You are on page 1of 3

WAWASAN WIYATA MANDALA

Wawasan Wiyata Mandala adalah cara memandang sekolah dalam lingkungan pendidikan


dan pembelajaran[1]. Dapat juga diartikan sebagai pandangan atau sikap hidup terhadap
sekolah sebagai lingkungan pendidikan[2].

Secara harfiah
Wawasan berarti konsepsi, cara pandang, tinjauan, pandangan.[1] Wiyata berasal
dari bahasa jawa yang berarti pengajaran, pendidikan.[2]Sedangkan mandala berarti
bulatan, lingkungan (daerah). Jadi, Wiyata Mandala berarti lingkungan pendidikan tempat
proses belajar-mengajar.

Dasar hukum
Dasar hukum Wawasan Wiyatamandala ditetapkan oleh Direktur Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah (Dikdasmen) nomor 13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 sebagai sarana
ketahanan sekolah.

“ Wawasan Wiyata Mandala merupakan konsepsi atau cara pandang; bahwa


sekolah adalah lingkungan atau kawasan penyelenggaran pendidikan ”

Tujuan
Tujuan pendidikan seperti termaktub dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas). Sekolah mengemban misi pendidikan oleh karena itu sekolah tidak
boleh digunakan untuk tujuan-tujuan di luar tujuan pendidikan. Sekolah harus benar-benar
menjadi ciri khas masyarakat belajar di dalamnya.

Proses
Proses seorang siswa untuk bisa memiliki wawasan wiyata mandala harus melalui tiga
tahap. Tahap yang pertama adalah mengetahui, yang kedua adalah mengenal, yang ketiga
adalah mencintai.[4]
Mengetahui
Lingkungan fisik sekolah adalah lingkungan yang dapat diketahui melalui panca indera.
Contohnya mengetahui tempat ruang guru di mana. Mengetahui letak perpustakaan di
mana. Mengetahui fasilitas apa saja yang ada di sekolah.
Mengenal
Setelah mengetahui, letak sebuah lingkungan fisik, siswa harus mengenalnya. Berarti
memahami seluk beluknya. Misalnya setelah mengetahui letak perpustakaan, harus dikenali
perpustakaan tersebut. Apa saja yang ada di perpustakaan, dan bagaimana fungsi dan cara
memanfaatkan koleksi perpustakaan.
Mencintai
Setelah mengenal, tahap selanjutnya adalah mencintai. Semua lingkungan yang ada di
sekolah harus dicintai. Misalnya sudah mengenal perpustakaan, perpustakaan tersebut
harus dicintai dengan cara dimanfaatkan, dikunjungi, dan dijaga kebersihannya. Ingat, yang
harus diketahui tidak hanya perpustakaan, tetapi seluruh lingkungan sekolah mulai dari
halaman paling belakang, kelas, hingga gerbang sekolah.

Tahap mengetahui, mengenal, dan mencintai juga harus dilakukan terhadap lingkungan
sosialnya. Mengetahui guru, mengenal guru, kemudian mencitai guru. Mengetahui namanya
siapa, mengenal karakternya bagaimana, dan mencintainya dalam wujud takzim, hormat
dan patuh terhadap tugas yang diberikan.

Komponen peran

Peran Kepala Sekolah

o Berwenang dan bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan di


lingkungan sekolah.
o Kepala sekolah dihormati dan berwibawa artinya siapapun yang berkepentingan dengan
sekolah harus melalui kepala sekolah.
o Semua aparat sekolah tidak boleh bertindak sendiri-sendiri melainkan atas seijin kepala
sekolah.
o Kepala sekolah melaksanakan program-program yang telah disusun bersama komite
sekolah.
o Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, osis, komite
sekolah, tokoh masyarakat, dan pihak keamanan setempat.
o Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk peraturan atau tata tertib.
o Mengadakan rapat koordinasi yang bersifat insidentil interen antara guru, wali murid,
maupun siswa.
o Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang kegiatan sekolah seperti Pramuka,
PKS, PMR, Kesenian, Olahraga, dll.
2. Peran Guru
o Menjunjung tinggi martabat dan citra Guru dengan sikap dan tingkah laku.
o Menjadi teladan (pamong) di masyarakat.
o Guru mampu memimpin baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
o Guru dipercaya oleh diri sendiri dan warga sekolah.
3. Peran Civitas Akademika
o Tata Usaha Sekolah harus mendukung kepentingan administrasi dalam rangka proses
belajar mengajar di sekolah.
o Perangkat sekolah yang lain seperti pegawai, Satpam, Tukang Kebun, piket, dll, harus
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai bidang tugas masing-masing.
o Semua warga sekolah menjalin rasa persaudaraan demi kenyamanan warga sekolah.
4. Peran Murid
o Mentaati tata tertib yang berlaku di sekolah tanpa kecuali.
o Hormat dan sopan kepada guru dan warga sekolah yang lain.
o Hormat dan sopan kepada teman
o Belajar yang tekun
o Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
o Menjaga nama baik keluarga dan sekolah di manapun berada.
o Menjaga dan memelihara fasilitas belajar dan mengajar.
o Menjaga keamanan sekolah.
o Melaporkan peristiwa negatif yang terjadi di sekolah kepada OSIS, guru, wakil kepala
sekolah, BP atau kepala sekolah.
o Memelihara lingkungan sekolah.
5. Peran masyarakat sekitar
o Mendukung program dan kebijakan sekolah dalam rangka kemajuan Proses belajar
mengajar.
o Memberi saran dalam pemajuan proses belajar dan mengajar.
o Ikut menjaga keamanan lingkungan sekolah.
o Mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah melalui Komite sekolah.

Mekanisme pelaksanaan

Tahap Preventif
1. Memelihara sekolah melalui 7K.
2. Menciptakan suasana harmonis antar warga dan lingkungan sekolah.
3. Membentuk jaring pengawasan.
4. Menghilangkan bentuk peloncoan saat MOS.
5. Mengisi jam kosong dengan kegiatan ekstrakurikuler.
6. Meningkatkan keamanan dan ketertiban saat masuk dan usai sekolah.

Tahap represif
1. Mendamaikan pihak yang terlibat perselisihan.
2. Menetralisir isu negatif yang berkembang.
3. Berkoordinasi dengan pihak keamanan bila ada kriminal di Sekolah.
4. Penyelesaian kasus secara hukum terhadap kasus yang melibatkan pihak
luar sekolah.
5. Mengadakan Bimbingan dan Penyuluhan.
6. Memberikan sanksi sesuai tata tertib dan aturan yang berlaku

*)Catatan
7K dalam Wawasan Wiyata mandala sebagai berikut:
1. Keamanan/Kenyamanan
2. Kekeluargaan
3. Kedisiplinan
4. Kerindangan
5. Kebersihan
6. Keindahan
7. Ketertiban

You might also like