You are on page 1of 18

Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546

Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

Implementasi Konsep Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Penguatan Konsep


Dasar Hukum Penataan Ruang Berdasarkan Fungsi Lingkungan Hidup
Faris Faza Ghaniyyu, Nurlina Husnita1
Abstrak

Pesatnya perkembangan zaman yang ditandai dengan menjamurnya pembangunan di berbagai belahan
dunia kerap menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup seperti eksploitasi
lingkungan besar-besaran yang mengubah bahkan merusak fungsi lingkungan hidup, sehingga
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Konsep dasar hukum penataan ruang
sejatinya menjaga fungsi lingkungan hidup dengan membagi ruang sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya, tetapi pada perjalanannya masih banyak pembangunan yang menyalahi pengaturan
tersebut. Konsep Pembangunan berkelanjutan memiliki peran besar agar pembangunan yang dilakukan
tidak merusak fungsi lingkungan hidup. Tujuan Penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pengimplementasian konsep pembangunan berkelanjutan yang memperkuat konsep dasar
hukum penataan ruang berdasarkan fungsi lingkungan hidup. Metode Penelitian yang digunakan adalah
dengan pendekatan yuridis normatif serta metode analisis data menggunakan metode analisis yuridis
kualitatif. Hasil penelitian adalah bahwa pengimplementasian konsep pembangunan berkelanjutan akan
memperkuat konsep dasar hukum penataan ruang sehingga pemanfaatan fungsi lingkungan hidup akan
optimal dan lestari.

Kata Kunci: Eksploitasi Lingkungan, Fungsi Lingkungan Hidup, Konsep Dasar Hukum Penataan Ruang,
Konsep Pembangunan Berkelanjutan, Pelestarian Lingkungan.

Implementation of the Concept of Sustainable Development Toward Strengthening The Basic Concept
of Spatial Planning Law Based on Environmental Function

Abstract

The rapid development of the times characterized by the proliferation of development in various parts of
the world which often have a negative impact on the quality of the environment such as massive
environmental exploitation that transforms even damaging environmental functions, so that the
environment can not function properly. The basic concept of the spatial planning law layout keeps the
functioning of the environment by dividing the space according to its function and designation, but on its
way there are still many developments that violate the setting. Sustainable development has the concept
of development that does not currently reduce the ability of future development so that the development
is not damaging the environmental function. The purpose of this research is to provide an overview of
implementing the concept of sustainable development that strengthens the basic concept of legal spatial
space based on environmental functions. The research methods used are with normative juridical
approaches as well as data analysis methods using qualitative juridical analysis methods. The research
result is that the implementation of the concept of sustainable development will strengthen the basic
concept of the legal spatial plan so that the utilization of environmental function will be optimal and
sustainable.

Keywords: Environmental Exploitation, Environmental Function, Basic Concept of Spatial Planning Law,
Sustainable Development Concept, Environmental Conservation.

1
Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, yang beralamatkan di Jalan Raya Bandung-Sumedang
KM 21, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. E-mail Penulis: farisfazaghaniyyu@gmail.com dan
nurlinanita12@gmail.com.

22
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

A. Pendahuluan Pembahasan mengenai


Revolusi Industri menandakan pembangunan berkelanjutan terus
perubahan aktivitas manusia dari berlanjut hingga World Commition
penggunaan alat sederhana yang on Environment and Development
sangat bergantung pada alam (WCED) atau Komisi Dunia tentang
menjadi penggunaan alat yang Lingkungan dan Pembangunan
lebih maju yakni mesin yang dapat pada laporannya yaitu Our
memproduksi barang secara Common Future atau yang biasa
massal dan cepat. Adanya revolusi disebut dengan Laporan
industri juga telah membawa Brundtland yang diterbitkan pada
perubahan besar bagi kemajuan tahun 1987 di PBB merumuskan
peradaban manusia, yang ditandai definisi dari pembangunan
dengan adanya pembangunan - berkelanjutan yaitu sebagai berikut
pembangunan yang menjamur di “development that meets the
berbagai belahan dunia. needs of the present without
Pembangunan yang sangat cepat compromising the ability of future
itu tidak hanya berdampak positif generations to meet their own
seperti halnya bertumbuh need”.3
pesatnya ekonomi tetapi pula Berdasarkan rumusan
memiliki dampak negatif seperti pembangunan berkelanjutan oleh
kerusakan alam karena eksploitasi WCED, pembangunan
sumber daya alam secara besar- berkelanjutan memiliki prinsip
besaran yang hanya yakni pembangunan yang
mementingkan aspek ekonomi dilakukan untuk memenuhi
tanpa memerhatikan kelestarian kebutuhan generasi saat ini tanpa
lingkungan sehingga muncul harus mengurangi kemampuan
masalah-masalah pada lingkungan. generasi yang akan datang untuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa memenuhi kebutuhannya. Untuk
(PBB) melalui salah satu bidangnya itu, maka pembangunan pada saat
yaitu United Nations Environment ini harus dilakukan secara optimal
Programme (UNEP) pertama kali yaitu pemanfaatan sumber daya
mencanangkan sebuah konsep alam yang sebesar-besarnya untuk
untuk menjawab berbagai generasi sekarang tetapi tidak
permasalahan yang terjadi akibat merusak lingkungan hidup
pembangunan yang tidak sehingga generasi yang akan
terkendali yaitu Sustainable datang dapat memanfaatkan
Development Concept atau Konsep sumber daya alam seperti halnya
Pembangunan Berkelanjutan pada generasi pada saat ini. Prinsip
konferensi pertama UNEP di tersebut dijadikan sebagai dasar
Stocklom pada tahun 1972.2 untuk melakukan pembangunan
saat ini dan menjadi konsep dari
pembangunan berkelanjutan itu
2
Tim Indonesian Institute for Sustainable Mining ,“Sejarah sendiri.
dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan sebagai
Tujuan Sosial dan Prinsip Dasar Pembangunan
3
Berkelanjutan”, Iism.or.id/2017/12/28/sejarah-dan- World Commition on Environment and Development
konsep-pembangunan-berkelanjutan-sebagai-tujuan- (WCED), “Report of the World Commission on
sosial-dan-prinsip-dasar-pembangunan-berkelanjutan/, Environment and Development : Our Common Future”,
diakses pada 26 April 2020. United Nation, 1987, hlm 42.

23
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

Berkelanjutan disini bukan modernisasi. Sejalan dengan fungsi


hanya secara ekologi saja tersebut, maka pembentuk
melainkan berkelanjutan secara undang-undang meletakkan
ekonomi dan keberlanjutan secara berbagai landasan yuridis dalam
sosial. Berkelanjutan secara ekologi melakukan berbagai kegiatan
memiliki pengertian bahwa pembangunan, salah satu
pembangunan yang dilakukan tidak instrumen hukum yang memuat
boleh mengakibatkan kerusakan ketentuan mengenai
terhadap lingkungan hidup. pembangunan secara langsung
Berkelanjutan secara ekonomi ialah Undang-Undang Penataan
berarti bahwa pembangunan yang Ruang.6 Hukum Penataan Ruang
dilakukan harus memberikan merupakan hukum yang memiliki
keuntungan ekonomi bagi fungsi untuk pola pemanfaatan
masyarakat. Berkelanjutan secara ruang secara optimal, lestari dan
sosial memiliki arti bahwa berkelanjutan. Dalam Undang-
pembangunan yang dilakukan undang Nomor 26 Tahun 2007
harus dapat meningkatkan yang mengganti Undang-undang
kesejahteraan masyarakat secara Nomor 24 Tahun 1992 tentang
luas dan merata.4 Penataan Ruang, pada Pasal 1
Dalam konstitusi, konsep Angka 20 dijelaskan bahwa
pembangunan berkelanjutan “Kawasan adalah wilayah yang
terdapat dalam Pasal 33 Ayat (4) memiliki fungsi utama lindung dan
UUD 1945 Amandemen ke-IV yang budi daya”.7
berbunyi sebagai berikut Berdasarkan pembagian
“Perekonomian nasional kawasan dalam Undang-Undang
diselenggarakan berdasarkan asas Penataan Ruang (UUPR), maka
demokrasi dengan prinsip yang menjadi konsep dasar dari
kebersamaan, efesiensi hukum penataan ruang adalah
berkeadilan, berkelanjutan, kawasan yang memiliki fungsi
berwawasan lingkungan, utama lindung dan kawasan yang
kemandirian, serta dengan memiliki fungsi utama budidaya
menjaga keseimbangan kemajuan sehingga membagi peruntukan
dan kesatuan ekonomi nasional.”5 ruang menjadi dua berdasarkan
Walaupun isi dari konsep fungsi ruang tersebut.
pembangunan telah terdapat Kawasan yang memiliki fungsi
dalam konstitusi tetapi utama lindung memiliki pengertian
permasalahan lingkungan masih sebagaimana dalam Pasal 1 Angka
saja terjadi yang berakibat 21 UUPR yaitu “wilayah yang
terhadap rusaknya atau ditetapkan dengan fungsi utama
tercemarnya lingkungan akibat melindungi kelestarian lingkungan
dampak dari pembangunan. hidup yang mencakup sumber daya
Hukum dalam upaya alam dan sumber daya buatan”.8
pembangunan adalah sebagai Maka, kawasan yang ditetapkan
salah satu sarana yang harus
mampu mendorong proses 6
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam
Pembangunan, Bandung : Alumni, 2002, hlm. 104.
7
Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
4
Imamulhadi, Pokok-Pokok Hukum Lingkungan, Bandung : tentang Penataan Ruang.
8
Unpad Press, 2016, hlm 27. Pasal 1 Angka 21 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
5
Pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945 Amandemen Ke-IV. tentang Penataan Ruang.

24
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

sebagai fungsi utama lindung tidak dan kerusakan terhadap


dapat dilakukan pemanfaatan atau lingkungan hidup (daya lenting).10
pembangunan yang bertujuan Setiap lahan memiliki kapasitas
untuk melindungi kelestarian daya dukung, daya tampung, dan
lingkungan hidup yang di dalamnya daya lenting yang berbeda-beda.
terdapat sumber daya alam dan Perbedaan kapasitas tersebut akan
sumber daya buatan. berimplikasi pada peruntukan atau
Sementara itu, kawasan yang kegunaan lahan yang dalam
memiliki fungsi utama budidaya konsep dasar hukum penataan
dalam Pasal 1 Angka 22 UUPR ruang dibedakan atas fungsi
memiliki pengertian yaitu “wilayah lindung dan fungsi budidaya. Untuk
yang ditetapkan dengan fungsi itu, fungsi lingkungan hidup ini
utama untuk di budidayakan atas merupakan dasar atau indikator
dasar kondisi dan potensi sumber dalam menentukan fungsi
daya alam, sumber daya manusia penataan ruang apakah yang harus
dan sumber daya buatan”.9 Maka, diterapkan di suatu lahan.
kawasan yang memiliki fungsi Pembangunan berkelanjutan
utama budidaya merupakan yang pada konsepnya menekankan
kawasan yang dapat dimanfaatkan pembangunan secara optimal dari
berdasarkan potensi serta kondisi segi sumber dayanya, sehingga
yang dimiliki kawasan tersebut tercipta keadilan antar generasi
sehingga antara kawasan satu dalam hal pembangunan, dapat di
dengan kawasan lainnya dalam implementasikan dalam upaya
fungsi budidaya bisa berbeda penguatan konsep dasar hukum
peruntukan pemanfaatannya. penataan ruang. Di mana,
Dalam upaya pelestarian Pemahaman konsep pembangunan
lingkungan hidup, terdapat fungsi berkelanjutan dalam pemanfaatan
lingkungan hidup yang mencakup ruang atau lahan akan
daya dukung lingkungan, daya memaksimalkan penentuan fungsi
tampung lingkungan, dan daya lindung dan fungsi budidaya suatu
lenting lingkungan. Dengan adanya lahan di samping melihat dari
fungsi lingkungan hidup tersebut, indikator fungsi lingkungan hidup
maka lingkungan hidup sendiri yakni daya dukung, daya tampung,
mempunyai kapasitas diantaranya, dan daya lenting.
memberikan kontribusi untuk Berdasarkan pemaparan diatas,
perikehidupan manusia dan penulis akan membahas mengenai
makhluk hidup lainnya (daya implementasi konsep
dukung), menyerap berbagai zat pembangunan berkelanjutan
atau komponen yang masuk atau terhadap penguatan konsep dasar
di masukkan kepadanya (daya hukum penataan ruang yang
tampung) dan menetralisir unsur berupa fungsi lindung dan fungsi
pencemar serta memiliki sifat budidaya yang diidentifikasi
adaptif, sehingga apabila muncul berdasarkan fungsi lingkungan
gangguan-gangguan terhadap hidup yakni daya dukung, daya
lingkungan hidup tidak serta merta tampung, dan daya lenting.
akan mengakibatkan pencemaran
B. Metode Penelitian
9
Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
10
tentang Penataan Ruang. Imamulhadi, Op.cit., hlm 23.

25
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

Penelitian ini menggunakan Dalam sejarah perkembangan


pendekatan yuridis normatif yaitu hukum penataan ruang di
penelitian hukum yang dilakukan Indonesia, pada awalnya tidak
dengan cara meneliti bahan ada peraturan secara khusus
pustaka atau data sekunder mengenai penataan ruang
sebagai bahan dasar untuk diteliti melainkan hanya mengatur
dengan cara mengadakan untuk merekonstruksi kota-
penelusuran terhadap peraturan- kota yang rusak akibat
peraturan dan literatur-literatur kerusakan perang
yang berkaitan dengan kemerdekaan di Indonesia. Hal
pembahasan yang diteliti.11 ini sebagaimana terdapat
Peraturan-peraturan yang dalam Stadsvorming
dimaksud dalam penelitian ini Ordonantie (SVO) Nomor 168
seperti; Undang-Undang Dasar Tahun 1948 atau Ordonansi
Negara Indonesia Tahun 1945, Pembentukan Kota dan hanya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun berlaku untuk 15 kotapraja
2009 tentang Perlindungan dan serta terbatas.
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kemudian muncul
Undang-Undang Nomor 26 Tahun peraturan perundang-
2007 tentang Penataan Ruang, dan undangan yang pertama kali
peraturan terkait lainnya yang mengatur mengenai penataan
relevan. Selain itu, penelitian ini ruang sekaligus mencabut
bersifat deskriptif analitis, yaitu ketentuan SVO Nomor 168
dengan membuat suatu gambaran Tahun 1948 yaitu Undang-
yang sistematis, faktual, dan akurat Undang Nomor 24 Tahun 1992
mengenai fakta-fakta yang ada tentang Penataan Ruang, yang
guna memberikan data yang kemudian dijadikan dasar
seteliti mungkin terkait dengan untuk pelaksanaan hukum
pembahasan. penataan ruang. Undang-
Adapun, metode analisis data undang tersebut berlaku
yang digunakan dalam metode ini selama 25 tahun lamanya
ialah metode analisis yuridis hingga pada tahun 2007
kualitatif, yang mana data dibentuk Undang-Undang
sekunder yang telah dikumpulkan Nomor 26 Tahun 2007 tentang
kemudian dianalisis dan hasilnya Penataan Ruang yang secara
akan dipaparkan secara deskripsi, keseluruhan mengganti
sehingga diperoleh gambaran yang Undang-Undang Nomor 24
menyeluruh tentang permasalahan Tahun 1992 tentang Penataan
yang diteliti. Ruang yang sudah tidak
relevan lagi.
C. Pembahasan Dalam kedudukannya,
1. Konsep Dasar Hukum hukum penataan ruang secara
Penataan Ruang Berdasarkan substansial merupakan bagian
Fungsi Lingkungan Hidup dari hukum lingkungan yang
mengatur aspek khusus dalam
hukum lingkungan yang
11
mengatur mengenai
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali
peruntukan dan pemanfaatan
Pers, 2001, hlm. 13-14. Sumber Daya Alam (SDA)

26
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

dalam lingkungan hidup secara masyarakat umum terhadap


spasial.12 pola lingkungan hidupnya dan
Baik dalam UU Penataan berfungsi sebagai penjabaran
Ruang Tahun 1992 maupun kebijakan pemerintah
dalam UU Penataan Ruang mengenai pengembangan dan
Tahun 2007, keduanya pengelolaan lingkungan
memiliki konsep dasar yang hidup.15
sama yaitu kawasan yang Peruntukan ruang untuk
memiliki fungsi utama lindung fungsi lindung memiliki
dan kawasan yang memiliki pengertian bahwa ruang yang
fungsi utama budidaya. Hal ini telah ditetapkan menjadi
dapat dilihat pada UU fungsi lindung tidak dapat
Penataan Ruang Tahun 1992 dimanfaatkan atau dibangun
sebagaimana diatur dalam bahkan tidak boleh
Pasal 1 Angka 6 yaitu “kawasan direncanakan untuk
adalah wilayah dengan fungsi dimanfaatkan atau dibangun
utama lindung atau budi sehingga harus tetap sesuai
daya”13 dan pada UU Penataan dengan kondisi alami sesuai
Ruang Tahun 2007 pun ekosistem dari ruang tersebut.
disebutkan sama hanya saja Adapun, yang dimaksud
terdapat dalam Pasal 1 Angka dengan ekosistem yaitu suatu
20. sistem ekologi yang terbentuk
Pembagian kawasan dari hubungan timbal balik
tersebut yang membagi antara makhluk hidup dengan
menjadi kawasan lindung dan lingkungan yang ada
kawasan budidaya, menjadikan disekitarnya..16 Fungsi lindung
dasar bagi pembagian pola memiliki tujuan untuk
pemanfaatan ruang melindungi kelestarian
sebagaimana diatur dalam lingkungan hidup yang ada di
Pasal 1 Angka 4 UU Penataan ruang tersebut sehingga dapat
Ruang Tahun 2007 yaitu “pola terjaga dan berkelanjutan
ruang adalah distribusi untuk dapat dijadikan sebagai
peruntukan ruang dalam suatu penopang bagi peruntukan
wilayah yang meliputi ruang untuk fungsi budidaya.
peruntukan ruang untuk fungsi Peruntukan ruang untuk
lindung dan peruntukan ruang fungsi budidaya memiliki
untuk fungsi budidaya”.14 pengertian bahwa ruang yang
Rencana pola pemanfaatan telah ditetapkan menjadi
ruang merupakan sarana untuk fungsi budidaya boleh
meningkatkan daya manfaat dimanfaatkan dan dibangun
lahan yang merupakan berdasarkan kondisi serta
pengejawantahan keinginan potensi yang dimiliki oleh
atau kebutuhan dari ruang tersebut, sehingga
dalam fungsi budidaya
12 peruntukan ruang dapat
Yunus Wahid, Pengatar Hukum Tata Ruang, Jakarta :
Prenadamedia Group, 2016, hlm 47. berbeda-beda.
13
Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang.
14 15
Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Yunus Wahid, Op.Cit., hlm 43.
16
tentang Penataan Ruang. Imamulhadi, Op.Cit., hlm 12.

27
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

Fungsi lingkungan hidup lingkungan untuk


terdiri atas daya dukung mendukungnya sehingga
lingkungan, daya tampung terdapat keseimbangan
lingkungan dan daya lenting antara makhluk hidup dan
lingkungan.17 Ketiga daya dari lingkungan. Pada tingkatan
lingkungan ini merupakan satu ini tidak akan
kesatuan yang tidak mengakibatkan kerusakan
terpisahkan dalam fungsi karena lingkungan dapat
lingkungan hidup. dengan baik mendukung
Daya dukung lingkungan makhluk hidup.
memiliki pengertian yaitu d. Daya dukung sub optimum
kemampuan lingkungan hidup yaitu jumlah makhluk
untuk dapat mendukung hidup lebih rendah lagi dari
perikehidupan manusia dan jumlah optimum sehingga
makhluk hidup lainnya serta kemampuan lingkungan
keseimbangan antara untuk mendukungnya
keduanya. Daya dukung sangat baik karena
lingkungan dibagi menjadi 4 melebihi kebutuhan. Pada
(empat) tingkatan, yaitu tingkatan ini tidak akan
sebagai berikut:18 menimbulkan kerusakan
a. Daya dukung maksimum pada lingkungan.
yaitu jumlah maksimum Daya dukung lingkungan
dari makhluk hidup yang yang ideal untuk sebuah
dapat didukung oleh pemanfaatan pada peruntukan
lingkungannya. Pada ruang untuk fungsi budidaya
tingkatan ini jika terus adalah daya dukung optimum
menerus dilakukan akan karena memanfaatkan
mengakibatkan kerusakan sebesar-sebesarnya tetapi
pada lingkungan. masih dalam batas
b. Daya dukung sub sistem kemampuan lingkungan untuk
yaitu jumlah makhluk mendukungnya sehingga tidak
hidup yang sedikit mengakibatkan kerusakan
berkurang dari jumlah terhadap lingkungan.
maksimum serta Daya tampung lingkungan
kemampuan lingkungan memiliki pengertian dimana
untuk mendukung pas- lingkungan mempunyai
pasan. Pada tingkatan ini kemampuan untuk dapat
jika terus menerus menyerap zat, energi atau
dilakukan masih akan komponen lainnya yang masuk
berakibat kerusakan pada atau dimasukkan ke dalam
lingkungan seperti halnya lingkungan.19 Berdasarkan
maksimum. daya tampung lingkungan zat-
c. Daya dukung optimum zat yang masuk atau
yaitu jumlah makhluk dimasukkan baik oleh kejadian
hidup yang lebih rendah alam atau pun oleh tangan
dari kemampuan manusia tidak serta merta

17
Ibid., hlm 23.
18 19
Ibid., hlm 20-21. Ibid., hlm 21.

28
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

merusak atau mencemari penataan ruang yang sejatinya


lingkungan. bertujuan untuk
Daya lenting lingkungan memanfaatkan ruang secara
memiliki pengertian dimana optimal, lestari dan
lingkungan mempunyai berkelanjutan. Parameter atau
kemampuan untuk dapat pulih standar dari fungsi lingkungan
kembali setelah terjadi hidup akan mempengaruhi
gangguan terhadap kepada kebijakan penetapan
lingkungan.20 Berdasarkan peruntukan suatu ruang.
daya lenting lingkungan, zat- Ketika peruntukan ruang
zat yang masuk atau ditetapkan sebagai fungsi
dimasukkan pada lingkungan lindung tentu saja sifat dari
tidak akan selamanya ada ruang tersebut menjadi
menjadi wujud dari zat konservatif atau tidak dapat
tersebut karena akan dimanfaatkan sehingga akan
dinetralisir oleh lingkungan mengaja kelestarian dari alam
sendiri. itu sendiri serta menjadi
Penentuan pola penyeimbang dengan
pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan yang dilakukan
dapat ditetapkan apakah ruang pada peruntukan ruang untuk
sebagai fungsi lindung atau fungsi budidaya. Seperti halnya
fungsi budidaya ditentukan dalam ruang untuk fungsi
oleh fungsi lingkungan hidup lindung, misalnya hutan di
yang terdiri atas daya dukung, pegunungan berdasarkan
daya tampung, dan daya fungsi lingkungan hidupnya
lenting. Sebelum penentuan ditetapkan sebagai fungsi
peruntukan suatu ruang, akan lindung menjadikan hutan
terlebih dahulu di inventarisasi tersebut tidak dapat
fungsi lingkungan hidup dari dimanfaatkan atau dibangun
suatu ruang. Setelah bahkan direncanakan untuk
diinventarisasi, maka dibangun, hal ini pun tentu
penetapan peruntukan ruang akan memberikan dampak
akan ditetapkan. Fungsi positif pada fungsi lingkungan
lingkungan hidup ini memiliki hidup yaitu kelestarian dan
peranan yang sangat penting berkelanjutan karena dari
bagi penentuan peruntukan penetapan tadi mengakibatkan
ruang karena hasil dari hutan di pegunungan harus
inventarisasi fungsi lingkungan sesuai dengan kondisi alaminya
hidup akan berpengaruh dan akan memperkecil
kepada penetapan peruntukan kemungkinan terjadinya
suatu ruang. bencana alam akibat dari
Berdasarkan hal tersebut kerusakan alam seperti longsor
fungsi lingkungan hidup dan banjir yang akan
merupakan hal fundamental merugikan ruang untuk fungsi
yang menjadi alat untuk budidaya yang ada di
mengukur penetapan ruang bawahnya. Untuk itu,
dalam konsep dasar hukum penetuan penetapan ruang
dalam hal ini bukan hanya
20
Ibid., hlm 22. melindungi kelestarian pada
ruang untuk fungsi lindung saja

29
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

melainkan melindungi juga penataan ruang memiliki


ruang untuk fungsi budidaya peranan yang sangat penting
dari bencana-bencana yang dalam penentuan
diakibatkan dari ruang untuk pemanfaatan ruang yang
fungsi lindung. menjaga pelestarian
Dalam ruang untuk fungsi lingkungan hidup.
budidaya tidak semua ruang Atas hal tersebut, maka
yang telah ditetapkan dapat terjadi hubungan timbal balik
dimanfaatkan atau dibangun antara konsep dasar hukum
dengan yang sejenis melainkan penataan ruang yang membagi
diperlukan juga penentuan peruntukan ruang menjadi
peruntukan kembali dalam fungsi lindung dan fungsi
fungsi budidaya karena kondisi budidaya dengan fungsi
serta potensi sumber daya lingkungan hidup yaitu daya
alam, sumber daya manusia dukung lingkungan, daya
dan sumber daya buatan tampung lingkungan dan daya
antara ruang satu dan ruang lenting lingkungan. Kesesuaian
lainnya berbeda. Penentuan peruntukan ruang dengan
tersebut akan didasarkan fungsi lingkungan hidup dapat
kepada daya dukung melindungi alam itu sendiri
lingkungan yang optimum sehingga akan terwujud
sehingga pada ruang dapat pelestarian lingkungan dan
dilakukan pemanfaatan atau mengindari eksploitasi
pembangunan sebesar- lingkungan secara berlebihan.
besarnya tanpa merusak fungsi 2. Hubungan Pembangunan
lingkungan hidup itu sendiri. Berkelanjutan dengan Fungsi
Seperti halnya pada ruang yang Lingkungan Hidup
memiliki tingkat kemiringan Pembangunan berkelanjutan
yang terjal yaitu 30% sampai (sustainable development)
50%, maka fungsi budidaya merupakan istilah yang
pada ruang tersebut akan dipopulerkan oleh World
ditetapkan sebagai peruntukan Commission on Environment
bagi hutan industri. Hal and Development (WCED)
tersebut melihat juga kepada yang dibentuk oleh PBB yang
daya dukung ruang pada tugas utamanya mengadakan
daerah terjal yang condong penelaahan penyerasian
akan tergerus dan lingkungan (environment) dan
menimbulkan bencana alam pembangunan (development)
ketika hujan besar jika tidak yang pada praktiknya
diperuntukan sebagai hutan seringkali bertentangan satu
industri. sama lainnya.21
Maka dari itu, konsep Oleh WCED pembangunan
dasar hukum penataan ruang berkelanjutan dimaknai
dengan fungsi lingkungan sebagai pembangunan yang
hidup memiliki keterkaitan memenuhi kebutuhan masa
satu sama lain, dimana fungsi
lingkungan hidup merupakan 21
Zairin Harahap, “Pembangunan Berkelanjutan: Analisis
alat untuk menentukan terhadap UULLAJ”, Jurnal Hukum, Vol. 7, No. 14,
penetapan peruntukan ruang (2000), hlm. 185.
dalam konsep dasar hukum

30
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

kini tanpa mengurangi terus menerus dari generasi


kemampuan terpenuhinya yang satu ke generasi yang
kebutuhan generasi masa lain.24
depan. Di mana, dalam definisi Lebih lanjut, dalam World
tersebut dapat ditemukan dua Summit Report 2005
elemen penting yaitu; 1) pembangunan berkelanjutan
gagasan kebutuhan, terkhusus haruslah didirikan di atas tiga
kebutuhan masyarakat pilar pokok, yaitu 1) ekonomi,
dengan ekonomi rendah yang 2) sosial, dan 3) lingkungan.
harus diberi prioritas utama, Ketiganya ini dibentuk
dan 2) gagasan keterbatasan, haruslah saling menopang
yang sumbernya terdapat satu sama lainnya. Dengan
pada kondisi teknologi dan demikian, pada prinsipnya
organisasi sosial terhadap pembangunan berkelanjutan
kemampuan lingkungan untuk tidak hanya difokuskan pada
memenuhi kebutuhan masa aspek-aspek pembangunan
kini maupun masa depan.22 ekonomi dan sosial saja, tetapi
Surna Tjahja berlandaskan pula aspek
23
Djajadiningrat perlindungan terhadap
mengemukakan bahwasannya lingkungan. Maka,
pembangunan berkelanjutan pengembangan konsep
adalah pembangunan yang pembangunan berkelanjutan
dapat memenuhi kebutuhan ini termasuk pada
saat ini dengan mengindahkan terpenuhinya kebutuhan dasar
kemampuan generasi (basic needs) dan penyaluran
mendatang dalam mencukupi kesempatan untuk
kebutuhannya. Kemudian, menampung aspirasi menuju
beliau mengatakan pula kehidupan yang lebih baik.25
bahwa proses pembangunan Sejalan dengan konsep
berkelanjutan ini bertitik tolak tersebut yang memadukan
pada tiga faktor yakni: antara aspek ekonomi, sosial,
1) Kondisi sumber daya alam; dan lingkungan dalam satu
2) Kualitas lingkungan; dan kesatuan konsepsi
3) Faktor kependudukan. pembangunan berkelanjutan,
Ketiga faktor tersebut maka dalam hukum positif
harus dimaknai bahwa Indonesia terkait lingkungan
pembangunan berkelanjutan hidup yakni Undang-Undang
perlu memuat usaha pada Nomor 32 Tahun 2009 tentang
arah untuk memelihara Perlindungan dan Pengelolaan
keutuhan fungsi lingkungan Lingkungan Hidup dalam Pasal
agar sumber daya alam dapat 1 Angka 3 menyatakan bahwa:
secara berlanjut menopang “Pembangunan berkelanjutan
proses pembangunan secara adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan
22
World Commission on Environment and Development aspek lingkungan hidup,
(WCED), Our Common Future, Oxford: Oxford
Univerisity Press, 1987, hlm. 43. 24
Ibid, hlm. 7-9.
23 25
Surna T Djajadiningrat, “Pembangunan Berkelanjutan Thomas A. Easton, Taking Sides: Clashing Views on
dan Berwawasan Lingkungan”, Jurnal Hukum Controversial Environmental Issues, New York: McGraw
Lingkungan, Vol. 1, No.1, (1994), hlm. 6. Hill Education, 2008, hlm. 28-33.

31
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

sosial, dan ekonomi ke dalam infrastruktur yang


strategi pembangunan untuk memadai, kemitraan, serta
menjamin keutuhan energi bersih yang
lingkungan hidup serta terjangkau.
keselamatan, kemampuan, 3) Pilar pembangunan
kesejahteraan, dan mutu lingkungan, yakni
hidup generasi masa kini dan tercapainya pengelolaan
generasi masa depan”. sumber daya alam dan
PBB dalam sidang lingkungan yang
umumnya pada 25 September berkelanjutan sebagai
2015 di New York, Amerika penyangga seluruh
Serikat secara resmi telah kehidupan.
menetapkan Agenda 4) Pilar pembangunan hukum
Pembangunan Berkelanjutan dan tata kelola, yakni
atau yang biasa disebut terwujudnya kepastian
Sustainable Development hukum dan tata kelola yang
Goals (SDGs) yang berlaku efektif, transparan,
sebagai agenda pembangunan akuntabel, dan parsitipatif
berkelanjutan dalam periode untuk menciptakan
tahun 2015-2030 stabilitas kemanan dan
menggantikan Millenium mencapai negara yang
Development Goals (MDGs) berdasarkan hukum.
atau Tujuan Pembangunan Seperti telah dikemukakan
Millenium yang berlaku pada sebelumnya bahwasannya
periode tahun 2000-2015. fungsi lingkungan hidup
Terdapat empat pilar SDGs memiliki tiga titik tolak atau
yang menjadi patokan dalam objek perhatian yakni daya
melaksanakan agenda dukung, daya tampung, dan
pembangunan berkelanjutan daya lenting yang ketiganya
tersebut diantaranya:26 harus seimbang satu sama
1) Pilar pembangunan sosial, lainnya demi menciptakan
yakni tercapainya fungsi lingkungan hidup yang
pemenuhan hak dasar optimal. Ketiga aspek fungsi
manusia yang berkualitas lingkungan hidup tersebut
secara adil dan setara menjadi titik tolak pula untuk
untuk meningkatkan menentukan apakah pada
kesejahteraan bagi suatu ruang dapat diterapkan
masyarakat. konsep dasar hukum penataan
2) Pilar pembangunan ruang berupa fungsi lindung
ekonomi, yakni tercapainya ataukah fungsi budidaya.
pertumbuhan ekonomi Berbicara mengenai
berkualitas melalui penguatan konsep dasar
keberlanjutan peluang hukum penataan ruang, yang
kerja dan usaha, inovasi, pada hakikatnya bertujuan
industri, inklusif, untuk mewujudkan pelestarian
lingkungan hidup melalui
26
International Conference on Public Health, “Sustainable pemanfaatan ruang secara
Development Goals”,
http://theicph.com/id_ID/id_ID/icph/sustainable-
optimal, konsep pembangunan
development-goals/, Diakses pada 28 April 2020. berkelanjutan juga memiliki
kontribusi yang besar dalam

32
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

upaya penguatan konsep erosi.27 Disamping itu, jika kita


tersebut. melihat konsep pembangunan
Sebagaimana dikemukakan berkelanjutan, lahan tersebut
sebelumnya, diketahui bahwa memang lebih cocok
konsep utama pembangunan mengemban fungsi lindung,
berkelanjutan ialah keadilan karena jika fungsi budidaya
antar generasi dari segi diterapkan maka akan
pembangunan. Dalam menimbulkan ketidakadilan
menentukan apakah suatu pembangunan antargenerasi,
ruang memiliki fungsi lindung dimana jika lahan tersebut saat
atau fungsi budidaya, selain ini digunakan, misalnya untuk
meninjau pada daya dukung, budidaya suatu tanaman, maka
daya tampung, dan daya yang akan menikmati
lenting dari lingkungan itu pembangunan tersebut
sendiri, perlu juga diperhatikan hanyalah generasi saat ini saja,
apakah pemanfaatan ruang tidak sampai ke generasi yang
tersebut tidak akan akan datang mengingat daya
mengakibatkan ketimpangan dukung, daya tampung, dan
pembangunan antar generasi daya lenting yang dimiliki lahan
sekarang dengan generasi di tersebut tidak sanggup
masa datang. Terlebih lagi, jika mengemban fungsi budidaya
kita lihat konsep pembangunan itu secara terus-menerus
berkelanjutan secara karena sangat rentan terjadi
keseluruhan, tidak hanya erosi.
mencakup aspek ekologi saja, Untuk itu, hubungan
tetapi juga aspek ekonomi, antara konsep pembangunan
sosial, dan hukum dan tata berkelanjutan dengan fungsi
kelola. Artinya, pada konsep lingkungan hidup dalam hal
pembangunan berkelanjutan, penguatan konsep dasar
keadilan antar generasi dalam hukum penataan ruang, ialah
hal pembangunan yang hendak antar keduanya memiliki
dicapai didasarkan keempat hubungan yang sinergis satu
pilar tersebut. sama lainnya utamanya dalam
Sebagai gambaran, menentukan fungsi
diberikan contoh konkrit atas peruntukkan suatu ruang.
pemanfaatan lahan di lereng Fungsi lingkungan hidup
Gunung Api Sindoro, Jawa melihat dari segi daya dukung,
Tengah yang memiliki daya tampung, dan daya
kemiringan 15%-40% dengan lenting suatu lahan, sementara
tanah, dengan memperhatikan konsep pembangunan
aspek daya dukung, daya berkelanjutan melihat dari segi
tampung, dan daya lenting keadilan antar generasi baik
pada lingkungan tersebut, dari segi pilar ekologi,
diketahui bahwasannya lahan ekonomi, sosial, dan hukum
tersebut memiliki fungsi dan tata kelola. Penggunaan
lindung, bukan fungsi budidaya
karena rentan terjadinya 27
Hendro Murtianto, “Penataan Ruang Berdasarkan Fungsi
Kawasan Lereng Gunung Api Sindoro”, Jurnal Geografi
Gea, Vol. 9 No.1, (2008), hlm. 1-2.

33
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

konsep pembangunan lingkungan hidup yang ada pada


berkelanjutan dan fungsi ruang itu yang mencakup daya
lingkungan hidup yang dukung, daya tampung, dan daya
terintegrasi dalam lenting. Telah dikemukakan
menentukan fungsi lindung sebelumnya bahwa antara konsep
dan fungsi budidaya suatu pembangunan berkelanjutan dan
ruang akan mewujudkan fungsi lingkungan hidup memiliki
penguatan konsep dasar hubungan yang seinergis dalam
hukum penataan ruang. upaya penguatan konsep dasar
3. Konsep Pembangunan hukum penataan ruang.
Berkelanjutan Sebagai Jalan Pembangunan berkelanjutan
Menuju Penguatan Konsep Dasar memiliki konsep bahwa
Hukum Penataan Ruang pembangunan yang dilakukan saat
Jika kita lihat konsep ini tidak mengurangi kemampuan
pembangunan berkelanjutan pembangunan dimasa yang akan
secara keseluruhan, pada dating, sehingga pembangunan
prinsipnya mencakup banyak aspek yang dilakukan tidak boleh
penunjang kehidupan manusia. merusak fungsi lingkungan hidup
Untuk itu, sebenarnya pada suatu ruang. Konsepsi ini
pembangunan merupakan pangkal tentu dapat memperkuat konsep
dari terciptanya kehidupan dasar hukum penataan ruang yang
manusia dan sebagai penentu akan membagi ruang menjadi dua fungsi
seperti apa aspek-aspek dalam yaitu fungsi lindung dan fungsi
kehidupan itu berjalan. Dalam budidaya.
melakukan suatu pembangunan Pada Pasal 1 Angka 5 UUPR
tentunya membutuhkan sarana menyatakan mengenai pengertian
yang dalam hal ini ialah ruang. penataan ruang yakni suatu sistem
Ruang yang merupakan salah satu proses terhadap perencanaan tata
komponen dalam lingkungan ruang, pemanfaatan ruang, dan
memegang peranan penting dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
terwujudnya pembangunan yang Dilihat dari pengertian tersebut,
baik terkhusus untuk mewujudkan maka penataan ruang ini
konsep pembangunan merupakan susunan ruang yang
berkelanjutan, karena dengan teratur, serasi, dan sederhana,
dimanfaatkannya ruang secara sehingga sebenarnya dalam
optimal, pembangunan yang penataan ruang ini tidak hanya
dilakukan akan tepat sasaran. ruang atau tempatnya saja yang
Dalam kaitannya dengan ditata melainkan sarana dan
penataan ruang, seperti kita prasarananya pula.28 Menurut
ketahui bahwasannya penataan Daud Silalahi,29 dari pengertian
ruang memiliki konsep dasar yang tersebut pada penataan ruang ini
membagi ruang menjadi fungsi terdiri atas 3 (tiga) kegiatan utama
lindung dan fungsi budidaya yang
tentunya dalam peruntukannya
28
memiliki konteks yang berbeda Basri, “Penataan dan Pengelolaan Wilayah Kelautan
dalam Perspektif Otonomi Daerah dan Pembangunan
satu sama lainnya. Sebagaimana Berkelanjutan”, Jurnal Perspektif, Vol. 18 No. 3, (2013),
kita ketahui pula untuk 29
hlm. 182.
M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem
menentukan apakah suatu ruang Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung:
memiliki fungsi lindung atau fungsi Alumni, 2001, hlm. 80.
budidaya bertitik tolak pada fungsi

34
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

yaitu; perencanaan tata ruang, lingkungan hidup secara


31
perwujudan tata ruang, dan berkelanjutan.
pengendalian tata ruang. Dari Melalui konsep dasar penataan
ketiga kegiatan pada penataan ruang yang ditentukan secara tepat
ruang, yang menjadi konsentrasi dan sesuai sararan dalam tahap
pembahasan pada bagian ini dalam perencanaan ruang, maka aspek-
kaitannya dengan pembangunan aspek kehidupan juga turut akan
berkelanjutan ialah kegiatan berkembang dengan baik,
perencanaan tata ruang. mengingat pembangunan terhadap
Perencanaan tata ruang suatu ruang ini menyangkut dan
merupakan kegiatan merumuskan berdampak pada berbagai sektor
dan menetapkan pemanfaatan atau aspek yang luas dalam
ruang serta kaitannya dengan kehidupan. Akan tetapi konsep
berbagai manfaat lainnya dalam dasar hukum penataan ruang yang
ruang. Perlu diketahui, bahwa membagi peruntukan ruang
tingkat pemanfaatan dari ruang ini menjadi fungsi lindung dan fungsi
turut bergantung pada budidaya berdasarkan fungsi
pemanfaatan sumber daya alam lingkungan hidup, dalam
yang tersedia atau yang dapat praktiknya masih banyak
disediakan dengan optimal.30 ketidaksesuaian dengan
Dalam perencanaan tata ruang peruntukan ruang yang
yang didalamnya menetapkan seharusnya. Seperti dalam kasus
pemanfataan dari suatu ruang, Sungai Ciliwung yang merupakan
tentunya terdapat tahap untuk salah satu sungai terpanjang di
mengidentifikasi apakah ruang ini Pulau Jawa dan merupakan sungai
dapat mengemban fungsi lindung yang paling sering disorot karena
ataukah fungsi budidaya alirannya yang melewati wilayah
sebagaimana konsep dasar dari Ibu Kota Negara. Pada setiap
penataan ruang. Tahap identifikasi sungai terdapat Daerah Aliran
ini sangatlah penting karena akan Sungai (DAS) yaitu suatu hamparan
berpengaruh secara keseluruhan wilayah atau kawasan yang
terhadap tahapan lainnya dalam dibatasi oleh pembatas topografi
penataan ruang dan mewujudkan yaitu punggung bukit yang
pemanfaatan ruang yang optimal. memiliki fungsi untuk menerima air
Lebih lanjut lagi, jika kita melihat hujan, mengumpulkan air hujan,
tujuan dari perencanaan ruang sedimen dan unsur hara serta
sendiri adalah untuk mengarahkan mengalirkannya melalui anak-anak
struktur dan lokasi beserta sungai dan kemudian keluar pada
hubungan fungsional yang serasi sungai utama ke arah laut atau
dan seimbang dalam rangka danau.32 Berdasarkan fungsinya
pemanfaatan sumber daya DAS dibagi menjadi 3 yaitu DAS
manusia, sehingga tercapainya Hulu sebagai kawasan fungsi
hasil pembangunan yang optimal
dan efisien bagi peningkatan 31
Basri, Loc.Cit.
32
kualitas manusia dan kualitas Edi Effendi, “Kajian Modal Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Terpadu”, Direktorat Kehutanan dan
Konservasi Sumberdaya Air, Bappenas,
https://www.bappenas.go.id/files/1213/5053/3289/17
kajian-model-pengelolaan-daerah-aliran-sungai-das-
terpadu__20081123002641__16.pdf, Diakes pada 27
30
Ibid, hlm. 81. April 2020, hlm. 2.

35
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

lindung, DAS Tengah dan DAS Hilir lindung sebagai perlindungan


sebagai kawasan fungsi budidaya.33 terhadap Sumber Daya Air (SDA)
Sungai Ciliwung memiliki luas serta pendayagunaan SDA dalam
DAS hulu seluas sekitar 14.837 DAS merupakan peruntukan ruang
hektar dan merupakan daerah untuk fungsi budidaya. Maka,
pegunungan dengan ketinggian harus ditetapkan paling sedikit 30%
antara 300 mdpl hingga 2040 dari total luas wilayah DAS sebagai
mdpl. Tetapi dari data Badan kawasan hutan yang
Planologi Kementerian LHK yang peruntukannya untuk fungsi
diliris pada tahun 2014 lindung, di mana penetapan
membandingkan data luasan DAS tersebut berada di DAS daerah
pada tahun 1996 dan 2013. DAS hulu. Pengalihfungsian lahan yang
CIliwung Hulu pada tahun 1996 menyebabkan fungsi lindung dari
memiliki kawasan hutan seluas DAS Ciliwung Hulu sudah tidak
5671,7 ha, pertanian lahan kering sesuai dengan fungsi dan
seluas 8696,3 ha, permukiman peruntukannya serta tidak sesuai
seluas 383,3 ha dan semak belukar dengan pengaturan DAS dalam
serta lahan terbuka seluas 128,7 ha UUPR menimbulkan permasalahan
sedangkan pada tahun 2013 seperti banjir di DKI Jakarta.
menunjukkan penurunan luas Jika dihubungkan dengan
hutan sebesar 496,6 ha, pertanian konsep pembangunan
lahan kering sebesar 1892,9 ha, berkelanjutan (SDGs) yang di
serta semak belukar dan tanah dalamnya memuat pilar-pilar yang
terbuka sebesar 66,6 ha. Luas penting dalam hal pembangunan,
pemukiman bertambah sebesar tentunya akan memaksimalkan
1465 ha dari 383,3 ha sehingga ketepatan penentuan konsep dasar
terjadi peningkatan luas penataan ruang. Pertama,
pemukiman sebesar 1081,7 ha.34 terhadap pilar pembangunan
Jika dikembalikan terhadap konsep sosial, akan terpenuhinya hak-hak
dasar hukum penataan ruang, DAS dasar manusia yang berkualitas
ciliwung Hulu seharusnya tidak karena terhadap ruang tersebut
boleh dilakukan pemanfaatan atau memberikan manfaat yang nyata
dibangun karena memiliki fungsi serta optimal bagi masyarat, baik
lindung. itu pada ruang yang memiliki
Dalam Pasal 17 Ayat (5) UUPR fungsi lindung dan fungsi budidaya.
diatur bahwa untuk melestarikan Kedua, pilar pembangunan
lingkungan harus ditetapkan 30% ekonomi, akan tercapainya
dari luas wilayah suatu DAS untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi
kawasan hutan dalam rencana tata dan berkualitas, karena suatu
ruang wilayah (RTRW). DAS yang ruang yang diidentifikasi fungsinya
ditetapkan tersebut merupakan dengan tepat akan menghasilkan
peruntukan ruang untuk fungsi suatu hasil yang baik pula dilihat
dari nilai ekonomisnya. Ketiga,
33
Ibid., hlm. 4. pilar pembangunan lingkungan, hal
34
Sarif Robo, dkk, “Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan ini merupakan hal yang sangat
dan Dampaknya Terhadap Respon Hidrologi DAS
Ciliwung Hulu”, JTERA – Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. jelas akan terwujud karena
3, No .2, Desember 2018 hlm. 157-158. lingkungan akan diperankan sesuai
dengan fungsi dan porsinya,
sehingga sumber daya yang ada di
dalamnya akan berfungsi secara

36
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

optimal dan tentunya Pembangunan berkelanjutan


berkelanjutan, tidak hanya semata- yang pada konsepnya menekankan
mata mengeksplotasi. Keempat, pembangunan secara optimal,
pilar pembangunan hukum dan menghendaki terciptanya keadilan
tata kelola, dengan ditentukannya antar generasi dalam hal
fungsi suatu ruang yang bersumber pembangunan, melalui 4 pilar
pada syarat-syarat yang berlaku yakni lingkungan, ekonomi, sosial,
secara baku yang dijabarkan dalam dan hukum dan tata kelola. Konsep
suatu norma perundang-undangan pembangunan berkelanjutan
maka akan tercipta kepastian memiliki hubungan yang sinergis
hukum dan tata kelola yang baik dengan fungsi lingkungan hidup
dalam pemerintahan. dalam hal penentuan fungsi
Maka dari itu, dengan peruntukkan suatu ruang, sehingga
pengimplementasian pelaksanaan identifikasi atas fungsi tersebut
konsep pembangunan dapat dilakukan secara maksimal
berkelanjutan akan membantu dan tepat. Untuk itu,
pemanfaatan lingkungan hidup pengimplementasian konsep
secara optimal dan lestari sehingga pembangunan berkelanjutan dapat
akan menjaga fungsi lingkungan memperkuat konsep dasar hukum
hidup, dimana hal tersebut dapat penataan ruang.
memperkuat konsep dasar hukum Penulis berpendapat terkait
penataan ruang. problematika dalam tulisan ini,
diperlukan pemahaman yang
mendalam dan sinergis antara
konsep dasar hukum penataan
D. Penutup ruang, fungsi lingkungan hidup,
Hukum penataan ruang memiliki dan pembangunan berkelanjutan
konsep dasar yang membagi oleh pihak-pihak terkait, baik
peruntukan ruang menjadi 2 yaitu pemerintah, praktisi hukum,
fungsi lindung dan fungsi budidaya. praktisi lingkungan, pihak swasta
Pembagian peruntukkan ruang penyelenggara pembangunan, dan
tersebut ditentukan berdasarkan pihak-pihak lain yang berpengaruh
fungsi lingkungan hidup suatu baik secara langsung maupun tidak
ruang yang terdiri atas daya langsung dalam proses
dukung, daya tampung, dan daya perencanaan penataan ruang.
lenting lingkungan, sehingga Dengan dipahaminya ketiga
pembangunan yang dilakukan tidak konsep tersebut, maka akan
akan merusak fungsi lingkungan tercipta tindakan serta kebijakan
hidup pada ruang tersebut. yang bertitik tolak pada
Akan tetapi dalam praktiknya pemanfaatan ruang secara optimal
masih banyak pembangunan yang yang kemudian bermuara pada
dilakukan secara serta merta saja penguatan konsep dasar hukum
dan berujung pada eksploitasi penataan ruang.
lingkungan hidup. Hal tersebut
disebabkan karena ketidaktepatan Daftar Pustaka
bahkan tidak dilakukannya Buku
identifikasi fungsi peruntukkan Imamulhadi, Pokok-Pokok Hukum
ruang saat proses perencanaan Lingkungan, Unpad Press,
tata ruang. Bandung, 2016.

37
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

M. Daud Silalahi, Hukum Sindoro”, Jurnal Geografi Gea,


Lingkungan dalam Sistem Vol. 9 No.1, (2008).
Penegakan Hukum Lingkungan International Conference on Public
Indonesia, Bandung: Alumni, Health, “Sustainable
2001. Development Goals”,
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep- http://theicph.com/id_ID/id_ID
konsep Hukum dalam /icph/sustainable-
Pembangunan, Bandung : development-goals/, Diakses
Alumni, 2002. pada 28 April 2020.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Sarif Robo, Hidayat Pawitan, dkk,
Penelitian Hukum Normatif “Proyeksi Perubahan
(Suatu Tinjauan Singkat), Penggunaan Lahan dan
Jakarta: Rajawali Pers, 2001. Dampaknya Terhadap Respon
Thomas A. Easton, Taking Sides: Hidrologi DAS Ciliwung Hulu”,
Clashing Views on JTERA – Jurnal Teknologi
Controversial Environmental Rekayasa, Vol 3, No 2,
Issues, New York: McGraw Hill Desember 2018.
Education, 2008. Surna T Djajadiningrat,
World Commission on “Pembangunan Berkelanjutan
Environment and Development dan Berwawasan Lingkungan”,
(WCED), Our Common Future, Jurnal Hukum Lingkungan, Vol.
Oxford: Oxford Univerisity 1, No.1, (1994).
Press, 1987. Tim Indonesian Institute for
Yunus Wahid, Pengatar Hukum Sustainable Mining, “Sejarah
Tata Ruang, Jakarta: dan Konsep Pembangunan
Prenadamedia Group, 2016. Berkelanjutan sebagai Tujuan
Sosial dan Prinsip Dasar
Pembangunan Berkelanjutan”,
Dokumen Lain Iism.or.id/2017/12/28/sejarah-
Basri, “Penataan dan Pengelolaan dan-konsep-pembangunan-
Wilayah Kelautan dalam berkelanjutan-sebagai-tujuan-
Perspektif Otonomi Daerah dan sosial-dan-prinsip-dasar-
Pembangunan Berkelanjutan”, pembangunan-berkelanjutan/,
Jurnal Perspektif, Vol. 18 , No. Diakses pada 26 April 2020.
3, (2013). World Commition on Environment
Edi Effendi, “Kajian Modal and Development (WCED),
Pengelolaan Daerah Aliran “Report of the World
Sungai (DAS) Terpadu”, Commission on Environment
Direktorat Kehutanan dan and Development : Our
Konservasi Sumberdaya Air, Common Future”, United
Bappenas,https://www.bappen Nation, 1987.
as.go.id/files/1213/5053/3289/ Zairin Harahap, “Pembangunan
17kajian-model-pengelolaan- Berkelanjutan: Analisis
daerah-aliran-sungai-das- terhadap UULLAJ”, Jurnal
terpadu__20081123002641__1 Hukum, Vol. 7, No. 14, (2000).
6.pdf, Diakses pada 27 April
2020. Dokumen Hukum
Hendro Murtianto, “Penataan Undang-Undang Dasar Negara
Ruang Berdasarkan Fungsi Republik Indonesia Tahun
Kawasan Lereng Gunung Api 1945.

38
Padjadjaran Law Review P-ISSN : 2407-6546
Volume 8, Nomor 1, 2020 E-ISSN : 2685-2357

Undang-Undang Nomor 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

39

You might also like