You are on page 1of 23

MAKALAH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU: JASWADI, S.H., M.H

KELOMPOK 3 :

DWITA FADMA REMBULAN ( 200204020 )

AGISNI RIZKIA ( 200204006 )

JUNDIL IKROM ( 210204098 )

PROGRAM STUDI ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalh yang berjudul “ Hukum dan Perubahan Dalam Masyarakat” ini
dapat tersusun dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sosiologi dan
Antropologi Hukum. Selain itu, makalh ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis dan
pembaca mengenai Hukum dan Perubahan dalam masyarakat.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Jaswadi, S.H M.H selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Hukum yang telah memberikan kami tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami dan terima kasih kepada rekan kelompok dan
teman-teman semua telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sekian, Terima Kasih.

Mataram, 28 September 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….................

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………...

A. Hukum, Perubahan Sosial, dan Transformasi Sosial………………………………………


B. Hukum Sebagai Alat untuk Mengubah Masyarakat……………………………………….
C. Transformasi Sosial………………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kehidupan manusia mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena


manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini merupakan
fenomena sosial yang wajar dalam kehidupan manusia baik itu individu maupun kelompok.

Perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat, dapat terjadi karena proses
penyebaran manusia (difusi) dan individu yang satu ke individu yang lain. Hal ini dikarenakan,
proses perubahan sosial tidak saja berasal melalui proses evaluasi, namun juga dapat terjadi
melalui proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan antar masyarakat.

Masyarakat merupakan istilah yang paling penting untuk menyebutkan kaesatuan-


kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah, maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam
bahasa inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Hakikatnya
masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan, dan itu bisa terjadi secara
lambat dan juga ada perubahan yang pengaruhnya terbatas, serta ada pula perubahan-perubahan
yang lambat sekali dan ada perubahan yang cepat. Perubahan sosial juga merupakan gejala yang
melekat di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan
menimbulkan ketidak sesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada dalam masyarakat, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang
bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hukum, perubahan sosial dan transformasi sosial

2. Bagaimana hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat

3. Bagaimana bentuk transformasi sosial


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum, Perubahan Sosial dan Transformasi Sosial

1. Hukum

Pada hakikatnya hukum atau ilmu hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mandiri,
sama saja eksistensinya dengan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Kemandirian
sosiologi disatu sisi dan ilmu hukum pada sisi lain, sehingga sulit disatukan terkecuali bilamana
keduanya dileburkan kedalam sosiologi hukum sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri.

Idealnya, seseorang dapat dengan mudah mempelajari dan memahami sosiologi hukum sebagai
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, bilamana mempunyai pengetahuan dasar yang cukup kuat
tentang sosiologi dan hukum.

Sehubungan hal tersebut, pertama-tama harus diketahui hakikat dari makna itu sendiri yang
disinonimkan atau disetarakan dengan arti atau maksud dari sesuatu yang dimaksud hukum. Kata
makna disini, dapat diasumsikan sebagai arti atau batasan, ketentuan atau keterangan singkat dan
jelas sebagai bagian integral dari suatu definisi.1

Tentang persoalan “apa itu hukum” (what is law) telah banyak diperdebatkan orang, bahkan
sudah menarik perhatian para filsuf sejak zaman Yunani kuno. Sebab Plato telah menjelaskan
bahwa Socrates (459-399 SM) telah mendiskusikan dan mendefenisikan tentang apa yang
dimaksud dengan hukum tersebut dan terus berlangsung diberbagai zaman sampai saat ini.

Ada perbedaan yang amat mencolok antara hukum di zaman primitif dengan hukum di zaman
modern. Pada prinsipnya, hukum primitif berusaha untuk membuat persoalan menjadi sederhana,
jelas, tegas untuk kasus-kasus yang jelas dengan menyediakan juga pribahasa pribahasa hukum
yang isinya kabur.

Dalam pandangan masyarakat disepanjang sejarah, ada dua pengertian yang sering sekali
diberikan kepada hukum, yaitu:
1
Lihat Syamsuddin Pasamai, Op.cit. Hal. 82
1. Hukum diartikan sebagai “Hak” ini merupakan pengertian yang lebih mengarah kepada
pengaturan moral, dalam berbagai bahasa sering disebut dengan istilah right, recht, ius,
droit,diritto, derecho
2. Hukum diartikan sebagai undang-undang hal ini merupakan pengertian yang mengarah
kepada aturan yang dibuat oleh pembentuk undang-undang (legislasi), dalam berbagai
bahasa disebut dengan istilah law, lex, gesetz, legge, ley.2

Berdasar pada kedua makna hukum tersebut maka dapat ditarik benang merah bahwa makna atau
definisi hukum adalah ketentuan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Yang mengatur
tingkah laku manusia dalam berinteraksi antar sesamanya, baik tingkah laku yang sudah menjadi
sengketa ataupun belum yang berisikan hak kewajiban, apa yang diperbolehkan, dan apa yang
dilarang yang berlaku dalam masyarakat, tetapi diakui atau dibuat oleh otoritas pembuat hukum
yang sah dan diterapkan oleh lembaga penerap hukum yang sah pula yang berisikan juga sanksi
terhadap orang yang melanggarnya, dengan tujuan utamanya untuk mencapai keadilan, kepastian
hukum, uniformitas hukum, koherensi hukum, ketertiban, kesejahteraan, ketentraman,
ketenangan dan berbagai kebutuhan serta tujuan hidup manusia lainnya.

2. Perubahan Sosial

Dalam pengertiannya yang paling konkret, perubahan sosial berarti kebanyakan orang terlibat
dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan hubungan-hubungan kelompok yang berbeda dengan apa
yang telah mereka lakukan atau apa yang telah orangtuanya lakukan sebelumnya. Masyarakat
adalah suatu jaringan kompleks dari pola-pola hubungan dimana semua orang berpartisipasi
dengan derajat keterkaitannya masing-masing. Hubungan-hubungan ini berubah dan perilaku
juga berubah pada saat yang sama. Individu-individu dihadapkan dengan situasi baru yang harus
mereka respons. Situasi-situasi ini merefleksikan faktor-faktor tertentu seperti teknologi, cara
baru untuk mencari penghasilan, perubahan tempat domisili, dan inovasi baru, ide baru, serta
nilai-nilai baru. Sehingga, perubahan sosial adalah perubahan bagaimana orang bekerja,
membesarkan anak-anaknya, mendidik anak-anaknya, menata dirinya sendiri, dan mencari arti
yang lebih dari kehidupannya. Perubahan sosial juga bisa berarti suatu restrukturisasi dalam
cara-cara dasar dimana orang di dalam masyarakat terlibat satu dengan lainnya mengenai

2
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum (Cet I; Bogor: Ghalia Indonesia, 2007). Hal. 36
pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, kehidupan keluarga, rekreasi, bahasa, dan aktivitas-
aktivitas lainnya.

Tema definisi yang berulang dalam literatur sosiologi terhadap perubahan sosial menekankan
perubahan ( alterations ) dalam struktur dan fungsi dari masyarakat dan perubahan dalam
hubungan sosial dari waktu ke waktu. Tanpa penjelasan selanjutnya, hal ini bukan konsep yang
bisa membantu usaha untuk mencoba mengerti apa yang dimaksud dengan perubahan. Selain
itu, ketika kita membahas tentang hubungan antara hukum dan perubahan sosial, dan
memandang hukum sebagai instrumen dari perubahan sosial, maka akan sangat membantu bila
kita bisa menspesifikasikan identitas dari perubahan, di tingkatan yang sedang terjadi di
masyarakat, arahnya, besarannya, dan laju kecepatannya.3

Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu
tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah
jangka waktu tertentu. Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan yaitu,
perbedaan, pada waktu berbeda, dan di antara keadaan sistem sosial yang sama. Contoh definisi
perubahan sosial yang bagus yaitu “ perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang
dari sistem sosial sebagai satu kesatuan” (Hawley, 1978 : 787)

Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan
apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosialnya. Ini disebabkan keadaan sistem
sosial iti tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau
gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikt :

1. Unsur-unsur pokok (misalnya : jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).
2. Hubungan antarunsur (misalnya : ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan
antarindividu, integrasi).
3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya : peran pekerjaan yang diamainkan
oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial).
4. Pemeliharaan batas (misalnya : kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk
anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam
organisasi, dan sebagainya).

3
http://mjrsusi.wordpress.com/2007/12/14/hukum-dan-perubahan-sosial ( 26 September 2022)
5. Substansi (misalnya : jumlah dan jenis seksi, segmen atau divisi khusus yang dapat
dibedakan)
6. Lingkungan (misalnya : keadaan alam atau lokasi geopolitik).

Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsensus atau pertikaian, harmoni atau


perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan
sebagainya, berasal dari sifat saling memengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri sistem sosial yang
kompleks itu.

Adakalanya perubahan hanya terjadi sebagian, terbatas ruang lingkupnya, tanpa menimbulkan
akibat besar terhadap unsur lain dari sistem. Sistem sebagai keseluruhan tetap utuh, tak terjadi
perubahan menyeluruh atas unsur-unsurnya meski di dalamnya terjadi perubahan menyeluruh
atas unsur-unsurnya meki di dalamnya terjadi perubahan sedikit demi sedikit. Contoh, kekuatan
sistem politik demokratis terletak dalam kemampuannya menghadapi tantangan, ,mengurangi
protes dan menyelesaikan konflik dengan mengadakan perombakan sebagian tanpa
membahayakan stabilitas dan konstinuitas negara sebagai satu kesatuan. Perubahan seperti ini
merupakan sebuah contoh perubahan di dalam sistem. Namun pada kesempatan lain, perubahan
mungkin mencakup keseluruhan aspek sistem, menghasilkan perubahan menyeluruh, dan
menciptakan sistem baru yang secara mendasar berbeda dari sistem yang lama. Perubahan ini di
contohkan oleh semua revolusi sosial besar. Transformasi radikal seperti ini lebih tepat disebut
perubahan sistem. Batas antara kedua tipe perubahan ini agak kabur. Perubahan di dalam sistem
sering berkulminasi dan akhirnya menyentuh inti sistem, lalu berubah menjadi perubahan sistem.
Dalam sistem sosial sering terlihat perubahan berangsur-angsur dari ciri-cirinya secara
keseluruhan dan mengarah kepada ciri-ciri “kuantitatif” dan “kualitatif’ baru.

Bisa dilihat contoh definisi perubahan sosial yang terdapat dalam buku ajar sosiologi, terlihat
bahwa berbagai pakar meletakkan tekanan pada jenis perubahan yang berbeda. Namun, sebagian
besar mereka memandang penting perubahan struktural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan
antara unsur-unsur masyarakat.

 Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir
dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987: 638)
 Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat
(presell, 1987 : 586)
 Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi,
kultur dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, et.al, 1987 : 560)
 Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur
sosial pada waktu tertentu. (Farley, 1990 : 626)

3. Transformasi Sosial

Kata transformasi berasal dari bahasa Inggris transform yang berarti mengendalikan suatu bentuk
ke bentuk lain. Jadi transformasi sosial berarti membicarakan tentang proses perubahan struktur,
sistem sosial, dan budaya. Transformasi disatu pihak dapat bermakna proses perubahan atau
pembaharuan struktur sosial, sedangkan di pihak lain mengandung arti proses perubahan nilai.

Manusia hidup di dunia yang senantiasa berubah, kebiasaan dan aturan-aturan kesusilaan,
hukumnya, lembaga-lembaga terus berubah. Semua perubahan tersebut mengakibatkan
perubahan yang lain terjadi secara timbal balik. Masyarakat dan budayanya terus mengalami
perubahan.4 Transformasi berarti perubahan atau sesuatu yang melampaui. Perubahan sosial
senantiasa terjadi seiring dengan perkembangan manusia, dulu masyarakat dikenal dengan
kehidupan agraris tetapi sekarang telah berubah menjadi masyarakat industri.

Ciri transformasi dari teori-teori sosial misalnya dapat ditemukan dalam teori Marx yang tampak
berpretensi bukan hanya untuk menafsirkan realitas empiris tetapi sekaligus juga untuk
mengubahnya.5 Perubahan dalam masyarakat terjadi melalui pengenalan unsur-unsur baru.
Unsur-unsur baru ini diperkenalkan kepada masyarakat dalam dua cara, yaitu penemuan baru
(invensi) yang terjadi dalam masyarakat dan masuknya pengaruh masyarakat lain.6

Menurut Syamsir Salam, suatu proses perubahan tentang struktur dan fungsi sistem-sistem sosial
setidaknya terjadi dalam tiga tahap, yaitu:

4
Mayor Polak, Sosiologi, Ikhtiar Baru Jakarta. 1958. Hal. 358
5
Kontowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Mizan, Bandung, 1994. Hal. 337
6
Adham Nasution, Sosiologi, Alumni, Bandung, 1983. Hal. 155
1. Invensi, yakni suatu proses dimana perubahan itu didasari dari dalam masyarakat itu
sendiri, diciptakan oleh masyarakat itu sendiri yang kemudian muncullah perubahan-
perubahan
2. Diffusi, dimana ide-ide atau gagasan yang didapat dari luar kemudian dikomunikasikan
dalam suatu masyarakat
3. Konsekwensi, yaitu adanya hasil dari pada adopsi terhadap perubahan tersebut.
4. Suatu perubahan yang terjadi baik dari faktor-faktor yang berasal dari masyarakat itu
(hasil teknologi baru) tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Adakalanya
terjadi perubahan kecil yang dampaknya kurang berarti, akan tetapi telah terjadi suatu
perubahan. Di lain pihak akan terlihat bahwa dalam berbagai bidang perubahan terjadi
dengan lambat sekali di dalam suatu masyarakat, dalam hal ini diwakili oleh para
pemimpinnya. Dari suatu proses perubahan akan lebih mudah terjadi apabila masyarakat
yang bersangkutan bersikap terbuka terhadap hal-hal atau masalah baru baik dari luar
maupun dari dalam.7

Transformasi sosial dapat terjadi dengan sengaja dapat terjadi dan memang dikehendaki oleh
masyarakat. Sebagai contoh, diprogramkan pembangunan agar suasana yang tadinya tidak
menyenangkan menjadi menyenangkan. Kemiskinan dirubah menjadi kesejahteraan, budaya
pertanian dirubah menjadi budaya industri. Dengan direncanakannya bentuk transformasi yang
disengaja ini, manajemennya menjadi lebih jelas, karena dapat diprogramkan dan melihat
perubahan-perubahan yang terjadi.

Transformasi tidak sengaja dapat terjadi karena pengaruh dari dalam masyarakat itu sendiri
maupun adanya pengaruh dari luar masyarakat, misalnya dengan masuk teknologi baru. Melihat
kepada istilah transformasi sosial menunjukkan suatu proses, pengertian, perbedaan, ciri-ciri,
sosial dalam suatu waktu tertentu. Proses ini mengandung tiga unsur penting, yaitu:

1. Perbedaan merupakan aspek yang paling penting di dalam proses transformasi


2. Konsep ciri atau identitas yang merupakan acuan di dalam suatu proses transfomatif,
kalau dikatakan suatu itu berbeda, maka harus jelas perbedaan dari hal apa, ciri sscial,
ekonomi atau ciri penerapan dari sesuatu

7
Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, Rajawali Press, Jakarta, 1981. Hal. 95
3. Proses transformasi selalu bersifat historis yang terikat pada sekalian wakil yang berbeda.
Oleh karena itu transformasi selalu terkait dengan perubahan masyarakat dari suatu
masyarakat yang lebih sederhana ke masyarakat yang lebih modern.8

Teori perubahan sosial menyatakan bahwa untuk mengubah kondisi masyarakat dengan suatu
bentuk revolusi dalam hal ini ada lima tahap yang harus berjalan bersama dan saling mendukung
antara yang satu dengan lainnya yaitu:

a. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan dalam masyarakat, harus ada
perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan
dengan perubahan keadaan tersebut.

b. Harus ada pemimpin atau sekelompok yang dianggap mampu memimpin masyarakat.

c. Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut kemudian dirumuskan dan


ditegaskan kepada masyarakat untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.

d. Pemimpin harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.

e. Harus ada momentum untuk mulai gerakan.

Teori sosiologi tersebut dapat dikembangkan dengan perubahan yang dikehendaki atau
direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih
dahulu oleh pihakpihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang
menghendaki perubahan dinamakan agen of change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakatan.
Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan selalu berada di bawah pengendalian
serta pengawasan agen of change. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan perencanaan sosial (sosial planning). Oleh
karena itu, tidak ada suatu masyarakatpun yang berhenti pada suatu titik tertentu, sehingga ia
tidak mengalami perkembangan dalam hidupnya.

B. Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah Masyarakat

8
Fauzi Nurdin Dkk, Transformasi Keagamaan, Fakultas Ushuluddin, Bandar Lampung, 2001. Hal. 63
Hukum merupakan sekumpulan aturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada
dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang mengikat dan harus ditaati dalam
kehidupan bermasyarakat. Masyarakat ialah sekelompok orang tertentu yang mendiami suatu
daerah atau wilayah tertentu dan tunduk pada peraturan hukum tertentu pula.

Hubungan antara hukum dan masyarakat sangat erat dan tak mungkin dapat diceraipisahkan
Dalam pergaulan masyarakat terdapat aneka macam hubungan antara anggota masyarakat, yakni
hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan anggota masyarakat itu. Dengan banyak dan
beraneka ragamnya hubungan tersebut, para anggota masyarakat memerlukan aturan-aturan yang
dapat menjamin keseimbangan agar dalam hubungan-hubungan itu tidak terjadi kekacauan
dalam masyarakat. Untuk menjamin kelangsungan keseimbangan dalam perhubungan antar
anggota masyarakat diperlukan aturan-aturan hukum yang diadakan atas kehendak tiap-tiap
anggota masyarakat tersebut. “Setiap hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan
ketentuanketentuan dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat” .

Kehidupan sosial masyarakat dipenuhi dengan interaksi antar sesama masyarakat dalam
kesehariannya, keberagaman karakter tiap individu dapat menimbulkan gesekan yang bisa
mengakibatkan tidak harmonisnya hubungan antar individu dalam masyarakat sehingga suatu
bentuk aturan yang baku sangat dibutuhkan agar adanya kepastian dan arahan dalam mengatur
tindak tanduk perilaku masyarakat. Hukum itu yang berfungsi untuk menertibkan dan mengatur
masyarakat kearah yang seharusnya ataupun kearah yang dirasa dan dipikir lebih baik, dalam hal
yang dmikian masyarakat terkadang melupakan dan mengabaikan suatu kebiasaan yang telah
tumbuh dalam masyarakat, dari dekade ke dekade yang lain didalam masyarakat dapatlah terjadi
suatu pergeseran yaang signifikan dalam berperilaku.

Perkembangan-perkembangan baru dalam masyarakat membutuhkan pula penataan baru dalam


bidang hukum. Melalui pendekatanpendekatan analisis sosial jurisprudence, diharapkan akan
mudah bagi kita memahami bahwa hukum nasional dan hukum internasional tidak hanya sebagai
kaidah saja, melainkan sebagai hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo sistem hukum di tengah masyarakat modern
saat ini mempunyai ciri yang menonjol, penggunaannya telah dilakukan secara sadar oleh
masyarakat. Hukum tidak lagi dipahami dan dipakai untuk mengukuhkan polapola kebiasaan dan
tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan untuk mengarahkannya kepada tujuan
yang dikendaki, menghapuskan kebiasaan yang dipandangnya tidak sesuai lagi, menciptakan
pola-pola kelakuan baru dan sebagainya.

Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan dapat berupa undang-undang atau
yurisprudensi atau keduanya. Seperti dikemukakan di atas, di Indonesia yang paling menonjol
adalah Perundang-undangan, sedangkan yurisprudensi tidak begitu berperanan. Agar dalam
pelaksanaan perundang-undangan yang bertujuan untuk pembaharuan dapat berjalan
sebagaimana mestinya, hendaknya perundang-undangan tersebut dibentuk sesuai dengan hukum
yang ada dalam masyarakat. Jadi hukum mencerminkan nilai-nilai yang ada dan hidup dalam
masyarakat.

Hukum selain menjadi sekumpulan aturan yang harus ditaati juga diharapkan dapat menjadi
sarana pembaharuan dalam masyarakat, hal ini dapat dipahami karena dengan hukum yang ada
masyarakat diarahkan dan diharapkan akan berperilaku sejalan dengan hukum yang telah
dibentuk.

Pembentukan aturan hukum untuk memperbarharui atau mengatur masyarakat sehingga konsep
hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat dapat tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki oleh hukum itu sendiri. Disatu sisi hukum bisa menjadi sarana pembaharuan dalam
masyarakat namun ada juga hukum yang tidak dapat diterapkan sehingga tidak membuatnya
menjadi sarana pembaharuan. Sebagai contohnya sebelum adanya Amandemen UUD 1945,
pemilihan presiden sama sekali tidak melibatkan masyarakat karena presiden dipilih oleh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, sehingga masyarakat tidak merasakan secara
langsung akan tetapi hanya menjadi penerima dari keputusan yang dipilih oleh anggota MPR,
namun dengan Amandemen UUD setelah era reformasi dalam pasal 6A UUD Neg RI 1945
dinyatakan bahwa “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat”. Dengan adanya aturan baru dari amandemen UUD 1945 ini dengan sendirinya
membawa perubahan didalam masyarakat dimana masayarakat atau rakyat memiliki hak untuk
memilih presiden dan wakil presiden yang mereka inginkan, sehingga hukum yang dibentuk
sukses menjadi sarana pembaharuan dimana sebelumnya rakyat hanya menerima akan tetapi
sekarang sudah bisa menentukan.
Hubungan antara perubahan sosial dengan sektor hukum tersebut merupakan hubungan interaksi,
dalam arti terdapat pengaruh perubahan sosial terhadap perubahan sektor hukum, sementara di
pihak lain, perubahan hukum juga berpengaruh terhadap suatu perubahan sosial. Perubahan
hukum yang dapat mempengaruhi perubahan sosial sejalan dengan salah satu fungsi hukum,
yakni fungsi hukum sebagai sarana perubahan sosial, atau sarana merekayasa masyarakat (social
engineering). Pendapat yang diuraikan mengenai rumusan-rumusan dan penggolongan-
penggolongan dalam social engineering Roscoe Pound dapat diibaratkan bahwa hukum dianggap
sebagai insinyur dalam mengungkapkan dasardasar pembaruan dalam masyarakat dan
menggerakkan kemana masyarakat akan diarahkan serta bagaimana masyarakat seyogianya
diatur. Jadi, hukum berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan mengelola masyarakat.

C. Bentuk Transformasi Sosial

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk, yaitu
perubahan evoluasi dan perubahan revolusi, perubahan tak berencana dan perubahan berencana.

1. Evolusi dan Revolusi

Evolusi adalah perubahan sosial yang berlangsung lama dan terjadi tanpa kehendak masyarakat
itu sendiri. Perubahan sosial evolusioner selanjutnya dipengaruhi oleh dorongan masyarakat
untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.Revolusi adalah perubahan sosial yang terjadi
selama periode yang cepat dan tidak terencana. Oleh karena itu, revolusi bukanlah evolusi tetapi
perubahan sosial.

2. Direncanakan dan tidak direncanakan

a) Perubahan yang Direncanakan

Perubahan sosial ini dikatakan telah direncanakan karena perubahan terjadi sesuai dengan apa
yang diprediksi atau direncanakan oleh pihak yang melakukan perubahan. Pihak yang melakukan
perubahan disebut agen perubahan.

b) Perubahan yang Tidak Direncanakan


Perubahan sosial dikatakan tidak direncanakan karena terjadi secara tiba-tiba atau tanpa
perencanaan sebelumnya. Bentuk perubahan sosial yang tidak direncanakan biasanya
diperjuangkan atau diperdebatkan oleh masyarakat yang terkena dampak.

c) Perubahan Bentuk

Bentuk perubahan sosial yang besar biasanya menimbulkan kontroversi di antara orang-orang
karena keberadaannya. Selain itu, perubahan sosial yang besar membutuhkan partisipasi banyak
orang, yang menyebabkan reaksi dan perlawanan dari banyak kelompok. Artinya, perubahan
sosial itu penting dan signifikan. Tidak peduli seberapa besar atau kecil perubahan itu, perubahan
sosial tidak bisa dihindari. Setiap menit selalu ada perubahan sosial yang dibahas dalam teori dan
strategi perubahan sosial berikut ini. Berikut ini contoh bentuk perubahan sosial budaya dari
beberapa studi kasus:

1. Contoh Bentuk Perubahan Sosial Budaya yang Besar

Dua puluh tahun yang lalu, pertanian Indonesia masih sederhana dan manual. Mulai dari
pembibitan hingga menanam, merawat, merawat, dan memanen padi, sangatlah mudah. Tapi
sekarang tidak lagi, dulu ditanam di sawah, tapi sekarang bisa ditanam di dalam ruangan atau
dengan teknologi canggih.

Dahulu menanam padi dengan tangan secara manual, sekarang sudah bisa menggunakan mesin
mobil. Begitu pula mengenai waktu panen. Tidak lagi dipanen secara manual, tetapi dapat
dipanen secara otomatis dengan traktor. Dunia pertanian sekarang semakin canggih.

Tentu saja, beberapa orang menerima perubahan budaya ini dengan baik, sementara yang lain
menolaknya. Cara ini ditolak oleh petani desa yang terkendala biaya. Ini karena mesin yang
digunakan mahal. Namun, sebagian orang yang memiliki uang lebih memilih cara ini karena
prosesnya yang cepat.

2. Contoh Bentuk Perubahan Sosial Budaya yang Kecil

Perubahan gaya hidup adalah perubahan yang tidak berdampak besar. Contoh yang sering kita
lihat adalah perubahan gaya berpakaian. Orang-orang berpakaian tanpa hijab. Di sisi lain, hanya
segelintir orang yang mengenakan hijab. Sekarang telah berubah, kebanyakan dari mereka
menggunakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jilbab inilah yang mendorong orang-
orang di sekitar kita untuk memakai jilbab, bukan karena kewajiban, karena faktor lingkungan
yang tinggi. Tetapi karena pengaruh lingkungan dan mode. Namun demikian, perubahan sosial
budaya tersebut tidak menimbulkan konflik atau kontradiksi besar dalam masyarakat.

3. Contoh Bentuk Perubahan Sosial Budaya Yang Dipengaruhi Negara Lain

Sebagai negara jajahan yang pernah dijajah negara Barat, ternyata Indonesia juga mengalami
perubahan sosial budaya. Salah satu dampak positifnya adalah transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi. Saat ini Indonesia mulai memperkenalkan teknologi terbaru dan terkini dari
negara-negara Barat. Sayangnya, beberapa orang tertarik pada yang buruk. Misalnya
mempengaruhi gaya hidup orang Barat seperti minum alkohol, dipengaruhi oleh sosial budaya
yang tidak sadar sopan santun kepada orang tua, dan mempengaruhi gaya hidup.

4. Contoh Bentuk Perubahan Sosial Budaya Dalam Agama

Contoh perubahan sosial yang berhubungan dengan agama adalah budaya Islam. Indonesia
dikenal sebagai Negara Islam yang juga mengalami akulturasi. Tentu bagi umat Islam, menara
bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, bukan? Beberapa masjid memiliki menara. Kata menara
ternyata merupakan bentuk akulturasi. Hal tersebut pernah diceritakan oleh Gus Muwafiq
tentang asal usul dari penggunaan menara di setiap masjid. Dulu saat Islam belum dikenalkan,
leluhur bangsa kita telah memiliki keyakinan sendiri dalam bersosial dan berbudaya. Artinya
sebelum Sayidina Ali ke Persia, leluhur bangsa kita telah lebih dulu meyakini tuhannya, yakni
menyembah Api. Ketika islam datang, kepercayaan pada api mulai hilang. Namun dalam
praktiknya masih ada beberapa yang percaya dan menyembah api di daerah dekat atau depan
masjid, sehingga dibangunlah tiang tinggi untuk api tersebut yang akhirnya diberi nama manoro.
Orang bijak itu berhasil memadamkan api dan menara-menara dibangun di semua masjid.
Setelah itu, dunia meniru menara di setiap masjid. Nah, cerita ini menunjukkan bahwa Indonesia
telah mengalami bentuk perubahan sosial budaya sebelum era kolonial.

5. Gedung

Masjid Demak merupakan salah satu masjid tertua di Jawa. Yogyakarta juga memiliki Kota
Demak sebagai Masjid Mataram Islam pertama. Dari segi bangunan, kedua masjid ini memiliki
perpaduan budaya nenek moyang kita. Misalnya, di Kota Demak, atapnya ditata seperti candi
Hindu di Asia Selatan. Di sisi lain, pola arsitektur dunia Islam juga mencakup gaya Utsmaniyah
dengan pola Bizantium, India, dan Shiro-Mesir. Bahkan, banyak ditemukan bangunan masjid
yang dipengaruhi arsitektur Hindu Buddha.9

9
Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Sawo Bandung, Jakarta 1992.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Hukum adalah ketentuan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Yang mengatur
tingkah laku manusia dalam berinteraksi antar sesamanya, baik tingkah laku yang sudah
menjadi sengketa ataupun belum yang berisikan hak kewajiban, apa yang diperbolehkan,
dan apa yang dilarang yang berlaku dalam masyarakat, tetapi diakui atau dibuat oleh
otoritas pembuat hukum yang sah dan diterapkan oleh lembaga penerap hukum yang sah
pula yang berisikan juga sanksi terhadap orang yang melanggarnya, dengan tujuan
utamanya untuk mencapai keadilan, kepastian hukum, uniformitas hukum, koherensi
hukum, ketertiban, kesejahteraan, ketentraman, ketenangan dan berbagai kebutuhan serta
tujuan hidup manusia lainnya.
 Perubahan sosial berarti perubahan suatu restrukturisasi dalam cara-cara dasar dimana
orang di dalam masyarakat terlibat satu dengan lainnya mengenai pemerintahan,
ekonomi, pendidikan, agama, kehidupan keluarga, rekreasi, bahasa, dan aktivitas-
aktivitas lainnya.
 Transformasi sosial berarti membicarakan tentang proses perubahan struktur, sistem
sosial, dan budaya.
 Perubahan hukum yang dapat mempengaruhi perubahan sosial sejalan dengan salah satu
fungsi hukum, yakni fungsi hukum sebagai sarana perubahan sosial, atau sarana
merekayasa masyarakat (social engineering). Pendapat yang diuraikan mengenai
rumusan-rumusan dan penggolongan-penggolongan dalam social engineering Roscoe
Pound dapat diibaratkan bahwa hukum dianggap sebagai insinyur dalam mengungkapkan
dasardasar pembaruan dalam masyarakat dan menggerakkan kemana masyarakat akan
diarahkan serta bagaimana masyarakat seyogianya diatur. Jadi, hukum berfungsi sebagai
alat untuk mengatur dan mengelola masyarakat.
 Bentuk-bentuk Transformasi Sosial
1. Evolusi dan Revolusi
2. Direncanakan dan Tidak direncanakan
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Vina. 2009. Sosiologi untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Departemen Penndidikan

Nasional.

Ernita Dewi, “Transformasi Sosial dan Nilai Agama”

http://mjrsusi.Wordpress.com/2007/12/14/hukum-dan-perubahan-sosial (26 September 2022)

Jalaludin Rahmat, Rekayasa Sosial, (Cet, II Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2000)

Lorentius Goa,”PERUBAHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT”

Munir Fuadi, Dinamika Teori Hukum Cet. Ghalia Indonesia, 2007

Nazaruddin Lathif. Teori Hukum Sebagai Sarana/Alat Untuk Memperbaharui Atau Merekayasa

Masyarakat. (Universitas Pakuan: Pakuan Law Review Vol:3 No:1, Januari-Juni 2017).

Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi dan Prof. Dr. Sulaiman Asang, M.S. “Konsep dan Pendekatan

Perubahan Sosial”, Modul 1 Perubahan Sosial dan Pembangunan

Syamsuddin Pasamai, Sosiologi dan Sosiologi Hukum cet. II; Makassar. PT. Umitoha Ukhwah

Grafika 2011,

http://mjrsusi.wordpress.com/2007/12/14/hukum-dan-perubahan-sosial ( 26 September 2022)

Mayor Polak, Sosiologi, Ikhtiar Baru Jakarta. 1958.

Kontowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Mizan, Bandung, 1994.

Adham Nasution, Sosiologi, Alumni, Bandung, 1983

Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, Rajawali Press, Jakarta, 1981.


Fauzi Nurdin Dkk, Transformasi Keagamaan, Fakultas Ushuluddin, Bandar Lampung, 2001.

Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Sawo Bandung, Jakarta 1992.

You might also like