You are on page 1of 245

Pedoman Pelatihan

Konseling Pemberian
Makan Bayi dan Anak (PMBA)

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA i


PEDOMAN PELATIHAN
KONSELING PEMBERIAN MAKAN
BAYI DAN ANAK (PMBA)

1. KURIKULUM PELATIHAN
KONSELING PMBA

2. MODUL PELATIHAN
KONSELING PMBA
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh
dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih
pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berfikir.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai
awal kehidupan anak yang disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan, sehingga Ibu pada


masa remaja kurang nutrisi, bahkan dimasa kehamilan dan menyusui. Disamping
itu pada masa bayi dan anak tidak mendapatkan asupan sesuai dengan pola
pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak. Berdasarkan dokumen Global
Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) merekomendasikan pola
pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah: 1)
Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
segera setelah lahir; 2) Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6
bulan; 3) Mulai memberi makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang bergizi
sejak bayi berusia 6 bulan; 4) Meneruskan menyusui sampai anak berusia 24 bulan
atau lebih.

Dalam rangka meningkatkan akses Ibu, keluarga dan masyarakat terhadap


informasi tentang pola makan terbaik bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
sampai usia 2 tahun, setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan
kesehatan ibu dan anak seperti Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, Rumah
Sakit bersalin, bidan praktek swasta dan sebagainya perlu memiliki tenaga yang
terlatih agar dapat membantu ibu dan keluarganya dalam Pemberian Makan Bayi
dan Anak.

Terkait dengan maksud tersebut, Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian


Kesehatan menyusun Pedoman Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA), diharapkan pedoman ini dapat dipakai sebagai acuan Pelatihan
PMBA.

Kami menyadari bahwa Pedoman ini masih belum sempurna, kritik dan saran kami
harapkan untuk perbaikan. Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam
penyusuan Pedoman ini.

30

Pedoman Pelatihan
Pedoman Konseling
Pelatihan PMBA
Konseling PMBAv v
v

vii

ix

53

232

Pedoman Pelatihan
Pedoman Konseling
Pelatihan PMBA
Konseling PMBAvii vii
Kurikulum
Pelatihan Konseling
Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA)
6
6
6

25

29

30

31

33

35

Pedoman Pelatihan
Pedoman Konseling
Pelatihan PMBA
Konseling PMBAxi xi
xii xii Pedoman
Pedoman Pelatihan
Pelatihan Konseling
Konseling PMBAPMBA
BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada periode 2015 - 2019 adalah Program Indonesia


Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Salah satu sasaran
pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak.

Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain


masih menghadapi masalah kekurangan gizi, kelebihan gizi juga menjadi persoalan
yang harus kita tangani dengan serius.

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan masih tingginya prevalensi


kekurangan gizi pada balita di Indonesia, antara lain sebanyak 17,7 % balita gizi
kurang di Indonesia (BB/U), sebanyak 30,8 % balita mengalami Stunting (PB/U atau
TB/U), dan 10,2 % balita dalam kondisi kurus (BB/PB atau BB/TB). Selain itu kondisi
gizi ibu hamil juga masih sangat memprihatinkan, dimana sebanyak 17,3 % ibu
hamil dalam kondisi Kurang Energi Kronik (KEK) dan sekitar 50 % ibu hamil
menderita Anemia.

Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh


kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif
tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa
terjebak dalam kemiskinan. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik
untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita, dan Indonesia
fokus kepada 1000 Hari Pertama Kehidupan yaitu terhitung sejak konsepsi hingga
anak berusia 2 tahun.

Salah satu rekomendasi dalam Global Strategy on Infant and Child


Feeding, pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur
24 bulan sebagai berikut : (1) Menyusui segera dalam waktu satu jam pertama
setelah bayi lahir (Inisiasi Menyusu Dini/IMD), (2) Menyusui secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berumur 6 bulan, (3) Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 1


(MP ASI) yang baik dan benar sejak bayi berumur 6 bulan; dan (4) Tetap menyusui
BAB I

sampai anak berumur 24 bulan atau lebih.

Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif pada Bayi
di Indonesia terdiri atas lima ketetapan termasuk penetapan mengenai pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai dengan usia anak 2 tahun
dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Juga ditetapkan bahwa tenaga
kesehatan agar menginformasikan kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif.
Pemberian informasi dianjurkan untuk mengacu pada 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM).

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan


terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi
39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007. Alasan yang menjadi penyebab
kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti misalnya budaya
memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI
tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus
bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula.Salah satu keberhasilan ASI eksklusif
adalah inisiasi menyusui dini (IMD). Peran tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinan dalam proses IMD adalah vital.

Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan
salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang
sekaligus memenuhi hak. Menurut World Health Organization (WHO) dan United
Nations Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50% kematian anak balita terkait
dengan keadaan kurang gizi, dan dua per tiga diantara kematian tersebut terkait
dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, seperti
tidak dilakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama setelah lahir dan
pemberian MP ASI yang terlalu cepat atau terlambat diberikan. Keadaan ini akan
membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit dan gagal tumbuh. Oleh karena itu,
upaya mengatasi masalah kekurangan gizi pada bayi dan anak balita melalui
pemberian makanan bayi dan anak yang baik dan benar, menjadi agenda penting
demi menyelamatkan generasi masa depan.

Kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) bagi petugas kesehatan, kader posyandu, dan lainnya sebagai promotor
dan motifator kesehatan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk membekali

2 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


tenaga kesehatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan alat bantu untuk

BAB I
mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian makan
kepada bayi dan anak serta ibu hamil secara optimal yang difokuskan pada
pemantauan pertumbuhan, Pemberian ASI, Pemberian Makanan Pendamping ASI,
pemberian makan pada ibu, bayi dan anak berbasis masyarakat. Oleh karena itu,
informasi yang utuh ini dianggap penting untuk disampaikan kepada kader posyandu
sebagai sumber daya potensial yang langsung berhubungan dengan sasaran
PMBA. Tenaga kesehatan sebagai fasilitator dan promotor PMBA, dan kader
sebagai promotor dan motifator (konselor) perlu dibekali informasi tentang informasi
menyeluruh dan utuh tentang 1000 hari pertama kehidupan sehingga mampu
menyampaikan kembali kepada sasaran konseling PMBA di tingkat posyandu.

Ketersediaan konselor konseling PMBA saat ini belum menjangkau seluruh


kabupaten dan kota. Disamping itu konselor konseling PMBA yang ada masih perlu
untuk ditingkatkan kapasitasnya. Oleh karenanya pelatihan ini sangat diperlukan
agar peserta mampu menjadi konselor pada Pelatihan Konseling Pemberian
Makanan Bayi dan Anak yang memiliki kompetensi sesuai dengan kaidah
kediklatan.

B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
diselenggarakan dengan memperhatikan :

1. Prinsip Andragogi, yaitu selama pelatihan peserta berhak untuk:


a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam melaksanakan konseling
PMBA.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya yang berkaitan dengan
kegiatan pelatihan.
c. Tidak dipermalukan, dilecehkan atau diabaikan keberadaannya.
2. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk mengembangkan
keterampilan yang sesuai dengan tujuan pelatihan dan berguna dalam
melaksanakan tugas sebagai konselor konseling PMBA.
3. Belajar sambil melakukan (learning by doing) yang memungkinkan peserta
untuk:
a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan
menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok, simulasi,

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 3


bermain peran, latihan (exercise), dan praktik lapangan baik secara individu
BAB I

maupun kelompok.
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.

4. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:


a. Mendapatkan kurikulum dan modul pelatihan.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan berbagai
metode, melakukan umpan balik dan menguasai materi pelatihan.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik cara menyampaikan
(visual), bahasa yang digunakan (auditorial), maupun gerak (kinestetik).
d. Belajar dengan pengetahuan yang dimiliki masing-masing.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi terhadap penyelenggara maupun fasilitator dan
dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya.

4 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

BAB II
A. Peran

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu memberikan Konseling Pemberian


Makan Bayi dan Anak (PMBA).

B. Fungsi

Dalam melaksanakan perannya tersebut, peserta mempunyai fungsi


memberikan Konseling PMBA.

C. Kompetensi

Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam:


1. Menjelaskan konsep PMBA.
2. Melakukan praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI)
3. Melakukan pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
4. Melakukan pemantauan pertumbuhan
5. Menjelaskan gizi dan kesehatan ibu
6. Menjelaskan rujukan anak sakit ke fasilitas kesehatan
7. Melakukan konseling PMBA

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 5


BAB III
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
BAB III

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu memberikan Konseling


Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu:


1. Menjelaskan konsep PMBA.
2. Melakukan praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI)
3. Melakukan pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
4. Melakukan pemantauan pertumbuhan
5. Menjelaskan gizi dan kesehatan ibu
6. Menjelaskan rujukan anak sakit ke fasilitas kesehatan
7. Melakukan konseling PMBA

6 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


BAB IV

STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan pelatihan tersebut diatas, disusun materi yang tercantum
dalam struktur program sebagai berikut.

1. STRUKTUR PROGRAM

BAB IV
JAM PELAJARAN
NO. MATERI
T P PL JML
A. Materi Dasar (MD)
1. Kebijakan Gizi dalam Program 2 0 0 2
Indonesia Sehat-Pendekatan Keluarga
(PIS-PK)
Sub total A 2 0 0 2

B. Materi Inti (MI)


1. Konsep PMBA 1 1 0 2
2. Pemberian ASI 1 3 0 4
Pemberian makan ibu hamil, ibu
3. 2 4 0 6
menyusui dan MP ASI
4. Pemantauan Pertumbuhan 1 2 0 3
5. Gizi dan Kesehatan Ibu 1 1 0 2
6. Rujukan anak sakit ke fasilitas 1 0 0 1
kesehatan
7. Konseling PMBA 3 4 0 7
Sub total B 10 15 0 25
C. Materi Penunjang (MP)
1. Building Learning Commitment (BLC) - 2 - 2
2. Rencana Tindak Lanjut 1 - - 1
Sub Total C 1 2 - 3
TOTAL “A+B+C” 13 17 0 30

Keterangan:
▪ T = penyampaian Teori, P = Praktik di kelas, PL = praktik lapangan
▪ 1 jpl @ 45 menit

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 7


BAB IV

8
2. Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

Nomor : Materi Dasar 1 (MD.1)


Materi : Kebijakan Gizi dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
Waktu : 2 Jpl (T = 2, P = 0, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


1. Menjelaskan kebijakan 1. Kebijakan Program Indonesia ▪ Curah ▪ Bahan tayang/ ▪ Permenkes No 43
Program Indonesia Sehat Sehat dengan Pendekatan pendapat power point tahun 2016
dengan Pendekatan Keluarga Keluarga (PIS-PK): Ceramah ▪ Laptop tentang SPM
(PIS-PK) a. Pembangunan Kesehatan tanya Jawab ▪ LCD bidang Kesehatan
b. Paradigma Sehat ▪ Filpchart ▪ Permenkes No 44
c. Pendekatan Keluarga ▪ Sound system tahun 2016
▪ Spidol tentang Pedoman
2. Menjelaskan Kebijakan Gizi 2. Kebijakan Gizi Managemen
a. Permasalahan gizi di Puskesmas
Indonesia. ▪ Permenkes No.39
Tahun 2016
b. Percepatan Perbaikan Gizi tentang Pedoman
focus pada 1000 HPK Penyelenggaraan
Program
c. Strategi Pemberian Indonesia Sehat
Makanan Bayi dan Anak dengan
(PMBA) Pendekatan
Keluarga.
▪ Modul PMBA
▪ Strategi Global
Pemberian
Makanan Bayi
dan Anak (WHA
dan WHO)
▪ Kepmenkes No.
450 Tahun 2004
tentang
Pemberian ASI
Eksklusif 6 bulan
bagi bayi di
Indonesia
▪ PP No.33 tahun
2012 tentang
Pemberian Air
Susu Ibu
Eksklusif
▪ Standar
anthropometri,
WHO 2005

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


9
BAB IV
BAB IV

10
Nomor : Materi Inti 1 (MI. 1)
Judul Materi : Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Waktu : 2 Jpl (T= 1, P= 1, PL =0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep PMBA.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan pentingnya PMBA. 1. Pentingnya PMBA ▪ Curah ▪ Modul ▪ Modul PMBA


a. Definisi 1000 Hari Pertama pendapat ▪ Flipchart ▪ Strategi Global
Kehidupan (HPK), ibu ▪ Ceramah ▪ Metaplan/ Pemberian
hamil, ibu menyusui, bayi, tanya jawab kertas warna Makanan Bayi dan
anak, IMD, pemberian ASI ▪ Diskusi ▪ Petunjuk Anak (WHA dan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Eksklusif dan pemberian kelompok diskusi WHO)
makanan pendamping ASI, kelompok ▪ Kepmenkes No.
Makanan Pendamping ASI ▪ Gambar 450 Tahun 2004
(MP ASI) serta ruang ▪ Paket kartu tentang Pemberian
lingkup pemberian makan ASI Eksklusif 6
bayi dan anak (PMBA). bulan bagi bayi di
b. Pengenalan faktor-faktor Indonesia
utama yang menjadikan ibu ▪ PP No.33 tahun
hamil dan ibu menyusui 2012 tentang
berstatus gizi baik Pemberian Air
c. Pengenalan faktor-faktor Susu Ibu Eksklusif
yang menjadikan anak
bergizi baik dan sehat. ▪ Standar
anthropometri,
WHO 2005
2. Menjelaskan situasi umum yang 2. Situasi umum yang
mempengaruhi PMBA. mempengaruhi PMBA
a. Kolostrum
b. BBLR dan Metode
Kanguru
c. Kehamilan baru
d. Bayi menangis
e. Ibu yang sakit dan Ibu
yang kurus
f. Makan selama kehamilan
dan menyusui
g. BAB sembarangan
h. Kebersihan diri ibu selama
hamil dan menyusui

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


11
BAB IV
BAB IV

12
Nomor : Materi Inti 2 (MI.2)
Materi : Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Waktu : 4 Jpl (T = 1, P = 3, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan praktik pemberian ASI
yang direkomendasikan.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Melakukan cara menyusui 1. Cara menyusui yang baik ▪ Curah ▪ Modul ▪ Modul PMBA
yang baik. a. Anatomi payudara dan cara pendapat ▪ Flipchart ▪ Strategi Global
produksi ASI ▪ Ceramah ▪ Petunjuk Pemberian
b. Posisi dan pelekatan tanya jawab diskusi Makanan Bayi dan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


menyusui yang baik ▪ Diskusi kelompok Anak (WHA dan
c. Cara memerah ASI dengan kelompok ▪ Metaplan/kertas WHO)
tangan, menyimpan ASI ▪ Bermain warna ▪ Kepmenkes No.
perah, dan memberikan peran ▪ Petunjuk 450 Tahun 2004
ASI perah dengan cangkir ▪ Praktik posisi praktik tentang Pemberian
dan ▪ Boneka atau ASI Eksklusif 6
pelekatan boneka yang bulan bagi bayi di
2. Menjelaskan praktik menyusui 2. Praktik menyusui yang ▪ Praktik dibuat dari Indonesia
yang direkomendasikan. direkomendasikan memerah handuk/kain ▪ PP No.33 tahun
a. Risiko tidak memberikan ASI dan ▪ Model 2012 tentang
ASI bagi bayi, ibu, keluarga memberikan payudara atau Pemberian Air
dan masyarakat/bangsa. ASI perah model Susu Ibu Eksklusif
b. Praktik pemberian ASI payudara yang
yang direkomendasikan. dibuat dari
c. Rekomendasi jadwal kaos kaki
kunjungan konseling PMBA warna kulit
▪ Cangkir
▪ Kartu konseling
dan booklet
3. Menangani kesulitan 3. Kesulitan pemberian ASI. pesan utama
pemberian ASI. a. Identifikasi kesulitan
pemberian ASI yang sering
terjadi.
b. Gejala dan pencegahan
kesulitan pemberian ASI
yang sering terjadi dan
cara penanganan
kesulitan-kesulitan dalam
pemberian ASI.
c. Relaktasi.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


13
BAB IV
BAB IV

14
Nomor : Materi Inti 3 (MI. 3)
Materi : Pemberian Makan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
Waktu : 6 Jpl (T = 2, P = 4, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemberian makan ibu hamil, ibu
menyusui dan MP ASI.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:
1. Menjelaskan pemberian makan 1. Pemberian makan ibu hamil, ▪ Curah ▪ Modul ▪ Buku KIA,
ibu hamil, ibu menyusui dan ibu menyusui dan makanan pendapat ▪ Brosur,materi Kemenkes, 2018
Makanan Pendamping ASI (MP pendamping ASI (MP ASI) ; ▪ Ceramah peserta ▪ Permenkes No. 51
ASI) a. Pentingnya melanjutkan tanya jawab ▪ Flipchart Tahun 2016
pemberian ASI setelah ▪ Praktik ▪ ATK tentang Standar

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


bayi usia 6 bulan pemberian ▪ Metaplan/kertas Produk
b. Hal-hal yang perlu MP ASI warna Suplementasi
dipertimbangkan dalam ▪ Praktik ▪ Gelas berisi air ▪ Rekomendasi
pemberian MP ASI bagi penyiapan ▪ Kartu konseling Praktik Pemberian
setiap kelompok umur makanan ibu ▪ Bahan makanan Makan berbasis
c. Rekomendasi pemberian hamil & ibu dan makanan Bukti Bagi Bayi
MP ASI anak usia 6-24 menyusui lokal serta dan Batita di
bulan pabrikan Indonesia untuk
d. Rekomendasi pemberian ▪ Kartu konseling Mencegah
makan ibu hamil dan ibu ▪ Lembar Kerja Malnutrisi, IDAI,
menyusui Praktik 2015
▪ Alat masak dan ▪ Modul PMBA.
alat makan Kemenkes-MCAI.
2. Melakukan pemberian makan 2. Makanan ibu hamil, ▪ Timbangan 2017
ibu hamil, menyusui dan MP menyusui dan MP ASI makanan ▪ Pedoman Gizi
ASI a. Pengenalan makanan- ▪ Gelas ukur seimbang,
makanan yang diperkaya ▪ Perlengkapan Kemenkes, 2015
dan/atau makanan cuci tangan ▪ Pedoman Umum
tambahan yang ada di pemberian MP ASI
masyarakat Lokal, Kemenkes,
b. Lima (5) kunci makanan 2006
yang aman. ▪ WHO, Infant and
c. Membahas variasi Young Child
makanan lokal. Feeding
d. Penyiapan makanan bagi Counselling WHO
ibu hamil, ibu menyusui, 2006, Geneva
bayi dan MP ASI bagi anak
usia di atas 6 bulan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


15
BAB IV
BAB IV

16
Nomor : Materi Inti 4 (MI. 4)
Materi : Pemantauan Pertumbuhan
Waktu : 4 Jpl (T = 1, P = 3, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemantauan pertumbuhan.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan cara 1. Cara menimbang berat badan ▪ Curah pendapat ▪ Panduan ▪ Modul
menimbang berat badan pada anak ▪ Ceramah tanya fasilitator Pemantauan
pada anak 2. Penimbangan anak jawab ▪ Kartu Pertumbuhan,
2. Melakukan penimbangan menggunakan dacin dengan ▪ Diskusi konseling Kementerian
anak menggunakan dacin benar kelompok ▪ Booklet pesan Kesehatan, 2014

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


dengan benar 3. Cara mengisi KMS dalam buku ▪ Praktik utama ▪ Permenkes
3. Melakukan pengisian KMS KIA dengan benar menimbang ▪ Dacin, sarung Nomor
dalam buku KIA dengan 4. Penentukan status anak timbang, tali 155/Menkes/Per/I/
benar pertumbuhan pada KMS dalam ▪ Praktik ▪ Flipchart 2010 tentang
4. Melakukan penentuan buku KIA dan tindak lanjutnya. pengisian KMS ▪ Kartu puzzle Penggunaaan
status pertumbuhan pada 5. Deteksi dini pemantauan dalam buku KIA mempersiapka Kartu Menuju
KMS dalam buku KIA dan perkembangan dengan ▪ Latihan kasus n dacin Sehat (KMS) bagi
Tindak lanjutnya menggunakan buku KIA ▪ Presentasi hasil ▪ Soal latihan balita
pengisian KMS kasus ▪ Standard
5. Melakukan deteksi dini
dan tindak ▪ KMS laki-laki Anthropometri,
pemantauan
lanjutnya dan WHO, 2005.
perkembangan dengan
▪ Praktik perempuan/buk ▪ Buku Kesehatan
menggunakan buku KIA
pengisian u KIA Ibu dan Anak,
checklist ▪ Poster KMS Kementerian
perkembangan laki-laki dan Kesehatan, 2018.
dalam Buku KIA perempuan
▪ Diskusi ▪ Buku KIA
▪ Anak baduta
BAB IV

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 17


BAB IV

18
Nomor : Materi Inti 5 (MI. 5)
Materi : Gizi dan Kesehatan Ibu
Waktu : 2 Jpl (T = 1, P = 1, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi dan kesehatan ibu.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan rantai/siklus 1. Rantai/siklus terjadinya ▪ Curah ▪ Modul • Panduan


terjadinya kurang gizi pada kurang gizi pada bayi, anak, pendapat ▪ Flipchart Fasilitator, Tahun
bayi, anak, remaja, remaja, perempuan dewasa, ▪ Ceramah ▪ Spidol 2017, Modul
perempuan dewasa, ibu ibu hamil dan ibu menyusui tanya jawab ▪ Selotip Pelatihan Konseling
hamil dan ibu menyusui ▪ Diskusi ▪ Metaplan/kertas Pemberian Makan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


kelompok berwarna Bayi dan Anak
▪ Gambar bayi (PMBA),
2. Menjelaskan 2. Tindakan/kegiatan dengan status Kementerian
tindakan/kegiatan perbaikan perbaikan gizi dan gizi baik, anak Kesehatan
gizi dan kesehatan yang kesehatan yang dapat dengan status Republik Indonesia,
dapat memutus rantai/siklus memutus rantai/siklus gizi baik, remaja Jakarta.
kurang gizi kurang gizi dengan status • Strategi Global
gizi baik, Pemberian
3. Menjelaskan waktu yang 3. Waktu yang perempuan Makanan Bayi dan
direkomendasikan untuk direkomendasikan untuk dewasa, dan ibu Anak, Tahun 2003,
memberikan jarak persalinan memberikan jarak persalinan hamil serta ibu World Health
dan kriteria untuk Lactation dan kriteria untuk Lactation menyusui Orgaization,
Amenorrhea Method (LAM) Amenorrhea Method (LAM) dengan status Geneva.
gizi baik. • SK Menkes No.450
▪ Petunjuk Tahun 2004
diskusi tentang Pemberian
kelompok ASI Eksklusif 6
▪ Kartu Konseling Bulan Bagi Bayi di
▪ Booklet pesan Indonesia, Jakarta.
utama • Peraturan
▪ Brosur Pemerintah No.33
▪ Buku KIA Tahun 2012
Tentang Pemberian
Air Susu Ibu
Eksklusif, Jakarta.
• Standard
Anthropometri,
Tahun 2005, World
Health
Organization,
Geneva.
• Buku Kesehatan
Ibu Anak (KIA)
Kementrian
Kesehatan Tahun
2016

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


19
BAB IV
BAB IV

20
Nomor : Materi Inti 6 (MI. 6)
Materi : Rujukan Anak Sakit ke Fasilitas Kesehatan
Waktu : 1 Jpl (T = 1, P = 0, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kapan merujuk anak sakit ke
fasilitas kesehatan.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan hubungan sakit 1. Hubungan sakit dan ▪ Curah ▪ Modul ▪ Modul PMBA.
dan pemberian makanan. pemberian makan. pendapat ▪ Flipchart Kemenkes-MCAI.
▪ Ceramah ▪ Metaplan/kertas 2017
2. Menjelaskan praktik 2. Praktik pemberian makan tanya jawab berwarna, ▪ Peraturan Pemerintah

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


pemberian makan bayi dan bayi dan anak sakit. spidol Republik Indonesia
anak sakit. ▪ Kartu konseling No.33.2012.
▪ Booklet Pemberian Air Susu
3. Menjelaskan tanda – tanda 3. Tanda-tanda anak sakit ▪ Brosur Ibu Eksklusif.Jakarta.
anak sakit yang perlu dirujuk yang perlu dirujuk ke ▪ Permenkes nomor
ke fasilitas kesehatan. fasilitas kesehatan 70.2017.
Penyelenggaraan
Manajemen Terpadu
Balita Sakit Berbasis
masyarakat. Menkes,
Jakarta.
▪ Strategi Global
Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (WHA
dan WHO)
Nomor : Materi Inti 7 (MI. 7)
Materi : Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Waktu : 7 Jpl (T = 3, P = 4, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum(TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan konseling PMBA.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:

1. Menjelaskan konsep 1. Konsep konseling : ▪ Ceramah Tanya ▪ Modul PMBA Kementerian Kesehatan
konseling (90 menit) Mendengarkan dan Jawab ▪ Flipchart RI, Direktorat Bina Gizi,
mempelajari ▪ Bermain peran ▪ Lembar kerja 2014, Panduan Pelatih
Tahapan perubahan ▪ Simulasi diskusi Konseling Menyusui
perilaku ▪ Skenario
Membangun bermain peran
kepercayaan diri dan ▪ Kartu konseling
memberikan dukungan ▪ Brosur
▪ Booklet
2. Menjelaskan peran ayah 2. Peran ayah dalam gizi ibu ▪ Model
dalam gizi ibu dan anak (45 dan anak Payudara
menit) ▪ Boneka
▪ Lembar Kerja
3. Melakukan konseling 3. Langkah - langkah Konseling
PMBA.(180 menit) konseling PMBA;
Menilai, Menganalisa,
Melakukan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


21
BAB IV
BAB IV

22
Nomor : Materi Penunjang 1 (MP.1)
Materi : Building Learning Commitment (BLC)
Waktu : 2 Jpl (T = 0, P = 2, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanaka Building Learning Commitment (BLC) dalam
proses pelatihan.

Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
(TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti pembelajaran, 1. Perkenalan, dan pencairan Disko Laptop, Proyektor, 1. Buku Panduan
peserta mampu : antara peserta, fasilitator Permainan Whiteboard, Dinamika Kelompok
1. Melakukan perkenalan dan dan panitia. Flipchart, Spidol (LAN 2010 dan
pencairan antara peserta, Pusdiklat Aparatur)
fasilitator dan panitia .

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


2. Departemen
Kesehatan RI, Badan
2. Merumuskan harapan, 2. Perumusan harapan,
PPSDM Kesehatan,
kekhawatiran dan komitemen kekhawatiran dan komitmen
terhadap pelatihan terhadap proses pelatihan Kurikulum & Modul
3. Membuat kesepakatan 3. Kesepakatan nilai, norma Pelatihan Fasilitator
nilai,norma dan kontrol dan kontrol kolektif Tingkat Puskesmas
kolektif pelatihan dalam
4. Menyusun organisasi kelas 4. Organisasi kelas Pengembangan Desa
5. Menggunakan alat bantu 5. Pengenalan alat bantu Siaga, Jakarta, 2007
pelatihan PMBA pelatihan PMBA.
3. Depkes RI, Direktorat
Jenderal PP&PL,
Modul Pelatihan Bagi
Pelatih PSN DBD
dengan pendekatan
Komunikasi
Perubahan Perilaku
(COMBI), 2007
4. Depkes RI, Pusdiklat
Kesehatan, 2004,
Kumpulan Games
dan
Energizer,Jakarta.
5. Kementerian
Kesehatan RI,
Second
Decentralized Health
Services Project,
Modul Pelatihan
Pemberdayaan
Masyarakat Bagi
Petugas Puskesmas,
Jakarta, 2010
6. Munir, Baderal, 2001,
Dinamika Kelompok,
Penerapannya Dalam
Laboratorium Ilmu
Perilaku, Jakarta

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


23
BAB IV
BAB IV

24 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


BAB V
DIAGRAM ALUR PROSES PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran dalam pelatihan dapat dilihat pada diagram berikut.

Pre Test

Pembukaan

BAB V
Pengarahan Program Pelatihan

Membangun Komitmen Belajat


(Building Learning Commitment/BLC)

Wawasan: Pengetahuan dan Keterampilan:


1. Menjelaskan konsep PMBA.
1. Kebijakan Gizi dalam
2. Melakukan praktik pemberian Air Susu Ibu
Program Indonesia (ASI)
E Sehat dengan 3. Melakukan pemberian makan ibu hamil, ibu
V Pendekatan menyusui dan Makanan Pendamping Air Susu
A Keluarga Ibu (MP ASI)
L 4. Melakukan pemantauan pertumbuhan
U 5. Menjelaskan gizi dan kesehatan ibu
A Metode: 6. Menjelaskan rujukan anak sakit ke fasilitas
S kesehatan
• Ceramah tanya 7. Melakukan konseling PMBA
I
jawab Metode:
• Curah pendapat • Curah Pendapat
• Ceramah tanya jawab
• Diskusi kelompok
• Studi kasus
• Role play, dll
• Praktek dalam kelas

• Microteaching
• Praktek lapangan

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Penutupan Evaluasi Post Test


Penyelenggaraan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 25


Berikut ini adalah rincian dari rangkaian diagram alur proses pembelajaran

1. Pre test
Sebelum acara pembukaan, dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta
terkait Pemberian Makan Bayi dan Anak.

2. Pembukaan
BAB V

Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi. Proses


pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya
pelatihan dan dukungan terhadap kegiatan PMBA.
c. Perkenalan peserta secara singkat.

3. Membangun komitmen belajar (Building Leaning Commitment/BLC)


Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses
pelatihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan
pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan
prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk
permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilakukan dengan alokasi
waktu 2 jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 3 (tiga) orang fasilitator
memfasilitasi maksimal 15 orang peserta.
Proses pembelajaran meliputi:
a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi dan
memberikan ide dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan rangsangan
agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi.
b. Storming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin
memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling
mempertahankan idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan
rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi.
c. Norming
Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok
sudah setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi.
Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide

26 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


peserta lainnya. Dalam tahap ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati
kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide
kelompok.

d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang
harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih
berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut secara aktif

BAB V
dalam setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah
disepakati.
Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran:
• Harapan yang ingin dicapai
• Kekhawatiran
• Norma kelas
• Komitmen
• Pembentukan tim (organisasi kelas)

4. Pemberian wawasan
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi sebagai dasar
pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini yaitu
Kebijakan Gizi dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
.
5. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah
pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk
berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu:
a. Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
b. Praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI)
c. Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP ASI)
d. Pemantauan pertumbuhan
e. Gizi dan kesehatan ibu
f. Rujukan anak sakit ke fasilitas kesehatan
g. Konseling PMBA

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 27


Setiap hari sebelum proses pembelajaran dimulai, pelatih/fasilitator melakukan
kegiatan refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih bertugas untuk menyamakan
persepsi tentang materi yang diterima sebelumnya sebagai bahan evaluasi untuk
proses pembelajaran berikutnya.

6. Praktik
Dilaksanakan sesuai dengan panduan praktik
BAB V

7. Rencana Tindak Lanjut (membuat GBPP untuk RTL)


Setelah peserta mendapatkan semua materi, maka peserta menyusun RTL secara
individu berupa rencana kerja yang dapat dilaksanakan ditempat kerja dalam
jangka pendek, menengah dan panjang

8. Post Test
Evaluasi peserta diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum
penutupan dengan tujuan untuk melihat peningkatan dan kemajuan peserta dalam
proses pembelajaran

9. Evaluasi penyelenggaraan
Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan untuk mendapatkan masukan dari
peserta tentang penyelenggaraan pelatihan (evaluasi fasilitator, akomodasi dan
konsumsi, dan lain-lain) yang akan digunakan untuk menyempurnakan
penyelenggaraan pelatihan berikutnya.

10. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua rangkaian kegiatan.

28 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


BAB VI
PESERTA DAN PELATIH

Pada bab ini memuat tentang ketentuan peserta dan pelatih untuk Pelatihan Konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak, dengan rincian sebagai berikut:

A. Peserta
1. Kriteria Peserta
Peserta pelatihan adalah tenaga kesehatan di Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas

BAB VI
diutamakan nutrisionis, tenaga gizi puskemas, pengelola program KIA, bidan desa
yang minimal sudah mengikuti salah satu dari Pelatihan berikut, yaitu pelatihan
Konseling Menyusui, Pemantauan Pertumbuhan, dan Konseling MP ASI.
Peserta pelatihan ini dapat juga diikuti oleh kader posyandu.
2. Jumlah Peserta
Dalam 1 (satu) kelas/angkatan, peserta maksimal berjumlah sebanyak 15 orang.

B. Pelatih

Kriteria Pelatih/fasilitator sebagai berikut:


1. Pelatih/fasilitator telah mengikuti pelatihan pelatih konseling PMBA sebanyak satu
kali dengan melampirkan sertifikat dan atau surat keterangan sebagai
pelatih/fasilitator pelatihan PMBA / mempunyai pengalaman mengajar untuk
substansi yang sama.
2. Memahami modul konseling PMBA secara utuh.
3. Memiliki komitmen yang tinggi dalam memfasilitasi pelatihan konseling PMBA.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 29


BAB VII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN

Penyelenggara dan tempat penyelenggaraan kegiatan pelatihan menentukan keberhasilan


dan kualitas pelatihan. Berikut ini adalah kriteria yang ditentukan untuk penyelenggara dan
tempat penyelenggaraan pelatihan.

A. Penyelenggara

Kriteria penyelenggara pelatihan adalah:


1. Institusi pelatihan yang berwenang dalam melaksanakan pelatihan bidang kesehatan
BAB VII

yang terakreditasi.
2. Memiliki tenaga Pengendali Pelatihan atau seseorang yang ditunjuk sebagai
pengendali proses pembelajaran yang menguasai materi pelatihan
3. Memiliki minimal satu orang sumber daya manusia (SDM) yang telah mengikuti
pelatihan penyelenggara pelatihan (Training Officer Course/TOC).
4. Menugaskan satu orang yang bertugas melaksanakan pengendalian mutu
penyelenggaraan pelatihan

B. Tempat Penyelenggaraan

Pelatihan Konseling PMBA dapat diselenggarakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan


(BBPK), Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), dan Institusi Diklat Kesehatan lainnya
yang terakreditasi dan atau tempat pelatihan lainnya yang mempunyai sarana dan
prasarana sesuai dengan pemenuhan tujuan pelatihan.

30 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


BAB VIII
EVALUASI

Evaluasi dalam penyelenggaraan ini dilakukan terhadap :

A. Peserta

Pengukuran hasil belajar dari aspek pengetahuan dapat dilihat dari kenaikan nilai hasil
pre dan post test peserta. Sedangkan mengukur hasil belajar dari aspek keterampilan, dapat
dilihat dari hasil penilaian peserta saat melakukan praktik konseling PMBA.

B. Pelatih/fasilitator
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelatih/fasilitator dalam

BAB VIII
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat
dipahami oleh peserta,Evaluasi ini dilakukan oleh peserta dengan penilaian, yaitu:
1. Penguasaan materi
2. Ketepatan waktu
3. Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan volume suara
7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta
8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum dan khusus
9. Memberikan kesempatan tanya jawab
10. Kemampuan menyajikan
11. Kerapihan berpakaian
12. Kerjasama antar Tim pelatih

C. Penyelenggara
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir.
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap penyelenggara pelatihan. Obyek evaluasi,
meliputi :
1. Tujuan pelatihan
2. Relevansi program pelatihan dengan tugas
3. Manfaat setiap materi pembelajaran bagi pelaksanaan tugas
4. Manfaat pelatihan bagi instansi

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 31


5. Mekanisme pelaksanaan pelatihan
6. Hubungan peserta dengan penyelenggara pelatihan
7. Pelayanan kesekretariatan terhadap peserta
8. Pelayanan akomodasi dan lain-lain
9. Pelayanan konsumsi
10. Pelayanan kesehatan
11. Pelayanan kepustakaan
12. Pelayanan komunikasi dan informasi
BAB VIII

32 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


BAB IX
SERTIFIKAT

Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95%
dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat pelatihan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila tidak
memenuhi ketentuan tersebut, maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan
telah mengikuti pelatihan.

BAB IX

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 33


BAB IX

34 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


LAMPIRAN
LAMPIRAN

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 35


Lampiran 1
Contoh
JADWAL PELATIHAN KONSELING PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK
(PMBA)

JPL Pembicara
Hari/Tanggal JAM MATERI
T P
Hari 1 10.00 - 11.00 Pendaftaran Peserta
11.00 - 11.30 Pembukaan Pelatihan Pelatih PMBA Kadinkes
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 14.00 MD 1 : Kebijakan Gizi dalam Program - Dinkes
Indonesia Sehat - Pendekatan 2
Keluarga
14.00 - 14.30 Pre-test Fasilitator

14.30 - 16.00 MP 1 : Building Learning Commitmen - MOT


(BLC) 2
16.00 - 16.15 Rehat kopi
16.15 - 17.45 MI 1 : Konsep PMBA
Teori Konsep PMBA - Fasilitator
1
LAMPIRAN

Praktek konsep PMBA - Fasilitator


1
17.45 - 18.15 Istirahat
Hari 2 07.30 - 08.00 Refleksi Hari pertama MOT
08.00 - 09.30 MI 7 : Konseling PMBA (pokok bahasan
1 & 2)
Teori Konseling PMBA (1) -
1
Fasilitator
Teori Konseling PMBA (2) -
1
09.30 - 10.00 Rehat kopi
10.00 - 13.00 MI 2 : Pemberian ASI
Teori Pemberian ASI -
1
Fasilitator
Praktek Pemberian ASI -
3
13.00 - 14.00 Rehat kopi
14.00 - 15.30 MI 3 : Pemberian makan ibu hamil, ibu
menyusui dan MP ASI
Teori Pemberian makan Bumil, Busui - Fasilitator
dan MPASI 2
15.30 - 16.00 Rehat kopi
16.00 - 16.45 MI 4 : Pemantauan Pertumbuhan
Teori Pemantauan Pertumbuhan - Fasilitator
1
16.45 Istirahat
Hari 3 07.30 - 08.00 Refleksi Hari kedua MOT

36 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


08.00 - 09.30 MI 4 : Lanjutan Pemantauan
Pertumbuhan
Praktek Pemantauan Pertumbuhan - Fasilitator
2
09.30 - 09.45 Rehat kopi
09.45 - 12.45 MI 3 : Lanjutan Pemberian makan ibu Fasilitator
hamil, ibu menyusui dan MP ASI
Praktek Pemberian makan Bumil, Busui - Fasilitator
dan MPASI 4
12.45 - 13.45 ISHOMA
13.45 - 15.15 MI 5 : Gizi dan Kesehatan Ibu
Teori Gizi dan Kesehatan Ibu Fasilitator
1
Praktek Gizi dan Kesehatan Ibu - Fasilitator
1
15.15 - 15.45 Rehat kopi
15.45 - 17.30 MI 6: Rujukan anak sakit ke fasilitas
kesehatan
Teori Rujukan anak sakit ke Faskes - Fasilitator
1
17.30 Istirahat
Hari 4 07.30 - 08.00 Refleksi Hari Ketiga MOT
08.00 - 11.45 Lanjutan MI 7 : Konseling PMBA (pokok

LAMPIRAN
bahasan 3)
Teori Konseling PMBA (pokok bahasan - Fasilitator
3) 1
Praktek Konseling PMBA - Fasilitator
4
11.45 - 12.30 Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Rencana Tindak Lanjut (RTL) - Fasilitator
1
12.30 - 13.30 ISHOMA
13.30 - 14.00 Post test - - Fasilitator
14.00 - 15.00 Evaluasi dan Penutupan - -
Kadinkes

Jumlah 13 17

30

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 37


Lampiran 2

SOAL PRE TEST/POST TEST


Apa yang kita ketahui saat ini?

PELATIHAN KONSELING PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)


No. Soal Ya Tudak Tidak Tahu
Pemberian makan bayi dan anak yang tepat dapat mencegah
1
stunting.
Pemberian makan yang tidak tepat pada anak selama dua tahun
2 pertama kehidupan akan menghambat tumbuh kembang dan
perkembangan otak.
Bayi usia 6-9 bulan perlu makanan utama sekurang-kurangnya 2
3
kali sehari selain menyusu.
Ibu hamil perlu makan satu porsi lebih banyak per hari di
4
banding biasanya.
Sebelum menyiapkan makan sebaiknya ibu / pengasuh mencuci
5
tangan dengan minimal lima langkah.
Untuk mengubah kebiasaan atau praktek pemberian makan
6
pada bayinya, seorang ibu cukup diberi informasi saja.
Ibu yang kurang gizi juga masih memproduksi cukup ASI dengan
7
LAMPIRAN

kualitas yang baik.


Semakin banyak bayi menghisap ASI dari payudara, semakin
8
banyak ASI yang diproduksi oleh ibu.
Ibu yang anaknya sakit, menunggu sampai anaknya sembuh
9
baru memberikan makan dengan tekstur padat kepada anak.
Pada saat enam bulan, makanan pertama yang dimakan bayi
10 hendaknya memiliki tekstur seperti ASI sehingga dapat menelan
dengan mudah.
Selama enam bulan pertama (0-6 bulan), bayi yang hidup di
11
iklim panas memerlukan air selain ASI.
Anak (usian 6-24 bulan) hendaknya tidak diberi makanan
12
hewani seperti telur dan daging.
Kebutuhan yang paling mendesak dan penting dalam keadaan
13
darurat adalah memberikan susu formula pada bayi.
14 KMS adalah alat untuk membantu status gizi balita.
Ayah mempunyai peranan penting dalam hal bagaimana
15
memberikan makan bayi dan anak.

38 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran 3

LEMBAR JAWABAN PRE TEST


Nama :
Pendidikan :
Jabatan :
Instansi :
Tanggal :

Berilah tanda centang (✓) pada kolom jawaban yang saudara anggap benar!

No YA TIDAK TIDAK TAHU

LAMPIRAN
5

10

11

12

13

14

15

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 39


Lampiran 4

LEMBAR JAWABAN POST TEST


Nama :
Pendidikan :
Jabatan :
Instansi :
Tanggal :

Berilah tanda centang (✓) pada kolom jawaban yang saudara anggap benar!

No YA TIDAK

4
LAMPIRAN

10

11

12

13

14

15

40 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran 5

Formulir Evaluasi Penilaian Pelatih

Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom jawaban yang sesuai pada pertayaan-
pertanyaan dibawah ini :
Tulislah tanda centang (✔) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai.

Nama Pelatih : ………………………….

Nilai
NO Komponen Keterangan
1 2 3 4 5
1 Penguasaan Materi
2 Ketepatan Waktu
3 Sistematika penyajian
Penggunaan Metode dan Alat
4
Bantu Diklat
Empati, Gaya dan Sikap

LAMPIRAN
5
terhadap Peserta
Penggunaan Bahasa dan
6
Volume Suara
Pemberian Motivasi Belajar
7
kepada Peserta
Pencapaian Tujuan
8 Pembelajaran Umum dan
Khusus (TIU & TIK)
9 Kesempatan Tanya Jawab
10 Kemampuan Menyajikan
11 Kerapihan Pakaian
12 Kerjasama antar Tim Pengajar

Keterangan : 1 : Kurang, 2 : Sedang, 3 : Baik, 4 : Baik sekali , 5 : Sangat Baik

Saran :

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 41


Lampiran 6

EVALUASI PENYELENGGARAAN
PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)

Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom jawaban yang sesuai pada pertayaan-
pertanyaan dibawah ini :
Tulislah tanda centang (✔) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai

Nilai
NO HAL-HAL YANG DI EVALUASI Keterangan
1 2 3 4 5
1 Tujuan pelatihan
2 Relevansi program pelatihan
dengan tugas
3 Manfaat setiap materi pembelajaran
bagi pelaksanaan tugas
4 Manfaat pelatihan bagi Instansi
5 Mekanisme pelaksanaan pelatihan
6 Hubungan peserta dengan
LAMPIRAN

penyelenggara pelatihan
7 Pelayanan kesekretariatan terhadap
peserta
8 Pelayanan akomodasi dan lain - lain
9 Pelayanan konsumsi
10 Pelayanan kesehatan
11 Pelayanan komunikasi dan
informasi
12 Pelayanan kepustakaan
Keterangan : 1 : Kurang, 2 : Sedang, 3 : Baik, 4 : Baik sekali , 5 : Sangat Baik

Saran/Komentar anda :

42 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran 7

FORMULIR PENILAIAN PESERTA PELATIHAN KONSELING


PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)

Nama Peserta : Tanggal Pelatihan :

Instansi : Tempat :

Nama Pendamping :

KETRAMPILAN Skor *) Komentar


A. Ketrampilan Komunikasi
Menggunakan Ketrampilan Mendengarkan
dan Mempelajari :
Komunikasi Non – Verbal
- Kontak mata
- Kepala sejajar
- Menyingkirkan penghalang
- Sentuhan yang wajar
*Menggunakan respon atau isyarat positif
*Mengatakan kembali apa yang ibu katakana

LAMPIRAN
*Mengajukan pertanyaan terbuka
*Menghindari kata-kata menghakimi
Menggunakan Ketrampilan Membangun
Kepercayaan Diri dan Memberikan Dukungan
:
* Menerima apa yang di pikirkan dan di rasakan
Ibu
* Memberikan pujian apa yang di lakukan oleh
ibu dengan benar
* Memberikan bantuan praktis
* Memberikan sedikit Informasi yang relevan
* Memberikan satu atau dua saran
NILAI : Ketrampilan Komunikasi
B. Langkah Konseling Tahap 1 : Bertanya
/Menilai
Menentukan Riwayat kehamilan
*Menanyakan hamil keberapa
*Menentukan BB ibu
*Menanyakan anak keberapa
*Menentukan umur kehamilan
*Menanyakan riwayat keguguran
*Menentukan LILA
*Menanyakan kebiasaan makan (FreJuVa)
*Menanyakan pemberian tablet tambah darah
(TTD)
*Menanyakan TTD diminum dengan apa

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 43


Menentukan Usia Anak
* Menentukan usia anak dengan benar
Pemantauan Pertumbuhan di KMS
*Menanyakan kondisi bayi/anak
* Menentukan status pertumbuhan dengan
benar (N,T,BGM)
Menyusui
* Menilai apakah anak masih di beri ASI
* Memeriksa kesulitan menyusui
* Mengamati pemberian ASI (jika di butuhkan)
MP - ASI Sesuai Usia
* Menilai : Jumlah
* Menilai : Beberapa kali
* Menilai : Kekentalan
* Menilai : Jenis
* Menilai : Kebersihan
* Menilai : Pemberian makan aktif responsive
* Menilai : Pemberian cairan lain
* Menilai : Pemberian makanan lain
* Menilai : Penggunaan botol dot
NILAI : Ketrampilan bertanya
LAMPIRAN

C. Langkah Konseling Tahap 2 : Berpikir


* Menemukan dan memprioritaskan masalah
pemberian makan anak
NILAI : Ketrampilan bertindak
D. Langkah Konseling Tahap 3 : Bertindak
* Memuji ibu yang melakukan pemberian makan
dengan baik
* Mendiskusikan informasi yang relevan ( satu
atau dua saran)
* Membantu ibu memilih satu atau dua hal yang
bisa ibu coba
* Menggunakan kartu konseling yang sesuai
NILAI : Ketrampilan berpikir
TOTAL SKOR
PENILAIAN KESELURUHAN

PENGETAHUAN

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

44 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


REKOMENDASI

Skor : Isi 1 jika peserta melakukan dan isi 0 jika peserta tidak melakukan

Kategori penilaian:

1. Jika ibu hamil → 0 – 8 = “Kurang”; 9-17 = “Cukup” ; 18-27 = “Baik”


2. Jika usia anak < 6 bulan → 0 – 7 = “Kurang” ; 8-15 = “Cukup” ; 16 – 23 = “Baik.
3. Jika usia anak > 6 bulan → 0 – 10 = “ Kurang” ; 11-20 = “Cukup” ; 21 – 32 = “Baik”

LAMPIRAN

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 45


Lampiran 8

SOAL PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

LEMBAR KASUS 1

Seorang anak laki-laki bernama Yusuf Abidin lahir pada tanggal 28 Mei 2017 dengan berat
badan 3,1 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Yusuf bernama Pak Zainudin dan Ibu
Salmah. Mereka tinggal di Kebon Kosong, Jakarta Pusat.

Yusuf dibawa pertama kali ke Posyandu Melati di dekat rumahnya pada tanggal 26 Juni
2017. Pada saat itu berat badan Yusuf diketahui 3,5 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbanganYusuf di Posyandu adalah sebagai berikut:

Tanggal Berat Badan Catatan Pemberian ASI

26 Juni 2017 3,5 kg Pilek Diberi pisang


LAMPIRAN

27 Juli 2017 4,6 kg ASI

26 September 2017 4,7 kg Batuk Diberi bubur

27 Oktober 2017 5,5 kg Tidak mau makan -

27 November 2017 6 kg -

26 Desember 2017 6,1 kg Diare -

Instruksi:

1. Pilih KMS untuk Yusuf sesuai jenis kelaminnya.


2. Lakukan pengisian KMS dengan benar dan lengkap sesuai data yang diberikan.
3. Tentukan status pertumbuhan Yusuf pada kolom yang disediakan

Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan informasi utama Buku Materi Peserta.
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!

4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Yusuf dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Yusuf di
bulan Desember?

46 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


LEMBAR KASUS 2

Seorang anak perempuan bernama Rahmi Amanda lahir pada tanggal 20 Juni 2017 dengan
berat badan 3 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Rahmi bernama Pak Paiman dan Ibu
Siti. Mereka tinggal di Metro, Lampung.

Rahmi dibawa pertama kali ke Posyandu Anggrek di dekat rumahnya pada tanggal 27 Juli
2017. Pada saat itu berat badan Rahmi diketahui 4,1 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbangan Rahmi di Posyandu adalah sebagai berikut:

Tanggal Berat Badan Catatan Pemberian ASI

27 Juli 2017 4,1 kg ASI

27 Agustus 2017 4,6 kg ASI

26 September 2017 4,7 kg Diare Diberi pisang

27 November 2017 4,5 kg Panas -

27 Desember 2017 4,6 kg -

LAMPIRAN
26 Januari 2018 4,8 kg -

Instruksi:

1. Pilih KMS untuk Rahmi sesuai jenis kelaminnya.


2. Lakukan pengisian KMS dengan benar dan lengkap sesuai data yang diberikan
3. Tentukan status pertumbuhan Rahmi pada kolom yang disediakan

Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan Informasi Utama Buku Materi Peserta
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!

4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Rahmi dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Rahmi di
bulan Januari?

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 47


Lampiran 9

SOAL PERKEMBANGAN

LATIHAN KASUS

Kasus 1

Ibu Maya datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Rio umur 13
bulan.

Saat ini Rio sudah bisa berdiri dan berjalan dengan berpegangan, memegang benda kecil,
mengucapkan mama, mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
serta menunjuk yang diinginkan tanpa menangis.

a. Status perkembangan anak saat ini ?


b. Apa tindak lanjutnya ?
LAMPIRAN

Kasus 2

Ibu Ida datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Sari umur 40
bulan.

Saat ini Sari sudah mampu Mengayuh sepeda roda tiga, bicara dengan baik menggunakan
2 kata, mengenal warna, menyebut nama, umur dan tempat, bermain dengan teman,
sudah mampu memakai dan melepas pakaiannya sendiri, namun belum bisa menggambar
garis lurus dan berdiri.

a. Status perkembangan anak saat ini ?


b. Apa tindak lanjutnya ?

48 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran 10

SOAL KONSELING

Skenario 1

Ibu bernama Sandra. Anak ibu, Andi, berusia18 bulan. Ibu menyusui satu atau dua kali
sehari.Ibu memberikan Andi susu dan bubur sereal 2 kali sehari. Ibu melihat bahwa minggu
lalu, Andi terlihat lemah dan tidak aktif.
KMS: berat badan (BB) Andi bulan ini 7,5 kg, BB bulan lalu 7,6 kg. Andi diasuh dan diberi
makan sendiri oleh ibu Sandra.
Kebersihan: cuci tangan kadang-kadang saja.

Skenario 2

Ibu bernama Tati. Anak ibu, Sinta, berusia 4 bulan. Ibu menyusui Sinta karena ibu tahu
ASI adalah makanan terbaik untuknya. Ibu juga memberikan air putih bila cuaca sangat
panas. Ibu merasa bahwa Sinta sudah cukup umur untuk makan makanan lain. Sinta
mengalami penambahan berat badan, tetapi dia mengalami diare 3 hari yang lalu.KMS BB
bulan ini: 6,3 kg; BB bulan lalu: 6,2 kg.

LAMPIRAN
Skenario 3

Ibu bernama Dina. Ibu menyusui anaknya yang berusia satu tahun, Budi. Ibu memiliki dua
anak lain. Ibu memberikan Budi ASI, makanan keluarga, 3 kali sehari, ¾ mangkuk tiap kali
makan dan diberi dua kali makanan selingan. Budi sangat sehat dan jarang sakit. KMS: BB
Budi bulan lalu 10 kg, bulan ini 10,5 kg. Ibu Dina selalu cuci tangan sebelum memberikan
makanan kepada Budi.

Skenario 4

Ibu bernama Siti.hamil anak pertama. Usia Ibu Siti 25 tahun. Umur kehamilannya 6 bulan,
anak pertama, LILA ibu Siti: 23,5 cm. Ibu Siti makan 3 kali sehari 1 piring nasi, 1 potong
tempe, dan segenggam kerupuk. Ibu Siti merasa lemah selama hamil. Tablet Tambah Darah
(TTD) kadang dikonsumsi kadang tidak. Ibu Siti tingginya 150 cm, berat badannya 49 kg.

Skenario 5

Ibu bernama Marni. Anak ibu, Joni, berusia 3 bulan. Menurut ibu putingnya lecet dan sakit.
Ketika diminta memposisikan bayinya ibu terlihat tidak nyaman, daerah hitam disekitar
payudara (areola) hanya masuk sedikit ke mulut bayi Joni. KMS BB bulan ini: 5,2 kg; BB
bulan lalu: 4,9 kg. Joni hanya disusui saja, tidak diberi makanan dan minuman lain.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 49


LAMPIRAN

Lampiran 11a.
RENCANA TINDAK LANJUT

50
KEGIATAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)
TAHUN : ……………………………….

Nama Kader Posyandu :………………………………


Desa : ……………………………..
Puskesmas : …………………………….
Kabupaten / Kota : ……………………………..
Provinsi : …………………………….

USIA USIA
NASEHAT YANG RESPON
No NAMA SASARAN KEHAMILAN BALITA ALAMAT PERMASALAHAN KETERANGAN
DIBERIKAN SASARAN
(BULAN) (BULAN)

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


………………,……………….2012

ttd

(………………………………….……...)
Keterangan :*) : Tuliskan nama dan kondisi ibu (misalnya: hamil/menyusui/sakit)
Lampiran 11.b
RENCANA TINDAK LANJUT

PUSKESMAS : …………………………………..
KABUPATEN : …………………………………..
PROVINSI : ……………………………………

SUMBER
No KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU PELAKSANA
DANA

TTD

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


( )

51
LAMPIRAN
Lampiran 12

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……………………………………………………………………….

NIP : ……………………………………………………………………….

Pangkat/Golongan : ……………………………………………………………………….

Jabatan : ………………………………………………………………………

Instansi : ………………………………………………………………………

Pendidikan : ……………………………………………………………………….

Alamat Rumah : ……………………………………………………………………..


LAMPIRAN

……………………………………………………………………..

Alamat Kantor : …………………………………………………………………….

……………………………………………………………………..

Telepon/HP
Rumah : ……………………………………….

Kantor : ……………………………………….

Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti Pelatihan bagi Pelatih Konseling


Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) selama 4 (empat) hari efektif dan
mematuhi peraturan dan ketentuan pelatihan. Apabila saya melanggar peraturan
tersebut maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

………….. .…………………………………20…...

Hormat saya,

....................................................

52 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Modul Pelatihan Konseling
Pemberian Makan
Bayi dan Anak
54 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA
DAFTAR ISI

Halaman
A Materi Dasar :
Kebijakan Gizi dalam Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS -PK) … 57

B Materi Inti :
1 Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) ………………………..……… 67
2 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ………………………………………………………… 81
3 Pemberian Makan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP ASI) ……………………………………………………………………. 113
4 Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ……………………………. 143
5 Gizi dan Kesehatan Ibu ……………………………………………………………….. 171
6 Rujukan Anak Sakit ke Fasilitas Kesehatan ………………………………………… 183
7 Konseling PMBA ………………………………………………………………………. 189

C Materi Penunjang :
1 Membangun Kimitmen Belajar (Building Learning Commitment/BLC) …………… 217

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 55


56 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA
MATERI DASAR

KEBIJAKAN GIZI DALAM


PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA
I. DESKRIPSI SINGKAT

Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat


melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan Program
Indonesia Sehat diselenggarakan melalui pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan
upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara
berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil
Kesehatan Keluarga.
Kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) diharapkan
dapat mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini, salah satunya melalui pilar
Paradigma Sehat yang dilakukan oleh sektor kesehatan dan non kesehatan serta seluruh
lapisan masyarakat. Berbagai permasalahan kesehatan sangat berkaitan dengan masih
tingginya masalah gizi, baik masalah kurang gizi atau gizi lebih.
Dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan dan gizi tersebut diatas maka perlu
dilakukan kebijakan percepatan perbaikan gizi yang difokuskan pada periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK). Kebijakan ini ditujukan untuk mendukung optimalnya kesehatan
ibu saat hamil dan menyusui, serta menunjang proses tumbuh kembang yang baik pada
janin, bayi dan anak sampai usia dua tahun. Salah satu upaya dalam percepatan perbaikan
gizi pada 1000 HPK adalah Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), yang sangat
penting untuk tercapainya kondisi gizi dan kesehatan yang baik pada ibu, bayi dan anak
sejak usia dini.
Materi ini akan menjelaskan tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

MD
(PIS PK), serta kebijakan percepatan perbaikan gizi masyarakat di Indonesia, khususnya
tentang Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan gizi dalam Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang kebijakan PIS-PK
2. Menjelaskan tentang kebijakan Gizi

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
1. Pembangunan Kesehatan
2. Paradigma Sehat
3. Pendekatan Keluarga

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 57


B. Kebijakan Gizi
1. Permasalahan gizi di Indonesia
2. Kebijakan perbaikan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
3. Menjelaskan Strategi, pokok program serta indikator pemberian makan bayi dan anak

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada sesi
ini.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Langkah 2.
Penyamaan Persepsi
Fasilitator menanyakan pemahaman peserta terkait dengan materi yang akan
disampaikan.

Langkah 3.
Menjelaskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
1. Fasilitator menjelaskan materi sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan
MD

2. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk bertanya atau melakukan klarifikasi jika
ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi reinforcement
positif untuk peserta yang bertanya.
4. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses pembelajaran, agar
terjadi proses yang dinamis.
5. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
6. Fasilitator mengucapkan salam.

V. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan. 1 : Kebijakan program indonesia sehat dengan pendekatan


keluarga

1. Pembangunan kesehatan

Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen


bangsa dalam rangka mencapai tujuan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis
(Pasal 2 UU 36/2009).
Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada penguatan
upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas, terutama melalui

58 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu
sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai
pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan
preventif.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:
1) penerapan paradigma sehat
2) penguatan pelayanan kesehatan
3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN)
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019 yaitu :
1) meningkatnya status kesehatan dan gizi Ibu dan anak
2) meningkatnya pengendalian penyakit
3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di darah terpencil
4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat, dan vaksin
6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan

2. Paradigma sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi
risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya, yang akan
mempengaruhinya dalam berfikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku

MD
(psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktik yang diterapkan dalam memandang realitas di sebuah komunitas. Dengan
demikian, Paradigma Sehat dapat didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi,
konsep, nilai, dan praktik yang mengutamakan upaya menjaga dan memelihara
kesehatan, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap
sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara pandang,
asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih menitikberatkan
pada penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan – Paradigma Sakit. Apalagi
dengan dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih memperhatikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan bagi perorangan. Oleh sebab itu, ke depan harus
dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar diterapkan dalam
membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan JKN. Perubahan
yang dimaksud mencakup perubahan pada penentu kebijakan (lintas sektor), tenaga
kesehatan, institusi kesehatan, dan masyarakat.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 59


3. Pendekatan keluarga

Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan


jangkauan sasaran dan mendekatkan/ meningkatkan akses pelayanan kesehatan
diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga diwilayah kerjanya.
Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda indikator kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut ;
1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
5) Balita mendapatkan Pemantauan Pertumbuhan
6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut diatas, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat


(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator,
mencerminkan kondisi Perikaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari keluarga yang
MD

bersangkutan.

B. Pokok Bahasan. 2 : Kebijakan Gizi

1. Permasalahan gizi di indonesia

Saat ini Indonesia menghadapi tantangan beban ganda masalah gizi, dimana terdapat
masalah kekurangan gizi yang masih tinggi dan belum teratasi, namun di sisi lain juga
kita dihadapkan pada masalah kegemukan atau obesitas yang semakin meningkat,
yang pada akhirnya menyebabkan berbagai Penyakit Tidak menular (PTM).
Kecenderungan peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular atau PTM tidak
terlepas dari peranan asupan gizi yang tidak seimbang.
Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadap
kualitas SDM di masa depan. Kondisi kekurangan gizi pada usia dini menyebabkan
kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek,
kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu anak yang kurang gizi akan
mengalami hambatan perkembangan otak/kognitif sehingga kesulitan dalam mengikuti
pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas di masa
dewasa.
Kondisi kurang gizi saat awal kehidupan juga berdampak akan mendorong terjadinya
rekayasa sel-sel DNA pada anak dan akibatnya tubuh anak akan lebih mudah gemuk,
yang akan menyebabkan peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada

60 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


kejadian penyakit tidak menular saat usia dewasa, seperti Diabetes type II, Stroke,
Penyakit Jantung Koroner, dan lainnya.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan masih tingginya prevalensi kekurangan gizi
pada balita di Indonesia, antara lain sebanyak 17,7 % balita gizi kurang di Indonesia
(BB/U), sebanyak 30,8 % balita mengalami Stunting (PB/U atau TB/U), dan 10,2 %
balita dalam kondisi kurus (BB/PB atau BB/TB). Selain itu kondisi gizi ibu hamil juga
masih sangat memprihatinkan, dimana sebanyak 17,3 % ibu hamil dalam kondisi
Kurang Energi Kronik (KEK) dan sekitar 50 % ibu hamil menderita Anemia.
Pada ibu hamil, prevalensi kurang energi kronik (KEK) yang diukur dengan indikator
lingkar lengan atas < 23,5 cm adalah sebesar 17,3% sedangkan pada wanita usia
subur (WUS) tidak hamil ada sebesar 14,5% yang mengalami KEK (Riskesdas, 2018).
Angka ini menurun dibandingkan hasil riskesdas 2013 yang menunjukkan prevalensi
ibu hamil KEK sebesar 24,2% dan WUS tidak hamil sebesar 20,8%. Sedangkan
prevalensi anemia pada ibu hamil meningkat drastis yaitu dari sebelumnya 37,1%
(Riskesdas, 2013) menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018). Sebagian besar ibu hamil yang
anemia berusia 15-24 tahun (84,6%). Kondisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap
janin yang ada di dalamnya yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi bayi yang
dilahirkannya.
Pemberian makan bayi dan anak memiliki pengaruh yang sangat penting untuk
keberlangsungan hidup anak (UNICEF, 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kekurangan gizi pada balita antara lain masih kurang baiknya praktik
Pemberian makan bayi dan anak. Data Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi
konsumsi makanan beragam pada anak 6-23 bulan pada MP ASI hanya mencapai
46,6%. Sedangkan proporsi inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi baru lahir masih
rendah (58,2%).
2. Percepatan perbaikan gizi fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam

MD
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Selanjutnya dalam rangka
percepatan perbaikan gizi, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor
42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gerakan ini bertujuan meningkatkan efektifitas
dan inisatif yang telah ada, diantaranya dengan meningkatkan koordinasi serta
dukungan teknis, advokasi kemitraan yang inovatif dan partisipatif dalam meningkatkan
keadaan gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia, dengan prioritas pada 1000 HPK.
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan momentum kritis yang
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan masa depan suatu bangsa
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat.
Periode ini dimulai sejak 270 hari masa kehamilan sampai 730 hari setelah seorang
anak dilahirkan, atau sampai anak berusia 2 (dua) tahun. Masa 1000 HPK dapat
menjadi masa emas apabila pada periode ini kebutuhan gizi ibu hamil dan anak sampai
usia 2 tahun dapat terpenuhi dan kondisi kesehatan dapat terjaga baik.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode 1000 HPK
tersebut, dalam jangka pendek menyebabkan terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada
usia tua. serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonomi.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 61


Praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan Ibu mengenai
kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah Ibu melahirkan.
Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60 % dari anak usia 0-6
bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 6-
24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI). MP ASI
diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi
untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP ASI juga dapat mencukupi
kebutuhan gizi tubuh bayi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, serta menbentuk
daya tahan tubuh dan perkembangan system imunologis anak terhadap makanan
maupun minuman.
Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Antenatal Natal Care, Post
Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas, dimana 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak
terdaftar di PAUD, 2 dari 3 ibu hamil belum mengonsumsi suplemen zat besi yang
memadai, menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi
64% di 2013) dan tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.
Dalam upaya percepatan perbaikan gizi dilakukan melalui intervensi gizi Spesifik dan
intervensi Sensitif secara terpadu dan saling bersinergi. Intervensi gizi Spesifik adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan ditujukan langsung kepada sasaran
pada periode 1000 HPK dan bersifat jangka pendek. Sedangkan intervensi Sensitif
merupakan berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang sasarannya
adalah masyarakat umum, namun apabila dilaksanakan secara terpadu dengan
intervensi gizi spesifik, maka dampaknya sensitif terhadap keselamatan proses
pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
Intervensi gizi spesifik oleh sektor kesehatan merupakan bagian dari kegiatan
pelayanan kesehatan melalui pendekatan siklus hidup dengan prioritas sasaran periode
1000 HPK, sebagai berikut :
1) Ibu Hamil :
a. Suplementasi besi folat
MD

b. Periksa kehamilan (Konseling Gizi Bumil)


c. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
d. PMT Ibu hamil.
e. Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil.
f. Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.
2) Ibu Menyusui dan Bayi 0-6 bulan :
a. Persalinan ditolong Nakes.
b. Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
c. Promosi ASI Eksklusif (konseling).
d. Imunisasi dasar.
e. Pantau tumbuh kembang.
f. Penanganan bayi sakit.
3) Ibu Menyusui dan Anak 6-24 bulan :
a. Pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI, ASI diteruskan sampai usia 2
tahun/ lebih.
b. Pemberian kapsul vitamin A serta melengkapi imunisasi dasar.
c. Pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap bulan.
d. Penanganan anak sakit secara tepat.
e. Pemberian suplementasi Zink/ Taburia (Di daerah tertentu).
f. Pemberian obat cacing dan;
g. PMT pada balita kurus
Disamping itu untuk meningkatkan tujuan juga dilakukan intervensi sensitif yang
dilakukan oleh sector diluar kesehatan yang kalau dapat dilaksanakan secara maksimal
akan mendukung pencapaian keberhasilan sebesar 70 persen. Beberapa sector yang

62 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


melakukan seperti Kemterian Pendidikan da Kebudayaan (PAUD dengan pendidikan
gizi, pendidikan kespro dan gizi). Kementerian Pertanian (ketahanan pangan,
kampanye pemanfaatan pekarangan rumah tangga), Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (penyediaan sarana air bersih dan sanitasi), Kemterian
Perindustrian (Pembinaan iodisasi industri garam rakyat, pengawasan fortifikasi garam
beryodium), Kemterian Sosial (bantuan pangan non tunai terutama sumber protein,
PKH dan pemanfaatan fasilitator untuk pendidikan gizi), Badan Pengawas Obat dan
Makanan (monitoring keamanan pangan), Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (pendidikan kespro, bina keluarga balita) dan Kementerian Agama
(kursus calon penganten, pendidikan gizi dan kesehatan di sekolah keagamaan,
mendorong peran pemuka agama).

3. Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

Strategi pemberian makan bayi dan anak bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan
kesehatan, tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak di Indonesia.
Sedangkan tujuan khususnya antara lain:
1) Meningkatnya cakupan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI dalam 1 (satu) jam
pertama (IMD)
2) Meningkatnya cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan
3) Meningkatnya cakupan pemberian MP ASI pada bayi dan anak 6 – 24 bulan
4) Meningkatnya cakupan bayi yang mendapatkan ASI sampai 24 bulan atau lebih
5) Meningkatnya jumlah sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM)
6) Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui
peraturan perundang-undangan dan kebijakan
7) Penguatan sarana pelayanan kesehatan dalm menerapkan 10 Langkah Menuju

MD
Keberhasilan Menyusui (10 LMKM)
8) Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi
dan mendukung pemberian ASI dan MP ASI
9) Pemberdayaan ibu, keluarga dan masyarakat dalam praktik pemberian ASI dan
MP ASI

Sesuai dengan tujuan strategi PMBA tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan berikut :
1) Pengembangan peraturan perundangan dan kebijakan
2) Pengawasan pemasaran susu formula
3) Pengawasan produk makanan bayi dan anak usia dini
4) Revisi fasilitas pelayanan kesehatan sayang bayi
5) Peningkatan kapasitas petugas
6) Advokasi dan promosi peningkatan MBA
7) Perlindungan pekerja perempuan
8) Pemberdayaan masyarakat
9) Riset dan pengembangan teknologi

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 63


Indikator keberhasilan kegiatan PMBA antara lain:
1) Peningkatan cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2) Peningkatakn cakupan menyusui ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
3) Peningkatan cakupan pemberian MP ASI mulai usia 6 bulan
4) Peningkatan cakupan anak yang mendapatkan ASI sampai usia 24 bulan
5) Rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(10 LMKM)
6) Menurunnya angka kematian bayi dan balita
7) Menurunnya angka prevalensi gizi kurang

Pemberian makanan atau gizi yang tepat sesuai dengan kebutuhan ibu dan anak
dilakukan dengan pola asuh yang benar, antara lain :
a. Untuk ibu hamil dan ibu menyusui diberikan makanan sesuai prinsip gizi
seimbang yaitu penerapannya sesuai isi piringku, mengacu kebutuhan ibu hamil
dan ibu menyusui dengan mempertimbangkan tambahan porsi protein hewani
b. Bagi bayi baru lahir dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan setelah itu
dilanjutkan dengan pemberian ASI saja tanpa diberikan makanan atau minuman
tambahan apapun termasuk air putih, kecuali vitamin dan obat yang diberikan
tenaga kesehatan (ASI Eksklusif)
c. Ketika sudah berusia 6 bulan sampai 2 tahun anak diberikan Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) dari bahan makanan lokal dan ASI diteruskan sampai
usia 2 tahun
d. Untuk memastikan bahwa pola asuh terkait gizi yang diberikan sudah benar maka
perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan.
Konsumsi gizi ibu hamil penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil,
pertumbuhan janin, persalinan yang aman dan persiapan menyusui. Ibu Hamil
harus makan satu porsi lebih banyak dibanding sebelum hamil dengan mengikuti
panduan isi piringku ibu hamil untuk sekali makan. Pemenuhan gizi ibu hamil
MD

melalui isi piringku antara lain : 50% dari jumlah makanan setiap kali makan
adalah sayur dan buah, 50% lagi adalah makanan pokok dan lauk pauk. Porsi
sayur lebih banyak dibandingkan porsi buah dan porsi makanan pokok lebih
banyak dari porsi lauk. Dan dianjurkan untuk minum setiap kali makan.
Setelah anak lahir sangat penting terpenuhinya standar emas pemberian makan
kepada anak melalui PMBA yaitu antara lain:
1) Inisiasi Menyusu Dini
Praktik pemberian makan bayi diawali dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu
segera setelah lahir bayi ditengkurapkan di perut/dada ibu sehingga kulit ibu
melekat pada kulit bayi (terjadi kontak kulit) dan dilakukan minimal selama 1 jam.
2) ASI Eksklusif 6 bulan
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6
bulan, yaitu pemberian ASI saja tanpa ditambah cairan/makanan lainnya kecuali
obat tetes/sirup yang direkomendasikan oleh dokter.
3) MP ASI sejak usia 6 bulan
Sejak bayi berusia 6 bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil
tetap diteruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan.
MP ASI merupakan makanan/minuman lain selain ASI, dianjurkan makanan yang
terbuat dari bahan makanan lokal yang tersedia di pasar dan di sekitar wilayah
tempat tinggal atau dari makanan keluarga.
4) Melanjutkan pemberian ASI sampai dengan 2 tahun atau lebih
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa menyusui meningkatkan
kapandaian. Penelitian oleh Mortensen el et al (2002) menyimpulkan bahwa
terdapat korelasi lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ.

64 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Praktik pemberian ASI dan MP ASI akan berhasil apabila:
a. Ibu, bapak atau pengasuh bayi mendapatkan informasi yang benar dan lengkap
tentang pemberian ASI dan MP ASI dan bebas dari pengaruh pemasaran susu
formula.
b. Ibu mendapatkan akses dukungan untuk menyusui, mencegah dan
menyelesaikan masalah dalam pemberian ASI dan MP ASI baik dari petugas
kesehatan, kelompok ibu menyusui maupun masyarakat sekitar.
c. Bagi ibu bekerja, menyusui ekslusif dapat dilakukan bila ibu mendapatkan cuti
melahirkan dan mendapatkan kesempatan serta fasilitas istirahat menyusui atau
memerah ASI ketika sudah kembali bekerja.
d. Adanya riset berbasis populasi dan investigasi hal-hal yang berkaitan dengan
peningkatan pemberian ASI dan MP ASI.

Percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari
pemerintah pusat dan daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, akademisi dan
organisasi profesi, media masa, mitra pembangunan serta dunia usaha.

Pada lingkup pemerintahan di tingkat pusat oleh Kementerian Kesehatan bertugas


untuk:
a. Monitoring dan evaluasi berjenjang di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan
Puskesmas
b. Menyiapkan kebijakan dan pedoman/media KIE PMBA
c. Orientasi PMBA ke LP/LS dan provinsi

Di tingkat Provinsi, dan Kab/Kota bertugas untuk:


a. Pelatihan/orientasi implementasi PMBA ke Kab/Kota
b. Kampanye PMBA
c. Monev ke Kab/Kota/Puskesmas

Puskesmas bertugas untuk:

MD
a. Sosialiasi dan kampanye PMBA kepada masyarakat
b. Pelatihan kader tentang PMBA
c. Edukasi PMBA kepada sasaran/keluarga

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 65


MD

66 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 1 (MI 1)

KONSEP PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Definisi anak dan bayi dalam PMBA berbeda dengan definisi pada umumnya, untuk itu
peserta perlu mendefinisikan istilah-istilah dalam PMBA yang akan digunakan dalam pelatihan
ini. Kondisi yang diperlukan bagi anak yang bergizi baik dan sehat terdiri dari 4 (empat) faktor
utama yaitu makanan, praktik pemberian makan dan pengasuhan, pelayanan kesehatan serta
kebersihan, sanitasi dan air bersih. Pada masyarakat terdapat kearifan lokal dan mitos yang
dapat mempengaruhi PMBA, maka perlu digali permasalahan dari berbagai pengalaman
tentang praktik PMBA.

Modul ini akan membahas tentang pentingnya PMBA (definisi ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
anak, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI (MP
ASI), Pemberian MP ASI dan pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu
menyusui berstatus gizi baik, menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat serta beberapa
situasi umum yang mempengaruhi PMBA.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep PMBA.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pentingnya PMBA.
2. Menjelaskan situasi umum yang mempengaruhi PMBA.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

MI 1
A. Pentingnya PMBA
1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), stunting, ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
anak, IMD, pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP ASI dan MP ASI serta ruang
lingkup PMBA.
2. Pengenalan faktor-faktor utama yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui
berstatus gizi baik.
3. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat.

B. Situasi umum yang mempengaruhi PMBA.


1. Pemberian kolostrum
2. BBLR atau bayi prematur dan pengasuhan ibu kanguru
3. Bayi sakit di bawah 6 bulan dan bayi sakit di atas 6 bulan
4. Kehamilan baru (hamil saat masih menyusui balita)
5. Bayi menangis
6. Ibu yang sakit dan ibu yang kurus atau kurang gizi atau ibu stres
7. Makan selama kehamilan
8. Makan selama menyusui
9. BAB sembarangan
10. Kebersihan diri ibu selama hamil dan menyusui
11. PMBA dalam situasi bencana

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 67


IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:


A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan materi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, dan topik materi yang akan
disampaikan.
2. Pelatih menyampaikan tujuan dan pokok bahasan pembelajaran tentang konsep
PMBA dengan menggunakan flipchart.

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Pentingnya PMBA
1. Sub pokok bahasan:
Definisi 1000 HPK, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, IMD, pemberian ASI
Eksklusif, pemberian MP ASI serta ruang lingkup PMBA.
Langkah kegiatan:
a. Pelatih bertanya kepada peserta dan mencatat di flipchart:
1) Apa yang dimaksud dengan 1000 HPK (kapan dan siapa sasarannya)
2) Apa yang dimaksud dengan stunting
3) Apa yang dimaksud dengan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
4) Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5) Definisi Pemberian ASI Eksklusif
6) Definisi Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
7) Definisi Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
8) Apa saja ruang lingkup PMBA
b. Pelatih menerima semua masukan, mengoreksi kesalahan dan / atau mengisi
bagian yang belum terjawab.
c. Pelatih mengajak peserta untuk diskusi.
d. Pelatih menyiapkan/membuat definisi yang benar pada flipchart.
MI 1

2. Sub pokok bahasan:


Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui berstatus
gizi baik dan sehat.
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menyiapkan metaplan dengan ilustrasi ibu hamil berstatus gizi baik dan
sehat.
b. Pelatih menempelkan dengan selotip atau perekat ilustrasi ibu hamil berstatus gizi
baik dan sehat.
c. Pelatih meminta kepada peserta untuk menyebutkan hal-hal yang diperlukan
untuk menjadikan ibu hamil berstatus gizi baik dan sehat.
d. Saat peserta menyebutkan makanan, air, kebersihan dan sanitasi, praktik
dukungan keluarga dan pelayanan kesehatan, pelatih menunjukkan ilustrasi dan
menempelkan ke flipchart.
e. Pelatih membuat tanda panah dari ilustrasi ke gambar ibu hamil berstatus gizi baik
dan sehat.
f. Pelatih meminta kepada peserta untuk menemukan gambar ibu hamil berstatus
gizi baik dan sehat dalam set Kartu Konseling mereka.
g. Pelatih menanyakan dan membahas mengapa kita fokus pada Seribu Hari
Pertama kehidupan?
Fokuskan pada:
Akibat kurang gizi seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia terhadap
kehamilan dan saat ibu menyusui seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan

68 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


panjang badan anak tidak sesuai.
h. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

3. Sub pokok bahasan:


Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat.
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menyiapkan metaplan ilustrasi anak yang berstatus gizi baik dan sehat.
b. Pelatih menempelkan dengan selotip atau perekat ilustrasi anak yang berstatus
gizi baik dan sehat.
c. Pelatih meminta kepada peserta untuk menemukan gambar anak berstatus gizi
baik dan sehat dalam set Kartu Konseling mereka.
d. Pelatih meminta kepada peserta menyebutkan hal-hal yang diperlukan untuk
menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat.
e. Saat peserta menyebutkan makanan, air, kebersihan dan sanitasi, praktik-praktik
pengasuhan dan pelayanan kesehatan, pelatih menunjukkan ilustrasi dan
menempelkan ke flipchart.
f. Pelatih membuat tanda panah dari ilustrasi ke gambar anak berstatus gizi baik dan
sehat.
g. Pelatih menanyakan dan membahas mengapa kita berfokus pada dua tahun
pertama kehidupan?
Fokuskan pada Stunting:
1) Gangguan terhadap tumbuh kembang dan perkembangan anak tidak dapat
dikoreksi.
2) Dampak kurang gizi (termasuk stunting) tidak dapat diperbaiki setelah usia 2
(dua) tahun
h. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Situasi umum yang mempengaruhi PMBA

1. Sub pokok bahasan:


Pemberian kolostrum, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi prematur dan

MI 1
pengasuhan ibu kanguru, bayi sakit di bawah 6 bulan dan bayi sakit di atas 6 bulan,
kehamilan baru (hamil saat masih menyusui balita), bayi menangis, ibu yang sakit dan
ibu yang kurus atau kurang gizi atau ibu stres, makan selama kehamilan, makan
selama menyusui, bab sembarangan, kebersihan diri ibu selama hamil dan menyusui,
PMBA dalam situasi bencana.

Langkah kegiatan:
a. Pelatih membagi peserta menjadi dua kelompok.
b. Masing-masing kelompok berdiskusi sesuai lembar kerja diskusi (lampiran
MI 1.1).
c. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkum hasil diskusi.
d. Pelatih meminta peserta untuk meninjau materi: Beberapa situasi umum yang
mempengaruhi PMBA.

D. Langkah 4:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 69


V. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1: Pentingnya Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

1. Definisi 1000 HPK, stunting, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, IMD, pemberian
ASI Eksklusif, pemberian MP ASI serta ruang lingkup PMBA.

a. 1000 HPK: Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak awal kehamilan sampai
ulang tahun ke 2 (dua) anak merupakan masa kritis yang menentukan kesehatan,
kesuksesan, dan kesejahteraan anak di masa datang.

b. Stunting: anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya. Stunting terjadi
akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang lama, pada saat janin hingga
anak berusia 2 (dua) tahun.
Stunting (Balita pendek):
▪ Pendek ’stunting’ adalah anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan
usianya. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang
lama, pada saat janin hingga anak usia dua tahun. Gangguan terhadap
tumbuh kembang anak tidak dapat dikoreksi setelah usia 2 tahun.
▪ Stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi kemampuan belajar di sekolah,
dan bagi produktivitas mereka di masa dewasa. Penelitian membuktikan
bahwa kemampuan anak pendek lebih rendah dibandingkan anak dengan
tinggi normal; dan pada saat dewasa, kemampuan bekerja (produktivitas) anak
pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal.
▪ Pencegahan anak stunting dilakukan dengan pemberian gizi yang baik sejak
dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.

c. Ibu hamil: ibu yang mengandung janin dalam rahimnya.

d. Ibu menyusui: ibu yang memberikan ASI kepada bayinya, baik secara langsung
dari payudara maupun menggunakan ASI perah untuk bayinya.

e. Bayi: dari lahir sampai usia 1 tahun.


MI 1

f. Anak (dalam konteks PMBA) dari usia 12 bulan sampai usia 2 tahun.

g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera setelah lahir
yang dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang
berlangsung selama minimal 1 (satu) jam.

h. Pemberian ASI Ekslusif: Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan.

Bayi harus Bayi tidak boleh


Definisi Bayi boleh menerima
menerima menerima
Pemberian ASI (termasuk ASI Obat tetes, sirup(vitamin, air putih,
ASI perah atau dari ibu mineral, obat atau Oralit) minuman atau
Eksklusif susu ) yang diresepkan oleh makanan lain
petugas kesehatan

i. Makanan Pendamping ASI (MP ASI): makanan yang dimasak dari bahan lokal
yang tersedia (dari dapur, kebun atau pasar) yang tepat digunakan sebagai
makanan pendamping ASI. MP ASI dimulai usia 6 bulan saat ASI menjadi tidak lagi
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

70 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


j. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI): proses berawal ketika ASI saja
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu cairan dan
makanan lain diperlukan bersamaan dengan pemberian ASI. Pemberian MP ASI
diberikan mulai usia 6 sampai 24 bulan.

k. Ruang Lingkup Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA):


➢ Gizi ibu hamil,
➢ Gizi Ibu menyusui,
➢ IMD,
➢ ASI Eksklusif,
➢ MP ASI
➢ ASI lanjutan sampai 2 tahun atau lebih,

2. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui berstatus
gizi baik dan sehat

MI 1

Makanan Kebersihan,
Gizi Pelayanan Kesehatan Sanitasi dan Dukungan Keluarga
Seimbang Air bersih

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 71


3. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat.

Praktik pemberian Pelayanan Kebersihan


Makanan makanan dan kesehatan sanitasi dan
pengasuhan air bersih

B. Pokok Bahasan 2: Situasi umum yang mempengaruhi PMBA


MI 1

Situasi Umum Apa yang akan dilakukan


Pemberian Kolostrum ▪ Kepercayaan lokal: misalnya kolostrum harus dibuang;
kolostrum adalah susu yang basi/kadaluwarsa,tidak
baik,dll.
▪ Apa yang kita ketahui: kolostrum mengandung antibodi
dan faktor pelindung lainnya bagi bayi,dan berwarna
kuning karena kaya dengan vitamin A.
▪ Bayi yang baru lahir memiliki perut sebesar kelereng.
Beberapa tetes kolostrum akan mengisi perutnya
dengan sempurna. Jika bayi yang baru lahir diberi air
atau cairan lainnya, perutnya akan menjadi penuh dan
tidak ada lagi ruang bagi kolostrum.
▪ Rekomendasi: Kolostrum perlu diberikan kepada bayi
sejak lahir

72 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Situasi Umum Apa yang akan dilakukan
Bayi Berat Lahir Rendah ▪ Kepercayaan lokal: BBLR atau bayi prematur terlalu
(BBLR) atau bayi kecil dan lemah untuk bisa menghisap/menyusu.
Prematur dan ▪ Apa yang kita ketahui: bayi prematur harus senantiasa
pengasuhan Ibu berada dalam kontak kulit dengan ibunya, ini akan
Kanguru membantu mengatur suhu tubuh dan pernapasannya,
dan membuatnya selalu dekat dengan payudara ibunya.
▪ BBLR dengan kehamilan penuh mungkin akan menyusu
dengan sangat perlahan; berikan dia waktu.
▪ ASI dari ibu yang bayinya lahir prematur sangat sesuai
dengan usia bayinya dan akan berubah sejalan dengan
pertumbuhan bayinya (misalnya: ASI untuk bayi lahir
prematur usia 7 bulan sangat cocok bagi
usus/pencernaannya, dengan lebih banyak kandungan
protein dan lemak daripada ASI untuk bayi lahir dengan
cukup bulan).
▪ Lihat Kartu Konseling 6 (posisi)
▪ Para ibu perlu dukungan untuk pelekatan (attachment)
bayi yang baik, dan bantuan untuk menyangga.
▪ Pola pemberian makanan: pemberian makanan yang
lama dan lambat tidak masalah–biarkan bayi tetap
dipayudara.
▪ Pemberian ASI langsung mungkin tidak bisa dilakukan
untuk beberapa minggu, tapi para ibu perlu didorong
untuk memerah ASInya dan memberikan ASI tersebut
kepada bayi dengan menggunakan cangkir.
▪ Jika bayi tidur untuk waktu yang lama, dan dibalut kain
berlapis (dibedong), buka dan lepaskan bajunya untuk
membangunkannya agar bisa disusui.
▪ Tangisan adalah tanda terakhir dari rasa lapar.Tanda-
tanda awal dari rasa lapar meliputi kombinasi dari tanda-
tanda berikut: (i) menjadi waspada dan resah, (ii)

MI 1
membuka mulut dan memutar kepala, (iii) menjulurkan
lidah, (iv) mengisap jari atau tangan. Satu tanda saja
mungkin belum menunjukkan rasa lapar. Jadi jelaskan
bahwa ibu sebaiknya memberikan tanggapan dengan
memberikan makan bayi bila ia menunjukkan tanda-
tanda tersebut.
Bayi sakit di bawah 6 Bayi sakit dibawah 6 bulan
Bulan dan Bayi sakit di Kepercayaan lokal: cairan tidak boleh diberikan pada bayi
atas 6 bulan yang sakit atau yang terkena diare.
• Apa yang kita ketahui: Anak yang sakit seringkali tidak
mau makan, tapi ia perlu kekuatan untuk melawan
penyakitnya.
• Berikan ASI lebih sering selama diare untuk membantu
bayi melawan penyakitnya dan agar tidak kehilangan
berat adannya.
• Pemberian ASI juga memberikan kenyamanan bagi bayi
• Jika bayi terlalu lemah untuk mengisap, perah ASI untuk
diberikan kepada bayi (baik dengan gelas atau diperah
langsung ke mulutnya). Ini akan membantu ibu menjaga
persediaan ASInya dan menjaga agar payudaranya tidak
bengkak (engorgement).

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 73


Situasi Umum Apa yang akan dilakukan
Bayi sakit diatas 6 bulan:
Kepercayaan lokal: carian tidak boleh diberikan pada bayi
yang sakit atau yang terkena diare.
• Tingkatkan pemberian ASI selama diare, dan lanjutkan
pemberian makanan kesukaannya dalam jumlah kecil.
• Selama masa pemulihan, berikan lebih banyak makanan
dari biasanya (penambahan makanan padat setiap hari)
selama penyembuhan (untuk dua minggu berikut) untuk
menambah energi dan gizi yang hilang selama sakit.
• Pada saat anak sakit, berikan anak makanan seperti
bubur kental, meskipun ia tidak tertarik untuk
memakannya.
• Hindari makanan pedas dan berlemak.
• Berikan ASI lebih sering selama dua minggu setelah
pulih.
• Susu hewan dan cairan lain dapat meningkatkan diare
(asal kepercayaan bahwa susu menyebabkan diare).
Namun hal itu tidak berlaku untuk ASI.
• Berikan oralit bila perlu untuk mengganti cairan yang
hilang saat diare.

Kehamilan Baru (hamil ▪ Kepercayaan lokal: ibu harus berhenti menyusui anak
saat masih menyusui yang lebih tua saat mengetahui dirinya hamil.
balita) ▪ Apa yang kita ketahui: adalah penting untuk menyusui
anak setidaknya sampai anak berusia 1 (satu) tahun.
▪ Perempuan hamil dapat dengan aman menyusui anak
yang lebih tua, tapi ia sendiri harus makan dengan baik
guna menjaga kesehatannya (dalam hal ini ia makan
untuk tiga orang:dirinya sendiri, bayi yang
dikandung,dan anak yang lebih tua).
▪ Karena ibu sedang hamil, maka payudaranya
MI 1

mengandung sejumlah kolostrum, yang mungkin dapat


menyebabkan anak yang lebih tua terkena diare untuk
beberapa hari (kolostrum memiliki efek laksatif). Setelah
beberapa hari, anak yang lebih tua tidak akan lagi
terkena diare.
▪ Kadang-kadang puting susu ibu menjadi lembut saat ia
hamil. Namun, itu cukup aman untuk menyusui dua anak
dan tidak akan membahayakan kedua bayi. ASInya
cukup untuk kedua bayi.
Bayi Menangis Kepercayaan lokal: lapar dan sawan (diganggu ’makhluk
halus’)
Bantu ibu untuk mengetahui penyebab mengapa bayinya
menangis dan dengarkan perasaannya:
▪ Tidak nyaman: panas,dingin,kotor.
▪ Lelah:terlalu banyak yang datang mengunjungi.
▪ Penyakit/merasa sakit: pola tangisan yang berubah.
▪ Lapar: tidak mendapatkan cukup ASI; percepatan
pertumbuhan.
▪ Makanan ibu: bisa jadi makanan tertentu; kadang-
kadang susu sapi.
▪ Obat-obatan yang diminum ibu.
▪ Sakit perut kolik.

74 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Situasi Umum Apa yang akan dilakukan
Ibu yang sakit dan Ibu Kepercayaan lokal: ASI ibu sakit panas/penyakitnya
yang kurus atau kurang dapat menular.
gizi atau ibu stres • Ibu sakit tetap bisa menyusui bayinya.
• Cari bantuan medis untuk penyakit yang diderita ibu.
• Ibu perlu banyak beristirahat dan minum air putih untuk
membantu kesembuhannya.
• Bila diperlukan, ASI dapat diperah dan diberikan pakai
sendok/cangkir pada bayi.

Kepercayaan lokal: ibu yang kurus atau kurang gizi


tidak bisa menghasilkan ASI yang cukup.
• Apa yang kita ketahui: adalah penting bahwa seorang
ibu mendapatkan makanan yang baik untuk menjaga
kesehatannya sendiri.
• Ibu yang kurus atau kurang gizi akan menghasilkan
jumlah ASI yang memadai (dengan kualitas yang lebih
baik daripada kebanyakan makanan yang didapatkan
bayi) jika anak sering menyusu.
• Payudara yang sering diisap dan dikeluarkan ASInya
akan menghasilkan lebih banyak ASI.
• Ibu harus makan lebih banyak demi kesehatannya
sendiri (berikan makanan untuk ibu dan biarkan ia
menyusui anaknya).
• Ibu perlu minum kapsul vitamin A segera setelah
melahirkan.
• Jika ibu sangat kurus rujuk ibu ke fasilitas kesehatan.

Ibu Stres:
• Stres yang dialami ibu tidak akan merusak ASInya, atau
menurunkan produksinya. Namun, ASI bisa tidak keluar

MI 1
untuk sementara waktu.
• Jika ibu terus saja menyusui, maka air susunya akan
keluar lagi.
• Tetap jaga anak untuk bisa melakukan kontak kulit
dengan ibu jika ibu membolehkan.
• Carikan Ibu seseorang yang bisa mendengarkan
keluhannya, berikan kesempatan kepadanya untuk
bicara, dan berikan dukungan emosional dan bantuan
praktis.
• Bantu Ibu untuk duduk atau merebahkan diri dengan
posisi yang nyaman untuk menyusui bayinya.
• Tunjukkan pada temannya bagaimana memijitnya,
seperti memijit punggung, untuk membantunya merasa
nyaman dan ASInya bisa keluar.
• Beri Ibu minuman hangat seperti teh atau air hangat,
untuk membantunya merasa nyaman.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 75


Situasi Umum Apa yang akan dilakukan
Makan selama ▪ Kebiasaan lokal: makanan selama hamil kurang
kehamilan bervariasi
▪ Selama kehamilan, tubuh membutuhkan makanan
tambahan setiap hari makan satu makanan tambahan
atau kudapan setiap hari.
▪ Minum bila haus, tapi jangan minum teh atau kopi waktu
makan.
▪ Tidak ada makanan yang dilarang.
▪ Ibu hamil harus menghindari minuman beralkohol dan
rokok.
▪ Ibu hamil dengan KEK sebaiknya mengkonsumsi
makanan lebih banyak dari ibu hamil tidak KEK dan
beraneka ragam seperti sayur mayur, ikan, daging,
kacang-kacangan, biji-bijian dan buah-buahan untuk
memenuhi kebutuhan energi, protein, mineral dan
vitamin yang digunakan untuk pemeliharaan,
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan serta cadangan selama masa menyusui.
▪ Ibu hamil memerlukan berbagai zat gizi yang diperoleh
dari berbagai makanan sumber tenaga/makanan pokok,
hewani, nabati, sayuran dan buah-buahan yang disebut
zat gizi mikro (mineral dan vitamin) seperti Zat Besi,
Kalsium, Iodium, Zink, Selenium, dan Vitamin (A, B1, B2,
B3, B6, asam folat, B12, C, D).
▪ Ibu hamil dan ibu menyusui sebaiknya membatasi
konsumsi garam, gula, serta minuman kopi dan teh.
▪ Ibu hamil sebaiknya minum 8-12 gelas air setiap hari.
▪ Pada usia trimester I (3 bulan pertama kehamilan) ibu
membutuhkan penambahan energi minimal untuk
perkembangan organ dan jaringan janin (180 kkal/setara
dengan 1 porsi makanan pokok) dan protein hewani (20
MI 1

gr/setara dengan seekor ikan kembung/1 butir telur)


untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

Makan selama ▪ Kebiasaan lokal: kurang variasi (sayur dan buah) dan
menyusui kurang minum
▪ Saat menyusui, tubuh membutuhkan makanan
tambahan setiap harinya, makanlah ekstra dua kali
(porsi kecil) atau makanan selingan.
▪ Tidak perlu makanan khusus yang dibutuhkan untuk
kecukupan
jumlah dan kualitas ASI.
▪ Produksi ASI tidak berpengaruh pada makanan ibu.
▪ Ibu dianjurkan untuk makan lebih banyak untuk
kesehatannya.
▪ Beberapa budaya menyebutkan bahwa minuman-
minuman tertentu dapat meningkatkan ASI; minuman ini
biasanya membuat efek rileks pada Ibu.
▪ Tidak ada pantangan (makanan) untuk ibu menyusui.
▪ Saat menyusui, ibu harus menghindari minuman
beralkohol dan merokok.
▪ Ibu menyusui minum air 12-13 gelas per hari.

76 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Situasi Umum Apa yang akan dilakukan
Buang Air Besar (BAB) ▪ Kebiasaan lokal: masih banyak yang buang air besar
Sembarangan sembarangan.
▪ Buang Air Besar (BAB) harus dilakukan di jamban.
▪ Bersihkan kotoran hewan peliharaan di sekitar rumah.
▪ Kuman dari BAB sembarangan dan kotoran hewan
peliharaan dapat dipindahkan oleh manusia/hewan
seperti lalat, tikus, kecoa, dan lain-lain.
▪ Kuman masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan
penyakit dan menghambat penyerapan zat gizi sehingga
bayi mudah sakit dan akhirnya akan mengganggu
pertumbuhan.
▪ Walaupun bayi dan anak sudah mendapatkan makanan
bergizi, pertumbuhan dapat terganggu apabila bayi dan
anak sering sakit akibat masalah sanitasi.

Kebersihan Diri Ibu ▪ Kebiasaan lokal: malas mandi, sikat gigi, dan ganti
Selama Hamil dan pakaian.
Menyusui ▪ Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
dengan langkah sesudah buang air besar dan buang air
kecil dan sebelum makan, menyusui, memegang bayi,
menyiapkan makan dan minuman dan memberikan anak
makan dan minum
▪ Lima (5) langkah cuci tangan:
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih
mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dengan
sela jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku
4) Bilas tangan dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tisu atau
keringkan dengan udara/dianginkan

MI 1
▪ Mandi minimal 2 kali sehari
▪ Menyikat gigi minimal 2 kali sehari (setelah makan pagi
dan sebelum tidur)
▪ Mengganti pakaian termasuk pakaian dalam minimal 2
kali sehari
▪ Membersihkan kuku, rambut serta daerah kewanitaan
setiap hari
PMBA dalam situasi ▪ Kepercayaan lokal: (i) Kualitas dan kuantitas ASI
bencana dipengaruhi oleh bencana yang dialami Ibu sehingga
menyebabkan stres; (ii) Stres akan membuat ASI
mengering; (iii) Stres akan membuat ASI basi/rusak.
▪ Tidak benar bahwa stres membuat ASI kering atau
rusak. Pijatan di pundak atau tangan dapat membantu
ibu merasa lebih relaks dan akan membantu
kelancaran ASInya. Ruang yang aman dan tenang
dengan dukungan konselor akan meningkatkan
kepercayaan diri Ibu. Lebih sering menyusui akan
membantu ibu memproduksi lebih banyak ASI apabila
dia khawatir bahwa produksi ASInya tidak mencukupi.
Menjaga agar bayi tetap dekat, baik siang maupun

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 77


Situasi Umum Apa yang akan dilakukan
malam, akan membantu meningkatkan rasa percaya
Ibu.
▪ Kepercayaan lokal: kebutuhan yang paling mendesak
dan penting dalam keadaan darurat adalah
memberikan susu formula pada bayi.
▪ Tindakan yang paling penting adalah melindungi dan
mendukung pemberian ASI. Susu formula tidak
diperlukan kecuali dalam sejumlah kecil kasus dimana
bayi tidak mungkin disusui, seperti anak yang yang
terpisah dari ibunya atau anak yang orang tuanya
meninggal.
▪ Susu formula sangat berisiko bagi bayi dalam situasi
darurat. Air, botol, dot dan alat yang kotor
menyebabkan diare dan kurang gizi dan bayi bisa
meninggal.
▪ Persediaan susu formula mungkin akan habis,
sementara ASI akan selalu tersedia. ASI aman dan
merupakan makanan terbaik bagi bayi.
▪ Ibu yang telah berhenti menyusui karena bencana,
masih dapat menyusui bayinya. Dengan bantuan
konselor, relaktasi dapat dilakukan. Mungkin perlu
waktu tergantung lama ibu berhenti menyusui
▪ Bagi bayi yang harus menggunakan susu formula,
rekomendasi utama adalah dengan menggunakan
cangkir serta dengan pengawasan dari tenaga
kesehatan setempat
MI 1

VI. REFERENSI

1. The Community Infant and Young Children Counselling Package, 2013, UNICEF/URCCH. New
York.
2. Panduan Pelatih, Tahun 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Tahun 2003, World Health Orgaization,
Geneva.
4. SK Menkes No.450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Bagi Bayi di
Indonesia, Jakarta.
5. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Jakarta.
6. Standard Anthropometri, Tahun 2005, World Health Organization, Geneva.

78 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


VII. LAMPIRAN

Lampiran : MI 1.1

Panduan Diskusi Kelompok


Situasi umum yang mempengaruhi PMBA

Tujuan:
Peserta mampu mengatasi beberapa keadaan umum yang dapat mempengaruhi
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi dua kelompok dan memberikan masing-masing kelompok
paket kartu (dapat berbentuk ikan yang bertuliskan situasi atau kondisi umum terkait beberapa
kepercayaan PMBA di daerah itu. Penjepit kertas dapat ditempelkan ke mulut ikan dan satu
klip yang lainnya disematkan diujung tali yang diikatkan kesebuah batang panjang).
2. Kartu (ikan) hendaknya ditempatkan terbalik sehingga peserta dapat memancing kartu.
3. Pelatih meminta peserta untuk memancing (satu kartu) dan mendiskusikan:
a. Bagaimana situasi/kepercayaan/mitos ini mempengaruhi PMBA di masyarakat Anda.
b. Bagaimana Anda dapat menghilangkan kepercayaan itu?
c. Apa yang hendaknya/atau dapat dilakukan?
4. Pelatih meminta peserta untuk mendiskusikan situasi atau kondisi umum terkait beberapa
kepercayaan dalam PMBA, bagaimana kepercayaan itu dapat ditangani atau diatasi (apa yang
kita ketahui). Contoh-contoh berbagai kepercayaan yang banyak diyakini (tambahkan atau
kurangi daftar ini agar sesuai dengan situasi setempat): Pemberian kolostrum, bayi
dengan berat lahir rendah atau prematur dan perawatan metode kangguru kehamilan baru,
bayi sering menangis, ibu sakit dan ibu yang kurus, makan selama kehamilan, makan selama
menyusui, buang air besar (bab) sembarangan dan kebersihan diri selama hamil dan
menyusui, PMBA dalam situasi bencana.
5. Pelatih meminta peserta mengulang kembali hasil diskusi dan merangkumnya.
6. Pelatih meminta peserta untuk meninjau materi peserta MI.1: Situasi umum yang
mempengaruhi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

MI 1
Alat bantu:
1. Kartu berbentuk ikan bertuliskan situasi umum terkait beberapa kepercayaan dalam PMBA.
2. Media pancing.
3. Materi peserta

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 79


MI 1

80 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 2 (MI 2)

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Praktik pemberian ASI dianjurkan sejak bayi lahir hingga anak berusia 24 bulan atau lebih.
Praktik tersebut dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu proses menyusu dimulai
segera setelah lahir dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang
berlangsung selama minimal 1 jam, dilanjutkan dengan ASI eksklusif yaitu memberikan hanya
ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Bayi disusui sesering mungkin siang dan
malam. Sejak usia 6 bulan mulai berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dan ASI
diteruskan sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.

Materi ini akan membahas tentang risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan
masyarakat/bangsa, penjelasan praktik-praktik menyusui yang direkomendasikan serta
merefleksikan kapan dan dimana kegiatan konseling menyusui dilakukan dan apa
rekomendasi praktik-praktik pemberian ASI .

Dalam materi ini secara singkat mempelajari anatomi payudara dan bagaimana payudara
memproduksi dan mengeluarkan ASI. Agar sukses menyusui, diberikan pula peragaan
tentang posisi dan pelekatan yang baik dalam menyusui, cara memerah ASI dengan tangan
dan menampungnya serta cara memberikan ASI perah dengan cangkir.

Pada proses memberikan ASI sering terjadi kendala atau kesulitan yang ditemui ibu seperti
ibu merasa ASI tidak cukup, dan kesulitan-kesulitan lain seperti luka/lecet pada puting susu
karena posisi dan pelekatan yang kurang tepat. Pada situasi bencana, sering timbul anggapan
bahwa ibu tidak bisa menyusui karena ibu sedang stres. Kita perlu mengetahui bagaimana
cara mengidentifikasi kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI, apa saja gejalanya dan
langkah-langkah pencegahannya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:

MI 2
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan praktik pemberian ASI yang
direkomendasikan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan cara menyusui yang baik.
2. Menjelaskan praktik menyusui yang direkomendasikan.
3. Menjelaskan cara menangani kesulitan-kesulitan pemberian ASI.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Cara menyusui yang baik.


1. Anatomi payudara dan cara produksi ASI.
2. Posisi dan pelekatan menyusui yang baik.
3. Cara memerah ASI dengan tangan, menyimpan ASI perah, dan memberikan ASI
perah dengan cangkir

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 81


B. Praktik menyusui yang direkomendasikan
1. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/bangsa.
2. Praktik pemberian ASI yang direkomendasikan.
3. Rekomendasi jadwal kunjungan Konseling PMBA.

C. Kesulitan pemberian ASI.


1. Identifikasi kesulitan pemberian ASI yang sering terjad i termasuk pada situasi
bencana.
2. Gejala dan pencegahan kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi dan cara
penanganan kesulitan dalam pemberian ASI.
3. Relaktasi.

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di kertas flipchart), pokok bahasan, dan sub
pokok bahasan selama proses pembelajaran.
3. Pelatih meminta peserta membuat boneka dan model payudara sebelum materi inti 2
disampaikan (Lampiran MI 2.1).

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Cara menyusui yang baik
1. Sub pokok bahasan:
Anatomi payudara dan cara produksi ASI
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menunjukkan dan menjelaskan gambar anatomi payudara: payudara
sebagaimana tampak luar dan tampak dari dalam
b. Pelatih meminta peserta untuk menjelaskan bagaimana ASI diproduksi.
c. Pelatih membahas bersama peserta untuk melengkapi informasi yang kurang
tepat.
d. Pelatih mengajukan pertanyaan kepada peserta:
MI 2

Bila ibu makan lebih banyak, apakah ia akan memproduksi ASI yang lebih banyak
juga? Pelatih menanyakan jawaban sampai peserta menjawab: produksi ASI
tergantung pada seringnya ASI dikosongkan dari payudara-semakin banyak ASI
diperah atau disusui, semakin banyak ASI yang diproduksi Ibu.
e. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan tentang ASI awal (formilk) dan ASI
akhir (hindmilk)
f. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

2. Sub pokok bahasan:


Posisi dan pelekatan menyusui yang baik
Langkah kegiatan:
a. Pelatih mengajak peserta untuk memperagakan posisi dan pelekatan menyusui
sesuai lembar kerja (lihat Lampiran MI 2.2)
b. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.
c. Pelatih meminta peserta untuk bermain peran cara membantu posisi dan pelekatan
menyusui yang baik (lihat lampiran MI 2.3)

82 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


3. Sub pokok bahasan:
Cara memerah ASI dengan tangan, menyimpan ASI perah, dan memberikan
ASI perah dengan cangkir
Langkah kegiatan:
a. Pelatih mengajak peserta untuk menyebutkan alasan mengapa seorang ibu
mungkin perlu memerah ASI dan menuliskan jawaban yang benar atau
menempelkan metaplan yang berisi tulisan alasan memerah ASI di flipchart sesuai
dengan hasil diskusi.
b. Pelatih memperagakan teknik memerah ASI dan memberikan ASI perah dengan
cangkir kemudian mengajak peserta untuk mempraktikkannya dengan
menggunakan lembar kerja (lampiran MI 2.4).
c. Pelatih meminta peserta melihat dan membahas KK 9: Bagaimana Memerah ASI,
Memberikan ASI dengan Cangkir dan cara menyimpanannya serta melihat
booklet pesan utama.
d. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

C. Langkah 3.
Membahas pokok bahasan 2: Praktik menyusui yang direkomendasikan

1. Sub pokok bahasan:


Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/
bangsa
Langkah kegiatan:
b. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan risiko tidak memberikan ASI bagi
bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/bangsa sesuai lembar kerja (lampiran
MI 2.5).
c. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkum.

2. Sub pokok bahasan:


Praktik pemberian ASI yang direkomendasikan
Langkah kegiatan:
a. Pelatih memandu curah pendapat dengan peserta untuk mengidentifikasi praktik-
praktik pemberian ASI yang direkomendasikan
b. Pelatih menempelkan metaplan bertuliskan praktik-praktik pemberian ASI yang
direkomendasikan yang sesuai dengan jawaban peserta.

MI 2
c. Pelatih meminta peserta untuk mengamati dan mencocokkan Kartu Konseling,
booklet pesan utama, dan brosur dengan praktik pemberian ASI yang
direkomendasikan pada metaplan yang sudah ditempelkan.
d. Pelatih mengajak peserta mendiskusikan poin-poin diskusi yang bisa digunakan
dalam konseling.
e. Pelatih menanyakan kepada peserta poin diskusi apa yang mungkin bisa
ditambahkan saat konseling.
f. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Praktik-praktik pemberian ASI
yang direkomendasikan.
g. Pelatih menyampaikan kepada peserta bahwa poin-poin itu merupakan pokok-
pokok diskusi dan pesan utama yang akan mereka gunakan ketika melakukan
konseling dengan ibu dan/atau keluarga mengenai praktik-praktik pemberian ASI
yang direkomendasikan.
h. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 83


3. Sub pokok bahasan:
Rekomendasi jadwal kunjungan konseling PMBA
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menanyakan kepada peserta kapan rekomendasi jadwal kunjungan
PMBA.
b. Pelatih meminta peserta untuk melihat Materi Rekomendasi Jadwal Kunjungan
PMBA
c. Pelatih dan peserta bersama-sama mengkaji dan merangkum jadwal kunjungan
tersebut.

D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Menangani kesulitan pemberian ASI
1. Sub pokok bahasan:
Identifikasi kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menanyakan kepada peserta kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi
selama pemberian ASI di masyarakat.
b. Pelatih meletakkan gambar dari kesulitan menyusui yang teridentifikasi oleh setiap
peserta itu di lantai atau di dinding sehingga semuanya bisa melihat (peserta
mungkin juga akan menyebutkan puting terbenam, berat badan bayi lahir rendah,
bayi menangis, dan menolak menyusu, kesulitan-kesulitan ini telah dibicarakan
dalam materi inti 1: Situasi umum yang dapat mempengaruhi pemberian ASI).
c. Pelatih mengajak peserta untuk mengamati sampai seluruh gambar sudah dipajang
(pembengkakan payudara, puting retak, saluran ASI tersumbat dan mastitis, ASI
tidak cukup sebagai salah satu kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi).
d. Pelatih menjelaskan bahwa di seluruh dunia, perempuan mengeluhkan:
1) pembengkakan payudara,
2) puting lecet/sakit,
3) saluran ASI tersumbat/mastitis,
4) ASI tidak cukup.
e. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

2. Sub pokok bahasan:


Gejala dan pencegahan kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi dan
MI 2

cara penanganan kesulitan dalam pemberian ASI.


Langkah kegiatan:
a. Pelatih membagi peserta dalam 4 (empat) kelompok diskusi dan mengajak diskusi
sesuai lembar kerja diskusi (Lampiran 2.6)
b. Pelatih mengajak peserta meninjau kembali materi: Kesulitan pemberian ASI yang
sering terjadi
c. Pelatih mengajak peserta melihat Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda.
d. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

3. Sub pokok bahasan:


Relaktasi
Langkah kegiatan:
a. Pelatih mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada peserta:
1) Siapa yang bisa melakukan relaktasi?
2) Apa yang diperlukan untuk keberhasilan relaktasi?
3) Berapa lama relaktasi itu?
b. Pelatih membahas jawaban peserta.
c. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

84 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

V. URAIAN MATERI

A. Pokok bahasan 1: Cara menyusui yang baik

1. Anatomi payudara dan cara payudara memproduksi ASI.

• Di bagian luar ada areola, yaitu kulit yang berwarna gelap di sekeliling dekat
puting. Pada areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery,
yang mengeluarkan cairan yang berminyak untuk membersihkan dan melumasi

MI 2
puting.

• Di bagian dalam terdapat alveoli yang berjumlah jutaan. Alveoli berbentuk kantong-
kantong sangat kecil dengan sel-sel pembuat ASI.

• Produksi ASI:
Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian
bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah
menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat air
susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat air susu sesungguhnya
tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin
berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi
setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai
di payudara dan merangsang sel-sel pembuat air susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Air susu yang dihisap bayi saat
ini, sudah tersedia dalam payudara, yaitu di pembuluh/saluran air susu.

• Menghisap dan memerah ASI sangat penting bagi penyediaan ASI yang baik.
Semakin sering dihisap bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 85


• Bila bayi tidak menyusu, maka ASI yang diproduksi dalam payudara akan lebih
sedikit karena ASI yang menetap/”diam” dalam pembuluh/saluran air susu
menghambat produksi ASI. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI
yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti
memproduksi ASI.

• Kebanyakan ibu dapat menghasilkan ASI lebih dari yang dibutuhkan bayi mereka.
Bila seorang ibu mempunyai bayi kembar dan keduanya menyusu, payudara ibu
akan membuat ASI untuk dua bayi. Sebagian besar ibu dapat menghasilkan ASI
yang cukup setidaknya untuk dua bayi.

• Keluarnya ASI:
Ketika menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon
Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat
daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju
payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk
berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu
terdorong mengalir melalui saluran ASI menuju puting. Kadang-kadang, bahkan
ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu.

• Pelepasan/mengalirnya ASI (kadang disebut refleks ejeksi) dapat dipengaruhi oleh


emosi ibu ketakutan, kecemasan, rasa sakit, rasa rikuh dan malu.

• ASI awal adalah ASI yang mengandung lebih banyak air dan memuaskan dahaga
ibu. ASI akhir mengandung lebih banyak lemak dan menghilangkan rasa lapar
bayi.

2. Posisi dan pelekatan yang baik

Empat ciri posisi menyusui yang baik:


a. Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus
b. Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
c. Badan bayi dekat ke tubuh ibu
d. Ibu menggendong/mendekap badan bayi secara utuh
MI 2

Berbagai Posisi Menyusui :

Posisi Keterangan
Posisi menggendong (cradle)
Posisi ini merupakan posisi yang paling umum
digunakan

86 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Posisi menyilang (cross cradle)
Posisi ini berguna bagi:
- bayi yang baru lahir dan bayi kecil dan lemah
- bayi apapun dengan kesulitan melakukan posisi
- bayi apapun dengan kesulitan melakukan
pelekatan
- bisa digunakan untuk bayi kembar

Posisi menyilang untuk bayi kembar

Posisi berbaring menyamping


(side lying).
Posisi ini cocok dan nyaman bagi ibu setelah
melahirkan dan ini membantu ibu istirahat sambil
menyusui.
Ibu dan anak keduanya berbaring di sisi masing-

MI 2
masing dan berhadapan.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 87


Posisi di bawah lengan (under arm)
Ibu duduk dengan nyaman dengan bayinya di bawah
lengannya. Badan bayi melewati sisi ibu dan
kepalanya berada sejajar dengan payudara.
Posisi ini sangat tepat diterapkan:
- Setelah operasi Caesar
- Ketika puting terasa sakit/nyeri
- Untuk bayi kecil
- Ketika menyusui anak kembar

Posisi di bawah lengan untuk bayi


kembar

Empat (4) tanda pelekatan yang baik:


1) Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar
2) Dagu bayi menyentuh payudara
MI 2

3) Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi
4) Bibir bawah bayi memutar keluar (dower).

Pelekatan yang baik dan pelekatan yang kurang baik:

Pelekatan yang baik dan kurang baik terlihat dari luar

88 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Pelekatan yang baik dan kurang baik terlihat dari dalam mulut

Keterangan:
Gambar Pelekatan yang baik (di dalam mulut bayi)
• Puting hanya menjadi sepertiga dari bentuk puting panjang tadi.
• Bayi menghisap dari payudara, bayi mengulum sebagian besar areola dan jaringan
di bawahnya ke dalam mulut.
• Bayi menarik ulur jaringan payudara membentuk sebuah puting yang memanjang.
• Menghisap bukan dari puting.
• Posisi lidah bayi: tertarik ke depan, di atas gusi bawah dan di bawah areola. Lidah
pada kenyataannya melikuk/melengkung di sekitar puting jaringan payudara (Anda
tidak dapat melihat hal tersebut dalam gambar, walaupun anda mungkin bisa
melihatnya ketika mengamati bayi).
• Semacam gerakan gelombang bersama lidah bayi dari depan ke belakang.
Gelombang ini menekan jaringan payudara ke palatal atas bayi. Ini menekan ASI
keluar dari saluran ASI masuk ke mulut bayi untuk ditelan (tindakan menghisap).

Gambar Pelekatan yang tidak baik (di dalam mulut bayi)


• Hanya puting yang berada dalam mulut bayi, bukan jaringan payudara yang
mendasarinya.
• Saluran ASI berada di luar mulut bayi, dimana lidah tidak menjangkaunya.

MI 2
• Lidah bayi di belakang di dalam mulut dan tidak menekan saluran ASI.

Akibat Pelekatan yang tidak baik:


• Puting retak dan lecet.
• Nyeri yang mengakibatkan kurangnya aliran ASI dan produksi ASI yang rendah.

Tanda-tanda menghisap yang efektif, yaitu:


• Bayi menghisap pelan dan dalam dengan sesekali jeda
• Terlihat atau terdengar bayi menelan
• Pipi bayi membulat penuh dan tidak cawak atau menarik ke dalam

3. Cara memerah ASI dengan tangan dan memberikan ASI perah dengan cangkir

Kadang ibu perlu memerah ASI untuk bayinya:


• Bayi terlalu lemah atau terlalu kecil untuk menghisap dengan aktif.
• Bayi memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk belajar menghisap;
misalnya karena puting terbenam.
• Memberi makan bayi dengan berat badan rendah yang tidak dapat menyusu (lihat
Kartu Konseling 8).

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 89


• Memberi makan bayi sakit.
• Untuk menutupi kebutuhan ASI ketika ibu atau bayi sakit.
• Melonggarkan saluran ASI yang tersumbat atau pembengkakan payudara.
• Ibu harus berpisah dengan bayinya selama beberapa jam.
• Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika ibu terpisah dari bayinya:
- Belajarlah cara memerah ASI anda sendiri segera setelah bayi anda lahir.
- Susui bayi secara eksklusif dan sering selama sepanjang waktu dimana anda
bersama dengan bayi anda.
- Perah dan simpan ASI sebelum anda meninggalkan rumah sehingga pengasuh
bayi anda dapat memberi ASI pada bayi anda selama anda pergi.
- Perah ASI anda sementara anda jauh dari bayi anda, bahkan bila anda tidak
dapat menyimpannya. Ini akan membuat ASI tetap melimpah dan mencegah
pembengkakan payudara.
- Ajarkan pengasuh bayi bagaimana cara menyimpan ASI perah dan gunakan
cangkir yang bersih untuk memberi makan bayi anda saat anda tidak di rumah.
- Luangkan waktu untuk menyusui sebelum meninggalkan bayi anda dan ketika
anda pulang, tingkatkan jumlah pemberian ASI sementara anda bersama
dengan bayi anda. Artinya, anda hendaknya lebih sering menyusui pada
malam hari dan akhir pekan.
- Bila memungkinkan, bawa bayi anda ke tempat kerja (atau kapan saja anda
harus keluar rumah selama beberapa jam). Bila hal ini tidak memungkinkan,
pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang membawa bayi anda ke
tempat kerja anda untuk disusui ketika anda istirahat.
- Dapatkan dukungan ekstra dari anggota keluarga dalam mengasuh bayi dan
anak anda yang lain dan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.

Gambar Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah:


MI 2

ASI perah beku


dicairkan selama
12 jam

90 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


• Simpan ASI perah dalam wadah yang bersih dan ditutup serta diberi label tanggal
ASI diperah.
• ASI perah dapat disimpan selama 4 jam di suhu ruang 27°C - 32°C.
• ASI perah dapat disimpan selama 6 sampai 8 jam bila kondisi ASI perah sangat
bersih dan disimpan di tempat yang sejuk bersuhu lebih rendah dari suhu ruang
(kurang dari 25°C).
• ASI perah bisa disimpan di kulkas dengan suhu 4°C selama 48 jam (2 hari) sampai
dengan 72 jam (3 hari).
• Bila ASI yang baru diperah tidak akan digunakan dalam 72 jam (3 hari), ASI perah
didinginkan lebih dulu di rak kulkas (bisa dijadikan dalam 1 wadah untuk masa
perah 24 jam) sebelum dibekukan. Simpan ASI perah sebanyak 15-60 ml per
wadah untuk menghindari ASI perah terbuang karena tidak habis diminum oleh
bayi.
• ASI perah yang dibekukan di dalam freezer dengan suhu –15°C dapat disimpan
selama 2 minggu.
• ASI perah yang dibekukan di dalam freezer dengan suhu –18°C dapat disimpan
selama 3 bulan dan selama 6 bulan dengan suhu - 20°C.
• Sebelum dihangatkan ASI perah yang telah dikeluarkan dari freezer, disimpan
selama 12 jam di rak bagian bawah kulkas agar menghindari perubahan suhu yang
terlalu ekstrim
• ASI perah yang akan diberikan ke bayi dikeluarkan dari kulkas, dimasukkan ke
dalam gelas kaca bersih, direndam di dalam mangkuk berisi air hangat.
• Berikan ASI perah kepada bayi dengan cangkir atau sendok. Tuangkan ASI ke
dalam cangkir atau sendok secukupnya. Dekatkan cangkir atau sendok ke bibir
bawah bayi dan biarkan bayi menghisap sedikit demi sedikit dengan lidahnya.
Jangan menuangkan ASI ke dalam mulut bayi.
• Botol dan dot tidak aman digunakan untuk memberi ASI perah karena sulit
dibersihkan dan mudah terkontaminasi.
• ASI perah beku yang lebih dulu diberikan kepada bayi adalah ASI yang terakhir
diperah. Pelatih menjelaskan tentang Last In First Out (LIFO) bukan lagi First In
First Out (FIFO)
• ASI perah beku yang sudah dicairkan selama 24 jam, tidak boleh diletakkan di
suhu ruang selama lebih dari 2 jam.

4. Pembuatan model payudara dan boneka

MI 2
Langkah-langkah membuat boneka dan model Payudara terdapat di Lampiran
MI 2.1

B. Pokok bahasan 2: Praktik menyusui yang direkomendasikan

1. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/bangsa
a. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi
• Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI 14 kali lebih besar
kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi yang disusui secara eksklusif
pada enam bulan pertama).
• Susu Formula tidak memiliki antibodi untuk melindungi bayi dari sakit: badan ibu
membuat ASI dengan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit tertentu dalam
lingkungan ibu/ anak.
• Tidak menerima zat antibodi pertama mereka dari kolostrum.
• Susu formula sulit diserap usus bayi. Susu formula sama sekali bukan makanan
sempurna bagi bayi.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 91


• Sering mengalami diare, lebih sering sakit, dan lebih parah sakitnya (anak usia
kurang dari enam bulan yang diberi makanan campuran mendapatkan makanan,
susu formula dan air terkontaminasi, berisiko lebih tinggi terkena diare). Pada
situasi bencana dengan lingkungan/sanitasi yang buruk, penggunaan susu
formula meningkatkan risiko diare yang lebih tinggi.
• Infeksi saluran pernafasan yang lebih sering.
• Risiko kekurangan gizi yang lebih besar, khususnya bagi bayi usia muda.
• Lebih besar kemungkinan mengalami kurang gizi.
• Tumbuh kembang tidak optimum: gangguan pertumbuhan, berat badan kurang,
tubuh pendek (stunting), kurus (wasting) karena penyakit menular seperti diare
atau pneumonia.
• Keterikatan yang kurang kuat antara ibu dan bayi; tidak merasa aman.
• Lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan.
• Lebih besar risiko terkena penyakit jantung, diabetes melitus, kanker, asma, gigi
keropos, dll, pada usia lanjut.

b. Risiko tidak memberikan ASI bagi ibu:


• Ibu menjadi berisiko lebih mudah hamil.
• Meningkatnya risiko anemia bila pemberian ASI tidak dimulai sejak dini (lebih
banyak pendarahan setelah persalinan).
• Mengganggu ikatan/bonding dengan bayinya.
• Meningkatnya depresi paska persalinan.
• Kejadian kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui.

c. Risiko tidak memberikan ASI bagi keluarga


• Meningkatkan risiko kesakitan pada ibu dan anak-anaknya
• Ada biaya untuk berobat karena penyakit yang
disebabkan oleh pemberian susu lain.
• Ada biaya untuk membeli susu formula, kayu bakar
atau bahan bakar lain untuk merebus air, dan
peralatan.
• Tidak bisa menjarangkan kelahiran dengan metode
amenore laktasi/MAL (lactational amenorrhea
MI 2

method/LAM), yaitu metode menjarangkan kelahiran


yang bisa dilakukan jika ibu menyusui eksklusif,
frekuensi menyusui sering, usia bayinya di bawah 6
bulan, dan masa menstruasi ibu belum kembali.
Catatan: topik MAL akan dibahas lebih detail pada MI.
5. Gizi dan Kesehatan Ibu
• Menghabiskan waktu lebih banyak untuk membeli dan menyiapkan susu lain,
mengambil air dan kayu bakar, dan melakukan perjalanan untuk mendapatkan
pengobatan medis.

d. Risiko tidak memberikan ASI bagi masyarakat / bangsa


• Ada peningkatan pengeluaran negara untuk memberikan pelayanan kesehatan
karena jumlah anak yang sakit bertambah.
• Menurunkan harapan hidup anak karena bayi yang tidak diberi ASI akan
meningkat risiko kematiannya.
• Meningkatkan risiko kerusakan lingkungan (pohon-pohon digunakan sebagai
kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatan, dan ada limbah dari kaleng
dan kardus susu formula). Hal tersebut berbeda dengan ASI karena ASI adalah
sumber daya alam yang terbarukan.

92 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


• Ada pengeluaran negara untuk mengimpor susu dan peralatan untuk
menyiapkan susu tersebut sehingga tidak menghemat uang negara yang
mestinya bisa digunakan untuk hal lain.

2. Praktik-praktik pemberian ASI yang direkomendasikan

Rekomendasi menyusui berlaku UNTUK SELURUH BAYI dalam SITUASI APAPUN;


begitu pula dengan rekomendasi: ”HINDARI PENGGUNAAN SUSU FORMULA”.
Catatan: dengan melaksanakan praktik menyusui yang direkomendasikan, ibu dapat
menyusui dan mempertahankan pasokan ASInya.

Praktik pemberian ASI yang direkomendasikan dan poin-poin diskusi terkait


praktik konseling

Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin


Praktik pemberian dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling
ASI yang dianjurkan relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN
poin-poin diskusi lain yang sesuai
IMD: • Kontak kulit antara ibu dan bayi akan memberikan
(1) Segera lakukan kehangatan pada bayi dan dapat membantu
kontak kulit antara ibu merangsang timbulnya ikatan atau kedekatan, dan
dan bayi segera membantu perkembangan otak bayi.
setelah lahir • Kontak kulit akan membantu mengalirnya
Kolostrum/ASI pertama.
• Dalam jam-jam pertama mungkin tidak terlihat adanya
ASI. Bagi beberapa ibu, hal ini bisa memakan waktu
sampai satu atau dua hari hingga ASI-nya keluar.
Adalah penting untuk terus mendekatkan bayi ke
payudara untuk merangsang produksi ASI.
• Kolostrum adalah ASI pertama yang kental berwarna
kekuningan yang dapat melindungi anak dari penyakit.
• KK 2: Ibu hamil/melahirkan di fasilitas kesehatan
• Booklet pesan utama KK 2
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda

MI 2
IMD: • Pastikan bahwa bayi melekat dengan baik.
(2) Biarkan bayi • ASI pertama ini disebut kolostrum. Kolostrum itu
mencari puting dan berwarna kekuningan dan mengandung antibodi yang
menyusu sampai dapat melindungi bayi.
puas minimal satu • Kolostrum memberikan zat antibodi pertama terhadap
jam pertama berbagai penyakit.
kelahiran • JANGAN berikan cairan lain selain ASI setelah bayi
lahir
• KK 2: Ibu hamil/melahirkan di fasilitas kesehatan
• Booklet pesan utama KK 2
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda

Catatan: Pemberian • Pemberian ASI yang sering sejak bayi lahir akan
ASI penting dalam membantu bayi belajar menyusu dengan pelekatan
beberapa hari yang baik dan membantu mencegah terjadinya
pertama pembengkakan payudara ibu dan komplikasi lain.
• Dalam beberapa hari pertama, bayi mungkin menyusu

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 93


Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin
Praktik pemberian dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling
ASI yang dianjurkan relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN
poin-poin diskusi lain yang sesuai
hanya 2 atau 3 kali sehari. Jika bayi masih mengantuk
di hari kedua, ibu bisa saja memerah kolostrumnya dan
memberikannya kepada bayi dengan gelas.
• Jangan berikan yang lain – seperti air putih, susu
formula, makanan atau cairan lain kepada bayi yang
baru lahir.
ASI Eksklusif (tidak • Dalam enam bulan pertama bayi hanya membutuhkan
ada makanan atau ASI.
minuman lain) sejak • Jangan berikan apapun selain ASI (bahkan air putih
usia 0 sampai 6 sekalipun) kepada bayi selama enam bulan pertama.
bulan • ASI mengandung seluruh cairan yang dibutuhkan bayi,
bahkan dalam cuaca yang panas.
• Memberikan air putih dan cairan lain kepada bayi akan
membuatnya kenyang sehingga ia jarang menyusu,
dan berakibat produksi ASInya juga berkurang.
• Air putih, cairan lain dan makanan untuk bayi usia di
bawah enam bulan akan menyebabkan diare.
• KK 3: Selama enam bulan pertama, bayi Anda
HANYA membutuhkan ASI
• KK 4: Pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam
enam bulan pertama.
• Booklet pesan utama KK 3 dan KK 4
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda.
Sering menyusui • Setelah beberapa hari pertama, kebanyakan bayi
bayi, siang dan baru lahir ingin sering menyusu, 8 sampai 12 kali
malam sehari. Pemberian ASI yang sering dilakukan akan
membantu produksi ASI.
• Begitu pemberian ASI sudah mantap, susui bayi 8 kali
atau lebih, siang dan malam agar produksi susu ibu
tetap banyak. Jika bayi bisa mengisap dengan baik,
MI 2

merasa puas dan berat badannya bertambah, maka


jumlah pemberian ASI tidaklah penting.
• Semakin sering bayi mengisap (dengan pelekatan
yang baik) maka semakin banyak produksi ASI.
• Pada situasi bencana, bila ibu merasa ASI
berhenti/kurang karena stress, terus menyusui untuk
memastikan produksi ASI tetap ada dan dapat
mencukupi kebutuhan bayi
• KK 5: Susui bayi kapan pun ia minta, baik siang
maupun malam hari (8 sampai 12 kali sehari) agar
jumlah air susu Anda banyak.
• Booklet pesan utama KK 5
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda.

Menyusui ketika bayi • Tangisan adalah tanda bayi itu lapar.


meminta disusui • Tanda-tanda awal bayi ingin disusui:
- Resah
- Membuka mulut dan menggelengkan kepala

94 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin
Praktik pemberian dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling
ASI yang dianjurkan relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN
poin-poin diskusi lain yang sesuai
- Menjulurkan lidah
- Mengisap jari atau tangan
• KK 5: Susui bayi kapanpun diminta, siang/malam (8
sampai 12 kali sehari) agar jumlahASI Anda banyak.
• Booklet pesan utama KK 5

Biarkan bayi • Berganti dari satu payudara ke payudara yang lain


menyelesaikan dan akan menghalangi bayi untuk mendapatkan ASI akhir
Melepaskan yang bergizi.
sendiri satu • ASI awal memiliki kandungan air yang lebih banyak
payudara sebelum dan dapat menghilangkan rasa haus bayi; ASI akhir
ia berganti ke memiliki lebih banyak lemak dan dapat menghilangkan
payudara yang rasa lapar bayi.
lain. • KK 5: Susui bayi kapanpun bayi minta, baik siang
atau malam (8 sampai 12 kali sehari) agar
jumlahASI ibu menjadi banyak.
• Booklet pesan utama KK 5

Posisi dan pelekatan • 4 posisi menyusui yang baik: tubuh bayi harus lurus,
yang baik dan menghadap ke payudara, bayi harus dekat ke ibu,
dan ibu menopang seluruh tubuh bayi, bukan hanya
menopang leher dan pundaknya.
• 4 tanda pelekatan yang baik: mulut terbuka lebar, dagu
menyentuh payudara ibu, areola terlihat lebih banyak
diatas puting susu bukan di bawahnya, dan bibir bawah
terbuka.
• KK 6: Posisi menyusui
• KK 8: Memberikan ASI pada bayi dengan berat lahir
rendah

MI 2
• KK 7: Pelekatan yang baik
• Booklet pesan utama KK 6, KK 8, dan KK 7
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda

Teruskan pemberian • ASI memberikan cukup banyak energi dan gizi selama
ASI sampai anak periode pemberian makanan tambahan dan membantu
berusia 2 tahun atau melindungi anak dari penyakit.
lebih • KK 12 sampai 15: Kartu Konseling Pemberian MP
ASI
• Booklet pesan utama KK 12 sampai 15
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda

Terus memberikan • Berikan ASI lebih sering sewaktu bayi sakit


ASI ketika bayi atau • Gizi dan perlindungan imunologi/kekebalan dari ASI
ibu sakit sangat penting bagi bayi saat ibu atau bayi dalam
keadaan sakit.
• Pemberian ASI memberikan rasa nyaman bagi bayi
yang sakit.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 95


Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin
Praktik pemberian dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling
ASI yang dianjurkan relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN
poin-poin diskusi lain yang sesuai
• KK 17: Menyusui bayi sakit dengan usia di bawah
enam bulan
• Booklet pesan utama KK 17

Ibu perlu makan dan • Tidak ada makanan atau diet khusus yang diperlukan
minum untuk untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.
menghilangkan rasa • Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh makanan ibu.
lapar dan haus
• Tidak ada makanan yang dilarang.
• Ibu perlu didorong untuk makan lebih banyak untuk
menjaga kesehatan.
• KK 1: Gizi untuk Ibu hamil dan menyusui
• Booklet pesan utama KK 1
• Brosur: Gizi Selama Kehamilan dan Menyusui

Hindari pemberian • Makanan atau minuman harus diberikan dengan


ASI/susu dengan cangkir agar bayi tidak menjadi bingung puting serta
Botol kemungkinan terjadinya kontaminasi
• Pada situasi bencana, dengan lingkungan sanitasi yang
buruk, pemberian ASI/susu harus dilakukan dengan
menggunakan cangkir untuk menurunkan risiko diare
• KK 11: Melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) mencegah terjadinya penyakit
• KK12 sampai16: Kartu Konseling Makanan
tambahan/pendamping ASI
• Booklet pesan utama KK 11, KK 12 sampai 16

3. Rekomendasi jadwal kunjungan konseling PMBA


MI 2

Kapan Poin-poin diskusi


Kontak 1 dan 2 • Pelekatan dan posisi yang baik
(Selama Kehamilan) • Pengenalan awal pemberian ASI/ IMD (memberikan
kolostrum)
• Pemberian ASI dibeberapa hari pertama
• Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6
bulan
(hindari cairan dan makanan lain, bahkan air putih)
• Pemberian ASI sesuai permintaan sampai 12 kali
sehari semalam
• Ibu perlu makan dan minum lebih banyak untuk
menjaga kesehatan
• Kehadiran ibu di dalam kelompok pendukung ibu
• Bagaimana mencari kader, bila perlu.

96 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Kapan Poin-poin diskusi
Kontak 3: • Letakkan bayi hingga kontak kulit dengan ibu
Persalinan • Pelekatan dan posisi yang baik
• Pengenalan awal pemberian ASI/IMD
(memberikan kolostrum, hindari pemberian air
dan cairan lainnya).
• Pemberian ASI pada beberapa hari pertama

Kunjungan setelah melahirkan


Kontak 4: Dalam 24 • Pelekatan dan posisi yang baik
Jam • Pemberian ASI pada beberapa hari pertama
• Pemberian ASI eksklusif dari lahir sampai usia
Kontak 5: Dalam
enam bulan
minggu pertama
setelah melahirkan • Pemberian ASI sesuai permintaan sampai 12 kali
(7 hari) sehari semalam
• Pastikan ibu tahu cara memerah ASI
• Mencegah masalah yang mungkin timbul dalam
Kontak 6: Dalam 2
pemberian ASI (payudara bengkak, sakit atau
minggu pertama
puting yang retak)

Kontak 7:1 bulan • Pelekatan dan posisi yang tepat


• Sesi imunisasi • Pemberian ASI eksklusif dari lahir hingga usia
• Promosi enam bulan
Pemantauan • Pemberian ASI waktu sesuai permintaan
Pertumbuhan sampai 12 kali sehari semalam

6 minggu • Kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI (saluran


• Sesi Keluarga yang
Berencana • tersumbat yang dapat menyebabkan mastitis, dan
• Promosi tidak cukup ASI)

MI 2
Pemantauan • Meningkatkan cadangan ASI
Pertumbuhan • Mempertahankan cadangan ASI
• Klinik Anak Sakit • Terus memberikan ASI saat bayi atau ibu sakit
• Tindak lanjut • Keluarga Berencana
masyarakat • Pertolongan medis segera

Dari 5 sampai 6 bulan • Kader jangan sampai mengubah posisi jika anak tidak
• Pemantauan mengalami kesulitan
Pertumbuhan • Persiapkan ibu untuk memberikan MP ASI saat bayi
• Faskes untuk mencapai usia 6 bulan
merujuk Anak Sakit • Di usia 6 bulan, mulai tawarkan makanan 2 sampai 3
• Pemantauan oleh kali sehari – secara perlahan perkenalkan berbagai
masyarakat jenis makanan (makanan pokok, bubur, sayuran,
buah-buahan dan produk hewani) dan tetap
melanjutkan pemberian ASI

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 97


C. Pokok bahasan 3: Penanganan kesulitan - kesulitan pemberian ASI

1. Identifikasi kesulitan-kesulitan pemberian ASI

Gambar Payudara bengkak, puting lecet dan mastitis

2. Gejala-gejala dan pencegahan dari kesulitan-kesulitan pemberian ASI yang sering


terjadi, dan membantu ibu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan serta ASI tidak
cukup

Apa yang perlu


Kesulitan pemberian ASI Pencegahan
dilakukan
Payudara membengkak

• Letakkan bayi kontak • Perbaiki pelekatan


kulit dengan ibu • Berikan ASI lebih
• Mulai berikan ASI dalam sering
satu jam pertama • Usap payudara
kelahiran dengan lembut untuk
• Pelekatan yang baik merangsang aliran
• Memberikan ASI ASI
Gejala: sesering mungkin • Tekan di sekitar
• Terjadi pada kedua semau bayi (sesering areola untuk
payudara dan selama yang mengurangi
• Membengkak diinginkan anak) siang pembengkakan dan
• Lunak dan malam: 8 sampai 12 untuk membantu bayi
MI 2

• Hangat kali sehari semalam mengisap


• Agak kemerahan • Tawarkan kedua
• Sakit Catatan: di hari pertama atau payudara
• Kulit mengkilat, kedua bayi mungkin hanya • Perah ASI untuk
kencang dan puting menyusu 2 sampai 3 kali mengurangi tekanan
susu rata dan sulit sampai bayi bisa
diisap anak mengisap
• Kompres dengan air
Bisa terjadi pada hari ke 3 hangat untuk
sampai ke 5 setelah membantu aliran ASI
melahirkan (bila produksi sebelum diperah
susu meningkat drastis dan • Kompres dengan air
anak belum bisa menyusu) dingin untuk
mengurangi rasa
sakit setelah diperah

98 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Puting lecet

• Pelekatan yang baik • Tetap menyusui bayi


• Hindari penggunaan • Perbaiki pelekatan
botol susu (cara dengan memastikan
menghisap yang bahwa bayi datang
berbeda dengan dari bawah payudara
menghisap puting dan didekap erat
sehingga terjadi bingung • Mulai menyusui pada
puting) sisi yang kurang
• Hindari menggunakan terasa sakit
Gejala: sabun atau krim pada • Ubah posisi
• Payudara/puting terasa puting menyusui
sakit • Biarkan bayi
• Retak di ujung melepaskan sendiri
puting atau di isapannya
dasarnya • Oleskan cairan ASI
• Kadang berdarah ke puting
• Bisa terjadi infeksi • Hindari menggunakan
sabun atau krim pada
puting
• Susui bayi tanpa
menunggu payudara
penuh
• Hindari penggunaan
botol susu
Saluran air susu tersumbat
dapat menyebabkan salah
satu payudara mengalami
infeksi (mastitis)
• Minta bantuan dari • Tetap menyusui bayi
keluarga untuk (jika ASI tidak
melakukan tugas rumah dikeluarkan, ada risiko
tangga yang tidak terkait terjadinya abses;
dengan perawatan bayi biarkan bayi menyusu

MI 2
• Pastikan pelekatannya sesering yang ia
baik inginkan)
• Susui bayi saat ia • Kompres dengan air
Gejala saluran tersumbat: menginginkan, dan hangat (pakai handuk)
• Ada tonjolan lunak, biarkan bayi • Pegang bayi dalam
nyeri, kemerahan, melepaskan sendiri posisi yang berbeda-
ibu tidak merasa isapannya beda sehingga lidah
sakit, tidak demam • Hindari memegang bayi/dagunya dekat
payudara dengan dengan saluran yang
Gejala mastitis: pegangan “gunting” tersumbat/mastitis
Payudara membengkak • Hindari memakai (daerah yang
keras pakaian ketat kemerahan).
Terasa sangat sakit Lidah/dagu akan
Kemerahan di satu memijit payudara dan
tempat mengeluarkan air
Umumnya ibu merasa susu dari bagian
tidak enak badan payudara itu
Demam • Pastikan pelekatannya
Kadang-kadang bayi baik

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 99


menolak menyusu • Untuk saluran yang
karena ASI terasa tersumbat: lakukan
asin pijitan lembut pada
payudara dengan
telapak tangan,
menggulungkan jari
ke arah puting;
kemudian peras air
susu atau biarkan
bayi menyusu setiap
2-3 jam siang dan
malam
• Ibu beristirahat
• Ibu minum lebih banyak
• Jika tidak ada
perkembangan dalam
24 jam, rujuk
• Jika terjadi mastitis:
peras jika terlalu sakit
untuk diisap bayi

Ibu “merasa” tidak punya


cukup ASI
• Bayi resah atau tidak • Letakkan bayi kontak • Dengarkan keluhan ibu
kenyang kulit dengan ibu dan mengapa ia
• Mulai susui bayi dalam mengatakan bahwa
Pertama, pastikan apakah waktu 1 jam pertama ASInya tidak cukup
bayi mendapatkan cukup ASI setelah kelahiran • Tentukan apakah ada
atau tidak (berat badan, urin, penyebab yang jelas
• Tetap bersama bayi
dan buang air besar) atas kesulitan
• Pastikan pelekatan yang
baik menyusui (pola
• Dorong bayi untuk menyusui, kondisi
sering menyusu mental ibu, ibu atau
MI 2

• Biarkan bayi bayi sakit)


melepaskan sendiri • Periksa berat badan
puting susu ibunya bayi, urin dan
• Menyusui eksklusif kotorannya (jika berat
siang dan malam badan kurang, rujuk)
• Hindari • Bangun rasa percaya
diri ibu, yakinkan
penggunaan bo to l
bahwa ia dapat
susu menghasilkan banyak
• Berikan dorongan untuk ASI
metode keluarga • Jelaskan apa kesulitan
berencana yang cocok yang mungkin timbul
pada umur 2 sampai 3
minggu, 6 minggu, 3
bulan karena
terjadinya percepatan
pertumbuhan sehingga

100 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


bayi membutuhkan
ASI lebih banyak
• Jelaskan pentingnya
mengeluarkan banyak
ASI dari payudara
• Periksa/perbaiki
pelekatan
• Sarankan untuk
menghentikan segala
macam asupan selain
ASI bagi bayi – jangan
beri air putih, susu
formula, teh, atau
cairan lain.
• Hindari pemisahan ibu
dan bayi dan
pengasuhan bayi oleh
orang lain (perah ASI
bila ibu jauh dari
bayinya)
• Sarankan perubahan
pola menyusui. Sering-
sering susui bayi
waktu ia minta, siang
dan malam
• Biarkan bayi
melepaskan sendiri
isapannya
• Pastikan bahwa ibu
mendapatkan cukup
makanan dan minum

MI 2
• Payudara
menghasilkan banyak
ASI bila diisap oleh
bayi – jika ia banyak
menyusu, ASInya akan
banyak (payudara itu
seperti ”pabrik‟ –
semakin banyak
diisap, semakin
banyak pula ASI yang
diproduksi)
• Ambil makanan atau
minuman lokal yang
dapat membantu ibu
“memproduksi ASI”
• Pastikan bahwa ibu
sering melakukan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 101


kontak kulit dengan
bayi

ASI “tidak cukup” yang


Sesungguhnya
• Berat badan bayi tidak • Sama seperti di atas • Sama seperti di atas
bertambah: garis • Jika tidak ada
pertumbuhan untuk bayi kenaikan berat badan
usia kurang dari 6 bulan selama 1 minggu,
mendatar atau menurun rujuk ibu dan bayi
• Untuk bayi setelah umur pada fasilitas
4 sampai 6 minggu: kesehatan terdekat
paling kurang 6 kali pipis
dan 3-4 kali buang air
besar

3. Relaktasi

Relaktasi adalah melakukan pemberian ASI kembali setelah ibu berhenti, apakah itu
masih baru atau sudah lama.

a. Siapa yang dapat melakukan relaktasi?


Perempuan yang pernah menyusui sebelumnya, atau yang produksi ASInya sudah
menurun, dapat dibantu untuk menyusui kembali. Pada konteks bencana, Ibu
berhenti menyusui karena stres sehingga jumlah ASInya berkurang.

b. Apa yang diperlukan untuk keberhasilan relaktasi?


• Motivasi perempuan.
• Bayi sering menyusu.
• Staf terampil yang punya cukup waktu untuk membantu ibu.
• Sebuah daerah yang ditentukan dimana kemajuan bisa diikuti.
MI 2

• Kapan pun perempuan yang memiliki pengalaman dalam relaktasi


membantu yang lain.
• Dukungan untuk melanjutkan pemberian ASI.
• Kadang-kadang alat pemberian ASI, tube/spuit dan selang NGT diperlukan.
Rujuk ke fasilitas kesehatan (pengelolaan juga bisa dilakukan di rumah oleh
kader yang memiliki pelatihan khusus).

c. Berapa lama relaktasi itu?


• Bervariasi, tergantung dari kuatnya motivasi ibu, dan jika bayi mau sering-
sering menyusu.
• Jika bayi kadang-kadang masih menyusu, produk ASI kemungkinan akan
meningkat dalam beberapa hari.
• Jika bayi telah berhenti menyusu, mungkin perlu waktu sekitar 1 sampai 2
minggu sebelum ASInya kembali.
• Lebih mudah bagi ibu untuk relaktasi bila bayinya masih kecil (kurang dari 2
bulan) dibandingkan bila ia sudah lebih tua (lebih dari 6 bulan). Namun, ini
mungkin saja pada usia kapan saja.
• Lebih mudah bila bayi baru berhenti menyusui, daripada sudah berhenti dalam
waktu yang lama.

102 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


• Ibu yang sudah tidak menyusui selama bertahun-tahun bisa memproduksi ASI
lagi, meskipun ia sudah paska menopause. Misalnya, seorang nenek bisa
menyusui cucunya.
• Pelatih selesai menjelaskan tentang Relaktasi dan lakukan peragaan memijat
Reflek Oksitosin

VI. REFERENSI

1. The Community Infant and Young Children Counselling Package, 2013, UNICEF/URCCH.
New York.
2. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, 2014, Panduan Pelatih Konseling
Menyusui.
3. Strategi Global Pemberian Makan Bayi dan ANAK (pmba), Kementeraian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
4. SK Menkes No. 450 Tahun 2004 tentang pemberian ASI Eksklusif 6 bulan Bagi Bayi di
Indonesia.
5. Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta.

MI 2

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 103


VII. LAMPIRAN

Lampiran : MI 2.1

Panduan Cara Membuat Boneka dan Model Payudara

Petunjuk:
1. Pelatih menunjukkan bagaimana cara membuat boneka dengan menggunakan bahan
sederhana (kertas yang digulung menjadi bola untuk kepala, dan ditutupi dengan kain uang
sama untuk digunakan di bagian batang tubuh, botol kecil yang diisi dengan air untuk
batang tubuh boneka, atau menggunakan handuk tanpa memakai botol, karet gelang untuk
membantu membentuk leher, lengan dan kaki, baju bayi yang khas kalau ada, dan kain
atau selimut untuk menyelimuti boneka. lihat gambar berikut ini :

2. Pelatih mengajak peserta bekerja bersama untuk membuat boneka.


3. Pelatih memperagakan bagaimana membuat model payudara dengan menggunakan bahan
sederhana (2 kaus kaki, 1 kaus kaki menyerupai warna kulit untuk menunjukkan bagian luar
payudara, dan kaus kaki yang lain untuk menunjukkan bagian dalam payudara).
4. Pelatih mengajak peserta bekerja bersama untuk membuat model payudara.

Catatan:
Masing-masing kelompok hendaknya membuat sedikitnya satu boneka untuk digunakan dalam
pelaksanaan pelatihan di masa mendatang.
MI 2

Saran lain untuk pembuatan boneka:


Lipat handuk mandi menjadi setengahnya. Ambil bagian tengah atas handuk dan bentuk
menjadi bulatan kain untuk dijadikan kepala bayi (kertas yang diremas menjadi kepalan dapat
membantu bentuk bulat kepala bayi). Bentuk dengan karet gelang elastis untuk membuat leher.
Dari kepala terus ke bawah, bentuk kain menjadi serupa dua tangan, dan bentuk dengan gelang
elastisdi titik dimana lengan atas bertemu dengan badan. Sisakan beberapa bagian handuk
menjadi tubuh boneka dan ikat handuk untuk membentuk dua kaki dan ikat dengan gelang
elastis di titik dimana kaki bertemu dengan badan.

Alat bantu:
1. Handuk sejumlah peserta
2. Kaos kaki sejumlah peserta
3. Kain perca/dacron/kapas/koran bekas
4. Spidol
5. Karet gelang
6. Selotif kertas
7. Peniti

104 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MI 2

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 105


Lampiran : MI 2.2

Panduan Peragaan
Posisi dan Pelekatan yang Baik

Tujuan:
Peserta terampil dalam memperagakan Posisi dan Pelekatan yang baik

Petunjuk:
1. Pelatih mengajak semua peserta untuk memperagakan cara menggendong bayi saat ibu
menyusui dengan menggunakan boneka dan model payudara. Pelatih menjelaskan 4 ciri
posisi menyusui yang baik:
a. Badan bayi membentuk garis lurus
b. Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
c. Bayi dekat ke tubuh ibu
d. Ibu menggendong/mendekap badan bayi secara utuh
2. Pelatih meminta peserta mengamati dan menjelaskan KK 6: Posisi Menyusui dan KK 8:
Memberikan ASI pada bayi dengan berat badan lahir rendah
3. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan manfaat masing-masing posisi menyusui.
4. Pelatih menjelaskan saat kepala bayi diletakkan di siku, bayi harus menunduk untuk dapat
melekat pada payudara, sehingga bayi sulit untuk menelan. Pelatih meminta peserta untuk
menundukkan kepala sambil menelan ludah. Pelatih meminta peserta untuk menolehkan
kepala sambil menelan ludah. Pelatih membahas kesulitan yang sama seperti ketika bayi
menelan ASI.
5. Pelatih menjelaskan kepada ibu empat tanda pelekatan yang baik:
a. Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar,
b. Dagu menyentuh payudara,
c. Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi, dan
d. Bibir bawah bayi memutar keluar (dower).
6. Pelatih menunjukkan gambar pelekatan yang baik dan pelekatan yang tidak baik.
7. Pelatih mengajukan pertanyaan pada peserta: Apa yang akan terjadi di dalam mulut bayi
ketika pelekatan baik dan pelekatan yang tidak baik? Dan menjelaskan perbedaannya.
8. Pelatih meminta peserta mengamati dan menjelaskan KK 7 dan booklet pesan utama:
Pelekatan yang baik
9. Pelatih menanyakan kepada peserta dan membahas tanda-tanda menghisap yang efektif,
yaitu:
MI 2

• Bayi menghisap pelan dan dalam dengan sesekali jeda


• Terlihat atau terdengar bayi menelan
• Pipi bayi membulat penuh dan tidak cawak atau menarik ke dalam
10. Pelatih menjelaskan bahwa tanda-tanda menghisap yang efektif menunjukkan bahwa bayi
mendapatkan ASI yang cukup.
11. Pelatih berperan menjadi konselor dan pelatih lain berperan menjadi Ibu dengan
menggunakan boneka bayi dan model payudara untuk memperagakan bagaimana
membantu ibu memposisikan bayi dan pelekatan ke payudaranya (bila tidak ada ibu
menyusui). Langkah bermain peran:
• Konselor memberi salam ke ibu dan memperkenalkan diri
• Ibu mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan menyusui
• Konselor meminta ibu menunjukkan cara menyusui bayinya yang dilakukan selama ini.
• Ibu memperagakan cara menyusui dengan posisi kepala bayi berada di siku.
• Konselor mengamati ibu saat menyusui dan menganalisis posisi dan pelekatan yang tidak
baik
• Konselor menawarkan bantuan kepada ibu untuk menunjukkan posisi dan pelekatan yang
berbeda supaya ibu merasa nyaman dan bayi bisa menghisap secara efektif. Ibu bersedia
menerima bantuan konselor

106 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


• Konselor menggunakan boneka dan model payudara untuk memberi contoh posisi dan
pelekatan yang baik.
• Konselor menunjukkan kepada ibu posisi menyusui cradle/membuai.
• Konselor mendiskusikan dengan ibu bahwa saat kepala bayi diletakkan di siku, bayi harus
menunduk untuk dapat melekat pada payudara, sehingga bayi sulit untuk menelan.
• Konselor menunjukkan untuk mulai melekatkan bayi, ibu hendaknya menyentuh bibir bayi
dengan putingnya. Konselor menjelaskan bahwa ibu hendaknya menunggu sampai mulut
bayi terbuka lebar. Ketika bayi membuka lebar mulutnya, dekatkan bayi ke arah payudara
dari arah bawah (bukan mendekatkan langsung ke arah payudara). Konselor menjelaskan
seberapa cepat menggerakkan bayi ke payudara ibu (mengarahkan bibir bawah bayinya
tepat di bawah puting, sehingga puting berada di atas mulut bayi dan dagu ibu menyentuh
payudara ibu) bayi hendaknya mendekati payudara dengan hidungnya ke puting (bukan
mulut ke puting).
• Konselor menunjukkan kepada ibu bagaimana memegang payudaranya dengan jari yang
membentuk huruf C, ibu jari di atas areola dan jari lainnya berada di bawah areola. Jari
hendaknya berposisi mendatar terhadap dinding perut untuk menghindari agar tidak
menghalangi bayi. Pastikan bahwa jari tidak terlalu dekat dengan areola sehingga bayi
dapat mengulum payudara sepenuh mulutnya. Jari hendaknya tidak dalam metode
gunting karena metode ini cenderung meletakkan tekanan pada saluran-saluran ASI dan
dapat menarik puting keluar dari mulut bayi.
• Konselor mengajak ibu mencoba mempraktikkan posisi menyusui sesuai yang ditunjukkan
oleh konselor
• Ibu mempraktikkan cara menyusui sesuai dengan yang sudah ditunjukkan oleh konselor.
• Konselor memastikan bahwa ibu duduk dalam posisi nyaman dan rileks
• Konselor mencari dan menemukan tanda posisi dan pelekatan yang baik.
• Konselor memperhatikan bagaimana ibu merespon
• Ibu mengatakan bahwa ibu merasa lebih nyaman dengan cara menyusui yang baru
• Konselor mendorong ibu mencoba cara menyusui yang baru
• Konselor berterima kasih kepada ibu
12. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

Alat bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Peniti

MI 2
4. Gambar anatomi payudara
5. Gambar pelekatan baik dan tidak baik
6. Kartu konseling
7. Booklet pesan utama

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 107


Lampiran : MI 2.3

Panduan Bermain Peran


Posisi dan Pelekatan yang Baik

Tujuan:
Peserta terampil dalam membantu memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui.

Petunjuk :
1. Pelatih membagi kelompok yang beranggotakan tiga orang (ibu, kader/konselor dan
pengamat) untuk mempraktikkan cara memperbaiki posisi dan pelekatan secara bergantian.
Pelatih mengamati dan langsung memberi masukan bila ada yang kurang tepat.

2. Peserta yang berperan sebagai ibu akan memerankan seorang ibu yang sedang mengalami
kesulitan memposisikan dan melekatkan bayinya saat menyusui.

3. Peserta yang bereran sebagai kader/konselor akan membantu ibu menggunakan posisi
menyusui yang baik (4 tanda) dan pelekatan yang baik (4 tanda).

4. Peserta yang berperan sebagai pengamat akan mengamati kader/konselor dan memberikan
umpan balik tentang praktik posisi dan pelekatanyang dilakukan oleh peserta yang berperan
sebagai kader/konselor.

5. Semua peserta akan mempraktikkan masing-masing peran.

6. Pelatih mengamati dan memberikan umpan balik di kelompok.

7. Pelatih merangkum hasil praktik posisi dan pelekatan menyusui yang baik.

Alat Bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Peniti
MI 2

108 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 2.4

Panduan Praktik
Cara memerah ASI dengan tangan dan memberikan ASI perah dengan cangkir

Tujuan:
Peserta terampil dalam memerah ASI dengan tangan, dan memberikan ASI perah dengan
cangkir.

Petunjuk:
1. Pelatih memperagakan teknik memerah ASI dan memberikan ASI perah dengan
menggunakan model payudara, boneka, dan cangkir.

2. Pelatih meminta peserta mempraktikkan cara membantu ibu untuk memerah ASI. Pelatih
mendampingi peserta selama praktik dan membantu bila ada kesulitan.

3. Pelatih meminta peserta mempraktikkan cara membantu ibu untuk memberikan ASI perah
dengan cangkir. Pelatih mendampingi peserta selama praktik dan membantu bila ada
kesulitan.

4. Pelatih meminta peserta untuk melihat dan membahas KK9: Bagaimana memerah ASI dan
memberikan ASI dengan cangkir, KK10: Bila Ibu terpisah dari Bayinya, dan Booklet
Pesan Utama.

5. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkum.

Alat bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Peniti
4. Cangkir dan sendok
5. Kartu konseling
6. Booklet pesan utama

MI 2

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 109


Lampiran : MI 2.5

Panduan Diskusi Kelompok


Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga, dan masyarakat/bangsa.

Tujuan
Peserta mampu menjelaskan mengenai risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga, dan
masyarakat/bangsa.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok diberi flipchart
dengan judul sebagai berikut: RISIKO tidak memberikan ASI bagi Bayi, RISIKO tidak
memberikan ASI bagi Ibu, RISIKO tidak memberikan ASI bagi Keluarga, RISIKO Tidak
Memberikan ASI bagi Masyarakat/Bangsa (untuk diskusi: tambahkan dengan RISIKO Tidak
memberikan ASI pada saat bencana).

2. Pelatih memberikan waktu lima menit kepada masing-masing kelompok untuk menuliskan
poin-poin Risiko sebanyak-banyaknya sesuai tugas kelompok masing-masing.

3. Pelatih memimpin diskusi untuk membahas masing-masing risiko.

4. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Risiko Tidak Memberikan ASI Bagi
Bayi/Anak, Ibu, Keluarga, Masyarakat/Negara.

Alat bantu:
1. Flipchart
2. Spidol
3. Selotip
MI 2

110 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 2.6

Panduan Diskusi Kelompok


Kesulitan yang Sering Terjadi Selama Pemberian ASI

Tujuan
Peserta mampu memahami kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta ke dalam 4 (empat) kelompok kerja dan memberikan kepada setiap
kelompok kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI, disertai foto-foto
pembengkakan payudara, puting lecet, saluran ASI tersumbat yang dapat menyebabkan
mastitis, dan ASI tidak cukup.

2. Pelatih meminta setiap kelompok selama 5 menit untuk mendiskusikan gejala-gejala,


pencegahan dan apa yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut, serta apa yang
dilakukan untuk ibu yang merasa ASI tidak cukup.

3. Pelatih meminta setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok.

4. Pelatih meminta kelompok lain untuk menyumbangkan pemikirannya sebagai poin tambahan.

5. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Kesulitan Pemberian ASI yang sering terjadi
dan Materi ASI tidak cukup.

6. Pelatih meminta peserta untuk melihat Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda.

7. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

Alat bantu:
1. Flipchart
2. Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda
3. Gambar-gambar kesulitan pemberian ASI
4. Metaplan bertuliskan ASI tidak cukup
5. Spidol

MI 2
6. Selotip kertas

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 111


MI 2

112 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 3 (MI 3)

PEMBERIAN MAKAN IBU HAMIL, IBU MENYUSUI DAN


MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP ASI)

I. DESKRIPSI SINGKAT

Ibu hamil dan menyusui mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam kandungan, persiapan ibu menyusui dan pada saat ibu menyusui.
Oleh karena itu seorang ibu hamil dan menyusui membutuhkan makanan tambahan 1 (satu)
porsi lebih banyak dari biasanya.

Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya
mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi hak
anak. Rekomendasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF
diantaranya memberikan MP ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut
menekankan, secara sosial budaya MP ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah
dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food).

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyiapkan makanan ibu hamil, ibu menyusui
dan MP ASI, namun akan lebih mudah karena makanan yang dimasak untuk keluarga dengan
bahan-bahan makanan lokal dapat diberikan kepada anak, dengan mempertimbangkan hal-
hal yang penting dalam pembuatan MP ASI. Materi ini akan membahas tentang Pemberian
makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemberian makan ibu hamil,
menyusui dan MP ASI.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI
2. Melakukan praktik pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI

MI 3
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI


1. Pentingnya melanjutkan pemberian ASI setelah bayi berusia 6 bulan.
2. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian MP ASI bagi setiap kelompok
umur.
3. Rekomendasi pemberian MP ASI anak usia 6-24 bulan.
4. Rekomendasi pemberian makan ibu hamil dan ibu menyusui.

B. Makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI


1. Pengenalan makanan-makanan yang diperkaya dan/atau makanan tambahan yang
ada di masyarakat.
2. Lima (5) kunci untuk makanan yang aman.
3. Membahas variasi makanan lokal.
4. Penyiapan makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI bagi anak usia 6 – 24 bulan.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 113


IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

Persiapan awal
Sebelum memulai sesi, Pelatih telah menyiapkan:
1. Sebanyak 4 gelas berisi air yang berwarna putih: masing-masing penuh, dua pertiga,
setengah dan sepertiga.
2. Flipchart dan isi flipchart seperti yang digambarkan dalam Tabel Praktik pemberian MP
ASI yang dianjurkan, beberapa metaplan/carik kertas berisi isi chart dari Tabel anjuran
jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk ibu hamil dan ibu menyusui.
3. Contoh pengelompokan bahan makanan lokal untuk diletakkan pada flip chart
4. Bahan makanan yang difortifikasi (ada label fortifikasi), seperti terigu, minyak goreng,
garam beryodium, dan lain-lain.

A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di flipchart) dan pokok bahasan
pembelajaran tentang pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan makanan
pendamping ASI.

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan
makanan pendamping ASI (MP ASI)

1. Sub pokok bahasan:


Pentingnya melanjutkan pemberian ASI setelah bayi berusia 6 bulan
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menanyakan pada peserta seberapa banyak energi yang diberikan oleh
ASI bagi bayi/anak:
1) dari 0 sampai 6 bulan
2) dari 6 sampai 9 bulan
3) dari 9 sampai 12 bulan
4) 12 sampai 24 bulan
b. Pelatih menuliskan kebutuhan energi anak usia dari 0 sampai 6 bulan, 6 sampai 9
bulan, 9 sampai 12 bulan dan 12 sampai 24 bulan pada flipchart; biarkan tertempel
MI 3

selama pelatihan.
c. Pelatih memperagakan informasi yang sama dengan menggunakan 4 gelas berisi
air yang berwarna putih: masing-masing penuh (100%) , dua pertiga (70%),
setengah (50%) dan sepertiga (30%).
d. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

2. Sub pokok bahasan:


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian MP ASI bagi setiap
kelompok umur
Langkah kegiatan:
a. Pelatih melakukan curah pendapat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemberian MP ASI bagi setiap kelompok umur: frekuensi, jumlah, tekstur
(kekentalan/konsistensi), variasi (jenis makanan), pemberian makan aktif/responsif,
dan kebersihan (jawaban peserta ditulis di flipchart).
b. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

114 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


3. Sub pokok bahasan:
Rekomendasi pemberian MP ASI anak usia 6 sampai 24 bulan
Langkah kegiatan:
a. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.
b. Pelatih meminta peserta mendiskusikan sesuai dengan lembar kerja (lampiran
MI 3.1).
c. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

4. Sub pokok bahasan:


Rekomendasi pemberian makan ibu hamil dan ibu menyusui
Langkah kegiatan:
a. Pelatih meminta pendapat peserta tentang pemberian makan pada ibu hamil dan
ibu menyusui.
b. Pelatih mendiskusikan pendapat peserta dan melengkapi jawaban dari peserta
sesuai dengan lembar kerja (lampiran MI 3. 2).
c. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI

1. Sub pokok bahasan:


Pengenalan makanan-makanan yang diperkaya dan/ atau makanan tambahan
yang ada di masyarakat
Langkah kegiatan:
a. Pelatih mengidentifikasi makanan fortifikasi yang ada di masyarakat.
b. Pelatih menuliskan pada flipchart makanan yang diperkaya/suplemen yang ada:
1) MP ASI pabrikan.
2) Penggunaan fortifikan yang ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan
kualitas gizi (contoh: minyak goreng yang telah difortifikasi dengan vitamin A,
tepung terigu yang telah difortifikasi dengan zat besi, garam beryodium).
3) Produk dengan gizi mikro yang ditambahi dengan protein/energi/asam lemak
penting.
c. Pelatih melakukan curah pendapat menggunakan daftar di atas sebagai strategi
jangka pendek, bukan sebagai pengganti makanan keluarga. Tujuan jangka
panjangnya adalah untuk memberikan makanan cukup gizi dari makanan lokal.
d. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

2. Sub pokok bahasan:

MI 3
Lima (5) kunci makanan yang aman
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menanyakan ke peserta: apa saja kunci makanan yang aman?
b. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta tentang 5 kunci makanan
yang aman.
c. Pelatih memperlihatkan flipchart berisi 5 kunci makanan yang aman.
d. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

3. Sub Pokok bahasan :


Membahas variasi makanan lokal
Langkah kegiatan:
a. Pelatih dan peserta mendiskusikan tentang variasi makanan lokal
b. Pelatih mendiskusikan tentang pentingnya zat besi dan vitamin A, yang terdapat
dalam kelompok makanan lokal
c. Pelatih mendiskusikan tentang bahan makanan lokal yang dapat diberikan
kepada anak usia 6-24 bulan dan makanan ibu hamil dan ibu menyusui

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 115


4. Sub pokok bahasan:
Penyiapan makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI bagi anak usia di atas
6 bulan
Langkah kegiatan:
a. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
b. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan porsi makanan ibu hamil dan ibu
menyusui untuk satu hari
c. Pelatih meminta peserta mendiskusikan penyiapan makanan keluarga sesuai
lembar kerja praktik (lampiran MI 3.3).
d. Masih dengan kelompok yang sama, Pelatih meminta peserta mempraktikan
pembuatan makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI sesuai lembar kerja
(lampiran MI 3.4).
e. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

D. Langkah 4:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

V. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1: Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI

1. Pentingnya melanjutkan pemberian ASI setelah bayi berusia 6 bulan

• Dari usia 0 sampai 6 bulan ASI memberikan seluruh kebutuhan energi anak.
• Dari usia 6 sampai 9 bulan ASI terus memberikan dua pertiga kebutuhan energi
anak; sepertiga lagi dari kebutuhan energi itu harus diberikan dari makanan
pendamping (MP ASI).
• Dari usia 9 sampai 12 bulan ASI terus memberikan sekitar setengah kebutuhan
energi anak; setengah lagi dari kebutuhan energi itu harus diberikan dari makanan
pendamping (MP ASI).
• Dari usia 12 sampai 24 bulan ASI terus memberikan sekitar sepertiga kebutuhan
energi anak, sisanya harus diberikan dari makanan pendamping.
• Di samping memberikan gizi, pemberian ASI akan terus memberikan perlindungan
MI 3

kepada anak terhadap berbagai macam penyakit, memberikan kedekatan/ kasih


sayang dan kenyamanan (bonding) yang membantu tumbuh kembang anak.

2. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian MP ASI bagi setiap


kelompok umur

Pemberian makanan pendamping artinya adalah memberikan makanan selain ASI,


ketika bayi sudah berusia 6 bulan, ASI saja tidak lagi mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan gizinya, oleh sebab itu makanan lain harus diberikan bersama dengan ASI
untuk mencegah terjadinya stunting. Makanan lain inilah yang disebut Makanan
Pendamping ASI (MP ASI).

116 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Hal-hal yang harus kita pertimbangkan waktu berbicara tentang pemberian MP ASI:
U = Usia
Fre = Frekuensi
Ju = Jumlah setiap kali makan
Tek = Tekstur (kekentalan/ konsistensi)
Va = Variasi
Res = Pemberian makan aktif/ responsif
Bersih = Kebersihan

3. Rekomendasi pemberian MP ASI anak usia 6-24 bulan

Tabel 3.1 Praktik Pemberian MP ASI yang Dianjurkan

Tekstur
Frekuensi Jumlah
Usia (kekentalan/ Variasi
(perhari) setiap kali makan
konsistensi)
Mulai berikan 2 sampai 3 Mulai dengan 2 Bubur kental ASI (bayi disusui
makanan tambahan kali sampai 3 sendok sesering yang
ketika anak berusia makan makan. diinginkan)
6 bulan ditambah ASI Mulai dengan +
pengenalan rasa Makanan
dan secara hewani
perlahan (makanan lokal)
tingkatkan +
jumlahnya Makanan
Pokok (bubur,
Makanan lokal
lainnya)
+
Dari usia 6 sampai 9 2-3 kali 2 sampai 3 Bubur kental
Kacang
Bulan makan sendok /makanan keluarga
(makanan lokal)
ditambah ASI makan penuh yang dilumatkan
+
1-2 kali setiap kali makan Buah-
makanan Tingkatkan secara
buah/sayuran
selingan perlahan sampai
(makanan lokal)
½ (setengah)
+
mangkuk Tabur gizi/

MI 3
berukuran 250 ml
Taburia
Dari usia 9 sampai 12 3-4 kali ½ (Setengah) Makanan
bulan makan sampai ¾ (tiga keluarga yang
Ditambah ASI perempat) dicincang/ dicacah.
1-2 kali mangkuk Makanan dengan
makanan berukuran 250 ml potongan kecil yang
selingan dapat dipegang
Makanan yang
diiris- iris

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 117


Tekstur
Frekuensi Jumlah
Usia (kekentalan/ Variasi
(perhari) setiap kali makan
konsistensi)
Dari usia12-24 bulan 3 sampai 4 ¾ (tiga perempat) Makanan
kali makan sampai 1 (satu) yang diiris- iris
Ditambah ASI mangkuk ukuran makanan keluarga
1sampai 2 kali 250 ml
makanan
selingan

Catatan: Tambahkan Sama dengan di Sama dengan Sama dengan


Jika anak kurang dari 1-2 kali atas- menurut diatas diatas, dengan
24 bulan tidak diberi makan ekstra kelompok menurut kelompok penambahan1
ASI* 1 sampai 2 Usia usia sampai 2 gelas
kali makanan susu per hari
selingan bisa + 2 sampai 3
diberikan kali cairan
tambahan
terutama
didaerah
dengan udara
panas

Pemberian makanan • Bersabarlah dan dorong terus bayi untuk makan lebih banyak
aktif/responsif • Jika bayi menolak untuk makan, terus dorong untuk makan; pangkulah
(waspada dan bayi sewaktu ia diberi makan, atau menghadap ke dia kalau ia
responsif terhadap dipangku oleh orang lain
tanda-tanda yang • Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin tidak suka
ditunjukkan oleh bayi (tidak mau menerima) makanan baru pada awalnya.
bahwa ia siap untuk • Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak untuk belajar
makan; dorong dan mencintai. Berinteraksilah dengannya dan kurangi gangguan
bayi/anak untuk waktu ia diberi makan.
makan tapi jangan • Jangan paksa anak untuk makan.
dipaksa • Bantu anak yang lebih tua untuk makan

Kebersihan • Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih; jangan
gunakan botol karena susah dibersihkan dan dapat menyebabkan bayi
MI 3

mengalami diare.
• Cuci tangan anda dengan sabun sebelum menyiapkan makanan,
sebelum makan dan sebelum memberi makan anak.
• Cuci tangan anak dengan sabun sebelum ia makan.

Beberapa hal untuk berdiskusi mengenai kebersihan:


- Awali dengan memberikan pujian
- Gunakan KK untuk memulai diskusi: “Apa yang harus dilakukann di
lingkungan rumah kita serta untuk kebersihan diri kita”
- Gunakan Kegiatan Kelompok Berorientasi Tindakan untuk diskusi

Diadaptasi dari WHO Infant and Young Child Feeding Counselling: An Integrated Course (2006)

”Sesuaikan ukuran dalam bagan di atas dengan ukuran lokal yang cocok untuk menentukan
jumlah makanan. Gunakan garam beriodium dalam menyiapkan makanan keluarga”.

118 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Pemberian Makan Aktif/Responsif untuk Anak

Definisi: Pemberian makan secara aktif/responsif adalah bersikap perhatian dan responsif
terhadap tanda-tanda yang disampaikan anak bahwa ia siap untuk makan; berikan dorongan
secara aktif kepada anak untuk makan, tapi jangan paksa dia.

Pentingnya pemberian makan secara aktif:


Bila anak makan sendiri, mungkin dia tidak akan kenyang. Ia
gampang terganggu. Oleh sebab itu, anak perlu bantuan. Bila
anak tidak mendapatkan makanan yang cukup, ia akan menjadi
kurang gizi.
• Biarkan anak makan dari piringnya sendiri (pengasuh akan
tahu seberapa banyak anak makan).
• Duduk bersama anak, bersikap sabar dan berikandorongan agar ia maumakan.
• Berikan makanan yang bisa diambil dan dipegang anak; anak-anak sering kali ingin
makan sendiri. Berikan dia dorongan untuk melakukan itu,tapi pastikan bahwa makanan
itu memang masuk ke mulutnya.
• Ibu/ayah/pengasuh bisa menggunakan tangannya (setelah dicuci) untuk menyuapi anak.
• Beri anak makan begitu ia memperlihatkan tanda bahwa ia lapar.
• Jika anak menolak untuk makan, terus berikan dorongan; cobalah untuk memangku
anak waktu memberinya makan.
• Ajak anak bermain coba untuk menjadikan makan sebagai pengalaman belajar dan
menyenangkan, tidak hanya sebagai pengalaman makan. Anak harus diberi makan di
tempat yang biasa ia diberi makan.
• Anak sebanyak mungkin harus makan bersama keluarga untuk menciptakan suasana
yang dapat meningkatkan perkembangan psiko-afektif.
• Bantu anak untuk makan.
• Jangan paksa jika anak tidak mau makan. Jangan paksakan makanan masuk ke
mulutnya.
• Jika anak menolak untuk makan, tunggu atau tangguhkan sampai ia mau.
• Jangan berikan anak terlalu banyak minum sebelum dan sewaktu ia makan.
• Beri pujian kepada anak waktu ia makan.

MI 3

Orangtua, ayah, anggota keluarga (kakak), pengasuh anak dapat ikut ambil bagian
dalam pemberian makan aktif/responsif.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 119


4. Rekomendasi Pemberian Makanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil setiap harinya perlu diperhatikan porsi
makan per jenis makanan dengan menggunakan ukuran rumah tangga sebagai
berikut:

Tabel 3.2 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Ibu Hamil
dan Ibu Menyusui untuk konsumsi satu hari
Ibu
Tidak
Ibu Hamil Ibu Hamil
Bahan Hamil & Ibu
Trimester Trimester Contoh
Makanan tidak menyusui
1 2&3
menyusui
(WUS)
Nasi atau 1 p nasi= 100 g
5p 5p 6p 6p
makanan pokok atau ¾ gelas
Protein hewani
seperti: ikan, 1 p telur = 55 g
3p 4p 4p 4p
telur, ayam, dan atau 1 butir
lainnya
Protein nabati
seperti: tempe, 1 p tempe = 50
tahu dan 3p 4p 4p 4p g atau 2 potong
kacang- sedang
kacangan
1 p bayam =
100 g atau 1
Sayuran 3p 4p 4p 4p gelas sayur
matang tanpa
kuah
1 p pisang
ambon = 50 g
Buah 5p 4p 4p 4p
atau 1 buah
kecil
1 p = 5 g atau 1
Minyak/santan*) 5p 5p 6p 6p
sendok teh
1 p = 10 g atau
MI 3

Gula**) 2p 2p 2p 2p 1 sendok
makan

Keterangan:
*) Penggunaan minyak/santan dibatasi tidak lebih dari porsi yang dianjurkan. minyak/ santan
digunakan dalam pengolahan makanan seperti digoreng, ditumis dan dimasak dengan
santan.
**) Penggunaan gula dibatasi tidak lebih dari porsi yang dianjurkan. gula dapat digunakan
dalam pengolahan makanan/minuman.
Catatan:
• Pada kehamilan trimester pertama (minggu 1-13) kebutuhan gizi berfokus pada
penambahan protein hewani, dan nabati.
• Pada kehamilan trimester kedua (minggu 13-26) pertumbuhan janin sangat cepat dan ibu
memerlukan tambahan energi lebih kurang 300 kalori dan protein yang lebih tinggi dari
biasa yaitu 20 gram serta zat gizi mikro yang lebih banyak.
• Pada kehamilan trimester ketiga (minggu 27-lahir), kebutuhan gizi sama dengan trimester
kedua.

120 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Informasi Utama
• KK 1: Kartu Konseling Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
• KK 22 : Porsi Makan dan Minum Ibu Hamil
• KK 23 : Porsi Makan dan Minum Ibu Menyusui
• Booklet Pesan Utama
• Brosur: Ibu hamil dan menyusui

Tabel 3.3 Berbagai jenis makanan lokal yang ada

Makanan Pokok: biji-bijian, seperti jagung,


gandum, beras, sagu dan umbi-umbian
seperti singkong dan kentang

Kacang-kacangan seperti kedelai, kacang


hijau, kacang polong, kacang tanah dan biji-
bijian seperti wijen, tempe dan tahu

Buah-buahan dan sayuran yang


mengandung vitamin
A seperti mangga, pepaya, jeruk, daun-
daunan hijau, wortel, ubi jalar dan labu;
dan buah-buahan dan sayuran lain
seperti pisang, nenas, alpukat, semangka,
tomat, terung dan kol.
Catatan: termasuk tanaman liar yang
digunakan secara lokal serta
tanaman lain
Makanan kaya zat besi bersumber
hewani seperti daging sapi, ayam, hati dan
telur; dan makanan bersumber hewani
lainnya seperti ikan, susu dan produk susu
lainnya

MI 3
Cat: makanan hewani harus dimulai
saat anak telah mencapai usia 6 bulan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 121


Tabel 3.4 Peran Utama Zat Gizi dalam Tubuh dan Makanan Sumbernya

Zat Gizi Fungsi Selama Kehamilan Makanan Sumbernya


Protein Bahan utama pembentuk sel tubuh Ikan, telur, daging, tempe,
→ pembentukan tambahan cairan tahu, kacang-kacangan, susu
darah ibu dan cadangan
energi/tenaga
Karbohidrat Penyedia energi/tenaga untuk ibu Beras, jagung, sagu,
dan janin selama hamil singkong, ubi jalar, kentang,
talas, dan hasil olahannya
Lemak Penyedia energi/tenaga jangka Minyak kelapa, minyak kelapa
panjang untuk pertumbuhan (≤ 30% sawit, mentega, santan, lemak
kalori sehari) kambing dan lemak sapi
Minyak kelapa, minyak kelapa
sawit, mentega, santan, lemak
kambing dan lemak sapi
Asam Lemak Pembentukan jaringan saraf pusat, Alpukat, minyak kedelai,
Essential otak dan jaringan janin, serta minyak jagung dan minyak
(EFA) pertumbuhan dan perkembangan ikan
otak
Vitamin A Meningkatkan kesehatan: Ikan, hati, kuning telur, ubi
Jaringan kulit, selaput mukosa jalar, sayuran dan buah-
saluran cerna, saluran kemih, saluran buahan berwarna
nafas jingga/oranye
Penglihatan dan imunitas Provitamin A: Buah-buahan,
Mendukung pertumbuhan tulang dan sayuran berwarna hijau
gigi
Vitamin B6 Membantu pembentukan sel darah
merah
Perlu dalam metabolisme asam
Beras merah, daging, hati,
lemak dan sintesis protein
ikan tuna, kentang, pisang,
Vitamin B12 Membantu pembentukan sel darah
tempe, kacang-kacangan
merah
Meningkatkan pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan saraf
Asam Folat Perlu untuk produksi, perbaikan dan Ikan, brokoli, kembang kol,
MI 3

fungsi DNA mangga, pare, kacang-


Perlu untuk produksi darah kacangan, jeruk manis,
Membantu fungsi enzim alpukat, melon, semangka,
(pencernaan) kacang panjang, ubi jalar dan
wortel
Vitamin C Meningkatkan kesehatan gusi, gigi Aneka buah terutama jeruk,
dan tulang jambu biji dan tomat
Meningkatkan absorbsi zat besi (Fe)
Sebagai antioksidan
Vitamin D Membantu penyerapan kalsium yang Susu, minyak hati ikan, ikan,
dibutuhkan untuk memperkuat tulang telur, jamur
ibu hamil dan janin
Vitamin E Mencegah oksidasi asam lemak tak Kecambah, asparagus,
jenuh pembentuk struktur membran alpukat, bayam, minyak sayur,
sel gandum, lobak, bengkoang
Calcium Membantu mineralisasi cukup untuk Ikan teri, susu, tempe,
pembentukan tulang dan gigi kuat kacang-kacangan

122 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Zat Gizi Fungsi Selama Kehamilan Makanan Sumbernya
Berperan pada kontraksi dan
relaksasi otot, fungsi saraf,
pembekuan darah, tekanan darah
dan imunitas
Zat besi (Fe) Membantu sintesis eritrosit Hati, ikan, daging, telur,
Berperan mencegah kelelahan tempe, tahu, kacang-
Diperlukan enzim yang membentuk kacangan dan sayuran
asam amino, kolagen, dan hormon berwarna hijau
Magnesium Membantu: Kacang mete, kacang tanah,
Pembentukan tulang dan gigi kuat tempe, ikan, sayur berwarna
Regulasi insulin dan kadar gula darah hijau dan beras merah
Mempertahankan keseimbangan
asam-basa
Zinc (Seng) Membantu pembentukan organ dan Ikan, telur, daging, tempe,
kerangka tubuh dan organ sirkulasi kacang-kacangan, susu dan
Sebagai komponen insulin dan jamur Ikan, telur, daging,
beberapa enzim tempe, kacang-kacangan,
Membantu sintesis DNA, RNA dan susu dan jamur
protein
Berperan pada penyembuhan luka
Yodium Bahan pembentuk hormon Ikan, kerang, udang, garam
pertumbuhan beryodium, rumput laut

Tabel 3.5 Praktik Pemberian Makan yang Dianjurkan bagi Bayi dan Anak,
Ibu Hamil dan Ibu Menyusui serta Poin-poin Diskusi Konseling

Praktik
Kemungkinan Topik Pembahasan
Pemberian
Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu
Makanan
dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di
Tambahan yang
wilayah tersebut
Dianjurkan
Setelah bayi • Berikan contoh jenis-jenis makanan tambahan lokal
berusia 6 bulan, • Bila mungkin, gunakan ASI, bukan air, untuk melembikkan bubur
berikan makanan • KK11: Praktik-praktik kebersihan yang baik dapat mencegah

MI 3
tambahan (seperti penyakit.
bubur kental 2-3 • KK12: Mulai Berikan Makanan Tambahan saat Bayi sudah
kali sehari) berusia 6 bulan
disamping ASI • Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah Usia 6
Bulan

Setelah bayi • Secara perlahan tingkatkan frekuensi, jumlah, tekstur


semakin besar, (kepekatan/konsistensi), dan jenis makanannya, terutama makanan
tingkatkan yang berasal dari hewan. Tambahkan tabur gizi pada makanan
frekuensi siap saji dalam satu kali makan. Tabur gizi diberikan 2 hari satu
pemberian kali.
makanan, jumlah, • KK11: Praktik-praktik Perilaku Hiduup Bersih dan Sehat (PHBS)
tekstur dan yang baik yang dapat mencegah penyakit.
jenisnya • KK12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 123


Praktik
Kemungkinan Topik Pembahasan
Pemberian
Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu
Makanan
dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di
Tambahan yang
wilayah tersebut
Dianjurkan
Pemberian • Mulai dengan 2 sampai 3 sendok bubur atau makanan yang
Makanan dilumatkan (berikan contoh bubur dan makanan keluarga)
Tambahan dari • Diusia 6 bulan, makanan ini merupakan ajang pengenalan rasa
6-9 bulan baru daripada makanan sesungguhnya
berikan ASI, • Buat bubur dengan susu–terutama ASI; kacang yang dilumatkan
ditambah 2 (sedikit minyak juga bisa ditambahkan)
sampai 3 kali • Secara perlahan tingkatkan menjadi setengah (cangkir 250 ml).
makan dan 1 • Tunjukkan jumlah dalam cangkir yang dibawa ibu
sampai 2 kali • Makanan apapun dapat diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan
makanan sejauh makanan itu dilumatkan atau dicincang/dicacah. Anak-anak
selingan (snack) tidak memerlukan gigi untuk mengunyah makanan seperti telur,
per hari. daging, dan sayuran hijau. Tambahkan tabur gizi, dua hari sekali,
pada makanan siap saji.
• KK11: Praktik-praktik kebersihan yang baik dapat mencegah
penyakit.
• KK13: Pemberian makanan tambahan dari usia 6 bulan -9 bulan
• KK16: Keanekaragaman Makanan
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan

Pemberian • Berikan makanan yang telah dicacah/dipotong-potong dan


Makanan makanan yang bisa dipegang/digenggam
Tambahan dari • Secara perlahan tingkatkan sampai setengah mangkuk (ukuran 250
usia 9-12 bulan: ml). Tunjukkan jumlah dalam cangkir yang dibawa ibu.
ASI, ditambah 3-4 • Makanan bersumber hewani sangat penting dan dapat diberikan.
kali makan dan 1-2 Tambahkan tabur gizi, dua hari sekali, pada makanan siap saji.
kali makanan kecil • KK 16: Kartu Konseling Keanekaragaman Makanan
perhari. • Brosur: Bagaimana memberikan makan bayi di atas 6 bulan

Pemberian • Berikan makanan keluarga


Makanan Berikan tiga perempat (3/4) sampai 1 mangkuk (ukuran 250ml).
Tambahan dari Tunjukkan ukuran dalam mangkuk yang dibawa ibu.
MI 3

usia 12-24 bulan: • Makanan yang diberikan harus disiapkan dan disimpan dalam
ASI, ditambah 3-4 tempat yang bersih untuk menghindari diare dan penyakit lain.
kali makan dan 1-2 • Makanan disimpan dalam temperatur normal harus dikonsumsi dalam
kali makanan kecil 2 jam. Tambahkan tabur gizi, dua hari sekali, pada makanan siap
perhari. saji.
KK 11: Kebersihan yang baik mencegah penyakit
KK 15: Pemberian Makanan Tambahan/MP ASI usia 12-24
bulan
KK 16: Keanekaragaman Makanan
Brosur: Bagaimana memberikan makan bayi di atas 6 bulan

124 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Praktik
Kemungkinan Topik Pembahasan
Pemberian
Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu
Makanan
dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di
Tambahan yang
wilayah tersebut
Dianjurkan
Berikan bayi 2-3 Coba berikan makanan yang berbeda sesuai dengan kelompok makanan
variasi dari untuk setiap kali makan. Misalnya:
makanan • Makanan bersumber hewani kaya zat besi seperti daging, hati, dan
keluarga; telur; serta
makanan pokok, • Makanan bersumber hewani lainnya seperti ikan dan ayam
kacang-kacangan, • Makanan pokok seperti jagung, nasi, tepung, umbi-umbian
sayur, dan • Makanan berasal dari kacang-kacangan
makanan • Buah dan sayur kaya vitamin A, serta buah dan sayur lain
bersumber hewani • Tambahkan minyak atau lemak dalam jumlah kecil untuk
memberikan tambahan energi (tambahan minyak tidak diperlukan
bila anak makan makanan yang digoreng, atau bila bayi terlihat
sehat dan gemuk)
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan
• KK12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan

Teruskan • Selama tahun pertama dan kedua, ASI adalah sumber gizi yang
pemberian ASI paling penting bagi bayi Anda.
sampai anak • Menyusui diantara waktu makan dan setelah makan; jangan
berusia dua tahun mengurangi frekuensi menyusui
atau lebih • KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan
Bayi tidak • Paling kurang 2 gelas susu setiap hari diberikan untuk anak-anak usia
mendapat ASI di bawah 2 tahun yang tidak lagi disusui.
Bulan
umur 6-24 bulan • Susu itu bisa berupa susu formula yang dijual di pasar, yang disiapkan
sesuai petunjuk, atau susu hewani, yang harus direbus terlebih dahulu
untuk anak yang berusia dibawah 12 bulan. Susu ini bisa diberikan
kepada anak sebagai minuman hangat atau dingin. Dan bisa
ditambahkan ke dalam bubur atau makanan lain.
• Seluruh anak memerlukan makanan tambahan sejak usia 6 bulan.
• Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 5 sampai 9 bulan

MI 3
membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama
seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 1 makanan ekstra
dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)
• Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 9 sampai 12 bulan
membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama
seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 2 makanan ekstra
dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)
• Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 12 sampai 24 bulan
membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama
seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 2 makanan ekstra
dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)
• Setelah bayi berusia 6 bulan, berikan juga 2 sampai 3 cangkir air putih
setiap hari, terutama pada saat cuaca panas.
• KK 15a : Bayi tidak mendapatkan ASI umur 6 – 24 bulan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 125


Praktik
Kemungkinan Topik Pembahasan
Pemberian
Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu
Makanan
dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di
Tambahan yang
wilayah tersebut
Dianjurkan
Praktik Pemberian Kemungkinan Topik Pembahasan
Makanan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau
Tambahan yang TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut
Dianjurkan

Bersabarlah dan • Pada awalnya bayi mungkin perlu waktu untuk membiasakan diri
bujuk anak untuk memakan makanan selain dari ASI.
menghabiskan • Gunakan piring tersendiri untuk memberi makan anak untuk
makanannya memastikan bahwa ia memakan seluruh makanan yang diberikan.
• Lihat Materi Peserta 7.4: Pemberian Makan secara Aktif/Responsif.
• KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan

Cuci tangan • Makanan yang akan diberikan kepada anak harus selalu disimpan
dengan sabun dan disiapkan ditempat yang bersih untuk mencegah kontaminasi,
Sebelum yang dapat menyebabkan diare dan penyakit lainnya.
menyiapkan • Cuci tangan Anda dengan sabun setelah ke toilet dan cuci dan
makanan, bersihkan pantat bayi.
sebelum makan • Pastikan bayi/anak Anda berada dalam lingkungan yang bersih saat
dan memberi makan
makan anak. Cuci • KK 11: Praktik-praktik kebersihan/PHBS yang baik yang dapat
tangan anak mencegah penyakit.
sebelum ia makan
Beri makan bayi • Piring mudah untuk dibersihkan
dengan piring • KK 12-15: Pemberian Makanan Pendamping/MP ASI
dan sendok yang
bersih
Bujuk anak untuk • Kebutuhan cairan dan makanan lebih tinggi sewaktu anak sakit.
terus Lebih mudah bagi anak untuk makan sedikit makanan tapisering.
menyusu dan • Berikan anak makanan yang ia sukai dalam jumlah kecil sepanjang
terus makan hari.
MI 3

sewaktu ia • Anak yang sakit membutuhkan makanan tambahan dan harus


sakit dan sering-sering disusui untuk memulihkan kekuatannya dan berat
berikan yang hilang selama ia sakit.
makanan • Manfaatkan masa setelah kesembuhan ketika selera makannya
tambahan telah kembali untuk memastikan bahwa anak mengganti apa yang
setelah hilang sewaktu ia sakit.
sembuh • KK 18: Memberi makan anak sakit yang berusia lebih dari 6
bulan

126 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Praktik
Kemungkinan Topik Pembahasan
Pemberian
Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu
Makanan
dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di
Tambahan yang
wilayah tersebut
Dianjurkan
Pemberian Makan • Ada penambahan porsi ketika hamil yaitu penambahan protein
Ibu Hamil/Ibu hewani di trimester pertama karena kebutuhan protein untuk
Menyusui pertumbuhan janin dalam kandungan.
• Ada penambahan porsi karbohidrat/energi ketika trimester dua dan
tiga untuk pertumbuhan janin dalam kandungan.
• Variasi makanan selama perlu diperhatikan selama hamil dan
menyusui agar kebutuhan ibu dan janin/bayi tercukupi.
• Ibu hamil mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet tambah darah
(TTD) selama hamil, untuk mengurangi mual tablet dapat diminum
sebelum tidur
• Ibu hamil dan ibu menyusui minum yang cukup untuk menjaga
kesehatannya
• Kartu Konseling 1: Pemberian Makan Selama Hamil dan Menyusui
• Kartu Konseling 11: Praktik-praktik kebersihan/PHBSyangbaik
untuk mencegah penyakit.
• Kartu Konseling 16: Keanekaragaman Makanan
• Brosur untuk Ibu Hamil

Catatan:
• Gunakan garam beryodium sewaktu menyiapkan makanan keluarga.
• Berikan kapsul vitamin A kepada bayi dan anak-anak mulai usia 6 bulan,
setiap enam bulan sampai anak berusia 5 tahun.
• Di negara-negara dimana tingkat anemia dan kekurangan gizi mikro cukup
tinggi, tabur gizi diberikan mulai usia 6 bulan.
• Di negara-negara dimana prevalensi balita pendek atau stunted masih tinggi
dan kerawanan pangan cukup tinggi, tabur gizi dapat diberikan kepada
anak-anak mulai usia 6 bulan. Tabur gizi ini ditambahkan ke makanan
tambahan yang biasa diberikan untuk memperkaya zat gizi pada makanan
dan bukan untuk menggantikan makanan lokal. Jika produk-produk tersebut
tersedia melalui posyandu atau dapat diperoleh di pasaran dengan harga

MI 3
terjangkau, maka tabur gizi perlu direkomendasikan bagi para pengasuh
sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup anak.

Zat besi
• Cadangan zat besi yang sudah ada sejak bayi lahir secara perlahan
terpakai sampai usia 6 bulan.
• Tidak banyak zat besi yang berasal dari ASI (meskipun itu mudah diserap).
Setelah berusia 6 bulan, kebutuhan bayi akan zat besi harus dipenuhi oleh
makanan yang ia makan.
• Sumber terbaik untuk zat besi adalah makanan hewani, seperti hati, daging
dan telur.
• Beberapa makanan vegetarian seperti kacangan juga mengandung zat
besi. Sumber- sumber lain adalah makanan yang diberi zat besi dan
suplemen zat besi.
• Tumbuhan seperti buncis, kacang-kacangan dan bayam merupakan
sumber zat besi.
• Memakan makanan yang kaya vitamin C secara bersamaan waktu atau

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 127


sesudah makan akan meningkatkan serapan zat besi.
• Minum teh, coklat dan kopi waktu makan akan mengurangi serapan zat
besi.

Vitamin A
Sumber vitamin A terbaik adalah buah-buahan dan sayuran berwarna kuning
(seperti pepaya, mangga, markisa, jeruk, wortel, labu, ubi jalar kuning);
sayuran hijau, dan jeroan (hati) dari hewan; telur, susu dan makanan yang
terbuat dari susu, seperti mentega; susu bubuk dan makanan lain yang
diperkaya dengan vitamin A.
Catatan: Perlu dipastikan bahwa anak usia 6 sampai 11 bulan mendapatkan
kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU) dan anak usia 12 sampai 59 bulan
mendapatkan kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) pada bulan
Februari dan Agustus.

Informasi Utama
• KK 11: Praktik PHBS yang baik dapat mencegah penyakit
• KK 12-16: Kartu Konseling Pemberian Makanan Pendamping ASI
• KK 18: Memberikan makan anak yang sakit usia lebih dari 6 bulan
• KK Situasi Khusus 3: Bagaimana memberi makan anak yang tidak
disusui usia 6 bulan
• Materi Pesan Utama
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Anak setelah 6 bulan

B. Pokok Bahasan 2: Makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI

1. Pengenalan makanan-makanan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral


dan/atau makanan tambahan yang ada di masyarakat.

• Fortifikasi adalah penambahan zat gizi mikro pada bahan makanan tertentu
yang bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi bahan makanan tersebut.
• Suplementasi adalah pemberian zat gizi mikro pada sasaran tertentu dengan
maksud memenuhi kebutuhan akan zat gizi mikro tersebut.

2. Lima (5) kunci makanan yang aman


MI 3

Lima kunci makanan yang aman:


1. Jagalah kebersihan(tangan, tempat kerja, peralatan)
2. Pisahkan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak
3. Gunakan makanan segar dan masak sampai matang (daging, ayam, telur
dan ikan)
4. Simpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai dengan jenis makanannya
5. Gunakan air bersih yang aman

3. Penyiapan MP ASI bagi anak usia 6-24 bulan

Bantuan praktis kepada ibu/ayah/pengasuh dalam menyiapkan MP ASI bagi


anak usia 6–24 bulan, diskusikan contoh-contoh makanan lokal. Terus berikan
ASI sampai usia 2 tahun atau lebih dan berikan MP ASI 4 bintang (****) kepada
anak. Makanan 4 bintang dibuat dengan memasukkan makanan-makanan dari
kategori berikut:
• Makanan hewani: yang mengandung tinggi zat besi, antara lain daging,
ayam, hati, telur ,ikan dan produk berasal dari susu, dll mendapat 1 bintang

128 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


(*). Makanan hewani sangat penting dan bisa diberikan kepada bayi dan
anak. Masak sampai matang dan iris atau cincang sesuai usia.
• Makanan pokok: beras, jagung, kentang, sagu, singkong, ubi, dll mendapat
1 bintang (*)
• Kacang-kacangan: kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai, kacang
tolo, kacang Bogor, tempe, tahu dll mendapat 1 bintang (*)
• Buah-buahan/sayuran: terutama buah yang kaya vitamin A, seperti pepaya,
mangga, markisa, jeruk dll; dan sayuran kaya vitamin A, seperti wortel,
labu, daun ubi jalar, daun kelor, bayam, kangkung, buncis dll mendapat 1
bintang (*)
• Berikan 1-2 makanan selingan: di antara makanan utama berikan makanan
tambahan yang mudah disiapkan, bersih, aman dan tersedia di tempat dan
dapat dimakan dengan dipegang. Makanan selingan dapat berupa
beberapa irisan mangga matang, pepaya, pisang, alpukat, dan buah-
buahan dan sayuran lain, roti, kue-kue, ubi rebus dll.
• Gunakan garam beryodium pada saat penyiapan makanan keluarga.
• Teh dan kopi tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak-anak.
• Jangan berikan minuman yang manis.
• MP ASI dapat disiapkan dari makanan keluarga atau disiapkan secara
terpisah. Ini akan membantu anak secara bertahap dari ASI ke makanan
keluarga.
• Gunakan kata ”4 bintang*” untuk mendefinisikan kebutuhan asupan
makanan tambahan (kata yang lebih tepat dibandingkan kata ”cukup” dan
”tepat”)

Pada usia 6 bulan


• Bayi memiliki perut yang kecil dan makannya hanya sedikit saja sehingga
penting untuk sering memberi mereka makan sepanjang hari (lihat Tabel
3.1)
• Mulai dengan makanan beranekaragam untuk membuat bubur kental.
• Makanan hewani sangat penting bagi bayi dan bisa diberikan kepada bayi.
Masak sampai matang, haluskan/lumatkan.
• Bubur harus cukup kental (tidak mudah jatuh saat dituangkan dengan
sendok)
• Terus berikan ASI.
• Makanan untuk anak-anak harus disimpan dan disiapkan di tempat yang

MI 3
bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit lainnya.
• Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya

Dari usia 6 sampai 9 bulan


• Perut anak usia 8 bulan hanya bisa menampung sekitar 200 ml atau kurang
dari satu cangkir.
• Tambahkan berbagai jenis makanan untuk memperkaya makanan pokok
termasuk kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah, kacang merah,
kacang tolo, kacang bogor, kacang kedelai, dll); buah-buahan (mangga,
pepaya, jeruk, pisang, alpukat dll); sayuran hijau (seperti bayam, brokoli,
kelor, wortel, buncis, kangkung dll)
• Tambahkan makanan hewani: daging, ayam, ikan, hati; dan telur dan susu,
dan produk makanan dengan bahan dasar susu (bila ada)
• Hancurkan/cincang/cacah dan lunakkan makanan tambahan itu agar dapat
dengan mudah dikunyah dan ditelan anak.
• Saat berusia 8 bulan, anak harus bisa makan sendiri. Sangatlah penting

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 129


untuk memberikan makanan yang bisa dipegang anak setelah ia bisa
duduk.
• Berikan makanan secara bertahap mulai 2-3 sendok makan sampai ½
mangkuk ukuran 250 ml sebanyak 2-3 kali per hari berupa makanan lumat
• Lanjutkan pemberian ASI.
• Makanan selingan yang bergizi (buah-buahan, roti atau roti dengan selai
kacang, bubur kacang hijau) dapat diberikan kepada anak sekali atau dua
kali sehari, sesuai keinginan anak
• Makanan untuk anak-anak harus disimpan dan disiapkan di tempat yang
bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit lainnya.
• Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya

Dari usia 9 sampai 12 bulan


• Tambahkan berbagai jenis makanan untuk memperkaya makanan pokok
termasuk kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah, kacang merah,
kacang tolo, kacang bogor, kacang kedelai, dll); buah-buahan (mangga,
pepaya, jeruk, pisang, alpukat dll); sayuran hijau (seperti bayam, brokoli,
kelor, wortel, buncis, kangkung dll)
• Tambahkan makanan hewani: daging, ayam, ikan, hati, telur, susu, dan
produk susu.
• Berikan makanan ½ - 3/4 mangkuk ukuran 250 ml sebanyak 3 - 4 kali per
hari berupa makanan lembik
• Berikan paling kurang 1 sampai 2 makanan selingan seperti mangga,
pepaya, alpukat, pisang, buah-buahan dan sayuran lain, roti tawar dan roti
goreng, kentang goreng, ubi jalar.
• Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya
• Lanjutkan pemberian ASI
• Makanan untuk anak-anak harus disimpan dan disiapkan di tempat yang
bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit lainnya.

Dari usia 12 sampai 24 bulan


• Tambahkan berbagai jenis makanan untuk memperkaya makanan pokok
termasuk kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah, kacang merah,
kacang tolo, kacang bogor, kacang kedelai, dll); buah-buahan (mangga,
MI 3

pepaya, jeruk, pisang, alpukat dll); sayuran hijau (seperti bayam, brokoli,
kelor, wortel, buncis, kangkung dll)
• Tambahkan makanan hewani: daging, ayam, ikan, hati; dan telur dan susu,
dan produk susu setiap hari setidaknya dalam sekali makan (setidaknya 3x
seminggu)
• Berikan makanan sejumlah ¾ sampai 1 mangkuk ukuran 250ml sebanyak 3 -
4 kali per hari berupa makanan keluarga
• Berikan paling kurang 1 sampai 2 makanan selingan seperti mangga,
pepaya, alpukat, pisang, buah-buahan dan sayuran lain, roti tawar, kentang
goreng, ubi jalar.
• Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya
• Lanjutkan pemberian ASI
• Makanan untuk anak-anak harus disimpan dan disiapkan di tempat yang
bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit lainnya.

Contoh menu Makanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui 2500 kkal dapat dilihat pada
lampiran MI 3.5

130 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Tabel 3.6 Pemenuhan Kebutuhan Gizi bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Sasaran Disarankan Dihindari/dibatasi


Gizi ibu • Ibu hamil perlu makan beraneka ragam (4 • Batasi konsumsi
hamil bintang) untuk memenuhi kebutuhan energi, garam, gula serta
protein, lemak dan zat mikro (zat besi, asam folat, minuman kopi dan
kalsium, kalsium, iodium dan zink teh serta
• Konsumsi makanan ibu hamil diperlukan untuk makanan
menjaga kesehatan ibu dan memenuhi kebutuhan berlemak dan
untuk perkembangan dan pertumbuhan janinnya berbumbu tajam.
serta cadangan selama menyusui nantinya. Jadi Kafein dan Tanin
ibu hamil perlu menambahkan satu porsi makan (kopi, teh, coklat)
dari porsi makan biasanya. dapat
• Ibu hamil mengonsumsi makanan satu porsi menghambat
lebih banyak dari porsi makan biasanya. penyerapan zat
• Pada trimester 1 ibu hamil memerlukan besi dalam
tambahan energi sebanyak 180 kkal atau setara makanan.
dengan setengah piring makanan 4 bintang setiap • Hindari konsumsi
harinya. Pada trimester kedua dan ketiga masing- alkohol, soda dan
masing sebanyak 300 kkal atau setara dengan 1 jamu
piring makanan 4 bintang setiap harinya. • Kerja berat dan
• Apabila Ibu hamil dengan KEK sebaiknya stress berlebihan
mengonsumsi makanan yang beraneka ragam • menghindari
untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, rokok dan asap
mineral dan vitamin yang digunakan untuk rokok.
pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan • Hindari obat-
janin dalam kandungan selama masa menyusui. obatan tanpa
Ibu dengan KEK membutuhkan 500 kkal setara anjuran tenaga
dengan 1 piring makanan 4 bintang dan 2 macam kesehatan
makanan selingan setiap harinya.
• Ibu hamil memerlukan mikronutrien penting
selama hamil, seperti zat besi, asam folat,
kalsium, yodium, zink.
• Ibu hamil sebaiknya minum 8-12 gelas air setiap
hari.
• Meningkatkan konsumsi protein hewani.

MI 3
Sumbernya: ikan, telur, ayam, daging, udang,
susu segar dan lainnya.
• Meningkatkan konsumsi buah berwarna dan
mengandung serat. Sumbernya: Pisang, pepaya,
mangga, jeruk, semangka, rambutan, jambu biji,
alpukat dan lain-lain
• Ibu hamil mengatasi mual dan muntah (emesis)
makan dengan porsi kecil tapi sering.
• Suami dan keluarga memberikan dukungan untuk
menjaga gizi ibu selama hamil. Membantu
pekerjaan rumah seperti mencuci, mengangkat air
dan lain-lain
• Tidak ada pantangan makanan untuk ibu hamil.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 131


Sasaran Disarankan Dihindari/dibatasi
Gizi Ibu • Ibu menyusui perlu makan beraneka ragam untuk • Membuang ASI
Menyusui memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat pertama
mikro untuk pemeliharaan kesehatan ibu. (kolostrum)
• Protein diperlukan dalam proses pembentukan karena memiliki
ASI. Selama menyusui gizi bayi diambil dari gizi kandungan untuk
ibu melalui ASI, oleh karena itu ibu perlu kekebalan tubuh
mengonsumsi gizi seimbang untuk memenuhi bayi
kebutuhan bayi dan ibu. Sumber protein: ikan, • Hindari
telur, dan susu segar. Membersihkan
• Kebutuhan karbohidrat ibu meningkat setelah payudara dengan
menyusui. Pada 6 bulan pertama ibu alkohol, iodin,
membutuhkan tambahan energi sebanyak 330 obat merah
kkal atau setara dengan 1 piring makanan 4 karena dapat
bintang setiap harinya. Sedangkan pada 6 bulan terminum oleh
berikutnya membutuhkan sebanyak 400 kkal atau bayi
setara dengan 1 piring makanan 4 bintang • Menghindari
ditambah 1 macam makanan selingan setiap pakaian dalam
harinya. (BH) yang ketat
• Zat gizi mikro yang diperlukan selama menyusui • Hindari mengikat
adalah zat besi, Kalsium, Iodium, Selenium, Zink, perut terlalu
Vitamin (A, B1, B2, B3, B6, asam folat, B12, C, D.) kencang,
• Ibu menyusui sebaiknya minum 12-13 gelas per menempelkan
hari daun-daun dan
• Tidak ada pantangan makanan untuk ibu selama obat tradisional
menyusui pada kemaluan
karena dapat
menyebabkan
infeksi.
• Batasi
mengonsumsi
garam, gula
• Batasi
mengonsumsi
minuman kopi
dan teh.
MI 3

Kandungan
kafein pada kopi
dan teh karena
dapat
mengganggu
penyerapan zat
besi.

Catatan:
• Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan memberi
makan anak
• Rekomendasi praktik pemberian MP ASI
• Variasi Makanan Lokal
• Lihat KK 11-16: Kartu Konseling mengenai Makanan tambahan/MP ASI
• Lihat Booklet Pesan Utama
• Lihat Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah 6 bulan

132 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


VI. REFERENSI

1. Panduan Pelatih, 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan MCAI, Jakarta.
2. Kemenkes RI, 2015, Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu, Jakarta.
3. Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP ASI) Lokal, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
4. WHO, 2006, Infant and Young Child Feeding Counseliling An Integrated Course,
WHO, Geneva.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 Tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi.
6. Buku Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI, 2015

MI 3

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 133


MI 3

134 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MI 3

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 135


VII. LAMPIRAN

Lampiran : MI 3.1

Panduan Diskusi Kelompok


Pemberian MP ASI Anak Usia 6 Sampai 24 Bulan

Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pemberian MP ASI anak usia 6
sampai 24 bulan.

Petunjuk:
a. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.
b. Pelatih menyiapkan dua flipchart yang sudah diberi kolom: Usia, Frekuensi, Jumlah,
Tekstur, Variasi, Pemberian Makan Aktif Responsif, Kebersihan dan diberi baris: mulai
usia 6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-24 bulan, anak usia 6-24 bulan yang tidak diberi
ASI.
c. Pelatih membagikan metaplan/potongan kertas kepada kelompok dengan membedakan
warna setiap kolom yang bertuliskan isi chart yang diambil dari Tabel Praktik Pemberian
MP ASI yang dianjurkan
d. Pelatih meminta kedua kelompok untuk melanjutkan sampai flipchart itu terisi.
e. Pelatih meminta satu kelompok untuk menjelaskan apa yang ada dalam flip chart
mereka.
f. Pelatih meminta kelompok yang lain untuk melengkapi.
g. Pelatih meminta peserta untuk meninjau dan tanyakan pada mereka informasi apa yang
ada dalam kartu itu.
a) KK 11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit
b) KK 12: Mulai Memberikan Makanan Pendamping ketika Anak berusia 6 bulan
c) KK 13: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 6-9 bulan
d) KK 14: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 9-12 bulan
e) KK 15: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 12-24 bulan
f) KK 15a: Pemberian Makanan Pendamping usia 6-24 bulan yang tidak mendapat ASI
g) KK 16: Variasi Makanan
h) KK 18: Memberikan makan anak yang sakit usia lebih dari 6 bulan, booklet dan Brosur
Bagaimana Memberi Makan Anak setelah 6 bulan
i) KK 22: Makanan ibu hamil dan menyusui
h. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Tabel Praktik Pemberian MP ASI yang
MI 3

dianjurkan dan poin diskusi.


i. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Tabel Pemberian Makan Aktif/Responsif untuk
anak.
j. Pelatih membagikan Alat Bantu Pelatihan: Contoh-contoh tekstur (kekentalan/konsistensi)
bubur untuk menggambarkan tekstur MP ASI, serta mangkok dan sendok untuk
menggambarkan jumlah
k. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.

Alat bantu:
1. Flipchart
2. Metaplan/kertas berwarna
3. Alat masak dan alat makan
4. Bubur kental

136 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 3.2

Panduan Diskusi Kelompok


Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pemberian makan ibu hamil dan
ibu menyusui.

Petunjuk:
1. Pelatih menunjukkan kepada peserta tabel anjuran jumlah porsi ibu hamil dan ibu
menyusui (tabel 3.3 dan 3.4) dan isi piringku sesuai dengan kebiasaan setempat.

2. Pelatih memimpin diskusi tentang isi piringku

3. Pelatih meminta peserta meninjau:


a. KK 11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit dan tanyakan
pada mereka informasi apa yang ada dalam kartu itu
b. KK 1: Pemberian Makan Pada Hamil dan Ibu Menyusui
c. KK 16: Variasi Makanan
d. Booklet Pesan Utama dan
e. Brosur: ibu hamil dan menyusui

Alat bantu:
1. Flipchart
2. KK
3. Booklet Pesan Utama
4. Brosur Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
5. ATK

MI 3

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 137


Lampiran : MI 3.3

Panduan Praktik
Penyiapan Makanan Keluarga
Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pengelompokkan makanan 4
bintang

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.

2. Pelatih membagikan 1 flipchart kepada masing-masing kelompok. Masing-masing


flipchart dibagi menjadi 4 bagian berupa 4 kelompok bahan makanan (mengacu pada
table 3.4), yaitu: makanan pokok, kacang-kacangan, buah dan sayuran, dan makanan
bersumber hewani. Pelatih meminta peserta kedua kelompok itu untuk mengisi isi
flipchart mereka dengan berbagai macam makanan lokal yang tersedia dengan cara
meletakkan makanan (contoh/foto makanan lokal) dan menulis bahan makanan dalam
kotak yang sesuai di flipchart.

3. Pelatih menanyakan pada kedua kelompok: makanan lokal yang mana yang
mengandung zat besi? Dan makanan lokal mana yang mengandung vitamin A?
Tanyakan dari jenis makanan tersebut mana makanan yang kaya zat gizi untuk ibu
hamil? Sumber makanan dan zat gizi apa saja dan apa kegunaannya untuk bayi dan
anak serta ibu hamil dan menyusui ?

4. Pelatih meminta peserta untuk melihat materi peserta tabel 3.4 dan tabel 3.5

5. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok.

6. Pelatih meminta masing-masing kelompok membuat menu makan siang.

7. Pelatih meminta peserta untuk mengambil bahan makanan lokal yang telah disediakan
sesuai dengan menu yang dibuat.

8. Pelatih memberikan penilaian terhadap menu yang dibuat oleh masing-masing kelompok
dengan cara memberikan 1 bintang untuk setiap kelompok bahan makanan yang dipilih.
Fasilitator mendiskusikan 4 jenis bahan makanan yang ditandai dengan 4 bintang.
MI 3

9. Pelatih meminta peserta membuat rangkuman.

Alat bantu:
1. Bahan makanan
2. Flipchart
3. Metaplan bintang

138 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 3.4

Panduan Praktik
Pembuatan Makanan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan MP- ASI

Tujuan:
Setelah mengikuti praktik ini, peserta mampu membuat makanan ibu hamil, ibu menyusui
dan MP- ASI

Petunjuk:
1. Pelatih membagi kelompok menjadi 5 kelompok.

2. Pelatih mengajak peserta untuk mencuci tangan bersama dengan 5 langkah

3. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan porsi makanan ibu hamil dan ibu
menyusui untuk satu hari sesuai dengan Tabel 3.3.

4. Pelatih meminta setiap kelompok untuk mengambil makanan lokal yang tersedia yang
mungkin didapatkan (makanan pokok, kacang-kacangan dan biji-bijian, buah-buahan
dan sayuran kaya vitamin A,buah-buahan dan sayuran lain, makanan hewani kaya zat
besi), dan minyak.

5. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk membuat makanan ibu hamil, ibu
menyusui dan MP ASI untuk satu kali makan (misal makan siang) dengan
menggunakan makanan yang tersedia sesuai kelompok usia berikut:
• Ibu hamil dan ibu menyusui
• Usia 6 bulan
• Dari 6 bulan sampai 9 bulan
• Dari 9 bulan sampai 12 bulan
• Dari 12 bulan sampai 24 bulan

6. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk memperlihatkan dan menjelaskan


makanan yang disiapkan ke seluruh kelompok, dan diskusikan karakteristik kesesuaian
usia dari makanan tambahan itu: frekuensi pemberian, jumlah, kekentalan (konsistensi),
variasi, pemberian makan aktif/responsif, dan kebersihan dan makanan ibu hamil dan
menyusui.

MI 3
7. Pelatih menyiapkan MP ASI pabrikan dan mengajak peserta membandingkan MP - ASI
pabrikan dengan makanan lokal.

8. Pelatih meminta peserta membuat rangkuman.

Alat bantu:
1. Alat masak
2. Alat makan
3. Makanan lokal
4. Makanan pabrikan

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 139


Lampiran : MI 3.5

Contoh Menu Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 2500 kkal


Nilai Gizi Contoh Menu Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 2500 kkal
Nilai Gizi
Energi 2507,5 kkal
Karbohidrat 400 gram
Protein 82 gram

Contoh Menu Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 2500 kkal


Waktu Menu Makanan Bahan Berat Ukuran Rumah
Makan Makanan (gram) tangga
(URT)
Pagi Nasi goreng • Nasi 150 1 ¼ gelas
+sayuran • Kecap secukupnya
25 ¼ gelas
• Wortel
25 ¼ gelas
• Buncis /sawi 5 1 sdt
• Minyak 75 1 buah sedang
Tempe bumbu kelapa 50 2 potong
kecap • Timun 2,5 sedang
- Tempe ½ sdt
50 Secukupnya
Telur dadar - Minyak 2,5 1 btr
kelapa 50 ½ sdt
Pisang Ambon - Kecap 1 buahkecil
- Telur ayam
- Minyak
kelapa
Pisang Ambon
10.00 Kolak Pisang Pisang 25 ½ buah kecil
Ubi Ubi 135 1 buah besar
Gula Merah 10 1 sdm
Santan Encer 50 ½ gelas kecil
MI 3

Siang Nasi Nasi 200 1 ½ gelas


Sayur bayam + • labu siam 100 1 gelas
labu siam • bayam 50 ½ gelas
100 4 potong
• Tempe
Tempe Bumbu 5 sedang
Bali • Minyak 40 1 sdt
kelapa 55 1 potong
- Ayam 5 sedang
Perkedel Ayam - Telur ayam 1 btr
- Minyak 50 1 sdt
kelapa
Pisang Ambon 1 buah kecil
Pisang Ambon
16.00 Ubi Goreng Ubi Kuning 135 1 biji sedang
Tepung terigu 3 ½ sdt
Jeruk Manis Minyak kelapa 5 1 sdt
Jeruk Manis 50 1 buah kecil

140 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Waktu Menu Makanan Bahan Berat Ukuran Rumah
Makan Makanan (gram) tangga
(URT)
Malam Nasi Nasi 150 1 ¼ gelas
Cah kangkung Kangkung 100 1 gelas
Minyak kelapa 5 1 sdt
Tahu goreng Tahu 110 1 potong besar
Minyak kelapa 5 /2 ptg
Semur telur Telur ayam 55 1 sdt
ayam Minyak kelapa 5 1 btr
Pisang Ambon 50 1 sdt
Pisang Ambon Susu 200 cc 1 buah kecil
Susu Gula 5 1 gelas
1 sdt

MI 3

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 141


MI 3

142 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 4 (MI 4)

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting untuk deteksi dini
gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita, karena itu balita harus secara rutin
ditimbang setiap bulan. Hasil penimbangan diploting di KMS/ Buku KIA dengan tepat
agar dapat ditentukan status pertumbuhannya sehingga dapat ditindaklanjuti. Selain
penimbangan berat badan dilakukan juga pengukuran panjang badan atau tinggi badan.
Penilaian perkembangan dapat dilakukan dengan menggunakan formulir Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) / di dalam Buku KIA yang bertujuan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Materi ini akan membahas tentang penimbangan berat badan anak menggunakan dacin,
pengukuran panjang badan/tinggi badan, pengisian KMS/ di dalam Buku KIA serta
menentukan status pertumbuhan dalam KMS/Buku KIA dan tindak lanjutnya. Materi
tentang pemeriksaan perkembangan ini dilakukan dengan menggunakan instrumen
Buku KIA.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan anak.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan cara menimbang berat badan dan mengukur panjang badan/tinggi
badan anak.
2. Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi badan
anak MI 4
3. Melakukan pengisian KMS dalam buku KIA dengan benar.
4. Melakukan penentuan status pertumbuhan pada KMS dalam buku KIA dan tindak
lanjutnya.
5. Melakukan deteksi dini pemantauan perkembangan dengan menggunakan buku KIA.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Cara menimbang berat badan dan mengukur Panjang Badan/Tinggi Badan anak
2. Menimbang berat badan dan mengukur Panjang Badan/Tinggi badan anak
3. Mengisi KMS dalam buku KIA dengan benar
4. Menentukan status pertumbuhan pada KMS dalam buku KIA dan tindak lanjutnya
5. Deteksi dini pemantauan perkembangan dengan menggunakan buku KIA

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 143


IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan dan pokok bahasan pembelajaran tentang
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan.

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Cara menimbang berat badan dan mengukur
panjang badan / tinggi badan anak
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menanyakan kepada seluruh peserta dan membahas:
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan di Posyandu?
2. Apa yang dipahami selama ini mengenai penimbangan di Posyandu?
Mengapa harus ditimbang setiap bulan?
3. Alat timbang apa yang ada di lingkungan Posyandu mereka, dan bagaimana
pendapat mereka tentang alat timbang yang benar?
2. Pelatih menyiapkan flip chart dan kartu puzzle “persiapan dacin”.
3. Pelatih memimpin curah pendapat tentang langkah-langkah persiapan dacin
serta menempelkan kartu puzzle sesuai dengan hasil diskusi.
4. Pelatih memimpin curah pendapat tentang langkah-langkah penimbangan balita
menggunakan dacin
5. Pelatih memimpin curah pendapat tentang cara mengukur panjang dan tinggi
badan
a. Apa alat yang digunakan untuk mengukur panjang badan ?
b. Apa alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan ?
c. Pelatih menempelkan gambar alat ukur panjang badan dan tinggi badan dan
merangkum

C. Langkah 3.
Membahas pokok bahasan 2: Menimbang berat badan dan mengukur panjang
badan / tinggi badan anak
Langkah kegiatan:
MI 4

1. Pelatih meminta peserta melakukan praktik memasang dacin dengan benar.


2. Pelatih meminta peserta mempersiapkan alat ukur panjang badan
(infantometer/stadiometer) dan alat ukur tinggi badan (microtoice)
3. Peserta mempersiapkan boneka kaki panjang yang akan ditimbang dan diukur.
4. Peserta melakukan penimbangan boneka kaki panjang sesuai dengan lembar
kerja (lampiran MI 4.1), membaca angka dan mencatat hasil penimbangan.
5. Peserta melakukan pengukuran panjang badan/tinggi badan boneka kaki
panjang sesuai dengan lembar kerja (lampiran MI 4.1), membaca angka dan
mencatat hasil pengukuran.
6. Pelatih meminta peserta untuk mengamati Kartu Konseling (KK) No. 19 berjudul
Timbanglah Anak Anda Setiap Bulan Anak Sehat, Tambah Umur, Tambah
Sehat, Tambah Pandai dan mengkaji informasi pada booklet pesan utama.

144 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


7. Pelatih meminta peserta mengulang kembali langkah mempersiapkan dacin dan
langkah menimbang balita dan membuat rangkuman.
8. Pelatih meminta peserta mengulang kembali langkah-langkah pengukuran
panjang badan/tinggi badan dan membuat rangkuman

D. Langkah 4.
Membahas pokok bahasan 3: Mengisi KMS dalam buku KIA dengan benar
Langkah kegiatan:
1. Pelatih mendiskusikan tentang mengisi KMS menggunakan buku KIA dengan
benar (kasus Aida)
2. Pelatih membagi peserta menjadi kelompok kecil (dua kelompok)
3. Pelatih membagikan KMS pada setiap anggota kelompok, 1 orang
mendapatkan 1 pasang KMS laki- laki dan perempuan.
4. Pelatih meminta masing-masing anggota kelompok untuk praktik mengisi KMS
sesuai dengan lembar kerja (lampiran MI 4.2 dan MI 4.3).
5. Pelatih meminta peserta mengulang kembali langkah pengisian KMS dengan
benar.

E. Langkah 5.
Membahas pokok bahasan 4: Menentukan status pertumbuhan pada KMS
dalam buku KIA dan tindak lanjutnya
Langkah kegiatan:
1. Pelatih meminta peserta melakukan penentuan status pertumbuhan dalam KMS
dan tindak lanjutnya.
2. Peserta menyajikan hasil penentuan status pertumbuhan dan tindak lanjut sesuai
kasus soal.
3. Pelatih meminta peserta mengulang kembali langkah penentuan status
pertumbuhan pada KMS dalam buku KIA dan tindak lanjutnya.

F. Langkah 6.
Membahas pokok bahasan 5: Deteksi dini pemantauan perkembangan dengan
menggunakan buku KIA
Langkah kegiatan :
1. Pelatih meminta peserta membuka Buku KIA yang telah dibagikan.
2. Pelatih menjelaskan cara mengisi check list perkembangan yang ada di dalam MI 4
buku KIA.
3. Pelatih memimpin diskusi hasil pengisian check list perkembangan anak dengan
menggunakan Buku KIA.

G. Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih merangkum materi yang sudah dipelajari.
2. Pelatih melakukan evaluasi bersama peserta.
3. Pelatih mengucapkan salam penutup dan terima kasih

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 145


V. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1: Cara menimbang berat badan dan mengukur panjang


badan/tinggi badan anak

Penimbangan berat badan anak setiap bulan dilakukan untuk memonitor


pertumbuhan anak. Dengan adanya pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan
secara teratur, maka bila ditemukan adanya masalah dapat dilakukan pencegahan
dan penanganan sedini mungkin sebelum balita jatuh ke gizi kurang atau bahkan gizi
buruk.

Alat timbang yang direkomendasikan untuk menimbang berat badan anak di


posyandu adalah dacin dan memiliki kepekaan hingga 100 gram.

Langkah-langkah Mempersiapkan Dacin


MI 4

146 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Langkah-langkah Menimbang Balita:

1. Masukkan balita kedalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin


dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.
2. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
3. Catat hasil penimbangn dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.
4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/ kotak
timbang.

Cara Mengukur panjang/ tinggi badan anak

Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak
untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan
mengukur tinggi anak berdiri tegak.
- Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang
- Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran
dilakukan dengan berdiri tegak.
- Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan
- Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (telentang)
maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.

Persiapan Mengukur Panjang Badan

Alat yang digunakan untuk mengukur panjang/tinggi badan anak, menggunakan alat
ukur dengan kriteria sebagai berikut :
• Kuat dan tahan lama
• Mempunyai presisi sampai 0,1 cm
• Sudah dikalibrasi
• Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI)

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 147


Gambar. Alat ukur panjang badan

- Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan
- Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur
- Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar
- Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya
kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala
yang ada di bagian kaki balita
- Geser kembali papan penggeser pada tempatnya
MI 4

Persiapan Mengukur Tinggi Badan

- Letakkan microtoise di lantai yang datar dan menempel pada dinding yang rata
- Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol
- Tempelkan ujung pita meteran pada dinding dengan menggunakan
lakban/selotip
- Kurang lebih jarak 50 cm dari ujung pita diberi lakban/selotip agar tidak bergerak
- Geser kepala microtoise ke atas dan ke bawah

148 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


B. Pokok Bahasan 2: Menimbang anak menggunakan dacin dengan benar

Persiapan Menimbang • Jelaskan pada ibu alasan untuk menimbang anak,


sebagai contoh, untuk memantau pertumbuhan anak,
menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak
terhadap perubahan pengasuhan dan pemberian
makanan.
• Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan, hal ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil timbangan
yang akurat. Penggunaan popok basah, atau sepatu
dan jeans, dapat menambah berat lebih dari 0,5 kg.
Bayi harus ditimbang tanpa pakaian. Jika terlalu dingin
untuk menanggalkan pakaian, atau anak menolak
untuk ditanggalkan pakaiannya, perlu diberi catatan
bahwa anak ditimbang menggunakan pakaian. Hindari
anak menjadi takut/jengkel.
MI 4
Menimbang Anak Menggunakan Dacin
Persiapan Alat • Gantung dacin pada tempat yang kokoh seperti
penyangga kaki tiga atau pelana rumah atau kosen
pintu atau dahan pohon yang kuat.
• Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata
penimbang.
• Letakkan bandul geser pada angka nol, jika ujung
kedua paku timbang tidak dalam posisi lurus, maka
timbangan perlu ditera atau diganti dengan yang baru.
• Pastikan bandul geser berada pada angka NOL.
• Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang
yang kosong pada dacin.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 149


• Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik
berisikan pasir/batu diujung batang dacin, sampai
kedua jarum tegak lurus.

Pelaksanaan • Masukkan balita kedalam sarung timbang dengan


Penimbangan pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai
jarum tegak lurus.
• Baca berat badan balita dengan melihat angka diujung
bandul geser.
• Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku
bantu dalam kg dan ons.
• Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita
dari sarung/celana/kotak timbang.

Pelaksanaan Pengukuran Panjang Badan Anak

• Sebelum diukur, pastikan sepatu anak, kaus kaki, dan hiasan rambut sudah
dilepas. Jika bayi diukur telanjang, alas papan pengukur dengan menggunakan
kain kering pada daerah kepala untuk menghindari cedera, dan jika ruang tempat
pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil
menunggu pengukuran.
• Ibu dapat diminta membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk
menenangkan serta menghibur anak.
• Telentangkan anak di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel
pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat
bergerak)
• Pengukur 2 memastikan bagian puncak kepala anak menempel pada bagian
papan yang statis, posisi kepala anak harus sesuai garis frankfort tegak lurus
terhadap papan pengukur
• Posisikan Seluruh bagian belakang badan anak menempel secara tepat pada
papan pengukur
• Pengukur 1 menggeser bagian papan yang bergerak. Pastikan posisi telapak
kaki menempel tegak lurus pada papan geser dan jari kaki menghadap ke atas.
MI 4

(dengan cara menekan bagian lutut anak).


• Bila sulit dilakukan, dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel tegak
lurus di papan geser.
• Pengukur 1 membaca panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar dan
catat. Mata Pengukur I tegak lurus papan skala saat membaca.

150 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Pelaksanaan Pengukuran tinggi badan

- Pastikan sepatu/alas kaki, kaos kaki, hiasan rambut, dan tutup kepala sudah
dilepaskan.
- Pengukur 1 memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah microtoise
membelakangi dinding, pandangan anak lurus ke depan. Pastikan posisi kepala
sesuai garis Frankfort dan sudah berada di bawah alat geser microtoise
- Pengukur 1 memastikan 5 bagian tubuh anak menempel di dinding :
• Bagian Belakang Kepala
• Punggung
• Bokong
• Betis
• Tumit
- Pengukur 2 memposisikan kedua lutut anak rapat dan dengan lembut menekan
perut anak
- Pengukur 1 memegang dagu dan menarik kepala microtoise sampai puncak MI 4
kepala anak dan membaca angka pada jendela baca, mata pembaca sejajar
dengan garis merah pada papan baca
- Angka yang dibaca dari angka kecil ke arah angka besar
- Catat hasil pengukuran tinggi badan

Untuk anak obese/gemuk


Pada anak dengan obesitas, minimal 3 (tiga) bagian tubuh menempel di dinding
yaitu punggung, bokong dan betis/tumit

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 151


C.
MI 4

152 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Pokok Bahasan 3: Mengisi KMS dalam buku KIA dengan benar

Langkah Pengisian KMS:

KMS Balita • Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang


memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan
menurut umur. Dengan KMS gangguan
pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat
diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat
sebelum masalahnya lebih berat.
Memilih KMS sesuai jenis kelamin
• KMS Anak Laki-Laki berwarna biru untuk anak
laki-laki dan KMS Anak Perempuan berwarna
merah muda untuk anak perempuan.
Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS
• Tuliskan data identitas anak pada halaman 2
bagian 5: Identitas anak.

Contoh, catatan data identitas Aida Fitri.

Mengisi Bulan Lahir dan Bulan Penimbangan Anak


• Tulis bulan lahir anak pada kolom bulan
penimbangan di bawah umur 0 bulan.
• Tulis semua kolom bulan berikutnya secara
berurutan.

Contoh disamping, Aida lahir pada bulan Februari


2008.
MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 153


• Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya,
tanyakan perkiraan umur anak tersebut.
• Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai
umurnya.
• Tulis semua kolom berikutnya secara berurutan.

Contoh:
Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus
2008. Bila Ibu/pengasuh mengatakan anak baru saja
berulang tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur
anak saat ini 13 bulan. Tulis Agustus dibawah umur
13 bulan.

Meletakkan Titik Berat Badan dan Membuat Garis Pertumbuhan Anak


• Letakkan (ploting) titik berat badan hasil
penimbangan.
• Tulis berat badan hasil penimbangan di bawah
kolom bulan penimbangan.
• Letakkan titik berat badan pada titik temu garis
tegak (bulan penimbangan) dan garis datar (berat
badan).

Contoh:
Aida dalam penimbangan bulan Juni 2008 umurnya 4
bulan dan berat badannya 6 kg.

• Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan


bulan lalu
• Jika bulan sebelumnya anak ditimbang,
hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan
bulan ini dalam bentuk garis lurus.

Contoh:
Aida lahir pada bulan Februari 2008 dengan berat
MI 4

badan lahir 3,0 kg. Data berat badannya adalah


sebagai berikut:
• Bulan Maret, berat badan Aida 3,3 kg.
• Bulan April, berat badan Aida 4,7 kg.
• Bulan Mei, Aida tidak datang ke Posyandu.
• Bulan Juni, berat badan Aida 6,0 kg.
• Bulan Juli, berat badan Aida 6,6 kg.
• Bulan Agustus, berat badan Aida 6,6 kg.
• Bulan September, berat badan Aida 6,3 kg.

Jika anak bulan lalu tidak ditimbang,


maka garis pertumbuhan tidak dapat
dihubungkan.

154 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Mencatat Setiap Kejadian yang Dialami Anak
Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak.

Contoh:
• Pada penimbangan di bulan Maret anak tidak mau
makan.
• Saat ke Posyandu di bulan Agustus, anak sedang
mengalami diare.
• Penimbangan selanjutnya di bulan September
anak sedang demam.

Mengisi Catatan Pemberian Kapsul Vitamin A


Tanggal diisi oleh kader sesuai dengan tanggal dan
bulan pemberian kapsul vitamin A oleh kader.

Mengisi Kolom Pemberian ASI Eksklusif

Beri tanda () bila pada bulan tersebut bayi masih


diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain.
Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan tersebut
dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 155


D. Pokok Bahasan 4: Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak
lanjut

Menentukan status pertumbuhan pada KMS dalam Buku KIA dan tindak
lanjutnya

Cara Menentukan Status Pertumbuhan Balita dalam KMS


Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan
2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya,
atau dengan menghitung kenaikan berat badan
anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan
Minimum (KBM).

Contoh disamping menggambarkan status


pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan
anak dalam KMS:

a. TIDAK NAIK(T); grafik berat badan


memotong garis pertumbuhan dibawahnya;
kenaikan berat badan < KBM (<800 g)
b. NAIK(N), grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan diatasnya; kenaikan berat badan
> KBM (>900 g)
c. NAIK(N), grafik berat badan mengikuti garis
pertumbuhannya; kenaikan berat badan > KBM
(>500 g)
d. TIDAK NAIK(T), grafik berat badan mendatar;
kenaikan berat badan <KBM (<400 g)
e. TIDAK NAIK(T), grafik berat badan menurun;
grafik berat badan < KBM (<300 g)

Tindak Lanjut Hasil Penentuan Status Pertumbuhan Balita


MI 4

Berat Badan Naik • Berikan pujian kepada ibu yang telah


membawa balita ke Posyandu.
• Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan
arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera
pada KMS secara sederhana.
• Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan
kondisi anak dan berikan nasihat tentang
pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya.
• Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya.

156 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Berat Badan Tidak Naik 1 kali • Berikan pujian kepada ibu yang telah
membawa balita ke Posyandu.
• Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan
arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera
pada KMS secara sederhana.
• Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada
keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan
kebiasaan makan anak.
• Berikan penjelasan tentang kemungkinan
penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
• Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran
pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya.
• Anjurkan untuk datang pada penimbangan
berikutnya.
Berat Badan Tidak Naik 2 kali • Berikan pujian kepada ibu yang telah
Berturut Turut atau Berada di membawa balita ke Posyandu dan anjurkan
Bawah Garis Merah untuk datang kembali bulan berikutnya.
• Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan
arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera
pada KMS secara sederhana.
• Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada
keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan
kebiasaan makan anak.
• Berikan penjelasan tentang kemungkinan
penyebab berat badan tidak naik tanpa
menyalahkan ibu.
• Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran
pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya.
• Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.

E. Pokok Bahasan 5: Deteksi dini pemantauan perkembangan dengan


menggunakan Buku KIA
MI 4
Tahun-tahun pertama kehidupan (periode sejak janin dalam kandungan sampai anak
berusia 2 tahun) merupakan periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pemantauan
Perkembangan dengan Menggunakan Buku KIA dapat dilakukan oleh kader,
keluarga dan masyarakat secara mandiri.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih


kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 157


Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan anggota gerak,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

Stimulasi Tumbuh Kembang Anak


Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, anggota keluarga lain dan
kelompok masyarakat. Kurang stimulasi menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang bahkan gangguan menetap.

Kegiatan stimulasi dan Pemeriksaan Perkembangan meliputi:


a. Gerak Kasar
b. Gerak Halus
c. Bicara Bahasa
d. Sosialisasi Kemandirian

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek perkembangan.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
MI 4

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Check List Perkembangan dapat dilihat di BUKU KIA

158 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


INFORMASI UTAMA

• Lakukan rangsangan/stimulasi setiap saat dalam situasi


menyenangkan.
• Jika pada checklist perkembangan, bayi belum bisa melakukan salah
satu hal di atas, bawa bayi ke dokter/bidan /perawat.
• Bawa anak usia 3 bulan – 2 tahun, setiap 3 bulan ke fasilitas
kesehatan untuk mendapat pelayanan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Kelainan Tumbuh Kembang (SDIDTK).
• Bawa anak usia 24 bulan – 72 bulan, setiap 6 bulan ke fasilitas
kesehatan untuk mendapat pelayanan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Kelainan Tumbuh Kembang (SDIDTK).

VI. REFERENSI

1. Standard Anthropometri, WHO, 2005.


2. Permenkes Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 tentang Penggunaaan Kartu Menuju
Sehat (KMS) bagi balita.
3. Modul Pemantauan Pertumbuhan, Kementerian Kesehatan, 2014.
4. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, 2018.

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 159


VII. LAMPIRAN

Lampiran : MI 4.1

Panduan Praktik
Melakukan Penimbangan Berat Badan (BB) dengan Menggunakan Dacin dan
Pengukuran Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB) Anak

Tujuan:
Peserta mampu melakukan penimbangan menggunakan dacin dan pengukuran panjang
badan/tinggi badan anak dengan benar.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.
2. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk memasang dacin, alat ukur panjang
badan (infantometer) dan tinggi badan dengan benar.
3. Pelatih mengecek kembali hasil pemasangan alat antropometri oleh peserta.
4. Pelatih meminta peserta untuk menyebutkan kembali langkah-langkah penimbangan,
yaitu:
• Menyapa ibu/pengasuh balita.
• Mengecek kembali pakaian yang dikenakan anak harus seminimal mungkin.
• Masukkan boneka kaki panjang kedalam sarung timbang.
• Membaca berat badan balita dengan melihat angka diujung bandul geser dan geser
bandul sampai jarum tegak lurus.
• Mencatat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.
• Mengembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/ celana/kotak
timbang.
• Mengucapkan terima kasih kepada ibu/pengasuh balita.
5. Pelatih memberi contoh menimbang BB dan mengukur PB/TB salah satu anak yang akan
ditimbang juga oleh peserta untuk menjadi standar hasil penimbangan.
6. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk melakukan praktik menimbang BB dan
mengukur PB/TB dengan satu anak yang telah ditentukan sesuai dengan langkah-
langkah penimbangan yang benar.

Alat bantu:
MI 4

1. 1 set dacin, sarung timbang, penyangga kaki tiga, plastik isi pasir/kerikil/beras dll
2. Papan ukur panjang badan (Infantometer) dan alas untuk kepala
3. Alat ukur tinggi badan (microtoise)
4. Boneka kaki panjang
5. Meja
6. Lakban hitam

Sasaran:
Anak yang akan diukur berumur:
1. Kurang 2 tahun sebanyak 2 orang (Jika bisa laki-laki dan perempuan)
2. Diatas 2 tahun sebanyak 2 orang (Jika bisa laki-laki dan perempuan)

160 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 4.2

Panduan Praktik
Pengisian KMS dengan Benar dan Penentuan Status Pertumbuhan dalam KMS
dan Tindak Lanjutnya

Tujuan:
Peserta mampu mengisi KMS dengan benar dan menentukan status pertumbuhan dalam
KMS dan tindak lanjutnya.

Petunjuk:
1. Pelatih meminta peserta untuk melihat bagian-bagian dalam KMS, yaitu: KMS sesuai
jenis kelamin, identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS, kolom bulan lahir
dan bulan penimbangan anak, titik berat badan dan garis pertumbuhan anak, status
pertumbuhan anak, catatan pemberian imunisasi bayi, catatan pemberian kapsul
vitamin A, kolom pemberian ASI Eksklusif.

2. Pelatih membagikan lembar kasus (ada 2 lembar kasus laki-laki dan perempuan) pada
setiap anggota kelompok dan meminta masing-masing anggota kelompok untuk
mengerjakan lembar kasus sesuai dengan instruksi.

3. Pelatih minta perwakilan salah satu peserta untuk menuliskan hasil pengerjaan kasus
pada poster KMS sesuai jenis kelamin.

4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lain


memberikan tanggapan.

5. Pelatih membahas hasil kerja peserta dan menyimpulkan.

Alat bantu:
1. Buku KIA/KMS sejumlah peserta
2. Poster KMS laki-laki 2 lembar dan perempuan 2 lembar MI 4
3. Plastik penutup poster KMS
4. Spidol
5. Penggaris ukuran 50 cm sebanyak 2 buah
6. Penggaris ukuran 30 cm sejumlah peserta

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 161


Lampiran MI 4.3

LEMBAR KASUS 1

Seorang anak laki-laki bernama Yusuf Abidin lahir pada tanggal 28 Mei 2017 dengan berat
badan 3,1 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Yusuf bernama Pak Zainudin dan Ibu
Salmah. Mereka tinggal di Kebon Kosong, Jakarta Pusat.
Yusuf dibawa pertama kali ke Posyandu Melati di dekat rumahnya pada tanggal 26 Juni
2017. Pada saat itu berat badan Yusuf diketahui 3,5 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbanganYusuf di Posyandu adalah sebagai berikut:

Tanggal BeratBadan Catatan Pemberian ASI


26 Juni 2017 3,5 kg Pilek Diberi pisang
27 Juli 2017 4,6 kg ASI
26 September 2017 4,7 kg Batuk Diberi bubur
27 Oktober 2017 5,5 kg Tidak mau makan -
27 November 2017 6 kg -
26 Desember 2017 6,1 kg Diare -

Instruksi:
1. Pilih KMS untuk Yusuf sesuai jenis kelaminnya.
2. Lakukan pengisian KMS dengan benar dan lengkap sesuai data yang diberikan.
3. Tentukan status pertumbuhan Yusuf pada kolom yang disediakan

Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan informasi utama Buku Materi Peserta.
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!

4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Yusuf dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Yusuf di
bulan Desember?
MI 4

162 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


LEMBAR KASUS 2

Seorang anak perempuan bernama Rahmi Amanda lahir pada tanggal 20 Juni 2017 dengan
berat badan 3 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Rahmi bernama Pak Paiman dan Ibu
Siti. Mereka tinggal di Metro, Lampung.
Rahmi dibawa pertama kali ke Posyandu Anggrek di dekat rumahnya pada tanggal 27 Juli
2017. Pada saat itu berat badan Rahmi diketahui 4,1 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbangan Rahmi di Posyandu adalah sebagai berikut:

Tanggal Berat Badan Catatan Pemberian ASI


27 Juli 2017 4,1 kg ASI
27 Agustus 2017 4,6 kg ASI
26 September 2017 4,7 kg Diare Diberi pisang
27 November 2017 4,5 kg Panas -
27 Desember 2017 4,6 kg -
26 Januari 2018 4,8 kg -

Instruksi:
1. Pilih KMS untuk Rahmi sesuai jenis kelaminnya.
2. Lakukan pengisian KMS dengan benar dan lengkap sesuai data yang diberikan
3. Tentukan status pertumbuhan Rahmi pada kolom yang disediakan

Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan Informasi Utama Buku Materi Peserta
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!

4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Rahmi dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Rahmi di
bulanJanuari?

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 163


Lampiran MI 4.4
JAWABAN SOAL KASUS 1
MI 4

164 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Yusuf dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September:

 Memberi pujian kepada ibu yang telah membawa Yusuf ke Posyandu


 Memberikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana
 Memberikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan di bawah garis
merah (BGM) tanpa menyalahkan ibu.
 Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui kembali tanpa perlu memberi
makanan/minuman lainnya karena hal tersebut dapat membantu Yusuf supaya lekas
sembuh dan naik berat badannya
 Menganjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya
 Merujuk Yusuf ke pelayanan kesehatan, (misalnya Puskesmas/Pustu/Polindes
mendapat pemeriksaan lebih lanjut dan perawatan yang diperlukan terutama sakit
diare)

Yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Yusuf di bulan
Desember :

 Memberi pujian kepada ibu yang telah membawa Yusuf ke Posyandu


 Memberikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana
 Memberikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik
tanpa menyalahkan ibu.
 Menganjurkan kepada ibu untuk tentang pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya dan kondisi Yusuf yang sedang sakit karena hal tersebut dapat membantu
Yusuf supaya lekas sembuh dan naik berat badannya
 Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan praktik perilaku hidup bersih dan sehat,
seperti cuci tangan pakai sabun dan kebersihan makanan supaya bisa mencegah
diare
 Menganjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya
 Merujuk Yusuf ke pelayanan kesehatan

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 165


JAWABAN SOAL KASUS 2
MI 4

166 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Rahmi dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September:

 Memberi pujian kepada ibu yang telah membawa Rahmi ke Posyandu


 Memberikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana
 Memberikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik dan
diare tanpa menyalahkan ibu.
 Menganjurkan kepada ibu untuk untuk menyusui kembali karena hal tersebut dapat
membantu Rahmi supaya lekas sembuh dan naik berat badannya
 Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan praktik perilaku hidup bersih dan sehat,
seperti cuci tangan pakai sabun supaya bisa mencegah diare
 Menganjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya
 Merujuk Rahmi ke pelayanan kesehatan (misalnya : Puskesmas/Pustu/Polindes
terkait dengan sakit diare dan kondisi 2 kali berturut-turut tidak naik BB)

Yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Rahmi di bulan
Januari:

 Memberi pujian kepada ibu yang telah membawa Rahmi ke Posyandu


 Memberikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya
yang tertera pada KMS secara sederhana
 Memberikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan di bawah garis
merah (BGM) dan tidak naik berat badan tanpa menyalahkan ibu.
 Menganjurkan kepada ibu untuk tentang pemberian makan anak sesuai golongan
umurnya karena hal tersebut dapat membantu Rahmi naik berat badannya
 Menganjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya
 Merujuk Rahmi ke pelayanan kesehatan (misalnya : Puskesmas/Pustu/Polindes
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan perawatan yang diperlukan terutama
kondisi 2 kali berturut turut BB tidak naik dan BGM)

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 167


Lampiran : MI 4.5

Panduan Praktik (Latihan Kasus)


Pengisian Checklist Perkembangan dalam Buku KIA

Tujuan:
Peserta mampu mengisi checklist perkembangan dalam Buku KIA dan tindaklanjutnya.

Petunjuk:
1. Pelatih membagikan Buku KIA.
2. Pelatih menampilkan latihan kasus.
3. Pelatih minta perwakilan peserta untuk menampilkan hasil berdasarkan latihan kasus.
4. Pelatih membahas hasil kerja peserta dan menyimpulkan.

LATIHAN KASUS

Kasus 1
Ibu Maya datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Rio umur 13
bulan.
Saat ini Rio sudah bisa berdiri dan berjalan dengan berpegangan, memegang benda kecil,
mengucapkan mama, mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
serta menunjuk yang diinginkan tanpa menangis.

a. Status perkembangan anak saat ini ?


b. Apa tindak lanjutnya ?

Kasus 2
Ibu Ida datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Sari umur 40
bulan.
Saat ini Sari sudah mampu berdiri, mengayuh sepeda roda tiga, bicara dengan baik
menggunakan 2 kata, mengenal warna, menyebut nama, umur dan tempat, bermain
dengan teman, sudah mampu memakai dan melepas pakaiannya sendiri, namun belum
bisa menggambar garis lurus.
MI 4

a. Status perkembangan anak saat ini ?


b. Apa tindak lanjutnya ?

168 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 4.6

JAWABAN SOAL KASUS 1

a. Status perkembangan normal, karena sudah memenuhi ceklist deteksi perkembangan


umur 12 bulan (lihat buku KIA di halaman 58)
b. - Memuji orang tua karena perkembangan anaknya sesuai dengan usianya.
- Memberikan konseling agar orang tua dan keluarga rutin memberikan stimulasi yang
bervariasi sesuai usia anak.

JAWABAN SOAL KASUS 2

a. Sari dalam ceklist deteksi perkembangan umur 3 tahun, ada 1 hal yang belum mampu
dilakukan, diduga ada gangguan perkembangan (Buku KIA halaman 61)
b. Kader merujuk anak ke tenaga kesehatan.
- Memberikan konseling dan Memotivasi agar anak terus diberikan stimulasi sesuai usia
anak (mengacu pada Buku KIA).

MI 4

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 169


MI 4

170 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 5 (MI 5)

GIZI DAN KESEHATAN IBU

I. DESKRIPSI SINGKAT

Status gizi ibu mempengaruhi kesehatan anak sejak janin dalam kandungan sampai
dewasa. Gizi yang baik untuk seorang ibu adalah kunci kelangsungan hidup seorang
anak dan akan mempengaruhi pertumbuhannya. Intervensi/program/ kegiatan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup anak harus dimulai sebelum seorang ibu menjadi
hamil. Ibu yang hamil di usia remaja, asupan gizinya akan berkompetisi dengan bayi
yang dikandungnya karena dia sendiri juga masih memerlukan asupan untuk
pertumbuhannya. Apabila ini terjadi akan meningkatkan risiko melahirkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), dan jika bayinya perempuan akan menambah risiko anak
tersebut nantinya akan mengalami kesulitan melahirkan kecuali apabila rantai/siklus
kurang gizinya dapat diputus.

Data dari The Nutritional Institute of Central America and Panama menyarankan 6 bulan
ASI Eksklusif yang dilanjutkan dengan pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI
(MP ASI) selama 18 bulan dan setidaknya 6 bulan untuk masa pemulihan agar anak
dapat tumbuh optimal sehingga jarak persalinan yang dianjurkan minimal 39 bulan.

Materi ini akan menjelaskan tentang siklus/rantai terjadinya kurang gizi, dan tindakan
yang dapat memutus siklus/rantai kurang gizi serta waktu yang direkomendasikan untuk
memberikan jarak persalinan dan kriteria untuk Lactation Amenorrhea Method (LAM).

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi dan kesehatan ibu.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan siklus/rantai terjadinya kurang gizi pada bayi, anak, remaja,
perempuan dewasa, ibu hamil dan ibu menyusui.
2. Menjelaskan tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat
memutus siklus/rantai kurang gizi.
3. Menjelaskan waktu yang direkomendasikan untuk memberikan jarak persalinan
dan kriteria untuk Lactation Amenorrhea Method (LAM).

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


MI 5

A. Rantai/Siklus terjadinya kurang gizi pada bayi, anak, remaja, perempuan dewasa,
ibu hamil dan ibu menyusui.
B. Tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat memutus
rantai/siklus kurang gizi.
C. Waktu yang direkomendasikan untuk memberikan jarak persalinan dan kriteria untuk
Metode Amenore Laktasi (MAL) /Lactation Amenorrhea Method (LAM).

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 171


IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di flipchart) dan pokok bahasan
pembelajaran tentang Gizi dan Kesehatan Ibu.

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Rantai/siklus terjadinya kurang gizi pada bayi,
anak, remaja, perempuan dewasa, ibu hamil dan ibu menyusui
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menempelkan metaplan yang bertuliskan kehamilan usia remaja pada
flipchart gambar 5 lingkaran yang sudah disiapkan dengan tanda panah putus-
putus yang menghubungkan kelima lingkaran tersebut dan dengan judul
Rantai/Siklus Terjadinya Kurang Gizi.
2. Pelatih menanyakan kepada peserta akibat kehamilan pada usia remaja.
3. Pelatih menempelkan metaplan yang bertuliskan bayi kurang gizi, anak kurang
gizi, remaja kurang gizi, perempuan dewasa kurang gizi, ibu hamil kurang gizi
dan ibu menyusui kurang gizi pada setiap lingkaran sesuai hasil diskusi
4. Pelatih menyatakan bahwa diagram tersebut menggambarkan rantai/siklus
terjadinya kurang gizi dan meminta peserta untuk mengulang kembali
siklus/rantai terjadinya kurang gizi.
5. Pelatih menanyakan kepada peserta apa konsekuensi dari kurang gizi pada
perempuan.
6. Pelatih menanyakan kepada peserta apa saja gangguan gizi selama kehamilan.
7. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dampak kurang gizi pada
perempuan dan merangkumnya.

C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan
yang dapat memutus rantai kurang gizi
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memimpin diskusi kelompok sesuai lembar kerja diskusi (lampiran
MI 5.1).
2. Pelatih menanyakan kepada peserta: apakah ibu yang kurang gizi dapat
menyusui bayinya? Pelatih membahas bersama peserta dan menyimpulkannya.
3. Pelatih menanyakan dan membahas bersama peserta: Apa saja faktor yang
mempengaruhi status gizi pada remaja dan ibu?
4. Pelatih meminta peserta untuk mengamati KK 1 (Kartu Konseling): Gizi untuk
ibu hamil dan menyusui dan Brosur: Gizi pada saat kehamilan dan
MI 5

menyusui untuk mendiskusikan dari kartu konseling yang dimaksud.


5. Pelatih meminta peserta melihat Booklet Pesan Utama.
6. Pelatih meminta peserta membuat rangkuman.

D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Waktu yang direkomendasikan untuk
memberikan jarak persalinan dan kriteria untuk Lactation Amenorrhea Method
(LAM)
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu curah pendapat peserta mengenai waktu yang
direkomendasikan untuk memberikan jarak persalinan. Setelah mendengarkan

172 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


jawaban peserta, Pelatih menggunakan garis waktu yang menggambarkan
rekomendasi untuk menuliskan jawaban peserta di flipchart.
2. Pelatih bersama dengan peserta menyimpulkan bahwa jarak persalinan
setidaknya adalah 39 bulan.
3. Pelatih bertanya kepada peserta mengenai arti Lactation Amenorrhea Method
(LAM) atau Metode Amenore Laktasi (MAL) dan kriteria LAM.
4. Pelatih menerima semua masukan, mengoreksi kesalahan dan/atau mengisi
bagian yang belum terjawab dengan membuka flipchart yang bertuliskan arti dan
kriteria LAM (MAL).
5. Pelatih menjelaskan LAM dan kriterianya dan apa yang harus dilakukan apabila
kriteria tersebut tidak berhasil dilakukan.
6. Pelatih menunjukkan pesan utama pada Booklet Pesan Utama.
7. Pelatih meminta peserta melihat dan membahas KK 20: Keluarga Berencana
yang optimal dapat meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu
dan anak dan booklet pesan utama.
8. Pelatih meminta peserta mengulang kembali waktu yang direkomendasikan
untuk memberikan jarak persalinan dan kriteria LAM untuk dan merangkumnya.

E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah
dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

V. URAIAN MATERI

A. Pokok bahasan 1: Rantai/siklus terjadinya kurang gizi pada bayi, anak, remaja,
perempuan dewasa, serta ibu hamil dan ibu menyusui

Anak
kurang gizi

Remaja
Bayi kurang Kehamilan usia remaja kurang Gizi
gizi
MI 5

Ibu Hamil dan


ibu menyusui Perempuan
Kurang gizi dewasa
kurang gizi

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 173


Konsekuensi kurang gizi pada perempuan:
• Meningkatnya infeksi karena lemahnya sistem kekebalan tubuh
• Kelelahan mengakibatnya menurunnya produktivitas
• Kesulitan melahirkan karena kecilnya susunan tulang panggul
• Meningkatnya risiko terjadinya komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian
pada saat persalinan
• Meningkatnya risiko kematian bila terjadi pendarahan pada saat atau setelah
melahirkan
• Meningkatnya risiko melahirkan bayi BBLR, bila bayinya adalah perempuan,
akan menambah risiko anak tersebut nantinya akan mengalami kesulitan
melahirkan kecuali rantai kurang gizinya dapat diputus
• Ibu KEK sebelum dan selama kehamilan; pendek risiko kematian ibu meningkat,
terkait dengan 50 persen Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Beberapa remaja putri yang hamil pada usia belia dimana masih dalam usia
pertumbuhan:
• Faktor faktor yang mempengaruhi pada remaja dan ibu:
- Asupan gizi: kepercayaan dan budaya, keinginan
- Jarak persalinan
- Beban kerja
- Olahraga
- Body image
- Alkohol, rokok dan kafein
• Ibu yang hamil di usia remaja asupan gizinya akan berkompetisi dengan bayi
yang dikandungnya.
• Bila ibu remaja ini tidak tumbuh secara optimum, dia mengalami risiko kesulitan
dalam persalinan bila tulang panggulnya kecil.

Konsekuensi dari kurang gizi pada ibu:


Ibu KEK sebelum dan • Risiko kematian ibu meningkat
selama kehamilan; • Terkait dengan 50 persen Bayi berat badan lahir
pendek rendah (BBLR)
Keterbatasan • Menyebabkan 20 persen stunting pada anak
pertumbuhan janin • Penyebab dasar 12 persen kematian balita
Lahir terlalu kecil • Kompromi/penyesuaian perkembangan mental/
motorik
• Peningkatan obesitas, hipertensi, penyakit jantung dan
diabetes melitus saat dewasa

Gangguan gizi pada kehamilan:


1. Mual dan muntah
MI 5

Rasa mual kadang-kadang disertai muntah biasa disebut gangguan pada pagi hari
(morning sickness), meskipun tidak selalu terjadi pada pagi hari.

Untuk mencegah dehidrasi, ibu dianjurkan banyak minum kaldu, sari buah dan
cairan elektrolit. Apabila terjadi dehidrasi pada muntah berlebihan (hiperemesis)
segera rujuk ke puskesmas/rumah sakit.

Cara mengatasi mual:


✓ Makanlah buah-buahan yang segar dan tidak merangsang
✓ Pemberian makan porsi kecil tapi sering akan membantu mengatasi rasa mual,
karena perut kosong akan memperberat keadaan ibu
✓ Makanlah biskuit kering sebelum beranjak dari tempat tidur saat bangun pagi

174 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


✓ Makanan selingan sebelum tidur malam dapat membantu mengatasi gangguan
pada pagi hari
✓ Makan sup sayuran hangat

2. Rasa kepenuhan
✓ Cegah pemberian makanan/minuman yang mengandung kafein, makanan
terlalu banyak bumbu dan berlemak serta menimbulkan gas
✓ Jangan tidur dengan posisi rata, angkat kepala lebih tinggi, topang dengan
bantal

3. Konstipasi/sembelit
✓ Banyak minum dan makan makanan tinggi serat (sayuran, buah)
✓ Senam hamil
✓ Minum sari buah lebih banyak kalau 3-4 hari konstipasi masih berlangsung
terus

4. Anemia
Disebabkan kurangnya zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Gejalanya
adalah kadar haemoglobin (Hb) darah kurang dari 11 gram persen, pucat, pusing,
lemas dan penglihatan berkunang-kunang. Untuk mencegah anemia selain makan
makanan yang mengandung zat besi dan asam folat ibu perlu mengonsumsi tabet
tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan sampai 42 hari setelah
melahirkan. Jika ibu merasa mual, minumlah tablet tambah darah sebelum tidur,
sehingga rasa mual tidak dirasakan oleh ibu.

5. Pre-eklamsia (Toksemia)
Gejala hipertensi dan udema, makanan ibu harus rendah garam artinya waktu
masak jangan ditambah garam dapur pada lauk-pauknya. Garam boleh diberikan
sedikit demi sedikit mulai ¼ - ½ sendok teh apabila udema dan hipertensi membaik.
Toksemia berat disertai kejang dan koma (eklamsia) segera rujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit.

6. Diabetes Mellitus (DM)


Pada kehamilan trimester kedua (minggu 14-26) ibu hamil yang menderita DM tetap
diberi ekstra makanan terutama sayuran, buah dan susu disamping diit diabetes
yang dijalankan sebelum hamil.

7. Pika dan ngidam


Pika adalah gejala pada ibu hamil yang ngidam berat ingin mengonsumsi bahan
seperti tanah liat, tanah dan lainnya yang dapat membahayakan kehamilan ibu. Ibu
perlu menghentikan hal tersebut dan sebagai gantinya makan makanan bergizi
seperti tempe, tahu, sayur, buah atau lainnya.
MI 5

Akibat kekurangan zat gizi mikro :

Zat Gizi Akibat kekurangan zat gizi mikro


Seng Ketuban pecah dini, partus lama, kelahiran kurang bulan, Bayi Berat
(zinc) Badan Lahir Rendah (BBLR), kematian ibu dan bayi

Asam folat Anemia pada ibu, pembentukan saluran saraf tidak sempurna, dan
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

B6 dan B12 Anemia pada ibu, gangguan perkembangan otak bayi dan gangguan
saraf pada bayi

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 175


B. Pokok bahasan 2: Tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan untuk
memutus siklus kurang gizi

Lihat Lampiran MI 5.1 Panduan Diskusi Kelompok tentang Tindakan/kegiatan


perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat memutus rantai kurang gizi saat bayi,
anak, remaja, perempuan dewasa dan ibu hamil, dan ibu menyusui

1. Bagaimana kita memotong siklus sehingga bayi kurang gizi dapat menjadi
anak dengan gizi baik?

Mencegah gagal tumbuh dengan:


• Mendorong pengenalan awal tentang pemberian ASI.
• Pemberian ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan.
• Mendorong diperkenalkannya MP ASI saat usia 6 bulan dengan lanjutan
pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
• Memberikan berbagai macam jenis makanan dalam setiap penyajian.
Misalnya:
- Makanan yang berasal dari hewan: daging, seperti ayam, ikan, hati, telur
dan susu, dan produk susu, mendapat 1 bintang (*)
Catatan: makanan dari hewan bisa dimulai saat anak berusia 6 bulan.
- Makanan pokok: biji-bijian seperti jagung, nasi, dan umbi- umbian seperti
singkong, kentang, mendapat 1 bintang (*)
- Kacang-kacangan, seperti kedelai, kacang polong, kacang tanah dan
bijian seperti biji wijen mendapat 1 bintang (*)
- Buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin A seperti mangga, pepaya,
markisa, jeruk, dedaunan hijau, ubi jalar, dan labu, dan buah-buah lain
dan sayuran seperti pisang, nenas, semangka, tomat, alpukat, terung dan
kol, mendapat 1 bintang (*)
Catatan: Bayi perlu mengonsumsi empat jenis makanan (makanan 4
bintang ****) dalam setiap penyajian makanan
• Minyak dan lemak seperti minyak goreng, margarin dan mentega
ditambahkan ke sayuran dan makanan lain akan meningkatkan serapan
beberapa vitamin dan memberikan energi ekstra. Bayi hanya membutuhkan
sedikit minyak (tidak lebih dari setengah sendok teh per hari). (usulan di file
rincian)
• Gunakan garam beriodium
• Memberikan makanan lebih sering untuk anak yang sakit, selama 2 minggu
setelah sembuh

Tindakan yang ‘bukan pemberian makanan’ lainnya:


• Kebersihan yang baik
• Melakukan penimbangan di Posyandu
MI 5

• Imunisasi Dasar Lengkap


• Menggunakan kelambu nyamuk
• Memberikan obat cacing
• Pencegahan dan pengobatan infeksi
• Pemberian kapsul vitamin A 2 kali dalam setahun

Catatan Imunisasi:
• Hepatitis B, untuk mencegah kerusakan hati; diberikan segera setelah bayi
lahir (0-7 hari- HB0), 1 bulan (HB 1), 2 bulan (HB 2), 3 bulan (HB 3.
• BCG, untuk mencegah TB/tuberkulosis (sakit paru-paru); diberikan saat bayi
berusia 1 bulan.
• Polio, untuk mencegah polio (lumpuh layu pada tungkai kaki dan lengan);

176 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


diberikan saat bayi berusia 1 bulan (Polio 1), 2 bulan (Polio 2), 3 bulan (Polio
3), dan 4 bulan (Polio 4).
• DPT, untuk mencegah terjadinya penyakit Difteri (penyumbatan jalan napas),
batuk rejan (batuk 100 hari) dan tetanus; diberikan saat bayi berusia 2 bulan
(DPT 1), 3 bulan (DPT 2), 4 bulan (DPT 3).
• Campak, untuk mencegah terjadinya penyakit campak (radang paru, radang
otak dan kebutaan); diberikan saat bayi berusia 9 bulan.

2. Bagaimana kita memutus siklus sehingga anak kurang gizi dapat menjadi
remaja dengan gizi baik

Melakukan promosi pertumbuhan melalui:


• Menambah asupan makanan.
• Mendorong konsumsi berbagai makanan lokal seperti yang digambarkan di
atas.
• Tunda kehamilan pertama sampai pertumbuhannya lengkap (20-24 tahun).
• Mencegah dan segera mengobati penyakit infeksi.
• Mendorong orang tua untuk memberikan akses pendidikan yang sama bagi
anak laki-laki dan perempuan-gejala kurang gizi akan berkurang bila anak-
anak mendapatkan pendidikan.
• Berikan dorongan pada orang tua untuk menunda menikahkan anak
perempuan; di beberapa tempat, lebih bisa diterima secara politis untuk
mengatakan ’tunda kehamilan‘ daripada ’tunda perkawinan‘.
• Menghindari makanan pabrikan/cepat saji.
• Menghindari minum kopi waktu makan.
• Mendorong diterapkannya praktik kebersihan yang baik.
• Mendorong digunakannya kelambu.

3. Bagaimana kita memutus siklus sehingga remaja kurang gizi dapat menjadi
perempuan dewasa dengan gizi baik?

a. Tingkatkan gizi dan kesehatan perempuan dengan:


• Mendorong untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan lokal yang ada.
• Mencegah dan segera berobat bila menderita berbagai penyakit infeksi.
• Mendorong dilakukannya praktik-praktik kebersihan yang baik.
• Menghindari konsumsi kopi dan teh saat makan dan diantara waktu
makan agar tidak menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh.
• Menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan.
b. Melakukan aktivitas fisik secara teratur.
c. Menghindari seks bebas.
d. Dorong partisipasi kaum laki-laki sehingga mereka:
MI 5

• Dorong anak perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan akses


pendidikan yang sama.
• Memastikan semua anggota keluarga menggunakan kelambu.

4. Bagaimana kita memutus siklus sehingga perempuan dewasa kurang gizi


dapat menjadi ibu hamil dan ibu menyusui dengan gizi baik?

a. Tingkatkan gizi dan kesehatan perempuan dengan:


• Mendorong untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan lokal yang ada.
• Mencegah dan segera berobat pengobatan bila menderita berbagai
penyakit infeksi.
• Mendorong dilakukannya praktik kebersihan yang baik.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 177


• Menghindari konsumsi kopi dan teh saat makan.
• Menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan.
• Batasi konsumsi gula dan garam.
b. Mendorong keluarga berencana dengan:
• Mengunjungi fasilitas kesehatan untuk membicarakan metode KB yang
mana yang ada dan yang paling cocok untuk setiap individu.
(Menggunakan metode KB adalah penting agar bisa menjarangkan
kelahiran anak).
• Menunda kehamilan pertama sampai usia 20 tahun atau lebih.
• Mendorong pasangan untuk menggunakan metode KB yang tepat.
c. Melakukan aktivitas fisik yang baik, benar, teratur, dan terukur
d. Memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal
e. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat
f. Dorong partisipasi kaum laki-laki sehingga mereka:
• Mendorong KB untuk remaja yang sudah menikah.
• Memastikan semua anggota keluarga menggunakan kelambu.

5. Bagaimana memutus siklus ibu hamil dan ibu menyusui kurang gizi dapat
memiliki bayi sehat?

a. Memperbaiki gizi dan kesehatan saat kehamilan melalui:


• Meningkatkan asupan makanan ibu hamil; menambah satu porsi makan
atau snack (makanan selingan antara dua waktu makan) setiap hari; saat
menyusui menambah dua ekstra porsi makan atau snack setiap harinya
• Dorong konsumsi berbagai jenis makanan lokal yang ada. Seluruh
makanan adalah aman untuk dimakan selama kehamilan dan sewaktu
menyusui.
• Memberikan suplemen berupa tablet tambah darah (TTD) yang berisi zat
besi dan asam folat (atas suplemen yang direkomendasikan lainnya untuk
ibu hamil) kepada ibu segera setelah sang ibu tahu ia hamil dan lanjutkan
sampai paling kurang 3 bulan setelah melahirkan (minimal 90 tablet TTD
program).
• Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur paling sedikit 4
(empat) kali selama kehamilan.
• Ibu hamil mendapatkan pelayanan 10 T: mengukur tinggi badan (sekali
saja), rutin memeriksa berat badan, mengukur tekanan darah, LiLA dan
pengukuran tinggi rahim, penentuan letak janin dan perhitungan denyut
jantung janin, imunisasi Tetanus Toksoid, memastikan ibu mendapatkan
TTD serta informasi penunjang seperti tes laboratorium, konseling dan
tatalaksana pengobatan jika ibu memiliki masalah kesehatan
• Ibu hamil setiap hari sebaiknya makan makanan bergizi seimbang,
MI 5

istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri, melakukan aktifitas fisik


serta melakukan persiapan persalinan (lihat buku KIA).
• Ibu hamil perlu mengetahui tanda awal kehamilan sedini mungkin supaya
selama hamil dapat menjaga kesehatan dan gizinya.
• Ibu hamil perlu mengetahui tanda bahaya pada kehamilan seperti ibu
tidak mau makan/mual muntah (emesis), BB tidak naik, perdarahan,
bengkak, kejang, gerak janin tidak ada, ketuban pecah dini, demam tinggi.
• Memberikan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) kepada ibu nifas,
segera setelah persalinan sebanyak 2 kali yaitu:
▪ 1 kapsul vitamin A diminum segera setelah persalinan, dan
▪ 1 kapsul vitamin A kedua diminum 24 jam setelah pemberian kapsul
vitamin A pertama.

178 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Catatan:
Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A,
maka kapsul vitamin A dapat diberikan:
▪ Pada kunjungan ibu nifas atau
▪ Pada KN 1 (6-48jam) atau saat pemberian imunisasi hepatitis B (HB0)
▪ Pada KN 2 (bayi berumur 3-7 hari) atau
▪ Pada KN 3 (bayi berumur 8-28 hari)
• Mencegah dan mencari pengobatan infeksi:
▪ Menyelesaikan imunisasi anti-tetanus (TT) untuk ibu hamil (5
kali dalam kurun waktu kehidupannya)
▪ Tanyakan kepada ibu hamil apakah pernah mendapatkan:
- DPT 3x pada saat bayi (T2)
- DT (Dipteri/Tetanus) 1x pada saat kelas 1 SD (T3)
- TT/Td 1x pada saat kelas 2 SD (T4)
- TT/Td 1x pada saat kelas 3 SD (T5)
Bila Ibu menjawab ”ya”/pernah mendapatkan seluruh imunisasi
tersebut di atas, Ibu tidak perlu mendapatkan imunisasi TT
▪ Apabila Ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT sama sekali,
maka pemberian adalah sebagai berikut:
- TT 1-saat hamil/pertama kali mendapat imunisasi TT
- TT 2-selang waktu minimum 4 minggu setelah TT1
- TT3-selang waktu minimum 6 bulan setelah TT2
- TT4-selang waktu minimum 1 tahun setelah TT3
- TT5-selang waktu minimum 1 tahun setelah TT4
- Apabila Ibu sudah pernah mendapatkan imunisasi TT, tapi belum
mencapai 5 kali, berikan sesuai urutan hingga mendapatkan 5 kali
imunisasi TT selama kehidupannya.
• Menggunakan kelambu.
• Memberikan obat cacing dan memberikan obat anti-malaria kepada ibu
hamil antara bulan ke-4 dan ke-6 kehamilan.
• Pencegahan dan pendidikan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
penularan HIV.
• Mendorong dilakukannya praktik-praktik kebersihan yang baik.
• Menghindari rokok, paparan terhadap rokok dan alkohol.

• Akibat kekurangan zat gizi mikro


Zat Gizi Akibat kekurangan zat gizi mikro
Seng Ketuban pecah dini, partus lama, kelahiran kurang bulan, Bayi Berat
(zinc) Badan Lahir Rendah (BBLR), kematian ibu dan bayi
Asam Anemia pada ibu, pembentukan saluran (tabung) saraf tidak
folat sempurna, serta Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
MI 5

B6 dan Anemia pada ibu, gangguan perkembangan otak bayi, gangguan saraf
B12 pada bayi

b. Kurangi pengeluaran energi dengan:


• Menunda kehamilan pertama sampai mencapai usia 20 tahun atau lebih.
• Mendorong keluarga untuk membantu tugas-tugas perempuan,
terutama saat ia hamil tua.
• Lebih banyak beristirahat, terutama saat hamil tua.
• Mengurangi kerja berat, lakukan aktivitas fisik yang aman saja seperti
jalan santai dan pekerjaan ringan.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 179


c. Mendorong partisipasi kaum laki-laki sehingga mereka:
• Menemani istri mereka ke tempat pemeriksaan kehamilan dan
mengingatkan mereka untuk meminum tabel zat besi mereka.
• Memberikan makanan ekstra untuk istri mereka selama kehamilan dan
menyusui.
• Membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk mengurangi
beban kerja istri.
• Berikan dorongan pada istri untuk melahirkan di fasilitas kesehatan.
• Siapkan transportasi yang aman ke fasilitas kesehatan untuk melahirkan.
• Berikan dorongan kepada istri untuk segera melakukan inisiasi menyusu
dini.
• Berikan dorongan kepada istri untuk dapat melakukan inisiasi menyusu
dini (IMD) sehingga ibu dapat memberikan kolostrum (ASI pertama
berwarna kekuning-kuningan) kepada bayi segera setelah ia lahir.
• Memastikan semua anggota keluarga menggunakan kelambu.

C. Pokok bahasan 3: Waktu yang direkomendasikan untuk memberikan jarak


persalinan dan kriteria untuk Lactation Amenorrhea Method (LAM)

Setidaknya jarak persalinan adalah 39 bulan (lebih dari 3 tahun)

ASI Eks ASI+MP ASI Pemulihan Kehamilan


(6 bulan) (18 bulan) >6 bulan 9 bulan

39 bulan

Catatan:
Data dari The Nutritional Institute of Central America and Panama menyarankan 6
bulan ASI eksklusif yang dilanjutkan dengan pemberian ASI setidaknya selama 18
bulan dengan tambahan makanan, dan setidaknya 6 bulan tidak menyusui atau
hamil untuk anak tumbuh optimum. Dengan demikian jarak persalinan selama 39
bulan.

LAM (MAL)
Menyusui sangat penting untuk kelangsungan hidup seorang anak. Ada banyak
manfaat untuk anak dan ibunya, termasuk untuk KB
L = Lactation
A = Amenorrhoea
M= Method
MI 5

LAM akan efektif (>98%) apabila 3 kriteria di bawah ini terpenuhi:


1. Amenorhoea (tidak menstruasi)-tidak mens setelah 8 minggu paska melahirkan.
2. Menyusui secara eksklusif-tidak lebih dari 4 jam antara waktu menyusui dan
hanya satu kali dalam satu hari tidak lebih dari 6 jam (dalam kurun 24 jam) di
antara waktu menyusui.
3. Usia bayi kurang dari 6 bulan.

Catatan: ketika ibu tidak lagi memenuhi satu kriteria di atas pada enam bulan
pertama, ibu tersebut harus segera mencari metode KB untuk mencegah kehamilan.

180 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


KB Pasca persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat kontrasepsi
langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu/42 hari sesudah melahirkan. Prinsip
pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan tidak mengganggu produksi ASI.
Mengapa perlu ikut ber KB?
a. Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat (minimal 2
tahun setelah melahirkan).
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita.
d. Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak dan
keluarga.

Metode kontrasepsi jangka panjang:


a. Metode Operasi Wanita (MOW), metode Operasi Pria (MOP).
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/spiral, jangka waktu penggunaan bisa
sampai 10 tahun.
c. Implan (alat kontrasepsi bawah kulit), jangka waktu penggunaan 3 tahun.

Metode kontrasepsi jangka pendek:


a. Suntik, terdapat 2 jenis suntikan yaitu suntikan 1 bulan dan suntikan 3 bulan.
Untuk ibu menyusui, tidak disarankan menggunakan suntikan 1 bulan, karena
akan mengganggu produksi ASI.
b. Pil KB.
c. Kondom
Jelaskan mana alat kontrasepsi yang aman buat ibu menyusui

VI. REFERENSI

1. Panduan Pelatih, Tahun 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Tahun 2003, World Health
Orgaization, Geneva.
3. SK Menkes No.450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Bagi Bayi
di Indonesia, Jakarta.
4. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif,
Jakarta.
5. Standard Anthropometri, Tahun 2005, World Health Organization, Geneva.
6. Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) Kementerian Kesehatan Tahun 2016
7. Pedoman Managemen Pelayanan Keluarga Berencana 2015, Kementerian
Kesehatan RI
MI 5

8. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan


2012, Kementerian Kesehatan.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 181


VII. LAMPIRAN

Lampiran : MI 5.1.

Panduan Diskusi Kelompok


Tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat memutus rantai kurang
gizi saat bayi, anak, remaja, perempuan dewasa dan ibu hamil, dan ibu menyusui

Tujuan:
Peserta mampu memahami tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat
memutus rantai kurang gizi saat bayi, anak, remaja, perempuan dewasa, ibu hamil dan ibu
menyusui.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk fokus pada satu lingkaran dari siklus
terjadinya kurang gizi. Pelatih meminta mereka mendiskusikan rekomendasi yang dapat
memutus rantai tersebut (dari kurang gizi menjadi berstatus gizi baik) dan
menuliskannya pada flipchart. Pembagian topik diskusi:
a. Bagaimana kita memutus siklus sehingga bayi kurang gizi dapat menjadi anak
dengan status gizi baik,
b. Bagaimana kita memutus siklus sehingga anak kurang gizi dapat menjadi remaja
dengan status gizi baik,
c. Bagaimana kita memutus siklus sehingga remaja kurang gizi dapat menjadi
perempuan dewasa berstatus gizi baik,
d. Bagaimana kita memutus siklus perempuan dewasa kurang gizi dapat menjadi ibu
hamil dan ibu menyusi berstatus gizi baik, dan
e. Bagaimana kita memutus siklus sehingga ibu hamil dan ibu menyusui kurang gizi
dapat memiliki bayi sehat.
3. Pelatih memimpin diskusi hasil kerja kelompok.
4. Pelatih meminta perwakilan kelompok untuk menempatkan gambar sesuai lingkaran
yang ada; a. bayi dengan status gizi baik, b. anak dengan status gizi baik, c. remaja
dengan status gizi baik dan d. perempuan dewasa dan ibu hamil serta ibu menyusui
dengan status gizi baik. Setiap kali selesai membahas hasil kerja kelompok.
5. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Peserta Tindakan/kegiatan perbaikan
gizi dan kesehatan yang dapat memutus rantai kurang gizi.
6. Pelatih mengingatkan peserta untuk membaca buku KIA dan menggunakannya ketika
melakukan konseling dengan ibu/pengasuh.
7. Pelatih dan peserta merangkum hasil diskusi.

Alat bantu:
1. Flipchart
MI 5

2. Spidol
3. Selotip kertas
4. Gambar bayi dengan status gizi baik, anak dengan status gizi baik, remaja dengan
status gizi baik, perempuan dewasa, dan ibu hamil serta ibu menyusui dengan status
gizi baik
5. Buku KIA

182 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 6 (MI 6)

RUJUKAN ANAK SAKIT KE FASILITAS KESEHATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan


pelimpahan wewenang dan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu dan anak kepada unit yang lebih
mampu, atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya
seperti rujukan ke puskesmas dan ke RS agar kesehatan mereka menjadi lebih optimal.

Kondisi anak yang dirujuk dalam keadaan sakit seringkali berada pada kondisi menolak
menyusu atau tidak ingin makan, padahal anak memerlukan kalori tinggi untuk
kekebalan tubuhnya agar dapat kembali pulih sehingga membutuhkan asupan nutrisi
optimal dengan gizi seimbang yang berasal dari makanan yang dimakan anak. Jika
tidak tercapai maka berisiko mengalami penurunan status kesehatan, kecacatan
bahkan kematian.

Materi ini akan menjelaskan tentang hubungan penyakit dan pemberian makanan, juga
bagaimana praktik pemberian makan anak yang sakit, dan setelah sembuh serta
mengenali tanda-tanda kapan merujuk anak sakit ke fasilitas kesehatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kapan merujuk anak sakit
ke fasilitas kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Menjelaskan hubungan sakit dan pemberian makan.
2. Menjelaskan praktik pemberian makan bayi dan anak sakit.
3. Menjelaskan tanda-tanda anak sakit perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Hubungan sakit dan pemberian makanan
B. Praktik pemberian makan bayi dan anak sakit
C. Tanda-tanda anak sakit perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:


MI 6

A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di flipchart) dan pokok bahasan.

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Hubungan sakit dan pemberian makan.
Langkah kegiatan:

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 183


1. Pelatih menanyakan kepada peserta apa hubungan sakit dan pemberian makan.
2. Pelatih menggali kepada peserta hubungan tersebut dan mengaitkan dengan
skema.
3. Pelatih menggali akibat pemberian makan yang tidak sesuai di masyarakat.
4. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Praktik pemberian makan bayi dan anak sakit
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menanyakan tentang kebiasaan yang ada di masyarakat mengenai
pemberian makan pada anak yang sakit.
2. Pelatih membagi peserta diskusi menjadi 4 kelompok.
a. Pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat sakit
b. Pemberian makan anak sakit usia kurang dari 6 bulan setelah sembuh
c. Pemberian makan anak usia diatas 6 bulan saat sakit
d. Pemberian makan anak sakit usia diatas 6 bulan setelah sembuh
3. Masing-masing kelompok berdiskusi sesuai lembar kerja diskusi (lampiran
MI 6.1).
4. Setiap kelompok memaparkan hasil diskusi dan pelatih mengarahkan peserta
untuk membahas dan mempelajari KK 17: Memberi makan bayi sakit kurang
dari 6 bulan, KK 18: Memberi makan anak sakit diatas 6 bulan, dan
mengkaji KK 11: Praktik kebersihan yang baik untuk mencegah penyakit.
Peserta secara bersama-sama mengkaji pesan utama dari Booklet Pesan
Utama.
5. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Tanda-tanda anak sakit perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan.
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menanyakan kepada peserta tanda-tanda sebelum merujuk anak ke
fasilitas kesehatan dengan menggunakan gambar dan menempelkannya di
flipchart.
2. Pelatih menanyakan kepada peserta kondisi darurat yang terdapat pada setiap
gambar yang telah ditempel.
3. Pelatih meminta peserta untuk mempelajari KK 21: Kapan merujuk anak ke
fasilitas kesehatan dan pesan utama (ada pada booklet pesan utama) untuk
mengidentifikasikan tanda-tanda yang menunjukkan perlunya dirujuk seorang
anak oleh ibu/pengasuh.
4. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.

E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah
MI 6

dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

184 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


V. URAIAN MATERI:

A. Pokok bahasan 1: Hubungan sakit dan pemberian makan

1. Anak yang sakit (diare, ISPA, cacar, demam) biasanya tidak ingin makan, tapi ia
perlu lebih banyak tenaga untuk melawan penyakitnya.
2. Kekuatan itu datang dari makanan yang ia makan.
3. Jika anak tidak makan atau tidak menyusu selama sakit, ia butuh lebih banyak
waktu untuk sembuh.
4. Anak akan menderita penyakit dalam jangka lama dan gizi buruk yang dapat
menyebabkan kecacatan fisik atau intelektual.
5. Anak butuh lebih banyak waktu untuk sembuh, atau kondisi anak semakin
memburuk; bahkan ia bisa meninggal.
6. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mendorong anak yang sakit untuk terus
menyusu atau minum dan makan selama sakit, dan makan lebih banyak selama
masa penyembuhan untuk pemulihan.

B. Pokok bahasan 2: Praktik pemberian makan bayi dan anak sakit

Anak sakit kurang dari 6 bulan:


1. Lebih sering memberikan ASI sewaktu bayi sakit termasuk saat diare, untuk
membantu bayi melawan penyakitnya, mengurangi kehilangan berat badan dan
sembuh lebih cepat.
2. Menyusu juga memberikan kenyamanan pada bayi yang sakit. Jika bayi menolak
MI 6

untuk disusui maka berikan motivasi kepada ibu untuk terus menyusui dan
menawarkan payudara sesering mungkin kepada bayi.
3. Bila bayi terlalu lemah untuk menyusu, perah ASI dan berikan kepada bayi
dengan cangkir atau sendok. Ini akan membantu ibu untuk mempertahankan
pasokan ASI dan mencegah masalah pada payudara.
4. Bila ibu sakit, susui terus bayinya. Ibu perlu makanan ekstra dan dukungan untuk
terus menyusui.
5. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 185


Anak sakit di atas 6 bulan:
1. Lebih sering menyusu selama bayi dalam keadaan sakit seperti diare, untuk
membantu bayi melawan penyakit, mengurangi kehilangan berat badan dan
sembuh lebih cepat.
2. Memberikan lebih banyak makanan dan cairan yang disukai anak sewaktu sakit
(dalam porsi kecil dan sering).
3. Berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur dan hindari makanan pedas
dan berlemak.
4. Susu hewani dan cairan lainnya dapat menambah diare, kecuali ASI. Hentikan
pemberian susu (non-ASI) atau cairan lainnya, termasuk air putih (kecuali Oralit).
5. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat

Anak sakit kurang dari 6 bulan setelah sembuh:


1. Memberikan ASI sesering mungkin, lebih sering dari waktu sehat
2. Memberikan ASI perah bila perlu
3. Hindari memberikan susu formula dan memberikan minum memakai botol susu
4. Memberikan perhatian dan kasih saying dengan memeluknya

Anak sakit lebih dari 6 bulan setelah sembuh:


1. Meningkatkan pemberian makan sesuai dengan: usia, frekwensi pemberian,
jumlah, tekstur/kekentalan/konsistensi, variasi makanan, pemberian makanan
secara aktif/responsif, dan selalu menjaga kebersihan
2. Menawarkan lebih banyak makan lebih dari biasanya (tambahkan makanan
padat setiap hari)
3. Memberikan makan dengan prinsip ‘4 bintang’
4. Memberikan ASI lebih sering selama dua minggu untuk mendapatkan kembali
berat badan yang hilang selama sakit.
5. Melaksanakan perawatan anak sesuai dengan pendekatan Manajemen Terpadu
Bayi Sakit (MTBS)

C. Pokok bahasan 3: Tanda-tanda anak sakit perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan

Segera rujuk bayi dan anak ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala–gejala sebagai
berikut:
1. Bayi menolak disusui dan terlihat sangat lemah.
2. Muntah (tidak ada makanan/cairan yang dapat masuk).
3. Diare lebih dari 3 kali mencret dalam sehari selama dua hari atau lebih dan/atau
ada darah dalam kotorannya, mata cekung, cubitan pada kulit perut kembali
lambat).
4. Kejang (tangan menyentak, mata membelalak).
5. Sesak nafas, batuk tidak sembuh dalam 2 hari, demam (Infeksi saluran
pernafasan).
6. Demam tinggi (≥37,5°C).
MI 6

VI. REFERENSI
1. Modul PMBA, 2017, Kementerian Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.33, 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif, Jakarta.
3. Permenkes nomor 70, 2013, Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Berbasis masyarakat, Menkes, Jakarta.
4. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak (WHA dan WHO).

186 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


VII. LAMPIRAN

Lampiran MI 6.1.

Panduan Diskusi Kelompok


Praktik Pemberian Makan pada Bayi dan Anak Sakit

Tujuan:
Peserta mampu memahami pemberian makan pada bayi dan anak sakit.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi empat (4) kelompok.
2. Pelatih menyiapkan 4 (empat) flipchart dengan judul sebagai berikut:
a. Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat sakit?
b. Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat setelah sembuh?
c. Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan saat sakit?
d. Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan setelah sembuh?
3. Pelatih minta masing-masing kelompok untuk mengisi flipchart dan menjawab pertanyaan
yang tertera pada flipchart (5 menit)
4. Pelatih meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang ditulis di flipchart.
5. Kelompok yang lain menanggapi pemaparan hasil diskusi.

Alat bantu:
1. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat
sakit?
2. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat
setelah sembuh?
3. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan saat sakit?
4. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan setelah
sembuh?

MI 6

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 187


MI 6

188 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


MATERI INTI 7 (MI 7)

KONSELING PMBA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Konseling adalah cara bekerjasama dengan orang lain, dimana kita berusaha
memahami perasaan mereka, serta membantu mereka memutuskan apa yang
sebaiknya perlu dilakukan. Keterampilan konseling disini akan dipakai pada saat diskusi
dengan ibu/ayah/pengasuh, juga berguna saat berbicara dengan pasien atau klien pada
situasi lain.

Materi ini akan membahas tentang keterampilan konseling “Mendengarkan dan


mempelajari”, tahapan perubahan perilaku, peran ayah dalam perbaikan gizi ibu dan
anak, serta keterampilan konseling “Membangun kepercayaan diri dan memberi
dukungan”, kemudian dilanjutkan dengan “Tiga langkah konseling PMBA” serta
mempraktikkan konseling PMBA.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan konseling PMBA.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep konseling
2. Menjelaskan peran ayah dalam gizi ibu dan anak
3. Melakukan konseling PMBA

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Konsep Konseling.
1. Mendengarkan dan mempelajari.
2. Tahapan perubahan perilaku.
3. Membangun kepercayaan diri dan memberikan dukungan
2. Peran ayah dalam gizi ibu dan anak.
3. Langkah - langkah konseling PMBA: Menilai, Menganalisa, Melakukan

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan.
MI 7

B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Konsep konseling

1. Sub pokok bahasan:


Mendengarkan dan mempelajari
Langkah kegiatan:

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 189


a. Pelatih menyampaikan sub pokok bahasan 1. mendengarkan dan
mempelajari dengan curah pendapat.
b. Pelatih dan peserta mendemonstrasikan lembar kerja tentang
keterampilan mendengarkan dan mempelajari (lampiran MI 7.1).
c. Pelatih meminta peserta untuk merangkum hasil diskusi tentang konsep
konseling mendengar dan mempelajari.

2. Sub pokok bahasan:


Tahapan perubahan perilaku
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menyampaikan sub pokok bahasan 2. Tahapan Perubahan
perilaku.
b. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok
diberikan satu set flipchart tangga perubahan perilaku.
c. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi tentang
perubahan perilaku sesuai dengan lembar kerja diskusi kelompok tangga
perubahan perilaku (lampiran MI 7.2).
d. Pelatih meminta peserta untuk merangkum hasil diskusi tentang
perubahan perilaku.

3. Sub pokok bahasan :


Membangun Kepercayaan Diri Dan Memberikan Dukungan
Langkah kegiatan:
a. Pelatih meminta kepada peserta untuk mengulang kembali konsep
konseling mendengarkan dan mempelajari.
b. Pelatih menanyakan pada peserta: Apa yang bisa membantu untuk
memberikan kepercayaan diri dan dukungan kepada ibu/pengasuh?
c. Pelatih mencermati jawaban peserta dan menempelkan metaplan di
flipchart (lampiran MI 7.3).
d. Minta peserta untuk merujuk pada materi peserta MI.7 tentang
Membangun Kepercayaan Diri dan Memberikan Dukungan.
e. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkumnya.

C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Peran ayah dalam gizi ibu dan anak.
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyampaikan pokok bahasan B. Peran Ayah dalam Gizi Ibu dan
Anak.
2. Pelatih mengajak peserta untuk bermain peran ”Aminah” sesuai dengan
lembar kerja skenario bermain peran. Dilanjutkan dengan diskusi tentang
peran ayah dalam gizi ibu dan anak (lampiran MI 7.4).
3. Pelatih mengajak peserta untuk merangkum hasil dari kegiatan.

D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Langkah-langkah konseling PMBA
Langkah kegiatan:
1. Pelatih melakukan peragaan sesuai dengan lembar kerja diskusi tentang
MI 7

langkah-langkah konseling PMBA (Lampiran MI 7.5).


2. Pelatih meminta peserta memberikan tanggapan atas demonstrasi yang
dilakukan
3. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman
4. Pelatih membagi kelompok yang terdiri 3 peserta.
5. Pelatih meminta kelompok untuk melakukan penugasan sesuai dengan

190 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


lembar kerja bermain peran langkah-langkah konseling PMBA (Lampiran MI
7.6).
6. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkumnya.

E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah
dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.

V. URAIAN MATERI

A. Pokok bahasan 1: Konsep konseling

1. Mendengarkan dan mempelajari

Dalam mempraktikkan keterampilan konseling ini:


1) Gunakan komunikasi non verbal:
• kepala anda sejajar dengan kepala ibu atau pengasuh
• berikan perhatian atau kontak mata
• singkirkan penghalang
• sediakan waktu
• sentuhan yang wajar
2) Ajukan pertanyaan terbuka.
3) Gunakan respon dan isyarat yang menunjukkan bagaimana mereka tertarik.
4) Mendengarkan keluhan ibu/pengasuh.
5) Ulangi kembali apa yang dikatakan ibu/pengasuh.
6) Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi.

Komunikasi non verbal berarti menunjukkan sikap kita melalui gerakan tubuh,
ekspresi dan apa saja kecuali berbicara. Dalam memberikan konseling
”Usahakan Kepala Sama Tinggi”, ”Beri Perhatian” dengan memandang dan
memperhatikan selagi ibu bicara. Pada saat duduk dengan ibu/pengasuh tidak
ada benda-benda yang menghalangi dalam melakukan konseling, misal: meja,
buku catatan, vas bunga, ”Sediakan Waktu” buatlah ibu merasa bahwa kita
mempunyai waktu saat bersamanya, berilah salam tanpa terburu-buru dan
tersenyumlah. Kemudian ”Sentuhlah dengan Wajar” maksudnya sentuh ibu
secara wajar.

Untuk memulai berbincang dengan ibu/pengasuh kita perlu mengajukan


beberapa pertanyaan. Penting sekali mengajukan pertanyaan dengan cara
mendorong ibu agar banyak berbicara dan banyak memberikan informasi pada
kita. Pertanyaan terbuka biasanya sangat membantu, dimana cara ini mencegah
kita mengajukan terlalu banyak pertanyaan. Pertanyaan terbuka biasa dimulai
dengan pertanyaan ”Bagaimana? Apa? Kapan? Dimana? Mengapa?, misal,
Bagaimana cara Ibu memberi makan bayi ibu? Sehingga lebih banyak informasi
MI 7

yang kita dapatkan dari ibu/pengasuh, dibandingkan kita mengajukan


”Pertanyaan Tertutup”. Pertanyaan tertutup biasanya kurang bermanfaat,
biasanya kita hanya mendapat jawaban ”ya” atau ”tidak” misal, Apakah Ibu
memberi anak ibu ASI? Bila ibu menjawab ”ya” terhadap pertanyaan tersebut,
kita masih belum tahu apakah dia menyusui eksklusif, atau memberikan susu

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 191


formula, kita dapat mengira ibu tidak mau bicara dan tidak berterus terang,
sehingga kita dapat menjadi frustasi.

Bila kita ingin melanjutkan percakapan, tunjukkan bahwa kita mendengarkan dan
menaruh perhatian terhadap apa yang dikatakan ibu. Cara penting untuk
menunjukkan bahwa kita mendengar dan menaruh perhatian adalah dengan
bahasa isyarat, misal:
▪ Memandang padanya dengan mengangguk dan tersenyum dengan respon
sederhana, misalnya: mengatakan ”Ooh” atau ”Mmm”.
▪ Tunjukkan kita memahami perasaan ibu atau berempati. Bila ibu mengatakan
sesuatu yang menunjukkan perasaannya, akan sangat berguna bila kita
merespon dengan cara yang menunjukkan bahwa kita memahami
perasaannya dari sudut pandangnya, Contoh, jika ibu mengatakan ”Bayi
saya sering sekali minta disusui, saya jadi capek sekali”, kita merespon
terhadap apa yang ia rasakan, seperti ini ”Ibu merasa capek sekali ya.
Bermanfaat pula jika kita berempati terhadap perasaan positif ibu, tak
sekedar menunjukkan bahwa kita mengerti perasaan negatif ibu.
▪ Ulangi kembali apa yang dikatakan ibu. Kita dapat mengatakan kembali apa
yang ibu katakan tentang bayinya, contoh ”Bayi ibu sering sekali minta
minum”? Tetapi bukan mengulangi seluruh perkataan ibu.
▪ Menghindari kata-kata yang menghakimi. Kata-kata yang menghakimi adalah
kata-kata seperti: benar, salah, baik, buruk, bagus, cukup, tepat. Jika
menggunakan kata-kata yang menghakimi ketika berbicara dengan ibu
mengenai menyusui atau pemberian makan, terutama saat mengajukan
pertanyaan, kita bisa membuat ibu merasa dirinya salah, atau ada yang salah
dengan bayinya. Contoh: Hindari mengatakan ”Apakah bayi ibu tidur dengan
baik? Sebagai gantinya, katakan: ”Bagaimana bayi Ibu tidur”? Kita kadang
dapat menggunakan kata kata seperti ”baik” terutama untuk hal yang positif,
yaitu ketika kita sedang meningkatkan kepercayaan diri ibu. Namun
usahakan menghindari menggunakan kata kata tersebut, kecuali ada alasan
yang sesuai sehingga perlu untuk menggunakannya.

2. Tahapan perubahan perilaku

Mengubah perilaku bukanlah hal yang mudah. Mengadopsi perubahan perilaku


baru dengan tahapan perubahan yang terjadi sebagai berikut:
1. Seseorang yang belum tahu, dengan diberi informasi akan menjadi tahu.
2. Setelah pada tahap mengetahui, kemudian diberi dorongan agar seseorang
akan termotivasi untuk mencoba sesuatu yang baru.
3. Bila seseorang telah termotivasi, lalu diberi konseling untuk memecahkan
masalah mencapai kesepakatan akan mengadopsi perilaku baru.
4. Apabila seseorang dapat melestarikan perilaku baru tersebut menjadi bagian
dari kebiasaan sehari-hari, maka seseorang perlu dihargai dan diberi
dukungan.

Jadi untuk mengubah perilaku seseorang bukan hanya dengan memberikan


informasi saja, tetapi melalui beberapa tahapan di atas.
MI 7

192 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


3. Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan

Seorang ibu yang mempunyai bayi/anak mudah sekali kehilangan kepercayaan


dirinya. Apalagi banyak tekanan atau pengaruh dari keluarga dan teman untuk
memberi susu formula yang sebenarnya tidak diperlukan.

Kita memerlukan keterampilan ini guna membantu ibu merasa percaya diri dan
positif tentang dirinya. Rasa percaya diri dapat membantu ibu berhasil menyusui
dan memberikan makan bayi/anak mereka sesuai dengan ketentuan.
Kepercayaan diri ibu/pengasuh juga dapat membantu untuk menolak tekanan
dari orang lain. Penting sekali untuk tidak membuat seseorang ibu merasa bahwa
ia telah melakukan kesalahan, hal ini akan menurunkan rasa percaya dirinya.

Hindari untuk mengatur apa yang harus dilakukan ibu/pengasuh dan bantulah
setiap ibu untuk memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya dan
bayi/anaknya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Keterampilan
konseling membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan yang dapat kita
lakukan adalah:
1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan ibu/pengasuh.
2. Kenali dan puji apa yang dilakukan oleh ibu/pengasuh dan bayi dengan
benar.
3. Berikan bantuan praktis.
4. Berikan sedikit informasi yang relevan.
5. Gunakan bahasa yang sederhana.
6. Gunakan kartu konseling yang tepat.
7. Berikan satu atau dua saran, bukan perintah.

B. Pokok bahasan 2: Peran ayah dalam gizi ibu dan anak

Seorang Ayah dapat berperan serta secara aktif dalam meningkatkan status gizi istri
dan anak/bayinya dengan cara sebagai berikut:
MI 7

Selama Kehamilan
• Mendampingi istri/ pasangan ke klinik pada saat pemeriksaan antenatal (ANC),
• Mengingatkan istri untuk meminum Tablet Tambah Darah (TTD)
• Memberikan/menyediakan makanan ekstra untuk istri/pasangannya selama
masa kehamilan dan menyusui

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 193


Selama Persalinan :
• Menyediakan transportasi yang aman (bilamana diperlukan) menuju ke fasilitas
kesehatan ketika melahirkan.
• Mendorong pasangan/istri untuk meletakkan bayi di dada/payudara ibu segera
setelah bayi lahir (IMD).
• Mendorong pasangan/istri untuk memberikan ASI kekuningan pertama
(kolostrum) ke bayinya.

Setelah kelahiran :
• Membantu pasangan dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak
terkait dengan bayi guna meringankan beban kerja pasangan/istrinya.
• Membicarakan dengan ibu (mertua istri mengenai rencana pemberian
makanan, kepercayaan dan kebiasaan yang ada).
• Memastikan bahwa bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
• Memberikan/menyediakan berbagai ragam makanan bagi anak usia di atas 6
bulan. Memberi makan anak adalah cara berinteraksi ayah yang paling
sempurna dengan anaknya.
• Membantu dengan pemberian makan aktif dan responsif pada anak usia lebih
dari enam bulan, beberapa kali dalam sehari (lebih sering dan dalam porsi yang
lebih besar ketika anak tumbuh lebih besar).
• Membawa anak ke fasilitas kesehatan ketika anak sakit atau dampingi istri saat
membawa anak sakit ke faskes.
• Membawa anak ke fasilitas kesehatan/posyandu untuk penimbangan dan
imunisasi.
• Menyediakan kelambu bagi keluarga bila keluarga tinggal di daerah endemis
malaria dan pastikan bahwa istri/pasangan hamil dan anak dapat tidur di bawah
kelambu tiap malam.
• Mendorong pendidikan anak perempuan.

C. Pokok bahasan 3: Langkah-langkah konseling PMBA

Langkah-langkah konseling PMBA adalah Menilai/bertanya, Menganalisa/berpikir


dan Melakukan/bertindak.

Proses konseling langkah-langkah PMBA meliputi:


- Menilai pemberian makan yang sesuai usia dan kondisi ibu/pengasuh dan anak:
tanya, dengarkan dan amati.
- Menganalisa kesulitan pemberian makan: identifikasi kesulitannya dan jika ada
lebih dari satu, prioritaskan kesulitan tersebut.
- Melakukan dengan mendiskusikan, berikan sejumlah kecil informasi yang
relevan, sepakati pilihan yang mungkin dilakukan yang dapat dicoba oleh
ibu/pengasuh.

• Tujuan: berikan informasi tentang PMBA dan dukungan kepada ibu/pengasuh


• Lihat formulir Penilaian PMBA pasangan Ibu/Anak
• Jelaskan tentang Konseling Langkah-langkah PMBA: Menilai/bertanya,
Menganalisa/berpikir, Melakukan/bertindak
MI 7

194 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Langkah 1: Menilai/Bertanya

• Ucapkan salam pada ibu/pengasuh dan ajukan pertanyaan yang dapat


mendorongnya untuk bicara dengan menggunakan keterampilan membangun
kepercayaan diri dan memberikan dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Siapa nama ibu dan nama anak ibu?
b. Amati kondisi ibu/pengasuh.
c. Berapa usia anak ibu?
d. Apakah anak ibu akhir-akhir ini sakit? Jika sakit, rujuk ibu ke fasilitas
kesehatan.
e. Di daerah dimana ada KMS/Buku KIA, tanyakan pada ibu/pengasuh
apakah bisa melihat KMS/Buku KIA anaknya. Apakah grafik
pertumbuhannya meningkat? Apakah menurun? Apakah sama saja?
Apakah ibunya tahu bagaimana pertumbuhan anaknya?
f. Tanyakan pada ibu bagaimana keadaan anaknya, apakah sang anak
bertambah berat badannya (jangan hanya percaya pada apa yang ada
dalam KMS/Buku KIA)
g. Di daerah di mana tidak ada KMS/Buku KIA, tanyakan pada ibu/pengasuh
bagaimana menurut mereka pertumbuhan anaknya?
h. Tanyakan tentang asupan makanan anak:

Tanyakan tentang pemberian ASI:


- Berapa kali sehari ibu biasanya menyusui bayinya? (frekuensi)
- Bagaimana pengaruh menyusui itu bagi Ibu?kemungkinan masalah
o Amati kondisi ibu dan bayi.
o Amati posisi bayi dan pelekatannya.

Tanyakan tentang pemberian MP ASI/makanan tambahan:


- Apakah anak mendapat makanan lain? sejenis apa?
- Berapa kali sehari ibu memberikan makan anak ibu? (Frekuensi)
- Seberapa banyak makanan yang ibu berikan buat anak ibu? Jumlah
- Seberapa kental makanan yang ibu berikan pada anak ibu?
(kepekatan/kekentalan, dilumatkan,diiris, dipotong)

Tanyakan tentang susu lain:


- Apakah anak ibu minum susu lain?
- Berapa kali sehari anak ibu minum susu? (frekuensi)
- Seberapa banyak? (jumlah)
- Jika anak diberi ASI, apakah menurut ibu anak masih perlu susu
tambahan?

Tanyakan tentang cairan lain:


- Apakah anak ibu minum cairan lain? (sejenis apa)
- Berapa kali sehari anak ibu minum cairan lain? (frekuensi)
- Seberapa banyak? (Jumlah)
o Apakah anak ibu menggunakan cangkir? (Jika ibu
MI 7

mengatakan ―Tidak, lalu tanyakan ―Apa yang dipakai anak ibu


untuk minum?
o Siapa yang membantu anak untuk makan?
o Apakah ada hal lain yang dihadapi ibu dalam memberi makan
anaknya?

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 195


Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Apakah pemberian makan sesuai dengan usia? Identifikasi kesulitan dalam
pemberian makan (jika ada)
• Jika ada lebih dari satu kesulitan, prioritaskan kesulitan itu
• Jawab pertanyaan ibu (jika ada)

Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Tergantung dari usia anak dan analisis Anda (di atas), pilih sejumlah kecil
INFORMASI YANG RELEVAN dengan situasi ibu. (Jika tidak ada kesulitan,
berikan pujian pada ibu karena telah melakukan pemberian ASI dan pemberian
makanan tambahan yang dianjurkan).
• Berikan pujian pada ibu ketika ibu telah melakukan hal yang benar
• Untuk kesulitan yang ditemui, diskusikan dengan ibu/pengasuh bagaimana
mengatasi kesulitan itu
• Berikan pilihan/perilaku yang mungkin dilakukan dan bantu ibu memilih satu
yang ibu bisa coba lakukan untuk mengatasi kesulitan itu.
• Tunjukkan kepada ibu/pengasuh Kartu Konseling yang tepat dan diskusikan.
• Minta ibu untuk mengulangi perilaku baru yang sudah disepakati untuk melihat
pemahamannya.
• Beri tahu ibu bahwa anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beri tahu dimana ibu bisa mendapatkan dukungan tambahan (misalnya;
menghadiri ceramah pendidikan, Kelompok Dukungan PMBA di masyarakat,
pastikan bahwa ibu tahu (atau ia tahu bagaimana mengaksesnya). Program
Pemberian Makanan Tambahan (jika ada) dalam hal dimana ketersediaan
makanan merupakan kendala dalam pemberian makan anak, atau program
perlindungan sosial untuk anak-anak rentan, jika ada.
• Beri rujukan bila perlu
• Ucapkan terima kasih pada ibu atas waktunya.

VI. REFERENSI
1. Unicef-WHO. IYCF
2. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak (WHA dan WHO)
3. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, 2014, Panduan Pelatih Konseling
Menyusui
MI 7

196 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


VII. LAMPIRAN

Lampiran : MI 7.1

Panduan Latihan
Keterampilan Konseling Mendengarkan dan Mempelajari

Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu melakukan keterampilan mendengarkan dan
mempelajari.

Petunjuk:
1. Pelatih meminta peserta untuk berpasangan. Mintalah mereka untuk memikirkan satu
cerita untuk diceritakan kepada temannya.
2. Pelatih meminta peserta saling bercerita pada saat yang bersamaan.
3. Kemudian peserta kembali ke kelompok besar, minta 2-3 peserta bercerita:
• Bagaimana rasanya berbicara pada saat yang bersamaan dengan seseorang?
• Apakah dapat menangkap semua isi cerita?
4. Dalam pasangan yang sama, pelatih meminta untuk ulangi lagi latihan, namun kali ini
saling mendengarkan satu sama lain dengan berkonsentrasi (jangan mencatat, namun
dengarkan dengan seksama).
5. Kemudian, pelatih meminta peserta saling menceritakan cerita pasangannya.
6. Dalam kelompok besar, pelatih bertanya:
• Berapa banyak dari cerita anda yang benar diceritakan oleh pasangan anda.
• Bagaimana perasaan anda ketika bercerita dan melihat seseorang mendengarkan
cerita anda?
7. Gunakan komunikasi non-verbal
Dua pelatih mendemonstrasikan keterampilan komunikasi non-verbal sebanyak dua
kali. Pertama gunakan komunikasi non-verbal yang ”salah” dan kemudian lakukan
komunikasi non verbal yang ”benar” satu per satu:
• Kepala anda sejajar dengan kepala ibu/pengasuh
• Berikan perhatian (kontak mata)
• Singkirkan penghalang (meja dan catatan-catatan)
• Sediakan waktu
• Sentuhan yang wajar
8. Pelatih bertanya kepada peserta, hal apa yang anda lakukan yang membuat anda yakin
bahwa pasangan anda mendengarkan anda?
• Gunakan jawaban dan gerakan yang menunjukkan ketertarikan dengan respon
sederhana (”Oo”, ”mengangguk”)
9. Pelatih menjelaskan tentang keterampilan pertanyaan terbuka dengan cara:
a. Meminta peserta untuk mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang hal yang
bekaitan dengan diri pelatih dengan diawali kalimat tanya. Pelatih akan menjawab
pertanyaan tersebut (pelatih menghentikan peserta untuk mengajukan hanya satu
pertanyaan saja).
b. Pelatih menanyakan kepada peserta: Apa yang anda dapatkan dari latihan ini?
MI 7

(Beberapa tipe pertanyaan akan mengundang dan menghadirkan informasi lebih


banyak dibanding yang lain). Mengajukan pertanyaan mengenai usia, akan
membuat anda mendapatkan sepotong informasi yang spesifik (yang kadang-
kadang memang anda inginkan).
c. Pelatih menjelaskan pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan kalimat tanya
mengapa, bagaimana, kapan dan dimana?

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 197


10. Dua pelatih mendemonstrasikan teknik konseling dengan menggunakan keterampilan
dalam ”mengulang kembali apa yang dikatakan Ibu” dan ”tidak menggunakan kata-kata
menghakimi”. Pertama, gunakan kata-kata menghakimi, dan kemudian baru
mendemosntrasikan konseling yang tepat dengan tidak menggunakan kata-kata
menghakimi.
11. Pelatih menanyakan kepada peserta hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk
menggali lebih banyak informasi?
a. Dengarkan apa yang ibu/pengasuh katakan
b. Pelajari apa yang menjadi perhatian ibu/pengasuh
c. Hindari penggunaan kata-kata menghakimi
12. Mintalah peserta untuk mengamati sampul Kartu Konseling dan menyebutkan
keterampilan mendengarkan dan mempelajari apa yang mereka amati dalam gambar
tersebut.
13. Pelatih menjelaskan bahwa keterampilan mendengarkan dan mempelajari merupakan
keterampilan pertama yang harus dipelajari dan dipraktikkan dan meminta kepada
peserta untuk melihat lampiran mengenai keterampilan mendengarkan dan
mempelajari.
14. Pelatih meminta peserta untuk merangkum berbagai keterampilan mendengarkan dan
mempelajari. Pelatih menegaskan hubungkan bahwa ”Kita memiliki dua buah telinga
dan satu mulut, oleh sebab itu kita harus mendengarkan dua kali lebih banyak dari pada
kita berbicara”

Alat bantu:
1. Kartu Konseling
2. Modul PMBA
3. Booklet
MI 7

198 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 7.2

Panduan Diskusi Kelompok


Tangga Perubahan Perilaku

Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi kelompok ini, peserta mampu menjelaskan perubahan perilaku.

Petunjuk:
1. Pelatih membagikan flipchart tangga perubahan perilaku kepada masing-masing
kelompok
2. Pelatih memberikan metaplan bertuliskan 5 tahap perubahan perilaku kepada peserta.
Peserta diminta untuk menempelkan metaplan ((1) tidak tahu, (2) tahu, (3) menjadi
termotivasi untuk mencoba sesuatu yang baru, (4) mengadopsi perilaku baru, dan (5)
mempertahankan perilaku baru) tersebut sesuai dengan tangga perubahan perilaku
kepada masing-masing kelompok.
3. Pelatih menanyakan kepada peserta : Apa yang membantu seseorang untuk melewati
langkah-langkah yang berbeda itu?
4. Pelatih meminta peserta lain untuk menambahkan peran dari seorang kader
(memberikan informasi, mendorong, memberikan konseling, memecahkan masalah,
mencapai kesepakatan,menghargai/mendiskusikan manfaat, memberikan dukungan)
pada titik tangga yang tepat dalam langkah-langkah tersebut.
5. Pelatih memberikan kepada peserta tiga kasus. Peserta mendiskusikan masing-masing
kasus tersebut di tahap proses perubahan perilaku manakah sang ibu/pengasuh
berada.
6. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali, tentang tangga perubahan perilaku.

Alat bantu
Flipchart tangga perubahan perilaku
Metaplan perubahan perilaku
Kasus

Studi Kasus Perubahan Perilaku (bisa diganti studi kasus dengan konteks bencana)
1. Seorang ibu hamil telah mendengar informasi baru mengenai pemberian ASI/ menyusui
begitu juga dengan suami dan mertuanya yang telah terpapar informasi tersebut. Ibu
tengah berpikir untuk mencoba memberikan ASI Eksklusif karena menurutnya hal itu
merupakan hal yang terbaik bagi anaknya.
2. Seorang bapak telah membawa anaknya yang berusia 8 bulan ke posyandu. Anaknya
sedang diberi makanan bubur encer yang menurut pikiran bapak merupakan hal yang
tepat untuk usia anak. Si anak kehilangan berat badan. Kader mendorongnya untuk
memberikan bubur yang lebih kental kepada anak bukan bubur encer karena
menghambat pertumbuhan anaknya.
3. Bulan lalu seorang kader berbicara dengan orang tua (bapak dan ibu) mengenai upaya
untuk mulai memberikan makanan kepada bayinya yang berusia 7 bulan tiga kali sehari,
bukan hanya sekali sehari. Bapak dan ibu mulai memberikan hidangan dan makanan
selingan dan kemudian memberikan tambahan makanan ketiga. Saat sekarang bayi ingin
MI 7

makan tiga kali sehari, sehingga mereka pun memberinya makan tiga kali sehari.

Studi Kasus Perubahan Perilaku (Kunci Jawaban)


1. Menjadi termotivasi untuk mencoba sesuatu yang baru.
2. Mengetahui (mendengar tentang hal itu).
3. Melakukan perilaku baru

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 199


Lampiran : MI 7.3

Panduan demonstrasi
Keterampilan Membangun Percaya Diri dan Memberi Dukungan

Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu melakukan keterampilan Membangun Percaya
Diri dan Memberi Dukungan

Petunjuk:
1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan ibu/pengasuh.

Dalam membangun kepercayaan diri, biarkan ibu/pengasuh berbicara tentang


keluhannya sebelum membetulkan informasi.
Ibu kadang memikirkan sesuatu yang kita tidak setuju atau ibu mempunyai pemikiran
yang keliru. Terkadang ibu merasa sangat bingung mengenai sesuatu yang kita tahu
bukanlah masalah serius.

Tanyakan kepada peserta:


Bagaimana perasaan ibu bila kita tidak sependapat dengannya atau mengkritiknya, atau
mengatakan tidak ada yang perlu dibingungkan atau dikhawatirkan

Jawaban:
Kita mungkin akan membuatnya merasa bahwa ia keliru. Hal ini akan menurunkan
kepercayaan dirinya. Bahkan mungkin ia tidak mau lagi berbicara dengan kita.
• Jadi penting untuk tidak ”tidak setuju” dengan ibu, juga penting untuk tidak ”setuju”
dengan sesuatu pemikiran yang keliru.
• Kita mungkin ingin menyarankan sesuatu yang agak berbeda. Hal ini akan sulit
dilakukan jika sebelumnya kita telah setuju dengannya.
• Lebih baik ”terima” saja apa yang ibu pikirkan dan rasakan. Menerima berarti
memberi respon dengan cara yang netral, bukan menyetujui atau tidak menyetujui.

Contoh/demonstrasi:
”ASI saya encer dan sedikit, jadi saya harus memberi susu botol”

Respon 1: Oh tidak, ASI tidak pernah encer dan sedikit, hanya kelihatannya saja begitu
(ini respon yang TIDAK SETUJU, jadi tidak sesuai).
Respon 2: Ya, ASI yang encer dan sedikit bisa menjadi masalah (ini respon yang
”SETUJU’, jadi tidak sesuai).
Respon 3: Oh begitu ya, jadi ibu khawatir dengan air susu Ibu (ini respon yang
MENERIMA, jadi sesuai).
Respon 4: ”Ooh” (ini pun respon lain yang MENERIMA, jadi sesuai juga).

2. Kenali dan puji apa yang dilakukan oleh ibu/pengasuh dan bayi dengan benar
- Sebagai tenaga kesehatan kita dilatih untuk menemukan masalah, tetapi
kemampuan ini seringkali membuat kita hanya melihat kesalahan orang lain dan
mencoba untuk mengoreksinya.
- Bagaimana perasaan seorang ibu jika kita katakan telah melakukan sesuatu
MI 7

kesalahan atau ibu/pengasuh tidak melakukan sesuatu dengan baik? Tentu akan
membuat ibu merasa tidak enak dan akan mengurangi rasa percaya diri ibu.
- Sebagai tenaga kesehatan, kita perlu mencari tahu apa yang telah dilakukan dengan
benar oleh ibu/pengasuh, kemudian kita puji perbuatan baik tersebut atau
menunjukkan persetujuan atas perbuatan baik tersebut.

200 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Memuji merupakan perbuatan yang baik dan memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Membangun rasa percaya diri ibu.
- Mendorong ibu terus melanjutkan perilaku baiknya.
- Membuat ibu lebih mudah menerima saran berikutnya.

3. Berikan bantuan praktis.


Kadang bantuan praktis lebih baik dari pada mengatakan sesuatu, contoh:
- Saat ibu haus atau lapar, kita bantu atau menawarkan minuman hangat atau sesuatu
untuk dimakan.
- Menggendong bayinya, sementara ibu menyamankan diri atau mencuci muka, atau
ke toilet.
- Membantu ibu memperbaiki posisi dan pelekatan saat menyusui sehingga ibu
merasa nyaman
- Terkadang dengan hanya melihat saja kita sudah tahu bantuan praktis apa yang
dibutuhkan ibu, atau bisa juga kita perlu bertanya kepada ibu/pengasuh apa yang
dibutuhkannya.

4. Berikan sedikit informasi yang relevan.


Tenaga kesehatan perlu memberikan informasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi
yang dihadapi ibu.

5. Gunakan bahasa yang sederhana


Ketika memberikan informasi gunakan bahasa yang mudah dimengerti ibu/pengasuh
6. Gunakan kartu konseling yang tepat.
Kartu konseling yang digunakan sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh ibu

7. Berikan satu atau dua saran, bukan perintah


Tenaga kesehatan cukup memberikan satu atau dua saran kepada ibu sesuai dengan
kondisi yang dihadapinya. Hindari saran dalam bentuk kalimat perintah supaya ibu
merasa nyaman.

MI 7

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 201


Lampiran : MI 7.4

Skenario Bermain Peran


Peran Ayah dalam Praktik Menyusui

Tujuan:
Setelah mengikuti bermain peran ini, peserta mampu memahami peran ayah dalam
praktik menyusui.

Petunjuk:
1. Pelatih meminta salah seorang peserta menjadi tokoh Aminah. Tokoh Aminah ini adalah
seorang ibu yang baru saja melahirkan seorang bayi, dan ingin menyusui eksklusif,
supaya bayinya sehat.
2. Pelatih menanyakan kepada peserta, siapa saja yang berperan dalam mendukung bayi
Aminah supaya sehat.
3. Peserta menjawab / menyebutkan tokoh / atau orang2 di sekitar Aminah yang
mendukung ( Tokoh Masyarakat (TOMA), Tokoh Agama (TOGA), kader, bidan, Suami ).
4. Pelatih bertanya ke peserta siapa yang paling dekat dan berperan penting dalam
mendukung bayi Aminah
5. Kaitkan peran dari ayah atau suami dalam gizi ibu dan anak dengan melihat KK

Alat bantu:
Kartu Konseling
MI 7

202 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Lampiran : MI 7.5

Panduan Peragaan
Langkah-Langkah Konseling PMBA

Tujuan:
Setelah mengikuti peragaan ini, peserta mampu menjelaskan langkah-langkah konseling
PMBA

Petunjuk:
1. Pelatih mempersiapkan peragaan tiga langkah konseling PMBA (Pelatih berperan
sebagai Ibu dan Pelatih lain berperan sebagai Konselor).

2. Pelatih membagikan formulir penilaian pemberian makan bayi dan anak (Formulir
MI 7.1) dan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (Formulir MI 7.2)

3. Pelatih menjelaskan kepada peserta cara menggunakan formulir tersebut.

4. Pelatih meminta peserta untuk mengkaji flipchart keterampilan Mendengarkan dan


Mempelajari, tangga perubahan perilaku, membangun kepercayaan diri dan memberi
dukungan yang sudah dipelajari.

5. Pelatih meminta kepada peserta untuk mengamati demonstrasi langkah-langkah


konseling yang diperagakan oleh Pelatih dengan menggunakan formulir penilaian
pemberian makan bayi dan anak dan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak.

6. Pelatih melakukan demontrasi dengan menggunakan skenario berikut ini:


Seorang ibu bernama Tamina dan anak laki-lakinya Ahmad berusia 7 bulan. Pelatih
yang berperan menjadi konselor melakukan penilaian.
Pelatih yang berperan sebagai Tamina:
• Memberikan ASI setiap kali Ahmad menangis
• Merasa produksi ASI-nya tidak cukup
• Memberikan Ahmad bubur encer 2 kali sehari (bubur itu terbuat dari jagung)
sebanyak 2 sendok makan, ibu menyuapi sendiri anaknya
• Tidak memberikan susu lain atau minuman kepada Ahmad, BB bulan lalu 7 kg,
BB sekarang 6,5 kg, kondisi lemah, selalu cuci tangan pakai sabun

7. Pelatih yang berperan sebagai konselor memperagakan 3 Langkah Konseling PMBA:

Langkah 1: Menilai/Bertanya

• Mengucapkan salam pada ibu dan memperkenalkan diri.


• Memberikan kesempatan pada ibu untuk memperkenalkan diri dan bayi/anaknya.
• Menggunakan keterampilan mendengarkan dan mempelajari dan keterampilan
membangun kepercayaan diri dan memberikan dukungan.
• Menyelesaikan formulir: Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
• Mendengarkan keluhan Tamina, dan mengamati Ahmad dan Tamina.
MI 7

• Menerima apa yang dilakukan Tamina tanpa menyatakan setuju atau tidak setuju dan
memuji Tamina atas perilaku yang baik.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 203


1. Setelah selesai melakukan peragaan langkah 1 (menilai), Pelatih bertanya kepada
peserta hal-hal apa saja yang sudah dilakukan oleh konselor pada saat menilai dan
keterampilan konseling mendengar dan mempelajari, tangga perubahan perilaku, dan
keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan apa saja yang
sudah digunakan merujuk kepada flipchart yang tertempel.

2. Pelatih menulis di flipchart hasil pengamatan peserta.

Langkah 2: Menganalisa/Berpikir

1. Pelatih menanyakan kepada peserta tentang hasil langkah ke 1 (menilai) dari kasus
yang sudah diperagakan dan menganalisa hal-hal yang sudah baik dan yang belum
sesuai.

2. Pelatih/konselor mencatat bahwa:


• Tamina menunggu sampai Ahmad menangis sebelum menyusuinya-sebuah
tanda bahwa anak dalam keadaan yang sangat lapar (terlambat-menunggu
sampai anak menangis)
• Tamina cemas ASInya tidak mencukupi
• Tamina tidak memberikan Ahmad MP ASI yang sesuai dengan usianya

3. Pelatih menulis di flipchart hasil diskusi langkah 2.

Langkah 3: Melakukan/Bertindak

1. Pelatih menanyakan kepada peserta tentang langkah ke 3 (bertindak) dari kasus


yang sudah diperagakan. Tindakan apa yang sudah dilakukan oleh konselor dalam
keterampilan konseling mendengarkan dan mempelajari, tangga perubahan perilaku,
keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan apa saja yang
sudah digunakan merujuk kepada flipchart yang tertempel.

2. Pelatih/konselor mencatat tindakan yang dilakukan adalah:


• Memuji Tamina yang telah menyusui Ahmad
• Mengkonfirmasi kepada Tamina tentang frekuensi pemberian ASI dan apakah ia
menyusui Ahmad kapan pun ia mau dan selama ia mau, siang dan malam. Apakah
Ahmad melepaskan sendiri isapannya? Apakah Ahmad disusui waktu ia meminta?
(Praktik pemberian ASI sesuai usia yang direkomendasikan)
• Sarankan pada Tamina untuk menyusui Ahmad bila kelihatannya ia ingin menyusu
(sebelum ia menangis)
• Perlihatkan dan diskusikan dengan Tamina KK 5: Pemberian ASI waktu diminta,
siang dan malam, (8 sampai 12 kali sehari) untuk meningkatkan produksi ASI
dan perlihatkan Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda.
MI 7

• Bicarakan dengan Tamina tentang karakteristik pemberian MP ASI


• Berikan pilihan/hal-hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan
pemberian MP ASI yang memadai: F = Frekuensi pemberian ASI, T = Tekstur
(kepekatan/kekentalan), dan V = variasi
• Bantu Tamina untuk memilih satu perilaku baru yang bisa ia coba (misalnya,
menyusui lebih sering siang dan malam, bubur yang kental, menambahkan makanan
keluarga selama minggu ini).

204 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


• Bagi dan bicarakan dengan Tamina KK 5: Menyusui saaat diminta, Baik siang
maupun malam (8 – 12 kali) untuk memperbanyak ASI, KK 16 : Variasi
Makanan, KK 13: Pemberian MP ASI dari usia 6 sampai 9 bulan, KK 11: Praktik
Kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit dan Brosur:Bagaimana
Memberi Makan Bayi usia di atas 6 bulan.
• Minta Tamina untuk mengulang secara lisan perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Tamina bahwa seorang Konselor akan menindaklanjuti ini
bersamanya minggu depan.
• Katakan pada Tamina dimana ia bisa mendapatkan dukungan (menghadiri
penyuluhan, Kelompok Pendukung PMBA di masyarakat, Program Pemberian
Makanan Tambahan, dan merujuk pada kader).
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Tamina atas waktunya.

3. Pelatih menulis di flipchart hasil diskusi langkah 3.

4. Pelatih meminta peserta untuk merangkum 3 langkah konseling PMBA.

Alat bantu:
1. Formulir Penilaian pemberian makan bayi dan anak (Formulir MI 7.1)
2. Formulir Observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (Formulir MI 7.2)
3. Kartu konseling
4. Brosur
5. Boneka
6. Mangkok

MI 7

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 205


Lampiran: MI 7.6

Skenario Bermain Peran


Langkah-langkah Konseling PMBA

Tujuan:
Setelah mengikuti bermain peran ini, peserta mampu melakukan langkah-langkah konseling
PMBA.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi kelompok yang terdiri dari 3 peserta.
2. Pelatih menjelaskan setiap peserta bergantian peran sebagai konselor, ibu/pengasuh
dan pengamat.
3. Pelatih membacakan skenario kepada peserta yang berperan sebagai ibu/pengasuh.
Peserta yang berperan sebagai konselor menggunakan formulir penilaian pemberian
makan bayi dan anak sedangkan peserta yang berperan sebagai pengamat
menggunakan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak.
4. Pelatih melakukan diskusi dan umpan balik dari bermain peran 3 langkah konseling
PMBA. Hal yang didiskusikan adalah perasaan sebagai konselor, keterampilan
konseling apa yang sudah baik dilakukan dan yang perlu ditingkatkan sesuai formulir
penilaian pemberian makan bayi dan anak, dan formulir observasi untuk penilaian PMBA
Ibu/Anak.
5. Bermain peran dilanjutkan sampai semua peserta berperan sebagai konselor, pengamat
dan ibu pengasuh.
6. Pelatih meminta peserta untuk merangkum hasil praktik konseling PMBA.

Alat bantu:
1. Formulir Penilaian pemberian makan bayi dan anak (Formulir MI 7.1)
2. Formulir Observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (Formulir MI 7.2)
3. Kartu konseling
4. Brosur
5. Boneka dan model payudara
6. Mangkuk

Skenario bermain peran langkah-langkah konseling PMBA


Skenario 1
Bacakan kepada Ibu: Ibu bernama Sandra. Anak ibu, Andi, berusia18 bulan. Ibu menyusui
satu atau dua kali sehari.Ibu memberikan Andi susu dan bubur sereal 2 kali sehari. Ibu
melihat bahwa minggu lalu, Andi terlihat lemah dan tidak aktif.
KMS: berat badan (BB) Andi bulan ini 7,5 kg, BB bulan lalu 7,6 kg. Andi diasuh dan diberi
makan sendiri oleh ibu Sandra.
Kebersihan: cuci tangan kadang-kadang saja.

Pesan kunci
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Sandra dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan
MI 7

dan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan


dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak
• Amati kondisi Sandra dan Andi
• Dengarkan keluhan-keluhan Sandra dan amati Andi dan Sandra
• Terima saja apa yang dilakukan Sandra tanpa harus setuju atau tidak setuju.

206 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Sandra menyusui Andi
• Sandra memberikan susu lain kepada Andi
• Andi terlihat lemah dan tidak aktif
• Sandra tidak mengikuti rekomendasi pemberian makanan sesuai usia (misalnya,
frekuensidan variasinya)

Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian kepada Sandra karena terus memberikan ASI.
• Bicara dengan Sandra tentang karakteristik pemberian makanan tambahan:frekuensi,
jumlah, kepekatan/kekentalan, variasi, pemberian makan aktif/responsif,dan kebersihan.
• Katakan bahwa Andi terlihat lemah dan tidak aktif mungkin karena kekurangan
makanan.
• Berikan pilihan/tindakan-tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan tidak
memadainya pemberian makanan tambahan, misalnya meningkatkan frekuensi
pemberian makanan menjadi 4 kali sehari; tanyakan tentang jumlah sereal yang
diterima Andi dan kemungkinan peningkatan jumlahnya; tanyakan tentang tekstur
(kepekatan/kekentalan) serealnya, dan tambahkan makanan keluarga yang ada lainnya
dan bantu Sandra memilih satu atau dua yang dapat ia coba dan bahwa ia percaya
bahwa itu sangat relevan dengan situasi Andi–diskusikan informasiitu dengan Sandra:
- KK11: Praktik-praktik PHBS yang baik dapat mencegah penyakit
- KK15: Pemberian Makanan Tambahan dari usia 12 bulan sampai 24 bulan
- KK16: Variasi makanan
- Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah berusia 6 bulan
• Minta Sandra untuk mengulangi perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Sandra bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beritahu Sandra dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti penyuluhan,
Kelompok Pendukung PMBA di masyarakat, Program Pemberian Makanan Tambahan,
dan merujuk ke Pekerja Masyarakat)
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Sandra atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Skenario 2
Bacakan kepada peserta: Ibu bernama Tati. Anak ibu, Sinta, berusia 4 bulan. Ibu
menyusui Sinta karena ibu tahu ASI adalah makanan terbaik untuknya. Ibu juga
memberikan air putih bila cuaca sangat panas. Ibu merasa bahwa Sinta sudah cukup
umur untuk makan makanan lain. Sinta mengalami penambahan berat badan, tetapi dia
mengalami diare 3 hari yang lalu.KMS BB bulan ini: 6,3 kg; BB bulan lalu: 6,2 kg.

Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Tati dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorongnya
untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan dan mempelajari,
keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
MI 7

• Amati kondisi Tati dan Sinta.


• Dengarkan keluhan-keluhan Tati dan amati Tati dan Sinta.
• Terima saja apa yang dilakukan Tati tanpa harus setuju atau tidak setuju.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 207


Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Tati menyusui Sinta.
• Tati juga memberi Sinta air.
• Sinta menderita diare minggu lalu.
• Tati belum mulai memberikan makanan tambahan/MP ASI namun sudah mulai berpikir
memberikan.

Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian pada Tati karena ia menyusui anaknya.
• Bicara dengan Tati tentang pentingnya ASI Ekslusif.
• Katakan bahwa ASI adalah sumber cairan terbaik bagi Sinta.
• Diskusikan tentang risiko dari air yang tercemar.
• Katakan bahwa Sinta dapat diare 3 hari minggu lalu mungkin karena air yang tercemar.
• Katakan pada Tati bahwa ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan Sinta saat ini.
• Konselor akan memilih sebagian informasi pada kartu konseling yang sesuai usia yang
paling relevan dengan situasi Sinta–dan membicarakannya hal itu dengan Tati:
- KK11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit
- KK3: Pada 6 bulan Pertama
- KK4: Pada 6 bulan Pertama
- Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda
• Minta Tati untuk mengulangi perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Tati bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beritahu Tati dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti ceramah pendidikan,
Kelompok Dukungan PMBA di masyarakat, Program Pemberian Makanan Tambahan,
dan merujuk ke Pekerja Masyarakat)
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Tati atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Skenario 3
Bacakan kepada ibu: Ibu bernama Dina. Ibu menyusui anaknya yang berusia satu tahun,
Budi. Ibu memiliki dua anak lain. Ibu memberikan Budi ASI, makanan keluarga, 3 kali sehari,
¾ mangkuk tiap kali makan dan diberi dua kali makanan selingan. Budi sangat sehat dan
jarang sakit. KMS: BB Budi bulan lalu 10 kg, bulan ini 10,5 kg. Ibu Dina selalu cuci tangan
sebelum memberikan makanan kepada Budi.

Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Ibu Dina dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan
mendengarkandan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan
memberikan dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
• Amati kondisi Dina dan Budi.
• Dengarkan keluhan-keluhan Dina dan amati Dina danBudi.
• Terima saja apa yang dilakukan Dina tanpa harus setuju atau tidak setuju.
MI 7

Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Dina menyusui Budi.
• Dina memberikan makanan keluarga kepada Budi 3 kali sehari.
• Dina punya dua anak lagi.

208 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian pada Dina karena menyusui anaknya.
• Katakan pada Dina tentang pentingnya menyusui paling kurang untuk 2 tahun.
• Berikan pujian kepada Dina karena memberikan Budi makanan keluarga 3 kali sehari
• Bicarakan dengan Dina apa yang perlu dipertimbangkan waktu memberikan makanan
tambahan:frekuensi, jumlah, kepekatan/kekentalan, variasi, pemberian makan
aktif/responsif, dan kebersihan.
• Berikan pilihan/tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dan bantu Dina untuk memilih
satu atau dua perilaku yang dapat dia coba, misalnya menambah frekuensi pemberian
makanan menjadi 4 kali sehari; tanyakan tentang jumlah makanan yang diterima Budi,
tekstur (kepekatan/konsistensi), dan tambahkan makanan keluarga yang ada lainnya.
• Konselor akan memilih sebagian informasi pada kartu konseling yang sesuai usia yang
paling relevan dengan situasi Budi–dan membicarakannya itu dengan Dina:
- KK11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit
- KK15: Pemberian Makanan dari usia 12 bulan sampai 24 bulan
- KK16: Variasi Makanan
- Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah usia 6 bulan
• Katakan pada Dina bahwa mungkin ada baiknya bagi Budi untuk punya piring sendiri.
• Minta Dina untuk mengulangi perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Dina bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya dalam waktu dua hari
ke depan.
• Beritahu Dina dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti ceramah pendidikan,
Kelompok Dukungan PMBA dimasyarakat, Program Pemberian Makanan Tambahan,
dan merujuk ke Pekerja Masyarakat).
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Dina atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Skenario 4
Bacakan kepada ibu: Ibu bernama Siti. Ibu Siti hamil anak pertama. Usia Ibu Siti 25 tahun.
Umur kehamilannya 6 bulan, anak pertama, LILA ibu Siti: 23,5 cm. Ibu Siti makan 3 kali
sehari 1 piring nasi, 1 potong tempe, dan segenggam kerupuk. Ibu Siti merasa lemah
selama hamil. Tablet Tambah Darah (TTD) kadang dikonsumsi kadang tidak. Ibu Siti
tingginya 150 cm, berat badannya 49 kg.

Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Ibu Siti dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan
dan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan
dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBAPasangan Ibu/Anak.
• Amati kondisi Ibu Siti.
• Dengarkan keluhan-keluhan Ibu Siti.
• Terima saja apa yang dilakukan Siti tanpa harus setuju atau tidak setuju.

Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
MI 7

• Ibu Siti hamil 6 bulan.


• Ibu Siti makan 3 kali sehari menggunakan 1 piring nasi, 1 potong tempe dan segenggam
kerupuk.
• Ibu Siti hamil anak pertama.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 209


Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian pada Ibu Siti karena makan 3 kali sehari.
• Katakan pada Ibu Siti tentang pentingnya menjaga asupan selama kehamilan.
• Bicarakan dengan Ibu Siti apa yang perlu dipertimbangkan waktu makan saat hamil:
frekuensi, jumlah, variasi, dan kebersihan.
• Berikan pilihan/tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dan bantu Ibu Siti untuk memilih
satu atau dua perilaku yang dapat ia coba, misalnya menambah frekuensi pemberian
makanan dengan menambah makanan selingan dua kali sehari; tanyakan tentang
jumlah makanan yang dimakan, dan variasinya.
• Konselor akan memilih sebagian informasi pada kartu konseling yang sesuai yang paling
relevan dengan situasi Ibu Siti:
- KK11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit
- KK1: Makan Saat Hamil dan Menyusui
- KK16: VariasiMakanan
- Brosur: Bagaimana Makan Selama Hamil dan Menyusui
• Katakan pada Ibu Siti bahwa mungkin ada baiknya baginya makan yang lebih beragam.
• Minta Ibu Siti untuk mengulangi perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Ibu Siti bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya dalam waktu dua
hari ke depan.
• Beritahu Ibu Siti dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti ceramah pendidikan,
Kelompok Dukungan PMBA dimasyarakat, dan merujuk ke Pekerja Masyarakat).
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Dina atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Skenario 5
Bacakan kepada peserta: Ibu bernama Marni. Anak ibu, Joni, berusia 3 bulan. Menurut ibu
putingnya lecet dan sakit. Ketika diminta memposisikan bayinya ibu terlihat tidak nyaman,
daerah hitam disekitar payudara (areola) hanya masuk sedikit ke mulut bayi Joni. KMS BB
bulan ini: 5,2 kg; BB bulan lalu: 4,9 kg. Joni hanya disusui saja, tidak diberi makanan dan
minuman lain.

Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Marni danajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan
dan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan
dukungan.
• Lengkapi Formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
• Amati kondisi Marni dan Joni.
• Dengarkan keluhan-keluhan Marni dan amati posisi dan pelekatan Marni dan Joni.
• Terima saja apa yang dilakukan Marni tanpa harus setuju atau tidak setuju.

Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Marni menyusui Joni.
• Marni mengeluhkan puting lecet.
• Posisi menyusui Marni tidak nyaman.
MI 7

• Daerah areola hanya masuk sedikit ke mulut anak.

210 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian pada Marni karena ia menyusui anaknya.
• Bicara dengan Marni tentang pentingnya posisi dan pelekatan yang efektif saat
menyusui.
• Konselor akan memilih sebagian informasipada kartu konseling yang sesuai usia yang
paling relevan dengan situasi Joni dan membicarakannya hal itu dengan Marni:
- KK6: Posisi Menyusui
- KK7: Pelekatan
- Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda
• Minta Marni untuk mencoba posisi dan pelekatan sesuai KK.
• Jika belum posisi dan pelekatan belum tepat, contohkan ke ibu dengan menggunakan
boneka bayi dan model payudara dan minta ibu mengikuti.
• Tanyakan bagaimana perasaan ibunya setelah memperbaiki posisi dan pelekatan dan
cek apakah ibu sudah mengikuti dengan benar. Jika belum tepat, minta izin ibu untuk
memperbaiki posisi dan pelekatan menggunakan tangan ibu.
• Katakan pada Marni bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beritahu Marni dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti ceramah pendidikan,
Kelompok Dukungan PMBA dimasyarakat, Program Pemberian Makanan Tambahan,
dan merujuk ke Pekerja Masyarakat).
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Marni atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

MI 7

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 211


Lampiran : MI 7.7

Panduan Praktik Konseling PMBA

Tujuan:
Setelah mengikuti praktik konseling, peserta mampu melakukan langkah-langkah konseling
PMBA.

Petunjuk:
1. Pelatih membagi kelompok yang terdiri dari 2 peserta (berpasangan).
2. Pelatih menjelaskan setiap peserta bergantian peran sebagai konselor dan pengamat.
3. Satu peserta melakukan konseling kepada ibu/ayah/pengasuh bayi atau anak,
sementara pasangaannya mengamati, mengikuti diskusi dan mengisi daftar tilik untuk
memberikan umpan balik pada akhir sesi praktik konseling
4. Minta peserta yang berperan sebagai konselor untuk menggunakan materi peserta :
penilaian praktik PMBA pada pasangan ibu dan anak.
5. Minta peserta yang berperan sebagai pengamat menggunakan formulir observasi
penilaian PMBA pasangan ibu/anak
6. Pelatih melakukan diskusi dan umpan balik dari praktik konseling PMBA. Hal yang
didiskusikan adalah perasaan sebagai konselor, keterampilan konseling apa yang sudah
baik dilakukan dan yang perlu ditingkatkan sesuai formulir penilaian pemberian makan
bayi dan anak, dan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak.
7. Praktik konseling dilanjutkan sampai semua peserta berperan sebagai konselor dan
pengamat
8. Pelatih meminta peserta untuk merangkum hasil praktik konseling PMBA.

Alat bantu:
1. Formulir Penilaian pemberian makan bayi dan anak (formulir 7.1)
2. Formulir Observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (formulir 7.2)
3. Kartu konseling
4. Brosur
5. Boneka dan model payudara
6. Peniti
7. Mangkuk
MI 7

212 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Formulir 7.1
LEMBAR PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK

Langkah II : Berpikir (Analisa)


Hal yang baik yang telah dilakukan ibu dalam pemberian makan pada anaknya
......................................................................................
Hal yang kurang baik yang dilakukan ibu dalam pemberian makan pada anak Tangga Perilaku ke berapa ?..........................
........................................................................
………………………………………………………
Masalah utama pemberian makan anak :
A. .............................................................
B. ………………………………………
MI 7

Langkah III : Bertindak (Melakukan)


 Memberikan pujian
 Memberi satu atau dua saran dengan menggunakan Kartu Konseling Nomor: ___________ Ketrampilan
membangun percaya
 Menilai pemahaman ibu
diri dan memberi
 Menyepakati waktu untuk kunjungan berikutnya: ____________________
dukungan
 Merujuk jika perlu
 Berterima kasih

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 213


Penjelasan Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak

1. Beri salam kepada Ibu

2. Tanyakan identitas anak/ibu hamil dan ibu menyusui(UMUR), hafalkan nama


ANAK/IBU

3. Lihat KMS atau buku KIA dan riwayat penyakit anak/ibu hamil atau ibu menyusui

4. Membaca grafik pertumbuhan


a. Bila grafik menunjukkan kenaikan berat badan anak, puji ibu→”Bagus ibu, NAMA
ANAK naik berat badannya”
Bila grafik menunjukkan penurunan, tetap puji ibu→Bagus ibu, NAMA ANAK rajin
dibawa ke posyandu
b. Tanyakan apa yang dimakan anak kemarin (ASI dan MP ASI): (bagaimana
jenis/variasi, frekuensi, kekentalan, porsi)
i. Pagi hari – apa yang dimakan-
ii. Antara pagi hari dan siang hari
iii. Siang hari
iv. Antara siang hari – sore hari
v. Malam hari
vi. Lihat Cara Ibu Menyusui (Bila anak di bawah 3 bulan, lihat pelekatan/posisi)
c. Siapa yang biasa memberikan makan anak
d. Untuk menjaga kebersihan, apa yang ibu lakukan sebelum menyiapkan atau
memberikan makan pada anak
e. INGAT TANGGA PERUBAHAN PERILAKU:
• Bila IBU dalam TANGGA TIDAK TAHU →Beri informasi sesuai usia ANAK
• Bila IBU dalam TANGGA TAHU →Motivasi/Dorong Ibu

5. Cek buku KIA: Berat badan, Hamil ke..., TTD, LILA, Usia Kehamilan, Hb, Riwayat
keguguran
MI 7

214 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Formulir 7.2 Apakah konselor
Lembar Observasi Penilaian PMBA  Menilai usia dengan benar?
Pasangan Ibu/Anak  Memeriksa pemahaman ibu tentang
grafik pertumbuhan anak pada
Nama Konselor: KMS?
Nama Pengamat :  Memeriksa penyakit anak yang
Tanggalkunjungan: terbaru?

(√ untuk Ya dan × untuk Tidak) Menyusui:


 Menilai status pemberian ASI
Apakah konselor sekarang?
Menggunakan keterampilan  Memeriksa kesulitan pemberian
Mendengarkan dan Mempelajari ASI?
menyejajarkan diri dengan  Mengamati pemberian ASI?
ibu/pengasuh?
memperhatikan apa yang dikatakan Cairan:
Ibu/Pengasuh? (kontak mata)  Menilai asupan- cairan lain?
menyingkirkan penghalang? (meja
dan catatan) Makanan:
menyediakanwaktu Menilai asupan―makanan lain?
menggunakan sentuhan yang wajar?
mengajukanpertanyaan terbuka? Pemberian Makanan aktif:
menggunakan respons dan isyarat Menanyakan apakah anak dibantu
untuk menunjukkan perhatian? waktu makan?
mengulang kembali apa yang
dikatakan ibu? Kebersihan
menghindari penggunaan kata-kata
yang menghakimi Memeriksa tentang kebersihan yang
memberikan waktu kepada terkait dengan pemberian makana
ibu/pengasuh untuk berbicara?

Menggunakan keterampilan
Membangun Kepercayaan Diri dan
Memberikan Dukungan:
 Menerima apa yang dipikirkan dan
dirasakan ibu?
 Mendengarkan keluhan
ibu/pengasuh?
 Mengakui dan menghargai apa yang
dilakukan oleh ibu dan bayi dengan
benar?
 Memberikan bantuan praktis?
 Memberikan sedikit informasi yang
relevan?
 Menggunakan bahasa yang
sederhana?
 Memberikan satu atau dua buah
saran,bukan perintah?
MI 7

PENILAIAN
(√ untuk Ya dan x untuk Tidak)

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 215


ANALISIS (√ untuk Ya dan X untuk Tidak)
Apakah konselor?
Mengidentifikasi kesulitan dalam pemberian makan?
Memprioritaskan kesulitan? (jika lebih dari satu)
 Catat kesulitan yang diprioritaskan

TINDAKAN
(√ untuk Ya dan x untuk Tidak)

Apakah konselor
 Memuji ibu/pengasuh yang melakukan praktek-praktek yang direkomendasikan?
 Menangani kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI, misalnya pelekatan yang buruk
atau pola pemberian ASI yang buruk dengan bantuan praktis.
 Membicarakan rekomendasi pemberian makanan yang sesuai usia dan poin-poin
diskusi yang memungkinkan?
 Memberikan satu atau dua opsi yang sesuai dengan usia anak dan perilaku pemberian
makanan?
 Membantu ibu memilih satu atau dua hal yang bisa ia coba untuk mengatasi
tantangan pemberian makanan?
 Menggunakan Kartu Konseling dan Brosur yang tepat yang paling relevan dengan
situasi anak dan membicarakan informasi itu dengan ibu/pengasuh?
 Meminta ibu untuk mengulangi perilaku baru yang telah disepakati?
 Catat perilaku yang disepakati:
• Menanyakan ibu apakah mereka punya pertanyaan/keluhan?
• Memberi rujukan bila perlu?
• Memberikan saran dimana ibu bisa mendapatkan dukungan tambahan?
 Menyepakati tanggal/waktu untuk sesi lanjutan?
 Berterimakasih kepada ibu atas waktu mereka?
MI 7

216 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Materi Penunjang 1 (MP 1)

Building Learning Center (BLC)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam suatu pelatihan, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal
sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda, dengan latar belakang social budaya,
pendidikan/pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula, pada
awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana kebekuan
(freezing).
Agar pelatihan sukses, partisipatif dan berbasis aktifitas peserta, harus diperkenalkan rasa
percaya antar peserta, melalui perkenalan antara peserta, fasilitator dan panitia. Dalam
lingkungan peserta yang saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk berani
berkontribusi dan lebih menyenangi proses belajar dan membantu kelancaran peroses
pembelajaran.
Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kebekuan harus dipecahkan dengan proses
pencairan (unfreezing) pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta dan
menciptakan perasaan positif satu sama lain. BLC juga mengajak peserta mampu
mengemukakan harapan-harapan dan kekhawatiran mereka dalam pelatihan, serta
merumuskan nilai-nilai dan norma kelas serta kontrol kolektifnya yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan Building Learning
Commitment (BLC) dalam proses pelatihan.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1. Melakukan perkenalan dan pencairan antara peserta, fasilitator dan panitia.
2. Merumuskan harapan, kekhawatiran dan komitmen terhadap proses pelatihan.
3. Membuat kesepakatan nilai, norma, dan kontrol kolektif.
4. Menetapkan organisasi kelas.
5. Menggunakan Alat bantu pelatihan PMBA

III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN


1. Perkenalan dan dan pencairan antara peserta, fasilitator dan panitia.
2. Perumusan harapan, kekhawatiran dan komitmen terhadap proses pelatihan.
3. Kesepakatan nilai, norma, dan kontrol kolektif.
4. Penetapan organisasi kelas.

BAHAN BELAJAR
1. Permainan/games
2. Instrumen
3. Alat permainan
MP 1

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 217


LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Di dalam ruang kelas, kursi disusun melingkar sejumlah peserta.
A. Pengantar (Briefing) (5 menit):
1. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
B. Inti (Proses) (75 menit)
Langkah 1: Perkenalan dan pencairan antara peserta, fasilitator dan panitia (20
menit)
Memandu peserta untuk melakukan proses perkenalan dengan pilihan metode:
1. Memperkenalkan Fasilitator yang hadir dan Panitia disertai tugas yang dilakukannya.
2. Fasilitator membagi Peserta dalam kelompok, tiap kelompok terdiri minimal 10 orang.
Pembagian kelompok berdasarkan kesamaan Pilihan Warna:
o Fasilitator menyediakan potongan kertas berwarna sebanyak jumlah peserta, dengan
warna-warna: biru, hijau, kuning, merah hati, merah jambu, ungu, coklat, oranye, dan
sebagainya yang terbagi secara merata.
o Peserta diminta mengambil salah satu warna yang paling disukainya, disesuaikan
dengan jumlah potongan kertas yang tersedia.
o Peserta dengan pilihan warna yang sama diminta berkumpul menjadi satu kelompok.

Mengenal diri sendiri dan orang lain dengan Permainan “Kereta Api”
1. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran dalam
kelompok yang telah dibagi.
2. Peserta pertama memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, dan unit kerja.
3. Peserta berikutnya diminta menyebutkan terlebih dahulu nama-nama peserta
sebelumnya baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri
4. Demikian seterusnya sehingga merangkai seperti rangkaian Kereta Api
5. Peserta terakhir harus menyebutkan seluruh nama peserta sebelum meperkenalkan
dirinya sendiri
6. Masing-masing kelompok diwakili oleh satu peserta memperkenalkan semua
anggota kelompok, dengan menyebut nama dan asal instansi.
7. Kelompok digabung menjadi kelompok besar, dan untuk mengukur efektifitas proses
perkenalan, fasilitator mengecek kemampuan peserta dengan minta beberapa
diantara peserta menyebutkan seluruh nama peserta yang hadir.

Pilihan permainan lainnya untuk perkenalan, yaitu:


• Peserta masih dalam posisi duduk melingkar
• Fasilitator memberikan kepada setiap peserta kartu yang telah disediakan
• Fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan nama, dan unit kerjanya
masing-masing pada bagian atas kartu
• Fasilitator meminta juga peserta untuk mengidentifikasi sesuatu tentang: latar
belakang kehidupan mereka, pengalaman kerja, hobby, kota asal dan lain-lain yang
dianggap perlu.
• Kumpulkan semua kartu di tengah forum.
• Fasilitator meminta seorang peserta untuk menarik salah satu kartu, dan
membacakannya dimuka forum. Peserta yang namanya dibacakan, diminta berdiri,
sementara informasi lainnya terus dibacakan.
• Selanjutnya peserta yang namanya baru saja dibacakan, diminta mengambil secara
acak kartu lain dan membacakannya pula, sementara peserta yang nama dan
identitasnya dibacakan agar berdiri.
MP 1

▪ Teruskan sampai semua kartu (seluruh peserta) terbacakan.


Menjelang akhir acara, fasilitator mengajukan pertanyaan: (1) Bagaimana perasaan hati
anda sekarang, dibandingkan sebelum acara perkenalan? (2) Apa saja yang dapat

218 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


dijadikan bahan pembelajaran dari berbagai peristiwa perilaku yang terjadi selama
interaksi?
Langkah 2 : Pencairan dilakukan dengan “Energizing” ( 10 menit )
Fasilitator meng-energize peserta dengan permainan-permainan yang
menggembirakan untuk mencairkan kebekuan/kekakuan karena belum saling
berkenalan.
Fasilitator memandu peserta untuk melakukan proses pencairan dengan metode:
• Fasilitator meminta peserta membuat barisan. Tujuannya agar seluruh peserta
bisa berkenalan lebih jauh, fisik maupun sifat-sifat mereka, sekaligus memecah
kebekuan di antara peserta dan melatih mereka bekerjasama dalam kelompok.

Langkah-langkah:
- Peserta dibagi dalam dua kelompok yang sama banyak.
- Fasilitator menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
• Kedua kelompok akan berlomba menyusun barisan. Barisan disusun berdasarkan
aba-aba:
o Berbaris menurut ukuran sepatu (mulai dari ukuran sepatu paling kecil)
o Berbaris menurut urutan nama secara alpabet (mulai dari A s/d Z).
o Berbaris menurut urutan usia (mulai dari usia yang muda)
o Berbaris menurut tempat kelahiran (mulai dari A s/d Z)
o Berbaris menurut tahun kelahiran (mulai dari tahun kelahiran paling muda)
o Berbaris menurut jumlah saudara kandung (mulai dari jumlah saudaranya
yang paling banyak)
• Fasilitator akan menghitung sampai 10, kemudian kedua kelompok, selesai atau
belum selesai, harus jongkok.
• Setiap kelompok secara bergantian memeriksa apakah kelompok lawan telah
melaksanakan tugasnya dengan benar.
Kelompok yang menang adalah kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan
benar dan cepat (bila kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sebelum hitungan
ke sepuluh mereka boleh langsung jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka
telah selesai melakukan tugas).

Pilihan permainan lainnya untuk pencairan, yaitu:


Permainan “Angin berhembus"
Fasilitator meminta satu peserta untuk berdiri dan menyingkirkan kursinya dari
dalam lingkaran. Kemudian peserta tersebut diminta untuk memberi aba-aba, agar
peserta yang disebutkan identitasnya pindah duduk, misalnya dengan menyeru:
“Semua peserta yang berbaju merah pindah”. Pada keadaan tersebut akan terjadi
pertukaran tempat duduk dan saling berebut. Hal tersebut menggambarkan
suasana “storming”, atau seperti “badai” yang merupakan tahap awal dari suatu
pembentukan kelompok.

Permainan “Menulis Terbalik”


• Peserta diminta menulis di luar kebiasaannya pada sehelai kertas (yang biasa
tangan kanan menggunakan tangan kiri, bagi yang kidal menggunakan tangan
kanan)
• Menulis secara serentak dari arah kanan ke kiri (seperti menulis huruf Arab)
• Yang ditulis terbalik adalah urutan huruf besar alphabet A, B, C dst
• Fasilitator memberi aba-aba serentak untuk memulai menulis selama 2 (dua)
menit
MP 1

• Kemudian pada akhir dicheck jumlah yang benar


• Permainan diulangi, dan dicheck kembali jumlah yang benar. Biasanya meningkat.
• Kesimpulan: Mengerjakan sesuatu yang di luar kebiasaan biasanya pada awalnya
sulit, namun pada dasarnya mudah.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 219


Permainan “Kuda dan Joki”
Tugas kelompok menyusun potongan gambar dua ekor kuda beserta dengan dua
orang jokinya. Semua anggota kelompok harus bersinergi dalam menyusun tugas
tersebut. Tidak diperbolehkan melipat gambar ataupun mengguntingnya.

Permainan “Petani Bingung”


Permainan ini adalah menentukan bagaimana cara seorang petani yang membawa
seekor macan, seekor kambing, dan sekeranjang rumput, bisa menyeberangkan
semua bawaannya dengan aman melewati sebuah jembatan.
Ilustrasinya adalah: Jembatan hanya dapat dilalui petani dan salah satu bawaannya
dengan aman melewati sebuah jembatan. Tanpa ada petani yang mengawasi,
kambing akan dimangsa macan, dan rumput akan dimakan kambing.

Tugas kelompok adalah menentukan peran yang menjadi petani, macan, kambing
dan rumput, dan selanjutnya menentukan bagaimana cara menyelesaikannya.

Langkah 3 : Perumusan harapan, kekhawatiran dan komitmen terhadap proses


pelatihan (15 menit)
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang, kemudian
menjelaskan penugasan kelompok, yaitu:
1. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga
menjadi harapan kelompok.
2. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Peserta lainnya
diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
3. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati
bersama.
4. Peserta difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan
komitmennya untuk mentaati norma kelas tersebut.

Langkah 4 : Kesepakatan nilai, norma, dan kontrol kolektif. (10 menit)


1. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil @ 5-6 orang
per kelompok.
2. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati, kemudian fasilitator memandu
peserta untuk merumuskan nilai kelas untuk disepakati bersama.
3. Fasilitator membagikan kertas berisi daftar nilai-nilai pribadi sebagai referensi
4. Peserta diminta menyepakati nilai kelompok
5. Selanjutnya nilai kelompok tersebut disepakati menjadi nilai kelas yang
disepakati secara bersama-sama dan dijabarkan menjadi norma kelas, termasuk
kontrol kolektif (sanksi) bagi yang melanggar
6. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan
bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati.
Tuliskan hasil brainstorming di papan flipchart agar bisa dibaca oleh semua
peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan
brainstorming.
7. Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming, sehingga dapat dirumuskan
sanksi yang disepakati kelas.
8. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan dengan jelas
rumusan norma dan sanksi yang telah disepakati tersebut pada kertas flipchart
MP 1

serta menempelnya di dinding agar bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana


mestinya.

220 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


Langkah 5: Penetapan organisasi kelas (5 menit)
Pada tahap akhir perlu ditetapkan Pengurus Kelas agar memudahkan koordinasi
dengan fasilitator dan panitia.
1. Fasilitator meminta tiap kelompok mengirimkan satu peserta sebagai “Kandidat”
Ketua Kelas.
2. Masing-masing Kandidat secara bergilir mempromosikan dirinya di hadapan
peserta.
3. Kandidat membalikkan badan dan peserta diminta berdiri di belakang kandidat.
Kandidat yang mempunyai barisan terpanjang, maka dialah yang terpilih menjadi
Ketua Kelas. Selanjutnya Ketua Kelas akan menentukan Pengurus Kelas.

Langkah 6 : Menggunakan Alat bantu pelatihan PMBA (15 menit)


1. Pelatih mengajak peserta membuka Kartu Konseling, Booklet Pesan Utama
dan Brosur.
2. Pelatih meminta peserta menemukan sebuah gambar yang menunjukkan
gambar buah dari Kartu Konseling, Booklet Pesan Utama dan Brosur .
3. Mintalah peserta untuk membuka kartu konseling, halaman dalam booklet
Pesan utama dan brosur yang menampilkan gambar buah tersebut.
4. Tanyakan kepada peserta lain apakah mereka setuju, tidak setuju, atau
ingin menambahkan kartu konseling, halaman booklet atau brosur
yang lain yang menampilkan gambar buah.
5. Ulangi lagi proses dengan mencari gambar yang masih tersisa. Temukan:
• Konselor/kader yang berbicara dengan seorang ibu.
• Suatu tanda atau simbol yang mengindikasikan bahwa sesuatu
hendaknya terjadi selama siang dan malam
• Suatu tanda atau simbol yang mengindikasikan bahwa anak hendaknya
makan hidangan selingan atau kudapan
• Suatu tanda atau simbol yang mengindikasikan bahwa anak hendaknya
makan tiga kali sehari dan menyantap dua makanan selingan
• Seorang bayi sakit kurang dari enam bulan
• Kartu dengan pesan tangan hendaknya dicuci dengan sabun dan air
bersih
• Kartu dengan pesan bahwa seorang bayi tidak perlu minum air selain ASI
6. Pelatih menjelaskan bahwa Kartu Konseling, Booklet Pesan Utama dan
Brosur akan menjadi alat yang akan digunakan nantinya.

Alat bantu:
1. Kartu Konseling
2. Booklet Pesan Utama
3. Brosur

Membuat Rangkuman dan Evaluasi (10 menit)

Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dan evaluasi dari semua proses dan
hasil pembelajaran selama sesi ini.
1. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
2. Fasilitator meminta peserta berdiri membentuk lingkaran
3. Fasilitator meminta peserta secara acak untuk mengucapkan kata-kata tentang hal yang
diketahui terkait BLC.
MP 1

Fasilitator meminta peserta mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai harapan kelas dan
mematuhi norma yang telah disepakati

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 221


IV. URAIAN MATERI

Konsepsi Building Learning Commitment (BLC)

Aktivitas pelatihan adalah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap


atau tingkah laku sebagai interaksi individu dengan lingkungan belajar yaitu orang lain,
fasilitas fisik, psikologis, metode, media dan teknologi pembelajaran.
Pelatihan seringkali dikonstruksikan sebagau sesuatu yang formal, terstruktur dan terkait
system-sistem. Peserta latih yang berasal dari lingkungan dan latar belakang berbeda
adakalanya menjadi canggung untuk berperilaku maupun mengemukakan ide-idenya karena
tidak setiap orang dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Oleh
karena itu proses pelatihan harus dimulai dengan membangun kesepakatan belajar (building
learning commitment)
Untuk membangun kesepakatan, perlu dimulai dengan perkenalan antar peserta,
menyepakati aturan dan tindakan sebagai bentuk kebersamaan, keterbukaan, saling
menghormati, saling menghargai dan secara bersama-sama berusaha mencapai
keberhasilan (sukses) dalam pelatihan yang diikuti
1. Komitmen
Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau yang
menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong berupaya
sekuat tenaga untuk mengaktualisasikannya dengan berbagai macam cara yang baik,
efektif dan efisien.
Komitmen belajar/pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/kelompok/ kelas untuk
berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan apa yang menjadi tujuan
pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan dalam mencapai
keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap orang yang memiliki
komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan yang terbaik
kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta suasana/
lingkungan pembelajaran yang kondusif.
2. Harapan terhadap Pelatihan
Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam pelatihan
berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang diinginkan sebagai hasil
proses pembelajaran.
Dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.
Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya, dan
bukan sesuatu yang diucapkan secara asal-asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.

3. Kesepakatan Norma Belajar Bersama


Kesepakatan (commitment) adalah sebuah kata yang memiliki makna yang sangat
penting dalam sebuah kelompok/komunitas. Kesepatan dibangun berdasarkan nilai-nilai
yang diyakini secara pribadi. Margaret Thatcher menyatakan bahwa “…seseorang dapat
mengubah taktik, strategi dan program-programnya sesuai perubahan situasi namun
tidak mengubah prinsip dan nilai (value) yang diyakini pribadinya”.
MP 1

Nilai-nilai pribadi peserta latih, mungkin berbeda mungkin pula sama. Melalui proses
diskusi dan interaksi dalam kelompok, peserta didorong untuk memberikan
pendapat/argumentasi atas pilihannya dan belajar saling menghargai serta saling
memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta lainnya. Perbedaan haruslah dipahami

222 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


sebagai kekayaan cara setiap individu memandang sesuatu. Semakin banyak perbedaan
semakin kaya dan luas kita memandang sesuatu. Meskipun demikian semakin banyak
perbedaan semakin rentan terjadi konflik dan friksi, sehingga peserta latih belajar untuk
tenggang rasa. Melalui proses interaksi dalam diskusi peserta belajar untuk mencari
solusi untuk mensinergikan perbedaan diantara kelompok.
Agar nilai-nilai yang telah disepakati tetap terjaga, maka diperlukan norma belajar yang
mengatur tata pergaulan selama proses belajar sehingga semua memperoleh
kesempatan untuk sukses. Nilai-nilai yang sudah ditetapkan bersama dijabarkan dalam
norma yang terukur dan jelas operasionalisasinya. Norma merupakan nilai yang diyakini
oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta dipatuhi
sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari-hari kelompok/masyarakat tersebut.
Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang
seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok.
4. Kesepakatan Kontrol Kolektif
Untuk tegaknya norma yang telah disepakati bersama, peserta dapat menetapkan sanksi
yang memberi manfaat kepada seluruh peserta diklat. Bentuk sanksinya harus bersifat
positif dan membangun.

5. Membentuk Pengurus Kelas


Agar kelas berjalan dengan lancar dan mengakomodasi semua kebutuhan peserta,
dibentuk pengurus kelas yang akan mengkoordinasikan kegiatan dengan Panitia dan
Fasilitator.

REFERENSI:
1. Ir. Sri Ratna, MM dan Dra Sri Murtini, MPA, Dinamika Kelompok, Bahan Ajar
Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara RI, 2006
2. Adi Soemarmo, Icebreaker, Permainan Atraktif Efektif, Penerbit: Andi, Yogyakarta,
2006
3. Munir Baderel, Drs, Apt, Dinamika Kelompok, Penerapan Dalam Laboratorium
Perilaku, Universitas Sriwijaya, 2001

MP 1

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 223


VIII. LAMPIRAN

FORMULIR NILAI DIRI

Kesetiaan Keberhasilan Kedamaian Kebahagiaan


Kesejahteraan Kekayaan Persahabatan Kearifan
Kebebasan Persaudaraan Kebenaran Keadilan
Kejujuran Kesehatan Kebersamaan Persatuan
Keunggulan Ketegasan Tanggung Ketenaran
jawab
Status Penghargaan Kehormatan Stabilitas
diri
Kemerdekaan Efisiensi Keamanan Keluarga
Harga diri Ketulusan Pengabdian Agama
Kepastian Jaminan Menbantu Menghormati
masa depan ekonomi orang lain sesama
Reputasi Kredibilitas Kreativitas Kekuasaan
Hak azasi Integritas Keharmonisan Ketengan
Berguna bagi Melayani pada Berkorban Kelangsungan
orang lain sesama bagi orang hidup
lain
Disiplin pribadi Ketegasan Keluhuran Keikhlasan
budi
Kerja sama Jabatan Kedudukan Keterbukaan
Prestasi kerja Kepemimpinan Cita-cita Tujuan hidup
Hidup yang Sukses dalam Dipercaya Dihargai oleh
berarti pekerjaan oleh orang orang lain
lain
Kesucian diri Negara Pekerjaan Bangsa
Alam semesta Lingkungan Ketaatan Harta
kekayaan
Keseimbangan Penghargaan Imajinasi Keimanan
Kasih sayang Perhatian Keakraban Pengetahuan
Informasi Demokrasi Menepati janji Gairah hidup
Menghargai Usaha dan Rakhmat dan Tantangan
waktu perjuangan anugerah hidup
Semangat Prakarsa Keberanian Kesempatan
juang
Kemenangan Keahlian Kepandaian Bakat pribadi
Ide & pemikiran Cinta keselarasan Persaingan
Kecepatan Ketelitian Kecermatan Ketepatan
Rendah hati Kesopanan Kebudayaan Etika
Pranata hukum Toleransi Musyawarah Kekuatan diri
Kesederhanaan Kenyamanan Kewibawaan Kesabaran
Ayah-ibu Pengembangan Pertumbuhan Kemajuan
Ketahanan Fleksibilitas Kualitas kepribadian
MP 1

224 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


LAGU-LAGU PADA
PELATIHAN KONSELING PMBA
A. Energizer
1. LAGU HALO-HALO BANDUNG
HALL0 APA KHABAR TEMAN
AKU BAIK-BAIK SAJA
TEPUK TANGAN PROK-PROK
INJAK BUMI DUKDUK
BERPUTAR-PUTAR CARI PASANGAN

2. KUPU-KUPU
LIMA JARI TANGAN KANANKU
LIMA JARI TANGAN KIRIKU
KUGABUNG JADI SATU SEMUANYA SEPULUH
JADILAH KUPU-KUPU

KUPU-KUPU TERBANG TINGGI


BUNGA-BUNGA DIHINGAPI
SAYAPNYA WARNA WARNI
SUNGUH INDAH SEKALI
KUPU-KUPU CANTIK SEKALI

3. TEPUK TANGAN
TEPUK TANGAN SATU JARI UNTUK …..
TEPUK TANGAN DUA JARI UNTUK ……
TEPUK TANGAN TIGA JARI UNTUK …..
TEPUK TANGAN EMPAT JARI UNTUK ….
TEPUK TANGAN LIMA JARI UNTUK ……

4. HUJAN
MAU PANAS SILAHKAN
MAU HUJAN SILAHKAN
ASAL JANGAN KAU MENYERAH DISINI
AKU TAHU ….. KAMU PASTI BISA
KAMU TAHU ….. AKU PASTI BISA
RENUNGKAN DALAM HATI
MUNGKIN DI SUATU HARI
INGATLAH HARI INI

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 225


5. POHON
INI DAHANKU 3 X
JIKA AKU DITEMBANG KREK-KREK KEKIRI
KEKANAN, KEDEPAN KE BELAKANG
LAMPU MERAH
PATUNG PANCORAN
DANSA

6. KEDEPAN (BungaCempa)
KEDEPAN KEBELAKANG KEKANAN LALU SILANG 2x
DEPAN…….. BELAKANG…… KANAN LALU SILANG

7. JANGAN MENYERAH DISINI


(KolamSusu –KoesPlus)

BUKAN SALAHMU UNTUK DATANG KESINI


MEMANG DIRIMU PERLU DATANG KESINI
RENUNGKAN DALAM HATI
DI SUATU HARI NANTI
KAU AKAN MENGALAMI

BIAR PANAS, SILAHKAN


BIAR HUJAN, SILAHKAN
ASAL JANGAN MENYERAH DISINI

AKU TAU KAMU PASTI BISA


KAMU TAHU AKU JUGA BISA

RENUNGKAN DALAM HATI


DISUATU HARI NANTI
INGATLAH HARI INI
INGATLAH TEMPAT INI

8. TEPUK BUNGKUS
AMBIL KERTAS……………LIPAT LIPAT
IKAT KARET ……………
MASUK KANTONG
BUNGKUS

9. TEPUK MANTUL
MANTAP…MANTAP…..BETUL
MANTUL

226 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


10.TEPUK SEMANGAT
MANA SEMANGATMU………INI SEMANGATKU
MANA SEMANGATMU …….. INI SEMANGATKU

SATU KALI SEMANGAT …. SE


DUA KALI SEMANGAT …….SEMA
TIGA KALI SEMANGAT … SE…SE…SEMANGAT
SE…SE….SEMANGAT
YIHAAAAAAA……

11.TEPUK CINTA
SAYANGKU…..PROK PROKPROK
CINTAKU…PROK PROKPROK
I LOVE YOUUU

B. LAGU-LAGU PMBA (SESUAI MI)

1. MI 1 : STANDAR EMAS MAKANAN BAYI


(Pada Hari Minggu)

SAAT BAYI LAHIR INGAT LAKUKAN IMD


SAMPAI ENAM BULAN HANYA BERI ASI SAJA
MULAI ENAM BULAN BERIKAN MAKANAN PENDDAMPING
LANJUT ASI SAMPAI DUA TAHUN ATAU LEBIH
Hey!

Reff:
SIK ASI ASIK ASI ASIK PASTI BISA!
SIK ASI SAMPAI DUA TAHUN ATAU LEBIH

4. MI 2 : SATU –SATU
SATU SATU AIR SUSU IBU
DUA DUA ITU AREOLA
TIGA-TIGA HANYA ASI SAJA
SATU DUA TIGA SEMUA BAHAGIA

5. MI 2 : PAYUDARA (Burung Kakak Tua)


PAYUDARA BESAR … PAYUDARA KECIL
TAK ADA BEDANYA … SEMUA ADA ASI
HISAP… HISAP….. HISAP YANG DALAM 3 X
ASI PASTI KELUAR

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 227


6. MI 2 : PRODUKSI ASI
(lagu Burung Kakaktua)

PAYUDARA BESAR, PAYUDARA KECIL


BESAR ATAU KECIL, SEMUA ADA ASI
HISAP, HISAP, HISAP YANG DALAM 3 X

ASI PASTI KELUAR


BAYI PASTI KENYANG
IBU JADI SENANG
BAPAK TAMBAH SAYANG

7. MI 2 : POSISI DAN AREOLA


KEPALA PANTAT PERUT LENGAN ….. PERUT LENGAN
KEPALA PANTAT PERUT LENGAN ---PERUT LANGAN
AREOLA ….. MULUT BIBIR DAGU DAN PIPI

8. MI 2 : PELEKATAN
(Dua mata saya)

AREOLA ATAS LEBIH KELIHATAN


MULUTNYA SI BAYI
TERBUKANYA LEBAR
BIBIR BAWAH BAYI KELIHATAN DOWER
DAGUNYA EH DAGU
NEMPEL PAYUDARA

9. MI 2 : HISAPAN EFEKTIF
(Dua mata saya)

PIPINYA SIBAYI KELIHATAN KEMBUNG


BAYI HISAP ASI
PELAN KADANG JEDA
KALAU DIDENGARKAN
TERDENGAR SUARA
MENELAN ASINYA
GLEK 6 X

10. MI 2 : BERI ASI


(Lagu Kalau Kau Suka Hati)

KALAU KAU SAYANG BAYI, JENTIK JARI


KALAU KAU SAYANG ANAK, TEPUK TANGAN
KALAU KAU SAYANG BAYI, DAN JUGA SAYANG ANAK
BERIKAN ASI SAMPAI DUA TAHUN ATAU LEBIH

228 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


11. MI 2 : KESULITAN MENYUSUI
(lagu Sakitnya tuh di sini)

BENGKAK PAYUDARAKU
PUTTING LECET BERDARAH
SALURAN ASI TERSUMBAT
INFEKSI MASTITIS DISATU PAYUDARA

Reff :
SAKITNYA TUH DISINI……DI PAYUDARAKU 4 X
SAKIT…SAKIT….SAKITNYA TUH DISINI 2 X

12. MI 3 : MP-ASI
(Sedang Apa)

MP-ASI, MP-ASI MAKANAN PENDAMPING ASI


PERHATIKAN, PERHATIKAN, ADA TUJUH FAKTORNYA
USIANYA, FREKUENSINYA, PERHATIKAN JUMLAHNYA
JAGA TEKSTUR, VARIASI, RESPONSIF DAN BERSIHNYA

13. MI 3 : EMPAT (4) BINTANG


(Bintang Kecil)
EMPAT BINTANG DALAM PMBA
MAKANAN POKOK DAN KACANG-KACANGAN
FE HEWA …….NI
BUAH DAN SAYURAN
JANGAN LUPA IODIUM DAN TABURIA

14. MI 3 : LIMA (5) LANGKAH CUCI TANGAN


(Balonku)
LIMA LANGKAH CUCI TANGAN
PERTAMA BASAHI TANGAN
LALU MEMAKAI SABUN
KEDUA TELAPAK TANGAN
PUNGGUNG DAN SELA JARI YES
KETIGA BAWAH KUKU
KEEMPAT BILAS BERSIH
KELIMA KERINGKANLAH

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 229


15. MI 3 : MAKANAN EMPAT BINTANG
(lagu Balonku)
MAKANAN EMPAT BINTANG
RUPA-RUPA JENISNYA
ADA MAKANAN POKOK
JUGA KACANG-KACANGAN

TAK LUPA BUAH, SAYURAN


JUGA LAUK HEWANI
MAKANAN EMPAT BINTANG
LENGKAP DAN PENUH GIZI

16. MI 4 : Stinky
MUNGKINKAH …… TERLAMBAT PERTUMBUHANMU
BILA TAK ADA PMBA UNTUKMU
DAN …. KINI KAN KU BERIKAN SEMUA
4 STANDAR EMAS MAKANAN UNTUKMU
KAU KUSAYANG ….. SELALU KU JAGA
TAKKAN KUBIARKAN GIZI BURUK MENIMPA ANAK KU

17. MI 4 : MARI MENIMBANG


(lagu Menanam Jagung)

MARI KAWAN KITA MENIMBANG


MENIMBANG BAYI JUGA BALITA
INGAT CARANYA
INGAT LANGKAHNYA

TIMBANGLAH DIA DENGAN CERIA


TIMBANG TIMBANG TYIMBANG YANG BENAR
TAK LUPA JUGA ISI KMS

18. MI 5. : AYO PERIKSA KEHAMILAN


(Menanam Jagung)
AYO IBU KITA PERIKSA
PERIKSAKANLAH KEHAMILANMU
TIMBANG BERATMU
UKUR TINGGIMU
DAN JANGAN LUPA UKUR LILA-MU

*PRIKSA, PRIKSA KEHAMILANMU


DAN JANGAN LUPA JAGA GIZIMU

BAYINYA SEHAT
IBUPUN SENANG
PASTI SEMUA AKAN BAHAGIA (kembalike *)

230 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


19. MI 6. : TANDA-TANDA ANAK SAKIT (Tanjung perak)

TANDA-TANDA ANAK SAKIT


NOLAK NYUSU, MUNTAH, DIARE

DEMAM, KEJANG, GIZI BURUK


SESAK NAPAS, AYO CEPAT
BAWA ANAK………
KE PUSKESMAS

20. MI 7 : TANGGA PERILAKU (Gelang Sipatu Gelang)

TADINYA SAYA TAK TAHU


SEKARANG MENJADI TAHU
DAN SAYA TERMOTIVASI UNTUK MENCOBA PERILAKU BARU
MENGADOPSI DAN LESTARIKAN PERILAKU BARU DALAM HIDUPKU

21. MI 7 : MEMBANGUN KEPERCAYAAN DAN MEMBERI DUKUNGAN


(Lihat Kebunku)

TRIMA APA SAJA


DAN BERI PUJIAN
BANTUAN YANG PRAKTIS
INFORMASI TEPAT
BAHASA SEDERHANA
ALAT BANTU TEPAT
SATU DUA SARAN DAN BUKAN PERINTAH

22. MI 7 : TIGA LANGKAH KONSELING


(Satu satu aku saying Ibu)

SATU-SATU SAYA DENGAR LIHAT


DUA-DUA PIKIR ADA APA
TIGA-TIGA BERTINDAK YANG TEPAT
SATU DUA TIGA KONSELINGNYA LENGKAP

23. MI 7. LANGKAH PERUBAHAN PERILAKU


(Kalau Kau Suka Hati dengan modifikasi)

AKU TAHU, AKU MAU DAN MELAKUKAN


AKU TAHU AKU MAU DAN MELAKUKAN
AKU TAHU, AKU MAU
AKU MELAKUKAN
JADI KEBIASAAN SEHARI-HARI
HORE !!!

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 231


PENUTUP

Pedoman Pelatihan Pelatih Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan
konseling pemberian makanan bayi dan anak di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
dan masyarakat. Oleh karena itu agar Pedoman ini dapat diimplementasikan dengan
baik, perlu koordinasi dan keterlibatan semua pihak, serta dukungan dari tenaga non
medis lainnya.

Dalam proses penyusunan Pedoman ini tidak menutup kemungkinan adanya


ketidaksempurnaan, sehingga dukungan dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.

Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan pelayanan gizi.

232 Pedoman Pelatihan Konseling PMBA


TIM PENYUSUN

Pengarah:
1. dr. Kirana Pritasari, MQIH (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat)
2. Ir. Doddy Izwardy, MA (Direktur Gizi Masyarakat)
3. Sri Wahyuni Sukotjo (Nutrition Specialist UNICEF Indonesia)

Kontributor :
Cornelia, C. Vita Aristyanita, Dyah Yuniar Setiawati, Dedi Setiawan, Della Rosa,
Dewi Astuti, Evarini Ruslina,Galopong Sianturi, Giri Wurjandaru, Heny Purbaningsih,
Hikmah Kurniasari, Irfanny Afif, Ine Indrati Sigit, Irma Kurnia Sari, Izra Haflinda Izmil,
Khairunnisa F, Lismartina, Puthut, Rini Suhartini, Roostiati Sutrisno Wanda, Sri
Nurhayati, Sri Amelia, Suroto, Yetty MP.Silitonga, Yosnelli, Yemima Ester.

Pendukung : Yaya Kusumajaya, Toto Haryanto, Akhadiyah Kurniasih, Jenno A.

Pedoman Pelatihan Konseling PMBA 233

You might also like