You are on page 1of 30

TUGAS 1 : KELOMPOK 14

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA SISTEM


PENGLIHATAN/MATA KARENA BENDA ASING

ERNA NURINAYAH
105111101920

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah mengizinkan saya untuk
menyusun makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Bahkan, saya
berharap makalah ini dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari
para pembaca. Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman kami, penulis
merasa bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Makassar, 06 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. LATAR BELAKANG...........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................5
C. TUJUAN.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
A. KONSEP TEORI................................................................................6
1. PENGERTIAN.................................................................................6
2. ETIOLOGI.......................................................................................7
3. TANDA DAN GEJALA....................................................................8
4. PATOFISIOLOGI............................................................................8
5. PENATALAKSANAAN....................................................................9
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................11
1. PENGKAJIAN GAWAT DARURAT..............................................11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................17
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN...............17
4. EVALUASI....................................................................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................21
A. KESIMPULAN..................................................................................21
B. SARAN.............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23
DOKUMENTASI.........................................................................................24
SOAL DAN JAWABAN PADA KASUS TRAUMA MATA KARENA BENDA
ASING………………………………………………………………………..…25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemasukan benda asing adalah keadaan darurat dimana bagian
tubuh seperti mata, hidung, telinga dan mulut secara tidak sengaja
(tidak diinginkan) atau disengaja kemasukan benda asing yang dapat
mengganggu sistem vital tubuh siapa saja dan kapan saja yang dapat
menyebabkan kematian karena kurangnya pengetahuan pertolongan
pertama.
Cedera mata karena kemasukan benda asing merupakan masalah
kesehatan melumpuhkan Amerika yang signifikan.Dewan Riset
Nasional melaporkan bahwa “Cedera mungkin adalah-diakui utama
masalah kesehatan paling bawah yang dihadapi bangsa saat ini. Studi
cedera yang tak tertandingi menyajikan peluang untuk mengurangi
morbiditas dan untuk merealisasikan penghematan signifikan dalam
keuangan dan manusia baik istilah” American Medical Association
Panduan untuk Evaluasi tingkat permanen Penurunan penurunan
permanen ke sistem visual pada sama tingkat hampir penurunan nilai
mengenai "seluruh manusia" ("kerugian total visi dalam satu mata
setara dengan% Penurunan 25 dari Visual System dan 24%
Penurunan Manusia Utuh ")
Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan 'Health
Interview Survey, yang dilakukan pada tahun 1977, diperkirakan
bahwa hampir 2,4 juta cedera mata terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Laporan ini menghitung bahwa hampir satu juta orang
Amerika memiliki visual penurunan yang signifikan permanen karena
cedera, dengan lebih dari 75% dari orang-orang yang monocularly
buta. cedera mata adalah penyebab utama kebutaan bermata di
Amerika Serikat, dan kedua setelah katarak sebagai penyebab paling
umum dari gangguan penglihatan. USEIR memperkirakan bahwa
500.000 tahun kehilangan penglihatan terjadi setiap tahun di Amerika

4
Serikat. Cedera adalah penyebab utama untuk berhubungan
perawatan rumah sakit-mata.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kajian teori dari kemasukan benda asing pada mata
2. Bagaimana melakukan pengkajian pada askep kemasukan benda
asing pada mata
3. Bagaimana menetapkan diagnosa keperawatan pada askep
kemasukan benda asing pada mata
4. Bagaimana merencanakan intervensi pada askep kemasukan
benda asing pada mata
5. Bagaimana mengimplementasikan rencana keperawatan pada
askep kemasukan benda asing pada mata
6. Bagaimana mengevaluasi rencana keperawatan yang telah
diimplementasikan pada askep kemasukan benda asing pada mata

C. TUJUAN
1. Mengetahui kajian teori dari kemasukan benda asing pada mata
2. Mampu   melakukan pengkajian pada askep kemasukan benda
asing pada mata
3. Mampu  menetapkan diagnosa keperawatan pada askep
kemasukan benda asing pada mata
4. Mampu membuat rencana keperawatan pada askep kemasukan
benda asing pada mata
5. Mampu  mengimplementasikan rencana keperawatan pada askep
kemasukan benda asing pada mata
6. Mampu  mengevaluasi rencana keperawatan yang telah
diimplementasikan pada askep kemasukan benda asing pada mata

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
B. PENGERTIAN
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering
digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab
cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan
konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa
cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum masuk
ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat
serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta
panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing
tersebut dan menentukan lokasinya didalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya.( Ilyas S, Yulianti SR, 2019)
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata
tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk,
ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini
berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang
berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di
dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola
mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut:
1. Mecanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui
kornea ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea
maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap
ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik
mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan
kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic.
Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus.

6
2. Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata
kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus vitreus dan lensa
dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak boleh
melupakan infeksi kuman tetanus.
3. Terjadi perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata
karena proses kimiawi (reaction of ocular tissue)

C. ETIOLOGI
a. Kedaruratan mata dapat terjadi karena dua hal :
1) Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya:
a) glaukoma akuta
b) oklusi arteria sentralis retina
2) Disebabkan trauma
Ada 2 macam trauma yang dapat mempengaruhi mata, yaitu:
a) trauma langsung terhadap mata
b) trauma tidak langsung, dengan akibat pada mata, misalnya:
trauma kepala dengan kebutaan mendadak dan trauma
dada dengan akibat kelainan pada retina 
b. Pembagian sebab-sebab trauma langsung terhadap mata
adalah sebagai berikut:
1) Trauma mekanik
a) Trauma tajam
Biasanya mengenai struktur diluar bola mata (tulang orbita
dan kelopak mata) dan mengenai bola mata (ruptura
konjungtifa, ruptura kornea)
b) Trauma tumpul
Dapat terjadi kebutaan pasca trauma tumpul pada orbita.
Hematoma  palpebra biasanya dibatasi oleh rima orbita,
selalu dipikirkan cedera pada sinus paranasal.

7
c) Trauma ledakan/ tembakan
Ada 3 hal yang terjadi, yaitu :
 Tekanan udara yang berubah
 Korpus alineum yang dilontarkan kearah mata yang
dapat bersifat mekanik maupun zat kimia tertentu
 Perubahan suhu/ termis
2) Trauma non mekanik
a) Trauma kimia
Dibedakan menjadi 2, trauma oleh zat yang bersifat asam
dan trauma yang bersifat basa.
b) Trauma termik
Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan
besi cair, diperlukan sama seperti trauma kimia
c) Trauma radiasi
Trauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultraviolet

D. TANDA DAN GEJALA


a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rendah
c. Bilikmata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil berubah
e. Terlihat adanya ruptur pada cornea atau sclera
f. Terdapat jaringan yang prolapse seperti caiaran mata iris, lensa,
badan kaca atau retina
g. Kunjungtiva kemotis

E. PATOFISIOLOGI
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non
mekanik, semua ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan
terjadinya trauma mata. Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera
mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau

8
berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan
penglihatan berupa penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan
atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata
akan menimbulkan berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea,
kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi efek kumulasi.
Bila radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red
(irivisible rays) dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.
(Mangunkusumo, 1988)

F. PENATALAKSANAAN
a. Ekstra Okular
1) Tetes mata
2) Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan
swab.
3) Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat
4) Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local
dan angkat dengan jarum
5) Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan
hat-hati dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk
cahaya yang baik, angkat dengan jarum.
6) Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan
antibiotic local selama beberapa hari.
7) Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat
dengan jarum, bisa juga dengan menggunakan magnet.
b. Intra okuler
1) Pemberian antitetanus
2) Antibiotic
3) Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan
iritasi

9
Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas,
sehingga memungkinkan kelopak mata bawah menyapu benda
asing untuk keluar dan angkat kelopak mata atas keatas
kelopak mata bawah , hati-hati jangan sentuh kornea
selanjutnya Lakukan irigasi, rujuk, tutup mata, jika benda asing
gagal keluar. Irigasi benda asing supervisial kornea,
pembedahan. Benda asing tertanam alat berujung tumpul
hindari gunakan aplikator berujung kapas karena dapat
bergesek epitel terlalu banyak lalu ambil benda asing.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.
Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya,
dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada
bilik mata depan, lensa, retina.
b. Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat
dibuat “scanning” dari organ tersebut.
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai
normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji
struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.
d. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit ,
kemungkinan adanya infeksi sekunder.
e. Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.
f. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri,
gonioskopi, dan tonografi, maupun funduskopi (Ilyas, S., 2000)

10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN GAWAT DARURAT
a. Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,
pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat
trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary
survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan
segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang
dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
1) Airway maintenance dengan cervical spine protection
2) Breathing dan oxygenation
3) Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
4) Disability-pemeriksaan neurologis singkat
5) Exposure dengan kontrol lingkungan
Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan
sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran
tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya
menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan mereka
(American College of Surgeons, 1997). Primary survey perlu terus
dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen.
Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang
terarah, kemudian diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan
sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan AIR
(assessment, intervention, reassessment). Primary survey
dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert.,
D’Souza., & Pletz, 2009) : General Impressions
 Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
 Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
 Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)

11
1) Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk
memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien
yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan
bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi
selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala,
leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh
obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner,
2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien
antara lain :
a) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara
atau bernafas dengan bebas?
b) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara
lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
 Sianosis
c) Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian
atas dan potensial penyebab obstruksi :
 Muntahan  Gigi palsu
 Perdarahan  Trauma wajah
 Gigi lepas atau hilang

12
d) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
e) Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien
yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
f) Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask
Airway
 Lakukan intubasi

2) Pengkajian Breathing (Pernafasan)


Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan
jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan
pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus
dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi
buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien
antara lain :
a) Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada
tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.

13
b) Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien
jika perlu.
c) Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
d) Penilaian kembali status mental pasien.
e) Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f) Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
g) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya
dan berikan terapi sesuai kebutuhan.

3) Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum
pada trauma. Diagnosis shock didasarkan pada temuan klinis:
hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin,
penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Penyebab lain
yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension
pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan
anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus
diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan
dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000).
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi
pasien, antara lain :
a) Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.

14
b) CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c) Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
d) Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
e) Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau
hipoksia (capillary refill).
f) Lakukan treatment terhadap hipoperfusi

4) Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities


Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala
AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bias dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.

5) Expose, Examine dan Evaluate


Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien.
Jika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang,
imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika
melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah

15
mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah
semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan
selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan
pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera
dilakukan:
 Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
 Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis. (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009)

b. Pemeriksaan Sekunder
1) Dasar Data Pengkajian Pasien.
Kebutuhan sehari-hari pasien sebelum terkena trauma mata
dapat dilakukan secara mandiri tetapi setelah mengalami trauma
mata terdapat gangguan dan perubahan, seperti:
a) Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada mata sehingga
mengakibatkan terganggunya aktivitas istirahat / tidur
b) Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu
berhubungan dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri
c) Makanan / cairan: pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat dan menghindari rasa pedas
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
 Adanya perdarahan, perubahan struktur konjungtiva, warna,
dan memar. Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
 Pelebaran pembuluh darah perikornea
 Hifema orbita
 Robek kornea  Blefarospasmae
 Perdarahan dari  Pupil tidak bereaksi

16
terhadap cahaya,  Edema kornea
struktur pupil robek  Nekrosis
 Tes fluoresens konjungtiva/sclera
positif  Katarak

b) Palpasi
Adanya nyeri pada mata
3) Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian pasien saat dilakukan tes adaptasi gelap,
terjadinya peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,
pernapasan dan suhu, pada sinusitis dan benda asing yang lama
dalam mata terjadi peningkatan jumlah leukosit karena terjadi
infeksi yang lama.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens
cedera (fisik, kimiawi)
b. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis
c. Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Intervensi
1) Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek
agens cedera (fisik, kimiawi)
Subjektif :
a) Mengatakan terkena benda asing.
b) Mengatakan nyeri.
c) Mengatakan ingin selalu memegang daerah yang luka.
Objektif :
a) Memegang daerah mata.
b) Meringis dan wajah tegang.
c) Pemeriksaaan terdapat kerusakan struktur mata atau

17
terdapat benda asing pada mata (edema kornea, ablasi
kornea, dll).
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan struktur yang berlanjut  
Intervensi Rasional
-kaji kondisi luka yang terjadi -cedera fisik umumnya menetap, tidak akan
dan identifikasi penyebab merusak struktur lain kecuali ada manipulasi atau
cedera. Kaji tanda-tanda atau rudapaksa berikutnya. Sementara itu, trauma
keluhan yang mungkin kimia mungkin akan terus berlanjut hingga
muncul. beberapa saat setelah mata terpajan zat kimia.

-anjurkan klien untuk tidak -zat kimia dapat menyebabkan pelunakan organ.
melakukan penekanan pada Penekanan fisik yang kuat dapat memperparah
mata, kecuali pada cedera kerusak mata.
dengan perdarahan.
-irigasi merupakan penanganan utama terpenting
-lakukan irigasi pada mata pada trauma kimia untuk mencegah kerusakan
yang mengalami trauma lebih lanjut. Usahakan irigasi dilakukan dengan
kimia, atau pada mata air garam fisiologis, atau air biasa bila tidak ada.
dengan perdarahan yang Irigasi minimal dilakukan dengan menggunakan
dicurigai terdapat benda yang satu liter air dan pada trauma kimia alkali minimal
tertinggal. dilakukan segera hingga selama 60 menit
pascatrauma.

-tutup mata dengan perban -luka yang mengalami perdarahan cukup besar,
penekan bila terjadi disamping ditutup dengan plester, penekanan
perdarahan. Tameng mata dengan berat diharapkan dapat menghentikan
dapat digunakan pada anak- perdarahan. Pada anak yang kurang kolaboratif
anak yang agak besar. dan cenderung mengucek mata sebaliknya
dipasang ditameng.

-anjurkan klien untuk -perubahan gejala yang lebih parah menunjukkan


melaporkan setiap perubahan kerusakan meluas.
gejala awal. Blefarospasme, nyeri hebat, dan fotofobia serta
kekaburan mata menunjukkan kerusakan struktur
kornea. Penurunan tajam penglihatan dan
pandangan ganda serta kehilangan lapang
pandang parsial (perifer) maupun total mungkin
menunjukkan kerusakan yang lebih dalam (pada
lensa dan retina). Hifema menunjukkan
perdarahan dalam bilik mata depan.

2) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang penyakit, prognosis

18
Subjektif:
a) Menyatakan takut /khawatir terjadi kerusakan mata.
b) Menyatakan takut tidak bias melihat lagi.
Objektif :
a) Wajah tegang
b) Tanda vital meningkat
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan
Intervensi Rasional
-kaji derajat kecemasan, factor -umumnya factor yang menyebabkan
yang menyebabkan kecemasan, kecemasan adalah kurangya pengetahuan
tingkat pengetahuan dan dan ancaman actual terhadap diri. Pada klien
ketakutan klien akan penyakit. dengan glaucoma, rasa nyeri dan penurunan
lapang penglihatan menimbulkan ketakutan
utama.
-orientasikan tentang penyakit
yang dialami klien, prognosis dan -meningkatkan pemahamaan klien akan
tahapan perawatan yang akan penyakit. Jangan memberikan keamanan
dijalani klien. palsu seperti mengatakan penglihatan akan
pulih atau nyeri akan segera hilang.
Gambarkan secara objektif tahap
pengobatan, harapan proses pengobatan,
dan orientasi pengobatan masa berikutnya.
-berikan kesempatan pada klien
untuk bertanya tentang -Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi
penyakitnya. klien.

-beri dukungan psikologis. -dukungan psikologis dapat berupa


penguatan tentang kondisi klien dalam
-terangkan setiap prosedur yang melibatkan diri dalam perawatan maupun
dilakukan, jelaskan tahap mengorientasikan bagaimana kondisi
perawatan yang akan dijalani. penyakit yang sama menimpa klien yang lain.
-mengurangi rasa ketidakefektifan dan
kecemasan yang terjadi.

3) Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.


Subjektif :
Menyatakan nyeri pada mata
Objektif :
Wajah tegang, meringis.

19
Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Intervensi Rasional
-kaji derajat nyeri setiap hari atau -nyeri trauma umumnya menjadi keluhan
sesering mungkin jika diperlukan. utama terutama nyeri akibat kerusakan
kornea.

-terangkan penyebab nyeri dan -nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik
factor/tindakan yang dapat benda dan nyeri dapat meningkat akibat
memprovokasi nyeri. provokasi
        Menekan mata terlalu kuat
        Gerakan mata tiba-tiba

-lakukan kompres pada jaringan -kompres dingin mungkin diperlukan pada


sekitar mata. trauma fisik akut dan juka kondisi stabil(agak
lama), dapat digunakan teknik kompres
hangat (jika tidak ada perdarahan).

-kolaborasi pemberian analgesic. -analgesik berfungsi untuk meningkatkan


ambang nyeri.

-ajarkan tindakan distraksi dan -mengurangi nyeri dengan manipulasi dengan


relaksasi pada klien. manipulasi psikologis.

D. EVALUASI
a. Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens
cedera (fisik, kimiawi):
1) Klien berpartisipasi dalam perawatan.
2) Tidak timbul gejala yang menunjukkan kerusakan lebih
dalam.
b. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis:
1) Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.
2) Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan
c. Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata:
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
2) Klien menyebutkan factor-faktor yang dapat meningkatkan
nyeri
3) Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan
dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata
yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi
salah satu dari ketiga perubahan dari mecanical effect dan permulaan
terjadinya proses infeksi. Penyebab cedera mata pada permukaan
mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting
pohon. Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan
perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan
terhadap cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
tajam penglihatan, test onel, pemeriksaan lapang pandang, foto
rontgen orbila. Setiap penatalaksanaan medis yang dilakukan pada
pasien yang kemasukan benda asing pada mata, harus dilaksanakan
sesuai dengan teori. Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien
kemasukan benda asing pada mata antara lain, risiko perluasan
cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi),
ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit, prognosis, nyeri yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan mata, risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen
terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang
sumber pendukung.

B. SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Sistem Penglihatan/Mata

21
karena Benda Asing ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.  Jakarta :


EGC
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.
Huda Armin, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi keperawatan berdasarkan
diagnose medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi revisi jilid 2.
Yogyakarta: Media
NANDA, 2005 – 2006 . Diagnosa Keperawatan : defenisi dan
klasifikasi.Prima medika
Satria, Bayu. 2010. Asuhan Gawat Darurat pada Trauma
Mata:http://www.bayusatria.web.id/2010/11/asuhan-gawat-darurat-
pada-mata-trauma.html. Diakses pada 6 Oktober 2022
Sutawijaya, Bagus Risang. 2009. Gawat darurat  Panduan Kesehatan
Wajib di Rumah Anda.  Yogyakarta : Aulia Publishing

23
DOKUMENTASI

24
25
SOAL DAN JAWABAN PADA KASUS TRAUMA MATA KARENA
BENDA ASING

1. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata


karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Hasil pemeriksaaan terdapat
kerusakan struktur mata dan terdapat benda asing pada mata (edema
kornea, ablasi kornea, dll). Apa diagnose utama pada kasus tersebut?
a. Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens
cedera (fisik, kimiawi)
b. Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
c. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis
d. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang
sumber pendukung.
e. Gangguan sensori perseptual, penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indra.
Secara terapeutik dibatasi
2. Berikut pendidikan kesehatan yang diajarkan pada pasien pasca
trauma mata, kecuali :
a. Menggunakan obat tetes mata
b. Dilarang membaca
c. Jangan menggosok mata
d. Aktivitas seperti biasa
e. Istirahatkan mata setiap 30 menit menggunakan pada layar
(handphone/laptop)
3. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Hasil pemeriksaaan terdapat
kerusakan struktur mata dan terdapat benda asing pada mata (edema
kornea, ablasi kornea, dll). Intervensi apa yang diberikan pada pasien
tersebut?
a. Anjurkan untuk memberi obat tetes mata
b. Kaji kondisi luka yang terjadi dan identifikasi penyebab cedera.
Kaji tanda-tanda atau keluhan yang mungkin muncul.
c. Anjurkan klien untuk tidak melakukan penekanan pada mata,
kecuali pada cedera dengan perdarahan.
d. Lakukan irigasi pada mata yang mengalami trauma kimia, atau
pada mata dengan perdarahan yang dicurigai terdapat benda
yang tertinggal.

26
e. Tutup mata dengan perban penekan bila terjadi perdarahan
4. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Apa saja yang perlu dikaji pada
Neurosensori klien?
a. Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan
dalam melakukan adaptasi (dari terang ke gelap/ memfokuskan
penglihatan). Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata
tidak membantu penglihatan. Peningkatan pengeluaran air
mata.
b. Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/
massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena
adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma
c. Rasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata
d. Kaji aman nyaman klien
e. Pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin
mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous
atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina
5. Seorang laki-laki berumur 25 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan mata
6. merah dan gatal. Hasil pemeriksaan fisik konjungtiva tampak
hiperems, palpebra
7. bengkak. Perawat akan membantu memberikan obat tetes mata.
Penjelasan sudah
8. dilakukan dan alat – alat sudah didekatkan.
9. Apakah langkah prosedur selanjutnya pada kasus tersebut?
10. a. Mencuci tangan
11. b. Meneteskan obat
12. c. Membersihkan sekret
13. d. Mmakai sarung tangan
14. e. Membuka palpebra bawah
15. Seorang laki-laki berumur 25 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan mata
16. merah dan gatal. Hasil pemeriksaan fisik konjungtiva tampak
hiperems, palpebra
17. bengkak. Perawat akan membantu memberikan obat tetes mata.
Penjelasan sudah
18. dilakukan dan alat – alat sudah didekatkan.
19. Apakah langkah prosedur selanjutnya pada kasus tersebut?
5. Seorang laki-laki berumur 25 tahun dating ke IGD dengan keluhan
mata merah dan gatal. Hasil pemeriksaan fisik konjungtiva tampak
hiperems, palpebral bengkak. Perawat akan membantu memberikan
obat tetes mata. Penjelasan sudah dilakukan dan alat-alat sudah

27
didekatkan. Apakah langkah prosedur selanjutnya pada kasus
tersebut?
a. Mencuci tangan
b. Meneteskan obat mata
c. Membersihkan secret
d. Memakai sarung tangan
e. Mengecek kondisi mata klien
6. Pengkajian pada pola makan dan minum pasien trauma mata adalah
a. Makanan apa yang dikonsumsi
b. Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan
tekanan intraokuler.
c. Riwayat alergi
d. Jumlah asupan
e. Makanan kesukaan
7. Hal-hal yang harus diajarkan pada pasien paska trauma mata adalah
a. Makan minum tidak ada pantangan
b. Diperbolehkan menggosok mata
c. Aktivitas seperti biasa
d. Menggunakan kacamata
e. Dilarang membaca
8. Salah satu intervensi keperawatan pada diagnosa resiko infeksi adalah
a. kolaborasi tetes mata
b. Beri kompres mata
c. Dilarang membaca
d. Ajari cuci tangan
e. observasi neyeri
9. Seorang pasien datang ke IGD dengan diagnosa nyeri yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan mata. Setelah dilakukan
intervensi dengan tujuan nyeri berkurang, hilang atau terkontrol maka
tindakan utama apa yang perlu dilakukan perawat selanjutnya?
a. Anjurkan kompres hangat pada daerah nyeri
b. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika
diperlukan.
c. terangkan penyebab nyeri dan factor/tindakan yang dapat
memprovokasi nyeri.
d. lakukan kompres pada jaringan sekitar mata.
e. kolaborasi pemberian analgesic.
10. Seorang laki-laki, usia 35 tahun, dating ke IGD dengan keluhan nyeri
karena kemasukan benda asing pada matanya, klien menyatakan
takut /khawatir terjadi kerusakan mata dan takut apabila tidak bias
melihat lagi. Mata klien tampak merah, klien tampak tegang dan tanda-
tanda vital meningkat. Gangguan apakah yang dapat anda
kesimpulkan dari kasus di atas?
a. Gangguan sensori perseptual, penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indra.

28
Secara terapeutik dibatasi
b. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis
c. Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens
cedera (fisik, kimiawi)
d. Kurang pengetahuan tentang keadaannya berhbungan dengan
kurang terpapar informasi
e. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang
sumber pendukung
11. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Hasil pemeriksaaan terdapat
kerusakan struktur mata dan terdapat benda asing pada mata (edema
kornea, ablasi kornea, dll). untuk menentukan letak benda asing pada
mata maka dilakukan pemeriksaan
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)
c. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography
d. Pemeriksaan Laboratorium
e. Pemeriksaan darah lengkap
12. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing, klien mengatakan ingin selalu memegang
daerah yang luka, klien mengatakan tidak tahu cara merawat mata,
klien tampak bingung ketika sedang diberi penjelasan tentang
keluhannya. Diagnosa utama apa yang dapat diangkat pada kasus di
aas?
a. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang
sumber pendukung.
b. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis
c. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif :
perdarahan massif
d. Gangguan sensori perseptual, penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indra.
Secara terapeutik dibatasi
e. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
13. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Hasil pemeriksaaan terdapat
kerusakan struktur mata dan terdapat benda asing pada mata (edema
kornea, ablasi kornea, dll). Perawat telah mengangkat benda asing
dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G, apa
tindakan selanjutnya?
a. Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak 1-2 tetes pada

29
mata yang terkena benda asing.
b. Gunakan kaca pembesar (loo) dalam pengangkatan benda
asing
c. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari luar ke tepi
d. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan betadine pada tempat
bekas benda asing
e. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri

14. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Hasil pemeriksaaan terdapat
kerusakan struktur mata dan terdapat benda asing pada mata (edema
kornea, ablasi kornea, dll). Perawat telah memberikan tindakan
kolaborasi pemberian analgesik. Apa rasional dari tindakan tersebut?
a. Untuk meningkatkan ambang nyeri.
b. Mengurangi nyeri dengan manipulasi psikologis.
c. Meningkatkan nyeri yang dirasakan
d. Klien lebih tenang
e. Mengatur keadaan klien

15. Seorang pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada mata
karena terkena benda asing klien tampak memegang daerah mata,
tampak meringis dan wajah tegang. Hasil pemeriksaaan terdapat
kerusakan struktur mata dan terdapat benda asing pada mata (edema
kornea, ablasi kornea, dll). Perawat telah memberikan antibiotik topikal
(salep/tetes mata seperti kloramphenikol tetes mata 1 gr setiap 2 jam
selama 2 hari. Sebelum itu perawat telah …..
a. Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata
yang terkena benda asing.
b. Gunakan kaca pembesar (loo) dalam pengangkatan benda
asing
c. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari luar ke tepi
d. Mengoleskan lidi kapas yang dibubuhkan betadine pada tempat
bekas benda asing
e. Memberikan kompres hangat

30

You might also like