You are on page 1of 3

MenuMasukkan kata kunci pencarian...

Cari Berlangganan

› Opini › Sumber Daya Ekonomi Hijau

Publish Jurnal Nasional Iklan SELENGKAPNYA

TAJUK RENCANA

Sumber Daya Ekonomi Hijau


Dalam ekonomi hijau, kita memasuki era baru. Semua kegiatan ekonomi harus bisa
mereduksi pengeluaran karbon dan mengefisienkan penggunaan sumber daya.

Oleh REDAKSI
TEKS

10 Agustus 2022 06:03 WIB · 2 menit baca

KOMPAS/HERU SRI KUMORO


Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DKI Jakarta menggelar aksi protes atas tindakan Jepang yang
mempromosikan gas fosil dan hidrogen sebagai transisi energi batubara yang diklaim mempercepat pengurangan emisi karbon
tahun 2050 di depan Kantor Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Semangat untuk membangun ekonomi hijau tak boleh melupakan


kesiapan sumber daya manusia. Peluang kerja yang muncul bisa raib jika
tanpa SDM memadai.

Kapasitas SDM dan penguasaan teknologi masih menjadi tantangan


dalam program pembangunan ekonomi hijau di Indonesia. Pelaku
industri juga membutuhkan dukungan fiskal dan nonfiskal dari
pemerintah dalam hal penggunaan energi bersih.

Menurut Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan


Nasional (Bappenas) Medrilzam, target serapan tenaga kerja baru
sebanyak 1,8 juta orang hingga 2030 membutuhkan kompetensi tertentu,
terutama di sektor industri energi terbarukan. Selain tantangan
kapasitas SDM dan penguasaan teknologi, hal lain yang tak kalah penting
Anda memiliki sisa 3 dariinvestasi
adalah 5 artikel (premium
Kompas, gratis bulan ini. Langganan untuk akses tanpa batas
9/8/2022). Langganan
MenuMasukkan kata kunci pencarian...
Cari Berlangganan

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja merawat tanaman hias pada area panel surya di halaman Kompleks Parlemen, Jakarta, 13 Desember 2021. Indonesia
memiliki potensi energi baru dan terbarukan (EBT) seperti tenaga angin dan surya.

Baca juga: ”Durian Runtuh” Batubara Perlu Dioptimalkan untuk Dukung


Transisi Energi Bersih

Tantangan penyediaan SDM yang memadai sungguh nyata.


Pembangunan ekonomi hijau memerlukan tenaga kerja yang memahami
sains dan teknologi serta perubahan sosial yang mengikutinya. Tanpa
persiapan yang memadai, pembangunan ekonomi hijau hanyalah jargon
semata.

Kita ingat saat Indonesia masuk era teknologi digital, semua berlari
kencang, tetapi SDM teknologi digital terbatas. Tenaga kerja asing
akhirnya mengisi kekurangan itu. Lulusan perguruan tinggi sampai
sekarang belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Kita melihat
perusahaan teknologi di negeri ini berebut tenaga saintis data dan
pengembang aplikasi.

Mungkinkah itu terulang dalam pembangunan ekonomi hijau? Sangat


mungkin. Dalam ekonomi hijau, kita memasuki era baru. Semua kegiatan
ekonomi harus bisa mereduksi pengeluaran karbon dan mengefisienkan
penggunaan sumber daya. Dengan pengertian itu, kita membutuhkan
SDM yang bisa membangun teknologi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
MenuMasukkan kata kunci pencarian...
Cari Berlangganan

KOMPAS/NINA SUSILO

Presiden Joko Widodo meresmikan PLTB Sidrap, Sulawesi Selatan, 2 Juli 2018.

Baca juga: Ekonomi Hijau untuk Atasi Kemiskinan

Kita mempertanyakan kesiapan perguruan tinggi dan sekolah vokasi


untuk menghasilkan SDM yang sesuai kebutuhan. Prinsipnya, perguruan
tinggi harus mampu mengantisipasi kebutuhan masa depan ini. Jurusan
dan fakultas di perguruan tinggi harus berbenah dan memperbaiki
kurikulum. Beberapa jurusan baru sepertinya harus hadir, sementara
berbagai jurusan lama harus dibongkar agar sesuai dengan kebutuhan
pembangunan ekonomi hijau.

Kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan ekonomi hijau sudah


disebut di atas. Jumlahnya sangat besar dan harus mulai disediakan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi perlu
memandu perguruan tinggi untuk memperbarui kurikulum dan juga
membangun berbagai jurusan baru. Kementerian bisa juga
mengingatkan pengelola perguruan tinggi agar segera berubah.
Tantangan sangat nyata.

Pendekatan dan cara lama tak mungkin lagi memadai untuk menghadapi
tantangan baru. Banyak hal harus dibongkar. Masalah sekarang dan masa
depan tidak bisa diselesaikan dengan solusi masa lalu atau kemarin. Kita
akan tertinggal kalau teknologi yang digunakan adalah teknologi masa
lalu. Banyak hal harus berubah menyambut ekonomi hijau.

Editor: ANTONIUS TOMY TRINUGROHO Bagikan

bappenas analisis ekonomi hijau fenomena transisi energi tajuk rencana tajuk rencana kompas energi hijau

You might also like