You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN KASUS VERTIGO

DOSEN PENGAMPUH : JIKRUN JAATA, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOKV

NAMA NIM

CHESILYA SUMENDONG 02010010008 (AKTIF)


DELA SIMBUANG 02010010010 (AKTIF)
MOH. RIZKY FAHZRI 02010010021 (AKTIF)
VITA YUNITA NURDIN 02010010043 (AKTIF)
PUTRI REGINA GAMRI 02010010031 (AKTIF)
REGINA EUNIKE MAMELO 02010010037 (AKTIF)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat,rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus
vertigo)” untuk menyelesaikan Tugas Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam penyusunan askep ini, tidak lepas dari hambatan yang kami hadapi, kami
menyadari dalam penulisan askep ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritikan yang dapat menyempurnakan askep ini,
kami berharap berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan untuk pembaca dan juga untuk kami sendiri.

Kotamobagu,07 oktober 2022

Kelompok V

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DATAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................3


A. Definsi .................................................................................................................3
B. Etiologi .................................................................................................................5
C. Tanda dan Gejala...................................................................................................6
D. Patofisiologi...........................................................................................................6
E. Komplikasi.............................................................................................................7
F. penatalaksanaan ....................................................................................................8
G. pencegahan..........................................................................................................14
H. pemeriksaan penunjang.......................................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................................16


A. Pengkajian...........................................................................................................16
B. Diagnosa..............................................................................................................28
C. Intervensi keperawatan........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
33

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata vertigo asalnya dari bahasa latin vertere yang artinya adalah
berputar, mengacu pada sensasi atau rasa berputar-putar pada penderitanya
sehingga keseimbangannya terganggu (Sutarni et al., 2018). Vertigo didefinisikan
sebagai sensasi gerak ilusi diri atau lingkungan tanpa adanya gerakan yang
sebenarnya (Bhattacharyya et al., 2017). Vertigo adalah perasaan bahwa benda
disekitar orang tersebut bergerak atau berputar.
Biasanya dirangsang oleh cedera kepala (Harding & Kwong, 2019).
vertigo adalah sensasi gerakan tubuh ataupun lingkungan disekitar dengan gejala
lainnya yang bisa timbul yang utama pada sistem otonom yang timbul karena ada
gangguan pada sisten keseimbangan tubuh oleh kondisi ataupun penyakit. Oleh
karena itu vertigo bukan sekedar gejala pusing saja. Tapi merupakan suatu sindrom
yang terdiri dari gejala somatik dan gejala psikiatrik (Sutarni et al., 2018).
Vertigo adalah keluhan yang umum ditemukan, berdasarkan data
epidemologi dunia, kejadian vertigo mencapai 30%. Angka kejadian vertigo pada
wanita dua sampai tigs kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki laki (Neuhauser,
2016). Vertigo ditemukan 15% dari seluruh populasi, hanya 4-7% yang diperiksa
dokter. Di Jerman, pravelensi vertigo antara usia 19 sampai 79 tahun adalah 30%,
dimana 24% diantaranya diduga disebabkan oleh kelainan vestibular. Penelitian di
Perancis menemukan setelah 12 bulan, pravelansi vertigo meningkat 48%. Di
Amerika Serikat pravelensi disfungsi vestibular adalah 35% dari mereka usisnya 45
tahun keatas. Pasien yang menderita vertigo vestibular, 75% menderita vertigo
perifer dan 25% menderita vertigo sentral (Nike Chusnul Dwi Indah Triyanti, Tri
Nataliswati, 2018). Angka kejadian vertigo di Indonesia pada 2012, usia 40 sampai
dengan 50 tahun adalah 50%, ini merupakan keluahan terbanyak ketiga dari pasien
yang datang berobat ke dokter umum setelah sakit kepala dan stroke (Putri et al.,
2016). Dari Badan Peneilitian dan Pengembangan Depkes RI 2013, pasien yang

4
mengalami vertigo di daerah Jawa Tengah adalah 6,3% yaitu 311 orang, Jawa
Timur 6,0 % yaitu 255 orang dan Jawa Barat 6,1 % yaitu 295 orang.Penyakit
vertigo harus cepat ditangani, jika vertigo tidak segera ditangani dan dilakukan
pengobatan, penderita bisa saja mengalami gagar otak ringan maupun berat, itu
merupakan akibat yang ditimbulkan karena vertigo pada penderita yang sering
kambuh (Yulianto et al., 2016).
Vertigo seringkali membuat penderitanya tidak nyaman, Pada
kebanyakan kasus vertigo biasanya di sertai dengan mual, muntah dan ada juga
yang diikuti dengan diare. Vertigo akan menyebabkan seseorang akan menglami
dehidrasi dan jatuh. Vertigo jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan
penderitanya mengalami sakit yang lebih parah (Nike Chusnul Dwi Indah Triyanti,
Tri Nataliswati, 2018). Banyak pengobatan yang dapat dilakukan terhadap
seseorang yang mengalami vertigo. Diantaranya adalah dengan terapi farmakologis
atau dengan obat obatan. Orang yang menderita vertigo biasanya akan meminum
obat yang mengurangi gejala dari vertigo, tetapi tentu saja obat yang di konsumsi
atau diminum memiliki efek samping. Selain dengan teknik farmakologi, masih
banyak terapi yang dilakukan untuk mengurangi vertigo atau dengan teknik non
farmakologis (Nike Chusnul Dwi Indah Triyanti, Tri Nataliswati, 2018).
penatalaksanaan nyeri kepala pada penderita vertigo adalah dengan memberikan
terapi farmakologis yaitu dengan memberikan obat analgesik atau anti nyeri dan
terapi non farmakologis atau memberikan tindakan tidak dengan obat- obatan salah
satu caranya adalah memberikan teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi
sangat penting dalam mengendalikan stres. Teknik relaksasi juga dapat dapat
meredakan nyeri kepala yang dirasakan penderita vertigo (Haryani, 2018).

5
B. Rumusan Masalah.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien Vertigo

C. Tujuan
1. Tujuan Umum.
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Vertigo

2. Tujuan Khusus.
Untuk mengetahui pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi,
penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, dan rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan pada
pasien Vertigo

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Vertigo sering dinyatakan sebagai sensasi pusing, sempoyongan,
perasaan seperti melayang dan tubuh atau lingkungan sekitar seperti berputar dan
jungkir balik (Putri et al., 2016). vertigo adalah sensasi gerakan tubuh ataupun
lingkungan disekitar dengan gejala lainnya yang bisa timbul yang utama pada
sistem otonom yang timbul karena ada gangguan pada sisten keseimbangan tubuh
oleh kondisi ataupun penyakit. Oleh karena itu vertigo bukan sekedar gejala pusing
saja. Tapi merupakan suatu sindrom yang terdiri dari gejala somatik dan gejala
psikiatrik (Sutarni et al., 2018).
Vertigo adalah perasaan bahwa benda disekitar orang tersebut bergerak
atau berputar. Biasanya dirangsang oleh cedera kepala (Harding & Kwong, 2019).
Vertigo didefinisikan sebagai sensasi gerak ilusi diri atau lingkungan tanpa adanya
gerakan yang sebenarnya. Vertigo didefinisikan sebagai gerakan (Bhattacharyya et
al., 2017).

B. Etiologi
Menurut (Victorya et al., 2016) vertigo di bedakan menjadi 2 berdasarkan
penyebabnya, vertigo perifer berhubungan dengan gejala patologis pada telinga
sedangkan vertigo sentral disebabkan oleh gangguan vaskuler :
1. Vertigo sentral merupakan vertigo yang disebabkan karena kelainan sentral,
penyebab dari vertigo sentral adalah stroke, perdarahan cerebelum, trauma,
migren basilar, neoplasma (Jusuf & Wahidji, 2016).
2. Vertigo perifer merupakan yang disebabkan oleh kelainan pada labirin dan
N.Vestibular. Penyebab dari vertigo perifer adalah post
trauma, toksik, labirinitis, oklusi & fistula labirin (Jusuf &
Wahidji, 2016).

7
Ada beberapa faktor risiko yang berpotensi vertigo menurut (Park et al.,
2019) yaitu:
1. Umur tua
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang lebih berisiko terkena vertigo adalah jenis kelamin
perempuan
3. Indeks masa tubuh
4. Riwayat merokok
Seorang perokok akan lebih berisiko terserang vertigo

C. Tanda dan Gejala Vertigo \


Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019) gejala klinis yang menonjol, vertigo
dapat pula dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Vertigo proksimal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di antara serangan
penderita bebas dari keluhan Berdasarkan gejala penyertanya di bagi:
a. Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom menire,
arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan ontogeny,
tumor fossa poaterior.
b. Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi, migrain, vertigo
anak.
c. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional proksimal
benigna (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
2. Vertigo kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk serangan-
serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
a. Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor serebelopontin, meningitis
TB, labirinitis kronis, lues serebri.

8
b. Tanpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis,
kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis, posttraumatic sindrom,
intoksikasi, kelainan endokrin.
c. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi orthostatic,
vertigo servikalis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
3. Vertigo akut
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
a. Ada pada keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin, perdarahan
labirin, herpes zoster otikus.
b. Tidak ada pada keluhan telinga: neuritis vestibularis, sclerosis multiple,
oklusi arteri serebeli inferior posterior, ensefalitis vestibularis, sclerosis
multiple, hematobulbi (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).

Menurut (Fransisca, 2013) ada beberapa tanda vertigo:


1. Vertigo Epileptica yaitu pusing yang mengiringi atau terjadi sesudah
serangan ayan
2. Vertigo laringea yaitu pusing karena serangan batuk
3. Vertigo nocturna yaitu rasa seolah-olah akan terjatuh pada permulaan
tidur
4. Vertigo ocularis yaitu pusing karena penyakit mata khususnya karena
kelumpuhan atau keseimbangan kegiatan otot-otot bola mata
5. Vertigo rotatoria yaitu pusing seolah-olah semua disekitar badan
berputar-putar
Menurut (Lukita, 2016) ada beberapa gejala vertigo yaitu:
1. Rasa pusing berputar yang sering muncul mendadak dan kemudian
akan hilang secara spontan dalam beberapa menit Keluhan pusing
(dizziness) pasien dapat dikatagorikan keempat jenis gejala yaitu,
(Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
a. Vertigo ditemukan sensasi gerakan, berputar, muntah, dan
gerakan keseimbangan

9
b. Disequilibrium (ketidak seimbangan) gangguan keseimbangan
dan gait tanpa sensasi kepala yang abnormal. Pasien merasa
goyang tetapi tidak ada ilusi gerakan atau sensasi akan pingsan.
Penyebab yang paling umum adalah penuaan. Penuaan
menyebabkan deficit multisensori yang gangguan
mempengaruhi keseimbangan. Penyebab lain adalah neoropati
perifer, gangguan muskuluskeletal, gangguan gait, dan penyakit
parkinson. Jika pasien mengeluh disequilibrium dan juga
memiliki gait yang buruk, mungkin ada penyebab sentral seperti
masalah di serebelum sehingga harus dilakukan evaluasi
neorologis yang lebih mendalam.
c. Presinkop (Kondisi kehilangan kesadaran) terdapat perasaan
hendak pingsan, kepala terasa ringan, mual, gangguan
penglihatan. Pasien dapat juga merasa lemas seluruh tubuh
(generalweakneess). Gejala sering terjadi ketika pasien bangkit
dari berbaring atau posisi duduk Gejala biasanya lebih berat di
pagi hari. Tidak ada gejala yang di alami saat pasien telentang.
Penyebabnya antara lain hipertensi ortostatik, difungsi otonom
yang dapat disebabkan oleh diabetes, dan penyakit
kardiovaskuler seperti aritmia, infarkmiokard, dan stenosis
arterikarotis. Obat-obatan seperti anti hipertensi dan obat anti
aritmia kadang-kadang dapat menyebabkan presinkop.
Pemeriksaan dapat ditemukan tekanan darah yang relative
rendah, hipotensi postural, kelainan pada rekaman EKG, gula
darah dan pada pemeriksaan USG Doppler karotis kemungkinan
terdapat penyempitan (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
d. Lightheadeadness keluhan tidak begitu jelas, kepala terasa
ringan, pasien merasa seperti melayang atau seperti terputus dari
lingkungan sekitarnya. Yang perlu diperhatikan adalah pada
gejala ini pasien tidak pernah benar-benar jatuh. Penyebab yang

10
umum adalah eperventilasi, hipoglikemia, anemia, trauma
kepala, dan kelainan psikogenik seperti depresi, ansietas, atau
fobia. Dari keempat tipe diatas, yang paling sering ditemukan
adalah vertigo, yang bisa mencapai 54% laporan dizziness di
pelayanan primer (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
2. Mual dan muntah karena pusingnya
3. Kondisi ini dapat berulang dan dapat diperburuk dengan pergerakan
posisi kepala secara tiba-tiba atau menoleh kearah tertentu. Durasi
terjadinya sensasi berputar umumnya tidak lama (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).Pada umumnya penderita akan merasakan sensasi
gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan yang
berputar. Selain itu, kadang juga yang disertai gejala mual atau
muntah, berkeringat, dan gerakan mata yang normal. Gejala ini biasa
terjadi dalam satu menit atau jam, dapat bersifat konstan atau
episodik (kadang-kadang). Ada pula yang merasakan telinga
bordering gangguan penglihatan, lemah, sulit bicara, atau sulit
berjalan (Ikawati, 2011).
D. Patofisiologi
Dalam kondisi perangkat keseimbangan pusat atau perifer tidak normal dan
terjadi gerakan yang aneh atau berlebihan, tidak akan ada pemrosesan input yang
normal dan vertigo akan terjadi. Selain itu ada juga masalah respon penyesuaian
otot-otot yang tidak adekuat. Yang menyebabkan pergerakan mata tidak normal
(nistagmus) ketidakstabilan saat berjalan dan berdiri dan gejala lainnya.
Penyebab pasti dari gejala gejala ini belum diketahui (Sutarni et al., 2018). Ada
beberapa teori di antaranya:
a. Teori rangsangan berlebihan
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa stimulasi yang berlebih akan
mengakibatkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya yang
akan mengalami gangguan (Sutarni et al., 2018).

11
b. Teori konflik sensoris
Didalam kondisi yang normal (fisiologis) impuls yang diterima antara sisi
kiri dan kanan akan dibandingkan, antara impuls yang berasal dari
penglihatan dan proprioseptik dan vestibular secara timbal balik.
Pengolahan informasi berjalan secara reflektoris melalui proses normal dan
hasil akhirnya adalah penyesuaian otot-otot yang menggerakkan tubuh atau
menopang tubuh dan otot yang menggerakkan bola mata (Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016).
menyebabkan komplikasi berupa penurunan kualitas hidup karena
gangguan mobilitas. penderita vertigo juga akan mengalami penurunan
fungsi individu sebagai pekerja. Vertigo apabila terjadi saat berkendara
juga akan mengakibatkan kecelakaan (Benecke et al., 2013).
E. Komplikasi
Menurut sutami 2018 vertigo dapat menyebabkan komplikasi sebaai
berikut :
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas,
mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.

12
F. Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan vertigo yaitu untuk menghilangkan gejala vertigo,
mengontrol gejala neurovegetatif dan psikoafektif, juga untuk meninkatkan
sistem vestibular (Pradnanying & Widiastuti, 2017). \Menurut (Susilo, 2012)
penatalaksanaan vertigo nonmedikasi yaitu :
1. Manuver Epley
Langkah langkah Manuver Epley adalah menggantungkan posisi kepala
selama 20-30 detik ke sisi kanan, lalu kepala di putat 90 derajat kearah
depan selama 20-30 detik. Selanjutnya pasien diangkat dan diposisikan
duduk.
2. Prosedur Semont
Langkah Prosedur semont yang pertama adalah kepala pasien di putar 45
derajat kesisi yang tidak mengalami nyeri atau ke sisi yang sehat,
selanjutnya pasien berbaring ke arah yang berlawanan. Langkah ke dua
adalah pasien mempertahankan pada posisi awal selama 30 langkah ketiga
pasien melakukan gerakan yang sama ke posisi yang berlawanan. Langkah
keempat adalah kembali ke posisi awal.
3. Manuver Lampert Role
Ini adalah pengobatan untuk BPPV kanal horizontal. Yaitu dengan
memposisikan kepala dan telinga pasien yang sakit ke posisi bawah
kemudian pasien memutar 90 derajat ke depan dengan cepat. Kemudian
diputar 90 derajat ke arah yang tidak sakit dan dilanjutkan memutar 360
derajat sampai telinga pasien yang sakit menempel kebawah. Kemudian
kepala pasien dinaikan dan diposisikan duduk.
4. Latihan Brandt Daroff
Latihan Brandt Daroff dengan cara pasien menutup mata, dan pasien
diposisikan duduk disisi tempat tidur dengan tungkai yang digantung.
Kemudian baringkan dengan cepat kesatu sisi.Pertahankan 30 detik lalu
duduk kembali. Setlah 30 detik barikan secara cepat kesisi yang lainnya,
duduk kembali.Karena penyebab dari vertigo beragam , tidak jarang

13
dilakukan pengobatan simptomatik. Pada sebagian besar kasus, setelah
beberapa minggu terapi bisa dihentikan. Obat-obat yang dapat sering
diunakan:
a. Antikolinergik
Obat-obatan antikolinergik bekerja pada reseptor muskarinik dengan efek
kompensasi. Contoh antikolinergik adalah skopolamine. Efek samping
dari antikolinergik adalah sedasi, dilatasi pupil dan mulut kering
(Pradnanying & Widiastuti, 2017).
b. Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sentral untuk mengurangi vertigo, bekerja
pada reseptoh H2. Antihistamin mempunyai efek antikolinergik dan juga
blok kanal kalsium (Pradnanying & Widiastuti, 2017). Antihistamin yang
dapat diberikan pada penderita vertigo menurut (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 2016) adalah :
1) Dimenhidrinat
4 sampai 6 jam adalah lama kerja obat ini. Dapat diberikan secara
peroral atau atau parentral (iv atau im) dosis yang diberikan adalah
25-50 mg (1 tablet) selama 4 hari.
2) Difenhidramin
Lama kerja dari obat ini adalah 4 sampai 6 jam , diberikan secara
peroral dengan dosis 25 mg (1 kapasul), diberikan 4 kali dalam
sehari.
3) Senyawa betahisdin
1. Betahisdin meylate diberikan secara perolal, 3 kali sehari dengan
dosis 12 mg
2. Betahisdin HCl dengan dosis yang diberikan 8- 24 mg, diberikan
3 kali sehari.

14
c. Benzodiazepin
Benzodiazepine secara sentral bekerja mensupresi respon vestibular.
Obat ini mempunyai masa kerja yang singkat dan mempunyai efek terapi
dalam dosis yang kecil.
d. Kalsium antagonis
Chinarizin, memiliki manfaat dapat menekan fungsi vestibular dan bisa
mengurangi respon kepada akselerasi angular serta linear.biasanya dosis
yang diberikan adalah 15- 30 mg, diberikan 3 kali sehari (Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016).

G. Pencegahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah gejala-gejala
vertigo muncul, yaitu:
1. Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh.
2. Segera duduk jika vertigo menyerang.
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih
tinggi.
4. Gerakkan kepala secara perlahan-lahan.
5. Hindari gerakan kepala mendongak, berjongkok, atau tubuh
membungkuk.
6. Bagi pengidap penyakit Meniere, batasi konsumsi garam dalam menu
sehari-hari.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut PERDOSSI 2012 dalam buku Bunga Rampai Vertigo Pemeriksan
penunjang pada vertigo antara lain: Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui
laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk
dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata ( Gerakan Bola mata / Nistagmus)

15
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh (Untuk mengetahui keseimbangan
tubuh pasien)
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
b. Uji Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung
jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, 7
perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.
c) Pemeriksaan neurologik
• Kesadaran
• Nn. Craniales
• Motorik
• Sensorik
• Cerebellum
d) Pemeriksaan otologik
Untuk mengetahui Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri. 9 Dari
posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45° di bawah garis
horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri.

16
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. 10 Perifer, vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-
ulang beberapa kali (fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus
dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).
e) Pemeriksaan fisik umum ( Head To Toe)
2. Pemeriksaan khusus
Menurut Akbar 2013 pemeriksaan khusus untuk menunjang vertigo
a) ENG
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.
b) Audiometri dan BAEP
untuk mengetahui fungsi pendengaran berguna dengan baik baik atau
tidak. Sedangkan Audiometri atau BERA bertujuan untuk membantu
menentukan letak lesi
c) Psikiatrik
Untuk mengetahui apakah pasien mengalai ansietas, trauma atau phobia.
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
Foto rontgen pada tengkorak, leher untuk mengetahui kelainan pada
kepala dan leher (pada neurinoma akustik). Serta untuk mengetahui adanya
perdarahan pada pada cerebelum, serta adanya multiple sclerosis.
b) EEG, EMG
Untuk mengetahui neurofisiologi pasien.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

18

You might also like