You are on page 1of 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan disebut
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar bakteri TB
menyerang paru (TB paru), namun dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya (TB ekstra paru). Penularan TB terutama terjadi melalui udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Sumber penularan TB yaitu
penderita TB paru BTA positif yang ketika batuk, bersin atau
berbicara mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri M.
tuberculosis.1
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Agen infeksius utama mycobacterium tuberkulosis
adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan
sensitive terhadap panas dan sinar matahari. (Wijaya dan Putri, 2013).
Bakteri tuberkulosis mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit
atau pada pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol
70%-95% selama 15- 30 detik. Bakteri ini tahan di udara terutama di
tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak
tahan dengan sinar atau aliran udara. (Masriadi, 2017)
2.1.3 Patofisiologi SUKMA
Sumber penularan penderita Tuberkulosis Paru adalah penularan
dari penderita BTA positif dan M. tuberculosis yang terkandung di
dalam droplet ketika penderita Tuberkulosis batuk, bersin atau
berbicara. Pada saat batuk atau bersin, penderita menyebarkan bakteri
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
dapat mengeluarkan 3000 percikan dahak. Droplet yang mengandung
bakteri dapat bertahan beberapa jam di udara pada suhu kamar dan
dapat menginfeksi orang yang menghirup udara tersebut. Anggota
keluarga kasus Tuberkulosis BTA positif merupakan golongan
masyarakat yang paling rentan tertular penyakit Tuberkulosis Paru
karena sulit menghindari kontak dengan penderita.
Bakteri Tuberkulosis yang ada dalam tubuh dapat menyebar dari
paru kebagian tubuh lainnya, melalui saluran peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-
bagian tubuh lainya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan
oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut.11 Kemungkinan seorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan
oleh tingkat penularan, lamanya kontak dan daya tahan tubuh.
2.1.4 Gejala
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat
menunjukkan manifestasi klinis, seperti batuk ≥ 2 minggu, batuk
berdahak, batuk berdahak dapat bercampur darah, dapat disertai nyeri
dada, dan sesak napas. Selain itu dengan gejala lain, seperti malaise,
penurunan berat badan, menurunnya nafsu makan, menggigil,
demam, dan berkeringat di malam hari.1
2.1.5 Pengobatan Tuberkulosis
2.1.5.1 Prinsip Pengobatan TB
Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen
terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB
merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab
TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
1) Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT
yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi
2) Diberikan dalam dosis yang tepat
3) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung
oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai selesai
masa pengobatan.
4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang
cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan
untuk mencegah kekambuhan.
2.1.5.2 Tahapan Pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu :1
1) Tahap awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan
pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan
untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua
pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada
umumnya dengan pengobatan secara teratur dan
tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu
pertama.
2) Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan
membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan.
Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan setiap
hari.
Tabel II.1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa 1
Dosis rekomendasi 3 kali per minggu
harian
Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin* 15 (12-18) - 15 (12-18) -
*) Pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi
lebih dari 500-700 mg perhari, beberapa pedoman
merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien
kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di
bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari
500-750 mg perhari.1
2.2 Kepatuhan
Kepatuhan merupakan komponen penting dalam pengobatan dan yang
mendukung keberhasilan terapi . Kepatuhan adalah perilaku penderita
dalam menyesuaikan penggunaan obat sesuai dengan instruksi medis. (Edi,
2020) Kepatuhan dalam pengobatan seperti penyelesaian obat sesuai dengan
jadwal dan dosis obat yang telah dianjurkan sesuai kategori yang ditentukan,
tuntas pengobatan tepat waktu, dan tidak putus pengobatan. Yosep (2011)
Adapun tipe - tipe ketidakpatuhan pasien terbagi atas 5 yaitu : pasien
memutuskan pengobatan, pasien lupa minum obat, tidakpatuh dalam
menebus resep yang sudah didapat, dan tidak menggunakan obat sesuai
dosis, dan waktu yang sudah ditentukan. (Romdlon Fauzi 2018).
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan (2022).
2.2.1.1 Faktor secara umum
1) Motivasi Ingin Sembuh.
Setiap pasien memiliki keinginan untuk mencapai
kesembuhan dari penyakit. Hal tersebut dapat menjadi
motivasi untuk mendorong penderita untuk patuh dalam
melakukan pengobatan.
2) Dukungan Keluarga.
Keluarga memiliki peran penting untuk kesembuhan
penderita, dengan memberikan dukungan dengan
memberikan berbagai informasi mengenai TB dan
memberikan dukungan secara emosional dapat memberikan
kekuatan bagi penderita untuk berusaha sembuh dari
penyakit TB .
3) Pengawasan dari PMO
Pengawas Minum Obat ( PMO ) merupakan seseorang
yang dipercaya dan disetujui oleh tenaga kesehatan maupun
pasien untuk mengawasi TB agar pengobatan secara teratur
sampai selesai pengobatan. ( Lestari , S. and Chairul .
2010 )
2.2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan secara khusus yang dapat
mempengaruhi kepatuhan terhadap pengetahuan dan
pemahaman orang yang memegang peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan TBC paru. Pengetahuan
merupakan hasil dari rasa tahu setelah individu melakukan
penginderaan terhadap objek yang spesifik. Dalam hal ini
pengindraan dapat berupa penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.(Prihantana and Wahyuningsih,
2016). Tingkat pendidikan yang semakin tinggi, akan
semakin banyak juga pengetahuan dan kesadaran akan
memperoleh informasi terkait penyakit TB dan cara
penanggulangannya semakin besar, begitu juga sebaliknya
rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang. (Sarmen et al., 2017)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu karakteristik responden, yang termasuk
dalam karakteristik responden yaitu umur, status
pendidikan dan status pekerjaan. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Terdapat faktor fisik
yang dapat menghambat proses belajar pada orang dewasa
yaitu gangguan penglihatan dan pendengaran sehingga
membuat penurunan pada suatu waktu dalam kekuatan
berpikir dan bekerja, oleh sebab itu penderita TB dengan
usia lansia tingkat pengetahuan semakin kurang
dibandingkan dengan rentang usia dewasa awal dan
dewasa tengah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
pengetahuan yaitu pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah mendapat informasi terkait
penyakit tuberkulosis. Siti Fadilah dan Eddy Aryanto
(2019)
2.3 Keberhasilan Pengobatan
2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Tinggi rendahnya TSR atau Treatment Success Rate dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain: 1
a) Faktor pasien: pasien tidak patuh minum obat anti Tuberkulosis
(OAT), pasien pindah fasilitas pelayanan kesehatan, dan
termasuk Tuberkulosis resisten terhadap OAT.
b) Faktor pengawas minum obat (PMO) : PMO tidak ada, PMO
ada tapi kurang memantau.
c) Faktor obat, yaitu suplai OAT terganggu sehingga pasien
menunda atau tidak meneruskan minum obat, dan kualitas OAT
menurun karena penyimpanan tidak sesuai standar.
Tabel II.2. Definisi Hasil Pengobatan
Hasil Definisi
Sembuh Pasien TB paru dengan konfirmasi bakteriologis positif
pada awal pengobatan dan BTA sputum negatif atau
biakan negatif pada akhir pengobatan dan memiliki hasil
pemeriksaan negatif pada salah satu pemeriksaan
sebelumnya.
Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara
lengkap dan tidak memiliki bukti gagal pengobatan
tetapi juga tidak memiliki hasil BTA sputum atau biakan
negatif pada akhir pengobatan dan satu pemeriksaan
sebelumnya, baik karena tidak dilakukan atau karena
hasilnya tidak ada.

Tabel II.2. Definisi Hasil Pengobatan


Hasil Definisi
Pengobatan gagal Pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA sputum atau
biakan positif pada bulan kelima atau akhir pengobatan.
Meninggal Pasien TB yang meninggal dengan alasan
apapunsebelum dan selama pengobatan TB
Putus obat Pasien TB yang tidak memulai pengobatan setelah
terdiagnosis TB atau menghentikan pengobatan selama 2
bulan berturut-turut atau lebih
Tidak dievaluasi Pasien yang tidak memiliki hasil pengobatan pada saat
akhir pelaporan kohort pengobatan, termasuk pasien
yang sudah pindah ke fasilitas kesehatan lain dan tidak
diketahui hasil pengobatannya oleh fasilitas yang
merujuk pada batas akhir pelaporan kohort pengobatan.
Keberhasilan Jumlah kasus dengan hasil pengobatan sembuh dan
pengobatan lengkap.
Catatan :
Pasien TB sensitif OAT yang kemudian terbukti resistan obat dikeluarkan
dari pelaporan kohort hasil pengobatan.
2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keberhasilan Pengobatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul dkk (2018) di
Puskesmas Kecamatan Johar Baru dengan jumlah sampel sebanyak 56
pasien yang memenuhi criteria inklusi dan criteria eksklusi penelitian. Hasil
dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis Hal ini dapat
disebabkan karena lamanya jangka waktu yang diperlukan dalam menjalani
pengobatan TB, sehingga tingginya tingkat pengetahuan yang dimiliki
pasien TB tidaklah cukup untuk menunjang keberhasilan pengobatan yang
dijalaninya. Ada faktor-faktor penting lainnya seperti dukungan serta peran
keluarga dan masyarakat disekitar pasien TB dalam membantu menjaga
kepatuhan pasien TB untuk selalu meminum obat dengan teratur setiap
harinya selama masa pengobatan. Nurul dkk (2018)
Keberhasilan pengobatan tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan
pemilihan obat yang tepat, tetapi dapat ditunjang oleh kepatuhan pasien
terhadap pengobatan yang sedang dijalani. Pasien berulang kali dirawat di
rumah sakit karena ketidak patuhan terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
secara teratur. Hal ini tentunya akan menyebabkan putusnya pengobatan,
yang merupakan salah satu penyebab utama kegagalan pengobatan dan
kemungkinan besar terjadi resistensi obat atau Multi Drug Resistant
( MDR). Jika terjadi resistensi obat, biaya pengobatan akan lebih tinggi dan
waktu pemulihan juga akan lebih lama. (APRIL, 2019)
Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya
motivasi dari keluarga, pengetahuan dan persepsi dari pasien. lda Anjella L.
C. P. Agatha. Menurut penelitian yang dilakukan Sarmen dkk (2017) di
Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru dengan jumlah sampel 31 orang
menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan pengobatan pasien TB. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang akan semakin mampu menerima informasi dengan baik. Tingkat
pengetahuan yang rendah dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan
TB paru. Pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
mempengaruhi perilakunya dalam upaya pengendalian penularan penyakit
TB paru. Semakin baik pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis
paru, semakin tinggi pula tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan.
Pengetahuan pasien merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pasien, karena ketidakpatuhan pasien akan meningkatkan risiko
berkembangnya masalah kesehatan atau penyakit yang diderita. Sarmen dkk
(2017)
2.5 Kerangka Teori

Tuberkulosis Paru

Terapi Non Farmakologi Terapi Farmakologi

Durasi terapi
Usia (minimal 6 bulan)

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan
Kepatuhan

Motivasi Keluarga

Persepsi Pasien

Keberhasilan Terapi

Gambar II.1 Kerangka Teori


Keterangan :
= Variabel yang tidak diteliti
= Variabel yang diteliti

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Antara Variabel Terikat

Tingkat Kepatuhan Keberhasilan


Pengetahuan Pengobatan

Gambar II.2 Kerangka Konsep


2.7 Hipotesis

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat


keberhasilan pengobatan TB Paru di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Sukanagara dan di UPTD Puskesmas Campaka
H1 = Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
keberhasilan pengobatan TB Paru di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Sukanagara dan di UPTD Puskesmas Campaka

You might also like