Professional Documents
Culture Documents
Konseling Pemberian
Makan Bayi dan Anak (PMBA)
1. KURIKULUM PELATIHAN
KONSELING PMBA
2. MODUL PELATIHAN
KONSELING PMBA
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh
dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih
pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berfikir.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai
awal kehidupan anak yang disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Kami menyadari bahwa Pedoman ini masih belum sempurna, kritik dan saran kami
harapkan untuk perbaikan. Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam
penyusuan Pedoman ini.
30
Pedoman Pelatihan
Pedoman Konseling
Pelatihan PMBA
Konseling PMBAv v
v
vii
ix
53
232
Pedoman Pelatihan
Pedoman Konseling
Pelatihan PMBA
Konseling PMBAvii vii
Kurikulum
Pelatihan Konseling
Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA)
6
6
6
25
29
30
31
33
35
Pedoman Pelatihan
Pedoman Konseling
Pelatihan PMBA
Konseling PMBAxi xi
xii xii Pedoman
Pedoman Pelatihan
Pelatihan Konseling
Konseling PMBAPMBA
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif pada Bayi
di Indonesia terdiri atas lima ketetapan termasuk penetapan mengenai pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai dengan usia anak 2 tahun
dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Juga ditetapkan bahwa tenaga
kesehatan agar menginformasikan kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif.
Pemberian informasi dianjurkan untuk mengacu pada 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan
salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang
sekaligus memenuhi hak. Menurut World Health Organization (WHO) dan United
Nations Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50% kematian anak balita terkait
dengan keadaan kurang gizi, dan dua per tiga diantara kematian tersebut terkait
dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, seperti
tidak dilakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama setelah lahir dan
pemberian MP ASI yang terlalu cepat atau terlambat diberikan. Keadaan ini akan
membuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit dan gagal tumbuh. Oleh karena itu,
upaya mengatasi masalah kekurangan gizi pada bayi dan anak balita melalui
pemberian makanan bayi dan anak yang baik dan benar, menjadi agenda penting
demi menyelamatkan generasi masa depan.
Kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1000 Hari Pertama
Kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) bagi petugas kesehatan, kader posyandu, dan lainnya sebagai promotor
dan motifator kesehatan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk membekali
BAB I
mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian makan
kepada bayi dan anak serta ibu hamil secara optimal yang difokuskan pada
pemantauan pertumbuhan, Pemberian ASI, Pemberian Makanan Pendamping ASI,
pemberian makan pada ibu, bayi dan anak berbasis masyarakat. Oleh karena itu,
informasi yang utuh ini dianggap penting untuk disampaikan kepada kader posyandu
sebagai sumber daya potensial yang langsung berhubungan dengan sasaran
PMBA. Tenaga kesehatan sebagai fasilitator dan promotor PMBA, dan kader
sebagai promotor dan motifator (konselor) perlu dibekali informasi tentang informasi
menyeluruh dan utuh tentang 1000 hari pertama kehidupan sehingga mampu
menyampaikan kembali kepada sasaran konseling PMBA di tingkat posyandu.
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
diselenggarakan dengan memperhatikan :
maupun kelompok.
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.
BAB II
A. Peran
B. Fungsi
C. Kompetensi
A. Tujuan Umum
BAB III
B. Tujuan Khusus
STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan pelatihan tersebut diatas, disusun materi yang tercantum
dalam struktur program sebagai berikut.
1. STRUKTUR PROGRAM
BAB IV
JAM PELAJARAN
NO. MATERI
T P PL JML
A. Materi Dasar (MD)
1. Kebijakan Gizi dalam Program 2 0 0 2
Indonesia Sehat-Pendekatan Keluarga
(PIS-PK)
Sub total A 2 0 0 2
Keterangan:
▪ T = penyampaian Teori, P = Praktik di kelas, PL = praktik lapangan
▪ 1 jpl @ 45 menit
8
2. Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
10
Nomor : Materi Inti 1 (MI. 1)
Judul Materi : Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Waktu : 2 Jpl (T= 1, P= 1, PL =0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep PMBA.
12
Nomor : Materi Inti 2 (MI.2)
Materi : Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Waktu : 4 Jpl (T = 1, P = 3, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan praktik pemberian ASI
yang direkomendasikan.
1. Melakukan cara menyusui 1. Cara menyusui yang baik ▪ Curah ▪ Modul ▪ Modul PMBA
yang baik. a. Anatomi payudara dan cara pendapat ▪ Flipchart ▪ Strategi Global
produksi ASI ▪ Ceramah ▪ Petunjuk Pemberian
b. Posisi dan pelekatan tanya jawab diskusi Makanan Bayi dan
14
Nomor : Materi Inti 3 (MI. 3)
Materi : Pemberian Makan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI)
Waktu : 6 Jpl (T = 2, P = 4, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemberian makan ibu hamil, ibu
menyusui dan MP ASI.
16
Nomor : Materi Inti 4 (MI. 4)
Materi : Pemantauan Pertumbuhan
Waktu : 4 Jpl (T = 1, P = 3, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemantauan pertumbuhan.
1. Menjelaskan cara 1. Cara menimbang berat badan ▪ Curah pendapat ▪ Panduan ▪ Modul
menimbang berat badan pada anak ▪ Ceramah tanya fasilitator Pemantauan
pada anak 2. Penimbangan anak jawab ▪ Kartu Pertumbuhan,
2. Melakukan penimbangan menggunakan dacin dengan ▪ Diskusi konseling Kementerian
anak menggunakan dacin benar kelompok ▪ Booklet pesan Kesehatan, 2014
18
Nomor : Materi Inti 5 (MI. 5)
Materi : Gizi dan Kesehatan Ibu
Waktu : 2 Jpl (T = 1, P = 1, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi dan kesehatan ibu.
20
Nomor : Materi Inti 6 (MI. 6)
Materi : Rujukan Anak Sakit ke Fasilitas Kesehatan
Waktu : 1 Jpl (T = 1, P = 0, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kapan merujuk anak sakit ke
fasilitas kesehatan.
1. Menjelaskan hubungan sakit 1. Hubungan sakit dan ▪ Curah ▪ Modul ▪ Modul PMBA.
dan pemberian makanan. pemberian makan. pendapat ▪ Flipchart Kemenkes-MCAI.
▪ Ceramah ▪ Metaplan/kertas 2017
2. Menjelaskan praktik 2. Praktik pemberian makan tanya jawab berwarna, ▪ Peraturan Pemerintah
1. Menjelaskan konsep 1. Konsep konseling : ▪ Ceramah Tanya ▪ Modul PMBA Kementerian Kesehatan
konseling (90 menit) Mendengarkan dan Jawab ▪ Flipchart RI, Direktorat Bina Gizi,
mempelajari ▪ Bermain peran ▪ Lembar kerja 2014, Panduan Pelatih
Tahapan perubahan ▪ Simulasi diskusi Konseling Menyusui
perilaku ▪ Skenario
Membangun bermain peran
kepercayaan diri dan ▪ Kartu konseling
memberikan dukungan ▪ Brosur
▪ Booklet
2. Menjelaskan peran ayah 2. Peran ayah dalam gizi ibu ▪ Model
dalam gizi ibu dan anak (45 dan anak Payudara
menit) ▪ Boneka
▪ Lembar Kerja
3. Melakukan konseling 3. Langkah - langkah Konseling
PMBA.(180 menit) konseling PMBA;
Menilai, Menganalisa,
Melakukan
22
Nomor : Materi Penunjang 1 (MP.1)
Materi : Building Learning Commitment (BLC)
Waktu : 2 Jpl (T = 0, P = 2, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanaka Building Learning Commitment (BLC) dalam
proses pelatihan.
Pre Test
Pembukaan
BAB V
Pengarahan Program Pelatihan
• Microteaching
• Praktek lapangan
1. Pre test
Sebelum acara pembukaan, dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta
terkait Pemberian Makan Bayi dan Anak.
2. Pembukaan
BAB V
d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang
harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih
berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut secara aktif
BAB V
dalam setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah
disepakati.
Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran:
• Harapan yang ingin dicapai
• Kekhawatiran
• Norma kelas
• Komitmen
• Pembentukan tim (organisasi kelas)
4. Pemberian wawasan
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi sebagai dasar
pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini yaitu
Kebijakan Gizi dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
.
5. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah
pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk
berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu:
a. Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
b. Praktik pemberian Air Susu Ibu (ASI)
c. Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP ASI)
d. Pemantauan pertumbuhan
e. Gizi dan kesehatan ibu
f. Rujukan anak sakit ke fasilitas kesehatan
g. Konseling PMBA
6. Praktik
Dilaksanakan sesuai dengan panduan praktik
BAB V
8. Post Test
Evaluasi peserta diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum
penutupan dengan tujuan untuk melihat peningkatan dan kemajuan peserta dalam
proses pembelajaran
9. Evaluasi penyelenggaraan
Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan untuk mendapatkan masukan dari
peserta tentang penyelenggaraan pelatihan (evaluasi fasilitator, akomodasi dan
konsumsi, dan lain-lain) yang akan digunakan untuk menyempurnakan
penyelenggaraan pelatihan berikutnya.
10. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua rangkaian kegiatan.
Pada bab ini memuat tentang ketentuan peserta dan pelatih untuk Pelatihan Konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak, dengan rincian sebagai berikut:
A. Peserta
1. Kriteria Peserta
Peserta pelatihan adalah tenaga kesehatan di Dinkes Kab/Kota dan Puskesmas
BAB VI
diutamakan nutrisionis, tenaga gizi puskemas, pengelola program KIA, bidan desa
yang minimal sudah mengikuti salah satu dari Pelatihan berikut, yaitu pelatihan
Konseling Menyusui, Pemantauan Pertumbuhan, dan Konseling MP ASI.
Peserta pelatihan ini dapat juga diikuti oleh kader posyandu.
2. Jumlah Peserta
Dalam 1 (satu) kelas/angkatan, peserta maksimal berjumlah sebanyak 15 orang.
B. Pelatih
A. Penyelenggara
yang terakreditasi.
2. Memiliki tenaga Pengendali Pelatihan atau seseorang yang ditunjuk sebagai
pengendali proses pembelajaran yang menguasai materi pelatihan
3. Memiliki minimal satu orang sumber daya manusia (SDM) yang telah mengikuti
pelatihan penyelenggara pelatihan (Training Officer Course/TOC).
4. Menugaskan satu orang yang bertugas melaksanakan pengendalian mutu
penyelenggaraan pelatihan
B. Tempat Penyelenggaraan
A. Peserta
Pengukuran hasil belajar dari aspek pengetahuan dapat dilihat dari kenaikan nilai hasil
pre dan post test peserta. Sedangkan mengukur hasil belajar dari aspek keterampilan, dapat
dilihat dari hasil penilaian peserta saat melakukan praktik konseling PMBA.
B. Pelatih/fasilitator
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelatih/fasilitator dalam
BAB VIII
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat
dipahami oleh peserta,Evaluasi ini dilakukan oleh peserta dengan penilaian, yaitu:
1. Penguasaan materi
2. Ketepatan waktu
3. Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan volume suara
7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta
8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum dan khusus
9. Memberikan kesempatan tanya jawab
10. Kemampuan menyajikan
11. Kerapihan berpakaian
12. Kerjasama antar Tim pelatih
C. Penyelenggara
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir.
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap penyelenggara pelatihan. Obyek evaluasi,
meliputi :
1. Tujuan pelatihan
2. Relevansi program pelatihan dengan tugas
3. Manfaat setiap materi pembelajaran bagi pelaksanaan tugas
4. Manfaat pelatihan bagi instansi
Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95%
dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat pelatihan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila tidak
memenuhi ketentuan tersebut, maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan
telah mengikuti pelatihan.
BAB IX
JPL Pembicara
Hari/Tanggal JAM MATERI
T P
Hari 1 10.00 - 11.00 Pendaftaran Peserta
11.00 - 11.30 Pembukaan Pelatihan Pelatih PMBA Kadinkes
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 14.00 MD 1 : Kebijakan Gizi dalam Program - Dinkes
Indonesia Sehat - Pendekatan 2
Keluarga
14.00 - 14.30 Pre-test Fasilitator
LAMPIRAN
bahasan 3)
Teori Konseling PMBA (pokok bahasan - Fasilitator
3) 1
Praktek Konseling PMBA - Fasilitator
4
11.45 - 12.30 Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Rencana Tindak Lanjut (RTL) - Fasilitator
1
12.30 - 13.30 ISHOMA
13.30 - 14.00 Post test - - Fasilitator
14.00 - 15.00 Evaluasi dan Penutupan - -
Kadinkes
Jumlah 13 17
30
Berilah tanda centang (✓) pada kolom jawaban yang saudara anggap benar!
LAMPIRAN
5
10
11
12
13
14
15
Berilah tanda centang (✓) pada kolom jawaban yang saudara anggap benar!
No YA TIDAK
4
LAMPIRAN
10
11
12
13
14
15
Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom jawaban yang sesuai pada pertayaan-
pertanyaan dibawah ini :
Tulislah tanda centang (✔) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai.
Nilai
NO Komponen Keterangan
1 2 3 4 5
1 Penguasaan Materi
2 Ketepatan Waktu
3 Sistematika penyajian
Penggunaan Metode dan Alat
4
Bantu Diklat
Empati, Gaya dan Sikap
LAMPIRAN
5
terhadap Peserta
Penggunaan Bahasa dan
6
Volume Suara
Pemberian Motivasi Belajar
7
kepada Peserta
Pencapaian Tujuan
8 Pembelajaran Umum dan
Khusus (TIU & TIK)
9 Kesempatan Tanya Jawab
10 Kemampuan Menyajikan
11 Kerapihan Pakaian
12 Kerjasama antar Tim Pengajar
Saran :
EVALUASI PENYELENGGARAAN
PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)
Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom jawaban yang sesuai pada pertayaan-
pertanyaan dibawah ini :
Tulislah tanda centang (✔) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai
Nilai
NO HAL-HAL YANG DI EVALUASI Keterangan
1 2 3 4 5
1 Tujuan pelatihan
2 Relevansi program pelatihan
dengan tugas
3 Manfaat setiap materi pembelajaran
bagi pelaksanaan tugas
4 Manfaat pelatihan bagi Instansi
5 Mekanisme pelaksanaan pelatihan
6 Hubungan peserta dengan
LAMPIRAN
penyelenggara pelatihan
7 Pelayanan kesekretariatan terhadap
peserta
8 Pelayanan akomodasi dan lain - lain
9 Pelayanan konsumsi
10 Pelayanan kesehatan
11 Pelayanan komunikasi dan
informasi
12 Pelayanan kepustakaan
Keterangan : 1 : Kurang, 2 : Sedang, 3 : Baik, 4 : Baik sekali , 5 : Sangat Baik
Saran/Komentar anda :
Instansi : Tempat :
Nama Pendamping :
LAMPIRAN
*Mengajukan pertanyaan terbuka
*Menghindari kata-kata menghakimi
Menggunakan Ketrampilan Membangun
Kepercayaan Diri dan Memberikan Dukungan
:
* Menerima apa yang di pikirkan dan di rasakan
Ibu
* Memberikan pujian apa yang di lakukan oleh
ibu dengan benar
* Memberikan bantuan praktis
* Memberikan sedikit Informasi yang relevan
* Memberikan satu atau dua saran
NILAI : Ketrampilan Komunikasi
B. Langkah Konseling Tahap 1 : Bertanya
/Menilai
Menentukan Riwayat kehamilan
*Menanyakan hamil keberapa
*Menentukan BB ibu
*Menanyakan anak keberapa
*Menentukan umur kehamilan
*Menanyakan riwayat keguguran
*Menentukan LILA
*Menanyakan kebiasaan makan (FreJuVa)
*Menanyakan pemberian tablet tambah darah
(TTD)
*Menanyakan TTD diminum dengan apa
PENGETAHUAN
Skor : Isi 1 jika peserta melakukan dan isi 0 jika peserta tidak melakukan
Kategori penilaian:
LAMPIRAN
LEMBAR KASUS 1
Seorang anak laki-laki bernama Yusuf Abidin lahir pada tanggal 28 Mei 2017 dengan berat
badan 3,1 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Yusuf bernama Pak Zainudin dan Ibu
Salmah. Mereka tinggal di Kebon Kosong, Jakarta Pusat.
Yusuf dibawa pertama kali ke Posyandu Melati di dekat rumahnya pada tanggal 26 Juni
2017. Pada saat itu berat badan Yusuf diketahui 3,5 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbanganYusuf di Posyandu adalah sebagai berikut:
27 November 2017 6 kg -
Instruksi:
Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan informasi utama Buku Materi Peserta.
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!
4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Yusuf dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Yusuf di
bulan Desember?
Seorang anak perempuan bernama Rahmi Amanda lahir pada tanggal 20 Juni 2017 dengan
berat badan 3 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Rahmi bernama Pak Paiman dan Ibu
Siti. Mereka tinggal di Metro, Lampung.
Rahmi dibawa pertama kali ke Posyandu Anggrek di dekat rumahnya pada tanggal 27 Juli
2017. Pada saat itu berat badan Rahmi diketahui 4,1 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbangan Rahmi di Posyandu adalah sebagai berikut:
LAMPIRAN
26 Januari 2018 4,8 kg -
Instruksi:
Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan Informasi Utama Buku Materi Peserta
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!
4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Rahmi dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Rahmi di
bulan Januari?
SOAL PERKEMBANGAN
LATIHAN KASUS
Kasus 1
Ibu Maya datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Rio umur 13
bulan.
Saat ini Rio sudah bisa berdiri dan berjalan dengan berpegangan, memegang benda kecil,
mengucapkan mama, mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
serta menunjuk yang diinginkan tanpa menangis.
Kasus 2
Ibu Ida datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Sari umur 40
bulan.
Saat ini Sari sudah mampu Mengayuh sepeda roda tiga, bicara dengan baik menggunakan
2 kata, mengenal warna, menyebut nama, umur dan tempat, bermain dengan teman,
sudah mampu memakai dan melepas pakaiannya sendiri, namun belum bisa menggambar
garis lurus dan berdiri.
SOAL KONSELING
Skenario 1
Ibu bernama Sandra. Anak ibu, Andi, berusia18 bulan. Ibu menyusui satu atau dua kali
sehari.Ibu memberikan Andi susu dan bubur sereal 2 kali sehari. Ibu melihat bahwa minggu
lalu, Andi terlihat lemah dan tidak aktif.
KMS: berat badan (BB) Andi bulan ini 7,5 kg, BB bulan lalu 7,6 kg. Andi diasuh dan diberi
makan sendiri oleh ibu Sandra.
Kebersihan: cuci tangan kadang-kadang saja.
Skenario 2
Ibu bernama Tati. Anak ibu, Sinta, berusia 4 bulan. Ibu menyusui Sinta karena ibu tahu
ASI adalah makanan terbaik untuknya. Ibu juga memberikan air putih bila cuaca sangat
panas. Ibu merasa bahwa Sinta sudah cukup umur untuk makan makanan lain. Sinta
mengalami penambahan berat badan, tetapi dia mengalami diare 3 hari yang lalu.KMS BB
bulan ini: 6,3 kg; BB bulan lalu: 6,2 kg.
LAMPIRAN
Skenario 3
Ibu bernama Dina. Ibu menyusui anaknya yang berusia satu tahun, Budi. Ibu memiliki dua
anak lain. Ibu memberikan Budi ASI, makanan keluarga, 3 kali sehari, ¾ mangkuk tiap kali
makan dan diberi dua kali makanan selingan. Budi sangat sehat dan jarang sakit. KMS: BB
Budi bulan lalu 10 kg, bulan ini 10,5 kg. Ibu Dina selalu cuci tangan sebelum memberikan
makanan kepada Budi.
Skenario 4
Ibu bernama Siti.hamil anak pertama. Usia Ibu Siti 25 tahun. Umur kehamilannya 6 bulan,
anak pertama, LILA ibu Siti: 23,5 cm. Ibu Siti makan 3 kali sehari 1 piring nasi, 1 potong
tempe, dan segenggam kerupuk. Ibu Siti merasa lemah selama hamil. Tablet Tambah Darah
(TTD) kadang dikonsumsi kadang tidak. Ibu Siti tingginya 150 cm, berat badannya 49 kg.
Skenario 5
Ibu bernama Marni. Anak ibu, Joni, berusia 3 bulan. Menurut ibu putingnya lecet dan sakit.
Ketika diminta memposisikan bayinya ibu terlihat tidak nyaman, daerah hitam disekitar
payudara (areola) hanya masuk sedikit ke mulut bayi Joni. KMS BB bulan ini: 5,2 kg; BB
bulan lalu: 4,9 kg. Joni hanya disusui saja, tidak diberi makanan dan minuman lain.
Lampiran 11a.
RENCANA TINDAK LANJUT
50
KEGIATAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)
TAHUN : ……………………………….
USIA USIA
NASEHAT YANG RESPON
No NAMA SASARAN KEHAMILAN BALITA ALAMAT PERMASALAHAN KETERANGAN
DIBERIKAN SASARAN
(BULAN) (BULAN)
ttd
(………………………………….……...)
Keterangan :*) : Tuliskan nama dan kondisi ibu (misalnya: hamil/menyusui/sakit)
Lampiran 11.b
RENCANA TINDAK LANJUT
PUSKESMAS : …………………………………..
KABUPATEN : …………………………………..
PROVINSI : ……………………………………
SUMBER
No KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU PELAKSANA
DANA
TTD
51
LAMPIRAN
Lampiran 12
SURAT PERNYATAAN
Nama : ……………………………………………………………………….
NIP : ……………………………………………………………………….
Pangkat/Golongan : ……………………………………………………………………….
Jabatan : ………………………………………………………………………
Instansi : ………………………………………………………………………
Pendidikan : ……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………..
Telepon/HP
Rumah : ……………………………………….
Kantor : ……………………………………….
………….. .…………………………………20…...
Hormat saya,
....................................................
Halaman
A Materi Dasar :
Kebijakan Gizi dalam Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS -PK) … 57
B Materi Inti :
1 Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) ………………………..……… 67
2 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) ………………………………………………………… 81
3 Pemberian Makan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP ASI) ……………………………………………………………………. 113
4 Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ……………………………. 143
5 Gizi dan Kesehatan Ibu ……………………………………………………………….. 171
6 Rujukan Anak Sakit ke Fasilitas Kesehatan ………………………………………… 183
7 Konseling PMBA ………………………………………………………………………. 189
C Materi Penunjang :
1 Membangun Kimitmen Belajar (Building Learning Commitment/BLC) …………… 217
MD
(PIS PK), serta kebijakan percepatan perbaikan gizi masyarakat di Indonesia, khususnya
tentang Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada sesi
ini.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Langkah 2.
Penyamaan Persepsi
Fasilitator menanyakan pemahaman peserta terkait dengan materi yang akan
disampaikan.
Langkah 3.
Menjelaskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
1. Fasilitator menjelaskan materi sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan
MD
2. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk bertanya atau melakukan klarifikasi jika
ada yang belum jelas.
3. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi reinforcement
positif untuk peserta yang bertanya.
4. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses pembelajaran, agar
terjadi proses yang dinamis.
5. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
6. Fasilitator mengucapkan salam.
V. URAIAN MATERI
1. Pembangunan kesehatan
2. Paradigma sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi
risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya, yang akan
mempengaruhinya dalam berfikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku
MD
(psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktik yang diterapkan dalam memandang realitas di sebuah komunitas. Dengan
demikian, Paradigma Sehat dapat didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi,
konsep, nilai, dan praktik yang mengutamakan upaya menjaga dan memelihara
kesehatan, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap
sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara pandang,
asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih menitikberatkan
pada penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan – Paradigma Sakit. Apalagi
dengan dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih memperhatikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan bagi perorangan. Oleh sebab itu, ke depan harus
dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar diterapkan dalam
membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan JKN. Perubahan
yang dimaksud mencakup perubahan pada penentu kebijakan (lintas sektor), tenaga
kesehatan, institusi kesehatan, dan masyarakat.
bersangkutan.
Saat ini Indonesia menghadapi tantangan beban ganda masalah gizi, dimana terdapat
masalah kekurangan gizi yang masih tinggi dan belum teratasi, namun di sisi lain juga
kita dihadapkan pada masalah kegemukan atau obesitas yang semakin meningkat,
yang pada akhirnya menyebabkan berbagai Penyakit Tidak menular (PTM).
Kecenderungan peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular atau PTM tidak
terlepas dari peranan asupan gizi yang tidak seimbang.
Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadap
kualitas SDM di masa depan. Kondisi kekurangan gizi pada usia dini menyebabkan
kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek,
kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu anak yang kurang gizi akan
mengalami hambatan perkembangan otak/kognitif sehingga kesulitan dalam mengikuti
pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas di masa
dewasa.
Kondisi kurang gizi saat awal kehidupan juga berdampak akan mendorong terjadinya
rekayasa sel-sel DNA pada anak dan akibatnya tubuh anak akan lebih mudah gemuk,
yang akan menyebabkan peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada
Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam
MD
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Selanjutnya dalam rangka
percepatan perbaikan gizi, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor
42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gerakan ini bertujuan meningkatkan efektifitas
dan inisatif yang telah ada, diantaranya dengan meningkatkan koordinasi serta
dukungan teknis, advokasi kemitraan yang inovatif dan partisipatif dalam meningkatkan
keadaan gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia, dengan prioritas pada 1000 HPK.
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan momentum kritis yang
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan masa depan suatu bangsa
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat.
Periode ini dimulai sejak 270 hari masa kehamilan sampai 730 hari setelah seorang
anak dilahirkan, atau sampai anak berusia 2 (dua) tahun. Masa 1000 HPK dapat
menjadi masa emas apabila pada periode ini kebutuhan gizi ibu hamil dan anak sampai
usia 2 tahun dapat terpenuhi dan kondisi kesehatan dapat terjaga baik.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode 1000 HPK
tersebut, dalam jangka pendek menyebabkan terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada
usia tua. serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
produktivitas ekonomi.
Strategi pemberian makan bayi dan anak bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan
kesehatan, tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak di Indonesia.
Sedangkan tujuan khususnya antara lain:
1) Meningkatnya cakupan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI dalam 1 (satu) jam
pertama (IMD)
2) Meningkatnya cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan
3) Meningkatnya cakupan pemberian MP ASI pada bayi dan anak 6 – 24 bulan
4) Meningkatnya cakupan bayi yang mendapatkan ASI sampai 24 bulan atau lebih
5) Meningkatnya jumlah sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM)
6) Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui
peraturan perundang-undangan dan kebijakan
7) Penguatan sarana pelayanan kesehatan dalm menerapkan 10 Langkah Menuju
MD
Keberhasilan Menyusui (10 LMKM)
8) Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi
dan mendukung pemberian ASI dan MP ASI
9) Pemberdayaan ibu, keluarga dan masyarakat dalam praktik pemberian ASI dan
MP ASI
Sesuai dengan tujuan strategi PMBA tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan berikut :
1) Pengembangan peraturan perundangan dan kebijakan
2) Pengawasan pemasaran susu formula
3) Pengawasan produk makanan bayi dan anak usia dini
4) Revisi fasilitas pelayanan kesehatan sayang bayi
5) Peningkatan kapasitas petugas
6) Advokasi dan promosi peningkatan MBA
7) Perlindungan pekerja perempuan
8) Pemberdayaan masyarakat
9) Riset dan pengembangan teknologi
Pemberian makanan atau gizi yang tepat sesuai dengan kebutuhan ibu dan anak
dilakukan dengan pola asuh yang benar, antara lain :
a. Untuk ibu hamil dan ibu menyusui diberikan makanan sesuai prinsip gizi
seimbang yaitu penerapannya sesuai isi piringku, mengacu kebutuhan ibu hamil
dan ibu menyusui dengan mempertimbangkan tambahan porsi protein hewani
b. Bagi bayi baru lahir dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan setelah itu
dilanjutkan dengan pemberian ASI saja tanpa diberikan makanan atau minuman
tambahan apapun termasuk air putih, kecuali vitamin dan obat yang diberikan
tenaga kesehatan (ASI Eksklusif)
c. Ketika sudah berusia 6 bulan sampai 2 tahun anak diberikan Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) dari bahan makanan lokal dan ASI diteruskan sampai
usia 2 tahun
d. Untuk memastikan bahwa pola asuh terkait gizi yang diberikan sudah benar maka
perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan.
Konsumsi gizi ibu hamil penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil,
pertumbuhan janin, persalinan yang aman dan persiapan menyusui. Ibu Hamil
harus makan satu porsi lebih banyak dibanding sebelum hamil dengan mengikuti
panduan isi piringku ibu hamil untuk sekali makan. Pemenuhan gizi ibu hamil
MD
melalui isi piringku antara lain : 50% dari jumlah makanan setiap kali makan
adalah sayur dan buah, 50% lagi adalah makanan pokok dan lauk pauk. Porsi
sayur lebih banyak dibandingkan porsi buah dan porsi makanan pokok lebih
banyak dari porsi lauk. Dan dianjurkan untuk minum setiap kali makan.
Setelah anak lahir sangat penting terpenuhinya standar emas pemberian makan
kepada anak melalui PMBA yaitu antara lain:
1) Inisiasi Menyusu Dini
Praktik pemberian makan bayi diawali dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu
segera setelah lahir bayi ditengkurapkan di perut/dada ibu sehingga kulit ibu
melekat pada kulit bayi (terjadi kontak kulit) dan dilakukan minimal selama 1 jam.
2) ASI Eksklusif 6 bulan
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6
bulan, yaitu pemberian ASI saja tanpa ditambah cairan/makanan lainnya kecuali
obat tetes/sirup yang direkomendasikan oleh dokter.
3) MP ASI sejak usia 6 bulan
Sejak bayi berusia 6 bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil
tetap diteruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan.
MP ASI merupakan makanan/minuman lain selain ASI, dianjurkan makanan yang
terbuat dari bahan makanan lokal yang tersedia di pasar dan di sekitar wilayah
tempat tinggal atau dari makanan keluarga.
4) Melanjutkan pemberian ASI sampai dengan 2 tahun atau lebih
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa menyusui meningkatkan
kapandaian. Penelitian oleh Mortensen el et al (2002) menyimpulkan bahwa
terdapat korelasi lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ.
Percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari
pemerintah pusat dan daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, akademisi dan
organisasi profesi, media masa, mitra pembangunan serta dunia usaha.
MD
a. Sosialiasi dan kampanye PMBA kepada masyarakat
b. Pelatihan kader tentang PMBA
c. Edukasi PMBA kepada sasaran/keluarga
I. DESKRIPSI SINGKAT
Definisi anak dan bayi dalam PMBA berbeda dengan definisi pada umumnya, untuk itu
peserta perlu mendefinisikan istilah-istilah dalam PMBA yang akan digunakan dalam pelatihan
ini. Kondisi yang diperlukan bagi anak yang bergizi baik dan sehat terdiri dari 4 (empat) faktor
utama yaitu makanan, praktik pemberian makan dan pengasuhan, pelayanan kesehatan serta
kebersihan, sanitasi dan air bersih. Pada masyarakat terdapat kearifan lokal dan mitos yang
dapat mempengaruhi PMBA, maka perlu digali permasalahan dari berbagai pengalaman
tentang praktik PMBA.
Modul ini akan membahas tentang pentingnya PMBA (definisi ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
anak, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI (MP
ASI), Pemberian MP ASI dan pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu
menyusui berstatus gizi baik, menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat serta beberapa
situasi umum yang mempengaruhi PMBA.
MI 1
A. Pentingnya PMBA
1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), stunting, ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
anak, IMD, pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP ASI dan MP ASI serta ruang
lingkup PMBA.
2. Pengenalan faktor-faktor utama yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui
berstatus gizi baik.
3. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat.
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Pentingnya PMBA
1. Sub pokok bahasan:
Definisi 1000 HPK, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, IMD, pemberian ASI
Eksklusif, pemberian MP ASI serta ruang lingkup PMBA.
Langkah kegiatan:
a. Pelatih bertanya kepada peserta dan mencatat di flipchart:
1) Apa yang dimaksud dengan 1000 HPK (kapan dan siapa sasarannya)
2) Apa yang dimaksud dengan stunting
3) Apa yang dimaksud dengan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
4) Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5) Definisi Pemberian ASI Eksklusif
6) Definisi Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
7) Definisi Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
8) Apa saja ruang lingkup PMBA
b. Pelatih menerima semua masukan, mengoreksi kesalahan dan / atau mengisi
bagian yang belum terjawab.
c. Pelatih mengajak peserta untuk diskusi.
d. Pelatih menyiapkan/membuat definisi yang benar pada flipchart.
MI 1
C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Situasi umum yang mempengaruhi PMBA
MI 1
pengasuhan ibu kanguru, bayi sakit di bawah 6 bulan dan bayi sakit di atas 6 bulan,
kehamilan baru (hamil saat masih menyusui balita), bayi menangis, ibu yang sakit dan
ibu yang kurus atau kurang gizi atau ibu stres, makan selama kehamilan, makan
selama menyusui, bab sembarangan, kebersihan diri ibu selama hamil dan menyusui,
PMBA dalam situasi bencana.
Langkah kegiatan:
a. Pelatih membagi peserta menjadi dua kelompok.
b. Masing-masing kelompok berdiskusi sesuai lembar kerja diskusi (lampiran
MI 1.1).
c. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkum hasil diskusi.
d. Pelatih meminta peserta untuk meninjau materi: Beberapa situasi umum yang
mempengaruhi PMBA.
D. Langkah 4:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
1. Definisi 1000 HPK, stunting, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, IMD, pemberian
ASI Eksklusif, pemberian MP ASI serta ruang lingkup PMBA.
a. 1000 HPK: Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak awal kehamilan sampai
ulang tahun ke 2 (dua) anak merupakan masa kritis yang menentukan kesehatan,
kesuksesan, dan kesejahteraan anak di masa datang.
b. Stunting: anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya. Stunting terjadi
akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang lama, pada saat janin hingga
anak berusia 2 (dua) tahun.
Stunting (Balita pendek):
▪ Pendek ’stunting’ adalah anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan
usianya. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang
lama, pada saat janin hingga anak usia dua tahun. Gangguan terhadap
tumbuh kembang anak tidak dapat dikoreksi setelah usia 2 tahun.
▪ Stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi kemampuan belajar di sekolah,
dan bagi produktivitas mereka di masa dewasa. Penelitian membuktikan
bahwa kemampuan anak pendek lebih rendah dibandingkan anak dengan
tinggi normal; dan pada saat dewasa, kemampuan bekerja (produktivitas) anak
pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal.
▪ Pencegahan anak stunting dilakukan dengan pemberian gizi yang baik sejak
dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
d. Ibu menyusui: ibu yang memberikan ASI kepada bayinya, baik secara langsung
dari payudara maupun menggunakan ASI perah untuk bayinya.
f. Anak (dalam konteks PMBA) dari usia 12 bulan sampai usia 2 tahun.
g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera setelah lahir
yang dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang
berlangsung selama minimal 1 (satu) jam.
h. Pemberian ASI Ekslusif: Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan.
i. Makanan Pendamping ASI (MP ASI): makanan yang dimasak dari bahan lokal
yang tersedia (dari dapur, kebun atau pasar) yang tepat digunakan sebagai
makanan pendamping ASI. MP ASI dimulai usia 6 bulan saat ASI menjadi tidak lagi
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
2. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui berstatus
gizi baik dan sehat
MI 1
Makanan Kebersihan,
Gizi Pelayanan Kesehatan Sanitasi dan Dukungan Keluarga
Seimbang Air bersih
MI 1
membuka mulut dan memutar kepala, (iii) menjulurkan
lidah, (iv) mengisap jari atau tangan. Satu tanda saja
mungkin belum menunjukkan rasa lapar. Jadi jelaskan
bahwa ibu sebaiknya memberikan tanggapan dengan
memberikan makan bayi bila ia menunjukkan tanda-
tanda tersebut.
Bayi sakit di bawah 6 Bayi sakit dibawah 6 bulan
Bulan dan Bayi sakit di Kepercayaan lokal: cairan tidak boleh diberikan pada bayi
atas 6 bulan yang sakit atau yang terkena diare.
• Apa yang kita ketahui: Anak yang sakit seringkali tidak
mau makan, tapi ia perlu kekuatan untuk melawan
penyakitnya.
• Berikan ASI lebih sering selama diare untuk membantu
bayi melawan penyakitnya dan agar tidak kehilangan
berat adannya.
• Pemberian ASI juga memberikan kenyamanan bagi bayi
• Jika bayi terlalu lemah untuk mengisap, perah ASI untuk
diberikan kepada bayi (baik dengan gelas atau diperah
langsung ke mulutnya). Ini akan membantu ibu menjaga
persediaan ASInya dan menjaga agar payudaranya tidak
bengkak (engorgement).
Kehamilan Baru (hamil ▪ Kepercayaan lokal: ibu harus berhenti menyusui anak
saat masih menyusui yang lebih tua saat mengetahui dirinya hamil.
balita) ▪ Apa yang kita ketahui: adalah penting untuk menyusui
anak setidaknya sampai anak berusia 1 (satu) tahun.
▪ Perempuan hamil dapat dengan aman menyusui anak
yang lebih tua, tapi ia sendiri harus makan dengan baik
guna menjaga kesehatannya (dalam hal ini ia makan
untuk tiga orang:dirinya sendiri, bayi yang
dikandung,dan anak yang lebih tua).
▪ Karena ibu sedang hamil, maka payudaranya
MI 1
Ibu Stres:
• Stres yang dialami ibu tidak akan merusak ASInya, atau
menurunkan produksinya. Namun, ASI bisa tidak keluar
MI 1
untuk sementara waktu.
• Jika ibu terus saja menyusui, maka air susunya akan
keluar lagi.
• Tetap jaga anak untuk bisa melakukan kontak kulit
dengan ibu jika ibu membolehkan.
• Carikan Ibu seseorang yang bisa mendengarkan
keluhannya, berikan kesempatan kepadanya untuk
bicara, dan berikan dukungan emosional dan bantuan
praktis.
• Bantu Ibu untuk duduk atau merebahkan diri dengan
posisi yang nyaman untuk menyusui bayinya.
• Tunjukkan pada temannya bagaimana memijitnya,
seperti memijit punggung, untuk membantunya merasa
nyaman dan ASInya bisa keluar.
• Beri Ibu minuman hangat seperti teh atau air hangat,
untuk membantunya merasa nyaman.
Makan selama ▪ Kebiasaan lokal: kurang variasi (sayur dan buah) dan
menyusui kurang minum
▪ Saat menyusui, tubuh membutuhkan makanan
tambahan setiap harinya, makanlah ekstra dua kali
(porsi kecil) atau makanan selingan.
▪ Tidak perlu makanan khusus yang dibutuhkan untuk
kecukupan
jumlah dan kualitas ASI.
▪ Produksi ASI tidak berpengaruh pada makanan ibu.
▪ Ibu dianjurkan untuk makan lebih banyak untuk
kesehatannya.
▪ Beberapa budaya menyebutkan bahwa minuman-
minuman tertentu dapat meningkatkan ASI; minuman ini
biasanya membuat efek rileks pada Ibu.
▪ Tidak ada pantangan (makanan) untuk ibu menyusui.
▪ Saat menyusui, ibu harus menghindari minuman
beralkohol dan merokok.
▪ Ibu menyusui minum air 12-13 gelas per hari.
Kebersihan Diri Ibu ▪ Kebiasaan lokal: malas mandi, sikat gigi, dan ganti
Selama Hamil dan pakaian.
Menyusui ▪ Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
dengan langkah sesudah buang air besar dan buang air
kecil dan sebelum makan, menyusui, memegang bayi,
menyiapkan makan dan minuman dan memberikan anak
makan dan minum
▪ Lima (5) langkah cuci tangan:
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih
mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dengan
sela jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku
4) Bilas tangan dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tisu atau
keringkan dengan udara/dianginkan
MI 1
▪ Mandi minimal 2 kali sehari
▪ Menyikat gigi minimal 2 kali sehari (setelah makan pagi
dan sebelum tidur)
▪ Mengganti pakaian termasuk pakaian dalam minimal 2
kali sehari
▪ Membersihkan kuku, rambut serta daerah kewanitaan
setiap hari
PMBA dalam situasi ▪ Kepercayaan lokal: (i) Kualitas dan kuantitas ASI
bencana dipengaruhi oleh bencana yang dialami Ibu sehingga
menyebabkan stres; (ii) Stres akan membuat ASI
mengering; (iii) Stres akan membuat ASI basi/rusak.
▪ Tidak benar bahwa stres membuat ASI kering atau
rusak. Pijatan di pundak atau tangan dapat membantu
ibu merasa lebih relaks dan akan membantu
kelancaran ASInya. Ruang yang aman dan tenang
dengan dukungan konselor akan meningkatkan
kepercayaan diri Ibu. Lebih sering menyusui akan
membantu ibu memproduksi lebih banyak ASI apabila
dia khawatir bahwa produksi ASInya tidak mencukupi.
Menjaga agar bayi tetap dekat, baik siang maupun
VI. REFERENSI
1. The Community Infant and Young Children Counselling Package, 2013, UNICEF/URCCH. New
York.
2. Panduan Pelatih, Tahun 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Tahun 2003, World Health Orgaization,
Geneva.
4. SK Menkes No.450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Bagi Bayi di
Indonesia, Jakarta.
5. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Jakarta.
6. Standard Anthropometri, Tahun 2005, World Health Organization, Geneva.
Lampiran : MI 1.1
Tujuan:
Peserta mampu mengatasi beberapa keadaan umum yang dapat mempengaruhi
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi dua kelompok dan memberikan masing-masing kelompok
paket kartu (dapat berbentuk ikan yang bertuliskan situasi atau kondisi umum terkait beberapa
kepercayaan PMBA di daerah itu. Penjepit kertas dapat ditempelkan ke mulut ikan dan satu
klip yang lainnya disematkan diujung tali yang diikatkan kesebuah batang panjang).
2. Kartu (ikan) hendaknya ditempatkan terbalik sehingga peserta dapat memancing kartu.
3. Pelatih meminta peserta untuk memancing (satu kartu) dan mendiskusikan:
a. Bagaimana situasi/kepercayaan/mitos ini mempengaruhi PMBA di masyarakat Anda.
b. Bagaimana Anda dapat menghilangkan kepercayaan itu?
c. Apa yang hendaknya/atau dapat dilakukan?
4. Pelatih meminta peserta untuk mendiskusikan situasi atau kondisi umum terkait beberapa
kepercayaan dalam PMBA, bagaimana kepercayaan itu dapat ditangani atau diatasi (apa yang
kita ketahui). Contoh-contoh berbagai kepercayaan yang banyak diyakini (tambahkan atau
kurangi daftar ini agar sesuai dengan situasi setempat): Pemberian kolostrum, bayi
dengan berat lahir rendah atau prematur dan perawatan metode kangguru kehamilan baru,
bayi sering menangis, ibu sakit dan ibu yang kurus, makan selama kehamilan, makan selama
menyusui, buang air besar (bab) sembarangan dan kebersihan diri selama hamil dan
menyusui, PMBA dalam situasi bencana.
5. Pelatih meminta peserta mengulang kembali hasil diskusi dan merangkumnya.
6. Pelatih meminta peserta untuk meninjau materi peserta MI.1: Situasi umum yang
mempengaruhi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
MI 1
Alat bantu:
1. Kartu berbentuk ikan bertuliskan situasi umum terkait beberapa kepercayaan dalam PMBA.
2. Media pancing.
3. Materi peserta
I. DESKRIPSI SINGKAT
Praktik pemberian ASI dianjurkan sejak bayi lahir hingga anak berusia 24 bulan atau lebih.
Praktik tersebut dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu proses menyusu dimulai
segera setelah lahir dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang
berlangsung selama minimal 1 jam, dilanjutkan dengan ASI eksklusif yaitu memberikan hanya
ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Bayi disusui sesering mungkin siang dan
malam. Sejak usia 6 bulan mulai berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dan ASI
diteruskan sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Materi ini akan membahas tentang risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan
masyarakat/bangsa, penjelasan praktik-praktik menyusui yang direkomendasikan serta
merefleksikan kapan dan dimana kegiatan konseling menyusui dilakukan dan apa
rekomendasi praktik-praktik pemberian ASI .
Dalam materi ini secara singkat mempelajari anatomi payudara dan bagaimana payudara
memproduksi dan mengeluarkan ASI. Agar sukses menyusui, diberikan pula peragaan
tentang posisi dan pelekatan yang baik dalam menyusui, cara memerah ASI dengan tangan
dan menampungnya serta cara memberikan ASI perah dengan cangkir.
Pada proses memberikan ASI sering terjadi kendala atau kesulitan yang ditemui ibu seperti
ibu merasa ASI tidak cukup, dan kesulitan-kesulitan lain seperti luka/lecet pada puting susu
karena posisi dan pelekatan yang kurang tepat. Pada situasi bencana, sering timbul anggapan
bahwa ibu tidak bisa menyusui karena ibu sedang stres. Kita perlu mengetahui bagaimana
cara mengidentifikasi kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI, apa saja gejalanya dan
langkah-langkah pencegahannya.
MI 2
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan praktik pemberian ASI yang
direkomendasikan.
A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di kertas flipchart), pokok bahasan, dan sub
pokok bahasan selama proses pembelajaran.
3. Pelatih meminta peserta membuat boneka dan model payudara sebelum materi inti 2
disampaikan (Lampiran MI 2.1).
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Cara menyusui yang baik
1. Sub pokok bahasan:
Anatomi payudara dan cara produksi ASI
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menunjukkan dan menjelaskan gambar anatomi payudara: payudara
sebagaimana tampak luar dan tampak dari dalam
b. Pelatih meminta peserta untuk menjelaskan bagaimana ASI diproduksi.
c. Pelatih membahas bersama peserta untuk melengkapi informasi yang kurang
tepat.
d. Pelatih mengajukan pertanyaan kepada peserta:
MI 2
Bila ibu makan lebih banyak, apakah ia akan memproduksi ASI yang lebih banyak
juga? Pelatih menanyakan jawaban sampai peserta menjawab: produksi ASI
tergantung pada seringnya ASI dikosongkan dari payudara-semakin banyak ASI
diperah atau disusui, semakin banyak ASI yang diproduksi Ibu.
e. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan tentang ASI awal (formilk) dan ASI
akhir (hindmilk)
f. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.
C. Langkah 3.
Membahas pokok bahasan 2: Praktik menyusui yang direkomendasikan
MI 2
c. Pelatih meminta peserta untuk mengamati dan mencocokkan Kartu Konseling,
booklet pesan utama, dan brosur dengan praktik pemberian ASI yang
direkomendasikan pada metaplan yang sudah ditempelkan.
d. Pelatih mengajak peserta mendiskusikan poin-poin diskusi yang bisa digunakan
dalam konseling.
e. Pelatih menanyakan kepada peserta poin diskusi apa yang mungkin bisa
ditambahkan saat konseling.
f. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Praktik-praktik pemberian ASI
yang direkomendasikan.
g. Pelatih menyampaikan kepada peserta bahwa poin-poin itu merupakan pokok-
pokok diskusi dan pesan utama yang akan mereka gunakan ketika melakukan
konseling dengan ibu dan/atau keluarga mengenai praktik-praktik pemberian ASI
yang direkomendasikan.
h. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman
D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Menangani kesulitan pemberian ASI
1. Sub pokok bahasan:
Identifikasi kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menanyakan kepada peserta kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi
selama pemberian ASI di masyarakat.
b. Pelatih meletakkan gambar dari kesulitan menyusui yang teridentifikasi oleh setiap
peserta itu di lantai atau di dinding sehingga semuanya bisa melihat (peserta
mungkin juga akan menyebutkan puting terbenam, berat badan bayi lahir rendah,
bayi menangis, dan menolak menyusu, kesulitan-kesulitan ini telah dibicarakan
dalam materi inti 1: Situasi umum yang dapat mempengaruhi pemberian ASI).
c. Pelatih mengajak peserta untuk mengamati sampai seluruh gambar sudah dipajang
(pembengkakan payudara, puting retak, saluran ASI tersumbat dan mastitis, ASI
tidak cukup sebagai salah satu kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi).
d. Pelatih menjelaskan bahwa di seluruh dunia, perempuan mengeluhkan:
1) pembengkakan payudara,
2) puting lecet/sakit,
3) saluran ASI tersumbat/mastitis,
4) ASI tidak cukup.
e. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.
V. URAIAN MATERI
• Di bagian luar ada areola, yaitu kulit yang berwarna gelap di sekeliling dekat
puting. Pada areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery,
yang mengeluarkan cairan yang berminyak untuk membersihkan dan melumasi
MI 2
puting.
• Di bagian dalam terdapat alveoli yang berjumlah jutaan. Alveoli berbentuk kantong-
kantong sangat kecil dengan sel-sel pembuat ASI.
• Produksi ASI:
Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian
bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah
menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat air
susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat air susu sesungguhnya
tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin
berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi
setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai
di payudara dan merangsang sel-sel pembuat air susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Air susu yang dihisap bayi saat
ini, sudah tersedia dalam payudara, yaitu di pembuluh/saluran air susu.
• Menghisap dan memerah ASI sangat penting bagi penyediaan ASI yang baik.
Semakin sering dihisap bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi.
• Kebanyakan ibu dapat menghasilkan ASI lebih dari yang dibutuhkan bayi mereka.
Bila seorang ibu mempunyai bayi kembar dan keduanya menyusu, payudara ibu
akan membuat ASI untuk dua bayi. Sebagian besar ibu dapat menghasilkan ASI
yang cukup setidaknya untuk dua bayi.
• Keluarnya ASI:
Ketika menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon
Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat
daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju
payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk
berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu
terdorong mengalir melalui saluran ASI menuju puting. Kadang-kadang, bahkan
ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu.
• ASI awal adalah ASI yang mengandung lebih banyak air dan memuaskan dahaga
ibu. ASI akhir mengandung lebih banyak lemak dan menghilangkan rasa lapar
bayi.
Posisi Keterangan
Posisi menggendong (cradle)
Posisi ini merupakan posisi yang paling umum
digunakan
MI 2
masing dan berhadapan.
3) Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi
4) Bibir bawah bayi memutar keluar (dower).
Keterangan:
Gambar Pelekatan yang baik (di dalam mulut bayi)
• Puting hanya menjadi sepertiga dari bentuk puting panjang tadi.
• Bayi menghisap dari payudara, bayi mengulum sebagian besar areola dan jaringan
di bawahnya ke dalam mulut.
• Bayi menarik ulur jaringan payudara membentuk sebuah puting yang memanjang.
• Menghisap bukan dari puting.
• Posisi lidah bayi: tertarik ke depan, di atas gusi bawah dan di bawah areola. Lidah
pada kenyataannya melikuk/melengkung di sekitar puting jaringan payudara (Anda
tidak dapat melihat hal tersebut dalam gambar, walaupun anda mungkin bisa
melihatnya ketika mengamati bayi).
• Semacam gerakan gelombang bersama lidah bayi dari depan ke belakang.
Gelombang ini menekan jaringan payudara ke palatal atas bayi. Ini menekan ASI
keluar dari saluran ASI masuk ke mulut bayi untuk ditelan (tindakan menghisap).
MI 2
• Lidah bayi di belakang di dalam mulut dan tidak menekan saluran ASI.
3. Cara memerah ASI dengan tangan dan memberikan ASI perah dengan cangkir
MI 2
Langkah-langkah membuat boneka dan model Payudara terdapat di Lampiran
MI 2.1
1. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/bangsa
a. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi
• Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI 14 kali lebih besar
kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi yang disusui secara eksklusif
pada enam bulan pertama).
• Susu Formula tidak memiliki antibodi untuk melindungi bayi dari sakit: badan ibu
membuat ASI dengan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit tertentu dalam
lingkungan ibu/ anak.
• Tidak menerima zat antibodi pertama mereka dari kolostrum.
• Susu formula sulit diserap usus bayi. Susu formula sama sekali bukan makanan
sempurna bagi bayi.
MI 2
IMD: • Pastikan bahwa bayi melekat dengan baik.
(2) Biarkan bayi • ASI pertama ini disebut kolostrum. Kolostrum itu
mencari puting dan berwarna kekuningan dan mengandung antibodi yang
menyusu sampai dapat melindungi bayi.
puas minimal satu • Kolostrum memberikan zat antibodi pertama terhadap
jam pertama berbagai penyakit.
kelahiran • JANGAN berikan cairan lain selain ASI setelah bayi
lahir
• KK 2: Ibu hamil/melahirkan di fasilitas kesehatan
• Booklet pesan utama KK 2
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda
Catatan: Pemberian • Pemberian ASI yang sering sejak bayi lahir akan
ASI penting dalam membantu bayi belajar menyusu dengan pelekatan
beberapa hari yang baik dan membantu mencegah terjadinya
pertama pembengkakan payudara ibu dan komplikasi lain.
• Dalam beberapa hari pertama, bayi mungkin menyusu
Posisi dan pelekatan • 4 posisi menyusui yang baik: tubuh bayi harus lurus,
yang baik dan menghadap ke payudara, bayi harus dekat ke ibu,
dan ibu menopang seluruh tubuh bayi, bukan hanya
menopang leher dan pundaknya.
• 4 tanda pelekatan yang baik: mulut terbuka lebar, dagu
menyentuh payudara ibu, areola terlihat lebih banyak
diatas puting susu bukan di bawahnya, dan bibir bawah
terbuka.
• KK 6: Posisi menyusui
• KK 8: Memberikan ASI pada bayi dengan berat lahir
rendah
MI 2
• KK 7: Pelekatan yang baik
• Booklet pesan utama KK 6, KK 8, dan KK 7
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda
Teruskan pemberian • ASI memberikan cukup banyak energi dan gizi selama
ASI sampai anak periode pemberian makanan tambahan dan membantu
berusia 2 tahun atau melindungi anak dari penyakit.
lebih • KK 12 sampai 15: Kartu Konseling Pemberian MP
ASI
• Booklet pesan utama KK 12 sampai 15
• Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda
Ibu perlu makan dan • Tidak ada makanan atau diet khusus yang diperlukan
minum untuk untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.
menghilangkan rasa • Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh makanan ibu.
lapar dan haus
• Tidak ada makanan yang dilarang.
• Ibu perlu didorong untuk makan lebih banyak untuk
menjaga kesehatan.
• KK 1: Gizi untuk Ibu hamil dan menyusui
• Booklet pesan utama KK 1
• Brosur: Gizi Selama Kehamilan dan Menyusui
MI 2
Pemantauan • Meningkatkan cadangan ASI
Pertumbuhan • Mempertahankan cadangan ASI
• Klinik Anak Sakit • Terus memberikan ASI saat bayi atau ibu sakit
• Tindak lanjut • Keluarga Berencana
masyarakat • Pertolongan medis segera
Dari 5 sampai 6 bulan • Kader jangan sampai mengubah posisi jika anak tidak
• Pemantauan mengalami kesulitan
Pertumbuhan • Persiapkan ibu untuk memberikan MP ASI saat bayi
• Faskes untuk mencapai usia 6 bulan
merujuk Anak Sakit • Di usia 6 bulan, mulai tawarkan makanan 2 sampai 3
• Pemantauan oleh kali sehari – secara perlahan perkenalkan berbagai
masyarakat jenis makanan (makanan pokok, bubur, sayuran,
buah-buahan dan produk hewani) dan tetap
melanjutkan pemberian ASI
MI 2
• Pastikan pelekatannya sesering yang ia
baik inginkan)
• Susui bayi saat ia • Kompres dengan air
Gejala saluran tersumbat: menginginkan, dan hangat (pakai handuk)
• Ada tonjolan lunak, biarkan bayi • Pegang bayi dalam
nyeri, kemerahan, melepaskan sendiri posisi yang berbeda-
ibu tidak merasa isapannya beda sehingga lidah
sakit, tidak demam • Hindari memegang bayi/dagunya dekat
payudara dengan dengan saluran yang
Gejala mastitis: pegangan “gunting” tersumbat/mastitis
Payudara membengkak • Hindari memakai (daerah yang
keras pakaian ketat kemerahan).
Terasa sangat sakit Lidah/dagu akan
Kemerahan di satu memijit payudara dan
tempat mengeluarkan air
Umumnya ibu merasa susu dari bagian
tidak enak badan payudara itu
Demam • Pastikan pelekatannya
Kadang-kadang bayi baik
MI 2
• Payudara
menghasilkan banyak
ASI bila diisap oleh
bayi – jika ia banyak
menyusu, ASInya akan
banyak (payudara itu
seperti ”pabrik‟ –
semakin banyak
diisap, semakin
banyak pula ASI yang
diproduksi)
• Ambil makanan atau
minuman lokal yang
dapat membantu ibu
“memproduksi ASI”
• Pastikan bahwa ibu
sering melakukan
3. Relaktasi
Relaktasi adalah melakukan pemberian ASI kembali setelah ibu berhenti, apakah itu
masih baru atau sudah lama.
VI. REFERENSI
1. The Community Infant and Young Children Counselling Package, 2013, UNICEF/URCCH.
New York.
2. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, 2014, Panduan Pelatih Konseling
Menyusui.
3. Strategi Global Pemberian Makan Bayi dan ANAK (pmba), Kementeraian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
4. SK Menkes No. 450 Tahun 2004 tentang pemberian ASI Eksklusif 6 bulan Bagi Bayi di
Indonesia.
5. Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta.
MI 2
Lampiran : MI 2.1
Petunjuk:
1. Pelatih menunjukkan bagaimana cara membuat boneka dengan menggunakan bahan
sederhana (kertas yang digulung menjadi bola untuk kepala, dan ditutupi dengan kain uang
sama untuk digunakan di bagian batang tubuh, botol kecil yang diisi dengan air untuk
batang tubuh boneka, atau menggunakan handuk tanpa memakai botol, karet gelang untuk
membantu membentuk leher, lengan dan kaki, baju bayi yang khas kalau ada, dan kain
atau selimut untuk menyelimuti boneka. lihat gambar berikut ini :
Catatan:
Masing-masing kelompok hendaknya membuat sedikitnya satu boneka untuk digunakan dalam
pelaksanaan pelatihan di masa mendatang.
MI 2
Alat bantu:
1. Handuk sejumlah peserta
2. Kaos kaki sejumlah peserta
3. Kain perca/dacron/kapas/koran bekas
4. Spidol
5. Karet gelang
6. Selotif kertas
7. Peniti
Panduan Peragaan
Posisi dan Pelekatan yang Baik
Tujuan:
Peserta terampil dalam memperagakan Posisi dan Pelekatan yang baik
Petunjuk:
1. Pelatih mengajak semua peserta untuk memperagakan cara menggendong bayi saat ibu
menyusui dengan menggunakan boneka dan model payudara. Pelatih menjelaskan 4 ciri
posisi menyusui yang baik:
a. Badan bayi membentuk garis lurus
b. Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting
c. Bayi dekat ke tubuh ibu
d. Ibu menggendong/mendekap badan bayi secara utuh
2. Pelatih meminta peserta mengamati dan menjelaskan KK 6: Posisi Menyusui dan KK 8:
Memberikan ASI pada bayi dengan berat badan lahir rendah
3. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan manfaat masing-masing posisi menyusui.
4. Pelatih menjelaskan saat kepala bayi diletakkan di siku, bayi harus menunduk untuk dapat
melekat pada payudara, sehingga bayi sulit untuk menelan. Pelatih meminta peserta untuk
menundukkan kepala sambil menelan ludah. Pelatih meminta peserta untuk menolehkan
kepala sambil menelan ludah. Pelatih membahas kesulitan yang sama seperti ketika bayi
menelan ASI.
5. Pelatih menjelaskan kepada ibu empat tanda pelekatan yang baik:
a. Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar,
b. Dagu menyentuh payudara,
c. Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi, dan
d. Bibir bawah bayi memutar keluar (dower).
6. Pelatih menunjukkan gambar pelekatan yang baik dan pelekatan yang tidak baik.
7. Pelatih mengajukan pertanyaan pada peserta: Apa yang akan terjadi di dalam mulut bayi
ketika pelekatan baik dan pelekatan yang tidak baik? Dan menjelaskan perbedaannya.
8. Pelatih meminta peserta mengamati dan menjelaskan KK 7 dan booklet pesan utama:
Pelekatan yang baik
9. Pelatih menanyakan kepada peserta dan membahas tanda-tanda menghisap yang efektif,
yaitu:
MI 2
Alat bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Peniti
MI 2
4. Gambar anatomi payudara
5. Gambar pelekatan baik dan tidak baik
6. Kartu konseling
7. Booklet pesan utama
Tujuan:
Peserta terampil dalam membantu memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui.
Petunjuk :
1. Pelatih membagi kelompok yang beranggotakan tiga orang (ibu, kader/konselor dan
pengamat) untuk mempraktikkan cara memperbaiki posisi dan pelekatan secara bergantian.
Pelatih mengamati dan langsung memberi masukan bila ada yang kurang tepat.
2. Peserta yang berperan sebagai ibu akan memerankan seorang ibu yang sedang mengalami
kesulitan memposisikan dan melekatkan bayinya saat menyusui.
3. Peserta yang bereran sebagai kader/konselor akan membantu ibu menggunakan posisi
menyusui yang baik (4 tanda) dan pelekatan yang baik (4 tanda).
4. Peserta yang berperan sebagai pengamat akan mengamati kader/konselor dan memberikan
umpan balik tentang praktik posisi dan pelekatanyang dilakukan oleh peserta yang berperan
sebagai kader/konselor.
7. Pelatih merangkum hasil praktik posisi dan pelekatan menyusui yang baik.
Alat Bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Peniti
MI 2
Panduan Praktik
Cara memerah ASI dengan tangan dan memberikan ASI perah dengan cangkir
Tujuan:
Peserta terampil dalam memerah ASI dengan tangan, dan memberikan ASI perah dengan
cangkir.
Petunjuk:
1. Pelatih memperagakan teknik memerah ASI dan memberikan ASI perah dengan
menggunakan model payudara, boneka, dan cangkir.
2. Pelatih meminta peserta mempraktikkan cara membantu ibu untuk memerah ASI. Pelatih
mendampingi peserta selama praktik dan membantu bila ada kesulitan.
3. Pelatih meminta peserta mempraktikkan cara membantu ibu untuk memberikan ASI perah
dengan cangkir. Pelatih mendampingi peserta selama praktik dan membantu bila ada
kesulitan.
4. Pelatih meminta peserta untuk melihat dan membahas KK9: Bagaimana memerah ASI dan
memberikan ASI dengan cangkir, KK10: Bila Ibu terpisah dari Bayinya, dan Booklet
Pesan Utama.
Alat bantu:
1. Boneka
2. Model payudara
3. Peniti
4. Cangkir dan sendok
5. Kartu konseling
6. Booklet pesan utama
MI 2
Tujuan
Peserta mampu menjelaskan mengenai risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga, dan
masyarakat/bangsa.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok diberi flipchart
dengan judul sebagai berikut: RISIKO tidak memberikan ASI bagi Bayi, RISIKO tidak
memberikan ASI bagi Ibu, RISIKO tidak memberikan ASI bagi Keluarga, RISIKO Tidak
Memberikan ASI bagi Masyarakat/Bangsa (untuk diskusi: tambahkan dengan RISIKO Tidak
memberikan ASI pada saat bencana).
2. Pelatih memberikan waktu lima menit kepada masing-masing kelompok untuk menuliskan
poin-poin Risiko sebanyak-banyaknya sesuai tugas kelompok masing-masing.
4. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Risiko Tidak Memberikan ASI Bagi
Bayi/Anak, Ibu, Keluarga, Masyarakat/Negara.
Alat bantu:
1. Flipchart
2. Spidol
3. Selotip
MI 2
Tujuan
Peserta mampu memahami kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta ke dalam 4 (empat) kelompok kerja dan memberikan kepada setiap
kelompok kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI, disertai foto-foto
pembengkakan payudara, puting lecet, saluran ASI tersumbat yang dapat menyebabkan
mastitis, dan ASI tidak cukup.
3. Pelatih meminta setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok.
4. Pelatih meminta kelompok lain untuk menyumbangkan pemikirannya sebagai poin tambahan.
5. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Kesulitan Pemberian ASI yang sering terjadi
dan Materi ASI tidak cukup.
6. Pelatih meminta peserta untuk melihat Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda.
Alat bantu:
1. Flipchart
2. Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda
3. Gambar-gambar kesulitan pemberian ASI
4. Metaplan bertuliskan ASI tidak cukup
5. Spidol
MI 2
6. Selotip kertas
I. DESKRIPSI SINGKAT
Ibu hamil dan menyusui mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam kandungan, persiapan ibu menyusui dan pada saat ibu menyusui.
Oleh karena itu seorang ibu hamil dan menyusui membutuhkan makanan tambahan 1 (satu)
porsi lebih banyak dari biasanya.
Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya
mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi hak
anak. Rekomendasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF
diantaranya memberikan MP ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut
menekankan, secara sosial budaya MP ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah
dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food).
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyiapkan makanan ibu hamil, ibu menyusui
dan MP ASI, namun akan lebih mudah karena makanan yang dimasak untuk keluarga dengan
bahan-bahan makanan lokal dapat diberikan kepada anak, dengan mempertimbangkan hal-
hal yang penting dalam pembuatan MP ASI. Materi ini akan membahas tentang Pemberian
makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI.
MI 3
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
Persiapan awal
Sebelum memulai sesi, Pelatih telah menyiapkan:
1. Sebanyak 4 gelas berisi air yang berwarna putih: masing-masing penuh, dua pertiga,
setengah dan sepertiga.
2. Flipchart dan isi flipchart seperti yang digambarkan dalam Tabel Praktik pemberian MP
ASI yang dianjurkan, beberapa metaplan/carik kertas berisi isi chart dari Tabel anjuran
jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk ibu hamil dan ibu menyusui.
3. Contoh pengelompokan bahan makanan lokal untuk diletakkan pada flip chart
4. Bahan makanan yang difortifikasi (ada label fortifikasi), seperti terigu, minyak goreng,
garam beryodium, dan lain-lain.
A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di flipchart) dan pokok bahasan
pembelajaran tentang pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan makanan
pendamping ASI.
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan
makanan pendamping ASI (MP ASI)
selama pelatihan.
c. Pelatih memperagakan informasi yang sama dengan menggunakan 4 gelas berisi
air yang berwarna putih: masing-masing penuh (100%) , dua pertiga (70%),
setengah (50%) dan sepertiga (30%).
d. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.
C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI
MI 3
Lima (5) kunci makanan yang aman
Langkah kegiatan:
a. Pelatih menanyakan ke peserta: apa saja kunci makanan yang aman?
b. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta tentang 5 kunci makanan
yang aman.
c. Pelatih memperlihatkan flipchart berisi 5 kunci makanan yang aman.
d. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.
D. Langkah 4:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1: Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI
• Dari usia 0 sampai 6 bulan ASI memberikan seluruh kebutuhan energi anak.
• Dari usia 6 sampai 9 bulan ASI terus memberikan dua pertiga kebutuhan energi
anak; sepertiga lagi dari kebutuhan energi itu harus diberikan dari makanan
pendamping (MP ASI).
• Dari usia 9 sampai 12 bulan ASI terus memberikan sekitar setengah kebutuhan
energi anak; setengah lagi dari kebutuhan energi itu harus diberikan dari makanan
pendamping (MP ASI).
• Dari usia 12 sampai 24 bulan ASI terus memberikan sekitar sepertiga kebutuhan
energi anak, sisanya harus diberikan dari makanan pendamping.
• Di samping memberikan gizi, pemberian ASI akan terus memberikan perlindungan
MI 3
Tekstur
Frekuensi Jumlah
Usia (kekentalan/ Variasi
(perhari) setiap kali makan
konsistensi)
Mulai berikan 2 sampai 3 Mulai dengan 2 Bubur kental ASI (bayi disusui
makanan tambahan kali sampai 3 sendok sesering yang
ketika anak berusia makan makan. diinginkan)
6 bulan ditambah ASI Mulai dengan +
pengenalan rasa Makanan
dan secara hewani
perlahan (makanan lokal)
tingkatkan +
jumlahnya Makanan
Pokok (bubur,
Makanan lokal
lainnya)
+
Dari usia 6 sampai 9 2-3 kali 2 sampai 3 Bubur kental
Kacang
Bulan makan sendok /makanan keluarga
(makanan lokal)
ditambah ASI makan penuh yang dilumatkan
+
1-2 kali setiap kali makan Buah-
makanan Tingkatkan secara
buah/sayuran
selingan perlahan sampai
(makanan lokal)
½ (setengah)
+
mangkuk Tabur gizi/
MI 3
berukuran 250 ml
Taburia
Dari usia 9 sampai 12 3-4 kali ½ (Setengah) Makanan
bulan makan sampai ¾ (tiga keluarga yang
Ditambah ASI perempat) dicincang/ dicacah.
1-2 kali mangkuk Makanan dengan
makanan berukuran 250 ml potongan kecil yang
selingan dapat dipegang
Makanan yang
diiris- iris
Pemberian makanan • Bersabarlah dan dorong terus bayi untuk makan lebih banyak
aktif/responsif • Jika bayi menolak untuk makan, terus dorong untuk makan; pangkulah
(waspada dan bayi sewaktu ia diberi makan, atau menghadap ke dia kalau ia
responsif terhadap dipangku oleh orang lain
tanda-tanda yang • Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin tidak suka
ditunjukkan oleh bayi (tidak mau menerima) makanan baru pada awalnya.
bahwa ia siap untuk • Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak untuk belajar
makan; dorong dan mencintai. Berinteraksilah dengannya dan kurangi gangguan
bayi/anak untuk waktu ia diberi makan.
makan tapi jangan • Jangan paksa anak untuk makan.
dipaksa • Bantu anak yang lebih tua untuk makan
Kebersihan • Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih; jangan
gunakan botol karena susah dibersihkan dan dapat menyebabkan bayi
MI 3
mengalami diare.
• Cuci tangan anda dengan sabun sebelum menyiapkan makanan,
sebelum makan dan sebelum memberi makan anak.
• Cuci tangan anak dengan sabun sebelum ia makan.
Diadaptasi dari WHO Infant and Young Child Feeding Counselling: An Integrated Course (2006)
”Sesuaikan ukuran dalam bagan di atas dengan ukuran lokal yang cocok untuk menentukan
jumlah makanan. Gunakan garam beriodium dalam menyiapkan makanan keluarga”.
Definisi: Pemberian makan secara aktif/responsif adalah bersikap perhatian dan responsif
terhadap tanda-tanda yang disampaikan anak bahwa ia siap untuk makan; berikan dorongan
secara aktif kepada anak untuk makan, tapi jangan paksa dia.
MI 3
Orangtua, ayah, anggota keluarga (kakak), pengasuh anak dapat ikut ambil bagian
dalam pemberian makan aktif/responsif.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil setiap harinya perlu diperhatikan porsi
makan per jenis makanan dengan menggunakan ukuran rumah tangga sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Ibu Hamil
dan Ibu Menyusui untuk konsumsi satu hari
Ibu
Tidak
Ibu Hamil Ibu Hamil
Bahan Hamil & Ibu
Trimester Trimester Contoh
Makanan tidak menyusui
1 2&3
menyusui
(WUS)
Nasi atau 1 p nasi= 100 g
5p 5p 6p 6p
makanan pokok atau ¾ gelas
Protein hewani
seperti: ikan, 1 p telur = 55 g
3p 4p 4p 4p
telur, ayam, dan atau 1 butir
lainnya
Protein nabati
seperti: tempe, 1 p tempe = 50
tahu dan 3p 4p 4p 4p g atau 2 potong
kacang- sedang
kacangan
1 p bayam =
100 g atau 1
Sayuran 3p 4p 4p 4p gelas sayur
matang tanpa
kuah
1 p pisang
ambon = 50 g
Buah 5p 4p 4p 4p
atau 1 buah
kecil
1 p = 5 g atau 1
Minyak/santan*) 5p 5p 6p 6p
sendok teh
1 p = 10 g atau
MI 3
Gula**) 2p 2p 2p 2p 1 sendok
makan
Keterangan:
*) Penggunaan minyak/santan dibatasi tidak lebih dari porsi yang dianjurkan. minyak/ santan
digunakan dalam pengolahan makanan seperti digoreng, ditumis dan dimasak dengan
santan.
**) Penggunaan gula dibatasi tidak lebih dari porsi yang dianjurkan. gula dapat digunakan
dalam pengolahan makanan/minuman.
Catatan:
• Pada kehamilan trimester pertama (minggu 1-13) kebutuhan gizi berfokus pada
penambahan protein hewani, dan nabati.
• Pada kehamilan trimester kedua (minggu 13-26) pertumbuhan janin sangat cepat dan ibu
memerlukan tambahan energi lebih kurang 300 kalori dan protein yang lebih tinggi dari
biasa yaitu 20 gram serta zat gizi mikro yang lebih banyak.
• Pada kehamilan trimester ketiga (minggu 27-lahir), kebutuhan gizi sama dengan trimester
kedua.
MI 3
Cat: makanan hewani harus dimulai
saat anak telah mencapai usia 6 bulan
Tabel 3.5 Praktik Pemberian Makan yang Dianjurkan bagi Bayi dan Anak,
Ibu Hamil dan Ibu Menyusui serta Poin-poin Diskusi Konseling
Praktik
Kemungkinan Topik Pembahasan
Pemberian
Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu
Makanan
dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di
Tambahan yang
wilayah tersebut
Dianjurkan
Setelah bayi • Berikan contoh jenis-jenis makanan tambahan lokal
berusia 6 bulan, • Bila mungkin, gunakan ASI, bukan air, untuk melembikkan bubur
berikan makanan • KK11: Praktik-praktik kebersihan yang baik dapat mencegah
MI 3
tambahan (seperti penyakit.
bubur kental 2-3 • KK12: Mulai Berikan Makanan Tambahan saat Bayi sudah
kali sehari) berusia 6 bulan
disamping ASI • Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah Usia 6
Bulan
usia 12-24 bulan: • Makanan yang diberikan harus disiapkan dan disimpan dalam
ASI, ditambah 3-4 tempat yang bersih untuk menghindari diare dan penyakit lain.
kali makan dan 1-2 • Makanan disimpan dalam temperatur normal harus dikonsumsi dalam
kali makanan kecil 2 jam. Tambahkan tabur gizi, dua hari sekali, pada makanan siap
perhari. saji.
KK 11: Kebersihan yang baik mencegah penyakit
KK 15: Pemberian Makanan Tambahan/MP ASI usia 12-24
bulan
KK 16: Keanekaragaman Makanan
Brosur: Bagaimana memberikan makan bayi di atas 6 bulan
Teruskan • Selama tahun pertama dan kedua, ASI adalah sumber gizi yang
pemberian ASI paling penting bagi bayi Anda.
sampai anak • Menyusui diantara waktu makan dan setelah makan; jangan
berusia dua tahun mengurangi frekuensi menyusui
atau lebih • KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan
Bayi tidak • Paling kurang 2 gelas susu setiap hari diberikan untuk anak-anak usia
mendapat ASI di bawah 2 tahun yang tidak lagi disusui.
Bulan
umur 6-24 bulan • Susu itu bisa berupa susu formula yang dijual di pasar, yang disiapkan
sesuai petunjuk, atau susu hewani, yang harus direbus terlebih dahulu
untuk anak yang berusia dibawah 12 bulan. Susu ini bisa diberikan
kepada anak sebagai minuman hangat atau dingin. Dan bisa
ditambahkan ke dalam bubur atau makanan lain.
• Seluruh anak memerlukan makanan tambahan sejak usia 6 bulan.
• Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 5 sampai 9 bulan
MI 3
membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama
seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 1 makanan ekstra
dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)
• Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 9 sampai 12 bulan
membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama
seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 2 makanan ekstra
dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)
• Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 12 sampai 24 bulan
membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama
seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 2 makanan ekstra
dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)
• Setelah bayi berusia 6 bulan, berikan juga 2 sampai 3 cangkir air putih
setiap hari, terutama pada saat cuaca panas.
• KK 15a : Bayi tidak mendapatkan ASI umur 6 – 24 bulan
Bersabarlah dan • Pada awalnya bayi mungkin perlu waktu untuk membiasakan diri
bujuk anak untuk memakan makanan selain dari ASI.
menghabiskan • Gunakan piring tersendiri untuk memberi makan anak untuk
makanannya memastikan bahwa ia memakan seluruh makanan yang diberikan.
• Lihat Materi Peserta 7.4: Pemberian Makan secara Aktif/Responsif.
• KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan
Cuci tangan • Makanan yang akan diberikan kepada anak harus selalu disimpan
dengan sabun dan disiapkan ditempat yang bersih untuk mencegah kontaminasi,
Sebelum yang dapat menyebabkan diare dan penyakit lainnya.
menyiapkan • Cuci tangan Anda dengan sabun setelah ke toilet dan cuci dan
makanan, bersihkan pantat bayi.
sebelum makan • Pastikan bayi/anak Anda berada dalam lingkungan yang bersih saat
dan memberi makan
makan anak. Cuci • KK 11: Praktik-praktik kebersihan/PHBS yang baik yang dapat
tangan anak mencegah penyakit.
sebelum ia makan
Beri makan bayi • Piring mudah untuk dibersihkan
dengan piring • KK 12-15: Pemberian Makanan Pendamping/MP ASI
dan sendok yang
bersih
Bujuk anak untuk • Kebutuhan cairan dan makanan lebih tinggi sewaktu anak sakit.
terus Lebih mudah bagi anak untuk makan sedikit makanan tapisering.
menyusu dan • Berikan anak makanan yang ia sukai dalam jumlah kecil sepanjang
terus makan hari.
MI 3
Catatan:
• Gunakan garam beryodium sewaktu menyiapkan makanan keluarga.
• Berikan kapsul vitamin A kepada bayi dan anak-anak mulai usia 6 bulan,
setiap enam bulan sampai anak berusia 5 tahun.
• Di negara-negara dimana tingkat anemia dan kekurangan gizi mikro cukup
tinggi, tabur gizi diberikan mulai usia 6 bulan.
• Di negara-negara dimana prevalensi balita pendek atau stunted masih tinggi
dan kerawanan pangan cukup tinggi, tabur gizi dapat diberikan kepada
anak-anak mulai usia 6 bulan. Tabur gizi ini ditambahkan ke makanan
tambahan yang biasa diberikan untuk memperkaya zat gizi pada makanan
dan bukan untuk menggantikan makanan lokal. Jika produk-produk tersebut
tersedia melalui posyandu atau dapat diperoleh di pasaran dengan harga
MI 3
terjangkau, maka tabur gizi perlu direkomendasikan bagi para pengasuh
sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup anak.
Zat besi
• Cadangan zat besi yang sudah ada sejak bayi lahir secara perlahan
terpakai sampai usia 6 bulan.
• Tidak banyak zat besi yang berasal dari ASI (meskipun itu mudah diserap).
Setelah berusia 6 bulan, kebutuhan bayi akan zat besi harus dipenuhi oleh
makanan yang ia makan.
• Sumber terbaik untuk zat besi adalah makanan hewani, seperti hati, daging
dan telur.
• Beberapa makanan vegetarian seperti kacangan juga mengandung zat
besi. Sumber- sumber lain adalah makanan yang diberi zat besi dan
suplemen zat besi.
• Tumbuhan seperti buncis, kacang-kacangan dan bayam merupakan
sumber zat besi.
• Memakan makanan yang kaya vitamin C secara bersamaan waktu atau
Vitamin A
Sumber vitamin A terbaik adalah buah-buahan dan sayuran berwarna kuning
(seperti pepaya, mangga, markisa, jeruk, wortel, labu, ubi jalar kuning);
sayuran hijau, dan jeroan (hati) dari hewan; telur, susu dan makanan yang
terbuat dari susu, seperti mentega; susu bubuk dan makanan lain yang
diperkaya dengan vitamin A.
Catatan: Perlu dipastikan bahwa anak usia 6 sampai 11 bulan mendapatkan
kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU) dan anak usia 12 sampai 59 bulan
mendapatkan kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) pada bulan
Februari dan Agustus.
Informasi Utama
• KK 11: Praktik PHBS yang baik dapat mencegah penyakit
• KK 12-16: Kartu Konseling Pemberian Makanan Pendamping ASI
• KK 18: Memberikan makan anak yang sakit usia lebih dari 6 bulan
• KK Situasi Khusus 3: Bagaimana memberi makan anak yang tidak
disusui usia 6 bulan
• Materi Pesan Utama
• Brosur: Bagaimana Memberi Makan Anak setelah 6 bulan
• Fortifikasi adalah penambahan zat gizi mikro pada bahan makanan tertentu
yang bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi bahan makanan tersebut.
• Suplementasi adalah pemberian zat gizi mikro pada sasaran tertentu dengan
maksud memenuhi kebutuhan akan zat gizi mikro tersebut.
MI 3
bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit lainnya.
• Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya
pepaya, jeruk, pisang, alpukat dll); sayuran hijau (seperti bayam, brokoli,
kelor, wortel, buncis, kangkung dll)
• Tambahkan makanan hewani: daging, ayam, ikan, hati; dan telur dan susu,
dan produk susu setiap hari setidaknya dalam sekali makan (setidaknya 3x
seminggu)
• Berikan makanan sejumlah ¾ sampai 1 mangkuk ukuran 250ml sebanyak 3 -
4 kali per hari berupa makanan keluarga
• Berikan paling kurang 1 sampai 2 makanan selingan seperti mangga,
pepaya, alpukat, pisang, buah-buahan dan sayuran lain, roti tawar, kentang
goreng, ubi jalar.
• Gunakan garam beriodium dan batasi penggunaannya
• Lanjutkan pemberian ASI
• Makanan untuk anak-anak harus disimpan dan disiapkan di tempat yang
bersih agar tidak terkontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan
penyakit lainnya.
Contoh menu Makanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui 2500 kkal dapat dilihat pada
lampiran MI 3.5
MI 3
Sumbernya: ikan, telur, ayam, daging, udang,
susu segar dan lainnya.
• Meningkatkan konsumsi buah berwarna dan
mengandung serat. Sumbernya: Pisang, pepaya,
mangga, jeruk, semangka, rambutan, jambu biji,
alpukat dan lain-lain
• Ibu hamil mengatasi mual dan muntah (emesis)
makan dengan porsi kecil tapi sering.
• Suami dan keluarga memberikan dukungan untuk
menjaga gizi ibu selama hamil. Membantu
pekerjaan rumah seperti mencuci, mengangkat air
dan lain-lain
• Tidak ada pantangan makanan untuk ibu hamil.
Kandungan
kafein pada kopi
dan teh karena
dapat
mengganggu
penyerapan zat
besi.
Catatan:
• Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan memberi
makan anak
• Rekomendasi praktik pemberian MP ASI
• Variasi Makanan Lokal
• Lihat KK 11-16: Kartu Konseling mengenai Makanan tambahan/MP ASI
• Lihat Booklet Pesan Utama
• Lihat Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah 6 bulan
1. Panduan Pelatih, 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan MCAI, Jakarta.
2. Kemenkes RI, 2015, Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu, Jakarta.
3. Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP ASI) Lokal, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
4. WHO, 2006, Infant and Young Child Feeding Counseliling An Integrated Course,
WHO, Geneva.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 Tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi.
6. Buku Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI, 2015
MI 3
Lampiran : MI 3.1
Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pemberian MP ASI anak usia 6
sampai 24 bulan.
Petunjuk:
a. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.
b. Pelatih menyiapkan dua flipchart yang sudah diberi kolom: Usia, Frekuensi, Jumlah,
Tekstur, Variasi, Pemberian Makan Aktif Responsif, Kebersihan dan diberi baris: mulai
usia 6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-24 bulan, anak usia 6-24 bulan yang tidak diberi
ASI.
c. Pelatih membagikan metaplan/potongan kertas kepada kelompok dengan membedakan
warna setiap kolom yang bertuliskan isi chart yang diambil dari Tabel Praktik Pemberian
MP ASI yang dianjurkan
d. Pelatih meminta kedua kelompok untuk melanjutkan sampai flipchart itu terisi.
e. Pelatih meminta satu kelompok untuk menjelaskan apa yang ada dalam flip chart
mereka.
f. Pelatih meminta kelompok yang lain untuk melengkapi.
g. Pelatih meminta peserta untuk meninjau dan tanyakan pada mereka informasi apa yang
ada dalam kartu itu.
a) KK 11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit
b) KK 12: Mulai Memberikan Makanan Pendamping ketika Anak berusia 6 bulan
c) KK 13: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 6-9 bulan
d) KK 14: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 9-12 bulan
e) KK 15: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 12-24 bulan
f) KK 15a: Pemberian Makanan Pendamping usia 6-24 bulan yang tidak mendapat ASI
g) KK 16: Variasi Makanan
h) KK 18: Memberikan makan anak yang sakit usia lebih dari 6 bulan, booklet dan Brosur
Bagaimana Memberi Makan Anak setelah 6 bulan
i) KK 22: Makanan ibu hamil dan menyusui
h. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Tabel Praktik Pemberian MP ASI yang
MI 3
Alat bantu:
1. Flipchart
2. Metaplan/kertas berwarna
3. Alat masak dan alat makan
4. Bubur kental
Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pemberian makan ibu hamil dan
ibu menyusui.
Petunjuk:
1. Pelatih menunjukkan kepada peserta tabel anjuran jumlah porsi ibu hamil dan ibu
menyusui (tabel 3.3 dan 3.4) dan isi piringku sesuai dengan kebiasaan setempat.
Alat bantu:
1. Flipchart
2. KK
3. Booklet Pesan Utama
4. Brosur Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
5. ATK
MI 3
Panduan Praktik
Penyiapan Makanan Keluarga
Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pengelompokkan makanan 4
bintang
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.
3. Pelatih menanyakan pada kedua kelompok: makanan lokal yang mana yang
mengandung zat besi? Dan makanan lokal mana yang mengandung vitamin A?
Tanyakan dari jenis makanan tersebut mana makanan yang kaya zat gizi untuk ibu
hamil? Sumber makanan dan zat gizi apa saja dan apa kegunaannya untuk bayi dan
anak serta ibu hamil dan menyusui ?
4. Pelatih meminta peserta untuk melihat materi peserta tabel 3.4 dan tabel 3.5
7. Pelatih meminta peserta untuk mengambil bahan makanan lokal yang telah disediakan
sesuai dengan menu yang dibuat.
8. Pelatih memberikan penilaian terhadap menu yang dibuat oleh masing-masing kelompok
dengan cara memberikan 1 bintang untuk setiap kelompok bahan makanan yang dipilih.
Fasilitator mendiskusikan 4 jenis bahan makanan yang ditandai dengan 4 bintang.
MI 3
Alat bantu:
1. Bahan makanan
2. Flipchart
3. Metaplan bintang
Panduan Praktik
Pembuatan Makanan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan MP- ASI
Tujuan:
Setelah mengikuti praktik ini, peserta mampu membuat makanan ibu hamil, ibu menyusui
dan MP- ASI
Petunjuk:
1. Pelatih membagi kelompok menjadi 5 kelompok.
3. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan porsi makanan ibu hamil dan ibu
menyusui untuk satu hari sesuai dengan Tabel 3.3.
4. Pelatih meminta setiap kelompok untuk mengambil makanan lokal yang tersedia yang
mungkin didapatkan (makanan pokok, kacang-kacangan dan biji-bijian, buah-buahan
dan sayuran kaya vitamin A,buah-buahan dan sayuran lain, makanan hewani kaya zat
besi), dan minyak.
5. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk membuat makanan ibu hamil, ibu
menyusui dan MP ASI untuk satu kali makan (misal makan siang) dengan
menggunakan makanan yang tersedia sesuai kelompok usia berikut:
• Ibu hamil dan ibu menyusui
• Usia 6 bulan
• Dari 6 bulan sampai 9 bulan
• Dari 9 bulan sampai 12 bulan
• Dari 12 bulan sampai 24 bulan
MI 3
7. Pelatih menyiapkan MP ASI pabrikan dan mengajak peserta membandingkan MP - ASI
pabrikan dengan makanan lokal.
Alat bantu:
1. Alat masak
2. Alat makan
3. Makanan lokal
4. Makanan pabrikan
MI 3
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting untuk deteksi dini
gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita, karena itu balita harus secara rutin
ditimbang setiap bulan. Hasil penimbangan diploting di KMS/ Buku KIA dengan tepat
agar dapat ditentukan status pertumbuhannya sehingga dapat ditindaklanjuti. Selain
penimbangan berat badan dilakukan juga pengukuran panjang badan atau tinggi badan.
Penilaian perkembangan dapat dilakukan dengan menggunakan formulir Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) / di dalam Buku KIA yang bertujuan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Materi ini akan membahas tentang penimbangan berat badan anak menggunakan dacin,
pengukuran panjang badan/tinggi badan, pengisian KMS/ di dalam Buku KIA serta
menentukan status pertumbuhan dalam KMS/Buku KIA dan tindak lanjutnya. Materi
tentang pemeriksaan perkembangan ini dilakukan dengan menggunakan instrumen
Buku KIA.
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Cara menimbang berat badan dan mengukur
panjang badan / tinggi badan anak
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menanyakan kepada seluruh peserta dan membahas:
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan di Posyandu?
2. Apa yang dipahami selama ini mengenai penimbangan di Posyandu?
Mengapa harus ditimbang setiap bulan?
3. Alat timbang apa yang ada di lingkungan Posyandu mereka, dan bagaimana
pendapat mereka tentang alat timbang yang benar?
2. Pelatih menyiapkan flip chart dan kartu puzzle “persiapan dacin”.
3. Pelatih memimpin curah pendapat tentang langkah-langkah persiapan dacin
serta menempelkan kartu puzzle sesuai dengan hasil diskusi.
4. Pelatih memimpin curah pendapat tentang langkah-langkah penimbangan balita
menggunakan dacin
5. Pelatih memimpin curah pendapat tentang cara mengukur panjang dan tinggi
badan
a. Apa alat yang digunakan untuk mengukur panjang badan ?
b. Apa alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan ?
c. Pelatih menempelkan gambar alat ukur panjang badan dan tinggi badan dan
merangkum
C. Langkah 3.
Membahas pokok bahasan 2: Menimbang berat badan dan mengukur panjang
badan / tinggi badan anak
Langkah kegiatan:
MI 4
D. Langkah 4.
Membahas pokok bahasan 3: Mengisi KMS dalam buku KIA dengan benar
Langkah kegiatan:
1. Pelatih mendiskusikan tentang mengisi KMS menggunakan buku KIA dengan
benar (kasus Aida)
2. Pelatih membagi peserta menjadi kelompok kecil (dua kelompok)
3. Pelatih membagikan KMS pada setiap anggota kelompok, 1 orang
mendapatkan 1 pasang KMS laki- laki dan perempuan.
4. Pelatih meminta masing-masing anggota kelompok untuk praktik mengisi KMS
sesuai dengan lembar kerja (lampiran MI 4.2 dan MI 4.3).
5. Pelatih meminta peserta mengulang kembali langkah pengisian KMS dengan
benar.
E. Langkah 5.
Membahas pokok bahasan 4: Menentukan status pertumbuhan pada KMS
dalam buku KIA dan tindak lanjutnya
Langkah kegiatan:
1. Pelatih meminta peserta melakukan penentuan status pertumbuhan dalam KMS
dan tindak lanjutnya.
2. Peserta menyajikan hasil penentuan status pertumbuhan dan tindak lanjut sesuai
kasus soal.
3. Pelatih meminta peserta mengulang kembali langkah penentuan status
pertumbuhan pada KMS dalam buku KIA dan tindak lanjutnya.
F. Langkah 6.
Membahas pokok bahasan 5: Deteksi dini pemantauan perkembangan dengan
menggunakan buku KIA
Langkah kegiatan :
1. Pelatih meminta peserta membuka Buku KIA yang telah dibagikan.
2. Pelatih menjelaskan cara mengisi check list perkembangan yang ada di dalam MI 4
buku KIA.
3. Pelatih memimpin diskusi hasil pengisian check list perkembangan anak dengan
menggunakan Buku KIA.
G. Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih merangkum materi yang sudah dipelajari.
2. Pelatih melakukan evaluasi bersama peserta.
3. Pelatih mengucapkan salam penutup dan terima kasih
Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak
untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan
mengukur tinggi anak berdiri tegak.
- Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang
- Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran
dilakukan dengan berdiri tegak.
- Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan
- Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (telentang)
maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang/tinggi badan anak, menggunakan alat
ukur dengan kriteria sebagai berikut :
• Kuat dan tahan lama
• Mempunyai presisi sampai 0,1 cm
• Sudah dikalibrasi
• Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI)
MI 4
- Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan
- Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur
- Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar
- Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya
kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala
yang ada di bagian kaki balita
- Geser kembali papan penggeser pada tempatnya
MI 4
- Letakkan microtoise di lantai yang datar dan menempel pada dinding yang rata
- Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol
- Tempelkan ujung pita meteran pada dinding dengan menggunakan
lakban/selotip
- Kurang lebih jarak 50 cm dari ujung pita diberi lakban/selotip agar tidak bergerak
- Geser kepala microtoise ke atas dan ke bawah
• Sebelum diukur, pastikan sepatu anak, kaus kaki, dan hiasan rambut sudah
dilepas. Jika bayi diukur telanjang, alas papan pengukur dengan menggunakan
kain kering pada daerah kepala untuk menghindari cedera, dan jika ruang tempat
pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil
menunggu pengukuran.
• Ibu dapat diminta membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk
menenangkan serta menghibur anak.
• Telentangkan anak di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel
pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat
bergerak)
• Pengukur 2 memastikan bagian puncak kepala anak menempel pada bagian
papan yang statis, posisi kepala anak harus sesuai garis frankfort tegak lurus
terhadap papan pengukur
• Posisikan Seluruh bagian belakang badan anak menempel secara tepat pada
papan pengukur
• Pengukur 1 menggeser bagian papan yang bergerak. Pastikan posisi telapak
kaki menempel tegak lurus pada papan geser dan jari kaki menghadap ke atas.
MI 4
- Pastikan sepatu/alas kaki, kaos kaki, hiasan rambut, dan tutup kepala sudah
dilepaskan.
- Pengukur 1 memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah microtoise
membelakangi dinding, pandangan anak lurus ke depan. Pastikan posisi kepala
sesuai garis Frankfort dan sudah berada di bawah alat geser microtoise
- Pengukur 1 memastikan 5 bagian tubuh anak menempel di dinding :
• Bagian Belakang Kepala
• Punggung
• Bokong
• Betis
• Tumit
- Pengukur 2 memposisikan kedua lutut anak rapat dan dengan lembut menekan
perut anak
- Pengukur 1 memegang dagu dan menarik kepala microtoise sampai puncak MI 4
kepala anak dan membaca angka pada jendela baca, mata pembaca sejajar
dengan garis merah pada papan baca
- Angka yang dibaca dari angka kecil ke arah angka besar
- Catat hasil pengukuran tinggi badan
Contoh:
Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus
2008. Bila Ibu/pengasuh mengatakan anak baru saja
berulang tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur
anak saat ini 13 bulan. Tulis Agustus dibawah umur
13 bulan.
Contoh:
Aida dalam penimbangan bulan Juni 2008 umurnya 4
bulan dan berat badannya 6 kg.
Contoh:
Aida lahir pada bulan Februari 2008 dengan berat
MI 4
Contoh:
• Pada penimbangan di bulan Maret anak tidak mau
makan.
• Saat ke Posyandu di bulan Agustus, anak sedang
mengalami diare.
• Penimbangan selanjutnya di bulan September
anak sedang demam.
MI 4
Menentukan status pertumbuhan pada KMS dalam Buku KIA dan tindak
lanjutnya
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek perkembangan.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
MI 4
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
VI. REFERENSI
MI 4
Lampiran : MI 4.1
Panduan Praktik
Melakukan Penimbangan Berat Badan (BB) dengan Menggunakan Dacin dan
Pengukuran Panjang Badan (PB)/Tinggi Badan (TB) Anak
Tujuan:
Peserta mampu melakukan penimbangan menggunakan dacin dan pengukuran panjang
badan/tinggi badan anak dengan benar.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok.
2. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk memasang dacin, alat ukur panjang
badan (infantometer) dan tinggi badan dengan benar.
3. Pelatih mengecek kembali hasil pemasangan alat antropometri oleh peserta.
4. Pelatih meminta peserta untuk menyebutkan kembali langkah-langkah penimbangan,
yaitu:
• Menyapa ibu/pengasuh balita.
• Mengecek kembali pakaian yang dikenakan anak harus seminimal mungkin.
• Masukkan boneka kaki panjang kedalam sarung timbang.
• Membaca berat badan balita dengan melihat angka diujung bandul geser dan geser
bandul sampai jarum tegak lurus.
• Mencatat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.
• Mengembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/ celana/kotak
timbang.
• Mengucapkan terima kasih kepada ibu/pengasuh balita.
5. Pelatih memberi contoh menimbang BB dan mengukur PB/TB salah satu anak yang akan
ditimbang juga oleh peserta untuk menjadi standar hasil penimbangan.
6. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk melakukan praktik menimbang BB dan
mengukur PB/TB dengan satu anak yang telah ditentukan sesuai dengan langkah-
langkah penimbangan yang benar.
Alat bantu:
MI 4
1. 1 set dacin, sarung timbang, penyangga kaki tiga, plastik isi pasir/kerikil/beras dll
2. Papan ukur panjang badan (Infantometer) dan alas untuk kepala
3. Alat ukur tinggi badan (microtoise)
4. Boneka kaki panjang
5. Meja
6. Lakban hitam
Sasaran:
Anak yang akan diukur berumur:
1. Kurang 2 tahun sebanyak 2 orang (Jika bisa laki-laki dan perempuan)
2. Diatas 2 tahun sebanyak 2 orang (Jika bisa laki-laki dan perempuan)
Panduan Praktik
Pengisian KMS dengan Benar dan Penentuan Status Pertumbuhan dalam KMS
dan Tindak Lanjutnya
Tujuan:
Peserta mampu mengisi KMS dengan benar dan menentukan status pertumbuhan dalam
KMS dan tindak lanjutnya.
Petunjuk:
1. Pelatih meminta peserta untuk melihat bagian-bagian dalam KMS, yaitu: KMS sesuai
jenis kelamin, identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS, kolom bulan lahir
dan bulan penimbangan anak, titik berat badan dan garis pertumbuhan anak, status
pertumbuhan anak, catatan pemberian imunisasi bayi, catatan pemberian kapsul
vitamin A, kolom pemberian ASI Eksklusif.
2. Pelatih membagikan lembar kasus (ada 2 lembar kasus laki-laki dan perempuan) pada
setiap anggota kelompok dan meminta masing-masing anggota kelompok untuk
mengerjakan lembar kasus sesuai dengan instruksi.
3. Pelatih minta perwakilan salah satu peserta untuk menuliskan hasil pengerjaan kasus
pada poster KMS sesuai jenis kelamin.
Alat bantu:
1. Buku KIA/KMS sejumlah peserta
2. Poster KMS laki-laki 2 lembar dan perempuan 2 lembar MI 4
3. Plastik penutup poster KMS
4. Spidol
5. Penggaris ukuran 50 cm sebanyak 2 buah
6. Penggaris ukuran 30 cm sejumlah peserta
LEMBAR KASUS 1
Seorang anak laki-laki bernama Yusuf Abidin lahir pada tanggal 28 Mei 2017 dengan berat
badan 3,1 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Yusuf bernama Pak Zainudin dan Ibu
Salmah. Mereka tinggal di Kebon Kosong, Jakarta Pusat.
Yusuf dibawa pertama kali ke Posyandu Melati di dekat rumahnya pada tanggal 26 Juni
2017. Pada saat itu berat badan Yusuf diketahui 3,5 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbanganYusuf di Posyandu adalah sebagai berikut:
Instruksi:
1. Pilih KMS untuk Yusuf sesuai jenis kelaminnya.
2. Lakukan pengisian KMS dengan benar dan lengkap sesuai data yang diberikan.
3. Tentukan status pertumbuhan Yusuf pada kolom yang disediakan
Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan informasi utama Buku Materi Peserta.
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!
4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Yusuf dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Yusuf di
bulan Desember?
MI 4
Seorang anak perempuan bernama Rahmi Amanda lahir pada tanggal 20 Juni 2017 dengan
berat badan 3 kg dan panjang badan 48 cm. Orangtua Rahmi bernama Pak Paiman dan Ibu
Siti. Mereka tinggal di Metro, Lampung.
Rahmi dibawa pertama kali ke Posyandu Anggrek di dekat rumahnya pada tanggal 27 Juli
2017. Pada saat itu berat badan Rahmi diketahui 4,1 kg. Pada bulan-bulan berikutnya, data
penimbangan Rahmi di Posyandu adalah sebagai berikut:
Instruksi:
1. Pilih KMS untuk Rahmi sesuai jenis kelaminnya.
2. Lakukan pengisian KMS dengan benar dan lengkap sesuai data yang diberikan
3. Tentukan status pertumbuhan Rahmi pada kolom yang disediakan
Untuk soal no 4 dan 5 dijawab sesuai dengan Informasi Utama Buku Materi Peserta
Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya!
4. Apa yang dapat dilakukan oleh kader pada saat kunjungan Rahmi dan pengasuhnya ke
Posyandu di bulan September?
5. Apa yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Rahmi di
bulanJanuari?
MI 4
Yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Yusuf di bulan
Desember :
MI 4
Yang dapat kader sampaikan sehubungan dengan hasil penimbangan Rahmi di bulan
Januari:
MI 4
Tujuan:
Peserta mampu mengisi checklist perkembangan dalam Buku KIA dan tindaklanjutnya.
Petunjuk:
1. Pelatih membagikan Buku KIA.
2. Pelatih menampilkan latihan kasus.
3. Pelatih minta perwakilan peserta untuk menampilkan hasil berdasarkan latihan kasus.
4. Pelatih membahas hasil kerja peserta dan menyimpulkan.
LATIHAN KASUS
Kasus 1
Ibu Maya datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Rio umur 13
bulan.
Saat ini Rio sudah bisa berdiri dan berjalan dengan berpegangan, memegang benda kecil,
mengucapkan mama, mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
serta menunjuk yang diinginkan tanpa menangis.
Kasus 2
Ibu Ida datang ke Posyandu Mawar, membawa anaknya yang bernama Sari umur 40
bulan.
Saat ini Sari sudah mampu berdiri, mengayuh sepeda roda tiga, bicara dengan baik
menggunakan 2 kata, mengenal warna, menyebut nama, umur dan tempat, bermain
dengan teman, sudah mampu memakai dan melepas pakaiannya sendiri, namun belum
bisa menggambar garis lurus.
MI 4
a. Sari dalam ceklist deteksi perkembangan umur 3 tahun, ada 1 hal yang belum mampu
dilakukan, diduga ada gangguan perkembangan (Buku KIA halaman 61)
b. Kader merujuk anak ke tenaga kesehatan.
- Memberikan konseling dan Memotivasi agar anak terus diberikan stimulasi sesuai usia
anak (mengacu pada Buku KIA).
MI 4
I. DESKRIPSI SINGKAT
Status gizi ibu mempengaruhi kesehatan anak sejak janin dalam kandungan sampai
dewasa. Gizi yang baik untuk seorang ibu adalah kunci kelangsungan hidup seorang
anak dan akan mempengaruhi pertumbuhannya. Intervensi/program/ kegiatan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup anak harus dimulai sebelum seorang ibu menjadi
hamil. Ibu yang hamil di usia remaja, asupan gizinya akan berkompetisi dengan bayi
yang dikandungnya karena dia sendiri juga masih memerlukan asupan untuk
pertumbuhannya. Apabila ini terjadi akan meningkatkan risiko melahirkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), dan jika bayinya perempuan akan menambah risiko anak
tersebut nantinya akan mengalami kesulitan melahirkan kecuali apabila rantai/siklus
kurang gizinya dapat diputus.
Data dari The Nutritional Institute of Central America and Panama menyarankan 6 bulan
ASI Eksklusif yang dilanjutkan dengan pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI
(MP ASI) selama 18 bulan dan setidaknya 6 bulan untuk masa pemulihan agar anak
dapat tumbuh optimal sehingga jarak persalinan yang dianjurkan minimal 39 bulan.
Materi ini akan menjelaskan tentang siklus/rantai terjadinya kurang gizi, dan tindakan
yang dapat memutus siklus/rantai kurang gizi serta waktu yang direkomendasikan untuk
memberikan jarak persalinan dan kriteria untuk Lactation Amenorrhea Method (LAM).
A. Rantai/Siklus terjadinya kurang gizi pada bayi, anak, remaja, perempuan dewasa,
ibu hamil dan ibu menyusui.
B. Tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat memutus
rantai/siklus kurang gizi.
C. Waktu yang direkomendasikan untuk memberikan jarak persalinan dan kriteria untuk
Metode Amenore Laktasi (MAL) /Lactation Amenorrhea Method (LAM).
A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di flipchart) dan pokok bahasan
pembelajaran tentang Gizi dan Kesehatan Ibu.
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Rantai/siklus terjadinya kurang gizi pada bayi,
anak, remaja, perempuan dewasa, ibu hamil dan ibu menyusui
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menempelkan metaplan yang bertuliskan kehamilan usia remaja pada
flipchart gambar 5 lingkaran yang sudah disiapkan dengan tanda panah putus-
putus yang menghubungkan kelima lingkaran tersebut dan dengan judul
Rantai/Siklus Terjadinya Kurang Gizi.
2. Pelatih menanyakan kepada peserta akibat kehamilan pada usia remaja.
3. Pelatih menempelkan metaplan yang bertuliskan bayi kurang gizi, anak kurang
gizi, remaja kurang gizi, perempuan dewasa kurang gizi, ibu hamil kurang gizi
dan ibu menyusui kurang gizi pada setiap lingkaran sesuai hasil diskusi
4. Pelatih menyatakan bahwa diagram tersebut menggambarkan rantai/siklus
terjadinya kurang gizi dan meminta peserta untuk mengulang kembali
siklus/rantai terjadinya kurang gizi.
5. Pelatih menanyakan kepada peserta apa konsekuensi dari kurang gizi pada
perempuan.
6. Pelatih menanyakan kepada peserta apa saja gangguan gizi selama kehamilan.
7. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dampak kurang gizi pada
perempuan dan merangkumnya.
C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan
yang dapat memutus rantai kurang gizi
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memimpin diskusi kelompok sesuai lembar kerja diskusi (lampiran
MI 5.1).
2. Pelatih menanyakan kepada peserta: apakah ibu yang kurang gizi dapat
menyusui bayinya? Pelatih membahas bersama peserta dan menyimpulkannya.
3. Pelatih menanyakan dan membahas bersama peserta: Apa saja faktor yang
mempengaruhi status gizi pada remaja dan ibu?
4. Pelatih meminta peserta untuk mengamati KK 1 (Kartu Konseling): Gizi untuk
ibu hamil dan menyusui dan Brosur: Gizi pada saat kehamilan dan
MI 5
D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Waktu yang direkomendasikan untuk
memberikan jarak persalinan dan kriteria untuk Lactation Amenorrhea Method
(LAM)
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu curah pendapat peserta mengenai waktu yang
direkomendasikan untuk memberikan jarak persalinan. Setelah mendengarkan
E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah
dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
V. URAIAN MATERI
A. Pokok bahasan 1: Rantai/siklus terjadinya kurang gizi pada bayi, anak, remaja,
perempuan dewasa, serta ibu hamil dan ibu menyusui
Anak
kurang gizi
Remaja
Bayi kurang Kehamilan usia remaja kurang Gizi
gizi
MI 5
Beberapa remaja putri yang hamil pada usia belia dimana masih dalam usia
pertumbuhan:
• Faktor faktor yang mempengaruhi pada remaja dan ibu:
- Asupan gizi: kepercayaan dan budaya, keinginan
- Jarak persalinan
- Beban kerja
- Olahraga
- Body image
- Alkohol, rokok dan kafein
• Ibu yang hamil di usia remaja asupan gizinya akan berkompetisi dengan bayi
yang dikandungnya.
• Bila ibu remaja ini tidak tumbuh secara optimum, dia mengalami risiko kesulitan
dalam persalinan bila tulang panggulnya kecil.
Rasa mual kadang-kadang disertai muntah biasa disebut gangguan pada pagi hari
(morning sickness), meskipun tidak selalu terjadi pada pagi hari.
Untuk mencegah dehidrasi, ibu dianjurkan banyak minum kaldu, sari buah dan
cairan elektrolit. Apabila terjadi dehidrasi pada muntah berlebihan (hiperemesis)
segera rujuk ke puskesmas/rumah sakit.
2. Rasa kepenuhan
✓ Cegah pemberian makanan/minuman yang mengandung kafein, makanan
terlalu banyak bumbu dan berlemak serta menimbulkan gas
✓ Jangan tidur dengan posisi rata, angkat kepala lebih tinggi, topang dengan
bantal
3. Konstipasi/sembelit
✓ Banyak minum dan makan makanan tinggi serat (sayuran, buah)
✓ Senam hamil
✓ Minum sari buah lebih banyak kalau 3-4 hari konstipasi masih berlangsung
terus
4. Anemia
Disebabkan kurangnya zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Gejalanya
adalah kadar haemoglobin (Hb) darah kurang dari 11 gram persen, pucat, pusing,
lemas dan penglihatan berkunang-kunang. Untuk mencegah anemia selain makan
makanan yang mengandung zat besi dan asam folat ibu perlu mengonsumsi tabet
tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan sampai 42 hari setelah
melahirkan. Jika ibu merasa mual, minumlah tablet tambah darah sebelum tidur,
sehingga rasa mual tidak dirasakan oleh ibu.
5. Pre-eklamsia (Toksemia)
Gejala hipertensi dan udema, makanan ibu harus rendah garam artinya waktu
masak jangan ditambah garam dapur pada lauk-pauknya. Garam boleh diberikan
sedikit demi sedikit mulai ¼ - ½ sendok teh apabila udema dan hipertensi membaik.
Toksemia berat disertai kejang dan koma (eklamsia) segera rujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit.
Asam folat Anemia pada ibu, pembentukan saluran saraf tidak sempurna, dan
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
B6 dan B12 Anemia pada ibu, gangguan perkembangan otak bayi dan gangguan
saraf pada bayi
1. Bagaimana kita memotong siklus sehingga bayi kurang gizi dapat menjadi
anak dengan gizi baik?
Catatan Imunisasi:
• Hepatitis B, untuk mencegah kerusakan hati; diberikan segera setelah bayi
lahir (0-7 hari- HB0), 1 bulan (HB 1), 2 bulan (HB 2), 3 bulan (HB 3.
• BCG, untuk mencegah TB/tuberkulosis (sakit paru-paru); diberikan saat bayi
berusia 1 bulan.
• Polio, untuk mencegah polio (lumpuh layu pada tungkai kaki dan lengan);
2. Bagaimana kita memutus siklus sehingga anak kurang gizi dapat menjadi
remaja dengan gizi baik
3. Bagaimana kita memutus siklus sehingga remaja kurang gizi dapat menjadi
perempuan dewasa dengan gizi baik?
5. Bagaimana memutus siklus ibu hamil dan ibu menyusui kurang gizi dapat
memiliki bayi sehat?
B6 dan Anemia pada ibu, gangguan perkembangan otak bayi, gangguan saraf
B12 pada bayi
39 bulan
Catatan:
Data dari The Nutritional Institute of Central America and Panama menyarankan 6
bulan ASI eksklusif yang dilanjutkan dengan pemberian ASI setidaknya selama 18
bulan dengan tambahan makanan, dan setidaknya 6 bulan tidak menyusui atau
hamil untuk anak tumbuh optimum. Dengan demikian jarak persalinan selama 39
bulan.
LAM (MAL)
Menyusui sangat penting untuk kelangsungan hidup seorang anak. Ada banyak
manfaat untuk anak dan ibunya, termasuk untuk KB
L = Lactation
A = Amenorrhoea
M= Method
MI 5
Catatan: ketika ibu tidak lagi memenuhi satu kriteria di atas pada enam bulan
pertama, ibu tersebut harus segera mencari metode KB untuk mencegah kehamilan.
VI. REFERENSI
1. Panduan Pelatih, Tahun 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Tahun 2003, World Health
Orgaization, Geneva.
3. SK Menkes No.450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Bagi Bayi
di Indonesia, Jakarta.
4. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif,
Jakarta.
5. Standard Anthropometri, Tahun 2005, World Health Organization, Geneva.
6. Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) Kementerian Kesehatan Tahun 2016
7. Pedoman Managemen Pelayanan Keluarga Berencana 2015, Kementerian
Kesehatan RI
MI 5
Lampiran : MI 5.1.
Tujuan:
Peserta mampu memahami tindakan/kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat
memutus rantai kurang gizi saat bayi, anak, remaja, perempuan dewasa, ibu hamil dan ibu
menyusui.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok
2. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk fokus pada satu lingkaran dari siklus
terjadinya kurang gizi. Pelatih meminta mereka mendiskusikan rekomendasi yang dapat
memutus rantai tersebut (dari kurang gizi menjadi berstatus gizi baik) dan
menuliskannya pada flipchart. Pembagian topik diskusi:
a. Bagaimana kita memutus siklus sehingga bayi kurang gizi dapat menjadi anak
dengan status gizi baik,
b. Bagaimana kita memutus siklus sehingga anak kurang gizi dapat menjadi remaja
dengan status gizi baik,
c. Bagaimana kita memutus siklus sehingga remaja kurang gizi dapat menjadi
perempuan dewasa berstatus gizi baik,
d. Bagaimana kita memutus siklus perempuan dewasa kurang gizi dapat menjadi ibu
hamil dan ibu menyusi berstatus gizi baik, dan
e. Bagaimana kita memutus siklus sehingga ibu hamil dan ibu menyusui kurang gizi
dapat memiliki bayi sehat.
3. Pelatih memimpin diskusi hasil kerja kelompok.
4. Pelatih meminta perwakilan kelompok untuk menempatkan gambar sesuai lingkaran
yang ada; a. bayi dengan status gizi baik, b. anak dengan status gizi baik, c. remaja
dengan status gizi baik dan d. perempuan dewasa dan ibu hamil serta ibu menyusui
dengan status gizi baik. Setiap kali selesai membahas hasil kerja kelompok.
5. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Peserta Tindakan/kegiatan perbaikan
gizi dan kesehatan yang dapat memutus rantai kurang gizi.
6. Pelatih mengingatkan peserta untuk membaca buku KIA dan menggunakannya ketika
melakukan konseling dengan ibu/pengasuh.
7. Pelatih dan peserta merangkum hasil diskusi.
Alat bantu:
1. Flipchart
MI 5
2. Spidol
3. Selotip kertas
4. Gambar bayi dengan status gizi baik, anak dengan status gizi baik, remaja dengan
status gizi baik, perempuan dewasa, dan ibu hamil serta ibu menyusui dengan status
gizi baik
5. Buku KIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Kondisi anak yang dirujuk dalam keadaan sakit seringkali berada pada kondisi menolak
menyusu atau tidak ingin makan, padahal anak memerlukan kalori tinggi untuk
kekebalan tubuhnya agar dapat kembali pulih sehingga membutuhkan asupan nutrisi
optimal dengan gizi seimbang yang berasal dari makanan yang dimakan anak. Jika
tidak tercapai maka berisiko mengalami penurunan status kesehatan, kecacatan
bahkan kematian.
Materi ini akan menjelaskan tentang hubungan penyakit dan pemberian makanan, juga
bagaimana praktik pemberian makan anak yang sakit, dan setelah sembuh serta
mengenali tanda-tanda kapan merujuk anak sakit ke fasilitas kesehatan.
A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan (ditulis di flipchart) dan pokok bahasan.
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Hubungan sakit dan pemberian makan.
Langkah kegiatan:
C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Praktik pemberian makan bayi dan anak sakit
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menanyakan tentang kebiasaan yang ada di masyarakat mengenai
pemberian makan pada anak yang sakit.
2. Pelatih membagi peserta diskusi menjadi 4 kelompok.
a. Pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat sakit
b. Pemberian makan anak sakit usia kurang dari 6 bulan setelah sembuh
c. Pemberian makan anak usia diatas 6 bulan saat sakit
d. Pemberian makan anak sakit usia diatas 6 bulan setelah sembuh
3. Masing-masing kelompok berdiskusi sesuai lembar kerja diskusi (lampiran
MI 6.1).
4. Setiap kelompok memaparkan hasil diskusi dan pelatih mengarahkan peserta
untuk membahas dan mempelajari KK 17: Memberi makan bayi sakit kurang
dari 6 bulan, KK 18: Memberi makan anak sakit diatas 6 bulan, dan
mengkaji KK 11: Praktik kebersihan yang baik untuk mencegah penyakit.
Peserta secara bersama-sama mengkaji pesan utama dari Booklet Pesan
Utama.
5. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.
D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Tanda-tanda anak sakit perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan.
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menanyakan kepada peserta tanda-tanda sebelum merujuk anak ke
fasilitas kesehatan dengan menggunakan gambar dan menempelkannya di
flipchart.
2. Pelatih menanyakan kepada peserta kondisi darurat yang terdapat pada setiap
gambar yang telah ditempel.
3. Pelatih meminta peserta untuk mempelajari KK 21: Kapan merujuk anak ke
fasilitas kesehatan dan pesan utama (ada pada booklet pesan utama) untuk
mengidentifikasikan tanda-tanda yang menunjukkan perlunya dirujuk seorang
anak oleh ibu/pengasuh.
4. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman.
E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah
MI 6
dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
1. Anak yang sakit (diare, ISPA, cacar, demam) biasanya tidak ingin makan, tapi ia
perlu lebih banyak tenaga untuk melawan penyakitnya.
2. Kekuatan itu datang dari makanan yang ia makan.
3. Jika anak tidak makan atau tidak menyusu selama sakit, ia butuh lebih banyak
waktu untuk sembuh.
4. Anak akan menderita penyakit dalam jangka lama dan gizi buruk yang dapat
menyebabkan kecacatan fisik atau intelektual.
5. Anak butuh lebih banyak waktu untuk sembuh, atau kondisi anak semakin
memburuk; bahkan ia bisa meninggal.
6. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mendorong anak yang sakit untuk terus
menyusu atau minum dan makan selama sakit, dan makan lebih banyak selama
masa penyembuhan untuk pemulihan.
untuk disusui maka berikan motivasi kepada ibu untuk terus menyusui dan
menawarkan payudara sesering mungkin kepada bayi.
3. Bila bayi terlalu lemah untuk menyusu, perah ASI dan berikan kepada bayi
dengan cangkir atau sendok. Ini akan membantu ibu untuk mempertahankan
pasokan ASI dan mencegah masalah pada payudara.
4. Bila ibu sakit, susui terus bayinya. Ibu perlu makanan ekstra dan dukungan untuk
terus menyusui.
5. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
Segera rujuk bayi dan anak ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala–gejala sebagai
berikut:
1. Bayi menolak disusui dan terlihat sangat lemah.
2. Muntah (tidak ada makanan/cairan yang dapat masuk).
3. Diare lebih dari 3 kali mencret dalam sehari selama dua hari atau lebih dan/atau
ada darah dalam kotorannya, mata cekung, cubitan pada kulit perut kembali
lambat).
4. Kejang (tangan menyentak, mata membelalak).
5. Sesak nafas, batuk tidak sembuh dalam 2 hari, demam (Infeksi saluran
pernafasan).
6. Demam tinggi (≥37,5°C).
MI 6
VI. REFERENSI
1. Modul PMBA, 2017, Kementerian Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.33, 2012 tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif, Jakarta.
3. Permenkes nomor 70, 2013, Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit
Berbasis masyarakat, Menkes, Jakarta.
4. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak (WHA dan WHO).
Lampiran MI 6.1.
Tujuan:
Peserta mampu memahami pemberian makan pada bayi dan anak sakit.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi peserta menjadi empat (4) kelompok.
2. Pelatih menyiapkan 4 (empat) flipchart dengan judul sebagai berikut:
a. Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat sakit?
b. Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat setelah sembuh?
c. Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan saat sakit?
d. Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan setelah sembuh?
3. Pelatih minta masing-masing kelompok untuk mengisi flipchart dan menjawab pertanyaan
yang tertera pada flipchart (5 menit)
4. Pelatih meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang ditulis di flipchart.
5. Kelompok yang lain menanggapi pemaparan hasil diskusi.
Alat bantu:
1. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat
sakit?
2. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia kurang dari 6 bulan saat
setelah sembuh?
3. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan saat sakit?
4. Flipchart bertuliskan: Bagaimana pemberian makan anak usia diatas 6 bulan setelah
sembuh?
MI 6
KONSELING PMBA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Konseling adalah cara bekerjasama dengan orang lain, dimana kita berusaha
memahami perasaan mereka, serta membantu mereka memutuskan apa yang
sebaiknya perlu dilakukan. Keterampilan konseling disini akan dipakai pada saat diskusi
dengan ibu/ayah/pengasuh, juga berguna saat berbicara dengan pasien atau klien pada
situasi lain.
A. Langkah 1:
Pengkondisian
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
2. Pelatih menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan.
MI 7
B. Langkah 2:
Membahas pokok bahasan 1: Konsep konseling
C. Langkah 3:
Membahas pokok bahasan 2: Peran ayah dalam gizi ibu dan anak.
Langkah kegiatan:
1. Pelatih menyampaikan pokok bahasan B. Peran Ayah dalam Gizi Ibu dan
Anak.
2. Pelatih mengajak peserta untuk bermain peran ”Aminah” sesuai dengan
lembar kerja skenario bermain peran. Dilanjutkan dengan diskusi tentang
peran ayah dalam gizi ibu dan anak (lampiran MI 7.4).
3. Pelatih mengajak peserta untuk merangkum hasil dari kegiatan.
D. Langkah 4:
Membahas pokok bahasan 3: Langkah-langkah konseling PMBA
Langkah kegiatan:
1. Pelatih melakukan peragaan sesuai dengan lembar kerja diskusi tentang
MI 7
E. Langkah 5:
Penutup
Langkah kegiatan:
1. Pelatih memandu peserta untuk membuat rangkuman dari materi yang sudah
dibahas.
2. Pelatih melakukan evaluasi pemahaman peserta.
3. Pelatih menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan salam.
V. URAIAN MATERI
Komunikasi non verbal berarti menunjukkan sikap kita melalui gerakan tubuh,
ekspresi dan apa saja kecuali berbicara. Dalam memberikan konseling
”Usahakan Kepala Sama Tinggi”, ”Beri Perhatian” dengan memandang dan
memperhatikan selagi ibu bicara. Pada saat duduk dengan ibu/pengasuh tidak
ada benda-benda yang menghalangi dalam melakukan konseling, misal: meja,
buku catatan, vas bunga, ”Sediakan Waktu” buatlah ibu merasa bahwa kita
mempunyai waktu saat bersamanya, berilah salam tanpa terburu-buru dan
tersenyumlah. Kemudian ”Sentuhlah dengan Wajar” maksudnya sentuh ibu
secara wajar.
Bila kita ingin melanjutkan percakapan, tunjukkan bahwa kita mendengarkan dan
menaruh perhatian terhadap apa yang dikatakan ibu. Cara penting untuk
menunjukkan bahwa kita mendengar dan menaruh perhatian adalah dengan
bahasa isyarat, misal:
▪ Memandang padanya dengan mengangguk dan tersenyum dengan respon
sederhana, misalnya: mengatakan ”Ooh” atau ”Mmm”.
▪ Tunjukkan kita memahami perasaan ibu atau berempati. Bila ibu mengatakan
sesuatu yang menunjukkan perasaannya, akan sangat berguna bila kita
merespon dengan cara yang menunjukkan bahwa kita memahami
perasaannya dari sudut pandangnya, Contoh, jika ibu mengatakan ”Bayi
saya sering sekali minta disusui, saya jadi capek sekali”, kita merespon
terhadap apa yang ia rasakan, seperti ini ”Ibu merasa capek sekali ya.
Bermanfaat pula jika kita berempati terhadap perasaan positif ibu, tak
sekedar menunjukkan bahwa kita mengerti perasaan negatif ibu.
▪ Ulangi kembali apa yang dikatakan ibu. Kita dapat mengatakan kembali apa
yang ibu katakan tentang bayinya, contoh ”Bayi ibu sering sekali minta
minum”? Tetapi bukan mengulangi seluruh perkataan ibu.
▪ Menghindari kata-kata yang menghakimi. Kata-kata yang menghakimi adalah
kata-kata seperti: benar, salah, baik, buruk, bagus, cukup, tepat. Jika
menggunakan kata-kata yang menghakimi ketika berbicara dengan ibu
mengenai menyusui atau pemberian makan, terutama saat mengajukan
pertanyaan, kita bisa membuat ibu merasa dirinya salah, atau ada yang salah
dengan bayinya. Contoh: Hindari mengatakan ”Apakah bayi ibu tidur dengan
baik? Sebagai gantinya, katakan: ”Bagaimana bayi Ibu tidur”? Kita kadang
dapat menggunakan kata kata seperti ”baik” terutama untuk hal yang positif,
yaitu ketika kita sedang meningkatkan kepercayaan diri ibu. Namun
usahakan menghindari menggunakan kata kata tersebut, kecuali ada alasan
yang sesuai sehingga perlu untuk menggunakannya.
Kita memerlukan keterampilan ini guna membantu ibu merasa percaya diri dan
positif tentang dirinya. Rasa percaya diri dapat membantu ibu berhasil menyusui
dan memberikan makan bayi/anak mereka sesuai dengan ketentuan.
Kepercayaan diri ibu/pengasuh juga dapat membantu untuk menolak tekanan
dari orang lain. Penting sekali untuk tidak membuat seseorang ibu merasa bahwa
ia telah melakukan kesalahan, hal ini akan menurunkan rasa percaya dirinya.
Hindari untuk mengatur apa yang harus dilakukan ibu/pengasuh dan bantulah
setiap ibu untuk memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya dan
bayi/anaknya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Keterampilan
konseling membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan yang dapat kita
lakukan adalah:
1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan ibu/pengasuh.
2. Kenali dan puji apa yang dilakukan oleh ibu/pengasuh dan bayi dengan
benar.
3. Berikan bantuan praktis.
4. Berikan sedikit informasi yang relevan.
5. Gunakan bahasa yang sederhana.
6. Gunakan kartu konseling yang tepat.
7. Berikan satu atau dua saran, bukan perintah.
Seorang Ayah dapat berperan serta secara aktif dalam meningkatkan status gizi istri
dan anak/bayinya dengan cara sebagai berikut:
MI 7
Selama Kehamilan
• Mendampingi istri/ pasangan ke klinik pada saat pemeriksaan antenatal (ANC),
• Mengingatkan istri untuk meminum Tablet Tambah Darah (TTD)
• Memberikan/menyediakan makanan ekstra untuk istri/pasangannya selama
masa kehamilan dan menyusui
Setelah kelahiran :
• Membantu pasangan dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak
terkait dengan bayi guna meringankan beban kerja pasangan/istrinya.
• Membicarakan dengan ibu (mertua istri mengenai rencana pemberian
makanan, kepercayaan dan kebiasaan yang ada).
• Memastikan bahwa bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
• Memberikan/menyediakan berbagai ragam makanan bagi anak usia di atas 6
bulan. Memberi makan anak adalah cara berinteraksi ayah yang paling
sempurna dengan anaknya.
• Membantu dengan pemberian makan aktif dan responsif pada anak usia lebih
dari enam bulan, beberapa kali dalam sehari (lebih sering dan dalam porsi yang
lebih besar ketika anak tumbuh lebih besar).
• Membawa anak ke fasilitas kesehatan ketika anak sakit atau dampingi istri saat
membawa anak sakit ke faskes.
• Membawa anak ke fasilitas kesehatan/posyandu untuk penimbangan dan
imunisasi.
• Menyediakan kelambu bagi keluarga bila keluarga tinggal di daerah endemis
malaria dan pastikan bahwa istri/pasangan hamil dan anak dapat tidur di bawah
kelambu tiap malam.
• Mendorong pendidikan anak perempuan.
Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Tergantung dari usia anak dan analisis Anda (di atas), pilih sejumlah kecil
INFORMASI YANG RELEVAN dengan situasi ibu. (Jika tidak ada kesulitan,
berikan pujian pada ibu karena telah melakukan pemberian ASI dan pemberian
makanan tambahan yang dianjurkan).
• Berikan pujian pada ibu ketika ibu telah melakukan hal yang benar
• Untuk kesulitan yang ditemui, diskusikan dengan ibu/pengasuh bagaimana
mengatasi kesulitan itu
• Berikan pilihan/perilaku yang mungkin dilakukan dan bantu ibu memilih satu
yang ibu bisa coba lakukan untuk mengatasi kesulitan itu.
• Tunjukkan kepada ibu/pengasuh Kartu Konseling yang tepat dan diskusikan.
• Minta ibu untuk mengulangi perilaku baru yang sudah disepakati untuk melihat
pemahamannya.
• Beri tahu ibu bahwa anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beri tahu dimana ibu bisa mendapatkan dukungan tambahan (misalnya;
menghadiri ceramah pendidikan, Kelompok Dukungan PMBA di masyarakat,
pastikan bahwa ibu tahu (atau ia tahu bagaimana mengaksesnya). Program
Pemberian Makanan Tambahan (jika ada) dalam hal dimana ketersediaan
makanan merupakan kendala dalam pemberian makan anak, atau program
perlindungan sosial untuk anak-anak rentan, jika ada.
• Beri rujukan bila perlu
• Ucapkan terima kasih pada ibu atas waktunya.
VI. REFERENSI
1. Unicef-WHO. IYCF
2. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak (WHA dan WHO)
3. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, 2014, Panduan Pelatih Konseling
Menyusui
MI 7
Lampiran : MI 7.1
Panduan Latihan
Keterampilan Konseling Mendengarkan dan Mempelajari
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu melakukan keterampilan mendengarkan dan
mempelajari.
Petunjuk:
1. Pelatih meminta peserta untuk berpasangan. Mintalah mereka untuk memikirkan satu
cerita untuk diceritakan kepada temannya.
2. Pelatih meminta peserta saling bercerita pada saat yang bersamaan.
3. Kemudian peserta kembali ke kelompok besar, minta 2-3 peserta bercerita:
• Bagaimana rasanya berbicara pada saat yang bersamaan dengan seseorang?
• Apakah dapat menangkap semua isi cerita?
4. Dalam pasangan yang sama, pelatih meminta untuk ulangi lagi latihan, namun kali ini
saling mendengarkan satu sama lain dengan berkonsentrasi (jangan mencatat, namun
dengarkan dengan seksama).
5. Kemudian, pelatih meminta peserta saling menceritakan cerita pasangannya.
6. Dalam kelompok besar, pelatih bertanya:
• Berapa banyak dari cerita anda yang benar diceritakan oleh pasangan anda.
• Bagaimana perasaan anda ketika bercerita dan melihat seseorang mendengarkan
cerita anda?
7. Gunakan komunikasi non-verbal
Dua pelatih mendemonstrasikan keterampilan komunikasi non-verbal sebanyak dua
kali. Pertama gunakan komunikasi non-verbal yang ”salah” dan kemudian lakukan
komunikasi non verbal yang ”benar” satu per satu:
• Kepala anda sejajar dengan kepala ibu/pengasuh
• Berikan perhatian (kontak mata)
• Singkirkan penghalang (meja dan catatan-catatan)
• Sediakan waktu
• Sentuhan yang wajar
8. Pelatih bertanya kepada peserta, hal apa yang anda lakukan yang membuat anda yakin
bahwa pasangan anda mendengarkan anda?
• Gunakan jawaban dan gerakan yang menunjukkan ketertarikan dengan respon
sederhana (”Oo”, ”mengangguk”)
9. Pelatih menjelaskan tentang keterampilan pertanyaan terbuka dengan cara:
a. Meminta peserta untuk mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang hal yang
bekaitan dengan diri pelatih dengan diawali kalimat tanya. Pelatih akan menjawab
pertanyaan tersebut (pelatih menghentikan peserta untuk mengajukan hanya satu
pertanyaan saja).
b. Pelatih menanyakan kepada peserta: Apa yang anda dapatkan dari latihan ini?
MI 7
Alat bantu:
1. Kartu Konseling
2. Modul PMBA
3. Booklet
MI 7
Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi kelompok ini, peserta mampu menjelaskan perubahan perilaku.
Petunjuk:
1. Pelatih membagikan flipchart tangga perubahan perilaku kepada masing-masing
kelompok
2. Pelatih memberikan metaplan bertuliskan 5 tahap perubahan perilaku kepada peserta.
Peserta diminta untuk menempelkan metaplan ((1) tidak tahu, (2) tahu, (3) menjadi
termotivasi untuk mencoba sesuatu yang baru, (4) mengadopsi perilaku baru, dan (5)
mempertahankan perilaku baru) tersebut sesuai dengan tangga perubahan perilaku
kepada masing-masing kelompok.
3. Pelatih menanyakan kepada peserta : Apa yang membantu seseorang untuk melewati
langkah-langkah yang berbeda itu?
4. Pelatih meminta peserta lain untuk menambahkan peran dari seorang kader
(memberikan informasi, mendorong, memberikan konseling, memecahkan masalah,
mencapai kesepakatan,menghargai/mendiskusikan manfaat, memberikan dukungan)
pada titik tangga yang tepat dalam langkah-langkah tersebut.
5. Pelatih memberikan kepada peserta tiga kasus. Peserta mendiskusikan masing-masing
kasus tersebut di tahap proses perubahan perilaku manakah sang ibu/pengasuh
berada.
6. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali, tentang tangga perubahan perilaku.
Alat bantu
Flipchart tangga perubahan perilaku
Metaplan perubahan perilaku
Kasus
Studi Kasus Perubahan Perilaku (bisa diganti studi kasus dengan konteks bencana)
1. Seorang ibu hamil telah mendengar informasi baru mengenai pemberian ASI/ menyusui
begitu juga dengan suami dan mertuanya yang telah terpapar informasi tersebut. Ibu
tengah berpikir untuk mencoba memberikan ASI Eksklusif karena menurutnya hal itu
merupakan hal yang terbaik bagi anaknya.
2. Seorang bapak telah membawa anaknya yang berusia 8 bulan ke posyandu. Anaknya
sedang diberi makanan bubur encer yang menurut pikiran bapak merupakan hal yang
tepat untuk usia anak. Si anak kehilangan berat badan. Kader mendorongnya untuk
memberikan bubur yang lebih kental kepada anak bukan bubur encer karena
menghambat pertumbuhan anaknya.
3. Bulan lalu seorang kader berbicara dengan orang tua (bapak dan ibu) mengenai upaya
untuk mulai memberikan makanan kepada bayinya yang berusia 7 bulan tiga kali sehari,
bukan hanya sekali sehari. Bapak dan ibu mulai memberikan hidangan dan makanan
selingan dan kemudian memberikan tambahan makanan ketiga. Saat sekarang bayi ingin
MI 7
makan tiga kali sehari, sehingga mereka pun memberinya makan tiga kali sehari.
Panduan demonstrasi
Keterampilan Membangun Percaya Diri dan Memberi Dukungan
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan ini, peserta mampu melakukan keterampilan Membangun Percaya
Diri dan Memberi Dukungan
Petunjuk:
1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan ibu/pengasuh.
Jawaban:
Kita mungkin akan membuatnya merasa bahwa ia keliru. Hal ini akan menurunkan
kepercayaan dirinya. Bahkan mungkin ia tidak mau lagi berbicara dengan kita.
• Jadi penting untuk tidak ”tidak setuju” dengan ibu, juga penting untuk tidak ”setuju”
dengan sesuatu pemikiran yang keliru.
• Kita mungkin ingin menyarankan sesuatu yang agak berbeda. Hal ini akan sulit
dilakukan jika sebelumnya kita telah setuju dengannya.
• Lebih baik ”terima” saja apa yang ibu pikirkan dan rasakan. Menerima berarti
memberi respon dengan cara yang netral, bukan menyetujui atau tidak menyetujui.
Contoh/demonstrasi:
”ASI saya encer dan sedikit, jadi saya harus memberi susu botol”
Respon 1: Oh tidak, ASI tidak pernah encer dan sedikit, hanya kelihatannya saja begitu
(ini respon yang TIDAK SETUJU, jadi tidak sesuai).
Respon 2: Ya, ASI yang encer dan sedikit bisa menjadi masalah (ini respon yang
”SETUJU’, jadi tidak sesuai).
Respon 3: Oh begitu ya, jadi ibu khawatir dengan air susu Ibu (ini respon yang
MENERIMA, jadi sesuai).
Respon 4: ”Ooh” (ini pun respon lain yang MENERIMA, jadi sesuai juga).
2. Kenali dan puji apa yang dilakukan oleh ibu/pengasuh dan bayi dengan benar
- Sebagai tenaga kesehatan kita dilatih untuk menemukan masalah, tetapi
kemampuan ini seringkali membuat kita hanya melihat kesalahan orang lain dan
mencoba untuk mengoreksinya.
- Bagaimana perasaan seorang ibu jika kita katakan telah melakukan sesuatu
MI 7
kesalahan atau ibu/pengasuh tidak melakukan sesuatu dengan baik? Tentu akan
membuat ibu merasa tidak enak dan akan mengurangi rasa percaya diri ibu.
- Sebagai tenaga kesehatan, kita perlu mencari tahu apa yang telah dilakukan dengan
benar oleh ibu/pengasuh, kemudian kita puji perbuatan baik tersebut atau
menunjukkan persetujuan atas perbuatan baik tersebut.
MI 7
Tujuan:
Setelah mengikuti bermain peran ini, peserta mampu memahami peran ayah dalam
praktik menyusui.
Petunjuk:
1. Pelatih meminta salah seorang peserta menjadi tokoh Aminah. Tokoh Aminah ini adalah
seorang ibu yang baru saja melahirkan seorang bayi, dan ingin menyusui eksklusif,
supaya bayinya sehat.
2. Pelatih menanyakan kepada peserta, siapa saja yang berperan dalam mendukung bayi
Aminah supaya sehat.
3. Peserta menjawab / menyebutkan tokoh / atau orang2 di sekitar Aminah yang
mendukung ( Tokoh Masyarakat (TOMA), Tokoh Agama (TOGA), kader, bidan, Suami ).
4. Pelatih bertanya ke peserta siapa yang paling dekat dan berperan penting dalam
mendukung bayi Aminah
5. Kaitkan peran dari ayah atau suami dalam gizi ibu dan anak dengan melihat KK
Alat bantu:
Kartu Konseling
MI 7
Panduan Peragaan
Langkah-Langkah Konseling PMBA
Tujuan:
Setelah mengikuti peragaan ini, peserta mampu menjelaskan langkah-langkah konseling
PMBA
Petunjuk:
1. Pelatih mempersiapkan peragaan tiga langkah konseling PMBA (Pelatih berperan
sebagai Ibu dan Pelatih lain berperan sebagai Konselor).
2. Pelatih membagikan formulir penilaian pemberian makan bayi dan anak (Formulir
MI 7.1) dan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (Formulir MI 7.2)
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Menerima apa yang dilakukan Tamina tanpa menyatakan setuju atau tidak setuju dan
memuji Tamina atas perilaku yang baik.
Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
1. Pelatih menanyakan kepada peserta tentang hasil langkah ke 1 (menilai) dari kasus
yang sudah diperagakan dan menganalisa hal-hal yang sudah baik dan yang belum
sesuai.
Langkah 3: Melakukan/Bertindak
Alat bantu:
1. Formulir Penilaian pemberian makan bayi dan anak (Formulir MI 7.1)
2. Formulir Observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (Formulir MI 7.2)
3. Kartu konseling
4. Brosur
5. Boneka
6. Mangkok
MI 7
Tujuan:
Setelah mengikuti bermain peran ini, peserta mampu melakukan langkah-langkah konseling
PMBA.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi kelompok yang terdiri dari 3 peserta.
2. Pelatih menjelaskan setiap peserta bergantian peran sebagai konselor, ibu/pengasuh
dan pengamat.
3. Pelatih membacakan skenario kepada peserta yang berperan sebagai ibu/pengasuh.
Peserta yang berperan sebagai konselor menggunakan formulir penilaian pemberian
makan bayi dan anak sedangkan peserta yang berperan sebagai pengamat
menggunakan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak.
4. Pelatih melakukan diskusi dan umpan balik dari bermain peran 3 langkah konseling
PMBA. Hal yang didiskusikan adalah perasaan sebagai konselor, keterampilan
konseling apa yang sudah baik dilakukan dan yang perlu ditingkatkan sesuai formulir
penilaian pemberian makan bayi dan anak, dan formulir observasi untuk penilaian PMBA
Ibu/Anak.
5. Bermain peran dilanjutkan sampai semua peserta berperan sebagai konselor, pengamat
dan ibu pengasuh.
6. Pelatih meminta peserta untuk merangkum hasil praktik konseling PMBA.
Alat bantu:
1. Formulir Penilaian pemberian makan bayi dan anak (Formulir MI 7.1)
2. Formulir Observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (Formulir MI 7.2)
3. Kartu konseling
4. Brosur
5. Boneka dan model payudara
6. Mangkuk
Pesan kunci
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Sandra dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan
MI 7
Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian kepada Sandra karena terus memberikan ASI.
• Bicara dengan Sandra tentang karakteristik pemberian makanan tambahan:frekuensi,
jumlah, kepekatan/kekentalan, variasi, pemberian makan aktif/responsif,dan kebersihan.
• Katakan bahwa Andi terlihat lemah dan tidak aktif mungkin karena kekurangan
makanan.
• Berikan pilihan/tindakan-tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan tidak
memadainya pemberian makanan tambahan, misalnya meningkatkan frekuensi
pemberian makanan menjadi 4 kali sehari; tanyakan tentang jumlah sereal yang
diterima Andi dan kemungkinan peningkatan jumlahnya; tanyakan tentang tekstur
(kepekatan/kekentalan) serealnya, dan tambahkan makanan keluarga yang ada lainnya
dan bantu Sandra memilih satu atau dua yang dapat ia coba dan bahwa ia percaya
bahwa itu sangat relevan dengan situasi Andi–diskusikan informasiitu dengan Sandra:
- KK11: Praktik-praktik PHBS yang baik dapat mencegah penyakit
- KK15: Pemberian Makanan Tambahan dari usia 12 bulan sampai 24 bulan
- KK16: Variasi makanan
- Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah berusia 6 bulan
• Minta Sandra untuk mengulangi perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Sandra bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beritahu Sandra dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti penyuluhan,
Kelompok Pendukung PMBA di masyarakat, Program Pemberian Makanan Tambahan,
dan merujuk ke Pekerja Masyarakat)
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Sandra atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Skenario 2
Bacakan kepada peserta: Ibu bernama Tati. Anak ibu, Sinta, berusia 4 bulan. Ibu
menyusui Sinta karena ibu tahu ASI adalah makanan terbaik untuknya. Ibu juga
memberikan air putih bila cuaca sangat panas. Ibu merasa bahwa Sinta sudah cukup
umur untuk makan makanan lain. Sinta mengalami penambahan berat badan, tetapi dia
mengalami diare 3 hari yang lalu.KMS BB bulan ini: 6,3 kg; BB bulan lalu: 6,2 kg.
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Tati dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorongnya
untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan dan mempelajari,
keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
MI 7
Langkah 3: Melakukan/Bertindak
• Berikan pujian pada Tati karena ia menyusui anaknya.
• Bicara dengan Tati tentang pentingnya ASI Ekslusif.
• Katakan bahwa ASI adalah sumber cairan terbaik bagi Sinta.
• Diskusikan tentang risiko dari air yang tercemar.
• Katakan bahwa Sinta dapat diare 3 hari minggu lalu mungkin karena air yang tercemar.
• Katakan pada Tati bahwa ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan Sinta saat ini.
• Konselor akan memilih sebagian informasi pada kartu konseling yang sesuai usia yang
paling relevan dengan situasi Sinta–dan membicarakannya hal itu dengan Tati:
- KK11: Praktik kebersihan yang baik dapat mencegah penyakit
- KK3: Pada 6 bulan Pertama
- KK4: Pada 6 bulan Pertama
- Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda
• Minta Tati untuk mengulangi perilaku yang disepakati.
• Katakan pada Tati bahwa Anda akan menindaklanjuti dengannya pada kunjungan
minggu berikutnya.
• Beritahu Tati dimana ia bisa mendapatkan dukungan (mengikuti ceramah pendidikan,
Kelompok Dukungan PMBA di masyarakat, Program Pemberian Makanan Tambahan,
dan merujuk ke Pekerja Masyarakat)
• Beri rujukan bila perlu.
• Ucapkan terima kasih pada Tati atas waktunya.
• Diskusikan peragaan itu dengan peserta.
• Jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Skenario 3
Bacakan kepada ibu: Ibu bernama Dina. Ibu menyusui anaknya yang berusia satu tahun,
Budi. Ibu memiliki dua anak lain. Ibu memberikan Budi ASI, makanan keluarga, 3 kali sehari,
¾ mangkuk tiap kali makan dan diberi dua kali makanan selingan. Budi sangat sehat dan
jarang sakit. KMS: BB Budi bulan lalu 10 kg, bulan ini 10,5 kg. Ibu Dina selalu cuci tangan
sebelum memberikan makanan kepada Budi.
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Ibu Dina dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan
mendengarkandan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan
memberikan dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
• Amati kondisi Dina dan Budi.
• Dengarkan keluhan-keluhan Dina dan amati Dina danBudi.
• Terima saja apa yang dilakukan Dina tanpa harus setuju atau tidak setuju.
MI 7
Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Dina menyusui Budi.
• Dina memberikan makanan keluarga kepada Budi 3 kali sehari.
• Dina punya dua anak lagi.
Skenario 4
Bacakan kepada ibu: Ibu bernama Siti. Ibu Siti hamil anak pertama. Usia Ibu Siti 25 tahun.
Umur kehamilannya 6 bulan, anak pertama, LILA ibu Siti: 23,5 cm. Ibu Siti makan 3 kali
sehari 1 piring nasi, 1 potong tempe, dan segenggam kerupuk. Ibu Siti merasa lemah
selama hamil. Tablet Tambah Darah (TTD) kadang dikonsumsi kadang tidak. Ibu Siti
tingginya 150 cm, berat badannya 49 kg.
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Ibu Siti dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan
dan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan
dukungan.
• Lengkapi formulir Penilaian PMBAPasangan Ibu/Anak.
• Amati kondisi Ibu Siti.
• Dengarkan keluhan-keluhan Ibu Siti.
• Terima saja apa yang dilakukan Siti tanpa harus setuju atau tidak setuju.
Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
MI 7
Skenario 5
Bacakan kepada peserta: Ibu bernama Marni. Anak ibu, Joni, berusia 3 bulan. Menurut ibu
putingnya lecet dan sakit. Ketika diminta memposisikan bayinya ibu terlihat tidak nyaman,
daerah hitam disekitar payudara (areola) hanya masuk sedikit ke mulut bayi Joni. KMS BB
bulan ini: 5,2 kg; BB bulan lalu: 4,9 kg. Joni hanya disusui saja, tidak diberi makanan dan
minuman lain.
Langkah 1: Menilai/Bertanya
• Ucapkan salam pada Marni danajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorongnya untuk mau bicara, dengan menggunakan keterampilan mendengarkan
dan mempelajari, keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan
dukungan.
• Lengkapi Formulir Penilaian PMBA Pasangan Ibu/Anak.
• Amati kondisi Marni dan Joni.
• Dengarkan keluhan-keluhan Marni dan amati posisi dan pelekatan Marni dan Joni.
• Terima saja apa yang dilakukan Marni tanpa harus setuju atau tidak setuju.
Langkah 2: Menganalisa/Berpikir
• Marni menyusui Joni.
• Marni mengeluhkan puting lecet.
• Posisi menyusui Marni tidak nyaman.
MI 7
MI 7
Tujuan:
Setelah mengikuti praktik konseling, peserta mampu melakukan langkah-langkah konseling
PMBA.
Petunjuk:
1. Pelatih membagi kelompok yang terdiri dari 2 peserta (berpasangan).
2. Pelatih menjelaskan setiap peserta bergantian peran sebagai konselor dan pengamat.
3. Satu peserta melakukan konseling kepada ibu/ayah/pengasuh bayi atau anak,
sementara pasangaannya mengamati, mengikuti diskusi dan mengisi daftar tilik untuk
memberikan umpan balik pada akhir sesi praktik konseling
4. Minta peserta yang berperan sebagai konselor untuk menggunakan materi peserta :
penilaian praktik PMBA pada pasangan ibu dan anak.
5. Minta peserta yang berperan sebagai pengamat menggunakan formulir observasi
penilaian PMBA pasangan ibu/anak
6. Pelatih melakukan diskusi dan umpan balik dari praktik konseling PMBA. Hal yang
didiskusikan adalah perasaan sebagai konselor, keterampilan konseling apa yang sudah
baik dilakukan dan yang perlu ditingkatkan sesuai formulir penilaian pemberian makan
bayi dan anak, dan formulir observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak.
7. Praktik konseling dilanjutkan sampai semua peserta berperan sebagai konselor dan
pengamat
8. Pelatih meminta peserta untuk merangkum hasil praktik konseling PMBA.
Alat bantu:
1. Formulir Penilaian pemberian makan bayi dan anak (formulir 7.1)
2. Formulir Observasi untuk penilaian PMBA Ibu/Anak (formulir 7.2)
3. Kartu konseling
4. Brosur
5. Boneka dan model payudara
6. Peniti
7. Mangkuk
MI 7
3. Lihat KMS atau buku KIA dan riwayat penyakit anak/ibu hamil atau ibu menyusui
5. Cek buku KIA: Berat badan, Hamil ke..., TTD, LILA, Usia Kehamilan, Hb, Riwayat
keguguran
MI 7
Menggunakan keterampilan
Membangun Kepercayaan Diri dan
Memberikan Dukungan:
Menerima apa yang dipikirkan dan
dirasakan ibu?
Mendengarkan keluhan
ibu/pengasuh?
Mengakui dan menghargai apa yang
dilakukan oleh ibu dan bayi dengan
benar?
Memberikan bantuan praktis?
Memberikan sedikit informasi yang
relevan?
Menggunakan bahasa yang
sederhana?
Memberikan satu atau dua buah
saran,bukan perintah?
MI 7
PENILAIAN
(√ untuk Ya dan x untuk Tidak)
TINDAKAN
(√ untuk Ya dan x untuk Tidak)
Apakah konselor
Memuji ibu/pengasuh yang melakukan praktek-praktek yang direkomendasikan?
Menangani kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI, misalnya pelekatan yang buruk
atau pola pemberian ASI yang buruk dengan bantuan praktis.
Membicarakan rekomendasi pemberian makanan yang sesuai usia dan poin-poin
diskusi yang memungkinkan?
Memberikan satu atau dua opsi yang sesuai dengan usia anak dan perilaku pemberian
makanan?
Membantu ibu memilih satu atau dua hal yang bisa ia coba untuk mengatasi
tantangan pemberian makanan?
Menggunakan Kartu Konseling dan Brosur yang tepat yang paling relevan dengan
situasi anak dan membicarakan informasi itu dengan ibu/pengasuh?
Meminta ibu untuk mengulangi perilaku baru yang telah disepakati?
Catat perilaku yang disepakati:
• Menanyakan ibu apakah mereka punya pertanyaan/keluhan?
• Memberi rujukan bila perlu?
• Memberikan saran dimana ibu bisa mendapatkan dukungan tambahan?
Menyepakati tanggal/waktu untuk sesi lanjutan?
Berterimakasih kepada ibu atas waktu mereka?
MI 7
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam suatu pelatihan, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal
sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda, dengan latar belakang social budaya,
pendidikan/pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda pula, pada
awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana kebekuan
(freezing).
Agar pelatihan sukses, partisipatif dan berbasis aktifitas peserta, harus diperkenalkan rasa
percaya antar peserta, melalui perkenalan antara peserta, fasilitator dan panitia. Dalam
lingkungan peserta yang saling percaya, peserta akan lebih disiapkan untuk berani
berkontribusi dan lebih menyenangi proses belajar dan membantu kelancaran peroses
pembelajaran.
Untuk menciptakan rasa saling percaya ini, kebekuan harus dipecahkan dengan proses
pencairan (unfreezing) pada awal pelatihan dengan cara saling mengenal antar peserta dan
menciptakan perasaan positif satu sama lain. BLC juga mengajak peserta mampu
mengemukakan harapan-harapan dan kekhawatiran mereka dalam pelatihan, serta
merumuskan nilai-nilai dan norma kelas serta kontrol kolektifnya yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran.
BAHAN BELAJAR
1. Permainan/games
2. Instrumen
3. Alat permainan
MP 1
Mengenal diri sendiri dan orang lain dengan Permainan “Kereta Api”
1. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran dalam
kelompok yang telah dibagi.
2. Peserta pertama memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, dan unit kerja.
3. Peserta berikutnya diminta menyebutkan terlebih dahulu nama-nama peserta
sebelumnya baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri
4. Demikian seterusnya sehingga merangkai seperti rangkaian Kereta Api
5. Peserta terakhir harus menyebutkan seluruh nama peserta sebelum meperkenalkan
dirinya sendiri
6. Masing-masing kelompok diwakili oleh satu peserta memperkenalkan semua
anggota kelompok, dengan menyebut nama dan asal instansi.
7. Kelompok digabung menjadi kelompok besar, dan untuk mengukur efektifitas proses
perkenalan, fasilitator mengecek kemampuan peserta dengan minta beberapa
diantara peserta menyebutkan seluruh nama peserta yang hadir.
Langkah-langkah:
- Peserta dibagi dalam dua kelompok yang sama banyak.
- Fasilitator menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
• Kedua kelompok akan berlomba menyusun barisan. Barisan disusun berdasarkan
aba-aba:
o Berbaris menurut ukuran sepatu (mulai dari ukuran sepatu paling kecil)
o Berbaris menurut urutan nama secara alpabet (mulai dari A s/d Z).
o Berbaris menurut urutan usia (mulai dari usia yang muda)
o Berbaris menurut tempat kelahiran (mulai dari A s/d Z)
o Berbaris menurut tahun kelahiran (mulai dari tahun kelahiran paling muda)
o Berbaris menurut jumlah saudara kandung (mulai dari jumlah saudaranya
yang paling banyak)
• Fasilitator akan menghitung sampai 10, kemudian kedua kelompok, selesai atau
belum selesai, harus jongkok.
• Setiap kelompok secara bergantian memeriksa apakah kelompok lawan telah
melaksanakan tugasnya dengan benar.
Kelompok yang menang adalah kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan
benar dan cepat (bila kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sebelum hitungan
ke sepuluh mereka boleh langsung jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka
telah selesai melakukan tugas).
Tugas kelompok adalah menentukan peran yang menjadi petani, macan, kambing
dan rumput, dan selanjutnya menentukan bagaimana cara menyelesaikannya.
Alat bantu:
1. Kartu Konseling
2. Booklet Pesan Utama
3. Brosur
Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dan evaluasi dari semua proses dan
hasil pembelajaran selama sesi ini.
1. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
2. Fasilitator meminta peserta berdiri membentuk lingkaran
3. Fasilitator meminta peserta secara acak untuk mengucapkan kata-kata tentang hal yang
diketahui terkait BLC.
MP 1
Fasilitator meminta peserta mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai harapan kelas dan
mematuhi norma yang telah disepakati
Nilai-nilai pribadi peserta latih, mungkin berbeda mungkin pula sama. Melalui proses
diskusi dan interaksi dalam kelompok, peserta didorong untuk memberikan
pendapat/argumentasi atas pilihannya dan belajar saling menghargai serta saling
memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta lainnya. Perbedaan haruslah dipahami
REFERENSI:
1. Ir. Sri Ratna, MM dan Dra Sri Murtini, MPA, Dinamika Kelompok, Bahan Ajar
Diklat Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi Negara RI, 2006
2. Adi Soemarmo, Icebreaker, Permainan Atraktif Efektif, Penerbit: Andi, Yogyakarta,
2006
3. Munir Baderel, Drs, Apt, Dinamika Kelompok, Penerapan Dalam Laboratorium
Perilaku, Universitas Sriwijaya, 2001
MP 1
2. KUPU-KUPU
LIMA JARI TANGAN KANANKU
LIMA JARI TANGAN KIRIKU
KUGABUNG JADI SATU SEMUANYA SEPULUH
JADILAH KUPU-KUPU
3. TEPUK TANGAN
TEPUK TANGAN SATU JARI UNTUK …..
TEPUK TANGAN DUA JARI UNTUK ……
TEPUK TANGAN TIGA JARI UNTUK …..
TEPUK TANGAN EMPAT JARI UNTUK ….
TEPUK TANGAN LIMA JARI UNTUK ……
4. HUJAN
MAU PANAS SILAHKAN
MAU HUJAN SILAHKAN
ASAL JANGAN KAU MENYERAH DISINI
AKU TAHU ….. KAMU PASTI BISA
KAMU TAHU ….. AKU PASTI BISA
RENUNGKAN DALAM HATI
MUNGKIN DI SUATU HARI
INGATLAH HARI INI
6. KEDEPAN (BungaCempa)
KEDEPAN KEBELAKANG KEKANAN LALU SILANG 2x
DEPAN…….. BELAKANG…… KANAN LALU SILANG
8. TEPUK BUNGKUS
AMBIL KERTAS……………LIPAT LIPAT
IKAT KARET ……………
MASUK KANTONG
BUNGKUS
9. TEPUK MANTUL
MANTAP…MANTAP…..BETUL
MANTUL
11.TEPUK CINTA
SAYANGKU…..PROK PROKPROK
CINTAKU…PROK PROKPROK
I LOVE YOUUU
Reff:
SIK ASI ASIK ASI ASIK PASTI BISA!
SIK ASI SAMPAI DUA TAHUN ATAU LEBIH
4. MI 2 : SATU –SATU
SATU SATU AIR SUSU IBU
DUA DUA ITU AREOLA
TIGA-TIGA HANYA ASI SAJA
SATU DUA TIGA SEMUA BAHAGIA
8. MI 2 : PELEKATAN
(Dua mata saya)
9. MI 2 : HISAPAN EFEKTIF
(Dua mata saya)
BENGKAK PAYUDARAKU
PUTTING LECET BERDARAH
SALURAN ASI TERSUMBAT
INFEKSI MASTITIS DISATU PAYUDARA
Reff :
SAKITNYA TUH DISINI……DI PAYUDARAKU 4 X
SAKIT…SAKIT….SAKITNYA TUH DISINI 2 X
12. MI 3 : MP-ASI
(Sedang Apa)
16. MI 4 : Stinky
MUNGKINKAH …… TERLAMBAT PERTUMBUHANMU
BILA TAK ADA PMBA UNTUKMU
DAN …. KINI KAN KU BERIKAN SEMUA
4 STANDAR EMAS MAKANAN UNTUKMU
KAU KUSAYANG ….. SELALU KU JAGA
TAKKAN KUBIARKAN GIZI BURUK MENIMPA ANAK KU
BAYINYA SEHAT
IBUPUN SENANG
PASTI SEMUA AKAN BAHAGIA (kembalike *)
Pedoman Pelatihan Pelatih Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan
konseling pemberian makanan bayi dan anak di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
dan masyarakat. Oleh karena itu agar Pedoman ini dapat diimplementasikan dengan
baik, perlu koordinasi dan keterlibatan semua pihak, serta dukungan dari tenaga non
medis lainnya.
Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan pelayanan gizi.
Pengarah:
1. dr. Kirana Pritasari, MQIH (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat)
2. Ir. Doddy Izwardy, MA (Direktur Gizi Masyarakat)
3. Sri Wahyuni Sukotjo (Nutrition Specialist UNICEF Indonesia)
Kontributor :
Cornelia, C. Vita Aristyanita, Dyah Yuniar Setiawati, Dedi Setiawan, Della Rosa,
Dewi Astuti, Evarini Ruslina,Galopong Sianturi, Giri Wurjandaru, Heny Purbaningsih,
Hikmah Kurniasari, Irfanny Afif, Ine Indrati Sigit, Irma Kurnia Sari, Izra Haflinda Izmil,
Khairunnisa F, Lismartina, Puthut, Rini Suhartini, Roostiati Sutrisno Wanda, Sri
Nurhayati, Sri Amelia, Suroto, Yetty MP.Silitonga, Yosnelli, Yemima Ester.