Professional Documents
Culture Documents
Makalah Tanggung Jawab Akuntan Publik - Kel 4 - Ak5c
Makalah Tanggung Jawab Akuntan Publik - Kel 4 - Ak5c
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dewi Laila Nur Barokah (D2.2001692)
Maya Kusumadewi (D2.2001722)
Rani Oktaviani (D2.2001743)
Sulistiani (D2.2001770)
Windi Amelia Winengsih (D2.2001779)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya makalah mengenai “Tanggung Jawab Profesi Akuntan Publik” ini bisa
diselesaikan pada waktunya. Tak lupa, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1. Dalam
penyusunan makalah ini kami tentu menemukan beberapa hambatan. Maka dari itu, kami
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Erpi Rahman, S.E., M.Ak
selaku dosen mata kuliah Auditing 1.
Kami menyadari makalah ini belum sempurna. Maka dari itu, dengan tangan terbuka
kami menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya umumnya bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanggung Jawab .............................................................................................. 2
2.2 Tanggung Jawab Profesi .................................................................................................... 2
2.3 Tanggung Jawab Kepada Klien ......................................................................................... 3
2.4 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi ........................................................................ 4
2.5 Tanggung Jawab Hukum Akuntan Publik ......................................................................... 5
2.6 Tanggung Jawab Manajemen .......................................................................................... 10
2.7 Tanggung Jawab Auditor ................................................................................................. 12
2.8 Tanggung Jawab dan Praktik Lain ................................................................................... 18
2.8 Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor atas Pengendalian Internal .......................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, akuntan publik memiliki pengertian yaitu adalah sebuah profesi yang
memberikan pelayanan berupa jasa profesional dan sudah memiliki izin resmi untuk praktek
sebagai akuntan swasta secara independen. Menurut UU RI No. 3 Tahun 2011, akuntan
publik memiliki definisi sebagai profesi yang memberikan jasa yang dapat digunakan oleh
masyarakat luas untuk membantu dalam mengambil keputusan penting. Peraturan Menkeu
No. 443/KMK.01/2011 juga menjelaskan bahwa setiap akuntan publik wajib untuk masuk
menjadi anggota dalam IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia). Menurut UU Akuntan
Publik No. 5 Tahun 2011, Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin
untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. Akuntan publik
merupakan akuntan independen yang memberikan jasa akuntansi tertentu dan menerima
pembayaran atas jasa yang telah diberikannya.
Profesi ini mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup kompleks. Tidak hanya
melakukan perhitungan-perhitungan angka, tetapi seorang akuntan publik juga sebagai
penghubung aktivitas bisnis antara perusahaan yang menjadi kliennya dan perusahaan lain
dalam proses keberlanjutan bisnis serta bertanggung jawab dalam pemeriksaan laporan
keuangan dan pengendalian internal perusahaan. Tanggung jawab seorang akuntantan public
dalam melakukan tugasnya merupakan hal yang sangat penting untuk keberlangsungan suatu
perusahaan kedepannya. Oleh sebab itu untuk mengemban tugas dan tanggung jawabnya
diperlukan seseorang yang kompeten di bidangnya.
2. Bagaimana tanggung jawab akuntan publik terhadap klien dan rekan seprofesi?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui tanggung jawab akuntan publik terhadap klien dan rekan seprofesi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanggung Jawab
Berdasarkan KBBI atau yang biasa disebut dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
tanggung jawab merupakan suatu kondisi dimana setiap individu memiliki suatu kewajiban
untuk menanggung segala sesuatunya sendirian. Secara harfiah, tanggung jawab adalah suatu
kondisi dimana seseorang harus menanggung sesuatunya secara sendiri meskipun dirinya
disalahkan sebagai penerima beban yang disebabkan oleh pihak lain.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap akuntan public harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam menjalankan kegiatan
yang dilakukannya. Profesi akuntan public memiliki tangggung jawab yang sangat besar
dalam mengembangkan kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik).
Akuntan Publik harus senantiasa untuk bekerjasama dengan sesama anggota dalam
mengembangkan profesi akuntansi dan menjalankan tugas serta tanggung jawab profesi.
Terdapat tiga tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya, yaitu :
2
3
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya yaitu
tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku. Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi
110, mengatur tentang “Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”.
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia ,tanpa
persetujuan dari klien.
Anggota yang terlibat dalan penyidikan dan riview diatas, tidak boleh memanfaatkannnya
untuk kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi kien yang harus di
rahasiakan, yang di ketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya.
4
Larangan ini tidak boleh membatasi anggotanya dalam pemberian informasi sehubungan
dengan proses penyidikan atau penegakan disiplin, sebagaimana telah diungkapan dalam
butir (4) diatas atau riview praktik professional (riview mutu) seperti telah disebutkan dalam
butir (3) di atas.
b. Fee Profesional
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara meawarka fee yang dapat
merusak citra profesi.
2. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang di tetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional
tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali ada tamuan atau hasil tertentu di mana jumlah fee
tergantung pada temuan atau badan pengatur atau dalam hal tertentu. Fee dianggap tidak
kontinjen jika detetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan,
jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hokum atau temuan badan pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan
tersebut dapat mengurangi independensi.
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau
umtuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta
tujuan yang berlainan.
5
Akuntan publik terdahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari
akuntan penggati secara memadai.
c. Perikatan atestasi
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam memberikan
jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran yang bersifat pelanggaran ringan hingga
yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No. 17/PMK.01/2008 hanya dikenakan
sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan
ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal 64 dan pasal 65.
Akan tetapi, walaupun hukuman yang bersifat administratif tersebut diakui sebagai
suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari seorang Akuntan
Publik ataupun KAP, ternyata penyelesaian permasalahan ataupun risiko kerugian
masyarakat akibat penggunaan hasil audit dari Akuntan Publik tersebut masih belum
terjawab.
Contoh : Fakta tentang sebuah KAP yang membantu sebuah perusahaan (debitur sebuah
bank BUMN yang sebenarnya telah mengalami kerugian yang sangat dalam dan
sudah sangat sulit untuk melanjutkan operasinya) untuk mendapatkan tambahan
kredit dari bank tersebut dengan cara merekayasa laporan keuangannya, sehingga
pada hasil akhirnya ditampilkan dalam keadaan masih memperoleh laba, dimana
6
pada akhirnya, semua langkah rekayasa laporan keuangan tersebut terbuka ketika
debitur tersebut dinyatakan pailit. Bank tersebut jelas mengalami kerugian akibat
dari keyakinannya terhadap hasil audit Akuntan Publik terhadap laporan keuangan
dari debiturnya tersebut. Jika Bank tersebut mengetahui status yang sebenarnya
dari debiturnya tersebut, maka Bank itu tidak akan memberikan pinjaman
tambahan terhadap debiturnya tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa Bank tersebut mempunyai dasar hukum untuk meminta
pertanggungjawaban perdata, yaitu pembayaran ganti rugi dari Akuntan Publik
tersebut.
Hal ini diatur secara tegas dalam pasal 44 PMK No. 17/PMK.01/2008. Inti peraturan
itu bahwa Akuntan Publik atau KAP bertanggung jawab atas seluruh jasa yang diberikannya.
Tanggung jawab dari Akuntan Publik terhadap konsekuensi dari hasil Audit Laporan
Keuangan yang dilakukannya yang dimaksud dalam pasal 44 tersebut walaupun berdasarkan
PMK itu hanya terbatas pada pemberian sanksi administrasi, akan tetapi berdasarkan pasal
1365 KUHPerdata mewajibkan Akuntan Publik untuk mengganti kerugian yang dialami oleh
Bank sebagai konsekuensi dari tindakan melawan hukum yang telah dilakukannya,
sehubungan dengan Laporan Keuangan yang hadir secara menyesatkan tersebut. Lebih jauh
diatur dalam pasal 1366 KUHPerdata bahwa pertanggungjawaban, dalam konteks tulisan ini,
seorang Akuntan Publik terhadap pihak yang dirugikan, tidak saja untuk kerugian yang
dialami oleh pihak yang dirugikan tersebut sebagai akibat dari perbuatannya, akan tetapi
termasuk juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian ataupun kekurang hati-hatiannya.
Dan dalam pasal 1367 KUHPerdata bahwa Akuntan Publik juga bertanggungjawab terhadap
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Pada dasarnya, walaupun ketentuan pidana tidak diatur dalam PMK No.17/PMK.01/2008
dan RUU Akuntan Publik, tetap saja tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan
Publik untuk berprofesi secara profesional membuka potensi untuk dipidanakan oleh orang-
orang yang dirugikan olehnya. Misalnya dalam hal terjadinya kedekatan yang sangat antara
Akuntan Publik tersebut dengan klien, atau bahkan juga mungkin pemilik ataupun Akuntan
Publik tersebut mempunyai hubungan keluarga langsung terhadap klien yang menggunakan
jasanya tersebut, ataupun Akuntan Publik tersebut mendapatkan imbalan khusus. Sehingga
dapat saja seorang Akuntan Publik melakukan tindakan kejahatan bahkan antara lain dengan
9
cara memalsukan surat seperti yang diatur dalam pasal 263 dan pasal 264KUHP, ataupun
melakukan penipuan ataupun kebohongan seperti yang diatur dalam pasal 378 KUHP, yang
dapat dikutip sebagai berikut:
Pasal 263 (1) KUHP:
Barang siapa membuat secara tidak benar atau memalsu surat yang dapat
menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan utang, atau yang diperuntukkan
sebagai bukti dari suatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang
lain pakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam, jika
pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan
pidana penjara paling lama 6 tahun.
Pasal 378 KUHP:
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; dengan tipu
muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan , mengerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, supaya memberi utang maupun
menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
Atau jika Akuntan Publik tidak melakukan tindak kejahatan tersebut secara langsung
akan tetapi keterlibatannya dalam tindak pidana kejahatan pemalsuan surat ataupun penipuan
tersebut dilakukan dengan cara turut melakukan ataupun membantu melakukan seperti yang
diatur dalam pasal 55 dan 56 KUH Pidana, yang dikutip sebagai berikut:
Pasal 55 ayat (1) KUHP:
Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:
1) Mereka yang melakukan menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
Pasal 56 KUHP:
Dipidana sebagai pembantu (medepichtige) suatu kejahatan:
1) Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
10
Mengingat ketentuan hukum pidana telah diatur secara umum dalam KUHP,
pertanggungjawaban secara pidana tidak perlu harus terlebih dahulu diatur dalam UU
Akuntan Publik. Karena secara umum, tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
melakukan ataupun turut serta ataupun turut membantu melakukan kejahatan, akan
memberikan konsekuensi pertanggungjawaban pidana terhadap seorang Akuntan Publik
seperti yang dijelaskan dalam pasal-pasal pidana di atas. Pemberian hukuman yang bersifat
sanksi administratif, secara hukum tidak dapat menghapuskan akibat pidana yang
diancamkan kepada seorang Akuntan Publik yang terbukti melakukan ataupun terlibat dalam
tindakan kejahatan penipuan ataupun pemalsuan surat tersebut.
Jelas sikap profesional dari sang Akuntan Publik timbul bukan karena rangkaian
ancaman hukuman administratif, perdata dan bahkan pidana yang dapat menjeratnya dalam
hal terjadinya pelanggaran tersebut, akan tetapi lebih karena memang dunia bisnis Indonesia
membutuhkan suatu proses perjalanan yang sehat dan transparan, sehingga dalam hal
menyajikan suatu keberadaan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya tersebut, publik
sangat membutuhkan akuntan publik yang benar-benar mempunyai kemampuan yang baik,
profesional dan independen dalam menjamin maksimumnya tingkat akurasi kebenaran dari
hasil pernyataan pendapatnya terhadap Laporan Keuangan tersebut.
Tanggung jawab manajemen atas integritas dan kewajaran penyajian (asersi) laporan
keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa
yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan
yang menurut auditor tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan
pendapat tidak wajar atau pendapat wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari
penugasa tersebut.
atau hukuman penjara sampai 20 tahun, terhadap setiap orang yang diketahui memalsukan
laporan-laporan tersebut.
a. Tanggung jawab auditor untuk menemukan salah saji yang material akibat
kecurangan atau kekeliruan serta perlunya mempertahankan skeptisisme professional
ketika melakukan audit.
Standar-standar tentang tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang
material mencakup beberapa istilah dan frasa yang penting yaitu :
Salah saji umumnya dianggap material jika gabungan dari kekeliruan dan kecurangan
yang belum dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau
mempengaruhi keputusan orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Walaupun
sulit mengukur materialitas, auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang
layak bahwa ambang batas materialitas ini telah dipenuhi. Namun diperlukan biaya yang
sangat besar (dan mungkin mustahil) bagi auditor untuk memikul tanggung jawab
menemukan semua kekeliruan dan kecurangan yang tidak material.
Kepastian atau assurance merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor
pada saat menyelesaikan audit. Standar auditing (SAS 104) menyatakan bahwa kepastian
yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan
telah bebas dari salah saji yang material. Konsep kepastian yang layak, bukan yang absolut,
mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau penjamin atas kebenaran
13
laporan keuangan. Jadi, audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing dapat saja
gagal mendeteksi salah saji yang material.
Auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak, tetapi tidak absolut karena
beberapa alasan diantaranya :
Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi mengandung
sejumlah risiko tidak terungkapnya salah saji yang material. seperti piutang usaha atau
persediaan. Namun penggunaan sampling juga Selain itu, bidang yang diuji; jenis,
luas, dan waktu pengujian; serta evaluasi atas hasil pengujian juga membutuhkan
pertimbangan auditor yang penting Bahkan dengan itikad baik dan integritas, para
auditor dapat membuat kesalahan dan kekeliruan dalam memberikan
pertimbangannya.
Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.
Akibatnya, auditor harus mengandalkan pada bukti audit yang persuasif, tetapi tidak
meyakinkan.
Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan sering kali sangat sulit,
bahkan tidak mungkin, untuk dideteksi oleh auditor, terutama bila ada kolusi di
kalangan manajemen perusahaan.
Jika auditor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua asersi dalam laporan
keuangan telah benar, maka persyaratan bukti audit dan biaya pelaksanaan fungsi audit ini
akan meningkat hingga pelaksanaan audit secara ekonomis tidak praktis lagi. Bahkan setelah
itu, para auditor pun masih tidak dapat mengungkapkan semua salah saji yang material dalam
setiap audit. Pembelaan terbaik yang dapat dilakukan auditor apabila salah saji yang material
tidak terungkap adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing.
SAS 99 (AU 316) membedakan antara dua jenis salah saji : kekeliruan (error) dan
kecurangan (fraud). Kedua jenis salah saji ini dapat material maupun tidak material.
Kekeliruan (error) adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara
kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Dua contoh kekeliruan antara lain
kesalahan perhitungan harga dikalikan dengan kuantitas pada faktur penjualan dan salah
14
melihat bahan baku yang lama dalam menentukan nilai persediaan dengan metode yang
terendah antara harga perolehan atau harga pasar.
4. Skeptisisme Profesional
Standar auditing mensyaratkan bahwa audit dirancang sedemikian rupa agar dapat
memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi baik kekeliruan maupun kecurangan
yang material dalam laporan keuangan. Untuk mencapainya, audit harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan sikap skeptisisme profesional atas semua aspek penugasan.
Skeptisisme profesional terdiri dari dua komponen utama: questioning mind dan penilaian
kritis terhadap bukti audit. Meskipun auditor kemungkinan akan percaya bahwa organisasi
yang diterima sebagai klien memiliki integritas dan jujur, menjaga questioning mind akan
membantu auditor mengoffset bias alami terhadap keinginan percaya klien. Questioning
midset berarti auditor menangani audit dengan pandangan mental “percaya tapi verifikasi’.
Demikiaan juga, ketika mereka mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang mendukung
jumlah serta pengungkapan laporan keuangan, skeptitisme professional juga melibatkan
penilaian keritis tentang bukti yang mencangkup pengajuaan pertanyaan yang menyelidik dan
perhatikan inkonsistensi. Ketika menerima tanggung jawab untuk menjaga questioning mind
dan mengevaluasi bukti secara kritias, auditor secara signifikan akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kegagalan audit selama proses audit berlangsung.
Meskipun konsep skeptisme professional telah memiliki unsur mendasar dari standar
auditing selama bertahun-tahun, namun masih sulit mengimplementasikannya dalam praktek.
15
Sayangnya auditor juga manusia yang tunduk pada bias alami mempercayai orang yang
mereka kenal dan yang sering berinteraksi dengan mereka secara teratur Dalam lingkaran
audit, terkadang auditor meyakinkan dirinya bahwa mereka hanya akan menerima klien yang
dapat dipercaya dan yang memiliki integrasi tinggi Dengan demikiaan,sering kali sulit bagi
auditor untuk mengetahui kemungkinan bahwa kliennya kurang memiliki kompetensi atau
mungkin mencoba menipunya selama proses audit yang berlangsung. Meskipun ada
keterbatasan, auditor harus mengatasi bias pertimbangan (judgment bias) tersebut dan harus
terus diingatkan akan pentingnya menjaga skeptisime professional yang sesuai,serta
menyadari adanya risiko salah saji yang material dalam semua audit.
Standar auditing tidak membedakan antara tanggung jawab auditor untuk mencari
kekeliruan dan kecurangan. Dalam kedua kasus, auditor harus memperoleh kepastian yang
layak apakah laporan keuangan telah bebas dari salah sati material. Standar itu juga mengakui
bahwa kecurangan seringkali lebih sulit dideteksi karena manajemen atau karyawan yang
melakukan kecurangan akan berusaha untuk menyembunyikan kecurangan itu. Namun,
kesulitan mendeteksi kecurangan tidak mengubah tanggung jawab auditor untuk
merencanakan dan melaksanakan audit secara layak guna mendeteksi salah saji yang
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan.
Kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang versus misapropriasi aset.
Pelaporan keuangan yang curang dan misapropriasi asset berpotensi merugikan para pemakai
laporan keuangan, tetapi ada perbedaan penting di antar keduaanya. Pelaporan keuangan
yang curang akan merugikan para pemakai karena menyediaakan informasi laporan keuangan
yang tidak benar untuk membuat keputusan. Apabila asset disalahgunakan auat
dimisapropriasi, para pemegang saham,kreditor,serta pihak lainnya akan merugikan karena
asset tersebut tidak lagi menjadi milik pemiliknya yang sah.
Secara umum, pelaporan keuangan yang curang dilakukan olejh pihak manajemen, yang
terkadang tanpa sepengetahuaan para karyawan. Manajemen adalah pihak yang dapat
membuat keputusan akuntansi danpelaporan tanpa melibatkan para karyawan. Contohnya
adalah keputusan untuk menghapus catatan kaki yang penting tentang kasus litigasi yang
16
ditunda. Biasanya, tetapi tidak selalu terjadi, pencuriaan asset dilakukan oleh para karyawan,
bukan oleh manajemen dan nilainya seringkali tidak material.
Kemampuaan auditor untuk mendeteksi salah saji yang material akibat kegagalan
mematuhi UU dan regulasi dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
Banyak UU dan regulasi yang terutama terkait dengan aspek operasi bisnis dan
biayayanya tidak mempengaruhi laporan keuangan serta terdeteksi oleh sistem
informasi klien berkaitan dengan laporan keuangan.
Ketidakpatuhan (noncopliase) mungkin melibatkan tindakan menyembunyikan,
seperti kolusi,pemalsuaan,tidak mencatat transaksi secara sengaja, manajemen
mengesampingkan pengendaliaan, atau misrepresentasi yang disengaja kepada
auditor.
Apakah suatu tindakan merupakan ketidakpatuhan akan ditentukan oleh hukum,
seperti oleh pengadilan.
Salah satu kesulitan yang dihadapi auditor adalah menentukan bagaimana UU dan
regulasi itu mempengaruhi jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Provisi dari UU dan regulasi tertentu, seperti UU dan regulasi pajak serta pensiun,
umumnya diakui memiliki pengaruh langsung terhadap jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh, pelanggaran atas Undang-Undang pajak federal akan
mempengaruhi secara lansung beban pajak penghasilan dan utang pajak penghasilan. Auditor
terus memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang jumalah yang material serta
pengungkapan yang secara langsung dipengaruhi oleh UU dan regulasi tersebut. Sebagai
contoh, ketika mengaudit beban pajak penghasilan, untuk mengidentifikasi apakah ada
pelanggaran berat atas UU pajak federal atau Negara bagian auditor dapat membahasnya
dengan personil klien dan memeriksa laporan yang dikeluarkan oleh internal Revenue
Service setelah selesai memeriksa SPT pajak klien.
2. UU dan Regulasi yang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan
17
Provisi dari banyak UU dan regulasi tidak mungkin memiliki pengaruh langsung terhadap
laporan keuangan. Namun, ketaatan pada UU dan regulasi tersebut sangatlah mendasar bagi
opersai bisnis serta diperlukan untuk menghindari pinalti yang material. Contohnya termasuk
memasuki ketentuaan lisensi operasi, persyaratan keselamatan karyawan, dan regulasi
tentang lingkungan. Auditor harus melakukan prosedur berikut untuk mengidentifikasi kasus
ketidakpatuhan kepada UU dan regulasi lainnya yang mungkin memiliki pengaruh yang
material terhadap laporan keuangan.
Selama proses audit, prosedur audit lainnya mungkin menemukan adanya dugaan
ketidakpatuhan yang menjadi perhatiaan auditor. Namun, jika ketidakpatuhan yang
diidentifikasi atau dicurigai, auditor tidak diharuskan untuk melaksanakan prosedur audit .
Auditor harus membahas ini dengan pihak manajemen yang tingkatnya berada di atas
pihak yang diduga terlibat dengan ketidakpatuhan dan bila perlu pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Jika manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas kelola tidak
dapat memberikan informasi yang cukup yang mendukung bahwa entitas telah menaati UU
dan regulasi dan auditor yakin pengaruh ketidakpatuhan mungkin material terhadap laporan
keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan perlunya mendapatkannasihan hukum.
Auditor juga harus mengevaluasi pengaruh ketidakpatuhan itu terhadap aspek lain dari audit,
termasuk penilaian risioko auditor dan reliabilitas representasi lain dari manajemen.
Jika masalah yang terlibat tidak berkaitan, auditor harus berkopmunikasi dengan pihak
yang bertanggungjawab atas masalah tata kelola yang melibatkan ketidakpatuhan terhadap
UU da regulasi yang menjadi focus auditor selama audit. Jika masalah yang terlibat diyakini
bersifat disengaja dan material, hal itu harus dikomunikasikan kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, sperti dengan direksi sesegera mungkin. Auditor juga
18
harus mengidentifikasi apakah ada tanggung jawab untuk melaporkan ketidakpatuhan yang
didentifikasi atau diduga itu kepada pihak di luar entitas seperti otoritas regulator.
Jika ketidakpatuhan itu memiliki pengaruh yang material dan belum tecermin segera
memadai dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualiaan atau tidak wajar terhadap laporan keuangan. Jika auditor di dilarang oleh pihak
manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas kelola untuk memperoleh bukti yang
cukup dan tepat demi mengevaluasiapakah ketidakpatuhan yang mungkin bersifat material
terhadap laporan keuangan telah terjadi atau mungkin akan terjadi, auditor harus
menyampaikan pendapat wajar dengan pengecualiaan arau menolak memberikan pendapat
atas laporan keuangan berdasarkan pembatasan ruang lingkup.
1) Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang
diberikan kepada atau diterima dari klien / pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien /
pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan / menerima komisi apabila
pemberian / penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan / diterima kepada/dari sesama
penyedia jasa professional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi
sesama profesi.
19
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
Tanggung Jawab atas pengendaliaan internal berbeda antara manajemen dan auditor.
Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendaliaan
internal entitas. Manajemen juga diharuskan oleh section 404 untuk melaporkan secara
terbuka tentang keefektifan pelaksanaan pengendaliaan tersebut. Sebaliknya, tanggung jawab
auditor mencangkup memahami dan menguji pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Auditor perusahaan public berukuran besar diwajibkan oleh SFC untuk menerbitkan laporan
audit tentang keefektifan pelaksanaan pengendaliaan tersebut setiap tahun.
2) Keterbatasan Inheren
Pengendaliaan internal tidak bisa efektif 100% tanpa hiraukan cermatan yang diterapkan
dalam rancangan dan implementasinya. Meskipun personil yang menangani itu sanggup
merancang sebuah sistem yang ideal, keefektifannya tergantung kepada kopetensi dan
ketergantungan orang-orang yang menggunakannya .
Salah satu prinsip dalam pendahuluan standar auditing AICPA terklarifikasi adalah
bahwa “ Auditor mengidentifikasi dan menilai apakah risiko salah saji yang material dalam
21
laporan keuangan disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan berdasarkan pemahaman yang
cukup tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendaliaan internal entitas .“ Standar
auditing mengharuskan auditor harus memahami pengendalian internal yang relevan dengan
audit pada setiap penugasan audit. Auditor terutama memperhatikan pengendaliaan atas
reabilitas pelaporan keuangan atau pengendaliaan atas kelas-kelas transaksi.
3.2 Saran
Untuk memperoleh kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik,
tentunya akuntan publik harus menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan secara professional yang dilakukan oleh anggotanya. Menjaga tugas dan tanggung
jawab dengan baik sebagai seorang akuntan publik juga merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaannya sehingga seorang akuntan publik diharapkan mampu
menjadi akuntan publik yang kompeten dan dapat dipertanggung jawabkan keahliannya.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Alvin, A., Randal, J., Mark, S. 2015. Auditing & Jasa Assurance. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Tasya Talitha. 2021. Pengertian Tanggung Jawab dan Contoh Tanggung Jawab.
https://www.gramedia.com/best-seller/tanggung-jawab/