You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322592765

DIAGNOSA KOMUNITAS: PENENTUAN DAN PEMECAHAN MASALAH


KESEHATAN MASYARAKAT KELURAHAN KUNINGAN, SEMARANG UTARA

Conference Paper · November 2016

CITATION READS

1 27,320

1 author:

Forman Novrindo Sidjabat


Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
19 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

HIV/AIDS research grant View project

Water Quality Analysis View project

All content following this page was uploaded by Forman Novrindo Sidjabat on 24 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding
Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat ke-13
(KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat Hidup Sehat dan Bahagia dalam Mencapai Sasaran
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)”

Edisi Kedua

Makassar, 3–5 November 2016


Prosiding
Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat ke-13
(KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat Hidup Sehat dan Bahagia dalam Mencapai Sasaran
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)”

Edisi Kedua

Makassar, 3–5 November 2016

Editor:
Veni Hadju
Ida Leida M. Thaha
Indra Dwinata
Andi Selvi Yusnitasari
Uswatun Hasanah
Herlindayanti
Prosiding KONAS IAKMI XIII
Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat ke- 13 Edisi Kedua

Penyusun :
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI)
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

ISBN : 978-602-60338-0-2

Editor :
Veni Hadju
Ida Leida M. Thaha
Indra Dwinata
Andi Selvi Yusnitasari
Uswatun Hasanah
Herlindayanti

Desain Sampul:
Erwin Aziza Jayadipraja

Penata Isi:
Andreas Levi Aladin
Ardhya Pratama
Army Trihandi Putra
Ahmad Syahrul Fakhri
Muhamad Ade Nurdiansyah

Sumber Foto Sampul:


http://www.tripjalanjalan.com/wp-content/uploads/2016/07/gaya-hidup-sehat.jpg

Penerbit:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Redaksi:
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea 90245
Telp. 08114440454, Fax (0411) 586013
E-mail : jurnal.mkmi@gmail.com
OJS : http://journal.unhas.ac.id/index.php/JMKMI

Cetakan pertama, Oktober 2016, Hak Cipta pada © IAKMI


Perpustakaan Nasional RI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tak lupa kita memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan Prosiding Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (Konas IAKMI) yang ke-13 ini dengan baik.
Konas IAKMI kali ini, yang diadakan di Kota Makassar, tepatnya di Hotel Four Points by Sheraton, dilakukan
secara bersamaan dengan kegiatan Forum Ilmiah Tahunan (FIT) yang ke-2. Forum ilmiah ini menjadi sangat
penting dalam Konas kali ini, karena diharapkan menjadi tempat untuk saling tukar-menukar informasi tentang
berbagai hasil penelitian dan program inovasi terkini yang telah dilakukan selama ini oleh seluruh sektor terkait
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Di samping itu, Forum ilmiah ini bisa menjadi
kegiatan yang nantinya dapat mengakselerasi program pembangunan kesehatan masyarakat di masa yang akan
datang.
Prosiding ini kami buat agar seluruh materi yang dipaparkan dalam Konas dan sekaligus FIT ini dapat ditelaah
lebih jauh oleh para peserta dan juga oleh seluruh anggota IAKMI yang mencintai profesi ini. Panitia telah bekerja
keras dalam mensukseskan kegiatan Konas IAKMI ke-13, termasuk dalam pengumpulan makalah lengkap dari
para pembicara. Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari para pembicara yang telah mengirim makalah
lengkap sesuai format yang telah kami berikan dan waktu yang telah ditentukan. Tanpa dukungan seperti ini
tentu kami akan sulit dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah mendukung
penyelesaian dari penyusunan Prosiding ini, khususnya kepada Penerbit IPB Press, yang bersedia membantu
panitia untuk mencetak dalam waktu yang cepat. Semoga Allah membalas seluruh amal kebaikan kita
semuanya dengan balasan yang lebih baik dan memberi kemudahan dalam menjalankan seluruh aktivitas kita
selamanya.

Wassalam,

Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D.


DIAGNOSA KOMUNITAS: PENENTUAN
DAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT KELURAHAN KUNINGAN,
SEMARANG UTARA

Forman Novrindo Sidjabat1,2, Arie Wuryanto2, Suharyo Hadisaputro2


1
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiayat Kediri, Kediri, Jawa Timur
2
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah
sidjabat.fn@iik.ac.id

ABSTRAK
Diagnosa komunitas merupakan upaya yang sistematis yang meliputi upaya pemecahan masalah kesehatan
keluarga sebagai unit primer komunitas. Masyarakat adalah lokus penegakkan diagnosis komunitas. Penelitian
ini melihat prioritas masalah kesehatan dan faktor risiko masalah kesehatan di Kelurahan Kuningan Kecamatan
Semarang Utara. Kelurahan Kuningan dipilih dalam penelitian ini karena rentan terhadap berbagai penyakit
dan masalah kesehatan lain akibat lokasi yang dekat pantai utara Jawa (pantura) sehingga sering terjadi rob,
sanitasi lingkungan buruk, padat penduduk, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan rendah dan tidak
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Penelitian dilakukan dengan metode diagnosa komunitas dimulai
dari persiapan, pengumpulan data, analisis data, penetapan masalah, analisa faktor risiko dan sumber daya, serta
disain program intervensi. Penentuan masalah prioritas dilakukan dengan disain cross sectional pada 93 orang dari
total penduduk dan 34 orang (rasio 1:1). Faktor risiko DM (penyebab masalah prioritas) dilihat dengan desain
case control. Data dianalisis secara bivariat. Hasil penemuan masalah didapatkan 191 kasus penyakit dengan
Diabetes Melitus (DM) sebagai masalah prioritas berdasarkan metode MCUA. Faktor risiko yang berhubungan
dengan DM ialah pengetahuan (<0,001), sikap (0,016), dan kebiasaan olahraga (<0,001). Prioritas penyebab
masalah ialah rendahnya kebiasaan olahraga. Masalah kesehatan prioritas di Kelurahan Kuningan Kecamatan
Semarang Utara berdasarkan diagnosis komunitas ialah Diabetes Melitus dengan prioritas penyebab masalah
ialah rendahnya kebiasaan olahraga. Diperlukan keterlibatan masyarakat, kader kesehatan, dan pemerintah
untuk menjaga kesehatan dengan meningkatkan kebiasaan olahraga.
Kata kunci: diagnosa komunitas, diabetes melitus, semarang
PROSIDING KONGRES NASIONAL IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT KE-13 (KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat Hidup Sehat dan Bahagia dalam Mencapai Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)” Edisi Kedua

1. PENDAHULUAN 2. BAHAN DAN METODE


Diagnosa komunitas merupakan upaya yang Penelitian ini menggunakan desain studi
sistematis yang meliputi upaya pemecahan masalah observasional dengan dua pendekatan untuk dua
kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas tahapan, yaitu desain cross sectional untuk mengetahui
masyarakat sebagai lokus penegakkan diagnosis dan menentukan masalah kesehatan pada 93 orang
komunitas. Tujuannya adalah agar teridentifikasi dari total penduduk dan disain case control untuk
permasalahan yang mendasar dan menyusun solusi mendapatkan faktor risiko dari masalah kesehatan
pemecahan masalah kemudian dicarikan alternatif yang menjadi prioritas pada 34 orang (rasio 1:1).3
pemecahan masalah. Diagnosis komunitas diawali Metode penelitian ini menggunakan tahapan
dengan melakukan analisis situasi, identifikasi diagnosa komunitas yang dimulai dengan identifikasi
masalah, penyebab masalah, prioritas masalah sampai masalah/analisis situasi dengan mengumpulkan
alternatif pemecahan masalah.1,2 Tempat yang data primer, wawancara dan observasi lapangan;
dipilih sebagai lokasi untuk melakukan diagnosis penentuan prioritas masalah menggunakan metode
komunitas adalah Kelurahan Kuningan Kecamatan MCUA; menentukan alternatif pemecahan masalah
Semarang Utara karena berlokasi dekat dengan dengan analisis SWOT; menentapkan prioritas
pantai utara Jawa (pantura) sehingga sering terjadi pemecahan masalah menggunakan metode Multiple
banjir rob. Selain itu sanitasi lingkungan yang buruk, Criteria Utility Assesment (MCUA); dan langkah
jumlah penduduk yang padat, pengetahuan tentang terakhir menentukan aksi pemecahan masalah.2
kesehatan yang rendah dan tidak menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangat
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat
3. HASIL
Kelurahan Kuningan, akibatnya rentan terhadap Pendataan penyakit dirumah tangga dilakukan
berbagai penyakit serta masalah kesehatan lain. dengan mencatat penyakit apa saja yang pernah
Kegiatan diagnosis komunitas perlu dilakukan diderita dan/atau sedang diderita responden dan
untuk mengetahui status kesehatan masyarakat keluarga responden selama 6–3 bulan ke belakang.
dan permasalahan kesehatan yang ada di Kelurahan Dari 93 responden diwawancarai kasus penyakit
Kuningan, lalu mengidentifikasi penyebab masalah, yang ditemukan sebanyak 191 kasus. Kasus yang
prioritas masalah, dan menyusun alternatif tercatat ditampilkan dalam bentuk diagram batang
pemecahan masalah. di bawah ini:

Gambar 1 Diagram batang data penyakit hasil diagnosis masyarakat

Diagram batang di atas menunjukkan 5 besar Tahapan prioritas masalah bertujuan untuk
penyakit yang ditemukan dimasyarakat melalui menentukan prioritas masalah. Penyakit yang
survei rumah tangga yaitu ISPA, diare, hipertensi, didapatkan dari survei sebelumnya diberikan skor
gangguan jaringan lunak, dan diabetes melitus. berdasarkan subjektivitas dan pemahaman peserta
Kelima penyakit ini sesuai dengan data 10 besar Focus Group Discussion (FGD) yang terdiri atas
penyakit yang tercatat di Puskesmas Bandarharjo.

550
Diagnosa Komunitas: Penentuan dan Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat Kelurahan Kuningan, Semarang Utara

pihak kelurahan, puskesmas dan kader puskesmas. proses penentuan prioritas masalah dengan metode
Skor diberikan dengan melihat pengaruh masalah MCUA didapatkan penyakit/masalah di Kelurahan
terhadap kondisi masyarakat, kemudian skor tiap Kuningan Kecamatan Semarang yang perlu dianalisis
penyakit dikalikan dengan bobot kriteria. Hasil dan dilakukan pemecahan masalah yaitu diabetes
melitus.

Tabel 1 Penentuan prioritas masalah menggunakan metode MCUA


Kriteria
(Bobot 1–5) Besar Kegawatan
Dana Kemudahan Jumlah Prioritas
Penyakit Masalah Masalah
(Skor 1–15)
ISPA 6x4 6x1 6x2 6x4 66 VII
Diare 10 x 4 10 x 3 10 x 2 10 x 3 120 II
Pneumonia 6x1 6x2 6x2 6x4 54 VIII
Faringitis 3x1 3x1 3x2 3x3 21 XV
Dermatitis 4x1 4x1 4x2 4x3 28 XII
DBD 10 x 3 10 x 3 10 x 2 10 x 1 90 V
Thypoid 7x2 7x2 7x2 7x1 49 IX
TB Paru 12 x 2 12 x 4 12 x 1 12 x 2 108 IV
Hipertensi 11 x 4 11 x 3 11 x 1 11 x 2 110 III
Hipotensi 4x1 4x2 4x1 4x2 24 XIV
Gangguan Jaringan 4x3 4x 1 4x1 4x2 28 XII
Lunak
Gastritis 7x2 7x2 7x2 7x1 49 IX
DM 14 x 4 14 x 4 14 x 2 14 x 2 168 I
Asma 5x1 5x2 5x1 5x2 30 XI
Jantung 9x1 9x4 9x1 9x2 72 VI
Nyeri Kepala 3x1 3x1 3x1 3x4 21 XV
PGM 4x1 4x2 4x1 4x4 32 X
Asam Urat 6x4 6x3 6x2 6x2 66 VII
Kolesterol 11 x 4 11 x 3 11 x 1 11 x 2 110 III
Katarak 5x1 5x2 5x1 5x1 25 XIII
Lainnya 3x1 3x1 3x1 3x1 12 XIV

Tahapan analisis masalah bertujuan untuk 34 pasien DM tipe 2 dan 34 masyarakat yang tidak
menentukan penyebab masalah diabetes melitus di menderita DM Tipe 2 di Kelurahan Kuningan.
masyarakat. Penentuan penyebab masalah dilakukan Pada kasus, jumlah terbanyak berjenis kelamin
dengan uji bivariat dengan jumlah sampel sebanyak perempuan (67,6%), demikian juga pada kontrol
sebanyak 73,5%.

551
PROSIDING KONGRES NASIONAL IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT KE-13 (KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat Hidup Sehat dan Bahagia dalam Mencapai Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)” Edisi Kedua

Tabel 2 Hasil uji statistik kasus-kontrol responden kejadian Diabetes Melitus di Kelurahan Kuningan
Kasus Kontrol 95% CI
Variabel p OR
n % n % Lower Upper
Pengetahuan
Rendah 28 82 15 44,1 <0,001 5,9 2,6 14,8
Tinggi 6 18 19 55,9
Sikap
Kurang 23 67,6 31 91,1 0,016 4,94 1,2 19,7
Baik 11 32,4 3 8,9
Kebiasaan Olahraga
Tidak Sering 6 82,4 24 70,6 <0,001 11,2 3,5 35,3
Sering 28 17,6 10 29,4

Hasil analisis tabulasi silang pengetahuan baik 5 kali lebih berisiko terjadinya DM tipe 2
menunjukkan nilai p=<0,001 dan odds ratio (OR) dibandingkan dengan sikap yang baik. Hasil analisis
sebesar 5,9, artinya seseorang dengan pengetahuan dengan menggunakan tabulasi silang menunjukkan
rendah 6 kali lebih berisiko terkena DM tipe 2 mereka yang kurang berolahraga mempunyai risiko
dibandingkan dengan pengetahuan tinggi. Hasil terkena DM tipe 2, dengan nilai p=<0,001 dan odds
analisis tabulasi silang sikap responden menunjukkan ratio 11,2. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
nilai p=0,016 dan odds ratio (OR) sebesar 4,9. tidak sering olahraga memiliki risiko 11 kali terjadi
Hal ini menunjukkan bahwa sikap yang kurang DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang cukup
olahraga.

Tabel 3 Prioritas faktor penyebab masalah kejadian Diabetes Melitus dengan Metode MCUA di Kelurahan
Kuningan
Kriteria
Besar Jumlah
Penyebab Masalah Kegawatan Kemudahan Ketersediaan Ranking
Masalah (B X S)
3 2 Sarana 1
4
Pengetahuan 3x4 3x3 3x2 4x1 26 II
Sikap 2x4 4x3 2x2 1x1 25 III
Kebiasaan Olahraga 4x4 4x3 3x2 4x1 38 I

Berdasarkan tabel 3 faktor risiko kejadian diabetes Kebiasaan berolahraga ini kemudian dicari
melitus yang diprioritaskan adalah meningkatkan penyebabnya menggunakan konsep epidemiologi
kebiasaan berolahraga sebagai prioritas utama. penyebab masalah (sufficient cause dan necessary
cause).

Tabel 4 Daftar Sufficient Cause dan Necessary Cause masalah kejadian Diabetes Melitus di Kelurahan
Kuningan
Penyebab
Masalah
Necessary Cause Sufficient Cause
Rendahnya Kebiasaan Jadwal olahraga yang hanya 1x/bulan Ekonomi rendah
Berolahraga
Lokasi olahraga yang dianggap jauh Tingkat pengetahuan yang kurang
Tingkat kesadaran yang kurang

552
Diagnosa Komunitas: Penentuan dan Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat Kelurahan Kuningan, Semarang Utara

Tabel 4 menunjukkan penyebab rendahnya Setelah menemukan prioritas penyebab masalah,


kebiasaan berolahraga adalah akibat jadwal dan yaitu kebiasaan olahraga (yang kurang), dilakukan
lokasi yang dianggap tidak sesuai dengan keadaan pemecahan masalah dengan menggunakan metode
masyarakat. Kondisi ini diperparah dengan SWOT.
ekonomi yang rendah, tingkat pengetahuan
tentang pentingnya olahraga dan kesadaran
berolahraga yang kurang.

Tabel 5 Analisis SWOT Alternatif Pemecahan Masalah Diabetes Melitus di Kelurahan Kuningan
Strength Factor Weakness Factor
PARAMETER Ada kegiatan senam, Puskesmas Penyuluhan bersifat tentatif,
berorientasi sosial, terdapat Sering tidak ada instruktur
SWOT Puskesmas pembantu, Kader senam, Pendataan bersifat pasif.
tersedia dan mau terlibat aktif.
Tokoh masyarakat & Penguatan dan pengadaan Memperlengkapi kemampuan
aparat desa aktif, kegiatan program kesehatan kader sebagai penyuluh, pendata
pengajian rutin, respon baik berbasis masyarakat yang kesehatan, dan pelatih senam
pelayanan puskesmas, tidak memaksimalkan bertumpu dimasing-masing wilayah.
Opportunity Factor ada kegiatan yang mengikat pada peran tokoh masyarakat,
dan menyita waktu, ada kader kesehatan dan aparat desa
lahan yang dapat digunakan dari tingkat Kelurahan hingga
untuk berolahraga/senam. lingkungan RW/RT.

Pengetahuan tentang Meningkatkan pengetahuan Edukasi yang berkesinambungan


diabetes melitus masih dengan memaksimalkan bagi masyarakat.
rendah. penyebarluasan informasi secara
Treath Factor aktif dan mendayagunakan
Peran kader masih kurang,
peran kader.
sosial ekonomi rendah,
kesadaran berpartisipasi
masih kurang.

Berdasarkan hasil analisis SWOT alternatif kader sebagai pemandu.


progaintervensi untuk mengatasi masalah faktor 4) Menggerakkan masyarakat untuk
risiko kejadian diabetes mellitus adalah: melakukan deteksi dini penyakit diabetes
1) Meningkatkan keterampilan kader melitus dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan sebagai penggerak pengendalian rutin kadar gula darah di puskesmas.
diabetes melitus dan pelayanan
puskesmas; 4. PEMBAHASAN
2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat Diagnosa komunitas adalah kegiatan menggali
mengenai faktor risiko diabetes melitus permasalahan utama yang dihadapi oleh komunitas
melalui penyuluhan oleh kader kesehatan berdasarkan fakta yang ada dan pengambilan strategi
pada acara pengajian maupun pertemuan serta rencana tindak lanjut untuk penyelesaian
rutin warga lainnya; masalah tersebut. Tahapan diagnosa komunitas
3) Kegiatan senam dilakukan secara fleksibel yang harus dilaksanakan, yaitu persiapan dengan
dengan berpindah tempat di masing- pembekalan materi diagnosa komunitas, melakukan
masing RW/RT di Kelurahan Kuningan survei rumah tangga mengenai permasalahan
agar masyarakat/pasien diabetes melitus penyakit di Kelurahan Kuningan, menganalisa data
mendapatkan manfaat secara simultan dan sekunder Puskesmas Kuningan, dan Profil Kelurahan
menganggap senam menjadi penting, dan Kuningan, melakukan Focus Group Discussion (FGD)
mendatangkan petugas puskesmas atau bersama kader dan perangkat untuk identifikasi
permasalahan, melakukan survei pencarian faktor

553
PROSIDING KONGRES NASIONAL IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT KE-13 (KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat Hidup Sehat dan Bahagia dalam Mencapai Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)” Edisi Kedua

penyebab masalah melalui kuesioner dan wawancara sikap terhadap diet diabetes melitus semestinya
mendalam serta observasi ke masyarakat, menentukan dapat mendukung terhadap kepatuhan diet diabetes
prioritas faktor penyebab masalah, mencari alternatif melitus itu sendiri. Sikap merupakan reaksi atau
solusi pemecahan masalah. Hasil pelaksanaan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
diagnosa komunitas didapatkan masalah kesehatan stimulus atau obyek. Suatu sikap belum tentu akan
di Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan.
Utara adalah diabetes melitus, prioritas masalah ini
Kebiasaan berolahraga secara teratur terbukti dapat
kemudian diidentifikasi faktor risikonya, dan dicari
menambah sensitivitas insulin dan menambah
alternatif pemecahannya.
toleransi glukosa. Baru-baru ini penelitian
Hasil analisis analitik menunjukkan beberapa prospektif juga memperlihatkan bahwa kebiasaan
variabel yang diteliti menunjukkan ada hubungan berolahraga berhubungan dengan berkurangnya
yang bermakna secara statistik anatara pengetahuan, risiko terhadap diabetes melitus. Penelitian ini
sikap dan aktivitas olahraga terhadap kejadian lebih lanjut mengusulkan ada gradien risiko
diabetes melitus di Kelurahan Kuningan Kecamatan dengan bertambahnya kebiasaan berolahraga. Lebih
Semarang Utara. Pengetahuan merupakan domain lanjut kebiasaan berolahraga mempunyai efek
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan menguntungkan pada lemak tubuh, tekanan darah,
seseorang. Domain kognitif dari pengetahuan dan distribusi lemak tubuh/berat badan, yaitu pada
mempunyai enam tahapan yaitu tahu, memahami, aspek ganda ‘sindroma metabolis kronik’ sehingga
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Seseorang juga mencegah penyakit kardiovaskuler. Dengan
harus melampaui semua tahap tersebut untuk demikian olahraga memiliki efek protektif yang
mendapatkan perilaku yang diinginkan.4,5 dapat dicapai dengan pengurangan berat badan
Apabila seseorang hanya pada sampai tahap tahu melalui bertambahnya kebiasaan berolahraga.9 Pada
dan memahami namun belum sampai ke tahap penelitian ini aktivitas olahraga <3 kali/minggu
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi maka perilaku selama 30 menit menunjukkan risiko menderita
yang didapatkan adalah kategori cukup. Selain diabetes melitus lebih tinggi dari pada aktivitas
pengetahuan, kesadaran diri merupakan faktor yang olahraga yang rutin. Hal ini sesuai dengan penelitian-
juga mempengaruhi perilaku seseorang.4,6 Pasien penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
diabetes melitus dengan kesadaran diri akan memiliki kurangnya olahraga memperlihatkan perbedaan
informasi yang banyak tentang kondisinya sehingga prevalensi diabetes melitus hingga 2–4 kali lipat.
akan membuatnya mampu mengendalikan kondisi Olahraga yang teratur pada penderita diabetes
diabetes melitus tersebut agar dapat mempertahankan melitus efektif dalam meningkatkan toleransi
kualitas hidupnya. Hal ini sesuai dengan penelitian glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin,
yang dilakukan Payakumbuh yang mendapatkan meningkatkan fungsi kardiovaskular, menigkatkan
adanya hubungan antara kesadaran diri pasien kadar kolesterol HDL, menurunkan tekanan darah
terhadap penyakitnya dengan kejadian komplikasi dan pengaturan berat badan.10–12 Aktivitas fisik
diabetes melitus, pasien dengan kesadaran diri yang adalah semua gerakan tubuh yang membakar kalori,
kurang berisiko 20 kali untuk terjadi komplikasi misalnya menyapu, naik turun tangga, menyeterika,
dibanding pasien dengan kesadaran diri yang baik.7 berkebun, dan berolahraga tertentu. Olahraga
Faktor lain yang juga berperan terhadap perubahan aerobik yang mengikuti serangkaian gerak beraturan
perilaku adalah motivasi, persepsi, keyakinan dan akan menguatkan dan mengembangkan otot dan
sikap yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor semua bagian tubuh. Termasuk didalamnya jalan,
pengalaman, fasilitas dan sosial budaya.5 Sikap berenang, bersepeda, jogging atau senam.13 Penelitian
penderita diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan penderita RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon dengan studi
tentang penyakit diabetes melitus sangatlah penting cross sectional menunjukkan bahwa kebiasaan
karena pengetahuan ini akan membawa penderita berolahraga berhubungan dengan kadar glukosa
diabetes melitus untuk menentukan sikap, berpikir darah (p=0,012).14
dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau
Setelah didapatkan faktor penyebab masalah diabetes
dapat mengurangi kondisi penyakitnya.8 Apabila
melitus yaitu kurangnya pengetahuan, kurangnya
pengetahuan penderita diabetes melitus baik, maka

554
Diagnosa Komunitas: Penentuan dan Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat Kelurahan Kuningan, Semarang Utara

sikap dan kurang kebiasaan berolahraga. Penentuan kebutuhan masyarakat kelompok terkecil (RT/
prioritas masalah kesehatan untuk dilakukan RW). Peningkatan keterampilan kader kesehatan
intervensi pemecahan masalah kesehatan dilakukan sebagai penggerak pengendalian diabetes melitus,
dengan metode Multiple Criteria Utility Assessment pelayanan puskesmas, dan penyuluh kesehatan akan
(MCUA).15Proses pemecahan masalah diawali dengan berdampak pada terciptanya kelompok masyarakat
menentukan prioritas penyebab masalah diantara yang mampu mendeteksi dan mengendalikan
ketiga faktor penyebab masalah menggunakan penyakit tidak menular dimulai dari lingkungan
metode MCUA dengan cara memberikan skor sesuai terkecil.
kriteria yang ditetapkan, didapatkan faktor penyebab
kejadian diabetes melitus yang diprioritaskan adalah
meningkatkan kebiasaan berolahraga. Tahap
5. KESIMPULAN DAN SARAN
selanjutnya dilakukan analisis penyebab masalah Penyakit yang dominan ditemukan di Kelurahan
menggunakan konsep epidemiologi yaitu sufficient Kuningan, Kota Semarang adalah diabetes melitus
cause dan necessary cause. Sufficient cause, merupakan dan menjadi masalah kesehatan prioritas. Hasil
faktor risiko yang menghasilkan penyakit atau uji bivariat menujukkan rendahnya pengetahuan,
merangsang terjadinyanya penyakit tanpa kehadiran rendahnya sikap dan kurangnya kebiasaan
necessary cause, timbulnya suatu penyakit karena berolahraga sebagai penyebab masalah (faktor
adanya pengaruh. Penyebab rendahnya kebiasaan risiko) yang signifikan pada terhadap penyakit
berolahraga adalah akibat jadwal dan lokasi yang diabetes melitus di Kelurahan Kuningan, dengan
dianggap tidak sesuai dengan keadaan masyarakat, kurangnya kebiasaan berolahraga sebagai penyebab
kondisi ini diperparah dengan ekonomi yang rendah, masalah prioritas. Alternatif intervensi yang
tingkat pengetahuan tentang pentingnya olahraga diperlukan untuk mengeleminasi penyebab prioritas
dan kesadaran berolahraga yang kurang membuat ialah meningkatkan keterlibatan kader kesehatan
masyarakat merasa tidak mendapatkan keuntungan di Kelurahan Kuningan, Kota Semarang. Perlu
secara langsung. Setelah menemukan prioritas dilaksanakan kegiatan senam dan pendidikan
penyebab masalah, yaitu kebiasaan olahraga (yang kesehatan untuk menstimulus masyarakat, sehingga
kurang), dilakukan pemecahan masalah dengan masyarakat mengetahui, mau dan mampu memulai
menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis SWOT pola hidup sehat terutama terkait pola makan dan
didapatkan alternatif pemecahan masalah kurangnya kebiasaan berolahraga. Memberdayakan kader dan
kebiasaan berolahraga ialah dengan menjadikan masyarakat untuk mengendalikan penyakit tidak
masyarakat sebagai basis utama serta memaksimalkan menular.
peran tokoh masyarakat, kader kesehatan dan
aparat desa. Masyarakat sebagai basis utama 6. DAFTAR PUSTAKA
artinya mengutamakan peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai masalah 1. Hadisaputro S, Nizar, M, Suwandono A.
kesehatan terkhusus penyakit diabetes melitus 2011. Epidemiologi Manajerial Teori dan
dan faktor risikonya. Tenaga kesehatan memiliki Aplikasi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
keterbatasan jangkauan, maka untuk mencapai Diponegoro.
tujuan menciptakan masyarakat yang sadar akan 2. Bennet FJ. 1987. Diagnosis Komunitas dan
perbaikan kesehatan, peran kader kesehatan yang Program Kesehatan (Terjemahan). Yayasan
sudah ada dan tersebar ditiap RT/RW perlu kembali Essentia Medika.
didayagunakan. Kader kesehatan kembali dilatih 3. Lameshow S, Hosmers J, Klar J, Lwanga SK.
untuk mampu menggerakkan masyarakat menjadi 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan
lebih sehat, tidak hanya ditingkatkan pengetahuan (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada
mengenai penyakit tetapi peningkatan kemampuan University Press:21–26.
sebagai instruktur senam dan koordinator kegiatan
4. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan
senam sehat di lingkungan kelurahan. Tersebarnya
Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:
kader kesehatan yang terlatih sebagai instruktur
Rineka Cipta.
senam ditiap RT/RW akan memudahkan penentuan
jadwal dan lokasi kegiatan senam karena seusai

555
PROSIDING KONGRES NASIONAL IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT KE-13 (KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat Hidup Sehat dan Bahagia dalam Mencapai Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)” Edisi Kedua

5. Wawan, A., Dewi, M. 2010. Teori dan 10. Green AJ, Fox KM, Grandy S. 2011. Impact
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku of Regular Exercise and Attempted Weightloss on
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Quality of Life Among Adults with and without
6. Sriyanti. 2009. Analisis Hubungan Kesadaran Type 2 Diabetes Mellitus. Journal of Obesity.
Diri Pasien dengan Kejadian Komplikasi Diabetes 11. Sigial RJ. 2006. Physical Activity / Exercise and
Melitus dalam Konteks Asuhan Keperawatan di Type 2 Diabetes. a Consensus Statement from the
RSUD Dr Adnan WD Payakumbuh, (Tesis). American Diabetes Association. Diabetes Care.
Jakarta: Magister Ilmu Keperawatan Program Vol 29:1433–8.
Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan 12. Tandra H. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus
Universitas Indonesia. Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: PT.
7. Effendi. 1999. Dasar-Dasar Keperawatan Gramedia Pustaka Umum.
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku 13. Anani Sri. 2011. Hubungan antara Perilaku
Kedokteran EGC. Pengendalian Diabetes kadar Glukosa Darah
8. Darmono, Suhartono T, Pemayun TGD, pasien Rawat jalan Diabetes mellitus (Studi
Padmomartono FS. 2007. Naskah Lengkap Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten
Diabetes Melitus Ditinjau Dari Berbagai Aspek Cirebon). Medicine Journal Indonesia. Vol.20
Penyakit Dalam. Semarang: Badan Penerbit No.4:466–478.
Universitas Diponegoro. 14. Sukardji Kartini. 2009. Penatalaksanaan Gizi
9. Huffman KM. Exercise Induced Changes pada Diabetes Melitus dalam  Penatalaksanaan
in Metabolic Intermediates, Hormon and Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Pusat
Inflamatory Markers Associated with Improvement Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto
in Insulin Sensitivity. Diabetes Care; 2011.Vol Mangunkusumo, FKUI.
34: 174–6. 15. Pohan I. 2011. Jaminan Mutu Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Umum.

556
View publication stats

You might also like