You are on page 1of 6

PENGGOLONGAN SOSIAL

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah


Sosiologi Pendidikan

OLEH KELOMPOK I
1. Anak Agung Ayu Made Liniasari NIM 1711031075
2. Kadek Mahayanti NIM 1711031090
3. I Kadek Jodi Yuswantara NIM 1711031050
4. Agil Muliadi Ahmad NIM 1711031300
Kelas E/VI

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


I Kadek Yudiana, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
1. Penggolongan Sosial
Ahli sosiologi berpendapat bahwa dalam semua masyarakat memiliki
ketidaksamaan diberbagai bidang. Misalnya dalam bidang ekonomi, sebagian
anggota masyarakat memiliki kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidup
yang terjamin, sedangkan sebagaian lainnya dalam keadaan miskin dan tidak
sejahtera. Pada bidang politik sebagian orang memiliki kekuasaan dan sebagian
lainnya dikuasai. Pada bidang politik sebagian orang ada yang mengenyam
pendidikan sampai ketingkat yang paling tinggi dan sebagian lainnya ada yang
sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan. Inilah realitas sosial dalam
masyarakat, yang dapat ditangkap oleh pemerintah dan daya pikir manusia.
Perbedaan anggota masyarakat ini, seperti telah dikatakan terdahulu, dinamakan
stratifikasi sosial (sosial stratification). Pendidikan dalam hal ini memiliki
peranan strategis dalam membentuk stratifikasi sosial.
Dalam setiap masyarakat, orang menggolongkan masing-masing dalam
berbagai katagori, dari lapisan yang paling atas sampai pada lapisan yang paling
bawah. Dengan demikian terjadilah stratifikasi sosial. Ada masyarakat yang
mempunyai stratifikasi sangat ketat, seseorang lahir dalam golongan tertentu dan
ia tidak mungkin meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya
dalam suatu katagori merupakan faktor utama yang menentukan tinggi pendidikan
yang dapat ditempuhnya, jabatan yang dapat didudukinya, orang yang dapat
dinikahinya, dan sebagainya. Golongan yang ketat ini biasa disebut kasta.
Namun biasanya penggolongan sosial tidak seketat seperti apa yang
disebutkan diatas, akan tetapi fleksibel dengan batas-batas yang agak kabur dan
senantiasa dapat mengalami perubahan. Dalam masyarakat yang demikian anak
seorang jenderal dan bekerja sebagai penyanyi di Night Club dan menikah dengan
putri keturunan bangsawan zaman dulu.
Sifat sistem pelapisan di masyarakat, menurut Sarjono Soekanto, dapat
bersifat tertutup (closed sosial certification) dan terbuka (open sosial
Stratification), hal ini dapat dijelaskan bahwa: Pertama, sistem tertutup, dimana
membatasi kemungkinan berpindah seorang dari suatu lapisan ke lapisan lain,
baik berupa gerak keatas maupun gerak kebawah. Di dalam sistem yang demikian,
satu-satunya jalan menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah

2
kelahiran. Contoh masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial tertutup ini adalah
masyarakat berkasta, sebagian masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar
stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial. Kedua, sistem terbuka yang
mana masyarakat didalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha dengan
kecakapan sendiri untuk naik lapisan. Atau bagi mereka yang tidak beruntung,
untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan bawah, kemungkinan terjadinya mobilitas
sosial sangat besar.
Jadi, suatu masyarakat dinamakan tertutup mana kala setiap anggota
masyarakat tetap pada status yang sama dengan orang tuanya. Sedangkan
dinamakan terbuka, karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda
dengan orang tuanya, dimana bisa lebih tinggi atau lebih rendah.

2. Cara-Cara Menentukan Golongan Sosial


Konsep tentang penggolongan sosial bergantung pada cara seorang
menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena adanya
perbedaan status dikalangan anggota masyarakat. Untuk menentukan stratifikasi
sosial dapat diikuti tiga metode, yaitu :
1) Metode Obyetif, yaitu stratifikasi yang ditentukan berdasarkan kriteria
obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis
pekerjaan. Menurut suatu penelitian di amerika Serikat pada tahun 1954,
bahwa dokter menempati kedudukan yang sangat tinggi sama dengan
gubernur negara bagian. Juga professor tinggi kedudukannya sama dengan
ilmuwan, anggota kongres, Dewan Perwakilan Rakyat. Guru sekolah
menduduki tempat yang lebih rendah dari kapten tentara, pemain orkes atau
kontraktor, akan tetapi lebih tinggi dari penyiar radio, masinis, polisi. Yang
paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu.
2) Metode Subyektif, yaitu dimana dengan menggunakan metode ini
kelompok/ golongan sosial dirumuskan berdasarkan pandangan menurut
anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan dalam
masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan: “menurut pendapat
saudara termasuk golongan manakah saudara dinegara ini, golongan atas,
golongan menengah, atau golongan rendah?

3
3) Metode Reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lloyd Warner es.
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota
masyarakat menempatkan masing-masing stratifikasi masyarakat itu.
Kesulitan penggolongan objektif dan subyektif ialah bahwa penggolongan
itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang dalam lingkungan sehari-hari
yang nyata tentang golongan sosial masing-masing. Oleh sebab itu W.L
Warmer mengikuti suatu cara yang realistis yakni memberikan kesempatan
kepada orang dalam masyarakat itu sendiri menentukan golongan-golongan
mana yang terdapat pada masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota
masing-masing golongan itu. Semisal kriteria penggolongan di desa berbeda
dengan kriteria penggolongn di kota. Dalam menganalisa masyarakat
Warner menemukan 6 golongan yakni:
a. Upper-Upper
b. Ower-Uprer
c. Upper-Middle
d. Lower-Middle
e. Upper-Lower
f. Lower-Lower
Adapun Keberatan yang diajukan terhadap metode W.L Warner:
1. Metode ini hanya dapat digunakan bila masyarakat itu kecil schingga
masing-masing saling mengenal
2. Metode ini tidak menggambarkan struktur stratifikasi sosial yang
sebenarnya dalam masyarakat kecil akan tetapi menurut pandangan
golongan menengah dan golongan atas yang digunakan menjadi
informan utama
3. Metode ini dinilai tidak cermat dan tidak akan memherikan hasil yang
sama bila diterapkan oleh peneliti lain. Jadi maksudnya lain peneliti
bisa saja menghasilkan hadil perelitian yang berbeda.

3. Golongan Sosial Sebagai Lingkungan Sosial


Golongan sosial sangat menentukan lingkungan sosial seseorang.
Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak sesorang sangat dipengaruhi

4
oleh lingkungan sosialnya. Sistem golongan sosial menimbulkan batas-batas dan
rintangan ekonomi, cultural dan sosial yang mencegah pergaulan dengan
golongan-golongan lain. Manusia mempelajari kebudayaannya dari orang lain
dalam golongan itu yang telah memiliki kebudayaan itu. Maka orang dalam
golongan sosial tertentu akan menjadi orang yang sesuai dengan kebudayaan
dalam golongan itu dan dengan sendiri mengalami kesulitan untuk memasuki
lingkungan sosial lain. Golongan sosial membatasi dan menentukan lingkungan
belajar anak.
Bila kita menghadapi orang yang belum kita kenal kita berusaha
mengetahui golongan sosialnya agar dapat menentukan hingga berapa jauh kita
dapat bersikap akrab kepadanya. Orang yang termasuk golongan sosial yang sama
cenderung untuk bertempat tinggal di daerah tertentu. Orang golongan atas akan
tinggal ditempat yang elite karena anggota golongan rendah tidak mampu untuk
tinggal disana. Orang akan mencari pergaulan di kalangan yang dianggap sama
golongan sosialnya. Namun demikian ada kemungkinan terjadi perpindahan
golongan sosial.

4. Golongan Sosial Dan Jenis Pendidikannya


Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang
pendidikan anak tetapi juga berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih.
Tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya di perguruan tinggi.
Menurut S. Nasution (1994), orangtua yang mengetahui batas kemampuan
keuangannya cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya
anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Oleh karena itu dapat
diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak memiliki murid dari golongan
rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Walaupun sekolah kejuruan
memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja daripada yang lulus
sekolah menengah umum tetap saja murid-murid cenderung memilih sekolah
menengah umum.

Demikian mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan


perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi. Misalnya matematika dan
fisika dipandang lebih tinggi daripada PKK atau tata buku. Menurut S. Nasution

5
sikap ini muncul bukan hanya pada siswa tapi juga di kalangan guru dan orangtua
yang dengan sengaja atau tak sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-
anaknya.

You might also like