You are on page 1of 11

Pengembangan strategi industri tepung tapioka Muhadi

KAJIAN PENGEMBANGAN STRATEGI POTENSIAL INDUSTRI TEPUNG


TAPIOKA RAKYAT (ITTARA) DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
[A Study of Potential Strategy Development on Small Scale Tapioca Industry
(ITTARA) in East Lampung District]

Muhadi*

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan Lahan Kering dan Alat Mesin
Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung
Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1, Hajimena, Bandar Lampung
*Email korespondensi: muhadi6685@gmail.com

Diterima: 15 Oktober 2016


Disetujui: 1 Maret 2017

ABSTRACT
The objective of this research was to find out the weakness and the strength of
ITTARA located in East Lampung, as a basis to develop the potential strategy of ITTARA
so that it could be sustainable and economically improved. Analysis methods used were the
SWOT analysis (strength, weakness, opportunity, and threat) and Analytical Hierarchy
Process (AHP), while the potential strategy concept was adapted from existing ITTARA
conditions. The SWOT analysis showed that there was weakness aspect that dominated the
strength aspect in internal factor of ITTARA, nevertheles there was opportunity from
external factor that could be optimized. These strategies should be developed were
diversifying final product, conducting side business of by product, and improving
technology use, as well as efficiency of production cost. These business strategy
improvements were then analyzed using AHP to choose one strategy by using criteria of
market potential, production cost, product added value, technology and competitor. The
result showed the most potential to be developed was improving tehcnology use by
conducting the two times milling tapioca production.
Keywords: AHP, ITTARA, SWOT analysis, two times milling

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan usaha industri
tapioka rakyat (ITTARA) di Lampung Timur sehingga mendapatkan strategi potensial agar
ITTARA dapat berkembang dan memperoleh keuntungan secara ekonomis. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and
threat) dan dilanjutkan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), sedangkan
konsep strategi potensial diadaptasi dari kondisi terkini ITTARA. Berdasarkan analisis
SWOT, ITTARA tersebut memiliki faktor kelemahan yang lebih mendominasi
dibandingkan dengan faktor kekuatan namun memiliki peluang pada faktor internal yang
dapat dioptimalkan. Strategi yang dapat dikembangkan adalah melakukan variasi produk
akhir, melakukan usaha sampingan dengan memanfaatkan by product dan melakukan
peningkatan penggunaan teknologi serta efisiensi biaya produksi. Konsep-konsep strategi
usaha perbaikan ITTARA tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan metode (AHP)
untuk mendapatkan satu strategi terpilih berdasarkan kriteria pasar potensial, biaya
produksi, nilai tambah produk, teknology dan pesaing usaha. Hasil analisis menunjukkan
bahwa usaha terpilih yang paling potensial untuk dikembangkan adalah peningkatan
teknologi yaitu produksi tapioka dengan proses dua kali giling.
Kata kunci : Analisis SWOT, AHP, ITTARA, Proses dua kali giling.

52 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Pengembangan strategi industri tepung tapioca Muhadi

Pengelolaan limbah ITTARA yang


PENDAHULUAN
dilakukan dengan baik selain dapat
ITTARA dikembangkan dalam mengatasi masalah pencemaran
rangka meningkatkan nilai tambah lingkungan juga mampu memberikan
dengan menggalakkan industri nilai tambah karena menghasilkan suatu
pengolahan ubi kayu menjadi tapioka di produk baru. Potensi produk baru dari
tingkat petani (skala perdesaan). Fakta di produk pengolahan tapioka antara lain
lapangan saat ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah padat atau onggok
sebagian besar ITTARA tidak beroperasi (Lusiani et al., 2016). Konsep inilah yang
secara efektif. Faktor penyebabnya mulai akan dikaji sehingga diperoleh strategi
dari tingkat budidaya, pasca panen, potensial agar usaha ITTARA khususnya
pengolahan, pemasaran hingga di Lampung Timur tetap dapat
kelembagaan. berkembang dan mampu memperoleh
Perbaikan dari sisi teknologi keuntungan secara ekonomis.
pengolahan merupakan salah satu upaya
perbaikan untuk mengembalikan tujuan BAHAN DAN METODE
dasar pendirian ITTARA. Pada umumnya
ITTARA masih menerapkan metode Bahan dan Alat
tradisional dengan teknologi sederhana Bahan pada penelitian ini adalah
tanpa penerapan GHP (Good Handling lembar kuesioner, data data sekunder
Practices) dan GMP (Good yang berasal dari instansi terkait,
Manufacturing Practices) dalam proses software expert choice versi 11.0, dan
pengolahannya sehingga mutu produk aplikasi AHP.
yang dihasilkan pun rendah dan tidak
konsisten (Sani, 2010). Metode Penelitian
Produk utama usaha ITTARA
Metode penelitian yang
berupa tepung tapioka memiliki peluang
digunakan adalah metode survei dengan
pasar yang cukup potensial, baik dalam
alat bantu wawancara, obersevasi
maupun luar negeri. kemampuan
langsung dan pengisian kuesioner. Data
ITTARA untuk memenuhi kebutuhan dan
yang diperoleh terdiri dari data primer
permintaan pasar tersebut masih relatif
dan data sekunder. Data primer diperoleh
rendah yaitu sebesar 17,54% (Tim
melalui wawancara, observasi langsung
Fakultas Pertanian Unila, 2006). Peluang
dan kuisioner dengan para pengusaha
pasar untuk tapioka cukup potensial baik
ITTARA sebanyak 5 sampel, dan pakar
pasar dalam negeri maupun luar negeri.
sebanyak 6 orang (terkait alternatif usaha
Permintaan dalam negeri terutama berasal
produktif yang potensial pada ITTARA).
dari wilayah Pulau Jawa seperti Bogor,
Data sekunder diperoleh dari instansi dan
Tasikmalaya, Indramayu. Sementara
unsur-unsur terkait, antara lain dari Dinas
permintaan pasar luar negeri berasal dari
Perdagangan dan Perindustrian
beberapa negara ASEAN dan Eropa
Kabupaten Lampung Timur (berupa
(Bank Indonesia, 2015).
daftar perusahaan industri pengolahan
Upaya peningkatan nilai tambah
ubikayu Kabupaten Lampung Timur),
dapat dioptimalkan dengan cara
Dinas Pertanian TPH Propinsi Lampung
meningkatkan grade produk tapioka yang
(berupa data realisasi tanam dan produksi
dihasilkan atau dengan cara melakukan
pengolahan pada limbah yang dihasilkan.

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 53
Muhadi Pengembangan strategi
ategi industri tepung tapioka

ubikayu di Propinsi Lampung Tahun dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor


2012), dan dari BPS (2012). S-W-O-T; T; (ii) Melakukan pengurangan
antara jumlah total faktor S dengan W (d)
Pelaksanaan Penelitian dan faktor O dengan T (e); Perolehan
angka (d) selanjutnya menjadi titik pada
Penelitian ini terbagi dalam dua
d
sumbu X, dan perolehan ehan angka (e)
tahapan, yaitu penentuan strategi
menjadi sumbu Y; dan (iii) Mencari
perbaikan dengan analisis SWOT, dan
posisi organisasi yang ditunjukkan oleh
penentuan alternatif usaha perbaikan
titik (x,y) pada kuadran.
dengan metode AHP.
Tahapan selanjutnya adalah
Penentuan Strategi Perbaikan
erbaikan dengan melakukan
elakukan analisis kualitatif dalam
Analisis SWOT rangka membuat formulasi strategi. strategi
Pada tahapan ini, faktor eksternal Menurut Rangkuti (1998), a
analisis
dan internal yang ada di sekitar ITTARA
ITTAR kualitatif SWOT dapat disusun ke dalam
didatakan dan kemudian dilakukan delapan kotak matriks SWOT, SWOT empat
penghitungan secara kuantitaif mengikuti kotak yang diarsir merupakan kotak isu- isu
teknik yang dikembangkan oleh Pearce isu strategis sebagai hasil pertemuan
dan Robinson (2003). Tahapan antara faktor-faktor
faktor internal dan eksternal,
eksternal
perhitungan yang dilakukan terdiri dari sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
tiga tahap, yaitu: (i) Melakukan
perhitungan skor (a) dan bobot (b) point
faktor serta jumlah total perkalian skor

Gambar 1. Matriks SWOT ( Rangkuti, 1998).

Penentuan Alternatif Usaha Terpilih instansi Pemerintah (Dinas Pertanian dan


Dinas Koperindag Kabupaten Lampung
Penentuan
nentuan jenis diversifikasi
Timur dan Dinas Pertanian Provinsi
usaha ITTARA dilakukan dengan
Lampung). Interpretasi hasil kuisioner
menggunakan metode AHP (.Analytical
(.
dilakukan dengan menggunakan software
Hierarchy Process). Alternatif dan
expert choice versi 11.0 yang mendukung
kriteria yang dianalisis disesuaikan
aplikasi AHP.
dengan memperhatikan formulasi
formul strategi
yang diperoleh dari hasil analisis
analis SWOT
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu potensi pasar, biaya produksi,
produksi nilai
tambah produk, teknologi serta
Faktor Internal, Faktor Eksternal dan
kompetitor. Analisis ini dilakukan dengan
Strategi Perbaikan.
menyebarkan kuisionerr kepada para
pakar, pengusaha ITTARA serta dari Hasil penilaian Internal Factor
kalangan pengambil kebijakan yaitu Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor

54 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Pengembangan strategi industri tepung tapioca Muhadi

Evaluation (EFE) disajikan pada Tabel 1. eksternal adalah peluang dan ancaman
Faktor internal adalah kekuatan dan yang ada di sekitar ITTARA.
kelemahan ITTARA, sedangkan faktor

Tabel 1. Matriks faktor internal dan eksternal usaha ITTARA di Lampung Timur
No Faktor Bobot Rating Skor Faktor Bobo Rating Skor
Internal Ekternal t
(IFE) (EFE)

KEKUATAN PELUANG
1 Motivasi Kebijakan
yang tinggi ekspor tapioka
dalam
berusaha 0,1288 2 0,129 0,1172 3 0,352
2 Pekerja yang Tingginyajuml
terampil ah permintaan
0,1288 1 0,129 tapioka 0,125 4 0,500
3 Tersedianya Adanya
lokasi tempat permintaan
usaha produk
0,1212 1 0,121 samping 0,1328 4 0,531
4 Jaringan Diversifikasi
distribusi produk utama
produk telah
terbangun 0,1288 2 0,386 0,125 4 0,500

Total kekuatan 0,765 Total Peluang 0,765

KELEMAHAN ANCAMAN
5 Inkonsistensi Kebijakan
kualitas impor tapioka
produk 0,1136 2 0,227 0,1172 1 0,117
6 Manajemen Persaingan
usaha yang dengan
tidak industri skala
profesional 0,1212 2 0,242 besar 0,125 2 0,250
7 Terbatasnya Alih fungsi
modal usaha lahan
0,1288 3 0,386 pertanian 0,1172 2 0,234
8 Tingkat Tidak
adopsi berjalannya
teknologi kemitraan dg
yang masih petani
rendah 0,1288 3 0,386 0,1406 2 0,281
Total Total
0,883
kelemahan 1,242 ancaman
Berdasarkan hasil penilaian ancaman = 0,883, maka didapatkan
matriks IFE dan EFE diperoleh skor koordinat berikut ini : Skor kekuatan –
pembobotan sebagai berikut : faktor skor kelemahan = 0,765 – 1,242 = -0,477
kekuatan = 0,765; faktor kelemahan = (Sumbu X), Skor peluang – skor ancama
1,242; faktor peluang = 1,883; faktor = 1,883 – 0,883 =1,0 (Sumbu Y). Skor

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 55
Muhadi Pengembangan strategi industri tepung tapioka

pembobotan selanjutnya diplotkan pada kuadran seperti disajikan pada Gambar 2.


grafik analisis SWOT yang terdiri dari 4
Opportunit
y (O)

Strategi putar haluan (-,+) Strategi progresif (+,+)

Kuadran III x, y(-0,47, 1,0) Kuadran I


y (1,0)

Weakness (W) Strength (S)


x (-0,47)
Strategi defensif (-,-) Strategi diversifikasi
(+,-)

Kuadran IV Kuadran II

Threat (T)
Gambar 2.Grafik analisis SWOT ITTARA di Lampung Timur
Berdasarkan hasil koordinat dibangun dengan berbasis pada perdesaan
tersebut terlihat bahwa hasil perhitungan dengan image serta teknologi/peralatan
menggunakan matriks faktor internal yang sederhana. Menurut hasil penelitian
menghasilkan nilai negatif. Hal ini Tim Fakultas Pertanian Unila (2006),
mengindikasikan bahwa dalam kondisi diperoleh fakta bahwa rendahnya
internal, faktor kelemahan yang dimiliki kemampuan manajerial pengelola usaha
lebih mendominasi dibandingkan dengan merupakan salah satu penyebab
faktor kekuatan. Inkonsistensi kualitas banyaknya ITTARA yang berhenti
produk merupakan kelemahan yang beroperasi.
cukup berarti pada usaha ITTARA di Faktor yang menjadi kekuatan
Lampung Timur. ITTARA merupakan antara lain motivasi yang tinggi dalam
usaha rakyat berskala kecil dengan modal berusaha, pekerja yang terampil,
yang terbatas sehingga mutu produk tersedianya lokasi tempat usaha serta
belum begitu dipentingkan. Produk jaringan distribusi produk yang telah
tapioka yang dihasilkan terkadang terbangun. Diantara keempat faktor
memenuhi standar mutu grade tapioka kekuatan tersebut, yang tergolong
tertentu, dan kadangkala produk yang kekuatan sedang adalah motivasi yang
dihasilkan tidak memenuhi standar yang tinggi dalam berusaha serta jaringan
telah ditetapkan. distribusi produk yang telah terbangun.
Manajemen usaha yang tidak Motivasi yang kuat dalam berusaha bagi
profesional juga menjadi kelemahan. Hal para pelaku ITTARA terlihat dari masih
ini berkaitan dengan tingkat pendidikan aktifnya sebagian unit usaha ITTARA di
sumber daya manusia yang mengelola tengah situasi internal dan eksternal yang
ITTARA. Sebagian besar tenaga kerja di mempengaruhi, meskipun bertahannya
ITTARA dan bahkan para pemilik sebagian usaha ini cenderung stagnan
ITTARA pun banyak yang tidak tanpa adanya inovasi untuk memperbaiki
memiliki latar belakang pendidikan yang pendapatan usaha. Selain itu, bertahannya
mencukupi. Hal ini mengingat ITTARA usaha ITTARA ini juga dipengaruhi oleh

56 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Pengembangan strategi industri tepung tapioka Muhadi

sistem manajemen usaha. Manajemen sebagian besar usaha ITTARA hanya


kekeluargaan yang diterapkan usaha menghasilkan produk utama tapioka,
ITTARA terkait aspek kepemimpinan namun belum mampu menghasilkan
terhadap bawahan atau pekerja sudah produk-produk tapioka sejenis dengan
berjalan dengan baik, sehingga menjadi melakukan diversifikasi produk seperti
salah satu faktor pendukung dan motivasi produksi tapioka halus. Tapioka ini pada
untuk tetap menjalankan usaha ITTARA. dasarnya sama dengan tapioka yang
Jaringan distribusi produk yang telah diproduksi pada umumnya, namun dalam
terbentuk juga merupakan faktor proses produksinya mengalami dua kali
kekuatan bagi usaha ITTARA. Produk penggilingan sehingga tekstur tapioka
ITTARA telah memiliki pasar tersendiri, yang dihasilkan lebih halus, lebih putih
yaitu sebagian besar didistribusikan ke dan bersih. Kualitas tapioka yang seperti
Pulau Jawa. ini mempunyai harga jual yang lebih
Berdasarkan hasil penilaian tinggi dibandingkan dengan tapioka biasa.
matriks External Factor Evaluation Selain itu, pengolahan tapioka
(EFE) pada Tabel 1 diperoleh nilai positif, menghasilkan by product limbah padat
artinya faktor peluang masih lebih dan limbah cair yang juga memiliki nilai
dominan dibandingkan dengan faktor tambah yang cukup tinggi jika dikelola
ancaman. Responden memberikan dengan baik.
peluang superior untuk faktor-faktor: Selain peluang juga terdapat
tingginya jumlah permintaan tapioka, ancaman yang cukup besar diantaranya
adanya permintaan terhadap produk kebijakan impor tapioka, adanya
samping serta diversifikasi produk utama. persaingan dengan industri skala besar,
Tingginya jumlah permintaan tapioka alih fungsi lahan pertanian, serta tidak
dapat dilihat dari tingginya nilai impor berjalannya pola kemitraan dengan petani.
tapioka Indonesia (BPS 2012) dan Kebijakan impor tapioka dapat menjadi
kebutuhan agroindustri berbasis tapioka ancaman karena produk ITTARA tidak
di dalam negeri. Selama periode tahun dapat bersaing dengan tapioka impor,
2012, jumlah impor tapioka Indonesia baik dari segi kualitas maupun dari segi
untuk keperluan industri tapioka harga. Persaingan dengan industri skala
mencapai 13.300 ribu ton (BPS, 2012). besar juga dapat menjadi ancaman, yaitu
Menurut survey yang dilakukan CDMI, persaingan dalam memperoleh bahan
dalam lima tahun terakhir (2009-2014) baku, dan persaingan dalam hal kualitas
konsumsi tapioka di Indonesia meningkat dan kuantitas produk yang dihasilkan.
rata-rata 10,49% per tahun. Contoh Berdasarkan hasil grafik analisis
agroindustri yang memerlukan tapioka SWOT pada Gambar 3, posisi pengusaha
sebagai bahan bakunya adalah usaha dalam kegiatan usaha ITTARA berada
kerupuk (Dewi et al., 2015; Sari et al., pada wilayah kuadran III. Kuadran ini
2016), industri makanan dan minuman, terdiri dari aspek kelemahan yang
tekstil, kertas, sorbitol dan lain dominan namun masih memiliki aspek
sebagainya (CDMI, 2015). peluang yang dapat dioptimalkan.
Adanya permintaan terhadap Kondisi ini dapat diperbaiki dengan
produk samping serta diversifikasi menerapkan strategi WO seperti disajikan
produk utama juga merupakan peluang pada Gambar 4. Strategi WO memadukan
yang tergolong superior. Saat ini, hampir faktor peluang yang dimiliki untuk dapat
mengatasi faktor kelemahan yang

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 57
Muhadi Pengembangan strategi industri tepung tapioka

dominan. Strategi yang dapat dilakukan penggunaan teknologi serta efisiensi


adalah melakukan variasi produk akhir, biaya produksi untuk mendukung
melakukan usaha sampingan, keberhasilan usaha ITTARA.
pemanfaatan by product dan peningkatan
Faktor Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Internal - Motivasi berusaha yang - Inkonsistensi kualitas
tinggi produk
- Pekerja yang trampil - Menejemen usaha yang
Faktor - Tersedianya lokasi tempat tidak profesional
Eksternal usaha - Terbatasnya modal usaha
- Jaringan distribusi produk - Tingkat adopsi teknologi
yang telah terbangun rendah
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
- Kebijakan ekspor - Motivasi yang kuat, SDM - Meningkatkan keragaman
tapioka yang telah teruji, telah usaha, peningkatan
- Permintaan pasar terbangunnya jaringan penggunaan teknologi
- Permintaan distribusi produk dan aneka pengolahan dalam rangka
Produk samping produk yang bisa dihasilkan peningkatan nilai tambah
- Diversifikasi hendaknya menjadi modal dengan menghasilkan
produk utama dasar untuk memperluas produk yang beragam,
akses pasar dan memenuhi berkualitas dan bersaing
kebutuhan konsumen
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
- Kebijakan impor - Kekuatan yang ada (motivasi, - Mpeningkatkan adopsi
- Kekuatan industri SDM teruji, dan jaringan teknologi, diversitas usaha,
pesaing distribusi produk) harus penguatan kelembagaan dan
- Alih fungsi lahan ditingkatkan lagi agar mampu memperbaiki hubungan
- Pola kemitraan mengurangi persaingan kemitraan dengan petani
tidak berjalan dengan pasar bebas dan dan antar pengusaha sejenis.
industri skala besar
Gambar 4. Formulasi strategi pengembangan usaha ITTARA

Pemilihan Strategi dengan Metode dengan proses dua kali giling, produksi
Analytical Hierarchy Process tapioka basah, dan pengelolaan limbah
padat. Pengelolaan limbah cair belum
Sesuai dengan konsep strategi
pernah dilakukan oleh para pelaku usaha
yang telah dirumuskan dengan metode
ITTARA. Hal ini dipengaruhi asumsi
analisis SWOT, bentuk-bentuk strategi
bahwa pengelolaan limbah cair
yang dapat dilakukan dalam rangka
memerlukan teknologi pengelolaan
perbaikan usaha ITTARA adalah perlu
intensif serta permodalan yang besar
dilakukannya penganekaragaman usaha
sehingga alternatif ini kurang menjadi
serta penggunaan teknologi pengolahan
pilihan.
dalam rangka peningkatan nilai tambah
Sesuai dengan rekomendasi hasil
dengan menghasilkan produk yang
analisis SWOT, maka dipilih kriteria-
beragam, berkualitas dan bersaing.
kriteria yang mampu mewakili akurasi
Berdasarkan kondisi terkini yang
keterpilihan satu diantara tiga jenis
ada pada ITTARA, alternatif diversifikasi
strategi diversifikasi usaha. Kriteria
usaha yang sudah dilakukan namun
kriteria yang menjadi pertimbangan
belum optimal adalah : Produksi tapioka

58 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Pengembangan strategi industri tepung tapioka Muhadi

adalah : 1). potensi pasar, 2). biaya diversifikasi usaha, maka skema hierarki
produksi, 3). nilai tambah produk, 4). yang menggambarkan hubungan antara
teknologi dan 5). kompetitor. Dengan tujuan, kriteria dan alternatif
memperhatikan kelima kriteria tersebut pengembangan usaha ITTARA adalah
sebagai alat bantu dalam menentukan seperti yang tersaji pada Gambar 5.
satu dari ketiga alternatif pilihan jenis
Tujuan MenentukanJenis
Diversifikasi Usaha

Potensi Biaya Nilai Teknologi Kompetitor


Kriteria Pasar Produksi Tambah

Produksi tapiokadua kali Pengelolaan Produksi tapioka


Alternatif penggilingan limbah padat basah

Gambar 5. Skema hierarki penentuan jenis diversifikasi usaha ITTARA


Hasil olahan data kuisioner kepentingan yang tidak jauh berbeda
menunjukkan bahwa kriteria potensi yaitu sebesar 35,3%. Nilai tambah
pasar merupakan kriteria utama dalam produk memiliki tingkat kepentingan
penentuan jenis diversifikasi usaha sebesar 15%, sedangkan tingkat
dengan tingkat kepentingan sebesar kepentingan yang rendah yaitu pada
37,6%. Kriteria biaya produksi juga kriteria teknologi dan kompetitor,
merupakan salah satu kriteria yang masing-masing sebesar 6,3% dan 5,8%
dipentingkan karena memiliki bobot seperti yang tersaji pada Gambar 6.

Potensi Pasar 37.6

Biaya produksi 35.3


15
Nilai tambah produk

Teknologi 6.3
5.8
Kompetitor

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Tingkat Kepentingan (%)

Gambar 6. Tingkat kepentingan kriteria dalam penentuan diversifikasi usaha


Potensi pasar dan biaya produksi Austin (1981) yang menyatakan bahwa
menjadi kriteria yang sangat dipentingkan. pemasaran merupakan komponen dasar
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang harus diperhatikan dalam pemilihan

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 59
Muhadi Pengembangan strategi industri tepung tapioka

agroindustri. Hasil bobot kriteria prospek mendukung kebijakan padat karya,


pasar produk memperoleh peringkat karena industri tepung tapioka rakyat
pertama. Prospek pasar atau pemasaran merupakan industri yang mengutamakan
biasanya merupakan titik awal dalam pemberdayaan sumber daya manusia.
analisis proyek agroindustri. Responden Kriteria berikutnya yang
menilai bahwa potensi pasar dan biaya dipentingkan adalah nilai tambah.
produksi merupakan unsur terpenting Diversifikasi usaha yang terpilih nantinya
dalam penentuan diversifikasi usaha yang dapat menghasilkan produk yang
akan dikembangkan. Tapioka dan semua memiliki nilai tambah yang berarti. Jika
jenis produk turunannya sesungguhnya selama ini ITTARA hanya mengandalkan
memiliki potensi pasar yang luas dilihat produksi tepung tapioka sebagai produk
dari segi kegunaannya sebagai bahan utama dan menjual limbah padat sebagai
pembantu dalam berbagai industri, pendapatan tambahan, maka dengan
dibandingkan dengan tepung jagung, adanya kajian penentuan diversifikasi
gandum ataupun terigu. Hasil samping usaha ini diharapkan dapat dimunculkan
pengolahan tapioka seperti limbah padat, produk lain yang juga memiliki nilai jual.
bahkan memiliki segmen pasar tersendiri, Hasil olahan data kuisioner
yang banyak diperlukan dalam berbagai menggunakan program expert choice11.0
industri. menunjukkan bahwa produksi tapioka
Biaya produksi juga menjadi dengan proses dua kali giling merupakan
kriteria yang dipentingkan, oleh karena komoditas dengan tingkat kepentingan
itu, diversifikasi usaha yang terpilih yang tertinggi yaitu 40,3% atau 1,2 kali
diharapkan mempunyai biaya produksi lebih penting dibandingkan pengolahan
yang wajar sehingga mampu limbah padat dan 1,5 kali lebih penting
meningkatkan pendapatan para pelaku dibandingkan produksi tapioka basah.
ITTARA walaupun terjadi peningkatan
penggunaan teknologi. Di sisi lain, hal ini

Produksi tapioka dengan proses 2 kali giling 40.3

32.7
Pengelolaan limbah padat
27.1
Produksi tapioka basah

0 5 10 Tingkat
15 20 Kepentingan
25 30 (%)35 40 45

Gambar 7. Tingkat kepentingan alternatif diversifikasi usaha

Berdasarkan metode AHP bila dibanding dengan jenis diversifikasi


tersebut, maka pengembangan produksi usaha yang lain. Ditinjau dari kriteria
tapioka dengan proses dua kali giling pasar, kebutuhan tapioka dalam negeri
merupakan jenis diversifikasi usaha yang sangat tinggi, namun produksi tapioka
paling potensial untuk dikembangkan lokal hanya mampu memenuhi sebagian
dalam rangka peningkatan pendapatan kebutuhan saja, sedangkan
pelaku usaha ITTARAdi Lampung Timur kekurangannya dipenuhi dari

60 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017
Pengembangan strategi industri tepung tapioka Muhadi

impor.Menurut BPS (2012), produksi KESIMPULAN


tepung tapioka lokal hanya mampu
memenuhi 25% dari total kebutuhan, Berdasarkan faktor internal,
sedangkan 75% kekurangannya dipenuhi ITTARA di Lampung Timur memiliki
dari impor terutama dari Jerman dan aspek kelemahan yang lebih
Amerika Serikat. Faktor yang menjadi mendominasi dibandingkan dengan
peluang terbesar industri tapioka adalah faktor kekuatan, namun memiliki aspek
potensi pasar yang besar serta tingginya peluang pada faktor eksternal yang dapat
permintaan. Industri pengolahan tapioka dioptimalkan. Strategi yang dapat
halus sebaiknya menerapkan strategi dikembangkan adalah melakukan variasi
integrasi ke belakang dengan pengadaan produk akhir, melakukan usaha
unit bisnis tapioka basah, sampingan dengan memanfaatkan by
mempertahankan dan meningkatkan product dan melakukan peningkatan
kualitas dan diferensiasi produk, penggunaan teknologi serta efisiensi
mengoptimalkan kegiatan penelitian dan biaya produksi. Usaha terpilih yang
pengembangan pasar untuk mendukung paling potensial untuk dikembangkan
proses produksi dan produk-produk agar pendapatan pelaku usaha ITTARA
bermutu, serta mempertahankan dan meningkat adalah peningkatan teknologi
meningkatkan volume penjualan dengan yaitu produksi tapioka dengan proses dua
melakukan penetrasi pasar. kali giling. Strategi terpilih tersebut
Ditinjau dari kriteria biaya didasarkan pada kriteria pasar potensial,
produksi dan teknologi, produksi tapioka biaya produksi, nilai tambah produk,
dengan proses dua kali giling tidak teknologi dan pesaing usaha.
memerlukan biaya yang besar. Produksi
tapioka ini akan tetap mengandalkan DAFTAR PUSTAKA
pada kebijakan padat karya yang tidak
terlalu signifikan dalam penggunaan Austin, J.E. 1981. Agroidustrial Project
teknologi dan peralatan. Teknologi yang Analysis. Economic Development
digunakan pada produksi tapioka dengan Institute of the World Bank.
proses dua kali giling adalah teknologi Washington, D.C. 213 hlm.
yang sederhana tetapi efisien Dengan Badan Pusat Statistik. 2012. Total Impor
biaya produksi yang tidak terlampau Ubi Kayu Indonesia Tahun 2012.
tinggi melebihi biaya produksi normal, BPS. Jakarta.
diharapkan para pelaku ITTARA mampu Bank Indonesia. 2015. Usaha
meningkatkan pendapatannya. Pengolahan Tepung Tapioka.
Berdasarkan kriteria nilai tambah www.bi.go.id/id/umkm/
produk, melalui kombinasi pengolahan kelayakan/pola-pembiayaan/.
produk yaitu pengolahan ubi kayu Diunduh: 15 January 2015
menjadi tapioka kasar, dan juga produksi CDMI. 2015. Studi potensi bisnis dan
tapioka berkualitas lebih halus, lebih pelaku utama industri tapioka di
bersih dan lebih putih melalui proses dua Indonesia. 2015-2018.
kali giling, maka akan diperoleh nilai www.cdmione.com/source/Tapio
ka2015.pdf. Diunduh: 20 Januari
tambah yang lebih tinggi.
2017.
Dewi, E.F.E.D., Rizal dan Muksin. 2015.
Strategi peningkatan pendapatan

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017 61
Muhadi Pengembangan strategi industri tepung tapioka

agroindustri kerupuk tapioka di Jenderal Tanaman Pangan.


Kelurahan Mangli Kecamatan http:// balitkabi.bimasakti.malang
Kaliwated Kabupaten Jember. .te.net.id/ PDF/03-
JSEP. 8(1): 1-10. DIRJEN%20P2HP.pdf. Diunduh:
Dinas Perdagangan dan Perindustrian 7 November 2015.
Kabupaten Lampung Timur. 2010. Sari, S.S., Sabran dan Erwinsyah. 2016.
Daftar Perusahaan Industri Analisa persediaan tepung
Pengolahan Ubikayu Kabupaten tapioka pada usaha kerupuk
Lampung Timur. Sukadana. rambak udang bapak Masruhin
Dinas Pertanian TPH Kabupaten di Tenggarong. Jurnal Ekonomi
Lampung Timur. 2012. Sasaran & Manajemen Indonesia. 16(2):
dan Realisasi Tanam Ubikayu 91-98
Kabupaten Lampung Timur tahun Tim Fakultas Pertanian Unila, 2006.
2012. Sukadana. Kajian Strategi Pengembangan
Dinas Pertanian TPH Provinsi Lampung. Agroindustri Ubikayu di Propinsi
2012. Realisasi Tanam dan Lampung. Unila. Bandar
Produksi Ubikayu di Propinsi Lampung.
Lampung Tahun 2012. Bandar
Lampung.
Lusiani, C.E., P.N. Ningrum, P.N.
Trisanti dan Sumarno. 2016.
Degradasi Onggok Limbah
Tapioka menjadi Gula Pereduksi
Menggunakan Proses Sonikasi.
Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN
1693-4393 Pengembangan
Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia Yogyakarta. 17 Maret
2016. Program Studi Teknik
Kimia, FTI, UPN “Veteran”
Yogyakarta. Program Studi
Teknik Kimia, FTI, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), Surabaya. Hlm.14-1 sd 14-
5
Pearce, J.A. and R.B. Robinson. 2003.
Strategic Management:
Formulation, Implementation,
and Control. McGraw-Hill. 1008
hlm.
Rangkuti, F.1998. Analisis SWOT
Teknik Memb edah Kasus Bisnis.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
177 hlm.
Sani, S. 2010. Kebijakan Dan Strategi
Pengembangan Ubi Kayu
Untuk Agroindustri Direktorat

62 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 22 No.1, Maret 2017

You might also like