Professional Documents
Culture Documents
Demonology Helloween
Demonology Helloween
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halloween dirayakan pada tanggal 31 Oktober setiap tahunnya.
Banyak
orang dari berbagai negara di dunia yang ikut merayakan Halloween. Pada
perayaan Halloween, orang-orang biasanya akan menggunakan kostum atau
aksesoris yang bernuansa menyeramkan. Misalnya kostum hantu atau
karakter-karakter pada film horror. Pernak pernik perayaan Halloween juga
selalu menjadi tradisi perayaan festival yang identik dengan dunia horor.
Halloween adalah hari libur komersial terbesar kedua di Amerika Serikat
setelah natal. Sehingga perayaan ini tentunya menyita perhatian khalayak
dunia, tidak luput juga orang percaya di dalamnya. Namun apa kata Alkitab
mengenai perayaan Helloween ini. Latar belakang inilah yang menjadi
inspirasi kelompok untuk menuliskan bagaimana pandangan Alkitab terkait
perayaan atau tradisi Helloween dan dampaknya bagi orang percaya.
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://www.bhinneka.com/blog/halloween/ diakses pada, 08 Februari 2022
2
https://www.allaboutgod.com/history-of-halloween-christian-perspective-faq.htm
diakses pada 08 februari 2022
perayaan Halloween, mengatakan bahwa sekalipun beberapa folkloris telah
mendeteksi asal mula perayaan Romawi kuno Pomona (dewi buah-buahan),
atau dalam festival orang mati disebut Parentalia, tetapi perayaan tersebut
secara khusus berkaitan dengan festival Kelt Samhain, atau dalam bahasa
Irlandia Kuno artinya "akhir musim panas" Samhain merupakan hari pertama
dan hari yang penting dari keempat hari-hari kuartal dalam kalender Gaelik
pada abad pertengahan dan dirayakan di Irlandia, Skotlandia, dan Pulau
Man.
Perayaan dilangsungkan sekitar tanggal 31 Oktober – 1 November
dan
suatu festival bagi keluarga diselenggarakan pada waktu bersamaan oleh
kaum Kelt Britonik, perayaan ini memiliki sebutan yang berbeda-beda di
setiap daerah, seperti : Calan Gaeaf di Wales, Kalan Gwav di Cornwall, dan
Kalan Goañv di Bretagne. Bagi kaum Kelt, perayaan ini dimulai dan diakhiri
saat matahari terbenam, karena berdasarkan perhitungan modern, festival ini
dimulai pada petang hari menjelang tanggal 1 November. 3
2.Halloween
a. Trick or treat dan penyamaran
Trick-or-treating adalah suatu kegiatan yang biasa dilakukan anak-anak
saat Halloween. Anak-anak pergi berkeliling dari rumah ke rumah dengan
mengenakan kostum dengan tujuan untuk meminta diberikan sesuatu
seperti permen, atau kadang-kadang uang, sambil mengajukan pertanyaan,
"Trick or treat?" Kata "trick" mengacu pada "threat" (ancaman) yang berarti
4
https://catholiceducation.org diakses pada 19 September 2016
bahwa mereka akan melakukan kenakalan pada pemilik rumah atau
barang-barang yang ada didalamnya, jika tidak diberikan apa-apa. 5
b. Apple Bobbing
Kegiatan ini merupakan sebuah permainan dimana dalam permainan ini
buah-buah apel diletakkan dalam suatu wadah besar berisi air dan para
peserta harus menggigit buah apel untuk mengambil apel dari baskom
tersebut. Beberapa kalangan menganggap permainan ini berasal dari
praktik Romawi dalam rangka memperingati Pomona. Jenis permainan
lainnya adalah dengan berlutut pada sebuah kursi, peserta menggigit
sebuah garpu dan berusaha untuk menusukkannya pada apel tersebut.
Permainan umum yang lain misalnya menggantung kue scone yang
berlapis sirup dengan seutas benang; kue ini harus dimakan tanpa
menggunakan tangan sementara kue tersebut tetap tergantung dengan
benang yang mengikatnya, sehingga aktivitas ini akan membuat wajah
menjadi lengket karena berlumuran sirup. 6
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Halloween diakses pada 08 Februari 2022
6
Ibid
7
https:Pandangan Iman Kristen terhadap Perayaan Hallowen yang Harus Diketahui -
Tuhanyesus.org diakses pada 9 Maret 2022
Ketika seseorang membuka diri untuk mengikuti Hallowen maka itu
sudah termasuk mencemari diri, baik secara jasmani maupun rohani.
Mengikuti perayaan Halloween berarti menyerahkan diri kepada kuasa iblis.
Perayaan Halloween membawa diri untuk sujud menyembah iblis. Ketika
seseorang memakai barang-barang yang berhubungan dengan Halloween,
maka tanpa sadar itu sudah mencemari hati dan pikirannya sehingga
membawa diri untuk dikuasai oleh setan. Praktik-praktik yang dilakukan saat
perayaan Halloween secara tidak sadar membawa setiap orang yang
merayakannya untuk menyembah arwah-arwah orang yang sudah mati,
sehingga dikatakan bahwa ini merupakan penyembahan terhadap berhala.
Dengan demikian, akibat dari ikut serta dalam perayaan Hallowen
adalah terlibat dalam kegiatan penyembahan iblis. Hal ini mendukakan hati
Tuhan, karena setiap orang yang menyembah iblis berarti menduakan
Tuhan.
Dengan ikut merayakan Halloween, tanpa disadari manusia berteman
dengan karakter iblis dan dengan ikut ambil bagian dalam perayaan ini,
maka pengikut juga akan terlibat dalam kegiatan penyembahan iblis. Hal ini
membuat Tuhan sedih dan mendatangkan murkanya kepada setiap orang
yang ikut dalam praktik penyembahan berhala.
8
H. Soekahar, Satanisme Dalam Pelayanan Pastoral, (Malang: Gandum Mas, 1986),
23.
9
Pondsius Takaliuang, Antara Kuasa Gelap Dan Kuasa Terang, (Malang: Yayasan
Persekutuan Pekabaran Injil, 1980), 14
menggambarkan kepalsuan dalam kekristenan yang terus ada dalam
sepanjang sejarah kekristenan.10
BAB III
KESIMPULAN
10
Stevri I.Lumintang, Keunikan Theologia Kristen di tengah Kepalsuan, (Batu: Literatur
YPPII, 2010), 331
hal itu datangnya dari pada yang jahat. Sehingga orang-orang percaya harus
tegas dalam menindaklanjuti perayaan helloween dalam kegiatan bergereja
dan berjemaat, sehingga secara sadar maupun tidak orang percaya tidak
terlibat dalam praktik kuasa gelap dalam hal ini helloween.
DAFTAR PUSTAKA
Soekahar, H.,
1986 Satanisme Dalam Pelayanan Pastoral. Malang: Gandum Mas.
Takaliuang, Pondsius,
1980 Antara Kuasa Gelap Dan Kuasa Terang. Batu: Literatur YPPII.
Sumber Internet
https://www.bhinneka.com/blog/halloween/ diakses: 08 Februari 2022
https://www.allaboutgod.com/history-of-halloween-christian-perspective-
faq.htm diakses: 08 februari 2022
Dosen Pengampu:
Selumiel Takaliuang, S. Kom., M. Th
Oleh:
Alberto Sampurno
Alfa Chrisen Hillasterion
Lasmaria Sianturi
Lisa A. Caroline
Millitya C. Kansil
Sinta Anggarsari
INSTITUT INJIL INDONESIA
FAKULTAS TEOLOGI
Batu, Maret 2022