutawijaya Mataram pada 1588. Arya Pangiri pun lengser. Kekuasaan
Pajang kemudian diperintah oleh Pangeran benawa.

- Pangeran Benawa bergelar sultan prabuwijaya (1586-1587)


Pangeran Benawa menduduki tahta Kerajaan Pajang setelah menggulingkan
Arya Pengiri. Ia memerintah dari 1586 – 1587. Pada masa pemerintahannya ia menjali
kerjasama yang baik dengan Kerajaan Mataram. Pangeran Benawa hanya memerintah
selama satu tahun, kemudian wafat. Sesuai keinginannya, Kerajaan Pajang kemudian
diambil alih oleh Sutawijaya Mataram.

- Gagak Bening (1587-1591)


Sepeninggalan Pangeran Benawa, Pajang diperintah oleh gagak Bening.
Gagak Bening adalah seorang Pangeran dari Mataram. Dalam pemerintahannya,
Gagak Bening banyak melakukan perombakan dan perluasan istana. Pemerintahan
Gagak Bening tidak berlangsung lama, hanya sampai tahun 1591.

- Pangeran Benawa II (1591-1618)


Setelah Gagak Bening wafat tahun 1591, dia digantikan oleh Pangeran
Benawa, cucu Sultan Adiwijaya. Ketika memerintah Pajang, Pangeran Benawa
masih muda, dia dikenal dengan Pangeran Benawa II. Pada masa pemerintahannya,
pajang tidak banyak mengalami kesulitan.Pada tahun 1617-1618. Pajang
mendapat dukungan dari banyak pihak untuk melepaskan diri dari Mataram. Maka
Pajang kemudian menyerang Mataram. Penyerangan tersebut justru menjadi sebab
kehancuran Pajang.
3. Prestasi/Perkembangan Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang di puncak masa keemasan pada masa kepemimpinan
Hadiwijaya, dimana beliau dapat membuat para raja penting di jawa timur
mengakui kekuasaanya.Beliau berhasil memperluas daerah nya.selain memperluas
daerah nya pajang mempunyai lumbung padi yang besar karena irigasinya lancar.
Dalam aspek sosial budaya dan ekonomi pajang mengalami kemajuan. Dibidang
sosial budaya, Kebudayaan yang semula sudah berkembang di Demak dan jepara
menyebar kepedalaman begitupun dengan agama islam yang perlahan menyebar di
pedalaman dan di pesisir utara, dan masyarakat pajang menjalankan syariat islam
dengan sungguh sungguh. Dalam aspek ekonomi pertanian maju dengan
pesat,memiliki lumbung padi yang besar bahkan pajang sudah melakukan ekspor
beras melalui perniagaan bengawan solo.

4. Faktor Keruntuhan Kerajaan Pajang


Sepeninggal Adiwijaya, terjadilah persaingan antara putra dan menantunya,
yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri
didukung Panembahan Kudus berhasil naik tahta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri disibukkan dengan usaha balas dendam
terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan akibat kemelut tersebut. Hal
itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.
Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu
Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Adiwijaya, tetapi
Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan
kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran
Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga.
Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra
mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri
bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning atau
adik Sutawijaya.
Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia sebagai raja
pertama bergelar Panembahan Senopati.

5. Kesimpulan
Berdirinya kerjaan pajang adalah pada tahun 1568 pada saat itu juga
berakhirnya kerjaan Demak. kerajaan pajang ini muncul dikarenakan adanya
konflik internal Demak. kerajaan pajang ini muncul di karenakan adanya konflik
internal pada kerjaan Demak sendiri.
Keruntuhan kerjaan Demak yang diawali dengan konflik keluarga,kemudian
memicu pertumpahan darah yang membawa pada berdirinya kerajaan pajang, konflik
internal ini terjadi diantara Arya Penangsang dan Jaka Tingkir (menantu Sultan
Trenggono). kedua tokoh ini terlibat konflik dan perang yang sangat sengit yang
kemudian membawa kematian dari Arya Penangsang, Arya Penangsang yang saat
itu merupakan raja Demak,berhasil dibunuh oleh Jaka Tingkir dari Pajang
Arya penangsang sendiri dalam prosesnya menjadi raja demak tidak direstui
oleh keluarga besar kerajaan demak sendiri. Sehingga Jaka Tingkir yang merupakan
menantu sultan Trenggono turun tangan untuk menghabisi kekuasaan Arya
Penangsang. Jaka Tingkir sendiri pada saat itu dibantu oleh Sutawijaya dari
Mataram.setelah Arya Penangsang mati maka pusat kerjaan Demak digeser ke
Pajang dan kemudian Jaka tingkir yang menjadi raja pertama di Pajang.setelah
menjadi raja Jaka Tingkir diungkit bergelar Sultan Hadiwijaya, ia kemudian
memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Walaupun sudah menjadi
kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengakui sebagai penerus Kerjaan Demak.

C. Kerajaan Mataram Islam


1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
Riwayat Kesultanan Mataram Islam bermula dari tanah perdikan berupa hutan
yang dikenal sebagai alas Mentaok yang diberikan pemimpin Kesultanan Pajang,
Sultan Hadiwijaya (1560-1582) atau Jaka Tingkir, kepada Ki Ageng Pemanahan.
Ki Ageng Pemanahan adalah pendiri Wangsa Mataram yang juga ayah dari
Panembahan Senapati atau Sutawijaya. Ki Ageng Pemanahan merupakan cucu Ki
Ageng Selo yang dipercaya masih memiliki keturunan dari garis raja-raja Majapahit
dan Kerajaan Mataram Kuno. Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah kepada Ki
Ageng Pemanahan sebagai balas jasa karena telah membantu memadamkan
perlawanan Arya Penangsang dari Kerajaan Jipang. perlawanan terhadap Pajang
dimotori oleh Danang Sutawijaya alias Panembahan Senapati yang tidak lain
adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan. Perlawanan tersebut terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Pajang ke-3, yakni Pangeran Benawa atau Sultan Prabuwijaya
(1586-1587). Panembahan Senapati melancarkan perlawanan terhadap Pajang sejak
tahun 1578.

2. Tokoh-Tokoh Pendiri Kerajaan Mataram Islam


- Ki Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pemanahan yang lebih dikenal dengan nama Kiai Gede Mataram
adalah perintis Kerajaan Mataram. Dialah yang dalam waktu singkat menjadikan
daerahnya sangat maju. Sayang dia keburu meninggal tanpa sempat menikmati hasil
usahanya.

- Danang Sutawijaya atau Panembahan Senepati (1586-1601 M)


Setelah naik takhta pada 1586 M, Danang Sutawijaya bergelar Panembahan
Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Masa pemerintahannya ditandai dengan
adanya perang terus-menerus untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan
diri dari kekuasaan Mataram. Seperti contohnya Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri,
dan Pasuruan. Namun, perlawanan tersebut dapat ditaklukkan, bahkan Cirebon dan
Galuh juga ditundukkan pada 1595 M.

- Raden Mas Jolang atau Sultan Anyakrawati (1601-1613 m)


Setelah Panembahan Senapati wafat pada 1601 M, kekuasaan jatuh ke tangan
putranya yang bernama Mas Jolang atau Pangeran Seda Krapyak dengan gelar Sultan
Anyakrawati. Pada masa pemerintahannya, bupati di Jawa Timur banyak yang
melepaskan diri. Mas Jolang berusaha menundukkan pemberontakan tersebut, tetapi
sebelum upayanya berhasil dirinya wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak.
Setelah Mas Jolang wafat pada 1613 M, kekuasaan diteruskan oleh putranya, Raden
Mas Wuryah atau Martapura. Namun, Raden Martapura tidak sempat memerintah
sehingga diangkatlah putranya, Raden Mas Rangsang, sebagai raja Kesultanan
Mataram selanjutnya.

- Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung (1613-1645 M)


Mas Rangsang lebih dikenal dengan gelarnya Sultan Agung
Hanyakrakusuma Senapati Ing Alaga Ngabdurrahman Kalifatullah. Di bawah
kekuasaan Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak keemasannya.
Mataram mengalami kemajuan dalam segala bidang, misalnya pada sektor pertanian
yang maju sehingga rakyatnya hidup makmur. Demikian pula dalam bidang
keagamaan dan budaya, dibuktikan dengan terkenalnya Sastra Gading, yang
merupakan karya sastra Sultan Agung sendiri. Sultan Agung mengganti perhitungan
tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam, yang
didasarkan perhitungan bulan.
Dalam sistem susunan pemerintahan, Mataram dibagi menjadi empat daerah,
yaitu kutanegara, negara agung, mancanegara, dan pesisir. Pada masa pemerintahan
Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata dengan tentara VOC sering terjadi.
Sultan Agung berusaha keras untuk mengusir Belanda dari Jawa.

- Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I (1646-1677 M)


Raden Mas Sayidin dinobatkan sebagai penerus Sultan Agung dengan gelar
Amangkurat I. Namun, Amangkurat I sangat lunak terhadap Belanda sehingga
Kerajaan Mataram Islam mulai mengalami kemunduran. Secara berangsur, wilayah
kerajaan menyempit akibat aneksasi yang dilakukan Belanda sebagai imbalan atas
intervensinya dalam pertentangan di kalangan keluarga kerajaan. Kekacauan
memuncak ketika Trunojoyo, putra penguasa Madura, memberontak pada 1670-an.
Pada 1677, Amangkurat I meninggal dalam pelarian dan putranya, Adipati Anom,
terpaksa menjalin kerjasama dengan VOC untuk melumpuhkan Trunojoyo. Trunojoyo
berhasil dilumpuhkan pada 1679, dan takhta Kesultanan Mataram diberikan kepada
Adipati Anom dengan gelar Amangkurat II. Setelah itu, lewat Perjanjian Giyanti pada
1755, Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Kasunanan
Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.
3. Prestasi/Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada masa Sulthan Agung, ada beberapa capaian yang berhasil diperoleh
Kerajaan Mataram Islam,  yaitu:

- Menyatukan hampir seluruh pulau Jawa dibawah kekuasaan Mataram


Mataram melakukan serangan ke kota-kota di pantai utara Jawa yang saat itu
masih merdeka, dengan serangan paling besar terjadi pada Surabaya tahun 1625 M.
Selain itu Mataram juga meluaskan kekuasaannya ke wilayah Parahiyangan (dataran
tinggi di Jawa Barat) dan ke Cirebon. Dengan penaklukan ini, Mataram mampu
menguasai hampir seluruh pulau Jawa, kecuali kesultanan Banten, yang merupakan
kerajaan besar pesaing Mataram, dan kota Batavia (Jakarta) yang diduduki VOC.

- Melakukan perlawanan pada penjajah Belanda di Batavia (Jakarta)


Mataram melakukan serangan dua kali ke Batavia, pada tahun 1628 dan 1629
untuk menaklukkan kota ini. Namun kedua serangan ini tidak berhasil karena
pertahanan Batavia yang kuat.

- Menyusun sistem penanggalan Jawa


penanggalan Jawa menggabungkan sistem penanggalan Saka yang
sebelumnya digunakan sejak masa Hindu dan Buddha, dengan penanggalan Hijriyah
atau penanggalan Islam. Pada penanggalan ini, perhitungan bulan mengikuti sistem
Hijriyah, namun perhitungan tahun meneruskan tahun Saka.

- Mengembangkan kebudayaan Jawa yang bercorak Islam


Di kraton atau istana kesultanan Mataram, berkembang budaya jawa yang
mengalami akulturasi atau percampuran dengan pengaruh budaya Islam. Contoh
budaya ini adalah gamelan dan sekaten.
Gamelan adalah rangkaian perangkat musik tradisional Jawa, yang digunakan
sebagai pengiring wayang kulit selain sebagai hiburan juga menyiarkan syiar ajaran
Islam.Sekaten adalah perayaan pada Hari Maulid Nabi (Hari Lahir Nabi
Muhammad). Perayaan ini dikembangkan pada masa kerajaan Matarab Islam, dan
dirayakan pada tanggal 5 hingga 12 bulan Mulud (bulan Rabiul Awal).

4. Faktor Keruntuhan Kerajaan Pajang


- Masuknya kolonial Belanda ke nusantara yang berusaha untuk melemahkan
kekuasaan kesultanan Mataram.
- Perselisihan antara pewaris tahta Mataram.
- Dipecahnya Mataram menjadi 2 kerajaan, berdasarkan perjanjian Giyanti.
- Perpecahan yang terjadi di dalam kesultanan Mataram.

5. Kesimpulan
Kerajaan mataram islam terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai
yogyakarta.Seperti halnya geneologi kerajaan Islam Demak, kerajaan Mataram Islam
juga mengklaim dirinya sebagai keturunan dari Majapahit. Kerajaan ini diprakarsai
oleh Ki Ageng Pemanahan yang kala itu berada di bawah kerajaan Pajang. Ketika Ki
Ageng Pemanahan mangkat pada 1575, Sutawijaya tampil sebagai pengganti dan
melakukan perlawanan terhadap kerajaan Pajang yang kala itu dipimpin oleh Sultan
Hadiwijaya.Pasca kemenangan atas Pajang, Kerajaan Mataram resmi berdiri. Dan
Sutawijaya mengangkat dirinya sebagai penguasa baru di Jawa bagian tengah dengan
gelar Panembahan Senopati. Lambat laun wilayah kekuasaan Mataram makin
meluas, hingga pada masa Sultan Agung (Raden Mas Rangsang) Mataram telah
berhasil menundukan Madura. Ekspansi Mataram sendiri mengarah ke Timur, sebab
di Barat sudah adah kerajaan kuat yang juga Islam, yakni Kasultanan Cirebon.
Pada masa Sultan Agung, pusat kerajaan di pindah ke Karta. Dan pusat
kerajaan kembali dipindah ke Pleret pada masa Amangkurat I. Pada masa
Amangkurat I, pemberontakan muncul dikarenakan kebijakan dari keraton.
Pemberontakan paling terkenal adalah pemberontakan yang dilakukan oleh
Trunajaya.Jika pada masa Sultan Agung, Mataram bersikap memusuhi VOC. Namun
pada masa Amangkuat II, Mataram justru merangkul VOC. Hal ini dilakukan untuk
memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.Situasi Mataram
menjadi tidak stabil manakala Amangkurat III naik tahta. Penguasa ini bersikap
tidak serupa pendahulunya, justru memusuhi VOC. Oleh sebab itu VOC mengangkat
Pakubuwono I sebagai raja. Maka, yang tdak dapat dihindari adalah terdapatnya dua
penguasa dalam kerajaan Mataram. Hingga akhirnya pada 13 Februari 1755 terjadi
perjanjian Giyanti yang memecah Mataram menjadi dua bagian, antara Pakubuwana
(tetap berkedudukan di Surakarta) dan Mangkubumi (pindah ke tempat asal di
Yogyakarta).
Sejak peristiwa Giyanti tersebut, kerajaan Mataram Islam dapat dikatakan
sudah tidak independent. Dan perpecahan internal itu makin parah manakala
Mataram Surakarta muncul penguasa saingan Pakubuwana, yakni Mangkunegaran
sedangkan di Yogyakarta muncul Pakualaman sebagai pesaing dari
Hamengkubuwana.

D. Kerajaan Banten
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Banten
Kerjaan Banten berdiri pada tahun 1526. Pada awalnya Kerajaan Banten
merupakan wilayah perluasan Kerajaan Demak. Saat itu, Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan di Pulau
Jawa dan menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin atau lebih dikenal dengan Fatahillah yang berperan besar
dalam penaklukan tersebut mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan
Surosowan. Tempat ini kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banten.
Seiring dengan kemunduran Kerajaan Demak, Banten melepaskan diri dan
menjadi kerajaan yang mandiri. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dengan
meninggalkan dua anak laki-lakinya, yaitu Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya.
Pangeran Yusuf kemudian menggantikan posisi Fatahillah, sementara Pangeran Arya
berkuasa di Jepara.

2. Tokoh-Tokoh Pendiri Kerajaan Banten


- Syarif Hidayatullah
pendiri kerajaan Banten pada tahun 1525-1526 yang berawal ketika Sunan
Gunung Jati berhasil menguasai Banten.
- Sultan Maulana
Pada tahun 1552, kerajaan Banten diserahkan kepada Sultan Maulana
Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanuddin memerintah kerajaan
Banten selama 1552-1570 M. Selama 18 tahun pemerintahannya, Kesultanan Banten
berhasil menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah.

- Sultan Ageng Tirtayasa


Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa, ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Sultan Ageng
Tirtayasa memerintah kerajaan Banten selama 1651-1683. Sultan Ageng Tirtayasa
berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan
VOC.

3. Prestasi/Perkembangan Kerajaan Banten


Setelah berganti pemimpin, Kerajaan Banten akhirnya mencapai puncak
kejayaannya saat dipimpin Sultan Abdufattah. Pemimpin yang lebih dikenal dengan
nama Sultan Ageng Tirtayasa tersebut memerintah pada tahun 1651-1682.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten terus
mengalami kemajuan. Letak Banten yang strategis membuat perkembangan dan
kemajuan ekonomi di wilayah itu semakin cepat. Hasilnya, kehidupan masyarakat
pun mengalami kemajuan.
Di bidang politik, pemerintah kerajaan ini juga semakin kuat. Perluasan
wilayah kekuasaan terus dilakukan meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak
mau memeluk agama Islam. Kelompok yang disebut dengan masyarakat Badui itu
masih tetap ingin mempertahankan agama dan adat istiadat nenek moyang.
Dalam bidang kebudayaan, Kerajaan Banten juga mengalami perkembangan,
terutama seni bangunannya. Ada beberapa bangunan yang masih tersisa hingga saat
ini seperti Masjid Agung Banten, bangunan Keraton, dan gapura-gapura.

4. Faktor Keruntuhan kerajaan Banten


Kerajaan Banten runtuh pada tahun 1813. Masa kemunduran Kerjaan Banten
dipicu oleh konflik yang timbul di dalam istana. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa
berusaha menentang VOC, tetapi kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja
muda.
Perselisihan tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan melakukan politik adu
domba (devide et impera). Mereka membantu Sultan Haji untuk mengakhiri
kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Namun, berakhirnya masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa malah membuat
kekuasaan VOC di Banten kian menguat. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya
situasi tersebut membawa Kerajaan Banten pada kemunduran.
5. Kesimpulan
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di
Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan
beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer
serta kawasan perdagangan. Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu
bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, dan diwaktu yang bersamaan
penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya.
Perang saudara, dan persaingandengan kekuatan global memperebutkan
sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah
melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik
Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana
Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-
masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan
pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

E. Kerajaan Cirebon
1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Cirebon
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Pangeran Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di
Cirebon. Ia bergelar Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang
memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dan bergelar Cakrabuana. Sepulang dari
ibadah haji di Mekah, ia memindahkan pusat kerajaannya kw Lemahwungkuk.
Kemudian didirikanlah keraton baru yang dinamakan Pakungwati.

2. Tokoh-Tokoh Pendiri Kerajaan Cirebon


- Pangeran Walangsungsang
Pangeran Walangsungsang adalah pendiri sekaligus yang memproklamirkan
kemerdekaan Kerajaan Cirebon.

- Syarif Hidayatullah
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati ialah salah satu raja yang
memerintah Kerajaan Cirebon sehingga mengalami perkembangan pesat di bidang
ekonomi, agama, dan politik. Sunan Gunung Jati memerintah dari tahun 1479 M
sampai tahun 1568 M.

- Fatahillah
Selama kekosongan kekuasaan karena Sunan Gunung Jati pergi melaksanakan
tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadhilah Khan. Fatahillah
kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja semenjak
tahun 1568. Fatahillah menguasai takhta kerajaan Cirebon hanya berlanjut dua tahun
karena dia wafat pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan
dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem
Astana Gunung Sembung.

- Panembahan Ratu I
Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak mempunyai yang hendak menjadi
lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati
yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung
Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon
selama kurang semakin 79 tahun.

- Panembahan Ratu II
Setelah Panembahan Ratu I berpulang pada tahun 1649, pemerintahan
Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau
Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Sedaing Gayam atau
Panembahan Adiningkusumah meninggal semakin dahulu. Pangeran Rasmi
kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan
Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya
atau Panembahan Ratu II.

3. Prestasi/Perkembangan Kerajaan Cirebon


- Dinar dan Dirham sebagai mata uang kerajaan Cirebon
Pada abad ke 15 atau sekitar tahun 1400an, kesultanan Cirebon telah
memberlakukan Dinar dan Dirham sebagai uang kartal kesultanannya.

- Picis (uang logam) Cirebon


Pada masa awal perkembangan kesultanan Cirebon, wilayah Cirebon terkenal
sebagai jalur perdagangan, pada masa itu di Cirebon diberlakukan Picis (uang logam)
yang terbuat dari timah sebagai mata uangnya.

- Syiar Islam ke Kuningan dan berkuasanya Pangeran Kuningan


Syiar Islam ke wilayah Kuningan telah dilakukan dengan cara yang persuasif,
di wilayah Luragung Islam sudah terbangun dengan baik pada tahun 1481 M.

- Pembangunan Pos dan Pedukuhan di Pisangan - Sedari, Karawang


Pada tahun 1518, Syekh Syarif Hidayatullah mengutus Janapura yang
merupakan muridnya yang berasal dari Kudus untuk membuat sebuah pedukuhan di
dekat laut di wilayah ujung Karawang yang sekarang berada di sekitar Pisangan -
Sedari, Karawang, pedukuhan yang dibangun oleh Janapura kemudian menjadi pos
kesultanan Cirebon di wilayah pesisir utara bagian barat.
4. Faktor Keruntuhan Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon mengalami masa kemunduran ketika kerajaan tersebut
terbagi menjadi tiga kesultanan yaitu, Keraton Kasepuhan yang dipegang oleh Sultan
Sepuh, Keraton Kanoman yang dipegang oleh Sultan Anom, serta Keraton
Karicebonan yang dipegang oleh Panembahan Karicebonan. Adapun para pemegang
kekuasaan di tiga kerajaan tersebut hanya mengurusi kerajaan masing-masing. Hal
ini kemudian yang mengakibatkan kerajaan Cirebon perlahan-lahan mulai hancur.

5. Kesimpulan
Kerajaan Cirebon berdiri setelah Walangsungsang memproklamasikan
kemerdekaan Cirebon pada awal abad ke-16. Tokoh-tokoh pendiri kerajaan antara
lain adalah Sunan Gunung Jati, Fatahillah, Pangeran Walangsungsang, Panembahan
Ratu I, dan Panembahan Ratu II. Kerajaan Cirebon banyak memiliki perkembangan
seperti memberlakukan dinar dan dirham sebagai mata uang logam, melakukan syiar
Islam ke wilayah Kuningan, membuat pos dan pedukuhan, dan lainnya. Faktor
kemunduran kerajaan Cirebon disebabkan oleh terbaginya kerajaan menjadi tiga
bagian, dan masing-masing penguasa di kerajaan tersebut hanya mengurusi kerajaan
sendiri.

You might also like