You are on page 1of 25

ANTARA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

Guru Pengampu:
Helen Dina Ully Ambarita, S.Pd

Disusun oleh:
Aufa Nurul Azizah XI MIPA-2
Chintya Hutabarat XI MIPA-2
Egia C. Fadila Pinem XI MIPA-2
Juanda A. Rahmat XI MIPA-2
Marcell M. Simarmata XI MIPA-2
Mikhael Sihombing XI MIPA-2
Ribka Novechia XI MIPA-2
Sania Tasya P. Furay XI MIPA-2
Sri Wahyuni XI MIPA-2

SMA NEGERI 2 LUBUK PAKAM T.A 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia Wajib. Adapun tema dari makalah ini yaitu “Antara Kolonialisme dan
Imperialisme”.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
guru pengampu mata pelajaran Sejarah Indonesia Wajib yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami juga berterimakasih untuk rekan-rekan lain yang sedia membantu kami
dalam penyusunan makalah ini. Kami juga ingin berterimakasih kepada sumber-sumber yang
ada di internet, karena telah menyediakan berbagai materi yang dapat kami pakai untuk
menyusun makalah ini.
Makalah kami ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang disajikan, mengingat kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu, kami sangat berterimakasih jika ada kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian untuk membantu dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca dan kami juga sangat berharap informasi yang ada di dalam makalah ini dapat
membantu para pembaca di kemudian harinya.

Lubuk Pakam, Juli 2022

Tim Penulis dan Penyusun


DAFTAR ISI

ANTARA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME_______________________________1


KATA PENGANTAR________________________________________________________2
DAFTAR ISI________________________________________________________________3
DAFTAR GAMBAR_________________________________________________________4
BAB I PENDAHULUAN______________________________________________________5
1. Latar Belakang_________________________________________________________5
2. Rumusan Masalah______________________________________________________5
3. Tujuan Penulisan_______________________________________________________6
BAB II PERBURUAN “MUTIARA DARI TIMUR” DAN PEREBUTAN HEGEMONI____7
1. Motivasi, Nafsu, dan Kejayaan Eropa_______________________________________7
2. Perang Salib___________________________________________________________8
a. Perang Salib Pertama (1095-1101)________________________________________8
b. Perang Salib Kedua (1145-1150)_________________________________________9
c. Perang Salib Ketiga (1188-1192)_________________________________________9
d. Perang Salib Keempat (1202-1204)_______________________________________9
e. Perang Salib Kelima (1217)____________________________________________10
f. Perang Salib Keenam (1228-1229, 1239)__________________________________10
g. Perang Salib Ketujuh (1249-1254)_______________________________________10
h. Perang Salib Kedelapan (1270, 1291)____________________________________11
3. Petualangan, Penjelajahan, dan Perebutan Hegemoni__________________________11
a. Portugis____________________________________________________________12
b. Spanyol____________________________________________________________12
c. Inggris_____________________________________________________________14
d. Belanda____________________________________________________________16
BAB III KEKUASAAN KONGSI DAGANG VOC________________________________17
1. Lahirnya VOC________________________________________________________17
2. Keserakahan dan Kekejaman VOC________________________________________18
3. VOC Gulung Tikar_____________________________________________________19
a. Tidak sukses di bidang Militer__________________________________________19
b. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme_________________________________________19
c. Masalah Keuangan dan Kekuasaan_______________________________________20
d. Persaingan Dagang___________________________________________________20
e. Perubahan Politik di Belanda___________________________________________20
DAFTAR PUSTAKA________________________________________________________21
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alfonso de Alburquerque__________________________________________________________12


Gambar 1.2 Christopher Columbus_____________________________________________________________13
Gambar 1.3 Fernando de Magelhaens___________________________________________________________13
Gambar 1.4 Sebastian del Cano_______________________________________________________________14
Gambar 1.5 Francis Drake___________________________________________________________________14
Gambar 1.6 Thomas Cavendish_______________________________________________________________15
Gambar 1.7 Sir James Lancaster_______________________________________________________________15
Gambar 1.8 Cornelis de Houtman______________________________________________________________16
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada abad ke-16, bangsa Portugis dan Spanyol memulai Ekspansi Kolonial yang
kemudian dilanjutkan Rusia, Prancis dan Inggris di abad ke-17, mencapai puncaknya
selama seratus tahun terakhir. Hal ini sudah dilakukan bangsa Eropa sejak abad ke-16 ke
seluruh dunia, hingga akhirnya masuk ke nusantara (Indonesia).
Kolonialisme merupakan istilah yang berasal dari kata “colonia”, artinya adalah tanah
jajahan. Oleh sebab itu, kolonialisme dapat dimaknai sebagai suatu sistem dimana suatu
negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain dengan tujuan menguras sumber-
sumber kekayaan daerah koloni demi kepentingan negara kolonial.
Imperialisme merupakan istilah yang berasal dari kata "imperator" artinya
memerintah. Yang berarti Imperialisme itu adalah suatu sistem dalam dunia politik yang
bertujuan untuk menguasai negara lain dalam memperoleh kekuasaan atau keuntungan
dari negara yang dikuasainya. Imperialisme sudah ada sejak abad ke 19, pada awalnya
dicetuskan oleh Benjamin Disraeli yang merupakan Perdana Menteri Inggris saat itu.
Imperialisme dibagi menjadi 2 yaitu berdasarkan waktu dan tujuannya, yaitu:
a. Imperialisme berdasarkan waktunya
- Imperialisme kuno, muncul sebelum revolusi industri di Inggris
yang terdorong oleh 3G yaitu Gold, Gospel dan Glory.
- Imperialisme modern, muncul setelah revolusi industri. Terdorong
karena faktor ekonomi dan kebutuhan industri pada waktu itu.

b. Imperialisme berdasarkan tujuan


- Imperialisme politik, untuk menguasai seluruh kehidupan politik
suatu negara
- Imperialisme ekonomi, untuk menguasai sektor perekonomian
negara lain
- Imperialisme kebudayaan, untuk menguasai nilai-nilai kebudayaan
suatu negara
- Imperialisme militer, untuk menguasai negara lain karena dianggap
memiliki wilayah strategis yang bisa memperkuat pertahanan

2. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang Kolonialisme dan Imperialisme, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga kami membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa faktor yang mendorong bangsa Eropa berlayar ke Indonesia?
2. Apa faktor utama penyebab terjadinya Kolonialisme dan Imperialisme di
Indonesia?
3. Tokoh-tokoh yang melakukan Imperialisme?

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong bangsa Eropa berlayar ke
Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor utama yang menyebabkan terjadinya Kolonialisme
dan Imperialisme di Indonesia
3. Untuk mengetahui tokoh dunia mana saja yang melakukan Imperialisme
BAB II
PERBURUAN “MUTIARA DARI TIMUR”
DAN PEREBUTAN HEGEMONI

1. Motivasi, Nafsu, dan Kejayaan Eropa


Kolonialisme Barat adalah sebuah fenomena ekonomi-politik di mana berbagai
negara Eropa melakukan eksplorasi, penaklukkan, pendudukan, dan eksploitasi wilayah-
wilayah dunia yang luas. Zaman kolonial modern dimulai sekitar tahun 1500 Masehi
setelah penemuan Eropa tentang rute laut di sekitar pantai selatan Afrika (1488) dan
Amerika (1492). Dengan faktor-faktor tersebut, kekuatan laut bergeser dari Mediterania
ke Atlantik dan ke negara-negara berkembang seperti Portugal, Spanyol, Belanda,
Perancis dan Inggris. Dengan penemuan, penaklukan dan pendudukan, negara-negara ini
memperluas wilayah dan menjajah di seluruh dunia, menyebarkan lembaga dan budaya
negara-negara tersebut (Western colonialism | Definition, History, Examples, & Effects,
2020). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya Kolonialisme dan
Imperialisme. Berdasarkan situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, latar
belakang bangsa Eropa datang ke wilayah nusantara adalah sebagai berikut:
- Jatuhnya Konstantinopel di kawasan Laut Tengah ke kekuasaan Turki Usmani
(1453 M)
- Ekonomi dan perdagangan Eropa merosot
- Adanya berbagai penemuan di bidang teknologi khususnya pelayaran sehingga
muncul penjelajahan samudera untuk mencari sumber daya di dunia baru
- Semangat melanjutkan Perang Salib
Kedatangan bangsa Barat ke nusantara dalam rangka penemuan dunia baru melalui
jalur pelayaran yang dikenal sebagai penjelajahan samudera. Motivasi penjelajahan
samudera ini terkait keinginan untuk bertahan, memenuhi kepuasan dan kejayaan.
Jatuhnya Konstantinopel pada 1453 ke kekuasaan Turki Usmani berakibat pada akses
bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah di kawasan Laut
Tengah menjadi tertutup. Harga rempah-rempah di pasaran Eropa melambung tinggi.
Maka bangsa Eropa berusaha mencari dan menemukan daerah-daerah penghasil rempah-
rempah ke dunia baru di timur Eropa.
Makin lama, motivasi tersebut berubah menjadi nafsu untuk menguasai dunia baru
untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan kejayaan politik. Dunia baru yang
dimaksud dalam penjelajahan samudera adalah wilayah atau bagian dunia yang ada di
sebelah timur Eropa. Tepatnya daerah penghasil komoditas yang diperlukan dan
digemari bangsa Eropa, yaitu rempah-rempah seperti cengkih, lada, pala dan lain-lain.
Bangsa Eropa berupaya menemukan daerah penghasil rempah-rempah karena menjadi
komoditas perdagangan yang sangat laris di Eropa. Indonesia dikenal memiliki Sumber
Daya Alamnya yang begitu melimpah, Bangsa Eropa tau akan hal ini maka mereka pun
memulai rencana Kolonialisme dan Imperialisme terhadap Indonesia yang saat itu masih
dikenal dengan nama Hindia.
2. Perang Salib
Perang Salib adalah serangkaian pertempuran antara kekuatan Eropa melawan
kekuatan muslim pada abad pertengahan. Kampanye militer yang berlangsung hampir
dua abad ini diprakarsai, didukung, dan diarahkan oleh Gereja Katolik Roma. Tujuan
utama Perang Salib adalah untuk merebut Yerusalem dan Tanah Suci (sekarang Palestina,
Israel, sebagian Lebanon dan Yordania) dari tangan umat Islam. Selain itu, perang ini
juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti agama, politik, dan sosial-ekonomi.
Pertempuran ini disebut Perang Salib karena ekspedisi militer dari Eropa menggunakan
tanda salib pada bahu, lencana, ataupun panji-panji mereka sebagai simbol yang
menunjukkan bahwa peperangan yang dilakukan adalah perang suci. Perang Salib
berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa
Renaisans.
Palestina berada di bawah kendali umat muslim sejak kekalahan Bizantium pada 636
M. Sejak saat itu, hubungan antara negara-negara Arab dengan Kristen Eropa mengalami
pasang surut. Pada 1072, Palestina jatuh ke tangan Kekaisaran Seljuk Raya yang saat itu
sedang mengalami perkembangan pesat. Sebenarnya, umat muslim dan Kristen dapat
hidup berdampingan. Akan tetapi kondisi di daerah perbatasan kurang bersahabat bagi
para pedagang dan peziarah Katolik.
Secara umum, ada beberapa pemicu yang menyebabkan pecahnya Perang Salib antara
1095-1291, Yaitu:
- Masyarakat Kristen kehilangan kebebasan dan keamanan untuk beribadah di tanah
suci Yerusalem.
- Dinasti Seljuk menerapkan kebijakan yang membatasi umat Kristiani yang akan
beribadah di Yerusalem.
- Dinasti Seljuk menguasai wilayah-wilayah penting di Asia Kecil dan mengancam
eksistensi Konstantinopel.
- Adanya keinginan dari Bizantium Romawi Timur untuk mempertahankan
penguasaan ekonomi perdagangan di Timur Tengah.
Ada 8 Perang Salib yang tercatat dalam sejarah, berikut penjelasannya:
a. Perang Salib Pertama (1095-1101)
Pada bulan Maret 1095 di Konsili Piacenza, duta besar yang dikirim oleh kaisar
Bizantium, Alexius Komnenus (Alexius I), meminta bantuan untuk mempertahankan
kerajaannya melawan Turki Seljuk. Sedangkan di Konsili Clermont, Paus Urbanus II
meminta seluruh umat Kristen untuk bergabung dalam perang melawan Turki Seljuk.
Paus Urbanus II memberikan jaminan kepada siapa pun yang ikut serta dan mati
saat perang salib, bahwa mereka akan masuk surga walaupun mempunyai banyak
dosa pada masa lalunya. Setelah turun ke medan perang, tentara salib berhasil
mengalahkan dua pasukan besar Turki di Dorylaeum dan di Antiokhia. Mereka
akhirnya berbaris ke Yerusalem dengan sebagian kecil pasukan yang tersisa. Pada
1099, mereka berhasil merebut Yerusalem dan menciptakan negara-negara tentara
salib kecil yang menjadi bagian dari Kerajaan Yerusalem.
b. Perang Salib Kedua (1145-1150)
Setelah masa damai, di mana umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan di
Tanah Suci Yerusalem, tentara Islam yang dipimpin oleh Imad ad-Din Zengi merebut
Aleppo dan Edessa. Kekalahan-kekalahan ini menyebabkan Paus Eugenius III
menyerukan perang salib lainnya pada tanggal 1 Maret 1145. Perang salib baru ini
didukung oleh berbagai pengkhotbah, yang paling terkenal adalah Bernardus dari
Clairvaux. Tentara Prancis dan Jerman, di bawah pimpinan Raja Louis VII dan
Konrad III, berbaris ke Yerusalem pada tahun 1147 tetapi gagal mencapai
keberhasilan besar. Pada 1150, kedua pemimpin besar itu kembali ke negaranya
dengan tangan kosong.

c. Perang Salib Ketiga (1188-1192)


Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) berhasil merebut Yerusalem
setelah meraih kemenangan atas pasukan salib di Pertempuran Hattin. Paus Gregorius
VIII pun menyerukan perang salib ketiga, yang langsung disambut oleh Raja Richard
I dari Inggris (Richard the Lionheart), Kaisar Romawi Suci Frederick I dan Raja
Philip II dari Perancis. Tentara salib berhasil mengalahkan kaum Muslim di dekat
Arsuf, dan berhasil mendekat ke Yerusalem. Namun, karena persediaan makanan dan
air yang tidak memadai, perang salib ketiga berakhir dengan kegagalan pasukan
Kristen untuk merebut Yerusalem. Richard pun meninggalkan perang salib setelah
mengadakan gencatan senjata dengan Salahuddin. Perang Salib ini terkadang disebut
sebagai Perang Salib Raja. Paus Gregorius VIII mati sebelum melihat akhir dari
perang salib ini.

d. Perang Salib Keempat (1202-1204)


Perang Salib Keempat dimulai pada tahun 1202 oleh Paus Innosensius III, dengan
maksud untuk menginvasi Tanah Suci melalui Mesir. Perang ini juga menjadi
kendaraan bagi ambisi politik Doge Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas
kekuasaan Venesia di Timur Dekat dan melepaskan diri dari Bizantium. Tentara Salib
pun membuat kontrak dengannya, namun tidak memiliki dana untuk membayar
armada dan ketentuan yang telah mereka kontrak. Dandolo pun meminta mereka
untuk mengalihkan perang salib ke Bizantium, dengan kota Zara sebagai jaminan
awalnya.
Paus Innosensius III yang terkejut karena peristiwa itu, langsung
mengekskomunikasi mereka semua. Walau begitu, mereka kembali melakukan
pengepungan pada bulan April 1204. Kali ini Konstantinopel berhasil dijarah, gereja-
gereja dirampok, dan banyak penduduk yang dibunuh. Para tentara salib membagi
kekaisaran ini menjadi berbagai fief Latin dan koloni Venesia. Perang Salib Keempat
berakhir setelah Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.
e. Perang Salib Kelima (1217)
Melalui prosesi, doa, dan khotbah, Gereja berusaha untuk kembali
mengadakan perang salib. Pada tahun 1215, Dewan Keempat Lateran merumuskan
sebuah rencana untuk pemulihan Tanah Suci. Pada fase pertama, pasukan perang salib
dari Hongaria, Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pangeran
Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem di tahun 1217.
Pada fase kedua, pasukan perang salib mencapai prestasi luar biasa setelah
berhasil mengepung Damietta di Mesir pada tahun 1219. Namun di bawah desakan
seorang legatus kepausan, Pelagius, mereka melanjutkan serangan bodoh ke Kairo,
dan blokade pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil memaksa mereka untuk menyerah
dan mengadakan gencatan senjata.

f. Perang Salib Keenam (1228-1229, 1239)


Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich
II diekskomunikasi oleh Paus Gregorius IX pada tahun 1228. Namun ia berlayar dari
Brindisi, mendarat di Palestina, dan melalui diplomasi ia mencapai kesuksesan yang
tak terduga. Al-Kamil memberikan Yerusalem, Nazareth, dan Betlehem kepada
tentara salib dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Sebagai imbalannya, Friedrich berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua
musuh, sekalipun mereka umat Kristen. Setelah masa tenang ini, Perang Salib Para
Baron pun terjadi. Perang ini adalahi suatu upaya oleh Raja Thibaut I dari Navarre
pada tahun 1239 dan 1240, yang berawal dari panggilan Paus Gregorius IX untuk
kembali menghimpun tentara salib pada bulan Juli 1239 setelah gencatan senjata
berakhir. Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan bangsawan
Prancis lainnya juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Mereka tiba di Akko pada bulan
September 1239.
Setelah kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua
perjanjian, satu perjanjian dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian
lainnya dengan kaum Ayyubiyyah dari Mesir. Perjanjian ini membuat sebagian
bangsawan tidak senang, dan Thibaut kembali ke Eropa setelahnya.

g. Perang Salib Ketujuh (1249-1254)


Kepentingan kepausan yang diwakili oleh templar (ksatria salib) membawa
konflik dengan Mesir pada 1243. Pada tahun berikutnya, pasukan Khwarezm yang
dipanggil oleh anak Al-Kamil, Al-Adil, menyerbu Yerusalem. Tentara salib, dengan
gabungan kaum Franka dan tentara bayaran Badui tetap kalah telak oleh pasukan
Baibars dari suku Khwarezmian dalam kurun waktu empat puluh delapan jam.
Pertempuran ini dianggap oleh banyak sejarawan sebagai lonceng kematian bagi
negara-negara Kristen. Sebagai bagian dari Perang Salib ini, Louis IX dari Prancis
tetap mengorganisasi perang salib melawan Mesir hingga 1254.

h. Perang Salib Kedelapan (1270, 1291)


Perang Salib kedelapan diorganisasi oleh Louis IX pada tahun 1270, yang berlayar
dari Aigues-Mortes untuk membantu sisa-sisa negara-negara tentara salib di Suriah.
Namun, perang salib tersebut malah dialihkan ke Tunis, tempat Louis menghabiskan
dua bulan terakhirnya sebelum mati. Atas usahanya, Louis kemudian menjadi seorang
Santo (kota St. Louis, Missouri, AS dinamai untuknya). Perang Salib ini terkadang
dipecah menjadi perang salib kedelapan dan kesembilan.
Hasil dari perang salib ini adalah hilangnya kekuasaan Kristen di Suriah,
meskipun umat Kristen diizinkan untuk hidup damai di wilayah tersebut. Perang Salib
memiliki pengaruh besar pada Abad Pertengahan Eropa, terutama persentuhan antara
umat Islam dan Kristen di berbagai bidang pengetahuan seperti sains, kedokteran, dan
arsitektur.

3. Petualangan, Penjelajahan, dan Perebutan Hegemoni


Jauh sebelum bangsa-bangsa barat memelopori era penjajahan Samudra yang diikuti
era kolonialisme-imperialisme, aktivitas perdagangan antarbangsa di dunia sudah
berjalan. Aktivitas perdagangan ini menghubungkan bangsa-bangsa di Asia Timur dan
Tenggara, wilayah Mediterania, serta Eropa dengan melewati apa yang disebut Jalan
Sutra (The Silk Road). Jalan ini dikenal sebagai rute perdagangan dengan kurun waktu
paling lama dan dengan jarak paling panjang dalam sejarah, yaitu digunakan selama
±1500 tahun dengan panjang 6.400 km.
Komoditas yang diperdagangkan antara lain sutra, emas, batu giok (jade), the,
rempah-rempah. Hanya barang-barang mewah semacam itu yang diperdagangkan oleh
karena jarak yang jauh, biaya tinggi dan seringkali tidak aman. Dari abad ke-5 sampai
abad ke-15, orang-orang Venesia dan Genoa dari Italia mengendalikan bagian terbesar
dari perdagangan di Mediterania, yang terhubung ke pusat-pusat perdagangan utama,
seperti Konstantinopel, Antiokia, dan Alexandria.
Ketika bangsa-bangsa Barat berhasil mengembangkan teknologi maritim sejak abad
ke-15, yang dipelopori oleh Portugis, dominasi Arab atas rute-rute perdagangan di Asia
dan Afrika perlahan-lahan berkurang. Kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) bertahan
menjadi perdagangan yang ramai hingga pertengahan abad ke-15. Seiring dengan
perkembangan pesat Konstantinopel, pamor kota-kota lain seperti Antiokia dan
Alexandria perlahan-lahan meredup.
Pada 29 Mei 1453, setelah 53 hari dikepung oleh pasukan Turki Usmani yang
dipimpin oleh Mehmet II atau Muhammad Al-Fatih, Konstantinopel resmi jatuh ke
tangan Turki Usmani. Konstantin XI selaku raja pun terbunuh saat ibu kota kekaisaran
Bizantium atau Romawi Timur jatuh ke tangan muslim. Konstantinopel yang terletak di
tepi pantai Laut Marmora di dekat Selat Bosporus merupakan kota transit rempah-rempah
pertama di sekitar Laut Tengah yang menghubungkan barang-barang antara Eropa dan
Asia. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki kemudian membuat kondisi perdagangan
bangsa Eropa mengalami kemerosotan. Sebab, Bangsa Turki Usmani banyak membuat
peraturan yang menyulitkan lalu lintas pelayaran bangsa Eropa, terutama dalam
memperoleh rempah-rempah. Itulah mengapa, jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki
Ottoman menjadi salah satu faktor yang mendorong kedatangan bangsa Barat ke
Indonesia.
a. Portugis
Portugis masuk ke Nusantara di bawah pimpinan pelaut terkenalnya,
Afonso de Albuquerque (1453-1515). Afonso-lah arsitek utama ekspansi
Portugis ke Asia serta orang Eropa pertama yang memula kolonisasi Eropa
selama berabad-abad atas Nusantara. Dalam periode antara tahun 1511-1526,
Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Portugis, dengan Sumatra,
Jawa, Banda, dan Maluku sebagai rute maritim dan perdagangan rempah-
rempah.

Gambar 1.1 Alfonso de Alburquerque

Monopoli Portugis atas perdagangan rempah-rempah di Nusantara


berakhir sejak dikalahkan Sultan Baabullah dari Ternate pada 1575 serta
kemudian disingkirkan Belanda dari Ambon pada 1599. Portugis kemudian
menduduki Timor, Solor, dan Flores. Belanda ternyata memiliki keinginan
untuk menduduki wilayah-wilayah tersebut, yang melahirkan sengketa baru
antara negara. Sengketa itu baru berakhir pada 1859 melalui Kesepakatan
Lisabon, yang isinya: Portugis menyerahkan Hindia Timur (sebutan untuk
Nusantara), kepada Belanda kecuali Timor-Timur (sekarang Timor Leste).

b. Spanyol
Spanyol tak sempat menguasai kerajaan-kerajaan Nusantara. Di Indonesia,
Spanyol hanya sempat bersaing dengan Portugis di Maluku. Bahkan, Spanyol
sebenarnya telah berlayar lebih dulu dibanding Portugis. Namun pelayar
Spanyol yang termahsyur, Christopher Columbus, tidak berhasil menemukan
'Kepulauan rempah-rempah'. Columbus hanya sampai ke benua Amerika.
Meski sebuah keberhasilan besar, Spanyol belum berhasil menemukan
kepulauan rempah-rempah yang dimaksud.
Gambar 1.2 Christopher Columbus

Maka Spanyol kembali menggelar ekspedisi di bawah pimpinan Fernando


de Magelhaens atau Ferdinand Magellan dengan kapten kapal Sebastian del
Cano. Pada 7 April 1521, Magellan dan awaknya tiba di Pulau Cebu, Filipina.
Namun karena adanya Konflik disana, Magellan pun terbunuh sehingga
ekspedisi dilanjutkan del Cano. Di bawah kepemimpinan del Cano,
rombongan Spanyol akhirnya tiba di Tidore. Kerajaan Tidore menyambut baik
kedatangan Spanyol. Mereka menjadikan Spanyol sebagai sekutu. Saat itu,
Tidore tengah bermusuhan dengan Portugis yang bersekutu dengan Ternate.

Gambar 1.3 Fernando de Magelhaens

Kedatangan Spanyol menjadi ancaman bagi Portugis. Sebab saat itu


Portugis memonopoli perdagangan di Maluku. Portugis dan Spanyol pun
bersaing dengan memanfaatkan permusuhan kerajaan lokal. Pada 22 April
1529, keduanya bersepakat lewat Perjanjian Saragosa. Perjanjian Saragosa
berisi: Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kegiatannya di
Filipina Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku. Spanyol
dibantu Tidore, sempat berperang melawan Portugis yang dibantu Ternate.

Gambar 1.4 Sebastian del Cano

Namun Spanyol akhirnya angkat kaki dan Portugis kembali me-monopoli


perdagangan di Maluku.

c. Inggris
Revolusi Industri yang terjadi di Inggris mendorong perbaikan
kesejahteraan baik warga Inggris, terutama para pemilik modal. Bahkan sejak
Perdana Menteri William Pitt (1708-1778) terjadi perkembangan Imperialisme
yang didorong oleh beberapa hal, yaitu:
- Mencari daerah pemasaran di luar Eropa
- Mencari penghasil bahan mentah
- Mencari tempat untuk menanam modal
Inggris kemudian berusaha mencari dan menguasai daerah-daerah di
negara lain sebagai negara jajahan dan menjadi pelopor imperialisme modern.
Keberhasilan Spanyol menjelajah bagian timur Eropa mengilhami Inggris
untuk mengikuti jejaknya. Ekspedisi penjelajahan samudra yang pertama pun
diberangkatkan pada 1577 M, yang dipimpin oleh Francis Drake dan Thomas
Cavendish.
Gambar 1.5 Francis Drake

Dengan mengikuti rute penjelajahan Spanyol, rombongan ini berhasil


mendarat di Ternate pada 1579 M. Tidak hanya itu, armada Francis Drake dan
Thomas Cavendish memborong rempah-rempah untuk dibawa kembali ke
Inggris. Menyusul keberhasilan pertamanya, Inggris kembali melakukan
penjelajahan samudra, tetapi dengan mengikuti rute bangsa Portugis. Pada
ekspedisi kali ini, Inggris berhasil menguasai India dan mendirikan kongsi
dagang EIC (East India Company) pada 1600 M.

Gambar 1.6 Thomas Cavendish

Pada 1602 M, Inggris mengirim utusan ke Banten di bawah pimpinan Sir


James Lancaster guna membentuk hubungan bilateral. Sultan Banten pun
menyambut dengan baik dan memberi izin kepada Inggris untuk mendirikan
kantor dagang di wilayahnya. Memasuki 1604 M, Inggris telah berhasil
membentuk kantor dagang di Ambon, Makassar, Jepara, dan Jayakarta. Akan
tetapi, Inggris tidak dapat menanamkan monopoli perdagangan di Indonesia
seperti halnya Belanda. Bahkan Inggris tersingkir secara perlahan akibat
kekuatan militer dan kemampuan Belanda memengaruhi penguasa setempat.
Gambar 1.7 Sir James Lancaster

Kendati demikian, Inggris tidak menyerah begitu saja dan kesabarannya


pun terbayar. Pasalnya, memasuki abad ke-18, para pedagang Inggris banyak
melakukan perdagangan di Indonesia, seperti di Ambon, Banda, Kalimantan,
Makassar, dan Jayakarta. Bahkan dalam perkembangannya, EIC menjadi
pesaing utama VOC dan Inggris terus berusaha merebut Nusantara dari
Belanda.

d. Belanda
Selepas perang kemerdekaan antara penganut agama Protestan Belanda
melawan penganut agama Katolik Spanyol selama 80 tahun (1568-1648) yang
membebaskan Belanda dari jajahan Spanyol, telah mendorong Belanda untuk
mencari daerah jajahan ke nusantara. Tujuan Belanda datang ke Indonesia,
sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu mencari kekayaan, monopoli
perdagangan, dan mencari daerah jajahan.

Gambar 1.8 Cornelis de Houtman

Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah


pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten.
Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka
bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob
van Heck pada tahun 1598.
BAB III
KEKUASAAN KONGSI DAGANG VOC

1. Lahirnya VOC
Di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Spanyol. Namun, Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an,
mendorong Belanda mempunyai jalur perdagangan sendiri. Sebelumnya, Belanda
hanyalah perantara atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Nusantara.
Maka pada 1598, Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-
rempah'. Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai
di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat. Meski belum menemukan pusat
rempah-rempah di timur Nusantara, de Houtman telah mewariskan jalur pelayaran bagi
penjelajah Belanda berikutnya. Maka pada tahun berikutnya, Belanda kembali menggelar
ekspedisi besar-besaran ke Nusantara.
"Kini mulailah zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaran-pelayaran liar atau tidak
teratur (wilde vaart), yaitu ketika perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling
bersaing berjuang keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia," tulis
Ricklefs. Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda
berlayar ke Nusantara. Armada pimpinan Jacob van Neck-lah yang pertama tiba di
'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku pada Maret 1599. Kapalnya kembali ke Belanda
pada 1599-1600 dengan mengangkut banyak rempah-rempah. Keuntungan yang
diperoleh mencapai 400 persen. Banyaknya keuntungan itu memikat Belanda. Namun
persaingan yang dilakukan para pengusaha Belanda ini tidak sehat. Harga naik dan terlalu
banyak pengiriman ke Eropa. Keuntungan yang dihasilkan pun terlalu kecil.
Pada 1598, parlemen Belanda (Staten Generaal) mengusulkan perusahaan yang saling
bersaing itu digabung menjadi sebuah kongsi dagang. Maka pada Maret 1602,
terbentuklah Perserikatan Maskapai Hindia Timur, Vereenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC). Enam wilayah di Belanda punya perwakilan/majelis di VOC. Setiap majelis
punya sejumlah direktur. Jumlah direktur ada 17 dan disebut sebagai De Heeren XVII
(Tuan-tuan tujuh belas). Amsterdam sebagai ibu kota punya peranan yang sangat besar.
Markas VOC juga terletak di Amsterdam. Oleh karena itu Amsterdam dapat jatah delapan
dari 17 direktur.
Mulai tahun 1610, kegiatan Belanda di Asia dikendalikan oleh gubernur jenderal. Di
Nusantara, selama tiga masa kepemimpinan gubernur jenderal pertama (1610-1619),
VOC bermarkas di Ambon. Meski menjadi pusat rempah-rempah, Ambon tak masuk
dalam jalur perdagangan Asia yang strategis. Maka untuk mendekatkan markas VOC
dengan wilayah dagang lainnya mulai dari Afrika sampai Jepang, VOC memindahkan pos
pedagangannya ke Banten pada tahun 1610. Di timur Banten, Pangeran Wijayakrama
menyambut perdagangan VOC dan para pedagang dari belahan dunia lain. Maka pada
1611, Gubernur Jenderal Pieter Both mengadakan perjanjian dengan Pangeran
Wijayakrama untuk memanfaatkan Jayakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapanya. VOC
membeli sebidang tanah seluas 50 x 50 vandem (satu vandem sama dengan 182
sentimeter) yang berlokasi di sebelah timur Muara Ciliwung. Tanah ini menjadi cikal
bakal Batavia yang menjadi pusat kekuasaan VOC di Nusantara.

2. Keserakahan dan Kekejaman VOC


Dalam menjalankan tugas, berikut ini kewenangan dan hak istimewa yang dimiliki
VOC:
- Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung
Harapan di Afrika Selatan sampai dengan Selat Magelhaens (ujung
selatan Benua Amerika), termasuk kepulauan nusantara
- Membentuk angkatan perang sendiri
- Melakukan peperangan
- Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat
- Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri
- Mengangkat pegawai sendiri Memerintah di negeri jajahan
Dengan adanya hak oktroi, VOC tidak hanya berperan sebagai perusahaan dagang,
tetapi kewenangannya sangat luas. VOC memiliki peran dalam bidang militer dan politik,
bahkan berhasil mengembangkan kekuatan angkatan lautnya. Hal ini dibuktikan ketika
Angkatan Laut VOC mampu menggeser kekuasaan Portugis di Banten dan Ambon pada
1605. VOC juga berhasil merebut benteng pertahanan Portugis di Maluku dan mengganti
namanya menjadi Benteng Victoria. Berkat hak oktroi, dapat dikatakan VOC mengalami
kemajuan pesat dalam waktu sangat singkat. Bahkan VOC bagaikan negara dalam negara,
yang terus berusaha mencaplok daerah-daerah di nusantara sebagai wilayah kekuasaan
dan monopolinya. Meskipun dibentuk sebagai kongsi dagang, VOC juga berani
memandang bangsa-bangsa Eropa sebagai musuhnya.
Kepemimpinan VOC sering berganti, hingga pemerintahan Jan Pieterszoon Coen
yang terkenal sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. VOC kembali ke Jayakarta
dan merebutnya. Dirinya membumihanguskan Jayakarta dan mengganti namanya menjadi
Batavia dan membangunnya dengan ciri khas Belanda. JP Coen juga dikenal sebagai
peletak dasar penjajahan VOC di Indonesia. Batavia memiliki posisi yang strategis.
Batavia dijadikan markas besar VOC, di mana semua kebijakan dan tindakan VOC di
kawasan Asia dikendalikan dari markas besar VOC di Batavia. Batavia juga terletak di
persimpangan atau menjadi penghubung jalur perdagangan internasional. Sehingga
Batavia menjadi pusat perdagangan dan jalur yang menghubungkan perdagangan di
Nusantara bagian barat dengan Nusantara bagian timur. VOC semakin bernafsu dan
menunjukkan keserakahannya untuk menguasai wilayah Nusantara yang kaya rempah-
rempah.
Berikut beberapa keserakahan VOC, di antaranya:
- Membangun pusat perdagangan diberbagai daerah
- Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk
melaksanakan monopoli perdagangan
- Melaksanakan politik devide et impera (memecah dan menguasai)
dalam rangka untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
- Melaksanakan sepenuhnya Hak Octroi yang ditawarkan pemerintah
Belanda.
- Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi tochten)
- Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman
rempah-rempah yang melebihi ketentuan.
- Adanya verplichte leverantien (penyerahan wajib) dan prianger
stelsel (sistem periangan).
- Melakukan pembunuhan terhadap rakyat pribumi, orang-orang
Tionghoa, maupun orang asing.
- Melakukan kondolisasi kedudukan
- Tidak ikut aktif secara langsung dalam kegiatan produksi hasil
pertanian. Cara produksi dibiarkan berada di tangan pribumi,
namun hasilnya untuk VOC.
- VOC selalu mengincar dan berusaha keras menduduki tempat-
tempat yang memiliki posisi strategis. Caranya dengan kekerasan
dan peperangan, serta melakukan politik adu domba.
- VOC melakukan campur tangan (intervensi) terhadap kerajaan-
kerajaan di Nusantara, terutama kerajaan yang mengumpulkan
hasil bumi terbanyak.
- Lembaga-lembaga pemerintahan tradisional massih dipertahankan
dengan harapan bisa diperalat, jika tidak mau akan diperangi.

3. VOC Gulung Tikar


Seratus tahun pertama berdirinya VOC diisi dengan kesuksesan dari meraup untung di
nusantara dan Asia. Manajemen VOC di bawah De Heren XVII berhasil mencetak laba
yang berharga. Kelak, di seratus tahun kedua pendiriannya, VOC mengalami kemunduran
perlahan hingga bangkrut pada 1799. Ada beberapa penyebab yang menyebabkan
kemunduran VOC sehingga pada akhirnya jatuh bangkrut, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak sukses di bidang Militer
Pasal 34 dan 35 hak oktroi menyatakan bahwa siapa pun kecuali VOC
dilarang melayari lautan antara Tanjung Harapan sampai Selat Magellan.
Tetapi kenyataannya, kapal-kapal Inggris, Portugis, dan Spanyol masih leluasa
berlayar di perairan tanpa kontak senjata berarti. Kesuksesan militer VOC
menghadapi bangsa Eropa pesaing di antaranya hanya terjadi saat mengusir
orang Portugis dari Maluku pada 1605. Tetapi keberhasilan ini sebagian besar
dipengaruhi kekuatan pribumi di sana.
b. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Praktik korupsi jamak dilakukan pejabat rendah bergaji sekitar 16-24
gulden hingga pejabat puncak seperti gubernur jenderal yang bergaji sekitar
700 gulden. Sebagian besar gubernur jenderal menjadi orang kaya setelah
berhenti dari VOC. Contoh, Gubernur Jenderal Van Hoorn melakukan praktik
nepotisme dengan menggantikan mertuanya, mantan Gubernur Jenderal
Willem van Outhoorn pada 1794. Ia kembali ke Belanda sebagai jutawan
dengan membawa lebih dari 10 juta gulden, kendati bergaji resmi sebagai
gubernur jenderal 700 gulden per bulan.
Gubernur Kepulauan Ambon Alexander Cornabe juga melakukan praktik
korupsi saat menjabat pada 1780-1793. Ia dinyatakan bersalah di Batavia atas
ketekoran di pemeriksaan kas daerah. Saat menyerahkan kekuasaan kepada
Inggris pada 1796, Cornabe juga mengambil uang pemerintahan sebesar
25.000 gulden. Praktik korupsi di VOC juga mencakup penyelundupan barang
ekspor, mark up nota pembelian, sogokan penerimaan pegawai, dan
pembuatan laporan keuangan palsu. Praktik ini memicu istilah keruntuhan
VOC sebagai Veergan Onder Coruptie (VOC), yang artinya "rontok karena
korupsi".
c. Masalah Keuangan dan Kekuasaan
VOC harus mengalami banyak pengeluaran untuk biaya peperangan yang
berlangsung lama, seperti perang melawan Sultan Hasanuddin dan pasukan
Gowa. Perang dapat berlangsung bertahun-tahun karena terus mendapat
perlawanan dari pribumi dan ulama. Peperangan tersebut, di samping soal
komoditas rempah-rempah, juga terkait dengan kekuasaan wilayah dan orang
pribumi yang dapat dipekerjakan dan dijadikan pasukan tambahan.
Daerah kekuasaan VOC yang luas juga berbuntut pada besarnya biaya gaji
yang harus dibayar pada banyak karyawan di berbagai daerah jajahan.
Sementara itu, pembayaran dividen bagi pemegang saham turut memberatkan
setelah pemasukan VOC berkurang dari perdagangan sejak sekitar tahun
1780-an.
d. Persaingan Dagang
VOC juga kesulitan mempertahankan hegemoni dengan bertambahnya
saingan dagang di Asia. Dua bangsa pesaing terbesar VOC saat itu adalah
Inggris dengan East Indian Company dan Prancis.
e. Perubahan Politik di Belanda
Sistem monopoli yang dijalankan VOC sudah tidak sesuai dengan keadaan
Hindia Belanda pada masa itu. Perubahan politik di Belanda dengan
berdirinya Republik Bataaf (1795) yang demokratis dan liberal menganjurkan
perdagangan bebas. Kerugian VOC dari usaha dagang juga diperparah dengan
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme di kalangan pejabatnya.
Contoh, residen-residen Belanda memaksa rakyat untuk menyerahkan
hasil produksi dengan harga rendah dan dijual pada VOC dengan harga tinggi.
Kerugian yang dialami menyebabkan VOC tidak dapat lagi menyetor ke kas
negeri Belanda. Pemerintah kerajaan di bawah King William V kelak menilai
VOC tidak perlu dipertahankan lagi. Berdasarkan Grondwet (UUD Republik
Bataaf) pasal 249, tanggal 17 Maret 1799, dibentuk Dewan Penyantun Hak
Milik Belanda di Asia untuk mengambil alih semua tanggung jawab dan utang
VOC. Pengambilalihan VOC oleh kerajaan Belanda diumumkan secara resmi
di Batavia, 8 Agustus 1799.
Pada 31 Desember 1799, VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan, serta
hak miliknya berada di bawah penguasaan kerajaan Belanda di Nederland.
VOC bangkrut dengan utang 136,7 juta Gulden dan kekayaan berupa kantor
dagang, gudang, benteng, kapal, serta daerah kekuasaan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/26/170000379/sejarah-singkat-perang-salib?
page=2 (diakses 03/08/2022)
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5841239/5-penyebab-keruntuhan-voc-apa-betul-
utamanya-karena-korupsi#:~:text=Pada%2031%20Desember%201799%2C%20VOC,serta
%20daerah%20kekuasaan%20di%20Indonesia. (diakses 03/08/2022)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/16/080000379/hak-hak-istimewa-voc (diakses
03/08/2022)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/02/190000069/keserakahan-dan-kekejaman-
voc?page=all (diakses 03/08/2022)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/143000369/sejarah-singkat-lahirnya-voc?
page=all (diakses 03/08/2022)
https://www.idntimes.com/science/discovery/shandy-pradana/sejarah-perang-salib-exp-c1c2?
page=all (diakses 03/08/2022)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/26/170000379/sejarah-singkat-perang-salib?
page=2 (diakses 03/08/2022)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/13/190000969/kolonialisme-dan-imperialisme-
pengertian-dan-latar-belakang?page=all#:~:text=Jatuhnya%20Konstantinopel%20di
%20kawasan%20Laut,Semangat%20melanjutkan%20Perang%20Salib (diakses 24/07/2022)
https://www.britannica.com/topic/Western-colonialism (diakses 24/07/2022)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/08/162059279/penjelajahan-samudra-oleh-
portugis-latar-belakang-dan-kronologi (diakses 24/07/2022)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/04/143537979/jatuhnya-konstantinopel-ke-
tangan-turki?page=all (diakses 27/07/2022)
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/153000269/kedatangan-bangsa-spanyol-di-
indonesia?page=all (diakses 27/07/2022)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/26/100000279/proses-kedatangan-inggris-ke-
indonesia?page=all (diakses 27/07/2022)
https://bataviadigital.perpusnas.go.id/tentang/ (diakses 27/07/2022)
https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/26/170000379/sejarah-singkat-perang-salib
(diakses 31/07/2022)
Buku Seri IPS SEJARAH 1 Untuk SMP Kelas VII
World History | Sejarah Dunia Lengkap
Buku Sejarah Indonesia untuk SMK/MAK Kelas XI penerbit Erlangga

You might also like