You are on page 1of 16

ASKEP GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

A.     Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
      Nyeri dada
      Sesak nafas
      Edema
2.      Riwayat Kesehatan
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan refleksi perubahan
dan sirkulasi oksigen.
     Nyeri  lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
     Integritas neurovaskuler  mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
     Status pernafasan  sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe dan
efek latihan pada pernafasan.
     Gangguan sirkulasi  peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
     Riwayat kesehatan sebelumnya  penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan
potensial penyakit keturunan.
     Kebiasaan pasien  diet, latihan, merokok dan minuman.
3.      Riwayat Perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah
4.      Riwayat Sosial
• Cara hidup pasien.
• Latar belakang pendidikan
• Sumber-sumber ekonomi.
• Agama.
• Kebudayaan dan etnik.
5.      Riwayat Psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
• Mengidentifikasi stress/sumber stress.
• Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

B.     11 Pola Kesehatan Fungsional (Gordon)


1.      Pola persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan : klien merasakan kondisi kesehatan dan
bagaimana cara menangani
2.      Pola nutrisi/metabolik : gambaran pola makan dan kebutuhan cairan b/d kebutuhan metabolik 
dan suplai nutrisi
3.      Pola eliminasi : gambaran pola fungsi pembuangan (BAB, BAK, melalui kulit)
4.      Pola aktifitas/olah raga : gambaran pola aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
5.      Pola tidur-istirahat : gambaran pola  tidur, istirahat, dan relaksasi
6.      Pola kognitif dan perceptual : gambaran pola konsep diri klien dan persepsi  terhadap dirinya
7.      Pola peran/hubungan : gambaran pola peran dalam berpartisipasi / berhubungan dengan
orang lain
8.      Pola seksualitas/reproduksi   : gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dengan pola seksualitas
dan gambaran pola reproduksi
9.      Pola koping/toleransi stress :  gambaran pola koping klien secara umum 
dan efektifitas  dalam toleransi terhadap stress
10.  Pola nilai/keyakinan : gambaran pola  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
(termasuk aspek spiritual),  dan tujuan yang dapat mengarahkan menentukan  pilihan/keputusan.

C.     Pengkajian Fisik


JANTUNG
           Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien
secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan
dan frekuensi pernafasan. Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
• Bentuk tubuh gemuk/kurus
• Anemis
• Sianosis
• Sesak nafas
• Keringat dingin
• Muka sembab
• Oedem kelopak mata
• Asites
• Bengkak tungkai/pergelangan kaki
• Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :
• Kecepatan/menit
• Kuat/lemah (besar/kecil)
• Teratur atau tidak
• Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
1.      Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema
pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum
Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila
impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong
atau tertarik kekiri.
2.      Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac” dinding totaks di
bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat
dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :           
     Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
     Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
     Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi penuh/sebagian, di mana
batas atasnya bergerak naik turun
     Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps
     Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
-         Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
-         Tekanan intra toraks yang meninggi
-         Tamponade jantung
-         Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.

PALPASI
          Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of
Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui
katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
          Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada inspeksi.
Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan (dengan telapak
tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat
latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.
PERKUSI
          Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi
menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus
mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

AUSKULTASI
1.      Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung,
murmur dan gesekan (rub).
2.      Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari
membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
3.      Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
4.      Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
5.      Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian
ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
6.      Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang
lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.
7.      Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang tidak
sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
•   Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.

•   Kenyaringan (keras-lemah) bising.

•   Lokasi bising (yang maksimal).

•   Penyebaran bising.


Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
•     Kecepatan aliran darah yang melalui katup.

•     Derajat kelainan/gangguan katup.

•     Tebal tipisnya dinding toraks.

•     Ada tidaknya emfisema paru.


Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
•     Tingkat I      : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.

•     Tingkat II     : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.


•     Tingkat III    : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.

•     Tingkat IV    : amat nyaring tanpa thrill.

•     Tingkat V     : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)

•     Tingkat VI    : dapat didengar tanpa stetoskop.


            Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar disebabkan
oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
o     Lokasi         : daerah tertentu/menyebar
o     Waktu          : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
o     Intensitas      :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
o     Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium dan tinggi.
o     Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.
            Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh perikarditis.
Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.
PEMBULUH DARAH
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.

Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat tersebut dengan
ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

D.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;
ancaman kematian.
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard,
kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
7.      Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan
status kesehatan yang akan datang.

E.     Intervensi Keperawatan


1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

      Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,       Nyeri adalah pengalaman subyektif yang
intensitas, durasi), catat setiap respon tampil dalam variasi respon verbal non verbal
verbal/non verbal, perubahan hemo- yang juga bersifat individual sehingga perlu
dinamik digambarkan secara rinci untuk menetukan
intervensi yang tepat.
      Berikan lingkungan yang tenang dan       Menurunkan rangsang eksternal yang dapat
tunjukkan perhatian yang tulus kepada memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
klien.       Membantu menurunkan persepsi-respon
      Bantu melakukan teknik relaksasi (napas nyeri dengan memanipulasi adaptasi
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, fisiologis tubuh terhadap nyeri.
bimbingan imajinasi)
      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
       Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid,      Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
Nitrostat, Nitro-Dur) vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
     Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui
       Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-
pindolol (Visken), propanolol (Inderal) indikasi: kontraksi miokard yang buruk)
     Morfin atau narkotik lain dapat dipakai
       Analgetik seperti morfin, meperidin untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut
(Demerol) atau nyeri berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.
     Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat
meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral,
       Penyekat saluran kalsium seperti menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen
verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). miokard. Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.

2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.        Pantau HR, irama, dan perubahan TD 1.      Menentukan respon klien terhadap
sebelum, selama dan sesudah aktivitas aktivitas.
sesuai indikasi.
2.        Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas 2.      Menurunkan kerja miokard/konsumsi
oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
3.      Manuver Valsava seperti menahan
3.        Anjurkan klien untuk menghindari napas, menunduk, batuk keras dan
peningkatan tekanan abdominal. mengedan dapat mengakibatkan
bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan takikardia
dan peningkatan tekanan darah.
4.      Keterlibatan dalam pembicaraan panjang
dapat melelahkan klien tetapi kunjungan
orang penting dalam suasana tenang
4.        Batasi pengunjung sesuai dengan bersifat terapeutik.
keadaan klinis klien. 5.      Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai
dengan kemampuan kerja jantung.
6.      Menggalang kerjasama tim kesehatan
dalam proses penyembuhan klien.
5.        Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan
klien dan jelaskan pola peningkatan
aktivitas bertahap.
6.        Kolaborasi pelaksanaan program
rehabilitasi pasca serangan IMA.
3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;
ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan Rasional

    Pantau respon verbal dan non verbal    Klien mungkin tidak menunjukkan
yang menunjukkan kecemasan klien keluhan secara langsung tetapi kecemasan
dapat dinilai dari perilaku verbal dan non
verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan
sebagainya.
   Respon klien terhadap situasi IMA
    Dorong klien untuk mengekspresikan bervariasi, dapat berupa cemas/takut
perasaan marah, cemas/takut terhadap terhadap ancaman kematian, cemas
situasi krisis yang dialaminya. terhadap ancaman kehilangan pekerjaan,
perubahan peran sosial dan sebagainya.
   Informasi yang tepat tentang situasi yang
    Orientasikan klien dan orang terdekat dihadapi klien dapat menurunkan
terhadap prosedur rutin dan aktivitas kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
yang diharapkan. sekitar dan membantu klien
mengantisipasi dan menerima situasi yang
terjadi.
   Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
    Kolaborasi pemberian agen terapeutik kecemasan.
anti cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-
mane, Lorazepam/Ativan).
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard,
kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
Intervensi Keperawatan Rasional

     Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam      Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
keadaan baring, duduk dan berdiri (bila disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan
memungkinkan) rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
banyak terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat.
     S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi
     Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang
murmur. disertai infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
     Krekels menunjukkan kongesti paru yang
mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
     Auskultasi bunyi napas.      Makan dalam volume yang besar dapat
meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan
     Berikan makanan dalam porsi kecil dan terjadinya bradikardia.
mudah dikunyah.      Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
     Kolaborasi pemberian oksigen sesuai      Jalur IV yang paten penting untuk
kebutuhan klien pemberian obat darurat bila terjadi disritmia
atau nyeri dada berulang.
     Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok      Pacu jantung mungkin merupakan tindakan
sesuai indikasi. dukungan sementara selama fase akut atau
mungkin diperlukan secara permanen pada
     Bantu pemasangan/pertahankan paten-si infark luas/kerusakan sistem konduksi.
pacu jantung bila digunakan.

5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

     Pantau perubahan kesadaran/keadaan      Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh
mental yang tiba-tiba seperti bingung, curah jantung di samping kadar elektrolit dan
letargi, gelisah, syok. variasi asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
     Pantau tanda-tanda sianosis, kulit      Penurunan curah jantung menyebabkan
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
perifer. penurunan perfusi perifer (kulit) dan
penurunan denyut nadi.
     Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,      Kegagalan pompa jantung dapat
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi menimbulkan distres pernapasan. Di
napas) samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkan komplokasi tromboemboli
paru.
     Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia,      Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
penurunan bising usus, mual-muntah, menimbulkan disfungsi gastrointestinal
distensi abdomen dan konstipasi)
     Pantau asupan caiaran dan haluaran urine,      Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
catat berat jenis. menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi
ginjal.
     Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas     Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
darah, BUN, kretinin, elektrolit) organ.
     Kolaborasi pemberian agen terapeutik
yang diperlukan:
    Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)      Heparin dosis rendah mungkin diberikan
mungkin diberikan secara profilaksis pada
klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi
atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka panjang.
    Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac),      Menurunkan/menetralkan asam lambung,
Antasida. mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi
gaster khususnya karena adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
                   -    Trombolitik (t-PA, Streptokinase)     Pada infark luas atau IM baru, trombolitik
merupakan pilihan utama (dalam 6 jam
pertama serangan IMA) untuk memecahkan
bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

     Auskultasi bunyi napas terhadap adanya      Indikasi terjadinya edema paru sekunder
krekels. akibat dekompensasi jantung.
     Pantau adanya DVJ dan edema anasarka      Dicurigai adanya GJK atau kelebihan
     Hitung keseimbangan cairan dan timbang volume cairan (overhidrasi)
berat badan setiap hari bila tidak      Penurunan curah jantung mengakibatkan
kontraindikasi. gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif yang ditunjang
gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba)
menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal
     Pertahankan asupan cairan total 2000 jantung.
ml/24 jam dalam batas toleransi      Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
kardiovaskuler. dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
     Kolaborasi pemberian diet rendah adanya dekompensasi jantung.
natrium.      Natrium mengakibatkan retensi cairan
     Kolaborasi pemberian diuretik sesuia sehingga harus dibatasi.
indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/      Diuretik mungkin diperlukan untuk
Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak- mengoreksi kelebihan volume cairan.
ton/Aldactone)
     Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
     Hipokalemia dapat terjadi pada terapi
diuretik yang juga meningkatkan
pengeluaran kalium.
7.      Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan
status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

     Kaji tingkat pengetahuan klien/orang      Proses pembelajaran sangat dipengaruhi
terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar oleh kesiapan fisik dan mental klien.
klien.
     Berikan informasi dalam berbagai variasi      Meningkatkan penyerapan materi
proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet pembelajaran.
instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
     Berikan penekanan penjelasan tentang
faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas,      Memberikan informasi terlalu luas tidak
obat dan gejala yang memerlukan lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas
perhatian cepat/darurat. dengan penekanan pada hal-hal penting yang
signifikan bagi kesehatan klien.
     Peringatkan untuk menghindari aktivitas      Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
isometrik, manuver Valsava dan aktivitas kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
yang memerlukan tangan diposisikan di oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas
atas kepala. yang dapat memicu serangan ulang.
     Meningkatkan aktivitas secara bertahap
     Jelaskan program peningkatan aktivitas meningkatkan kekuatan dan mencegah
bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, aktivitas yang berlebihan. Di samping itu
kerja ringan, kerja sedang) juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral
dan memungkinkan kembalinya pola hidup
normal.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC


Doenges at al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI

BISNIS ONLINE Terpercaya dan Menguntungkan JIKA BERMINAT SILAKAN KLIK


BANNER GAMBAR Dibawah ini dan Masukan NAMA dan EMAIL anda di subcriser
nanti untuk bisa melihat-lihat Info bisnis Ini

You might also like