You are on page 1of 10

KEPERAWATAN LINGKUNGAN

Dosen Pengajar : Prinawatie, S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :

Aliansyah : 2020-01-14401-006
Anindita Rizki : 2020-01-14401-007

Dila : 2020-01-14401-010
Frengki Boy : 2020-01-14401-013

Yetri Dea Puspitasari : 2020-01-14401-027

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia,sehingga
penulisan makalah “KEPERAWATAN LINGKUNGAN" ini dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dari
Dosen pembimbing mata kuliah KEPERAWATAN LINGKUNGAN. Dalam
kesempatan ini penulisan menyampaikan terima kasih kepada: Prinwatie, S.Kep.,M.Kes.
selaku Dosen pengajar kami dan Rekan-rekan yang telah membantu hingga selesainya
makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan dan pengembangan makalah
ini.
Demikianlah makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Palangkaraya, 09 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A . Latar Belakang ...................................................................................... 1

B . Rumusan Masalah ................................................................................. 1

C .Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 5

Pembuangan Kotoran Manusia ....................................................................... 5

A. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia ................................ 5

B. Teknologi Pembuangan Kotoran Manusia Secara Sederhana .... 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 7

A . Kesimpulan ............................................................................................ 7

B . Saran ....................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9


BAB I

PENDAHULUAN
A . Latar Belakang

Buang air besar sembarangan adalah suatu tindakan membuang tinja di ladang,
hutan, sungai maupun area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi
lingkungan, tanah, udara dan air. Permasalahan pembuangan tinja menjadi perhatian
kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan
berbagai penyakit, sehingga perilaku buang air besar sembarangan harus dihentikan
(Suryaningtias, 2016).
Stop buang Air Besar Sembarangan yang merupakan salah satu kegiatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu program pemberdayaan
masyarakat dalam bidang sanitasi dimana kegiatannya diarahkan pada perubahan
perilaku dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) menuju pada suatu tempat
tertentu (jamban/kakus) sekalipun hanya dalam bentuk yang paling sederhana
(Sholikhah, 2014). Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat. Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, rumah tangga
memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat
kesehatan salah satunya adalah dilengkapi dengan jamban, baik itu leher angsa maupun
tangki septik (Kemenkes RI, 2016). Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan
rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan semakin rumitnya masalah jamban.
Disamping itu ada faktor yang menyebabkan masyarakat belum tahu tentang masalah
jamban, karena ada anggapan bahwa semua urusan sanitasi merupakan urusan
pemerintah (Widowati, 2015).
Join Monitoring Program (JMP) Badan Kesehatan Dunia pada
tahun 2015, diperkirakan 2,5 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap
jamban dan 1 miliar penduduk dunia melakukan praktik buang air besar sembarangan.
Di Indonesia 12,9% penduduknya tidak memiliki jamban dan masih buang air besar
sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah. Akibatnya Indonesia menjadi
negara dengan angka buang air besar sembarangan nomor 2 tertinggi di Dunia setelah
India (Gracivia, 2015).Kepemilikan dan penggunaan jamban sehat merupakan salah
satu
indikator program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditatanan rumah tangga.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
persentase rumah tangga yang menggunakan jamban sehat sebesar 82,6% sedangkan
sebesar 12,9% masyarakat masih mempraktikkan buang air besar sembarangan
(Kemenkes RI, 2013). Di Kalimantan Barat persentase rumah tangga yang memiliki
akses sanitasi layak pada tahun 2015 hanya sebesar 39,78%. Rumah tangga yang
menggunakan fasilitas buang air besar dengan jenis tempat buang air besar leher angsa
atau tangki septik sebesar 56% (Kemenkes RI, 2016). Harapan untuk mewujudkan
lingkungan yang sehat belum tercapai hingga saat ini dengan bukti angka kejadian
penyakit infeksi masih tinggi demikian juga angka kepemilikan jamban yang rendah
(Wardani, 2012). Masyarakat masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya
terletak di kebun, pinggir sungai parit dan sawah. Dengan melakukan buang air besar di
tempat terbuka hal ini akan menimbulkan pencemaran pada permukaan tanah dan air
(Sholikhah, 2014).

B . Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengelolaan pembuangan kotoran manusia
2. Bagaimana Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana

C . Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Pengelolaan pembuangan kotoran manusia
2. Mengetahui dan memahami Teknologi pembuangan kotoran manusia secara
sederhana

BAB II

PEMBAHASAN
Pembuangan Kotoran Manusia

a. Kotoran manusia
Semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat yang dikeluarkan berbentuk: tinja (faeses), air
seni (urin) dan CO2 hasil dari pernafasan.
b. Jamban
Jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak
menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu
estetika.

A. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia


Pengelolaan Pembuangan Kotoran Tinja Menurut Ehlers & Steel
(Wagner & Lanoix, 1958, hlm 39), hasil studi literature menyatakan bahwa
terdapat keragaman yang besar dalam metode pembuangan tinja di seluruh
dunia. Karakteristik jamban sering sangat berbeda. Namun, dari segi teknik
murni, disepakati bahwa jamban atau metode pembuangan lainnya harus
memenuhi persyaratan berikut:

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan
binatang - binatang lainnya.

5. Tidak menimbulkan bau.

6. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).

7. Sederhana desainnya.

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu


diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban


terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain,
terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat
berpijak yang kuat, dan sebagainya.

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang


tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.

4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas


pembersih.

B. Teknologi Pembuangan Kotoran Manusia Secara Sederhana


1. Jamban cemplung (pit latrine). Jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi
dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak
dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang
baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu
dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter.
2. Jamban Cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine = VIP
latrine). mempunyai kesamaan dengan jamban cemplung, perbedaannya
dilengkapi dengan viva ventilasi.
3. Jamban empang (fishpond latrine): Adalah jamban yang dibangun diatas
empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya
tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
4. Jamban Leher Angsa (Angsa Trine): Jamban leher angsa merupakan
jamban leher lubang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan
terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk
serta masuknya binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik
yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
5. Septic tank latrine jenis septic tank (cara yang memenuhi persyaratan).
Terdiri dari: tangki sedimentasi yang kedap air, excreta masuk dan
mengalami dekomposisi. Dalam tangki tinja berada beberapa hari,
mengalami 2 proses:
a. Proses kimiawi: penghancuran tinja direduksi & (60%-70%)
zat padat mengendap di tangki “sludge”. Zat yang tdk hancur,
mengapung & membentuk lapisan yg menutup permukaan air
dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut “scum” yang
berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan
dibawahnya, yg memungkinkan bakteri anaerob & fakultatif
anaerob dapat tubuh subur yang berfungsi pada proses
berikutnya.
b. Proses biologis: terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri
anaerob dan fakultatif anaerob yg memakan zat organik alam
sludge dan scum. Hasilnya terbentuk gas dan zat zair lainnya,
serta pengurangan volume sludge (septic tank) tdk cepat
penuh. Cairan enfluent yg tdk mengandung tinja & mempunyai
BOD relatif rendah, dikeluarkan melalui pipa dan masuk
kedalam tempat perembesan.
6. Jamban kimia (Chemical Toilet): Jamban model ini biasanya dibangun pada
tempat rekreasi, transportasi; kereta api, pesawat terbang dan lainnya. Tinja
disenfeksi dengan zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai
kertas tissue (toilet paper). Jamban kimia 2 macam: yaitu tipe lemari
(commode type), dan tipe tangki (tank type). Jamban kimia sifatnya
sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu di buang lagi.
7. Jamban pupuk (the compost privy) seperti kakus cemplung, lebih dangkal
galiannya.
a. Selain sebagai jamban juga membuang kotongan hewan,
sampah dan daun-daunan.
b. Tiap lapisan 20 inchi.
c. Setelah 6 bulan, dapat digunakan untuk pupuk tanaman

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Daftar Pustaka

Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara, Jakarta.


BPS, 2006. Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1998. Petunjuk Teknis Penyuluhan Program Penyehatan
Lingkungan Pemukiman dan Lingkungan. Penerbit Direktorat Jenderal PPM & PLD,
Jakarta, 1999.
Modul Higiene dan Sanitasi Kesehatan Lingkungan. Jakarta, 2004. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta, 2008.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Tentang Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Jakarta.
Dinas Kesehatan, 2008. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat Tahun 2008,
Pemkab Lahat, 2008.
Model Pelatihan Community Led Total Sanitation (CLTS), Dinkes Pemkab Lahat.
Ehler, Steel, 2000. Syarat-syarat Jamban Sehat Yang Memenuhi Standar. Jakarta
Kusnoputranto, H, 2000. Kesehatan Lingkungan, FKM-UI Jakarta
Lemeshow S, dkk, 1997. Besar Sampel Dakam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada, University
Press. Yogyakarta.
Mashuri, S, 1994. Pengelolaan Tinja Manusia. APK, Teknologi Sanitasi, Padang Malayu,
2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
Notoatmodjo, S, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Priyono, E, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia, Percik, Media Informasi
Air minum dan penyehatan Lingkungan, Desember 2008, Jakarta.

Simanjuntak, P, 1999. Sarana Jamban Keluarga, Gramedia . Jakarta


Soemirat, J, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sukarni, M, 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta. Supardi, I,
2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit PT. Alumni
Bandung
Suparmin, Soeparman, 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. EGC, Jakarta. Suriawiria, U,
2003. Mikrobiologi Air. Penerbit PT. Alumni Bandung.
Ehler, Steel, 2000. Syarat-syarat Jamban Sehat Yang Memenuhi Standar. Jakarta
Kusnoputranto, H, 2000. Kesehatan Lingkungan, FKM-UI Jakarta

Simanjuntak, P, 1999. Sarana Jamban Keluarga, Gramedia . Jakarta

You might also like