Professional Documents
Culture Documents
02 PD 020
02 PD 020
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Menimbang :
a. bahwa sumber daya alam merupakan anugerah Allah Yang Maha Kuasa
dan mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan
manusia, oleh karenanya harus dikelola dan dimanfaatkan secara adil dan
berkelanjutan;
b. bahwa sumber daya alam sebagai komponen lingkungan hidup perlu
dijaga kelestarian fungsinya dalam menjalankan pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
c. bahwa pemanfaatan sumber daya alam perlu dilakukan secara bijaksana
dengan memperhitungkan kemampuan sumber daya tersebut memenuhi
kebutuhan generasi masa kini dan masa mendatang;
d. bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dipandang perlu untuk ditetapkan
dalam suatu Qanun;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Negara
Nomor 3186);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran,
Negara Nomor 3274);
6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3639);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3505);
10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan. United
Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
Bangsa-bangsa mengenai keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41);
11. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3647);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538);
13. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
14. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3888);
15. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3893);
16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi
Propinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Perlindungan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3294);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 tentang
PengendalianPencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa (Lembaran
Negara Republik Indonesia 'Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3441);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3445);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3803);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3802);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3816);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3853);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3910);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3952);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia
Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar
Pengadilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);
29. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
30. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1998 tentang Pengelolaan kawasan
Ekosistem Leuser;
31. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan
Peraturan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70);
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Bagian Kedua
Lingkup Pengaturan
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Kedua
Tanah, Air dan Udara
Pasal 9
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KONSERVASI
Pasal 4
(2). Tujuan Konservasi Sumber Daya Alam adalah untuk menjamin kelestarian
fungsi sumber daya alam dan keseimbangan lingkungan sebagi bagian
dari upaya pembangunan yang berkelanjutan guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
(3). Sasaran konservasi sumber daya alam adalah
a. tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara
manusia dengan sumber daya alam;
b. terjaminnya fungsi sumber daya alam bagi kepentingan generasi
masa kini dan masa depan;
c. terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam; dan
d. terarahnya kebijakan dalam pemanfaatan konservasi sumber daya
alam.
BAB III
PENGATURAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
Bagian Pertama
Sistem Penyangga Kehidupan
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
(1) Pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan
dilakukan berdasarkan :
a. Rencana tata ruang wilayah Provinsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan. wajib dimasukkan dalam Qanun tentang
Rencana Tata Ruang Provinsi; dan
b. Hasil kajian daya dukung kawasan lindung, aspek ekologis dan
penghargaan terhadap adat serta azas manfaat bagi masyarakat
yang tinggal di sekitarnya;
(2) Pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan secara
terbatas ditetapkan dalam suatu Keputusan Gubernur.
Bagian Kedua
Tanah, Air dan Udara
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
(1) Untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pencemaran sumber daya
alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, 10 dan 11 perlu dilakukan
pengendalian, pemantauan dan evaluasi.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
(3) Tata cara pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Bagian Ketiga
Keanekaragaman Hayati
Pasal 13
Pasal 15
Pasal 16
(1). Pemerintah Daerah dan masyarakat mempertahankan dan memelihara
habitat satwa liar baik berada di dalam maupun di luar kawasan suaka
alam.
(2). Pada habitat satwa liar yang mengalami fragmentasi akibat
pembangunan, pemerintah dan masyarakat membangun dan menjaga
lintasan/koridor untuk menghubungkan habitat tersebut.
(3). Pemerintah Daerah menata kembali kegiatan masyarakat yang ternyata
berada pada lintasan/koridor satwa liar.
Bagian Keempat
Kelantan dan Perikanan
Pasal 17
(1). Konservasi sumber daya alam di bidang kelautan dan perikanan meliputi
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari plasma nutfah
spesifik lokasi serta suaka perairan di wilayah perairan umum.
(2). Plasma nutfah spesifik lokasi dan jenis-jenisnya ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
(3). Perlindungan, pengawetan dan pengaturan pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam kelautan dan perikanan dilakukan oleh pemerintah
dengan melibatkan masyarakat secara partisipatif.
Pasal 18
Bagian Kelima
Bahan Galian dan Energi
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
BAB IV
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian pertama
Hak
Pasal 22
(1). Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengelola sumber daya
alam secara lestari, adil dan demokratis.
(2). Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mencakup upaya
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sumber daya alam secara
lestari.
(3). Setiap orang mempunyai hak untuk memberikan saran, pendapat
dan/atau tanggapan atas rencana terselenggaranya upaya konservasi
sumber daya alam.
(4). Setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang upaya
konservasi sumber daya alam.
(5). Lembaga kajian lingkungan dan instansi terkait wajib menyampaikan
masukan mengenai lingkungan dan konservasi sumber daya alam untuk
mencegah terjadinya perusakan sumber daya alam.
Pasal 23
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 24
(1). Dalam upaya konservasi sumber daya alam setup orang berkewajiban
untuk :
a. melindungi dan mengawetkan sumber daya Alam;
b. memelihara dan menjaga pemanfaatan sumber daya lam secara
lestari;
c. mencegah dan menanggulangi kerusakan sumber daya alam.
(2). Setiap orang berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai terjadinya gangguan dan kerusakan terhadap sumber daya
alam baik secara lisan maupun tertulis.
Bagian ketiga
Peran Serta Masyarakat
Pasal 25
Masyarakat lokal yang ada dalam dan atau sekitar kawasan sumber daya
alam dapat diberikan prioritas untuk berperan serta dalam kegiatan konservasi
sumber daya alam.
Pasal 26
(1). Konservasi sumber daya dam dilakukan oleh Pemerintah Daerah beserta
masyarakat.
(2). Pemerintah Daerah mendorong peran serta masyarakat dalam upaya
konservasi sumber daya alam melalui berbagai bidang kegiatan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
(3). Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan keputusan Gubernur.
BAB V
KELEMBAGAAN KONSERVASI
Pasal 27
BAB VI
KEWENANGAN DAN KOORDINASI
Pasal 28
Pasal 29
BAB VII
PERIZINAN
Pasal 30
(1). Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan eksploirasi dan
eksploitasi sumber daya alam baik hayati maupun non hayati yang
berdampak terhadap konservasi sumber daya alam wajib memiliki izin
melakukan usaha dan/atau kegiatan.
(2). Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diberikan oleh pejabat yang ber%~ciiang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3). Tata cara dan. persyaratan untuk memperoleh izin dimaksud dalam ayat
(2) pasal ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur.
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 31
Pasal 32
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 34
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 35
Pasal 36
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 37
(1). Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidik atas tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 35
dan Pasal 36, dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, yang pengangkatannya dilakukan sesuai dengan pereturan
perundangan yang berlaku.
(2). Dalam rnelaksanakan tugas penyidikan, para Pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ke tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau Surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk
dari penyidik umum, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan rnerupakan tindak pidana dan selanjutnya
penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntun
Umum, tersangka atau keluarga; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan.
BAB XII
KETENTUAN PERALMAN
Pasal 38
Pasal 39
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, agar semua orang dapat
mengetahuinya memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(I). Umum.
(1). Lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang
dianugerahkan Allah Yang Maha Kuasa merupakan Karunia dan Rahmat-
Nya yang wajib disyukuri dan dikembangkan kemampuannya menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat, serta makhluk hidup lainnya
demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.Undang-
undang Dasar 1945 sebagai landasan Konstitusional mewajibkan agar
Sumber Daya Alam dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Kemakmuran Rakyat tersebut haruslah dinikmati generasi muda
kini dan generasi muda depan secara. berkelanjutan.
(2). Pembangunan sebagai upaya dasar dalam mengolah dan memanfaatkan
Sumber Daya Alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat penggunaan
Sumber Daya Alam harus selaras, serasi dan seimbang dengan
lingkungan hidup. Lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidak
rnengenal batas wilayah, akan tetapi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Alam harus jelas batas
wilayah konservasinya. Konservasi yang dimaksud adalah Konservasi
Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
(3). Daerah Nanggroe Aceh Darussalam dianugerahkan Allah SWT kekayaan
berupa sumber daya alam baik di darat, di perairan maupun di udara yang
merupakan modal dan pembangunan daerah di segala bidang Modal
Dasar Sumber Daya Alam, tersebut harus dilindungi, dipelihara,
dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan
Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam. Oleh karena sifatnya yang luas
dan menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan, maka
Konservasi Sumber Daya Alam, baik hayati maupun non hayati serta
sumber daya buatan dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab
Pemerintah Daerah dan masyarakat. Peran serta masyarakat akan
diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah Daerah melalui kegiatan yang
berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu Pemerintah Daerah
berkewajiban meningkatkan pendidikan dan penyuluhan serta sosialisasi
bagi masyarakat dalam rangka sadar konservasi.
(4). Berhasilnya Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam berkaitan erat dengan tercapainya 3 (tiga) sasaran
konservasi yaitu :
a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem
penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat.
b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetic dan
tipe-tipe ekosistemnya, sehingga mampu menunjang
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang
menggunakan sumber daya alam hayati.
c. Menghasilkan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati
sehingga terjamin kelestariannya.
(5). Mengingat kehidupan bernegara berdasarkan atas hukum, maka
pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam perlu diberi dasar hukum yang jelas, tegas dan menyeluruh
guna menjamin kepastian hukum bagi usaha pengelolaan tersebut dalam
bentuk Qanun. Qanun ini memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat
pokok dan mencakup semua segi di bidang Konservasi Sumber Daya
Alam, sedangkan pelaksanaannya hares dengan suatu Keputusan
Gubernur.
Pasal I
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas ,
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas