You are on page 1of 7

Nama : Arlina Faradita

NIM : 06131281924034

Kelas : Indralaya

Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah Populer

REVIEW JURNAL ILMIAH

Sistematika Keterangan Review


Judul Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Judul jurnal ilmiah biasanya
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Organ terdiri dari 12 kata dan
Peredaran Darah dan Fungsinya. jurnal diatas terdiri dari 16
kata. Akan tetapi judul yang
ditulis sudah baik karena
dapat dipahami dan
menggunakan kata kata
yang jelas.
Nama Penulis Sulhan. Pada penulisan jurnal ilmiah
biasanya nama penulis
ditulis dengan gelar, tetapi
untuk jurnal diatas nama
penulisnya tidak ditulis
dengan gelar.
Nama Jurnal Jurnal elektronik Universitas Pendidikan Ganesha.
yang
mempublikasi
Tahun dan Volume 4, Number 1 Tahun 2020, Pages 1-8.
Halaman
Abstrak Penulisan abstrak pada
jurnal yang saya pilih sudah
baik karena terdapat
beberapa hal yang harus ada
didalam abstrak seperti latar
belakang, tujuan, metode
dan hasil secara singkat dan
jelas.
Tujuan Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan Tujuan yang dimuat sudah
Penelitian pemahaman tentang organ peredaran darah dan baik karena sudah jelas dan
fungsinya dalam kegiatan belajar mengajar pada mata spesifik sehingga dalam
pelajaran IPA. penelitian ini terfokus dalam
masalah yang diteliti.
Subyek Peseta didik kelas V SD Negeri Candiwatu, Subyek pada jurnal sudah
Penelitian Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. baik dan spesifik
Pendahuluan Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang kurang Pendahuluan pada artikel
diminati siswa, karena dianggap sebagai pelajaran yang saya review sudah
paling sulit. Hal ini menyebabkan timbul berbagai ditulis dengan baik. Penulis
masalah baik bagi guru maupun orang tua siswa. mengemukakan permasalah
Salah satu penyebabnya adalah guru belum dengan jelas dan juga
menggunakan alat peraga yang sesuai. Agar tercapai ringkas mengenai
tujuan yang diinginkan guru harus memikirkan cara “Penerapan Model
penyampaian materi secara efektif agar mudah Pembelajaran Make A
diterima siswa secara nyata yaitu dengan Match untuk Meningkatkan
menggunakan alat peraga yang sesuai, metode yang Hasil Belajar IPA Materi
bervariasi serta evaluasi yang tepat. Organ Peredaran Darah dan
Secara umum pengertian hasil belajar adalah Fungsinya”.
perubahan perilaku dan kemampuan secara Penulis juga menjelaskan
keseluruan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, mengapa memilih
yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif permasalahan ini
dan psikomotor ( bukan hanya salah satu aspek
potensi saja) yang disebabkan pengalaman. Untuk
meningkatkan motivasi dan penguasaan siswa pada
materi, penulis melakukan perbaikan pembelajaran
yaitu dengan menerapkan metode Make a Match.
Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian kualitatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas
dengan model pembelajaran Mach A Match.
Hasil dan Data hasil pretes kelompok siswa sebelum mendapat Hasil dan pembahasan yang
Pembahasan Pembelajaran dengan menggunakan media ditulis dalam artikel ilmiah
pembelajaran Make a Match, dianalisis untuk ini sudah baik, karena
mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman penulis mengemukakan
tentang materi belajar yang berhubungan dengan temuan yang bermakna dan
materi “Organ peredaran darah dan fungsinya”. Hasil relevan sesuai dengan
belajar siswa terlihat bahwa nilai pretes kelompok tujuan penelitian. Didalam
siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran penelitian ini juga
dengan model pembelajaran Make a Match adalah menunjukkan hasil yang
68,65. baik berupa perbandingan
Perencanaan di mulai dengan membentuk kelompok hasil penelitian dengan
diskusi. Siswa yang berjumlah 23 siswa dibagi sebelum dilakukan
menjadi 4 kelompok sehingga masing-masing penelitian.
kelompok berjumlah 6 siswa. Materi pelajaran yang
diajarkan pada siklus I ini adalah pokok bahasan
organ peredaran darah dan fungsinya. Proses
pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran
Make a Match yang diterapkan oleh guru secara
langsung dalam pembelajaran di kelas.
 Siklus I
Dalam siklus pertama, siswa masih kurang dapat
bekerja sama, kerja kelompok masih kurang dapat
berjalan sebagaimana yang diharapkan, presentasi
belum banyak mendapat perhatian/tanggapan dari
pendengar (siswa dari kelompok lain), masih ada
siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran
yang berlangsung, dan melalui beberapa pertanyaan
juga sebagian siswa belum memahami dan bahkan
tidak tau apa yang didiskusikan kelompoknya. Tetapi
pada siklus pertama terdapat peningkatan hasil
belajar siswa dari sebelumnya yang tidak
menggunakan model yang digunakan.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan,
Maka perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus II
 Siklus II
Pada siklus kedua, hasil belajar siswa mengenai
materi yang diajarkan mengalami peningkatan dari
sebelumnya. Akan tetapi peningkatannya tidak terlalu
besar dikarenakan siswa masih baru dan asing
terhadap metode baru yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar. Sehingga dapat dikatakan siswa
belum banyak memahami tentang konsep pokok
bahasan yang dibahas.
Kesimpulan Penerapan pembelajaran dengan metode Make a Kesimpulan yang ditulis
Match, terjadi peningkatan yang lebih baik pada sudah baik karena dapat
perolehan hasil belajar siswa jika dibandingkan dari menjelaskan jawaban dari
penerapan pembelajaran sebelumnya. judul yang dimuat.
Dengan kata lain dapat diinterpretasikan bahwa
penerapan pembelajaran dengan metode Make a
Match dapat meningkatkan perolehan hasil belajar
siswa daripada dengan model pembelajaran
konvensinal. Hal ini berdasarkan nilai rerata pretes
dimana rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68,65,
sedangkan setelah siswa diberi perlakuan
pembelajaran dengan media Make a Match setelah
dilaksanakannya siklus ke II mengalami peningkatan
rerata hasil belajar sebesar 80,400 artinya terjadi
peningkatan rerata hasil belajar siswa sebesar 11,65.

Substansi:

Penulis melakukan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah
Dasar dengan menggunakan metode Make A Match dengan materi organ peredaran darah
dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini dilakukan oleh Sulhan dan subyek penelitian yaitu
Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Candiwatu, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto
yang berjumah 23 orang.

Penetitian ini dapat membantu guru untuk memahami metode apa yang akan digunakan
dalam pembelajaran materi organ peredaran darah di sekolah. Seperti yang diketahui bawha
masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran IPA di sekolah dasar itu sulit.
Penelitian ini dapat membantu siswa dalam memamahi materi yang disampaikan dengan
mudah, terbukti dari hasil belajar siswa yang meningkat pada sebelum dan sesudah metode
Make A Match dipakai.
REVIEW ARTIKEL ILMIAH POPULER

Link https://www.kompas.com/edu/read/2022/02/21/203752471/kurikulum-
merdeka-bebaskan-guru-berkreasi-membuat-bahan-ajar
Judul Kurikulum Merdeka Bebaskan Guru Berkreasi Membuat Bahan Ajar
Penulis dan Editor Sandra Desi Caesaria dan Ayunda Pininta Kasih
Isi Artikel  Pendahuluan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) telah meluncurkan Kurikulum Merdeka
sebagai jawaban atas krisis pembelajaran yang semakin bertambah
akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan hilangnya
pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan
pendidikan. Namun lebih dari itu, esensi Kurikulum Merdeka itu
sendiri adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk
tumbuh dan berkembang sesuai fitrah keunikannya masing-
masing.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Plt.
Kapuskurjar), Zulfikri Anas mengatakan Kurikulum Merdeka
dirancang untuk semua siswa agar seluruh bakat dalam siswa bisa
berkembang.  "Karena setiap manusia tidak ada produk gagal dari
Tuhan, dan setiap manusia punya keistimewaan dan punya ‘ruang’
masing-masing yang disediakan secara fitrah. Dan tugas kita
adalah membantu anak menemukan ‘ruang’ yang sudah disediakan
dalam kehidupan. Sehingga tidak ada anak yang tidak punya
tempat dalam kehidupan,” tuturnya  dilansir dari laman
Kemendikbud Ristek.
Ia mengatakan, sebelum kurikulum ini diluncurkan, para guru jika
mendengar kata kurikulum yang terlintas adalah administrasi
rumit, bertele-tele, belenggu, dan seolah-olah tidak ada alternatif.
"Seolah semua anak dapat materi sama dengan cara sama,
pengalaman belajar dan sumber belajar yang sama, penilaian yang
sama, dan itu sehingga mungkin hanya mengakomodasi sebagian
kecil anak yang cocok dengan cara seperti itu,” ungkap Zulfikri.
 Badan/Isi
Kurikulum adalah sebuah proses, iklim, suasana, budaya belajar
yang memanusiakan manusia. "Kita harus lihat kurikulum dari
situ. Sehingga, tidak hanya kemampuan (skill) atau pengetahuan
siswa saja yang dikedepankan oleh guru. Mari para guru kita
bergerak bersama menyentuh hati peserta didik kita,” ajaknya.
Oleh karena itu, dalam Kurikulum Merdeka, guru diberi kebebasan
untuk memilih format, pengalaman, dan materi esensial yang
cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dari sisi
siswa, mereka punya ruang seluas mungkin untuk mengeksplor
keunikan dirinya masing-masing.
Lebih lanjut, Zukfikri menjelaskan cara mengimplementasikan
kurikulum ini. Pertama, guru harus mengenal siswanya terlebih
dahulu. Berikutnya, guru memetakan kompetensi siswa dalam
bentuk portofolio. Pada hari pertama di tahun ajaran baru,
sebaiknya guru tidak langsung menyampaikan materi tapi masuk
dulu ke dunia anak untuk mengenal potensi dan pemahaman
mereka. Setelah guru mempunyai gambaran atau sebaran peta
awal kemampuan anak, kemudian guru menyusun standar dari
masing-masing kompetensi anak serta mulai mengkreasikan proses
pembelajaran. “Misalnya untuk perkalian, anak yang belum paham
tentang perkalian bisa berkolaborasi dan beraktivitas dengan anak
yang sudah bisa. Kadang anak lebih cepat paham jika belajar
bersama temannya,” urainya. Menurut Zulfikri, Kurikulum
Merdeka sangat memungkinkan terciptanya iklim kolaborasi yang
baik antar sesama siswa. “Anak-anak akan saling memahami, 'Oh,
saya lebih unggul di sini, kamu lebih unggul di situ. Mari kita
saling berkolaborasi',” jelasnya antusias.
Gunakan teknologi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Terkait media pembelajaran, melalui Kurikulum Merdeka, peserta
didik diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara bijak dengan
berbagai alat termasuk media digital yang menunjang
pembelajaran. Berbagai aplikasi digital yang berkembang sesuai
tren, bisa dimanfaatkan guru dan siswa untuk membuat konten
pembelajaran yang menarik dan efektif. “Di sini juga
memungkinkan terciptanya kolaborasi tak hanya sesama guru atau
sesama siswa saja namun juga antara guru dan siswa,” imbuhnya.
Dalam mendukung inovasi guru dalam pembelajaran,
Kemendikbudristek telah menyediakan platform Merdeka
Mengajar. Guna menyukseskan pemahaman masyarakat tentang
Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek telah menyediakan
saluran informasi melalui laman resmi serta melibatkan komunitas
pendidik seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Kelompok Kerja Guru (KKG), dan lain-lain. Terlebih, mulai tahun
ini Kurikulum Merdeka terbuka untuk diterapkan di semua sekolah
yang menginginkannya.
Ia mengimbau kepada satuan pendidikan untuk mempelajari bahan
dan informasi di laman resmi Kemendikbudristek, maupun melalui
saluran informasi di daerah baik dinas pendidikan, komunitas
pengajar, guru, pengawas, dan organisasi/penggiat pendidikan.
“Pelatihan terbaik adalah tumbuh dari dalam diri sendiri. Jika
selama ini kita tergantung pelatihan berantai, dari pusat, turun ke
provinsi dan kabupaten/kota, akan mungkin terjadi distorsi di
mana ujungnya yang tersampaikan hanya teknis administrasi dan
mekanistis saja,” ungkap dia.
Guru paham dulu filosofi pembelajaran
Sebagai pendamping, baiknya para pendidik memahami terlebih
dulu hakikat anak, filosofi pembelajaran, dan kurikulum. “Jika itu
yang kita munculkan dari dalam diri para guru yakni belajar
dimulai dari diri masing-masing maka belajar maupun pelatihan
tidak harus menunggu dilatih. Melainkan dapat dimulai kapan saja
dan di mana saja,” terangnya. Selain itu, yang tidak kalah penting
dalam mengatasi krisis pembelajaran adalah penguatan pola pikir
dalam ekosistem pendidikan. Pertama, menciptakan kesadaran
seluruh warga sekolah untuk berefleksi dan bergerak bersama
dalam kolaborasi yang selaras guna mencapai pembelajaran yang
bermakna. Kedua, memberi ruang seluas-luasnya bagi anak untuk
berkreasi dan mengembangkan diri dalam menemukan jati dirinya
agar menjadi manusia yang bermanfaat di masa depan.
 Penutup
Tolak ukur keberhasilan Kurikulum Merdeka adalah dari
keceriaan (kebahagiaan) anak dan kemampuan mereka
berkolaborasi menyelesaikan beragam persoalan. Bagaimana
lembaga pendidikan mampu menciptakan budaya perilaku positif
dalam mencetak SDM yang berkualitas dari waktu ke waktu
sebagaimana nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila
Alasan memilih Artikel ini sudah termasuk kedalam artikel populer karena bahasa
Arikel yang digunakan mudah dimengerti dan cara penyampaiannya juga
santai.

You might also like